Page 1
1
Dokter Pembimb ng
dr. Pramono, Sp.THT-KL
PRESENTASI KASUS
OMSK AD DENGAN KOMPLIKASI MASTOIDITIS AD
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan KlinikIlmu Kesehatan THT Rumah Sakit Umum Daerah
Temanggung
i :
Diajukan Kepada :
dr. Pramono, Sp. THT-KL
Disusun Oleh:Ica Trianjani S.
20100310010
KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT RSUD TEMANGGUNG FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2016
Page 2
2
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
MASTOIDITIS AD
Telah dipresentasikan pada:
Maret 2016
Oleh:
Ica TrianjaniS.
20100310010
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan THT RSUD
Temanggung
(dr. Pramono, Sp.THT-KL)
Page 3
3
BAB I
STATUS
PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : ny. T
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 41tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
Alamat : Ngrawan Lor
Agama : Islam
Tanggal masuk :
No. CM : 056988
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama:
Nyeri pada telinga kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada telinga kiri sejak ± 3 hari yang
lalu sebelum periksa ke Poli THT RSUD Temanggung. Pasien juga
mengeluh keluar cairan berwarna bening agak putih, banyak dan tidak
berbau. Ttelinga kiri berdenging (+), penurunan pendengaran (+) gatal pada
telinga (-), batuk (-), pilek (-), pusing (-), demam (-) dan mual muntah
(-).Sebelumnya pasien juga pernah periksa ke dokter dan di diagnosis OMA,
pasien diberi obat minum tetapi keluhan tidak berkurang.
Page 4
4
C. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat pengobatan : disangkal Riwayat Alergi : disangkal Riwayat Hipertensi : disangkal Riwayat DM : disangkal Riwayat Asma : disangkal Riwayat penyakit amandel : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit DM : disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7 0C
Nadi : 84 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 20 x/menit
Kepala : normocephali
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba membesar
Page 5
MT ntakedema (-),
(con o
5
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
B. STATUS LOKALIS
1. Telinga
AD ASAurikula
Normotia, helix sign (-), tragus sign (-)
Normotia, helix sign (-), tragus sign (-)
Tanda radang(-), pus(-), nyeri tekan (-), fistula(-)
Preaurikula
Tanda radang(-), pus(-), nyeri tekan (-), fistula(-)
Tenang, udem(-), fistel(-),sikatriks(-), nyeri tekan(-) Retroaurikula
Hiperemis(-), udem(-),
Tenang, udem(-), fistel(-), sikatriks(-), nyeri tekan(-)
Hiperemis(-), udem(-),sekret(-), serumen (-),
massa(-)MAE serumen(-), sekret (+) mukoid
tidak berbau , massa(-)
i , hiperemis (-), refleks cahaya light) (+)
Membran timpani MT perforasi (+) sentral, hiperemis (-), edema (-),
refleks cahaya (con of light) (+)
Tidak dilakukan Perasat Valsava Sekret (+)
Tidak dilakukan Uji Rinne Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Uji Weber Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Uji Schwabach Tidak dilakukan
Page 6
2. Hidung dan Paranasal
Inspeksi, Palpasi
Deviasi nasal (-), massa (-), darah (-), nyeri tekan
(-), krepitasi (-)
M ukosa:
Cavum nasi : edema (-), hiperemi (-),sekret (-)
Septum : edema (-), hiperemi (-)
S PN : edema nasal (-), nyeri tekan pipi/kelopak
bawah (-), nyeri tekan pangkal hidung(-).
Rhinoskopi Anterior
Septum letak sentral, deformitas os nasal (-).
N D / NS : Mukosa edema (-/-), concha hiperemi
(-/-), massa(-/-), sekret (-).
Rhinskopi Posterior
Tidak dilakukan
3. Tenggorokan dan Laring (Leher)
Inspeksi, Palpasi
Trakhea letak sentral, gld. Thyroid tak teraba, massa
(-), nyeri tekan (-), retraksi (-).
C a vum or i s : Karies (-), mukosa mulut dalam batas
normal, papil lidah dalam batas normal,
lidah mobile, uvula sentral gerak
simetris, massa (-)
Far i ng : mukosa tidak hiperemis, edema (-), massa
(-)
T o n s i l : hiperemis (-), (T1-T1), abses peritonsiler
(-)
A rcus pa l a t og l ossus : tidak hiperemis, protrusi
asimetris (-), massa (-)
A rcus pa l a t opha r i ngeus : tidak hiperemis, protrusi
asimetris (-), massa (-)
Page 7
Laringoskopi Indirek
Tidak dilakukan
IV. RESUMEPasien wanita 43 tahun datang dengan keluhan nyeri pada telinga kiri
sejak ± 3 hari yang lalu sebelum periksa ke Poli THT RSUD Temanggung. Pasien
juga mengeluh keluar cairan berwarna bening agak putih, banyak dan tidak
berbau. Ttelinga kiri berdenging (+), penurunan pendengaran (+) gatal pada
telinga (-), batuk (-), pilek (-), pusing (-), demam (-) dan mual muntah
(-).Sebelumnya pasien juga pernah periksa ke dokter dan di diagnosis OMA,
pasien diberi obat minum tetapi keluhan tidak berkurang.
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan KU baik, TD: 110/70 mmHg, T:
36,7 0C, N: 84 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, R: 20 x/menit.
pemeriksaan telinga ditemukan MT perforasi (+) sentral, refleks cahaya (con of
light) (+), secret (+) mukoid dan tidak berbau, pemeriksaan hidung dalam batas
normal. pemeriksaan tenggorok dalam batas normal.
V. DIAGNOSIS
Diagnosis : Mastoiditis AD
Diagnosis banding :
Otitis Media Akut AD
Otitis Media Supuratif Kronik AD
Mstoiditis AD
VI. PENATALAKSANAAN
Terapi yang diberikan berupa :
Antibiotic
Antiinflamasi
Analgetik
Decongestan
Pada OMSK Benigna, tindakan operatif (mastoidektomi) dilakakukan
bila setisaknya memenuhi 2 kriteria dari 4 kriteria berikut :
Page 8
1. Penurunan pendengaran sedang 41-60 dB
2. Laboratorium ditemukan bakteri Pseudomonas
3. Otoskopi : jaringan yang sifanya irregular (granulasi, fibrosis,
kolesteatom)
4. Radiologi terdapat kelainan anatomi (cellulae menghilang)
Edukasi : mencari sumber infeksi dan dieradikasi seperti karies gigi,
sibusitis, tonsillitis, adenoiditis
Page 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis media nekrotikans akut menjadi
awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum organisme
yang virulen, terutama berasal dari nasofaring terbesar pada masa kanak-kanak, atau
karena rendahnya daya tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis jaringan
akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi perforasi pada
membrane timpani setelah penyakit akut berlalu membran timpani tetap berlubang
atau sembuh dengan membrane atrofi. OMSK lebih merupakan penyakit kekambuhan
daripada menetap, keadaan ini lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada
keseragaman gambaran patologi, ketidakseragaman ini disebabkan oleh proses
peradangan yang menetap atau kekambuhan disertai dengan efek kerusakan jaringan,
penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
a. Perjalanan penyakit
OMS TIPE BENIGNA
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika pertama
kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan
antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau
intermitten. Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan
derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang2 pendengaran dan koklea
selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit. Perforasi membrane timpani sentral
sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya .
Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga membrane
mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapt
tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum
yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan membrane timpani dan
telinga tengah sampai polip tersebut diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga
timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid da setelah satu atau dua kali
pengobatan local abu busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari
perforasi besar tipe sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga
timpani merupakan diagnosa khas pada omsk tipe benigna.
