Top Banner
STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN PENELITIAN WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (Skripsi) Oleh M. Khairul Ikhwan JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2018
46

STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

Jun 19, 2019

Download

Documents

doanliem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN PENELITIAN

WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

(Skripsi)

Oleh

M. Khairul Ikhwan

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

Page 2: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

ABSTRAK

STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN PENELITIAN

WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

M. KHAIRUL IKHWAN

Kelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang dapat terbang dan aktif mencari

makan pada malam hari (nokturnal). Kelelawar memerlukan tempat tinggal yang

disebut roost untuk melakukan berbagai aktivitas sepeti istirahat, makan dan

reproduksi. Penelitian kali ini dilakukan pada bulan April hingga Juli 2017 di Stasun

Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang bertujuan untuk

mengetahui karakteristik roost kelelawar seperti jenis roost, waktu roosting, jenis tanda

tidak langsung, presentase tutupan kanopi, diameter pohon roost, tinggi roost, lebar

tajuk, suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Penelitian ini bekerja sama denga

Wildlife Conservation Society – Indonesia Program. Metode yang dilakukan adalah

observasi langsung untuk menemukan roost kelelawar. Semua kelelawar yang

ditemukan termasuk ke dalam kelelawar pemakan serangga (N=31) yang terdiri dari 5

jenis kelelawar. Roost siang kelelawar memiliki rerata tinggi puncak 1.2±0.4 meter,

suhu 26.3±0.9ºC dan kelembaban 76.7±2.3%. Roost malam kelelawar memiliki rerata

tinggi puncak 6.1±1.1 meter, lebar tajuk 11.6±1.7 meter, tutupan kanopi 95.3±1.36%

dan diameter batang 31.3±8.0 centimeter. Tumbuhan dengan tegakan berupa pancang

pada umumnya dimanfaatkan kelelawar sebagai roost malam yang berguna sebagai

penompang berat badannya saat roosting.

Kata kunci: kelelawar, roost, Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Page 3: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN PENELITIAN

WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

Oleh

M. Khairul Ikhwan

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 4: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,
Page 5: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,
Page 6: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan dari ibu bernama Yeni Yuhaida dan

ayah bernama Abas pada tanggal 8 Januari 1995 di

Bandarlampung. Penulis diterima di Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada

tahun 2013 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Sebelumnya,

penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah

Atas (SMA) Nusantara Bandarlampung, Sekolah

Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Bandarlampung

dan Sekolah Dasar (SD) Kartika II-5 Bandarlampung

Selama menjadi mahasiswa penulis dipercaya menjadi asisten pada beberapa mata

kuliah seperti Biologi Umum, Bahasa Inggris dan Biokonservasi. Diluar kegiatan

perkuliahan, penulis aktif bekerja sebagai penyiar di dRadio 94,4 fm Bandarlampung

(2013-2016). Penulis pernah melaksanakan Kerja Praktek (KP) pada tahun 2016 di

Stasiun Penelitian Way Canguk, berada di bawah bimbingan Wildlife Conservation

Spciety – Indonesia Progra (WCS-IP). Penulis juga berpartisipasi sebagai di

International Wildlife Symposium 3rd

sebagai pemakalah dengan judul “TRAPPING

Page 7: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

FRUIT EATING BATS IN WAY CANGUK RESEARCH STATION, BUKIT

BARISAN SELATAN NATIONAL PARK: MIST NET VS HARP TRAP”. Selain

itu penulis juga menjadi salah satu finalis dalam perlombaan Karya Tulis Ilmiah yang

diseleggarakan oleh Himabio Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan judul makalah

“PENGGUNAAN ROOST KELELAWAR BUATAN UNTUK MENJAGA

BIODIVERSITAS YANG BERKELANJUTAN PADA BIDANG PERTANIAN

DI INDONESIA”.

Penulis menyelesaikan tugas akhir bekerjasama dengan WCS-IP dengan judul

“STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN

PENELITIAN WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN

SELATAN”.

[email protected]

Page 8: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

I got royalty, got loyalty inside my DNA – Kendrick Lamar

Page 9: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

i

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i

SANWACANA ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................... 3

C. Manfaat .................................................................................................. 4

D. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Kelelawar ................................................................................. 6

B. Ekologi Kelelawar ................................................................................. 11

C. Roost Kelelawar .................................................................................... 14

D. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) ................................ 15

E. Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk ................................................... 16

F. Wildlife Conservation Society – Indonesia Program (WCS – IP) ......... 18

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat ................................................................................ 20

B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 20

C. Metode Penelitian .................................................................................. 21

1. Survei Pendahuluan ........................................................................... 21

2. Pengambilan Data .............................................................................. 22

Page 10: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

ii

3. Identifikasi Karakteristik Roost ......................................................... 22

3.1 Jenis Roost ......................................................................... 23

3.2 Waktu Roosting .................................................................. 23

3.3 Jenis Tanda Tidak Langsung .............................................. 23

3.4 Tutupan Kanopi Roost ....................................................... 23

3.5 Diameter Pohon Roost ....................................................... 24

3.6 Tinggi Roost ....................................................................... 25

3.7 Lebar Tajuk ........................................................................ 25

3.8 Intensitas Cahaya dan Suhu ............................................... 25

4. Identifikasi Kelelawar ........................................................................ 26

5. Analisis Data...................................................................................... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Jenis Kelelawar ....................................................................... 30

B. Roost Siang dan Roost Malam .............................................................. 33

C. Karakteristik Roost ................................................................................ 40

D. Sebaran Roost ........................................................................................ 44

E. Peranan Kelelawar dalam Konservasi di Taman Nasional .................... 48

V. KESIMPULAN .......................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52

Page 11: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Lokasi roost siang kelelawar di stasiun penelitian way canguk......... 35

Tabel 2. Pohon roost malam kelelawar ............................................................ 39

Tabel 3. Temuan roost siang kelelawar di area penelitian Staiun Penelitian Way

Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ............................... 41

Tabel 4. Karakteristik roost siang kelelawar di Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan ......................................................... 41

Tabel 5. Temuan roost malam kelelawar di area penelitian Stasiun Penelitian Way

Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ............................... 43

Table 6. Karakteristik roost malam kelelawar di Stasiun Penelitian Way Canguk,

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ............................................. 44

Page 12: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Morfologi kelelawar ....................................................................... 7

