Page 1
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran-ukuran tubuh yang meliputi BB,
TB, LK dan lain-lain, atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel-sel pada semua
sistem organ tubuh. (Vivian, 2013:48)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes
RI, 2012:4). Pertumbuhan terjadi secara simultan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar,
jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.Pertumbuhan
bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram),
satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen dalam tubuh). (Marmi dan Kukuh, 2015:110)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan strukur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Depkes,
2012).
a. Panjang Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat keadaan
status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu.Pertumbuhan tinggi/panjang
Page 2
8
badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan
gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
b. Pengukuran panjang badan
Pengukuran ini digunakan untuk mengukur panjang badan bagi anak yang
berusia < 2 tahun dan panjang badan ≤ 50 cm serta menggunakan alat ukur
panjang badan. Menggunakan alat pengukur panjang badan yang terbuat dari
papan kayu yang dikenal dengan nama Length Board.
c. Pengukuran tinggi badan
Pengukuran ini digunakan untuk mengukur tinggi badan anak yang telah
dapat berdiri tanpa bantuan.Pengukuran tinggi badan di lakukan dengan alat
pengukur tinggi micro.
Tabel 1 Cara pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) sesuai tabel berikut
No Cara pengukuran
1 Cara mengukur dengan posisi berbaring:
a. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
b. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
c. Kepala bayi menempel pada pembatas angka O.
d. Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
e. pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
f. Petugas 2: tangan kiri menekan lutu bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki
Page 3
9
2 Cara mengukur dengan posisi berdiri
a. Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
b. Berdiri tegak menghadap kedepan.
c. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
d. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
e. Baca angka pada batas tersebut.
Sumber Kemenkes RI 2018
Gambar 1 Petugas 2: membaca angka di tepi di luar pengukur
Sumber Kemenkes RI 2018
Gambar 2 Cara mengukur dengan posisi berdiri
Sumber Kemenkes RI 2018
Page 4
10
1) Berat Badan
Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah
si ukur dan di ulang, dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat.Beberapa
keadaan klinis dapat mempengaruhi ebrat badan seperti terdapat oedema dan
hidrosefalus.Perubahan berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapat
perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi (Iskandar, 2009).
Penilaian BB/TB berdasarkan prosentase :
a) > 120% : Obesitas
b) 110-120% : Overweight
c) 90-110% : Normal
d) 70-90% : Gizi kurang
e) <70% : Gizi buruk
Tabel 2 Cara pengukuran berat badan /tinggi badan
No Cara pengukuran
1 Menggunakan timbangan bayi
a. Timbangan bayi di gunakan untuk menimbang anak sampai umur 2
tahun atau selama anak masih bisa berbaring /duduk tenang `
b. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang
c. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka o
d. Bayi sebaiknya telanjang tanpa topi,kaos kaki sarung tangan
e. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan .
f. Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
Page 5
11
g. Baca angka yang di tunjukan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan .
h. Bila bayi terus menerus bergerak,perhatikan gerakan jarum,baca
tengah-tengah gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
2 Menggunakan timbangan injak
a. Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak.
b. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka O.
c. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang
sesuatu.
d. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
e. Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
f. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
Sumber Iskandar, 2009
2) Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala dilakukan untuk menjaring kemungkinan
adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak lingkaran
kepala dipengaruhi oleh status gizi pada anak sampai usia 36 bulan (Matondang,
2009).
Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui
lingkaran kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal.
Page 6
12
Jadwal, disesuaikan dengan umur anak.Umur 0–11 bulan, pengukuran
dilakukan setiap tiga bulan.Pada anak yang lebih besar, umur 12–72 bulan,
pengukuran dilakukan setiap enam bulan.Pengukuran dan penilaian lingkaran
kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
Cara mengukur lingkaran kepala
a) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik
agak kencang.
b) Baca angka pada pertemuan dengan angka O.
c) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
d) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak.
e) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.
Gambar 3 Pengukuran Lingkar Kepala
Sumber Kemenkes RI 2018
d. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa
itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
Page 7
13
1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2) Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa
perlambatan, serta lanjut tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-
organ. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat, yaitu pada masa janin, masa
bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas. Sedangkan pertumbuhan organ-organ
tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum, limfoid, neural, reproduksi.
3) Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
berbeda antara anak satu dengan yang lain.
4) Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
5) Aktivitas seluruh tubuh diganti nrespon individu yang khas.
6) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
7) Reflek primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunteer tercapai.
e. Anamnesis Tumbuh Kembang
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam anamnesis tumbuh
kembang anak, adalah sebagai berikut :
1) Anamnesis faktor prenatal dan perinatal
Merupakan faktor yang penting untuk mengetahui perkembangan anak.
Anamnesis harus menyangkut faktor resiko untuk terjadinya gangguan
perkembangan fisik dan mentak anak, termasuk faktor untuk buta, tuli palsi
selebralis, dll. Anamnesis juga menyangkut penyakit keturunan dan apakah ada
perkawinan anatara keluarga.
Page 8
14
2) Kelahiran prematur
Harus dibedakan antara bayi prematur (SMK : Sesuai Masa Kehamilan)
dengan bayi dimatur (KMK: Kecil Masa Kehamilan). Dimana telah terjadi
retardasi pertumbuhan intrauterin.
Pada bayi prematur, karena dia lahir cepat dari kelahiran normal, maka
harus diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterin yang tidak sempat dilalui
tersebut. Misalnya bayi lahir umur 3 bulan (umur kehamilan 6 bulan), kalau bayi
ini dilakukan pemeriksaan 6 bulan setelah lahir, maka dia tidak bisa dibandingkan
dengan bayi usia 6 bulan, tetapi harus bayi 3 bulan (setelah koreksi 3 bulan masa
pertumbuhan intrauterin yang tidak sempat dilaluinya tersebut). Sedangkan pada
postmatur, masih belum jelas apakah diperhitungkan keterlambatan lahirnya
tersebut. Karena pada postmatur sering disertai dengan insufisiensi plasenta,
sehingga dirasakana tidak perlu diperhitungkan berapa lama dia postmatur.
a) Anamnesis harus menyangkut faktor lingkungan yang memengaruhi
perkembangan anak. Misalnya untuk menilai perkembangan motorik anak
harus ditanyakan apakah ibunya memberikan kesempatan pada anak unutk
belajar.
b) Penyakit-penyakit yang memengaruhi tumbuh kembang dan malnutrisi
contohnya marasmus dan kwashiorkor.
c) Anamnesis kecepatan tumbuh kembang anak
Merupakan informasi sangat penting yang harus ditanyakan pada ibu saat
pertama kali datang. Tidak selalu perkembangan anak mulus seperti pada
teori, ada kalanya perkembangan anak normal sampai umur tertentu,kemudian
mengalami keterlambatan. Ada juga yang mulainya terlambat atau karena
Page 9
15
sakit, perkembangan terhenti yang kemudian normal kembali. Dapat juga
perkembangan yang langsung pesat, misalnya pada perkembangan bicara.
d) Pola perkembangan anak dalam keluarga
Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada
kalanya perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat lebih
cepat/lambat, demikian pula dengan perkembangan bicara atau kemampuan
mengontrol buang air besar/kecil.
f. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pada Balita
Anak usia balita pada umumnya memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan normal yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor internal mau pun faktor
eksternal.Begitu pula sebaliknya, ada beberapa faktor yang dapat menghambat
tumbuh kembang anak baik dari internal mau pun karena faktor lingkungannya.
