REMISI BUKU Terjemah TARIKH TASRI’ Al - ISLAMI ( Sejarah Pembinaan Hukum Islam ) HUDHARI BIK DI SUSUN OLEH : IRFAN YUSRI 308. 241 FIRMAN DONI 308. 291 ZULFADLI 308. 277 FAUZI ISWARI 306. 034 MUHAMMAD ABDUL LATIF 308. 097 SUDIRMAN SISWANTO 304. 227 HENDRI 306. 040 RIRI RAHMANIA 308. 295 Dosen pembimbing : Drs. ADITIAWARMAN, M. Ag
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
REMISI BUKU
TerjemahTARIKH TASRI’ Al - ISLAMI
( Sejarah Pembinaan Hukum Islam )
HUDHARI BIK
DI SUSUN OLEH :IRFAN YUSRI 308. 241FIRMAN DONI 308. 291ZULFADLI 308. 277FAUZI ISWARI 306. 034MUHAMMAD ABDUL LATIF 308. 097SUDIRMAN SISWANTO 304. 227HENDRI 306. 040RIRI RAHMANIA 308. 295
Dosen pembimbing : Drs. ADITIAWARMAN, M. Ag
JURUSAN JINAYAH SIYASAHFAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIIMAM BONJOL PADANG
2008 MASEHI
PERIODE PERTAMA
PEMBINAAN HUKUM PADA MASA
RASULULLAH SAW
AL QUR’AN DAN AS SUNNAH
Al kitab atau Al Qur’an adalah suatu kitab yang sudah dikenal, diturunkan
kepada Muhammad SAW, dengan berkelompok-kelompok sejak dari malam tanggal
17 Ramadhan tahun 41 kelahiran beliau.
Masa antara mulai diturunkannya Al Qur’an dan yang terakhir (penutupnya)
adalah 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Malam mulai diturunkannya Al Qur’an adalah
malam Qadar (Lailatul Qadar).
Adapun malam mulai diturunkannya wahyu maka terdapat banyak
perselisihan. Ibnu Ishak cendrung bahwa malam itu tanggal 17 bulan Ramadhan, dan
Al Qur’an telah menunjukkannya dalam firman Allah ta’ala surat Al Anfal yang
artinya : “Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan
kepada hamba kami (Muhammad) di hari Furqan, di hari bertemunya dua pasukan”.
Yang dimaksudkan dengan hari bertemunya dua pasukan adalah hari
bertemunya kaum muslimin dengan orang-orang musyrik di Badar yaitu hari Jum’at
tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah. Hari Furqan (pembeda) adalah hari mulai
diturunkannya Al Qur’an.
Turunnya Al Qur’an berkelompok-kelompok adalah orang-orang musyrik. Al
Qur’an telah menyebutkan hal itu dan menjawabnya. Dalam surat Al Furqan ayat 32
yang artinya: “Berkatalah orang-orang kafir : mengapakah Al Qur’an itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja ? demikianlah, sepaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan kami (menurunkannya dan) membacakannya sekelompok demi
kelompok”.
Masa turunnya Al Qur’an terbagi menjadi dua bagian yang berbeda-beda, yaitu :
1. Masa beliau SAW diam di Mekkah yakni selama 12 tahun 15 bulan dan 3
hari. Ayat-ayat tersebut dinamakan ayat-ayat Makkiyah.
2. Masa sesudah hijrah beliau yakni selama 9 tahun 9 bulan dan 9 hari. Ayat-
ayat tersebut dinamakan ayat-ayat Madaniyyah.
Ayat-ayat Al Qur’an Makkiyah sekitar 19/30 Al Qur’an, dan yang
Madaniyyah sekitar 11/30 Al Qur’an.
Di dalam Al Qur’an terdapat 35 surat yang di namakan dengan sesuatu yang
tidak disebutkan pada awal suratnya. Al Qur’an turun kepada Nabi SAW per lima
ayat, sepuluh ayat dan kadang-kadang lebih banyak atau lebih sedikit dari pada itu.
