Top Banner

of 35

TTCK Acara 2

Nov 05, 2015

Download

Documents

Praktikum Teknik Tata Cara Kerja
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK TATA CARA KERJAACARA IIANALISIS KETIDAKNYAMANAN KERJA DAN POSTUR KERJADisusun Oleh :

Kelompok A-5:

Annisa Nurul Ghifari (09949)Pradipta Aji (09960)

Pipit Dwi Puspitasari(09979)Diany Pradnya paramita(10001)

Co. Asisten:

Ahmad Sukron

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2013BAB I

PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG

Dalam dunia Industri baik yang bergerak pada bidang produktivitas maupun industri penyedia layanan dan jasa sangat dipengaruhi oleh sistem kerja yang diterapkan pada industri tersebut. Sistem suatu Industri terdiri dari sekian banyak komponen yang menyusunnya, salah satu di antaranya adalah Pekerja yang bekerja pada industri. Pekerja adalah hal yang paling dibutuhkan dalam suatu industri barulah kebutuhan sumber daya diprioritaskan. Untuk menjalankan produktivitas dan layanan serta jasa yang dihasilkan tetntunya perlu banyak hal yang diperhatikan.

Dalam ilmu erogonomi terapan dalam Industri , kenyamanan dan keamanan sangat diprioritaskan untuk menjalankan semua kegiatan produksi baik dari lini hingga kepemimpinan industri merupakan kebutuhan utama. Kenyamanan dan keamanan tersebut ditujukan kepada para pekerja melalui sistem kerja yang digunakan untuk melakukan aktivitas produksi.

Tentunya banyak sekali macam macam kegiatan produksi yang dilakukan para pekerja dalam bekerja setiap waktu kerja yang berlangsung. Aktivitas yang dilakukan mulai dari yang ringan hingga yang berat , dari yang sedikit hingga yang lama , serta lamanya waktu yang dibutuhkan dalam bekerja menjadi faktor faktor topik pembahasan pada acara kali ini.

Setiap gerakan sistem kerja yang dilakukan pekerja memiliki resiko tersendiri bergantung pada jenis dan apa kegiatan yang dilakukan oleh pekerja. Banyak prinsip ergonomi yang masih belum diterapkan khususnya pada industri kecil menengah kebawah yang kebanyakan melakukan segala aktivitasnya secara tradisional dan kurang tepat untuk diterapkan.

Dalam kasus ini , Industri Kerupuk subur yang menjadi objek untuk studi analisis ketidaknyamanan kerja dan postur kerja agar dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dari sikap tubuh para pekerja saat bekerja supaya dihasilkan suatu rancangan sistem kerja yang dapat direkomendasikan dalam wujud rancangan yang relevan serta mengacu kepada prinsip nilai keergonomisan yang ditujukan kepada pekerja Industri Kerupuk subur, melalui sistem kerja beserta faktor faktor lain yang mempengaruhi dengan menggunakan beberapa metode tertentu yaitu metode REBA dan OWAS.

Dengan adanyan analisa tersebut diharapkan dapat meningkatkan keefektifan kerja para pekerja serta kenyamanan dan keamanan para pekerja sehingga dapat meminimalkan bahaya resiko yang dapat ditimbulkan oleh sistem kerja yang kurang tepat berdasrkan keadaan saat ini. Dengan begitu , pekerja dapat maksimal dalam bekerja , visi dan misi dari Industri Kerupuk subur dapat dijalankan yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimal dari kegiatan usaha produksi kerupuk.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikan dapat melakukan pengukuran dimensi tubuh hingga diperoleh data anthropometriBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem kerja merupakan suatu gabungan dari beberapa atau seluruh komponen kerja yang saling berinteraksi satu dengan yang lain, dimana komponen-komponen tersebut antara lain adalah hardware, operator, software, lingkungan fisik dan organisasi. Sistem kerja yang baik tidak terlepas dari work place (tempat kerja) maupun langkah-langkah operasional tugas yang harus dilakukan dalam suatu pekerjaan. Penataan tempat kerja beserta perlengkapan atau peralatan yang digunakan maupun posisi tubuh pada saat bekerja akan sangat berpengaruh dalam menciptakan suatu sistem kerja yang terintegrasi dengan baik. Melalui perbaikan yang dilakukan, akan menjadikan suatu industri bisa berjalan dengan efektif dan efisien (Devi, 2000).

Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja meliputi : flexion, extension, abduction, adduction, rotation, pronation dan supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh (the median plane). Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh. Supination adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota tubuh (Tayyari, 1997).

Metode OWAS (Ovako Working Postural Analysis system) adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui komplikasi rangka otot sehingga menyebabkan rasa sakit dan nyeri pada tubuh. OWAS adalah suatu metode ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi postural stress yang terjadi pada seseorang ketika sedang bekerja. Kegunaan dari metode OWAS adalah untuk memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja, sehingga performance kerja dapat ditingkatkan terus. Hasil yang diperoleh dari metode OWAS, digunakan untuk merancang metode perbaikan kerja guna meningkatkan produktifitas. Metode OWAS dibuat oleh O. Karhu yang berasal dari negara Finlandia pada tahun 1977 untuk menganalisa postural stress pada bidang pekerjaan manual (Diyan, 2010).

Berikut merupakan langkah yang harus dilalui untuk mengaplikasikan OWAS (Mulyati dkk.,2013).

1.) Observasi untuk pengambilan data postur, beban (beban), dan fase kerja

2.) Melakukan pengkodean

3.) Mengklasifikasikan postur kerja

4.) Menghubungkan dengan kategori tindakan yang harus diambil

5.) Hasil dibandingkan menurut tingkat kepentingan dari implementasi perbaikan pengukuran

OWAS merupakan metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan beban berat yang diangkat. Masing-masing anggota tubuh tersebut diklasifikasikan menjadi sikap kerja. Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa dan dievaluasi (Karhu et al., 1981):

a. Sikap punggung

1. Lurus

2. Membungkuk

3. Memutar atau miring kesamping

4. Membungkuk dan memutar atau membungkuk ke depan dan menyamping.

b. Sikap lengan

1. Kedua lengan berada di bawah bahu

2. Satu lenganberada pada ataudiatasbahu

3. Kedua lengan pada atau diatas bahu

c. Sikap kaki

1. Duduk

2. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus

3. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus

4. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk

5. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.

