Top Banner
A. JUDUL PENELITIAN Judul penelitian yang akan diambil adalah Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pokok Bahasan Penerapan Listrik AC dan DC dalam kehidupan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”. B. LATAR BELAKANG MASALAH Penelitian kelas menunjukkan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan pada tingkat pra-universitas, sains makin tidak menyenangkan bagi siswa. Akibatnya, karena setiap siswa tidak harus mengambil semua mata pelajaran sains, makin sedikit yang mengambil kelas sains khususnya kelas fisika dan kimia. Kelas biologi dan kelas sains terintegrasi banyak diminati siswa. (Poedjiadi Anna, 2005). Dalam Standards for Science Teacher Preparation yang diselenggarakan oleh National Science Teachers Association (NSTA) pada tahun 1988 dan bekerja sama dengan The Association for The Education of Teacher in Science , dinyatakan bahwa satu aspek yang harus diperhatikan oleh guru sains adalah konteks sosial. NSTA menyatakan bahwa guru sains harus dapat mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber dari luar sekolah. Pembelajaran kontekstual diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa, partisipasi orangtua 1
38

PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

Jun 12, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

A. JUDUL PENELITIAN

Judul penelitian yang akan diambil adalah “Penerapan Model

Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pokok Bahasan

Penerapan Listrik AC dan DC dalam kehidupan untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Penelitian kelas menunjukkan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan

pada tingkat pra-universitas, sains makin tidak menyenangkan bagi siswa.

Akibatnya, karena setiap siswa tidak harus mengambil semua mata pelajaran

sains, makin sedikit yang mengambil kelas sains khususnya kelas fisika dan

kimia. Kelas biologi dan kelas sains terintegrasi banyak diminati siswa.

(Poedjiadi Anna, 2005).

Dalam Standards for Science Teacher Preparation yang

diselenggarakan oleh National Science Teachers Association (NSTA) pada

tahun 1988 dan bekerja sama dengan The Association for The Education of

Teacher in Science, dinyatakan bahwa satu aspek yang harus diperhatikan

oleh guru sains adalah konteks sosial. NSTA menyatakan bahwa guru sains

harus dapat mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber dari luar

sekolah. Pembelajaran kontekstual diharapkan mampu meningkatkan motivasi

siswa, partisipasi orangtua dan masyarakat di lingkungan sekolah tertentu.

(Poedjiadi Anna, 2005).

Dalam KTSP Fisika untuk SMA/MA dijelaskan bahwa fisika

merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi

maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Ini dapat dilihat dari pesatnya

perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang dipicu

oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti

mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran

sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga

memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras

berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

1

Page 2: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal

tanpa pemahaman yang baik tentang fisika.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

pembelajaran Fisika harus dikaitkan dengan perkembangan teknologi di

masyarakat karena pada dasarnya siswa sendiri akan berkiprah di dalam dunia

sosial bersama masyarakat dan tentu akan langsung berhubungan dengan

permasalahan lingkungan dan teknologi. Namun pada kenyataanya,

kemampuan siswa untuk mengaplikasikan ilmu fisika dalam kehidupan masih

kurang.

Telah dikemukakan beberapa pendekatan pembelajaran yang

mengaitkan antara suatu bidang yang dikaji dengan masalah aktual dalam

kehidupan, agar pengetahuan yang diperoleh dapat dimanfaatkan dalam

kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian diharapkan konsep-konsep

akan lebih mudah dikonstruk oleh siswa dan memiliki retensi yang lama.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melaksanakan

pembelajaran dalam konteks masyarakat adalah pendekatan Sains Teknologi

Masyarakat (STM). Pendekatan STM dalam pembelajaran sains telah

diperkenalkan sejak tahun 1985 di Bandung. Setelah melalui penelitian-

penelitian yang cukup lama diperoleh kesimpulan bahwa pendekatan STM

dapat menjangkau siswa yang tergolong pada kelompok berkemampuan

rendah dalam kelas karena dirasakan oleh siswa lebih menarik, nyata dan

aplikatif. (Poedjiadi Anna, 2005).

Dari analisis terhadap penelitian-penelitian yang dilakukan, tampak

adanya pola tertentu dari langkah-langkah yang dilakukan dalam proses

pembelajarannya. (Poedjiadi Anna, 2005). Maka STM yang tadinya berupa

pendekatan sekarang bergeser menjadi model.

Untuk dapat memecahkan persoalan dalam kehidupan sering kali kita

dituntut untuk membuat keputusan berdasarkan pilihan-pilihan yang ada.

Maka selain memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep sains siswa juga

harus memiliki keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis ini

merupakan hal yang penting dalam pembelajaran modern. Semua guru

2

Page 3: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

diharapkan tertarik untuk memberikan keterampilan berpikir kritis ini kepada

siswanya. (Schafersman, 1991). Tujuan khusus dari mengajar berpikir kritis

dalam sains atau disiplin ilmu lain adalah untuk mengembangkan

keterampilan berpikir siswa dan mempersiapkan mereka untuk menjadi

sumberdaya manusia yang bermutu.

