PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SUNGGUMINASA DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Nurmia Syam NIM 10536 11026 17 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DESEMBER 2021
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SUNGGUMINASA
DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Nurmia Syam
NIM 10536 11026 17
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
DESEMBER 2021
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Don’t put off until tomorrow what you can do today
Just do it now because sometimes later become never
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
(Qs. Al-Insyirah:6)
Persembahan:
Untuk Kedua orang tuaku tercinta Syafaruddin dan Rosmala,
kedua kakakku Jumrah Syam dan Nirma Syam, keluarga
besar Karakkaji Dg Bali, beserta sahabat-sahabat
seperjuanganku, atas keikhlasan dan doa mereka dalam
mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vii
ABSTRAK
Syam, Nurmia. 2021. Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ). Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Baharullah dan Pembimbing II Muhammad Rizal Usman.
Kurangnya kemampuan pemecahan masalah dalam sektor pendidikan Indonesia merupakan suatu persoalan pokok yang perlu ditinjau lebih lanjut berdasarkan Adversity Quotient (AQ) siswa. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMPN 3 Sungguminasa ditinjau dari adversity quotient kategori climbers, campers, dan quitters. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sementara itu, penetapan subjek penelitian didasarkan pada hasil pengerjaan angket adversity quotient dan tes pemecahan masalah matematika siswa. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode angket, tes, dan wawancara. Validitas data menggunakan triangulasi teknik. Kemudian, teknik analisis data yang digunakan terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dari masing-masing kategori adversity quotient memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika yang berbeda-beda, dimana; (1) siswa kategori climbers mampu dalam memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali terhadap hasil yang diperoleh; (2) siswa kategori campers mampu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan belum mampu dalam memeriksa kembali terhadap hasil yang diperoleh; dan (3) siswa kategori quitters mampu memahami masalah, kurang mampu melaksanakan rencana penyelesaian, dan masih belum mampu dalam membuat rencana penyelesaian ataupun memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Kata Kunci: Profil, Kemampuan Pemecahan Masalah, Adversity Quotient.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, demikian kata yang tidak henti-hentinya penulis ucapkan
sebagai tanda rasa syukur kepada Allah swt. karena dengan berkat rahmat, taufik
dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyusun skripsi ini sampai ke tahap
penyelesaian. Salawat beserta salam tidak lupa pula penulis panjatkan kepada
Nabi besar Muhammad saw., dimana telah membimbing dan membawa para
umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman kecerdasan seperti sekarang ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan dalam Bidang Studi Matematika, Universitas Muhammadiyah
Makassar. Namun, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan maupun dukungan dari berbagai pihak. Sehingga, segala rasa
hormat penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Syafaruddin dan
Rosmala, dimana selalu mendoakan dan memberikan restu nya dalam setiap
langkah penulis dalam menggapai cita-cita, serta rasa kasih sayangnya dalam
mendidik maupun dalam berjuang untuk membiayai penulis selama menempuh
pendidikan di kota perantauan ini. Kepada keluarga besar Karakkaji Dg Bali,
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, motivasi maupun
nasehat-nasehat yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
Selain itu, penghormatan dan ucapan banyak terima kasih juga dari penulis
kepada Dr. Baharullah, M.Pd., dan Muhammad Rizal Usman, S.Pd., M.Pd., yakni
selaku pembimbing I dan Pembimbing II, dimana di tengah-tengah kesibukan
beliau masih menyempatkan diri untuk memberikan bimbingan, arahan maupun
ix
motivasinya kepada penulis, yakni mulai dari penyusunan proposal hingga
selesainya skripsi ini. Selanjutnya, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., selaku dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, juga
selaku Penasehat Akademik penulis selama menempuh perkuliahan, kepada
Mukhlis, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,
beserta seluruh dosen maupun staf pegawai di lingkungan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberi
bimbingan maupun ilmunya yang akan sangat bermanfaat nantinya bagi penulis.
Kepada Kepala Sekolah, guru dan para staf SMP Negeri 3 Sungguminasa,
terkhusus untuk guru matematika yakni Bapak Abdul Azis, S.Pd., M.Pd., serta
para siswa (i) kelas VIII H, dimana penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dan ketersediaan nya telah menerima penulis dalam melakukan
penelitian di sekolah tersebut. Dan terima kasih pula kepada teman-teman
mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2017, terkhusus
untuk Matriks 17 A, terima kasih atas kebersamaan, suka maupun duka nya
selama menempuh perkuliahan dimana akan selalu dikenang oleh penulis.
Akhir kata, semoga skripsi ini bisa membawa manfaat bagi para pembaca,
dan terkhusus untuk diri penulis sendiri. Terima Kasih.
Makassar, Desember 2021
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .......................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
E. Batasan Istilah .............................................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 9
A. Kajian Teori ................................................................................................. 9
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 30
xi
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 34
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 34
C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 34
D. Data dan Sumber Data ............................................................................... 38
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 38
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 41
G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 45
H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 46
I. Keabsahan Data .......................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 48
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 48
B. Pembahasan ................................................................................................ 73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 80
A. Simpulan .................................................................................................... 80
B. Saran ........................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
Lampiran 28: Surat Keterangan Bebas Plagiasi ................................................... 137
Lampiran 29: Hasil Uji Plagiasi ........................................................................... 138
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting di dalam
menentukan berkembang atau tidaknya suatu negara. Hal tersebut dikarenakan
dengan pendidikan yang bermutu, maka akan menghasilkan SDM atau sumber
daya manusia yang bermutu pula. Dengan demikian, Indonesia yang merupakan
salah satu negara yang mengetahui akan peran besar dari pendidikan tersebut di
dalam meningkatkan mutu SDM, membuat suatu peraturan ataupun ketentuan
yang terkait dengan pendidikan nasional. Ketentuan yang dimaksud tersebut
tercantum di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas, 2003), dimana yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Aktivitas belajar merupakan salah satu aspek yang sangat esensial dalam
keseluruhan proses pendidikan khususnya di sekolah. Dengan proses belajar,
siswa dilatih agar dapat memiliki kemampuan dalam hal berpikir secara
sistematis, logis, kritis, maupun secara inovatif. Dari beberapa cara berpikir
tersebut, salah satunya dapat ditingkatkan melalui proses belajar matematika.
Sehingga mengingat akan pentingnya matematika di dalam suatu ilmu
2
pengetahuan dan juga teknologi, maka di jadikanlah sebagai mata pelajaran yang
wajib di dalam jenjang sekolah dasar maupun di jenjang sekolah menengah.
Beragam alasan terkait pentingnya mengajarkan pelajaran matematika
kepada setiap siswa pada dasarnya tidak terlepas daripada tujuan ataupun standar
dalam proses pembelajaran matematika itu sendiri. Dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 (Permendiknas, 2006), menyatakan
bahwa salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki
kemampuan problem solving, dimana meliputi kemampuan dalam hal memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh. Sementara standar dalam proses pembelajaran matematika,
dimana yang telah dikemukakan oleh NCTM (2017) terdiri atas beberapa
kompetensi, diantaranya yaitu kompetensi di dalam memecahkan masalah atau
problem solving, kompetensi terkait penalaran atau reasoning, kompetensi dalam
membuat suatu koneksi atau connection, dan kompetensi representasi atau
representation.
Problem solving atau pemecahan masalah merupakan salah satu
kemampuan yang perlu untuk dimiliki oleh setiap siswa di dalam pembelajaran
matematika. Dalam problem solving, siswa akan diberikan kesempatan untuk
dapat menghubungkan berbagai ide matematika yang telah didapatkan
sebelumnya dan dapat mengembangkan pengetahuan konseptual nya (Syaifudin,
2019). Selain itu, kegiatan problem solving juga akan sangat bermanfaat untuk
siswa di dalam memecahkan masalah matematika yang berbentuk non rutin,
dimana dibuat dari hasil masalah pengaplikasian matematika dalam kehidupan
3
sehari-hari, sehingga siswa harus mampu mengakumulasi berbagai informasi yang
dianggap relevan dan juga harus mampu di dalam mengkaji informasi yang telah
dikumpulkannya tersebut. Dengan demikian, siswa terlebih dahulu harus
mengetahui tahapan-tahapan di dalam memecahkan masalah matematika yang
diberikan. Widyastuti (2015) dalam hal ini mengungkapkan bahwa salah satu
tahapan yang dapat digunakan oleh siswa di dalam memecahkan masalah dalam
matematika adalah tahapan dari Polya, dimana yang terdiri dari tahap memahami
masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana, dan tahap memeriksa
kembali.
Berdasarkan hasil survei dari Trends in International Mathematics and
Science Study tahun 2015 (TIMSS, 2015) dan Programme for International
Student Assessment (PISA) tahun 2018, menyatakan bahwa kemampuan problem
solving siswa dalam pembelajaran matematika masih tergolong rendah. Dalam
TIMSS (2015) sendiri menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam bidang
matematika berada pada peringkat ke-44, dimana rata-rata skor yang diperoleh
siswa yakni 397 dengan standar nilai rata-rata yang ditetapkan dari TIMSS yakni
500. Sementara pada hasil PISA tahun 2018 menyatakan bahwa rata-rata skor
yang diperoleh siswa dalam indikator matematika yakni sebesar 379 atau berada
pada peringkat ke-73 (OECD, 2019).
Stoltz (2000) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang dapat
memengaruhi keberhasilan seseorang di dalam memecahkan suatu masalah, yakni
Adversity Quotient (AQ). Adversity quotient ini diartikannya sebagai salah satu
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam hal menghadapi berbagai
4
problem dalam hidupnya dan mampu bertahan atau mengatasi problem tersebut
dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian, Ningrum (2017)
mengemukakan bahwa dalam adversity quotient akan diketahui seberapa besar
daya juang yang dimiliki oleh siswa di dalam menghadapi ataupun memecahkan
berbagai permasalahan dalam matematika. Berdasarkan hasil penelitian dari
Nurlaelah dkk. (2021) yang menyatakan bahwa adversity quotient ini memiliki
pengaruh yang positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa, dimana didasarkan pada nilai koefisien X1 = 0,856 (bertanda positif) dan
nilai Sig = 0,000 ≤ α = 0,05. Sementara itu, hasil penelitian yang serupa juga
diperoleh dari Afri (2018) yakni menyatakan bahwa adversity quotient
mempunyai hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, dimana hal tersebut diperoleh
dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,788 dan nilai Sig. sebesar 0,000 < α (0,05).
Sehingga dalam hal ini dikemukakan bahwa semakin tinggi adversity quotient
siswa, maka semakin tinggi pula kemampuan pemecahan masalah matematika
dari siswa tersebut.
Berdasarkan respon nya di dalam memecahkan suatu masalah, Stoltz
(2000) mengategorikan adversity quotient seseorang menjadi tiga kategori, yaitu
Climbers, Campers, dan Quitters. Seseorang yang termasuk ke dalam kategori
climbers adalah seseorang yang memiliki adversity quotient yang tinggi, dimana
ketika dihadapkan dengan suatu masalah, maka akan diselesaikannya masalah
tersebut dengan tidak mudah menyerah hingga tujuan yang diharapkannya
tercapai. Sementara dalam kategori campers, yakni seseorang yang memiliki
5
adversity quotient yang sedang, dimana mempunyai keinginan untuk
menyelesaikan masalah, namun hanya pada tingkat tertentu saja dan selepas itu
berhenti. Sedangkan dalam kategori quitters sendiri, yakni seseorang yang
memiliki adversity quotient yang rendah, dimana selalu menganggap masalah
yang sedang dihadapinya akan berlangsung lama sehingga akan kurang
mempunyai kemauan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam hasil wawancara pada 30 Agustus 2021 dengan salah satu guru
mata pelajaran matematika di SMPN 3 Sungguminasa, diperoleh informasi bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya di kelas VIII masih
sangat perlu untuk ditingkatkan. Hal tersebut dikarenakan rata-rata kemampuan
siswa masih berada di bawah standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.
Pada saat siswa dihadapkan dengan soal matematika yang berbentuk cerita
(masalah non rutin), terdapat siswa yang dapat menyelesaikannya dengan baik
dan ada pula siswa yang masih mengalami kesulitan di dalam menyelesaikannya,
yakni masih kesulitan di dalam memahami soalnya, mengubahnya ke dalam
model matematika, maupun kesulitan di dalam memperoleh jawaban dari soal
yang diberikan tersebut. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas
VIII SMPN 3 Sungguminasa ditinjau dari adversity quotient kategori
climbers, campers dan quitters.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
dapat ditarik dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas
VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)
kategori Climbers?
2. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas
VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)
kategori Campers?
3. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas
VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)
kategori Quitters?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan hal-hal berikut:
1. Profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) kategori
Climbers.
2. Profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) kategori
Campers.
7
3. Profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) kategori
Quitters.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis, yakni hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan khazanah dalam ilmu pengetahuan yang terkait dengan
kemampuan pemecahan masalah dan Adversity Quotient (AQ).
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa, yakni memberikan suatu gambaran bahwa dalam proses
pembelajaran matematika tidak hanya mengandalkan kemampuan kognitif
saja, akan tetapi juga harus memiliki Adversity Quotient yang tinggi. Hal
ini dikarenakan Adversity Quotient akan sangat berpengaruh terhadap
kemampuan siswa di dalam memecahkan masalah matematika.
b. Bagi Guru, yakni memberikan suatu informasi terkait hubungan antara
Adversity Quotient dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika. Dengan demikian, guru dapat memberikan motivasi ataupun
perhatiannya kepada siswa yang memiliki Adversity Quotient yang rendah
dan dapat membuat rancangan terkait perangkat pembelajaran sehingga
memungkinkan siswa yang memiliki Adversity Quotient yang rendah
dapat ditingkatkan lagi ke Adversity Quotient yang tinggi.
c. Bagi Sekolah, yakni memberikan suatu referensi dalam hal menetapkan
berbagai program sekolah yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan
8
Adversity Quotient siswa, dimana nantinya akan bermanfaat di dalam
mengembangkan lembaga sekolah menjadi bertambah baik lagi.
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu
diberikan batasan istilah sebagai berikut:
1. Profil kemampuan pemecahan masalah matematika, yakni suatu gambaran
yang menyangkut tentang kemampuan siswa di dalam memecahkan masalah
matematika, dimana dengan memanfaatkan berbagai tahapan pemecahan
masalah dari Polya yaitu memahami masalah, membuat rencana,
melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali.
2. Adversity Quotient adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam
hal menghadapi berbagai masalah, serta seberapa jauh kemampuannya di
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya tersebut. Dalam hal ini,
siswa dibagi ke dalam tiga kategori yaitu siswa Quitters atau siswa yang selalu
menganggap masalah yang dihadapinya akan berlangsung lama sehingga
kurang berkeinginan untuk memecahkan masalah tersebut, siswa Campers
atau siswa yang memecahkan masalah hanya pada tingkat tertentu saja dan
setelah itu berhenti karena merasa sudah puas dengan hasil yang diperoleh
sebelumnya, dan siswa Climbers atau siswa yang pantang menyerah di dalam
memecahkan suatu masalah hingga hasil yang diharapkannya dapat tercapai.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Masalah Matematika
Dalam kehidupan manusia, tidak akan terlepas dengan yang namanya
masalah. Masalah (problem) itu sendiri dapat berasal dari dalam diri manusia
maupun berasal dari lingkungan sekitarnya. Newell & Simon (dalam Maimunah,
2018) mendefinisikan masalah sebagai suatu persoalan yang hendak dipecahkan
oleh tiap-tiap individu, akan tetapi individu tersebut tidak mengetahui cara
ataupun langkah-langkah untuk memecahkannya. Sejalan dengan hal tersebut,
Krulik dan Rudnik (dalam Maimunah, 2018) juga menyatakan bahwa masalah
diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang
dihadapkan oleh suatu problem yang harus segera dipecahkan, akan tetapi tidak
mempunyai metode maupun prosedur yang langsung dapat menyelesaikan
problem tersebut. Sedangkan menurut Nurlova (2020), arti dari masalah itu
sendiri adalah adanya ketidaksesuaian antara dari apa yang diharapkan
sebelumnya dengan reality result yang tengah terjadi.
Moursund (dalam Syaifudin, 2019) menyatakan bahwa seseorang
dikatakan mempunyai ataupun menghadapi suatu problem apabila seseorang
tersebut mengalami beberapa keadaan berikut ini, yaitu; (a) Mengetahui dengan
pasti peristiwa dari masalah yang tengah terjadi; (b) Mengetahui secara pasti
terkait maksud atau tujuan yang hendak dicapai; (c) Memanfaatkan berbagai
resource yakni sebagai acuan dalam memecahkan problem tersebut sesuai dengan
10
tujuan yang hendak dicapai, baik itu dalam bentuk waktu ataupun pengetahuan
serta keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya; dan (d) Mempunyai
kecakapan dalam memanfaatkan berbagai resource tersebut dalam hal mencapai
tujuan yang diharapkan. Lebih lanjut, Syaifudin (2019) menyatakan bahwa dalam
dunia matematika itu sendiri, masalah biasanya diartikan sebagai suatu soal atau
pertanyaan yang dimana wajib untuk dijawab dan direspon. Dengan demikian,
ketika siswa dihadapkan oleh suatu masalah dalam matematika, maka terlebih
dahulu siswa tersebut harus melakukan perencanaan terkait langkah-langkah atau
prosedur yang nantinya akan dimanfaatkan dalam menyelesaikan problem
tersebut.
Selanjutnya, Polya (dalam Syaharuddin, 2017) mengategorikan masalah ke
dalam dua bagian, yaitu; (a) Masalah dalam hal menemukan, yakni untuk dapat
menyelesaikan jenis masalah ini, maka harus diketahui terlebih dahulu apa yang
akan dicari, dengan cara atau metode apa agar datanya dapat diketahui, dan
bagaimanakah syarat-syaratnya; dan (b) Masalah dalam hal membuktikan, yakni
menunjukkan kebenaran dari suatu hipotesis maupun dalam hal menyimpulkan
suatu teorema, dimana masalah jenis ini dapat diselesaikan dengan cara
menunjukkan kebenaran pernyataan dari suatu pertanyaan yang hendak dijawab,
yakni apakah pernyataan tersebut bernilai benar atau bernilai salah dan tidak
untuk keduanya. Sedangkan menurut Syaifudin (2019), suatu pertanyaan
dikatakan sebagai masalah apabila pertanyaan tersebut mengandung suatu
challenge yang dimana tidak dapat diselesaikan dengan suatu routine procedure
yang telah diketahui oleh individu sebelumnya. Sehingga dalam matematika
11
sendiri ada yang dinamakan dengan masalah rutin dan adapula yang dinamakan
masalah non rutin.