Gambar 2. Rhinolophus affinis di Stasiun Penelitian Way Canguk ................ 8

Gambar 3. Cynopterus branchyotis(kelelawar pemakan buah) yang ditemukan di

Stasiun Penelitian Way Canguk .................................................... 9

Gambar 4. Telinga Kelawar ............................................................................ 10

Gambar 5. Ekolokasi Kelelawar ..................................................................... 12

Gambar 6. Lokasi Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk, TNBBS ................ 17

Gambar 7. Plot penelitian di Stasiun Penelitian dan Konservasi Way Canguk, Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan ..................................................... 19

Gambar 8. Sketsa bentuk densiometer sederhana untuk mengukur luas tutupan

kanopi ............................................................................................ 24

Gambar 9. Sketsa pengukuran diameter pohon dan lebar tajuk ...................... 25

Gambar 10.Morfologi Kelelawar ..................................................................... 26

Gambar 11. Persambungan metacarpal dan phalanx pada Myotis lucifugus. .. 28

Gambar 12. Jenis kelelawar pemakan serangga di Stasiun Penelitian Way Canguk,

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ...................................... 30

Gambar 13. (A) Emballonura monticola (B) Megaderma spasma ................. 31

Page 13: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

v

Gambar 14. (A) Nycteris tragata (B) Hipposideros larvatus .......................... 32

Gambar 15. Rhinolophus trifoliatus ................................................................. 33

Gambar 16. Lokasi roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk ............ 34

Gambar 17. Emballonura monticola saat roosting di pohon mati .................... 35

Gambar 18. Temuan tanda tidak langsung kelelawar ...................................... 36

Gambar 19. Biji, sepahan dan buah Strombosia Javanica sisa pakan kelelawar di area

penelitian Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan ........................................................................... 37

Gambar 20. Sepahan kelelawar pada roost malam di Stasiun Penelitian Way Canguk 38

Gambar 21. Biji sisa pakan kelelawar pada roost malam di Stasiun Penelitian Way

Canguk ........................................................................................ 38

Gambar 22. Sebaran roost siang di Stasiun Penelitian Way Caguk ................. 45

Gambar 23. Sebaran roost malam di Stasiun Penelitian Way Canguk ............ 46

Gambar 24. Sepahan Ficus pale yang menjadi pakan kelelawar pemakan buah di

sekitar area penelitian Stasiun Penelitian Way, Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan ........................................................................... 47

Gambar 25. (a) Cynopterus brancyotis (b) Chironax melanocephalus ………. 49

Page 14: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dikenal sebagai situs warisan dunia yang

ditetapkan oleh UNESCO karena memiliki tipe hutan hujan daratan rendah yang

masih tersisa di Sumatera dan terletak di ujung wilayah barat daya Sumatera.

Secara administrasi pemerintahan, 70% dari kawasan termasuk dalam

administrasi wilayah Lampung Barat dan wilayah Tanggamus, Provinsi

Lampung. Bagian lain dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mencakup

berada di wilayah Kaur dari Provinsi Bengkulu. Sebagai salah satu kawasan

konservasi terbesar di Sumatera, Taman Nasonal Bukit Barisan Selatan memiliki

peranan yang penting dan posisi strategis dalam upaya konservasi berbagai

spesies yang hidup di dalamnya termasuk kelelawar (Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan, 2010).

Kelelawar, yang merupakan satu-satunya mamalia yang dapat terbang, aktif

mencari makan pada malam hari (nokturnal). Berdasarkan jenis pakannya,

kelelawar dapat dibagi menjadi kelelawar pemakan buah dan kelelawar pemakan

serangga. Kelelawar pemakan buah berperan dalam penyerbukan bunga

berbagai tumbuhan sedangkan kelelawar pemakan serangga berperan dalam

Page 15: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

2

pengendali biologi dengan kemampuannya dapat memakan sekitar 600 nyamuk

dalam satu jam (Kingston dkk., 2009).

Kelelawar juga mempunyai peran ekologis sebagai penyebar biji tumbuhan

seperti cendana, beringin, karet, keluwih, jambu, duwet, sawo, srikaya, kenari

dan berperan untuk menjaga keanekaragaman hutan tropis. Sedangkan bagi

tanaman seperti petai, durian, bakau, kapuk randu dan pisang kelelawar

mempunyai peran sebagai penyerbuk bunga (Suyanto, 2001).

Gangguan dari manusia berupa perusakan habitat merupakan salah satu penyebab

penurunan populasi satwa liar yang dapat menyebabkan penyempitan wilayah

teritori, salah satunya kelelawar (Nugroho, 2003). Ariyanti (2012) menyatakan

bahwa kelelawar membutuhkan tempat untuk bertengger (roosting). Hal tersebut

berguna untuk melakukan berbagai aktifitas seperti makan, istirahat dan

reproduksi. Selain itu Kunz (1982) mengatakan bahwa lokasi roost kelelawar

biasanya merupakan tempat yang dapat terlindungi dari predator dan cuaca

buruk.

Terdapat perbedaan tinggi terbang antara kelelawar pemakan buah dan kelelawar

pemakan serangga berdasarkan teknik penangkapannya di Stasiun Penelitian dan

Konservasi Way Canguk (Ikhwan dkk., 2016). Hal tersebut didukung adanya

perbedaan aktifitas makan dan tinggi lokasi roost (Kingston dkk., 2009).

Page 16: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

3

Perbedaan karakteristik roost berpengaruh terhadap morfologi, fisiologi dan

perilaku kelelawar (Kunz, 1982).

Bedasarkan Huang dkk. (2014) Bukit Barisan Selatan memiliki 47 spesies

kelelawar dan di Stasiun Penelitian dan pusat Pelatihan Konservasi Way Canguk

telah didapatkan 14 jenis kelelawar dengan dua jenis kelelawar pemakan buah

dan 12 jenis kelelawar pemakan serangga (Ikhwan dkk., 2016).