6. Berlutut pada satu atau kedua lutut

7. Berjalan

d. Berat beban

1. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W10 Kg )

2. Berat beban adalah 10 Kg 20 Kg (10 KgW 20 Kg )

3. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg(W 20 Kg )

Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiridari empat level skala sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja.

Kategori 1: Pada sikap ini tidak masalah pada sistem muskuloskeletal.Tidak perlu perbaikan.

Kategori 2: Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan datang Physical FaktorPsychosocial Faktor.

Kategori 3: Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal, postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan. Perlu perbaikan segera mungkin.

Kategori 4: Pada sikap ini sangat berbahaya pada sistem muskuloskeletal,postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas. Perlu perbaikan secara langsung / saat ini juga.

Berikut gambar merupakan tabel kategori tindakan kerja OWAS secara keseluruhan, berdasarkan kombinasi klasifikasi sikap dari punggung, lengan, kaki dan berat beban.

Gambar 1. Tabel Kategori Tindakan OWASTabel diatas menjelaskan klasifikasi postur-postur kerja ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur kerja dengan kode 2352, artinya postur kerja ini merupakan postur kerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4, yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal. Perlu perbaikan secara langsung atau saat ini (Anonim I, 2010).

Kelelahan maupun ketidaknyamanan akibat pekerjaan yang berulang-ulang sering terjadi di tempat kerja. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya resiko tersebut adalah(Tarwaka, 2004) :

Static position (posisi yang tepat)

Body movement (pergerakan tubuh)

Handling-lifting (pengangkatan dan penanganan benda)

Pushing/pulling and carrying loads (pekerjaan menarik, mendorong, dan mengankat beban)

Use of a localised force (penggunaan gaya setempat)

Repeated efforts (usaha yang berulang-ulang)

Energy expenditure (pengeluaran energy yang berlebihan)

Untuk mengatasi masalah tersebut ada beberapa langkah yang dapat diterapkan dalam upaya penilaian dan pengendalian terhadap resiko kelelahan otot serta ketidaknyamanan pada proses kerja

Identifikasi resiko

Penilaian resiko

Evaluasi resiko

Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka manusia dan desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan risiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya risiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang tepat (Nurmianto, 1996).Stasiun kerja merupakan area 3 (tiga) dimensi yang mengelilingi seorang pekerja (operator) yang batas-batas dimensi ruangnya akan ditentukan oleh titik-titik singgung yang dapat dicapai dengan mudah oleh bagian-bagian tubuh (terutama anggota tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan kerja, seperti kaki maupun lengan/tangan) dan lokasi untuk penempatan mesin, perkakas kerja, dan fasilitas bantu kerja lainnya yang akan dioperasikan oleh pekerja. Stasiun kerja yang dirancang secara benar akan mampu memberikan keselamatan dan kenyamanan kerja bagi operator yang selanjutnya akan berpengaruh secara signifikan didalam menentukan tingkat kinerjanya. Dalam hal ini ada hubungan yang erat antara kenyamanan dan produktivitas kerja yang mampu dicapai oleh seorang pekerja; meskipun masih banyak orang yang berasumsi bahwa produktivitas dan kualitas kerja (quality of work life) merupakan fungsi linier dari tingkatan upah maupun insentif yang bisa diberikan pada pekerja (Wignjosoebroto, 2000).REBA ( Rapid Entire Body Assesment )merupakan suatu tool yang berbentuk survei untukmengidentifikasikan pekerjaan yang menyebabkan resiko cedera kumulatif (Cummulative Trauma Disorders/CTD) melalui analisis postur, gaya, dan penggunaan otot. Tool ini merupakan screening tool yang mendetail untuk menguji kecenderungan pekerja terhadap resiko cedera pada postur, gaya, penggunaan otot, dan pergerakan pekerja pada saat melakukan pekerjaannya. Hasil analisis akan mengindikasikan derajat kencenderungan pekerja mangalami resiko tersebut dan menyediakan metode untuk prioritas kerja untuk membantu dalam investigasi pekerjaan lebih lanjut. Tool ini dirancang untuk menjadi survey yang mudah digunakan dan cepat yang dapat menjawab keperluan akan analisisyang lebih detail ( Anonim II, 2011 ).REBA merupakan alat untuk mengevaluasi faktor-faktor risiko postur, konstraksi otot statis, gerakan repetitive, dan gaya yang digunakan untuk suatu pekerjaan tertentu. Setiap faktor memiliki konstribusi masing-masing terhadap suatu nilai yang dihitung. Nilai-nilai tersebut dijumlah dan diterapkan pada table untuk menentukan Grand Score. Grand Score menunjukkan sejauh mana pekerja terpapar faktor-faktor risiko di atas dan berdasarkan nilai tersebut, dapat disarankan tindakan yang perlu diambil (Wignjosoebroto, 1995).

Alat untuk melakukan analisis awal yang mampu menentukan seberapa jauh risiko pekerja untuk terpengaruh oleh factor-faktor penyebab cedera,yaitu: Postur, Kontraksi otot statis, Gerakan repetitive, Gaya, Menentukan prioritas

pekerjaan berdasarkan faktor risiko cedera. Hal ini dilakukan dengan membandingkan nilai tugas-tugas yang berbeda yang dievaluasi menggunakan

REBA (Barnes, 1980).

Dalam melakukan suatu kegiatan produksi, terdapat beberapa faktor penyebab resiko cedera, antara lain (Apple,1990) :

1. Faktor Resiko Postur

Langkah-langkah untuk menentukan nilai faktor risiko postur:

a. Tubuh dibagi menjadi 2 bagian

b. Posisi kerja sendi atau segmen tubuh terpilih dari setiap bagian diobservasi

c. Nilai diberikan untuk tiap sendi atau segmen tubuh terpilih berdasarkan posisinya.

d. Nilai dimodifikasi apabila terdapat kondisi tertentu.

e. Nilai postur untuk tiap bagian ditentukan dari tabel.

