Tarik Ulur Penanganan COVID-19
Pendahuluan
Virus corona atau yang lazim dikenal dengan COVID-19 telah menjadi perhatian bagi
duia global setelah pada 12 Maret 2020, World Health Organization atau WHO yang diwakili
oleh Tedros Adhanom Ghabyesus selaku Direktur Jendral menyatakan bahwa virus COVID-
19 diberikan status sebagai pandemi karena penyebarannya yang terlampau cepat hingga ke
wilayah yang jauh dari pusat wabah.1
Hingga tanggal 31 Maret 2020, dari data yang dikumpulkan catchmeup.id2 kasus di
Indonesia sudah mencapai angka 1528
Dengan rincian data per provinsi sebagai berikut
1 City News Toronto. 2020. Coronavirus can be Characyerized as a Pandemic says WHO. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=ZCVR3CM3yfM pada 26 Maret 2020 2 Diakses dari https://docs.google.com/spreadsheets/d/1sgiz8x71QyIVJZQguYtG9n6xBEKdM4fXuDs_d8zKOmY/edit#gid=196789761 pada 31 Maret 2020
Hal ini tentu menimbulkan kewaspadaan baik bagi pemerintah maupun masyarakat.
Namun, sebagai mitra kritis pemerintah, ada beberapa hal yang BEM Kema Unpad 2020
catat masih menjadi perhatian bersama terkait penanganan COVID-19 ini. Tentu, baik bagi
pemerintah dan masyarakat haruslah bersinergi agar penanganan COVID-19 dilakukan secara
efektif dan efisien sehingga kehidupan masyarakat dapat kembali berjalan normal. Berikut
merupakan catatan dan rekomendasi terhadap penanganan COVID-19.
Status Quo Penanganan Pandemi
Dijadikannya status COVID-19 sebagai pandemi global tentu mendapat respon
beragam dari berbagai negara di dunia. Khususnya, kepada negara-negara yang warganya
telah terjangkit virus ini, termasuk Indonesia. Dalam hal ini terkait dengan penyebaran
COVID-19 yang begitu masif menimbulkan pertanyaan siapa pihak yang berwenang untuk
melakukan penanganan pandemi virus ini?
Dalam hal ini, pertanyaaan tersebut dapat dijawab melalui konsep kewenangan antar
pemerintah, yaitu pemerintah daerah dan pusat. Hal ini dapat terjadi mengingat konsep
penyelenggaraan pemerintahan Indonesia menggunakan sistem otonomi daerah, yaitu suatu
satuan mandiri dalam lingkungan negara kesatuan yang berhak melakukan tindakan hukum
sebagai subjek hukum untuk mengatur dan mengurusi fungsi pemerintahan yang menjadi
urusan rumah tangganya.3 Dalam hal ini otomatis mengharuskan adanya pembagian
kewenangan antara pusat dan daerah.
Dengan statusnya sebagai pandemi, maka COVID-19 bilamana melihat UU No. 24
tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dapat dikatakan sebagai bencana non-alam.
Dalam hal ini, walaupun dikatakan berasal dari faktor non-alam, penyebaran penyakit ini
tentu mengganggu kehidupan masyarakat. UU Penanggulangan Bencana mengamanatkan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai penanggung jawab dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
Bilamana meninjau matriks pembagian kewenangan, COVID-19 yang secara
merupakan bentuk bencana non-alam yang sudah tersebar hampir di semua provinsi, maka
kewenangan tersebut memang berada di tangan pemerintah pusat juga harus bersinergi
dengan pemerintah daerah sebagai penyelenggara pemerintah otonom dalam menanggulangi
bencana tersebut.
Hal ini merupakan hal yang wajar, bilamana kita melihat urusan pemerintahan
konkuren4 yang dapat dibagi anatar pusat dan daerah, urusan pemerintahan yang manfaat atau
dampak negatifnya lintas daerah provinsi atau lintas negara menjadi kewenangan pemerintah
pusat.
Physical Distancing di Indonesia
Di Indonesia, Presiden RI, Joko Widodo sudah memastikan bahwa Pemerintah tidak
akan melakukan prosedur lockdown sebagaimana dilakukan negara lain dan hanya akan
memberlakukan social distancing setelah melalui berbagai pertimbangan. Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, selaku Ketua Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Virus Korona (Covid-19) mengatakan kepada seluruh Gubernur di
Indonesia, untuk memaknai dan menerjemahkan frasa Social distancing menjadi physical
distancing yakni aktivitas untuk menjaga jarak antar masing-masing individu sebagaimana
diinstruksikan oleh Dr. Maria Van Kerkhove dari World Hearth Organization, bahwa istilah
Physical distancing dimaknai sebagai “…keeping the physical distance from people so that
we can prevent the virus from transferring to one another.”5
3 Bagir Manan. 2004. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Yogyakarta: PSH FH UII., hal. 35 4 Merupakan urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah 5 Dikutip dari pendapat Maria Van Kerkhove dalam World Health Organization
Keluarnya kebijakan tersebut, tak melulu berjalan mulus seperti yang direncanakan.
Pertentangan dari masyarakat yang belum serasi dengan ide pemerintah menjadi penghambat
kebijakan untuk berjalan sebagaimana mestinya. Ini berkaitan dengan salah kaprah atas
Physical distancing yang dianggap sebagai bentuk pembatasan kemerdekaan untuk
berkumpul dan imbauan untuk tidak datang ke tempat ibadah diartikan sebagai larangan
untuk beribadah. Adanya permasalahan ini dapat ditemui pada kota-kota kecil atau di desa–
desa, dengan demikian, diperlukan peran aktif dari Pemerintahan Daerah untuk dapat
mensosialisasikan secara serius bahaya dan ancaman Covid-19 ini sampai ke tingkat yang
paling rendah yakni di desa/kelurahan. Sosialisasi ini harus dapat diterjemahkan sebaik
mungkin, agar mindset yang tertanam sebelumnya dapat diubah dan akan memudahkan
berjalannya prosedur seperti instruksi Pemerintahan Pusat. Kepala Daerah Provinsi, Gubernur
juga memiliki legalitas kewenangan dalam melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
percepatan penanganan Covid-19 di daerahnya masing-masing mengingat pasca
diterbitkannya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19.6 Presiden perlu memerintahkan Gubernur agar membuat
roadmap kesadaran didaerahnya masing-masing sehingga akan terlihat bagaimana antisipasi
dan sikap masyarakat daerah dalam menyikapi Covid-19 ini, pelaksanaannya pun harus
dilakukan secara holistik, komprehensif dan responsif juga melibatkan komponen lain agar
pelaksanaan tugas ini dapat jauh lebih kompeten. Dengan adanya kolaborasi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah ini, diharapkan mampu menciptakan iklim kerja sama yang
kuat dalam memberantas pandemi yang kian menggemparkan ini. Pemberian sanksi yang
tegas juga harus tetap diberikan, agar orang-orang yang tidak mengindahkan aturan dapat
kapok sebab Covid-19 bukanlah main-main.
