Top Banner

of 24

Referat hematuria

Nov 04, 2015

Download

Documents

Ayu Natalia

urologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUANLatar BelakangSistem urin adalah bagian penting dari tubuh manusia yang terutamabertanggung jawab untuk menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu seperti kalium dan natrium, membantu mengatur tekanan darah dan melepaskan produklimbah yang disebut urea dari darah. Traktus urinarius merupakan sistem yang terdiri dari organ-organ dan struktur-struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Alat-alat pada sistem kemih antara lain sepasang ginjal, sepasang ureter, vesica urinaria, dan uretra. Urin dihasilkan di ginjal melalui beberapa proses yaitu filtrasi, reabsorpsi, augmentasi, sekresi dan kemudian akan di ekskresi.1Hematuria atau adanya sel darah merah di urin merupakan perubahan tersering yang terjadi pada urin. Hematuria terdiri dari hematuria makroskopik (gross hematuria) dan hematuria mikroskopik. Hematuria makroskopik selanjutnya dapat dibedakan menjadi hematuria inisial, hematuri terminal dan hematuria total berdasarkan waktu munculnya darah saat miksi.2 Penyebab hematuria dapat disebabkan oleh kelainan di dalam sistem saluran kencing atau di luar sistem saluran kencing. Kelainan yang berasal dari sistem saluran kencing antara lain berupa batu saluran kencing, tumor jinak atau tumor ganas seperti tumor ginjal, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak. Ditambahkan, nyeri yang menyertai hematuria dapat berasal dari nyeri di saluran kemih bagian atas berupa kolik atau gejala iritasi dari saluran kemih bagian bawah.2Hematuria merupakan pertanda dari penyakit yang perlu segera ditindak lanjuti secara serius. Untuk itu, disarankan semua penderita kencing darah rutin melakukan pemeriksaan urine dan mikroskopis yang tujuannya tak lain adalah untuk memastikan adanya sel darah merah dalam urine dan tingkat keparahannya. Disebutkan, adapun penatalaksanaan pertama mengatasai hematuria ini adalah dengan melakukan diagnosis masalah primer penyebab hematuria.2 BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Anatomi Sistem UrinariaTubuh manusia terdiri atas berbagai sistem yang menjalankan fungsinya masing-masing sebagai upaya untuk tetap melangsungkan hidup. Salah satunya ialah sistem urinaria. Sistem urinaria ialah sistem saluran yang mencakup ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra yang berfungsi memproduksi urin serta membuangnya dari luar tubuh. Sistem urinaria ini penting sebagai jalur untuk membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, umumnya yang bersifat toksik. Selain membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh, melalui pengeluaran urin juga lah, ginjal melakukan fungsi homeostasis-nya.3Ren (Ginjal)

Gambar 1. Potongan Ginjal, Tampak Ventral3

Ginjal merupakan organ yang terletak di retroperitoneum, menempel ke dinding posterior abdomen dan terletak di antara otot-otot punggung. Ginjal manusia ada 2 buah, di sebelah kiri dan kanan, dengan ginjal kiri berada setinggi costa XI atau L2-3, sedangkan ginjal kanan terletak setinggi costa XII atau L3-4. Ginjal sebelah kanan terletak agak bawah dibandingkan dengan ginjal kiri karena adanya hepar pada sisi kanan tubuh. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal di atasnya, yang disebut kelenjar anak ginjal atau glandula suprarenal. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang merah, dengan panjang sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan) dan terbungkus oleh kapsul yang terbuka ke arah bawah.4-6Ginjal memiliki tiga lapisan jaringan yang menyelimutinya, yaitu (a) fascia renal, yang merupakan pembungkus terluar dari ginjal dan mengikat ginjal dengan struktur di sekitarnya untuk mempertahankan posisi organ, (b) lemak perirenal, yang merupakan jaringan adiposa dan terbungkus oleh fascia renal. Jaringan adiposa ini berfungsi sebagai bantalan untuk meredam goncangan sekaligus ikut membantu mempertahankan posisi ginjal. Pada orang yang kekurangan makan, lemak ini akan menipis sehingga perlindungannya tidak optimal, (c) kapsula fibrosa, yang merupakan membran halus transparan dan langsung menempel pada organ ginjal. Kapsula fibrosa ini mudah dilepas.4,5Ginjal memiliki ujung atas yang disebut extremitas superior, pada bagian inilah glandula suprarenal menempel dan ujung bawah yang disebut extremitas inferior. Selain kedua extremitas, ginjal juga memiliki 2 margo, yaitu margo lateralis yang konveks dan margo medialis yang konkaf. Pada margo medialis, dapat ditemukan pintu yang disebut sebagai hilus renalis. Hilus renalis inilah yang menjadi jalan masuk bagi a.renalis, v.renalis, pelvis ureter, dan pembuluh limfe, serta nervus vasomotor simpatis. 4,5 Ginjal, terdiri atas berbagai macam struktur internal yang menyusunnya, antara lain: Hilus/hilumHilus/hilum ialah tingkat kecekungan tepi medial ginjal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa hilus ini menjadi tempat lewatnya pembuluh-pembuluh dara, lymphe, saraf dan ureter.

