Top Banner
Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama di Asia Selatan 1 STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC) DALAM MENGUPAYAKAN KERJASAMA DI ASIA SELATAN Devi Ratri Mahanani 1 Septyanto Galan Prakoso, S.IP., M.Sc 2 Abstract South Asia is one of the regions that built up a regional organization as a coordination of cooperation between countries. The organization of cooperation is called as the South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC), founded in 1985. SAARC comprises eight member countries, namely India, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Bhutan, the Maldives, Nepal, and Afghanistan. The development of SAARC is considered as slow and tends to be stagnant. This condition is due to the cooperation is built upon the area of interstate conflict that is still rolling up to the present moment. Instability of the relationship of member states becomes its own challenges for the sustainability of the SAARC itself, especially in its goal to create integration in the region. The large number of troubled regional agenda also inhibits the progress in achieving the objectives of the cooperation. The economy in South Asia is dominated by India and the imbalance of economic capabilities has been aggravated by low participation from member countries of the SAARC, especially in intraregional trading post SAFTA establishment in 2006. This research is aimed to explain and analyze the stagnation of SAARC in maintaining cooperation in South Asia based on factors that are identified to be related to this condition. Meanhile, to explain the subject of this research, the author uses Regionalism approach that is supported by the concepts of Bandwagoning and the Shadow of the Future to analyze the dynamics of cooperation in South Asia within the framework of SAARC itself. The method used in this research is qualitative-explanative. As a result of this study, it is concluded that the stagnation experienced by SAARC in maintaining cooperation in South Asia is caused by the failure of the member states in coordinating to bring about a peaceful and conducive region. Therefore, economic development is running slow and insignificant, as well as the decrease of the optimism of the member states of SAARC in order to realize their goals through this regional cooperation. Keywords: SAARC, Stagnance, Regionalism, Bandwagoning, the Shadow of the Future 1 . Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional FISIP UNS, Sebagai penulis Pertama. 1 Dosen Prodi Hubungan Internasional FISIP UNS, Sebagai Penulis Kedua.
24

STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Jul 08, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

1

STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL

COOPERATION (SAARC) DALAM MENGUPAYAKAN KERJASAMA DI

ASIA SELATAN

Devi Ratri Mahanani1

Septyanto Galan Prakoso, S.IP., M.Sc2

Abstract

South Asia is one of the regions that built up a regional organization as a coordination of cooperation between countries. The organization of cooperation is called as the South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC), founded in 1985. SAARC comprises eight member countries, namely India, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Bhutan, the Maldives, Nepal, and Afghanistan. The development of SAARC is considered as slow and tends to be stagnant. This condition is due to the cooperation is built upon the area of interstate conflict that is still rolling up to the present moment. Instability of the relationship of member states becomes its own challenges for the sustainability of the SAARC itself, especially in its goal to create integration in the region. The large number of troubled regional agenda also inhibits the progress in achieving the objectives of the cooperation. The economy in South Asia is dominated by India and the imbalance of economic capabilities has been aggravated by low participation from member countries of the SAARC, especially in intraregional trading post SAFTA establishment in 2006.

This research is aimed to explain and analyze the stagnation of SAARC in maintaining cooperation in South Asia based on factors that are identified to be related to this condition. Meanhile, to explain the subject of this research, the author uses Regionalism approach that is supported by the concepts of Bandwagoning and the Shadow of the Future to analyze the dynamics of cooperation in South Asia within the framework of SAARC itself. The method used in this research is qualitative-explanative. As a result of this study, it is concluded that the stagnation experienced by SAARC in maintaining cooperation in South Asia is caused by the failure of the member states in coordinating to bring about a peaceful and conducive region. Therefore, economic development is running slow and insignificant, as well as the decrease of the optimism of the member states of SAARC in order to realize their goals through this regional cooperation.

Keywords: SAARC, Stagnance, Regionalism, Bandwagoning, the Shadow of the Future

1. Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional FISIP UNS, Sebagai penulis Pertama. 1 Dosen Prodi Hubungan Internasional FISIP UNS, Sebagai Penulis Kedua.

Page 2: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

2

1. Pendahuluan

SAARC berdiri pada tahun 1985 dan terdiri dari delapan negara anggota,

yakni India, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Bhutan, Maladewa, Nepal, dan

Afghanistan. Sebagian besar negara-negara di kawasan Asia Selatan tersebut

masih dikategorikan sebagai negara-negara berkembang dengan kondisi

perekonomian dan stabilitas keamanan yang lemah. Oleh sebab itu, banyak

hambatan yang harus dilalui SAARC di dalam mengupayakan kerjasama di

kawasan tersebut. SAARC dinilai sebagai salah satu organisasi regional yang

mengalami perkembangan lambat, bahkan jika dibandingkan dengan organisasi

kerjasama regional di Asia lainnya, yakni Association of South East Asia Nation

(ASEAN). Misalnya dalam hal kerjasama ekonomi dengan Uni Eropa, ASEAN

mampu lebih jauh mendominasi dibandingkan dengan SAARC. Laporan

perdagangan Uni Eropa dengan SAARC dan ASEAN juga mencatat total

perdagangan dunia yang dilakukan oleh dua region tersebut. Pada tahun 2015,

SAARC tercatat hanya mampu mencapai total perdagangan sebesar € 731.211

juta1, sementara ASEAN sanggup menyentuh angka € 1.605.230 juta.2 Berbagai

faktor menjadi penyebab kondisi ini, namun yang paling utama adalah

instabilitas kawasan akibat konflik yang masih sering terjadi di antara sesama

anggota SAARC yang mengakibatkan aktivitas kerjasama yang tidak berjalan

harmonis.

Adanya konflik antara India dan Pakistan merupakan salah satu faktor

penyebab kerjasama di kawasan Asia Selatan mengalami berbagai hambatan

hingga saat ini. Sentimen antara kedua negara yang dilatarbelakangi perebutan

negara bagian Jammu Kashmir telah menyebabkan terjadinya perang antara

India dan Pakistan pada tahun 1947, 1965, 1971, dan 1999. Inti dari konflik

1 European Union, “European Union, Trade in goods with ASEAN (Association Of South-East Asian Nations),” diakses 06 April 2017, http://trade.ec.europa.eu/doclib/docs/2006/september/tradoc_111562.pdf. 2 European Union, “European Union, Trade in goods with SAARC (South Asian Association For Regional Cooperation),” diakses 06 April 2017, http://trade.ec.europa.eu/doclib/docs/2006/september/tradoc_113471.pdf.

Page 3: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

3

perebutan wilayah ini adalah keinginan penduduk Jammu Kashmir yang

mayoritas beragama Islam untuk bisa terlepas dari kekuasaan India yang

notabene merupakan nagara dengan mayoritas penduduk beragama Hindu.

Sementara itu, Pakistan menjadi negara yang paling menginginkan agar negara

bagian Jammu Kashmir tersebut masuk ke dalam administrasinya sebab

Pakistan merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Terjadinya

empat perang besar tersebut tidak lantas menghasilkan titik temu untuk keluar

dari permasalahan yang ada hingga saat ini. Usaha PBB untuk menengahi

konflik inipun sia-sia sebab kedua pihak sejak awal telah melanggar amanat yang

sudah dituangkan di dalam dari Resolusi PBB 47 tahun 1948.3

Awal mula pembentukan SAARC diinisiasi oleh Presiden Bangladesh, Ziaur

Rahman, pada tahun 1980. Inisiatif Ziaur Rahman mendapatkan dukungan dari

Nepal, Sri Lanka, Maladewa, dan Bhutan, akan tetapi India dan Pakistan

memberikan sinyal ketidaksepahaman dengan ide tersebut. India menganggap

bahwa keinginan Bangladesh untuk membentuk organisasi ini dilatarbelakangi

maksud agar negara-negara kecil di Asia Selatan bisa membawa isu-isu bilateral

ke dalam level regional serta agar mereka bisa bersatu meredam dominasi

India.4 Sementara itu, Pakistan menganggap bahwa pembentukan organisasi

regional hanya akan dijadikan India sebagai kendaraan untuk bisa membentuk

pasar guna melanggengkan dominasi ekonomi India sendiri.5 Meskipun kedua

negara akhirnya sepakat untuk bergabung, namun ketidakpercayaan kedua

pihak terhadap kemanfaatan SAARC yang sudah muncul sejak pertama kali

terbentuk seolah masih melekat hingga sekarang.