Terkait pemberian sanksi bagi pelanggar, Mahfud MD, Komnas HAM telah
memberikan lampu hijau. Kapolri Jenderal Idham Aziz juga sudah mengeluarkan maklumat
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/transcripts/who-audio-emergencies-coronavirus-press-conference-full-20mar2020.pdf?sfvrsn=1eafbff_0 Pada 23 Maret 2020 Pukul 11.01 WIB. 6 Lihat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sebagaimana dikutip oleh Kompas “Jokowi Beri Kewenangan Lebih Gubernur Seluruh Indonesia Tangani Corona” diakses di https://nasional.kompas.com/read/2020/03/23/16422721/jokowi-beri-kewenangan-lebih-gubernur-seluruh-indonesia-tangani-corona pada Senin 23 Maret 2020 Pukul 16.47 WIB.
berupa sanksi pidana7 dengan Pasal 212 KUHP “Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan melawan seorang pejabat yang sedang menjalankan tugas yang sah,
atau orang yang menurut kewajiban undang-undang atau atas permintaan pejabat memberi
pertolongan kepadanya, diancam karena melawan pejabat, dengan pidana penjara paling
lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.” Pasal 216 KUHP “(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau
permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk
mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja
mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan
undang- undang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda puling banyak
sembilan ribu rupiah.”, Pasal 218 KUHP “Barang siapa pada waktu rakyat datang
berkerumun dengan se- ngaja tidak segera pergi setelah diperintah tiga kali oleh atau atas
nama penguasa yang berwenang, diancam karena ikut serta perkelompokan dengan pidana
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak sembilan
ribu rupiah.” Terkait wabah penyakit sejatinya, sudah ada regulasi yang pernah dikeluarkan
yakni Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. Namun,
dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini yang sudah jauh berubah. Akan tetapi
terdapat dua Pasal yang masih digunakan oleh Penegak Hukum untuk kasus pelanggaran
terkait Covid-19 ini, yaitu : Pasal 14 Ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular, bahwa (1) “Menghalangi penanggulangan wabah,
diancam pidana penjara 1 tahun dan/atau denda Rp1.000.000,-.” (2) “Karena kealpaannya
mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan penanggulangan wabah, diancam pidana
kurungan 6 bulan dan/atau Rp500.000,-.”8 Ditegaskan pula dalam Peraturan lain, yakni Pasal
93 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantinaan Kesehatan yang menyatakan
7 MetroTV News, “Nekat Berkumpul saat Wabah Covid-19, Ini Sanksi yang Mengintai”, MetroTV, diakses di https://www.metrotvnews.com/play/bVDCQJWz-nekat-berkumpul-saat-wabah-covid-19-ini-sanksi-yang-mengintai pada Senin 23 Maret 2020 Pukul 18.00 WIB. 8 Lihat Pasal 14 Ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular sebagaimana dikutip oleh Hamdi, “Cegah Penyebaran Covid-19, Polda Gorontalo Ancam Pidanakan Masyarakat bila…”, Kronologi, diakses dari https://kronologi.id/2020/03/25/cegah-penyebaran-covid-19-polda-gorontalo-ancam-pidanakan-masyarakat-bila/ Pada 26 Maret 2020 Pukul 19.52 WIB.
“Tidak mematuhi penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan dan/atau menghalang-halangi
penyelenggraan kekarantinaan kesehatan sehingga menyebabkan kedaruratan kesehatan
masyarakat dipidana 1 tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,-.”9
Diskursus Perppu dalam Penanganan COVID-19?
Melihat fakta penyebaran virus terus terjadi, Physical distancing tidak dapat hanya
sekadar imbauan melainkan perlu dijadikan suatu kewajiban agar penyebaran mampu ditekan
dan angka kasus mampu diminimalisir sedikit demi sedikit. Indonesia sebagai negara Hukum,
menurut Komnas HAM RI perlu mengeluarkan kebijakan setingkat Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang (Perppu)10 agar instruksi pemerintah terkait Covid-19 dapat ditaati
oleh siapapun dan tidak dilanggar hanya karena alasan pribadi yang cenderung egoistis. Akan
tetapi, saran dikeluarkannya Perppu menuai pro dan kontra di beragam kalangan. Selain
Komnas HAM, Yusril Ihza Mahendra memberikan usul kepada Presiden Jokowi untuk segera
membuat Perpu terkait virus corona. Namun, Dody Nur Andriyani, selaku pengurus Asosisasi
Pengajar Hukum Tata Negara - Hukum Administrasi Negara (APHTN - HAN) mengatakan
bahwa penerbitan Perppu untuk saat ini belum harus dikeluarkan karena terdapat peraturan
perundang-undangan lain yang dapat digunakan sebagai landasan hukum. Beberapa peraturan
perundang-undangan tersebut antara lain:
1. Undang-undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit dan Menular
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular.
9 lihat Pasal 93 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantinaan Kesehatan sebagaimana dikutip Kumparan, “UU Karantina Kesehatan Ancam Masyarakat yang Masih Keluyuran di Luar Rumah”, Kumparan, diakses dari https://kumparan.com/bumi-papua/uu-karantina-kesehatan-ancam-masyarakat-yang-masih-keluyuran-di-luar-rumah-1t5wGOBxu9f Pada 26 Maret 2020 Pukul 19.47 WIB. 10 Ahmad Taufan Damanik, “Poin-Poin Utama Konferensi Pers Ketua Komnas HAM RI Ahmad Taufan Damanik Bersama Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo Sabtu, 21 Maret 2020”, Komnas HAM, diakses di https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2020/03/21/1337/poin-poin-utama-konferensi-pers-ketua-komnas-ham-ri-ahmad-taufan-damanik-bersama-ketua-gugus-tugas-percepatan-penanganan-covid-19-letjen-tni-doni-monardo-sabtu-21-maret-2020.html?utm_source=headlines Pada Senin 23 Maret 2020 Pukul 18.15 WIB.
Di dalamnya menjelaskan tiga langkah penanggulangan yang dapat dilakukan yakni
reduksi, eliminasi dan eradikasi. Ia pun menambahkan agar Presiden untuk lebih
mengoptimalkan undang-undang yang sudah ada agar dapat menanggulangi virus corona ini.
Dody berpendapat bahwa Perppu kewenangan Presiden yang merupakan jalan keluar darurat
dan memiliki dasar noodverordeningsrecht (genting) untuk dapat menerbitkan Perppu.11
Sebagai sumber hukum, Perppu dapat dilihat pada Pasal 5 Ayat (2) Undang-undang Dasar
1945 yang menentukan “Presiden menerapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan
Undang-undang sebagaimana mestinya”, Pasal 22 menentukan :
(1). Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
peraturan pemerintah sebagai pengganti Undang-undang;
(2). Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan
Rakyat dalam persidangan berikutnya;
(3). Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan Pemerintah itu harus
dicabut.
Dapat dilihat, Perppu merupakan Undang-undang yang dibentuk dalam keadaan
darurat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 22 Ayat (1) “Dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa”. Istilah “kegentingan yang memaksa” ini tidak boleh dipersamakan dengan
“keadaan bahaya” menurut ketentuan Pasal 12 Undang-undang Dasar. Keadaan darurat dan
kegentingan yang memaksa merupakan pandangan subjektif dari Presiden/pemerintah disatu
pihak, sebab :
(i). Pemerintah sangat membutuhkan suatu Undang-undang untuk tempat
menempatkan kebijakan yang sangat penting dan mendesak bagi negara; namun
dilain pihak
(ii). Waktu atau kesempatan yang tersedia untuk mendapatkan persetujuan dewan
perwakilan rakyat tidak mencukupi sebagaimana mestinya.