Nurlova (2020) membedakan antara masalah rutin dengan masalah non
rutin menurut soal-soal matematika yang diberikan oleh siswa. Dalam masalah
rutin, soal yang diberikan sering dimunculkan oleh guru dalam suatu proses
pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa kesulitan untuk menjawabnya
dikarenakan siswa dapat menghafal cara-cara maupun prosedur matematika yang
hampir mirip dengan yang telah dipaparkan oleh guru sebelumnya. Akan tetapi
ketika siswa hanya diberikan soal-soal rutin saja, maka daya nalar siswa tersebut
akan sulit untuk bisa berkembang. Sedangkan untuk masalah non rutin, yakni
soal-soal yang diberikan siswa membutuhkan kemampuan penalaran yang baik,
serta soal tersebut dapat melatih siswa dalam berfikir kritis. Hal tersebut
dikarenakan soal dalam masalah non rutin dibuat dari hasil masalah
pengaplikasian matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk
menyelesaikannya, siswa harus terlebih dahulu menerjemahkan masalah tersebut
menjadi model atau bentuk matematika dan selanjutnya masalah dikembalikan
lagi ke dalam bentuk dunia nyata. Lebih lanjut, Reys dkk. (dalam Nurlova, 2020)
menyatakan bahwa soal-soal dalam masalah non rutin akan sangat bermanfaat
untuk siswa karena selain siswa dapat memusatkan perhatiannya dalam
pengaplikasian matematika dalam dunia nyata, siswa juga dapat mengembangkan
kreativitas nya dalam hal memecahkan masalah.
12
2. Pemecahan Masalah Matematika
Aktivitas pemecahan masalah (problem solving) terkhusus dalam
pembelajaran matematika merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Hal
ini dikarenakan problem solving sangat erat kaitannya dengan salah satu tujuan
daripada pembelajaran matematika itu sendiri, yakni siswa diharapkan
mempunyai attitude dalam menghargai kegunaan matematika pada kehidupan
sehari-harinya (Maimunah, 2018).
Menurut Lencher (dalam Wardani dkk, 2010) problem solving dapat
diartikan sebagai suatu proses dalam mengimplementasikan pengetahuan yang
sudah didapatkan sebelumnya ke dalam suatu kondisi yang baru maupun yang
belum dikenal. Senada dengan hal tersebut, Krulik dan Rudnik (dalam Syaifudin,
2019) juga mendefinisikan problem solving sebagai salah satu upaya yang
dilakukan seseorang dalam memanfaatkan pengetahuan ataupun keterampilan
yang dimilikinya dengan tujuan untuk mendapatkan solusi dari permasalahan
yang sedang dihadapinya tersebut. Sehingga melalui kegiatan problem solving,
dimensi-dimensi yang penting dalam matematika seperti penerapan dalam
masalah non rutin dapat dikembangkan dengan lebih baik (Syaharuddin, 2017).
Definisi problem solving juga dikemukakan oleh Shadiq (dalam
Maimunah, 2018), dimana sebagai suatu action daripada guru itu sendiri agar para
siswa nya dapat terdorong untuk menerima challenge, yakni baik itu dalam bentuk
pertanyaan maupun soal-soal, dan memberikan arahan kepada siswa tersebut
terkait dengan prosedur pemecahannya. Sehingga menurut Nurlova (2020), siswa
diharuskan untuk dapat berfikir ataupun bekerja lebih giat lagi dalam hal
13
menerima challenge tersebut agar dapat menyelesaikan masalah yang tengah
dihadapinya. Tidak hanya itu, siswa juga harus melakukan perencanaan terkait
langkah-langkah apa saja yang diperlukannya dalam memecahkan masalah
tersebut secara sistematis. Dengan demikian, ketika siswa telah mengetahui
prosedur dalam problem solving, maka siswa diharapkan dapat memiliki
keterampilan terkait bagaimana cara mengakumulasikan berbagai informasi-
informasi yang dianggap relevan, mengkaji informasi yang telah dikumpulkan
tersebut, dan sadar akan pentingnya memeriksa kembali hasil yang telah
diperolehnya.
Polya (dalam Wardani dkk, 2010) mengemukakan bahwa terdapat empat
langkah yang dapat digunakan oleh seseorang ketika menyelesaikan suatu
permasalahan, diantaranya yaitu:
a. Understanding the problem, yakni dapat diartikan sebagai pemahaman
terhadap suatu masalah atau persoalan yang sedang dihadapi. Pada langkah
ini, seseorang biasanya diharuskan mengungkapkan kembali masalahnya
tersebut ke dalam bahasanya masing-masing dan juga dapat membayangkan
keadaan dari masalah tersebut ke dalam pikirannya dengan tujuan membantu
dalam hal memahami struktur masalahnya. Dengan demikian, pada langkah
ini sangat penting bagi seseorang untuk melakukan pendalaman terkait dengan
kondisi masalah yang dihadapi yakni dengan mempelajari secara saksama
informasi yang terkandung dalam setiap masalah. Tidak hanya itu, seseorang
tersebut juga harus mengadakan pemilihan terhadap fakta-fakta, menetapkan
14
relasi diantara fakta-fakta tersebut, serta membuat perumusan terkait dengan
pertanyaan dari masalah tersebut.
b. Devising a plan, yakni dapat diartikan sebagai perencanaan dalam
menyelesaikan suatu masalah. Ketika seseorang telah memahami dengan betul
masalah yang tengah terjadi, maka selanjutnya seseorang tersebut harus
membangun perencanaan yang nantinya akan menjadi solusi dari masalah
yang dihadapinya, yakni dengan cara mempertimbangkan tiap-tiap struktur
masalahnya ataupun pertanyaan yang diharuskan untuk dijawabnya.
c. Carrying out the plan, yakni dapat diartikan sebagai pelaksanaan terhadap
rencana penyelesaian yang telah dibuat sebelumnya. Untuk
mengimplementasikan langkah ini ke dalam setiap masalah yang sedang
dihadapi, maka seseorang harus dapat membuat suatu estimasi untuk dapat
memperoleh solusi ataupun penyelesaian yang tepat.
d. Looking back, yakni dapat diartikan sebagai pemeriksaan kembali terhadap
hasil penyelesaian dari masalah yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam
langkah ini, seseorang harus mempertimbangkan betul terkait solusi masalah
yang diperolehnya, yakni dengan cara melakukan pemeriksaan ke belakang
dimana akan dikaitkan dengan penentuan tingkat akurasi perhitungan dengan
kaidah menghitung kembali.
Sementara itu, Bransfors & Stein (dalam Maini & Izzati, 2019) juga
mengemukakan beberapa tahapan dalam memecahkan suatu masalah. Tahapan
tersebut dinamakan nya dengan IDEAL problem solving. IDEAL itu sendiri
merupakan singkatan dari Identify problem atau dapat diartikan sebagai
15
pengenalan dalam suatu masalah, Define goal atau menetapkan suatu tujuan,
Explore possible strategies atau dapat diartikan sebagai penjelajahan terhadap
strategi yang dirasa memungkinkan untuk digunakan, Anticipate outcomes and act
atau dapat diartikan sebagai antisipasi terkait hasil maupun tindakan yang telah
dilakukan, dan Look back and learn yakni diartikan sebagai pemeriksaan kembali
serta mempelajari jawaban yang telah diperoleh sebelumnya.
Sedangkan Krulik & Rudnik (dalam Syaharuddin, 2017) memperkenalkan
lima tahapan dalam kegiatan memecahkan suatu masalah. Kelima tahapan
tersebut dapat diimplementasikan tanpa harus secara berurutan atau mereka
menyebutnya sebagai heuristik. Adapun kelima tahapan tersebut, yaitu:
a. Read and think, yakni dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terdiri atas
pengidentifikasian terhadap fakta-fakta ataupun pertanyaan, melakukan
penggambaran maupun penjelasan terhadap suatu keadaan, dan menemukan
action kemudian.
b. Explore and plan, yakni dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam hal
menjelajahi dan merencanakan solusi dari permasalahan, dengan cara
melakukan pengorganisasian informasi, menggali informasi tersebut apakah
sesuai atau tidak dengan masalah yang ingin dipecahkan, dan melakukan
pengilustrasian terhadap model masalahnya.
c. Select a strategy, yakni diartikan sebagai pemilihan suatu strategi dimana
digunakan dalam hal memecahkan suatu masalah, dengan cara
mengklasifikasikan masalah ke dalam bentuk yang lebih sederhana dan
16
menemukan ataupun membuat suatu model dari masalah yang sedang
dipecahkan tersebut.
d. Find an answer, yakni suatu kegiatan dalam hal mencari jawaban dari suatu
permasalahan dengan cara memanfaatkan berbagai keterampilan dimana salah
satunya adalah keterampilan dalam hal berhitung.
e. Reflect and extend, yakni melakukan refleksi dan mengembangkan jawaban
dari masalah yang telah dipecahkan sebelumnya.
Berdasarkan beberapa tahapan pemecahan masalah yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, maka dalam penelitian ini hanya
menggunakan tahapan pemecahan masalah menurut Polya, dikarenakan pada
tahapan ini dimanfaatkan secara lebih luas dalam dunia pendidikan terkhusus
dalam pembelajaran matematika. Tahapan menurut Polya juga dianggap sebagai
tahapan yang jelas dan terurut sehingga nantinya lebih mudah dipahami oleh para
siswa.
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Menumbuhkan keterampilan dalam suatu pemecahan masalah adalah salah
satu tujuan pokok daripada pembelajaran matematika di sekolah. Dalam tujuan
tersebut menyatakan bahwa siswa pada tingkatan sekolah dasar maupun
menengah diharapkan mempunyai keterampilan dalam memecahkan masalah,
dimana meliputi keterampilan dalam hal menafsirkan suatu masalah, membuat
perancangan model matematika, serta pemecahan model dan penafsiran solusi
yang telah diperoleh sebelumnya (Maimunah, 2018). Sehingga menurut Branca
(dalam Syaifudin, 2019) kegiatan pemecahan masalah merupakan keterampilan
17
basic yang perlu untuk dimiliki oleh setiap siswa di dalam mempelajari suatu
materi matematika.
Menurut Maini & Izzati (2019) keterampilan yang dimiliki siswa dalam hal
memecahkan masalah matematika tersebut pada dasarnya didukung oleh hasil
pengalaman maupun pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya di
dalam suatu proses pembelajaran, baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas.
Dengan demikian, diperlukan suatu penekanan bahwa ketika siswa hendak
menyelesaikan suatu masalah matematika, maka siswa tersebut harus betul-betul
cermat dalam memproses berbagai informasi matematika yang telah diperoleh
sebelumnya yang dimana relevan dengan masalah yang akan dipecahkannya
tersebut (Syaharuddin, 2017). Senada dengan hal tersebut, Ormrod (dalam
Widyastuti, 2015) juga menyatakan bahwa dalam kegiatan pemecahan masalah,
siswa akan mempergunakan pengetahuan maupun keterampilan yang
diperolehnya dengan tujuan menjawab pertanyaan atau soal-soal yang belum
terjawab. Sehingga dengan aktivitas tersebut, siswa diberikan suatu kesempatan
untuk dapat menghubungkan ide-ide matematika yang pernah didapatkan nya dan
juga dapat mengembangkan pengetahuan konseptual dari siswa itu sendiri.
Widyastuti (2015) menyatakan bahwa agar siswa lebih terampil
memecahkan masalah, siswa harus mengetahui terlebih dahulu tahapan ataupun
prosedur dalam memecahkan masalah tersebut. Dalam hal ini, siswa dapat
menggunakan tahapan pemecahan masalah menurut Polya, dikarenakan tahapan
ini lebih luas digunakan dalam dunia pendidikan terkhusus dalam pembelajaran
matematika. Dalam tahapan pemecahan masalah menurut Polya sendiri, terdiri
18
atas empat tahap yaitu understanding the problem atau tahap pemahaman
terhadap suatu masalah, devising a plan atau tahap merencanakan penyelesaian,
carrying out the plan atau tahap melaksanakan rencana penyelesaian, dan looking
back atau tahap memeriksa kembali. Sehingga dalam penelitian ini, siswa
dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika yang baik
apabila memenuhi setiap indikator dari tahapan pemecahan masalah menurut
Polya tersebut. Adapun Indikator kemampuan pemecahan masalah matematika
berdasarkan langkah-langkah Polya disajikan pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Tahap Pemecahan Masalah Indikator Memahami Masalah 1) Siswa mampu menetapkan unsur-unsur
yang diketahui pada soal. 2) Siswa mampu menetapkan unsur-unsur
yang ditanyakan pada soal. Membuat Rencana 1) Siswa mampu memanfaatkan berbagai
informasi yang terkandung pada soal. 2) Siswa mampu menetapkan persyaratan
yang tidak diketahui pada soal misalnya rumus atau informasi lainnya.
Melaksanakan Rencana 1) Siswa mampu memecahkan soal yang selaras dengan prosedur yang sudah ditetapkan sebelumnya.
2) Siswa mampu memecahkan soal secara tepat.
Memeriksa Kembali 1) Siswa mampu mengecek kembali hasil penyelesaian yang sudah diperoleh sebelumnya dengan memakai cara ataupun prosedur yang tepat.
2) Siswa mampu meyakini kebenaran pada penyelesaian yang sudah dibuat.
Polya (dalam Widyastuti, 2015)
19
4. Adversity Quotient (AQ)
a. Pengertian Adversity Quotient (AQ)
Salah satu faktor pendukung keberhasilan siswa dalam dunia pendidikan
terkhusus dalam pembelajaran matematika adalah Adversity Quotient (AQ).
Adversity quotient ini pertama kali diperkenalkan oleh Paul G. Stoltz. Adversity
quotient berasal dari dua kata yakni adversity yang diartikan sebagai kesengsaraan
ataupun kemalangan, dan quotient yang berarti kecerdasan ataupun kemampuan.
Stoltz (2000) mengartikan adversity quotient sebagai suatu kemampuan yang
dimiliki oleh setiap individu dalam hal menghadapi berbagai problem dalam
hidupnya, serta mampu bertahan dan mengatasi problem tersebut dengan
kemampuan yang dimilikinya. Sementara itu, makna dari adversity quotient juga
dikemukakan oleh Ningrum (2017) yakni sebagai daya juang seseorang ketika
dihadapkan dengan beberapa persoalan atau permasalahan. Sehingga dengan
adversity quotient, akan diketahui bahwasanya seberapa lama seseorang dapat
bertahan melawan persoalan yang sedang dihadapinya, serta seberapa lama pula
kemampuannya dalam menangani persoalan tersebut.
Menurut Maini & Izzati (2019) adversity quotient didefinisikan sebagai
suatu bentuk yang menjadi kebiasaan dari tiap-tiap individu dalam hal
memandang serta merespon setiap persoalan yang ada di dalam kehidupannya.
Sedangkan Maimunah (2018) juga mengemukakan adversity quotient ini sebagai
suatu tolak ukur dalam hal mengetahui respon siswa ketika sedang berhadapan
dengan suatu masalah. Sehingga sepintar atau secerdas apapun siswa tersebut,
akan tetapi apabila tidak merespon setiap kesulitan ataupun permasalahan yang
20
dihadapinya dengan baik, maka hal tersebut sebetulnya masih dirasa kurang
sesuai. Hal ini senada dengan pemikiran Stoltz (dalam Maimunah, 2018) dimana
menyatakan bahwa meskipun setiap individu memiliki Intelligence Quotient (IQ)
ataupun Emotional Quotient (EQ) yang dianggap sudah sangat baik ataupun sudah
sangat tinggi, akan tetapi tidak seluruhnya menampakkan kemampuannya ketika
hendak meraih suatu keberhasilan maupun kesuksesan. Dengan demikian, digagas
lah Adversity Quotient (AQ) ini oleh Stoltz yakni sebagai pelengkap ataupun
sebagai hasil perpaduan antara IQ dan EQ.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka adapun maksud Adversity
Quotient (AQ) dalam penelitian ini adalah salah satu kemampuan yang dimiliki
oleh tiap-tiap siswa dalam hal menghadapi dan menyelesaikan setiap
permasalahan yang dimilikinya dalam suatu proses pembelajaran khususnya
dalam pembelajaran matematika.
b. Kategori Adversity Quotient (AQ)
Setiap orang mempunyai sikap ataupun pandangan yang berbeda-beda
dalam hal merespon berbagai persoalan maupun kesulitan yang sedang
dihadapinya. Dengan demikian, Stoltz (2000) membagi seseorang ke dalam tiga
kategori berdasarkan kemampuannya dalam menghadapi berbagai kesulitan (AQ),
yaitu:
1) Quitters, yakni dapat diartikan sebagai orang-orang yang mudah untuk
berhenti ataupun menyerah di dalam menghadapi berbagai macam kesulitan.
Orang-orang yang termasuk ke dalam kategori ini mempunyai Adversity
Quotient (AQ) yang rendah. Hal tersebut dikarenakan orang-orang dengan
21
kategori ini lebih memilih untuk menolak ataupun lari dari berbagai tantangan
yang sedang dihadapinya, meskipun mempunyai potensi di dalam dirinya
untuk dapat menyelesaikan tantangan tersebut.
2) Campers, yakni dapat diartikan sebagai orang-orang yang sedang berkemah.
Maksud dari kata berkemah di sini adalah orang-orang yang telah memiliki
kemauan dalam hal berupaya menghadapi berbagai tantangan, akan tetapi
hanya pada tingkat tertentu saja dan selepas itu berhenti. Hal ini dikarenakan
orang-orang dengan kategori ini akan lebih merasa cepat puas dengan hasil
usaha yang telah diperoleh sebelumnya, tanpa melihat lagi ke depan terkait
berbagai peluang yang masih mungkin terjadi. Sehingga Orang-orang yang
termasuk ke dalam kategori ini adalah orang-orang yang mempunyai
Adversity Quotient (AQ) yang sedang.