Keadaan Nabi SAW itu ummi, tidak dapat membaca dan tidak dapat menulis. Karena
itu beliau menerima Al Qur’an dari malaikat dengan hafalan. Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al Qiyamah ayat 16 yang artinya : “Janganlah kamu gerakkan
lidahmu untuk (membaca) Al Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatumu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian atas tanggungan kami penjelasannya”.
Apabila beliau telah memahami dan telah menghafalnya maka ayat-ayat itu
disampaikan kepada manusia dan beliau menyuruh salah seorang dari para penulis
wahyu (kuttabul wahyi) untuk menuliskan di hadapan beliau pada pelepah kurma,
adakalanya pada batu tipis atau pada kertas. Penulisan Al Qur’an itu selalu di
kediaman Nabi SAW di samping para penulis wahyu itu juga menulis untuk dirinya
sendiri. Masa ini telah lewat tapi Al Qur’an belum terkumpul dalamsatu mush-haf.
BAGAIMANA TURUNNYA AL QUR’AN
Ayat-ayat pembinaan hukum adalah ayat-ayat hokum yang turun atas
Rasulullah SAW. Ayat-ayat itu pada umumnya merupakan jawaban peristiwa-
peristiwa dalam masyarakat Islam. Peristiwa-peristiwa itu diketahui dengan Asbabun
Nuzul (sebab-sebab turunnya Al Qur’an). Kadang-kadang ayat-ayt itu turun sebagai
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh sebagian orang mu’min.
PERBEDAAN-PERBEDAAN MAKKI DAN MADANI
1. Secara global, ayat-ayat Makkiyah itu pendek-pendek, tidak seperti ayat-ayat
Madaniyah. Perbedaan ini secara umum, dimana kadang-kadang terdapat ayat
yang panjang dalam sebagian ayat-ayat Makkiyah dan kebanyakan pada surat-
surat yang panjang.
2. Khithab (pembicaraan) kepada orang banyak dalam ayat-ayat Madaniyah
biasanya dengan firman Allah.
3. Dalam ayat-ayat Makki sedikitpun tidak ada pembinaan hukum yang
terperinci.
ASA PEMBINAAN HUKUM ISLAM DALAM AL QUR’AN
Al Qur’an mempermaklumkan bahwa Al Qur’an itu diturunkan hanyalah untuk
memperbaiki hal ihwal manusia. Dalam pembinaan hokum Islam telah dipelihara tiga
dasar (asa) :
a) Tidak menyulitkan
b) Menyediakan beban
c) Berangsur-angsur dalam membina hokum
MENYEDIKITKAN BEBAN
Menyedikitkan beban itu merupakan hasil yang mesti bagi tidak adanya
menyulitkan, karena didalam banyaknya bebanan berakibat menyempitkan. Masalah-
masalah yang dilarang ini adalah sesuatu yang telah dimaafkan oleh Allah yakni
didiamkan pengharamannya.
BERANGSUR ANGSUR DALAM MEMBINA HUKUM
Ketika Nabi SAW dating, pada bangsa Arab telah kokoh adat istiadat mereka
yang sebagian diantaranya baik (pantas). Kebijaksanaan syari’ dalam menghadapi hal
ini dengan berangsur angsur, sedikit demi sedikit dalam menjelaskan hukumNya dan
untuk menyempurnakan agamaNya.
Atas dasar berangsur angsur dalam membina hokum maka didapati pokok lain
yaitu global kemudian detail. Ini akan terllihat jelas mana kala membandingkan
antara pembinaan hukum menurut Makki dan Madani.
KEHUJJAHAN AL QUR’AN
Pengertian Nasakh
Menurut istilah fuqaha, masalah itu dimutlakkan atas dua ma’na :
1) Membatalkan hukumyang diperoleh dari nash yang terdahulu dengan nash
yang datang kemudian.
2) Menghilangkan umum nash yang terdahulu atau membatasi kemutlakannya.
Sesungguhnya pembatalan nash yang terkemudian terhadap nash yang terdahulu
adalah terhenti atas dua hal :
1) Bahwasanya nash yang terkemudian itu mensahkan bahwa ia mengahapus
yang terdahulu.