Hans Ernst Folz dalam bukunya, a state of emergency and emergency legislation
mengklasifikasikan keadaan darurat kedalam enam bentuk yaitu (1) adanya bahaya eksternal
yang mengancam negara; (2) adanya kerusuhan domestik; (3) gangguan fungsi normal dari
otoritas pemerintah disebabkan oleh pemogokan dalam pelayanan sipil; (4) penolakan untuk
11 Andi Saputra, “Perppu Corona Dinilai Belum Perlu, Presiden Bisa Maksimalkan UU yang Ada” Detik News, diakses dari https://news.detik.com/berita/d-4940861/perppu-corona-dinilai-belum-perlu-presiden-bisa-maksimalkan-uu-yang-ada Pada 26 Maret 2020 Pukul 21.48 WIB.
membayar pajak;(5) kesulitan dalam bidang ekonomi dan keuangan; (6) kerusuhan buruh dan
bencana nasional.12 Sedangkan Berdasarkan hasil putusan Mahkamah Konstitusi, terdapat
tiga syarat sesuatu dapat dikatakan dalam kondisi genting yang memaksa sebelum Presiden
memutuskan untum menerbitkan Perppu. Tiga hal tersebut adalah :
(1). Terdapat kebutuhan yang mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum
secara cepat berdasarkan UU.
(2). Belum adanya undang-undang yang dibutuhkan atau belum memadainya
undang-undang tersebut.
(3). Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat
Undang-Undang secara prosedur biasa karena akan memerlukan waktu yang cukup
lama sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan.
Dalam Perppu tersebut terdapat tiga kriteria yang dipakai untuk menentukan
keadaan darurat yaitu (1) keamanan atau ketertiban hukum di seluruh atau sebagian wilayah
RI terancam oleh pemberontakan, kerusuhan-kerusuhan atau akibat bencana alam, sehingga
dikhawatirkan tidak dapat diatasi oleh alat-alat perlengkapan secara biasa; (2) Timbul perang
atau bahaya perang atau dikhawatirkan perkosaan wilayah negara Republik Indonesia dengan
cara apapun; (3) hidup negara dalam keadaan bahaya atau dari keadaan-keadaan khusus
ternyata ada atau dikhawatirkan ada gejala-gejala yang dapat mebahayakan hidup negara.
Pemberlakuan keadaan darurat ini harus dinyatakan secara resmi oleh pemerintah,
dan pernyataan keadaan darurat ini harus memiliki makna esensial yaitu penduduk harus tau
materi, wilayah dan lingkup waktu pelaksanaan tindakan darurat tersebut dan dampaknya
terhadap pelaksanaan hak asasi manusia. Pemberlakuan keadaan darurat tersebut juga tidak
berlaku secara terus menerus tetapi hanya sementara. Dapat dikatakan, secara substansi
Perppu merupakan Undang-undang, namun secara formalnya adalah Peraturan Pemerintah.
Karena kedudukannya sederajat, maka materi muatan Perppu sangat mungkin bertentangan
atau merubah ketentuan Undang-undang yang ada sebelumnya.13 Mengingat, pencegahan
Covid-19 sangat erat kaitannya dengan perlindungan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia,
tidak hanya hak atas kesehatan namun hak atas hidup bagi warga Indonesia. Oleh karena itu,
pemberian sanksi terhadap pelanggar yang tidak mematuhi ketentuan pemerintah Pusat
12 Osgar S. Matompo. 2014. Pembatasan Terhadap Hak Asasi Manusia dalam Prespektif Keadaan Darurat. Jurnal Media Hukum Vol. 21 No 1, Juni 2014., hlm. 62 13 Jimly Assidiqie, 2018, “Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara” Jakarta: PT. Grafindo Sinaga, hlm. 168-170.
ataupun daerah harus ditegakkan demi kepentingan bersama, termasuk seruan untuk tidak
berkumpul di tempat beribadah. Menurut Ahmad taufik Damanik, Ketua Komnas HAM RI,
standar hak asasi manusia nasional dan internasional telah memberi wewenang kepada
pemerintah untuk membatasi, mengurangi atau menunda hak asasi terkait kemerdekaan
berkumpul dan beribadah dalam jumlah besar demi kepentingan dan keselamatan masyarakat
yang lebih luas. Artinya, untuk kepentingan umum yang lebih besar, hak asasi untuk
berkumpul dan beribadah dapat ditunda, dikurangi, dibatasi terlebih dahulu agar kepentingan
khalayak publik dapat diselamatkan.
Berbagai kebijakan lainnya dapat dilaksanakan dalam keadaan darurat selama hal
tersebut memang perlu dan relevan untuk dilakukan, serta tidak disalahgunakan dengan
berperilaku diskriminatif dan represif dengan kedok melindungi kesehatan. Sebagaimana
diungkap pakar Perserikatan Bangsa-bangsa yang menyatakan “While we recognize the
severity of the current health crisis and acknowledge that the use of emergency powers is
allowed by international law in response to significant threats, we urgently remind States
that any emergency responses to the coronavirus must be proportionate, necessary and non-
discriminatory.” Ia juga menambahkan bahwa penggunaan kekuasaan untuk keadaan darurat
harus dinyatakan secara terbuka kepada publik dan harus diberitahukan kepada badan-badan
terkait ketika hak-hak dasar seperti pergerakan, kehidupan keluarga dan lainnya sedang
sangat terbatas.14
14 Dikutip dari pendapat United Nations Human Rights Experts : The Special Rapporteur on the promotion and protection of human rights and fundamental freedoms while countering terrorism, Ms Fionnuala D. Ní Aoláin; the Special Rapporteur on extrajudicial, summary or arbitrary executions, Ms Agnes Callamard; the Special Rapporteur on the promotion and protection of the right to freedom of opinion and expression, Mr David Kaye; the Special Rapporteur on the situation of human rights defenders, Mr Michel Forst; the Special Rapporteur on the rights to freedom of peaceful assembly and of association, Mr Clément Nyaletsossi Voule;, Special Rapporteur on the right to physical and mental health,Mr. Dainius Pūras, the Special Rapporteur on the right to education, Ms Koumbou Boly Barry; the Special Rapporteur on the right to privacy, Mr Joe Cannataci; the Special Rapporteur on freedom of religion or belief, Mr. Ahmed Shaheed; the Special Rapporteur on the right to development, Mr Saad Alfarargi; the Special Rapporteur on adequate housing, Ms Leilani Farha; the Special Rapporteur on the human rights to safe drinking water and sanitation, Mr Léo Heller; the Independent expert on human rights and international solidarity, Mr Obiora C. Okafor; the Independent Expert on the promotion of a democratic and equitable international order, Mr Livingstone Sewanyana the Special Rapporteur on the Independence of Judges and Lawyers, Mr Diego García-Sayán; the Working Group on Arbitrary Detention: Mr. José Antonio Guevara Bermúdez (Chair), Ms. Leigh Toomey (Vice-Chair on Communications), Ms. Elina Steinerte (Vice-Chair on Follow-up), Mr. Seong-Phil Hong and Mr. Sètondji Adjovi; andthe Working Group on Enforced or Involuntary Disappearances: Mr Luciano Hazan (Chair-Rapporteur), Mr Tae-Ung Baik (Vice-Chair), Ms Houria Es-Slami, Mr Bernard Duhaime and Mr Henrikas Mickevicius. Pada United Nations Human Rights Office of The High Commissioner
Dapat digaris bawahi, tindakan demikian bukanlah suatu pelanggaran hak asasi
manusia sehingga jika diperlukan, pemerintah dapat mengeluarkan Perppu untuk menjamin
terselenggarakannya instruksi pemerintah yang berjalan sesuai dengan paripurna. Sebab,
dalam persfektif hukum, manusia cenderung mentaati hukum dibanding instruksi yang
sekadar imbauan karena merasa takut dengan sanksi, dan merupakan bentuk reaksi terhadap
hukum sebagaimana diungkap Lawrencene M. Friedman, bahwa taat hukum merupakan
bagian dari perilaku hukum mengenai “..reacting to something, going on in the legal
system”.15
Work From Home
Pemerintah juga harus memperhitungkan berbagai kemungkinan lain yang dapat
timbul melalui kebijakan Work from home dan dampaknya pada ekonomi dunia usaha.