Sinus ginjalSinus ini ialah rongga yang umumnya berisi lemak dan membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlekatan untuk lalu lintas ureter, vena dan arteri renalis, saraf, dan sistem limfatik. Pelvis ginjalPelvis ginjal ialah perluasan ujung proksimal ureter. Pelvis ginjal umumnya terbagi menjadi 2 sampai 3 calyx major/kalises mayor yang kemudian terbagi lagi menjadi beberapa (8-18) calyx minor/kalises minor yang menerima urin dari piramid medula melalui papila. Parenkim ginjalParenkim ginjal ialah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan parenkim ini terbagi menjadi medula yang terletak sebelah dalam dan korteks di sebelah luar. Bagian sebelah dalam atau medula terutama terdiri dari bentukan-bentukan segitiga yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari setiap piramida, berbentuk seperti tonjolan dan disebut papila. Papila ini yang selanjutnya akan mengirimkan urine ke kalises minor. Bagian sebelah luar atau korteks tersusun dari tubulus dan nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Korteks yang berada di antara piramida-piramida ginjal, disebut kolumna ginjal yang terdiri atas tubulus-tubulus pengumpul yang mengalir ke dalam duktus pengumpul. Ginjal juga terbagi-bagi lagi menjadi lobus. Setiap lobus memiliki satu piramida, kolumna yang berdekatan dan jaringan korteks yang melapisinya.5Ginjal mendapat perdarahan dari a.renalis yang dipercabangkan oleh aorta abdominalis setinggi L1-2, lalu kemudian akan terbagi menjadi 2 cabang, cabang anterior dan cabang posterior. Kedua cabang ini kemudian akan bertemu di sebelah lateral ginjal, pada garis tengah ginjal dan disebut garis Broedel. Pertemuan antara kedua cabang A.renalis tidak terlalu rapat, sehingga sedikit bersifat avaskular. Oleh karena itulah, pembedahan ginjal seringkali dilakukan pada bagian ini dengan alasan untuk meminimalisir perdarahan. A.renalis kanan lebih panjang dibandingkan yang kiri karena letak aorta yang ada di sebelah kiri v.cava inferior, sehingga harus melewati bagian belakang v.cava inferior.A.renalis kemudian akan mempercabangkan a.interlobaris yang mengalir di antara piramida-piramida ginjal. Kemudian, pada area pertemuan antara daerah korteks dan medula, A.interlobaris akan mempercabangkan a.arkuata atau disebut juga a.arciformis. A.arkuata selanjutnya akan mempercabangkan a.interlobularis di sudut kanan dan melewati korteks. A.interlobularis inilah yang akan mempercabangkan arteriol afferen. Satu arteriol afferen akan membentuk sekitar 50 kapiler yang akan menjadi sebuah glomerulus. Selain arteriol afferen, terdapat pula arteriol efferen yang meninggalkan setiap glomerulus dan membentuk jarring-jaring kapiler lain, kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal untuk memberi nutrient pada tubulus tersebut dan mengeluarkan zat-zat hasil reabsorpsi.5 Tekanan yang berbeda antara arteriol afferen dan efferen lah yang menyebabkan dihasilkannya ultrafiltrasi yang akan diproses oleh nefron untuk menghasilkan urine sebagai produk buangan akhir. Arteriol efferen dari glomerulus pada nefron jusktaglomerular memiliki perpanjangan pembuluh kapiler yang disebut vasa recta yang turun ke piramida medula. Lekukan dari vasa recta ini akan membentuk lengkungan jepit yang melewati ansa Henle. Lengkungan ini berfungsi untuk memungkinkan terjadinya pertukaran zat dengan ansa Henle. Pertukaran ini penting untuk menjaga kestabilan konsentrasi urine. Selanjutnya, kapiler peritubular akan mengalir ke dalam vena korteks yang selanjutnya akan saling bergabung membentuk v.interlobularis. Perjalanan pembuluh balik ginjal tidak jauh berbeda dengan arterinya, v.interlobularis selanjutkan akan mengalirkan darah ke v.arkuata lalu ke v,interlobaris. V.interlobaris akan bergabung menjadi v.renalis dan kemudian vena ini akan keluar dari ginjal untuk bersatu dengan vena cava inferior sebagai muara akhir. Untuk drainase limfatiknya, pembuluh limfe ginjal akan dialirkan menuju kelenjar getah bening paraaorta 5,6UreterUreter ialah saluran yang menjadi kelanjutan dari pelvis renis. Panjang ureter sekitar 20-30 cm, lalu berjalan dari hilus ginjal ke arah distal untuk bermuara di vesica urinaria/kandung kemih. Ureter dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu ureter pars abdominalis, pars pelvik, dan pars intravesikalis. Perjalanan ureter dari hilus hingga mencapai vesica urinaria, ialah sebagai berikut: Mula-mula ureter akan berjalan di sepanjang bagian medial m.psoas mayor di bagian belakang, namun melekat ke peritoneum. Di dalam cavum abdomen, ureter pars abdominalis di sebelah ventral berbatasan dengan peritoneum, a.v.colica, dan menyilang a.v.spermatica interna untuk pria atau a.v.ovarica untuk wanita. Kemudian ureter akan menyilang bifurcatio illiaca communis di anterior sendi sacro-illiaca dan berjalan sepanjang dinding lateral pelvis menuju spina ischiadica. Pada spina ischiadica, ureter akan berjalan ke depan dan medial untuk memasuki vesica urinaria dalam posisi miring. Ureter pars intravesikalis memiliki panjang kurang lebih 2 cm dan perjalanannya sepanjang dinding kandung kemih menghasilkan efek yang serupa dengan sfingter. Untuk pria, ureter akan menyilang ductus deferens di sebelah lateral sebelum bermuara pada bagian lateral vesica urinaria. Untuk wanita, ureter akan berjalan ke arah ventral, di sebelah lateral fornix lateralis vagina untuk kemudian bermuara pada vesica urinaria.6Ureter, sepanjang perjalanan mengalami beberapa penyempitan, antara lain: Ureteropelvic junction Saat ureter menyilang vassa illiaca communis (flexura marginalis) Saat ureter bermuara pada vesica urinariaUreter ialah struktur abdominal sekaligus pelvis, sehingga mendapat perdarahan dari berbagai sumber. Ureter bagian atas, mendapat perdarahan dari cabang langsung aorta, a.renalis, dan a.gonadal. Ureter bagian bawah mendapat perdarahan dari cabang a.illiaca interna dan a.vesicalis inferior. Ureter mendapat persarafan oleh plexus hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuron-neuron simpatis. 6