Sebagai salah satu upaya untuk mendukung konservasi kelelawar, maka

diperlukan penelitian mengenai roost kelelawar. Penelitian mengenai

karakteristik roost kelelawar telah dilakukan di Stasiun Penelitian dan

Konservasi Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang diduga

sebagai habitat kelelawar pada bulan Juli hingga Agustus 2016.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik roost kelelawar

berupa jenis roost, waktu roosting, jenis tanda sekunder yang ditemukan, tutupan

kanopi roost, tinggi roost serta lebar tajuk di Stasiun Pusat Penelitian dan

Pelatihan Konservasi Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Page 17: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

4

C. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakteristik

roost dalam mendukung upaya konservasi kelelawar di Stasiun Pusat Penelitian

dan Pelatihan Konservasi Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

D. Kerangka Pemikiran

Kelelawar memiliki peran yang penting dalam ekologis. Selain menjadi penyebar

biji, kelelawar juga dapat menjadi agen pengendali biologi dikarenakan

memakan serangga hama tanaman pertanian dan vektor penyakit (Kingston dkk.,

2009). Ancaman terhadap habitat kelelawar akibat alih fungsi lahan menjadi

salah satu penyebab hilangnya jenis kelelawar di alam (Prasetyo dkk., 2011).

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan kawasan hutan di Indonesia

yang terancam karena degradasi habitat setiap tahunnya (Ariyanti, 2012). Salah

satu upaya konservasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi ancaman tersebut

adalah dengan mengetahui karakteristik roost kelawar. Diketahuinya lokasi

mengenai roost kelelawar yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan diharapkan akan menjadi suatu informasi guna melakukan upaya

konservasi kelelawar kepada pemegang kebijakan, oleh karena itu dilakukan

penelitan mengenai karakteristik roost kelelawar di Stasiun Penelitian Way

Canguk.

Page 18: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

5

Stasiun Penelitian dan Konservasi Way Canguk di Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan dipilih karena memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi,

salah satunya kelelawar (Prastianingrum, 2008). Informasi tentang karakteristik

roost kelelawar di hutan primer Indonesia belum banyak diketahui, khususnya di

kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Terdapat 14 jenis kelelawar yang ditemukan di empat titik yang berbeda di

Stasiun Penelitian dan Pusat Konservasi Way Canguk (Ikhwan, 2016).

Penelitian telah dilakukan di Plot Utara dan Selatan Stasiun Penelitian dan Pusat

Konservasi Wat Canguk, Taman Naional Bukit Barisan Selatan yang diduga

sebagai tempat aktifitas dan roost kelelawar.

Page 19: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Kelelawar

Dalam bahasa Yunani kelelawar berarti “tangan bersayap” karena struktur sayap

saat terbuka mirip dengan tangan manusia. Kelelawar merupakan satu-satunya

mamalia yang dapat terbang dan telah ada di bumi sekitar 50 hingga 60 juta

tahun yang lalu. Berdasarkan pakannya kelelawar dibagi menjadi dua yaitu

kelelawar pemakan buah dan kelelawar pemakan serangga (Lekagul dan

McNeely, 1977).

Menurut Corbet dan Hill (1992) kelelawar termasuk mamalia dengan klasifikasi:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Bangsa : Chiroptera

Kelelawar merupakan kelompok mamalia dengan jumlah terbanyak setelah

Rodensia. Jumlah kelelawar di dunia menurut Simmons (2005) sebanyak 1030

jenis. Kelelawar dapat ditemukan di berbagai jenis wilayah. Daerah tropis dan

Page 20: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

7

subtropis menjadi daerah dengan kemelimpahan kelelawar yang tinggi (Voughan

dkk., 2000). Menurut Suyanto (2001) jenis kelelawar yang sudah diketahui di

Indonesia berkisar 205 jenis yang terbagi dalam 9 famili yaitu Pteropodidae,

Megadermatidae, Nycteridae, Vespertilionidae, Rhinolophidae, Hipposideridae,

Emballonuridae, Mollosidae dan Rhinopomatidae.

Kelelawar memiliki morfologi sayap berupa kulit tipis memanjang yang

membentang di antara tulang telapak dan jari tangan (Suyanto, 2001). Menurut

Lekagul dan McNeely (1977), sayap kelelawar disebut juga dengan patagium,

bagian sayap yang membentang di sepanjang lengan merupakan plagiopatagium

dan sayap yang berada di bagian ekor kelelawar merupakan membran

interfemoral yang disebut dengan uropatagium (Gambar 1).

Gambar 1. Morfologi kelelawar (Dikutip dari Lekagul dan Mcneely, 1977)

Page 21: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

8

Terdapat dua tipe sayap kelelawar, pertama adalah sayap kecil yang dimiliki oleh

kelelawar yang hidup di alam terbuka (Gambar 2). Tipe sayap tersebut berguna

untuk terbang dengan cepat tanpa rintangan di depannya. Sedangkan tipe yang

lainnya adalah sayap lebar, yaitu sayap yang dimiliki kelelawar yang hidup di

tempat tertutup (Voughan dkk., 2000).

Gambar 2. Rhinolophus affinisdi Stasiun Penelitian Way Canguk

Kelelawar mempunyai gigi yang dapat beradaptasi tergantung dari bentuk dan

struktur pakannya (Lekagul dan McNeely, 1977). Menurut Ceave (1999) gigi

geraham yang dimiliki kelelawar pemakan buah berukuran besar dan kuat yang

berguna untuk mengunyah buah. Untuk membantu mengunyah makanan yang

keras, kelelawar mempunyai otot rahang yang kuat. Kelelawar pemakan

serangga umumnya mempunyai susunan gigi sempurna dengan taring yang

Page 22: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

9

panjang. Sedangkan kelelawar pemakan buah mempunyai susunan gigi yang

keras dan memiliki taring yang pendek (Voughan dkk., 2000).

Menurut Nowak (1994) kelelawar pemakan buah mempunyai ukuran kepala dan

panjang tubuh yang bervariasi mulai dari 50 hingga 400 mm. Kelelawar yang

sudah dewasa mempunyai berat badan mulai dari 15 gram untuk pemakan nektar

dan lebih dari 1500 gram untuk kelelawar pemakan buah. Sedangkan untuk

kelelawar pemakan serangga hanya memiliki berat badan dari 2 gram sampai 196

gram (Suyanto, 2001).

Payne dkk. (2000) menyatakan bahwa bentuk mulut pada kelelawar pemakan

buah terlihat seperti anjing, tanpa modifikasi dan lipatan – lipatan. Bentuk

telinga kelelawar jenis ini kecil dan sederhana, mata yang dimiliki terlihat

menonjol dan besar (Gambar 3). Kelelawar pemakan buah juga memiliki bagian

ekor yang pendek atau tidak ada, serta selaput interfemoral relatif sempit.