Terkait work from home, secara yuridis dapat dikaitkan dengan Pasal 86 Ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, bahwa pekerja memiliki
hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Artinya, dalam
pandemi yang sedang mewabah ini, work from home merupakan bagian dari bentuk
perlindungan kepada pekerja atau buruh agar keselamatan dan kesehatannya tetap terjamin.
Penjaminan agar pekerja tidak di PHK atau dikurangi haknya selaku pegawai juga perlu
menjadi fokus perhatian pemerintah agar hal demikian tidak terjadi. Bagi ASN/Aparatur Sipil
Negara, aturan work from home dirumuskan dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem
Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-19 di
Lingkungan Instansi Pemerintah. Diterbitkannya surat edaran tersebut, merupakan suatu
reaksi atas pernyataan WHO yang mengatakan bahwa Covid-19 merupakan pandemi
global,16 sebagaimana dalam lingkup nasional dinyatakan sebagai bencana nasional.17 Tidak
https://www.ohchr.org/EN/NewsEvents/Pages/DisplayNews.aspx?NewsID=25722&LangID=E Senin, 23 Maret 2020 Pukul 17.15 WIB. 15 Pendapat Lawrencene M. Friedman sebagaimana dikuti dalam Achmad Ali, 2009, “Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence) Volume 1 Pemahaman Awal”, Jakarta : Kencana, hlm. 118. 16 World Health Organization, “WHO Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020”, diakses pada https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19---11-march-2020 World Health Organizatio, Selasa 24 Maret 2020 Pukul 7.55 WIB.
semua ASN bekerja di rumah atau tempat tinggal, dalam hal ini, ASN dengan jabatan
struktural tertinggi harus tetap bekerja di Kantor agar penyelenggaraan pemerintahan tidak
terhambat. Apabila kita kaitkan dengan perubahan frasa di atas, maka memang lebih cocok
frasa physical distancing diterapkan dibanding social distancing. Pemerintah, juga harus
membantu memberi fasilitas kesehatan agar semua orang dapat mengaksesnya dengan mudah
di kondisi yang sedang serba langka ini, khususnya tenaga medis yang sangat membutuhkan
pasokan sarana pemeriksaan dan perawatan yang kian hari kian menipis sementara jumlah
penggunaannya kian menebal.
Belajar dari Negara Lain
Pandemi Covid-19 masih menjadi problema utama yang tengah dihadapi masyarakat
global hingga saat ini. Dampak yang dirasakan tak hanya satu sektor di bidang kesehatan
namun merambah ke berbagai lini kehidupan dan menyebabkan terganggunya aktivitas
sehari-hari. Korban jiwa yang terus bertambah hingga pasien yang terus membludak menjadi
suatu urgensi bahwa diperlukan upaya yang cepat dan tanggap dalam mendobrak polemik
kesehatan yang mewabah hingga saat ini. Berbagai negara, serentak mengeluarkan beragam
kebijakan untuk memotong rantai virus corona melalui cara yang berbeda. Korea Selatan,
dalam penangannya tidak melakukan lockdown namun melakukan prosedur drive-thru dan
tes masal ekstensif untuk menguji kesehatan warganya dengan mengeceknya pada stasiun
tertentu tanpa perlu keluar dari kendaraan, tes yang hanya dilakukan sepuluh menit ini
dimaksudkan untuk meminimalisir pasien positif Covid-19 karena telah diuji seawal
mungkin. Selain itu, pemerintahnya juga melakukan kolaborasi Teknologi Informasi dengan
membuat aplikasi Covid-19 hingga memberikan akses yang transparan bagi publik terkait
pandemi Covid-19 ini. Hasilnya, angka kasus terus mengalami penurunan dari rata-rata 500
kasus perhari menjadi 438 (13/3) kemudian 367 (14/3) dan 248 (15/3).18 Berbeda dengan
Korea Selatan, prosedur lockdown marak dilakukan negara lain seperti China, Italia,
Polandia, El Salvador, Irlandia, Spanyol, Denmark, Filipina, Lebanon, Prancis, Belgia,
Selandia Baru, Malaysia dan yang terbaru, Menteri Inggris Boris Johnson, menginstruksikan
17 Marchio Irfan Gorbiano, “COVID-19: Jokowi forms fast-response team to contain virus” The Jakarta Post, diakses pada https://www.thejakartapost.com/news/2020/03/13/covid-19-jokowi-forms-fast-response-team-to-contain-virus.html Selasa 24 Maret 2020 Pukul 9.11 WIB. 18 Peter C. Earle, “South Korea Preserved the Open Society and Now Infection Rates are Falling”, diakses di American Institute for Economic Research pada https://www.aier.org/article/south-korea-preseved-open-infection-rates-are-falling/ Senin, 23 Maret 2020 Pukul 8.59 WIB.
rakyat Inggris untuk tetap di rumah karena akan mulai memberlakukan lockdown selama tiga
minggu kedepan.19
Saat ini Indonesia perlu belajar banyak dari negara lain, yang mampu meminimalkan
angka kasus agar tetap stagnan bahkan menurun setiap harinya. Diantaranya adalah melihat
jejak yang dilakukan Taiwan dalam penanganan Covid-19 ini. Disaat negara lain seperti
Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat terkena dampak Corona yang mencapai angka puluhan
ribu dan membuatnya bergerilya melawan kasus Covid-19 yang kian merebak, Taiwan justru
mampu meminimalisir dampak penyebaran Corona. Ditengah gempuran 467.520 kasus
terkonfirmasi di seluruh dunia.20 Taiwan dapat mencegah penyebaran yang masif ke
negaranya, sebagai negara pulau dan memiliki penduduk hampir sama dengan Australia serta
berhubungan dekat dengan Cina, secara geografis, Taiwan memiliki posisi yang dekat dengan
Cina, secara logika seharusnya Taiwan juga dapat terkena dampak Covid-19 yang sama
banyaknya, mengingat kedekatan geografis tersebut. Namun hingga saat ini, Taiwan hanya
memiliki 235 kasus terkonfirmasi.21 Hal ini jika dibandingkan dengan Italia, Spanyol dan
Amerika, yang posisi geografisnya lebih jauh dari Cina, memiliki kasus yang lebih banyak
dibanding negara terdekat, Taiwan. Kemudian, secara politik Taiwan tidak dianggap oleh
World Heatlh Organization (WHO) karena pengaruh politik dari Cina dan tidak diundang
oleh WHO dalam diskusi upaya minimalisir dampak dari Corona, justru mampu berdiri
sendiri, tanpa bantuan negara lain maupun WHO.22
Taiwan dan Indonesia memiliki beberapa kesamaan, secara geografis Taiwan yang
bersebelahan dengan Cina dan Indonesia menjadi salah satu tempat transit untuk Cina ke
negara lain. Secara politis dan politik internasional, Indonesia memiliki keunggulan daripada
Taiwan. Taiwan yang tidak dianggap di WHO membuat Taiwan harus bisa berjuang sendiri
melawan wabah virus Corona. Sedangkan Indonesia memiliki keunggulan karena masih
19 Rob Picheta, “Boris Johnson issues stay-at-home order, sending UK into lockdown to fight coronavirus pandemic”, diakses di CNN World pada https://edition.cnn.com/2020/03/23/uk/uk-coronavirus-lockdown-gbr-intl/index.html Senin, 23 Maret 2020 Pukul 9.10 WIB. 20 Kompas, “Update Virus Corona di Dunia: Dikonfirmasi 198 Negara, 467.520 Orang Terinfeksi, 113.808 Sembuh” diakses dari https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/26/072112265/update-virus-corona-di-dunia-dikonfirmasi-198-negara-467520-orang Pada 26 Maret 2020 Pukul 8.00 WIB. 21 Reuters “Taiwan Reports 19 New” The New York Times, diakses dari https://www.nytimes.com/reuters/2020/03/25/world/asia/25reuters-health-coronavirus-taiwan-cases.html Pada Rabu, 25 Maret 2020 Pukul 19.16 WIB. 22 Time, “Taiwan Has Been Shut Out of Global Health Discussions” Time, diakses dari https://time.com/5805629/coronavirus-taiwan/ Pada 24 Maret 2020 Pukul 18.01 WIB.