Vesica UrinariaVesica urinaria atau biasa disebut kandung kemih merupakan organ yang berfungsi sebagai reservoir urine dengan kapasitas tampung antara 200-400cc. Pada dewasa, kandung kemih ialah organ pelvis. Letaknya ada di belakang os pubis dan di bagian superior dilapisi peritoneum.6

Gambar 2. Vesica Urinaria3

Kandung kemih berbentuk piramid, dan terbagi atas beberapa bagian, yaitu: (a) Apeks vesica urinaria, yang mengarah ke depan dan diikat oleh suatu jaringan ikat yang diberi nama urachus, yang berjalan ke atas menuju umbilicus menjadi ligamentum imbilicale media. Apeks ini terletak tepat di belakang tepi atas simfisis ossis pubis. (b) Basis (permukaan posterior) dari vesica urinaria, yang berbentuk segitiga. Pada pria, vesicula seminalis terletak di permukaan posterior luar kandung kemih dan dipisahkan oleh vas deferens. Pada wanita, di antara kandung kemih dan rektum, terdapat vagina. Pada sudut inferior vesica urinaria dapat ditemukan orificium uretra internum (c) Collum vesica urinaria, yang pada laki-laki berbatasan dengan permukaan atas glandula prostata dan pada wanita langsung melekat pada fascia pelvis. Fascia pelvis ini kemudian menebal membentuk ligamentum puboprostatica untuk laki-laki dan ligamentum pubovesicale untuk wanita yang memfiksasi collum kandung kemih pada posisinya. 6Membran mukosa dari vesica urinaria membentuk lipatan bila dalam kondisi kosong kecuali membran yang melapisi bagian basis yang tetap halus. Di dalam vesica urinaria, dapat ditemui trigonum vesica urinaria yang berbentuk seperti ruangan segitiga, dan dibentuk oleh kedua orificium uretra (kiri dan kanan) dan orificum uretra internum di bagian sudut inferiornya. Trigonum ini berfungsi sebagai katup untuk mencegah refluks urine ke dalam ginjal. Dinding dala, vesica urinaria juga memiliki lapisan otot yang terdiri atas tiga lapisan otot polos yang membentuk trabekula disebut m.detrusor. Muskulus ini akan menebal di bagian collum dan membentuk sphincter vesica yang berfungsi untuk menahan urine. Di daerah trigonum juga dapat ditemukan lapisan otot yang disebut m.trigonal, dan mempunyai peran untuk membuka orificium uretra internum. 6Vesica urinaria mendapat perdarahan dari aa.vesicalis superior dan inferior, yang merupakan cabang dari a,iliaca interna, sedangkan untuk pembuluh baliknya, v.vesicalis akan menyatu di sekeliling kandung kemih dan membentuk sebuah plexus yang disebut plexus venosus vesicalis yang mengalirkam darah ke v.illiaca interna. Untuk persarafan, saraf motoris yang menuju m.detrusor berasal dari serabut parasimpatis eferen dari S2-4. Serabut dari sumber yang sama juga akan mempercabangkan serabut inhibitor ke sfingter interna sehingga aktivitas miksi dapat dikoordinasikan. Sebaliknya, serabut eferen simpatis akan menghambat detrusor dan menstimulasi sfingter. 6

UretraUretra merupakan saluran terakhir yang dilewati oleh urine sebelum akhirnya urine akan dibuang ke dunia luar. Uretra pada laki-laki dan wanita memiliki perbedaan disebabkan adanya perbedaan organ genital pada keduanya. Uretra pria memiliki panjang hingga 20 cm, sedangkan uretra wanita hanya 4 cm (untuk wanita tidak dibahas dikarenakan tidak ada pembagian pada saluran uretra-nya). Uretra pria selain sebagai saluran urine, juga dipergunakan sebagai saluran tempat keluarnya sperma. Uretra pria dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain: Uretra pars prostatica, Memiliki panjang kurang lebih 3 cm dan memiliki peninggian yang memanjang pada bagian posteriornya. Di tiap sisi lipatan terdapat lekuk dangkal yang disebut sinus prostaticus, yang merupakan muara dari duktus excretorius prostaticus. Terdapat pula utrikulus prostatikus yang berupa traktus buntu dengan panjang 5 mm. Duktus ejakulatorius membuka di kedua sisi utrikulus. Uretra pars prostatica merupakan pertemuan antara saluran urine dengan reproduksi.5 Uretra pars membranasea, Merupakan uretra yang paling pendek dan sempit dengan panjang sekitar 2 cm, membentang dari apex glandula prostata hingga bulbus penis. Terletak di diafragma urogenitalis dan dikelilingi oleh sfingter uretra eksterna, yang menjadikan saluran ini sempit. Saluran ini mudah robek saat kateterisasi, sehingga harus berhati-hati, karena pada bagian ini, saluran uretra membelok hampir 900.3,5 Uretra pars spongiosum, Merupakan bagian uretra pria yang paling panjang dan turut membentuk penis. Bagian uretra ini terletak di dalam corpus spongiosum/corpus cavernosum (lebih tepat disebut pars spongiosum dikarenakan letaknya yang tepat di dalam corpus spongiosum). Bagian uretra ini membentang dari bulbus penis hingga menuju glans penis, dengan panjang kurang lebih 15 cm. Dekat ujung uretra, terdapat bagian yang melebar disebut fossa naviculare uretrae dan seringkali menjadi lokasi infeksi pada penderita kencing nanah. Selanjutnya urine akan dikeluarkan dari uretra melalui orificum uretra externum yang ada pada ujung glans penis.4,6 11. 2 Mekanisme Pengaturan Cairan Tubuh oleh GinjalDalam menjalankan fungsi homeostasis dan ekskresi ginjal memprosesnya dengan melakukan pembentukan urin, dimana urine yang dihasilakan dan akan dikeluarkan dalam tubuh berisi zat-zat yang berlebih dan tidak berguna bagi tubuh lagi. Mekanisme ini dilakukan dengan proses filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi.1

FiltrasiFiltrasi terjadi pada saat darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus masuk kedalam ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan akhirnya keluar berupa urin.Filtrasi adalah proses perpindahan cairan dari glomerulus menuju kapsula bowman dengan menembus membran filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari tiga lapisan yaitu: Endotel kapiler glomerulus, yang kira-kira 50 kali lebih permeable dari pada sebagian besar jaringan lain karena memiliki pori-pori (fenestra) berukuran kecil (70nm) Membran basal kapiler terspesialisasi yang mengandung glikoprotein bermuatan negatif yang diperkirakan sebagai tempat utama ultrafiltrasi Sel epitel termodifikasi (podosit) dengan penonjolan panjang (prosesus primer) yang meliputi kapiler dan memiliki banyak tonjolan/ prosesus seperti kaki (pedikel) yang berhubungan langsung dengan membran basal.7Permiabilitas membrana glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan dengan permiabilitas kapiler pada jaringan lain. Laju filtrasi glomerulus (GFR= Glomerulus Filtration Rate) dapat diukur dengan menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus akan tetapi tidak disekresi maupu direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yangterdapat dalam cairan plasma. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi filtrasi antara lain:

1. Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate)Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wanita lebih rendah dibandingkan pada pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain ukuran anyaman kapiler, permiabilitas kapiler,tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik yang terdapat di dalam atau diluarlumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan sebagai berikut:a. Tekanan kapiler pada glomerulus 50 mmHGb. Tekanan pada capsula bowman 10 mmHGc. Tekanan osmotik koloid plasma 25 mmHGKetiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi tekanan pada capsula bowman serta tekanan osmotik koloid plasma akan menyebabkan semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.62. Komposisi Filtrat GlomerulusDi dalam glomerulus sel-sel darah, trombosit dan sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak ikut dikeluarkan ke dalam kapsula bowman. Hasil penyaring tersebut merukan urin primer (filtrat glomerulus). Dalam keadaan normal urin primer tidak mengandung eritrosit, tetapi mengandung protein yang sangat kecil, dengan jumlah kurang dari 0,03%. Urin primer mengandung glukosa, garam-garam natrium, kalium dan asam amino.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus.a. Tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju filtrasi, semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasmasemakin menurun laju filtrasi, dan semakin tinggi tekanan capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.b. Aliran dara ginjal: semakin cepat aliran daran ke glomerulus semakin meningkat laju filtrasi.c. Perubahan arteriol aferen: apabial terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan menyebabakan aliran darah ke glomerulus menurun.Keadaan ini akan menyebabakan laju filtrasi glomerulus menurun begitu pun sebaliknya.d. Perubahan arteriol efferent: pada kedaan vasokontriksi arteriol eferenakan terjadi peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupunsebaliknyae. Pengaruh perangsangan simpatis, rangsangan simpatis ringan dan sedang akan menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus.f. Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehinnga menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus. 4,6

ReabsorbsiProses reabsorbsi berfungsi untuk menyerap kembali zat-zat yang masih diperlukan tubuh yang telah difiltrasi. Filtrasi ini terjadi di tubulus proksimal, angsa henle, tubulus distal, dan duktus koligens. Reabsorbsi dilakukan secara selektif baik dengan transport pasif, aktif, atau difusi terfasilitasi. Pada bagian tubulus proksimal terjadi reabsorbsi obligatif. Dimana setiap zat kira-kira direabsorbsi sebanyak 65% dari total jumlahnya di filtrat, kecuali glukosa dan asam amino sebesar 100% dan urea sebesar 50%. Penyerapan glukosa dan natrium dianggap sebagai simport karena masuk ke dalam sel tubuli secara bersamaan dengan melokul pengangakut dan secara transport aktif. Penyerapan kembali natrium juga mengakibatkan penyerapan Cl- dan ion bikarbonat. Air diserap sebesar 65%. K+ juga direabsorbsi. Sedangakan untuk PO4- dan sejumlah elektrolit tidak di reabsorbsi secara obligat di bagian ini tetapi dikendalikan oleh kalsitriol atau vitamin D.1,4Pada bagian ansa henle, pars descenden mereabsorbsi 15% air secara osmotik. Sedangkan bagian ascendennya mereabsorbsi 25% NaCl secara transport aktif dan impermeable untuk zat lain. Pada bagian ini terjadi mekanisme sistem bolak balik atau counter current. Mekanisme ini terjadi pada saluran yang berbentuk lengkung U. Bagian descenden yang mereabsorbsi air menyebabkan hiperosmotis di bagian itu. Untuk menyeimbangkan keadaan di vasarekta (kapiler di sekitar ansa henle) yang memiliki aliran yang berlawanan dengan ansa henle, sehingga vasa rekta di bagian ini akan menyerap NaCl dan mengeluarkan air.8 Pada bagian ascenden dimana permeable terhadap NaCl, vasa rekta akan menyerap air. Bagian ini akan membuat filtrat kembali menjadi isoosmotis bahakn mencapai hipoosmotis saat akan memasuki tubulus kontortus distalis.Pada bagian tubulus distal, reabsorbsi NaCl dikendalikan oleh aldosteron, terutama untuk Na+, karena Cl- hanya mengikuti secara pasif. Dibagian ini air juga di reabsorbsi dengan kendali aldosteron dan ADH. K+ diekskresikan sesuai dengan besarnya Na+ yang masuk dan atas pengaruh aldosteron. Aldosteron meningkatkan penyerapan NaCl, air, dan menurunkan penyerapan K+.Pada bagian duktus koligens air direabsorbsi karena pengaruh ADH. Dimana ADH meningkatkan permebilitas sel tubuli terhadap air. ADH (Anti Deuretic Hormon) dihasilkan oleh kelenjar ptuitari yang akan meningkat sekresinya saat dehidrasi, osmolaritas bertambah, dan tekanan darah turun. Dibagian ini jumlah urea yang banyak dalam filtrat akibat reabsorbsi yang sedikit di tubuli proksimal (50%) akan direabsorbsi. Penyerapan urea disertai dengan masuknya air. Jumlah urea yang mulai banyak di sel tubuli akan menimbulkan daya osmotis sehingga akan menarik air lebih banyak untuk diabsorbsi.1

SekresiTubulus ginjal mampu secara selektif menambahkan zat-zat tertentu ke dalam cairan filtrasi melalui proses sekresi tubulus. Sekresi suatu zat meningkatkan ekskresinya dalam urine. Sistem sekresi yang terpenting adalah untuk: H+, yang penting untuk mengatur keseimbangan asam-basa. K+, yang menjaga konsentrasi K+ plasma pada tingkat yang sesuai untuk mempertahankan eksitabilitas normal membrane sel otot dan saraf Anion dan kation organic, yang melaksanakan eliminasi senyawa-senyawa organic asing dari tubuh.Sekresi juga terkadang dapat disebut sebagai proses augmentasi, yaitu proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat.1Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut.Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah.1

EkskresiPada kandung kemih yang normal otot detrusor menyediakan tenaga pendorong utnuk pengosongan kandung kemih terdiri dari serat-serat otot polos yang saling berjalan dibawah pengaruh saraf-saraf otonom parasimpatis panggul yang berasal dari segmen sakral S2, S3, dan S4 medula spinalis. Otot polos pada daerah trigonum kandung kemih antara orifisium ureter dan area posterior dari muara keluar kandung kemih diinervasi oleh serabut-serabut motorik dari segmen torakolumbalis (T11 hingga L2) dari sistem saraf simpatis, dengan reseptor alfa sebagai reseptor dominan. Lapisan otot ini meluas ke dalam uretra posterior dan berperan sebagai suatu sfingter internal yang involunter yang membantu mempertahankan kontinensia air kemih bahkan dalam keadaan tanpa control volunteer sekalipun. Sfingter uretra eksternal dan otot-otot perineum berada dibawah pengaruh volunteer melalui saraf pudendus. Jaras sensorik dari kandung kemih selanjutnya berjalan naik melalui jaras sakrobularis menuju medulla oblongata dan akhirnya ke pusat kortikal, darimana impuls timbul, dan dikembalikan ke bawah melalui traktus retikulospinalis lateral dan ventral, dan normalnya akan menekan busur refleks spinal sakral yang mengendalikan pengosongan kandung kemih. Kandung kemih normalnya dapat menampung 400ml cairan tanpa peningkatan tekanan intravesikalyang bermakna. Diatas angka ini perasaan kandung kemih yang penuh akan dihantarkan ke medulla spinalis sakral. Bila tidak ditekan oleh kontrol korteks, korda sakralis secara refleks mengubah impuls motorik yang kuat dan akan menyebabkan otot detrusor berkontraksi lama. Pengeluaran kemih dapat dicegah melalui penekanan busur refleks oleh korteks serebri atau dengan kontraksi voluntir sfingter elsternal dan otot-otot perineum. Pengeluaran kemih normalnya diawali penekanan secara sadar impuls inhibisi koteks terhadap busur refleks dan relaksasi otot-otot dasar panggul dan sfingter eksternal. Dasar kandung kemih akan turun, dan trigonum akan berkontraksi suatu kerja yang melibatkan ureter saat ureter berjalan melalui dinding kandung kemih dan membantu mencegah refluks vesikouretral selama berkemih. Akhirnya detrusor akan berkontraksi, dan kemih dikeluarkan. Obstruksi parsial aliran kandung kemih yang berlangsung kronik akibat hipertrofi prostat, atau karena batu, dapat menimbulkan rangsangan berkemih dan penebalan dinding otot yang mengurangi daya regang kandung kemih.8

II.3 HematuriaHematuria adalah keadaan abnormal dengan ditemukannya sel darah merah dalam urin. Darah yang ditemukan dalam urin, baik hematuria makroskopis ataupun mikroskopis merupakan tanda yang cukup serius terhadap kelainan yang terjadi pada saluran kemih. Dikatakan hematuria bila pada pemeriksaan mikroskop ditemukan 3 atau lebih sel darah merah per lapang pandang besar urin yang disentrifugasi, dari evaluasi sedimen urin dua dari tiga contoh urin yang diperiksa.9Berdasarkan penampakkannya hematuria dibagi menjadi 2 tipe, yaitu hematuria makroskopik (gross hematuria) dan mikroskopik. Hematuria makroskopis dapat terjadi bila ditemukan sedikitnya 1 cc darah per liter urin. Hematuria makroskopik adalah keadaan terlihatnya urin berwarna merah secara kasat mata, yang jika berlangsung lama dapat mengancam jiwa dan menimbulkan penyulit berupa clotting di saluran urin, syok hipovolemi, anemia, bahkan sepsis.9Hematuria mikroskopik adalah tidak terlihatnya urin berwarna merah namun dengan pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan minimal 3 sel darah merah per lapang pandang. Hematuria mikroskopis sering kita temukan pada pemeriksaan laboratorium urinalisis pada pasien dengan berbagai keluhan, atau tidak sengaja ditemukan pada saat pemeriksaan kesehatan (check up).9Hematuria inisial muncul pada awal miksi, biasa terjadi karena adanya lesi di uretra anterior (striktur uretra). Hematuria terminal muncul diakhir miksi, berasal dari uretra pars prostatika, leher vesika urinaria atau vesika urinaria (BPH, Transitional cell carcinoma of the bladder). Hematuria total muncul sepanjang miksi, hematuria total menunjukkan adanya sumber perdarahan di vesika urinaria atau traktus urinarius bagian atas (ginjal dan ureter). Gejala lain yang terkait sepeti disuria harus diperhatikan dan dapat membantu membedakan hematuria infeksius dari etiologi lainnya.2EtiologiHematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia.Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah: Infeksi antara lain: pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak. Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal dan ren mobilis Trauma yang mencederai sistem urogenitalia. Batu saluran kemih. Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah kelainan pembekuan darah, SLE, dan kelainan sistem hematologik lainnya.Penyebab hematuria yang paling sering adalah infeksi saluran kemih, batu ginjal, tumor pada kandung kemih, prostat, kandung kemih atau ginjal, dan glomerulonefritis. Penyebab lain yang lebih jarang diantaranya penyakit ginjal polikistik, trauma ginjal, dan nekrosis papilaris.10Pielonefritis atau batu saluran kemih merupakan penyebab tersering terjadinya hematuria makroskopik. Neoplasma, trauma dan beberapa jenis obat juga dapat menyebabkan hematuria makroskopik (gross hematuria). Hematuria makroskopik terdapat pada 60%-90% tumor buli-buli. Neoplasma ginjal dan buli-buli lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Hematuria dapat terjadi karena iritasi lokal pada sistitis. Hemofilia dan kelainan platelet baik kualitatif ataupun kuantitatif, dapat menyebabkan perdarahan mikroskopik dan makroskopik.Peningkatan frekuensi berkemih, urgensi, disuria atau nyeri suprapubik menandakan bahwa sumber perdarahan ada pada traktus urinarius bagian bawah. Hematuria inisial (pada awal berkemih) menandakan uretra sebagai sumber hematuria, dimana hematuria terminal (diakhir berkemih) mengarah pada keterlibatan posterior uretra atau dasar vesika urinaria. Total hematuria berarti sel darah merah mengalir sepanjang pancaran urin, menandakan kelainan pada ginjal, ureter atau vesika urinaria.Kualitas warna urin dapat juga menentukan penyebab hematuria. Darah baru yang berasal dari buli-buli, prostat, dan uretra berwarna merah segar sedangkan darah lama atau yang berasal dari glomerulus berwarna lebih coklat dan berbentuk seperti cacing (vermiformis).Hematuria asimtomatik (tanpa adanya nyeri) biasa disebabkan oleh penyakit ginjal atau tumor pada vesika urinaria atau ginjal. Penyebab lainnya antara lain batu, penyakit ginjal polikistik, kista ginjal, sickle cell disease, dan hidronefrosis. Jika terdapat rasa tidak nyaman yang menyertai hematuria seperti kolik renal, curiga batu ureter. Hematuria dengan disuria menandakan infeksi vesika urinaria atau batu. Lesi pada vesika urinaria dapat menghasilkan perdarahan independen,bukan saat berkemih.11PatofisiologiBerdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan glomerulus dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang nefrologi dan urologi. Darah yang berasal dari nefron disebut hematuria glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah merah jarang ditemukan pada urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan herediter atau perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal. Eritrosit bila berikatan dengan protein Taam-Horsfall akan membentuk silinder eritrosit. Ini merupakan petunjuk penyakit/kelainan glomerulus yang merupakan penanda penyakit ginjal kronik. Pada penyakit nefron/glomerulus biasanya hanya ditemukan sel darah merah saja tanpa silinder. Proteinuria merupakan tanda lesi nefrologi/glomerulus. Apabila ditemukan proteinuria yang bermakna, hematuria, silinder eritrosit, insufisiensi ginjal atau ditemukan sel darah merah dengan bentuk dominan dismorfik, segera lakukan evaluasi kelainan parenkim ginjal/ penyakit ginjal primer. Eritrosit dismorfik merupakan tanda adanya kerusakan glomerulus.Evaluasi pemeriksaan mikroskopis bila ditemukan hematuria, yaitu ditemukan eritrosit dalam urin 3 per lapang pandang besar. Bila hematuria disertai proteinuria positif 1 dengan menggunakan dipstick dilanjutkan dengan pemeriksaan kuantitatif ekskresi protein/24 jam. Pada ekskresi protein lebih dari 500 mg/24 jam yang makin meningkat atau persisten diperkirakan suatu kelainan parenkim ginjal.Perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh urin, pada perempuan harus disingkirkan penyebab hematuria lain misalnya menstruasi, adanya laserasi pada organ genitalia, sedangkan pada laki-laki apakah disirkumsisi atau tidak. Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit, leukosit, dan silinder eritrosit merupakan tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Diagnosis banding hematuria persisten antara lain glomerulonefritis, nefritis tubulointertisial atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit, leukosituria menandakan nefritis tubulointerstisial. Bila disertai hematuria juga merupakan variasi dari glomerulonefritis. Pada kelompok faktor risiko penyakit ginjal kronik harus dilakukan evaluasi pemeriksaan sedimen urin untuk deteksi dini.AnamnesisAdakah hematuria? Jika ya, kapan dan berapa kali? Di bagian mana dari pancaran urin? Di awal? Sepanjang pancaran atau hanya diakhir kencing? Bedakan hematuria inisial, total, atau terminal. Adakah penyerta seperti disuria, demam, frekuensi kencing yang meningkat, nyeri pinggang? Adakah gejala gangguan saluran kemih lainnya, seperti hesitansi, pancaran kecil, tetesan diakhir kencing, inkontinensia? Perhatikan tanda-tanda BPH. Adakah gejala sistemik seperti penurunan berat badan, gatal, mual, anoreksia?Pernahkah sebelumnya ditemukan hematuria misalnya dengan dipstik saat pemeriksaan medis? Pada riwayat dahulu tanyakan riwayat penyakit yang mengenai saluran ginjal? Tanyakan adakah riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (misalnya penyakit ginjal polikistik)? Tanyakan riwayat obat-obatan. Apakah pasien mengonsumsi antikoagulan (tetapi hematuria masih menunjukkan kemungkinan abnormalitas yang mendasari). Apakah pasien mengonsumsi obat anti hipertensi?12Pemeriksaan fisikApakah pasien tampak sakit ringan atau berat? Adakah tanda-tanda penurunan berat badan, demam, anemia, atau gagal ginjal? Adakah massa abnormal, kandung kemih teraba ginjal, atau pembesaran prostat? Dapatkan sample urin pancaran tengah (sample bersih). Lakukan pengujian. Mikroskopi untuk sel dan silinder. Dipstik untuk darah, protein, leukosit, nitrit dan kultur.12Bedakan hematuria makroskopik dan mikroskopik. Hematuria makroskopik (gross hematuria) mengacu pada penyakit urologi, IgA nefropati, Alports disease atau anti-GBM disease. Hematuria mikroskopik lebih mungkin berasal dari ginjal dan memiliki prognosis yang lebih buruk.Perhatikan waktu terjadinya hematuria saat miksi. Hematuria sepanjang miksi mengacu pada kelainan di ginjal atau ureter. Hematuria saat mulai miksi mengacu pada kelainan di uretra. Hematuria pada akhir miksi mengacu pada kelainan di vesica urinaria dan prostat.Perhatikan gejala seperti disuria, peningkatan frekuensi, nokturia, urgensi, yang mengacu pada infeksi atau keganasan uroepitelial. Perhatikan riwayat hematuria sebelumnya, penyakit ginjal atau urologi, proteinuria, dan infeksi. Lakukan pemeriksaan lengkap, dengan memperhatikan ada tidaknya arthralgia, fatigue, demam, nyeri, gejala pada paru, rash, kelemahan, penurunan berat badan.Tanyakan mengenai obat-obatan yang dikonsumsi sebelumnya dan durasi pemakaiannya, obat-obatan yang biasa menyebabkan hematuria diantaranya analgesik, siklofosfamid dan penicilin extended-spectrum. Pemeriksaan fisik termasuk evaluasi hipertensi periksa tekanan darah dan periksa tanda-tanda kerusakan hipertensif (misalnya retinopati, hipertrofi ventrikel kiri). Periksa adakah rash, artritis, penyakit pada paru, prostat, ureter dan vagina. Lihat tanda-tanda trauma, trauma ringan sampai sedang sering menyebabkan perdarahan ginjal, trauma berat dapat tidak berdarah (ginjal avulsi-gangguan komplet).Karsinoma sel ginjal berhubungan dengan massa, nyeri pinggang, kolik, demam, kadang-kadang polisitemia, hiperkalsemia dan hipertensi. TCC (transitional cell carcinoma) tidak nyeri, hematuria intermitten. Glomerulonefritis biasanya hematuria mikroskopik, berhubungan dengan penyakit sistemik (SLE). Tuberkulosis ginjal (jarang) piuria steril, penurunan berat badan, anoreksia, frekuensi berkemih meningkat pada siang dan malam hari. Penyakit ginjal polikistik (jarang) ginjal teraba, hipertensi, gagal ginjal kronik. Batu ginjal atau ureter nyeri pinggang/lipat paha hebat, hematuria makroskopik atau mikroskopik, berhubungan dengan infeksi.13Pemeriksaan penunjangHematuria yang berisfat persisten membutuhkan investigasi lebih lanjut. Hematuria makroskopik tanpa nyeri pada dewasa muda harus dianggap kanker traktus urinarius sampai terbukti bukan kanker. Pemeriksaan urologi yang adekuat untuk hematuria harus termasuk didalamnya pemeriksaan urin mikroskopis untuk leukosit, eritrosit, bakteri dan silinder (casts). Sebagai tambahan,sitologi urin untuk mendeteksi keganasan sel harus diperoleh. Investigasi radiologi harus termasuk studi dari traktus urinarius bagian atas (IVP dan USG) dan cystopanendoscopy.10Bila sudah terbukti hematuria, pemeriksaan mikroskopik urin bisa menunjukkan apakah darah berasal dari glomerulus atau tempat lain sepanjang saluran kemih. Eritrosit yang berasal dari glomerulus cenderung dismorfik dan bisa disertai silinder eritrosit dan proteinuria yang signifikan. Kelainan glomerulus bisa mempengaruhi fungsi ginjal yang harus dinilai dengan pemeriksaan kreatinin plasma.Jumlah eritrosit yang abnormal pada urin dapat disebabkan oleh kelainan glomerular atau perdarahan non-glomerular. Perdarahan glomerular dapat diperkirakan jika terdapat tanda-tanda seperti; adanya eritrosit dismorfik, eritrosit dengan MCV (Mean Corpuscular Volume) kurang dari 72 fL, silinder eritrosit, dan proteinuria khususnya jika lebih dari 1 gram perhari.Hematuria non-glomerular ditandai dengan adanya eritrosit isomorfik pada urin dengan MCV ebih dari 72 fL tanpa adanya silinder eritrosit atau proteinuria signifikan. Perdarahan non glomerular selanjutnya dapat dilokalisasi dengan tes 3 gelas. Dalam prosedur ini, pasien dengan hematuria makroskopik diminta berkemih lalu menampung masing-masing 10-15ml urin ke dalam 3 gelas berbeda secara berurutan sesuai waktu berkemih. Perdarahan uretra dinyatakan jika hematuria mendominasi gelas pertama. Perdarahan saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) ditandai dengan adanya hematuria diketiga gelas.14 Sitologi urin yang abnormal bisa menunjukkan adanya keganasan saluran kemih. Jika ada dugaan kearah lesi struktural pada saluran kemih, bisa dilakukan pencitraan dengan radiografi polos untuk mencari batu yang radioopak (walaupun hanya sedikit batu yang dapat dilihat dengan foto polos), USG untuk mencari massa ginjal atau lesi kandung kemih, urografi intravena (IVU), terutama untuk mencari filling defect pada saluran kemih dan pencitraan cross-sectional dengan CT atau MRI. Jika diduga hematuria berasal dari ginjal, biopsi ginjal bisa dilakukan dan mungkin menunjukkan adanya glomerulonefritis. Penyebab hematuria mikroskopik atau makroskopik tersering berasal dari ginjal adalah nefropati IgA. Pada kelainan ini hematuria sering didahului oleh nyeri tenggorokan. Kelainan perdarahan sangat jarang menyebabkan hematuria namun harus dicari jika pasien juga memiliki riwayat keluarnya darah abnormal dari tempat lain.Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. Tindakan itu biasanya dilakukan setelah bekuan darah yang ada didalam buli-buli dibersihkan sehingga dapat diketahui asal perdarahan.Pemeriksaan sitologi urin dilakukan pada risiko tinggi untuk mendeteksi karsinoma sel transisional, kemudian dilanjutkan pemeriksaan sistoskopi.Evaluasi DiagnosisDitemukannya darah didalam urin merupakan hal yang tidak normal, kemunculan darah dalam urin harus merangsang penyelidikan urologi secara menyeluruh. Pada beberapa kondisi seperti demam, trauma ringan, aktivitas seksual atau infeksi virus, termasuk menstruasi dan latihan fisik yang intens dapat memproduksi hematuria yang bukan murni berasal dari traktus urinarius. Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra.Hemoglobinuria tanpa hematuria dapat disebabkan oleh adanya hemolisis. Mioglobinuria tanpa hematuria terjadi pada sindrom rabdiomiolisis setelah cedera otot rangka dan disertai peningkatan sebanyak lima kali pada kadar kreatin kinase plasma. Rabdomiolisis dapat terjadi secara sekunder akibat miositis viral, luka remuk, abnormalitas elektrolit berat (hipernatremia, hipofosfatemia), hipotensi, koagulasi intravaskulas terdisseminasi (DIC), toksin (obat, racun), dan kejang berkepanjangan.Urin tanpa heme dapat terlihat merah, coklat kola, atau merah keunguan akibat konsumsi berbagai jenis obat, makanan atau pewarna makanan. Urin dapat berwarna coklat kehitaman atau hitam jika terdapat berbagai kelainan metabolit urin.15