Berikut ini faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak:
1) Faktor internal pertumbuhan
Ada banyak faktor internal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak, di antaranya adalah:
Faktor genetik adalah salah satu faktor yang memberikan pengaruh yang
besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan fisik anak sangat
dipengaruhi oleh gen bawaan orang tuanya. Jika orang tuanya tinggi, maka
anaknya pun akan mewarisi gen tinggi tersebut, begitu pula sebaliknya. Melalui
instruksi dalam sel telur yang telah dibuahi, kualitas dan kuantitas pertumbuhan
anak dapat ditentukan.
Page 10
16
a) Gen
Faktor genetik adalah salah satu faktor yang memberikan pengaruh yang
besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan fisik anak sangat
dipengaruhi oleh gen bawaan orang tuanya. Jika orang tuanya tinggi, maka
anaknya pun akan mewarisi gen tinggi tersebut, begitu pula sebaliknya. Melalui
instruksi dalam sel telur yang telah dibuahi, kualitas dan kuantitas pertumbuhan
anak dapat ditentukan.
b) Ras
Ras suatu bangsa mempengaruhi tumbuh kembang anak.Pertumbuhan
anak Indonesia berbeda dengan pertumbuhan anak dari Amerika atau Arab karena
rasnya berbeda.
c) Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga
menyebabkan asupan makanan menjadi rendah yang akhirnya menyebabkan
kurang gizi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2009).
Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-
sendiri maupun bersamaan, yaitu:
(1) Penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunya
absorbsi, dan kebiasaan mengurangi makan pada pada saat sakit.
(2) Peningkatan kehilangan cairan /zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah
dan perdarahan yang terus menerus.
(3) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit
(human host) dan parasit yang terdapat dalam tubuh. (Supariasa, 2012).
Page 11
17
2) Faktor Eksternal pertumbuhan
Beberapa faktor eksternal baik sebelum kelahiran mau pun setelah lahir
dapat mempercepat mau pun menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Faktor eksternal tersebut di antaranya adalah:
a) Kondisi dalam kandungan
Faktor prenatal sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Jika nutrisi
dalam kandungan tercukupi, maka anak akan tumbuh dengan baik. Sebaliknya
jika gizi yang diterima sejak di kandungan tidak tercukupi, anak akan mengalami
hambatan dalam pertumbuhannya seperti berat badan yang kurang, perkembangan
otak terhambat, dan anemia pada saat bayi baru lahir.
Lamanya bayi dalam kandungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
b) Kasih sayang
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh kasih sayang yang diberikan
orang tua pada si anak. Kasih sayang yang cukup akan membuat anak lebih
mudah berkembang dan cenderung lebih cerdas. Hal ini terjadi karena stimulasi
lingkungan yang baik dapat menambah lapisan otak dan jumlah sinaps dan lapisan
kapiler di otak. Sedangkan jika anak terlalu banyak dibentak dan kurang
menerima kasih sayang, saraf-saraf di otak akan mengalami gangguan
perkembangan bahkan beberapa putus sehingga menyebabkan anak menjadi
lamban dan perkembangannya tidak optimal.
c) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial dan pendidikan yang baik dapat membentuk
kepribadian yang baik pada anak. Sebaliknya lingkungan yang buruk juga akan
Page 12
18
menghambat perkembangan anak dan bahkan menjadikan anak mengalami
gangguan mental. Oleh karenanya, untuk menjadikan anak berkembang secara
optimal anak juga membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk
perkembangannya
d) Sosial ekonomi
Banyaknya anak balita yang kurang gizi dan gizi buruk di sejumlah
wilayah di tanah air disebabkan ketidaktahuan orang tua akan pentingnya gizi
seimbang bagi anak balita yang pada umumnya disebabkan pendidikan orang tua
yang rendah serta faktor kemiskinan.
Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan
yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan
karena alasan sosial ekonomi yaitu kemiskinan. Faktor karakteristik keluarga yang
menjadi pertimbangan dan dapat mempengaruhi hasil adalah pendapatan keluarga
dan tingkat pendidikan ibu. (Rahardjo, 2012)
e) Pendidikan
Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan
meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga
dapat meningkatkan daya beli makanan (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2009)
g. Indikator Pertumbuhan atau Cara Penilaian Pertumbuhan Anak
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian
pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit,
lingkar lengan atas, panjang lengan, proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Menurut
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas,
Page 13
19
1997) dan Narendra (2003) macam-macam penilaian pertumbuhan fisik yang
dapat digunakan adalah:
1) Pengukuran Berat Badan
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan
keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju
Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhan nya dan
dilakukan intervensi jika terjadi penyimpangan.
2) Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan
berbaring sedangkan diatas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri.
Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang
mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti
perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak
maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada
diameter occipito frontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai
standar.
h. Deteksi Pertumbuhan Anak Berdasarkan Antopometri
Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakan di masyarakat (Almatsier, 2004). Pengukuran antropometri ini
dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan
menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).
Page 14
20
Ukuran antropometri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
(Nursalam, 2005) :
1) Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Dengan
demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong
normal untuk anak seusianya.
2) Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan
pengukuran lainnya tanpa memerhatikan berapa umur anak yang diukur.
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian
BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
Pengukuran Berat badan/BB :
a) Menggunakan timbangan bayi.
(1) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2
tahun atau selama anak masih bias berbaring/duduk tenang.
(2) Letakkan timbangan pada meja ang datar dan tidak mudah bergoyang.
(3) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
(4) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaiki, sarung tangan.
(5) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
(6) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
(7) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
(8) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
Page 15
21
b) Menggunakan timbangan injak.
(1) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak.
(2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka 0.
(3) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
(4) Anak berdiri di atas timbangantanpa dipegangi.
(5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
(6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
(7) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
Pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)
a) Cara mengukur dengan posisi berbaring
(1) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
(2) Bayi dibaringkan terlentang pada alas yang datar.
(3) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
(4) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala)
(5) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
(6) Petugas 2 membaca angka di tepi luar pengukur.
Page 16
22
b) Cara mengukur dengan posisi berdiri:
(1) Anak tidak memakai sandal/sepatu
(2) Berdiri tegak menghadap kedepan.
(3) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
(4) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
(5) Baca angka pada batas tersebut.
Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2002):
(1) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara diatas.
(2) Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran.
(3) Pilih kolom berat badan untuklaki-laki (kiri) atau perempuan (kanan)
sesuai jenis kelamin, cari angka berat badan yang terdekat dengan
berat badan anak.
(4) Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui angka Standar Deviasi (SD)
i. Indeks Antropometri
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah ukuran
antropometri yang sangat labil (Supariasa, 2001).
Dalam keadaan normal dimana kesehatan baik, keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti
Page 17
23
pertumbuhan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua
kemungkinan perkembangan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat.
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan
menurut umur digunakan sebagai salah satu pengukuran status gizi. Mengingat
karakteristik berat badan, maka indeks BB/U menggambarkan status gizi
seseorang saat ini (Supariasa, 2001).
2) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan
tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
saat ini/sekarang (Supariasa, 2001).
Kelebihan indeks berat badan menurut tinggi badan (Supariasa, 2001) :
a) Tidak memerlukan data umur
b) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, atau kurus).