Clement dan Lochhead (Schafersman, 1991) mengatakan “We should

be teaching the students how to think. Instead, we are teaching them what to

think”. Dari kalimat tersebut kita mendapatkan dua hal penting yaitu bahwa

biasanya guru mengajarkan kepada muridnya what to think (apa yang harus

dipikirkan), artinya guru hanya menyampaikan materi subjek saja atau biasa

disebut dengan transfer pengetahuan. Tetapi di jaman sekarang guru harus

mengajarkan pada siswa how to think (bagaimana cara berpikir) atau berpikir

kritis, sehingga siswa bukan lagi hanya menerima materi subjek tetapi juga

anak mampu menggali pengetahuan untuk dirinya. (Schafersman, 1991).

Seperti pepatah cina mengatakan “Berilah ikan dan kau akan memberinya

makan untuk satu hari, atau berikan kail dan kau akan memberinya makan

seumur hidupnya”

Selama kita mengajarkan what to think kemampuan siswa untuk

memcahkan masalah tidak akan pernah meningkat. Ini dikarenakan siswa

akan memusatkan sebagian besar perhatian dan waktunya untuk menerima

sebanyak mungkin pengetahuan dasar yang guru berikan tanpa tahu

bagaimana menerapkannya. Padahal, siswa dapat memahami materi tersebut

dengan membaca sendiri saja. Tetapi dengan mengajarkan how to think anak

memperoleh keterampilan bagaimana cara mengolah informasi dan kemudian

menjadikannya bahan referensi dalam membuat keputusan untuk

memecahkan permasalahan.

3

Page 4: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

C. RUMUSAN MASALAH

a. Apakah pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran STM dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa?

b. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran Fisika dengan model

pembelajaran Sains Tekonologi Masyarakat?

D. BATASAN MASALAH

Agar penelitian lebih optimal dan tidak terlalu melebar kemana-mana

maka peneliti membatasi masalah dalam peneltian pada hal-hal berikut:

a. Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa SMA kelas X semester 2

pokok bahasan Penerapan Listrik AC dan DC dalam kehidupan.

b. Kemampuan berpikir kritis yang akan diukur hanya 12 dari indikator-

indikator yang diberikan oleh Ennis (1996) yang secara rinci akan

dijelaskan pada metode penelitian.

E. TUJUAN PENELITIAN

a. Menganalisis keterampilan berpikir kritis siswa setelah menggunakan

model pemebelajaran STM.

b. Menganalisis tanggapan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model STM.

c. Menganalisis kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam

pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran STM.

F. MANFAAT PENELITIAN

a. Mendapat informasi tentang hubungan pembelajaran Fisika dengan Model

STM dengan keterampilan berpikir kritis siswa.

b. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pebelajaran Fisika

dengan Model STM dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis

siswa maka diharapkan guru yang menggunakan model ini dapat lebih

yakin dan percaya diri dalam melaksanakan pembelajarannya.

c. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk peneliti lain sebagai acuan

untuk penelitian selanjutnya.

4

Page 5: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

G. DEFINISI OPERASIONAL

Keterampilan berpikir kritis

Keterampilan berpikir kritis yang dimaksud adalah proses, dalam

membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang harus diyakini

dan dilakukan. Keputusan diambil secara hati-hati berdasarkan kriteria

tertentu, dengan memilih alternatif yang paling tepat dari beberapa

alternatif ada.

Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah model

pembelajaran yang biasa diterapkan di sekolah yang akan diteliti. Pada

model konvensional biasanya pembelajaran berpusat pada guru dan guru

lebih banyak ceramah.

Model Pembelajaran STM

Model pembelajaran STM adalah suatu strategi pembelajaran yang

mengangkat isu-isu yang ditemui siswa di masyarakat ke dalam

pembelajaran dan mengaitkannya dengan konsep-konsep sains yang ada,

topik-topik yang dipelajari kemudian dihubungkan dengan isu-isu yang

sedang berkembang dengan ini diharapkan pembelajaran akan lebih

menarik minat siswa.

H. HIPOTESIS

H1 Model pembelajaran STM dapat meningkatkan keterampilan berpikir

kritis siswa

H0 Model pembelajaran STM tidak dapat meningkatkan keterampilan

berpikir kritis siswa

I. RINGKASAN TINJAUAN TEORITIS

MODEL PEMBELAJARAN STM.

STM sebagai pendekatan

Suatu pendekatan dalam pembelajaran dapat diartikan berbagai usaha

untuk mendekati tujuan pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai.

5

Page 6: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

Poedjiadi (2005) mencontohkan dengan pendekatan pendaratan yang

dilakukan seorang pilot ketika cuaca tidak memungkin untuk saat itu

mendarat, pilot akan berusaha mencari jalan lain atau bila perlu berkeliling

terlebih dahulu untuk mencari celah agar dapat mendarat dengan aman.