2. Faktor Resiko GayaBerdasarkan penelitian Putz-Anderson, Stevenson, dan Baidya, penilaian diberikan sbb:

a. Beban 4.4 lbs (2 kg) atau kurang dan sifatnya kadangkala, nilai = 0b. Antara 4.4 dan 22 lbs (2 - 10 kg) dan sifatnya kadangkala, nilai = 1c. Antara 4.4 dan 22 lbs (2 - 10 kg) dan membutuhkan postur statis (ditahanlebih dari 1 menit) atau membutuhkan gerakan repetitif (gerakan diulangilebih dari 4 x dalam 1 menit) nilai = 2d. Lebih dari 22 lbs (10 kg) tapi bersifat kadangkala, nilai = 2e. Lebih dari 22 lbs (10 kg) dan membutuhkan postur statis /gerakan repetitif, nilai=3f. Beban berapapun dan terjadi pembebanan secara mendadak, nilai = 33. Faktor Resiko Kontraksi Otot Statis

Sistem penilaian untuk faktor ini dikaitkan dengan penelitian Bjorksten, Jonsonn, dan Grandjean yang mengaitkan kontraksi otot statis dengan derajat

risiko. Penilaian yang diberikan adalah:

a. Postur relatif statis (bertahan pada posisi sama selama lebih dari 1 menit)

nilai = 1

b. Postur relatif dinamis (tidak ada posis yang ditahan lebih dari 1 menit)

nilai = 0

c. Postur Grup A dan Grup B dievaluasi terpisah secara relatif untuk faktor

resiko ini.

4. Faktor Resiko Gerakan Repetitif

Gerakan repetitif didefinisikan sebagai gerakan yang diulang 4 x dalam 1 menit. Faktor risiko ini tidak diberikan nilai tersendiri tetapi banyaknya gerakan repetitive dipertimbangkan dalam pemberian nilai untuk faktor resiko gaya. Tubuh dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a. GRUP A-Lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan tangan.

b. GRUP B-leher,batang tubuh, dan tubuh bagian bawahBAB III

METODE PRAKTIKUM

PELAKSANAAN PRAKTIKUM :Pelaksanaan Praktikum :

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum acara 2 kali ini berjudul Analisis Ketidaknyamanan Kerja dan Postur Kerja.Praktikum ini bertujuan agar praktikan data mengidentifikasi ketidaknyamanan akibat kerja serta dapat melakukan analisis postur atau sikap tubuh pekerja saat bekerja.Postur kerja perlu untuk dipelajari karena postur saat bekerja mempengaruhi kenyamanan pekrja itu sendiri. Apabila pekerja mengalami ketidaknyamanan saat bekerja maka dapat menyebabkan kinerjanya menurun sehingga produktivitas yang diharapkan oleh perusahaan tidak akan dapat dicapai tentu hal tersebut akan memberikan kerugian bagi perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu sangat penting untuk memperhatikan postur kerja para pekerja agar didapat produktivitas yang maksimal.

Postur tubuh seseorang pada saat bekerja biasanya ditentukan oleh tata letak tempat kerja dan bentuk peralatan maupun lokasi dari panel kendali suatu sistem kerja. Postur tubuh yang jelek akan berpengaruh terhadap kenyamanan kerja. Untuk menganalisis postur kerja dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu Metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) dan REBA (Rapid Entire Body Assessment). Berikut penjelas tentang kedua metode tersebut :

1. OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) OWAS adalah suatu metode ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi postural stress yang terjadi pada seseorang ketika sedang bekerja. Kegunaan dari metode OWAS adalah untuk memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja, sehingga performance kerja dapat terus ditingkatkan. Prinsipnya untuk mengidentifikasi postur tubuh mana yang mungkin bertanggung jawab atas terjadinya masalah otot menggunakan tabel kategori tindakan owas dan dipengaruhi oleh waktu kerja. Kegunaan dari metode OWAS adalah untuk memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja, sehingga performance kerja dapat terus ditingkatkan.

Dalam metode OWAS, klasifikasi postur tubuh sudah ditentukan. Postur-postur tersebut dianalisa dan digunakan dalam perencanaan perbaikan. Elemen-elemen penting dari tubuh yang akan dipakai sebagai dasar dari pengkodean adalah tulang belakang (back), lengan (arms) dan kaki (legs). Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilalui untuk mengaplikasikan OWAS :

a) Prosedur OWAS dilakukan dengan melakukan observasi untuk mengambil data postur, beban/tenaga, dan fase kerja.

b) Melakukan pengkodean berdasar data tersebut. Evaluasi penilaian didasarkan pada skor dari tingkat bahaya postur kerja yang ada.

c) Kemudian dihubungkan dengan kategori tindakan yang harus diambil. Klasifikasi postur kerja dari metode OWAS adalah pada pergerakan tubuh bagian belakang (back ), lengan (arms), dan kaki (legs).

Berikut adalah gambar dan pengkodean untuk menilai masing-masing postur kerja1. Bagian Belakang (Back)

2. Bagian lengan (arms)

3. Bagian kaki (legs)

PergerakanSkor

Duduk1

Berdiri dengan kedua kaki lurus2

Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus3

Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut4

Berdiri atau jongkok dengan satu lutut5

Berlutut pada satu atau dua lutut6

Berjalan atau bergerak7

Beban/LoadSkor

< 10 kg1

20 kg3

d).Setelah melakukan observasi untuk semua pergerakan dan skor masing- masing pergerakan, kemudian memasukkan skor tersebut dalam Tabel Katagori tindakan OWAS untuk mengetahui level (kategori) sikap kerja.BackArms1234567Legs