Selama berdiri sebagai sebuah organisasi kerjasama regional sejak tahun

1985, SAARC telah banyak melewatkan agenda summit. Berdasarkan SAARC

Charter, pertemuan puncak yang dihadiri para kepala negara anggota ini

seharusnya diadakan sekali atau bahkan lebih setiap tahunnya. Akan tetapi,

selama 32 tahun berdiri, ketentuan yang sudah disepakati tersebut tidak bisa

3 United Nations, “UN Resolution 47,” diakses 06 April 2017, http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/47(1948). 4 Muhammad Jamshed Iqbal, “SAARC: Origin, Growth, Potential and Achievements,” Pakistan Journal of History & Culture, Vol. XXVII No. 2 (2006), hal. 131, diakses 07 April 2017, http://www.nihcr.edu.pk/Latest_English_Journal/SAARC_Jamshed_Iqbal.pdf. 5 Ibid.,

Page 4: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

4

dipenuhi. Semenjak didirikan pertama kali Dhaka, hingga saat ini SAARC hanya

bisa menyelenggarakan 18 summit, yakni pada tahun 1985, 1986, 1987, 1988,

1990, 1991, 1993, 1995, 1997, 1998, 2002, 2004, 2005, 2007, 2008, 2010, 2011,

dan 2014.6

Pada September 2016, India, Bangladesh, Bhutan dan Afghanistan menolak

untuk menghadiri SAARC Summit ke-19 yang rencananya akan diadakan di

Islamabad, Pakistan pada bulan November 2016 lalu. Hingga saat ini, belum ada

keputusan pasti terkait kapan akan dilaksanakan pertemuan tersebut.

Penundaan pertemuan para kepala negara angota SAARC menjadi sebuah aksi

yang mengganjal kelancaran agenda regional. Semestinya, pertemuan para

kepala negara anggota SAARC bisa menjadi ajang untuk menyepakati tujuan-

tujuan baru pembangunan kawasan setiap tahunnya. Akan tetapi, melihat fakta

kondisi saat ini, komitmen SAARC untuk mewujudkan kesejahteraan bagi

seluruh rakyat Asia Selatan dan mendorong pertumbuhan ekonomi berdasarkan

rasa saling percaya di antara anggotanya belum mampu berjalan secara optimal.

Berdasarkan kondisi yang sudah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk

menganalisis lebih lanjut mengenai stagnasi SAARC di dalam mengupayakan

kerjasama di Asia Selatan. Selain fakta relasi antarnegara anggota yang masih

sering mengalami konflik, analisis akan dilakukan secara mendalam terhadap

apa yang sebenarnya menjadi latar belakang pembentukan organisasi ini.

Melalui analisis tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai faktor-

faktor apa saja yang menjadi penghambat kerjasama di dalam SAARC. Adanya

konflik-konflik antarnegara yang belum terselesaikan, kerjasama ekonomi yang

cenderung stagnan dan dibayangi dominasi India, serta hambatan di dalam

pelaksanaan agenda-agenda rutin SAARC.

2. Metode

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui mengapa South Asian

Association for Regional Cooperation (SAARC) mengalami stagnasi dalam

mengupayakan kerjasama di Asia Selatan. Melalui metode eksplanatif-kualitatif,

penulis akan menggunakan pendekatan regionalisme untuk mengkaji bagaimana

6 SAARC, “SAARC Summits,” diakses 06 April 2017, http://saarc-sec.org/saarc-summits.

Page 5: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

5

evolusi SAARC, relasi antarnegara anggota yang konfliktual, stagnasi kerjasama

ekonomi, serta hambatan yang muncul terhadap pelaksanaan agenda SAARC itu

sendiri.7 Sementara itu, melalui konsep Bandwagoning, penelitian ini akan

mengkaji kecenderungan dependensi negara-negara kecil di Asia Selatan

terhadap negara yang lebih besar, seperti India.8 Terakhir, penelitian ini juga

menggunakan konsep the Shadow of the Future untuk melihat bagaimana

optimisme negara-negara anggota SAARC dalam menatap masa depan

organisasi regional tersebut, sehingga memengaruhi sikap-sikap mereka di masa

sekarang.9

3. Hasil dan Diskusi

3.1. Faktor-faktor Penghambat Peningkatan Kerjasama di Asia

Selatan

Kondisi kawasan yang masih konfliktual dianggap menjadi salah satu

hambatan paling besar dalam mengupayakan kerjasama di Asia Selatan ini.

Kondisi yang tidak stabil ini diperburuk dengan masih besarnya

ketimpangan dalam hal kemampuan ekonomi dan rendahnya

kesejahteraan di antara negara-negara anggota SAARC tersebut. Selain itu,

rendahnya intensitas kerjasama dianggap sebagai aspek yang

menunjukkan bahwa negara-negara Asia Selatan tidak lagi memandang

SAARC sebagai kerangka utama untuk membangun sebuah kerjasama

regional. Ketidakstabilan politik domestik di suatu negara juga bisa

mengganggu hubungannya dengan negara anggota SAARC yang lain.

Penjelasan mengenai faktor-faktor yang menghambat peningkatan

kerjasama di Asia Selatan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kawasan Asia Selatan yang Konfliktual

Beberapa konflik yang masih sering terjadi di kawasan Asia

Selatan, baik bersenjata maupun sekadar kontravensi antarnegara.

Perselisihan antara India dan Pakistan dalam beberapa hal telah

menggoyahkan solidaritas regional di Asia Selatan itu sendiri. Konflik

7 Chandra D. Bhatta, “Regional Integration and Peace in South Asia: An Analysis,” Peace, Conflict and Development Journal, Issue 5 (2004), hal. 6, diakses 08 Mei 2017, http://www.bradford.ac.uk/social-sciences/peace-conflict-and-development/issue-5/RegionalIntegration.pdf. 8 Stephen M. Walt, The Origin of Alliances, (New York: Cornell University Press, 1987), hal. 112. 9 Ibid., hal. 12

Page 6: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

6

Kashmir menjadi peristiwa besar yang hingga saat ini belum benar-

benar dapat diselesaikan, meskipun sempat terjadi kesepakatan

gencatan senjata pada tahun 2003. Masih banyak kasus penambakan

yang menewaskan baik tentara Pakistan maupun India di kawasan

perbatasan kedua negara tersebut dan tentu saja mereka menuding

satu sama lain untuk bertanggung jawab. Kekerasan demi kekerasan

hingga aksi teror terus terjadi di kawasan tersebut. Panglima Militer

India, Jenderal Bipin Rawat, menyatakan bahwa angkatan bersenjata

India terus memberikan pengawasan khusus terhadap segala bentuk

aksi anti-India di Jammu-Kashmir. Bipin Rawat juga menuding bahwa

pemerintah Pakistan masih secara konsisten memberikan dukungan

bagi aksi terorisme di kawasan tersebut.10

Konflik-konflik yang terjadi di Asia Selatan didominasi oleh kasus

yang meliputi area batas antarnegara. Seperti yang terjadi antara India

dan Pakistan terkait sengekta Kashmir, atau antara Pakistan dan

Afghanistan terkait aktivitas Taliban. Hampir setiap negara anggota

memiliki keterkaitan dalam hal konflik yang terjadi di negara anggita

yang lain. Oleh sebab itu, cross-border cooperation seharusnya

menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan terutama dalam hal

keamanan, meskipun dalam rangka mewujudkannya SAARC memiliki

tantangan tersendiri.

