BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL “RANCANGAN GEOMETRI LERENG TIMBUNAN TERHADAP PARAMETER PENGARUH SKALA PENGUJIAN KUAT GESER LANGSUNG DI PT. KAYAN PUTRA UTAMA COAL KALIMANTAN TIMUR” B. LATAR BELAKANG Pada proses penambangan batubara diperlukan kegitan pembongkaran material penutup. Material penutup yang terdapat pada bahan galian batubara seperti : batulempung, batulanau dan batupasir. Material penutup batubara tersebut harus ditimbun pada suatu daerah. Masalah yang dihadapi pada timbunan tersebut adalah terjadinya longsor, maka dalam perencanaan geometri lereng harus memperhatikan karakteristik material yang mempengaruhi kekuatan lereng. Parameter yang mempengaruhi kekuatan lereng timbunan adalah sifat fisik dan sifak mekanik dari timbunan tersebut. Sifat fisik dari suatu material adalah kadar air, bobot isi, berat jenis, porositas dan angka pori. Sedangkan sifat mekaniknya adalah kuat tekan material dan kekuatan geser material. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL
“RANCANGAN GEOMETRI LERENG TIMBUNAN TERHADAP
PARAMETER PENGARUH SKALA PENGUJIAN KUAT GESER
LANGSUNG DI PT. KAYAN PUTRA UTAMA COAL KALIMANTAN
TIMUR”
B. LATAR BELAKANG
Pada proses penambangan batubara diperlukan kegitan pembongkaran
material penutup. Material penutup yang terdapat pada bahan galian batubara
seperti : batulempung, batulanau dan batupasir. Material penutup batubara
tersebut harus ditimbun pada suatu daerah. Masalah yang dihadapi pada timbunan
tersebut adalah terjadinya longsor, maka dalam perencanaan geometri lereng
harus memperhatikan karakteristik material yang mempengaruhi kekuatan lereng.
Parameter yang mempengaruhi kekuatan lereng timbunan adalah sifat fisik
dan sifak mekanik dari timbunan tersebut. Sifat fisik dari suatu material adalah
kadar air, bobot isi, berat jenis, porositas dan angka pori. Sedangkan sifat
mekaniknya adalah kuat tekan material dan kekuatan geser material.
Menentukan nilai dari parameter kekuatan geser material timbunan dapat
dilakukan dengan melakukan pengujian di laboratorium. Adapun beberapa
pengujian yang dapat dilakukan adalah pengujian kuat geser langsung dan
pengujian triaksial. Dalam pengujian kuat geser langsung dapat dilakukan dengan
pendekatan ke pengujian batuan utuh (intact rock) atau melakukan pengujian kuat
geser langsung pada material timbunan yang berupa loose material.
Pengujian kuat geser langsung dengan menguji material lepas/loose
material perlu diperhatikan mengenai skala pengujian yang dilaksanakan.
Material timbunan yang terdiri dari material yang berukuran bongkah perlu
dilakukan dengan pengujian geser langsung skala besar agar mendekati kondisi
1
in-situ dari material timbunan tersebut. apabila pengujian ini tidak dapat
dilakukan maka dapat dilakukan dengan skala standardengan melakukan reduksi
dari ukuran butir, karena melakukan proses reduksi ukuran butir maka hasil
parameter kekuatan geser batuan yang didapatkan berbeda dari hasil skala besar,
untuk itu diperlukan suatu fungsi yang menghubungkan hasil dari pengujian pada
skala besar dan skala standar sehingga hasil yang didapatkan relevan terhadap
material timbunan tersebut. Proses pembuatan timbunan dilakukan proses
pemadatan maka perlu dicari perilaku dari parameter kekuatan geser material
setelah dilakukan pemadatan. Maka dalam penelitian ini akan mencari hubungan
antara hasil pengujian dengan menggunakan skala besar dan skala standar dari
material yang belum dipadatkan dan sesudah dilakukan proses pemadatan dari
pengujian kuat geser langsung.
Penentuan geometri lereng berdasarkan kekuatannya terdapat dua metode
yang bisa digunakan yaitu Limit Equilibrium Method dan Finite Element Method.