3) Climbers atau orang-orang yang dijuluki sebagai para pendaki, yakni orang-
orang yang ketika diberikan suatu masalah, maka akan disambutnya dengan
baik masalah tersebut dan selanjutnya memikirkan berbagai kemungkinan
untuk bisa memecahkan masalah tersebut. Orang-orang yang termasuk ke
dalam kategori ini memiliki Adversity Quotient (AQ) yang tinggi. Hal tersebut
dikarenakan orang-orang kategori ini selalu ingin berjuang dalam memperoleh
hasil yang terbaik meskipun harus menghadapi berbagai macam hambatan
ataupun resiko yang tinggi.
c. Dimensi Pembentukan Adversity Quotient (AQ)
Menurut Stoltz (dalam Ningrum, 2017) Adversity Quotient (AQ) juga
mempunyai beberapa dimensi, dimana merupakan bagian daripada sikap individu
22
itu sendiri dalam hal menghadapi suatu permasalahan ataupun kesulitan. Adapun
dimensi-dimensi tersebut, yaitu:
1) Control atau kendali, yakni ukuran yang menggambarkan seberapa jauh
seseorang di dalam mengendalikan dirinya pada saat merasakan adanya suatu
masalah. Seseorang yang memiliki skor yang rendah pada dimensi ini akan
menganggap bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat dilakukannya atau dengan
kata lain seseorang tersebut sudah tidak berdaya di dalam menghadapi
masalahnya tersebut. Sebaliknya, seseorang yang mempunyai skor yang tinggi
pada dimensi ini akan menganggap bahwa pasti masih ada cara ataupun jalan
yang dapat dilakukannya atau dengan kata lain seseorang tersebut akan kukuh
terhadap ketidakberdayaan.
2) Origin atau asal usul, yakni ukuran yang menggambarkan seberapa jauh
seseorang di dalam menanggapi setiap sumber persoalan yang sedang
dirasakan nya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara rasa
bersalah dengan dimensi origin itu sendiri. Hal ini dikarenakan seseorang
yang memiliki skor origin yang rendah akan menganggap setiap persoalan
atau masalah yang terjadi adalah tidak lain karena kesalahan yang telah
diperbuatnya, sehingga menimbulkan seseorang tersebut enggan untuk
bertindak dalam memperbaikinya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki skor
yang tinggi dalam dimensi ini akan menempatkan rasa bersalah ke tempat
yang semestinya.
3) Ownership atau pengakuan, yakni suatu ukuran yang menggambarkan
seberapa besar seseorang di dalam mengakui konsekuensi dari setiap
23
permasalahan yang muncul. Sehingga perbedaan antara seseorang yang
memperoleh skor rendah dengan skor yang tinggi pada dimensi ini, yakni
dapat diketahui dari ketersediaan nya di dalam mengakui setiap akibat yang
muncul pada suatu permasalahan, maupun ketersediaan nya di dalam
menanggung tanggung jawab.
4) Reach atau jangkauan, yakni ukuran yang menggambarkan persepsi seseorang
terkait seberapa jauh permasalahan yang dihadapinya mampu menjangkau ke
tiap-tiap bagian di dalam kehidupannya. Adapun perbedaan antara seseorang
yang memiliki skor rendah dan skor tinggi pada dimensi ini, yakni ketika
seseorang tersebut merespon permasalahan yang ada. Seseorang yang
memiliki skor reach yang rendah kemungkinan besar akan memandang
permasalahan sebagai sesuatu yang dapat meluas ke daerah lain di dalam
kehidupannya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki skor reach yang tinggi
kemungkinan besar memandang kesulitan sebagai suatu hal yang terbatas
serta spesifik.
5) Endurance atau daya tahan, yakni suatu penggambaran dimana terkait dengan
anggapan seseorang terhadap durasi berlangsungnya permasalahan yang
sedang muncul. Seseorang yang memiliki skor rendah pada dimensi ini
kemungkinan besar setiap persoalan dan penyebabnya akan dipandangnya
sebagai suatu hal yang permanen ataupun sesuatu yang akan berlangsung
lama. Sebaliknya, bagi seseorang yang mempunyai skor tinggi pada dimensi
endurance kemungkinan besar akan memandang setiap persoalan dan
24
penyebabnya sebagai suatu yang bersifat sementara ataupun hanya terjadi
dalam waktu yang singkat.
5. Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Adversity Quotient (AQ)
Dalam memecahkan suatu masalah terkhusus di dalam pembelajaran
matematika, setiap siswa nantinya dapat menggunakan beragam tahapan yang
dimana telah dikemukakan oleh para matematikawan, yakni salah satunya tahapan
pemecahan masalah Polya. Di dalam tahapan tersebut terdiri atas empat bagian,
diantaranya yakni memahami masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana,
dan memeriksa kembali. Sehingga dari keempat tahapan ini, nantinya akan
dijadikan sebagai tolak ukur di dalam mengetahui kemampuan setiap siswa ketika
memecahkan suatu masalah matematika. Karena setiap siswa memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang berbeda-beda, maka dalam hal ini Stoltz
(2000) mengategorikan nya menjadi tiga kategori dimana berdasarkan tingkatan
Adversity Quotient (AQ) siswa, yakni siswa kategori Quitters, Campers, dan
Climbers.
a. Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kategori Quitters
Stoltz (dalam Maimunah, 2018) mengemukakan bahwa siswa dengan
kategori quitters merupakan siswa yang ketika dihadapkan dengan suatu masalah,
maka siswa tersebut akan kurang mempunyai kemauan untuk dapat
menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini dikarenakan siswa quitters selalu
menganggap bahwa permasalahan yang sedang dihadapinya tersebut akan
berlangsung lama sehingga akhirnya iapun akan menyerah ataupun berhenti di
25
dalam menyelesaikannya dan juga menganggap bahwa masalah tersebut akan
menjalar ke berbagai aspek di dalam kehidupannya (Kusumawardani, 2018).
Berdasarkan kemampuannya dalam memecahkan masalah matematika,
maka siswa dengan kategori quitters adalah siswa yang mempunyai kemampuan
yang rendah di dalam menyelesaikan setiap persoalan matematis, hal tersebut
disebabkan siswa quitters lebih memutuskan untuk menyerah pada saat
menjumpai berbagai kesulitan di dalam memecahkan soal ataupun pertanyaan
matematika (Maini & Izzati, 2019). Senada dengan hal tersebut, Nurlaelah dkk.
(2021) mengemukakan bahwa siswa quitters memandang matematika sebagai
suatu pelajaran yang rumit, membuat bingung, dan termasuk pelajaran yang
memusingkan. Sehingga dengan perspektif tersebut menyebabkan motivasi siswa
quitters di dalam menyelesaikan masalah matematika akan menjadi sangat
berkurang, dimana ketika diberikan beberapa soal matematika, siswa quitters
tidak menyelesaikannya dengan sesegera mungkin sehingga mengakibatkan tidak
semua soal tersebut dapat dikerjakannya (Kusumawardani, 2018).
Dengan demikian, pada saat memecahkan masalah matematika
menggunakan tahapan menurut Polya, siswa quitters tidak mampu
mengimplementasikan dengan baik keempat tahapan pemecahan masalah tersebut
(Abdiyani dkk, 2019). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hidayat &
Ratna (2018), dimana siswa dengan kategori quitters dalam menyelesaikan
masalah matematika hanya mampu memenuhi tahapan memahami masalah, yakni
menuliskan unsur-unsur yang diketahui maupun yang ditanyakan, serta
menerangkan permasalahan menurut kalimatnya sendiri.
26
b. Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kategori Campers
Berdasarkan respon di dalam menghadapi berbagai permasalahan yang
muncul, maka Stoltz (dalam Maimunah, 2018) mengemukakan bahwa siswa yang
termasuk kategori campers adalah siswa yang ketika dihadapkan dengan suatu
permasalahan, maka sebenarnya ia telah memiliki keinginan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut atau dengan kata lain sudah ada action yang telah
dilakukannya, akan tetapi pada saat permasalahan yang dihadapinya tersebut
semakin rumit ataupun semakin sulit, maka ia lebih memilih untuk mundur dan
menyerah. Menurut Nurlaelah dkk. (2021) hal ini disebabkan siswa campers tidak
ingin mengambil suatu risiko yang amat besar ataupun merasa telah puas dengan
pencapaian yang telah diperoleh sebelumnya. Sehingga siswa campers tidak dapat
memaksimalkan setiap usahanya tersebut dan mengabaikan berbagai peluang
yang hendak diperolehnya nanti (Nurlaelah dkk, 2021).
Menurut Maini & Izzati (2019) siswa dengan kategori campers adalah
siswa yang mempunyai kemampuan yang cukup ataupun sedang dalam hal
memecahkan berbagai permasalahan matematis. Hal tersebut dikarenakan siswa
campers masih belum bisa memecahkan setiap persoalan matematika secara tepat.
Sementara itu, Ningrum (2017) mengemukakan bahwa pada saat siswa campers
berhadapan dengan soal-soal matematika, maka ia akan mencoba untuk
menyelesaikannya. Akan tetapi, apabila siswa campers telah merasakan bahwa
soal-soal tersebut sudah tampak lebih rumit dari sebelumnya, maka ia akan lebih
memilih untuk meninggalkannya ataupun memilih pasrah di dalam memecahkan
soal-soal tersebut hingga tuntas. Sehingga, siswa campers tidak memaksimalkan
27
dengan baik usahanya tersebut dan mudah puas dengan jawaban dari soal-soal
yang telah dikerjakan sebelumnya.
Oleh karena itu, menurut Hidayat & Sariningsih (2018) pada saat siswa
campers menyelesaikan persoalan matematika dengan menggunakan keempat
tahapan menurut Polya, siswa campers hanya mampu memenuhi tahapan
memahami persoalan yang diberikan, membuat perencanaan penyelesaiannya,
serta melaksanakan rencana penyelesaian yang telah dibuat sebelumnya. Dalam
tahapan memahami persoalan, siswa campers mencantumkan unsur-unsur yang
diketahui maupun yang ditanyakan dari soal dan menerangkan soal tersebut
melalui kalimatnya sendiri ataupun dengan cara mengadopsi dari bahasa soal.
Sementara itu, Maimunah (2018) mengemukakan bahwa dalam tahapan
merencanakan penyelesaian, siswa campers melakukan permisalan pada unsur-
unsur yang diketahui dari soal dan menjadikannya ke dalam model matematika
serta menuliskan formula yang cocok dengan persoalan yang hendak diselesaikan.
Kemudian ketika melaksanakan rencana penyelesaian, siswa campers akan men
substitusi unsur-unsur tersebut ke dalam formula yang telah disusun sebelumnya.
Akan tetapi, siswa dengan kategori campers cukup kesulitan di dalam tahapan
melaksanakan rencana, sehingga mengakibatkan kurang mampu melaksanakan
tahapan memeriksa kembali jawaban. Hal ini senada dengan yang dikemukakan
oleh Abdiyani dkk (2019) bahwa siswa campers di dalam memecahkan masalah
matematika tidak dapat melaksanakan pengecekan kembali pada hasil maupun
proses yang telah ditulisnya.
28
c. Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kategori Climbers
Stoltz (dalam Maimunah, 2018) mengemukakan bahwa siswa yang
termasuk ke dalam kategori climbers merupakan siswa yang pada saat berhadapan
dengan beragam permasalahan, maka akan selalu bertahan dan terus berjuang
dalam menyelesaikannya dan memberanikan diri di dalam mengambil berbagai
risiko dari permasalahan yang dihadapinya tersebut. Senada dengan hal tersebut,
Abdiyani dkk. (2019) juga mengemukakan bahwa siswa dengan kategori climbers
akan selalu melakukan berbagai upaya di dalam mengatasi setiap persoalan yang
ada, baik pada persoalan yang kecil maupun persoalan yang besar, dimana
dilakukannya dengan penuh sungguh-sungguh, dengan percaya diri, dan tidak
mudah untuk menyerah hingga tujuan yang diharapkannya tersebut dapat tercapai.
Tidak hanya itu, Kusumawardani (2018) menyatakan bahwa siswa dengan
kategori ini adalah siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi di dalam
memecahkan berbagai permasalahan. Hal tersebut dikarenakan siswa climbers
sering menganggap bahwa hambatan yang ada sifatnya sementara dan hambatan
yang ada tersebut dipandangnya sebagai suatu probabilitas untuk menjadi lebih
berkembang, sebab siswa climbers paham bahwasanya berbagai permasalahan
yang sedang dihadapinya tersebut merupakan suatu bagian dari proses kehidupan
itu sendiri.
Berkaitan dengan kemampuan di dalam memecahkan masalah matematika,
siswa yang termasuk kategori ini merupakan siswa yang mempunyai kemampuan
yang sangat baik dalam hal menyelesaikan setiap masalah matematika. Hal ini
dikarenakan siswa climbers sanggup melewati berbagai kesulitan di dalam
29
memecahkan tiap-tiap soal dalam matematika tersebut. Dengan demikian,
meskipun soal matematika yang diberikan tersebut tergolong rumit, siswa
climbers akan tetap berupaya dengan keras di dalam mencari jawaban dari soal
matematika tersebut (Maini & Izzati, 2019). Tidak hanya itu, menurut (Ningrum,
2017) pada saat masalah yang dihadapi siswa climbers tersebut tidak bisa
dipecahkan dengan hanya menggunakan satu cara saja, maka akan diusahakan nya
terus menerus yakni dalam menemukan berbagai ide yang kreatif pada
penyelesaiannya tersebut.
Sedangkan dalam hal menyelesaikan masalah matematika dengan
menggunakan keempat tahapan dari Polya, siswa climbers mampu melaksanakan
keempat tahapan tersebut, yakni mulai dari tahap memahami masalah sampai
dengan tahap memeriksa kembali terkait jawaban yang telah diperoleh
sebelumnya (Hidayat & Sariningsih, 2018). Sementara itu, menurut (Maimunah,
2018) pada saat melaksanakan tahap memahami masalah, siswa climbers akan
mencantumkan berbagai unsur yang diketahui dan yang ditanyakan, serta
mendeskripsikan permasalahan dengan cara mengadopsi dari bahasa soal itu
sendiri. Kemudian untuk tahap merencanakan penyelesaian, siswa climbers
melakukan permisalan terhadap berbagai unsur yang diketahui dan juga
mencantumkan formula yang terkait dari masalah tersebut. Di dalam tahapan
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh informasi bahwa dari 22 siswa kelas
VIII.H, terdapat 2 siswa (9,09%) yang termasuk ke dalam kategori Quitters, 19
siswa (86,36%) kategori Campers, dan sebanyak 1 siswa (4,55%) yang termasuk
ke dalam kategori Climbers. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII.H
50
dominan atau kebanyakan memiliki Adversity Quotient kategori Campers.
Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.
Kemudian dari hasil pengkategorian AQ tersebut, dipilih 1 subjek untuk
masing-masing mewakili kategori Quitters, Campers, dan Climbers. Namun,
karena banyaknya siswa yang termasuk dalam kategori Quitters dan Campers
lebih dari satu siswa, maka subjek penelitian selanjutnya dipilih berdasarkan pada
hasil pengerjaan tes pemecahan masalah matematika siswa, dimana yang paling
banyak memunculkan karakteristik dari setiap kategori tersebut. Untuk hasil
pemilihan subjek dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Subjek Penelitian
Kode Nama Kode Subjek Skor AQ Kategori AQ H-12 S1 167 Climbers H-03 S2 106 Campers H-16 S3 66 Quitters
Dalam penelitian ini, subjek penelitian pada tabel 4.3 nantinya akan
diwawancarai untuk lebih mengetahui secara mendalam terkait kemampuan
pemecahan masalah matematika yang telah dikerjakan sebelumnya, dimana:
a. Untuk subjek pertama (S1) dengan kode nama H-12, yakni siswa yang
memperoleh skor AQ 167 atau termasuk ke dalam kategori Climbers.
b. Untuk subjek kedua (S2) dengan kode nama H-03, yakni siswa yang
memperoleh skor AQ 106 atau termasuk ke dalam kategori Campers.
c. Untuk subjek ketiga (S3) dengan kode nama H-16, yakni siswa yang
memperoleh skor AQ 66 atau termasuk ke dalam kategori Quitters.
51
2. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa untuk Masing-Masing Kategori Adversity Quotient (AQ)
Kemampuan subjek dalam memecahkan masalah matematika materi pola
bilangan dianalisis dengan wawancara berdasarkan hasil tes pemecahan masalah
yang telah diberikan kepada subjek sebelumnya. Dalam hasil tes pemecahan
masalah tersebut, terdapat beberapa indikator di dalamnya yakni terkait
memahami masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa
kembali hasil yang diperoleh. Dengan demikian, agar proses analisis data lebih
mudah dan juga penafsiran data menjadi lebih akurat, maka dalam hasil
wawancara akan diberikan kode untuk petikan dialog pewawancara dan subjek
penelitian.
Kode pewawancara terdiri atas empat digit yakni dua digit pertama
menerangkan urutan subjek yang akan diwawancarai, misalnya P1, P2, dan P3.
Sedangkan dua digit berikutnya menerangkan urutan pertanyaan yang diberikan.
Sebagai contoh P1.01 dapat diartikan sebagai pewawancara untuk subjek pertama
dengan urutan pertanyaan pertama.
Kode subjek terdiri atas empat digit yakni dua digit pertama menerangkan
subjek yang diwawancarai, misalnya S1, S2, dan S3. Sedangkan dua digit
berikutnya menerangkan urutan pertanyaan yang dijawab. Sebagai contoh S1.01
dapat diartikan sebagai subjek pertama dengan jawaban pertanyaan pertama.
52
a. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Subjek Kategori Climbers (S1) Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 1
Adapun jawaban tes tertulis subjek climbers (S1) di dalam memecahkan
masalah 1 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Jawaban Tes Tertulis S1 pada Masalah 1
1) Tahap Memahami Masalah
Pada tahap memahami masalah, catatan hasil wawancara selaras
dengan jawaban tes tertulis yang telah dikerjakan sebelumnya oleh subjek
climbers atau S1. Dalam hal ini, subjek climbers atau S1 mampu di dalam
memahami masalah yang diberikan, yakni sudah mampu menetapkan data
yang cukup untuk menyelesaikan soal yang diberikan dengan
mencantumkan ataupun menyebutkan unsur-unsur yang diketahui pada
soal (S1.07, S1.09) dan juga unsur yang ditanyakan pada soal (S1.11).
Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P1.06 : Apakah Rezki paham maksud dari soal tersebut? S1.06 : Iya, saya paham. P1.07 : Kalau begitu, apa yang Rezki ketahui dari soal tersebut? S1.07 : Alif menyusun kelereng di dalam petak-petak persegi. P1.08 : Apakah masih ada lagi yang Rezki ketahui?