123123123123123I23123Load

11111111111222222111111

21111111112222221111'I'I

3111111111223223111112

1223223223333333222233

22223223233344344334234

3334223333344444444234X

1111111112333444111111

322231111124444443331'I'I

3223111233444444444111

1233223223444444444234

42334234334444444444234

3444234334444444444234

Skor yang diperoleh dari tabel Kategori Tindakan OWAS menunjukan katagori berat ringannya beban pekerjaan dan rekomendasi dari masing- masing katagori. Hasil yang diperoleh dari metode OWAS digunakan untuk merancang metode perbaikan kerja guna meningkatkan produktifitas.2. REBA (Rapid Entire Body Assessment)REBA adalah alat untuk evaluasi resiko cedera musculoskeletal yang diasosiasikan dengan operasi penanganan bahan secara manual. Prinsipnya yaitu menggunakan metode untuk mengevaluasi pekerjaan dengan memberikan nilai (score) pada 5 aktivitas level yang berbeda. Hasil nilai ini menunjukkan tingkatan atau level resiko yang dihadapi oleh karyawan dalam melakukan pekerjaannya dan terhadap beban kerja yang ditanggungnya. Resiko dari pekerjaan terkait dengan penyakit otot dan postur tubuh.

Analisa REBA dilakukan dengan membagi postur tubuh kedalam dua kategori, kategori A dan B. Kategori A terdiri dari tubuh, leher dan kaki, sedangkan kategori B terdiri dari lengan atas dan bawah serta pergelangan untuk gerakan ke kiri dan kanan. Masing-masing kategori memiliki skala penilaian postur tubuh. Setelah penilaian postur tubuh, yang dilakukan kemudian adalah pemberian nilai pada beban atau tenaga yang digunakan serta faktor terkait dengan kopling . Nilai REBA diperoleh dengan melihat nilai dari kategori A dan B pada tabel C untuk memperoleh nilai C yang kemudian dijumlahkan dengan nilai aktivitas. Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam menerapkan metode REBA ini antara lain:

a. Mengambil data gambar posisi tubuh ketika bekerja.

b. Menentukan bagian-bagian tubuh yang akan diamati, antara lain batang tubuh, pergelangan tangan, leher, kaki, lengan atas, dan lengan bawah.

c. Perhitungan nilai melalui metode REBA dimulai dengan menganalisis posisi neck, trunk, dan leg dengan memberikan score pada masing-masing komponen.

d. Selanjutnya dilakukan scoring pada bagian upper arm, lower arm, dan wrist kemudian ketiga komponen tersebut dikombinasikan untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian kedua atau score B dan ditambah dengan coupling score.

Setelah diperoleh grand score A dan grand score B, kedua nilai tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C, melalui tabel kombinasi akhir ini kemudian ditambahkan dengan activity score akan didapat nilai akhir yang akan menggambarkan hasil analisis postur kerja. Dari final REBA score dapat diperoleh skala dari level tiap aksi yang akan memberikan pannduan untuk resiko dari tiap level dan aksi yang dibutuhkan. Perhitungan analisis postur ini dilakukan untuk kedua sisi tubuh, kiri dan kanan. Sedangkan tingkatan resiko dari pekerjaan diperoleh dari tabel keputusan REBA.Berikut adalah skema penilaian postur kerja dengan metode REBA :

3.What-if analysis

Selain OWAS dan REBA ada metode lain yang digunakan untuk mengevaluasi ketidaknyamanan dan postur kerja dan dipelukan perbaikan segera bila dapat merugikan pekerja. Metode ini disebut What If Analysis. Prinsip kerjanya adalah membuat pertanyaan tentang kemungkinan yang tidak diharapkan, kemudian menjawab dan diidentifikasi sesuai kategori yang ada kemudian diberi rekomendasi. Sehingga kita dapat mengetahui kemungkinan apa saja yang dapat terjadi sehingga pekerja dapat mengantisipasinya segera.

Langkah-langkah dalam mengisi What If Analysis adalah pertama diisi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada kolom what if? , kemudian menjawabnya dalam kolom answer. Kemudian, kemungkinan tersebut diidentifikasi ke dalam kolom likelihood. Terdapat level A sampai D dimana kemungkinan tersebut bisa dapat terjadi setiap saat sampai kemungkinan terjadi:jarang. Kemudian diisi kolom konsekuensi dari kemungkinan tersebut, dimana terdapat level-level yang menentukan, mulai dari level 1 sampai level 5. Konsekuensi dari kemungkinan tersebut dapat berupa tidak terjadi cedera dan kerugian finansial kecil sampai dapat terjadi kemungkinan dengan kerugian yang sangat besar dan dapat menghentikan seluruh kegiatan tergantung dari level yang dicapai. Kemudian diisi kolom recommendations untuk perbaikan dari kemungkinan tersebut sehingga pekerja dapat mengantisipasinya dari awal bekerja.Dalam praktikum ini terdapat tiga metode yang digunakan yaitu REBA (Rapid Entire Body Assessment), OWAS (Ovako Working Posture AnalysisSistem), dan Tabel What-if Analysis.Berikut adalah penjelasan hasil dari masing-masing ketiga metode tersebut.

A. REBA (Rapid Entire Body Assessment)

Pada metode ini kelompok kita memilih pada stasiun penggorengan sebagai stasiun terpilih. Dan melakukan pengamatan pada kedua tangannya yaitu tangan kanan dan tangan kiri.Berikut uraiannya.