dianggap dengan WHO dan dapat dibantu dengan negara-negara lain. Namun secara data,
Taiwan dapat melakukan pencegahan terhadap virus Corona yang lebih baik dibanding
Indonesia. Kemampuannya yang berhasil berjuang sendiri ini, patut dicontoh negara-negara
lain, khususnya Indonesia, untuk dapat tetap berusaha ditengah segala keterbatasan dan
hambatan yang ada. Berikut ini adalah beberapa kebijakan yang telah diterapkan Taiwan :
a. Proaktif; Dalam aksinya, Taiwan memberlakukan kebijakan tindakan yang
proaktif terhadap upaya preventif Covid-19 dengan memberlakukan sanksi hukum
yang berat dan tegas kepada masyarakatnya yang melanggar aturan dalam
pencegahan virus Corona. Pemerintahan Taiwan melakukan tindakan tegas pada
masyarakatnya yang menimbun masker dan menjualnya dengan harga yang tinggi
selain itu, tindakan tegas juga diberikan kepada orang tak bertanggung jawab yang
melakukan penyebaran berita palsu atau hoax, dan dapat dikenakan sanksi denda
yang besar dan hukuman tegas dari pemerintahan Taiwan. Tindakan yang tegas juga
diberlakukan kepada para pelancong yang datang ke negara ini.
b. Transparasi data dan informasi; Pemerintahan Taiwan memberikan
transparansi data dan informasi kepada masyarakat Taiwan agar pemerintahan
Taiwan dapat bergerak bersama dalam mengatasi pandemi Covid-19. Dengan
adanya hal ini, pemerintah dapat bekerja sama dan selaras dengan adanya
transparasnsi informasi. Akibatnya, pemerintahan Taiwan dapat meminimalkan
penyebaran informasi dan data yang tidak valid karena semua informasi terintegrasi
ke dalam satu sumber dan berdampak pada berkurangnya konflik informasi jika ada
dua informasi yang datang hampir bersamaan.
c. Adanya Lembaga Terpusat; Pemerintahan Taiwan membuat lembaga yang
fokus untuk masalah isu di bidang kesehatan. National Health Command Center
(NHCC) merupakan lembaga terpusat untuk masalah kesehatan, seperti CDC di
Amerika. Lembaga ini dengan mudah mengurusi informasi, kebijakan, dan peraturan
yang akan digunakan di saat pandemi atau masalah kesehatan mengancam. Lembaga
ini juga memiliki peran untuk mengawasi masalah kesehatan yang terjadi di tingkat
nasional dan akan memberikan peringatan kepada pemerintahan pusat terhadap
masalah kesehatan di tingkat internasional, serta memiliki fokus untuk
mengendalikan informasi yang ada tentang pandemi Covid-19. Dengan adanya
NHCC, informasi di Taiwan dapat berjalan dengan baik dan tidak ada miss-
communication dengan bagian pemerintahan yang lain.
d. Analisis terhadap data dan informasi besar menggunakan teknologi; Kebijakan
ini dapat berhasil dikarenakan Taiwan merupakan salah satu negara dengan
teknologi yang maju dan terdepan.
Di Indonesia, Angka pasien positif virus Covid-19 yang terjadi kian menanjak dari
790 kasus pada Rabu 25 Maret 2020 menjadi 893 kasus terhitung pada Kamis 26 Maret 2020,
atau melonjak 103 kasus hanya dalam sehari. Jika kita tarik ke belakang, Sebelumnya,
Pemerintah Indonesia kala itu sempat menyangkal dan yakin bahwa virus ini tidak akan
sampai ke Indonesia. Namun waktu membuktikan, bahwa pada Senin, 2 Maret 2020 lalu,
Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa terdapat dua warga Depok yang positif
terpapar virus ini. Keoptimisan dan sangkalan yang dulu ditolak pemerintah dan warga
negara Indonesia justru menjadi bumerang dan membawa fakta, mengantarkan Indonesia
menjadi negara dengan jumlah kematian tertinggi di Asia Tenggara. Indonesia sempat
mengalami rata-rata mortalitas covid-19 tertinggi di dunia dengan konstanta 9,33% melebihi
italia yang bertengger di konstanta 9,26%.23 Polemik konstanta mortalitas akibat covid-19
yang sempat melunjak tinggi bahkan melebihi kasus pulih dari covid-19 membuat kepanikan
hingga polemik atas bagaimana rencana penanganan strategis dari pemerintah.
Salah Sasaran?
Sebelum pandemi ini menyebar kian luas, ada hal menarik yang menjadi fokus
pemerintah kala itu, pemerintah Indonesia akan terus melakukan berbagai kebijakan untuk
mengantisipasi perekonomian tidak terkena dampak dari wabah Covid-19. Hal tersebut dapat
dilihat melalui unggahan akun resmi Sekertariat kabinet yang menyatakan “Siapkan seluruh
instrument, baik moneter maupun fiskal, untuk digunakan dalam rangka memperkuat daya
tahan dan daya saing ekonomi negara kita.” Selain itu, Presiden juga ingin memaksimalkan
konferensi dalam negeri dan meningkatkan promosi wisata. Terdapat pula poin “Prioritaskan
langkah untuk menurunkan defisit neraca transaksi berjalan dan neraca perdagangan secara
efektif, serta lakukan kontrol di lapangan, sehingga bisa menekan impor.” Hal tersebut
sontak mengundang kritikan dari masyarakat yang menganggap pemerintah lebih
23 Hidayat Setiaji “tingkat kematian akibat corona di italia 9,25 RI 9,33” dapat diakses pada https://www.cnbcindonesia.com/news/20200323134935-4-146965/tingkat-kematian-akibat-corona-di-italia-925-ri-933/1
mementingkan ekonomi dibandingkan virus yang tengah beredar dan mengancam kesehatan
masyarakat. Pemerintah juga mengalokasikan dana APBN sebesar Rp72 M yang akan
digunakan untuk influencer. Setelah isu ini kian mencuat, barulah Pemerintah mengeluarkan
kebijakan lain dan sedikit memalingkan fokusnya dari sektor ekonomi, akan tetapi kebijakan
ini juga menjadi salah satu faktor yang menstimulus penyebaran Covid-19 di Indonesia
menyebar secara sporadis. Seperti Kebijakan dari kemenlu yang masih memberikan ijin
masuk kepada beberapa negara.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, menyebutkan
bahwa terdapat sejumlah stimulus, seperti pemberian insentif untuk wisatawan mancanegara
dengan alokasi sebsesar Rp298, 5 M yang akan dialokasikan untuk maskapai dan agen
perjalanan berupa diskon khusus tiket pesawat ke daerah-daerah pariwisata. Total dana
insentif diskon pesawat adalah sebesar Rp98,5 M, promosi sebesar Rp103 M, kegiatan
turisme sebesar Rp25M dan memberikan diskon 30 persen untuk setiap tiket pesawat ke 10
tujuan wisata.24 Namun, layaknya Amerika Serikat, dalam kebijakan kemenlu pendatang
diharuskan mengkarantinakan diri selama 14 hari dan mengisi formulir kesehatan.
