Top Banner
REFERAT REHABILITASI MEDIK PADA FRAKTUR GALLEAZI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Profesi Dokter Pada Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik Di RSO Prof. Dr. Soeharso Oleh : Anugrah Adi Santoso J 5000 800 43
36

refrat rm.docx

Feb 02, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: refrat rm.docx

REFERAT

REHABILITASI MEDIK PADA FRAKTUR GALLEAZI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan

Profesi Dokter Pada Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik

Di RSO Prof. Dr. Soeharso

Oleh :

Anugrah Adi Santoso J 5000 800 43

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: refrat rm.docx

REFERAT

CLOSED FRAKTUR GALLEAZI DEKSTRA

Diajukan oleh :

Anugrah Adi Santoso, S. Ked J 5000 800 43

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada hari Senin, 21

November 2014.

Pembimbing :

dr. Harry Haryana, Sp. KFR (..........................)

Dipresentasikan di hadapan :

dr. Harry Haryana, Sp. KFR (..........................)

Disahkan Ka. Program Profesi

dr. Dona Dewi Nirlawati, M. Kes (……………..….)

Page 3: refrat rm.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,

Sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat,

mengenai pembuluh darah, otot dan persyarafan ( Apley dan Solomon, 1993 ).

Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak,

Fraktur yang mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah

metafisis tulang radius distal, dan ulna distal sedangkan fraktur pada daerah

diafisis yang terjadi sering sebagai faktur type green-stick. Daerah metafisis pada

anak relatif masih lemah sehingga fraktur banyak terjadi pada daerah ini,

selebihnya dapat mengenai suprakondiler humeri (transkondiler humeri) diafisis

femur dan klavikula, sedangkan yang lainnya jarang ( Charles A. et all. 1984 ).

Fraktur pada anak mempunyai keistimewaan dibanding dengan dewasa,

proses penyembuhannya dapat berlangsung lebih singkat dengan remodeling yang

sangat baik,hal ini disebabkan karena adanya perbedaan anatomi, biomekanik

serta fisiologi tulang anak yang berbeda dengan tulang orang dewasa. Selain itu

proses penyembuhan ini juga dipengaruhi oleh faktor mekanis dan faktor biologis

( Richard et al., 2007 ).

Lengan memiliki fungsi yang kompleks yaitu memutar tangan dalam

ruang dan redistribusi kekuatan selama melakukan tugas – tugas dari fungsinya.

Tugas – tugas fungsional tersebut bergantung pada koordinasi gerakan dan

interaksi antara proximal radioulnar joint (PRUJ), interosseus membrane (IOM),

dan distal radioulnar joint (DRUJ). Gangguan pada salah satu region tersebut

dapat berpotensi mengakibatkan lengan terbatas dalam berfungsi dan rotasi seperti

pada cedera fraktur Monteggia, fraktur Galeazzi, cedera Essex-Lopresti, dan

triangular fibrocartilagenous complex (TFCC) ( LaStayo dan Lee, 2006 ).

Fungsi rotasi pada lengan sangat penting, terutama penggunannnyadalam

kehidupan sehari – hari seperti makan dan kebersihan diri (Kapandji A, 2001).

Rotasi dari lengan terjadi sebagai rotasi os radius mengelilingi os ulna sepanjang

sumbu dari caput radii melalui fovea distal ulna (An dan Morrey, 2000; Hollister

Page 4: refrat rm.docx

et al., 1994). Normal supinasi lengan adalah 80º - 90º dan normal pronasi adalah

75º- 85º ( Morrey et al., 1981 ).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi 

Gambar 1. Anatomi radius dan ulna

( dikutip dari atlas anatomi Sobotta ; 2006 )Anatomi Radius

Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii),

berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea

articularis (=fossa articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii

dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia articularis dan

berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii

oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas

radii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea

Page 5: refrat rm.docx

(=crista interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo posterior. Ujung

distal radius melebar ke arah lateral membentuk processus styloideus radii, di

bagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat

sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius

membentuk facies articularis carpi ( Buranda Theopilus et. Al, 2011 ).