1. Tangan kanan

a) Pemindahan

Pada kegiatan ini tidak dimasukan ke dalam perhitungan karena kegiatan tersebut melakukan pemindahan kerupuk dari stasiun penimbangan ke penggorengan sehingga dalam analisis REBA ini tidak di skor karena dianggap tidak masuk dalam elemen kerja pada stasiun penggorengan.

b) Penggorengan I

Pada elemen kerja ini, skor pada tabel A (analisis pada bagian leher, punggung, dan kaki) sebesar 3, skor pada tabel B (analisis lengan, pergelangan) sebesar 2, dan dari nilai pada tabel A dan tabel B didapat nilai pada tabel C (gabungan dari tabel A dan tabel C) sebesar 3. Sedangkan activity score nya sebesar 3 sehingga didapat final score (jumlah nilai pada tabel C dan activity score) sebesar 6. Menurut analisis REBA nilai 6 menunjukan jika resiko yang mungkin dialami pekerja tidak berat namun kalau dibiarkan akan membahayakan maka diperlukan perbaikan sesegera mungkin.

c) Penggorengan II

Pada elemen kerja ini skor pada tabel A (analisis pada bagian leher,punggung, dan kaki) sebesar 4, pada tabel B (analisis lengan dan pergelangan) sebesar 2 dan dari kedua tabel tersebut didapat nilai pada tabel C sebesar 4. Sedangkan nilai activity score sebesar 3 sehingga diperoleh final score dari penjumlahan nilai pada tabel C dengan activity score sebesar 7. Sesuai dengan analisis REBAmenunjukan jika pada elemen kerja ini memiliki resiko yang sedang tapi jika dibiarkan juga akan membahayakan maka perlu adanya perbaikan sesegera mungkin untuk menghindari cedera yang serius.

d) Penirisan

Pada elemen kerja ini nilai pada tabel A (analisis leher, punggung, dan kaki) sebesar 1 sedangkan pada tabel B (analisis pada bagian lengan dan pergelangan) sebesar 4 dari kedua tabel tersebut diperoleh nilai pada tabel C sebesar 2. Dan diperoleh nilai pada activity score sebesar 2 sehingga diperoleh final score sebesar 4, hal tersebut menujukan jika resiko yang ditanggung pekerja masih sedang namun tetap memerlukan perbaikan sesegera mungkin.

2. Tangan kiri

a) Pemindahan

Pada kegiatan pemindahan ini tidak masuk dalam elemen kerja pada stasiun kerja penggorengan karena kegiatan tersebut memindahkan kerupuk dari stasiun kerja penimbangan menuju ke stasiun kerja penggorengan sehingga kegiatan tersebut tidak perlu dilakukan perhitungan dalam analisis REBA ini.

b) Penggorengan I

Pada elemen kerja ini diperoleh nilai pada tabel A (analisis pada bagian leher, punggung, dan kaki) sebesar 3 dan untuk tabel B ( analisis pada bagian lengan dan pergelangannya) sebesar 5 sehingga didapat nilai pada tabel C sesuai perhitungan menggunakan data tabel A dan tabel B sebesar 4. Activity score pada elemen kerja ini sebesar 3 maka sesuai perhitungan REBA didapat hasil final score sebesar 7. Hal tersebut menunjukan jika resiko pada elemen kerja ini sedang namun jika tidak bisa dibiarkan saja karena dapat membahayakan bagi postur pekerja maka perlu perbaikan sesegera mungkin.

c) Penggorengan II

Pada elemen kerja ini nilai yang diperoleh pada tabel A (analisis pada bagian leher, punggung, dan kaki) sebesar 4 dan pada tabel B (analisis pada bagian lengan dan pergelangan) sebesar 2, sesuai dengan perhitungan pada tabel C diperoleh nilai sebesar 4 sedangkan activity score sebesar 2 sehingga sesuai perhitungan REBA diperoleh final score sebesar 6, hal tersebut menunjukan jika resiko pada elemen kerja ini masuk dalam kategori sedang tapi tetap perlu perbaikan sesegera mungkin.

d) Penirisan

Pada elemen kerja ini diperoleh nilai tabel A (analisis pada bagian leher, punggung, dan kaki) sebesar 1 dan tabel B (analisis pada bagian lengan dan pergelangan) sebesar 1 sehingga menggunakan perhitungan REBA pada tabel C diperoleh nilai C sebesar 1 juga. Dan untuk activity score sebesar 1 maka diperoleh final score yang merupakan penjumlahan dari activity score dan tabel C sebesar 2. Nilai 2 tersebut menunjukan jika resiko pada elemen kerja bagian tangan kiri dalam kategori yang rendah sehingga perbaikan mungkin dibutuhkan.B. OWAS (Ovako Working Posture AnalysisSistem)Pada metode ini semua stasiun kerja pada pabrik dianalisis.Pada pabrik yang kelompok kita pilih terdapat 11 stasiun kerja.Berikut uraiannya.1. Penimbangan

Skor untuk pergerakan punggung sebesar 1 karena dalam melakukan penimbangan pekerja punggungnya lurus tegak, bagian lengan sebesar 1 karena saat pengambilan bahan untuk ditimbang kedua tangan pekerja berada di bawah bahu, dan bagian kaki sebesar 2 karena selama penimbangan pekerja beridiri. Sedangkan beban yang diangkat mendapat skor sebesar 3 karena beban yang diangkat lebih besar dari 20 Kg sehingga dengan menggunakan tabel kategori tindakan OWAS didapat nilai total sebesar 1 nilai total sebesar 1 yang menunjukan pekerjaan normal serta menunjukan jika sikap pekerja tidak akan menyebabkan masalah pada sistem musculoskeletal. Maka pekerjaan dalam pencampuran bahan ini masuk dalam kategori pekerjaan panas dan direkomendasikan jika ruang penimbangan diperluas.

2. Pencampuran

Skor untuk pergerakan punggung sebesar 1 karena dalam melakukan pencampuran bahan pungung bekerja tetap lurus, bagian lengan sebesar 3 karena kedua tangan mengangkat ke atas bahu untuk dapat melakukan pengadukan tersebut, skor untuk kaki sebesar 2 karena selama melakukan pencampuran bahan dilakukan sambil berdiri dan skor untuk beban sebesar 1 karena pekerja tidak mengangkat beban dan hanya mengaduk sehingga bebannya lebih kecil dari 10. Dari skor tersebut diperoleh skor total sebesar 1 yang menunjukan pekerjaan normal dan sikap pekerja tidak akan menyebabkan masalah pada sistem musculoskeletal. Dalam pekerjaan ini adanya panas yang meluap dan direkomendasikan menggunakan katrol.3. Pengadonan

Skor pergerakan punggung sebesar 2 karena agar pekerja dapat meletakan bahan di mesin adonan pekerja harus membungkuk ke depan, skor untuk lengan sebesar 1 karena kedua tanganya berada di bawah bahusaat meletakan bahan ke mesin adonan, skor untuk kaki sebesar 2 karena pekerja berdiri, dan skor bebannya sebesar 1 karena beban yang diangkat dalam pemindahan tidak melebihi 10 Kg dan didapat skor total sebesar 1 ang menunjukan jika pekerjaan normal dan tidak membahayakan system MSDS bagi pekerja. Namun pekerjaan ini termasuk pekerjaan tidak nyaman dan perlu tempat duduk.4. Pengepressan

Skor untuk pergerakan punggung sebesar 2 karena pekerja saat mengambil adonan harus membungkuk ke depan, skor lengan sebesar 1 karena kedua tangan pekerja berada di bawah bahu, skor untuk kaki sebesar 2 karena pekerja selama pengepressan berdiri dan skor beban sebesar 1 karena beban bahan yang diangkat kurang dari 10 Kg sehingga diperoleh total skor sebesar 2 dimana masuk dalam kategori pekerjaan agak berat, hal tersebut menunjukan jika sikap pekerja berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan di masa mendatang. Dalam pekerjaan ini menunjukan ada keberatan beban meski beban yang diangkat kecil tapi sikapnya yang kurang baik sehingga direkomendasikan ada tempat duduk.

5. Pencetakan

Skor untuk pergerakan punggung sebesar 1 karena selama pencetakan punggung pekerja lurus, untuk lengan sebesar 1 karena kedua tangan berada di bawah bahu, skor untuk kaki sebesar 2 karena pekerja berdiri selama pencetakan dan skor untuk beban sebesar 3 karena lebih dari 20 kg sehingga diperoleh skor total sebesar 1 yang menunjukan pekerjaan normal dan postur pekerja dalam melakukan pekerjaan tidak akan menyebabkan MSDS. Namun dikategorikan pekerjaan panas dan direkomendasikan untuk diberikan tempat duduk bagi pekerja.

6. Penguapan

Skor pergerakan punggung sebesar 1 karena selama penguapan pekerja punggungnya lurus, untuk pergerakan lengan sebesar 1 karena kedua tangan berada di bawah bahu, skor pergerakan kaki sebesar 2 karena dalam proses penguapan pekerja berdiri atau tidak duduk dan skor untuk beban sebesar 3 karena beban pekerja dalam penguapan mampu melebihi 30 Kg sehingga didapat skor total sebesar 1, hal tersebut menunjukan jika pekerjaan normal dan tidak ada masalah yang dapat menyebabkan MSDS. Namun dalam hal ini bisa dikatakan jika pekerjaan panas dan memerlukan rekomendasi untuk menggunakan pakaian yang lebih melindungi pekerja.

7. Penjemuran

Skor untuk pergerakan punggung sebesar 1 karena pekerja dalam melakukan penjemuran punggungnya lurus, bagian lengan sebesar 2 karena salah satu tangan berada di atas bahu dalam mengangkat ebek untuk diletakkan di tempat penjemuran, bagian kaki sebesar 2 karena berdiri saat melakukan pemindahan. Sedangkan dalam kegiatan ini skor untuk beban sebesar 1 karena beban yang diangkat (berat per ebek) tidak melebihi 10 Kg dan dengan menggunakan tabel kategori tindakan OWAS didapat nilai total sebesar 1 yang masuk dalam kategori pekerjaan normal, hal tersebut menunjukan jika pekerjaan tidak akan menyebabkan masalah MSDS. Namun stasiun ini merupakan pekerjaan berat dan panas sehingga diperlukan rekomendasi untuk memasang roda pada ebek.8. Pengovenan

Skor untuk pergerakan punggung pada pekerjaan ini sebesar 1 karena punggung pekerja lurus, bagian lengan skornya sebesar 3 karena kedua tangannya mengangkat ke atas bahu saat mengangkat ebek ke dalam oven, bagian kaki sebesar 2 karena pekerja berdiri, dan skor untuk beban yang diangkat sebesar 1 karena beban yang diangkat (berat per ebek) tidak melebihi 10 Kg. dan menggunakan tabel kategori tindakan didapat nilai total sebesar 1 yang menunjukan jika pekerjaan normal dan tidak akan menyebabkan masalah MSDS. Pekerjaan ini termasuk pekerjaan panas karena adanya uap panas yang meluap sehingga direkomendasikan untuk memakai alat.

9. Penimbangan

Skor untuk pergerakan punggung sebesar 2 karena pekerja dalam menimbang bahan-bahan membungkuk ke depan, bagian lengan sebesar 1 karena kedua tangannya berada di bawah bahu, dan bagian kaki sebesar 1 juga karena posisi pekerja saat menimbang duduk, sedangkan skor untuk beban yang diangkat sebesar 1 karena pada kegiatan penimbangan beban yang diangkat pekerja tidak mencapai 10 Kg. sehingga didapat nilai total sesuai dengan tabel kategori tindakan OWAS sebesar 2 yang menunjukan jika pekerjaan agak berat, dimana sikap pekerja berbahaya bagi sistem MSDS sehingga memerlukan perbaikan di masa mendatang. Selain masuk dalam pekerjaan tidak nyaman dan direkomendasikan adanya alat penimbangan di bahan.

10. Penggorengan

Skor untuk pergerakan punggung pada kegiatan ini sebesar 2 karena pekerja dalam menggoreng kerupuk membungkuk ke depan untuk dapat menjangkau area menggoreng, bagian lengan sebesar 1 karena kedua tangan berada di bawah bahu, dan bagian kaki sebesar 2 karena pekerja dalam menggoreng kerupuk dalam posisi berdiri. Sedangkan pada skor beban yang diangkat sebesar 1 karena beban tidak melebihi 10 Kg. sehingga diperoleh nilai total sebesar 2 yaitu pekerjaan agak berat dan sikap pekerja dapat membahayakan sistem MSDS dan perlu perbaikan d masa mendatang. Selain itu masuk dalam pekerjaan berat oleh karena itu direkomendasikan ada alat yang diperlukan untuk mempermudah pekerjaan seperti katrol.