Pengaruh etnis menjadi salah satu faktor di dalam konflik-konflik

yang terjadi di Asia Selatan, selain faktor politik atau motif kepentingan

nasional lain yang mungkin melatarbelakangi kondisi tersebut. Hal ini

terjadi karena di Asia Selatan terdapat kelompok etnis di suatu negara

yang memiliki hubungan dengan kelompok etnis yang sama di negara

lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya polarisasi etnis yang

kemudian bisa menjadi faktor penyebab konflik di Asia Selatan.

Militansi Tamil dan kekerasan etnis Sinhalese di Sri Lanka, aktivitas

terorisme di Kashmir, gerakan anti-Muhajir di Karachi, atau kekerasan

10 Ravi Krishnan Khajuria, “Seven Pakistani soldiers killed along LoC in retaliatory firing, says Indian Army,” Hindustan Times, 11 Januari 2018, diakses 15 Januari 2018.http://www.hindustantimes.com/world-news/pakistani-army-says-indian-fire-kills-4-soldiers-in-kashmir/story-HiNJkZoHsLPjWphTsfZlWO.html.

Page 7: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

7

komunal di India terkait isu agama yang juga menimbulkan reaksi

hingga ke Pakistan dan Bangladesh, telah memberikan efek buruk

terhadap hubungan antarnegara di Asia Selatan.11 Aktivitas insurgensi

Tamil, meskipun dinyatakan sudah berhasil dihentikan sejak tahun

2009, pada faktanya tetap menjadi bagian dari sejarah SAARC.

Pengaruh keberadaan kelompok tersebut sempat menjalar hingga ke

gerakan Khalistan di India yang bertujuan untuk menuntut berdirinya

negara bagian Sikh di Barat Laut India.12 Selain itu, Tamil juga

terindikasi pernah memberikan dukungan logistik kepada al-Mujahidin

yang merupakan kelompok yang berafiliasi al-Qaeda di Pakistan.13

Pengaruh etnis di dalam konflik-konflik di Asia Selatan bisa

dijelaskan kembali melalui beberapa permasalahan yang terjadi di

masyarakat. Masalah-masalah sosial-ekonomi bisa menjadi sebuah isu

sensitif yang kemudian menimbulkan reaksi terhadap suatu kelompok

tertentu, seperti ketika tingginya tingkat pengangguran yang

diakibatkan oleh lambatnya laju pertumbuhan perekonomian dan

ledakan jumlah penduduk dapat menimbulkan adanya rasa perbedaan

dalam hal besarnya kesempatan kerja antara kelompok tertentu dengan

kelompok lain.14 Faktor lain misalnya ketika pembangunan yang tidak

merata dapat memicu anggapan bahwa suatu kelompok telah

termarginalkan dari proses pembangunan dan tidak dapat ikut

menikmati keuntungan dari pertumbuhan ekonomi di negaranya.15

Faktor-faktor ini dapat dilihat pada fenomena gerakan nasionalisme

Tamil yang sempat memecah kestabilan keamanan Sri Lanka selama

bertahun-tahun lalu. Dominasi etnis Sinhalese di Sri Lanka

menimbulkan adanya sentimen antaretnis lain, baik terkait perlakuan

pemerintah atau dalam aspek kehidupan yang lain. Hal-hal ini dapat

menyebabkan menurunnya kredibilitas negara karena dianggap telah

11 Kishore C. Dash, Regionalism in South Asia: Negotiating Cooperation, Institutional Structures (New York: Routledge, 2008), hal. 51 12 “The history of the Tamil Tigers,” Al Jazeera, 28 Apr 2009, diakses 13 Januari 2018, www.aljazeera.com/focus/2008/11/2008112019115851343.html. 13 Ibid., 14 Kishore C. Dash, Loc., Cit., 15 Ibid.,

Page 8: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

8

mengesampingkan kepentingan kelompok etnis tertentu. Selain Sri

Lanka, isu etnis lain juga dialami oleh Pakistan. Empat provinsi di

Pakistan, masing-masing Punjab, Sindh, Baluchistan, dan Northwest

Frontier Province (NWFP) masing-masing dihuni oleh kelompok etnis

besar. Para Punjabis, yang tinggal di provinsi Punjab merupakan etnis

terbesar yang mendominasi militer, ekonomi, hingga pemerintahan

sipil di Pakistan.16 Sementara itu, kelompook etnis lain seperti Sindhis,

Pathans, Baluchis, dan Muhajirs (kelompok yang berasal dari partisi

India) menyimpan ketidaksukaan dengan dominasi yang dipegang oleh

para Punjabis tersebut.17 Fenomena-fenomena seperti inilah yang

dianggap berkontribusi dalam menyebabkan berbagai konflik dan

kekerasan yang terjadi di Asia Selatan hingga saat ini.

Suatu konflik yang melibatkan satu kelompok etnis di suatu

negara dapat memicu gejolak kelompok etnis yang sama di negara lain.

Hal inilah yang disebut mendorong munculnya subnasionalisme di Asia

Selatan.18 Subnasionalisme di sini lebih diartikan sebagai

kecenderungan orang-orang untuk merasa lebih terikat secara etnis

dibandingkan sebagai sebuah negara yang heterogen. Kondisi ini dinilai

mampu memicu munculnya separatisme dan terorisme, serta

destabilisasi di negara-negara Asia Selatan. Permasalahan ini dapat

dilihat ketika masing-masing negara saling menyalahkan atas tuduhan

pemberian asistensi terhadap gerakan separatisme, seperti protes India

terhadap dukungan Pakistan atas separatisme di Kashmir dan Punjab,

atau sebaliknya ketika Pakistan menyalahkan India karena diduga

mendukung separatisme di Provinsi Sindh. Hal serupa juga terjadi

ketika Sri Lanka menganggap India turut bertanggung jawab atas

tuntutan kemerdekaan dari kelompok Tamil. Adanya rasa saling tidak

percaya dan kecurigaan menjadi penghambat yang besar bagi SAARC

untuk mencapai tujuan dari kerjasama regional yang dibangun.

16 Ibid., hal 121 17 Ibid., 18 Ibid., hal 51

Page 9: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

9

Bhutan menjadi satu-satunya negara di Asia Selatan yang nyaris

tidak terdapat gejolak politik maupun keamanan di dalamnya. Tidak

heran jika Bhutan termasuk ke dalam salah satu negara paling damai di

dunia.19 Berbeda dengan beberapa negara Asia Selatan lainnya yang

masih diliputi tensi konflik yang cukup tinggi. Selain konflik internal,

terorisme lintas negara juga menjadi ancaman di Asia Selatan.

Kelompok teroris Al-Qaeda terus mendapat pengawasan terkait

upayanya yang diduga ingin memperluas jaringan di Asia Selatan,

yakni di Pakistan, Afghanistan, Bangladesh, bahkan India.20 Kondisi ini

juga memicu campur tangan negara lain, seperti Amerika Serikat, dan

dikhawatirkan hal ini bisa menimbulkan intervensi berlebihan

terhadap kedaulatan negara-negara di Asia Selatan.