Pemerintah juga mengimbau kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan
sehat guna mencegah masuknya penyakit dan virus dan tetap menjaga imun dan tubuh agar
dalam kondisi bugar.
Padahal, sebelum wabah Covid-19 merebak di Indonesia, berbagai imbauan sudah
diberikan kepada Indonesia, salah satunya The Sydney Morning Herald menyatakan dalam
rapat tertutup antara para diplomat dari berbagai negara kepada Menteri Kesehatan, Terawan
Agus Putranto bahwa sangat penting untuk melakukan deteksi kasus di Indonesia. Indonesia
pun dianggap belum memiliki Alat Pelengkap Diri (APD) yang memadai. Bukan maksud
untuk mengharapkan untuk virus tersebut masuk ke Indonesia, namun ada banyak
kemungkinan untuk virus tersebut masuk ke Indonesia, apalagi dengan berbagai kebijakan
pemerintah mengenai pariwisata yang cenderung menarik turis mancanegara untuk datang ke
Indonesia. Indonesia pun diangap tidak dapat medeteksi kasus corona karena fasilitas yang
tidak memadai. Akibatnya, berbagai diplomat mancanegara khawatir hal tersebut akan
memengaruhi hasil tes laboratorium terhadap virus corona menunjukkan hasil yang negatif.
24 Dany Garjito dan Nofiana, “Kenapa Bagi Pemerintah Indonesia Virus Corona soal Ekonomi Melulu?” Suara, diakses dari https://www.suara.com/news/2020/02/29/173025/kenapa-bagi-pemerintah-indonesia-virus-corona-soal-ekonomi-melulu Pada 26 Maret 2020 Pukul 22.22 WIB
Dari kebijakan yang diberlakukan, masih ada kelemahan-kelemahan. Seperti
kebijakan pengisian formulir kesehatan, banyak kasus orang yang terjangkit Corona dimana
mereka tampak dan merasa sehat-sehat saja. Namun sebenarnya terkena Corona. Belum lagi
kebijakan karantina diri selama 14 hari yang masih lemah, dimana untuk pendatang yang
tidak memiliki penyakit yang disebabkan Corona hanya disarankan untuk melakukan
karantina selama 14 hari. Dalam hal ini, banyak rakyat Indonesia sendiri yang masih
melanggar kebijakan ini, bagaimana dengan pendatang dari luar negeri yang hanya memiliki
waktu terbatas di Indonesia.
Kurangnya Sinergisasi Pusat dan Daerah?
Pemerintahan Indonesia saat ini masih bergantung kepada Kominfo untuk
penyebaran dan pengumpulan informasi ternyata memiliki beberapa kendala, yaitu dari
penyebaran informasi masih kurangnya komunkasi antara pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah. Seperti informasi yang berikan oleh Pemprov jabar untuk daerah
Depok yang ternyata itu dianggap hoax oleh Kominfo.25 Dengan adanya hal ini membuat
seakan-akan pemerintahan tidak memiliki komunikasi ataupun infrastruktur yang baik
dengan pemerintahan di daerah. Selain itu, ini juga bisa menjadi indikasi akan adanya
kekurangan transparansi data dari pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah.
Pemerintahan memang harus mengeluarkan informasi yang tepat dan yang baik kepada
masyarakat dan kepada pemerintahan daerah agar tidak adanya kepanikan yang terjadi.
Namun disaat itu juga kepercayaan masyarakat akan lebih tinggi, dikarenakan masyarakat
akan lebih cenderung tergantung dengan apa yang pemerintah informasikan. Namun dengan
adanya kesalahan miskomunikasi ini, membuat pemerintahan seakan tidak kompeten dalam
penyebaran dan transparansi informasi dan data. Dalam proses pemberian informasi
sebaiknya adanya hubungan yang baik terhadap seluruh bagian pemerintahan. Agar tidak
terjadinya masalah seperti ini.
Pada hakikatnya, upaya mitigasi juga preventif dalam penanganan perlu dilakukan
secara terstruktur dan strategis. Selain memperhatikan hal kesehatan, telekomunikasi yang
baik dan tepat juga memiliki pengaruh yang besar dalam menekan konstanta distribusi.
Begitu banyaknya berita simpang siur , berita hoax, serta disinformasi yang menjadi polemik
25 KOMINFO, “[HOAKS] Peta Sebaran Kasus Virus Corona di Depok. Website Resmi Kementerian Komunikasi Dan Informatika RI”. Kominfo, diakses dari https://kominfo.go.id:443/content/detail/25131/hoaks-peta-sebaran-kasus-virus-corona-di-depok/0/laporan_isu_hoaks Pada Kamis, 26 Maret 2020 Pukul 16.15 WIB.
di masyarakat menimbulkan miskomunikasi. Selain memaparkan data , pemerintah juga
berperan penting dalam klarifikasi dan pelurusan serta protokol yang akan dilakukan
masyarakat. Pemerintah juga dapat dibilang tidak siapsiaga lantaran ketika negara-negara lain
sudah menyatakan pandemik nasional, negara kita terlalu larut dalam tenang dengan
argumentasi-argumentasi yang beragam. Telatnya advokasi serta pemberlakuan antisipasi
dengan tersebarnya berita yang amat beragam yang belum diketahui validitasnya yang
menjadi acuan bagi masyarakat yang memperoleh informasi tersebut. Lalu minimnya
transparansi komunikasi kepada publik yang proaktif . Memaparkan data pasien dapat
mengerucutkan dan akan menimbulkan inisiatif bagi individu yang pernah berinteraksi
dengan pasien positif untuk melakukan tes covid-19 guna mengetahui keadaan fisik individu
terjangkit atau tidaknya pada covid-19. Selain itu minimnya peralatan , fasilitas tenaga medis
menjadi kendala yang menghambat dan tentunya berbahaya bagi pasien dan tenaga medis.
Hal ini patutnya diberikan atensi yang sesuai karena kepulihan dari pasien salah satunya
bergantung pada kompetensi tenaga medis.