Gambar 3. Cynopterus branchyotis (kelelawar pemakan buah) yang ditemukan

di Stasiun Penelitian Way Canguk

Page 23: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

10

Kelelawar pemakan serangga memiliki telinga berbentuk seperti lipatan-lipatan

(Gambar 4) dan beberapa jenis memiliki tragus serta antitragus. Hal tersebut

merupakan ciri khusus kelelawar pemakan serangga yang tidak dimiliki oleh

kelelawar pemakan buah (kecuali Genus Rousettus) (Nowak, 1994).

Gambar 4. Morfologi telinga kelawar (dikutip dari Suyanto, 2001)

Menurut Suyanto (2001) kelelawar memerlukan waktu sekitar 3-6 bulan untuk

masa gestasi dan setiap individu betina hanya melahirkan satu ekor anak dalam

satu tahun. Bayi kelelawar yang baru lahir memiliki bobot sekitar 25% - 30%

dari bobot tubuh induknya (Nowak, 1994). Pada usia dua bulan kelelawar sudah

melepaskan diri dari induk dan dapat terbang (Lekagul dan McNeely, 1977) .

Page 24: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

11

B. Ekologi Kelelawar

Menurut Lekagul dan McNeely (1977) terdapat perbedaan secara fungsional

antara kelelawar pemakan buah dan kelelawar pemakan serangga. Kelelawar

pemakan buah tidak melakukan hibernasi sedangkan kelelawar pemakan

serangga melakukan hibernasi pada musim dingin di negara yang memiliki

empat musim.

Nowak (1994) menyatakan berdasarkan jenis pakannya kelelawar menjadi tiga,

yakni: pemakan buah, polen dan serangga. Selain itu, sebagian kelelawar

pemakan serangga bersifat karnivora, omnivora, piscivora, dan sanguivora

(Nowak, 1983).

Kelelawar pemakan serangga memiliki kemampuan untuk menangkap pantulan

getar atau gema dari suara yang ditimbulkannya. Hal tersebut disebut dengan

kemampuan ekolokasi (Kusuma, 2012). Menurut Huang, (2010) pada kelelawar

pemakan serangga proses dari mengenali hingga menangkap serangga hanya

membutuhkan waktu yang singkat. Hal tersebut dikarenakan kelelawar pemakan

serangga memiliki kemampuan ekolokasi yang membantunya mengetahui lokasi

serangga yang akan dimangsa dengan pantulan gelombang ultrasonik dari

mulutnya (Gambar 5).

Page 25: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

12

Gambar 5. Ekolokasi Kelelawar (dikutip dari Encarta, 2006)

Lopez dan Christoper (2007) mengungkapkan bahwa setiap jenis kelelawar

pemakan buah mampu menjadi penyebar biji dari 47 jenis tanaman yang

berbeda. Penyebaran biji yang dilakukan kelelawar dapat meningkatkan

variabilitas tumbuhan yang selanjutnya akan membantu meningkatkan kualitas

hidup tumbuhan. Lekagul & McNeely (1977) menyatakan bahwa kelelawar

pemakan buah menggunakan indera penciuman serta penglihatan untuk

mengetahui pakannya. Untuk membantu penglihatan pada malam hari, kelelawar

pemakan buah mempunyai retina yang berbentuk proyeksi sehingga akan

memperluas area pandang.

Page 26: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

13

Menurut Suyanto (2001) kelelawar pemakan buah mempunyai peran ekologis

sebagai penyebar biji tumbuhan seperti cendana, beringin, keluwih, jambu,

duwet, sawo, srikaya dan kenari yang bereperan menjaga keanekaragaman hutan

tropis. Sedangkan pada tumbuhan seperti petai, durian, bakau, kapuk randu dan

pisang kelelawar mempunyai peran sebagai penyerbuk bunga.

Kelelawar pemakan serangga memiliki peran sebagai agen pengendali hama

(Prakasa dan Ahmadin, 2013) dan vektor penyakit seperti nyamuk (Kingston

dkk., 2009). Kelelawar Tadarida brasiliensis berperan dalam pengendalian

populasi ulat bulu yang menjadi hama perkebunan kapas dan melindungi dari

kerugian sebesar US$ 741000 di Amerika Serikat (Cleveland dkk., 2006).

Menurut Wanger dkk. (2014) kelelawar jenis Tadarida plicata berperan sebagai

pengendali Sogathella furcifera yang merupakan hama utama pada padi di

Thailand dan melindungi dari kerugian sebesar US$ 1213997 dalam satu tahun.

Manusia menjadi ancaman terbesar bagi keberlangsungan hidup kelelawar

karena masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa kelelawar adalah

hama yang memakan buah-buahan dari tanaman perkebunan, sehingga terjadi

perburuan kelelawar yang menyebabkan habitatnya terganggu dan populasi

kelelawar di alam menurun (Tamasuki, 2015). Selain itu kelelawar juga

memiliki musuh alami seperti ular sanca, ular hijau, elang, kucing dan burung

hantu Suyanto (2001). Menurut Francis dkk. (1999) ancaman terbesar bagi

Page 27: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

14

kelelawar adalah kehilangan habitat tempat tinggal dan tempat mencari makan

yang disebabkan oleh aktifitas manusia seperti alih fungsi lahan.

Kelelawar memerlukan habitat untuk mendukung kehidupannya. Habitat

merupakan suatu tempat yang bisa memenuhi kebutuhan dasar populasi seperti

pakan, air dan tempat bernaung (Alikodra, 2002). Kelelawar dapat hidup di

beberapa tipe habitat seperti di gua, hutan alami, hutan buatan dan perkebunan

(Cobert dan Hill, 1992). Menurut Ariyanti (2012) habitat kelelawar berhubungan

erat dengan lokasi mencari makan serta tempat tinggal. Faktor yang

mempengaruhi lokasi mencari makan dan tempat tinggal termasuk ketersediaan

makanan dan air, morfologi terbang, ukuran koloni, siklus reproduksi dan tipe

tempat bertengger kelelawar.

C. Roost Kelelawar

Roost merupakan tempat tinggal kelelawar yang berfungsi untuk melakukan

berbagai aktifitasnya (Eisenberg, 1981). Kunz (1982) menyatakan bahwa roost

menyediakan tempat untuk reproduksi dan hibernasi bagi kelelawar.