2. Kerjasama Ekonomi Tidak Signifikan

Kenyataan bahwa phasil dari kerjasama dalam bidang ekonomi

yang tidak signifikan membuat kerjasama yang dijalankan hingga saat

ini belum mampu mencapai hasil yang maksimal. Meskipun memang

kondisi seperti ini wajar dan mungin bisa juga dialami oleh kerjasama

regional lain. Akan tetapi, kondisi di Asia Selatan cenderung lebih

kompleks dikarenakan adanya faktor besar lain, yakni keadaan wilayah

yang masih konfliktual serta ketimpangan kemampuan ekonomi yang

cukup mencolok. Artinya, SAARC masih memiliki tantangan dalam

memaksimalkan potensi negara-negara tersebut agar bisa bersaing

dengan negara yang lebih besar.

Perdagangan intraregional yang tergolong rendah juga menjadi

salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan ekonomi SAARC

tidak signifikan. Perdagangan intraregional SAARC dinilai hanya

sebatas 3-5% dari volume total perdagangan mereka, yang mana itu

19 “The world‟s most peaceful countries-which nation has been number one for seven years?” The Telegraph, dikases 16 Januari 2018, http://www.telegraph.co.uk/travel/lists/most-peaceful-countries/bhutan/. 20 “Al Qaeda wants to create local leadership in South Asia, including India:US official,” India

Times, diakses 15 Januari 2018, https://economictimes.indiatimes.com/news/defence/al-qaeda-

wants-to-create-local-leadership-in-south-asia-including-indiaus-official/articleshow/57856036.cms.

Page 10: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

10

lebih rendah jika dibandingkan dengan blok perdagangan lain.21 Angka

ini sangat kecil jika dibandingkan dengan erdagangan di antara negara-

negara anggota ASEAN diperkirakan mencapai 25% dari total

perdagangan internasional mereka.22 Pada tahun 2015, perdagangan

intraregional SAARC diindikasikan hanya mencapai $28-30 milyar per

tahun, sementara itu ASEAN mampu mencapai $608.6 milyar pada

tahun 2014.23

Berkaca pada kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa SAARC

perlu untuk membentuk sebuah area kerjasama perdagangan yang

lebih efektif dan mampu membangun kepercayaan satu dengan yang

lain. Saat ini, negara anggota SAARC lebih memilih untuk saling

bekerjasama justru di luar kerangka SAARC. BIMSTEC dan SASEC

merupakan dua contoh alternatif organisasi kerjasama subregional

yang dipilih oleh mayoritas negara-negara anggota SAARC. Pada dua

organisasi ini, hanya India, Bangladesh, Nepal, Sri Lanka, Maladewa,

dan Bhutan saja yang terlibat sebagai anggota. Kecenderungan untuk

lebih aktif teribat dalam kerjasama subregional ini dapat dilihat sebagai

wujud strategi “SAARC minus one”.24 Arti dari strategi ini adalah

melewatkan Pakistan dari berbagai upaya kerjasama yang dilakukan

negara-negara seperti India, Bhutan, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka

agar berjalan lebih kondusif dan efektif.25 Sebenarnya, strategi ini

dianggap penting untuk dilakukan demi tetap menjaga ikatan

meskipun di luar kerangka SAARC. Keberadaan kerjasama subregional

yang lebih kuat, jika benar bisa memberi manfaat, maka dapat

21 Khalid Aziz , “Social and Political Issues in South Asia,” Regional Institute of Policy Research and Training, diakses 12 Januari 2018, http://riport.org/wp-content/uploads/pdf%20downloads/publications/Mellinium%20Development%20Goals.pdf. 22 Parthapratim Pal, “Intra-BBIN Trade: Opportunities and Challenges,” Observer Research Foundation, Maret 2016, diakses 17 Januari 2018, https://www.orfonline.org/wp-content/uploads/2016/03/ORF-Issue-Brief_135.pdf. 23 Ibid.,

24 Manjari Chatterjee Miller & Bharath Gopalaswamy, “SAARC Is Dead; Long Live SAARC,” The

Diplomat, diakses 16 Januari 2018, https://thediplomat.com/2016/11/saarc-is-dead-long-live-saarc/. 25 Ibid.,

Page 11: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

11

mendorong interdependensi antarnegara agar terbangun semakin kuat

dan bukan untuk terpecah belah.26

BIMSTEC memang tidak secara teknis sebagai sebuah organisasi

perdagangan saja, akan tetapi lebih sebagai wadah bagi negara-negara

anggotanya agar dapat saling bekerjasama memperbaiki aspek-aspek

yang lain, seperti konektivitas dan perbaikan insfrastruktur yang juga

berguna untuk memperlancar aktivitas perdagangan antarnegara.

Bangladesh ditunjuk sebagai negara yang memimpin sektor

perdagangan di dalam organisasi ini. Hal ini sengat menarik karena

negara kecil seperti Bangladesh justru dipercaya untuk memimpin

sektor yang krusial, meskipun India tetap menjelma sebagai negara

dominan. Selain itu, terdapat pula Thailand dan Myanmar yang

menjadikan iklim kerjasama organisasi ini berbeda dengan SAARC.

Berdasarkan kondisi tersebut, penulis melihat bahwa ketidakhadiran

Pakistan dan Afghanistan di dalam organisasi subregional ini – selain

karena kedua negara tersebut secara geografis memang eksklusif-

memberikan atmosfer yang dirasa lebih kondusif karena terhindar dari

pengaruh konflik yang ditimbulkan negara-negara tersebut. Oleh sebab

itu, organisasi kerjasama subregional ini menjadi prioritas lain bagi

negara-negara anggota SAARC.

3. Ketidakstabilan Politik

Selain faktor keamanan dan ekonomi, dinamika politik domestik

dan pengaruhnya terhadap relasi antarnegara anggota SAARC juga

turut menjadi faktor yang menentukan terhambat atau tidaknya

kerjasama di kawasan tersebut. Seperti yang diketahui, masing-masing

negara SAARC menyimpan gejolak politik domestik yang memberikan

pengaruh pula pada stabilitas keamanan di Asia Selatan. Pengaruh

gejolak politik ini juga meluas hingga ke isu keamanan.

Beberapa tahun belakangan menjadi masa yang cukup kompleks

bagi beberapa negara di Asia Selatan terkait kondisi politik di dalam

negeri. Pada tahun 2014 lalu, pasca Narendra Modi memenangkan

26 Smruti S. Pattanaik, “Making Sense of Regional Cooperation: SAARC at Twenty,” Strategic Analysis, Vol. 30, No. 1 (2006), hal. 142, diakses 12 Januari 2018, https://idsa.in/system/files/strategicanalysis_spattanaik_0306.pdf.

Page 12: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

12

pemilu dan terpilih menjadi Perdana Menteri, kondisi politik di India

sempat mengalami sedikit pergolakan. Kondisi ini dipicu beberapa

kontroversi yang menodai citra baik kepemimpinan Modi. Konfrontasi

dengan Pakistan dan China terkait isu perbatasan merupakan salah

satu permasalahan yang disorot. Selain itu, banyak juga anggapan

bahwa pemerintahan Modi masih gagal dalam menjamin keselamatan

perempuan dari berbagai aksi pelecehan dan kekerasan seksual.27

Gejolak serupa juga dialami Bangladesh ketika pada awal tahun 2014

terjadi konfrontasi antara pasukan keamanan dengan para oposisi.

Pemilu sempat diboikot oleh Partai Nasionalis Bangladesh yang

konservatif dan juga beraliansi dengan beberapa organisasi Islam dan

partai sayap kiri Awami League.28 Kondisi ini menjadi pemasalahan

genting bagi Bangladesh dan memberikan pengaruh yang cukup besar

terhadap kestabilan di Asia Selatan sendiri.