Ada banyak pendekatan diantaranya pendekatan lingkungan,

pendekatan inquiry, pendekatan masalah, pendekatan interaktif, keterampilan

proses, pendekatan nilai dan lain-lain. Suatu pendekatan dapat menggunakan

lebih dari satu metode atau bahkan lebih dari satu pendekatan dapat dilakukan

bersama-sama dalam satu pembelajaran.

Sains, teknologi dan masyarakat adalah hal yang tidak dapat

dipisahkan dan selalu saling mempengaruhi. Teknologi lahir karena

kebutuhan dan sains berawal dari sifat ingin tahu manusia. Tapi penemuan-

penemuan di bidang sains kemudian memicu perkembangan teknologi sabagai

contoh penemuan dalam bidang kelistrikan tadinya hanya dari sifat keingin

tahuan tentang gejala-gejala yang ditimbulkan misalnya listrik statis sampai

tercipta alat-alat canggih yang menggunakan listrik. Tetapi perkembangan

teknologi misalnya dibuatnya mikroskop elektron memicu perkembangan

sains yang lain. Sedangkan masyarakat yang selalu memiliki kebutuhan dan

banyak rasa ingin tahu siap menggunakan teknologi dan menjelajahi sains.

Adapun pendekatan STM telah diperkenalkan di Bandung sejak tahun

1985 sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam

pembelajaran dalam konteks masyarakat. Pendekatan STM dalam

pembelajaran dapat digunakan dalam pembelajaran sains atau pun sosial,

dilaksanakan oleh guru melalui topic yang dibahas dengan menghubungkan

antara sains dan teknologi yang terkait dengan kegunaannya di masyarakat.

Tujuannya antara lain untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar di

samping memperluas wawasan siswa. Dari wawancara terhadap guru di

lapangan diketahui bahwa pada umumnya guru merasa telah melaksanakan

tugasnya dengan baik, apabila telah dapat mengantarkan peserta didik

menguasai konsep-konsep dalam studi yang diajarkannya meskipun belum

6

Page 7: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

tentu ia telah mengaitkan konsep-konsep tersebut dengan kepentingan

masyarakat. (Poedjiadi Anna, 2005).

Tujuan yang ingin dicapai dari pendekatan STM dalam pembelajaran

adalah pendekatan interdisiplin ilmu dalam pembelajaran sains, memberikan

siswa pengetahuan tentang keadaan dunia yang sebenarnya, memberikan

kesempatan siswa untuk membentuk pemahaman yang kritis tentang

hubungan sains, teknologi dan masyarakat, dan mengembangkan kapasitas

dan kepercayaan diri siswa untuk mengaplikasikan sains dalam kehidupan

sehari-harinya. (wikipedia article, 2008).

Menurut Yager (dalam Sugianti,2001) karakteristik pendekatan STM

adalah sebagai berikut:

1. Adanya masalah yang diidentifikasi

2. Penggunaan sumber daya masyarakat dan lingkungan sebagai bahan

pemecahan masalah.

3. Siswa aktif turut serta dalam pemecahan masalah.

4. Belajar dapat dilakukan di luar kelas, tidak harus selalu di dalam kelas.

5. Terfokus pada dampak sains dan teknologi yang dirasakan siswa.

6. Sains tidak hanya berisi konsep-konsep saja, malainkan juga proses baik

proses penemuan, pengembangan dan pengendalian.

7. Penekanan pada keterampilan proses.

8. Penekanan pada kesadaran karier yang berkaitan dengan Sains dan

Teknologi.

9. Turut serta sebagai warga negara dalam pemecahan masalah yang ada di

masyarakat

10. Siswa memiliki kebebasan dalam proses belajar.

STM sebagai Model Pembelajaran

Suatu model pembelajaran merupakan rencana, pola atau pengaturan

kegiatan guru dan siswa yang menunjukkan adanya interaksi antara unsur-

unsur yang terkait dalam pembelajaran yakni guru, peserta didik dan media

termasuk bahan ajar atau materi subjek. Terdapat berbagai macam model

pembelajaran diantaranya yang disebutkan dalam Models of Teaching

7

Page 8: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

karangan Bruche Joyce dan Marsha Weil dan dikelompokkan menjadi empat

rumpun besar yaitu model pemrosesan informasi, pribadi, interaksi sosial dan

tingkah laku.

Disamping model-model yang diperkenalkan oleh Bruche Joyce dan

Marsha Weil, dalam buku karangan Anna Poedjiadi diperkenalkan model

pembelajaran STM. Pada awalnya STM merupakan pendekatan sebelum

akhirnya menjadi model setelah melalui proses yang lama melalui hasil-hasil

penelitian, skripis, tesis dan disertasi diperoleh kesimpulan bahwa STM

sebagai pendekatan dapat menjangkau siswa yang tergolong pada kelompok

berkemampuan rendah dalam kelas karena dirasakan oleh siswa lebih

menarik, nyata dan aplikatif. Dari analisis terhadap penelitian-penelitian

tersebut tampak adanya pola-pola tertentu dari langkah-langakah yang

dilakukan dalam proses pembelajaran. Misalnya, suatu hal yang tidak boleh

diabaikan adalah adanya pemantapan konsep yang menuntut kejelian guru,

untuk mencegah terjadinya miskonsepsi. Dengan demikian pendekatan STM

layak di sebut sebagai model.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran STM dapat dilihat dari

bagan pada gambar 1.