Penatalaksanaan Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi urin, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil maka sebaiknya pasien dirujuk untuk ditangani lebih lanjut dengan evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi sampai menyebabkan anemia maka perlu dipikirkan transfusi darah. Jika terjadi infeksi maka harus diberikan antibiotik.10Setelah gejala hematuria ditangani, tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primernya. Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya tergantung pada penyebabnya. Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik. Batu ginjal diobati dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat dilakukan ESWL atau pembedahan. Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan. Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker, atau kemoterapi.10

BAB IIIPENUTUP

III.1 Kesimpulan Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh . Hematuria merupakan suatu gejala, bukan suatu penyakit. Hematuria adalah keadaan abnormal dengan ditemukannya sel darah merah dalam urin. Ada dua macam hematuria, yaitu hematuria mikroskopis dan hematuria makroskopis (gross hematuria). Hematuria dibedakan menjadi hematuria glomerular dan non-glomerular. Pada hematuria glomerular urin berwarna seperti air cucian daging (coke coloredurine), eritrosit dismorfik, terdapat silinder eritrosit dan proteinuria. Pada hematuria non-glomerular urin berwarna merah atau merah muda, eritrosit bersifat eumorfik, mungkin terdapat bekuan darah. Ada 3 tipe dari hematuria yaitu inistial hematuria (diawal berkemih), terminal hematuria (diakhir berkemih), dan total hematuria (disepanjang berkemih). Tidak terdapat cara yang spesifik untuk mengobati hematuria, cara pengobatannya tergandung dari faktor penyebab terinfeksinya penyakit hematuria.

Daftar Pustaka1. Sherwood L. Sistem Kemih. Dalam : Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002. H.462-562.2. Resnick MI, Older RA. Diagnosis of genitourinary disease. Second edition. New York: Thieme Medical Publisher; 2007.H.7-8.3. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2008.4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.5. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004.6. Callaghan C. Pendahuluan ren. Dalam : At a Glance Sistem Ginjal. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2009.h.13-27. 7. Eroschenko VP. Sistem urinaria. Dalam : Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.247-60.8. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.278-9.9. Lestariningsih. Hematuria. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar penyakit dalam jilid II. Ed.5. Jakarta: InternaPublishing; 2009. H.519-20.10. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi kedua. Jakarta; CV Sagung Seto; 2007. H.153-6.11. Dains JE, Baumann LC, Scheibel P. Advance health assessment and clinical diagnosis in primary care. Ed 3. Philadelphia: Elsevier; 2007.12. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.99.13. Greenberg A, Cheung AK, Falk RJ. Primer on kidney diseases. Fourth diseases. Philadelphia: SAUNDERS; 2005.14. Schrier RW. Manual of nephrology. Seventh edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.15. Kahan S, Miller R, Smith EG. In a page signs & symptoms. Second edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.19