Penanganan Pemerintah daerah belum sinergis dan selaras, hal ini ditunjukan
dengan apa yang terjadi pada pemerintah Sumatra barat yaitu , meninggalnya seorang pasien
di RSUP M. Djamil Padang dikabarkan meninggal oleh Pejabat Pemberi Informasi dan
dokumentasi Gustianov dan dianggap sebagai pasien postif MERS-Cov. Sedangkan setelah
beberapa waktu Dinas kesehatan Liarni Jamil memberikan penyataan bahwa pasien tersebut
merupakan suspect covid-19, bukan MERS-Cov.26 Bahkan setelah itu dari pemerintah
Sumatra barat memberikan tanggapan bahwa pasien tersebut meninggal selepas ibadah
Umrah dan belum dapat dipastikan karena perlu adanya tes medis untuk mencapai informasi
yang akurat. Apakah pasien terjangkit MERS-Cov atau Covid-19. Hal ini tentunya
kontradiktif yang melibatkan dua instansi berbeda informasi. Masyarakat pun mulai
kebingungan validitas informasi tersebut. Hal ini perlu diluruskan upaya sinkronnya instansi
dalam memberikan informasi agar informasi tersebut dapat dicerna masyarakat secara senada
dan akurat. Dan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah hendaknya terintegrasi saat
menangani masalah seperti ini. Pemerintah Daerah yang lebih mengetahui kondisi teknis
perlu diberikan kewenangan agar mekanisme penanganannya tidak terpacu kepada perintah
26 Ade Faulina “ Penanganan virus corona (Covid-19) sinergi ditengah kekalutan” dapat diakses dari https://www.harianhaluan.com/news/detail/89871/penanganan-virus-corona-covid19-sinergi-di-tengah-kekalutan pada 26 Maret 2020 Pukul 22.40 WIB
dari pemerintah dan, pemerintah pusat hendaknya lebih menelisik secara aktual ke
pemerintah daerah dengan memetakan kondisi dan melakukan penanganan secara bersamaan.
Meninjau Lockdown sebagai Opsi Terakhir, Haruskah Menjadi Kewenangan Daerah?
Diskursus lockdown masih menjadi fokus dalam masyarakat terkait dengan
penanganan COVID-19. Di Indonesia, Presiden RI, Joko Widodo sudah memastikan bahwa
Pemerintah tidak akan melakukan prosedur lockdown sebagaimana dilakukan negara lain dan
hanya akan memberlakukan social distancing setelah melalui berbagai pertimbangan.
Alasannya tentu tak lekang dari dampak yang ditimbulkan lockdown yakni tidak hanya satu
dimensi melainkan multidimensional, dalam bidang sosial, ekonomi, kesehatan, serta
kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Dalam ekonomi, menurut Ekonom Bank Permata,
Josua Pardede, lockdown dapat melumpuhkan perekonomian RI, hal ini berkaitan dengan
terganggunya distribusi barang dan jasa yang mampu menimbulkan panic buying sehingga
dapat menyebabkan inflasi. Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, akibat lockdown dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 4%. Namun di sisi lain, banyak
kalangan yang menilai akan lebih efektif jika diberlakukan lockdown untuk menekan tingkat
persebaran virus. Dalam hal ini, para pihak yang mendukung adanya karantina wilayah
berfokus pada argumen untuk menghindari kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat,
melindungi masyarakat dari virus, mencegah dan menangkal virus berkembang sehinga
menekan angka resiko dari persebaran virus itu sendiri.
Pemerintah bersama DPR sendiri telah membentuk UU Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan, lockdown yang menjadi perbincangan di tengah
masyarakat merupakan lockdown dalam bentuk karantina wilayah, yaitu pembatasan
penduduk dalam suatu wilayah termasuk pintu masuk beserta isinya yang diduga terinfeksi
penyatkit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untu mencegah kemungkinan penyebaran
penyakit atau kontaminasi. Pemerintah pusat sendiri berdasarkan UU tersebut memegang
penuh kendali atas penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan dan dapat melibatkan
pemerintahan daerah dalam pelaksanaannya.
Titik temu yang sulit ditemukan adalah terkait dengan efektivitas pemberlakukan
lockdown, karena dirasa selain akan mengganggu stabilitas ekonomi, politik dan sosial juga
akan berpengaruh pada pertahanan dan keamanan negara bila memberlakukan lockdown
secara nasional. Namun, bagaimana jika kewenangan untuk memberlakukan lockdown
diberikan pada pemerintah daerah?
Hal ini berangkat dari konsep otonomi daerah yang secara sempit diartikan sebagai
hak eksklusif yang diberikan kepada daerah dalam kaitan pembuatan keputusan mengenai
daerahnya sendiri.27 Hak tersebut diperoleh melalui penyerahan urusan pemerintah dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan sistem desentralisasi. Singkatnya,
desentralisasi merupakan pemancaran wewenang pemerintah pusat dalam hal menyerahkan
urusan pemerintah pusat ke pemerintah daerah biasanya mencakup kewenangan,
kelembagaan, keuangan, dan kontrol
Dalam hal ini desentralisasi yang menuru Larry Diamond sebagai suatu kebijakan
untuk menyebarkan dan memperkuat demokrasi hingga tingkat lokal memiliki kelebihan
sebagai berikut (1) desentralisasi dapat membantu mengembangkan nilai-nilai dan
keterampilan demokratis di masyarakat; (2) desentralisasi meningkatkan akuntabilitas dan
responsivitas atas kepentingan dan urusan lokal; (3) desentralisasi dapat meningkatkan
representasi demokrasi karena memberikan saluran tambahan bagi mereka yang dulu
terpinggirkan; (4) desentralisasi dapat meningkatkan kontrol dan juga perimbangan
kekuasaan di pusat; (5) desentralisasi memungkinkan kontestasi politik semakin terbuka
dengan memberikan kesempatan bagi partai politik dan fraksi oposisi di tingkat pusat untuk
berkuasa dan berpengaruh di tingkat lokal.28
Point yang dapat dijadikan perhatian adalah point 3 yaitu desentralisasi dapat
dijadikan sistem agar terciptanya responsivitas atas kepentingan dan urusan lokal. Urusan
lokal yang dimaksud adalah penanganan penyebaran virus di daerah masing-masing,
sehingga bila konteks yang dicari adalah penekanan penyebaran virus, maka penyebaran
harus ditekan dari tingkat terkecil pada satuan daerah yang dikordinir oleh pusat, bukan
sebaliknya pusat yang mengatur seluruh urusan daerah sehingga terkesan disamaratakan
penanganan yang berbeda medannya.
Sehingga bila kewenangan untuk melakukan karantina wilayah diberikan pada
daerah tentu hal itu akan sangat membuat penanganan lebih efektif. Pemerintah daerah
tinggal berkordinasi dengan pemerintah pusat terkait dengan kebutuhan dan alat-alat
27 Widjadja. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: RajaGrafindo., hal 76 28 Ibid.,
kesehatan yang dibutuhkan sehingga pemerintah pusat akan berperan untuk mensuport
kebijakan lockdown yang akan dilakukan daerah.
Dalam hal ini, tentu perlu diberikan penekanan agar lockdown yang dimaksud
memiliki batas waktu yang jelas, sehingga pemerintah daerah dapat menentukan rencana-
rencana strategis apa yang harus dilakukan agar menghindar krisis. Tentu pemberian
kewenangan ini juga harus dibarengi dengan maksud, tujuan, indikator serta instrumen
hukum yang jelas agar penggunaan kewenangan lockdown oleh pemerintah daerah malah
disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Penutup
Dari apa yang telah disampaikan, setidaknya penanganan memang harus dilakukan
secara ekstra baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Setidaknya catatan dan rekomendasi
yang telah disampaikan dalam tiap-tiap sub-bab pembahasan merupakan bentuk harapan
kami agar penanganan COVID-19 memiliki hasil yang baik.