Kelemahan indeks berat badan menurut tinggi badan (Supariasa, 2001) :
a) Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup tinggi atau
kelebihan tinggi badan menurut umurnya
b) Sering mengalami kesulitan pengukuran tinggi badan
c) Membutuhkan dua macam alat ukur
d) Pengukuran relatif lama
e) Membutuhkan dua orang melakukannya
f) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama oleh
kelompok non-profesional
g) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Page 18
24
Kelebihan indeks berat badan menurut umur (BB/U) (Supariasa, 2001) :
a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
b) Baik untuk status gizi akut maupun kronis
c) Berat badan dapat berfluktuasi
d) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
e) Dapat mendeteksi kegemukan
Kekurangan indeks berat badan menurut umur (BB/U) :
a) Interpretasi yang keliru jika terdapat edema atau esites
b) Umur sering sulit ditaksir dengan tepat
c) Sering terjadi kesalahan pengukuran seperti pengaruh pakaian atau gerakan
pada waktu penimbangan
d) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya.
3) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitif
terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi
zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama
(Supariasa, 2001).
Kelebihan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) (Supariasa, 2001) :
a) Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa
Kelemahan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) (Supariasa, 2001) :
a) Tinggi badan tidak cepat naik
Page 19
25
b) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan dua orang untuk melakukannya
c) Ketepatan umur sulit didapati
4) Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan
pekerjaan tubuh memperoleh energi dari makanan yang dimakan dan energi yang
dimakan ini terdapat sebagai energi kimia yang dapat diubah menjadi energi
bentuk lain. Bentuk energi yang berkaitan dengan proses-proses biologi adalah
energi kimia, energi mekanik, energi panas dan energi listrik (Budiyanto, 2004).
Angka Kecukupan Gizi (Recommended Dietary Allowance) merupakan
rekomendasi asupan berbagai nutrien esensial yang perlu dipertimbangkan
berdasarkan pengetahuan ilmiah agar asupan nutrien tersebut cukup memadai
untuk memenuhi kebutuhan gizi pada semua orang yang sehat. AKG
mencerminkan asupan rata-rata sehari yang harus dikonsumsi oleh populasi dan
bukan merupakan kebutuhan perorangan (Hartono, 2006).
2. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian. (kementrian kesehatan RI, 2012)
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.Berbeda
dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan
susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan
system neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan social.Kesemua fungsi
tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
Page 20
26
a. Aspek-aspek perkembangan yang dipantau pada anak usia 12-15 Bulan
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai
umurnya.Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran,
perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang
terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan
tidak mendapat stimulasi (Kania 2010).Stimulasi yang diperlukan anak usia 12-15
bulan adalah :
1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yasng berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya (Kementerian kesehatan RI, 2012 : 7)
Page 21
27
b. Patologis Tumbuh Kembang
Menurut (Kemenkes RI, 2016:4), faktor-faktor yang menjadi penyebab
tumbuh kembang anak adalah:
1) Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada anak.
a) Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediteras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b) Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
c) Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
d) Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada ank perempuan berkemban lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-
laki akan lebih cepat.
e) Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi cirri khasya.
f) Kelainan kromosom.
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
Page 22
28
2) Faktor luar (eksternal)
a) Faktor Prenatal
(1) Gizi
Nutrrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
(2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
(3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomide dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
(4) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hiperplasia, adrenal.
(5) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikroseli, spina bifida, retardasi mental dan deformitas
anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
(6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental
dan kelainan jantung kongenital.
Page 23
29
(7) Kelainan imunologi.
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
anin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hierbilirubinemia dan kern ikterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
(8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
(9) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.
b) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti traumakepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c) Faktor pascsalin
(1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
(2) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
Page 24
30
(3) Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang krang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
(4) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki orangtuanya atau anak yang selalu tertekan, akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
(5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
(6) Sosiol ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yan jelek dan ketidaktahuan akan menghambat
pertumbuhan anak.
(7) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkuna pengasuhan,nteraksi ibu-anak sanga mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
(8) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, ketertiban
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
Page 25
31
(9) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormone pertumbuhan.
d) Faktor adat istiadat meliputi :
(1) Pekerjaan dan pendapatan keluaraga
(2) Pendidikan ayah dan ibu
(3) Jumlah saudara
(4) Jenis kelamin dalam keluaraga
(5) Stabilitas rumah tangga
(6) Kepribadian ayah dan ibu
(7) Adat istiadat, norma-norma, dan tabu-tabu
(8) Agama
(9) Urbanisasi
(10) Kehidupan politik dalam masyarakat yang memengaruhi kepentingan
anak, anggaran,dan lain-lain (sulistyawati, ari. 2017 : 3)
B. Balita
Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling
hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini
merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan
pertumbuhan intelektual.(Mitayani, 2010).Balita adalah anak yang berumur 0-59
bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat.
Page 26
32
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan
lain masih terbatas. (Sutomo, 2010).
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima
tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan
kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh
dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode
tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (supartini, 2004).
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara
dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
(Sutomo, 2010)
Page 27
33
C. Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Definisi
Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan
perilaku.
a. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Meliputi gangguan pertumbuhan diatas normal dan gangguan
pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola
pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak
lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal.
Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak
mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal.
Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam mendeteksi
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala
menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar
kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita
hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal.
Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak
menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi
normal. Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis
gangguan penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas
visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia,
Page 28
34
butawarna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain
sebagainya. (Soetjiningsih, 2003). Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan
menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural. Menurut Hendarmin (2000), tuli
pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal
antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama kehamilan.
Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah infeksi
bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.
b. Gangguan Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot
atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami
keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia,
atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spinabifida juga dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular
sepe timuscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan
berjalan. Namun,tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu
didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga
dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang
tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau
diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai
kemampuan motorik.
c. Gangguan perkembangan bahasa Kemampuan bahasa
Merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak. Kemampuan
berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku
Page 29
35
(Widyastuti,2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan
berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia
rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat,
dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena
adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebralpalsi. Gagap juga
termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan
karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih, 2003).
d. Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai
gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan
yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila
mempengaruhi interaksi sosial dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang
dapat dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan
kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan perkembangan pervasif pada
anak meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi sosial. Menurut
Widyastuti (2008) autism adalah kelainan neurobiologis yang menunjukkan
gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan
terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti
berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.
Gangguan pertumbuhan merupakan suatu keadaan apabila pertumbuhan
anak secara bermakna lebih rendah atau pendek dibandingkan anak seusianya
yang berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) berada dibawah–2
SD kurva pertumbuhan WHO 2005 (Kemenkes RI, 2010).
Page 30
36
Penilaian gangguan pertumbuhan dapat dilakukan sedini mungkin sejak
anak dilahirkan. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan pertumbuhan
anak secara dini, sehingga upaya pencegahan dapat diberikan dengan indikasi
yang jelas pada masa-masa kritis proses pertumbuhan sesuai dengan umur anak,
dengan demikian dapat tercapai kondisi pertumbuhan yang optimal. (Tim Dirjen
Pembinaan Kesmas, 1997).
Penilaian pertumbuhan dapat dilakukan melalui penilaian pertumbuhan
fisik salah satunya adalah melalui pemantauan tinggi badan anak. Dengan
mengukur tinggi badan anak, pertumbuhan anak dapat dinilai dan dibandingkan
dengan standar pertumbuhan yang bertujuan untuk menentukan apakah anak
tumbuh secara normal atau mempunyai masalah pertumbuhan atau ada
kecenderungan masalah pertumbuhan yang perlu ditangani (WHO, 2010).
Penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri. Dasar
utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian menggunakan alat
baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan penilaian harus
dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu
tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan.
a. Fakta Monitoring Gangguan Pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangat penting. Selain dapat
menentukan pola normal pertumbuhan pada anak, juga dapat menentukan
permasalahan dan factor yang mempengaruhi dan mengganggu pertumbuhan pada
anak sejak dini. (Marmi dan Kukuh, 2015:172)
Bila diketahui gangguan pertumbuhan sejak dini maka pencegahan dan
penanganan gangguan pertumbuhan tersebut dapat diatasi sejak dini. Sayangnya,
Page 31
37
hampir 85%, lebih buku kesehatan anak yang berobat ke dokter anak atau ke
dokter justru tidak pernah digambarkan grafik pertumbuhan berat badan. Justru
grafik pertumbuhan berat badan sering digambar oleh kader posyandu bagi bayi
yang menimbang di posyandu. Sehingga banyak kelainan dan gangguan kesehatan
sering terjadi keterlambatan deteksi dini dan penanganannya. (Marmi dan Kukuh,
2015:172) 50% bayi mengalami gangguan kenaikan berat badan sejak usia 6
bulan yang tidak pernah terdeteksi oleh orang tua dan dokter hanya karena dalam
buku kesehatannya tidak pernah tergambar grafik kenaikan berat badan.
Gangguan kenaikan berat badan sejak usia 6 bulan seringkali terjadi hanya karena
timbulnya reaksi simpang makanan (alergi makanan, intoleransi makanan dan
seliak) pada bayi yang dapat menggangu saluran cerna dan menggangu nafsu
makan dan berat badan bayi. Karena, saat usia 6 bulan mulai diberi makanan
tambahan baru. (Marmi dan Kukuh, 2015:172).
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gangguan Pertumbuhan Anak
Banyak factor yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan. Dari seluruh
siklus kehidupan, masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan
kualitas SDM dimasa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh
kondisinya saat masa janin dalam kandungan.
Akan tetapi perlu diingat bahwa keadaan kesehatan dan status gizi ibu
hamil ditentukan juga jauh sebelumnya, yaitu pada saat remaja atau usia sekolah.
Demikian seterusnya status gizi remaja atau usia sekolah ditentukan juga pada
kondisi kesehatan dan gizi saat lahir dan balita.
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu.Sejak itu,
manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya
Page 32
38
menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang
mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka
janin tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah
yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan
berikutnya
Krisis ekonomi diIndonesia yang terjadi pada tahun 1998-2000 telah
menjadikan asupan zat gizi ibu hamil dari masyarakat kurang mampu khususnya
menurun secara signifikan dan menjadikan mereka mengalami Kurang Energi
Kronis (KEK) yang didefinisikan dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm.
Meskipun tidak ada penelitian khusus yang mendokumentasikan efek dan krisis
ekonomi terhadap outcome kehamilan, tetapi penelitian yang dilakukan akhir-
akhir ini menunjukkan dengan jelas bahwa bayi yang lahir dari ibu-ibu yang
mengalami KEK mempunyai rata-rata berat badan lahir 2.568 gram atau 390,9
gram lebih rendah dibandingkan rata-rata berat badan lahir bayi yang lahir dari
ibu-ibu yang tidak mengalami KEK. Ibu Hamil yang mengalami KEK mempunyai
risiko melahirkan bayi dengan BBLR 5kali lebih besar dibandingkan ibu hamil
yang tidak KEK (Mustika2004).
Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini mempunyai kontribusi
terhadap tingginya angka BBLR diIndonesia yang diperkirakan mencapai 350.000
bayi setiap tahunnya (Depkes, 2004). Anemia merupakan masalah kesehatan lain
yang paling banyak ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50% atau 1 diantara
2 ibu hamil diIndonesia menderita anemia yang sebagian besar karena kekurangan
zat besi. Konsekuensi lain dari anemia pada ibu hamil adalah tingginya risiko
melahirkan bayi premature dan bayi BBLR. Selain KEK dan anemia defisiensi
Page 33
39
besi, ibu hamil juga rawan terhadap kekurangan zat gizi lain seperti vitamin A,
yodium, dan zinc. Kekurangan zat-zat gizi ini secara bersama-sama akan
membawa dampak yang lebih serius baik bagi ibunya maupun bagi bayi yang
dikandungnya.
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah umumnya akan
mengalami kehidupan masa depan yang kurang baik. Bayi BBLR mempunyai
risiko lebih tinggi untuk meninggal dalam lima tahun pertama kehidupan. Mereka
yang dapat bertahan hidup dalam lima tahun pertama akan mempunyai risiko
lebih tinggi untuk mengalami hambatan dalam kehidupan jangka panjangnya.
Bagi bayi non BBLR, pada umumnya mereka mempunyai status gizi saat lahir
yang kurang lebih sama dengan status gizi bayi dinegara lain. Akan tetapi seiring
dengan bertambahnya umur, disertai dengan adanya asupan zat gizi yang lebih
rendah dibandingkan kebutuhan serta tingginya beban penyakit infeksi pada awal-
awal kehidupan maka sebagian besar bayi Indonesia terus mengalami penurunan
status gizi dengan puncak penurunan pada umur kurang lebih 18-24 bulan. Pada
kelompok umur inilah prevalensi balita kurus (wasting) dan balita pendek
(stunting) mencapai tertinggi (Hadi, 2001).
Setelah melewati umur 24 bulan, status gizi balita umumnya mengalami
perbaikan meskipun tidak sempurna.
Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi
dibandingkan balita yang tidak kurang gizi. Kekurangan gizi pada balita ini
meliputi kurang energy dan protein serta kekurangan zat gizi seperti vitamin A,
zat besi, yodium dan zinc.
Page 34
40
Masa balita menjadi lebih penting lagi oleh karena merupakan masa yang
kritis dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Terlebih
lagi 6 bulan terakhir masa kehamilan dan dua tahun pertama pasca kelahiran
merupakan masa emas dimana sel-sel otak sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada
masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit
diperbaiki. Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata-rata
IQ 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted
(UNICEF, 1998 dikutip oleh Hadi, 2005).
Masalah kurang gizi lain yang dihadapi anak usia balita adalah kekurangan
zat gizi mikro seperti vitamin A, zat besi, yodium dan sebagainya. Lebih dan 50%
anak balita mengalami defisiensi vitamin A subklinis yang ditandai dengan
serum retinol <20 mcg/dl (Hadi, 2000) dan satu diantara dua (48.1%) dari mereka
menderita anemia kurang zat besi (SKRT, 2001). Seperti telah diketahui bahwa
anak-anak yang kurang vitamin A meskipun pada derajat sedang mempunyai
risiko tinggi untuk mengalami gangguan pertumbuhan, menderita beberapa
penyakit infeksi seperti campak ,dan diare.
Sebagai akibat lebih lanjut dari tingginya angka BBLR dan kurang gizi
pada masa balita dan tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan (catch-up
growth) yang sempurna pada masa berikutnya, maka tidak heran apabila pada usia
sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi. Lebih dari sepertiga (36,1%)
anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah
yang merupakan indikator adanya kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini
Page 35
41
semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan gambaran ini ditemukan baik
pada laki- laki maupun perempuan.(Depkes, 2004).