Gambar 2. Tulang Radius

( dikutip dari atlas anatomi Sobotta ; 2006 )

Anatomi Ulna

Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang

sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura

trochlearis (= incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk

persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon.

Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di

sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di

bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan

dengan caput radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi

supinatoris. Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies

medialis, margo interosseus, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal

ulna disebut caput ulnae (= capitulum ulnae). Caput ulnae berbentuk

Page 6: refrat rm.docx

circumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapt processus styloideus serta

silcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago

triangularis dan dengan radius ( Buranda Theopilus et. Al, 2011 ).

Gambar 3. Tulang Ulna

( dikutip dari atlas anatomi Sobotta ; 2006 )

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang

diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di

distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang

mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes interosea memperkuat

hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh

karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila

patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi

radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.

Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot

supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-

supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan

ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan

rotasi, terutama pada radius ( Handkerchief el-Ahmed, 2008 ).

Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur

pada orang dewasa, perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi

Page 7: refrat rm.docx

tulang. Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis

sebagai daerah pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang

pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat itulah

pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti.

Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis.

Epifisi : merupakan bagian paling atas dari tulang panjang,

Metafisis  : merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang, yang

berdekatan dengan diskus epifisialis,

Diafisis : merupakan bagian tulang panjang yang di bentuk dari pusat osifikasi

primer ( Charles A. et all. 1984 ).

Fisiologi

Tulang adalah adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis

sel : osteoblast, osteosit, dan osteoklas. Osteoblast membangun tulang dengan

membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan

osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif

menghasilkan jaringan osteoid, osteoblast mensekresikan sejumlah besar fosfatase

alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat

ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran

darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi

indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah

tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang ( Carter Michael A, 1994 ).

Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi mesenkim yang

sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel, osteoblas

dapat memproduksi substansi organic intraseluler matriks, dimana klasifikasi

terjadi di kemudian hari. Jaringan yang tidak mengandung kalsium disebut osteoid

dan apabila klasifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut tulang. Sesaat

setelah osteoblas dikelilingi oleh substansi organic intraseluler, disebut osteosit

dimana keadaaan ini terjadi dalam lakuna.

Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh permukaan tulang

dengan sifat dan fungsi resopsi serta mengeluarkan tulang yang disebut osteoklas.

Page 8: refrat rm.docx

Kalsium hanya dapat dikeluarkan oleh tulang melalui proses aktivitas osteoklasin

yang menghilangkan matriks organic dan kalsium secara bersamaan dan disebut

deosifikasi.

Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode

pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi dalam

bentuk perubahan mikroskopik akibat aktifitas fisiologi tulang sebagai suatu

organ biokimia utama tulang.

Komposisi tulang terdiri atas:

Substansi organic : 35%

Substansi Inorganic : 45%

Air : 20%

Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organic

intraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks

(90%), sedangkan adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur. Substansi

inorganic terutama terdiri atas kalsium dan fosfor dan sisanya oleh magnesium,

sodium, hidroksil, karbonat dan fluoride. Enzim tulang adalah alkali fosfatase

yang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai peranan

yang paling penting dalam produksi organic matriks sebelum terjadi kalsifikasi

( Rasjad Chairuddin, 2009 ).

Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi

pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak

ketika terjadi lebih banyak pembentukan daripada absorpsi tulang. Pergantian

yang berlangsung terus-menerus ini penting untuk fungsi normal tulang dan

membuat tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk

mencegah terjadi patah tulang. Betuk tulang dapat disesuaikan dalam

menanggung kekuatan mekanis yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga

membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks

organik yang sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang secara relative

menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks

organik baru, sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang

( Carter Michael A, 1994 ).

Page 9: refrat rm.docx

B. Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,

Sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat,

mengenai pembuluh darah, otot dan persyarafan ( Apley and Solomon, 1993 ).

Fraktur merupakan setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves

et al., 2001). Untuk tujuan deskriptif dan pertimbangan operasi, fraktur lengan

diklasifikan berdasarkan lokasinya, dikategorikan sebagai berikut:

1. sepertiga proksimal

2. sepertiga medial

3. sepertiga distal

C. Etiologi 

1. Trauma

Trauma dapat dibagi menjadi trauma langsung dan trauma tidak langsung.

Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di

tempat itu, sedangkan trauma tidak langsung bilamana titik tumpuan benturan

dengan terjadinya fraktur bergantian.

2. Non Trauma

Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam

tulang, non trauma ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.

3. Stress

Fraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat

tertentu

( Armis, 2000 ).

D. Klasifikasi 

Jenis-jenis fraktur :

Greenstick : tulang anak bersifat fleksibel, sehingga fraktur dapat berupa

bengkokan tulang di satu sisi dan patahan korteks di sisi lainnya. Tulang juga

dapat melengkung tanpa disertai patahan yang nyata (fraktur torus).

Comminuted : fraktur dengan fragmen multiple.

Page 10: refrat rm.docx

Avulsi : sebuah fragmen tulang terlepas dari lokasi ligamen atau insersi

tendon.

Patologis : fraktur yang terjadi pada tulang yang memang telah memiliki

kelainan, seringkali terjadi setelah trauma trivial, misalnya penyakit Paget,

osteoporosis, atau tumor.

Fraktur stres atau lelah : akibat trauma minor berulang dan kronis. Daerah

yang rentan antara lain metatarsal kedua atau ketiga (fraktur march), batang

tibia proksimal, fibula, dan batang femoral (pada pelari jarak jauh dan penari

balet).

Fraktur impaksi : fragmen-fragmen saling tertekan satu sama lain, tanpa

adanya garis fraktur yang jelas.

Fraktur lempeng epifisis pada anak di bawah usia 16 tahun. Fraktur ini dapat

dikelompokkan menjadi tipe 1 sampai 5 berdasarkan klasifikasi Salter Harris

( Patel Pradip R, 2005 ).

E. Patofisiologi

( Hoppenfeld. et al, 2000 )

Page 11: refrat rm.docx

F. DIAGNOSIS

Film polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama

pada sistem skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi.

Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan

kecurigaan trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun

beberapa diantaranya sangat rentan.

Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :

Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau

menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur

minor.

Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.

Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada korteks

( Patel Pradip R, 2005 ).

Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral

view. Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak

bersilangan, serta posisi lengan bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi

anatomi). Sinar datang dari arah depan sehingga disebut AP (Antero-Posterior)

( Begg James D, 2005 ).

Terdapat tiga posisi yang diperlukan pada foto pergelangan tangan untuk

menilai sebuah fraktur distal radius yaitu AP, lateral, dan oblik. Posisi AP

bertujuan untuk menilai kemiringan dan panjang os radius, posisi lateral bertujuan

untuk menilai permukaan artikulasi distal radius pada posisi normal volar (posisi

anatomis) ( Eiff et. al., 2004 ).

Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada

fraktur radius dan ulna :

Fraktur Kaput Radius

Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampir

tidak pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri

saat lengan bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi

petunjuk untuk mendiagnosisnya.

Page 12: refrat rm.docx

Fraktur Leher Radius

Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgus

dan mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius

dapat retak atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkin

mengalami fraktur pada leher radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri pada

siku. Pada fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius dan

nyeri bila lengan berotasi.

Fraktur Diafisis Radius

Kalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan sinarX

Fraktur Distal Radius

Fraktur Distal Radius dibagi dalam :

1) Fraktur Galeazzi

Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi

sendi radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke

arah dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini

akibat terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaan

pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan tangan bagian

dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur

Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang

mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering

terjadi ( Kune Wong Siew, 2011 ).

Penatalaksanaan dapat dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku,

posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. Secara

konservatif mungkin kurang memuaskan dan bila demikian. terapi bedah menjadi

pilihan.

G. Manifestasi Klinis

- Deformitas : angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi

(rotasi, perpendekan atau perpanjangan).

- Bengkak atau kebiruan.

- Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak)

Page 13: refrat rm.docx

- Tenderness (nyeri tekan) pada derah fraktur.

- Krepitasi.

- Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.

- Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.

H. Penatalaksanaan

Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.

Fraktur radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil

sehingga umumnya membutuhkan terapi operatif. Fraktur yang tidak disertai

perubahan posisi ekstraartikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulna

dapat diatasi secara efektif dengan primary care provider. Fraktur distal radius

umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada

kebanyakan kasus ( Eiff et. al., 2011 ).

Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi,

reduksi/reposisi, terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.

1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang

benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan

terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.

2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen

fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan

letak normal.

3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau

menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.

Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita

fraktur tersebut dapat kembali normal.

Page 14: refrat rm.docx

Gambar 4. Proses penyembuhan fraktur

( Ekayuda Iwan, 2009 )

Penatalaksanaan pada fraktur

Non – operatif

Untuk fraktur radioulnar yang tertutup (isolated), atau yang lebih

dikenal dengan nightstick fracture.

Fraktur lengan bawah sepertiga medial tidak stabil pada orang

dewasa, menyebabkan pemendekan dan angulasi. Tujuan dari tata

laksananya adalah reduksi ketidakstabilan anatomi. Literature

merekomendasikan “Open Reduction Internal Fixation” (ORIF)

untuk fraktur lengan bawah yang dislokasi untuk mengembalikan

ROM dari lengan bawah.

Fraktur non – dislokasi pada orang dewasa sangat jarang, namun

jika terjadi diterapi dengan long arm cast selama 6 – 12 minggu,

dengan sendi siku (articulation cubiti) dalam posisi fleksi 90º dan

pergelangan tangan dalam netral rotasi. Pada tindakan ini

diperlukan foto polos setiap minggu untuk melihat apakah terjadi

dislokasi atau tidak.

Page 15: refrat rm.docx

Fraktur terbuka membutuhkan irigasi dan debridemen yang baik

dan selanjutnya dilakukan stabilisasi bedah. Fraktur terbuka grade

1, 2, 3a, dan 3b diterapi dangan prinsip yang sama pada fraktur

terbuka dengan tambahan debridemen jaringan lunak yang rusak.

Hasil dari tindakan debridemen dan bedah yang dilakukan

secepatnya sebanding dengan hasil dari tindakan terapi pada

fraktur tertutup.

Penggunaan Open Reduction External Fixation (OREF) dapat

digunakan sementara ketika tindakan ORIF harus tertunda.

Pada anak – anak, fraktur dapat distabilisasikan dengan reduksi

tertutup dan immobilisasi cast (Boero et al., 2007).

Intramedullary stabilization diindikasikan pada anak – anak

dengan ketidakmampuan mempertahankan reduksi tertutup

(angulasi > 15º), malrotasi > 30º, kehilangan 100% diaphyseal,

spasium membrane interosseus hilang (Majed dan Baco, 2007 ;

Cumming et al., 2008 ; Weinberg et al., 2009).II. Terapi Operatif.

I. Komplikasi Fraktur

A. Komplikasi Dini

1. Lokal

Vaskuler : compartment syndrome (Volkmann iskemia), trauma vaskuler.

Neurologis : lesi medula spinalis atau saraf perifer

2. Sistemik : emboli lemak, Trombhoemboli / Emboli bekuan darah.

B. Komplikasi lanjut

1) Kekakuan sendi/kontraktur

2) Disuse atropi otot-otot

3) Malunion

4) Nonunion/infected nonunion

Page 16: refrat rm.docx

5) Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)

6) Osteoporosis post trauma7) Osteomyelitis

( Sjamsuhidayat R., 2005 )

J. Permasalahan Rehabilitasi Medik

Masalah Rehabilitasi pada Fraktur Humerus

a. Nyeri

b. Bengkak

c. Keterbatasan gerak

d. Gangguan fungsional dalam ADL (Activity Daily Living)

e. Pada tahap lanjut dapat terjadi disuse atrofi pada lengan yang cedera

K. Rehabilitasi MedikTerapi yang digunakan pada kasus fraktur dapat berupa terapi

latihan maupun terapi dengan modalitas. Terapi dengan modalitas yang sering

digunakan yaitu traksi, yang dapat mereposisi kembali tulang yang fraktur,

sekaligus juga dapat mengurangi nyeri yang timbul di daerah fraktur. Sedangkan

terapi latihan dapat berupa:

1) Range of Motion (ROM)

Gerakan sebuah sendi dengan jangkauan parsial atau penuh yang bertujuan untuk

menjaga dan meningkatkan jangkauan gerak sendi.