Terdapat ragam tempat yang dapat menjadi roost kelelawar. Menurut Kunz

(1982) kelelawar biasanya menempati goa, celah-celah bebatuan pohon dan di

daun. Selain itu, Suyanto (2001) menyatakan bahwa roost kelelawar dapat

berada di celah bambu, daun yang lebat, gulungan daun (palem atau pisang),

Page 28: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

15

lubang batang pohon baik yang mati maupun yang hidup, atap rumah,

terowongan, dan bawah jembatan.

Menurut Kunz dan Lumsden (2003) karakteristik roost kelelawar dipengaruhi

oleh faktor morfologi, ketersediaan sumber pakan, kemampuan ekolokasi, serta

ketersediaan roost di alam. Prastianingrum (2008) menyatakan bahwa kelelawar

pemakan buah lebih memilih lokasi roost di pohon yang tidak terpapar sinar

matahari, sedangkan kelelawar pemakan serangga lebih memilih goa di hutan

primer serta atap rumah. Menurut Kunz (1982) roosting kelelawar dapat

memberikan informasi berupa kemelimpahan, distribusi makanan serta jumlah

energi yang dikeluarkan (energy economy).

D. Taman Nasional Bukit Barisan

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah hutan hujan daratan rendah terluas

yang berada di Sumatera. Selain itu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan juga

memiliki peran penting sebagai sumber air bagian barat daya Sumatera.

Memiliki batas kawasan sepanjang lebih dari 700 km yang berbentuk tipis

memanjang yang menyebabkan perambahan dan penebangan untuk membuka

lahan perkebunan adalah masalah utama yang dihadapi Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan (WCS-IP, 2001).

Page 29: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

16

Taman Nasional Bukit barisan Selatan terbagi atas dua provinsi yaitu Provinsi

Lampung yang meliputi 82% dari luas TNBBS dan Provinsi Bengkulu. Menurut

letak geografisnya Taman Nasional Bukit Barisan Selatan berada di 431 – 557

LS dan 10334 – 10443 BT). Dengan luas 3.568 km2 menjadikan Taman

Nasional Bukit Barisan sebagai kawasan lindung terbesar ketiga di Sumatera

(WCS – IP, 2001).

Menurut Nurcahyani (2008) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki

keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Terdapat lebih dari 10.000 jenis

tumbuhan berbunga, 210 jenis mamalia, 582 jenis burung dan 270 jenis ikan air

tawar berada di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

E. Stasiun Pusat Penelitian dan Konservasi Way Canguk

Stasiun Penelitian dan Konservasi Way Canguk di Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan didirikan oleh WCS – IP pada tahun 1997 berada di dalam

kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Seltan (Gambar 6). Pembangunan

stasiun penelitian tersebut dibantu oleh 30 penduduk sekitar Way Canguk

bertujuan untuk tempat penelitian lapangan dan pelatihan. WCS – IP merupakan

sebuah organisasi konservasi internasional yang berasal dari Amerika Serikat

yang bertujuan untuk menyelamatkan satwa liar di seluruh dunia melalui

penelitian, aksi lingkungan, pendidikan dan pendekatan dengan masyarakat

(WCS – IP, 2001).

Page 30: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

17

Gambar 6. Lokasi Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk, TNBBS

(O’Brien dkk., 2003)

Stasiun Penelitian dan Konservasi Way Canguk berada di ketinggian antara 0 –

100 mdpl dengan luas 9 km2. Sebagian besar area di Stasiun Penelitian Way

Canguk adalah rangkaian hutan primer yang masih baik dan merupakan daerah

yang mengalami gangguan akibat pembalakan liar dan penggunaan lahan untuk

perkebunan (WCS – IP, 2001).

Pada tahun 1997 terjadi kebakaran, kemudian di sekitar area penelitian dibuat 30

plot tambahan di sekitar area yang terbakar dengan tujuan untuk memantau

pertumbuhan dan proses kematian semai, pancang dan pohon. Saat ini plot

Page 31: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

18

penelitian di Stasiun Peneltian Way Canguk terbagi menjadi Plot Selatan dan

Plot Utara (Gambar 7) (WCS – IP, 2001).

Gambar 7. Plot penelitian di Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan (WCS – IP, 2001)

Stasiun Penelitian Way Canguk telah dilakukan penelitian mengenai kelelawar

antara lain keanekaragaman kelelawar pemakan serangga sub ordo

Microchiroptera (Kartika, 2008), morfometri sayap kelelawar (Kusuma, 2012),

analisis pakan kelelawar pemakan serangga Rhinolophus affinis (Miswandi,

2012) dan kajian jarak gua terhadap keanekaragaman kelelawar pemakan

serangga (Bahri, 2012)

Page 32: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

19

F. Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP)

Wildlife Conservation Society (WCS) didirikan pada tahun 1895 sebagai New

York Zoological Society yang bertujuan untuk menyelamatkan hidupan liar di

seluruh dunia. Lembaga tersebut memiliki staf lapangan terbesar dari seluruh

organisasi konservasi internasional yang berbasis di Amerika Serikat. Lebih dari

250 program lapangan telah dilakukan di lebih dari 50 negara di seluruh Amerika

Latin, Afrika, dan Asia termasuk Indonesia (WCS – IP, 2001).

Di Indonesia, Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP)

bertujuan untuk memajukan konservasi dan pengelolaan keanekaragaman hayati

Indonesia secara cepat melalui penelitian mendalam yang berdasarkan sains dan

pelatihan-pelatihan ahli-ahli konservasi muda Indonesia. Selama bertahun-tahun

WCS-IP telah mempelajari peranan luas kawasan lindung, pola gangguan,

perburuan, dan kualitas hutan terhadap hidupan liar di hutan (WCS-IP, 2001).

Page 33: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

20

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian tentang studi karakteristik roost kelelawar telah dilaksanakan pada

bulan April – Juni 2017 di Stasiun Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi

Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, bekerja sama dan berada

di bawah program WCS – IP. Penelitian kali ini juga berada di bawah

bimbingan Eka Suplin Ariyanti, M.Si sebagai pembimbing lapangan dan

didampingi oleh Janjiyanto sebagai staf ahli Stasiun Penelitian Way Canguk.

B. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Alat mengukur karakteristik lokasi roost berupa Global Positioning System

(GPS) Garmin 64s untuk menentukan lokasi ditemukannya roost kelelawar,

densinometer Concave Model C untuk mengetahui lebar tutupan tajuk pada

pohon roost, meteran untuk mengukur tinggi pohon, DBH meter untuk

mengukur diameter batang pohon, lux meter Krisbow 200 – 50.000 Lux

untuk mengukur intensitas cahaya di sekitar lokasi roost serta termometer

untuk mengukur suhu sekitar lokasi roost.

Page 34: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

21

2. Identifikasi kelelawar dilakukan dengan penangkapan menggunakan hand net

yang berfungsi untuk penangkapan kelelawar, kaliper ± 0,1 mm digunakan

untuk pengukuran morfologi kelelawar, timbangan gantung (pesola) untuk

pengukuran berat badan kelelawar, stocking digunakan untuk meminimalkan

gerak kelelawar saat dilakukan penimbangan, wing punch yang digunakan

sebagai penandaan kelelawar dengan melubangi bagian sayap serta lembar

data. Identifikasi kelelawar menggunakan buku Bat of Krau Wildlife

Reserve (Kingston dkk, 2006) dan artikel A Recent Bat Survey Reveals in

Bukit Barisan Selatan Landscape As a Chiropteran Diversity Hotspot in

Sumatra (Huang dkk., 2014).

C. Metode

1. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan telah dilaksanakan selama 18 hari pada bulan April 2017.

Survei dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi dan habitat kelelawar yang

menjadi roost. Survei dilakukan di jalur transek Plot Utara dan Plot Selatan

Stasiun Penelitian dan Konservasi Way Canguk. Lokasi roost yang ditemukan

akan diberikan tanda dengan pita berwarna dan lokasi koordinat roost akan

ditandai dengan GPS. Dari 18 jalur transek yang dilakukan survei, didapatkan 12

jalur transek yang merupakan kondisi lokasi dan habitat kelelawar yang menjadi

roost.

Page 35: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

22

2. Pengambilan Data

Pengambilan data di lapangan telah dilakukan dengan cara observasi langsung.

Pengamatan tanda roost dilihat berdasarkan tanda langsung berupa keberadaan

kelelawar di lokasi roost dan tanda tidak langsung berupa sisa pakan dan feses

kelelawar di sekitar roost. Pengamatan kondisi umum area penelitian dilakukan

dengan metode rapid assessment yang merupakan modifikasi dari metode

habitat assessment. Hal tersebut berguna untuk mengetahui gambaran umum

lokasi keberadaan roost kelelawar dan jenis vegetasi yang ada di sekitar roost

kelelawar (Brower dkk., 1990). Pengamatan dilakukan selama tiga bulan di jalur

transek Stasiun Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk dari jam

08:00 WIB hingga 12:00 WIB. Lokasi roost yang ditemukan akan diberikan

tanda dengan pita berwarna dan lokasi koordinat roost akan ditandai dengan

GPS. Variabel lain yang dicatat berupa jenis kelelawar yang ditemukan serta

karakteristik roost yang terdiri dari jenis roost, waktu roosting, jenis tanda tidak

langsung, tutupan kanopi roost, diameter roost, tinggi roost, lebar tajuk, suhu dan

kelembaban.

3. Identifikasi Karakteristik Roost Kelelawar.

Berdasarkan Ariyanti (2012) identifikasi untuk roost yang telah ditemukan

berupa jenis roost (pohon, bebatuan, lubang pohon, gulungan daun), waktu

roosting (roost siang atau malam), jenis tanda tidak langsung yang ditemukan di

roost (sisa pakan buah, feses atau sepahan), tutupan kanopi roost (pohon),

Page 36: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

23

diameter roost (pohon), tinggi puncak pohon roost serta lebar tajuk (pohon).

Selain itu dilakukan juga pengukuran intensitas cahaya dan suhu di sekitar roost.

3.1 Jenis Roost

Jenis roost adalah tempat yang diduga menjadi roost kelelawar berdasarkan

pengamatan terhadap keberadaan kelelawar dan tanda tidak langsung yang

ditemukan. Jenis roost dapat berupa pohon, lubang pohon, bebatuan, gulungan

daun, dan rerimbunan daun (Ariyanti, 2012).

3.2 Waktu Roosting

Waktu roosting kelelawar dibedakan menjadi dua, yakni roosting siang dan

roosting malam. Roosting siang adalah waktu kelelawar ditemukan secara

langsung di roost, sedangkan roosting malam adalah roost yang tidak ditemukan

kelelawar pada siang hari tetapi ditemukan tanda tidak langsung.

3.3 Jenis Tanda Tidak Lansung

Tanda tidak langsung kelelawar yang dapat ditemukan berupa feses, sisa pakan

berupa buat yang telah tergigit dan juga sepahan. Tanda tidak langsung yang

ditemukan dapat menjadikan lokasi tersebut berupa roost malam kelelawar.

3.4 Tutupan Kanopi Roost

Pada jenis roost berupa pohon luas tutupan kanopi ditentukan dengan persentase

luas tutupan pada pohon. Alat yang digunakan untuk mengukur luas tutupan

Page 37: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

24

kanopi adalah densiometer sederhana (Gambar 8). Penggunaan densiometer

sederhana diletakkan di atas kepala dengan posisi berdiri tepat pada area yang

terdapat tanda tidak langsung kelelawar dan menghitung persentase bagian

pohon yang tidak mendapatkan cahaya matahari menggunakan densiometer

sederhana.

Gambar 8. Sketsa bentuk densiometer sederhana untuk mengukur luas tutupan

kanopi (Ariyanti, 2012)

3.5 Diameter Pohon Roost

Diameter pohon roost diukur pada jenis roost kelelawar berupa pohon.

Pengukuran diameter batang pohon menggunakan DBH meter (Diamater Breast

Height). Tinggi untuk pengukuran diameter batang dimulai dari permukaan

tanah atau dari atas akar banir setinggi 1,37 meter (Master, 2006).

Page 38: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

25

3.6 Tinggi Roost

Pengukuran tinggi roost dimulai dari lantai dasar hutan sampai bagian yang

ditempati kelelawar. Dalam menentukan tinggi pohon yang lebih dari 2 meter

dilakukan dengan menggunakan meteran dan range finder. Range finder

digunakan saat akan mengukut roost yang memiliki tinggi lebih dari 10 meter

dengan memproyeksikan titik lokasi kearah bagian yang ditempati kelelawar.

3.7 Lebar Tajuk

Untuk menghitung lebar tajuk pada roost jenis pohon pengukuran dilakukan

mendatar pada proyeksi tajuk di tanah, pada bagian tajuk terlebar dan tajuk

tersempit sehingga akan diperoleh lebar tajuk (Gambar 9) (Soegiharto, 2009)

Gambar 9. Pengukuran lebar tajuk (dikutip Ariyanti, 2012)

3.8 Intensitas Cahaya dan Suhu

Pengukuran intensitas cahaya menggunakan lux meter. Sensor lux meter

diletakkan tegak lurus pada lokasi ditemukannya roost kelelawar. Pengambilan

nilai intensitas cahaya dilakukan tiga kali dan akan diambil reratanya. Suhu

Page 39: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

26

sekitar lokasi roost diukur menggunakan termometer yang digantung pada lokasi

roost menggunakan tali dengan skala Celcius.

4. Identifikasi Kelelawar

Kelelawar yang telah tertangkap dengan perangkap tangan akan diidentifikasi

dengan pengukuran morfologi yaitu: panjang lengan bawah (forearm), betis

(tibia), telinga, ekor, kepala dan badan dan berat kelelawar (Kingston, 2009)

(Gambar 10)

X1 panjang badan X6 panjang ekor

X2 panjang bentang sayap X7 panjang tarsometatarsus

X3 panjang lengan bawah sayap X8 lingkar tarsometatarsus

X4 panjang fibula X9 panjang kaki belakang

tanpa cakar

X5 panjang telinga X10 panjang kaki belakang

dengan cara terpanjang

Gambar 10. Pengukuran kelelawar (Suyanto, 2001 dalam Piter dkk., 2015)

Page 40: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

27

Pengukuran morfologi kelelawar dilakukan dengan kaliper. Lengan bawah

kelelawar diukur dari sisi luar siku sampai sisi luar pergelangan tangan pada

sayap yang melengkung. Paha diukur dari pergelangan kaki hingga lutut.

Telinga diukur dari bagian yang terbuka (pangkal telinga) hingga ujung telinga.

Ekor diukur dari pangkal ekor sampai ujung ekor dan tidak termasuk rambut

yang memanjang melebihi ekor. Pengukuran berat kelelawar dilakukan dengan

menggunakan timbangan pesola dan stocking. Kelelawar yang tertangkap

dimasukkan ke dalam stocking untuk dilakukan pengukuran berat. Berat

kelelawar yang sebenarnya diketahui dari pengurangan berat kelelawar dan

stocking dikurangi berat stocking. Jenis kelamin kelelawar akan dilihat

berdasarkan organ genitalia dan puting susu.

Umur kelelawar terbagi menjadi pup, anakan (juvenile) dan dewasa (adult)

(Kingston dkk., 2006). Umur ditentukan dengan melihat persambungan tulang

metakarpal dan phalanx yang terlihat saat disorot lampu senter. Pada pup (P)

kondisi kelelawar masih menempel pada induk betina. Tulang kartilago masih

bersambung antara metacarpal dan phalanx. Pada Juvenile (J) persambungan

tulang metakarpal dan phalanx sudah menyatu. Pada adult (A) persambungan

antara metakarpal dan phalanx terdapat bentuk seperti pita (Gambar 11).

Page 41: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

28

Gambar 11. Persambungan metakarpal dan phalanx pada Myotis lucifugus. Atas =

pup; tengah = juvenile; bawah = adult (Kingston, 2004)

Penandaan kelelawar dilakukan dengan melubangi sayap menggunakan wing

punch dengan ketentuan betina di sayap kiri sedangkan jantan di sayap kanan.

Identifikasi kelelawar dilakukan dengan mengacu buku Bats of Krau (Kingston

dkk., 2009) dan jurnal A Recent Bat Survey Reveals Bukit Barisan Selatan

Landscape as a Chiropteran Diversity Hotspot in Sumatra (Huang dkk., 2014).

Page 42: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

29

5. Analisis Data

Setelah dilakukan observasi dan identifikasi, maka data yang diperoleh akan

disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabulasi, grafik dan gambar distribusi

roost menggunakan program Arc Gis.

Page 43: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

30

V. KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan di Stasiun Penelitian Way Canguk terharap roost

kelelawar, maka dapat disimpulkan:

1. Terdapat 6 jenis kelelawar yang ditemuakan pada roost siang yang berjumlah

31 individu.

2. Lokasi roost siang yang berada di Stasiun Penelitian Way Canguk terdiri dari

pohon mati, rerimbunan daun dan atap

3. Roost siang di Stasiun Penelitian Way Canguk memiliki rerata tinggi puncak

1,2 ± 0,4 m, rerata suhu 26,3 ± 0,9 oC dan rerata kelembaban 76,7 ± 2,3%.

4. Roost malam di Stasiun Penelitian Way Canguk memiliki rerata tinggi puncak

pohon adalah 5,3 ± 1,1 m, rerata lebar tajuk 6,1 ± 1,5 m, rerata tutupa kanopi

95,3 ± 1,36 % dan rerata diameter batang 8,8 ± 2,7 cm.

5. Ketersediaan pakan dapat mempengaruhi lokasi roost malam untuk kelelawar

pemakan buah di Stasiun Penelitian Way Canguk.

6. Sisa pakan kelelawar yang ditemukan berupa sepahan yang terdiri dari Ficus

pale, Ficus hispida, Terminalia catappa, Nauclea officinalis dan Strombosia

javanica dan biji yang terdiri dari Terminalia catappa, Elaeocarpus glaber,

Strombosia javanica , Syzygium sp, Canarium sp, Liana sp dan Ficus pale.

Page 44: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

31

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, E.S.2012. Studi Karakteristik Roost Kelelawar Pemakan Buah

(Megachiroptera) di Perkebunan Kopi Sumberejo Way Heni Lampung Barat,

Sumatera. Skripsi Sarjana Biologi Fakultas MIPA Unila. Lampung.

Batista C.B. Reis N.R. Rezende M.I. 2017. Nutrional Content of Bats-Consumed

Friuts in a Forest Fragment in Southern Brazil. Brazil Journal Bio Vol. 77

Brower J.E, Zar JH. 1990. Field dan Laboratory Methods for General Ecology: Third

Editon. Dubuque, Lowa: C. Brown Publisher.