Gagal tumbuh antar generasi ibu hamil yang mengalami kurang gizi
mempunyai risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu
hamil yang tidak menderita kurang gizi. Apabila tidak meninggal pada awal
kehidupan, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat, terlebih lagi apabila mendapat ASI
Ekslusif yang kurang dan makanan pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh
karena itu bayi BBLR cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang
lebih jelek. Balita yang kurang gizi biasanya akan mengalami hambatan
pertumbuhan juga terutama apabila konsumsi makanannya tidak cukup dan pola
asuh tidak benar. Oleh karena itu balita kurang gizi cenderung tumbuh menjadi
remaja yang mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai produktivitas
yang rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka remaja tersebut akan
menjadi dewasa yang pendek dan apabila itu wanita maka jelas wanita
tersebut akan mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR lagi, dan seterusnya
(Hadi, 2005).
3. Program Gizi yang Berhubungan dengan Upaya Perbaikan Gangguan
Pertumbuhan Anak
Program perbaikan gizi merupakan bagian integral dari program kesehatan
yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut, program
perbaikan gizi harus dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. Hal
ini dilakukan
Page 36
42
Melalui suatu rangkaian upaya terus menerus mulai dari perumusan
masalah, penetapan tujuan yang jelas, penentuan stategi intervensi yang tepat
sasaran, identifikasi kegiatan yang tepat serta adanya kejelasan tugas pokok dan
fungsi institusi yang berperan di berbagai tingkat administrasi.
Upaya perbaikan gizi di Indonesia secara nasional telah dilaksanakan
sejak tiga puluh tahun yang lalu. Upaya yang dilakukan difokuskan untuk
mengatasi masalah gizi utama yaitu: Kurang Energi Protein (KEP), Kurang
Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Gangguan Akibat Kurang
Yodium (GAKY) melalui intervensi yang mencakup penyelenggaraan posyandu
dengan pemantauan pertumbuhan, pemberian suplemen gizi (melalui pemberian
kapsul vitamin A dosis tinggi dan tablet besi), fortifikasi garam beryodium,
pemberian makanan tambahan termasuk Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI), tatalaksana gizi buruk (Depkes RI, 2010). Upaya tersebut telah
berhasil menurunkan keempat masalah gizi utama namun penurunannya dinilai
kurang cepat. Adapun program penanggulangan ke empat masalah gizi tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Penanggulangan Kurang Energi dan Protein (KEP)
KEP merupakan suatu bentuk masalah gizi yang termasuk dalam kategori
kurang gizi yang disebabkan oleh berbagai faktor, terutama faktor makanan
yang tidak memenuhi kebutuhan anak akan energi dan protein serta karena
infeksi, yang berdampak pada penurunan status gizi anak dari bergizi baik atau
normal menjadi bergizi kurang atau buruk. Untuk mengetahui ada tidaknya KEP
pada anak perlu dilakukan pengukuran keadaan atau status gizi anak (Minarto,
2011).
Page 37
43
Upaya-upaya yang dilakukan berkaitan dengan penanggulangan masalah
gizi kurang antara lain penyelenggaraan posyandu dengan pemantauan
pertumbuhan, pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan termasuk
MP-ASI serta tatalaksana gizi buruk yang akan dibahas sebagai berikut:
1) Program Pemantauan Pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan melalui penimbangan
berat badan dan tinggi badan atau panjang badan yang dapat dilakukan baik di
posyandu maupun diluar posyandu. Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap
bulan. Tujuan dari pemantauan pertumbuhan adalah untuk menentukan apakah
anak tumbuh secara normal atau mempunyai masalah pertumbuhan atau ada
kecenderungan masalah gangguan pertumbuhan yang perlu ditangani.
Anak yang mempunyai masalah pertumbuhan atau kecenderungan
mengalami masalah gangguan pertumbuhan dicari faktor penyebabnya agar dapat
dilakukan tindakan mengatasi atau memecahkan faktor-faktor yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan tersebut. Menilai pertumbuhan jika tidak didukung oleh
tindak lanjut yang sesuai tidak dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan anak.
Hasil pemantauan dinilai melalui indikator D/S, K/S dan N/D. Indikator
D/S digunakan untuk mengetahui partisipasi masyarakat terhadap kegiatan
posyandu, indikator K/S untuk mengetahui cakupan program penimbangan dan
indikator N/D untuk mengetahui keberhasilan program.
Masalah yang berkaitan dengan kunjungan posyandu antara lain
tersedianya dana operasional untuk menggerakkan kegiatan posyandu,
tersedianya sarana dan prasarana serta bahan penyuluhan belum memadai,
pengetahuan kader masih rendah dan kemampuan petugas dalam pemantauan
Page 38
44
pertumbuhan serta konseling masih lemah, masih kurangnya pemahaman
keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu serta masih terbatasnya
pembinaan kader (Minarto, 2011).
2) Program ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak
dilahirkan selama 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman lain, kecuali
obat, vitamin dan mineral. Menurut Lancet (2010) yang dikutip oleh Depkes RI
(2013), pemberian ASI Eksklusif dapat menurunkan angka kematian bayi sebesar
13% dan dapat menurunkan prevalensi balita pendek.
Upaya perbaikan gizi melalui penerapan pemberian ASI Eksklusif telah
diamanatkan melalui Undang-undang No. 36 tahun 2009 bahwa bayi berhak
mendapatkan ASI Eksklusif dan Peraturan Pemerintah RI No. 33/2012
menyebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota bertanggungjawab dalam pemberian ASI Eksklusif. Selain itu,
untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif pemerintah melalui Kementerian
Kesehatan RI telah menetapkan program Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui (10 LMKM) dan melatih tenaga konselor untuk memberikan konseling
dan penyuluhan kepada ibu menyusui. Dengan adanya tenaga konselor ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam pemberian ASI karena
ASI merupakan makanan terbaik bayi.
3) Program Tatalaksana Gizi Buruk
Gizi buruk terjadi akibat dari kekurangan gizi tingkat berat, yang bila tidak
ditangani secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan kematian.
Perawatan gizi buruk dilaksanakan dengan pendekatan tatalaksana anak gizi
Page 39
45
buruk rawat inap di Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit dan Pusat Pemulihan
Gizi (Terapheutic Feeding Center) sedangkan Gizi buruk tanpa komplikasi di
lakukan perawatan rawat jalan di Puskesmas, Poskesdes dan Pos Pemulihan Gizi
berbasis masyarakat (Community Feeding Centre/CFC).
Kenyataan di lapangan, kasus gizi buruk sering ditemukan terlambat dan
atau ditangani tidak tepat. Hal ini terjadi karena belum semua Puskesmas terlatih
untuk melaksanakan tatalaksana gizi buruk. Selain itu kurangnya ketersediaan
sarana dan prasana untuk menyiapkan formula khusus untuk balita gizi buruk,
serta kurangnya tindak lanjut pemantauan setelah balita pulang ke rumah
(Minarto, 2011).
b. Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA)
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak. Ada 3 fungsi
vitamin A dalam tubuh yaitu fungsi dalam proses melihat, fungsi dalam
metabolisme umum dan fungsi dalam proses reproduksi. Hubungan vitamin A
dengan pertumbuhan dalam fungsinya sebagai metabolisme umum yang berkaitan
dengan metabolisme protein. Pada defesiensi vitamin A terjadi hambatan
pertumbuhan. Dasar hambatan pertumbuhan ini karena hambatan sintesa protein.
