Top Banner
Masalah alergi Obat pada anak
22

Slide Kuliah Alergi Obat

Feb 01, 2016

Download

Documents

Pediatri RSAA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Slide Kuliah Alergi Obat

Masalah alergi Obat pada anak

Page 2: Slide Kuliah Alergi Obat

• Diagnosis alergi obat pada anak sulit dilakukan• Erupsi kulit adalah gejala yang sering dilaporkan sebagai

manifestasi reaksi alergi obat pada anak.• Alergi obat merupakan salah satu reaksi simpang obat

yang diperantarai oleh mekanisme imunologis

Page 3: Slide Kuliah Alergi Obat

• Mekanisme yang mendasari alergi obat dapat berupa reaksi hipersensitivitas tipe 1,2,3, dan 4.

• Alergi obat memerlukan pajanan sebelumnya dengan obat yang sama atau terjadi reaksi silang.

Page 4: Slide Kuliah Alergi Obat

Faktor Resiko

• Faktor resiko terpenting alergi obat adalah riwayat alergi sebelumnya dengan obat yang sama.

• Pemberian parenteral lebih sering menyebabkan sensitisasi daripada pemberian oral.

• Dosis tunggal yang besar lebih jarang menimbulkan sensitisasi daripada pemberian yang sering dan lama.

• Usia dewasa muda lebih mudah bereaksi daripada bayi atau usia tua.

Page 5: Slide Kuliah Alergi Obat

• Predisposisi atopi tidak meningkatkan kemungkinan terjadinya alergi obat, tetapi dapat menyebabkan manifestasi reaksi alergi obat yang lebih berat.

• Infeksi virus seperti HIV, Herpes, EBV dan CMV, yang menekan system imun, meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi alaergi obat .

Page 6: Slide Kuliah Alergi Obat

Etiologi

• Kejadian obat berhubungan erat dengan kekerapan pemakaian obat tersebut.

• Obat tersering yang menyebabkan alergi adalah golongan penisilin, beta lactam, sulfa dan pirazolon.

• Obat lain yang sering adalah analgetik lain ( asam mefenamat), sedative (luminal), tranzquilizer (fenotiazin, fenergen, meprobat), antikonvulsan (karbamazepin).

• Alergi dengan gejala klinis yang berat sering dihubungkan dengan obat golongan penisilin dan sulfa.

Page 7: Slide Kuliah Alergi Obat

Patogenesis

• Tidak dihubungkan dengan efek farmakologis, tidak tergantung dari dosis yang diberikan, dan tidak terjadi pada pajanan awal.

• Sesitisasi imunologi memerlukan pajanan awal dan tenggang waktu beberapa lama (masa laten) sebelum timbul reaksi hipersensitivitas.

• Alergi obat dapat terjadi melalui mekanisme ke 4 tipe reaksi hipersensitivit.

• Alergi obat biasanya melalui reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV.• Alergi obat yang melalui tipe II dan III umumnya merupakan

bagian dari kelainan hematologis atau penyakit autoimun.

Page 8: Slide Kuliah Alergi Obat

• Alergi obat dapat saja terjadi melalui ke 4 mekanismu tersebut terhadap satu macam obat secara bersamaan.

• Pada reaksi tipe III terdapat peruode laten beberapa hari sebelum gejala timbul, yaitu periode yang dibutuhkan untuk kompleks imun yang dapat mengaktifasi komplemen dan menarik sel sel inflamasi.

• Reaksi kadang baru timbul setelah obat dihentikan.• Reaski dapat pula berupa reaksi setenpat yang dikenal sebagai

reaksi Arthus.• Terdapat pembengkakan dan kemerahan setempat pada tempat

antigen berada (Imunisasi).

Page 9: Slide Kuliah Alergi Obat

Manifestasi Klinis

• Gejala yang mendukung diagnosis terjadi alergi obat :

1. Tidak ada hubungan antara gejala yang terjadi dengan efek farmakologis obat

2. Terdapat tenggang waktu antara pajanan obat sampai muncul gejala

3. Gejala yang muncul tidak berkaitan dengan dosis obat. Gejala dapat timbul dengan pemakaian dosis yang kecil.

Page 10: Slide Kuliah Alergi Obat

4. Gejala yang timbul berkaitan dengan reaksi imunologis seperti rash, serum sickness, anafilaksis, asma, urtikaria, angioedema

5. Erupsi Kulit merupakan gejala klinis yang paling sering, dapat berupa gatal, urtikaria, purpura, dermatitis kontak, eritema multiforme, eritem nodusum, erupsi obat fikstum, reaksi fotosensifitas, dermatitis eksofoliatif, erupsi vesikobulosa, SJS, dan TEN.

Page 11: Slide Kuliah Alergi Obat

Klasifikasi alergi Obat menurut Gejala Klinis

Anafilaksis Edem laring, hipotensi, syok, bronkospasme

Erupsi Kulit Urtikaria/angioedema, pruritus, ruam makulopapular morbiliform, erupsi obat fikstum, dermatitis kontak, vasculitis, eritem nodusum, eritema multiform, SJS, TEN, dermatitits eksfoliatif, reaksi foto sensitivitas

Kelainan hematologis Anemia hemolitik, neutropenia, trombositopenia

Kelainan pulmonal pneumonitis, interstisial/alveolar, edema paru, fibrosis paru,

Kelainan hepatic Reaksi kolestasis, destruksi hepatoselular

Kelainan renal Nefritis interstisialis. Glomerulonefritis, sindroma nefritik

Penyakit serum

Demam Obat

Vaskulitis sistemik

Lemfadenopati

Page 12: Slide Kuliah Alergi Obat

• Erupsi kulit merupakan gejala klinis yang paling sering dilaporkan sebagai manifestasi alergi obat, tetapi penegakkan diagnosis alergi obat dengan manifestasi erupsi kulit harus hati hati

• Erupsi kulit yang terjadi harus dibedakan dengan eksantema virus yang sering terjadi pada anak, yang timbul bersamaan dengan pemberian obat.