Limit Equilibrium merupakan metode yang berdasarkan atas kesetimbangan gaya
dan pada awalnya mengasumsikan bidang longsoran. Finite Element Method
merupakan metode mencari faktor keamanan dengan menentukan bidang
lemahnya material yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Limit
Equilibrium dalam menentukan faktor keamanan dari geometri lereng timbunan
yang akan dirancang.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Menentukan dan memahami kekuatan geser material timbunan yaitu kohesi,
dan sudut gesek dalam terhadap pengaruh skala pengujian.
2. Menganalisis hubungan antara hasil pengujian kuat geser langsung skala
besar dengan kuat geser langsung standard yang telah dilakukan pemadatan.
3. Menentukan Dimensi lereng timbunan yang optimum.
D. RUMUSAN MASALAH
Nilai kekuatan geser suatu material timbunan akan berbeda-beda sesuai
dengan skala pengujian yang dilakukan. Dengan menggunakan pengujian dengan
2
skala yang lebih besar akan lebih mewakili material timbunan tersebut, namun
dalam proses pengujiannya dibutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang
lebih besar. Sehingga untuk memudahkan hal tersebut dapat dilakukan dengan
pengujian kuat geser langsung standar, sehingga harus diketahui bagaimana
hubungan dari skala pengujian tersebut.
Dalam proses pembuatan timbunan untuk meningkatkan kekuatan dari
suatu material timbunan perlu dilakukan pemadatan, seberapa besar pengaruh
pemadatan suatu material dalam meningkatkan kekuatan geser material tersebut.
E. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Pengujian geser langsung dengan skala besar merupakan pengujian kuat geser
langsung dengan ukuran conto 20 cm x 20 cm x 25 cm dengan fraksi ukuran
butir lebih dari 4 mesh.
2. Pengujian kuat geser langsung standar merupakan pengujian kuat geser langsung
dengan ukuran conto berbentuk silinder dengan diameter 6 cm dan tinggi 1 cm,
serta ukuran butir kurang dari 4 mesh sesuai dengan SNI 03-3420-1994
3. Pengujian kuat geser langsung skala standar dilakukan sebelum dilakukan proses
pemadatan dan sesudah proses pemadatan
4. Kondisi air hanya diperhitungkan pada proses pemadatan untuk mendapatkan
kadar air optimum
5. Metode perhitungan yang digunakan dalam merancang lereng timbunan adalah
metode kesetimbangan batas berdasarkan metode Hoek and Bray
6. Sampel yang digunakan terdiri dari 3 jenis batuan yaitu batulempung, batulanau
dan batupasir serta satu sampel komposite.
7. Pengujian dengan skala besar dilakukan setiap sampel tiga kali pengujian.
8. Pengujian dengan kuat geser langsung standar dilakukan sebelum dan sesudan
dilakukan pemadatan dengan total pengujian 144 kali pengujian.
F. HIPOTESA
3
Kekuatan geser material timbunan akan mempunyai hasil yang berbeda
akibat dari skala pengujian kuat geser langsung, dan pemadatan akan menambah
kekuatan geser dari suatu material timbunan
G. MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui hubungan antara nilai kekuatan geser material timbunan dengan
mengguanakan pengujian kuat geser langsung dengan skala besar dan skala
kecil.
2. Mengetahui kadar air optimum yang diperlukan dalam proses pemadatan
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh pemadatan tanah terhadap nilai kekuatan
geser material timbuanan.
