Top Banner
PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUD Salatiga Disusun Oleh: Ayudya Septarizky 20070310082 Diajukan Kepada Yth: dr. Bambang Sudarto, Sp. KK
31
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PRESENTASI KASUS ririz

PRESENTASI KASUS

HERPES ZOSTERDisusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin di RSUD Salatiga

Disusun Oleh:

Ayudya Septarizky

20070310082

Diajukan Kepada Yth:

dr. Bambang Sudarto, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RSUD SALATIGA

2012

Page 2: PRESENTASI KASUS ririz

Halaman Pengesahan

Telah diajukan dan disahkan, presentasi kasus dengan judul

HERPES ZOSTER

Disusun Oleh:

Nama : Ayudya Septarizky

NIM : 20070310082

Telah dipresentasikan

Hari/ Tanggal : November 2012

Disahkan Oleh:

Dosen Pembimbing,

dr. Bambang Sudarto, Sp.KK

Page 3: PRESENTASI KASUS ririz

KATA PENGANTAR

Puji syukur, alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus

dengan judul HERPES ZOSTER. Penulisan presentasi kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi

sebagian syarat untuk mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga.

Dalam kesempatan ini ijinkanlah penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat, yang tak terhingga sehingga

penulis mampu menyelesaikan presentasi kasus ini dengan baik, serta junjungan Nabi

Muhammad SAW.

2. dr. Ardi Pramono, Sp. An selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. dr. Bambang Sudarto, Sp. KK, dosen kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UMY di RSUD Salatiga yang telah membimbing penulis selama

menjalani Ko-assisten di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Salatiga.

4. Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa dan semangatnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas presentasi kasus ini pada waktunya.

5. Teman-teman Ko-assisten FKIK UMY, terutama bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.

Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu kedokteran walaupun dalam

penulisan presentasi kasus ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan

penulis. Akhirnya, sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

presentasi kasus ini.

Salatiga, November 2012

Penulis

Page 4: PRESENTASI KASUS ririz

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... ii

KATA PENGANTAR............................................................................................... iii

DAFTAR ISI............................................................................................................. v

BAB I KASUS..........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 4

HERPES ZOSTER

A. Definisi …………………............................................... 8

B. Epidemiologi................................................................... 9

C. Etiologi…………............................................................. 11

D. Gambaran Klinik.............................................................. 11

E. Histopatologi.................................................................... 13

F. Patogenesis…………....................................................... 15

G. Komplikasi……….............................................................. 16

H. Diagnosis......................................................................... 16

I. Diagnosis Banding.......................................................... 17

J. Pencegahan...................................................................... 17

K. Penatalaksanaan............................................................... 17

L. Prognosis.......................................................................... 18

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................. 19

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 20

Page 5: PRESENTASI KASUS ririz

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 21

Page 6: PRESENTASI KASUS ririz

BAB I

KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. AH

Usia : 16 tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Pendidikan : Pelajar

Agama : Islam

Alamat : Ngasinan, Bringin , Semarang

No. CM : 09-10-141075

Tanggal periksa : 26 Oktober 2012

B. ANAMNESIS

Keluhan utama : Panas dan nyeri di badan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Salatiga dengan keluhan nyeri dan panas di

badan yang timbul sejak 5 hari yang lalu, kadang disertai rasa gatal. Awalnya perut bagian

kanan terasa nyeri, lalu muncul bintil-bintil kecil, makin lama makin banyak dan membesar,

seperti ada air di dalamnya. Kemudian bintil-bintil tersebut menggerombol dan menjalar

hingga punggung sebelah kanan. Demam (-), lemas (+), pusing (-). Saat ini bintil-bintil

sudah tidak bertambah banyak. Pasien belum melakukan pengobatan.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien pernah mengalami cacar air sebelumnya

Riwayat mengkomsumsi obat-obatan tertentu sebelumnya di sangkal

Riwayat kontak dengan bahan alergi/iritan sebelumnya di sangkal

Riwayat alergi disangkal

Page 7: PRESENTASI KASUS ririz

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya

Riwayat alergi pada keluarga disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status general