Sementara itu, gejolak politik di Pakistan masih meliputi isu-isu

insurgensi, gerakan para Islamis, separatisme, hingga kontravensi para

politisi dengan pihak militer. Salah satu konflik besar yang terjadi di

Pakistan saat itu adalah ketika pasukan militer Pakistan kembali

berhasil menguasai wilayah North Waziristan yang berbatasan dengann

Afghanistan, yang sebelumnya sempat jatuh ke tangan kelompok yang

berafiliasi dengan Al-Qaeda.29 Pada saat itu, kondisi ini dikhawatirkan

akan memicu adanya serangan teror di kedua negara tersebut.

Pengusiran militan di kawasan ini memakan waktu bertahun-tahun

hingga akhirnya kawasan ini bisa kembali ke dalam pengawasan

Pakistan. Saat ini, pemerintah Pakistan di bawah kepemimpinan

Perdana Menteri Shahid Khaqan Abbasi, juga tengah bersitegang

dengan angkatan bersenjata Pakistan. Kondisi ini sebenarnya telah

berlangsung sejak masa akhir pemerintahan Nawaz Sharif, hingga

pihak militer dianggap sebagai dalang dibalik lengesernya Nawaz Sharif

27 Jason Burke & Jon Boone, “A year of fast and furious politics in south Asia,” The Guardian, 31 Desember 2014, diakses 13 Januari 2018. https://www.theguardian.com/world/2014/dec/31/fast-furious-politics-south-asia 28 Ibid., 29 Ibid.,

Page 13: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

13

pada 2017 lalu. Pemrintah Pakistan menganggap bahwa ada petinggi-

petinggi militer yang berniat untuk merebut kursi pemerintahan.

Berbeda dengan India, Pakistan, atau Bangladesh, permasalahan

di Maladewa justru melanda pada keamanan di sektor pariwisata.

Beberapa kasus penculikan turis dan wartawan asing terjadi dalam

beberapa tahun terakhir. Peristiwa ini diduga sebagai kelalaian

pemerintah dalam mencegah aksi kelompok kejahatan. Sementara itu,

di Sri Lanka, demokrasi dinilai belum berjalan sebagaimana mestinya

karena kebebasan pers masih seringkali dikekang.30

Beberapa permasalahan domestik secara langsung menjadi

pemicu terjadinya ketidaksepahaman dengan negara anggota yang lain.

Isu-isu bilateral, terutama seperti ketegangan antara India dan

Pakistan yang masih terus bergulir memang memberikan pengaruh

yang cukup besar bagi dinamika kawasan. Contoh kejadian ini dapat

dilihat pada keputusan penundaan agenda summit yang ke-19 di

Islamabad pada tahun 2016 lalu. India menolak menghadiri acara

tersebut karena meningkatnya tensi di wilayah Kashmir. Alasan itu

juga didukung oleh negara-negara lain seperti Bangladesh, Bhutan, dan

Afghanistan.

3.2. Analisis Terhadap Pola Regionalisme di Asia Selatan

Pendekatan regionalisme yang digunakan dalam penelitian ini

ditujukan untuk menganalisis bagaimana pola kerjasama regional di

kawasan Asia Selatan dalam kerangka SAARC. Seperti yang sudah

dijelaskan pada bab pertama, regionalisme berarti sebagai sebuah

pandangan yang mendorong sekelompok negara dengan indikator

kedekatan geografis dan kesamaan kepentingan untuk membentuk sebuah

organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Keinginan ini kemudian didukung

dengan perwujudan sebuah institusi untuk mewadahi kerjasama ini. Akan

tetapi, tidak semua kerjasama regional memiliki pola yang sama. Asia

Selatan sendiri, dalam hal ini SAARC, menjadi contoh kerjasama regional

30 Kishali Pinto-Jayawardena, “Challenges to media freedom in Sri Lanka; the „New‟ Government‟s performance,” The Sunday Times, diakses 15 Januari 2018, http://www.sundaytimes.lk/170409/sunday-times-2/challenges-to-media-freedom-in-sri-lanka-the-new-governments-performance-236313.html.

Page 14: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

14

dengan karakter mencolok, terutama berkaitan dengan konflik yang terus

terjadi meskipun peningkatan kerjasama juga tetap mereka upayakan

Salah satu pola yang bisa dilihat di dalam SAARC adalah adanya

kecenderungan negara-negara yang relatif lemah untuk menjalin kedekatan

khusus dengan negara yang memiliki kekuatan lebih besar, terutama dalam

bidang ekonomi. Kondisi ini dapat dijelaskan menggunakan konsep

Bandwagoning. Melalui konsep ini, penelitian ini bertujuan untuk melihat

dominasi India yang besar di Asia Selatan, termasuk dalam lingkup SAARC,

dan bagaimana negara-negara dengan kekuatan yang relatif lebih kecil

menyikapinya. Adanya istilah „Delhineation‟ juga secara garis besar

menjelaskan bahwa dalam rangka meraih perdamaian regional, keamanan,

dan stabilitas di Asia Selatan, India harus tetap menjadi yang paling

dominan dan mempertahankan superioritas, terutama dalam bidang

ekonomi dan kemiliteran.31

Bhutan merupakan negara yang dinilai memiliki dependensi yang

cukup besar terhadap India, terutama dalam bidang keamanan dan

ekonomi. Hal ini dikarenakan sejarah Bhutan yang dahulunya merupakan

protektorat British-India sebelum akhirnya merdeka pada tahun 1947.

Kerjasama India dan Bhutan semakin kuat setelah ditandatanganinya

Treaty of Friendship pada tahun 1949.32 India juga menjadi negara yang

memberikan dukungan besar bagi Bhutan dalam menghadapi sengketa

Tibet dengan China pada tahun 1950-an. Berdasarkan wawancara dengan

Dr. Santhosh Mathew, beliau juga menyepakati bahwa kawasan ini sebagai

layak disebut sebagai sebuah „Indo-centric region‟.33 Sementara itu,

mengenai SAARC, Dr. Santosh Mathew juga mengatakan bahwa, “... Trust

deficit among the member countries (have) already existed. Except

Bhutan, rest of them (have) already (been) the part(s) of China’s

31 Kishore C. Dash, Op., Cit., hal. 116. 32 Arif Hussain Malik & Nazir Ahmad Sheikh, “Changing Dynamics of Indo-Bhutan Relations: Implications for India,” International Journal of Political Science and Development, Vol. 4(2) (2016), hal. 45, DOI: 10.14662/IJPSD2016.002. 33 Dr. Santhosh Mathew (Assistant Professor in Centre for South Asian Studies, Pondicherry

Central University, India), email untuk penulis 19 Oktober 2017.

Page 15: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

15

surrounding India policy.”34 Artinya, pengaruh India yang cukup kuat

dapat memengaruhi beberapa negara lemah, salah satunya Bhutan untuk

menggantungkan kepentingan mereka secara lebih terhadap India.

Adanya karakteristik yang sama pada negara-negara anggota SAARC

dalam menghadapi permasalahan mengenai pemerintahan, seharusnya

mendorong mereka untuk juga bekerjasama guna membentuk sebuah upaya

kolektif yang menguntungkan dalam rangka menangani isu-isu nation-

building di Asia Selatan. Akan tetapi, banyak pemimpin negara yang justru

cenderung menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya demi tetap

mewaspadai pengaruh dari dominasi India. Kondisi ini justru mendorong

mereka untuk mencari dukungan dari negara di luar Asia Selatan untuk

mengimbangi kekuatan India, dan salah satu negara sasaran mereka adalah

China.35 Rivalitas antara India dan Pakistan juga memberikan dampak yang

cukup besar bagi interkasi di dalam SAARC sendiri dan tidak dapat

dipungkiri, kondisi ini dapat memicu berbagai konsekuensi yang besar di

Asia Selatan.