1. ROM penuh (full ROM)

ROM penuh artinya ROM yang sesuai dengan dasar anatomi dari sendi itu

sendiri.

2. ROM fungsional

ROM fungsional adalah gerakan sendi yang diperlukan dalam melakukan aktifitas

sehari-hari atau kegiatan pasien yang spesifik. Contohnya: ROM lutut dari

ekstensi penuh (00) sampai fleksi 900 merupakan ROM yang tidak penuh, tetapi

ROM ini fungsional untuk duduk.

3. ROM aktif

Page 17: refrat rm.docx

Pasien disuruh melakukan gerakan sendi secara parsial atau penuh tanpa bantuan

orang lain. Tujuannya untuk memelihara ROM dan kekuatan minimal akibat

kurang aktifitas dan menstimulasi sistemkardiopulmoner, Sasarannya otot dengan

kekuatan poor sampai dengan good (2 sampai dengan 4).

4. ROM aktif assistive

Pada latihan ini pasien disuruh kontraksikan ototnya untuk menggerakkan sendi,

dan ahli terapi membantu pasien dalam melakukannya.

5. ROM pasif

Latihan ini dengan menggerakkan sendi tanpa kontraksi otot pasien. Seluruh

gerakan dilakukan oleh dokter atau terapis. Tujuannya memelihara mobilitas sendi

ketika kontrol dari otot-otot volunter/ sendi hilang atau pasien tidak sadar/ tidak

ada respon. Sasarannya otot dengan kekuatan zerro-trace (0-1).

2) Terapi latihan merupakan salah satu modalitas terapi yang

pelaksanaannya menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk

perbaikan dan pemeliharaan kekuatan ketahanan dan kemampuan vaskular,

mobilitas, fleksibilitas, stabilitas, relaksasi, koordinasi, keseimbangan, dan

kemampuan fungsional.

1. Static contraction

Static contraction merupakan suatu terapi latihan dengan cara

mengkontraksikan otot tanpa disertai perubahan panjang otot maupun pergerakan

sendi. Tujuan kontraksi isometris ini adalah pumping action pembuluh darah

balik, yaitu terjadinya peningkatan perifer resistance of blood vessel. Dengan

adanya hambatan pada perifer maka akan didapatkan peningkatan tekanan darah

dan secara otomatis cardiac output akan meningkat sehingga mekanisme

metabolisme menjadi lancar dan edema menjadi menurun, dan akhirnya nyeri

berkurang.

2. Relaxed passive exercise

Gerakan murni berasal dari luar atau terapis tanpa disertai gerakan dari

anggota tubuh pasien. Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot secara pasif, oleh

karena itu gerakan berasal dari luar atau terapis sehingga dengan gerak relaxed

Page 18: refrat rm.docx

passive exercise ini diharapkan otot menjadi rileks dan menyebabkan efek

pengurangan atau penurunan nyeri akibat insisi serta mencegah terjadinya

keterbatasan gerak serta menjaga elastisitas otot.

3. Hold Relax

Hold Relax merupakan teknik latihan yang menggunakan kontraksi otot

secara isometrik kelompok antagonis yang diikuti relaksasi otot tersebut.

4. Aktive exercise

Aktif exercise merupakan gerakan yang dilakukan oleh kekuatan otot dan

anggota tubuh itu sendiri tanpa bantuan, gerakan yang dilakukan melawan

grafitasi penuh.

3) Latihan kekuatan (strengthening exercise)

Syarat melakukan latihan ini adalah (1) kekuatan otot di atas fair (50%) dam

(2) beban di atas 35% dari kemampuan otot.

1. Isometric exercise

Pada latihan ini panjang otot tidak bertambah, terjadi kontraksi otot tanpa

pergerakan sendi. Kontraksi optimal enam detik, 1 kali perhari. Bertujuan untuk

meningkatkan penguatan otot ketika ada kontraksi lain seperti fraktur yang tidak

stabil atau adanya nyeri.

2. Isotonic exercise

Merupakan latihan dinamis menggunakan beban statis, tetapi kesepakatan

gerak otot tidak dikontrol. Kontraksi bersamaan dengan gerak sendi. Latihan ini

sering digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot pada tahap pertengahan dan

tahap akhir dari rehabilitasi medik.