4. Mengetahui dimensi lereng timbunan optimum.
4
BAB IIMETODOLOGI PENELITIAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
A.1 Karakteristik Masa Batuan dan Tanah
Merekayasa suatu material harus mengetahui karakteristik dari material
yang akan direkayasa. Karakteristik dari suatu batuan dapat diketahui dengan
pengujian laboratorium. Tabel 2.1 jenis-jenis pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui karakteristik dari suatu batuan
Tabel 2.1Ringkasan Sifat Fisik, Kekerasan, Sifat Mekanik dan Cuttability (Made,2012)
Sifat Batuan Parameter
Sifat Fisik Kandungan Air
Bobot Isi
Porositas
Kekerasan Material Kekerasan Mineralogi
Kekerasan Mohs dan Rosival
Koefesien Sementasi
Cone Indenter
Uji Dynamic rebound
Shore Sclerescope
Schmidt Hammer
Modified Schmidt Hammer
Standard Kuat Batuan Kuat tekan - UCS
Kuat tarik Brazillian
Kuat Geser
Perilaku Konstitutif Uji UCS Modulus Young
Spesifik Fraktur Energi
Toughness Index
5
Lanjutan tabel 2.1
Sifat Batuan Paramater
Indeks Kekuatan Batuan Indeks Kegetasan
Point Load Index
Impact Strength Index
O&K Wedge Test
Hardgroove Grindability Index
Breaking Characteristic
Rock Drillability
Drilling Rate Index
Drillability Barre granite
Point Load Index
Impact Strength Index
Sifat Dinamik Kecepatan Ultrasonic
Laboratorium
Abrasivitas Schmazek Faktor
Cerchar Abrasivity Index (CAI)
Uji Cuttability Core Cuttability
VARI
A.2 Sifat Fisik Material
Sifat fisik batuan yang ditentukan untuk kepentingan penelitian geoteknik
adalah : bobot isi ali (natural density), bobot isi kering (dry density), bobot isi
jenuh (saturated density), berat jenis semu (apparent specific gravity), beras jenis
sejati (true specific gravity), kadar air asli (natural water content), kadar air jenuh
(absorption), derajat kejenuhan, porositas (n) dan "void ratio" (e).
Bobot isi adalah perbandingan antara berat dari suatu batuan terhadapat
volumenya (Hunt,2005).
Berat jenis merupakan perbandingan antara bobot isi dari suatu batuan
terhadadap bobot isi air pada suhu 40 atau pada kondisi bobot isi air 1 gr/cm3
6
(Hunt,2005). Kadar air adalah jumlah air yang terkandung pada suatu batuan,
kadar air dinyatakan dalam persentase air terhadap batuan. Porositas adalah
perbandingan dari jumlah pori yang terdapat pada suatu batuan terhadap volume
dari batuan tersebut (Hunt,2005).
Pengujian sifat fisik batuan dapat dilaksanakan pada pengujian
laboratorium pada batuan tidak terganggu . Hubungan antara berat dan volume
dari suatu batuan serta kandungan air pada suatu material batuan (sifat fisik) dapat
dilihat tabel 2.2.
Tabel 2.2Hubungan antar sifat fisik batuan (Made,2012)
Sifat Fisik Simbol Rumus Satuan
Bobot isi asliγ n
W n
W w−W S
gr/cm3
Bobot isi keringγ d
W d
W w−W S
gr/cm3
Bobot isi jenuhγ s
W w
W w−W S
gr/cm3
Berat jenis semu SGapp W 0
W w−W S
: bobot isi air -
Berat jenis sejati SGapp W 0
W o−W S
: bobot isi air -
Kadar air asli W W n−W 0
W 0
x100 % %
Kadar air jenuh ws W w−W 0
W 0
x100% %
Keterangan :Wn : berat asliWw : berat jenuhW0 : berat keringWs : berat tergantung
A.3 Pengujian Kuat Geser Langsung
Salah satu sifat mekanik batuan dapat diuji dengan menggunakan pengujian
kuat geser. Kuat geser batuan merupakan perlawanan internal batuan terhadap
7
tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut yang
dipengaruhi oleh karakteristik intrinsik dan faktor eksternal (Made Astawa Rai,
2012). Kuat geser batuan sangat berguna sebagai parameter rancangan kestabilan
lereng dan kriteria keruntuhan geser yaitu menurut Mohr-Coulomb.
Teori Mohr menggap bahawa untuk suatu keadaan tegangan σ 1> σ 2 > σ 3,
maka tegangan menengah tidak mempengaruhi runtuhnya batuan, dan kuat tarik
tidak sama dengan kuat tekan suatu batuan. Teori ini didasarkan pada hipotesa
bahwa tegangan normal dan tegangan geser yang bekerja pada bidang runtuh
memainkan peranan penting dalam runtuhnya suatu material.