8

Page 9: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

Gambar 1. Bagan model pembelajaran STM

Tahap 1. Kekahsan model ini adalah dikemukakannya isu-isu yang

ada dimasyarakat yang dapat digali dari siswa, tetapi apabila guru tidak

berhasil memperoleh tanggapan dari siswa dapat saja dikemukakan oleh guru

sendiri. Isu yang dikemukakan dapat bermasah atau tidak bermasalah

merupakan pernyataan yang mengundan pro dan kontra sehingga

mengharuskan siswa berpikir untuk menganalisis isu tersebut.

Tahap 2. Proses pembentukan konsep dapat dilakukan dengan

berbagai macam metode, misalnya ceramah, demonstrasi atau diskusi

kelompok. Pada akhir tahap ini diharapkankonstruksi dan rekonstruksi siswa

menemukan konsep-konsep yang benar atau merupakan konsep-konsep para

ilmuan.

Tahap 3. Berbekal pemahaman konsep siswa melakukan analisis

terhadap isu tersebut yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan. Pada

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Tahap 4

Tahap 5

Pendahuluan: Inisiasi/invitasi/apersepsi/ eksplorasi thd siswa

Pembentukan/ pengembangan konsep

Analisis konsep dalam kehidupan: penyelesaian masalah atau analisis isu

Penilaian

Pemantapan konsep

Pemantapan konsep

Pemantapan konsep

Isu/masalah

9

Page 10: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

tahap ini anak harus mengambil contoh tindakan atas isu atau masalah yang

dikemukakan di awal tetapi harus bisa menjelaskan alasan mengapa tindakan

tersebut diambil.

Tahap 4. Pada pemantapan konsep ini guru perlu meluruskan jika ada

miskonsepsi yang dialami siswa pada saat pembelajaran. Bila tidak ada

miskonsepsi pada saat siswa melakukan pembelajaran guru cukup memberi

penekanan pada konsep-konsep yang harus siswa pahami.

Tahap 5. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan tes untuk mengetahui

tingkat keberhasilan pembelajaran.

Ada enam ranah yang terlibat dalam model pembelajaran STM ini

yaitu sebagai berikut 1) Konsep, fakta, generalisasi, diambil dari bidang ilmu

tertentu dan merupakan kekhasan masing-masing bidang ilmu 2) Proses

diartikan dengan bagaimana cara memperoleh konsep-konsep dalam bidang

ilmu tertentu 3) Kreativitas mencakup kelancaran, fleksibilitas, originalitas,

elaborasi dan sensitivitas 4) Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari

(aplikasi yang lebih luas dari C3 taksonomi Bloom) 5) Sikap, diantaranya

menyadari kebesaran Tuhan, mengargai penemuan para ilmuan dan produk

teknologi, peduli terhadap masyarakat, dan memelihara kelestarian

lingkungan 6) Cenderung untuk melakukan tindakan nyata apabila terjadi

sesuatu dalam lingkunganya.

Kekurangan menggunakan model pembelajaran STM diantaranya

apabila dirancang dengan baik, memakan waktu lebih lama bila dibandingkan

model-model lain. Bagi guru tidak mudah untuk mencari isu-isu yang terkait

topik yang akan dibahas. Untuk itu diperlukan kreativitas yang tinggi dari

guru jika ingin pembelajaran ini optimal.

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITISBerpikir merupakan aktivitas psikis yang intensional, dan terjadi

apabila seseorang menjumpai problema atau masalah yang harus dipecahkan

(Ahmadi, 2003). Seperti yang kita rasakan bahwa dalam kehidupan semua

orang tidak akan pernah lepas dari permasalahan sehingga selama dalam

10

Page 11: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

keadaan sadar kita tidak akan pernah berhenti berpikir. Dalam berpikir kita

dituntut untuk menghubungkan satu pengertian dengan pengertian yang

lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan masalah. Kita juga harus dapat

mengklasifikasikan, mempersatukan dan berusaha menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang muncul. (Ahmadi, 2003).

Berpikir pada umumnya diasumsikan sebagai salah satu proses

kognitif yang tidak dapat dilihat secara fisik, yaitu berupa suatu tindakan

mental dalam usaha memperoleh pengetahuan. (Presseisen dalam Rustini,

2005). Sehingga berpikir dipengaruhi oleh tingkat perkembangan intelektual.