Selain itu, harapan tidak adanya kebijakan yang ngawur ditengah situasi yang serba
membingungkan seperti ini menjadi hal yang perlu digarisbawahi agar tidak ada kabar
simpang-siur yang dapat menimbulkan kebingungan di masyarakat.
Lekas pulih Indonesia!
Referensi
Achmad Ali, 2009, “Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence) Volume
1 Pemahaman Awal”, Jakarta : Kencana.
Ade Faulina “ Penanganan virus corona (Covid-19) sinergi ditengah kekalutan” dapat
diakses dari https://www.harianhaluan.com/news/detail/89871/penanganan-virus-
corona-covid19-sinergi-di-tengah-kekalutan
Ahmad Taufan Damanik, “Poin-Poin Utama Konferensi Pers Ketua Komnas HAM RI
Ahmad Taufan Damanik Bersama Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo Sabtu, 21 Maret 2020”, Komnas HAM,
diakses dari https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2020/03/21/1337/poin-
poin-utama-konferensi-pers-ketua-komnas-ham-ri-ahmad-taufan-damanik-bersama-
ketua-gugus-tugas-percepatan-penanganan-covid-19-letjen-tni-doni-monardo-sabtu-
21-maret-2020.html?utm_source=headlines
Andi Saputra, “Perppu Corona Dinilai Belum Perlu, Presiden Bisa Maksimalkan UU yang
Ada” Detik News, diakses dari https://news.detik.com/berita/d-4940861/perppu-
corona-dinilai-belum-perlu-presiden-bisa-maksimalkan-uu-yang-ada
Dany Garjito dan Nofiana, “Kenapa Bagi Pemerintah Indonesia Virus Corona soal
Ekonomi Melulu?” Suara, diakses dari
https://www.suara.com/news/2020/02/29/173025/kenapa-bagi-pemerintah-
indonesia-virus-corona-soal-ekonomi-melulu
Hamdi, “Cegah Penyebaran Covid-19, Polda Gorontalo Ancam Pidanakan Masyarakat
bila…”, Kronologi, diakses dari https://kronologi.id/2020/03/25/cegah-penyebaran-
covid-19-polda-gorontalo-ancam-pidanakan-masyarakat-bila/
Jimly Assidiqie, 2018, “Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara” Jakarta: PT. Grafindo
Sinaga.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin, Republik Federal Jerman. Kementerian
Luar Negeri Repulik Indonesia. Diakses dari https://kemlu.go.id/berlin/id
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19
KOMINFO, “[HOAKS] Peta Sebaran Kasus Virus Corona di Depok. Website Resmi
Kementerian Komunikasi Dan Informatika RI”. Kominfo, diakses dari
https://kominfo.go.id:443/content/detail/25131/hoaks-peta-sebaran-kasus-virus-
corona-di-depok/0/laporan_isu_hoaks
Kompas “Jokowi Beri Kewenangan Lebih Gubernur Seluruh Indonesia Tangani Corona”
diakses dari https://nasional.kompas.com/read/2020/03/23/16422721/jokowi-beri-
kewenangan-lebih-gubernur-seluruh-indonesia-tangani-corona
Kompas, “Update Virus Corona di Dunia: Dikonfirmasi 198 Negara, 467.520 Orang
Terinfeksi, 113.808 Sembuh” diakses dari
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/26/072112265/update-virus-corona-di-
dunia-dikonfirmasi-198-negara-467520-orang
Kumparan, “UU Karantina Kesehatan Ancam Masyarakat yang Masih Keluyuran di Luar
Rumah”, Kumparan, diakses dari https://kumparan.com/bumi-papua/uu-karantina-
kesehatan-ancam-masyarakat-yang-masih-keluyuran-di-luar-rumah-1t5wGOBxu9f
Marchio Irfan Gorbiano, “COVID-19: Jokowi forms fast-response team to contain virus”
The Jakarta Post, diakses pada
https://www.thejakartapost.com/news/2020/03/13/covid-19-jokowi-forms-fast-
response-team-to-contain-virus.html.
Maria Van Kerkhove dalam World Health Organization, diakses dari
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/transcripts/who-audio-
emergencies-coronavirus-press-conference-full-20mar2020.pdf?sfvrsn=1eafbff_0
MetroTV News, “Nekat Berkumpul saat Wabah Covid-19, Ini Sanksi yang Mengintai”,
MetroTV, diakses di https://www.metrotvnews.com/play/bVDCQJWz-nekat-
berkumpul-saat-wabah-covid-19-ini-sanksi-yang-mengintai
Osgar S. Matompo. 2014. Pembatasan Terhadap Hak Asasi Manusia dalam Prespektif
Keadaan Darurat. Jurnal Media Hukum Vol. 21 No 1, Juni 2014.
Peter C. Earle, “South Korea Preserved the Open Society and Now Infection Rates are
Falling”, diakses di American Institute for Economic Research pada
https://www.aier.org/article/south-korea-preseved-open-infection-rates-are-falling/
Reuters “Taiwan Reports 19 New” The New York Times, diakses dari
https://www.nytimes.com/reuters/2020/03/25/world/asia/25reuters-health-
coronavirus-taiwan-cases.html
Rob Picheta, “Boris Johnson issues stay-at-home order, sending UK into lockdown to
fight coronavirus pandemic”, diakses di CNN World pada
https://edition.cnn.com/2020/03/23/uk/uk-coronavirus-lockdown-gbr-intl/index.html
Taiwan Has Been Shut Out of Global Health Discussions. Time. Diakses dari
https://time.com/5805629/coronavirus-taiwan/
Time, “Taiwan Has Been Shut Out of Global Health Discussions” Time, diakses dari
https://time.com/5805629/coronavirus-taiwan/
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular sebagaimana
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantinaan Kesehatan
United Nations Human Rights Experts
https://www.ohchr.org/EN/NewsEvents/Pages/DisplayNews.aspx?NewsID=25722&
LangID=E
University Stanford, Stanford, & Complaints, C. 94305 C. (n.d.). How Taiwan Used Big
Data, Transparency and a Central Command to Protect Its People from Coronavirus.
Diakses dari https://fsi.stanford.edu/news/how-taiwan-used-big-data-transparency-
central-command-protect-its-people-coronavirus
World Health Organization, “WHO Director-General's opening remarks at the media
briefing on COVID-19 - 11 March 2020”, diakses pada
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-
the-media-briefing-on-covid-19---11-march-2020 World Health Organizatio.
World Meters, “Countries where Coronavirus has spread—Worldometer” World Meters,
diakses dari https://www.worldometers.info/coronavirus/countries-where-
coronavirus-has-spread/
Yip, H. (n.d.). Fear of China Made Taiwan a Coronavirus Success Story. Foreign Policy.
Diakses dari https://foreignpolicy.com/2020/03/16/taiwan-china-fear-coronavirus-
success/
Yohanes Antonius “Didominasi Lansia, 427 warga jakarta terinfeksi corona, 32 meninggal
dan 23 sembuh”dapat diakses pada https://akurat.co/news/id-1058424-read-
didominasi-lansia-427-warga-jakarta-terinfeksi-corona-32-meninggal-dan-23-
sembuh-nbsp