Gejala ini tampak terutama pada anak-anak (balita), yang sedang ada dalam
periode pertumbuhan yang sangat pesat. Sintesa protein memerlukan vitamin A
sehingga pada defisiensi vitamin ini terjadi hambatan sintesa protein yang pada
gilirannya menghambat pertumbuhan (Sediaoetama, 2000).
Salah satu program pemerintah untuk menanggulangi masalah kurang
vitamin A adalah dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi. Kategori dan
ambang batas status gizi anak berdasarkan standar baku World Health
Page 40
46
Organization - National Center for Health Statistic (WHO - NCHS) dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Indeks Kategori Status
Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak umur 0-60 bulan
Gizi Buruk < -3 SD Gizi Kurang -3SD sampai dengan<-2SD Gizi Baik -2SD sampai dengan2 SD
Gizi Lebih >2 SD Panjang badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi badan menurut Umur (TB/U) Anak umur 0-60 bulan
Sangat Pendek < -3 SD Pendek -3 SD sampai dengan<-2SD Normal -2 SD sampai dengan2 SD Tinggi >2 SD
Berat Badan menurut Panjang Badan atau Berat Badan menurut Tinggi Badan(BB/TB) Anak umur 0-60 bulan
Sangat Kurus <-3 SD Kurus -3 SD sampai dengan<-2SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Gemuk >2 SD
Sumber:KemenkesRI, 2011
D. Gangguan Pertumbuhan (Gizi Kurang)
1. Faktor-faktor Penyebab Gizi Kurang
a. Sikap Ibu Terhadap Makanan
Faktor risiko yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang dan
gizi buruk adalah sikap ibu terhadap makanan yang buruk dengan OR 6,98,
artinya ibu yang mempunyai balita 12-59 bulan mempunyai risiko menderita gizi
kurang dan gizi buruk sebesar 6,98 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu
yang mempunyai balita gizi baik.
Kejadian gizi kurang dan gizi buruk berkaitan dengan sikap ibu terhadap
makanan. Sikap terhadap makanan berarti juga berkaitan dengan kebiasaan
makan, kebudayaan masyarakat, kepercayaan dan pemilihan makanan. Budaya
Page 41
47
adalah daya dari budi yang berupa cipta, karya dan karsa.Budaya berisinorma-
norma sosial yakni sendi-sendi masyarakat yang berisi sanksi dan hukuman-
hukumannya yang dijatuhkan kepada golongan bilamana yang dianggap baik
untuk menjaga kebutuhan dan keselamatan masyarakat itu dilanggar.Norma-
norma itu mengenai kebiasaan hidup, adat istiadat, atau tradisi-tradisi hidup yang
dipakai secara turun temurun (Yudi H, 2007).
b. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan buruk terbukti sebagai faktor risiko kejadian gizi
kurang dan gizi buruk pada balita dengan OR 5,03, artinya ibu yang mempunyai
balita gizi kurang dan gizi buruk mempunyai risiko 5,03 kali untuk menderita gizi
kurang dan gizi buruk bila dibandingkan dengan ibu yang mempunyai balita gizi
baik.
Kesehatan lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam
penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan proses tumbuh
kembangnya. Sanitasi lingkungan yang buruk akan menyebabkan anak balita akan
lebih muda terserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat mempengaruhi status
gizi anak.
Sanitasi lingkungan erat kaitannya dengan ketersedian air bersih,
ketersedian jamban, jenis lantai rumah, serta kebersihan peralatan makanan,
kebersihan rumah, pencahayaan, ventilasi.Makin tersediannya air bersih untuk
betuhan sehari-hari, maka makin kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi
(Soekirman, 2000).
Page 42
48
c. Pola Asuh Makan Terhadap Gizi Kurang
Pola asuh makan merupakan faktor risiko kejadian gizi kurang.Orangtua
memiliki tingkat kontrol yang tinggi terhadap lingkungan dan pengalaman anak-
anak mereka.Pengasuhan yang baik adalah ibu memperhatikan frekuensi dan jenis
makanan yang dikonsumsi oleh anaknya agar kebutuhan zat gizinya terpenuhi.
Setiap orangtua memiliki praktik pengasuhan yang berbeda tergantung dari
budaya masing-masing, sehingga pengasuhan makanan ini dianggap sebagai
strategi perilaku tertentu untuk mengontrol apa saja yang dikonsumsi anak dan
berapa banyak yang dikonsumsi anak ketika mereka makan.
Disamping itu, menu makanan yang disajikan dalam satu minggu
cenderung tidak bervariasi yang dapat menimbulkan kejenuhan pada balita dan
sifat pilih-pilih makanan.Balita yang tidak terbiasa dengan variasi makanan lokal
dapat menyebabkan balita menjadi pilih-pilih makanan sehingga pemenuhan zat
gizi lainnya menjadi kurang.Kekurangan zat gizi yang berlangsung secara
terusmenerus inilah yang dapat menyebabkan balita kehilangan beratnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Zulfita (2013) yang menyatakan bahwa
pola asuh makan merupakan faktor risiko gizi kurang, dimana balita dengan pola
asuh makan yang kurang, berisiko 4,297 kali menderita gizi kurang dibandingkan
dengan balita yang ibunya memberikan pola asuh yang baik (95% CI: 1,413 –
13,08) dengan nilai p<0,05. Disamping itu, hasil penelitian Syukriawati (2011)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang antara pola asuh makan dengan gizi
kurang pada balita dengan hasil uji statistik yaitu nilai p value sebesar 0,042
(p<0,05).
Page 43
49
d. Penyakit Infeksi Terhadap Gizi Kurang
Penyakit infeksi dalam penelitian ini merupakan faktor risiko namun tidak
bermakna signifikan.Hal ini dikarenakan sebagian besar penyakit infeksi yang
pernah diderita oleh balita adalah ISPA dengan kategori bukan pneumonia yaitu
berupa demam, batuk mapun flu.Selain itu, ketika balitanya sakit, orangtua balita
langsung membawa balitanya berobat ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan
pertolongan pertama sehingga balitanya cepat sembuh.
Infeksi memainkan peran utama dalam etiologi gizi karena infeksi
mengakibatkan peningkatan kebutuhan dan pengeluaran energi tinggi, nafsu
makan rendah, kehilangan unsur hara akibat muntah, diare, pencernaan yang
buruk, rendahnya penyerapan dan pemanfaatan zat gizi, serta gangguan
keseimbangan metabolisme.
Penelitian ini sejalan dengan, penelitian Glenn et al. (2014) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa risiko balita yang menderita infeksi adalah
2,81 kali lebih tinggi mengalami gizi kurang dan tidak memiliki makna yang
signifikan (ρ=0,18 atau ρ>0,05).
Page 44
50
Gambar 4. Penyebab Masalah Gizi
Menurut UNICEF (1998)
2. Beberapa Hal Lain Yang Mendorong Terjadinya Gangguan gizi
Penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan
anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang
mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Faktor yang
secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak
Balita antara lain sebagai berikut:
Status Gizi
Asupan Gizi
Infeksi Penyakit
Penyebab Langsung
Penyebab tidak Langsung
Masalah Utama
Masalah Dasar
Ketersediaan Pangan Tingkat Rumah
Perilaku Asuhan Ibu dan
Pelayanan Kesehatan
Krisi Politik
Kemiskinan, Pendidikan Rendah Ketersediaan
Page 45
51
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan .
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
e. Sosial Ekonomi
3. Pencegahan Gizi Kurang Pada Balita
a. Pencegahan Primer
Pencegahan ini untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat
atau mencegah oarng yang sehat menjadi sakit (Budiarto, 2002). Pencegahan ini
ditujukan untuk masyarakat umum, yaitu (Widodo, 2009) :
1) Memberikan KIE mengenai gizi kurang dan gizi buruk, termasuk gejala-gejala
serta komplikasi yang akan timbul.
2) Menyarankan anggota keluarga untuk mengonsumsi makanan yang bergizi
seperti pada Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang berisi 13 pesan,
antara lain : makanlah makanan yang beraneka ragam setiap hari, makanlah
makanan yang mengandung cukup energi, untuk sumber energi upayakan agar
separuhnya berasal dari makanan yang mengandung zatkarbohidrat komplek,
upayakan agar sumber energi dari minyak dan lemak tidak lebih dari
seperempat dari energi total yang anda butuhkan, gunakan hanya garam
beryodium untuk memasak sehari-hari, makanlah banyak makanan yang kaya
akan zat besi, berikan hanya air susu ibu untuk bayi sampai usia 4 bulan,
biasakan makan pagi setiap hari, minum air bersih dan sehat dalam jumlah
yang cukup, berolah raga dengan teratur untuk menjaga kebugaran badan,
hindarilah minuman beralkohol, makanlah makanan yang dimasak dan/atau
Page 46
52
dihidangkan dengan bersih dan tidak tecemar, dan bacalah selalu label pada
kemasan makanan.
3) Memberikan penjelasan mengenai cara penanganan gizi kurang atau gizi
buruk dengan perubahan sikap dan perilaku anggota keluarga. Bukan saja
makanan yang harus diperhatikan, tetapi lingkungan sekitar juga harus
diperhatikan untuk mencegah penyakit infeksi yang dapat menyebabkan nafsu
makan berkurang.
4) Usahakan mengikuti program kesehatan yang ada setiap bulan di puskesmas
atau di puskesmas pembantu desa.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini untuk orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat
progesifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dam mengurangi
ketidakmampuan, yaitu (Budiarto, 2002) :
1) Deteksi dini sekiranya penderita atau anggota keluarga yang lain terjangkit
penyakit yang disebabkan oleh kurangnya gizi dalam jangka waktu yang
panjang. Misalnya, melakukan penimbangan berat badan.
2) Mendapatkan pengobatan sedini mungkin. Pengobatan yang awal dan tepat
dapat mengurangi morbiditas dan meningkatkan produktivitas semua anggota
keluarga.
c. Pencegahan tersier
Upaya pencegahan ini terus diupayakan selama orang yang menderita
belum meninggal dunia, yaitu (Budiarto, 2002):
1) Apabila penderita mengalami sakit lain, sebaiknya secepatnya dilakukan
pemeriksaan dan pengobatan.
Page 47
53
2) Rehabilitasi sosial diberikan kepada penderita dan anggota keluarga. Bagi
penderita ditumbuh kembalikan kepercayaan dirinya agar bisa bergaul dengan
yang lain.
4. Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan
menjadi 3 kebutuhan dasar :
a. Kebutuhan fisik biomedis (Asuh)
Meliputi :
1) Pangan/gizi merupakan kebutuhan terpenting
2) Perawatan kebutuhan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dll.
3) Papan/pemukiman yang layak.
4) Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan
5) Sandang.
6) Kesegaran jasmani, rekreasi, dll.
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (Asih)
Kasih sayang dari orangtuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat
(boding) dan kepercayaan dasar (basic trust). Hubungan yang erat dan selaras
antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras, baik fisik, mental, maupun
psikososial.
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (asah) ini mengembangkan
Page 48
54
berkembangan mental psikososial, kecerdasan, keterampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral etika, produktivitas dan sebagainya.
d. Pemeriksaan Yang dilakukan
1) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan anak meliputi gangguan
pertumbuhan fisik.
2) Gangguan Pertumbuhan Fisik Gangguan pertumbuhan fisik meliputi
gangguan pertumbuhan di atas normal dan gangguan pertumbuhan di
bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola
pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan
anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau
kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah
normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit
kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu
parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala
termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari
normal dapat dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus,
megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal.
Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak
menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan
variasi normal. Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan
pendengaran juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
Page 49
55
gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan yang dapat diderita
oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang terlambat, gangguan
refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat
katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya. (Soetjiningsih,
2003). Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi tuli
konduksi dan tuli sensorineural. Menurut Hendarmin (2000), tuli pada
anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor
prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama
kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan
ketulian adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.
5. Status Gizi Balita
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut
dapat dilihat dari variable pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi baadan atau
panjang badan. Pengeluaran energi dan protein lebih banyak dibandingkan
pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi protein, dan jika berlangsung
lama akan timbul masalah yang dikenal KEP berat atau gizi buruk (Depkes,
2000).
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan
secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum
(Almatsir, 2001).
Page 50
56
Status gizi dapat dilihat dari variabel pertumbuhan yaitu berat badan,
tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan panjang
tungkai. Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi protein
lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi gizi kurang akibat
kekurangan energi protein dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang
dikenal dengan gizi kurang. (Marmi, 2012).
a. Pemenuhan Nutrisi pada Balita
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Zat gizi yang
mencukupi pada anak harus dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan
pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus
diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaiutu pemberian ASI saja sampai
anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur 6 bulan sudah waktunya anak diberikan
makanan tambahan atau makanan pendamping ASI. Pemberian makanan
tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa balita dan
prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi
adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak.
Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita diantaranya energi
dan protein. Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang lebih 100-
120 kkal/kg berat badan. Untuk tiap 3 bulan pertambahan umur, kebutuhan energi
turun kurang lebih 10 kkal/kg berat badan. Energi dalam tubuh diperoleh terutama
dari zat gizi karbohidrat, lemak dan juga protein. Protein dalam tubuh merupakan
sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk
Page 51
57
pertumbuhan dan pembentukan protein dalanm serum, mengganti sel-sel yang
rusak, memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh, serta sebagai sumber
energi.
Ada beberapa hal yang perlu dihindari bagi anak agar makannya tidak
berkurang, seperti membatasi makanan yang kurang menguntungkan, misalnya
cokelat, permen, kue-kue manis, karena dapat membuat kenyang sehingga nafsu
makan berkurang. Menghindari makanan yang merangsang seperti pedas dan
terlalu panas, menciptakan suasana makan yang tentram dan menyenangkan,
memilih maknan dengan nilai gizi tinggi,memperhatikan kebersihan perorangan
dan lingkungan, tidak memaksa anak untuk makan serta tidak menghidangkan
porsi makanan terlalu banyak.
Dibawah ini terdapat beberapa makanan yang dianjurkan untuk balita :
1) Makanan pendamping untuk balita dapat berupa tepung beras atau beras
merah yang dimasak dengan cairan, kaldu daging, susu formula atau air.
2) Makanan pendamping lainnya selain bubur adalah buah-buahan yang
dihaluskan dengan blender, seperti buah pepaya, pisang, apel, melon, dan
alpukat.
3) Sayur-sayuran dan kacang-kacangan juga dapat dijadikan makanan
pendamping balita dengan cara direbus dan dihaluskan dengan blender.
Sebaiknya ketika diblender, bahan makanan pendamping bita ini ditambah
kaldu atau air matang supaya lebih halus. Sayuran dan kacang-kacangan
tersebut adalah kacang polong, kacang merah, wortel, tomat, kentang, labu
kuning dan kacang hijau.