11. Penirisan

Skor untuk pergerakan punggung pada penirisan sebesar 2 karena pekerja membungkuk ke depan saat meletakkan saringan ke tempat penirisan, bagian lengan sebesar 1 karena kedua tangan berada di bawah bahu, dan bagian kaki sebesar 2 karena pekerja berdiri sedangkan skor untuk beban yang diangkat sebesar 1 karena beban tidak melebihi 10 Kg. sehingga diperolah nilai total sebesar 2 yang menunjukan pekerjaan agak berat dimana, pada sikap pekerja ini dapat membahayakan sistem MSDS dan perlu perbaikan di masa mendatang . selain itu masuk dalam kategori keberatan dan perlu direkomendasikan menggunakan alat seperti katrol.C. Tabel What-if Analysispada metode ini menganalisis mengenai hal-hal yang mungkin terjadi pada stasiun kerja yang terpilih yaitu penggorengan dan dapat membahayakan pekerja serta dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Berikut uraiannya.

1. Adanya kemungkinan minyak panas yang mengenai badan pekerja. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadi luka bakar pada tubuh pekerja. Kemungkinan terjadinya sering dan konsekuensinya termasuk minor karena kejadian tersebut hanya menyebabkan cedera ringan dan kerugian finansialnya pun rendah. Rekomendasi yang sesuai dengan kejadian tersebut yaitu agar pekerja menggunakan sarung tangan dan apron sehingga tubuh pekerja lebih terlindungi dari minyak panas.

2. Adanya kemungkinan asap panas dari wajan yang mengenai wajah pekerja, hal tersebut kemungkinan terjadi sering dan menyebabkan mata pekerja menjadi perih serta mengganggu pernapasan. Kerugian yang diakibatkan dalam kategori minor karena cedera yang dialami pekerja masih dalam kategori ringan dan kerugian finansial yang diakibatkan juga rendah. Rekomendasi yang diusulkan untuk mengatasi kejadian tersebut dengan memerintahkan pekerja menggunakan masker serta kaca mata.

3. Saat pekerja menyalakan api dalam tungku adanya kemungkinan asap pembakarannya terhirup oleh pekerja sehingga menyebabkan pekerja tersedak atau batuk-batuk. Hal tersebut kemungkinan terjadinya sering dan konsekuensi yang ditimbulkannya dalam kategori minor karena masih dalam cedera ringan dan kerugian finansial yang diakibatkan pun rendah dan direkomendasikan agar pekerja menggunakan masker.

4. Terjadinya tangan atau lengan keseleo karena keberatan beban saat pekerja mengangkat kerupuk dari penggorengan yang sudah selesai untuk digoreng. Hal tersebut dapat menyebabkan pekerja kesusahan dalam mengangkat kerupuk dari penggorengan. Kemungkinan terjadinya bisa terjadi sekali-kali dan konsekuensinya yaitu masuk dalam kategori moderate karena cederanya sedang dan jika kerugian finansialnya besar karena mempengaruhi produktivitas pekerja saat menggoreng. Jika pekerja lamban dalam menggoreng sedangkan bahan-bahan terus diproses (minyak tanah, listrik, minyak goreng)tentu akan terbuang sia-sia. Maka dari itu direkomendasikan agar pekerja dalam sekali goreng menyesuaikan beban dengan kemampuannya.

5. Saat menyalakan api tungku ada kemungkinan tangan pekerja terkena percikan api ketika memasukkan kayu ke dalam tungku. Hal tersebut dapat menyebabkan luka bakar pada tangan pekerja. Kejadian tersebut dapat terjadi sekali-kali dan konsekuensi yang ditimbulkan dalam kategori minor karena cedera yang disebabkan ringan dan kerugian finansialnya pun rendah. Rekomendasinya adalah agar pekerja menggunakan sarung tangan.

6. Dalam melakukan penggorengan, nyala api tungku dijaga agar tetap membara dengan memberinya kipas angina karena kipas angina yang membuat api tungku terus menyala dan tetap konstan namun adanya kemungkinan jika alat ini tiba-tiba rusak tentu hal tersebut menyebabkan nyala api tidak bisa maksimal (kecil). Meski kemungkinan terjadinya jarang tapi konsekuensi yang ditimbulkan cukup besar karena masuk dalam kategori moderate yaitu kerugian finansial besar karena hal tersebut menghambat kinerja pekerja dalam menggoreng kerupuk dan dibutuhkan waktu yang lebih lama. Rekomendasinya adalah melakukan perawatan dan perbaikan alat secara berkala.