Piaget (Dahar, 1989) membagi empat tingkatan perkembangan intelektual,

diantaranya: sensori-motori (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun),

operasional kongkret (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun keatas).

Fraenkel (Rustini, 2005) mengungkapkan bahwa sejak tingkat operasional

konkret hingga tingkat operasional formal terdapat empat tahapan berpikir.

Pertama tahap berpikir konvergen (logis/deduktif), pada saat ini pengambilan

keputusan dilakukan setelah memperoleh berbagai informasi lalu

mengorganisasi informasi tersebut sehingga menghasilkan keputusan yang

tepat. Kedua tahap berpikir divergen (induktif), pada tahap ini dalam

memecahkan masalah sebelumnya sudah ada alternatif jawaban tetapi tidak

mengandung kebenaran seratus persen, kemudian keputusan diambil

berdasarkan tingkat representative jawaban yang mewakili. Ketiga tahap

berpikir kritis, pemilihan keputusan dari beberapa alternatif pilihan

berdasarkan kriteria tertentu. Dan keempat tahap berpikir kreatif, pengambilan

keputusan dengan menghasilkan gagasan-gagasan baru yang tidak dibatasi

oleh fakta-fakta.

Menurut Beyer (1985) proses berpikir terbagi menjadi dua, yaitu

berpikir dasar dan berpikir kompleks. Proses berpikir dasar merupakan

gambaran dari proses rasional yang mempunyai sekumpulan proses mental

dari yang sederhana menuju yang kompleks. Selanjutnya Cohen (Beyer, 1985)

menyatakan bahwa setidaknya ada empat proses berpikir kompleks, yaitu

pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif.

11

Page 12: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kompleks ini kemudian disebut juga keterampilan

berpikir konseptual tingkat tinggi yang merupakan proses berpikir yang

dilandasi oleh keterampilan-keterampilan dasar untuk tujuan lebih spesifik.

Berpikir kritis termasuk di dalam kemampuan berpikir kompleks atau

bisa juga disebut sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi yang harus

didasarkan pada keterampilan dasar untuk tujuan lebih spesifik.

Ennis mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses,

dalam membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang harus

diyakini dan dilakukan. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk

menganalisis fakta, menghasilkan dan mengorganisasi ide, mempertahankan

pendapat, membuat kesimpulan, mengevaluasi pendapat, menyelesaikan

masalah, dan self-regulation (pengaturan pribadi).

Pendidikan jaman sekarang dituntut untuk mengembangkan cara

berpikir tingkat tinggi dan salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis.

Dengan berpikir kritis seseoarang menggunakan proses berpikir kompleks

untuk menganalisis argumen dan menghasilkan pengertian dan interpretasi

tertentu. Selain itu dengan berpikir kritis seseorang juga dapat

mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis dalam memahami

asumsi-asumsi, menintikberatkan pada posisi-posisi khusus yang mendasar,

mendapatkan gaya presentasi yang mantap.

Pada intinya definisi berpikir kritis menintik beratkan pada beberapa

aspek, yaitu pemahaman, analisis, evaluasi, dan sintesis (Rustini, 2005).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa berpikir kritis ternyata mampu

mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu, serta dapat

dipakai untuk pemenuhan kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi

peserta didik. (Liliasari dalam Kurniati, 2001).

Kemampuan berpikir kritis tidak dapat diperoleh begitu saja,

melainkan harus melalui proses pembiasaan dan pelatihan untuk mengasah

kemampuannya sehingga seseorang terbiasa dengan berpikir tersebut dan

kemudian jika sewaktu-waktu menemukan masalah ia dengan cepat dapat

menemukan alternatif pemecahan masalah yang tepat.

12

Page 13: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

Dalam Ennis (2000) dijelaskan bahwa orang yang berpikir kritis

idealnya memiliki kecenderungan sebagai berikut:

1. Peduli pada kebenaran dari apa yang mereka yakini, dan dapat

memberikan alasan mengapa ia meyakini hal tersebut. Mereka selalu ingin

memahami secara benar. Dalam kecendungan ini termasuk diantaranya:

a. Mencari alternatif hipotesis, penjelasan-penjelasan, kesimpulan,

perencanaan, sumber-sumber, dan sebagainya.

b. Mendukung pengembangan hal-hal diatas, tetapi hanya hal yang dapat

dijelaskan oleh informasi-informasi yang ada.

c. Menyampaikan dengan baik

d. Memperhatikan dengan serius sudut pandang yang lain.

2. Peduli pada kejujuran dan kejelasan dalam berbicara. Dalam

kecenderungan ini termasuk diantaranya:

a.  Jelas dalam menyampaikan maksud dalam berbicara, menulis, atau

berkomunikasi, mencari dengan sangat teliti situasi-situasi yang

dibutuhkan.

b. Tekun dan tetap fokus pada permasalahan (pada kesimpulan atau

pertanyaan).

c. Mencari dan mengajukan alasan-alasan.

d. Dapat masuk kedalam situasi keseluruhan

e. Reflektif terhadap keyakinan dasar yang ia miliki.

3. Peduli untuk menghormati dan menghargai setiap orang. Dalam

kecenderungan ini termasuk diantaranya:

a. Mengetahui dan mendengarkan alasan dan pandangan orang lain

b. Menghindari agar tidak menyinggung atau membingungkan orang

lain dengan keberanian mereka dalam berpikir kritis, dapat membuat

orang lain untuk ikut merasakan dan memahamimi.

c. Peduli terhadap kepuasan orang lain

13

Page 14: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

Kemudian orang yang berpikir kritis juga idealnya memiliki

kemampuan-kemampuan yang dapat dilihat dengan indikator-indikator

sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification)

Memfokuskan pertanyaan:

1. Mengidentifikasi atau merumuskan masalah.

2. Mengidentifikasi/merumuskan kriteria untuk jawaban yang mungkin.

3. Menjaga kondisi pikiran.

Menganalisis argument:

4. Mengidentifikasi kesimpulan

5. Mengidentifikasi alasan yang dikemukakan.

6. Mengidentifikasi alasan yang tidak dikemukakan.

7. Mencari persamaan dan perbedaan.

8. Mengidentifikasi dan menangani kerelevanan dan ketidakrelevanan.

9. Mencari sruktur dari suatu argumen.

10. Merangkum.

Bertanya dan menjawab suatu pertanyaan tantangan, contohnya:

11. Mengapa?

12. Apa intinya?

13. Apa yang dimaksud dengan …?

14. Apa saja contohnya dan apa saja yang bukan contohnya?

15. Mengapa terjadi perbedaan?

16. Apa faktanya?

b. Membangun keterampilan dasar (basic support)

Menyesuaikan dengan sumber:

17. Sumber ahli

18. Tidak ada konflik interes

19. Kesesuaian diantara beberapa sumber

20. Reputasi

21. Menggunakan prosedur yang diakui

22. Mengetahui resiko berdasarkan reputasi

14

Page 15: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

23. Kemampuan memberikan alasan

24. Teliti

Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi:

25. Terlibat dalam menyimpulkan.

26. Interval waktu yang singkat antara observasi dan pembuatan laporan.

27. Laporan dibuat oleh pengamat itu sendiri.

28. Merekam hal yang sangat penting.

29. Bukti-bukti yang kuat.

c. Menyimpulkan (inference)

Mendeduksi dan mempertimbangakan hasil deduksi:

30. Kondisi logis

31. Kelompok logis

32. Menafsirkan suatu pernyataan

Menginduksin dan mempertimbangkan hasil induksi:

33. Membuat generalisasi

34. Membuat kesimpulan dan hipotesis

Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan:

35. Latar belakang fakta

36. Konsekuensi

37. Penerapan prinsip-prinsip

38. Mempertimbangkan alternatif

39. Menyesuaikan, menimbang, dan memutuskan.

d. Membuat penjelasan lebih lanjut (advaced clarification)

Membuat defines dari suatu istilah dan mempertimbangkannya:

40. Bentuk: sinonim, klasifikasi, jarak, kesamaan pernyataan, operasional,

contoh dan bukan contoh.

41. Definisi strategi: tindakan dan mengidentifikasi serta menangani

kebohongan.

Mengidentifikasi asumsi:

42. Alasan-alasan yang tidak dikemukakan implisit

43. Asumsi yang diperlukan; membangun argumen

15

Page 16: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

e. Menyusun taktik dan strategi (strategy and tactic)

Menentukan tindakan:

44. Mendefinisikan maslah

45. Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi

46. Merumuskan alternatif tindakan yang mungkin

47. Menentukan hal-hal yang dapat dilakukan sementara

48. Mereview

49. Memantau pelaksanaan

Berinteraksi dengan orang lain:

50. Memeberikan label

51. Strategi logika

52. Retorika logika

53. Presentasi posisi, lisan, atau tulisan.

APLIKASI LISTRIK AC DAN DC DALAM KEHIDUPAN

Dari semua materi fisika SMA salah satu yang cocok menggunakan

model STM dalam pembelajarannya adalah Aplikasi Listrik AC dan DC

dalam kehidupan. Materi tersebut terdapat pada KTSP SMA kelas X semester

2 pada standar kompetensi 5 dan kompentensi dasar 5.2. Standar kompetensi 5

yaitu: “Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah

dan berbagai produk teknologi”. Kompetensi dasar 5.2 yaitu:

“Mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari”.

Model STM sangat cocok untuk standar kompetensi dan kompentesi

dasar tersebut diatas. Listrik AC dan DC sangat akrab dengan kehidupan

siswa dan mudah sekali ditemui, sehingga diharapkan dapat memperoleh

perhatian siswa.