3. Isokinetic exercise

Pada latihan ini kecepatan gerak sendi konstan beban dinamin tetapi kecepatan gerak tetap. Latihan ini digunakan pada rehabilitasi tahap akhir.

Page 19: refrat rm.docx

a. Rehabilitasi Hari Pertama Sampai Hari ke Tujuh

Perhatian : Tidak memberi beban pada ekstremitas yang

cedera.

ROM : Jika di pasang brace atau splint, ROM

shoulder, elbow dan wrist jangan dilakukan

terlebih dahulu. Gerakan aktif assistif ROM

shoulder, elbow dan wrist bisa dilakukan jika

fiksasi telah stabil. ROM exercise dilakukan pada

jari tangan.

Muscule Strenght : Tidak dilakukan latihan perenggangan pada

elbow, shoulder dan wrist.

Aktivitas Fungsional : Ekstremitas yang cedera tidak digunakan

terlebih dahulu untuk melakukan aktivitas

kehidupan sehari-hari.

Treatment : 2 minggu

Stabilitas pada lokasi fraktur : Tidak ada sampai minimal.

Tahap penyembuhan tulang : Fase awal penyembuhan, dimulai dari fase

reparasi sel osteoprogenitor berdiferensiasi

menjadi osteoblast.

X-Ray : Tidak diperlukan sampai terbentuk sedikit kalus.

b. Rehabilitasi minggu 2

Perhatian : Tidak memberi beban pada ekstremitas yang

cedera.

ROM : Aktif dan aktif assistif ROM pada jari dan

shoulder. Pada pemakaian splint atau brace,

tidak dilakukan abduksi elbow lebih dari 60

derajat.

Muscule Strenght : Tidak dilakukan latihan kekuatan pada elbow dan

wrist.

Page 20: refrat rm.docx

Aktivitas Fungsional : Ekstremitas yang sehat digunakan untuk ADL,

latihan menggunakan ekstremitas yang cedera

untuk aktivitas yang ringan seperti

makan, menulis.

Treatment : 4 sampai 6 minggu

Stabilitas Fraktur : Dengan adanya kalus fraktur akan menjadi

stabil, dibuktikan dengan pemeriksaan fisik.

Tingkat pembentukan tulang : Fase reparasi, sejak terbentuknya kalus di

tempat fraktur sudah bisa dikatakan stabil.

Walaupun kekuatan kalus lebih lemah

dibandingkan dengan tulang normal.

X-Ray : Pembentukan kalus mulai terlihat. Kalus sudah

banyak terlihat di daerah metafisis. Garis fraktur

sudah tidak terlihat.

c. Rehabilitasi 4 sampai 6 minggu

Perhatian : Tidak melakukan aktivitas berat dengan bagian

yang cedera.

ROM : Aktif dan aktif assistif ROM pada wrist dan pada

elbow.

Muscule Strenght : Isometric dan isotonic exercises pada otot

forearm. Setelah 6 minggu isotonic exercises

pada otot bisep dan trisep.

Akifitas Fungsional : Mulai menggunakan ekstremitas yang cedera

untuk perawatan diri dasar.

Treatment : 8-11 minggu

Stabilitas Fraktur : Kalus telah stabil

Tingkat pembentukan tulang : Pada tulang yang retak digantikan oleh tulang

lameral pada daerah korteks. Proses

Page 21: refrat rm.docx

remodeling ini dibutuhkan waktu berbulan-bulan

bahkan bertahun-tahun.

X-Ray : Terlihat banyak kalus, dan garis fraktur mulai

hilang. Kemudian canalis meduralis daerah

metafisis mulai terbentuk.

d. Rehabilitasi 8 sampai 12 minggu

Perhatian : Jangan digunakan terlebih dahulu untuk

berolahraga.

ROM : Aktif, aktif assistif, dan pasif ROM pada semua

sendi.