7. Selama menggoreng adanya kemungkinan tangan atau lengan pekerja merasa pegal-pegal, hal tersebiut menyebabkan pekerja tidak dapat menggoreng dengan kecepatan yang konstan atau frekuensinya menurun. Kemungkinan terjadinya pun sering dan konsekuensi yang ditimbulkan termasuk minor karena cedera yang diakibatkan masih ringan dan kerugian finansialnya pun rendah. Oleh karena itu direkomendasikan jumlah kapasitas per gorengnya dikurangi atau dibuat shift (giliran).8. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengukur analisis kenyamanan dan postur kerja selain OWAS dan REBA antara lain NBM , RULA, dan BRIEF. Nordic Body Map (NBM) adalah suatu kuesioner yang digunakan untuk mengetahui pada bagian mana saja para pekerja mengalami rasa sakit yang diakibatkan oleh posisi mereka pada saa melakukan pekerjaannya. Rasa sakit ataupun nyeri yang mereka rasakan dapat bereasal dari posisi badan mereka yang salah saat bekerja, terlalu beratnya alat yang digunakan atau fasiltas yang digunakan tidak cocok dengan kondisi badan si pekerja. Oleh karena itu, dengan adanya Nordic Body Map yang digunakan untuk menganalisis kegiatan bekerja mereka yang benar maupun yang salah kemudian memperbaiki posisi saat bekerja mereka. Cara menganalisis bekerja suatu pekerja didalam suatu bidang industri dapat dilakukan dengan cara mengamatinya secara langsung dan mengukur dimensi dari alat maupun pekerjanya. Didalam kuesioner Nordic Body Map ini terdapat beberapa pertanyaan menyangkut tentang bagian-bagian tubuh mana saja yang mengalami rasa nyeri maupun rasa sakit yang diderita oleh pekerja saat sebelum melaksanakan pekerjaan, saat bekerja dan sesudah melakukan pekerjaannya. 9. RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan suatu tool yang berbentuk survei untuk mengidentifikasikan pekerjaan yang menyebabkan resiko cedera kumulatif (Cummulative Trauma Disorders/CTD) melaluianalisispostur, gaya, dan penggunaan otot. Tool ini merupakan screening tool yang mendetail untuk menguji kecenderungan pekerjaterhadapresiko cedera pada postur, gaya, penggunaan otot, danpergerakanpekerjapadasaatmelakukanpekerjaannya. Hasil analisis akan mengindikasikan derajat kencenderungan pekerja mangalami resiko tersebutdan menyediakan metode untuk prioritas kerja untuk membantu dalam investigasi pekerjaan lebihlanjut. Tool initidakmemberikan rekomendasi yang spesifik terhadap modifikasi pekerjaan. Tool ini dirancang untuk menjadi survey yang mudah digunakan dan cepat yang dapat menjawab keperluan akan analisis yang lebih detail.10. BRIEF (Baseline Risk Identification of Ergonomic Factors) adalah alat penyaring awal menggunakan struktur dan bentuk sistem tingkatan untuk mengidentifikasi penerimaan tiap tugas dalam suatu pekerjaan. BRIEF digunakan untuk menentukan sembilan bagian tubuh yang dapat berisiko terhadap terjadinya gangguan musculoskeletal. Bagian tubuh yang dianalisa meliputi tangan dan pergelangan tangan kiri, siku kiri, bahu kiri, leher, punggung, tangan dan pergelangan tangan kanan, siku kanan, bahu kanan, dan kaki. Penilaian pekerjaan menggambarkan tinjauan ulang ergonomi secara mendalam dari ketiga penetapan data (sederhana, mudah dipahami, dan dapat dipercaya) dan juga yang paling memberikan beban paling berat. Survei ini mengidentifikasi risiko-risiko yang berhubungan dengan postur, tenaga, durasi, dan frekuensi ketika mengamati bagian tubuh tersebut.

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis postur tubuh pekerja pada stasiun penggorengan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Elemen Kerja Pemindahan kerupuk mentahPada elemen kerja ini menunjukkan bahwa sikap ini sedikit berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga akan lebih lagi ketika dilakukan perbaikan.2. Elemen PenggorenganPada elemen kerja ini menunjukkan bahwa sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap kerja mengakibatkan resiko yang jelas) sehingga memerlukan perbaikan secara langsung saat itu.

3. Elemen Kerja PenirisanPada elemen kerja ini menunjukkan bahwa sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap kerja mengakibatkan resiko yang jelas) sehingga memerlukan perbaikan secara langsung saat itu.DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2010. Metode Ovako Working Posture Analysis (OWAS). Dalam http://lpskeuntirta.blogspot.com/2010/12/metode-ovako-working-posture-analysis.html. Diakses tanggal 26 Maret 2013 pukul 20.36WIB.

Anonim II. 2011. Pengertian REBA. Dalam http://ilmukita.blogspot.com diakses

tanggal 27 Maret 2013 pukul 20.31 WIB.

Apple, J.M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. ITB. Bandung

Barnes, R.M. 1980. Motion and Time Study Design and Measurement of Work.

John Wiley and Sons. Singapore

Diyan. 2010. OWAS. Dalamhttp://diyan.staff.umm.ac.id/2010/02/25/owas/. Diakses 27 Maret 2013 pukul 22.21 WIB.

Devi. 2000. Perbaikan Metode Kerja Pada Bagian Pengecapan DRUUK dengan

Pendekatan Predetermined Times Sistem Sebagai Alternatif Peningkatan

Produktivitas. Jurusan TI Fakultas TI Universitas Pembangunan Nasional

VETERAN. Yogyakarta.

Karhu et al. 1981. Observing Works Posture in Industry: Example of OWAS Application. APPLIED ERGONOMICS. 12 Page 13-17.

Mulyati dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Teknik Tata Cara Kerja. Yogyakarta: Jurusan Teknologi Industri Pertanian.

Nurmianto.1996. Ergonomi,Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Guna Widya.

Tarwaka, Bakri. 2004. Ergonomi untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA Press. Tayyari, F. 1997. Occupational Ergonomics: Principles and Applications.Chapment & Hall.

Wignjosoebroto, S. 1995. Pemahaman Postur Kerja. Institut Teknologi Sepuluh

November. Penerbit Guna Widya. Jakarta.Wignjosoebroto, Sritomo. 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu : Teknik Analisis untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : PT. Gunawidya.Dicatat waktu setiap elemen kerja dalam 1 hari

kjhjkhjgyg

Pekerjaan tersebut dibagi menjadi elemen-elemen kerja

Ditetapkan metode kerja yang standar

Timbang berat bahan yang ditangani

Diberikan kuesioner What..If sebelum pekerja bekerja dan setelah pekerja selesai bekerja

Diamati salah satu karyawan yang ada di stasiun kerja yang sedang bekerja dengan postur kerja yang diperkirakan kurang nyaman.

Dibahas dalam laporan, bandingkan metode OWAS dan REBA dan rancangan perbaikan postur kerjanya

Dibahas apa kesimpulan aplikasi OWAS dan REBA ?

Postur kerja diobservasi, lalu diberikan skor sesuai dengan pergerakan masing-masing anggota badan menggunakan OWAS dan REBA

Kemudian didokumentasikan ( dengan beberapa foto ) postur kerja dari orang tersebut saat bekerja. Dari arah depan, belakang, kanan, kiri