Ceave, A. 1999. Bats a portrait of The Anmal World. TODTRI Book Publisher, New

York.

Cleveland, C.J., Betke, M., Federico, P., Frank,J.D., Hallam, T.G., Horn, J., Lopez Jr.,

J.D., McCracken, G.F., Medellin, R.A., Moreno-Valdez, A. 2006. Economic

Value of The Pest Control Survive Provided by Brazilian Free-Tailed Bats In

South Central Texas. Front. Ecol. Environ 4, 238–243

Cobert, G. B., & Hill, J. E. (1992). The Mammals of The Indomalaya Region: A

Systematic Review. Oxford University Press. Oxford.

Eisenberg, J. F. 1981. The Mammalian Radiations. University of Chicago Press,

Chicago.

Huang, C.C. Elly, L.R. Mayner, N. Kusuma, K.U.E. Koko, Y. Miswandi, Saiful, B.M.

2010. Impact of Land Use Intensification Bat Assemblages In Sumatra

Indonesia. the 15 International Bat Research Confrence, Prague, Czech.

Huang, C.C. Elly, L.R. Mayner, N. Maryanto, I, Maharadatunkamsi. Sigit, W. Tigga,

K. 2014. A Recent Bat Survey Reveals Bukit Barisan Selatan Landscape as a

Chiropteran Diversity Hotspot in Sumatra. Acta Chiropterologica, 16(2):413-

449. Museum and Institute of Zoology, Polish Academy of Sciences

Ikhwan, M.K. Elly, L.R. Fahrudin, S. Janjiyanto. 2016. Trapping Fruit Eating Bats In

Way Canguk Research Station, Bukit Barisan National Park: Mist Net Vs Harp

Trap. International Wildlife Symposium 3rd. University of Lampung. Lampung

Page 45: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

32

Kigston, T., Lim B. Liat., Z. Akbar. 2009. Bats of Krau Wildlife Reserve. Universiti

Kebangsaan Malaysia. Malaysia

Kunz, T.H., 1982. Roosting ecology of bats. In Ecology of bats. Chicago. Springer

Science & Business Media.

Kunz, T.H. and L.F. Lumsden. 2003. Roosting Ecology. In Kunz, T.H and M.B.

Fenton (eds). Bat Ecology. The University of Chicago Press, Chicago.

Lekagul, Boonsong& McNeely, J.A . 1977. Mammals of Thailand. Department

Library Biological Sciences The University Exter.

Lopez, J.E., & C. Voughan. 2007. Food Niche Overlap Among Neotropical

Frugivorous Bats in Costa Rica. Biological Tropical, 55 (1)

Master, J. 2006. Karakteristik Pohon Yang Digunakan Dalam Aktifitas Harian

Siamang (Symphalangus syndactylus syndactylus, Rafles 1881) di Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung. Skripsi Jurusan Biologi Universitas

Lampung. Lampung.

Nowak, L. 1994. Walker’s Mammals of the World, Vol. I. John Hopkins University

Press. Baltimore and London.

Nugroho, D. 2003. Perdagangan Satwa Liar di Indonesia. Makalah Diklat Konservasi

& Navigasi PKSDA VII. Wildlife Crime Unit.

O’Brien, T., Kinnaird, M. Nurcahyo, A., Prasetyaningrum, M dan Iqbal, M. 2003. Fire

demography and the persistence of siamang (Symphalangus sydactylus:

Hylobatiade) in a Sumateran rainforest. Animal Conservation 6: 115 – 121.

Odum, E.P. 1994. Dasar Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Nurcahyani, N. 2008. Keanekaragaman Jenis Kelelawar di Kawasan Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan, Lampung. Seminar Hail Penelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat, Unila. 2008

Payne, J., Charles M. F., Karen P., dan Sri N. K. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di

Kalimantan, Sabah, Serawak & Brunei Darusalam terjemahan dari a Field

Guide to the Mammals of Borneo. The Sabah Society dan Wildlife

Conservation Socierty bekerjasama dengan WWF Malaysia.

Prakarsa, T.B.P , Ahmadin, K. 2013. Peranan Kelelawar Subordo Microchiroptera

penghuni Gua Sebagai Pengendali Populasi Serangga Hama: Studi Gulma

Lawa Temandang di Kawasan Karst Tuban Jawa Timur

Page 46: STUDI KARAKTERISTIK ROOST KELELAWAR DI STASIUN …digilib.unila.ac.id/30822/20/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · studi karakteristik roost kelelawar di stasiun penelitian way canguk,

33

Prasetyo PN. Noerfahmy S. Tata HL. 2011. Jenis-jenis Kelelawar Agroforest

Sumatera. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA

Regional Office

Prastianingrum, H. 2008. Keanekaragaman Kelelawar Pemakan Serangga

(Microchiroptera) pada Jalur Baru dan Jalur Lama di Hutan Primer Stasiun

Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk-Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Universitas Lampung. Lampung

Piter, F., Tri Rima Setyawati, Irwan Lovadi. 2015. Karakteristik Populasi dan Habitat

Kelelawar Hipposideros cervinus (Sub Ordo Microchiroptera) di Gua Bratus

Kecamatan Air Besar. Protobiont 4 (1): 77 – 83.

Suyanto., A. 2001. Kelelawar di Indonesia (LIPI – Seri Panduan Lapangan). Pusat

Penelitian dan Pengembangan Biologi., LIPI. Bogor

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2010. Zonasi Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan Periode 2010-2014. Lampung. Departemen Kehutanan

Tamasuki, K. Fahma, W. Narti, F. Komunitas Kelelawar (ordo Chiroptera) di

Beberapa Gua Karst Gunung Kendeng Kabupaten Pati Jawa Tengah. Al-

Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015

Voughan, Terry A., James M. R., Nicholas J. 2000. Mammalogy Fourth Edition.

Harcourt Collage Publisher. United Stade of America. ISBN: 0-03-025034-X.

Wanger, T.C, Kevin, D. Sara, B. Teja, T. 2014. Bat Pest Control Contributes to Food

Security in Thailand. Biology Conservation: 220 – 223.

Wildlife Conservation Society – Indonesia Program. 2001. Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan Dalam ruang danWaktu. Laporan Hasil Penelitian 2000 –2001.

PHKA/WCS-IP. Bogor.