Muscle Strength : Excercise pada semua sendi

Aktivitas Fungsional : Mulai menggunakan ekstremitas yang cedera

untuk aktivitas sehari-hari

Page 22: refrat rm.docx

BAB III

KESIMPULAN

1. Fraktur lengan bawah dibedakan berdasarkan tiga stabilizers yang jika

terjadi gangguan maka akan mengakibatkan fungsi kompleks dari lengan

bawah yaitu :

• Distal radioulnar joint

• Interosseus ligament

• Proximal radioulnar joint

2. Fraktur sepertiga medial radioulnar sangat tidak stabil pada orang dewasa

dibandingkan anak – anak.

3. Penyebab fraktur dapat berupa trauma langsung atau tidak langsung,

patologis, maupus stress.

4. Tujuan dari rehabilitasi medik adalah untuk menghilangkan nyeri serta

mengembalikan fungsi seperti sedia kala, ataupun mendekati keadaan

sebelumnya.

Page 23: refrat rm.docx

DAFTAR PUSTAKA

Apley and Solomon. 1993. Fracture and Joint Injuries in Apley’s System of

Orthopaedics and Fractures, Seventh Edition, Butterwordh-Heinemann,

London,

Armis, 2000. Prinsip-prinsip Umur Fraktur dalam Trauma Sistema

Muskuloskeletal, FKUGM, Yogyakarta,.

Begg James D., The Upper Limb in : Accident and Emergency X-Rays Made

Easy. Publisher Churchill Livingstone. UK. 2005. Page 162-167.

Boero S, Michelis MB, Calevo MG, et al. Multiple forearm diaphyseal fracture:

reduction and plaster cast control at the end of growth. Int Orthop. Dec

2007;31(6):807-10.

Buranda Theopilus et. al., Osteologi dalam : Diktat Anatomi Biomedik I. Penerbit

Bagian Anatomi FK Unhas. Makassar. 2011. Hal 4-7.

Carter Michael A, 1994. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam Price

SA, Wilson LM, Patofisiologi Konsep-konsep Klinis Proses- proses Penyakit,

Buku II, edisi 4. Jakarta: EGC.

Cumming D, Mfula N, Jones JW. Paediatric forearm fractures: the increasing use

of elastic stable intra-medullary nails. Int Orthop. Jun 2008;32(3):421-3.

Dorland, 1996. Kamus Kedokteran, edisi 26. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Eiff et. al., Radius and Ulna Fractures in : Fracture Management For Primary

Care. Second Edition. Publisher Saunders. UK. 2004. Page 116-119.

Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar,

Radiologi Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai

Penerbitan FKUI. Jakarta. 2009. Hal 31-43.

Handkerchief el-Ahmed. 2008. Refarat Fraktur Tulang Radius. Diunduh

dari:http://www.kumpulaninformasi.com/article-el-ahmed-handkerchief-

referat-fraktur-tulang-radius.html.

Hoppenfeld, Stanley and Nasantha Murthy. 2000. Treatment and Rehabilitation of

Fractures. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Page 24: refrat rm.docx

Kapandji A. Biomechanis of pronation and supinationof the forearm. Hand Clin.

2001;17:111-22.

Kune Wong Siew, Peh Wilfred C. G., Trauma Ekstremitas dalam : Corr Peter.

Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta. 2011. Hal 97-107.

LaStayo PC, Lee MJ. The Forearm Complex: Anatomy, Biomechanics and

Clinical Considerations. Journal of Hand Therapy. 2006;19,2 pp 138.

Majed A, Baco AM. Nancy nail versus intramedullary-wire fixation of paediatric

forearm fractures. J Pediatr Orthop B. Mar 2007;16(2):129-32.

Morrey BF, Askew LJ, An KN. A Biomechanical Study of normal function elbow

motion. J Bone Joint Surg Am. 1981; 63A:827-7.

Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes Radiologi.

Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221-230.

Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.

Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif

Watampone. Jakarta. 2009. Hal 6-11.

Richard MJ, Ruch DS, Aldridge JM 3rd. Malunions and nonunions of the

forearm. Hand Clin. May 2007;23(2):235-43, vii.

Rockwood Jr, Charles A. et all. 1984. Fractures in Children. Philadelphia: J.B

Lippincott Company.

Sjamsuhidayat R., dan de Jong Wim. Patah Tuland dan Dislokasi dalam: Buku

Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005.

Hal 840-854.