Pada sebuah kerjasama regional, negara-negara dengan kekuatann

yang relatif kecil memang cenderung untuk menggunakan strategi

bandwagoning untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam hal

ekonomi hingga militer. Pada konteks Asia Selatan, dalam buku

Regionalism in South Asia: Negotiating Cooperation, Institutional

Structures disebutkan bahwa:

“In South Asia, all the states share a common border with India. Given the geographical proximity, great power disparity, and the potential for economic and security benefits from an alliance with India, it would seem that bandwagoning would be a preferred strategy for smaller South Asian countries.”36

Akan tetapi, strategi tersebut tidak lantas dijalankan oleh semua

negara, kecuali Bhutan dan Maladewa. Hal ini terjadi karena negara-negara

seperti Nepal, Sri Lanka, dan Bangladesh masih memiliki tensi etnis

dengan India dan juga adanya penolakan dari domestik masing-masing

34 Ibid., 35 Kishore C. Dash, Op., Cit., 51. 36 Ibid., hal. 117

Page 16: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

16

negara tersebut untuk menghindari intervensi dan mengurangi dominasi

dari India pada internal negara mereka. Hal ini berarti bahwa India

memang memiliki peran yang krusial, sehingga sangat penting bagi India

untuk memelihara kepercayaan dengan negara-negara kecil agar tercapai

tujuan dari kerjasama regional di semua bidang.37

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang

menghambat kerjasama di Asia Selatan juga turut mengarahkan pola

regionalisme di kawasan tersebut. Negara-negara minor memiliki

ketakutan atas dominasi India, akan tetapi dalam beberapa hal mereka

masih melindungi kepentingannya dengan bernaung di bawah kekuatan

India. Saat ini, pengaruuh China memang mulai meluas di Asia Selatan,

akan tetapi lebih memiliki kecenderungan dalam bidang ekonomi.

Kehadiran China di Asia Selatan memang tidak lantas merubah arah

regionalisme secara total di Asia Selatan. Akan tetapi, inkonsistensi India

dalam menjalankan politik luar negerinya terhadap negara lain membuat

kepercayaan di antara mereka sangat lemah. Beberapa peristiwa yang

berakar dari sejarah masa lalu menunjukkan inkonsistensi tersebut.

Misalnya, ketika India membantu kemerdekaan Bangladesh pada tahun

1971, India gagal dalam mengawal kestabilan ekonomi dan politik

Bangladesh hingga terjadi kudeta militer pada tahun 1975.38 Contoh lain

adalah ketika India mencoba memediasi konflik sipil di Sri Lanka pada

tahun 1980-an, akan tetapi justru berakhir pada bencana politik dan militer

yang lebih besar. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa dalam beberapa

hal, India tidak mampu secara konsisten menjalankan strateginya, dan

tidak jarang justru terlibat konflik dengan negara tetangganya sendiri. Oleh

sebab itu, kehadiran China menjadi ketakutan tersendiri bagi India dan

justru bisa memberikan peluang bagi negara lain untuk menjalin kerjasama

secara lebih intensif dengan China.

3.3. Stagnasi SAARC dalam Meningkatkan Kerjasama di Asia Selatan

37 Khalid Ahmed, “Political Economy of SAARC and Regional Trade Integration: The Recent Ontogeny and Future Prospects,” (Makalah dipresentasikan dalam diskusi panel di Korea Institute for International Economic Policy, 29 April 2014). 38 Christian Wagner, “The Role of India and China in South Asia,” East West Center, 26 Juli 2017, diakses 22 Januari 2018, https://www.eastwestcenter.org/system/tdf/private/apb389.pdf?file=1&type=node&id=36203.

Page 17: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

17

Analisis pada bagian-bagian sebelumnya telah menunjukkan mengenai

faktor-faktor yang menghambat kerjasama di Asia Selatan dalam lingkup

SAARC, serta upaya yang dilakukan SAARC untuk meningkatkan

kerjasama di kawasan tersebut. Mayoritas dari penjabaran yang dituliskan

lebih banyak menjelaskan mengenai ketidakstabilan kawasan yang

diakibatkan oleh konflik antarnegara. Keadaan ini menjadi penyebab

utama stagnasi SAARC dalam mengupayakan kerjasama di Asia Selatan itu

sendiri. Selain itu, perbedaan kemampuan ekonomi juga menjadi faktor

tambahan yang membuat kerjasama ekonomi, terutama dalam hal

perdagangan, masih belum signifikan. Artinya, meskipun SAARC

merupakan kerjasama regional dan berisi 8 negara yang sama-sama saling

berkontribusi, akan tetapi kontribusi yang mereka berikan akan tetap

sesuai dengan kapasitas ekonomi yang mereka miliki masing-masing.

Alasan itulah yang membuat pertumbuhan ekonomi tetap ada, walaupun

tidak signifikan dan masih terdapat ketimpangan. Akan tetapi,

permasalahan yang dihadapi SAARC dirasa sebagai permasalahan yang

wajar dan bisa saja dialami oleh organisasi kerjasama regional yang lain.

Anggapan mengenai stagnasi yang dialami SAARC dalam

mengupayakan kerjasama di Asia Selatan lebih tepat ditujukan pada

masalah keamanan. Penjabaran mengenai kondisi kawasan yang masih

rawan konflik dan berbagai permasalahan domestik yang bisa meluas

menjadi konflik bilateral menjadi bukti bahwa kerjasama diijalankan di

atas kondisi yang sama sekali tidak kondusif. Hal inilah yang menyebabkan

SAARC dipandang sebagai sebuah organisasi yang belum mampu

memberikan manfaat bagi integrasi dan stabilitas Asia Selatan. Beberapa

data yang membandingkan mengenai perkembangan SAARC dan ASEAN

menunjukkan bahwa tingkat konflik di Asia Selatan memang telah jauh

menarik SAARC dari prestasi yang semestinya telah dapat tercapai sejak

berdiri pada tahun 1985.

Lambatnya perkembangan SAARC menimbulkan pertanyaan tentang

bagaimana masa depan dari organisasi ini, serta seberapa besar optimisme

negara anggota untuk tetap menjalankan kerjasama dalam kerangka

SAARC. Analisis mengenai pandangan ini dapat dijelaskan menggunakan

Page 18: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

18

konsep Shadow of the Future. Pada bab pertama telah dijelaskan bahwa

negara akan melakukan langkah-langkah tertentu untuk tetap melindungi

kepentingannya sesuai dengan bayangan dari masa depan kerjasama yang

menaunginya. India melihat SAARC sebagai sarana untuk tetap terikat

relasi dengan negara-negara yang lebih kecil demi mempertahankan status

quo di Asia Selatan. Meskipun demikian, tidak berarti India menaruh

optimisme yang besar terhadap SAARC dalam konteks ekonomi, sebab saat

ini, India memiliki visi yang lebih besar dengan memperkuat perannya

dalam ranah global dan membidik pasar internasional yang lebih luas.