2) Diantara dua nash itu terdapat perlawanan yang tidak mungkin untuk
mengumpulkan anatara keduanya.
GAYA BAHASA AL QUR’AN DALAM MENUNTUT (THALAB)
DAN MENYURUH UNTUK MEMILIH (TAKHYIR)
Al Qur’an tidak tetap pada satu gaya bahasa dalam menuntut danmenyuruh untuk
memilih. Al Qur’an dalam menuntut perbuatan-perbuatan (amal) mempunyai gaya
bahasa, yaitu:
a) Perintah yang jelas,
b) Pemberitaan bahwa perbuatan itu diwajibkan atas orang yang diajak bicara,
c) Pemberitahuan bahwa pekerjaan itu wajib atas manusia pada umumnya atau
atas sekelompok khusus,
d) Membebankan perbuatan yang dituntut atas orang yang dituntut daripadanya,]
e) Menuntut dengan bentuk tuntunan,
f) Menungkapkan dengan fardlu,
g) Menyebutkan perbuatan sebagai balasan (jawab) bagi syarath, dan ini tidak
j) Mnesifati perbuatan bahwa perbuatan itu baik atau dihubungkan dengan
kebaikan.
Demikianjuga dalam mencegah perbuatan, Al Qur’an mempunyai beberapa gaya
bahasa, yaitu :
a) Larangan yang jelas,
b) Mengharamkan,
c) Tidak halal,
d) Bentu larangan, yaitu fi’il mudlari’ yang didahului la nahi, atau fi’il amar
yang menunjukkan atas tuntunan mencegah,
e) Meniadakan kebaikan dari suatu perbuatan,
f) Meniadakan suatu perbuatan,
Dalam hal seseorang mukalaf boleh melakukan atau meninggalkannya, Al Qur’an
mempunyai beberapa gaya bahasa, seperti :
a) Lafazh halal yang disandarkan atau dihubungkan kepada suatu perbuatan,
b) Meniadakan dosa,
AS SUNNAH
Kami maksudkan dengan sunnah Rasulullah SAW adalah kumpulan
perkataan, perbuatan atau ketetapan yang keluar adri beliau, dan tidak ragu bahwa
Rasulullah SAW adalah penyampaian dari Allah.
Rasulullah SAW selalu menjelaskan apa yang dikehendaki oleh Al-Qur’an,
kadang-kadang dengan perkataan saja, kadang-kadang dengan perbuatan saja dan
kadang-kadang dengan keduanya bersama-sama, sebagaimana beliau shalat dan
bersabda :
أصلى. الكمارأيتموني صلوArtinya : Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu sekalian melihat saya
shalat.
Sunnah itu adalah penjelas dari Al-Qur’an, menjelaskan globalnya, membatasi
kemutlakaknya dan menta’wili kesamarannya. Dalam as sunnah tidak ada sesuatu
kecuali Al-Qur’an telah menunjukkan pengertiannya dengan penunjukkan
(dilalah), global (ijmaliyah) atau terperinci ( tafsiliyah).
Segi yang masyur dikalangan ulama seperti hadits-hadits dalam menerangkan
hukum-hukum yang disebut secara global, adakalanya menunjukkan syarat-
syaratnya, atau penghalang-penghalangnya atau susulan-susulannya atau yang
menyerupainya seperti keterangan hadits-hadits tentang shalat, zakat dan
sebagainya. Pemikiran lapangan ijtihad dalam sesuatu yang ada diantara dua
ujung yang jelas dan lapangan qiyas yang beredar diantaranya pokok dan cabang.
Termasuk yang pertama ialah :
1) Allah menghalalkan barang-barang ynag baik dan mengharamkan barang-
bangan yang buruk.
2) Allah menghalalkan minuman yang tidak memabukkan dan Allah
mengharamkan minuman yang memabukan.
3) Allah membolehkan binatang buruan yang ditangkap oleh binatang buas yang
diajar.