53
S1.08 : Iya, masih ada. P1.09 : Coba Rezki sebutkan apalagi yang diketahui pada soal
tersebut? S1.09 : Pola ke-1 ada satu kelereng, pola ke-2 ada 3 kelereng, pola
ke-3 ada 6 kelereng, dan pola ke-4 ada 10 kelereng. P1.10 : Apakah masih ada lagi? S1.10 : Kemungkinan sudah tidak ada. P1.11 : Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal apa? S1.11 : (Berhenti Sejenak) Berapa kelereng yang disusun Alif pada pola ke-8?
2) Tahap Membuat Rencana
Pada tahap membuat rencana, terdapat persamaan diantara catatan
hasil wawancara dengan jawaban pada tes tertulis yang telah dikerjakan
oleh subjek climbers atau S1 sebelumnya. Dalam hal ini, subjek climbers
atau S1 dapat membuat rencana penyelesaian pada masalah yang
diberikan, dimana menemukan terlebih dahulu pola dari bilangan-bilangan
yang telah diketahui sebelumnya dengan cara mencari selisihnya (S1.13,
S1.14) dan melakukan operasi yang sama pada setiap pola yang
ditemukannya tersebut (S1.15). Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P1.12 : Apakah Rezki memiliki rencana dalam memecahkan soal
tersebut? S1.12 : Iya, ada. P1.13 : Rencana bagaimana yang Rezki miliki? S1.13 : Melihat terlebih dahulu pola pada bilangan-bilangan
sebelumnya. P1.14 : Baik. Sesudah itu bagaimana? S1.14 : Melihat lagi selisih pada setiap bilangannya. P1.15 : Setelah itu? S1.15 : Mengerjakan operasi yang sama pada setiap pola yang telah
ditemukan sebelumnya.
54
3) Tahap Melaksanakan Rencana
Pada tahap melaksanakan rencana, subjek climbers atau S1 mampu
di dalam memecahkan masalah yang diberikan dengan cara menggunakan
rencana yang telah disusun sebelumnya. Subjek climbers atau S1
menggunakan operasi penjumlahan untuk melanjutkan pola selanjutnya
(S1.17). Dengan demikian, subjek climbers atau S1 memperoleh hasil akhir
pada masalah yang diberikan tersebut dengan tepat (S1.19). Berikut
petikan wawancaranya:
Kode Uraian P1.16 : Apakah Rezki bisa menyelesaikan soal tersebut dengan
menggunakan rencana yang telah dibuat sebelumnya? S1.16 : Iya, bisa. P1.17 : Bagaimana cara Rezki menyelesaikannya? S1.17 : Melanjutkan pola selanjutnya dengan melihat selisih dan
menggunakan operasi penjumlahan pada tiap pola sebelumnya.
P1.18 : Mengapa Rezki menggunakan cara tersebut? Bukankah masih terdapat cara yang lain?
S1.18 : Kemungkinan masih ada, namun cara yang saya gunakan tersebut merupakan cara yang tahu dan saya kuasai.
P1.19 : Baik, kalau begitu bisa tuliskan cara menyelesaikannya? S1.19 : Bisa. (Jawaban disajikan pada Gambar 4.2)
Gambar 4.2 Jawaban S1 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 1
4) Tahap Memeriksa Kembali
Pada tahap memeriksa kembali, subjek climbers atau S1 mampu
melakukan pengecekan kembali terhadap jawaban yang telah diperoleh
55
sebelumnya. Subjek climbers atau S1 melakukannya dengan cara
menghitung ulang penyelesaian pada masalah yang diberikan (S1.22,
S1.23) dan juga meyakini kebenaran dari jawaban yang telah diperolehnya
tersebut (S1.20). Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P1.20 : Apakah sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh
tersebut? S1.20 : Iya, sudah yakin. P1.21 : Bagaimana Rezki mengetahui bahwa jawaban tersebut sudah
benar? S1.21 : Saya lakukan pemeriksaan ulang. P1.22 : Baik, Rezki menggunakan cara apa? S1.22 : Menghitung ulang penyelesaian yang telah didapat
Adapun jawaban tes tertulis subjek climbers (S1) di dalam memecahkan
masalah 2 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.3 berikut.
Gambar 4.3 Jawaban Tes Tertulis S1 pada Masalah 2
1) Tahap Memahami Masalah
Pada tahap memahami masalah, catatan hasil wawancara selaras
dengan jawaban dari tes tertulis yang telah dikerjakan sebelumnya oleh
56
subjek climbers atau S1. Dalam hal ini, subjek climbers atau S1 telah
mampu memahami masalah yang diberikan, dimana mampu menetapkan
data yang cukup dengan menuliskan maupun mengemukakan unsur-unsur
yang diketahui pada soal (S1.28) dan juga unsur yang ditanyakan pada soal
(S1.30, S1.33), meskipun subjek climbers atau S1 membaca soal yang
diberikan tersebut secara berulang-ulang (S1.32). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian P1.27 : Rezki sudah paham tidak maksud dari soal tersebut? S1.27 : Iya, paham. P1.28 : Baik. Kalau begitu unsur apa saja yang diketahui pada soal? S1.28 : (terdiam sejenak) Yang diketahui adalah kotak pertama berisi 1 buah mangga,
kotak kedua berisi 3 buah, kotak ketiga berisi 5 buah, kotak keempat berisi 7 buah, dan kotak kelima berisi 9 buah.
P1.29 : Apa masih ada lagi yang Rezki ketahui selain itu? S1.29 : Mungkin hanya itu. P1.30 : Baik. Kalau yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S1.30 : Berapa banyak buah mangga pada kotak terakhir? P1.31 : Kotak terakhir yang dimaksudkan soal, kotak ke berapa? S1.31 : (terdiam) P1.32 : Bisa Rezki baca ulang lagi soalnya? S1.32 : Bisa. (membacakan soal) P1.33 : Baik, berarti kotak ke berapa? S1.33 : Kotak kesepuluh?
2) Tahap Membuat Rencana
Pada tahap membuat rencana, terdapat kesamaan antara catatan
hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis yang telah dikerjakan
sebelumnya oleh subjek climbers atau S1. Dalam hal ini, subjek climbers
atau S1 sudah mampu menyusun rencana di dalam memecahkan masalah
yang diberikan, yakni menemukan pola dari bilangan-bilangan yang
57
diketahui sebelumnya dengan cara mencari selisihnya (S1.34, S1.35) dan
setelah itu mengerjakan operasi yang sama pada setiap pola yang
ditemukannya tersebut (S1.36). Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P1.34 : Setelah memahami soalnya, langkah apa yang selanjutnya
Rezki lakukan? S1.34 : (terdiam sejenak) Melihat pola pada bilangan-bilangan yang diketahui
sebelumnya. P1.35 : Baik. Caranya bagaimana? S1.35 : Dengan melihat selisihnya. P1.36 : Baik, setelah itu ada lagi yang Rezki buat? S1.36 : Melakukan operasi yang sama pada setiap pola nya.
3) Tahap Melaksanakan Rencana
Pada tahap melaksanakan rencana, subjek climbers atau S1 mampu
menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara memanfaatkan strategi
penyelesaian yang telah susun sebelumnya. Subjek climbers atau S1
menambahkan angka 2 dengan tujuan untuk melanjutkan ataupun
menemukan pola selanjutnya (S1.38), sehingga subjek climbers atau S1
dapat memperoleh jawaban akhir pada masalah yang diberikan tersebut
dengan tepat (S1.41). Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P1.37 : Bagaimana cara Rezki memecahkan soal tersebut dengan
menggunakan langkah-langkah yang telah disusun sebelumnya?
S1.37 : Dengan melanjutkan pola selanjutnya. P1.38 : Baik, caranya bagaimana? S1.38 : (terdiam sejenak) Menjumlahkan dengan angka 2 pada setiap pola sebelumnya. P1.39 : Tapi menurut Rezki masih ada tidak cara lain untuk
memecahkan soal tersebut? S1.39 : (terdiam sejenak) Kemungkinan masih ada.
58
P1.40 : Kalau begitu mengapa Rezki lebih memilih menggunakan cara ini?
S1.40 : Hanya cara ini yang saya tahu dan juga lebih mudah saya pahami.
P1.41 : Baik. Bisa coba tuliskan cara yang Rezki ketahui tersebut? S1.41 : Bisa. (Jawaban disajikan pada Gambar 4.4)
Gambar 4.4 Jawaban S1 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 2
4) Tahap Memeriksa Kembali
Pada tahap memeriksa kembali, subjek climbers atau S1 sudah
mampu di dalam memeriksa kembali terkait jawaban yang telah diperoleh
sebelumnya. Subjek climbers atau S1 melakukan perhitungan ulang
terhadap jawaban yang telah diperolehnya tersebut (S1.45, S1.46) dan juga
meyakini kebenaran dari jawabannya (S1.43). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian P1.42 : Jadi, berapa hasil akhir yang Rezki peroleh? S1.42 : 19. P1.43 : Apakah Rezki sudah yakin? S1.43 : Iya, sudah. P1.44 : Dengan cara apa sehingga Rezki bisa meyakini kebenaran
dari jawaban yang diperoleh tersebut? S1.44 : Saya lakukan pengecekan kembali. P1.45 : Baik, caranya bagaimana? S1.45 : Saya hitung ulang terkait jawaban yang didapat sebelumnya. P1.46 : Baik, bisa Rezki paparkan caranya? S1.46 : 1+2=3, 3+2=5, 5+2=7, 7+2=9, 9+2=11, 11+2=13,
13+2=15, 15+2=17, dan 17+2=19.
59
Simpulan Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah subjek Climbers (S1)
Berdasarkan triangulasi data hasil tes tertulis dengan hasil wawancara
pada masalah 1 dan masalah 2, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
subjek climbers atau S1 di dalam memecahkan masalah matematika yaitu; (1)
Mampu memahami masalah yang diberikan; (2) Mampu membuat rencana
penyelesaiannya; (3) Mampu memecahkan masalah sesuai dengan rencana
yang telah disusun sebelumnya; dan (4) Mampu melakukan pengecekan
kembali terkait jawaban yang telah diperolehnya tersebut. Untuk selengkapnya
dapat disajikan pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Climbers (S1)
Tahap Pemecahan Masalah Subjek Climbers (S1)
Memahami Masalah
1) Membaca soal secara berulang-ulang. 2) Menetapkan data yang cukup sebagai penunjang di
dalam menyelesaikan soal. 3) Mengemukakan unsur yang diketahui dan
ditanyakan dengan cara mengadopsi bahasa pada soal.
Membuat Rencana
1) Menentukan rencana penyelesaian dengan menghubungkan data yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal.
2) Menyusun strategi penyelesaian, yakni mencari pola pada bilangan-bilangan yang diketahui sebelumnya dari soal.
Melaksanakan Rencana
1) Memecahkan soal sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
2) Mengerjakan operasi yang sama pada setiap pola sebelumnya hingga memperoleh hasil akhir dengan tepat.
3) Hanya mampu menggunakan satu alternatif penyelesaian.
Memeriksa Kembali
1) Melakukan pengecekan kembali terhadap jawaban yang diperoleh dengan cara menghitung ulang.
2) Meyakini kebenaran dari jawaban yang diperoleh.
60
b. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Subjek Kategori Campers (S2) Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 1
Adapun jawaban tes tertulis subjek campers (S2) di dalam memecahkan
masalah 1 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.5 berikut.
Gambar 4.5 Jawaban Tes Tertulis S2 pada Masalah 1
1) Tahap Memahami Masalah
Pada tahap memahami masalah, terdapat perbedaan antara catatan
hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis dari subjek campers atau S2,
akan tetapi perbedaan tersebut terjadi dikarenakan dalam memahami
masalah yang diberikan yakni menetapkan data yang cukup, tidak semua
yang ada dalam pemikiran dari subjek campers atau S2 dapat dicantumkan
di dalam lembar jawaban, sehingga dalam hal ini diperlukan perpaduan
antara jawaban tertulis subjek dengan jawaban lisan (wawancara). Dalam
hal ini, subjek campers atau S2 dapat memahami soal yang diberikan,
dimana mampu mengemukakan unsur-unsur yang diketahui pada soal
(S2.05) dan juga mengemukakan unsur yang ditanyakan pada soal (S2.09),
meskipun subjek campers atau S2 lupa mencantumkan nya pada lembar
jawaban tes tertulis (S2.10).
61
Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P2.03 : Cantika sudah paham tidak maksud dari soal tersebut? S2.03 : Iya, paham. P2.04 : Baik, kalau begitu apa yang Cantika ketahui dari soal
tersebut? S2.04 : Jumlah kelereng dari masing-masing pola nya? P2.05 : Iya betul, bisa Cantika sebutkan? S2.05 : (terdiam sejenak) Pola kesatu ada 1 kelereng, pola kedua ada 3 kelereng, pola
ketiga ada 6 kelereng, dan pola keempat ada 10 kelereng. P2.06 : Apakah masih ada lagi? S2.06 : Mungkin hanya itu saja. P2.07 : Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S2.07 : (terdiam) P2.08 : Kalau begitu coba Cantika baca ulang lagi soalnya. S2.08 : (membacakan soal) P2.09 : Baik, berarti yang ditanyakan apa? S2.09 : (terdiam sejenak) Banyak kelereng yang disusun Alif pada pola ke-8? P2.10 : Kenapa Cantika tidak mencantumkan unsur yang diketahui
dan yang ditanyakan pada lembar jawabannya? S2.10 : Saya lupa cantumkan.
2) Tahap Membuat Rencana
Pada tahap membuat rencana, terdapat kesamaan antara hasil
catatan wawancara dengan jawaban tes tertulis yang sebelumnya telah
dikerjakan oleh subjek campers atau S2. Dalam hal ini, subjek campers
atau S2 mampu menyusun strategi penyelesaian dari soal yang diberikan,
yakni dengan mencari atau menentukan pola dari unsur-unsur yang
sebelumnya telah diketahui pada soal dengan cara melihat selisihnya
(S2.12, S2.13). Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P2.11 : Apakah Cantika mempunyai rencana di dalam menyelesaikan
S2.12 : Saya cari terlebih dahulu pola dari masing-masing jumlah kelereng yang diketahui.
P2.13 : Baik, setelah itu? S2.13 : Mencari selisihnya untuk dapat menemukan pola selanjutnya.
3) Tahap Melaksanakan Rencana
Pada tahap melaksanakan rencana, subjek campers atau S2 mampu
di dalam menyelesaikan soal yang diberikan dengan menggunakan
rencana yang telah dibuat sebelumnya. Subjek campers atau S2
mengerjakan operasi yang sama pada setiap pola sebelumnya hingga
subjek campers atau S2 memperoleh jawaban akhir dengan tepat (S2.15,
S2.17). Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P2.14 : Apakah Cantika bisa melanjutkan pola selanjutnya dengan
menggunakan rencana yang telah dibuat tersebut? S2.14 : Iya, bisa. P2.15 : Caranya bagaimana? S2.15 : Saya kerjakan operasi yang sama pada setiap pola
sebelumnya. P2.16 : Mengapa Cantika memilih cara tersebut? S2.16 : Hanya cara itu yang saya ketahui dan pahami. P2.17 : Baik, kalau begitu bisa coba Cantika tuliskan? S2.17 : Bisa. (Jawaban disajikan pada Gambar 4.6)
Gambar 4.6 Jawaban S2 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 1
4) Tahap Memeriksa Kembali
Pada tahap memeriksa kembali, subjek campers atau S2 belum
mampu di dalam memeriksa kembali terkait jawaban yang telah diperoleh
63
sebelumnya, hal tersebut dikarenakan subjek campers atau S2 masih
kurang paham terkait dengan cara melakukannya (S2.21). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian P2.18 : Berarti berapa hasil akhir yang Cantika peroleh? S2.18 : 36. P2.19 : Sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh tersebut? S2.19 : (terdiam sejenak) Yakin. P2.20 : Lembar jawabannya Cantika periksa ulang tidak sebelum di
kumpul? S2.20 : Tidak saya periksa. P2.21 : Kenapa Cantika tidak periksa kembali? S2.21 : Kurang paham dengan caranya.
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 2
Adapun jawaban tes tertulis subjek campers (S2) di dalam memecahkan
masalah 2 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.7 berikut.
Gambar 4.7 Jawaban Tes Tertulis S2 pada Masalah 2
1) Tahap Memahami Masalah
Pada tahap memahami masalah, terdapat persamaan diantara
catatan hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis yang subjek campers
atau S2 kerjakan sebelumnya. Dalam hal ini, subjek campers atau S2 masih
64
kurang mampu di dalam memahami soal yang diberikan, yakni mampu
mencantumkan dan mengemukakan unsur-unsur yang diketahui pada soal
(S2.26, S2.28), namun masih sedikit keliru di dalam menuliskan dan
mengemukakan unsur yang ditanyakan pada soal (S2.31). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian P2.25 : Apa Cantika sudah paham dengan maksud soalnya? S2.25 : Sedikit paham. P2.26 : Baik, kalau begitu apa yang Cantika ketahui pada soal
tersebut? S2.26 : Sepuluh kotak yang berisi buah mangga. P2.27 : Apakah masih ada lagi yang Cantika ketahui? S2.27 : Iya, masih ada. P2.28 : Kalau begitu coba Cantika sebutkan. S2.28 : Kotak pertama berisi 1 buah mangga, kotak kedua berisi 3
buah, kotak ketiga berisi 5 buah, kotak keempat berisi 7 buah, dan kotak kelima berisi 9 buah.
P2.29 : Baik. Masih ada lagi? S2.29 : Mungkin hanya itu saja. P2.30 : Baik. Kalau yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S2.30 : Banyak buah mangga pada kotak terakhir? P2.31 : Kotak terakhir yang dimaksudkan soal tersebut, kotak ke
berapa? S2.31 : Kotak keenam? P2.32 : Dengan alasan apa hingga Cantika mengatakan hal
demikian? S2.32 : (terdiam sejenak) Karena yang terakhir diketahui di sini (menunjuk soal) kotak
kelima.
2) Tahap Membuat Rencana
Pada tahap membuat rencana, terdapat perbedaan diantara catatan
hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis dari subjek campers atau S2.