Page 10
OMSK TIPE MALIGNA DENGAN KOLESTEATOM
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan
berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keepingkeping kecil,
berwarna putih mengkilat. Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat
terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara
pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena
kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat
osteolitik kolesteatom.
b. Terapi
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konstervatif atau dengan medika mentosa. Bila
sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan
H2o2 3 % selama 3 – 5 hari. Setelah sekret berkurang terapi dilanjutkan dengan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid, kultur dan tes resisten penting
untuk perencanaan terapi karena dapat terjadi strain-strain baru seperti pseudomonas
atau puocyaneous. Infeksi pada kolesteatom sukar diobati sebab kadar antibiotic
dalam kantung yang terinfeksi tidak bias tinggi. Pengangkatan krusta yang
menyumbat drainage sagaat membantu. Granulasi pada mukosa dapat diobati dengan
larutan AgNo3 encer ( 5 -100 %) kemudian dilanjutkan dengan pengolesan gentian
violet 2 %. Untuk mengeringkan sebagai bakterisid juga berguna untuk otitis eksterna
dengan otorhea kronik. Cara terbaik mengangkat polip atau masa granulasi yang
besar, menggunakan cunam pengait dengan permukaan yang kasar diolesi AgNo3 25-50
% beberapa kali, selang 1 -2 minggu. BIla tidak dapat diatasi , perlu dilakukan
pembedahan untuk mencapai jaringan patologik yang irreversible. Konsep dasar
pembedahan adalah eradikasi penyakit yang irreversible dan drainase adekwat,
rekontruksi dan operasi konservasi yang memungkinkan rehabilitasi pendengaran
sempurna pada penyakit telinga kronis.
Page 11
MASTOIDITIS
Definisi
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang
terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa
yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah.
Epidemiologi
Masih belum diketahui secara pasti , tetapi biasanya terjadi pada pasien-
pasien muda dan pasien dengan gangguan sistem imun.
Anatomi
Kavum timpani merupakan suatu rongga yang bagian lateralnya dibatasi
oleh membran timpani, di medial oleh promontorium, di superior oleh tegmen
timpani, di inferior oleh bulbus jugularis dan n. fasialis. Sebelah anterior dibatasi
oleh tuba Eustachius, semikanal m.tensor timpani, arteri karotis dan di posterior
dibatasi oleh eminensia piramidalis, aditus ad antrum, tempat keluarnya korda
timpani, fosa inkudis, dan dibaliknya terdapat antrum mastoid.
Kavum timpani terutama berisi udara yang mempunyai ventilasi ke nasofaring
melalui tuba Eustachius. Menurut ketinggian batas superior dan inferior
membran timpani, kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epitimpanum
yang merupakan bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari batas superior
membran timpani, mesotimpaninum yang merupakan ruangan di antara batas atas
dengan batas bawah membran timpani dan hipotimpanum, yaitu bagian kavum
timpani yang terletak lebih rendah dari batas bawah membran timpani. Di dalam
kavum timpani terdapat tiga buah tulang pendengaran (osikel) dari luar ke dalam,
yaitu maleus, inkus dan stapes.
Pars mastoid tulang temporal ialah tulang keras yang terletak di belakang
telinga. Di dalam kavum timpani, terdapat rongga seperti sarang lebah yang berisi
udara. Rongga-rongga udara ini (air cells) terhubung dengan rongga besar yang
disebut antrum mastoid. Kegunaan air cells ini adalah sebagai udara cadangan
yang membantu gerak normal gendang telinga. Prosesus mastoid sering disebut
juga ujung mastoid (mastoid tip) merupakan suatu tonjolan di bagian bawah
tulang temporal yang dibentuk oleh prosesus zigomatikus di bagian anterior dan
Page 12
lateralnya, serta pars petrosa tulang temporal di bagian ujung dan posteriornya.
Pneumatisasi mastoid mulai setelah bayi lahir dan hampir lengkap pada usia 3 dan
4 tahun, kemudian berlangsung terus sampai usia dewasa. Proses pneumatisasi ini
bervariasi pada individu, sehingga terdapat tiga tipe pneumatisasi, yaitu
pneumatik, diploik dan sklerotik. Pada tipe pneumatik, hampir seluruh prosesus
mastoid terisi oleh pneumatisasi. Sklerotik tidak terdapat pneumatisasi sama
sekali dan tipe diploik pneumatisasi kurang berkembang. Sel mastoid dapat
meluas ke daerah sekitarnya, dapat sampai ke arkus zigomatikus dan ke pars
skuamosa tulang temporal.