Sejak awal pembentukan SAARC, politik luar negeri merupakan

motivasi tersirat yang melatarbelakangi masing-masing negara untuk

bergabung dengan SAARC. Bagi negara-negara kecil seperti Bhutan dan

Nepal, SAARC merupakan harapan yang besar. Kondisi geografis juga

mendorong mereka untuk bergantung kepada India, sebab mereka merasa

bahwa kepentingan India dalam hal keamanan bisa menjamin kepentingan

mereka dalam bidang ekonomi. Sementara itu, bagi Bangladesh, SAARC

bisa memberikan kesempatan untuk memperbaiki kondisi

perekonomiannya. Motif dari negara-negara kecil ini tidak lain adalah

pertimbangan bahwa SAARC akan memberikan wadah untuk menjalin

kerjasama regional yang memperluas interaksi negara-negara di Asia

Selatan, terutama sebagai penghuubung bagi negara-negara yang tidak

saling berbagi wilayah perbatasan.39 Bagi negara-negara kecil ini, SAARC

diyakini mampu memberikan manfaat dalam pembangunan regional,

melainkan juga posisi yang setara dengan India.40

Berdasarkan konsep Shadow of the Future, optimisme negara-negara

anggota SAARC bisa terjaga apabila SAARC dapat memperluas pandangan

mereka terhadap masa depan organisasi ini. Artinya, negara-negara

tersebut dapat melihat bahwa langkah SAARC untuk menuju tahapan-

tahapan integrasi ekonomi yang selanjutnya dapat berjalan dengan efisien.

Akan tetapi, sampai saat ini, perkembangan tersebut belum dapat dicapai.

Stagnasi dalam mengatasi masalah keamanan menjadi penghambat yang

39 Smruti S. Pattanaik, Op., Cit., hal. 142 40 Ibid.,

Page 19: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

19

besar. Pada sebuah organisasi kerjasama regional, terdapat penggambaran

yang menarik, yakni ketika terdapat sebuah konflik bilateral, semestinya

diperlukan negara ketiga yang menjadi pihak penengah dan dapat bersikap

netral. Akan tetapi, dalam konteks SAARC, sangat sulit untuk menemukan

negara yang netral karena masing-masing masih memiliki sentimen sosio-

kultural hingga politik, dan semua negara justru seolah menjadi bagian dari

masalah tersebut. Kondisi ini justru memberi celah bagi pihak lain di luar

kawasan untuk hadir sebagai dominasi baru, yakni China, yang mampu

menjadi sumber kekuatan baru bagi negara-negara lemah sekaligus

menawarkan kerjasama yang lebih netral dari konflik.

Saat ini tahap integrasi ekonomi SAARC masih berada pada level

perdagangan bebas atau free trade yang resmi berjalan sejak tahun 2006

lalu. Beberapa upaya dilakukan untuk terus mendorong perkembangan

perdagangan intraregional di kawasan Asia Selatan ini, akan tetapi selama

32 tahun berdiri potensi dalam bidang ekonomi belum dapat

dimaksimalkan. Demikian halnya dengan upaya menjaga hubungan

antarnegara juga masih terhambat oleh konflik-konflik bilateral, terorisme,

serta lemahnya kepercayaan antarnegara itu sendiri.

Meskipun demikian, masih terdapat harapan dari masing-masing

negara anggota SAARC terhadap masa depan organisasi ini. Harapan-

harapan ini disampaikan melaui surat terbuka yang dikiriman oleh menteri

luar negeri masing-masing negara untuk sekaligus memperingati hari jadi

SAARC yang ke-32 pada 8 Desember 2017. India, melalui Perdana Menteri

Narendra Modi menyatakan komitemennya dengan telah mewujudkan

visinya untuk SAARC, antara lain melalui peluncuran South Asia Sattelite,

pendirian Interim Unit of the SAARC Disaster Management Centre, serta

menjanjikan dukungan penuh bagi South Asian University demi

perkembangan SAARC.41 Komitmen-komitmen lain juga disampaikan oleh

negara anggota lainnya melalui pesan serupa. Sementara itu, Presiden Sri

Lanka, Maitripala Sirisena menyampaikan bahwa kekuatan SAARC

terdapat pada keberagamannya, akan tetapi, lebih penting lagi untuk

41 SAARC, “33rd SAARC Charter Day Messages: India,” diakses 18 Januari 2018, http://saarc-

sec.org/assets/responsive_filemanager/source/Charter%20Day%20Messages/2017/India.pdf.

Page 20: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

20

diketahui bahwa saat ini perkembangan SAARC masih berada jauh di

bawah potensi yang sebenarnya mereka miliki.42 Oleh sebab itu, perlu

kesadaran masing-masing negara untuk mendorong pembangunan di

kawasan Asia Selatan itu sendiri.

4. Kesimpulan

Berdasarkan pada penjelasan dalam bab-bab sebelumya, dapat

disimpulkan bahwa stagnasi yang dialami SAARC dalam mengupayakan

kerjasama di Asia Selatan disebabkan karena dinamika internal kawasan yang

tidak mendukung untuk terciptanya kerjasama regional yang optimal. Sehingga,

hal utama yang bisa dikonsiderasikan sebagai penyebab stagnasi SAARC adalah

kegagalan negara-negara anggota SAARC itu sendiri dalam berkoordinasi untuk

mewujudkan region yang damai dan kondusif tersebut. Kondisi yang tidak

kondusif ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kawasan Asia

Selatan dengan tingkat konflik yang masih tinggi, perdagangan intraregional

yang rendah, serta adanya ketidakstabilan politik di beberapa negara anggota

yang secara langsung berpengaruh terhadap dinamika SAARC itu sendiri.

Elaborasi kesimpulan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Berbagai konflik yang terjadi di kawasan Asia Selatan, baik konflik domestik

di suatu negara maupun konflik bilateral, memberikan implikasi yang besar

terhadap stagnasi SAARC. Konflik-konflik ini menjadi penghambat utama

bagi SAARC untuk menyatukan kesamaan pandangan seluruh negara

anggotanya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan SAARC itu sendiri.

Konflik India-Pakistan terkait wilayah Jammu-Kashmir menjadi kasus

paling panjang yang hingga saat ini belum terselesaikan. Aksi-aksi kekerasan

hingga konflik bersenjata masih terus menelan korban jiwa di perbatasan

kedua negara tersebut. Selain itu, beberapa kasus terorisme yang diduga

kuat mendapat dukungan dari Pakistan menjadi ancaman lain bagi

keamanan dan kestabilan di kawasan Asia Selatan. Akibat dari kondisi

semacam ini, beberapa negara anggota lain menolak kooperatif dengan tidak

menghadiri SAARC Summit ke-19 yang seharusnya dilaksanakan di

42 SAARC, “33rd SAARC Charter Day Messages: Sri Lanka,” diakses 18 Januari 2018, http://saarc-sec.org/assets/responsive_filemanager/source/Charter%20Day%20Messages/2017/Sri%20Lanka.pdf.

Page 21: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

21

Islamabad pada tahun 2016 lalu. Hal ini mengakibatkan tertundanya pula

rencana program kerja yang seharusnya diperbaharui setiap tahun sebagai

agenda utama SAARC. Ketidakstabilan kawasan dan adanya mutual distrust

antarnegara menyebabkan kerjasama tidak berjalan kondusif dan tidak

dapat mencapai hasil maksimal. Banyak peristiwa yang menjadi bagian dari

latar belakang pendirian SAARC, hingga menimbulkan bias bahwa SAARC

tidak murni didirikan untuk bekerjasama dan mengupayakan integrasi

regional, melainkan untuk sekadar meredam konflik bilateral maupun

multilateral di kawasan Asia Selatan. Oleh sebab itu, intensitas kerjasama di

kawasan ini belum bisa mencapai tahap optimal seiring dengan

terganggunya pelaksanaan agenda-agenda primer yang semestinya menjadi

prioritas seluruh negara anggota.