4) Dilarangnya orang yang ihram untuk membunuh buruan secara mutlak dan
mewajibkan ganti atas orang yang membunuhnya secara sengaja dan
diperbolehkannya membunuh buruan bagi orang yang halal (tidak ihram =
pent) secara mutlak.
Adapun lapangan qiyas, maka sesungguhnya di dalam Al-Qur’anul karim
terdapat dasar-dasar (pokok-pokok) yang menunjuk kearahnya :
1. Allah mengharamkan riba dan riba Jahiliyah adalah menghapus hutang
dengan hutang.
2. Allah mengharamkan untuk mengumpulkan antara ibu dan anaknya dan
antara dua wanita bersaudara.
… …
Artinya : … Dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian itu … (QS. An-Nisa’ : 24)
3. Allah menyebutkan diyat jiwa dan tidak menyabutkan diyat ujung-ujung
badan dan itu termasuk sesuatu yang sulit atas akal untuk mengkiaskannya.
Asas pembinaan hukum pada periode ini :
1. Al-Qur’an karim yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada manusia,
dimana mereka menghafalkan dan menuliskannya. Jumlah ayat-ayat ahkam
hampir tidak lebih dari 200 ayat, dimana sebagian besarnya akan engkau
jumpai.
2. keterangan yang diberikan oleh Rasulullah SAW itulah yang dikenal dengan
As Sunnah. Sahabat-sahabat beliau menerimanya secara lansung dan pada
periode itu penulisannya tidak tersebar seperti penulisan Al-Qur’an.
Dan akan kami sajikan dengan global tentang hukum-hukum Al-Qur’an
disertai dengan keteranagn As Sunnah yang periwatannya telah disepakati oleh
jumhur umat islam.
Disini akan kami terangkan hukum-hukum yang datang dalam Al-Qur’an
karena Al-Qur’an itu merupakan asas (dasar).
SEMBAHYANG
Kata shalat ini bukan berasal dari Islam, karena kata-kat tersebut telah
digunakan oleh bangsa Arab sebelum Islam datang dengan arti do’a dan minta
ampun.
Pergertian shalat itu adalah do’a untuk khamer agar tidak masam dan tidak
rusak.
Dasar pengambilan kata shalat ini ada dua macam, yaitu :
1. Dari kata shalat dengan arti tetap. Dikatakan :
إذاازم. واصطلى صلىArtinya : Ia shalat dan melakukan shalat apabila ia tetap (pada sesuatu).
2. Dari Shalawin yaitu dua alat yang melingkari ekor onta dan lainnya. Dan
pada manusia ialah permulaan pertemuan dua pupunya yang seolah-olah
kedua alat itu mengapit tulang sunggingnya.
3. pendapat ketiga menyatakan bahwa asal kata shalat adalah mu’arrab (bahasa
asing yang di Arabkan) dari shaluta yang menurut bahasa Ibrani berati tempat
shalat. Allah Ta’ala befirman :
Artinya : Dan mendo’alah untuk mereka : karena do’a kamu itu (menjadi) ketenraman jiwa bagi mereka.
Tidak ada perintah-perintah yang disungguhkan oleh Al-Qur’an seperti
menyungguhkan shalat, dimana Al-Qur’an telah menerangkan fardhunya shalat
dengan beberapa gaya bahasa yang bermacam-macam. Suatu kali dengan perintah
yang jelas, suatu kali dengan memuji orang yang mengerjakannya dan mencela
orang-orang yang meninggalkannya sehinggaorang yang mengikuti tempat-
tempat ini menjadi faham bahwa shalat itu tiang Islam, dan Al-Qur’an mengecam
orang-orang yang meninggalkan atau lupa atau munafik terhadap shalat.
Al-Qur’an tidak menerangkan secara jelas bilangan shalat dan bilangan
raka’at-rakaatnya, Al-Qur’an hanya menyabutkan waktu-waktunya secara global.