`
Gambar 2.1(a). Kurva keruntuhan non linier kriteria Mohr. (b). tegangan utama kriteria Mohr yang mempengaruhi runtuhnya material (Mohr,1900)
Kriteria keruntuhan oleh Mohr garis selubung kekuatan geser sulit
dirumuskan dalam rumusan matematika, sehingga kriteria ini kemudian
berkembang menjadi kriteria keruntuhan mohr-coulomb.
Kriteria mohr coulomb dinyatakan dengan persamaan
τ=c+μσ…………………………………………………………(2.1)
τ = tegangan geser
c = kohesi
σ = tegangan normal
μ = koefesien gesek dalam dari batuan (tan ∅)
8
Nilai kohesi dan sudut gesek material dapat ditentukan dengan melakukan
pengujian kuat gser langsung. Dalam pengujian kuat geser percontoh diberikan
beban normal dengan nilai tertentu secara konstan, kemudian percontoh diberikan
gaya geser, maka akan terjadi pergeseran pada suatu bidang geser. Dengan
menggunakan minimal tiga kombinasi maka akan didaptkan nilai kohesi dan
sudut gesek dalam.
Gambar 2.2Kondisi percontoh dalam pengujian kuat geser langsung
Adapun faktor yang mempengaruhi dari pengujian kuat geser adalah
sebagai berikut :
1. Faktor intrinsik : merupakan faktor yang menunjukkan karakteristik
internal batuan, terdiri dari kohesi dan sudut gesek dalam.
2. Faktor entrinsik : merupakan faktor yang berasal dari lingkungan batuan
baik alami maupun tidak serta dapat dikontrol maupun yang tidak dapat dikontrol.
Faktor-faktor entrinsik antara lain :
a. Tegangan Normal
Semakin besar tegangan normal yang bekerja, semakin besar tegangan
yang dibutuhkan untuk menyebabkan materiak tersebut tergeser. Pada pengujian
laboratorium sebaiknya tegangan normal tidak melebihi batas elastis batuan.
Menurut Griffith (1921 & 1925) bahwa keberadaan rekahan awal yang terdapat
pada batas antar butiran batuan dapat menyebabkan terjadinya pemusatan
9
tegangan tarik pada ujung celah kecil tersebut ketika batuan diberi tekanan dari
luar, baik secara uniaksial ataupun multiaksial sehingga pada batas tekanan
tertentu tegangan tarik tersebut mencapai titik kritisnya dan menyebbkan
terjadinya pembentukan rekahan awal yang arah perambatannya searah dengan
tegangan utama mayor (Mayor principal stress).
b. Keberadaan dan tekanan air
Tekanan air merupakan gaya angkat atau tekanan air pori yang
mengurangi tegangan normal yang bekerja menjadi tegangan normal efektif yang
besarnya σ e ff=¿ (σ n−u) sehingga akan mengurangi kekuatan geser batuan.
Pengaruh. Pengaruh tekanan pada kuat geser batuan keras dapat pada persamaan :
τ=c+σ eff x tan∅ Pada batuan lunak yang mempunyai nilai kuat tekan < 25 MPa
seperti batu lempungnilai kohesi dan sudut gesek dalamnya berubah secara drastis
akibat adanya penambahan air. Yang ini terkait dengan sifat mineralnya yang
rekatif.
c. Mineralogi dan ukuran butir
Ukuran yang lebih kecil biasanya mempunyai nilai kohesi yang lebih
besar, namun mempunyai sudut gesek dalam yang relatif lebih kecil dibandingkan
dengan percontoh yang mempunyai ukuran butir yang lebih besar. Horn & Deere
(1962) serta Kenney (1967) telah melakukan penelitian terhadapa kuat geser
mineral-mineral pembentuk batuan serta pengaruh komposisi mirela terhadap
kekuatan geser tanah. Kenney menyimpulkan bahwa kondisi mineral lebih
berpengaruh terhadap kekuatan geser diabndingkan dengan ukuran butirnya.