2. Rendahnya partisipasi negara anggota di dalam kerjasama ekonomi SAARC

menyebabkan perkembangan yang tidak signifikan. Hal ini juga disebabkan

oleh ketimpangan dalam kemampuan ekonomi negara-negara anggota

SAARC sehigga kompetisi tidak berjalan seimbang. India menjadi negara

dominan yang sekaligus menjadi patron bagi negara-negara yang lebih kecil,

seperti Bhutan dan Maladewa. Dependensi yang besar dapat memicu

timbulnya bandwagoning di dalam SAARC, sehingga kemandirian sulit

terbentuk dan kompetisi intraregional tidak seimbang. Terkait dengan poin

sebelumnya, konflik antara India dan Pakistan juga memengaruhi dinamika

kerjasama ekonomi di dalam SAARC itu sendiri. Beberapa negara lebih

memilih untuk mengintensifkan kooperasi di dalam organisasi subregional

lain, seperti BIMSTEC dan SASEC yang tidak terdapat Pakistan di dalamnya.

Strategi „SAARC minus one‟ dilakukan oleh negara-negara anggota SAARC

itu sendiri. Pola ini mencakup seluruh negara anggota SAARC kecuali

Pakistan, karena adanya anggapan bahwa keberadaan India dan Pakistan di

dalam wadah yang sama menimbulkan kecenderungan untuk terjadinya

kontavensi dan membuat kerjasama tidak berjalan efektif. Hal ini menjadi

salah satu bukti masih minimnya optimisme negara-negara di kawasan Asia

Selatan terhadap perkembangan SAARC di masa sekarang dan di masa

depan. Meskipun demikian, bukan berarti kerjasama ekonomi SAARC tidak

mengalami perkembangan. Akan tetapi, apabila SAARC dan pemerintah

Page 22: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

22

negara-negara anggota masih belum menemukan langkah tepat untuk

mengatasi berbagai hambatan di dalam kerjasama tersebut, maka seterusnya

perkembangan SAARC akan tertahan dan sulit mencapai target-target yang

semestinya sudah diraih di dalam usia organisasi kerjasama regional yang

sudah cukup lama berdiri.

5. Referensi

Buku

Dash, Kishore C. Regionalism in South Asia: Negotiating Cooperation, Institutional Structures. New York: Routledge, 2008.

Walt, Stephen M. The Origin of Alliances. New York: Cornell University Press, 1987.

Jurnal

Bhatta, Chandra D. “Regional Integration and Peace in South Asia: An Analysis.” Peace, Conflict and Development Journal, Issue 5 (2004): 1-16. Diakses 08 Mei 2017. http://www.bradford.ac.uk/social-sciences/peace-conflict-and-development/issue-5/RegionalIntegration.pdf.

Iqbal, Muhammad Jamshed. “SAARC: Origin, Growth, Potential and Achievements.” Pakistan Journal of History & Culture, Vol.XXVII No. 2 (2006): 127-140. Diakses 07 April 2017. http://www.nihcr.edu.pk/Latest_English_Journal/SAARC_Jamshed_Iqbal.pdf.

Malik, Arif Hussain & Nazir Ahmad Sheikh. “Changing Dynamics of Indo-Bhutan Relations: Implications for India.” International Journal of Political Science and Development, Vol. 4(2) (2016): 44-53. DOI: 10.14662/IJPSD2016.002.

Pattanaik, Smruti S. “Making Sense of Regional Cooperation: SAARC at Twenty.” Strategic Analysis, Vol. 30, No. 1 (2006) : 139-160. Diakses 12 Januari 2018, https://idsa.in/system/files/strategicanalysis_spattanaik_0306.pdf.

Paper

Ahmed, Khalid. “Political Economy of SAARC and Regional Trade Integration: The Recent Ontogeny and Future Prospects.” (Makalah dipresentasikan dalam diskusi panel di Korea Institute for International Economic Policy, 29 April 2014.)

Page 23: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

23

Aziz, Khalid. “Social and Political Issues in South Asia.” Regional Institute of Policy Research and Training. Diakses 12 Januari 2018, http://riport.org/wp-content/uploads/pdf%20downloads/publications/Mellinium%20Development%20Goals.pdf.

Pal, Parthapratim. “Intra-BBIN Trade: Opportunities and Challenges.” Observer Research Foundation, Maret 2016. Diakses 17 Januari 2018. https://www.orfonline.org/wp-content/uploads/2016/03/ORF-Issue-Brief_135.pdf.

Artikel

“Al Qaeda wants to create local leadership in South Asia, including India:US official.” India Times. Diakses 15 Januari 2018. https://economictimes.indiatimes.com/news/defence/al-qaeda-wants-to-create-local-leadership-in-south-asia-including-indiaus-official/articleshow/57856036.cms.

Burke, Jason & Jon Boone. “A year of fast and furious politics in south Asia.” The Guardian, 31 Desember 2014. Diakses 13 Januari 2018. https://www.theguardian.com/world/2014/dec/31/fast-furious-politics-south-asia.

Khajuria, Ravi Krishnan. “Seven Pakistani soldiers killed along LoC in retaliatory firing, says Indian Army.” Hindustan Times, 11 Januari 2018. Diakses 15 Januari 2018. http://www.hindustantimes.com/world-news/pakistani-army-says-indian-fire-kills-4-soldiers-in-kashmir/story-HiNJkZoHsLPjWphTsfZlWO.html.

Miller, Manjari Chatterjee & Bharath Gopalaswamy. “SAARC Is Dead; Long Live SAARC.” The Diplomat. Diakses 16 Januari 2018, https://thediplomat.com/2016/11/saarc-is-dead-long-live-saarc/.

Pinto-Jayawardena, Kishali. “Challenges to media freedom in Sri Lanka; the „New‟ Government‟s performance.” The Sunday Times. Diakses 15 Januari 2018. http://www.sundaytimes.lk/170409/sunday-times-2/challenges-to-media-freedom-in-sri-lanka-the-new-governments-performance-236313.html.

“The history of the Tamil Tigers.” Al Jazeera, 28 Apr 2009. Diakses 13 Januari 2018. www.aljazeera.com/focus/2008/11/2008112019115851343.html.

“The world‟s most peaceful countries-which nation has been number one for seven years?” The Telegraph. Dikases 16 Januari 2018. http://www.telegraph.co.uk/travel/lists/most-peaceful-countries/bhutan/.

Wagner, Christian. “The Role of India and China in South Asia.” East West Center, 26 Juli 2017. Diakses 22 Januari 2018. https://www.eastwestcenter.org/system/tdf/private/apb389.pdf?file=1&type=node&id=36203.

Page 24: STAGNASI SOUTH ASIAN ASSOCIATION FOR REGIONAL COOPERATION (SAARC… · 2018-09-27 · Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan Kerjasama

Stagnasi South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) dalam Mengupayakan

Kerjasama di Asia Selatan

24

Laman Daring

European Union. “European Union, Trade in goods with ASEAN (Association Of South-East Asian Nations).” Diakses 06 April 2017. http://trade.ec.europa.eu/doclib/docs/2006/september/tradoc_111562.pdf.

European Union. “European Union, Trade in goods with SAARC (South Asian Association For Regional Cooperation).” Diakses 06 April 2017. http://trade.ec.europa.eu/doclib/docs/2006/september/tradoc_113471.pdf.

SAARC. “33rd SAARC Charter Day Messages: India.” Diakses 18 Januari 2018. http://saarc-sec.org/assets/responsive_filemanager/source/Charter%20Day%20Messages/2017/India.pdf.

SAARC. “33rd SAARC Charter Day Messages: Sri Lanka.” Diakses 18 Januari 2018. http://saarc-sec.org/assets/responsive_filemanager/source/Charter%20Day%20Messages/2017/Sri%20Lanka.pdf.

SAARC. “SAARC Summits.” Diakses 06 April 2017. http://saarc-sec.org/saarc-summits.

United Nations. “UN Resolution 47.” Diakses 06 April 2017. http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/47(1948).

Interview

Dr. Santhosh Mathew (Assistant Professor in Centre for South Asian Studies,

Pondicherry Central University, India), email untuk penulis 19 Oktober

2017.