Artinya : Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh. Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur.( QS. Ar Ruum : 17-18)
Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS. Al-Isra’ : 78)
Al-Qur’an mewajibkan berhias karena mau shalat : …
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan … ( QS. Al A’raf : 31)
Al-Qur’an mewajibkan atas setiap orang yang shalat untuk mengarahkan
mukanya kearah Masjid Al Haram ketika ia bershalat. Nabi SAW pada mulanya
menghadap ke Baitul Maqdis, kemudian Al-Qur’an menyuruh untuk menghadap
ke Masjidil Haram yang merupakan rumah yang pertama yang diletakkan (dibuat)
oleh manusia, itulah rumah Ibrahim dan puteranya Ismail yang menjadi nenek
moyang bangsa Arab.
PUASA
Arti puasa menurut bahasa Arab adalah mengekang dan meninggalkan
sesuatu. Dari inilah timbulnya pengertian yang dikenal yanitu mengekang dua
syahwat (yaitu syahwat perut dan syahwat sex = pent).
Puasa itu sudah dikenal dikalangan bangsa Arab sebelum Islam. Al Bukhari
meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Aisyah r.a. bahwa orang-orang Quraisy
pada masa Jahiliyah selalu berpuasa pada hari Asyura. Kemudian Rasulullah
SAW memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu, sampai difardhukannya
ramadhan dan Rasulullah SAW bersabda :
أفطر شاء ومن فليصمه شاء منArtinya : Barang siapa yang mau berpuasa pada hari “Asyura” berpuasalah
dan barang siap yang mau berbuka, berbukalah.
Ibnu Ishaq meriwayatka dalam hadits tentnag permulaan wahyu :
مم**ا وك**ان ش**هرا سنة كل من رحراء غا يجاورفى وكان يج**ا فك**ان الت**برر والتحنث الجاهلية فى قريش به تحنث
المس**اكين. من ج**اءه من يطعم س**نة كل الشهر ورذلكالح.
Artinya : Beliau selalu menghampiri (tinggal) di goa Hira selama satu bulan pada tiap-tiap tahun. Demikian itu sebagian peribadatan adalah bebuat baik. Beliau selalu menghampiri bulan itu setiap tahun dengan memberi makan orang-ornag miskin yang datang pada beliau …… akhir hadits.
Bulan itu adalah bulan ramadhan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an.
Dari yang demikian itu difahamkan bahwa puasa itu adalah termasuk peribadatan
oorang-orang Quraisy pada msa Jahiliyah.
Allah Yang Maha Suci telah memilih bulah itu yang mana beliau SAW selalu
menghampirinya pada setiap tahun, dan dalam bulan itu beliau dimulaikan oleh
Allah denagn pengutusan (risalah), Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah :183
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Dan Rasulullah telah menentukan jumlah hari-hari puasa sunat diluar bulan
Ramadhan dan difardukannya puasa itu pada tahun kedua dari hijrah.
HAJI DAN UMRAH
Seluruh bangsa-bangsa yang berkebudayaan mempunyai tempat tertentu
untuk berkumpul serta ibadah kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Allah berfirman :
…
Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka …
…
Artinya : Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan …
Demikianlah bangsa Arab itu mempunyai tempat beribadah yaitu Baitul
Haram yang dibina oleh nenek moyang mereka bersama ayahnya Ibrahi untuk
mereka.
Atas yang demikian itulah perjalanan bengsa Arab sejak Ibrahim dan Ismail
sampai Allah mengutus Muhammad SAW. Tetapi mereka telah banyak merobah
terhadap apa yang dijalankan oleh Ibrahim dan Ismail, mereka mensekutukan
patung-patung and berhala-berhala kepada Allah, dan mereka letakkan berhala-
berhala di dalam Baitullah disamping-sampingnya, Shafa dan Marwah. Meerka
mendekatkan diri kepada Allah dengan berhala-berhala merobah tempat-tempat
melakukan ibadah haji, menyebut nama selain Allah atas binatang ternak yang
dikaruniakan kepada mereka.
Ketika diutusnya Muhammad itu menjadi pembaharu bagi syari’at Ibrahim
yang benar dan berserah diri (kepada Allah) dan orang-orang yang musyrik
tidaklah menjadikan Baitul Haram tempat peribadatan umat manusia, maka Allah
menyuruh untuk melakukan haji dan umrah.
…
Artinya : … Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
...