d. Kekasaran Permukaan Geser
Semakin kasar permukaan geser maka semakin besar kekuatan geser
batuan. Tetapi kekasaran ini hanya berpengaruh terhadap tegangan normal yang
rendah karena pada tegangan normal yang cukup tinggi permukaan geser akan
hancur. Menurut grasselli (2001) kekasaran permukaan bidang diskontinyu akan
mempengaruhi kekuatan geser batuan pada tingkat tegangan normal hingga 20%
e. Laju Pembebanan
Pengaruh laju pembebanan geser pada kekuatan geser rekahan yang terisi
material lempung tidak hanya terkait dengan berkurangnya kesempatan
10
pengeringan akibat laju terlalu tinggi, ataupun terjadinya pelemahan. Ada efek
yang fundamental yang dipengaruhi oleh viskositas komponen kehesif dari kuat
geser batuan.Bjerrum (1973) telah meneliti fenomena ini terhadap lempung lunak,
plastis dan terkonsolidasi normal. Hasilnya bahwa efek laju merupakan fusngi
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai regangan geser kritis dimana failure
terjadi.
f. Tingkat Kerusakan contoh
A.4 Pemadatan Material
Pemadatan merupakan usaha secara mekanik agar butir butir material
merapat. Volume tanah akan berkurang, volume pori berkurang namun volume
butiran tidak berubah.hal ini bisa dilakukan dengan menggilas/ menumbuk.
Menurut Budi Santosa manfaat dari pemadatan adalah memperbaiki sifat
teknik material :
1. Memperbaiki kuat geser tanah yaitu menaikkan kohesi dan sudut gesek dalam.
2. Mengurangi kompresibilitas yaitu mengurangi penurunan oleh beban.
3. Mengurangi permeanilitas yaitu mengurangi nilai K
Pemadatan tanah biasanya digunakan untuk pembuatan bendung,
timbuanan, jalan raya, pondasi. Perubahan yang terjadi jika tanah dipadatkan
adalah pengurangan volume tanah sehingga akibatnya volume total tanah
berkurang. Dalam praktek yang digunakan sebagai ukuran kepadatan adalah berat
volume kering adalah semakin besar berat volume kering artinya material tersebut
semakin padat.
Dalam pengujian pemadatan berdasarkan tenaga pemadatannya dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Cara Standar
Pada proses pemadatan dengan cara standar, menggunakan mold dengan
volume 944 cm3, diameter mold 10,1 cm. selama pengujian di laboratorium pada
bagian bawah diberikan plat dasar, dan pada bagian atas terdapat leher mold.
Tanah dicampur dengan kadar air tertentu dan dibagi menjadi 3 bagian. Ketiga
bagian tersebut satu per satu dimasukkan ke dalam mold, dan dan ditumbuk
11
menggunakan hammer masing-masing 25 kali pukulan. Hammer yang digunakan
mempunyai berat 2,5 kg dengan tinggi jatuh 12 inchi.
Gambar 2.3 Peralatan pengujian pemadatan standar
Dalam pengujian ini bobot isi dirumuskan sebagi berikut :
γ=WV
………………………………………………………………….(2.2)
Keterangan
W = berat dari material yang dipadatkan
V = Volume mold (944 cm3)
12
Gambar 2.4 Grafik Hasil pengujian Pemadatan
Pada proses pengujian pemadatan perlu melakukan pengujian kadar air,
dengan mengetahui kadar air dari suatu material yang dipadatkan maka bobot isi
kering dapat dirumuskan sebagai berikut :
γ dγ
1+w(% )100
……………………………………………………………….
(2.3)
Keterangan
w (%) = persentase kadar air
Nilai bobot isi kering pada persamaan 2.3 dan kadar air masing-masing diplotkan
dalam grafik maka akan didatkan grafik sesua dengan gambar 2.4. kadar air
optimum didapatkan pada saat bobot isi kering maksimum. Dengan memasukkan
persamaan kadar air dan derajad kejenuhan maka bobot isi kering juga dapat
dirumuskan sebagai berikut :
γ d=G s γw
1+e…….………………………………………………………...(2.4)
Keterangan :
Gs = Berat jenis materialγ w = bobot isi aire = angka pori