Akan tetapi, perbedaan tersebut terjadi sebab dalam membuat rencana
penyelesaian tidak semua yang ada dalam pemikiran subjek campers atau
S2 dapat dituangkan ke dalam lembar jawaban, oleh karena itu perlu
65
perpaduan antara jawaban tertulis subjek dengan jawaban lisan
(wawancara). Dalam hal ini, subjek campers atau S2 mampu membuat
rencana penyelesaian pada soal yang diberikan dengan mencari pola pada
bilangan-bilangan yang diketahui sebelumnya dan setelah itu melakukan
operasi yang sama pada tiap pola yang ditemukannya tersebut (S2.34,
S2.35). Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P2.33 : Kalau untuk rencana penyelesaiannya sendiri, ada tidak yang
Cantika buat sebelumnya? S2.33 : Iya, ada. P2.34 : Rencana bagaimana yang Cantika buat tersebut? S2.34 : Menemukan pola pada bilangan-bilangan yang diketahui
sebelumnya dengan melihat selisihnya. P2.35 : Baik. Setelah itu, apa lagi? S2.35 : Saya kerjakan operasi yang sama pada setiap pola yang
ditemukan sebelumnya.
3) Tahap Melaksanakan Rencana
Pada tahap melaksanakan rencana, subjek campers atau S2 masih
kurang mampu di dalam memecahkan masalah yang diberikan dengan
menggunakan rencana yang telah dibuat sebelumnya, dimana dapat
diketahui dari jawaban akhir yang diperoleh subjek campers atau S2 yang
masih kurang tepat (S2.39). Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P2.36 : Apa Cantika dapat menyelesaikan soal yang diberikan
dengan menggunakan rencana yang telah dibuat sebelumnya?
S2.36 : Iya, bisa. P2.37 : Bagaimana cara Cantika menyelesaikannya? S2.37 : Saya lanjutkan pola selanjutnya dengan cara menambahkan
angka 2 pada setiap pola sebelumnya. P2.38 : Mengapa Cantika menggunakan cara tersebut? Bukankah
masih terdapat cara yang lain? S2.38 : Hanya cara ini yang saya ketahui dan saya pahami.
66
P2.39 : Baik, kalau begitu bisa Cantika tuliskan cara menyelesaikannya?
S2.39 : Bisa. (Jawaban disajikan pada Gambar 4.8)
Gambar 4.8 Jawaban S2 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 2
4) Tahap Memeriksa Kembali
Pada tahap memeriksa kembali, subjek campers atau S2 masih
belum mampu di dalam melakukan pengecekan kembali terhadap jawaban
yang telah didapat sebelumnya, hal ini disebabkan karena subjek campers
atau S2 masih kurang mengerti terkait cara melakukannya (S2.42). Berikut
petikan wawancaranya:
Kode Uraian P2.40 : Apakah Cantika sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh
tersebut? S2.40 : (terdiam sejenak) Iya, yakin. P2.41 : Sudah Cantika periksa ulang terkait jawaban yang
diperoleh? S2.41 : Tidak saya periksa. P2.42 : Kenapa Cantika tidak periksa? S2.42 : Masih belum paham terkait dengan caranya.
67
Simpulan Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah subjek Campers (S2)
Berdasarkan triangulasi data hasil tes tertulis dengan hasil wawancara
pada masalah 1 dan masalah 2, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
subjek campers atau S2 dalam memecahkan masalah matematika yaitu; (1)
Mampu memahami masalah yang diberikan; (2) Mampu membuat rencana
penyelesaian; (3) Mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang
dibuat sebelumnya; dan (4) Belum mampu dalam memeriksa kembali jawaban
yang telah diperoleh. Untuk selengkapnya dapat disajikan pada Tabel 4.5
berikut.
Tabel 4.5 Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Campers (S2)
Tahap Pemecahan Masalah Subjek Campers (S2)
Memahami Masalah
1) Membaca soal dengan berulang-ulang. 2) Mengidentifikasi data yang cukup sebagai
penunjang di dalam menyelesaikan soal. 3) Menetapkan unsur-unsur yang diketahui dan
ditanyakan dengan cara mengadopsi bahasa pada soal.
Membuat Rencana
1) Menyusun rencana penyelesaian dengan menghubungkan berbagai informasi yang terkandung pada soal.
2) Membuat rencana penyelesaian dengan mencari terlebih dahulu pola pada bilangan-bilangan yang diketahui sebelumnya pada soal.
3) Hanya mampu menggunakan satu alternatif penyelesaian
Melaksanakan Rencana
1) Menyelesaikan soal yang diberikan dengan menggunakan rencana yang telah disusun sebelumnya.
2) Melakukan operasi yang sama pada setiap pola sebelumnya hingga memperoleh jawaban akhir yang tepat.
Memeriksa Kembali
1) Meyakini kebenaran dari jawaban yang diperoleh. 2) Tidak melakukan pemeriksaan kembali terhadap
jawaban yang telah diperolehnya tersebut.
68
c. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Subjek Kategori Quitters (S3) Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 1
Adapun jawaban tes tertulis subjek quitters (S3) di dalam memecahkan
masalah 1 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.9 berikut.
Gambar 4.9 Jawaban Tes Tertulis S3 pada Masalah 1
1) Tahap Memahami Masalah
Pada tahap memahami masalah, terdapat persamaan antara catatan
hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis yang telah dikerjakan
sebelumnya oleh subjek quitters atau S3. Dalam hal ini, subjek quitters
atau S3 mampu memahami soal yang diberikan, yakni dengan
mencantumkan maupun mengemukakan unsur-unsur yang diketahui pada
soal (S3.05) dan juga unsur yang ditanyakan pada soal (S3.06). Berikut
petikan wawancaranya:
Kode Uraian P3.04 : Sakinah paham tidak maksud dari soal tersebut? S3.04 : (terdiam sejenak) Sedikit paham. P3.05 : Baik, kalau begitu apa yang diketahui dari soal tersebut? S3.05 : (terdiam sejenak) Pola kesatu ada 1 kelereng, pola ke-2 ada 3 kelereng, pola
ketiga ada 6 kelereng, dan pola keempat ada 10 kelereng.
69
P3.06 : Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S3.06 : (terdiam sejenak) Pola ke-8?
2) Tahap Membuat Rencana
Pada tahap membuat rencana, subjek quitters atau S3 belum mampu
di dalam membuat rencana penyelesaian pada soal yang diberikan (S3.08).
Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P3.07 : Setelah memahami soal tersebut, langkah apa yang Sakinah
lakukan selanjutnya? S3.07 : Mencari pola yang ditanyakan. P3.08 : Sebelumnya ada tidak rencana yang dibuat? S3.08 : (terdiam sejenak) Tidak ada.
3) Tahap Melaksanakan Rencana
Pada tahap melaksanakan rencana, subjek quitters atau S3 masih
kurang mampu di dalam memecahkan soal yang diberikan. Subjek quitters
atau S3 dapat memperoleh hasil akhir dengan tepat (S3.11), akan tetapi
tidak menggunakan rencana penyelesaian di dalam mengerjakan soal
tersebut. Berikut petikan wawancaranya:
Kode Uraian P3.09 : Kalau begitu bagaimana cara Sakinah menyelesaikan soal
tersebut? S3.09 : (terdiam sejenak) Saya langsung menjumlahkan setiap pola sebelumnya. P3.10 : Ada tidak yang dilakukan sebelum itu? S3.10 : (terdiam sejenak) Tidak, hanya itu yang saya lakukan. P3.11 : Baik, kalau begitu bisa tuliskan cara menyelesaikannya? S3.11 : Bisa. (Jawaban disajikan pada Gambar 4.10)
70
Jawaban subjek quitters (S3) dalam melaksanakan rencana
penyelesaian masalah 1 disajikan pada Gambar 4.10 berikut.
Gambar 4.10 Jawaban S3 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 1
4) Tahap Memeriksa Kembali
Pada tahap memeriksa kembali, subjek quitters atau S3 meyakini
kebenaran dari jawaban yang telah diperolehnya (S3.13). Akan tetapi,
subjek quitters atau S3 belum mampu di dalam memeriksa kembali
jawaban yang diperolehnya tersebut (S3.15), dikarenakan tidak mengetahui
cara ataupun rumus yang akan digunakannya (S3.16). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian P3.12 : Berarti berapa hasil akhir yang Sakinah peroleh? S3.12 : 36. P3.13 : Apakah Sakinah sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh
tersebut? S3.13 : (terdiam sejenak) Yakin. P3.14 : Sudah Sakinah cek ulang sebelumnya? S3.14 : (terdiam) P3.15 : Hasil penyelesaian yang Sakinah kerjakan, apakah sudah
diperiksa ulang? (mengulang pertanyaan) S3.15 : Tidak saya periksa. P3.16 : Mengapa Sakinah tidak periksa kembali? S3.16 : Saya tidak ketahui rumus nya.
71
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 2
Adapun jawaban tes tertulis subjek quitters (S3) di dalam memecahkan
masalah 2 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.11 berikut.
Gambar 4.11 Jawaban Tes Tertulis S3 pada Masalah 2
1) Tahap Memahami Masalah
Pada tahap memahami masalah, terdapat perbedaan antara catatan
hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis dari subjek quitters atau S3,
akan tetapi perbedaan tersebut terjadi dikarenakan dalam memahami
masalah yang diberikan yakni menetapkan data yang cukup, tidak semua
yang ada dalam pemikiran dari subjek quitters atau S3 dapat dicantumkan
di dalam lembar jawaban, sehingga dalam hal ini diperlukan perpaduan
antara jawaban tertulis subjek dengan jawaban lisan (wawancara). Dalam
hal ini, subjek quitters atau S3 masih kurang mampu di dalam memahami
soal yang diberikan, yakni dapat mengemukakan unsur-unsur yang
diketahui pada soal (S3.20), akan tetapi tidak dapat mengemukakan unsur
yang ditanyakan pada soal dengan lengkap (S3.21, S3.22). Berikut petikan
wawancaranya:
Kode Uraian P3.17 : Baik. Kalau begitu untuk soal nomor 2 kenapa Sakinah tidak
kerjakan? S3.17 : Saya masih kurang paham terkait cara kerjanya. P3.18 : Baik, kalau sekarang bisa tidak Sakinah coba kerjakan?
72
S3.18 : (terdiam) P3.19 : Coba Sakinah bacakan dulu soalnya. S3.19 : (membacakan soal) P3.20 : Apa yang Sakinah ketahui dari soal tersebut? S3.20 : (terdiam sejenak) Kotak pertama 1 buah, kotak kedua 3 buah, kotak ketiga 5
buah, kotak keempat 7 buah, dan kotak kelima 9 buah. P3.21 : Baik, kalau yang ditanyakan dari soal apa? S3.21 : Banyak buah mangga pada kotak terakhir. P3.22 : Kotak terakhir yang dimaksud pada soal tersebut, kotak ke
berapa? S3.22 : (terdiam sejenak) Kalau yang ini, saya masih kurang paham. P3.23 : Berarti Sakinah terkendala pada bagian ini sehingga tidak
dapat mengerjakan soalnya? S3.23 : Iya, terkendala pada bagian yang ditanyakan pada soalnya.
2) Tahap Membuat Rencana
Pada tahap membuat rencana, subjek quitters atau S3 belum mampu
di dalam membuat strategi penyelesaian pada soal yang diberikan, dimana
hal tersebut dapat diketahui pada hasil jawaban tes tertulis subjek (Gambar
4.11) dan juga catatan hasil wawancara (P3.23, S3.23).
3) Tahap Melaksanakan Rencana
Pada tahap melaksanakan rencana, subjek quitters atau S3 belum
mampu di dalam menyelesaikan ataupun memperoleh hasil akhir dengan
tepat pada soal yang diberikan tersebut. Hal ini dapat diketahui pada hasil
jawaban tes tertulis subjek (Gambar 4.11) dan juga catatan hasil
wawancara (P3.23, S3.23).
4) Tahap Memeriksa Kembali
Pada tahap memeriksa kembali, subjek quitters atau S3 belum
mampu di dalam memeriksa kembali terkait penyelesaian soal yang telah
dikerjakan sebelumnya. Hal tersebut dapat diketahui pada hasil jawaban
73
tes tertulis subjek (Gambar 4.11) dan juga catatan hasil wawancara (P3.23,
S3.23).
Simpulan Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah subjek Quitters (S3)
Berdasarkan triangulasi data hasil tes tertulis dengan hasil wawancara
pada masalah 1 dan masalah 2, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
subjek quitters atau S3 di dalam memecahkan masalah matematika yaitu; (1)
Mampu memahami masalah yang diberikan; (2) Belum mampu membuat
rencana penyelesaian; (3) Kurang mampu di dalam melaksanakan rencana;
dan (4) Belum mampu memeriksa kembali jawaban yang diperoleh
sebelumnya. Untuk selengkapnya dapat disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Quitters (S3)
Tahap Pemecahan Masalah Subjek Quitters (S3)
Memahami Masalah
1) Membaca soal dengan berulang-ulang. 2) Mengemukakan unsur-unsur yang diketahui dan
juga ditanyakan dengan mengadopsi bahasa pada soal.
Membuat Rencana 1) Tidak membuat ataupun menyusun rencana di dalam memecahkan soal yang diberikan.
Melaksanakan Rencana
1) Memperoleh hasil akhir dengan tepat. 2) Tidak menggunakan rencana penyelesaian di dalam
mengerjakan soal yang diberikan. Memeriksa
Kembali 1) Meyakini kebenaran jawaban yang telah diperoleh. 2) Tidak dapat melakukan pemeriksaan ulang terhadap
jawaban yang telah diperolehnya tersebut.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat
diketahui bahwa kemampuan siswa kelas VIII H dalam memecahkan masalah
matematika yang diberikan, yakni berbeda-beda antara siswa yang satu dengan
74
siswa yang lainnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Stoltz (2000)
bahwa kemampuan pemecahan masalah setiap individu berbeda-beda karena
disebabkan oleh salah satu faktor, yaitu Adversity Quotient (AQ) yang dimiliki
oleh masing-masing individu tersebut. Dari hasil pengisian angket Adversity
Quotient (AQ) oleh siswa, diperoleh berbagai kategori AQ dari siswa tersebut,
yakni Climbers, Campers, dan Quitters. Setiap siswa yang mewakili kategori AQ
tersebut mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematika yang berbeda-
beda, dimana dapat diketahui dari tahapan pemecahan masalah menurut Polya
yang telah digunakannya.
a. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa AQ Kategori
Climbers
Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang dikumpulkan, dapat
diketahui bahwa siswa dengan kategori Climbers dalam menyelesaikan masalah
matematika, yakni mampu melaksanakan keempat tahapan menurut Polya,
dimana di mulai dari tahap memahami masalah sampai dengan tahap memeriksa
kembali jawaban yang diperoleh. Hal ini senada dari hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh Maini & Izzati (2019) yang mengemukakan bahwa siswa Climbers
mempunyai kemampuan yang baik dalam memecahkan masalah matematika,
dimana mampu mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, menelusuri strategi
yang dapat terjadi, serta mengantisipasi hasil dan melihat kembali hasil yang telah
diperoleh. Selain itu, juga didukung dari pendapat Stoltz (2000) yang menyatakan
bahwa seseorang yang termasuk ke dalam kategori ini memiliki Adversity
Quotient yang tinggi, dimana apabila dihadapkan dengan suatu masalah, maka
75
akan diselesaikannya masalah tersebut dengan tidak mudah menyerah hingga
tujuan yang diharapkannya tercapai.
Pada tahap memahami masalah, siswa kategori ini dapat menetapkan
unsur-unsur yang diketahui dan juga dapat menetapkan unsur yang ditanyakan
dari masalah matematika yang diberikan dengan menggunakan bahasa pada soal.
Hal ini senada dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Maimunah (2018) yang
menyatakan bahwa dalam memahami suatu masalah, siswa Climbers akan
mencantumkan terkait unsur-unsur yang diketahui dan juga unsur yang
ditanyakan, serta mendeskripsikan permasalahan dengan cara mengadopsi dari
bahasa soal itu sendiri.
Sementara pada tahap merencanakan penyelesaian dan tahap melaksanakan
rencana penyelesaian dari soal matematika yang diberikan, siswa Climbers dapat
melakukannya dengan baik. Siswa Climbers dapat memecahkan soal yang
diberikan dengan memanfaatkan rencana yang telah dibuat ataupun disusun
sebelumnya. Siswa Climbers hanya mengetahui satu alternatif saja dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan. Akan tetapi, dari alternatif tersebut siswa
Climbers dapat memperoleh hasil akhir dengan tepat. Hal ini senada dengan yang
dikemukakan oleh Abdiyani (2019) bahwa siswa dengan kategori Climbers akan
selalu melakukan berbagai upaya dalam mengatasi setiap persoalan yang ada, baik
pada persoalan yang kecil maupun persoalan yang besar, dimana dilakukannya
dengan penuh sungguh-sungguh, dengan percaya diri, serta tidak mudah untuk
menyerah hingga tujuan yang diharapkannya tersebut dapat tercapai.
76
Dari beberapa masalah matematika yang diberikan, siswa Climbers dapat
memeriksa kembali dan meyakini kebenaran jawaban yang telah diperoleh
sebelumnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maimunah (2018), dimana menyatakan bahwa dalam tahap keempat dari Polya
tersebut, siswa Climbers dapat mencantumkan bagaimana cara mengecek kembali
jawaban ataupun prosesnya.
b. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa AQ Kategori
Campers
Berlandaskan dari hasil analisis terkait data yang dikumpulkan, dapat
diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan
kategori Campers, yakni mampu melaksanakan tahap memahami masalah, tahap
merencanakan penyelesaian, dan tahap melaksanakan rencana penyelesaian. Akan
tetapi, siswa Campers masih belum mampu dalam melaksanakan tahap
pemeriksaan kembali terhadap jawaban yang telah diperoleh. Hal ini senada
dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Hidayat & Sariningsih (2018),
dimana menyatakan bahwa pada saat siswa Campers menyelesaikan persoalan
matematika dengan menggunakan keempat tahapan menurut Polya, siswa
Campers hanya mampu memenuhi tahap memahami persoalan yang diberikan,
membuat perencanaan penyelesaiannya, serta melaksanakan rencana penyelesaian
yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini, Stoltz (2000) mengemukakan bahwa
seseorang yang termasuk ke dalam kategori ini adalah seseorang yang memiliki
Adversity Quotient yang sedang, dimana mempunyai keinginan untuk
77
menyelesaikan masalah, namun hanya pada tingkat tertentu saja dan selepas itu
berhenti.
Dalam tahap memahami masalah, siswa kategori Campers sudah mampu
dalam menetapkan unsur yang diketahui dan juga unsur yang ditanyakan pada
masalah yang diberikan dengan cara menggunakan bahasa pada soal. Senada
dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Maini & Izzati (2019), dimana
menyatakan bahwa siswa dengan kategori Campers mempunyai kemampuan yang
cukup dalam memecahkan masalah matematika, yakni sudah mampu
mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan. Sementara itu, Hidayat &
Sariningsih (2018) dalam hasil penelitiannya juga mengemukakan bahwa dalam
memahami persoalan matematika yang diberikan, siswa kategori Campers
mencantumkan unsur-unsur yang diketahui maupun yang ditanyakan dari soal,
serta menerangkan soal tersebut melalui kalimatnya sendiri ataupun dengan cara
mengadopsi dari bahasa soal.
Pada saat siswa Campers dihadapkan dengan beberapa masalah
matematika, siswa tersebut dapat membuat rencana penyelesaiannya dan juga
dapat melaksanakan rencana penyelesaian yang telah dibuat sebelumnya. Dalam
tahap merencanakan penyelesaian, siswa kategori ini memanfaatkan berbagai
informasi yang terkandung pada soal hingga dapat membuat atau menyusun
rencana penyelesaian dari soal tersebut. Sementara pada tahap melaksanakan
rencana penyelesaian, siswa Campers dapat memecahkan masalah tersebut sesuai
dengan rencana yang dibuat sebelumnya, serta melakukan proses perhitungan
dengan baik hingga memperoleh hasil akhir yang tepat. Sehingga Maini & Izzati
78
(2019) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa siswa dengan kategori ini
sudah cukup mampu dalam menelusuri strategi yang mungkin dapat terjadi dan
juga cukup mampu dalam mengantisipasi hasil yang akan diperolehnya tersebut.
Pada tahap memeriksa kembali, siswa dengan kategori ini meyakini
kebenaran jawaban yang diperoleh, akan tetapi belum mampu dalam melakukan
pengecekan kembali terkait jawaban yang telah diperolehnya tersebut. Sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan Abdiyani (2019), dimana mengungkapkan
bahwa siswa Campers dalam memecahkan masalah matematika, tidak dapat
melaksanakan pengecekan kembali pada hasil maupun proses yang telah
ditulisnya. Dalam hal ini, Ningrum (2017) menyatakan bahwa hal tersebut
disebabkan karena siswa Campers tidak dapat memaksimalkan usahanya dengan
baik dan juga mudah puas dengan jawaban yang telah diperoleh sebelumnya.
c. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa AQ Kategori
Quitters
Berlandaskan hasil analisis terhadap data yang dikumpulkan, dapat
diketahui bahwa kemampuan siswa kategori Quitters dalam memecahkan masalah
matematika dengan menggunakan tahapan menurut Polya, yakni mampu pada
tahap memahami masalah, belum mampu dalam tahap merencanakan
penyelesaian, kurang mampu dalam tahap melaksanakan rencana penyelesaian,
dan belum mampu dalam tahap memeriksa kembali jawaban yang telah diperoleh.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Abdiyani dkk. (2019) bahwa siswa
dengan kategori Quitters masih belum mampu dalam mengimplementasikan
dengan baik keempat tahapan pemecahan masalah menurut Polya tersebut. Dalam
79
hal ini, Stoltz (2000) mengemukakan bahwa seseorang yang termasuk ke dalam
kategori Quitters adalah seseorang yang memiliki Adversity Quotient rendah,
dimana selalu menganggap masalah yang sedang dihadapinya akan berlangsung
lama sehingga akan kurang mempunyai kemauan dalam menyelesaikan masalah
tersebut.
Dalam tahap memahami masalah, siswa dengan kategori Quitters dapat
menetapkan unsur-unsur yang diketahui dan juga yang ditanyakan pada soal
matematika yang diberikan dengan cara menggunakan bahasa pada soal tersebut.
Sedangkan pada tahap merencanakan penyelesaian, siswa kategori Quitters belum
mampu membuat ataupun menyusun rencana yang nantinya dapat digunakan di
dalam memecahkan masalah matematika yang diberikannya tersebut.
Sementara itu, siswa kategori Quitters juga kurang mampu dalam tahap
melaksanakan rencana, dimana tidak menggunakan rencana ataupun strategi
dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Sementara pada tahap memeriksa
kembali, siswa Quitters belum mampu dalam mengecek kembali terkait jawaban
yang diperoleh sebelumnya. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Maini & Izzati (2019), dimana mengemukakan bahwa pada saat
memecahkan masalah matematika, siswa dengan kategori ini masih kurang
mampu di dalam melihat kembali hasil yang telah diperoleh sebelumnya. Menurut
Kusumawardani (2018), hal tersebut disebabkan karena siswa dengan kategori ini
selalu menganggap bahwa permasalahan yang sedang dihadapinya tersebut akan
berlangsung lama, hingga akhirnya iapun akan menyerah ataupun berhenti di
dalam menyelesaikan permasalahannya tersebut.
80
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan dari BAB IV, maka dalam
penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait kemampuan siswa di
dalam memecahkan masalah matematika yang dimana dilihat dari AQ atau
Adversity Quotient, yaitu:
1. Siswa dengan AQ kategori Climbers, yakni dalam memecahkan masalah
matematika mampu melaksanakan tahap memahami masalah, dimana dapat
menetapkan unsur yang diketahui serta unsur yang ditanyakan dengan
mengadopsi bahasa pada soal. Mampu dalam tahap merencanakan
penyelesaian, dimana dapat memanfaatkan berbagai informasi yang
terkandung pada soal hingga dapat menyusun atau membuat rencana
penyelesaiannya. Mampu dalam tahap melaksanakan rencana penyelesaian,
dimana dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang dibuat
sebelumnya hingga memperoleh hasil akhir yang tepat. Mampu dalam tahap
memeriksa kembali, dimana dapat mengecek ulang dan meyakini kebenaran
terkait hasil akhir yang telah diperolehnya.
2. Siswa dengan AQ kategori Campers, yakni dalam memecahkan masalah
matematika mampu dalam melaksanakan tahap memahami masalah, dimana
mampu dalam menetapkan unsur diketahui dan ditanyakan dengan
mengadopsi bahasa pada soal. Mampu dalam tahap merencanakan
penyelesaian, dimana dapat memanfaatkan beragam informasi yang
81
terkandung pada soal hingga dapat menyusun rencana ataupun strategi
penyelesaiannya. Mampu dalam tahap melaksanakan rencana penyelesaian,
dimana dapat menyelesaikan masalah selaras dengan rencana yang telah
disusun sebelumnya hingga mendapatkan hasil akhir yang tepat. Belum
mampu pada tahap memeriksa kembali, dimana tidak melakukan pengecekan
ulang terkait hasil akhir yang telah diperolehnya.
3. Siswa dengan AQ kategori Quitters, yakni dalam memecahkan masalah
matematika mampu dalam tahap memahami masalah, dimana mampu
menetapkan unsur diketahui serta ditanyakan dengan mengadopsi bahasa pada
soal. Belum mampu pada tahap merencanakan penyelesaian, dimana tidak
dapat membuat ataupun menyusun rencana yang dapat digunakannya dalam
memecahkan masalah yang diberikan. Kurang mampu pada tahap
melaksanakan rencana penyelesaian, dimana tidak menggunakan rencana atau
strategi dalam memecahkan masalah yang diberikan. Belum mampu pada
tahap memeriksa kembali, dimana tidak mengecek ulang terkait hasil
penyelesaian yang sudah diperoleh sebelumnya.
B. Saran
Berlandaskan dari hasil kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka adapun berbagai saran yang dapat diberikan, yakni:
1. Bagi guru, dimana harus lebih dulu mengetahui kategori AQ dari masing-
masing siswa yang diajar nya, serta nantinya dapat membuat suatu strategi
pembelajaran yang memungkinkan sehingga siswa yang memiliki AQ yang
rendah (Quitters) maupun siswa yang memiliki AQ yang sedang (Campers)
82
dapat ditingkatkan lagi ke AQ yang tinggi (Climbers). Untuk siswa kategori
Climbers sendiri, dapat diberikannya soal-soal pengayaan dengan tujuan
mengembangkan lebih lanjut terkait kemampuan yang dimilikinya di dalam
memecahkan masalah.
2. Bagi siswa, dimana membiasakan berlatih di dalam mengerjakan soal-soal
pemecahan masalah dengan menggunakan tahapan menurut Polya, serta dapat
membentuk suatu kelompok belajar yang isinya heterogen sehingga ketika
mengalami kesulitan pada saat berlatih dalam mengerjakan soal-soal tersebut,
siswa yang memiliki AQ rendah ataupun sedang dapat bertanya ke siswa yang
memiliki AQ yang tinggi.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dimana untuk dapat memilih subjek lebih dari satu
pada setiap kategori AQ dengan tujuan untuk melihat lebih dalam terkait
kekonsistenan siswa di dalam memecahkan masalah yang diberikan,
mengingat dalam penelitian ini hanya terdiri dari tiga subyek yang mewakili
masing-masing kategori AQ tersebut.
83
DAFTAR PUSTAKA
Abdiyani, S. S. ; S. K. & N. D. R. (2019). Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Negeri 1 Jogoroto Berdasarkan Langkah-langkah Polya Ditinjau dari Adversity Quotient. Al-Khwarizmi, 7(2), 123–134. https://doi.org/10.24256/JPMIPA.V7I2.774
Afri, L. D. (2018). Hubungan Adversity Qoutient dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP pada Pembelajaran Matematika. Axiom, 7(2). http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/axiom/article/view/2895
Hidayat, W. & R. S. (2018). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Adversity Quotient Siswa SMP Melalui Pembelajaran Open Ended. JNPM, 2(1), 109–118. https://doi.org/10.33603/JNPM.V2I1.1027
Kusumawardani, L. (2018). Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Open-Ended Model PISA Konten Space and Shape Berdasarkan Adversity Quotient (AQ) [Universitas Jember]. http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/85671
Maimunah. (2018). Analisis Kemampuan dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah Langkah Polya Ditinjau dari Adversity Quotient Siswa Mts Syekh Yusuf Gowa. http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/9642
Maini, N. N. I. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Berdasarkan Langkah-Langkah Brainsford & Stein Ditinjau dari Adversity Quotient. Kiprah, 7(1), 32–40. https://ojs.umrah.ac.id/index.php/kiprah/article/view/1175
NCTM. (2017). Principles and Standards for School Mathematics. National Council of Teachers of Mathematics. https://www.nctm.org/PSSM/
Ningrum, I. A. (2017). Analisis Tingkat Berfikir Kreatif Matematis Peserta Didik Ditinjau dari Adversity Quotient Kelas VIII MTs Muhammadiyah Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017 [UIN Raden Intan Lampung]. http://repository.radenintan.ac.id/1608/
Nurlaelah ; M. I. & N. (2021). Pengaruh Adversity Quotient Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SD. Proximal, 4(2), 89–
97. https://doi.org/10.30605/PROXIMAL.V4I2.1367
Nurlova, F. (2020). Analisis Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Peserta Didik di Sekolah Dasar (Studi Kasus pada Peserta Didik Kelas V SD IT Fitrah Insani Bandar Lampung). http://repository.radenintan.ac.id/9984/
84
OECD. (2019). PISA 2018 Results (Volume I): What Students Know and Can Do. In OECD Publishing. https://doi.org/10.1787/5f07c754-en
Permendiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kemendikbudristek. https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/permen_tahun2006_nomor22.pdf
Sisdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum BPK RI. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/43920/uu-no-20-tahun-2003
Stoltz, P. G. (2000). Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang (Yovita Hardiwati (ed.); T. Hermaya (penerj.)). PT Grafindo.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Syaharuddin. (2017). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dalam Hubungannya dengan Pemahaman Konsep Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 4 Binamu Kabupaten Jeneponto. http://eprints.unm.ac.id/4405/
Syaifudin, A. H. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa pada Materi Program Linear Kelas XI MIPA 1 MAN 2 Tulungagung Tahun Ajaran 2018/2019. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/13842/
TIMSS. (2015). TIMSS 2015 International Results in Mathematics. TIMSS & PIRLS International Study Center. https://timssandpirls.bc.edu/isc/publications.html
Wardani, S. ; S. S. P. & E. W. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD. Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan PPPPK Matematika. https://srirejeki345.files.wordpress.com/2012/10/pembelajaran-kemampuan-pemecahan-masalah-matematika-di-sd.pdf
Widyastuti, R. (2015). Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Teori Polya Ditinjau dari Adversity Quotient Tipe Climber. Al-Jabar, 6(2), 183–193. https://doi.org/10.24042/AJPM.V6I2.48
85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Calon Subjek Penelitian (Siswa Kelas VIII.H)
No Nama Siswa Kode Nama 1 Ainun Mardiah H-01 2 Aisyah Najwa Khairunnisa H-02 3 Cantika Rahma Safari H-03 4 Eka Nurwanda Ramadhani H-04 5 Hisbulla Agung H-05 6 Inayah Furqani Syam H-06 7 M. Nuriksan Awal H-07 8 Manohara H-08 9 Muh. Fadlan H-09 10 Muh. Fahri H-10 11 Muh. Ilham H-11 12 Muh. Rezki Rustam H-12 13 Muhtazandwi Putra H-13 14 Naila Mustafa H-14 15 Nur Nadhifa H-15 16 Nur Sakinah H-16 17 Nurhadi Firdaus H-17 18 Puteri Auliyah Ismail H-18 19 Reski Emelia H-19 20 Reyhan Abi Saputra H-20 21 Titania Islamia A. H-21 22 Tri Inayah Rahamsyah H-22
Seberapa besar kendali yang siswa rasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan.
1a, 8a, 12a, 16a, 18a, 19a, 22a, 26a, 28a, 29a
3a, 10a, 13a, 17a, 23a.
Origin (Asal Usul) dan Ownership
(Pengakuan)
Or : siapa atau apa yang menjadi asal-usul kesulitan yang siswa rasakan.
1b, 8b, 16b, 19b, 29b.
10b, 13b, 23b.
Ow : sampai sejauh mana siswa mengakui akibat-akibat kesulitan tersebut.
6b, 18b, 22b, 26b, 28b.
3b, 17b.
Reach (Jangkauan)
Anggapan siswa akan sejauh mana kesulitan dapat menjangkau kebagian-bagian lain dari kehidupan.
2a, 4a, 6a, 7a, 9a, 11a, 14a, 15a, 21a, 24a.
5a, 20a, 25a, 27a, 30a.
Endurance (Daya Tahan)
Anggapan siswa akan berapa lama kesulitan ataupun penyebab kesulitan tersebut akan berlangsung.
2b, 4b, 7b, 9b, 11b, 12b, 14b, 15b, 21b, 24b.
5b, 20b, 25b, 27b, 30b.
87
Lampiran 3: Angket Adversity Quotient (AQ)
Pengantar:
Angket AQ ini diberikan dengan tujuan untuk mengetahui tingkatan Adversity Quotient (AQ) seseorang, apakah termasuk ke dalam tipe Quitters (AQ rendah), Campers (AQ sedang) dan Climbers (AQ tinggi). AQ sendiri diartikan sebagai kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam merespon atau menanggapi suatu kesulitan/hambatan, dimana dalam AQ diukur berdasarkan beberapa dimensi yakni Control (Kendali), Origin dan Ownership (Asal Usul dan Pengakuan), Reach (Jangkauan) dan Endurance (Daya Tahan). Identitas Responden
Nama : Kelas : Petunjuk Pengisian
Ada 30 peristiwa yang didaftar. Selesaikan pertanyaan-pertanyaan untuk setiap peristiwa tersebut dengan cara berikut ini: 1. Isilah identitas pada tempat yang telah disediakan. 2. Bacalah secara seksama serta respon lah setiap pertanyaan tersebut. 3. Setiap pertanyaan mungkin sebelumnya pernah anda alami, akan tetapi jika belum pernah
anda alami maka anggaplah pertanyaan tersebut sedang anda hadapi. 4. Dalam pertanyaan tersebut, tidak ada jawaban yang benar/salah, akan tetapi yang ada
adalah apakah sesuai atau tidak dengan diri anda, dengan demikian diharapkan menjawab dengan sejujur-jujur nya.
5. Untuk kedua pertanyaan yang mengikuti setiap peristiwa, lingkari lah salah satu angka dari angka 1 sampai 5 yang merupakan jawaban anda. Contoh: Anda merasa gugup ketika ditunjuk guru untuk mempresentasikan suatu materi di depan kelas. Yang menyebabkan saya merasa gugup merupakan sesuatu yang:
Berkaitan semua aspek kehidupan saya
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
Keterangan: Ketika anda melingkari angka 1 seperti contoh di atas, maka anda merasa bahwa rasa gugup anda saat ditunjuk oleh guru adalah sesuatu yang mempengaruhi diri anda pada setiap keadaan dalam kehidupan anda.
88
1. Kamu terlambat tiba di sekolah. a. Yang menyebabkan saya terlambat tiba di sekolah adalah sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Penyebab saya terlambat berkaitan dengan:
Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain
2. Nilai ulangan matematika kamu rendah sehingga harus mengikuti remedial.
a. Yang menyebabkan saya harus mengikuti remedial adalah sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab saya harus mengikuti remedial tersebut:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
3. Kamu dipuji oleh guru di depan teman-teman kamu karena tugas matematika yang
kamu kerjakan sangat memuaskan. a. Yang menyebabkan saya dipuji adalah sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Hasil dari pujian ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali
1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya
4. Motor yang kamu kendarai menuju sekolah mogok di jalan.
a. Yang menyebabkan motor yang saya kendarai mogok di jalan merupakan sesuatu yang: Berkaitan dengan semua aspek kehidupan saya
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab motor yang saya kendarai mogok:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
5. Kamu memperoleh penghargaan dari kepala sekolah karena telah menjuarai
olimpiade matematika tingkat nasional. a. Yang menyebabkan saya memperoleh penghargaan dari kepala sekolah merupakan
sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab saya memperoleh penghargaan tersebut:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
6. Kamu tidak naik kelas.
a. Penyebab saya tidak naik kelas adalah sesuatu yang:
89
Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Hasil dari peristiwa ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali
1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya
7. Teman-teman kamu tidak memperhatikan presentasi kamu di depan kelas.
a. Yang menyebabkan teman saya tidak memperhatikan presentasi saya adalah sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab teman saya tidak memperhatikan presentasi saya:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
8. Teman-teman satu kelas kamu tidak menerima ide dan pendapat kamu dalam
diskusi dan tanya jawab pada suatu mata pelajaran. a. Yang menyebabkan teman tidak menerima ide dan pendapat saya adalah sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Penyebab teman tidak menerima ide dan pendapat saya sepenuhnya berkaitan dengan:
Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain
9. Guru menyuruh kamu untuk pindah tempat duduk apabila ingin tetap
melanjutkan ulangan matematika. a. Yang menyebabkan guru menyuruh saya untuk pindah tempat duduk merupakan sesuatu
yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab saya disuruh untuk pindah tempat duduk:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
10. Kamu terpilih sebagai bendahara kelas.
a. Yang menyebabkan saya terpilih sebagai bendahara kelas merupakan sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Penyebab saya terpilih sebagai bendahara kelas sepenuhnya berkaitan dengan:
Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain
11. Strategi belajar kamu tidak berhasil.
a. Yang menyebabkan strategi belajar saya tidak berhasil merupakan sesuatu yang:
90
Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab strategi belajar saya tidak berhasil:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
12. Hubungan kamu dengan sahabat-sahabat kamu semakin jauh dan tidak seakrab
dulu lagi. a. Yang menyebabkan hubungan kami semakin jauh dan tidak seakrab dulu lagi merupakan
sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Penyebab hubungan kami semakin jauh dan tidak seakrab dulu lagi:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
13. Guru matematika kamu merekomendasikan kamu untuk mengikuti olimpiade
matematika tingkat nasional. a. Yang menyebabkan guru merekomendasikan saya adalah sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Penyebab saya direkomendasikan guru sepenuhnya berkaitan dengan:
Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain
14. Ayah kamu meminta kepada kamu untuk pindah dari sekolah yang lama apabila
kamu masih ingin tetap sekolah. a. Yang menyebabkan ayah meminta saya untuk pindah dari sekolah merupakan sesuatu
yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab ayah meminta saya untuk pindah dari sekolah:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
15. Kamu tidak terdaftar sebagai salah satu peserta lomba olimpiade matematika
tingkat Kabupaten. a. Yang menyebabkan saya tidak terdaftar sebagai peserta lomba olimpiade matematika
adalah sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab saya tidak terdaftar sebagai peserta lomba olimpiade matematika:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
91
16. Kamu tidak lolos dalam seleksi beasiswa. a. Yang menyebabkan saya tidak lolos seleksi beasiswa adalah sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Penyebab saya tidak lolos seleksi beasiswa berkaitan dengan:
Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain
17. Karena kesuksesan kegiatan OSIS yang kamu ketuai, kepala sekolah merasa
senang dan memuji kamu. a. Penyebab saya dipuji kepala sekolah adalah sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Hasil dari pujian ini merupakan sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali
1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya
18. Kakak kamu mengalami kecelakaan saat menjemput kamu ke sekolah.
a. Penyebab kakak saya mengalami kecelakaan saat menjemput saya adalah sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Hasil dari peristiwa ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali
1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya
19. Orang tua kamu mengancam jika kamu tidak mengerjakan tugas dari sekolah,
uang jajan kamu akan dikurangi. a. Yang menyebabkan orang tua mengancam saya adalah sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Penyebab orang tua mengancam saya sepenuhnya berkaitan dengan:
Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain
20. Kamu mendapat peringkat satu di kelas.
a. Penyebab saya mendapat peringkat satu merupakan sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab saya mendapat peringkat satu tersebut:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
21. Kamu tidak dapat menjawab soal matematika yang diajukan guru kepada kamu.
a. Yang menyebabkan saya tidak dapat menjawab soal matematika yang diajukan guru adalah sesuatu yang:
92
Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab saya tidak dapat menjawab soal matematika yang diajukan guru:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
22. Teman sebangku kamu tidak ke sekolah karena sedang sakit parah.
a. Yang menyebabkan teman sebangku saya tidak ke sekolah merupakan sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Akibat peristiwa ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali
1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya
23. Seorang teman mengajak kamu untuk masuk menjadi anggota palang merah
remaja (PMR) di sekolah. a. Alasan saya diajak merupakan sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Alasan saya diajak sepenuhnya berkaitan dengan:
Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain
24. Kamu mendapat respon negatif dari sahabat karib kamu di sekolah.
a. Yang menyebabkan saya mendapat respon negatif merupakan sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab saya mendapat respon negatif:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
25. Kamu memperoleh nilai tinggi pada ujian untuk pelajaran matematika.
a. Yang menyebabkan saya memperoleh nilai tinggi pada ujian matematika merupakan sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab saya memperoleh nilai tinggi pada ujian matematika:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
26. Terdapat nilai di rapor kamu yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM). a. Yang menyebabkan terdapat nilai di rapor saya yang tidak mencapai KKM merupakan
sesuatu yang:
93
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Hasil dari peristiwa ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali
1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya
27. Kamu dipilih menjadi salah satu siswa yang mengikuti lomba cerdas cermat.
a. Yang menyebabkan saya dipilih adalah sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab saya dipilih:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
28. Kamu dimarahi oleh guru karena terlambat mengumpulkan tugas matematika.
a. Yang menyebabkan guru memarahi saya merupakan sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Hasil dari peristiwa ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali
1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya
29. Sahabat dekat kamu tidak memberikan ucapan selamat di hari ulang tahun kamu.
a. Yang menyebabkan sahabat tidak memberikan ucapan selamat kepada saya merupakan sesuatu yang:
Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya
b. Penyebab sahabat tidak memberikan ucapan selamat kepada saya sepenuhnya berkaitan dengan:
Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain
30. Ibu kamu menelpon kamu untuk meminta saran.
a. Yang menyebabkan ibu meminta saran saya merupakan sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)
1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja
b. Penyebab ibu meminta saran saya:
Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi
Dalam angket AQ tersebut terdapat 30 peristiwa yang didaftar. Peristiwa-peristiwa
tersebut diikuti oleh beberapa pertanyaan, baik yang bersifat negatif maupun positif, serta
mengandung beberapa dimensi di dalamnya yakni Control (C), Origin & Ownership (O2),
Reach (R) dan Endurance (E). Namun, karena lebih memperhatikan respon-respon terhadap
kesulitan maka peneliti hanya akan memberikan nilai pada jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat negatif. Pertanyaan tersebut adalah peristiwa-peristiwa yang
mengandung kesulitan, dan hanya inilah yang didaftar secara berurutan pada lembar kerja
yang disediakan di halaman berikut.
1. Di dalam lembar kerja yang tersedia, masukanlah jawaban-jawaban di tempat yang
kosong di samping angka untuk setiap peristiwa.
2. Ikutilah instruksi nya pada lembar kerja itu secara berurutan.
Keterangan:
1. Poin C, Or dan Ow (O2), R dan E rendah adalah 10-23.
2. Poin C, Or dan Ow (O2), R dan E sedang adalah 24-37.
3. Poin C, Or dan Ow (O2), R dan E tinggi adalah 38-50.
4. C + O2 + R + E = AQ
Skor Angket AQ Kategori AQ 0 − 94 Quitters
95 − 165 Campers 166 − 200 Climbers
95
Peristiwa C− Or− Ow−
R− E− 1. Secara vertikal jumlahkan skor Or dan Ow. Masukkan ke dalam kotak-kotak tersebut.
2. Tambahkan jumlah Or dan Ow untuk mendapatkan angkat O2. Masukkan ke dalam kotak O2.
3. Secara terpisah hitunglah C, R, dan E dengan menjumlahkan angka-angka pada setiap kolom. Masukkan hasilnya ke dalam kotak yang tepat.
4. Mulai dari kiri ke kanan, jumlahkan angka-angka C, O2, R, dan E untuk mendapatkan AQ keseluruhan. Masukkan hasilnya ke dalam segitiga yang tersedia.
1
2
4
6
7
8
9
11
12
14
15
16
18
19
21
22
24
26
28
29
+
+ + + =
C−
Ow− Or−
R− O2− E− AQ
96
Lampiran 5: Hasil Penskoran Angket Adversity Quotient (AQ)
HASIL PEROLEHAN SKOR PER ITEM PERTANYAAN ANGKET AQ
Lampiran 6: Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah Matematika
KISI-KISI TES
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Status Pendidikan : SMP Negeri 3 Sungguminasa Materi Pokok : Pola Bilangan Mata Pelajaran : Matematika Bentuk Soal : Uraian Kelas/Semester : VIII/1 Alokasi Waktu : Menit Kompetensi Inti
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedur) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar
No. Soal
Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator Pemecahan Masalah
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan barisan bilangan dan barisan konfigurasi objek.
1 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan segitiga.
5. Memahami Masalah 6. Membuat Rencana 7. Melaksanakan
Rencana 8. Memeriksa Kembali
2 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan ganjil.
3 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan genap.
4 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan persegi.
99
Lampiran 7: Tes Pemecahan Masalah Matematika
TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Status Pendidikan : SMP Negeri 3 Sungguminasa Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VIII/1 Materi Pokok : Pola Bilangan Alokasi Waktu : Menit
Petunjuk:
a. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal
b. Tulis nama dan kelas pada pojok kiri atas lembar jawaban
c. Kerjakan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu (boleh tidak berurutan)
d. Setarakan unsur yang diketahui dan ditanyakan
e. Kerjakan secara mandiri dan jujur
Kerjakan soal-soal berikut ini dengan lengkap dan benar!
1. Alif menyusun kelereng dalam petak-petak persegi sedemikian sehingga membentuk pola
seperti gambar berikut ini.
Banyaknya kelereng yang disusun Alif pada pola ke-8 adalah?
2. Dalam bagasi sebuah mobil, terdapat sepuluh kotak yang berisi buah mangga. Jika kotak
pertama berisi 1 buah mangga, kotak kedua berisi 3 buah, kotak ketiga berisi 5 buah,
kotak keempat berisi 7 buah, dan kotak kelima berisi 9 buah. Berapa banyak buah
mangga pada kotak terakhir?
100
3. Di sebuah kompleks perumahan, penomoran rumah ditata dengan teratur. Rumah yang
terletak di sebelah kanan menggunakan nomor genap yaitu 2,4,6,8,10, dan seterusnya.
Berapa nomor rumah urutan ke-13 dari barisan rumah sebelah kanan tersebut?
4. Sebuah kendaraan bermotor akan diuji ketahanan mesin nya dengan cara dikendarai
melewati kota selama sembilan hari berturut-turut. Pada hari pertama, kendaraan tersebut
berhasil menempuh jarak 1 km, hari kedua 4 km, hari ketiga 9 km, hari keempat 16 km,
dan hari kelima 25 km. Berapa jarak yang berhasil ditempuh kendaraan tersebut pada hari
terakhir?
~ Selamat Mengerjakan ~
101
Lampiran 8: Kunci Jawaban Tes Pemecahan Masalah Matematika
KUNCI JAWABAN
TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
No. Kunci Jawaban Indikator
Pemecahan Masalah 1. Diketahui:
Banyaknya kelereng pola 1 (U1) = 1 butir
Banyaknya kelereng pola 2 (U2) = 3 butir
Banyaknya kelereng pola 3 (U3) = 6 butir
Banyaknya kelereng pola 4 (U4) = 10 butir
Ditanyakan:
Banyaknya kelereng pola ke-8 (U8)?
Memahami Masalah
U1, U2, U3, U4, …, …, U8
1, 3, 6, 10, …, …, U8 (pola bilangan segitiga)
Sehingga:
( )
Membuat Rencana
Alternatif 1
Keterangan:
Setiap melangkah ke pola selanjutnya, angka yang
menjumlahkan sebelumnya harus ditambah dengan satu.
Alternatif 2
( )
( )
Melaksanakan
Rencana
Hasil perhitungan di cek kembali dan meyakini
kebenarannya (Diperoleh dari hasil wawancara siswa). Memeriksa Kembali
102
No. Kunci Jawaban Indikator
Pemecahan Masalah 2.
Diketahui:
Banyaknya mangga kotak pertama (U1) = 1 buah
Banyaknya mangga kotak kedua (U2) = 3 buah
Banyaknya mangga kotak ketiga (U3) = 5 buah
Banyaknya mangga kotak keempat (U4) = 7 buah
Banyaknya mangga kotak kelima (U5) = 9 buah
Banyaknya kotak (n) = 10
Ditanyakan:
Banyaknya mangga kotak ke-10 (U10)?
Memahami Masalah
U1, U2, U3, U4, U5, …, …., U10
1, 3, 5, 7, 9, …, …, U10 (pola bilangan ganjil)
Sehingga:
Un = 2n − 1
Membuat Rencana
Alternatif 1
Keterangan:
Setiap melangkah ke pola selanjutnya, harus selalu ditambah
dengan angka dua.
Alternatif 2
U10 = 2(10) – 1
U10 = 20 – 1
U10 = 19
Melaksanakan
Rencana
Hasil perhitungan di cek kembali dan meyakini
kebenarannya (Diperoleh dari hasil wawancara siswa). Memeriksa Kembali
3.
Diketahui:
Nomor rumah = 2, 4, 6, 8, 10 dan seterusnya.
Ditanyakan:
Nomor rumah urutan ke-13?
Memahami Masalah
U1, U2, U3, U4, U5, …, …, U13
2, 4, 6, 8, 10, …, …, U13 (pola bilangan genap) Membuat Rencana
103
No. Kunci Jawaban Indikator
Pemecahan Masalah
Sehingga:
Un = 2n
Alternatif 1
Keterangan:
Setiap melangkah ke pola selanjutnya, harus selalu ditambah
dengan angka dua.
Alternatif 2
U13 = 2(13)
U13 = 26
Melaksanakan
Rencana
Hasil perhitungan di cek kembali dan meyakini
kebenarannya (Diperoleh dari hasil wawancara siswa). Memeriksa Kembali
4.
Diketahui:
Jarak ditempuh kendaraan hari pertama (U1) = 1 km
Jarak ditempuh kendaraan hari kedua (U2) = 4 km
Jarak ditempuh kendaraan hari ketiga (U3) = 9 km
Jarak ditempuh kendaraan hari keempat (U4) = 16 km
Jarak ditempuh kendaraan hari kelima (U5) = 25 km
Banyaknya hari (n) = 9
Ditanyakan:
Jarak ditempuh kendaraan hari ke-9 (U9)?
Memahami Masalah
U1, U2, U3, U4, U5, …, …, U9
1, 4, 9, 16, 25, …, …, U9 (pola bilangan persegi)
Sehingga:
Un = n2
Membuat Rencana
Alternatif 1
Keterangan:
Setiap melangkah ke pola selanjutnya, ditambahkan dengan
Melaksanakan
Rencana
104
No. Kunci Jawaban Indikator
Pemecahan Masalah
angka-angka bilangan ganjil (berurut).
Alternatif 2
U9 = 92
U9 = 81
Hasil perhitungan di cek kembali dan meyakini
kebenarannya (Diperoleh dari hasil wawancara siswa). Memeriksa Kembali
105
RUBRIK PENSKORAN
TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Indikator Skor Deskripsi
Memahami Masalah
0 Tidak dapat menuliskan unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan.
1 Mampu menuliskan beberapa unsur yang diketahui dan yang ditanyakan.
2 Mampu menuliskan seluruh unsur yang diketahui dan yang ditanyakan.
Membuat Rencana
0 Tidak dapat menuliskan rencana penyelesaian.
1 Menuliskan rencana penyelesaian atau solusi akan tetapi tidak sesuai dengan pemecahan masalah.
2 Rencana penyelesaian atau solusi sesuai dengan pemecahan masalah dan ditulis secara tepat.
Melaksanakan Rencana
0 Tidak melakukan perhitungan sama sekali.
1 Melaksanakan seluruh rangkaian perhitungan akan tetapi tidak sesuai dengan prosedur (solusi).
2 Melaksanakan beberapa rangkaian perhitungan dengan tepat.
3 Melaksanakan seluruh rangkaian perhitungan dengan tepat.
Memeriksa Kembali 0
Tidak mengecek kembali jawaban yang telah diperoleh sebelumnya.
1 Mengecek kembali jawaban yang telah diperoleh sebelumnya.
Skor Maksimal = Jumlah Soal Skor Maksimal per Nomor
= 4 8
= 32
Sehingga:
Nilai Akhir
( )
106
Lampiran 9: Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Subjek Climbers
107
Lampiran 10: Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Subjek Campers
108
Lampiran 11: Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Subjek Quitters
109
Lampiran 12: Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
A. Tujuan Wawancara
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa dalam menyelesaikan
masalah matematika pada materi pola bilangan.
B. Jenis Wawancara
Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara
semi terstruktur, dimana untuk mendalami kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Wawancara ini dilakukan setelah mengetahui hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Wawancara semi terstruktur sendiri merupakan wawancara
yang terdiri atas beberapa pertanyaan untuk menggali secara mendalam dari beberapa hal
mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan pertanyaan tersebut
dapat dikembangkan sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh siswa. Dengan
demikian, pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
C. Langkah Pelaksanaan
1. Wawancara dilaksanakan secara face to face, yaitu terjadi kontak langsung antara
peneliti dan siswa. (disesuaikan dengan kondisi saat ini)
2. Wawancara dilaksanakan setelah terjadi kesepakatan waktu dan tempat
pelaksanaan wawancara antara peneliti dan siswa.
3. Apabila siswa kesulitan menjawab pertanyaan tertentu, maka siswa akan diberikan
Pertanyaan yang lebih sederhana yang mudah dimengerti oleh siswa tersebut.
110
Berikut ini adalah pedoman wawancara yang nantinya akan digunakan di dalam
mewawancarai siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Dalam pedoman
wawancara yang dibuat tersebut, terdiri atas beberapa item pertanyaan untuk tiap-tiap
indikator pemecahan masalah.
No Pertanyaan Indikator Pemecahan Masalah
1 Coba kamu jelaskan masalah tersebut! Memahami Masalah
2 Unsur-unsur apa sajakah yang kamu ketahui dari masalah tersebut?
3 Unsur-unsur apa sajakah yang akan kamu cari dari masalah tersebut?
4 Apa yang terjadi jika kamu memulai bekerja tanpa memahami masalah?
5 Setelah memahami masalah tersebut, langkah apa yang akan kamu ingin lakukan selanjutnya?
Membuat Rencana
6 Rumus apa yang kamu gunakan dalam menghitung pola berikutnya?
7 Menurut kamu seberapa penting kah melakukan perencanaan atau strategi dalam menyelesaikan masalah tersebut?
8 Apakah kamu dapat melaksanakan perencanaan atau strategi penyelesaian yang telah kamu buat sebelumnya?
Melaksanakan Rencana
9 Berapa hasil akhir yang kamu peroleh?
10 Apakah kamu yakin dengan jawaban yang kamu temukan?
Memeriksa Kembali
11 Apakah perhitungannya sudah di cek ulang?
12 Bagaimana cara kamu mengecek kembali jawaban-jawaban yang telah kamu temukan tersebut?
13 Menurut kamu apakah ada cara lain untuk menjawab masalah tersebut?
14 Menurut kamu seberapa penting kah melakukan pengecekan kembali terhadap hasil penyelesaian masalah matematika yang telah dikerjakan?
111
Lampiran 13: Hasil Wawancara Subjek Climbers
P1.01 Muh. Rezki Rustam? S1.01 Iya. (sambil memandangi pewawancara) P1.02 Ok! Pada saat mengerjakan soal-soal yang diberikan, ada tidak kesulitan yang
Rezki alami? S1.02 Pada bagian memahami soal-soalnya. Saya harus membaca lebih dari satu kali
untuk memahami soal tersebut. P1.03 Baik. Pada soal-soal tersebut, berapa nomor yang Rezki dapat selesaikan? S1.03 4 nomor. P1.04 Berarti Rezki selesaikan semua soal-soal yang diberikan tersebut? S1.04 Iya. P1.05 Baik, kalau begitu coba sekarang Rezki bacakan soal yang nomor 1. (menyerahkan
lembar soal) S1.05 (membacakan soal) P1.06 Apakah Rezki paham maksud dari soal tersebut? S1.06 Iya, saya paham. P1.07 Kalau begitu, apa yang Rezki ketahui dari soal tersebut? S1.07 Alif menyusun kelereng di dalam petak-petak persegi. P1.08 Apakah masih ada lagi yang Rezki ketahui? S1.08 Iya, masih ada. P1.09 Coba Rezki sebutkan apalagi yang diketahui pada soal tersebut? S1.09 Pola ke-1 ada satu kelereng, pola ke-2 ada 3 kelereng, pola ke-3 ada 6 kelereng,
dan pola ke-4 ada 10 kelereng. P1.10 Apakah masih ada lagi? S1.10 Kemungkinan sudah tidak ada. P1.11 Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal apa? S1.11 (Berhenti Sejenak)
Berapa kelereng yang disusun Alif pada pola ke-8? P1.12 Apakah Rezki memiliki rencana dalam memecahkan soal tersebut? S1.12 Iya, ada. P1.13 Rencana bagaimana yang Rezki miliki? S1.13 Melihat terlebih dahulu pola pada bilangan-bilangan sebelumnya. P1.14 Baik. Sesudah itu bagaimana? S1.14 Melihat lagi selisih pada setiap bilangannya. P1.15 Setelah itu? S1.15 Mengerjakan operasi yang sama pada setiap pola yang telah ditemukan
sebelumnya. P1.16 Apakah Rezki bisa menyelesaikan soal tersebut dengan menggunakan rencana
yang telah dibuat sebelumnya? S1.16 Iya, bisa. P1.17 Bagaimana cara Rezki menyelesaikannya? S1.17 Melanjutkan pola selanjutnya dengan melihat selisih dan menggunakan operasi
penjumlahan pada tiap pola sebelumnya. P1.18 Mengapa Rezki menggunakan cara tersebut? Bukankah masih terdapat cara yang
lain? S1.18 Kemungkinan masih ada, namun cara yang saya gunakan tersebut merupakan cara
yang tahu dan saya kuasai. P1.19 Baik, kalau begitu bisa tuliskan cara menyelesaikannya?
112
S1.19 Bisa. (mengambil kertas dan pulpen)
P1.20 Apakah sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh tersebut? S1.20 Iya, sudah yakin. P1.21 Bagaimana Rezki mengetahui bahwa jawaban tersebut sudah benar? S1.21 Saya lakukan pemeriksaan ulang. P1.22 Baik, Rezki menggunakan cara apa? S1.22 Menghitung ulang penyelesaian yang telah didapat sebelumnya. P1.23 Bisa Reski paparkan caranya? S1.23 1+2=3, 3+3=6, 6+4=10, 10+5=15, 15+6=21, 21+7=28, dan 28+8=36. P1.24 Baik, jadi hasil akhir yang diperoleh Rezki berapa? S1.24 36. P1.25 Ok. Bisa kita lanjut ke soal berikutnya? S1.25 Iya, bisa. P1.26 Untuk nomor 2, coba Rezki bacakan soalnya. S1.26 (membacakan soal) P1.27 Rezki sudah paham tidak maksud dari soal tersebut? S1.27 Iya, paham. P1.28 Baik. Kalau begitu unsur apa saja yang diketahui pada soal? S1.28 (terdiam sejenak)
Yang diketahui adalah kotak pertama berisi 1 buah mangga, kotak kedua berisi 3 buah, kotak ketiga berisi 5 buah, kotak keempat berisi 7 buah, dan kotak kelima berisi 9 buah.
P1.29 Apa masih ada lagi yang Rezki ketahui selain itu? S1.29 Mungkin hanya itu. P1.30 Baik. Kalau yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S1.30 Berapa banyak buah mangga pada kotak terakhir? P1.31 Kotak terakhir yang dimaksudkan soal, kotak ke berapa? S1.31 (terdiam) P1.32 Bisa Rezki baca ulang lagi soalnya? S1.32 Bisa. (membacakan soal) P1.33 Baik, berarti kotak ke berapa? S1.33 Kotak kesepuluh? P1.34 Setelah memahami soalnya, langkah apa yang selanjutnya Rezki lakukan? S1.34 (terdiam sejenak)
Melihat pola pada bilangan-bilangan yang diketahui sebelumnya. P1.35 Baik. Caranya bagaimana? S1.35 Dengan melihat selisihnya. P1.36 Baik, setelah itu ada lagi yang Rezki buat? S1.36 Melakukan operasi yang sama pada setiap pola nya. P1.37 Bagaimana cara Rezki memecahkan soal tersebut dengan menggunakan langkah-
langkah yang telah disusun sebelumnya? S1.37 Dengan melanjutkan pola selanjutnya. P1.38 Baik, caranya bagaimana? S1.38 (terdiam sejenak)
Menjumlahkan dengan angka 2 pada setiap pola sebelumnya. P1.39 Tapi menurut Rezki masih ada tidak cara lain untuk memecahkan soal tersebut? S1.39 (terdiam sejenak)
Kemungkinan masih ada. P1.40 Kalau begitu mengapa Rezki lebih memilih menggunakan cara ini?
113
S1.40 Hanya cara ini yang saya tahu dan juga lebih mudah saya pahami. P1.41 Baik. Bisa coba tuliskan cara yang Rezki ketahui tersebut? S1.41 Bisa.
(mengambil kertas dan pulpen) P1.42 Jadi, berapa hasil akhir yang Rezki peroleh? S1.42 19. P1.43 Apakah Rezki sudah yakin? S1.43 Iya, sudah. P1.44 Dengan cara apa sehingga Rezki bisa meyakini kebenaran dari jawaban yang
diperoleh tersebut? S1.44 Saya lakukan pengecekan kembali. P1.45 Baik, caranya bagaimana? S1.45 Saya hitung ulang terkait jawaban yang didapat sebelumnya. P1.46 Baik, bisa Rezki paparkan caranya? S1.46 1+2=3, 3+2=5, 5+2=7, 7+2=9, 9+2=11, 11+2=13, 13+2=15, 15+2=17, dan
17+2=19.
114
Lampiran 14: Hasil Wawancara Subjek Campers
P2.01 Cantika Rahma Safari? S2.01 Iya. (sambil memandangi pewawancara) P2.02 Ok. Sekarang coba Cantika bacakan soal yang nomor 1. (menyerahkan lembar
soal) S2.02 (membacakan soal) P2.03 Cantika sudah paham tidak maksud dari soal tersebut? S2.03 Iya, paham. P2.04 Baik, kalau begitu apa yang Cantika ketahui dari soal tersebut? S2.04 Jumlah kelereng dari masing-masing pola nya? P2.05 Iya betul, bisa Cantika sebutkan? S2.05 (terdiam sejenak)
Pola kesatu ada 1 kelereng, pola kedua ada 3 kelereng, pola ketiga ada 6 kelereng, dan pola keempat ada 10 kelereng.
P2.06 Apakah masih ada lagi? S2.06 Mungkin hanya itu saja. P2.07 Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S2.07 (terdiam) P2.08 Kalau begitu coba Cantika baca ulang lagi soalnya. S2.08 (membacakan soal) P2.09 Baik, berarti yang ditanyakan apa? S2.09 (terdiam sejenak)
Banyak kelereng yang disusun Alif pada pola ke-8? P2.10 Kenapa Cantika tidak mencantumkan unsur yang diketahui dan yang ditanyakan
pada lembar jawabannya? S2.10 Saya lupa cantumkan. P2.11 Apakah Cantika mempunyai rencana di dalam menyelesaikan soal tersebut? S2.11 Iya, ada. P2.12 Rencana bagaimana yang Cantika buat? S2.12 Saya cari terlebih dahulu pola dari masing-masing jumlah kelereng yang diketahui. P2.13 Baik, setelah itu? S2.13 Mencari selisihnya untuk dapat menemukan pola selanjutnya. P2.14 Apakah Cantika bisa melanjutkan pola selanjutnya dengan menggunakan rencana
yang telah dibuat tersebut? S2.14 Iya, bisa. P2.15 Caranya bagaimana? S2.15 Saya kerjakan operasi yang sama pada setiap pola sebelumnya. P2.16 Mengapa Cantika memilih cara tersebut? S2.16 Hanya cara itu yang saya ketahui dan pahami. P2.17 Baik, kalau begitu bisa coba Cantika tuliskan? S2.17 Bisa.
(mengambil kertas dan pulpen) P2.18 Berarti berapa hasil akhir yang Cantika peroleh? S2.18 36. P2.19 Sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh tersebut? S2.19 (terdiam sejenak)
Yakin. P2.20 Lembar jawabannya Cantika periksa ulang tidak sebelum di kumpul?
115
S2.20 Tidak saya periksa. P2.21 Kenapa Cantika tidak periksa kembali? S2.21 Kurang paham dengan caranya. P2.22 Ok, kalau begitu bisa kita lanjut ke soal berikutnya? S2.22 Iya, bisa. P2.23 Baik, coba Cantika bacakan terlebih dahulu soalnya. S2.23 Nomor 2? P2.24 Iya, betul. S2.24 (membacakan soal) P2.25 Apa Cantika sudah paham dengan maksud soalnya? S2.25 Sedikit paham. P2.26 Baik, kalau begitu apa yang Cantika ketahui pada soal tersebut? S2.26 Sepuluh kotak yang berisi buah mangga. P2.27 Apakah masih ada lagi yang Cantika ketahui? S2.27 Iya, masih ada. P2.28 Kalau begitu coba Cantika sebutkan. S2.28 Kotak pertama berisi 1 buah mangga, kotak kedua berisi 3 buah, kotak ketiga
berisi 5 buah, kotak keempat berisi 7 buah, dan kotak kelima berisi 9 buah. P2.29 Baik. Masih ada lagi? S2.29 Mungkin hanya itu saja. P2.30 Baik. Kalau yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S2.30 Banyak buah mangga pada kotak terakhir? P2.31 Kotak terakhir yang dimaksudkan soal tersebut, kotak ke berapa? S2.31 Kotak keenam? P2.32 Dengan alasan apa hingga Cantika mengatakan hal demikian? S2.32 (terdiam sejenak)
Karena yang terakhir diketahui di sini (menunjuk soal) kotak kelima. P2.33 Kalau untuk rencana penyelesaiannya sendiri, ada tidak yang Cantika buat
sebelumnya? S2.33 Iya, ada. P2.34 Rencana bagaimana yang Cantika buat tersebut? S2.34 Menemukan pola pada bilangan-bilangan yang diketahui sebelumnya dengan
melihat selisihnya. P2.35 Baik. Setelah itu, apa lagi? S2.35 Saya kerjakan operasi yang sama pada setiap pola yang ditemukan sebelumnya. P2.36 Apa Cantika dapat menyelesaikan soal yang diberikan dengan menggunakan
rencana yang telah dibuat sebelumnya? S2.36 Iya, bisa. P2.37 Bagaimana cara Cantika menyelesaikannya? S2.37 Saya lanjutkan pola selanjutnya dengan cara menambahkan angka 2 pada setiap
pola sebelumnya. P2.38 Mengapa Cantika menggunakan cara tersebut? Bukankah masih terdapat cara yang
lain? S2.38 Hanya cara ini yang saya ketahui dan saya pahami. P2.39 Baik, kalau begitu bisa Cantika tuliskan cara menyelesaikannya? S2.39 Bisa. (mengambil kertas dan pulpen) P2.40 Apakah Cantika sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh tersebut? S2.40 (terdiam sejenak)
Iya, yakin. P2.41 Sudah Cantika periksa ulang terkait jawaban yang diperoleh?
116
S2.41 Tidak saya periksa. P2.42 Kenapa Cantika tidak periksa? S2.42 Masih belum paham terkait dengan caranya.
117
Lampiran 15: Hasil Wawancara Subjek Quitters
P3.01 Nur Sakinah? S3.01 Iya. (sambil memandangi pewawancara) P3.02 Ok. Dari soal-soal yang diberikan, berapa nomor yang dikerjakan? S3.02 Hanya nomor 1. P3.03 Baik, kalau begitu coba Sakinah bacakan soal yang nomor 1. (menyerahkan lembar
soal) S3.03 (membacakan soal) P3.04 Sakinah paham tidak maksud dari soal tersebut? S3.04 (terdiam sejenak)
Sedikit paham. P3.05 Baik, kalau begitu apa yang diketahui dari soal tersebut? S3.05 (terdiam sejenak)
Pola kesatu ada 1 kelereng, pola ke-2 ada 3 kelereng, pola ketiga ada 6 kelereng, dan pola keempat ada 10 kelereng.
P3.06 Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S3.06 (terdiam sejenak)
Pola ke-8? P3.07 Setelah memahami soal tersebut, langkah apa yang Sakinah lakukan selanjutnya? S3.07 Mencari pola yang ditanyakan. P3.08 Sebelumnya ada tidak rencana yang dibuat? S3.08 (terdiam sejenak)
Tidak ada. P3.09 Kalau begitu bagaimana cara Sakinah menyelesaikan soal tersebut? S3.09 (terdiam sejenak)
Saya langsung menjumlahkan setiap pola sebelumnya. P3.10 Ada tidak yang dilakukan sebelum itu? S3.10 (terdiam sejenak)
Tidak, hanya itu yang saya lakukan. P3.11 Baik, kalau begitu bisa tuliskan cara menyelesaikannya? S3.11 Bisa.
(mengambil kertas dan pulpen) P3.12 Berarti berapa hasil akhir yang Sakinah peroleh? S3.12 36. P3.13 Apakah Sakinah sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh tersebut? S3.13 (terdiam sejenak)
Yakin. P3.14 Sudah Sakinah cek ulang sebelumnya? S3.14 (terdiam) P3.15 Hasil penyelesaian yang Sakinah kerjakan, apakah sudah diperiksa ulang?
(mengulang pertanyaan) S3.15 Tidak saya periksa. P3.16 Mengapa Sakinah tidak periksa kembali? S3.16 Saya tidak ketahui rumus nya. P3.17 Baik. Kalau begitu untuk soal nomor 2 kenapa Sakinah tidak kerjakan? S3.17 Saya masih kurang paham terkait cara kerjanya. P3.18 Baik, kalau sekarang bisa tidak Sakinah coba kerjakan? S3.18 (terdiam)
118
P3.19 Coba Sakinah bacakan dulu soalnya. S3.19 (membacakan soal) P3.20 Apa yang Sakinah ketahui dari soal tersebut? S3.20 (terdiam sejenak)
Kotak pertama 1 buah, kotak kedua 3 buah, kotak ketiga 5 buah, kotak keempat 7 buah, dan kotak kelima 9 buah.
P3.21 Baik, kalau yang ditanyakan dari soal apa? S3.21 Banyak buah mangga pada kotak terakhir. P3.22 Kotak terakhir yang dimaksud pada soal tersebut, kotak ke berapa? S3.22 (terdiam sejenak)
Kalau yang ini, saya masih kurang paham. P3.23 Berarti Sakinah terkendala pada bagian ini sehingga tidak dapat mengerjakan
soalnya? S3.23 Iya, terkendala pada bagian yang ditanyakan pada soalnya.
119
Lampiran 16: Dokumentasi Kegiatan
Foto Pengisian Angket AQ dan Pengerjaan Tes oleh Siswa Kelas VIII.H
Foto Peneliti bersama ke-3 subjek penelitian Foto wawancara terhadap subjek Climbers
Foto wawancara terhadap subjek Campers Foto wawancara terhadap subjek Quitters
120
Lampiran 17: Kartu Kontrol Bimbingan Proposal
121
122
Lampiran 18: Persetujuan Pembimbing Proposal
123
Lampiran 19: Berita Acara Seminar Proposal
124
Lampiran 20: Lembar Perbaikan Seminar Proposal
125
Lampiran 21: Kartu Kontrol Bimbingan Instrumen Penelitian
126
127
Lampiran 22: Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian
128
Lampiran 23: Surat Pengantar dan Permohonan Izin Penelitian
129
130
131
132
Lampiran 24: Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah
133
Lampiran 25: Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi
134
135
Lampiran 26: Persetujuan Pembimbing Skripsi
136
Lampiran 27: PPT Presentase
137
Lampiran 28: Surat Keterangan Bebas Plagiasi
138
Lampiran 29: Hasil Uji Plagiasi
139
140
141
142
143
144
145
146
147
RIWAYAT HIDUP
Nurmia Syam. Lahir di Jeneponto, Sulawesi Selatan pada tanggal 9 September 1999. Anak ke-3 dari 3 bersaudara, dari pasangan Bapak Syafaruddin dan Ibu Rosmala. Penulis mulai masuk Sekolah Dasar pada tahun 2005 di SDN 44 Bantaulu Kabupaten Jeneponto dan tamat pada tahun 2011. Kemudian tamat di SMPN 4 Binamu Kabupaten Jeneponto pada tahun 2014, dan tamat di SMAN 1 Jeneponto pada tahun 2017. Pada tahun yang sama (2017), penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Semasa kuliah, penulis pernah
aktif di organisasi IMM sebagai anggota bidang kader periode 2019-2020, dan juga mengikuti beberapa komunitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial, yakni di komunitas EXIT dan KPAJ Makassar. Berkat limpahan rahmat Allah SWT., penulis memperoleh Beasiswa Unggulan dari Kemendikbud Ristek RI. Berkat adanya bantuan pendanaan tersebut, penulis akhirnya dapat menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dalam Bidang Studi Matematika pada tahun 2021.