Artinya : Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid. (QS. Al-Maidah : 97)
Aturan haji itu mempunyai kaidah-kaidah yang banyak bagi kaum muslimin
yaitu:
1. Faidah yang kembali kepada penduduk Mekkah dari para jamaah haji dan
umrah, karena Mekkah bukan lembah yang bertanaman. Itu adalah
terkabulnya do’a Ibrahim a.s kekasih Allah :
Artinya : Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim : 37)
2. Faidah yang kembali kepada bangsa Arab dimana meerka mendapat
kemanfaatan dan keperluan-keperluan hidup karena orang-orang yang berhaji
pada musin itu membawa harta benda mereka sehingga orang yang
memerlukan dapat membelinya. Masing-masing dan mereka aman atas diri
dan hartanya karena ada dalam bulan yang mulia dan negeri yang mulia.
Artinya : Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka (QS. Al Hajj : 28)
3. Faidah yang kembali kepada seluruh kaum muslimin karena meerka dapat
berkumpul, dan saling kenal mengenal, serta satunya ibadah dan kiblat
mereka. Dengan demikian Mekkah itu menjadi tempat berkumpulnya
penghuni Timur dan Barat, mereka menerobos kesana dari setiap jalan di
celah-celah bukit yang dalam, dan setiap manusia dapat mengambil kebutuhan
ilmu, agama dan dunis.
Dan tidak heran bahwa hari raya hajji besar adalah hari raya bagi seluruh
kaum muslimin karena hari itu mengingatkan persatuan itu. Sebagaimana hari
raya fitrah menjadi peringatan bagi turunnya Al-Qur’an, demikian juga hari raya
hajji besar itu menjadi penutup turunnya Al-Qur’an. Dalam bulan ramadhan mulai
diturunkannya Al-Qur’an dan hajji besar ditutupnya penurunan Al-Qur’an.
ZAKAT
Pengertian zakat menurut bahasa adalah suci, tumbuh, berkah dan pujian.
Selurutnya itu telah dipergunakan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dalam zakat itu
telah dipergunakan juga bagi ukuran harta yang disedekahkan oleh orang kaya
karena hal itu menzakati hartanya yaitu mensucikan dan menumbuhkannya.
Sebagimana Al-Qur’an menggunakan pengertian ini, ia menggunakan
penggertiannya dengan sedekah. Al-Qur’an memperhatikan terhadap zakat
sebagaimana memperhatikan shalat. Seringkali keduanya di sebut bersama-sama.
Kadang-kadang zakat itu disebut sendirian dengan lafazh zakat atau shadaqah.
Al-Qur’an tidak menerangkan secara detail harta yang wajib dizakati, tidak
pula ukuran yang wajib dikeluarkannya. As Sunnah telah menerangkan hal itu
dalam surat yang di buat Rasulullah SAW kepada orang yang diserahi urusan
zakat dan Al-Qur’an karim menerangkan orang yang menerima zakat dengan
firman Allah :
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah :60 )
Sesuatu yang dipersamakan dengan ibadat yang diterangkan oleh Al-Qur’an
ialah :
1. Aturan sumpah, Allah berfirma dalan surat Al- Baqarah : 224
2. keterangan makanan yang halal dan yang haram, dan Al-qur’an benar-benar
telah merincinya. Allah SWT berfirman dalalm mensifati Nabi SAW pada
surat Al a’ Raf : 157
Artinya : Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk
PERANG
Perang disyari`atkan oleh Allah adalah pada permulaan kedatangan beliau
kemadinah. Dalam beberapa tempat dalam Al-Quran meberangkan sebabnya orang-
orang mukmin diizinkan untuk berperang:
1. mempertahankan diri ketika diserang
2. mempertahankan dakwah karena difitnah oleh orang-orang yang beriman,
yakni ujian dengan bermacam-macam siksaan, sehingga orang itu
meninggalkan Aqidah yang telah dipilih bagi dirinya atau mencegah orang
yang hendak masuk islam, atau mencegah seorang Da`I dari menyampaikan
dakwah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surah Al-Hijr 39-42 dan