Page 13
Etiologi
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri
yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada
infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah
beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah
disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari
sistem imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi
Page 14
mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak
yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah
sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S.
Pnemonieae.
Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat
dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu
sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di
bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya
seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya
penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada
dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotik dan kekuatan penetrasi bakteri
terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya
penyakit.
Patologi dan Patogenesis
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga
tengah yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke
struktur sekitarnya. Pertahanan pertama ialah mukosa kavum timpani yang
menyerupai mukosa saluran pernapasan yang mampu melokalisir dan mengatasi
penyakit. Bila sawar ini dapat ditembus masih ada sawar kedua, yaitu dinding
kavum timpani dan sel mastoid. Komplikasi terjadi karena perluasan radang
infeksi melalui tulang. Radang yang semula terbatas pada mukosa, meluas ke
lapisan histologik yang lebih dalam, yaitu periosteum dan tulang sendiri, sehingga
terjadi komplikasi yang diakibatkan oleh osteitis atau osteomielitis di sekitar
rongga telinga tengah. Istilah mastoiditis digunakan ketika infeksi menyebar dari
mukosa sampai melibatkan dinding tulang sel-sel mastoid. Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya mastoiditis ini antara lain: virulensi kuman, kerentanan
tubuh penderita, pneumatisasi mastoid dan kolesteatoma. Streptokokus
betahemolitikus merupakan kuman penyebab tersering. Apabila peradangan pada
mastoid tidak tertangani, tekanan nanah menyebabkan asidosis lokal dan
Page 15
dekalsifikasi tulang, iskemik, serta terputusnya trabekula antarsel. Mastoid
menjadi satu rongga yang luas yang berisi eksudat purulen dan jaringan granulasi
menghasilkan empiema yang disebut mastoiditis koalesen
Kuman aerob
Gram positif :s pyogenes dan s
albus
Gram negative : proteus,
pseudomonas spp E colli, kuman an
aerob
Bakterioides spp
Timbul Infeksi pada telinga
Eksogen infeksi dari luar melalui
perforosi membrane tympani
Rinogen dari penyakit ronggga
hidung dan sekitarnya
Endogen alergi,DM, TBC paru
Peradangan padda Mastoid
Mastoiditis
Nyeri Timbul suara denging
Kemerahan pada mastoid
Keluarnya push
Gangguan rasa nyaman Nyeri Cemas Hiperemi push
Gangguan pendengaran
Kerusakan jaringan/dikontinuitas
jaringan
Otolitis
GangguanKomunikasi
Penurunan harga diri
Page 16
Manifestasi klinis
1. Febris/subfebris
2. Nyeri pada telinga
3. Hilangnya sensasi pendengaran
4. Bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga
pada sisi telinga yang lainnya)
5. Kemerahan pada kompleks mastoid
6. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir.
7. Matinya jaringan keras (Tulang, Tulang Rawan).
8. Adanya abses (Kumpulan jaringan mati dan nanah)
Namun harus diperhatikan juga bahwa kemungkinan adanya mastoiditis
walaupun tidak ada riwayat otitis media, anatomi eksternal yang normal, tidak
ada nyeri, dan tidak ada tanda-tanda infeksi eksternal.
Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur
mikrobiologi, pengukuran sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan
adanya infeksi, pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya
penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah
CT- scan kepala, MRI-kepala dan foto polos kepala.
Penatalaksanaan
Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan
lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi pemilihan
anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.
Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid.
Komplikasi
Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf
kranial wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien
untuk melihat ke arah sam-ping/lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan
mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-
komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media purulen yang
kronis dan luka infeksi.
Page 17
DAFTAR PUSTAKA
Adams, L. G. et al. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Soepardi, E. A., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala & Leher. FKUI : Jakarta.