Page 52
58
4) Makanan pendamping balita pun dapat berupa daging pilihan yang tidak
mengandung lemak dan diblender.
5) Makanan pendamping lainnya juga bisa berupa ikan yang diblender, yaitu
ikan yang tidak berduri (ikan salmon, fillet ikan kakap, dan gindara).
Penyebab status nutrisi kurang pada anak :
a) Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif
b) Hiperaktivitas fisik/istirahat yang kurang
c) Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi.
d) Strees emosi yang menyebabkan menurunnya nafsu makan
b. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan
pekerjaan tubuh memperoleh energi dari makanan yang dimakan dan energi yang
dimakan ini terdapat sebagai energi kimia yang dapat diubah menjadi energi
bentuk lain. Bentuk energi yang berkaitan dengan proses-proses biologi adalah
energi kimia, energi mekanik, energi panas dan energi listrik (Budiyanto, 2004).
Angka Kecukupan Gizi (Recommended Dietary Allowance) merupakan
rekomendasi asupan berbagai nutrien esensial yang perlu dipertimbangkan
berdasarkan pengetahuan ilmiah agar asupan nutrien tersebut cukup memadai
untuk memenuhi kebutuhan gizi pada semua orang yang sehat. AKG
mencerminkan asupan rata-rata sehari yang harus dikonsumsi oleh populasi dan
bukan merupakan kebutuhan perorangan (Hartono, 2006).
Page 53
59
c. Penilaian status gizi
Untuk menentukkan status gizi seseorang atau kelompok populasi
dilakukan denggan interpretasi informasi dari hasil metode penilaian status gizi :
penilaian makanan, antropometri, laboratorium atau biokimia dan klinis (Gibson,
2005).
Menurut SK penentuan gizi menggunakan persen , secara umum
klasifikasi status gizi balita yang digunakan secara resmi adalah :
Tabel 2 Penilaian Status Gizi
INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS
Berat badan menurut umut (BB/U)
Gizi lebih > +2 SD Gizi baik >= -2 SD sampai +2 SD
Gizi kurang < -2 SD sampai >=-3 SD Gizi buruk < -3 SD
Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Normal > = -2 SD Pendek (stunted) < -2 SD
Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Gemuk > + 2 SD Normal > = -2 SD sampai +2SD Kurus < -2 SD sampai >= -3 SD
Kurus sekali < -3 SD Sumber (Gibson, 2005).
6. Penatalaksanaan Terhadap Gangguan Pertumbuhan
a. Pemberian Terapi Modisco
Modisco” adalah singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk and
Coconut Oil, merupakan minuman padat energi bernilai gizi tinggi, mudah
dicerna, mudah dibuat sertadapat diolah dalam beraneka ragam resep makanan
dan minuman, sangat bermanfaat untuk penderita kurang gizi. Modisco pertama
kali ditemukan oleh May dan Whitehead pada tahun 1973.Modisco merupakan
makanan atau minuman bergizi tinggi yang pertama kali dicobakan pada anak-
anak yang mengalami gangguan gizi berat di Uganda (Afrika) dengan hasil yang
Page 54
60
sangat memuaskan.Tujuan dari Modisco ini adalah untuk membantu mempercepat
peningkatan berat badan. Pertama kali dikenal di Indonesia dengan nama Modisco
½, Modisco I, Modisco II, dan Modisco III. (nellyrela, 2018)
b. Keuntungan dari susu Modisco
1) Mengandung tinggi energi dan tinggi protein
2) Mudah dicerna
3) Dapat meningkatkan berat badan lebih cepat
4) Porsinya kecil sehingga memudahkan anak untuk menghabiskan
c. Cara Pembuatan Modisco
Modifikasi dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan bahan local
selera, daya cerna, kebutuhan kalori serta tingkat KEP sendiri.Modisto dibagi
menjadi 4 macam yaitu Modisco 1∕2 , I, II, dan III.
Resepnya sebagai berikut :
MODISCO 1∕2
Bahan :
1) Susu bubuk (susu Full Cream/Skim) : 10 gr
2) Gula Pasir : 5 gr
3) Minyak biji kapas kelapa/jagung margarin : 2,3 gr
4) Kalori : 80 kalori
Cara membuat :
Susu Skim, gula dan minyak/margarin diaduk sampai rata, lalu
ditambahkan dengan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga cairan
larut. Disaring dan dimasukkan dalam gelas kemudian diminum dalam keadaan
hangat.
Page 55
61
MODISCO I
Bahan :
1) Susu bubuk(susu full cream/skim) : 10 gr
2) Gula pasir : 5 gr
3) Minyak biji kapas kelapa/jagung/margarin : 4,6 gr
4) Kalori : 100 kalori
5) Cara membuat : sama dengan modisco 1∕2
MODISCO II
Bahan :
1) Susu bubuk (susu full cream/skim) : 10 gr
2) Gula pasir : 5 gr
3) Minyak biji kapas/kelapa/margarin : 5,6 gr
4) Kalori : 120 kalori
Cara membuat :
Susu skim, gula, dan 1∕2 bagianair dingin sampai rata, lalu terus diaduk
hingga cairan rata dan ditambahkan minyak/margarine dan 1∕2bagian air panas
dan diaduk sampai larut. Di saring dan dimasukkan dalam gelas, kemudian
diminum dalam keadaan hangat.
MODISCO III
Bahan :
1) Susu bubuk (susu full cream/skim) : 12 gr
2) Gula pasir : 7 gr
3) Minyak biji kapas kelapa/jagung/margarine : 5,5 gr
4) Kalori : 140 kalori
5) Cara membuat : sama dengan Modisco II
Page 56
62
E. Gangguan Perkembangan
Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan,
sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan
merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan
fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada
fase awal ini akan menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada
salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.
Untuk menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat
digunakan. Salah satu instrumen skrining/pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).Tujuan
skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.Jadwal skrining
KPSP rutin pada umur 3,6,9,12,15,18,21,30,36,42,48,54,60,66,dan 72 bulan.
Skrining/pemeriksaan KPSP dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK,
dan petugas PADU terlatih.Alat/instrument yang digunakan adalah formulir KPSP
menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak.Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan. yang
digunakan lagi adalah alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar
tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,kismis, kacang
tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm.
Interpretasi hasil KPSP jumlah jawaban ‘Ya’ 9/10 berarti perkembangan
anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S).jumlah jawaban ‘YA’ 7/8 berarti
Page 57
63
perkembangan anak meragukan (M). jumlah jawaban “Ya” 6 atau kurang berarti
kemungkinan ada penyimpangan (P).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat dipakai
sebagai hasil proses kematangan. Tahap perkembangan menurut Kemenkes RI
(2012) pada balita usia 12 bulan :
1) Anak mencari anda atau mengharapkan anda kembali.
2) Anak mencoba mengambil pensil itu kembali ketika kita ambil secara
perlahan-lahan.
3) Anak dapat berdiri selama 30 detik dengan berpegangan kursi/meja.
4) Anak dapat mengatakan 2 suku kata misalnya “ma-ma” “pa-pa”
5) Anak dapat mengangkat badannya keposisi berdiri tanpa bantuan anda.
6) Anak menunjukan sikap malu-malu saat bertemu dengan orang yang belum
dikenal.
7) Anak dapat megambil benda kecil seperti kacang atau kismis diantara ibu jari
dan jari lainnya.
8) Anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan.
9) Anak dapat menirukan 2-3 kata yang telah kita ucapkan.
10) Anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang.