Top Banner
PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SUNGGUMINASA DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Nurmia Syam NIM 10536 11026 17 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DESEMBER 2021
162

profil kemampuan pemecahan masalah matematika

May 06, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SUNGGUMINASA

DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Nurmia Syam

NIM 10536 11026 17

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

DESEMBER 2021

Page 2: profil kemampuan pemecahan masalah matematika
Page 3: profil kemampuan pemecahan masalah matematika
Page 4: profil kemampuan pemecahan masalah matematika
Page 5: profil kemampuan pemecahan masalah matematika
Page 6: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Don’t put off until tomorrow what you can do today

Just do it now because sometimes later become never

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

(Qs. Al-Insyirah:6)

Persembahan:

Untuk Kedua orang tuaku tercinta Syafaruddin dan Rosmala,

kedua kakakku Jumrah Syam dan Nirma Syam, keluarga

besar Karakkaji Dg Bali, beserta sahabat-sahabat

seperjuanganku, atas keikhlasan dan doa mereka dalam

mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

Page 7: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

vii

ABSTRAK

Syam, Nurmia. 2021. Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ). Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Baharullah dan Pembimbing II Muhammad Rizal Usman.

Kurangnya kemampuan pemecahan masalah dalam sektor pendidikan Indonesia merupakan suatu persoalan pokok yang perlu ditinjau lebih lanjut berdasarkan Adversity Quotient (AQ) siswa. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMPN 3 Sungguminasa ditinjau dari adversity quotient kategori climbers, campers, dan quitters. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sementara itu, penetapan subjek penelitian didasarkan pada hasil pengerjaan angket adversity quotient dan tes pemecahan masalah matematika siswa. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode angket, tes, dan wawancara. Validitas data menggunakan triangulasi teknik. Kemudian, teknik analisis data yang digunakan terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dari masing-masing kategori adversity quotient memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika yang berbeda-beda, dimana; (1) siswa kategori climbers mampu dalam memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali terhadap hasil yang diperoleh; (2) siswa kategori campers mampu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan belum mampu dalam memeriksa kembali terhadap hasil yang diperoleh; dan (3) siswa kategori quitters mampu memahami masalah, kurang mampu melaksanakan rencana penyelesaian, dan masih belum mampu dalam membuat rencana penyelesaian ataupun memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Kata Kunci: Profil, Kemampuan Pemecahan Masalah, Adversity Quotient.

Page 8: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, demikian kata yang tidak henti-hentinya penulis ucapkan

sebagai tanda rasa syukur kepada Allah swt. karena dengan berkat rahmat, taufik

dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyusun skripsi ini sampai ke tahap

penyelesaian. Salawat beserta salam tidak lupa pula penulis panjatkan kepada

Nabi besar Muhammad saw., dimana telah membimbing dan membawa para

umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman kecerdasan seperti sekarang ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan dalam Bidang Studi Matematika, Universitas Muhammadiyah

Makassar. Namun, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan maupun dukungan dari berbagai pihak. Sehingga, segala rasa

hormat penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Syafaruddin dan

Rosmala, dimana selalu mendoakan dan memberikan restu nya dalam setiap

langkah penulis dalam menggapai cita-cita, serta rasa kasih sayangnya dalam

mendidik maupun dalam berjuang untuk membiayai penulis selama menempuh

pendidikan di kota perantauan ini. Kepada keluarga besar Karakkaji Dg Bali,

penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, motivasi maupun

nasehat-nasehat yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

Selain itu, penghormatan dan ucapan banyak terima kasih juga dari penulis

kepada Dr. Baharullah, M.Pd., dan Muhammad Rizal Usman, S.Pd., M.Pd., yakni

selaku pembimbing I dan Pembimbing II, dimana di tengah-tengah kesibukan

beliau masih menyempatkan diri untuk memberikan bimbingan, arahan maupun

Page 9: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

ix

motivasinya kepada penulis, yakni mulai dari penyusunan proposal hingga

selesainya skripsi ini. Selanjutnya, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih

kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., selaku dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, juga

selaku Penasehat Akademik penulis selama menempuh perkuliahan, kepada

Mukhlis, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

beserta seluruh dosen maupun staf pegawai di lingkungan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberi

bimbingan maupun ilmunya yang akan sangat bermanfaat nantinya bagi penulis.

Kepada Kepala Sekolah, guru dan para staf SMP Negeri 3 Sungguminasa,

terkhusus untuk guru matematika yakni Bapak Abdul Azis, S.Pd., M.Pd., serta

para siswa (i) kelas VIII H, dimana penulis ingin mengucapkan banyak terima

kasih atas bantuan dan ketersediaan nya telah menerima penulis dalam melakukan

penelitian di sekolah tersebut. Dan terima kasih pula kepada teman-teman

mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2017, terkhusus

untuk Matriks 17 A, terima kasih atas kebersamaan, suka maupun duka nya

selama menempuh perkuliahan dimana akan selalu dikenang oleh penulis.

Akhir kata, semoga skripsi ini bisa membawa manfaat bagi para pembaca,

dan terkhusus untuk diri penulis sendiri. Terima Kasih.

Makassar, Desember 2021

Penulis

Page 10: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN .......................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

E. Batasan Istilah .............................................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 9

A. Kajian Teori ................................................................................................. 9

B. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 30

Page 11: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

xi

C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 34

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 34

C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 34

D. Data dan Sumber Data ............................................................................... 38

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 38

F. Instrumen Penelitian................................................................................... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 45

H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 46

I. Keabsahan Data .......................................................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 48

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 48

B. Pembahasan ................................................................................................ 73

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 80

A. Simpulan .................................................................................................... 80

B. Saran ........................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 85

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 147

Page 12: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ...................... 18

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Adversity Quotient (AQ) ............................................ 42

Tabel 3.2 Penskoran Angket Adversity Quotient (AQ) .......................................... 42

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah Matematika .................................... 43

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ............................................................. 44

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian.................................................................................... 48

Tabel 4.2 Hasil Penskoran Angket Adversity Quotient (AQ) ................................ 49

Tabel 4.3 Subjek Penelitian.................................................................................... 50

Tabel 4.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Climbers (S1) ...................... 59

Tabel 4.5 Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Campers (S2) ....................... 67

Tabel 4.6 Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Quitters (S3) ........................ 73

Page 13: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 33

Gambar 3.1 Penetapan Subjek Penelitian .............................................................. 37

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian ............................................................................. 40

Gambar 4.1 Jawaban Tes Tertulis S1 pada Masalah 1 ........................................... 52

Gambar 4.2 Jawaban S1 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 1 .......................... 54

Gambar 4.3 Jawaban Tes Tertulis S1 pada Masalah 2 ........................................... 55

Gambar 4.4 Jawaban S1 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 2 .......................... 58

Gambar 4.5 Jawaban Tes Tertulis S2 pada Masalah 1 ........................................... 60

Gambar 4.6 Jawaban S2 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 1 .......................... 62

Gambar 4.7 Jawaban Tes Tertulis S2 pada Masalah 2 ........................................... 63

Gambar 4.8 Jawaban S2 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 2 .......................... 66

Gambar 4.9 Jawaban Tes Tertulis S3 pada Masalah 1 ........................................... 68

Gambar 4.10 Jawaban S3 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 1 ........................ 70

Gambar 4.11 Jawaban Tes Tertulis S3 pada Masalah 2 ......................................... 71

Page 14: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Calon Subjek Penelitian (Siswa Kelas VIII.H) ...................... 85

Lampiran 2: Kisi-Kisi Angket Adversity Quotient (AQ) ....................................... 86

Lampiran 3: Angket Adversity Quotient (AQ) ....................................................... 87

Lampiran 4: Petunjuk Penskoran Angket Adversity Quotient (AQ) ...................... 94

Lampiran 5: Hasil Penskoran Angket Adversity Quotient (AQ) ............................ 96

Lampiran 6: Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah Matematika ................................ 98

Lampiran 7: Tes Pemecahan Masalah Matematika ............................................... 99

Lampiran 8: Kunci Jawaban Tes Pemecahan Masalah Matematika .................... 101

Lampiran 9: Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Subjek Climbers ........ 106

Lampiran 10: Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Subjek Campers ...... 107

Lampiran 11: Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Subjek Quitters ........ 108

Lampiran 12: Pedoman Wawancara .................................................................... 109

Lampiran 13: Hasil Wawancara Subjek Climbers ............................................... 111

Lampiran 14: Hasil Wawancara Subjek Campers ............................................... 114

Lampiran 15: Hasil Wawancara Subjek Quitters................................................. 117

Lampiran 16: Dokumentasi Kegiatan .................................................................. 119

Lampiran 17: Kartu Kontrol Bimbingan Proposal ............................................... 120

Lampiran 18: Persetujuan Pembimbing Proposal ................................................ 122

Lampiran 19: Berita Acara Seminar Proposal ..................................................... 123

Lampiran 20: Lembar Perbaikan Seminar Proposal ............................................ 124

Lampiran 21: Kartu Kontrol Bimbingan Instrumen Penelitian............................ 125

Lampiran 22: Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ........................... 127

Page 15: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

xv

Lampiran 23: Surat Pengantar dan Permohonan Izin Penelitian ......................... 128

Lampiran 24: Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ..................................... 132

Lampiran 25: Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi ................................................. 133

Lampiran 26: Persetujuan Pembimbing Skripsi ................................................... 135

Lampiran 27: PPT Presentasi ............................................................................... 136

Lampiran 28: Surat Keterangan Bebas Plagiasi ................................................... 137

Lampiran 29: Hasil Uji Plagiasi ........................................................................... 138

Page 16: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting di dalam

menentukan berkembang atau tidaknya suatu negara. Hal tersebut dikarenakan

dengan pendidikan yang bermutu, maka akan menghasilkan SDM atau sumber

daya manusia yang bermutu pula. Dengan demikian, Indonesia yang merupakan

salah satu negara yang mengetahui akan peran besar dari pendidikan tersebut di

dalam meningkatkan mutu SDM, membuat suatu peraturan ataupun ketentuan

yang terkait dengan pendidikan nasional. Ketentuan yang dimaksud tersebut

tercantum di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas, 2003), dimana yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Aktivitas belajar merupakan salah satu aspek yang sangat esensial dalam

keseluruhan proses pendidikan khususnya di sekolah. Dengan proses belajar,

siswa dilatih agar dapat memiliki kemampuan dalam hal berpikir secara

sistematis, logis, kritis, maupun secara inovatif. Dari beberapa cara berpikir

tersebut, salah satunya dapat ditingkatkan melalui proses belajar matematika.

Sehingga mengingat akan pentingnya matematika di dalam suatu ilmu

Page 17: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

2

pengetahuan dan juga teknologi, maka di jadikanlah sebagai mata pelajaran yang

wajib di dalam jenjang sekolah dasar maupun di jenjang sekolah menengah.

Beragam alasan terkait pentingnya mengajarkan pelajaran matematika

kepada setiap siswa pada dasarnya tidak terlepas daripada tujuan ataupun standar

dalam proses pembelajaran matematika itu sendiri. Dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 (Permendiknas, 2006), menyatakan

bahwa salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki

kemampuan problem solving, dimana meliputi kemampuan dalam hal memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan

solusi yang diperoleh. Sementara standar dalam proses pembelajaran matematika,

dimana yang telah dikemukakan oleh NCTM (2017) terdiri atas beberapa

kompetensi, diantaranya yaitu kompetensi di dalam memecahkan masalah atau

problem solving, kompetensi terkait penalaran atau reasoning, kompetensi dalam

membuat suatu koneksi atau connection, dan kompetensi representasi atau

representation.

Problem solving atau pemecahan masalah merupakan salah satu

kemampuan yang perlu untuk dimiliki oleh setiap siswa di dalam pembelajaran

matematika. Dalam problem solving, siswa akan diberikan kesempatan untuk

dapat menghubungkan berbagai ide matematika yang telah didapatkan

sebelumnya dan dapat mengembangkan pengetahuan konseptual nya (Syaifudin,

2019). Selain itu, kegiatan problem solving juga akan sangat bermanfaat untuk

siswa di dalam memecahkan masalah matematika yang berbentuk non rutin,

dimana dibuat dari hasil masalah pengaplikasian matematika dalam kehidupan

Page 18: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

3

sehari-hari, sehingga siswa harus mampu mengakumulasi berbagai informasi yang

dianggap relevan dan juga harus mampu di dalam mengkaji informasi yang telah

dikumpulkannya tersebut. Dengan demikian, siswa terlebih dahulu harus

mengetahui tahapan-tahapan di dalam memecahkan masalah matematika yang

diberikan. Widyastuti (2015) dalam hal ini mengungkapkan bahwa salah satu

tahapan yang dapat digunakan oleh siswa di dalam memecahkan masalah dalam

matematika adalah tahapan dari Polya, dimana yang terdiri dari tahap memahami

masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana, dan tahap memeriksa

kembali.

Berdasarkan hasil survei dari Trends in International Mathematics and

Science Study tahun 2015 (TIMSS, 2015) dan Programme for International

Student Assessment (PISA) tahun 2018, menyatakan bahwa kemampuan problem

solving siswa dalam pembelajaran matematika masih tergolong rendah. Dalam

TIMSS (2015) sendiri menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam bidang

matematika berada pada peringkat ke-44, dimana rata-rata skor yang diperoleh

siswa yakni 397 dengan standar nilai rata-rata yang ditetapkan dari TIMSS yakni

500. Sementara pada hasil PISA tahun 2018 menyatakan bahwa rata-rata skor

yang diperoleh siswa dalam indikator matematika yakni sebesar 379 atau berada

pada peringkat ke-73 (OECD, 2019).

Stoltz (2000) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang dapat

memengaruhi keberhasilan seseorang di dalam memecahkan suatu masalah, yakni

Adversity Quotient (AQ). Adversity quotient ini diartikannya sebagai salah satu

kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam hal menghadapi berbagai

Page 19: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

4

problem dalam hidupnya dan mampu bertahan atau mengatasi problem tersebut

dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian, Ningrum (2017)

mengemukakan bahwa dalam adversity quotient akan diketahui seberapa besar

daya juang yang dimiliki oleh siswa di dalam menghadapi ataupun memecahkan

berbagai permasalahan dalam matematika. Berdasarkan hasil penelitian dari

Nurlaelah dkk. (2021) yang menyatakan bahwa adversity quotient ini memiliki

pengaruh yang positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa, dimana didasarkan pada nilai koefisien X1 = 0,856 (bertanda positif) dan

nilai Sig = 0,000 ≤ α = 0,05. Sementara itu, hasil penelitian yang serupa juga

diperoleh dari Afri (2018) yakni menyatakan bahwa adversity quotient

mempunyai hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, dimana hal tersebut diperoleh

dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,788 dan nilai Sig. sebesar 0,000 < α (0,05).

Sehingga dalam hal ini dikemukakan bahwa semakin tinggi adversity quotient

siswa, maka semakin tinggi pula kemampuan pemecahan masalah matematika

dari siswa tersebut.

Berdasarkan respon nya di dalam memecahkan suatu masalah, Stoltz

(2000) mengategorikan adversity quotient seseorang menjadi tiga kategori, yaitu

Climbers, Campers, dan Quitters. Seseorang yang termasuk ke dalam kategori

climbers adalah seseorang yang memiliki adversity quotient yang tinggi, dimana

ketika dihadapkan dengan suatu masalah, maka akan diselesaikannya masalah

tersebut dengan tidak mudah menyerah hingga tujuan yang diharapkannya

tercapai. Sementara dalam kategori campers, yakni seseorang yang memiliki

Page 20: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

5

adversity quotient yang sedang, dimana mempunyai keinginan untuk

menyelesaikan masalah, namun hanya pada tingkat tertentu saja dan selepas itu

berhenti. Sedangkan dalam kategori quitters sendiri, yakni seseorang yang

memiliki adversity quotient yang rendah, dimana selalu menganggap masalah

yang sedang dihadapinya akan berlangsung lama sehingga akan kurang

mempunyai kemauan dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam hasil wawancara pada 30 Agustus 2021 dengan salah satu guru

mata pelajaran matematika di SMPN 3 Sungguminasa, diperoleh informasi bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya di kelas VIII masih

sangat perlu untuk ditingkatkan. Hal tersebut dikarenakan rata-rata kemampuan

siswa masih berada di bawah standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.

Pada saat siswa dihadapkan dengan soal matematika yang berbentuk cerita

(masalah non rutin), terdapat siswa yang dapat menyelesaikannya dengan baik

dan ada pula siswa yang masih mengalami kesulitan di dalam menyelesaikannya,

yakni masih kesulitan di dalam memahami soalnya, mengubahnya ke dalam

model matematika, maupun kesulitan di dalam memperoleh jawaban dari soal

yang diberikan tersebut. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas

VIII SMPN 3 Sungguminasa ditinjau dari adversity quotient kategori

climbers, campers dan quitters.

Page 21: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

dapat ditarik dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas

VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)

kategori Climbers?

2. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas

VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)

kategori Campers?

3. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas

VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)

kategori Quitters?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai

dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan hal-hal berikut:

1. Profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP

Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) kategori

Climbers.

2. Profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP

Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) kategori

Campers.

Page 22: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

7

3. Profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP

Negeri 3 Sungguminasa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) kategori

Quitters.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis, yakni hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan khazanah dalam ilmu pengetahuan yang terkait dengan

kemampuan pemecahan masalah dan Adversity Quotient (AQ).

2. Secara Praktis

a. Bagi Siswa, yakni memberikan suatu gambaran bahwa dalam proses

pembelajaran matematika tidak hanya mengandalkan kemampuan kognitif

saja, akan tetapi juga harus memiliki Adversity Quotient yang tinggi. Hal

ini dikarenakan Adversity Quotient akan sangat berpengaruh terhadap

kemampuan siswa di dalam memecahkan masalah matematika.

b. Bagi Guru, yakni memberikan suatu informasi terkait hubungan antara

Adversity Quotient dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

matematika. Dengan demikian, guru dapat memberikan motivasi ataupun

perhatiannya kepada siswa yang memiliki Adversity Quotient yang rendah

dan dapat membuat rancangan terkait perangkat pembelajaran sehingga

memungkinkan siswa yang memiliki Adversity Quotient yang rendah

dapat ditingkatkan lagi ke Adversity Quotient yang tinggi.

c. Bagi Sekolah, yakni memberikan suatu referensi dalam hal menetapkan

berbagai program sekolah yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan

Page 23: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

8

Adversity Quotient siswa, dimana nantinya akan bermanfaat di dalam

mengembangkan lembaga sekolah menjadi bertambah baik lagi.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu

diberikan batasan istilah sebagai berikut:

1. Profil kemampuan pemecahan masalah matematika, yakni suatu gambaran

yang menyangkut tentang kemampuan siswa di dalam memecahkan masalah

matematika, dimana dengan memanfaatkan berbagai tahapan pemecahan

masalah dari Polya yaitu memahami masalah, membuat rencana,

melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali.

2. Adversity Quotient adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam

hal menghadapi berbagai masalah, serta seberapa jauh kemampuannya di

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya tersebut. Dalam hal ini,

siswa dibagi ke dalam tiga kategori yaitu siswa Quitters atau siswa yang selalu

menganggap masalah yang dihadapinya akan berlangsung lama sehingga

kurang berkeinginan untuk memecahkan masalah tersebut, siswa Campers

atau siswa yang memecahkan masalah hanya pada tingkat tertentu saja dan

setelah itu berhenti karena merasa sudah puas dengan hasil yang diperoleh

sebelumnya, dan siswa Climbers atau siswa yang pantang menyerah di dalam

memecahkan suatu masalah hingga hasil yang diharapkannya dapat tercapai.

Page 24: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Masalah Matematika

Dalam kehidupan manusia, tidak akan terlepas dengan yang namanya

masalah. Masalah (problem) itu sendiri dapat berasal dari dalam diri manusia

maupun berasal dari lingkungan sekitarnya. Newell & Simon (dalam Maimunah,

2018) mendefinisikan masalah sebagai suatu persoalan yang hendak dipecahkan

oleh tiap-tiap individu, akan tetapi individu tersebut tidak mengetahui cara

ataupun langkah-langkah untuk memecahkannya. Sejalan dengan hal tersebut,

Krulik dan Rudnik (dalam Maimunah, 2018) juga menyatakan bahwa masalah

diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang

dihadapkan oleh suatu problem yang harus segera dipecahkan, akan tetapi tidak

mempunyai metode maupun prosedur yang langsung dapat menyelesaikan

problem tersebut. Sedangkan menurut Nurlova (2020), arti dari masalah itu

sendiri adalah adanya ketidaksesuaian antara dari apa yang diharapkan

sebelumnya dengan reality result yang tengah terjadi.

Moursund (dalam Syaifudin, 2019) menyatakan bahwa seseorang

dikatakan mempunyai ataupun menghadapi suatu problem apabila seseorang

tersebut mengalami beberapa keadaan berikut ini, yaitu; (a) Mengetahui dengan

pasti peristiwa dari masalah yang tengah terjadi; (b) Mengetahui secara pasti

terkait maksud atau tujuan yang hendak dicapai; (c) Memanfaatkan berbagai

resource yakni sebagai acuan dalam memecahkan problem tersebut sesuai dengan

Page 25: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

10

tujuan yang hendak dicapai, baik itu dalam bentuk waktu ataupun pengetahuan

serta keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya; dan (d) Mempunyai

kecakapan dalam memanfaatkan berbagai resource tersebut dalam hal mencapai

tujuan yang diharapkan. Lebih lanjut, Syaifudin (2019) menyatakan bahwa dalam

dunia matematika itu sendiri, masalah biasanya diartikan sebagai suatu soal atau

pertanyaan yang dimana wajib untuk dijawab dan direspon. Dengan demikian,

ketika siswa dihadapkan oleh suatu masalah dalam matematika, maka terlebih

dahulu siswa tersebut harus melakukan perencanaan terkait langkah-langkah atau

prosedur yang nantinya akan dimanfaatkan dalam menyelesaikan problem

tersebut.

Selanjutnya, Polya (dalam Syaharuddin, 2017) mengategorikan masalah ke

dalam dua bagian, yaitu; (a) Masalah dalam hal menemukan, yakni untuk dapat

menyelesaikan jenis masalah ini, maka harus diketahui terlebih dahulu apa yang

akan dicari, dengan cara atau metode apa agar datanya dapat diketahui, dan

bagaimanakah syarat-syaratnya; dan (b) Masalah dalam hal membuktikan, yakni

menunjukkan kebenaran dari suatu hipotesis maupun dalam hal menyimpulkan

suatu teorema, dimana masalah jenis ini dapat diselesaikan dengan cara

menunjukkan kebenaran pernyataan dari suatu pertanyaan yang hendak dijawab,

yakni apakah pernyataan tersebut bernilai benar atau bernilai salah dan tidak

untuk keduanya. Sedangkan menurut Syaifudin (2019), suatu pertanyaan

dikatakan sebagai masalah apabila pertanyaan tersebut mengandung suatu

challenge yang dimana tidak dapat diselesaikan dengan suatu routine procedure

yang telah diketahui oleh individu sebelumnya. Sehingga dalam matematika

Page 26: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

11

sendiri ada yang dinamakan dengan masalah rutin dan adapula yang dinamakan

masalah non rutin.

Nurlova (2020) membedakan antara masalah rutin dengan masalah non

rutin menurut soal-soal matematika yang diberikan oleh siswa. Dalam masalah

rutin, soal yang diberikan sering dimunculkan oleh guru dalam suatu proses

pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa kesulitan untuk menjawabnya

dikarenakan siswa dapat menghafal cara-cara maupun prosedur matematika yang

hampir mirip dengan yang telah dipaparkan oleh guru sebelumnya. Akan tetapi

ketika siswa hanya diberikan soal-soal rutin saja, maka daya nalar siswa tersebut

akan sulit untuk bisa berkembang. Sedangkan untuk masalah non rutin, yakni

soal-soal yang diberikan siswa membutuhkan kemampuan penalaran yang baik,

serta soal tersebut dapat melatih siswa dalam berfikir kritis. Hal tersebut

dikarenakan soal dalam masalah non rutin dibuat dari hasil masalah

pengaplikasian matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk

menyelesaikannya, siswa harus terlebih dahulu menerjemahkan masalah tersebut

menjadi model atau bentuk matematika dan selanjutnya masalah dikembalikan

lagi ke dalam bentuk dunia nyata. Lebih lanjut, Reys dkk. (dalam Nurlova, 2020)

menyatakan bahwa soal-soal dalam masalah non rutin akan sangat bermanfaat

untuk siswa karena selain siswa dapat memusatkan perhatiannya dalam

pengaplikasian matematika dalam dunia nyata, siswa juga dapat mengembangkan

kreativitas nya dalam hal memecahkan masalah.

Page 27: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

12

2. Pemecahan Masalah Matematika

Aktivitas pemecahan masalah (problem solving) terkhusus dalam

pembelajaran matematika merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Hal

ini dikarenakan problem solving sangat erat kaitannya dengan salah satu tujuan

daripada pembelajaran matematika itu sendiri, yakni siswa diharapkan

mempunyai attitude dalam menghargai kegunaan matematika pada kehidupan

sehari-harinya (Maimunah, 2018).

Menurut Lencher (dalam Wardani dkk, 2010) problem solving dapat

diartikan sebagai suatu proses dalam mengimplementasikan pengetahuan yang

sudah didapatkan sebelumnya ke dalam suatu kondisi yang baru maupun yang

belum dikenal. Senada dengan hal tersebut, Krulik dan Rudnik (dalam Syaifudin,

2019) juga mendefinisikan problem solving sebagai salah satu upaya yang

dilakukan seseorang dalam memanfaatkan pengetahuan ataupun keterampilan

yang dimilikinya dengan tujuan untuk mendapatkan solusi dari permasalahan

yang sedang dihadapinya tersebut. Sehingga melalui kegiatan problem solving,

dimensi-dimensi yang penting dalam matematika seperti penerapan dalam

masalah non rutin dapat dikembangkan dengan lebih baik (Syaharuddin, 2017).

Definisi problem solving juga dikemukakan oleh Shadiq (dalam

Maimunah, 2018), dimana sebagai suatu action daripada guru itu sendiri agar para

siswa nya dapat terdorong untuk menerima challenge, yakni baik itu dalam bentuk

pertanyaan maupun soal-soal, dan memberikan arahan kepada siswa tersebut

terkait dengan prosedur pemecahannya. Sehingga menurut Nurlova (2020), siswa

diharuskan untuk dapat berfikir ataupun bekerja lebih giat lagi dalam hal

Page 28: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

13

menerima challenge tersebut agar dapat menyelesaikan masalah yang tengah

dihadapinya. Tidak hanya itu, siswa juga harus melakukan perencanaan terkait

langkah-langkah apa saja yang diperlukannya dalam memecahkan masalah

tersebut secara sistematis. Dengan demikian, ketika siswa telah mengetahui

prosedur dalam problem solving, maka siswa diharapkan dapat memiliki

keterampilan terkait bagaimana cara mengakumulasikan berbagai informasi-

informasi yang dianggap relevan, mengkaji informasi yang telah dikumpulkan

tersebut, dan sadar akan pentingnya memeriksa kembali hasil yang telah

diperolehnya.

Polya (dalam Wardani dkk, 2010) mengemukakan bahwa terdapat empat

langkah yang dapat digunakan oleh seseorang ketika menyelesaikan suatu

permasalahan, diantaranya yaitu:

a. Understanding the problem, yakni dapat diartikan sebagai pemahaman

terhadap suatu masalah atau persoalan yang sedang dihadapi. Pada langkah

ini, seseorang biasanya diharuskan mengungkapkan kembali masalahnya

tersebut ke dalam bahasanya masing-masing dan juga dapat membayangkan

keadaan dari masalah tersebut ke dalam pikirannya dengan tujuan membantu

dalam hal memahami struktur masalahnya. Dengan demikian, pada langkah

ini sangat penting bagi seseorang untuk melakukan pendalaman terkait dengan

kondisi masalah yang dihadapi yakni dengan mempelajari secara saksama

informasi yang terkandung dalam setiap masalah. Tidak hanya itu, seseorang

tersebut juga harus mengadakan pemilihan terhadap fakta-fakta, menetapkan

Page 29: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

14

relasi diantara fakta-fakta tersebut, serta membuat perumusan terkait dengan

pertanyaan dari masalah tersebut.

b. Devising a plan, yakni dapat diartikan sebagai perencanaan dalam

menyelesaikan suatu masalah. Ketika seseorang telah memahami dengan betul

masalah yang tengah terjadi, maka selanjutnya seseorang tersebut harus

membangun perencanaan yang nantinya akan menjadi solusi dari masalah

yang dihadapinya, yakni dengan cara mempertimbangkan tiap-tiap struktur

masalahnya ataupun pertanyaan yang diharuskan untuk dijawabnya.

c. Carrying out the plan, yakni dapat diartikan sebagai pelaksanaan terhadap

rencana penyelesaian yang telah dibuat sebelumnya. Untuk

mengimplementasikan langkah ini ke dalam setiap masalah yang sedang

dihadapi, maka seseorang harus dapat membuat suatu estimasi untuk dapat

memperoleh solusi ataupun penyelesaian yang tepat.

d. Looking back, yakni dapat diartikan sebagai pemeriksaan kembali terhadap

hasil penyelesaian dari masalah yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam

langkah ini, seseorang harus mempertimbangkan betul terkait solusi masalah

yang diperolehnya, yakni dengan cara melakukan pemeriksaan ke belakang

dimana akan dikaitkan dengan penentuan tingkat akurasi perhitungan dengan

kaidah menghitung kembali.

Sementara itu, Bransfors & Stein (dalam Maini & Izzati, 2019) juga

mengemukakan beberapa tahapan dalam memecahkan suatu masalah. Tahapan

tersebut dinamakan nya dengan IDEAL problem solving. IDEAL itu sendiri

merupakan singkatan dari Identify problem atau dapat diartikan sebagai

Page 30: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

15

pengenalan dalam suatu masalah, Define goal atau menetapkan suatu tujuan,

Explore possible strategies atau dapat diartikan sebagai penjelajahan terhadap

strategi yang dirasa memungkinkan untuk digunakan, Anticipate outcomes and act

atau dapat diartikan sebagai antisipasi terkait hasil maupun tindakan yang telah

dilakukan, dan Look back and learn yakni diartikan sebagai pemeriksaan kembali

serta mempelajari jawaban yang telah diperoleh sebelumnya.

Sedangkan Krulik & Rudnik (dalam Syaharuddin, 2017) memperkenalkan

lima tahapan dalam kegiatan memecahkan suatu masalah. Kelima tahapan

tersebut dapat diimplementasikan tanpa harus secara berurutan atau mereka

menyebutnya sebagai heuristik. Adapun kelima tahapan tersebut, yaitu:

a. Read and think, yakni dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terdiri atas

pengidentifikasian terhadap fakta-fakta ataupun pertanyaan, melakukan

penggambaran maupun penjelasan terhadap suatu keadaan, dan menemukan

action kemudian.

b. Explore and plan, yakni dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam hal

menjelajahi dan merencanakan solusi dari permasalahan, dengan cara

melakukan pengorganisasian informasi, menggali informasi tersebut apakah

sesuai atau tidak dengan masalah yang ingin dipecahkan, dan melakukan

pengilustrasian terhadap model masalahnya.

c. Select a strategy, yakni diartikan sebagai pemilihan suatu strategi dimana

digunakan dalam hal memecahkan suatu masalah, dengan cara

mengklasifikasikan masalah ke dalam bentuk yang lebih sederhana dan

Page 31: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

16

menemukan ataupun membuat suatu model dari masalah yang sedang

dipecahkan tersebut.

d. Find an answer, yakni suatu kegiatan dalam hal mencari jawaban dari suatu

permasalahan dengan cara memanfaatkan berbagai keterampilan dimana salah

satunya adalah keterampilan dalam hal berhitung.

e. Reflect and extend, yakni melakukan refleksi dan mengembangkan jawaban

dari masalah yang telah dipecahkan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa tahapan pemecahan masalah yang telah

dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, maka dalam penelitian ini hanya

menggunakan tahapan pemecahan masalah menurut Polya, dikarenakan pada

tahapan ini dimanfaatkan secara lebih luas dalam dunia pendidikan terkhusus

dalam pembelajaran matematika. Tahapan menurut Polya juga dianggap sebagai

tahapan yang jelas dan terurut sehingga nantinya lebih mudah dipahami oleh para

siswa.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Menumbuhkan keterampilan dalam suatu pemecahan masalah adalah salah

satu tujuan pokok daripada pembelajaran matematika di sekolah. Dalam tujuan

tersebut menyatakan bahwa siswa pada tingkatan sekolah dasar maupun

menengah diharapkan mempunyai keterampilan dalam memecahkan masalah,

dimana meliputi keterampilan dalam hal menafsirkan suatu masalah, membuat

perancangan model matematika, serta pemecahan model dan penafsiran solusi

yang telah diperoleh sebelumnya (Maimunah, 2018). Sehingga menurut Branca

(dalam Syaifudin, 2019) kegiatan pemecahan masalah merupakan keterampilan

Page 32: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

17

basic yang perlu untuk dimiliki oleh setiap siswa di dalam mempelajari suatu

materi matematika.

Menurut Maini & Izzati (2019) keterampilan yang dimiliki siswa dalam hal

memecahkan masalah matematika tersebut pada dasarnya didukung oleh hasil

pengalaman maupun pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya di

dalam suatu proses pembelajaran, baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas.

Dengan demikian, diperlukan suatu penekanan bahwa ketika siswa hendak

menyelesaikan suatu masalah matematika, maka siswa tersebut harus betul-betul

cermat dalam memproses berbagai informasi matematika yang telah diperoleh

sebelumnya yang dimana relevan dengan masalah yang akan dipecahkannya

tersebut (Syaharuddin, 2017). Senada dengan hal tersebut, Ormrod (dalam

Widyastuti, 2015) juga menyatakan bahwa dalam kegiatan pemecahan masalah,

siswa akan mempergunakan pengetahuan maupun keterampilan yang

diperolehnya dengan tujuan menjawab pertanyaan atau soal-soal yang belum

terjawab. Sehingga dengan aktivitas tersebut, siswa diberikan suatu kesempatan

untuk dapat menghubungkan ide-ide matematika yang pernah didapatkan nya dan

juga dapat mengembangkan pengetahuan konseptual dari siswa itu sendiri.

Widyastuti (2015) menyatakan bahwa agar siswa lebih terampil

memecahkan masalah, siswa harus mengetahui terlebih dahulu tahapan ataupun

prosedur dalam memecahkan masalah tersebut. Dalam hal ini, siswa dapat

menggunakan tahapan pemecahan masalah menurut Polya, dikarenakan tahapan

ini lebih luas digunakan dalam dunia pendidikan terkhusus dalam pembelajaran

matematika. Dalam tahapan pemecahan masalah menurut Polya sendiri, terdiri

Page 33: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

18

atas empat tahap yaitu understanding the problem atau tahap pemahaman

terhadap suatu masalah, devising a plan atau tahap merencanakan penyelesaian,

carrying out the plan atau tahap melaksanakan rencana penyelesaian, dan looking

back atau tahap memeriksa kembali. Sehingga dalam penelitian ini, siswa

dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika yang baik

apabila memenuhi setiap indikator dari tahapan pemecahan masalah menurut

Polya tersebut. Adapun Indikator kemampuan pemecahan masalah matematika

berdasarkan langkah-langkah Polya disajikan pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Tahap Pemecahan Masalah Indikator Memahami Masalah 1) Siswa mampu menetapkan unsur-unsur

yang diketahui pada soal. 2) Siswa mampu menetapkan unsur-unsur

yang ditanyakan pada soal. Membuat Rencana 1) Siswa mampu memanfaatkan berbagai

informasi yang terkandung pada soal. 2) Siswa mampu menetapkan persyaratan

yang tidak diketahui pada soal misalnya rumus atau informasi lainnya.

Melaksanakan Rencana 1) Siswa mampu memecahkan soal yang selaras dengan prosedur yang sudah ditetapkan sebelumnya.

2) Siswa mampu memecahkan soal secara tepat.

Memeriksa Kembali 1) Siswa mampu mengecek kembali hasil penyelesaian yang sudah diperoleh sebelumnya dengan memakai cara ataupun prosedur yang tepat.

2) Siswa mampu meyakini kebenaran pada penyelesaian yang sudah dibuat.

Polya (dalam Widyastuti, 2015)

Page 34: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

19

4. Adversity Quotient (AQ)

a. Pengertian Adversity Quotient (AQ)

Salah satu faktor pendukung keberhasilan siswa dalam dunia pendidikan

terkhusus dalam pembelajaran matematika adalah Adversity Quotient (AQ).

Adversity quotient ini pertama kali diperkenalkan oleh Paul G. Stoltz. Adversity

quotient berasal dari dua kata yakni adversity yang diartikan sebagai kesengsaraan

ataupun kemalangan, dan quotient yang berarti kecerdasan ataupun kemampuan.

Stoltz (2000) mengartikan adversity quotient sebagai suatu kemampuan yang

dimiliki oleh setiap individu dalam hal menghadapi berbagai problem dalam

hidupnya, serta mampu bertahan dan mengatasi problem tersebut dengan

kemampuan yang dimilikinya. Sementara itu, makna dari adversity quotient juga

dikemukakan oleh Ningrum (2017) yakni sebagai daya juang seseorang ketika

dihadapkan dengan beberapa persoalan atau permasalahan. Sehingga dengan

adversity quotient, akan diketahui bahwasanya seberapa lama seseorang dapat

bertahan melawan persoalan yang sedang dihadapinya, serta seberapa lama pula

kemampuannya dalam menangani persoalan tersebut.

Menurut Maini & Izzati (2019) adversity quotient didefinisikan sebagai

suatu bentuk yang menjadi kebiasaan dari tiap-tiap individu dalam hal

memandang serta merespon setiap persoalan yang ada di dalam kehidupannya.

Sedangkan Maimunah (2018) juga mengemukakan adversity quotient ini sebagai

suatu tolak ukur dalam hal mengetahui respon siswa ketika sedang berhadapan

dengan suatu masalah. Sehingga sepintar atau secerdas apapun siswa tersebut,

akan tetapi apabila tidak merespon setiap kesulitan ataupun permasalahan yang

Page 35: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

20

dihadapinya dengan baik, maka hal tersebut sebetulnya masih dirasa kurang

sesuai. Hal ini senada dengan pemikiran Stoltz (dalam Maimunah, 2018) dimana

menyatakan bahwa meskipun setiap individu memiliki Intelligence Quotient (IQ)

ataupun Emotional Quotient (EQ) yang dianggap sudah sangat baik ataupun sudah

sangat tinggi, akan tetapi tidak seluruhnya menampakkan kemampuannya ketika

hendak meraih suatu keberhasilan maupun kesuksesan. Dengan demikian, digagas

lah Adversity Quotient (AQ) ini oleh Stoltz yakni sebagai pelengkap ataupun

sebagai hasil perpaduan antara IQ dan EQ.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka adapun maksud Adversity

Quotient (AQ) dalam penelitian ini adalah salah satu kemampuan yang dimiliki

oleh tiap-tiap siswa dalam hal menghadapi dan menyelesaikan setiap

permasalahan yang dimilikinya dalam suatu proses pembelajaran khususnya

dalam pembelajaran matematika.

b. Kategori Adversity Quotient (AQ)

Setiap orang mempunyai sikap ataupun pandangan yang berbeda-beda

dalam hal merespon berbagai persoalan maupun kesulitan yang sedang

dihadapinya. Dengan demikian, Stoltz (2000) membagi seseorang ke dalam tiga

kategori berdasarkan kemampuannya dalam menghadapi berbagai kesulitan (AQ),

yaitu:

1) Quitters, yakni dapat diartikan sebagai orang-orang yang mudah untuk

berhenti ataupun menyerah di dalam menghadapi berbagai macam kesulitan.

Orang-orang yang termasuk ke dalam kategori ini mempunyai Adversity

Quotient (AQ) yang rendah. Hal tersebut dikarenakan orang-orang dengan

Page 36: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

21

kategori ini lebih memilih untuk menolak ataupun lari dari berbagai tantangan

yang sedang dihadapinya, meskipun mempunyai potensi di dalam dirinya

untuk dapat menyelesaikan tantangan tersebut.

2) Campers, yakni dapat diartikan sebagai orang-orang yang sedang berkemah.

Maksud dari kata berkemah di sini adalah orang-orang yang telah memiliki

kemauan dalam hal berupaya menghadapi berbagai tantangan, akan tetapi

hanya pada tingkat tertentu saja dan selepas itu berhenti. Hal ini dikarenakan

orang-orang dengan kategori ini akan lebih merasa cepat puas dengan hasil

usaha yang telah diperoleh sebelumnya, tanpa melihat lagi ke depan terkait

berbagai peluang yang masih mungkin terjadi. Sehingga Orang-orang yang

termasuk ke dalam kategori ini adalah orang-orang yang mempunyai

Adversity Quotient (AQ) yang sedang.

3) Climbers atau orang-orang yang dijuluki sebagai para pendaki, yakni orang-

orang yang ketika diberikan suatu masalah, maka akan disambutnya dengan

baik masalah tersebut dan selanjutnya memikirkan berbagai kemungkinan

untuk bisa memecahkan masalah tersebut. Orang-orang yang termasuk ke

dalam kategori ini memiliki Adversity Quotient (AQ) yang tinggi. Hal tersebut

dikarenakan orang-orang kategori ini selalu ingin berjuang dalam memperoleh

hasil yang terbaik meskipun harus menghadapi berbagai macam hambatan

ataupun resiko yang tinggi.

c. Dimensi Pembentukan Adversity Quotient (AQ)

Menurut Stoltz (dalam Ningrum, 2017) Adversity Quotient (AQ) juga

mempunyai beberapa dimensi, dimana merupakan bagian daripada sikap individu

Page 37: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

22

itu sendiri dalam hal menghadapi suatu permasalahan ataupun kesulitan. Adapun

dimensi-dimensi tersebut, yaitu:

1) Control atau kendali, yakni ukuran yang menggambarkan seberapa jauh

seseorang di dalam mengendalikan dirinya pada saat merasakan adanya suatu

masalah. Seseorang yang memiliki skor yang rendah pada dimensi ini akan

menganggap bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat dilakukannya atau dengan

kata lain seseorang tersebut sudah tidak berdaya di dalam menghadapi

masalahnya tersebut. Sebaliknya, seseorang yang mempunyai skor yang tinggi

pada dimensi ini akan menganggap bahwa pasti masih ada cara ataupun jalan

yang dapat dilakukannya atau dengan kata lain seseorang tersebut akan kukuh

terhadap ketidakberdayaan.

2) Origin atau asal usul, yakni ukuran yang menggambarkan seberapa jauh

seseorang di dalam menanggapi setiap sumber persoalan yang sedang

dirasakan nya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara rasa

bersalah dengan dimensi origin itu sendiri. Hal ini dikarenakan seseorang

yang memiliki skor origin yang rendah akan menganggap setiap persoalan

atau masalah yang terjadi adalah tidak lain karena kesalahan yang telah

diperbuatnya, sehingga menimbulkan seseorang tersebut enggan untuk

bertindak dalam memperbaikinya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki skor

yang tinggi dalam dimensi ini akan menempatkan rasa bersalah ke tempat

yang semestinya.

3) Ownership atau pengakuan, yakni suatu ukuran yang menggambarkan

seberapa besar seseorang di dalam mengakui konsekuensi dari setiap

Page 38: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

23

permasalahan yang muncul. Sehingga perbedaan antara seseorang yang

memperoleh skor rendah dengan skor yang tinggi pada dimensi ini, yakni

dapat diketahui dari ketersediaan nya di dalam mengakui setiap akibat yang

muncul pada suatu permasalahan, maupun ketersediaan nya di dalam

menanggung tanggung jawab.

4) Reach atau jangkauan, yakni ukuran yang menggambarkan persepsi seseorang

terkait seberapa jauh permasalahan yang dihadapinya mampu menjangkau ke

tiap-tiap bagian di dalam kehidupannya. Adapun perbedaan antara seseorang

yang memiliki skor rendah dan skor tinggi pada dimensi ini, yakni ketika

seseorang tersebut merespon permasalahan yang ada. Seseorang yang

memiliki skor reach yang rendah kemungkinan besar akan memandang

permasalahan sebagai sesuatu yang dapat meluas ke daerah lain di dalam

kehidupannya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki skor reach yang tinggi

kemungkinan besar memandang kesulitan sebagai suatu hal yang terbatas

serta spesifik.

5) Endurance atau daya tahan, yakni suatu penggambaran dimana terkait dengan

anggapan seseorang terhadap durasi berlangsungnya permasalahan yang

sedang muncul. Seseorang yang memiliki skor rendah pada dimensi ini

kemungkinan besar setiap persoalan dan penyebabnya akan dipandangnya

sebagai suatu hal yang permanen ataupun sesuatu yang akan berlangsung

lama. Sebaliknya, bagi seseorang yang mempunyai skor tinggi pada dimensi

endurance kemungkinan besar akan memandang setiap persoalan dan

Page 39: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

24

penyebabnya sebagai suatu yang bersifat sementara ataupun hanya terjadi

dalam waktu yang singkat.

5. Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Adversity Quotient (AQ)

Dalam memecahkan suatu masalah terkhusus di dalam pembelajaran

matematika, setiap siswa nantinya dapat menggunakan beragam tahapan yang

dimana telah dikemukakan oleh para matematikawan, yakni salah satunya tahapan

pemecahan masalah Polya. Di dalam tahapan tersebut terdiri atas empat bagian,

diantaranya yakni memahami masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana,

dan memeriksa kembali. Sehingga dari keempat tahapan ini, nantinya akan

dijadikan sebagai tolak ukur di dalam mengetahui kemampuan setiap siswa ketika

memecahkan suatu masalah matematika. Karena setiap siswa memiliki

kemampuan pemecahan masalah yang berbeda-beda, maka dalam hal ini Stoltz

(2000) mengategorikan nya menjadi tiga kategori dimana berdasarkan tingkatan

Adversity Quotient (AQ) siswa, yakni siswa kategori Quitters, Campers, dan

Climbers.

a. Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kategori Quitters

Stoltz (dalam Maimunah, 2018) mengemukakan bahwa siswa dengan

kategori quitters merupakan siswa yang ketika dihadapkan dengan suatu masalah,

maka siswa tersebut akan kurang mempunyai kemauan untuk dapat

menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini dikarenakan siswa quitters selalu

menganggap bahwa permasalahan yang sedang dihadapinya tersebut akan

berlangsung lama sehingga akhirnya iapun akan menyerah ataupun berhenti di

Page 40: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

25

dalam menyelesaikannya dan juga menganggap bahwa masalah tersebut akan

menjalar ke berbagai aspek di dalam kehidupannya (Kusumawardani, 2018).

Berdasarkan kemampuannya dalam memecahkan masalah matematika,

maka siswa dengan kategori quitters adalah siswa yang mempunyai kemampuan

yang rendah di dalam menyelesaikan setiap persoalan matematis, hal tersebut

disebabkan siswa quitters lebih memutuskan untuk menyerah pada saat

menjumpai berbagai kesulitan di dalam memecahkan soal ataupun pertanyaan

matematika (Maini & Izzati, 2019). Senada dengan hal tersebut, Nurlaelah dkk.

(2021) mengemukakan bahwa siswa quitters memandang matematika sebagai

suatu pelajaran yang rumit, membuat bingung, dan termasuk pelajaran yang

memusingkan. Sehingga dengan perspektif tersebut menyebabkan motivasi siswa

quitters di dalam menyelesaikan masalah matematika akan menjadi sangat

berkurang, dimana ketika diberikan beberapa soal matematika, siswa quitters

tidak menyelesaikannya dengan sesegera mungkin sehingga mengakibatkan tidak

semua soal tersebut dapat dikerjakannya (Kusumawardani, 2018).

Dengan demikian, pada saat memecahkan masalah matematika

menggunakan tahapan menurut Polya, siswa quitters tidak mampu

mengimplementasikan dengan baik keempat tahapan pemecahan masalah tersebut

(Abdiyani dkk, 2019). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hidayat &

Ratna (2018), dimana siswa dengan kategori quitters dalam menyelesaikan

masalah matematika hanya mampu memenuhi tahapan memahami masalah, yakni

menuliskan unsur-unsur yang diketahui maupun yang ditanyakan, serta

menerangkan permasalahan menurut kalimatnya sendiri.

Page 41: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

26

b. Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kategori Campers

Berdasarkan respon di dalam menghadapi berbagai permasalahan yang

muncul, maka Stoltz (dalam Maimunah, 2018) mengemukakan bahwa siswa yang

termasuk kategori campers adalah siswa yang ketika dihadapkan dengan suatu

permasalahan, maka sebenarnya ia telah memiliki keinginan untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut atau dengan kata lain sudah ada action yang telah

dilakukannya, akan tetapi pada saat permasalahan yang dihadapinya tersebut

semakin rumit ataupun semakin sulit, maka ia lebih memilih untuk mundur dan

menyerah. Menurut Nurlaelah dkk. (2021) hal ini disebabkan siswa campers tidak

ingin mengambil suatu risiko yang amat besar ataupun merasa telah puas dengan

pencapaian yang telah diperoleh sebelumnya. Sehingga siswa campers tidak dapat

memaksimalkan setiap usahanya tersebut dan mengabaikan berbagai peluang

yang hendak diperolehnya nanti (Nurlaelah dkk, 2021).

Menurut Maini & Izzati (2019) siswa dengan kategori campers adalah

siswa yang mempunyai kemampuan yang cukup ataupun sedang dalam hal

memecahkan berbagai permasalahan matematis. Hal tersebut dikarenakan siswa

campers masih belum bisa memecahkan setiap persoalan matematika secara tepat.

Sementara itu, Ningrum (2017) mengemukakan bahwa pada saat siswa campers

berhadapan dengan soal-soal matematika, maka ia akan mencoba untuk

menyelesaikannya. Akan tetapi, apabila siswa campers telah merasakan bahwa

soal-soal tersebut sudah tampak lebih rumit dari sebelumnya, maka ia akan lebih

memilih untuk meninggalkannya ataupun memilih pasrah di dalam memecahkan

soal-soal tersebut hingga tuntas. Sehingga, siswa campers tidak memaksimalkan

Page 42: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

27

dengan baik usahanya tersebut dan mudah puas dengan jawaban dari soal-soal

yang telah dikerjakan sebelumnya.

Oleh karena itu, menurut Hidayat & Sariningsih (2018) pada saat siswa

campers menyelesaikan persoalan matematika dengan menggunakan keempat

tahapan menurut Polya, siswa campers hanya mampu memenuhi tahapan

memahami persoalan yang diberikan, membuat perencanaan penyelesaiannya,

serta melaksanakan rencana penyelesaian yang telah dibuat sebelumnya. Dalam

tahapan memahami persoalan, siswa campers mencantumkan unsur-unsur yang

diketahui maupun yang ditanyakan dari soal dan menerangkan soal tersebut

melalui kalimatnya sendiri ataupun dengan cara mengadopsi dari bahasa soal.

Sementara itu, Maimunah (2018) mengemukakan bahwa dalam tahapan

merencanakan penyelesaian, siswa campers melakukan permisalan pada unsur-

unsur yang diketahui dari soal dan menjadikannya ke dalam model matematika

serta menuliskan formula yang cocok dengan persoalan yang hendak diselesaikan.

Kemudian ketika melaksanakan rencana penyelesaian, siswa campers akan men

substitusi unsur-unsur tersebut ke dalam formula yang telah disusun sebelumnya.

Akan tetapi, siswa dengan kategori campers cukup kesulitan di dalam tahapan

melaksanakan rencana, sehingga mengakibatkan kurang mampu melaksanakan

tahapan memeriksa kembali jawaban. Hal ini senada dengan yang dikemukakan

oleh Abdiyani dkk (2019) bahwa siswa campers di dalam memecahkan masalah

matematika tidak dapat melaksanakan pengecekan kembali pada hasil maupun

proses yang telah ditulisnya.

Page 43: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

28

c. Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kategori Climbers

Stoltz (dalam Maimunah, 2018) mengemukakan bahwa siswa yang

termasuk ke dalam kategori climbers merupakan siswa yang pada saat berhadapan

dengan beragam permasalahan, maka akan selalu bertahan dan terus berjuang

dalam menyelesaikannya dan memberanikan diri di dalam mengambil berbagai

risiko dari permasalahan yang dihadapinya tersebut. Senada dengan hal tersebut,

Abdiyani dkk. (2019) juga mengemukakan bahwa siswa dengan kategori climbers

akan selalu melakukan berbagai upaya di dalam mengatasi setiap persoalan yang

ada, baik pada persoalan yang kecil maupun persoalan yang besar, dimana

dilakukannya dengan penuh sungguh-sungguh, dengan percaya diri, dan tidak

mudah untuk menyerah hingga tujuan yang diharapkannya tersebut dapat tercapai.

Tidak hanya itu, Kusumawardani (2018) menyatakan bahwa siswa dengan

kategori ini adalah siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi di dalam

memecahkan berbagai permasalahan. Hal tersebut dikarenakan siswa climbers

sering menganggap bahwa hambatan yang ada sifatnya sementara dan hambatan

yang ada tersebut dipandangnya sebagai suatu probabilitas untuk menjadi lebih

berkembang, sebab siswa climbers paham bahwasanya berbagai permasalahan

yang sedang dihadapinya tersebut merupakan suatu bagian dari proses kehidupan

itu sendiri.

Berkaitan dengan kemampuan di dalam memecahkan masalah matematika,

siswa yang termasuk kategori ini merupakan siswa yang mempunyai kemampuan

yang sangat baik dalam hal menyelesaikan setiap masalah matematika. Hal ini

dikarenakan siswa climbers sanggup melewati berbagai kesulitan di dalam

Page 44: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

29

memecahkan tiap-tiap soal dalam matematika tersebut. Dengan demikian,

meskipun soal matematika yang diberikan tersebut tergolong rumit, siswa

climbers akan tetap berupaya dengan keras di dalam mencari jawaban dari soal

matematika tersebut (Maini & Izzati, 2019). Tidak hanya itu, menurut (Ningrum,

2017) pada saat masalah yang dihadapi siswa climbers tersebut tidak bisa

dipecahkan dengan hanya menggunakan satu cara saja, maka akan diusahakan nya

terus menerus yakni dalam menemukan berbagai ide yang kreatif pada

penyelesaiannya tersebut.

Sedangkan dalam hal menyelesaikan masalah matematika dengan

menggunakan keempat tahapan dari Polya, siswa climbers mampu melaksanakan

keempat tahapan tersebut, yakni mulai dari tahap memahami masalah sampai

dengan tahap memeriksa kembali terkait jawaban yang telah diperoleh

sebelumnya (Hidayat & Sariningsih, 2018). Sementara itu, menurut (Maimunah,

2018) pada saat melaksanakan tahap memahami masalah, siswa climbers akan

mencantumkan berbagai unsur yang diketahui dan yang ditanyakan, serta

mendeskripsikan permasalahan dengan cara mengadopsi dari bahasa soal itu

sendiri. Kemudian untuk tahap merencanakan penyelesaian, siswa climbers

melakukan permisalan terhadap berbagai unsur yang diketahui dan juga

mencantumkan formula yang terkait dari masalah tersebut. Di dalam tahapan

melaksanakan rencana penyelesaiannya sendiri, siswa climbers melakukannya

dengan tepat dan juga runtut, serta sesuai dengan prosedur yang sudah disusun

sebelumnya. Sedangkan untuk tahapan yang keempat dari Polya tersebut, siswa

Page 45: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

30

climbers dapat mencantumkan bagaimana cara mengecek kembali jawaban

ataupun prosesnya dan juga meyakini jawaban yang telah diperolehnya tersebut.

B. Penelitian yang Relevan

Berikut adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Maini & Izzati (2019), dimana dari hasil penelitiannya mengungkapkan

bahwa; (a) Siswa Climbers mempunyai kemampuan yang baik di dalam

memecahkan masalah matematis, dimana mampu mengidentifikasi masalah,

mampu menetapkan tujuan, mampu menelusuri strategi yang dapat terjadi,

serta cukup mampu mengantisipasi hasil dan melihat kembali hasil yang telah

diperoleh; (b) Siswa Campers mempunyai kemampuan yang cukup di dalam

memecahkan masalah matematis, dimana mampu mengidentifikasi masalah

dan menetapkan tujuan, cukup mampu menelusuri strategi yang dapat terjadi,

cukup mampu mengantisipasi hasil, serta cukup mampu melihat kembali hasil

yang telah diperoleh; (c) Siswa Quitters mempunyai kemampuan yang kurang

di dalam memecahkan masalah matematis, dimana kurang mampu

mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan, cukup mampu menelusuri

strategi yang dapat terjadi dan mengantisipasi hasil, serta kurang mampu

melihat kembali hasil yang diperoleh. Adapun persamaan dari penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan penulis, yakni sama-sama ditinjau dari AQ

siswa kategori Quitters, Campers dan Climbers. Sedangkan untuk

perbedaannya sendiri, yakni penelitian ini menggunakan tahapan pemecahan

Page 46: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

31

masalah menurut Brainsford & Stein, sementara penulis menggunakan

tahapan menurut Polya.

2. Maimunah (2018), dimana dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa; (a)

Siswa kategori Climbers di dalam menyelesaikan masalah matematis dapat

mengimplementasikan keempat tahapan menurut Polya, yakni tahapan

memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana, serta tahapan

memeriksa kembali yakni membuat kesimpulan, namun tidak mengecek

kebenaran dari jawaban yang telah diperoleh; dan (b) Siswa kategori Campers

dalam menyelesaikan masalah matematis hanya dapat mengimplementasikan

ketiga tahapan menurut Polya, yakni tahapan memahami masalah, menyusun

rencana, dan melaksanakan rencana penyelesaiannya. Adapun persamaan

dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis, yakni sama-sama

memanfaatkan tahapan menurut Polya di dalam memecahkan persoalan

matematika. Sedangkan untuk perbedaannya sendiri, yakni penelitian ini

hanya ditinjau dari AQ kategori Climbers dan Campers saja, sementara

penulis meninjau dari kategori Climbers, Campers, dan Quitters.

3. Nurlaelah dkk. (2021), dimana dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa;

(a) Pada umumnya tingkat AQ siswa berada di kategori Campers atau sedang;

(b) Pada umumnya kemampuan siswa di dalam menyelesaikan persoalan

matematika berada dalam kategori sedang; serta (c) Adanya pengaruh positif

antara AQ siswa dengan kemampuan siswa di dalam menyelesaikan persoalan

matematika. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan penulis, yakni sama-sama meneliti terkait kemampuan siswa di

Page 47: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

32

dalam memecahkan setiap permasalahan matematika yang ditinjau dari AQ

siswa. Sedangkan untuk perbedaannya terletak pada jenis penelitian yang

digunakan, yakni penelitian ini menggunakan ex post facto dimana tujuannya

untuk melihat pengaruh AQ siswa terhadap kemampuan siswa di dalam

memecahkan masalah matematika, sementara penulis menggunakan deskriptif

kualitatif dengan tujuan untuk melihat secara mendalam ataupun terperinci

terkait kemampuan siswa di dalam memecahkan masalah matematika yang

ditinjau dari AQ siswa.

C. Kerangka Berpikir

Tujuan diajarkannya pelajaran matematika kepada siswa yakni salah

satunya untuk membekali agar siswa dapat memiliki kemampuan dalam hal

menyelesaikan berbagai masalah matematika dengan tepat ataupun benar. Di

dalam memecahkan masalah matematika sendiri, siswa harus mampu mengurai

dan mendeskripsikan berbagai ide ataupun informasi yang tersedia. Sehingga,

siswa dapat dikatakan sebagai pemecah masalah yang baik apabila dalam

menyelesaikan berbagai masalah, ia mampu memenuhi dengan baik semua

tahapan-tahapan pemecahan masalah yang telah digunakannya tersebut. Salah satu

tahapan pemecahan masalah yang paling banyak digunakan oleh para

matematikawan yakni tahapan yang diperkenalkan oleh Polya, diantaranya yaitu

tahap memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan

memeriksa kembali. Akan tetapi berhasil atau tidaknya siswa di dalam memenuhi

semua tahapan pemecahan masalah dari Polya tersebut, tergantung dari respon

setiap siswa di dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah yang

Page 48: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

33

dimilikinya. Oleh karena itu, diperkenalkan lah oleh Stoltz suatu kecerdasan baru

yang dinamakan nya sebagai Adversity Quotient (AQ). Dimana dari AQ tersebut,

siswa dikategorikan ke dalam tiga kategori yakni Quitters, Campers, dan

Climbers.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Pemecahan Masalah Matematika

Kemampuan pemecahan masalah siswa masih

rendah

Kemampuan pemecahan masalah siswa yang

beragam

Adversity Quotient (AQ) siswa yang beragam

Masalah Matematika

Quitters Campers Climbers

Tahapan Polya

Memahami masalah

Membuat rencana

Melaksanakan rencana

Memeriksa kembali

Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)

Keterangan: : Gagasan utama : Eksplorasi : Arah berpikir : Pokok pikiran : Topik utama

Page 49: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif. Penelitian ini akan memanfaatkan data-data kualitatif yang selanjutnya

akan dideskripsikan secara mendalam ataupun secara terperinci, dengan tujuan

untuk menghasilkan suatu gambaran yang terkait dengan kemampuan siswa kelas

VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa dalam menyelesaikan masalah matematika

yang ditinjau dari Adversity Quotient (AQ).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelas VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa

tepatnya di Jl. Mustafa Daeng Bunga, Kelurahan Romangpolong, Kecamatan

Somba Opu, Kabupaten Gowa, yakni pada semester ganjil tahun ajaran

2021/2022. Adapun alasan penelitian ini memilih sekolah tersebut sebagai tempat

penelitian, yakni karena di sekolah tersebut terkhusus di kelas VIII belum pernah

diadakan sebelumnya penelitian yang terkait dengan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa yang ditinjau dari Adversity Quotient (AQ). Sementara

AQ ini sangat penting untuk siswa pada saat menghadapi berbagai permasalahan,

yakni terkhusus di dalam menyelesaikan masalah matematika.

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan sebagai calon subjek penelitian

adalah semua siswa kelas VIII.H SMP Negeri 3 Sungguminasa. Dari calon

Page 50: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

35

subjek tersebut tidak semua dijadikan sebagai subjek penelitian, namun dipilih

berdasarkan dari hasil pengisian angket Adversity Quotient (AQ) siswa dan juga

hasil pengerjaan tes pemecahan masalah matematika siswa. Dalam hal ini,

menggunakan angket Adversity Quotient (AQ) untuk mengategorikan AQ siswa

ke dalam tiga kategori yaitu Quitters, Campers, dan Climbers. Selanjutnya dipilih

masing-masing 1 subjek dari kategori AQ siswa tersebut. Pemilihan 1 subjek dari

masing-masing kategori AQ didasarkan dari hasil pengerjaan tes pemecahan

masalah matematika siswa. Dimana 1 subjek Quitters, Campers, dan Climbers

dipilih berdasarkan siswa yang paling banyak memunculkan karakteristik dari

masing-masing kategori tersebut.

Adapun langkah-langkah penetapan subjek dalam penelitian ini, yaitu

sebagai berikut:

1. Menentukan calon subjek dalam penelitian, yakni siswa kelas VIII.H SMP

Negeri 3 Sungguminasa yang menempuh pembelajaran di semester ganjil

tahun ajaran 2021/2022.

2. Mengategorikan calon subjek penelitian ke dalam 3 kategori dengan

menggunakan angket Adversity Quotient (AQ), yakni kategori siswa Quitters,

Campers, dan Climbers. Siswa Quitters yang diartikan dalam penelitian ini

adalah siswa yang selalu menganggap masalah yang dihadapinya akan

berlangsung lama sehingga kurang berkeinginan untuk memecahkan masalah

tersebut. Sementara siswa Campers adalah siswa yang memecahkan masalah

hanya pada tingkat tertentu saja dan setelah itu berhenti karena merasa sudah

puas dengan hasil yang diperoleh sebelumnya. Sedangkan untuk siswa

Page 51: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

36

Climbers yaitu siswa yang pantang menyerah di dalam memecahkan suatu

masalah hingga hasil yang diharapkannya dapat tercapai.

3. Memilih masing-masing 1 subjek untuk kategori Quitters, Campers, dan

Climber.

4. Apabila tidak diperoleh calon subjek penelitian yang dimaksudkan pada tahap

ketiga, maka dilakukan proses pengulangan pada tahap 1, 2, dan 3 (proses

siklus) hingga memperoleh 1 subjek untuk masing-masing kategori tersebut.

5. Apabila ketiga kategori tersebut terdapat lebih dari satu calon subjek

penelitian yang memenuhi kriteria, maka selanjutnya calon subjek tersebut

dipilih berdasarkan dari hasil pengerjaan tes pemecahan masalah matematika,

dimana yang paling banyak memunculkan karakteristik dari masing-masing

kategori tersebut.

6. Penentuan subjek dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria tahap 1 atau

tahap 5.

Untuk rangkaian penetapan subjek penelitiannya sendiri, dapat dilihat pada

Gambar 3.1 berikut.

Page 52: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

37

Gambar 3.1 Penetapan Subjek Penelitian

Menetapkan calon subjek penelitian

Mengategorikan calon subjek penelitian berdasarkan hasil angket

AQ

Memilih 1 calon subjek Quitters

Memilih 1 calon subjek Campers

Memilih 1 calon subjek Climbers

Apakah setiap kategori berisi minimal 1 calon

subjek?

Calon subjek yang termasuk kategori

Quitters

Calon subjek yang termasuk kategori

Campers

Calon subjek yang termasuk kategori

Climbers

Tidak

Ya

Apakah setiap kategori berisi lebih dari 1 calon

subjek?

Calon subjek dipilih berdasarkan hasil tes pemecahan masalah matematika, dimana yang paling banyak memunculkan karakteristik dari setiap kategori AQ.

Ya Tidak

Subjek penelitian

Keterangan: : kegiatan

: Hasil

: Pertanyaan

: Kegiatan khusus : Alur kegiatan : Siklus

Page 53: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

38

D. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua sumber, yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder. Pada sumber data primer, sumber data yang

secara langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sementara pada

sumber data sekunder, sumber yang tidak secara langsung memberikan data

kepada pengumpul data, seperti melalui orang lain ataupun melalui dokumen

(Sugiyono, 2019). Sehingga adapun yang termasuk sumber data primer dalam

penelitian ini yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa, dimana data

yang diperoleh berupa hasil angket Adversity Quotient, tes, dan juga hasil

wawancara. Sementara sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu dokumen

yang berupa jurnal, buku, prosiding hasil seminar, arsip lembaga, peraturan

menteri ataupun peraturan perundang-undangan, dimana dari sumber tersebut

diperoleh teori-teori yang relevan untuk digunakan di dalam penelitian ini.

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini, prosedur penelitian dilaksanakan melalui beberapa

tahapan, yaitu:

1. Pendahuluan, dimana peneliti terlebih dahulu menentukan sekolah yang akan

dijadikan sebagai tempat penelitian, selanjutnya menyerahkan surat izin

pelaksanaan penelitian kepada pihak sekolah, dan berkonsultasi dengan guru

bidang studi matematika yang ada di sekolah tersebut, yakni terkait dengan

strategi ataupun desain penelitian yang akan dilakukan, serta menentukan

waktu kapan akan dimulainya penelitian.

Page 54: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

39

Pada tahap ini, juga dilakukan beberapa kegiatan, yaitu:

a. Penyusunan instrumen penelitian, dalam hal ini angket Adversity Quotient

(AQ), tes pemecahan masalah, dan juga pedoman wawancara.

b. Melakukan validasi terhadap instrumen penelitian oleh validator, dalam

hal ini yang diuji adalah validasi konstruk dan validasi isi.

c. Menelaah hasil validasi instrumen, dimana apabila instrumen tersebut

sudah valid, maka dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Sebaliknya, apabila

instrumen tersebut masih dinyatakan belum valid, maka dilakukan revisi

dan uji validasi kembali.

2. Pengumpulan Data, dimana pertama-tama peneliti membagikan angket

Adversity Quotient (AQ) dan tes pemecahan masalah kepada siswa.

Selanjutnya mengategorikan AQ siswa berdasarkan hasil penskoran dari

angket AQ yang telah diisi oleh siswa tersebut. Dari hasil pengkategorian AQ,

peneliti memilih 3 siswa sebagai subjek penelitian yang masing-masing

mewakili AQ kategori Quitters, Campers, dan Climbers, dengan berdasarkan

dari hasil tes pemecahan masalah matematika yang telah dikerjakan

sebelumnya. Terakhir, ke-3 subjek tersebut selanjutnya akan diwawancarai

untuk mengetahui lebih mendalam terkait kemampuan pemecahan masalah

matematika yang dimilikinya.

3. Analisis Data, dimana hasil tes dan hasil wawancara siswa selanjutnya akan

dianalisis dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa berdasarkan dari Adversity Quotient (AQ) yang

dimiliki oleh masing-masing siswa tersebut.

Page 55: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

40

4. Kesimpulan, dimana pada tahap akhir ini akan diperoleh profil kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kategori Quitters, Campers, dan

Climbers.

Untuk rangkaian dari prosedur penelitian, juga disajikan secara ringkas

pada Gambar 3.2 berikut ini.

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

Ya

Apakah angket, tes, dan pedoman wawancara valid?

Pendahuluan

Penyusunan angket, tes, dan pedoman wawancara

Validasi oleh Validator

Tidak Revisi

Angket, tes, dan pedoman wawancara

layak digunakan

Pengumpulan data

Analisis data

Kesimpulan

Keterangan: : Kegiatan : Hasil : Pertanyaan : Alur Kegiatan : Siklus

Page 56: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

41

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan 2

instrumen yakni instrumen utama dan instrumen pendukung. Instrumen utama

dalam penelitian ini yakni peneliti sendiri, sehingga peneliti sekaligus menjadi

perancang, pelaksana, penafsir data, dan penyusun laporan penelitian. Sedangkan

instrumen pendukung dalam penelitian ini yakni terdiri dari angket Adversity

Quotient (AQ), tes pemecahan masalah matematika, dan pedoman wawancara.

1. Angket Adversity Quotient (AQ)

Dalam penelitian ini, adapun tujuan digunakannya angket Adversity

Quotient (AQ) adalah untuk mengategorikan siswa berdasarkan tingkatan dari

Adversity Quotient (AQ), yakni apakah siswa tersebut termasuk ke dalam kategori

Quitters, Campers ataupun Climbers. Dalam penyusunan angket AQ dalam

penelitian ini, yakni disusun berdasarkan hasil adaptasi angket AQ dari tesis

Kusumawardani (2018), dan selanjutnya disesuaikan lagi dengan subjek dalam

penelitian ini yakni ditujukan khusus pada siswa tingkat SMP. Kemudian terkait

dengan isi daripada angket AQ ini sendiri, yakni memuat 30 unsur pernyataan

yang mendeskripsikan suatu peristiwa. Dalam setiap pernyataan terdapat dua

pertanyaan, sehingga terdapat 60 item pertanyaan, dimana 40 item untuk

pertanyaan yang bersifat negatif dan 20 item pertanyaan yang bersifat positif.

Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud tersebut masing-masing mengandung

berbagai dimensi dari Adversity Quotient (AQ), yaitu dimensi control, origin,

ownership, reach, dan dimensi endurance. Adapun untuk kisi-kisi angket AQ

berdasarkan pada dimensi-dimensi tersebut, dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Page 57: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

42

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Adversity Quotient (AQ)

Dimensi AQ (CO2RE)

Indikator Item Pertanyaan ( - ) ( + )

Control (Kendali)

Seberapa besar kendali yang siswa rasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan.

1a, 8a, 12a, 16a, 18a, 19a, 22a, 26a, 28a, 29a

3a, 10a, 13a, 17a, 23a.

Origin (Asal Usul) dan Ownership

(Pengakuan)

Or : siapa atau apa yang menjadi asal-usul kesulitan yang siswa rasakan.

1b, 8b, 16b, 19b, 29b.

10b, 13b, 23b.

Ow : sampai sejauh mana siswa mengakui akibat-akibat kesulitan tersebut.

6b, 18b, 22b, 26b, 28b.

3b, 17b.

Reach (Jangkauan)

Anggapan siswa akan sejauh mana kesulitan dapat menjangkau kebagian-bagian lain dari kehidupan.

2a, 4a, 6a, 7a, 9a, 11a, 14a, 15a, 21a, 24a.

5a, 20a, 25a, 27a, 30a.

Endurance (Daya Tahan)

Anggapan siswa akan berapa lama kesulitan ataupun penyebab kesulitan tersebut akan berlangsung.

2b, 4b, 7b, 9b, 11b, 12b, 14b, 15b, 21b, 24b.

5b, 20b, 25b, 27b, 30b.

Pada setiap pertanyaan tersebut, juga diikuti oleh berbagai opsi terkait

respon siswa di dalam menghadapi berbagai peristiwa, dimana berupa skala

bipolar lima poin. Namun, karena lebih memperhatikan respon-respon terhadap

kesulitan, maka pemberian skor hanya pada jawaban dari item pertanyaan negatif

saja. Adapun untuk rentang skor dari setiap dimensi tersebut yakni 10 s.d. 50

poin, sementara untuk rentangan skor AQ dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Penskoran Angket Adversity Quotient (AQ)

Skor Angket AQ Kategori AQ 0 − 94 Quitters

95 − 165 Campers 166 − 200 Climbers

Stoltz (dalam Kusumawardani, 2018)

Page 58: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

43

2. Tes Pemecahan Masalah Matematika

Tes pemecahan masalah matematika dalam penelitian ini disusun dalam

bentuk tes uraian dengan materi pola bilangan. Tes dengan bentuk uraian ini

dipilih karena cara berfikir siswa, pemahaman nya terhadap berbagai masalah,

prosedur di dalam memecahkan masalah, serta ketepatan nya di dalam

menyelesaikan masalah tersebut, yakni dapat terlihat. Terkait dengan kisi-kisi tes

pemecahan masalah matematika, dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah Matematika

Kompetensi Dasar

No. Soal

Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Pemecahan

Masalah Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan barisan bilangan dan barisan konfigurasi objek.

1 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan segitiga.

1. Memahami Masalah

2. Membuat Rencana

3. Melaksanakan Rencana

4. Memeriksa Kembali

2 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan ganjil.

3 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan genap.

4 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan persegi.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dalam penelitian ini digunakan sebagai acuan di

dalam melaksanakan wawancara dengan siswa yang terpilih sebagai subjek

penelitian. Untuk pelaksanaan wawancara sendiri, dilakukan setelah siswa

mengerjakan berbagai soal dalam tes pemecahan masalah matematika yang

diberikan. Terkait jenis wawancara yang digunakan, dalam penelitian ini

Page 59: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

44

menggunakan wawancara jenis semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur ini

merupakan salah satu jenis wawancara yang termasuk ke dalam golongan in-dept

interview, dimana bertujuan untuk menemukan suatu permasalahan secara lebih

terbuka (Esterberg dalam Sugiyono, 2019). Dalam penelitian ini, wawancara

dilakukan dengan pertama-tama memberikan serangkaian pertanyaan yang telah

terstruktur, selanjutnya satu persatu dilakukan pendalaman untuk mendapatkan

informasi lebih lanjut. Siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini akan

diminta untuk menyuarakan pendapat ataupun berbagai idenya dengan

penyelesaian masalah yang telah dikerjakan sebelumnya. Hal tersebut dilakukan

karena segala yang ada di dalam pikiran siswa tersebut, tercurahkan secara tertulis

dalam lembar jawaban.

Dengan demikian, wawancara ini dilaksanakan dengan tujuan mengkaji

secara lebih mendalam terkait kemampuan siswa di dalam menyelesaikan masalah

matematika pokok bahasan pola bilangan, dimana dilihat dari tingkatan AQ dari

tiap-tiap siswa. Dalam pedoman wawancara yang dibuat tersebut, terdiri atas

beberapa item pertanyaan untuk tiap-tiap indikator pemecahan masalah. Terkait

kisi-kisi di dalam pedoman wawancara, dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Indikator Pemecahan Masalah Item Pertanyaan Memahami Masalah 1, 2, 3, 4 Membuat Rencana 5, 6, 7

Melaksanakan Rencana 8, 9 Memeriksa Kembali 10, 11, 12, 13, 14

Page 60: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

45

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa teknik atau metode yang digunakan

di dalam mengumpulkan data penelitian, diantaranya yaitu:

1. Angket

Salah satu metode yang digunakan di dalam mengumpulkan data

penelitian dengan cara memberikan kepada responden berbagai pertanyaan

tertulis untuk dijawabnya (Sugiyono, 2019). Dalam penelitian ini, angket yang

digunakan oleh peneliti adalah angket yang berupa pernyataan atau pertanyaan

tertutup dengan tujuan untuk mengetahui kecenderungan Adversity Quotient

(AQ) dari tiap-tiap siswa.

2. Tes

Metode tes merupakan salah satu metode yang digunakan oleh peneliti

di dalam mengumpulkan data penelitian terkait dengan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa. Dalam hal ini, peneliti menyusun

beberapa soal matematika non rutin terkait dengan materi pola bilangan yang

dimana akan diselesaikan oleh siswa secara individu.

3. Wawancara

Dalam penelitian ini, metode wawancara dilakukan dengan tujuan

untuk mengkonfirmasi jawaban siswa pada lembar tes kemampuan pemecahan

masalah matematika yang sebelumnya telah dikerjakan dan menggali

informasi yang lebih mendalam terkait tingkat kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa yang memiliki Adversity Quotient kategori

Quitters, Campers, dan Climbers.

Page 61: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

46

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif sendiri, analisis data dilakukan ketika

pengumpulan data itu berlangsung maupun pada saat telah selesai mengumpulkan

data dalam suatu periode tertentu (Sugiyono, 2019). Dalam penelitian ini, analisis

data dilakukan melalui 3 tahapan, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2019), diantaranya yaitu:

1. Data Reduction

Pada tahap ini, dilakukan proses pemilihan terhadap hal-hal yang

pokok ataupun memfokuskan pada hal-hal yang penting saja sehingga

memberikan suatu gambaran yang lebih jelas, dapat ditarik kesimpulan

akhirnya, dan juga dapat diverifikasi. Dalam penelitian ini, peneliti mereduksi

data terhadap hasil pengisian angket Adversity Quotient siswa, hasil

pengerjaan tes pemecahan masalah matematika siswa, dan juga terkait hasil

wawancara yang dilakukan dengan siswa.

2. Data Display

Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

penyajian data atau data display. Dalam penelitian kualitatif sendiri, penyajian

data biasanya dilakukan melalui teks yang bersifat naratif, berupa grafik,

matriks, dan juga berupa chart (Miles & Huberman dalam Sugiyono, 2019).

Dalam penelitian ini, data yang terkait dengan hasil angket Adversity Quotient

siswa, hasil tes pemecahan masalah matematika siswa, dan juga hasil

wawancara dengan siswa, disajikan dalam bentuk teks naratif.

Page 62: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

47

3. Conclusion Drawing/Verification

Dalam penelitian ini, tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi

didasarkan pada hasil penyajian data. Hal tersebut dilakukan dengan maksud

untuk mendapatkan suatu kesimpulan terkait dengan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa yang ditinjau dari Adversity Quotient.

I. Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan triangulasi teknik di dalam menguji keabsahan

data penelitian. Dalam triangulasi teknik sendiri, data yang telah diperoleh

sebelumnya akan diperiksa pada sumber yang sama, namun dengan teknik

ataupun metode yang berbeda (Sugiyono, 2019). Dalam hal ini, peneliti akan

menyesuaikan data terkait hasil wawancara dengan data hasil tes pemecahan

masalah matematika subjek penelitian. Sehingga, data dikatakan valid apabila

hasil tes sesuai dengan hasil wawancara dan apabila hasilnya berbeda, maka data

yang valid adalah data wawancara karena data-data yang diperlukan tidak akan

dapat terungkap tanpa wawancara.

Page 63: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini, akan dipaparkan terkait hasil penelitian yang telah

dilaksanakan di SMP Negeri 3 Sungguminasa tepatnya pada bulan Oktober 2021.

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian di sekolah tersebut adalah untuk

mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII dimana

ditinjau dari tiap kategori Adversity Quotient. Pada penelitian ini, akan

mengetahui bagaimana kemampuan siswa Quitters, Campers, dan Climbers di

dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika terkhusus pada materi

pola bilangan. Untuk pengumpulan data hasil penelitian, digunakan beberapa

instrumen pendukung yakni Angket Adversity Quotient, Tes Pemecahan Masalah

Matematika, dan Pedoman Wawancara. Adapun jadwal pelaksanaan atau

pemberian dari beberapa instrumen penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel

4.1 berikut.

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian

Hari, Tanggal Kegiatan Kelas Rabu, 13 Oktober 2021 Pengerjaan Angket Adversity

Quotient dan Tes Pemecahan Masalah Matematika

VIII.H

Kamis, 18 Oktober 2021 Pelaksanaan Wawancara VIII.H

Dalam penelitian ini, kegiatan pertama yang dilakukan adalah pengerjaan

angket Adversity Quotient dan juga tes pemecahan masalah oleh siswa kelas

VIII.H. Adapun tujuan diberikannya angket Adversity Quotient tersebut adalah

Page 64: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

49

untuk mengategorikan Adversity Quotient siswa ke dalam tiga kategori, yaitu

Quitters, Campers, dan Climbers. Pemilihan 1 subjek dari masing-masing

kategori Adversity Quotient tersebut didasarkan pada hasil pengerjaan tes

pemecahan masalah matematika siswa. Dimana 1 subjek Quitters, Campers, dan

Climbers dipilih berdasarkan siswa yang paling banyak memunculkan

karakteristik dari masing-masing kategori tersebut. Setelah diperoleh ke-3 subjek

yang mewakili kategori-kategori Adversity Quotient tersebut, maka selanjutnya

adalah melaksanakan wawancara dengan tujuan untuk menggali informasi yang

lebih mendalam terkait tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

yang memiliki Adversity Quotient kategori Quitters, Campers, dan Climbers.

1. Hasil Angket Adversity Quotient

Berdasarkan hasil pengisian angket Adversity Quotient oleh siswa kelas

VIII.H, maka diperoleh data terkait hasil penskoran ataupun pengkategorian

Adversity Quotient dari masing-masing siswa tersebut, dimana dapat dilihat pada

Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil Penskoran Angket Adversity Quotient (AQ)

Skor AQ Kategori AQ Banyaknya Siswa Persentase (%) 0 − 94 Quitters 2 9,09

95 − 165 Campers 19 86,36 166 − 200 Climbers 1 4,55

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh informasi bahwa dari 22 siswa kelas

VIII.H, terdapat 2 siswa (9,09%) yang termasuk ke dalam kategori Quitters, 19

siswa (86,36%) kategori Campers, dan sebanyak 1 siswa (4,55%) yang termasuk

ke dalam kategori Climbers. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII.H

Page 65: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

50

dominan atau kebanyakan memiliki Adversity Quotient kategori Campers.

Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Kemudian dari hasil pengkategorian AQ tersebut, dipilih 1 subjek untuk

masing-masing mewakili kategori Quitters, Campers, dan Climbers. Namun,

karena banyaknya siswa yang termasuk dalam kategori Quitters dan Campers

lebih dari satu siswa, maka subjek penelitian selanjutnya dipilih berdasarkan pada

hasil pengerjaan tes pemecahan masalah matematika siswa, dimana yang paling

banyak memunculkan karakteristik dari setiap kategori tersebut. Untuk hasil

pemilihan subjek dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Subjek Penelitian

Kode Nama Kode Subjek Skor AQ Kategori AQ H-12 S1 167 Climbers H-03 S2 106 Campers H-16 S3 66 Quitters

Dalam penelitian ini, subjek penelitian pada tabel 4.3 nantinya akan

diwawancarai untuk lebih mengetahui secara mendalam terkait kemampuan

pemecahan masalah matematika yang telah dikerjakan sebelumnya, dimana:

a. Untuk subjek pertama (S1) dengan kode nama H-12, yakni siswa yang

memperoleh skor AQ 167 atau termasuk ke dalam kategori Climbers.

b. Untuk subjek kedua (S2) dengan kode nama H-03, yakni siswa yang

memperoleh skor AQ 106 atau termasuk ke dalam kategori Campers.

c. Untuk subjek ketiga (S3) dengan kode nama H-16, yakni siswa yang

memperoleh skor AQ 66 atau termasuk ke dalam kategori Quitters.

Page 66: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

51

2. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa untuk Masing-Masing Kategori Adversity Quotient (AQ)

Kemampuan subjek dalam memecahkan masalah matematika materi pola

bilangan dianalisis dengan wawancara berdasarkan hasil tes pemecahan masalah

yang telah diberikan kepada subjek sebelumnya. Dalam hasil tes pemecahan

masalah tersebut, terdapat beberapa indikator di dalamnya yakni terkait

memahami masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa

kembali hasil yang diperoleh. Dengan demikian, agar proses analisis data lebih

mudah dan juga penafsiran data menjadi lebih akurat, maka dalam hasil

wawancara akan diberikan kode untuk petikan dialog pewawancara dan subjek

penelitian.

Kode pewawancara terdiri atas empat digit yakni dua digit pertama

menerangkan urutan subjek yang akan diwawancarai, misalnya P1, P2, dan P3.

Sedangkan dua digit berikutnya menerangkan urutan pertanyaan yang diberikan.

Sebagai contoh P1.01 dapat diartikan sebagai pewawancara untuk subjek pertama

dengan urutan pertanyaan pertama.

Kode subjek terdiri atas empat digit yakni dua digit pertama menerangkan

subjek yang diwawancarai, misalnya S1, S2, dan S3. Sedangkan dua digit

berikutnya menerangkan urutan pertanyaan yang dijawab. Sebagai contoh S1.01

dapat diartikan sebagai subjek pertama dengan jawaban pertanyaan pertama.

Page 67: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

52

a. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Subjek Kategori Climbers (S1) Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 1

Adapun jawaban tes tertulis subjek climbers (S1) di dalam memecahkan

masalah 1 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Jawaban Tes Tertulis S1 pada Masalah 1

1) Tahap Memahami Masalah

Pada tahap memahami masalah, catatan hasil wawancara selaras

dengan jawaban tes tertulis yang telah dikerjakan sebelumnya oleh subjek

climbers atau S1. Dalam hal ini, subjek climbers atau S1 mampu di dalam

memahami masalah yang diberikan, yakni sudah mampu menetapkan data

yang cukup untuk menyelesaikan soal yang diberikan dengan

mencantumkan ataupun menyebutkan unsur-unsur yang diketahui pada

soal (S1.07, S1.09) dan juga unsur yang ditanyakan pada soal (S1.11).

Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P1.06 : Apakah Rezki paham maksud dari soal tersebut? S1.06 : Iya, saya paham. P1.07 : Kalau begitu, apa yang Rezki ketahui dari soal tersebut? S1.07 : Alif menyusun kelereng di dalam petak-petak persegi. P1.08 : Apakah masih ada lagi yang Rezki ketahui?

Page 68: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

53

S1.08 : Iya, masih ada. P1.09 : Coba Rezki sebutkan apalagi yang diketahui pada soal

tersebut? S1.09 : Pola ke-1 ada satu kelereng, pola ke-2 ada 3 kelereng, pola

ke-3 ada 6 kelereng, dan pola ke-4 ada 10 kelereng. P1.10 : Apakah masih ada lagi? S1.10 : Kemungkinan sudah tidak ada. P1.11 : Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal apa? S1.11 : (Berhenti Sejenak) Berapa kelereng yang disusun Alif pada pola ke-8?

2) Tahap Membuat Rencana

Pada tahap membuat rencana, terdapat persamaan diantara catatan

hasil wawancara dengan jawaban pada tes tertulis yang telah dikerjakan

oleh subjek climbers atau S1 sebelumnya. Dalam hal ini, subjek climbers

atau S1 dapat membuat rencana penyelesaian pada masalah yang

diberikan, dimana menemukan terlebih dahulu pola dari bilangan-bilangan

yang telah diketahui sebelumnya dengan cara mencari selisihnya (S1.13,

S1.14) dan melakukan operasi yang sama pada setiap pola yang

ditemukannya tersebut (S1.15). Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P1.12 : Apakah Rezki memiliki rencana dalam memecahkan soal

tersebut? S1.12 : Iya, ada. P1.13 : Rencana bagaimana yang Rezki miliki? S1.13 : Melihat terlebih dahulu pola pada bilangan-bilangan

sebelumnya. P1.14 : Baik. Sesudah itu bagaimana? S1.14 : Melihat lagi selisih pada setiap bilangannya. P1.15 : Setelah itu? S1.15 : Mengerjakan operasi yang sama pada setiap pola yang telah

ditemukan sebelumnya.

Page 69: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

54

3) Tahap Melaksanakan Rencana

Pada tahap melaksanakan rencana, subjek climbers atau S1 mampu

di dalam memecahkan masalah yang diberikan dengan cara menggunakan

rencana yang telah disusun sebelumnya. Subjek climbers atau S1

menggunakan operasi penjumlahan untuk melanjutkan pola selanjutnya

(S1.17). Dengan demikian, subjek climbers atau S1 memperoleh hasil akhir

pada masalah yang diberikan tersebut dengan tepat (S1.19). Berikut

petikan wawancaranya:

Kode Uraian P1.16 : Apakah Rezki bisa menyelesaikan soal tersebut dengan

menggunakan rencana yang telah dibuat sebelumnya? S1.16 : Iya, bisa. P1.17 : Bagaimana cara Rezki menyelesaikannya? S1.17 : Melanjutkan pola selanjutnya dengan melihat selisih dan

menggunakan operasi penjumlahan pada tiap pola sebelumnya.

P1.18 : Mengapa Rezki menggunakan cara tersebut? Bukankah masih terdapat cara yang lain?

S1.18 : Kemungkinan masih ada, namun cara yang saya gunakan tersebut merupakan cara yang tahu dan saya kuasai.

P1.19 : Baik, kalau begitu bisa tuliskan cara menyelesaikannya? S1.19 : Bisa. (Jawaban disajikan pada Gambar 4.2)

Gambar 4.2 Jawaban S1 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 1

4) Tahap Memeriksa Kembali

Pada tahap memeriksa kembali, subjek climbers atau S1 mampu

melakukan pengecekan kembali terhadap jawaban yang telah diperoleh

Page 70: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

55

sebelumnya. Subjek climbers atau S1 melakukannya dengan cara

menghitung ulang penyelesaian pada masalah yang diberikan (S1.22,

S1.23) dan juga meyakini kebenaran dari jawaban yang telah diperolehnya

tersebut (S1.20). Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P1.20 : Apakah sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh

tersebut? S1.20 : Iya, sudah yakin. P1.21 : Bagaimana Rezki mengetahui bahwa jawaban tersebut sudah

benar? S1.21 : Saya lakukan pemeriksaan ulang. P1.22 : Baik, Rezki menggunakan cara apa? S1.22 : Menghitung ulang penyelesaian yang telah didapat

sebelumnya. P1.23 : Bisa Reski paparkan caranya? S1.23 : 1+2=3, 3+3=6, 6+4=10, 10+5=15, 15+6=21, 21+7=28,

dan 28+8=36.

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 2

Adapun jawaban tes tertulis subjek climbers (S1) di dalam memecahkan

masalah 2 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.3 Jawaban Tes Tertulis S1 pada Masalah 2

1) Tahap Memahami Masalah

Pada tahap memahami masalah, catatan hasil wawancara selaras

dengan jawaban dari tes tertulis yang telah dikerjakan sebelumnya oleh

Page 71: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

56

subjek climbers atau S1. Dalam hal ini, subjek climbers atau S1 telah

mampu memahami masalah yang diberikan, dimana mampu menetapkan

data yang cukup dengan menuliskan maupun mengemukakan unsur-unsur

yang diketahui pada soal (S1.28) dan juga unsur yang ditanyakan pada soal

(S1.30, S1.33), meskipun subjek climbers atau S1 membaca soal yang

diberikan tersebut secara berulang-ulang (S1.32). Berikut petikan

wawancaranya:

Kode Uraian P1.27 : Rezki sudah paham tidak maksud dari soal tersebut? S1.27 : Iya, paham. P1.28 : Baik. Kalau begitu unsur apa saja yang diketahui pada soal? S1.28 : (terdiam sejenak) Yang diketahui adalah kotak pertama berisi 1 buah mangga,

kotak kedua berisi 3 buah, kotak ketiga berisi 5 buah, kotak keempat berisi 7 buah, dan kotak kelima berisi 9 buah.

P1.29 : Apa masih ada lagi yang Rezki ketahui selain itu? S1.29 : Mungkin hanya itu. P1.30 : Baik. Kalau yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S1.30 : Berapa banyak buah mangga pada kotak terakhir? P1.31 : Kotak terakhir yang dimaksudkan soal, kotak ke berapa? S1.31 : (terdiam) P1.32 : Bisa Rezki baca ulang lagi soalnya? S1.32 : Bisa. (membacakan soal) P1.33 : Baik, berarti kotak ke berapa? S1.33 : Kotak kesepuluh?

2) Tahap Membuat Rencana

Pada tahap membuat rencana, terdapat kesamaan antara catatan

hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis yang telah dikerjakan

sebelumnya oleh subjek climbers atau S1. Dalam hal ini, subjek climbers

atau S1 sudah mampu menyusun rencana di dalam memecahkan masalah

yang diberikan, yakni menemukan pola dari bilangan-bilangan yang

Page 72: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

57

diketahui sebelumnya dengan cara mencari selisihnya (S1.34, S1.35) dan

setelah itu mengerjakan operasi yang sama pada setiap pola yang

ditemukannya tersebut (S1.36). Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P1.34 : Setelah memahami soalnya, langkah apa yang selanjutnya

Rezki lakukan? S1.34 : (terdiam sejenak) Melihat pola pada bilangan-bilangan yang diketahui

sebelumnya. P1.35 : Baik. Caranya bagaimana? S1.35 : Dengan melihat selisihnya. P1.36 : Baik, setelah itu ada lagi yang Rezki buat? S1.36 : Melakukan operasi yang sama pada setiap pola nya.

3) Tahap Melaksanakan Rencana

Pada tahap melaksanakan rencana, subjek climbers atau S1 mampu

menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara memanfaatkan strategi

penyelesaian yang telah susun sebelumnya. Subjek climbers atau S1

menambahkan angka 2 dengan tujuan untuk melanjutkan ataupun

menemukan pola selanjutnya (S1.38), sehingga subjek climbers atau S1

dapat memperoleh jawaban akhir pada masalah yang diberikan tersebut

dengan tepat (S1.41). Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P1.37 : Bagaimana cara Rezki memecahkan soal tersebut dengan

menggunakan langkah-langkah yang telah disusun sebelumnya?

S1.37 : Dengan melanjutkan pola selanjutnya. P1.38 : Baik, caranya bagaimana? S1.38 : (terdiam sejenak) Menjumlahkan dengan angka 2 pada setiap pola sebelumnya. P1.39 : Tapi menurut Rezki masih ada tidak cara lain untuk

memecahkan soal tersebut? S1.39 : (terdiam sejenak) Kemungkinan masih ada.

Page 73: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

58

P1.40 : Kalau begitu mengapa Rezki lebih memilih menggunakan cara ini?

S1.40 : Hanya cara ini yang saya tahu dan juga lebih mudah saya pahami.

P1.41 : Baik. Bisa coba tuliskan cara yang Rezki ketahui tersebut? S1.41 : Bisa. (Jawaban disajikan pada Gambar 4.4)

Gambar 4.4 Jawaban S1 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 2

4) Tahap Memeriksa Kembali

Pada tahap memeriksa kembali, subjek climbers atau S1 sudah

mampu di dalam memeriksa kembali terkait jawaban yang telah diperoleh

sebelumnya. Subjek climbers atau S1 melakukan perhitungan ulang

terhadap jawaban yang telah diperolehnya tersebut (S1.45, S1.46) dan juga

meyakini kebenaran dari jawabannya (S1.43). Berikut petikan

wawancaranya:

Kode Uraian P1.42 : Jadi, berapa hasil akhir yang Rezki peroleh? S1.42 : 19. P1.43 : Apakah Rezki sudah yakin? S1.43 : Iya, sudah. P1.44 : Dengan cara apa sehingga Rezki bisa meyakini kebenaran

dari jawaban yang diperoleh tersebut? S1.44 : Saya lakukan pengecekan kembali. P1.45 : Baik, caranya bagaimana? S1.45 : Saya hitung ulang terkait jawaban yang didapat sebelumnya. P1.46 : Baik, bisa Rezki paparkan caranya? S1.46 : 1+2=3, 3+2=5, 5+2=7, 7+2=9, 9+2=11, 11+2=13,

13+2=15, 15+2=17, dan 17+2=19.

Page 74: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

59

Simpulan Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah subjek Climbers (S1)

Berdasarkan triangulasi data hasil tes tertulis dengan hasil wawancara

pada masalah 1 dan masalah 2, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

subjek climbers atau S1 di dalam memecahkan masalah matematika yaitu; (1)

Mampu memahami masalah yang diberikan; (2) Mampu membuat rencana

penyelesaiannya; (3) Mampu memecahkan masalah sesuai dengan rencana

yang telah disusun sebelumnya; dan (4) Mampu melakukan pengecekan

kembali terkait jawaban yang telah diperolehnya tersebut. Untuk selengkapnya

dapat disajikan pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Climbers (S1)

Tahap Pemecahan Masalah Subjek Climbers (S1)

Memahami Masalah

1) Membaca soal secara berulang-ulang. 2) Menetapkan data yang cukup sebagai penunjang di

dalam menyelesaikan soal. 3) Mengemukakan unsur yang diketahui dan

ditanyakan dengan cara mengadopsi bahasa pada soal.

Membuat Rencana

1) Menentukan rencana penyelesaian dengan menghubungkan data yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal.

2) Menyusun strategi penyelesaian, yakni mencari pola pada bilangan-bilangan yang diketahui sebelumnya dari soal.

Melaksanakan Rencana

1) Memecahkan soal sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.

2) Mengerjakan operasi yang sama pada setiap pola sebelumnya hingga memperoleh hasil akhir dengan tepat.

3) Hanya mampu menggunakan satu alternatif penyelesaian.

Memeriksa Kembali

1) Melakukan pengecekan kembali terhadap jawaban yang diperoleh dengan cara menghitung ulang.

2) Meyakini kebenaran dari jawaban yang diperoleh.

Page 75: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

60

b. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Subjek Kategori Campers (S2) Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 1

Adapun jawaban tes tertulis subjek campers (S2) di dalam memecahkan

masalah 1 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.5 berikut.

Gambar 4.5 Jawaban Tes Tertulis S2 pada Masalah 1

1) Tahap Memahami Masalah

Pada tahap memahami masalah, terdapat perbedaan antara catatan

hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis dari subjek campers atau S2,

akan tetapi perbedaan tersebut terjadi dikarenakan dalam memahami

masalah yang diberikan yakni menetapkan data yang cukup, tidak semua

yang ada dalam pemikiran dari subjek campers atau S2 dapat dicantumkan

di dalam lembar jawaban, sehingga dalam hal ini diperlukan perpaduan

antara jawaban tertulis subjek dengan jawaban lisan (wawancara). Dalam

hal ini, subjek campers atau S2 dapat memahami soal yang diberikan,

dimana mampu mengemukakan unsur-unsur yang diketahui pada soal

(S2.05) dan juga mengemukakan unsur yang ditanyakan pada soal (S2.09),

meskipun subjek campers atau S2 lupa mencantumkan nya pada lembar

jawaban tes tertulis (S2.10).

Page 76: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

61

Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P2.03 : Cantika sudah paham tidak maksud dari soal tersebut? S2.03 : Iya, paham. P2.04 : Baik, kalau begitu apa yang Cantika ketahui dari soal

tersebut? S2.04 : Jumlah kelereng dari masing-masing pola nya? P2.05 : Iya betul, bisa Cantika sebutkan? S2.05 : (terdiam sejenak) Pola kesatu ada 1 kelereng, pola kedua ada 3 kelereng, pola

ketiga ada 6 kelereng, dan pola keempat ada 10 kelereng. P2.06 : Apakah masih ada lagi? S2.06 : Mungkin hanya itu saja. P2.07 : Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S2.07 : (terdiam) P2.08 : Kalau begitu coba Cantika baca ulang lagi soalnya. S2.08 : (membacakan soal) P2.09 : Baik, berarti yang ditanyakan apa? S2.09 : (terdiam sejenak) Banyak kelereng yang disusun Alif pada pola ke-8? P2.10 : Kenapa Cantika tidak mencantumkan unsur yang diketahui

dan yang ditanyakan pada lembar jawabannya? S2.10 : Saya lupa cantumkan.

2) Tahap Membuat Rencana

Pada tahap membuat rencana, terdapat kesamaan antara hasil

catatan wawancara dengan jawaban tes tertulis yang sebelumnya telah

dikerjakan oleh subjek campers atau S2. Dalam hal ini, subjek campers

atau S2 mampu menyusun strategi penyelesaian dari soal yang diberikan,

yakni dengan mencari atau menentukan pola dari unsur-unsur yang

sebelumnya telah diketahui pada soal dengan cara melihat selisihnya

(S2.12, S2.13). Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P2.11 : Apakah Cantika mempunyai rencana di dalam menyelesaikan

soal tersebut? S2.11 : Iya, ada. P2.12 : Rencana bagaimana yang Cantika buat?

Page 77: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

62

S2.12 : Saya cari terlebih dahulu pola dari masing-masing jumlah kelereng yang diketahui.

P2.13 : Baik, setelah itu? S2.13 : Mencari selisihnya untuk dapat menemukan pola selanjutnya.

3) Tahap Melaksanakan Rencana

Pada tahap melaksanakan rencana, subjek campers atau S2 mampu

di dalam menyelesaikan soal yang diberikan dengan menggunakan

rencana yang telah dibuat sebelumnya. Subjek campers atau S2

mengerjakan operasi yang sama pada setiap pola sebelumnya hingga

subjek campers atau S2 memperoleh jawaban akhir dengan tepat (S2.15,

S2.17). Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P2.14 : Apakah Cantika bisa melanjutkan pola selanjutnya dengan

menggunakan rencana yang telah dibuat tersebut? S2.14 : Iya, bisa. P2.15 : Caranya bagaimana? S2.15 : Saya kerjakan operasi yang sama pada setiap pola

sebelumnya. P2.16 : Mengapa Cantika memilih cara tersebut? S2.16 : Hanya cara itu yang saya ketahui dan pahami. P2.17 : Baik, kalau begitu bisa coba Cantika tuliskan? S2.17 : Bisa. (Jawaban disajikan pada Gambar 4.6)

Gambar 4.6 Jawaban S2 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 1

4) Tahap Memeriksa Kembali

Pada tahap memeriksa kembali, subjek campers atau S2 belum

mampu di dalam memeriksa kembali terkait jawaban yang telah diperoleh

Page 78: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

63

sebelumnya, hal tersebut dikarenakan subjek campers atau S2 masih

kurang paham terkait dengan cara melakukannya (S2.21). Berikut petikan

wawancaranya:

Kode Uraian P2.18 : Berarti berapa hasil akhir yang Cantika peroleh? S2.18 : 36. P2.19 : Sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh tersebut? S2.19 : (terdiam sejenak) Yakin. P2.20 : Lembar jawabannya Cantika periksa ulang tidak sebelum di

kumpul? S2.20 : Tidak saya periksa. P2.21 : Kenapa Cantika tidak periksa kembali? S2.21 : Kurang paham dengan caranya.

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 2

Adapun jawaban tes tertulis subjek campers (S2) di dalam memecahkan

masalah 2 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.7 berikut.

Gambar 4.7 Jawaban Tes Tertulis S2 pada Masalah 2

1) Tahap Memahami Masalah

Pada tahap memahami masalah, terdapat persamaan diantara

catatan hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis yang subjek campers

atau S2 kerjakan sebelumnya. Dalam hal ini, subjek campers atau S2 masih

Page 79: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

64

kurang mampu di dalam memahami soal yang diberikan, yakni mampu

mencantumkan dan mengemukakan unsur-unsur yang diketahui pada soal

(S2.26, S2.28), namun masih sedikit keliru di dalam menuliskan dan

mengemukakan unsur yang ditanyakan pada soal (S2.31). Berikut petikan

wawancaranya:

Kode Uraian P2.25 : Apa Cantika sudah paham dengan maksud soalnya? S2.25 : Sedikit paham. P2.26 : Baik, kalau begitu apa yang Cantika ketahui pada soal

tersebut? S2.26 : Sepuluh kotak yang berisi buah mangga. P2.27 : Apakah masih ada lagi yang Cantika ketahui? S2.27 : Iya, masih ada. P2.28 : Kalau begitu coba Cantika sebutkan. S2.28 : Kotak pertama berisi 1 buah mangga, kotak kedua berisi 3

buah, kotak ketiga berisi 5 buah, kotak keempat berisi 7 buah, dan kotak kelima berisi 9 buah.

P2.29 : Baik. Masih ada lagi? S2.29 : Mungkin hanya itu saja. P2.30 : Baik. Kalau yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S2.30 : Banyak buah mangga pada kotak terakhir? P2.31 : Kotak terakhir yang dimaksudkan soal tersebut, kotak ke

berapa? S2.31 : Kotak keenam? P2.32 : Dengan alasan apa hingga Cantika mengatakan hal

demikian? S2.32 : (terdiam sejenak) Karena yang terakhir diketahui di sini (menunjuk soal) kotak

kelima.

2) Tahap Membuat Rencana

Pada tahap membuat rencana, terdapat perbedaan diantara catatan

hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis dari subjek campers atau S2.

Akan tetapi, perbedaan tersebut terjadi sebab dalam membuat rencana

penyelesaian tidak semua yang ada dalam pemikiran subjek campers atau

S2 dapat dituangkan ke dalam lembar jawaban, oleh karena itu perlu

Page 80: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

65

perpaduan antara jawaban tertulis subjek dengan jawaban lisan

(wawancara). Dalam hal ini, subjek campers atau S2 mampu membuat

rencana penyelesaian pada soal yang diberikan dengan mencari pola pada

bilangan-bilangan yang diketahui sebelumnya dan setelah itu melakukan

operasi yang sama pada tiap pola yang ditemukannya tersebut (S2.34,

S2.35). Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P2.33 : Kalau untuk rencana penyelesaiannya sendiri, ada tidak yang

Cantika buat sebelumnya? S2.33 : Iya, ada. P2.34 : Rencana bagaimana yang Cantika buat tersebut? S2.34 : Menemukan pola pada bilangan-bilangan yang diketahui

sebelumnya dengan melihat selisihnya. P2.35 : Baik. Setelah itu, apa lagi? S2.35 : Saya kerjakan operasi yang sama pada setiap pola yang

ditemukan sebelumnya.

3) Tahap Melaksanakan Rencana

Pada tahap melaksanakan rencana, subjek campers atau S2 masih

kurang mampu di dalam memecahkan masalah yang diberikan dengan

menggunakan rencana yang telah dibuat sebelumnya, dimana dapat

diketahui dari jawaban akhir yang diperoleh subjek campers atau S2 yang

masih kurang tepat (S2.39). Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P2.36 : Apa Cantika dapat menyelesaikan soal yang diberikan

dengan menggunakan rencana yang telah dibuat sebelumnya?

S2.36 : Iya, bisa. P2.37 : Bagaimana cara Cantika menyelesaikannya? S2.37 : Saya lanjutkan pola selanjutnya dengan cara menambahkan

angka 2 pada setiap pola sebelumnya. P2.38 : Mengapa Cantika menggunakan cara tersebut? Bukankah

masih terdapat cara yang lain? S2.38 : Hanya cara ini yang saya ketahui dan saya pahami.

Page 81: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

66

P2.39 : Baik, kalau begitu bisa Cantika tuliskan cara menyelesaikannya?

S2.39 : Bisa. (Jawaban disajikan pada Gambar 4.8)

Gambar 4.8 Jawaban S2 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 2

4) Tahap Memeriksa Kembali

Pada tahap memeriksa kembali, subjek campers atau S2 masih

belum mampu di dalam melakukan pengecekan kembali terhadap jawaban

yang telah didapat sebelumnya, hal ini disebabkan karena subjek campers

atau S2 masih kurang mengerti terkait cara melakukannya (S2.42). Berikut

petikan wawancaranya:

Kode Uraian P2.40 : Apakah Cantika sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh

tersebut? S2.40 : (terdiam sejenak) Iya, yakin. P2.41 : Sudah Cantika periksa ulang terkait jawaban yang

diperoleh? S2.41 : Tidak saya periksa. P2.42 : Kenapa Cantika tidak periksa? S2.42 : Masih belum paham terkait dengan caranya.

Page 82: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

67

Simpulan Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah subjek Campers (S2)

Berdasarkan triangulasi data hasil tes tertulis dengan hasil wawancara

pada masalah 1 dan masalah 2, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

subjek campers atau S2 dalam memecahkan masalah matematika yaitu; (1)

Mampu memahami masalah yang diberikan; (2) Mampu membuat rencana

penyelesaian; (3) Mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang

dibuat sebelumnya; dan (4) Belum mampu dalam memeriksa kembali jawaban

yang telah diperoleh. Untuk selengkapnya dapat disajikan pada Tabel 4.5

berikut.

Tabel 4.5 Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Campers (S2)

Tahap Pemecahan Masalah Subjek Campers (S2)

Memahami Masalah

1) Membaca soal dengan berulang-ulang. 2) Mengidentifikasi data yang cukup sebagai

penunjang di dalam menyelesaikan soal. 3) Menetapkan unsur-unsur yang diketahui dan

ditanyakan dengan cara mengadopsi bahasa pada soal.

Membuat Rencana

1) Menyusun rencana penyelesaian dengan menghubungkan berbagai informasi yang terkandung pada soal.

2) Membuat rencana penyelesaian dengan mencari terlebih dahulu pola pada bilangan-bilangan yang diketahui sebelumnya pada soal.

3) Hanya mampu menggunakan satu alternatif penyelesaian

Melaksanakan Rencana

1) Menyelesaikan soal yang diberikan dengan menggunakan rencana yang telah disusun sebelumnya.

2) Melakukan operasi yang sama pada setiap pola sebelumnya hingga memperoleh jawaban akhir yang tepat.

Memeriksa Kembali

1) Meyakini kebenaran dari jawaban yang diperoleh. 2) Tidak melakukan pemeriksaan kembali terhadap

jawaban yang telah diperolehnya tersebut.

Page 83: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

68

c. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Subjek Kategori Quitters (S3) Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 1

Adapun jawaban tes tertulis subjek quitters (S3) di dalam memecahkan

masalah 1 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.9 berikut.

Gambar 4.9 Jawaban Tes Tertulis S3 pada Masalah 1

1) Tahap Memahami Masalah

Pada tahap memahami masalah, terdapat persamaan antara catatan

hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis yang telah dikerjakan

sebelumnya oleh subjek quitters atau S3. Dalam hal ini, subjek quitters

atau S3 mampu memahami soal yang diberikan, yakni dengan

mencantumkan maupun mengemukakan unsur-unsur yang diketahui pada

soal (S3.05) dan juga unsur yang ditanyakan pada soal (S3.06). Berikut

petikan wawancaranya:

Kode Uraian P3.04 : Sakinah paham tidak maksud dari soal tersebut? S3.04 : (terdiam sejenak) Sedikit paham. P3.05 : Baik, kalau begitu apa yang diketahui dari soal tersebut? S3.05 : (terdiam sejenak) Pola kesatu ada 1 kelereng, pola ke-2 ada 3 kelereng, pola

ketiga ada 6 kelereng, dan pola keempat ada 10 kelereng.

Page 84: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

69

P3.06 : Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S3.06 : (terdiam sejenak) Pola ke-8?

2) Tahap Membuat Rencana

Pada tahap membuat rencana, subjek quitters atau S3 belum mampu

di dalam membuat rencana penyelesaian pada soal yang diberikan (S3.08).

Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P3.07 : Setelah memahami soal tersebut, langkah apa yang Sakinah

lakukan selanjutnya? S3.07 : Mencari pola yang ditanyakan. P3.08 : Sebelumnya ada tidak rencana yang dibuat? S3.08 : (terdiam sejenak) Tidak ada.

3) Tahap Melaksanakan Rencana

Pada tahap melaksanakan rencana, subjek quitters atau S3 masih

kurang mampu di dalam memecahkan soal yang diberikan. Subjek quitters

atau S3 dapat memperoleh hasil akhir dengan tepat (S3.11), akan tetapi

tidak menggunakan rencana penyelesaian di dalam mengerjakan soal

tersebut. Berikut petikan wawancaranya:

Kode Uraian P3.09 : Kalau begitu bagaimana cara Sakinah menyelesaikan soal

tersebut? S3.09 : (terdiam sejenak) Saya langsung menjumlahkan setiap pola sebelumnya. P3.10 : Ada tidak yang dilakukan sebelum itu? S3.10 : (terdiam sejenak) Tidak, hanya itu yang saya lakukan. P3.11 : Baik, kalau begitu bisa tuliskan cara menyelesaikannya? S3.11 : Bisa. (Jawaban disajikan pada Gambar 4.10)

Page 85: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

70

Jawaban subjek quitters (S3) dalam melaksanakan rencana

penyelesaian masalah 1 disajikan pada Gambar 4.10 berikut.

Gambar 4.10 Jawaban S3 dalam Tahap Melaksanakan Rencana 1

4) Tahap Memeriksa Kembali

Pada tahap memeriksa kembali, subjek quitters atau S3 meyakini

kebenaran dari jawaban yang telah diperolehnya (S3.13). Akan tetapi,

subjek quitters atau S3 belum mampu di dalam memeriksa kembali

jawaban yang diperolehnya tersebut (S3.15), dikarenakan tidak mengetahui

cara ataupun rumus yang akan digunakannya (S3.16). Berikut petikan

wawancaranya:

Kode Uraian P3.12 : Berarti berapa hasil akhir yang Sakinah peroleh? S3.12 : 36. P3.13 : Apakah Sakinah sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh

tersebut? S3.13 : (terdiam sejenak) Yakin. P3.14 : Sudah Sakinah cek ulang sebelumnya? S3.14 : (terdiam) P3.15 : Hasil penyelesaian yang Sakinah kerjakan, apakah sudah

diperiksa ulang? (mengulang pertanyaan) S3.15 : Tidak saya periksa. P3.16 : Mengapa Sakinah tidak periksa kembali? S3.16 : Saya tidak ketahui rumus nya.

Page 86: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

71

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 2

Adapun jawaban tes tertulis subjek quitters (S3) di dalam memecahkan

masalah 2 yang diberikan, disajikan pada Gambar 4.11 berikut.

Gambar 4.11 Jawaban Tes Tertulis S3 pada Masalah 2

1) Tahap Memahami Masalah

Pada tahap memahami masalah, terdapat perbedaan antara catatan

hasil wawancara dengan jawaban tes tertulis dari subjek quitters atau S3,

akan tetapi perbedaan tersebut terjadi dikarenakan dalam memahami

masalah yang diberikan yakni menetapkan data yang cukup, tidak semua

yang ada dalam pemikiran dari subjek quitters atau S3 dapat dicantumkan

di dalam lembar jawaban, sehingga dalam hal ini diperlukan perpaduan

antara jawaban tertulis subjek dengan jawaban lisan (wawancara). Dalam

hal ini, subjek quitters atau S3 masih kurang mampu di dalam memahami

soal yang diberikan, yakni dapat mengemukakan unsur-unsur yang

diketahui pada soal (S3.20), akan tetapi tidak dapat mengemukakan unsur

yang ditanyakan pada soal dengan lengkap (S3.21, S3.22). Berikut petikan

wawancaranya:

Kode Uraian P3.17 : Baik. Kalau begitu untuk soal nomor 2 kenapa Sakinah tidak

kerjakan? S3.17 : Saya masih kurang paham terkait cara kerjanya. P3.18 : Baik, kalau sekarang bisa tidak Sakinah coba kerjakan?

Page 87: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

72

S3.18 : (terdiam) P3.19 : Coba Sakinah bacakan dulu soalnya. S3.19 : (membacakan soal) P3.20 : Apa yang Sakinah ketahui dari soal tersebut? S3.20 : (terdiam sejenak) Kotak pertama 1 buah, kotak kedua 3 buah, kotak ketiga 5

buah, kotak keempat 7 buah, dan kotak kelima 9 buah. P3.21 : Baik, kalau yang ditanyakan dari soal apa? S3.21 : Banyak buah mangga pada kotak terakhir. P3.22 : Kotak terakhir yang dimaksud pada soal tersebut, kotak ke

berapa? S3.22 : (terdiam sejenak) Kalau yang ini, saya masih kurang paham. P3.23 : Berarti Sakinah terkendala pada bagian ini sehingga tidak

dapat mengerjakan soalnya? S3.23 : Iya, terkendala pada bagian yang ditanyakan pada soalnya.

2) Tahap Membuat Rencana

Pada tahap membuat rencana, subjek quitters atau S3 belum mampu

di dalam membuat strategi penyelesaian pada soal yang diberikan, dimana

hal tersebut dapat diketahui pada hasil jawaban tes tertulis subjek (Gambar

4.11) dan juga catatan hasil wawancara (P3.23, S3.23).

3) Tahap Melaksanakan Rencana

Pada tahap melaksanakan rencana, subjek quitters atau S3 belum

mampu di dalam menyelesaikan ataupun memperoleh hasil akhir dengan

tepat pada soal yang diberikan tersebut. Hal ini dapat diketahui pada hasil

jawaban tes tertulis subjek (Gambar 4.11) dan juga catatan hasil

wawancara (P3.23, S3.23).

4) Tahap Memeriksa Kembali

Pada tahap memeriksa kembali, subjek quitters atau S3 belum

mampu di dalam memeriksa kembali terkait penyelesaian soal yang telah

dikerjakan sebelumnya. Hal tersebut dapat diketahui pada hasil jawaban

Page 88: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

73

tes tertulis subjek (Gambar 4.11) dan juga catatan hasil wawancara (P3.23,

S3.23).

Simpulan Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah subjek Quitters (S3)

Berdasarkan triangulasi data hasil tes tertulis dengan hasil wawancara

pada masalah 1 dan masalah 2, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

subjek quitters atau S3 di dalam memecahkan masalah matematika yaitu; (1)

Mampu memahami masalah yang diberikan; (2) Belum mampu membuat

rencana penyelesaian; (3) Kurang mampu di dalam melaksanakan rencana;

dan (4) Belum mampu memeriksa kembali jawaban yang diperoleh

sebelumnya. Untuk selengkapnya dapat disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Quitters (S3)

Tahap Pemecahan Masalah Subjek Quitters (S3)

Memahami Masalah

1) Membaca soal dengan berulang-ulang. 2) Mengemukakan unsur-unsur yang diketahui dan

juga ditanyakan dengan mengadopsi bahasa pada soal.

Membuat Rencana 1) Tidak membuat ataupun menyusun rencana di dalam memecahkan soal yang diberikan.

Melaksanakan Rencana

1) Memperoleh hasil akhir dengan tepat. 2) Tidak menggunakan rencana penyelesaian di dalam

mengerjakan soal yang diberikan. Memeriksa

Kembali 1) Meyakini kebenaran jawaban yang telah diperoleh. 2) Tidak dapat melakukan pemeriksaan ulang terhadap

jawaban yang telah diperolehnya tersebut.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat

diketahui bahwa kemampuan siswa kelas VIII H dalam memecahkan masalah

matematika yang diberikan, yakni berbeda-beda antara siswa yang satu dengan

Page 89: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

74

siswa yang lainnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Stoltz (2000)

bahwa kemampuan pemecahan masalah setiap individu berbeda-beda karena

disebabkan oleh salah satu faktor, yaitu Adversity Quotient (AQ) yang dimiliki

oleh masing-masing individu tersebut. Dari hasil pengisian angket Adversity

Quotient (AQ) oleh siswa, diperoleh berbagai kategori AQ dari siswa tersebut,

yakni Climbers, Campers, dan Quitters. Setiap siswa yang mewakili kategori AQ

tersebut mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematika yang berbeda-

beda, dimana dapat diketahui dari tahapan pemecahan masalah menurut Polya

yang telah digunakannya.

a. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa AQ Kategori

Climbers

Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang dikumpulkan, dapat

diketahui bahwa siswa dengan kategori Climbers dalam menyelesaikan masalah

matematika, yakni mampu melaksanakan keempat tahapan menurut Polya,

dimana di mulai dari tahap memahami masalah sampai dengan tahap memeriksa

kembali jawaban yang diperoleh. Hal ini senada dari hasil penelitian yang pernah

dilakukan oleh Maini & Izzati (2019) yang mengemukakan bahwa siswa Climbers

mempunyai kemampuan yang baik dalam memecahkan masalah matematika,

dimana mampu mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, menelusuri strategi

yang dapat terjadi, serta mengantisipasi hasil dan melihat kembali hasil yang telah

diperoleh. Selain itu, juga didukung dari pendapat Stoltz (2000) yang menyatakan

bahwa seseorang yang termasuk ke dalam kategori ini memiliki Adversity

Quotient yang tinggi, dimana apabila dihadapkan dengan suatu masalah, maka

Page 90: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

75

akan diselesaikannya masalah tersebut dengan tidak mudah menyerah hingga

tujuan yang diharapkannya tercapai.

Pada tahap memahami masalah, siswa kategori ini dapat menetapkan

unsur-unsur yang diketahui dan juga dapat menetapkan unsur yang ditanyakan

dari masalah matematika yang diberikan dengan menggunakan bahasa pada soal.

Hal ini senada dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Maimunah (2018) yang

menyatakan bahwa dalam memahami suatu masalah, siswa Climbers akan

mencantumkan terkait unsur-unsur yang diketahui dan juga unsur yang

ditanyakan, serta mendeskripsikan permasalahan dengan cara mengadopsi dari

bahasa soal itu sendiri.

Sementara pada tahap merencanakan penyelesaian dan tahap melaksanakan

rencana penyelesaian dari soal matematika yang diberikan, siswa Climbers dapat

melakukannya dengan baik. Siswa Climbers dapat memecahkan soal yang

diberikan dengan memanfaatkan rencana yang telah dibuat ataupun disusun

sebelumnya. Siswa Climbers hanya mengetahui satu alternatif saja dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan. Akan tetapi, dari alternatif tersebut siswa

Climbers dapat memperoleh hasil akhir dengan tepat. Hal ini senada dengan yang

dikemukakan oleh Abdiyani (2019) bahwa siswa dengan kategori Climbers akan

selalu melakukan berbagai upaya dalam mengatasi setiap persoalan yang ada, baik

pada persoalan yang kecil maupun persoalan yang besar, dimana dilakukannya

dengan penuh sungguh-sungguh, dengan percaya diri, serta tidak mudah untuk

menyerah hingga tujuan yang diharapkannya tersebut dapat tercapai.

Page 91: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

76

Dari beberapa masalah matematika yang diberikan, siswa Climbers dapat

memeriksa kembali dan meyakini kebenaran jawaban yang telah diperoleh

sebelumnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Maimunah (2018), dimana menyatakan bahwa dalam tahap keempat dari Polya

tersebut, siswa Climbers dapat mencantumkan bagaimana cara mengecek kembali

jawaban ataupun prosesnya.

b. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa AQ Kategori

Campers

Berlandaskan dari hasil analisis terkait data yang dikumpulkan, dapat

diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan

kategori Campers, yakni mampu melaksanakan tahap memahami masalah, tahap

merencanakan penyelesaian, dan tahap melaksanakan rencana penyelesaian. Akan

tetapi, siswa Campers masih belum mampu dalam melaksanakan tahap

pemeriksaan kembali terhadap jawaban yang telah diperoleh. Hal ini senada

dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Hidayat & Sariningsih (2018),

dimana menyatakan bahwa pada saat siswa Campers menyelesaikan persoalan

matematika dengan menggunakan keempat tahapan menurut Polya, siswa

Campers hanya mampu memenuhi tahap memahami persoalan yang diberikan,

membuat perencanaan penyelesaiannya, serta melaksanakan rencana penyelesaian

yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini, Stoltz (2000) mengemukakan bahwa

seseorang yang termasuk ke dalam kategori ini adalah seseorang yang memiliki

Adversity Quotient yang sedang, dimana mempunyai keinginan untuk

Page 92: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

77

menyelesaikan masalah, namun hanya pada tingkat tertentu saja dan selepas itu

berhenti.

Dalam tahap memahami masalah, siswa kategori Campers sudah mampu

dalam menetapkan unsur yang diketahui dan juga unsur yang ditanyakan pada

masalah yang diberikan dengan cara menggunakan bahasa pada soal. Senada

dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Maini & Izzati (2019), dimana

menyatakan bahwa siswa dengan kategori Campers mempunyai kemampuan yang

cukup dalam memecahkan masalah matematika, yakni sudah mampu

mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan. Sementara itu, Hidayat &

Sariningsih (2018) dalam hasil penelitiannya juga mengemukakan bahwa dalam

memahami persoalan matematika yang diberikan, siswa kategori Campers

mencantumkan unsur-unsur yang diketahui maupun yang ditanyakan dari soal,

serta menerangkan soal tersebut melalui kalimatnya sendiri ataupun dengan cara

mengadopsi dari bahasa soal.

Pada saat siswa Campers dihadapkan dengan beberapa masalah

matematika, siswa tersebut dapat membuat rencana penyelesaiannya dan juga

dapat melaksanakan rencana penyelesaian yang telah dibuat sebelumnya. Dalam

tahap merencanakan penyelesaian, siswa kategori ini memanfaatkan berbagai

informasi yang terkandung pada soal hingga dapat membuat atau menyusun

rencana penyelesaian dari soal tersebut. Sementara pada tahap melaksanakan

rencana penyelesaian, siswa Campers dapat memecahkan masalah tersebut sesuai

dengan rencana yang dibuat sebelumnya, serta melakukan proses perhitungan

dengan baik hingga memperoleh hasil akhir yang tepat. Sehingga Maini & Izzati

Page 93: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

78

(2019) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa siswa dengan kategori ini

sudah cukup mampu dalam menelusuri strategi yang mungkin dapat terjadi dan

juga cukup mampu dalam mengantisipasi hasil yang akan diperolehnya tersebut.

Pada tahap memeriksa kembali, siswa dengan kategori ini meyakini

kebenaran jawaban yang diperoleh, akan tetapi belum mampu dalam melakukan

pengecekan kembali terkait jawaban yang telah diperolehnya tersebut. Sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan Abdiyani (2019), dimana mengungkapkan

bahwa siswa Campers dalam memecahkan masalah matematika, tidak dapat

melaksanakan pengecekan kembali pada hasil maupun proses yang telah

ditulisnya. Dalam hal ini, Ningrum (2017) menyatakan bahwa hal tersebut

disebabkan karena siswa Campers tidak dapat memaksimalkan usahanya dengan

baik dan juga mudah puas dengan jawaban yang telah diperoleh sebelumnya.

c. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa AQ Kategori

Quitters

Berlandaskan hasil analisis terhadap data yang dikumpulkan, dapat

diketahui bahwa kemampuan siswa kategori Quitters dalam memecahkan masalah

matematika dengan menggunakan tahapan menurut Polya, yakni mampu pada

tahap memahami masalah, belum mampu dalam tahap merencanakan

penyelesaian, kurang mampu dalam tahap melaksanakan rencana penyelesaian,

dan belum mampu dalam tahap memeriksa kembali jawaban yang telah diperoleh.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Abdiyani dkk. (2019) bahwa siswa

dengan kategori Quitters masih belum mampu dalam mengimplementasikan

dengan baik keempat tahapan pemecahan masalah menurut Polya tersebut. Dalam

Page 94: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

79

hal ini, Stoltz (2000) mengemukakan bahwa seseorang yang termasuk ke dalam

kategori Quitters adalah seseorang yang memiliki Adversity Quotient rendah,

dimana selalu menganggap masalah yang sedang dihadapinya akan berlangsung

lama sehingga akan kurang mempunyai kemauan dalam menyelesaikan masalah

tersebut.

Dalam tahap memahami masalah, siswa dengan kategori Quitters dapat

menetapkan unsur-unsur yang diketahui dan juga yang ditanyakan pada soal

matematika yang diberikan dengan cara menggunakan bahasa pada soal tersebut.

Sedangkan pada tahap merencanakan penyelesaian, siswa kategori Quitters belum

mampu membuat ataupun menyusun rencana yang nantinya dapat digunakan di

dalam memecahkan masalah matematika yang diberikannya tersebut.

Sementara itu, siswa kategori Quitters juga kurang mampu dalam tahap

melaksanakan rencana, dimana tidak menggunakan rencana ataupun strategi

dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Sementara pada tahap memeriksa

kembali, siswa Quitters belum mampu dalam mengecek kembali terkait jawaban

yang diperoleh sebelumnya. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Maini & Izzati (2019), dimana mengemukakan bahwa pada saat

memecahkan masalah matematika, siswa dengan kategori ini masih kurang

mampu di dalam melihat kembali hasil yang telah diperoleh sebelumnya. Menurut

Kusumawardani (2018), hal tersebut disebabkan karena siswa dengan kategori ini

selalu menganggap bahwa permasalahan yang sedang dihadapinya tersebut akan

berlangsung lama, hingga akhirnya iapun akan menyerah ataupun berhenti di

dalam menyelesaikan permasalahannya tersebut.

Page 95: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

80

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan dari BAB IV, maka dalam

penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait kemampuan siswa di

dalam memecahkan masalah matematika yang dimana dilihat dari AQ atau

Adversity Quotient, yaitu:

1. Siswa dengan AQ kategori Climbers, yakni dalam memecahkan masalah

matematika mampu melaksanakan tahap memahami masalah, dimana dapat

menetapkan unsur yang diketahui serta unsur yang ditanyakan dengan

mengadopsi bahasa pada soal. Mampu dalam tahap merencanakan

penyelesaian, dimana dapat memanfaatkan berbagai informasi yang

terkandung pada soal hingga dapat menyusun atau membuat rencana

penyelesaiannya. Mampu dalam tahap melaksanakan rencana penyelesaian,

dimana dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang dibuat

sebelumnya hingga memperoleh hasil akhir yang tepat. Mampu dalam tahap

memeriksa kembali, dimana dapat mengecek ulang dan meyakini kebenaran

terkait hasil akhir yang telah diperolehnya.

2. Siswa dengan AQ kategori Campers, yakni dalam memecahkan masalah

matematika mampu dalam melaksanakan tahap memahami masalah, dimana

mampu dalam menetapkan unsur diketahui dan ditanyakan dengan

mengadopsi bahasa pada soal. Mampu dalam tahap merencanakan

penyelesaian, dimana dapat memanfaatkan beragam informasi yang

Page 96: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

81

terkandung pada soal hingga dapat menyusun rencana ataupun strategi

penyelesaiannya. Mampu dalam tahap melaksanakan rencana penyelesaian,

dimana dapat menyelesaikan masalah selaras dengan rencana yang telah

disusun sebelumnya hingga mendapatkan hasil akhir yang tepat. Belum

mampu pada tahap memeriksa kembali, dimana tidak melakukan pengecekan

ulang terkait hasil akhir yang telah diperolehnya.

3. Siswa dengan AQ kategori Quitters, yakni dalam memecahkan masalah

matematika mampu dalam tahap memahami masalah, dimana mampu

menetapkan unsur diketahui serta ditanyakan dengan mengadopsi bahasa pada

soal. Belum mampu pada tahap merencanakan penyelesaian, dimana tidak

dapat membuat ataupun menyusun rencana yang dapat digunakannya dalam

memecahkan masalah yang diberikan. Kurang mampu pada tahap

melaksanakan rencana penyelesaian, dimana tidak menggunakan rencana atau

strategi dalam memecahkan masalah yang diberikan. Belum mampu pada

tahap memeriksa kembali, dimana tidak mengecek ulang terkait hasil

penyelesaian yang sudah diperoleh sebelumnya.

B. Saran

Berlandaskan dari hasil kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka adapun berbagai saran yang dapat diberikan, yakni:

1. Bagi guru, dimana harus lebih dulu mengetahui kategori AQ dari masing-

masing siswa yang diajar nya, serta nantinya dapat membuat suatu strategi

pembelajaran yang memungkinkan sehingga siswa yang memiliki AQ yang

rendah (Quitters) maupun siswa yang memiliki AQ yang sedang (Campers)

Page 97: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

82

dapat ditingkatkan lagi ke AQ yang tinggi (Climbers). Untuk siswa kategori

Climbers sendiri, dapat diberikannya soal-soal pengayaan dengan tujuan

mengembangkan lebih lanjut terkait kemampuan yang dimilikinya di dalam

memecahkan masalah.

2. Bagi siswa, dimana membiasakan berlatih di dalam mengerjakan soal-soal

pemecahan masalah dengan menggunakan tahapan menurut Polya, serta dapat

membentuk suatu kelompok belajar yang isinya heterogen sehingga ketika

mengalami kesulitan pada saat berlatih dalam mengerjakan soal-soal tersebut,

siswa yang memiliki AQ rendah ataupun sedang dapat bertanya ke siswa yang

memiliki AQ yang tinggi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dimana untuk dapat memilih subjek lebih dari satu

pada setiap kategori AQ dengan tujuan untuk melihat lebih dalam terkait

kekonsistenan siswa di dalam memecahkan masalah yang diberikan,

mengingat dalam penelitian ini hanya terdiri dari tiga subyek yang mewakili

masing-masing kategori AQ tersebut.

Page 98: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdiyani, S. S. ; S. K. & N. D. R. (2019). Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Negeri 1 Jogoroto Berdasarkan Langkah-langkah Polya Ditinjau dari Adversity Quotient. Al-Khwarizmi, 7(2), 123–134. https://doi.org/10.24256/JPMIPA.V7I2.774

Afri, L. D. (2018). Hubungan Adversity Qoutient dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP pada Pembelajaran Matematika. Axiom, 7(2). http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/axiom/article/view/2895

Hidayat, W. & R. S. (2018). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Adversity Quotient Siswa SMP Melalui Pembelajaran Open Ended. JNPM, 2(1), 109–118. https://doi.org/10.33603/JNPM.V2I1.1027

Kusumawardani, L. (2018). Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Open-Ended Model PISA Konten Space and Shape Berdasarkan Adversity Quotient (AQ) [Universitas Jember]. http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/85671

Maimunah. (2018). Analisis Kemampuan dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah Langkah Polya Ditinjau dari Adversity Quotient Siswa Mts Syekh Yusuf Gowa. http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/9642

Maini, N. N. I. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Berdasarkan Langkah-Langkah Brainsford & Stein Ditinjau dari Adversity Quotient. Kiprah, 7(1), 32–40. https://ojs.umrah.ac.id/index.php/kiprah/article/view/1175

NCTM. (2017). Principles and Standards for School Mathematics. National Council of Teachers of Mathematics. https://www.nctm.org/PSSM/

Ningrum, I. A. (2017). Analisis Tingkat Berfikir Kreatif Matematis Peserta Didik Ditinjau dari Adversity Quotient Kelas VIII MTs Muhammadiyah Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017 [UIN Raden Intan Lampung]. http://repository.radenintan.ac.id/1608/

Nurlaelah ; M. I. & N. (2021). Pengaruh Adversity Quotient Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SD. Proximal, 4(2), 89–

97. https://doi.org/10.30605/PROXIMAL.V4I2.1367

Nurlova, F. (2020). Analisis Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Peserta Didik di Sekolah Dasar (Studi Kasus pada Peserta Didik Kelas V SD IT Fitrah Insani Bandar Lampung). http://repository.radenintan.ac.id/9984/

Page 99: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

84

OECD. (2019). PISA 2018 Results (Volume I): What Students Know and Can Do. In OECD Publishing. https://doi.org/10.1787/5f07c754-en

Permendiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kemendikbudristek. https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/permen_tahun2006_nomor22.pdf

Sisdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum BPK RI. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/43920/uu-no-20-tahun-2003

Stoltz, P. G. (2000). Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang (Yovita Hardiwati (ed.); T. Hermaya (penerj.)). PT Grafindo.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Syaharuddin. (2017). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dalam Hubungannya dengan Pemahaman Konsep Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 4 Binamu Kabupaten Jeneponto. http://eprints.unm.ac.id/4405/

Syaifudin, A. H. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa pada Materi Program Linear Kelas XI MIPA 1 MAN 2 Tulungagung Tahun Ajaran 2018/2019. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/13842/

TIMSS. (2015). TIMSS 2015 International Results in Mathematics. TIMSS & PIRLS International Study Center. https://timssandpirls.bc.edu/isc/publications.html

Wardani, S. ; S. S. P. & E. W. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD. Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan PPPPK Matematika. https://srirejeki345.files.wordpress.com/2012/10/pembelajaran-kemampuan-pemecahan-masalah-matematika-di-sd.pdf

Widyastuti, R. (2015). Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Teori Polya Ditinjau dari Adversity Quotient Tipe Climber. Al-Jabar, 6(2), 183–193. https://doi.org/10.24042/AJPM.V6I2.48

Page 100: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

85

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Calon Subjek Penelitian (Siswa Kelas VIII.H)

No Nama Siswa Kode Nama 1 Ainun Mardiah H-01 2 Aisyah Najwa Khairunnisa H-02 3 Cantika Rahma Safari H-03 4 Eka Nurwanda Ramadhani H-04 5 Hisbulla Agung H-05 6 Inayah Furqani Syam H-06 7 M. Nuriksan Awal H-07 8 Manohara H-08 9 Muh. Fadlan H-09 10 Muh. Fahri H-10 11 Muh. Ilham H-11 12 Muh. Rezki Rustam H-12 13 Muhtazandwi Putra H-13 14 Naila Mustafa H-14 15 Nur Nadhifa H-15 16 Nur Sakinah H-16 17 Nurhadi Firdaus H-17 18 Puteri Auliyah Ismail H-18 19 Reski Emelia H-19 20 Reyhan Abi Saputra H-20 21 Titania Islamia A. H-21 22 Tri Inayah Rahamsyah H-22

Page 101: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

86

Lampiran 2: Kisi-Kisi Angket Adversity Quotient (AQ)

Dimensi AQ (CO2RE)

Indikator Item Pertanyaan ( - ) ( + )

Control (Kendali)

Seberapa besar kendali yang siswa rasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan.

1a, 8a, 12a, 16a, 18a, 19a, 22a, 26a, 28a, 29a

3a, 10a, 13a, 17a, 23a.

Origin (Asal Usul) dan Ownership

(Pengakuan)

Or : siapa atau apa yang menjadi asal-usul kesulitan yang siswa rasakan.

1b, 8b, 16b, 19b, 29b.

10b, 13b, 23b.

Ow : sampai sejauh mana siswa mengakui akibat-akibat kesulitan tersebut.

6b, 18b, 22b, 26b, 28b.

3b, 17b.

Reach (Jangkauan)

Anggapan siswa akan sejauh mana kesulitan dapat menjangkau kebagian-bagian lain dari kehidupan.

2a, 4a, 6a, 7a, 9a, 11a, 14a, 15a, 21a, 24a.

5a, 20a, 25a, 27a, 30a.

Endurance (Daya Tahan)

Anggapan siswa akan berapa lama kesulitan ataupun penyebab kesulitan tersebut akan berlangsung.

2b, 4b, 7b, 9b, 11b, 12b, 14b, 15b, 21b, 24b.

5b, 20b, 25b, 27b, 30b.

Page 102: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

87

Lampiran 3: Angket Adversity Quotient (AQ)

Pengantar:

Angket AQ ini diberikan dengan tujuan untuk mengetahui tingkatan Adversity Quotient (AQ) seseorang, apakah termasuk ke dalam tipe Quitters (AQ rendah), Campers (AQ sedang) dan Climbers (AQ tinggi). AQ sendiri diartikan sebagai kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam merespon atau menanggapi suatu kesulitan/hambatan, dimana dalam AQ diukur berdasarkan beberapa dimensi yakni Control (Kendali), Origin dan Ownership (Asal Usul dan Pengakuan), Reach (Jangkauan) dan Endurance (Daya Tahan). Identitas Responden

Nama : Kelas : Petunjuk Pengisian

Ada 30 peristiwa yang didaftar. Selesaikan pertanyaan-pertanyaan untuk setiap peristiwa tersebut dengan cara berikut ini: 1. Isilah identitas pada tempat yang telah disediakan. 2. Bacalah secara seksama serta respon lah setiap pertanyaan tersebut. 3. Setiap pertanyaan mungkin sebelumnya pernah anda alami, akan tetapi jika belum pernah

anda alami maka anggaplah pertanyaan tersebut sedang anda hadapi. 4. Dalam pertanyaan tersebut, tidak ada jawaban yang benar/salah, akan tetapi yang ada

adalah apakah sesuai atau tidak dengan diri anda, dengan demikian diharapkan menjawab dengan sejujur-jujur nya.

5. Untuk kedua pertanyaan yang mengikuti setiap peristiwa, lingkari lah salah satu angka dari angka 1 sampai 5 yang merupakan jawaban anda. Contoh: Anda merasa gugup ketika ditunjuk guru untuk mempresentasikan suatu materi di depan kelas. Yang menyebabkan saya merasa gugup merupakan sesuatu yang:

Berkaitan semua aspek kehidupan saya

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

Keterangan: Ketika anda melingkari angka 1 seperti contoh di atas, maka anda merasa bahwa rasa gugup anda saat ditunjuk oleh guru adalah sesuatu yang mempengaruhi diri anda pada setiap keadaan dalam kehidupan anda.

Page 103: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

88

1. Kamu terlambat tiba di sekolah. a. Yang menyebabkan saya terlambat tiba di sekolah adalah sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Penyebab saya terlambat berkaitan dengan:

Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain

2. Nilai ulangan matematika kamu rendah sehingga harus mengikuti remedial.

a. Yang menyebabkan saya harus mengikuti remedial adalah sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab saya harus mengikuti remedial tersebut:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

3. Kamu dipuji oleh guru di depan teman-teman kamu karena tugas matematika yang

kamu kerjakan sangat memuaskan. a. Yang menyebabkan saya dipuji adalah sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Hasil dari pujian ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali

1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya

4. Motor yang kamu kendarai menuju sekolah mogok di jalan.

a. Yang menyebabkan motor yang saya kendarai mogok di jalan merupakan sesuatu yang: Berkaitan dengan semua aspek kehidupan saya

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab motor yang saya kendarai mogok:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

5. Kamu memperoleh penghargaan dari kepala sekolah karena telah menjuarai

olimpiade matematika tingkat nasional. a. Yang menyebabkan saya memperoleh penghargaan dari kepala sekolah merupakan

sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab saya memperoleh penghargaan tersebut:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

6. Kamu tidak naik kelas.

a. Penyebab saya tidak naik kelas adalah sesuatu yang:

Page 104: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

89

Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Hasil dari peristiwa ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali

1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya

7. Teman-teman kamu tidak memperhatikan presentasi kamu di depan kelas.

a. Yang menyebabkan teman saya tidak memperhatikan presentasi saya adalah sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab teman saya tidak memperhatikan presentasi saya:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

8. Teman-teman satu kelas kamu tidak menerima ide dan pendapat kamu dalam

diskusi dan tanya jawab pada suatu mata pelajaran. a. Yang menyebabkan teman tidak menerima ide dan pendapat saya adalah sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Penyebab teman tidak menerima ide dan pendapat saya sepenuhnya berkaitan dengan:

Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain

9. Guru menyuruh kamu untuk pindah tempat duduk apabila ingin tetap

melanjutkan ulangan matematika. a. Yang menyebabkan guru menyuruh saya untuk pindah tempat duduk merupakan sesuatu

yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab saya disuruh untuk pindah tempat duduk:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

10. Kamu terpilih sebagai bendahara kelas.

a. Yang menyebabkan saya terpilih sebagai bendahara kelas merupakan sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Penyebab saya terpilih sebagai bendahara kelas sepenuhnya berkaitan dengan:

Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain

11. Strategi belajar kamu tidak berhasil.

a. Yang menyebabkan strategi belajar saya tidak berhasil merupakan sesuatu yang:

Page 105: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

90

Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab strategi belajar saya tidak berhasil:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

12. Hubungan kamu dengan sahabat-sahabat kamu semakin jauh dan tidak seakrab

dulu lagi. a. Yang menyebabkan hubungan kami semakin jauh dan tidak seakrab dulu lagi merupakan

sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Penyebab hubungan kami semakin jauh dan tidak seakrab dulu lagi:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

13. Guru matematika kamu merekomendasikan kamu untuk mengikuti olimpiade

matematika tingkat nasional. a. Yang menyebabkan guru merekomendasikan saya adalah sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Penyebab saya direkomendasikan guru sepenuhnya berkaitan dengan:

Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain

14. Ayah kamu meminta kepada kamu untuk pindah dari sekolah yang lama apabila

kamu masih ingin tetap sekolah. a. Yang menyebabkan ayah meminta saya untuk pindah dari sekolah merupakan sesuatu

yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab ayah meminta saya untuk pindah dari sekolah:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

15. Kamu tidak terdaftar sebagai salah satu peserta lomba olimpiade matematika

tingkat Kabupaten. a. Yang menyebabkan saya tidak terdaftar sebagai peserta lomba olimpiade matematika

adalah sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab saya tidak terdaftar sebagai peserta lomba olimpiade matematika:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

Page 106: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

91

16. Kamu tidak lolos dalam seleksi beasiswa. a. Yang menyebabkan saya tidak lolos seleksi beasiswa adalah sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Penyebab saya tidak lolos seleksi beasiswa berkaitan dengan:

Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain

17. Karena kesuksesan kegiatan OSIS yang kamu ketuai, kepala sekolah merasa

senang dan memuji kamu. a. Penyebab saya dipuji kepala sekolah adalah sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Hasil dari pujian ini merupakan sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali

1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya

18. Kakak kamu mengalami kecelakaan saat menjemput kamu ke sekolah.

a. Penyebab kakak saya mengalami kecelakaan saat menjemput saya adalah sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Hasil dari peristiwa ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali

1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya

19. Orang tua kamu mengancam jika kamu tidak mengerjakan tugas dari sekolah,

uang jajan kamu akan dikurangi. a. Yang menyebabkan orang tua mengancam saya adalah sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Penyebab orang tua mengancam saya sepenuhnya berkaitan dengan:

Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain

20. Kamu mendapat peringkat satu di kelas.

a. Penyebab saya mendapat peringkat satu merupakan sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab saya mendapat peringkat satu tersebut:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

21. Kamu tidak dapat menjawab soal matematika yang diajukan guru kepada kamu.

a. Yang menyebabkan saya tidak dapat menjawab soal matematika yang diajukan guru adalah sesuatu yang:

Page 107: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

92

Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab saya tidak dapat menjawab soal matematika yang diajukan guru:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

22. Teman sebangku kamu tidak ke sekolah karena sedang sakit parah.

a. Yang menyebabkan teman sebangku saya tidak ke sekolah merupakan sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Akibat peristiwa ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali

1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya

23. Seorang teman mengajak kamu untuk masuk menjadi anggota palang merah

remaja (PMR) di sekolah. a. Alasan saya diajak merupakan sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Alasan saya diajak sepenuhnya berkaitan dengan:

Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain

24. Kamu mendapat respon negatif dari sahabat karib kamu di sekolah.

a. Yang menyebabkan saya mendapat respon negatif merupakan sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab saya mendapat respon negatif:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

25. Kamu memperoleh nilai tinggi pada ujian untuk pelajaran matematika.

a. Yang menyebabkan saya memperoleh nilai tinggi pada ujian matematika merupakan sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab saya memperoleh nilai tinggi pada ujian matematika:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

26. Terdapat nilai di rapor kamu yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM). a. Yang menyebabkan terdapat nilai di rapor saya yang tidak mencapai KKM merupakan

sesuatu yang:

Page 108: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

93

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Hasil dari peristiwa ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali

1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya

27. Kamu dipilih menjadi salah satu siswa yang mengikuti lomba cerdas cermat.

a. Yang menyebabkan saya dipilih adalah sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab saya dipilih:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

28. Kamu dimarahi oleh guru karena terlambat mengumpulkan tugas matematika.

a. Yang menyebabkan guru memarahi saya merupakan sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Hasil dari peristiwa ini adalah sesuatu yang saya rasa: Bukan tanggung jawab saya sama sekali

1 2 3 4 5 Tanggung jawab saya sepenuhnya

29. Sahabat dekat kamu tidak memberikan ucapan selamat di hari ulang tahun kamu.

a. Yang menyebabkan sahabat tidak memberikan ucapan selamat kepada saya merupakan sesuatu yang:

Tidak bisa saya kendalikan 1 2 3 4 5 Bisa saya kendalikan sepenuhnya

b. Penyebab sahabat tidak memberikan ucapan selamat kepada saya sepenuhnya berkaitan dengan:

Saya 1 2 3 4 5 Orang lain atau faktor lain

30. Ibu kamu menelpon kamu untuk meminta saran.

a. Yang menyebabkan ibu meminta saran saya merupakan sesuatu yang: Berkaitan dengan kemampuan saya (semua aspek kehidupan)

1 2 3 4 5 Berkaitan dengan situasi ini saja

b. Penyebab ibu meminta saran saya:

Akan selalu ada 1 2 3 4 5 Tidak akan pernah ada lagi

Page 109: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

94

Lampiran 4: Petunjuk Penskoran Angket Adversity Quotient (AQ)

Dalam angket AQ tersebut terdapat 30 peristiwa yang didaftar. Peristiwa-peristiwa

tersebut diikuti oleh beberapa pertanyaan, baik yang bersifat negatif maupun positif, serta

mengandung beberapa dimensi di dalamnya yakni Control (C), Origin & Ownership (O2),

Reach (R) dan Endurance (E). Namun, karena lebih memperhatikan respon-respon terhadap

kesulitan maka peneliti hanya akan memberikan nilai pada jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan yang bersifat negatif. Pertanyaan tersebut adalah peristiwa-peristiwa yang

mengandung kesulitan, dan hanya inilah yang didaftar secara berurutan pada lembar kerja

yang disediakan di halaman berikut.

1. Di dalam lembar kerja yang tersedia, masukanlah jawaban-jawaban di tempat yang

kosong di samping angka untuk setiap peristiwa.

2. Ikutilah instruksi nya pada lembar kerja itu secara berurutan.

Keterangan:

1. Poin C, Or dan Ow (O2), R dan E rendah adalah 10-23.

2. Poin C, Or dan Ow (O2), R dan E sedang adalah 24-37.

3. Poin C, Or dan Ow (O2), R dan E tinggi adalah 38-50.

4. C + O2 + R + E = AQ

Skor Angket AQ Kategori AQ 0 − 94 Quitters

95 − 165 Campers 166 − 200 Climbers

Page 110: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

95

Peristiwa C− Or− Ow−

R− E− 1. Secara vertikal jumlahkan skor Or dan Ow. Masukkan ke dalam kotak-kotak tersebut.

2. Tambahkan jumlah Or dan Ow untuk mendapatkan angkat O2. Masukkan ke dalam kotak O2.

3. Secara terpisah hitunglah C, R, dan E dengan menjumlahkan angka-angka pada setiap kolom. Masukkan hasilnya ke dalam kotak yang tepat.

4. Mulai dari kiri ke kanan, jumlahkan angka-angka C, O2, R, dan E untuk mendapatkan AQ keseluruhan. Masukkan hasilnya ke dalam segitiga yang tersedia.

1

2

4

6

7

8

9

11

12

14

15

16

18

19

21

22

24

26

28

29

+

+ + + =

C−

Ow− Or−

R− O2− E− AQ

Page 111: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

96

Lampiran 5: Hasil Penskoran Angket Adversity Quotient (AQ)

HASIL PEROLEHAN SKOR PER ITEM PERTANYAAN ANGKET AQ

Kode Nama

Skor per Item Pertanyaan 1 2 4 6 7 8 9 11 12 14 15 16 18 19 21 22 24 26 28 29

a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b H-01 1 1 1 5 5 2 5 1 1 1 1 1 3 2 1 1 5 1 1 1 5 1 5 1 5 4 5 1 2 3 4 5 1 3 5 4 1 3 1 2 H-02 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 H-03 3 4 2 3 5 3 5 5 1 4 2 1 3 1 3 5 1 3 2 2 2 3 1 1 1 5 3 1 2 3 2 4 1 1 1 5 2 5 1 4 H-04 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 H-05 2 4 4 2 5 2 2 4 5 2 2 3 3 4 3 2 2 4 3 4 5 3 1 5 1 5 5 1 1 5 3 2 2 3 4 2 3 2 2 1 H-06 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 1 5 5 1 5 5 5 5 1 2 5 5 1 5 5 1 5 5 5 1 5 1 5 5 5 H-07 3 4 4 2 2 4 3 2 1 1 3 1 4 1 3 1 1 3 1 3 3 1 2 1 4 2 3 3 2 1 2 2 2 3 1 5 1 2 3 1 H-08 2 1 2 2 3 4 4 3 2 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 2 3 3 2 2 3 2 3 4 3 3 2 3 4 3 2 2 3 3 2 H-09 3 4 4 2 4 1 1 1 4 1 4 1 5 1 3 2 4 1 1 2 1 3 1 4 3 2 5 1 1 1 4 2 1 3 3 2 3 3 1 3 H-10 4 4 1 4 5 4 2 4 4 5 3 1 4 3 3 1 2 4 3 2 3 3 4 3 2 4 3 4 3 2 3 1 3 2 4 3 2 3 4 4 H-11 1 5 1 3 5 1 1 1 5 1 1 1 5 5 1 5 1 1 1 5 1 1 5 1 1 1 5 5 1 5 1 1 1 5 1 5 5 5 1 1 H-12 5 5 5 5 5 1 1 5 4 5 4 5 4 1 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 H-13 4 1 4 1 3 5 1 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 3 5 1 2 4 4 H-14 3 3 1 1 3 3 3 3 5 1 4 5 1 3 3 2 3 3 3 5 4 5 2 3 4 2 3 2 2 3 3 2 5 3 3 5 1 4 5 3 H-15 1 1 2 5 5 5 1 1 5 1 1 2 1 5 5 5 2 5 5 5 5 2 5 1 2 5 5 1 2 1 2 1 2 2 2 1 5 5 2 1 H-16 1 1 1 1 1 5 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 5 1 4 1 4 H-17 1 1 1 2 5 1 1 5 4 4 1 5 2 3 2 2 2 3 3 5 2 4 2 4 2 4 2 1 5 2 4 4 2 2 3 5 2 2 2 4 H-18 3 5 5 1 4 3 4 5 5 2 1 5 5 2 1 2 2 4 5 2 2 4 2 5 3 5 1 1 1 2 1 1 5 4 2 4 2 4 3 2 H-19 5 1 5 5 5 1 4 5 1 5 5 5 5 1 3 4 3 1 3 3 3 1 1 5 3 1 2 3 3 5 5 1 2 3 4 1 4 2 3 4 H-20 4 4 5 5 1 3 2 3 1 4 3 4 1 1 1 4 1 4 5 5 1 5 1 2 2 3 5 1 4 4 5 1 4 4 3 4 2 4 2 4 H-21 4 1 1 5 1 5 1 4 5 5 5 5 4 5 1 5 5 5 5 5 1 5 1 1 1 4 1 1 1 5 1 1 1 5 1 4 1 4 5 5 H-22 1 1 1 5 5 5 1 2 1 1 2 1 2 1 5 5 5 5 5 5 2 4 3 5 3 3 2 5 3 5 4 3 2 2 5 5 4 5 5 4

Page 112: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

97

HASIL PENGKATEGORIAN ANGKET AQ

Kode Nama

Dimensi AQ Skor AQ Kategori

C− O2−

R− E−

Or− Ow−

H-01 33 6 21 21 20 101 Campers H-02 26 11 12 26 25 100 Campers H-03 17 11 24 26 28 106 Campers H-04 31 14 15 30 30 120 Campers H-05 25 14 13 35 31 118 Campers H-06 35 13 25 42 42 157 Campers H-07 23 10 14 24 20 91 Quitters H-08 25 12 13 27 32 109 Campers H-09 31 13 10 25 17 96 Campers H-10 31 16 15 31 30 123 Campers H-11 22 13 13 22 32 102 Campers H-12 41 23 23 39 41 167 Climbers H-13 40 19 20 37 44 160 Campers H-14 30 17 16 30 29 122 Campers H-15 27 6 13 33 36 115 Campers H-16 10 8 19 11 18 66 Quitters H-17 21 15 20 27 28 111 Campers H-18 20 18 18 38 26 120 Campers H-19 35 18 10 34 29 126 Campers H-20 28 15 15 25 39 122 Campers H-21 25 13 17 21 50 126 Campers H-22 34 16 18 27 38 133 Campers

Page 113: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

98

Lampiran 6: Kisi-Kisi Tes Pemecahan Masalah Matematika

KISI-KISI TES

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Status Pendidikan : SMP Negeri 3 Sungguminasa Materi Pokok : Pola Bilangan Mata Pelajaran : Matematika Bentuk Soal : Uraian Kelas/Semester : VIII/1 Alokasi Waktu : Menit Kompetensi Inti

KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedur) berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan

kejadian tampak mata.

KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,

merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,

menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah

dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Kompetensi Dasar

No. Soal

Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Pemecahan Masalah

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan barisan bilangan dan barisan konfigurasi objek.

1 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan segitiga.

5. Memahami Masalah 6. Membuat Rencana 7. Melaksanakan

Rencana 8. Memeriksa Kembali

2 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan ganjil.

3 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan genap.

4 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan persegi.

Page 114: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

99

Lampiran 7: Tes Pemecahan Masalah Matematika

TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Status Pendidikan : SMP Negeri 3 Sungguminasa Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VIII/1 Materi Pokok : Pola Bilangan Alokasi Waktu : Menit

Petunjuk:

a. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal

b. Tulis nama dan kelas pada pojok kiri atas lembar jawaban

c. Kerjakan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu (boleh tidak berurutan)

d. Setarakan unsur yang diketahui dan ditanyakan

e. Kerjakan secara mandiri dan jujur

Kerjakan soal-soal berikut ini dengan lengkap dan benar!

1. Alif menyusun kelereng dalam petak-petak persegi sedemikian sehingga membentuk pola

seperti gambar berikut ini.

Banyaknya kelereng yang disusun Alif pada pola ke-8 adalah?

2. Dalam bagasi sebuah mobil, terdapat sepuluh kotak yang berisi buah mangga. Jika kotak

pertama berisi 1 buah mangga, kotak kedua berisi 3 buah, kotak ketiga berisi 5 buah,

kotak keempat berisi 7 buah, dan kotak kelima berisi 9 buah. Berapa banyak buah

mangga pada kotak terakhir?

Page 115: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

100

3. Di sebuah kompleks perumahan, penomoran rumah ditata dengan teratur. Rumah yang

terletak di sebelah kanan menggunakan nomor genap yaitu 2,4,6,8,10, dan seterusnya.

Berapa nomor rumah urutan ke-13 dari barisan rumah sebelah kanan tersebut?

4. Sebuah kendaraan bermotor akan diuji ketahanan mesin nya dengan cara dikendarai

melewati kota selama sembilan hari berturut-turut. Pada hari pertama, kendaraan tersebut

berhasil menempuh jarak 1 km, hari kedua 4 km, hari ketiga 9 km, hari keempat 16 km,

dan hari kelima 25 km. Berapa jarak yang berhasil ditempuh kendaraan tersebut pada hari

terakhir?

~ Selamat Mengerjakan ~

Page 116: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

101

Lampiran 8: Kunci Jawaban Tes Pemecahan Masalah Matematika

KUNCI JAWABAN

TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

No. Kunci Jawaban Indikator

Pemecahan Masalah 1. Diketahui:

Banyaknya kelereng pola 1 (U1) = 1 butir

Banyaknya kelereng pola 2 (U2) = 3 butir

Banyaknya kelereng pola 3 (U3) = 6 butir

Banyaknya kelereng pola 4 (U4) = 10 butir

Ditanyakan:

Banyaknya kelereng pola ke-8 (U8)?

Memahami Masalah

U1, U2, U3, U4, …, …, U8

1, 3, 6, 10, …, …, U8 (pola bilangan segitiga)

Sehingga:

( )

Membuat Rencana

Alternatif 1

Keterangan:

Setiap melangkah ke pola selanjutnya, angka yang

menjumlahkan sebelumnya harus ditambah dengan satu.

Alternatif 2

( )

( )

Melaksanakan

Rencana

Hasil perhitungan di cek kembali dan meyakini

kebenarannya (Diperoleh dari hasil wawancara siswa). Memeriksa Kembali

Page 117: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

102

No. Kunci Jawaban Indikator

Pemecahan Masalah 2.

Diketahui:

Banyaknya mangga kotak pertama (U1) = 1 buah

Banyaknya mangga kotak kedua (U2) = 3 buah

Banyaknya mangga kotak ketiga (U3) = 5 buah

Banyaknya mangga kotak keempat (U4) = 7 buah

Banyaknya mangga kotak kelima (U5) = 9 buah

Banyaknya kotak (n) = 10

Ditanyakan:

Banyaknya mangga kotak ke-10 (U10)?

Memahami Masalah

U1, U2, U3, U4, U5, …, …., U10

1, 3, 5, 7, 9, …, …, U10 (pola bilangan ganjil)

Sehingga:

Un = 2n − 1

Membuat Rencana

Alternatif 1

Keterangan:

Setiap melangkah ke pola selanjutnya, harus selalu ditambah

dengan angka dua.

Alternatif 2

U10 = 2(10) – 1

U10 = 20 – 1

U10 = 19

Melaksanakan

Rencana

Hasil perhitungan di cek kembali dan meyakini

kebenarannya (Diperoleh dari hasil wawancara siswa). Memeriksa Kembali

3.

Diketahui:

Nomor rumah = 2, 4, 6, 8, 10 dan seterusnya.

Ditanyakan:

Nomor rumah urutan ke-13?

Memahami Masalah

U1, U2, U3, U4, U5, …, …, U13

2, 4, 6, 8, 10, …, …, U13 (pola bilangan genap) Membuat Rencana

Page 118: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

103

No. Kunci Jawaban Indikator

Pemecahan Masalah

Sehingga:

Un = 2n

Alternatif 1

Keterangan:

Setiap melangkah ke pola selanjutnya, harus selalu ditambah

dengan angka dua.

Alternatif 2

U13 = 2(13)

U13 = 26

Melaksanakan

Rencana

Hasil perhitungan di cek kembali dan meyakini

kebenarannya (Diperoleh dari hasil wawancara siswa). Memeriksa Kembali

4.

Diketahui:

Jarak ditempuh kendaraan hari pertama (U1) = 1 km

Jarak ditempuh kendaraan hari kedua (U2) = 4 km

Jarak ditempuh kendaraan hari ketiga (U3) = 9 km

Jarak ditempuh kendaraan hari keempat (U4) = 16 km

Jarak ditempuh kendaraan hari kelima (U5) = 25 km

Banyaknya hari (n) = 9

Ditanyakan:

Jarak ditempuh kendaraan hari ke-9 (U9)?

Memahami Masalah

U1, U2, U3, U4, U5, …, …, U9

1, 4, 9, 16, 25, …, …, U9 (pola bilangan persegi)

Sehingga:

Un = n2

Membuat Rencana

Alternatif 1

Keterangan:

Setiap melangkah ke pola selanjutnya, ditambahkan dengan

Melaksanakan

Rencana

Page 119: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

104

No. Kunci Jawaban Indikator

Pemecahan Masalah

angka-angka bilangan ganjil (berurut).

Alternatif 2

U9 = 92

U9 = 81

Hasil perhitungan di cek kembali dan meyakini

kebenarannya (Diperoleh dari hasil wawancara siswa). Memeriksa Kembali

Page 120: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

105

RUBRIK PENSKORAN

TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Indikator Skor Deskripsi

Memahami Masalah

0 Tidak dapat menuliskan unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan.

1 Mampu menuliskan beberapa unsur yang diketahui dan yang ditanyakan.

2 Mampu menuliskan seluruh unsur yang diketahui dan yang ditanyakan.

Membuat Rencana

0 Tidak dapat menuliskan rencana penyelesaian.

1 Menuliskan rencana penyelesaian atau solusi akan tetapi tidak sesuai dengan pemecahan masalah.

2 Rencana penyelesaian atau solusi sesuai dengan pemecahan masalah dan ditulis secara tepat.

Melaksanakan Rencana

0 Tidak melakukan perhitungan sama sekali.

1 Melaksanakan seluruh rangkaian perhitungan akan tetapi tidak sesuai dengan prosedur (solusi).

2 Melaksanakan beberapa rangkaian perhitungan dengan tepat.

3 Melaksanakan seluruh rangkaian perhitungan dengan tepat.

Memeriksa Kembali 0

Tidak mengecek kembali jawaban yang telah diperoleh sebelumnya.

1 Mengecek kembali jawaban yang telah diperoleh sebelumnya.

Skor Maksimal = Jumlah Soal Skor Maksimal per Nomor

= 4 8

= 32

Sehingga:

Nilai Akhir

( )

Page 121: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

106

Lampiran 9: Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Subjek Climbers

Page 122: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

107

Lampiran 10: Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Subjek Campers

Page 123: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

108

Lampiran 11: Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Subjek Quitters

Page 124: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

109

Lampiran 12: Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

A. Tujuan Wawancara

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sungguminasa dalam menyelesaikan

masalah matematika pada materi pola bilangan.

B. Jenis Wawancara

Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara

semi terstruktur, dimana untuk mendalami kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa. Wawancara ini dilakukan setelah mengetahui hasil tes kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa. Wawancara semi terstruktur sendiri merupakan wawancara

yang terdiri atas beberapa pertanyaan untuk menggali secara mendalam dari beberapa hal

mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan pertanyaan tersebut

dapat dikembangkan sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh siswa. Dengan

demikian, pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini hanya berupa garis-

garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

C. Langkah Pelaksanaan

1. Wawancara dilaksanakan secara face to face, yaitu terjadi kontak langsung antara

peneliti dan siswa. (disesuaikan dengan kondisi saat ini)

2. Wawancara dilaksanakan setelah terjadi kesepakatan waktu dan tempat

pelaksanaan wawancara antara peneliti dan siswa.

3. Apabila siswa kesulitan menjawab pertanyaan tertentu, maka siswa akan diberikan

Pertanyaan yang lebih sederhana yang mudah dimengerti oleh siswa tersebut.

Page 125: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

110

Berikut ini adalah pedoman wawancara yang nantinya akan digunakan di dalam

mewawancarai siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Dalam pedoman

wawancara yang dibuat tersebut, terdiri atas beberapa item pertanyaan untuk tiap-tiap

indikator pemecahan masalah.

No Pertanyaan Indikator Pemecahan Masalah

1 Coba kamu jelaskan masalah tersebut! Memahami Masalah

2 Unsur-unsur apa sajakah yang kamu ketahui dari masalah tersebut?

3 Unsur-unsur apa sajakah yang akan kamu cari dari masalah tersebut?

4 Apa yang terjadi jika kamu memulai bekerja tanpa memahami masalah?

5 Setelah memahami masalah tersebut, langkah apa yang akan kamu ingin lakukan selanjutnya?

Membuat Rencana

6 Rumus apa yang kamu gunakan dalam menghitung pola berikutnya?

7 Menurut kamu seberapa penting kah melakukan perencanaan atau strategi dalam menyelesaikan masalah tersebut?

8 Apakah kamu dapat melaksanakan perencanaan atau strategi penyelesaian yang telah kamu buat sebelumnya?

Melaksanakan Rencana

9 Berapa hasil akhir yang kamu peroleh?

10 Apakah kamu yakin dengan jawaban yang kamu temukan?

Memeriksa Kembali

11 Apakah perhitungannya sudah di cek ulang?

12 Bagaimana cara kamu mengecek kembali jawaban-jawaban yang telah kamu temukan tersebut?

13 Menurut kamu apakah ada cara lain untuk menjawab masalah tersebut?

14 Menurut kamu seberapa penting kah melakukan pengecekan kembali terhadap hasil penyelesaian masalah matematika yang telah dikerjakan?

Page 126: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

111

Lampiran 13: Hasil Wawancara Subjek Climbers

P1.01 Muh. Rezki Rustam? S1.01 Iya. (sambil memandangi pewawancara) P1.02 Ok! Pada saat mengerjakan soal-soal yang diberikan, ada tidak kesulitan yang

Rezki alami? S1.02 Pada bagian memahami soal-soalnya. Saya harus membaca lebih dari satu kali

untuk memahami soal tersebut. P1.03 Baik. Pada soal-soal tersebut, berapa nomor yang Rezki dapat selesaikan? S1.03 4 nomor. P1.04 Berarti Rezki selesaikan semua soal-soal yang diberikan tersebut? S1.04 Iya. P1.05 Baik, kalau begitu coba sekarang Rezki bacakan soal yang nomor 1. (menyerahkan

lembar soal) S1.05 (membacakan soal) P1.06 Apakah Rezki paham maksud dari soal tersebut? S1.06 Iya, saya paham. P1.07 Kalau begitu, apa yang Rezki ketahui dari soal tersebut? S1.07 Alif menyusun kelereng di dalam petak-petak persegi. P1.08 Apakah masih ada lagi yang Rezki ketahui? S1.08 Iya, masih ada. P1.09 Coba Rezki sebutkan apalagi yang diketahui pada soal tersebut? S1.09 Pola ke-1 ada satu kelereng, pola ke-2 ada 3 kelereng, pola ke-3 ada 6 kelereng,

dan pola ke-4 ada 10 kelereng. P1.10 Apakah masih ada lagi? S1.10 Kemungkinan sudah tidak ada. P1.11 Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal apa? S1.11 (Berhenti Sejenak)

Berapa kelereng yang disusun Alif pada pola ke-8? P1.12 Apakah Rezki memiliki rencana dalam memecahkan soal tersebut? S1.12 Iya, ada. P1.13 Rencana bagaimana yang Rezki miliki? S1.13 Melihat terlebih dahulu pola pada bilangan-bilangan sebelumnya. P1.14 Baik. Sesudah itu bagaimana? S1.14 Melihat lagi selisih pada setiap bilangannya. P1.15 Setelah itu? S1.15 Mengerjakan operasi yang sama pada setiap pola yang telah ditemukan

sebelumnya. P1.16 Apakah Rezki bisa menyelesaikan soal tersebut dengan menggunakan rencana

yang telah dibuat sebelumnya? S1.16 Iya, bisa. P1.17 Bagaimana cara Rezki menyelesaikannya? S1.17 Melanjutkan pola selanjutnya dengan melihat selisih dan menggunakan operasi

penjumlahan pada tiap pola sebelumnya. P1.18 Mengapa Rezki menggunakan cara tersebut? Bukankah masih terdapat cara yang

lain? S1.18 Kemungkinan masih ada, namun cara yang saya gunakan tersebut merupakan cara

yang tahu dan saya kuasai. P1.19 Baik, kalau begitu bisa tuliskan cara menyelesaikannya?

Page 127: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

112

S1.19 Bisa. (mengambil kertas dan pulpen)

P1.20 Apakah sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh tersebut? S1.20 Iya, sudah yakin. P1.21 Bagaimana Rezki mengetahui bahwa jawaban tersebut sudah benar? S1.21 Saya lakukan pemeriksaan ulang. P1.22 Baik, Rezki menggunakan cara apa? S1.22 Menghitung ulang penyelesaian yang telah didapat sebelumnya. P1.23 Bisa Reski paparkan caranya? S1.23 1+2=3, 3+3=6, 6+4=10, 10+5=15, 15+6=21, 21+7=28, dan 28+8=36. P1.24 Baik, jadi hasil akhir yang diperoleh Rezki berapa? S1.24 36. P1.25 Ok. Bisa kita lanjut ke soal berikutnya? S1.25 Iya, bisa. P1.26 Untuk nomor 2, coba Rezki bacakan soalnya. S1.26 (membacakan soal) P1.27 Rezki sudah paham tidak maksud dari soal tersebut? S1.27 Iya, paham. P1.28 Baik. Kalau begitu unsur apa saja yang diketahui pada soal? S1.28 (terdiam sejenak)

Yang diketahui adalah kotak pertama berisi 1 buah mangga, kotak kedua berisi 3 buah, kotak ketiga berisi 5 buah, kotak keempat berisi 7 buah, dan kotak kelima berisi 9 buah.

P1.29 Apa masih ada lagi yang Rezki ketahui selain itu? S1.29 Mungkin hanya itu. P1.30 Baik. Kalau yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S1.30 Berapa banyak buah mangga pada kotak terakhir? P1.31 Kotak terakhir yang dimaksudkan soal, kotak ke berapa? S1.31 (terdiam) P1.32 Bisa Rezki baca ulang lagi soalnya? S1.32 Bisa. (membacakan soal) P1.33 Baik, berarti kotak ke berapa? S1.33 Kotak kesepuluh? P1.34 Setelah memahami soalnya, langkah apa yang selanjutnya Rezki lakukan? S1.34 (terdiam sejenak)

Melihat pola pada bilangan-bilangan yang diketahui sebelumnya. P1.35 Baik. Caranya bagaimana? S1.35 Dengan melihat selisihnya. P1.36 Baik, setelah itu ada lagi yang Rezki buat? S1.36 Melakukan operasi yang sama pada setiap pola nya. P1.37 Bagaimana cara Rezki memecahkan soal tersebut dengan menggunakan langkah-

langkah yang telah disusun sebelumnya? S1.37 Dengan melanjutkan pola selanjutnya. P1.38 Baik, caranya bagaimana? S1.38 (terdiam sejenak)

Menjumlahkan dengan angka 2 pada setiap pola sebelumnya. P1.39 Tapi menurut Rezki masih ada tidak cara lain untuk memecahkan soal tersebut? S1.39 (terdiam sejenak)

Kemungkinan masih ada. P1.40 Kalau begitu mengapa Rezki lebih memilih menggunakan cara ini?

Page 128: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

113

S1.40 Hanya cara ini yang saya tahu dan juga lebih mudah saya pahami. P1.41 Baik. Bisa coba tuliskan cara yang Rezki ketahui tersebut? S1.41 Bisa.

(mengambil kertas dan pulpen) P1.42 Jadi, berapa hasil akhir yang Rezki peroleh? S1.42 19. P1.43 Apakah Rezki sudah yakin? S1.43 Iya, sudah. P1.44 Dengan cara apa sehingga Rezki bisa meyakini kebenaran dari jawaban yang

diperoleh tersebut? S1.44 Saya lakukan pengecekan kembali. P1.45 Baik, caranya bagaimana? S1.45 Saya hitung ulang terkait jawaban yang didapat sebelumnya. P1.46 Baik, bisa Rezki paparkan caranya? S1.46 1+2=3, 3+2=5, 5+2=7, 7+2=9, 9+2=11, 11+2=13, 13+2=15, 15+2=17, dan

17+2=19.

Page 129: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

114

Lampiran 14: Hasil Wawancara Subjek Campers

P2.01 Cantika Rahma Safari? S2.01 Iya. (sambil memandangi pewawancara) P2.02 Ok. Sekarang coba Cantika bacakan soal yang nomor 1. (menyerahkan lembar

soal) S2.02 (membacakan soal) P2.03 Cantika sudah paham tidak maksud dari soal tersebut? S2.03 Iya, paham. P2.04 Baik, kalau begitu apa yang Cantika ketahui dari soal tersebut? S2.04 Jumlah kelereng dari masing-masing pola nya? P2.05 Iya betul, bisa Cantika sebutkan? S2.05 (terdiam sejenak)

Pola kesatu ada 1 kelereng, pola kedua ada 3 kelereng, pola ketiga ada 6 kelereng, dan pola keempat ada 10 kelereng.

P2.06 Apakah masih ada lagi? S2.06 Mungkin hanya itu saja. P2.07 Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S2.07 (terdiam) P2.08 Kalau begitu coba Cantika baca ulang lagi soalnya. S2.08 (membacakan soal) P2.09 Baik, berarti yang ditanyakan apa? S2.09 (terdiam sejenak)

Banyak kelereng yang disusun Alif pada pola ke-8? P2.10 Kenapa Cantika tidak mencantumkan unsur yang diketahui dan yang ditanyakan

pada lembar jawabannya? S2.10 Saya lupa cantumkan. P2.11 Apakah Cantika mempunyai rencana di dalam menyelesaikan soal tersebut? S2.11 Iya, ada. P2.12 Rencana bagaimana yang Cantika buat? S2.12 Saya cari terlebih dahulu pola dari masing-masing jumlah kelereng yang diketahui. P2.13 Baik, setelah itu? S2.13 Mencari selisihnya untuk dapat menemukan pola selanjutnya. P2.14 Apakah Cantika bisa melanjutkan pola selanjutnya dengan menggunakan rencana

yang telah dibuat tersebut? S2.14 Iya, bisa. P2.15 Caranya bagaimana? S2.15 Saya kerjakan operasi yang sama pada setiap pola sebelumnya. P2.16 Mengapa Cantika memilih cara tersebut? S2.16 Hanya cara itu yang saya ketahui dan pahami. P2.17 Baik, kalau begitu bisa coba Cantika tuliskan? S2.17 Bisa.

(mengambil kertas dan pulpen) P2.18 Berarti berapa hasil akhir yang Cantika peroleh? S2.18 36. P2.19 Sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh tersebut? S2.19 (terdiam sejenak)

Yakin. P2.20 Lembar jawabannya Cantika periksa ulang tidak sebelum di kumpul?

Page 130: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

115

S2.20 Tidak saya periksa. P2.21 Kenapa Cantika tidak periksa kembali? S2.21 Kurang paham dengan caranya. P2.22 Ok, kalau begitu bisa kita lanjut ke soal berikutnya? S2.22 Iya, bisa. P2.23 Baik, coba Cantika bacakan terlebih dahulu soalnya. S2.23 Nomor 2? P2.24 Iya, betul. S2.24 (membacakan soal) P2.25 Apa Cantika sudah paham dengan maksud soalnya? S2.25 Sedikit paham. P2.26 Baik, kalau begitu apa yang Cantika ketahui pada soal tersebut? S2.26 Sepuluh kotak yang berisi buah mangga. P2.27 Apakah masih ada lagi yang Cantika ketahui? S2.27 Iya, masih ada. P2.28 Kalau begitu coba Cantika sebutkan. S2.28 Kotak pertama berisi 1 buah mangga, kotak kedua berisi 3 buah, kotak ketiga

berisi 5 buah, kotak keempat berisi 7 buah, dan kotak kelima berisi 9 buah. P2.29 Baik. Masih ada lagi? S2.29 Mungkin hanya itu saja. P2.30 Baik. Kalau yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S2.30 Banyak buah mangga pada kotak terakhir? P2.31 Kotak terakhir yang dimaksudkan soal tersebut, kotak ke berapa? S2.31 Kotak keenam? P2.32 Dengan alasan apa hingga Cantika mengatakan hal demikian? S2.32 (terdiam sejenak)

Karena yang terakhir diketahui di sini (menunjuk soal) kotak kelima. P2.33 Kalau untuk rencana penyelesaiannya sendiri, ada tidak yang Cantika buat

sebelumnya? S2.33 Iya, ada. P2.34 Rencana bagaimana yang Cantika buat tersebut? S2.34 Menemukan pola pada bilangan-bilangan yang diketahui sebelumnya dengan

melihat selisihnya. P2.35 Baik. Setelah itu, apa lagi? S2.35 Saya kerjakan operasi yang sama pada setiap pola yang ditemukan sebelumnya. P2.36 Apa Cantika dapat menyelesaikan soal yang diberikan dengan menggunakan

rencana yang telah dibuat sebelumnya? S2.36 Iya, bisa. P2.37 Bagaimana cara Cantika menyelesaikannya? S2.37 Saya lanjutkan pola selanjutnya dengan cara menambahkan angka 2 pada setiap

pola sebelumnya. P2.38 Mengapa Cantika menggunakan cara tersebut? Bukankah masih terdapat cara yang

lain? S2.38 Hanya cara ini yang saya ketahui dan saya pahami. P2.39 Baik, kalau begitu bisa Cantika tuliskan cara menyelesaikannya? S2.39 Bisa. (mengambil kertas dan pulpen) P2.40 Apakah Cantika sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh tersebut? S2.40 (terdiam sejenak)

Iya, yakin. P2.41 Sudah Cantika periksa ulang terkait jawaban yang diperoleh?

Page 131: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

116

S2.41 Tidak saya periksa. P2.42 Kenapa Cantika tidak periksa? S2.42 Masih belum paham terkait dengan caranya.

Page 132: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

117

Lampiran 15: Hasil Wawancara Subjek Quitters

P3.01 Nur Sakinah? S3.01 Iya. (sambil memandangi pewawancara) P3.02 Ok. Dari soal-soal yang diberikan, berapa nomor yang dikerjakan? S3.02 Hanya nomor 1. P3.03 Baik, kalau begitu coba Sakinah bacakan soal yang nomor 1. (menyerahkan lembar

soal) S3.03 (membacakan soal) P3.04 Sakinah paham tidak maksud dari soal tersebut? S3.04 (terdiam sejenak)

Sedikit paham. P3.05 Baik, kalau begitu apa yang diketahui dari soal tersebut? S3.05 (terdiam sejenak)

Pola kesatu ada 1 kelereng, pola ke-2 ada 3 kelereng, pola ketiga ada 6 kelereng, dan pola keempat ada 10 kelereng.

P3.06 Baik, kalau begitu yang ditanyakan pada soal tersebut apa? S3.06 (terdiam sejenak)

Pola ke-8? P3.07 Setelah memahami soal tersebut, langkah apa yang Sakinah lakukan selanjutnya? S3.07 Mencari pola yang ditanyakan. P3.08 Sebelumnya ada tidak rencana yang dibuat? S3.08 (terdiam sejenak)

Tidak ada. P3.09 Kalau begitu bagaimana cara Sakinah menyelesaikan soal tersebut? S3.09 (terdiam sejenak)

Saya langsung menjumlahkan setiap pola sebelumnya. P3.10 Ada tidak yang dilakukan sebelum itu? S3.10 (terdiam sejenak)

Tidak, hanya itu yang saya lakukan. P3.11 Baik, kalau begitu bisa tuliskan cara menyelesaikannya? S3.11 Bisa.

(mengambil kertas dan pulpen) P3.12 Berarti berapa hasil akhir yang Sakinah peroleh? S3.12 36. P3.13 Apakah Sakinah sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh tersebut? S3.13 (terdiam sejenak)

Yakin. P3.14 Sudah Sakinah cek ulang sebelumnya? S3.14 (terdiam) P3.15 Hasil penyelesaian yang Sakinah kerjakan, apakah sudah diperiksa ulang?

(mengulang pertanyaan) S3.15 Tidak saya periksa. P3.16 Mengapa Sakinah tidak periksa kembali? S3.16 Saya tidak ketahui rumus nya. P3.17 Baik. Kalau begitu untuk soal nomor 2 kenapa Sakinah tidak kerjakan? S3.17 Saya masih kurang paham terkait cara kerjanya. P3.18 Baik, kalau sekarang bisa tidak Sakinah coba kerjakan? S3.18 (terdiam)

Page 133: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

118

P3.19 Coba Sakinah bacakan dulu soalnya. S3.19 (membacakan soal) P3.20 Apa yang Sakinah ketahui dari soal tersebut? S3.20 (terdiam sejenak)

Kotak pertama 1 buah, kotak kedua 3 buah, kotak ketiga 5 buah, kotak keempat 7 buah, dan kotak kelima 9 buah.

P3.21 Baik, kalau yang ditanyakan dari soal apa? S3.21 Banyak buah mangga pada kotak terakhir. P3.22 Kotak terakhir yang dimaksud pada soal tersebut, kotak ke berapa? S3.22 (terdiam sejenak)

Kalau yang ini, saya masih kurang paham. P3.23 Berarti Sakinah terkendala pada bagian ini sehingga tidak dapat mengerjakan

soalnya? S3.23 Iya, terkendala pada bagian yang ditanyakan pada soalnya.

Page 134: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

119

Lampiran 16: Dokumentasi Kegiatan

Foto Pengisian Angket AQ dan Pengerjaan Tes oleh Siswa Kelas VIII.H

Foto Peneliti bersama ke-3 subjek penelitian Foto wawancara terhadap subjek Climbers

Foto wawancara terhadap subjek Campers Foto wawancara terhadap subjek Quitters

Page 135: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

120

Lampiran 17: Kartu Kontrol Bimbingan Proposal

Page 136: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

121

Page 137: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

122

Lampiran 18: Persetujuan Pembimbing Proposal

Page 138: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

123

Lampiran 19: Berita Acara Seminar Proposal

Page 139: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

124

Lampiran 20: Lembar Perbaikan Seminar Proposal

Page 140: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

125

Lampiran 21: Kartu Kontrol Bimbingan Instrumen Penelitian

Page 141: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

126

Page 142: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

127

Lampiran 22: Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian

Page 143: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

128

Lampiran 23: Surat Pengantar dan Permohonan Izin Penelitian

Page 144: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

129

Page 145: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

130

Page 146: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

131

Page 147: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

132

Lampiran 24: Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah

Page 148: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

133

Lampiran 25: Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi

Page 149: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

134

Page 150: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

135

Lampiran 26: Persetujuan Pembimbing Skripsi

Page 151: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

136

Lampiran 27: PPT Presentase

Page 152: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

137

Lampiran 28: Surat Keterangan Bebas Plagiasi

Page 153: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

138

Lampiran 29: Hasil Uji Plagiasi

Page 154: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

139

Page 155: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

140

Page 156: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

141

Page 157: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

142

Page 158: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

143

Page 159: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

144

Page 160: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

145

Page 161: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

146

Page 162: profil kemampuan pemecahan masalah matematika

147

RIWAYAT HIDUP

Nurmia Syam. Lahir di Jeneponto, Sulawesi Selatan pada tanggal 9 September 1999. Anak ke-3 dari 3 bersaudara, dari pasangan Bapak Syafaruddin dan Ibu Rosmala. Penulis mulai masuk Sekolah Dasar pada tahun 2005 di SDN 44 Bantaulu Kabupaten Jeneponto dan tamat pada tahun 2011. Kemudian tamat di SMPN 4 Binamu Kabupaten Jeneponto pada tahun 2014, dan tamat di SMAN 1 Jeneponto pada tahun 2017. Pada tahun yang sama (2017), penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Semasa kuliah, penulis pernah

aktif di organisasi IMM sebagai anggota bidang kader periode 2019-2020, dan juga mengikuti beberapa komunitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial, yakni di komunitas EXIT dan KPAJ Makassar. Berkat limpahan rahmat Allah SWT., penulis memperoleh Beasiswa Unggulan dari Kemendikbud Ristek RI. Berkat adanya bantuan pendanaan tersebut, penulis akhirnya dapat menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dalam Bidang Studi Matematika pada tahun 2021.