J. METODE PENELITIAN

Penelitian akan dilaksanakan ini merupakan penelitian eksperimental

dengan menggunakan Randomized Pretest-Postest Control-Group Design

yaitu dengan menggunakan 2 kelas dengan perlakuan berbeda yang dapat

16

Page 17: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

dilihat pada gambar 1 (Pangabean, 1996). Dua kelas tersebut yaitu kelas

kontrol dengan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen dengan

pembelajaran model STM. Pemilihan desain ini adalah untuk mendapatkan

pembading (kelas kontrol) sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana

pembelajaran dengan model STM dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Kelas Pretest Perlakuan Pos Test

Kontrol T1 X1 T2

Eksperimen T1 X2 T2

Dengan T1 : pretes X1 : pembelajaran konvensional

T2 : postes X2 : model STM

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Kelas X dengan penentuan

sampel penelitian dilakukan dengan teknik sampling acak (random sampling).

Variabel Penelitian

Variabel bebas: Model pembelajaran STM.

Variabel terikat: Hasil belajar siswa berupa hasil tes keterampilan berpikir.

Instrument Penelitian

Instrument penelitian yang akan digunakan ada dua jenis yaitu soal tes

(pretes dan postes) untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dan

angket untuk mengetahui tanggapan siswa serta kesulitan siswa dalam

melaksanakan pembelajaran.

Soal tes berupa soal yang mengukur kemampuan berpikir kritis siswa

dalam materi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan. Berikut ini

adalah daftar Indikator kemampuan berpikir kritis yang akan diukur.

17

Page 18: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

Tabel 1.

Daftar indikator kemampuan berpikir kritis yang akan diukur dalam

penelitian ini

Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification)

- Memfokuskan pertanyaan

1. Mengidentifikasi atau merumuskan masalah

2. Mengidentifikasi/merumuskan kriteria untuk jawaban yang mungkin

- Menganalisis argumen

3. Mengidentifikasi alasan yang dikemukakan

4. Mengidentifikasi dan menangani kerelevanan dan ketidakrelevanan.

Membangun keterampilan dasar (basic support)

- Menyesuaikan dengan sumber

5. Kesesuaian diantara beberapa sumber

6. Kemampuan memberikan alasan

Menyimpulkan (inference)

- Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan

7. Penerapan prinsip-prinsip

8. Mempertimbangkan alternatif

Membuat penjelasan lebih lanjut (advaced clarification)

- Mengidentifikasi asumsi.

9. Asumsi yang diperlukan; membangun argumen

Menyusun taktik dan strategi (strategy and tactic)

- Menentukan tindakan

10. Merumuskan alternatif tindakan yang mungkin

Instrument yang lain yang akan digunakan adalah berupa angket.

Angket diberikan setelah postes. Angket berisi pertanyaan dan pernyataan

siswa tentang penerapan model STM dalam pembelajaran.

Pengolahan data

Pengolahan data pada hasil penelitian akan dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

18

Page 19: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

1. Untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas

eksperimen dan kontrol maka digunakan gain ternormalisasi (Hake dalam

Mertzel, 2003) dengan rumus

dan kriteria gain ternormalisasi (Hake, …) seperti pada tabel berikut.

Tabel 2

Kriteria Gain Ternormalisasi

Indeks Interpretasi

0,00 – 0,30 Rendah

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Tinggi

Kemudian pada indeks gain didapat dilakukan pengolahan data.

2. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Uji prasyarat berupa uji normalitas dan homogenitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan

salah satunya dengan cara menghitung Chi-square (2). Jika 2hitung

< 2tabel maka populasi normal dan jika 2

hitung > 2tabel tidak

terdistribusi.

Uji homogenitas dua varians dilakukan dengan menentukan

varians data penelitian dan menghitung homogenitas (F) dengan

mengunakan rumus berikut

dengan : varians terbesar dan : varians terkecil.

Jika F hit < F tabel , maka varians homogen dan jika F hit > F tabel,

maka varians tidak homogen.

2) Uji hipotesis

19

Page 20: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

Jika pada uji prasyarat data terdistribusi normal dan

homogen maka uji hipotesis dilakukan dengan uji paramtrik.

Namun jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen

maka digunakan uji nonparametrik.

Untuk pengujian parametrik dapat dilakukan dengan

menghitung z-score (Z) menggunakan rumus

dengan : mean skor kelas ekperimen, : mean skor kelas

kontrol, : varians kelompok eksperimen, : varians kelompok

kontrol, : jumlah sampel kelompok ekperimen, dan : jumlah

sampel kelompok kontrol. Jika nilai Zhitung < Ztabel maka terdapat

perbedaan yang signifikan pada peningkatan rata-rata skor

keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen

maka dilakukan uji non parametrik berupa ujin Wilcoxon. Uji

Wilcoxon digunakan untuk menguji apakah dua grup sample

(bertipe interval, rasio) yang berpasangan (dependent) berasal dari

populasi yang sama. Statistik uji dari Wilcoxon Test

menggunakan pendekatan peringkat dan tanda dari selisih

pasangan data. (Winner Statistik, 2008). Apabila sampel

berpasangan besar (n ≥ 25), digunakan pendekatan distribisi

normal pada statistic ujinya (Santosa,2004). Uji hipotesis huji rank

bertanda Wilcoxon untuk n ≥ 25 adalah:

- Uji hipotesis

a. H0: D1 dan D2 identik Vs H1: D1 lebih ke kiri atau ke kanan

dari D2

b. H0: D1 dan D2 identik Vs H1: D1 lebih ke kanan dari D2

20

Page 21: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

c. H0: D1 dan D2 identik Vs H1: D1 lebih ke kiri dari D2

- Tingkat siginifikansi

- Statistik uji

- Daerah penolakan

a. H0 ditolak jika

b. H0 ditolak jika

c. H0 ditolak jika

3. Menganalisis tanggapan siswa pada angket untuk bagaimana

minat siswa pada pembelajaran dengan model STM ini

21

Page 22: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

Gambar 2. Bagan alur penelitian penerapan Model Pembelajaran STM

Analisis Penelitian yang relevan

Identifikasi Masalah

Tahap Persiapan

Analisis materi subjek

Penyusunan instrument penelitian

Menentukan subjek penelitian

Uji coba instrumen

Analisis hasil uji coba

Pretest

Post test

Perlakuan: Penerapan model pembelajaran STM di dalam kelas

Menyusun Silabus, RPP dan skenario

Menentukan isu pada pembelajaran

Mempersiapkan media pembelajaran

Analisis data

Kesimpulan

Tahap Pelaksanaan

Menentukan variabel penelitian

Tahap Refleksi

22

Page 23: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

K. JADWAL PENELITIAN

Secara garis besar jadwal kegiatan penelitian yang akan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 3

Jadwal Penelitian

NoTahap

PelaksanaanBULAN

I II III IV V VI VII VIII IX X

  Persiapan                    1 Analisis

Penelitian yang relevan                    

2 Identivikasi Masalah

                   3 Menentukan

Variabel penelitian                    

4 Analisis materi subjek

                   5 Menentukan

subjek penelitian                    

6 Menentukan Topik Pembelajaran                    

7 Menyusun silabus RPP dan scenario                    

8 Menyiapkan media

                   9 Penyusunan

Instrumen                   

10 Uji coba instrument

                   11 Analisis hasil

uji coba instrument                    

                       

23

Page 24: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

NoTahap

PelaksanaanBULAN

I II III IV V VI VII VIII IX X  Pelaksanaan                    

12 Pretest                    13 Perlakuan:

penerapan Model Pembelajaran STM dalam kelas                    

14 Post test                                             Finishing                    

15 Analisis data                    16 Kesimpulan                    

DAFTAR PUSTAKA

Beyer, B.K. (1985). Practical strategies for the direct teaching of thinking skills,

dalam Costa, A.L. (1985), Developing minds: a resource book for

teaching thinking. Virginia, USA: ASCD.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.

Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Ennis RH. 2000. An outline of goals for a critical thinking curriculum and its

assessment. [online]. Tersedia dari URL:

http://www.criticalthinking.net/goals.html [3 Desember 2008]

Hake RR. ___ . Analyzing change/gain scores. [online]. Tersedia dari URL:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf

[3 Desember 2008]

Kurniati, T. (2001). Pembelajaran pendekatan keterampilan proses saians untuk

meningkatakan kemampuan berpikir kritis siswa. Tesis PPS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Mertzel, D. (2003). The relationship between mathematics preparation and

conceptual gain in physics a possible hidden variable in diagnostic.

[online]. Tersedia dari URL: http://jps.aip.org/ajp. [31 Oktober 2008]

Pangabean, Luhut. 1996. Penelitian Pendidikan. Bandung: FPMIPA IKIP

24

Page 25: PROPOSAL STM-Berpikir Kritis

Poedjiadi, Anna. (2005). Sains Teknologi Masyarakat model pembelajaran

bermutu nilai. Bandung: Rosda.

Rustini, Intang. (2005). Keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran

kooperatif teknik Think-Pair-Squaredalam kegiatan praktikum materi

penceramaran air. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Bandung (tidak diterbitkan).

Santonsa, R Gunawan. (2004). Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi

Schafersman, S.D. (1991). An introduction to critical thinking. Tersedia di URL:

http://www.freeinquiry.com/critical-thinking.html [23 September 2008]

Sugiatni, Yatni. (2001). Peningkatan hasil belajar siswa dalam respirasi anaerob

dan aerob dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat.

Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Utomo, Pristiadi. Pembelajaran dengan pendekatan SETS. Tersedia dari URL:

http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-dengan-

pendekatan-sets/ [1 September 2008]

Wikipedia Article. Science, technology, society and environment education.

Tersedia dari URL:

http://www.powerset.com/explore/semhtml/Science,_technology,_society

_and_environment_education?query=Science%2C+technology

%2C+society+and+environment+education [23 September 2008]

Winner Statistik: Significant test non paramtrik. [online]. Tersedia di URL: ___

[31 Oktober 2008]

25