• Gejala klinis yang memerlukan pertolongan tepat dan segera adalah reaksi anafilaskis, sebab adanya hipotensi sampai syok, spasme bronkus, sembab laring, angioedema atau urtikaria genearalisata.

Page 13: Slide Kuliah Alergi Obat

• Demam dapat menjadi gejala tunggal alergi obat atau bersama gejala lain yang timbul beberapa jam setelah pemberian obat tetapi biasanya terjadi pada hari ke 7-10 dan menghilang dalam waktu 48 jam setelah penghentian obat atau beberapa hari kemudian.

• Demam disebabkan oleh penglepasan sitokin.• Beberapa obat seperti alupurinol, azatioprim, barbiturat, produk

darah, sefalosporin, hidroksiurea, yodida, metildopa, penisilin, fenitoin, prokainamid, dan kuinidin sering menimbulkan demam tanpa disertai gejala alergi yang lain.

Page 14: Slide Kuliah Alergi Obat

Diagnosis

• Anamnesis merupakan tahap awal terpenting untuk membuat diagnose alergi obat.

Page 15: Slide Kuliah Alergi Obat

Gambaran terperinci gejala reaksi alergi obat•Lama dan urutan gejala•Terapi yang telah diberikan•Outcome

Hubungan antara waktu pemberian obat dan gejala•Apakah penderita sudah pernah mendapatkan obat yang sama sebelum terapi sekarang?

•Berapa lama penderita telah mendapatkan obat sebelum munculnya reaksi?•Kapan obat dihentikan?•Apa efeknya?

Keterangan keluarga atau dokter yang merawat?

Apakah ada foto pasien saat mengalami reaksi?

Apakah ada penyakit lain yang menyertai?

Daftar obat yang diminum pada waktu yang sama?

Riwayat sebelumnya termasuk riwayat penyakit dan alergi lainnya

Reaksi Obat lainnya

Page 16: Slide Kuliah Alergi Obat

Pemeriksaan Penunjang

• Tes kulit dapat memberikan bukti adanya sensitisasi obat, terutama yang didasari oleh reaksi tipe I (IgE).

• Tes kulit dapat berupa skin prick test (SPT) atau tes intradermal. Tes intradermal lebih sensitif tapi kurang spesifik dibandingkan SPT.

• Pemeriksaan penunjang lainnya antara lain: IgE spesifik, serum triptase, dan cellular allergen stimulation test (CAST).

Page 17: Slide Kuliah Alergi Obat

• Penisilin merupakan obat yang sudah dapat ditentukan metabolit imunogennya.

• Tes kulit untuk preparat penisilin metabolit imunogennya, major antigenic determinant yaitu penicylloil.

• Tes kulit untuk diagnosis alergi obat terutama antibiotika tidak dianjurkan karena nilai prediksi rendah.

• Kalau hasil tes positif, masih mungkin alergi terhadap obat tersebut, tapi jika negatif belum tentu tidak alergi.

Page 18: Slide Kuliah Alergi Obat

Graded Challenge Test

• Graded challange test adalah tes provokasi dengan dosis yang ditingkatkan, dilakukan dengan hati-hati pada pasien yang diragukan apakah alergi terhadap sesuatu obat atau tidak.

• Tes provokasi ini biasanya dilakukan secara oral• Jika anak jelas jelas menderita SJS, TEN dan anafilaksis

berat tidak dilakukan tes ini.• Tes ini cukup aman, tetapi tetap dengan persiapan utuk

mengatasi anafilaksis.

Page 19: Slide Kuliah Alergi Obat

• Biasanya dosis dimulai dengan 1/10 sampai 1/100 dari dosis penuh dan dinaikan 2 sampai 5 setiap setengah jam, sampai mencapai dosis penuh.

• Jika pada peningkatan dosis terjadi reaksi alergi, maka tes dihentikandan pasien ditata laksana seperti prosedur pengatasan reaksi alergi obat

Page 20: Slide Kuliah Alergi Obat

Tatalaksana

• Segera menghentikan obat yang dicurigai• Mengobati reaksi yang terjadi sesuai manifestasi klinis• Mengidentifikasi dan menghindari potential cross reacting drugs• Mencatat secara tepat reaksi yang terjadi dan pengobatannya• Jika memungkinkan, identifikasi pilihan pengobatan lain yag lebih

aman.• Jika obat tersebut sangat dibutuhkan dan tidak ada obat pengganti,

dapat dilakukan sensitisasi secara oral maupun parenteral.• Desensitisasi dilakukan dengan memberikan alergen obat secara

bertahap untuk membuat sel efektor menjadi kurang reaktif.

Page 21: Slide Kuliah Alergi Obat

Kesimpulan

• Diagnosis alergi obat pada anak sulit dilakukan, ini menyebabkan sering overdiagnosis alergi obat.

• Dari seluruh anak yang dicurigai alergi obat, saat dievaluasi engan akurat, ternyata sekitar 12,5% yang memang betul-betul mengalami alergi terhadap obat.

• Erupsi kulit adalah gejala yang sering dilaporkan sebagai manifestasi reaksi alergi obat pada anak.

• Waktu yang ideal untuk evaluasi adalah pada waktu anak sehat dan tidak dalam pengobatan.

Page 22: Slide Kuliah Alergi Obat

TERIMAKASIH