Kesan umum: cukup

Kesadaran: Compos mentis

Tanda-tanda vital : dalam batas normal

Status dermatologi

Predileksi : region torak dekstra hingga punggung dekstra

UKK : vesikel dan pustul bergerombol diatas dasar eritem, , dan lesi yang khas bersifat

unilateral sesuai dermatom, serta terdapat krusta diatasnya.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

E. DIAGNOSIS BANDING

Herpes Zoster

Varisela

Dermatitis Herpetiformis

Page 8: PRESENTASI KASUS ririz

F. DIAGNOSIS

Herpes Zoster Regio Torakolumbalis Dextra

G. TERAPI

R/ Clinium gel tube I

S 2 dd u.e

R/ Supramox tab mg500 No XV

S 3 dd tab I

R/ Proneuron tab No XV

S.3 dd tab I

R/ Solaxin tab No XV

S. 3 dd tab I

Page 9: PRESENTASI KASUS ririz

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat terutama terjadi pada orang tua yang

khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada

dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari

nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela-zoster dari infeksi endogen yang

telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.

B. EPIDEMIOLOGI

Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini seperti yang diterangkan dalam

definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela. Kadang-

kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan

transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.

C. ETIOLOGI

Herpes zoster disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV). VZV merupakan virus

berinti DNA. VZV mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 unit protein dan berbentuk simetri

ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya

virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus dengan cepat dapat

dihancurkan oleh bahan organik, detergen, enzim proteolitik, panas dan lingkungan pH yang

tinggi.

Page 10: PRESENTASI KASUS ririz

D. GAMBARAN KLINIK

Gejala prodromal lokal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada

dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang keluarnya erupsi atau

bersama-sama dengan kelainan kulit. Gejala prodromal sistemik, seperti sakit kepala, malaise,

dan demam, terjadi pada 5 % penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum

terjadi erupsi.

Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir

selalu unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada

daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.

Erupsi mulai dengan makulopapulo-erimatous. Dua belas hingga 24 jam kemudian

terbentuk vesikula yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema.vesikel ini

cepat membesar dan menyatu sehingga membentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah

beberapa hari menjadi keruh (berwarna abu-abu), dan dapat pula bercampur darah. Vesikel dapat

menjadi pustula pada hari ke-3 atau jika terjadi absorbsi vesikula atau bula mengering menjadi

krusta seminggu sampai 10 hari kemudian. Krusta ini dapat menetap selama 2-3 minggu.

Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak (jarang),

hanya timbul keluhan ringan dan erupsinya cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada

penderita usia lanjut dapat menetap, walaupan krustanya sudah menghilang.

Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul

berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu.

Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional.

Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat

Page 11: PRESENTASI KASUS ririz

persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf

pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut.

Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering

disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus (ganglion gaseri) atau nervus fasialis

dan otikus (dari ganglion genikulatum).

Menurut daerah penyerangannya dikenal:

1. Herpes Zoster Oftalmika : menyerang dahi dan sekitar mata.

2. Herpes Zoster Servikalis : menyerang pundak dan lengan.

3. Herpes Zoster Torakalis : menyerang dada dan perut.

4. Herpes Zoster Lumbalis : menyerang bokong dan paha.

5. Herpes Zoster Sakralis : menyerang sekitar anus dan genitalia

6. Herpes Zoster Otikum : menyerang telinga.

Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus,

sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga

menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh

gangguan nervus fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka ( Bell’s

palsy), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan

pendengaran, nistagmus dan nausea, juga terdapat gangguan pengecapan. Daerah yang yang

paling sering terkena infeksi adalah daerah torakal, kemudian daerah mata, walaupun daerah-

daerah lain tidak jarang.

Herpes zoster generalisata terdapat kelainan kulit yang unilateral dan segmental disertai

kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikula dengan umbilikasi. Kasus ini

Page 12: PRESENTASI KASUS ririz

terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya

pada penderita limfoma maligna.

Herpes zoster abortif, artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu yang singkat dan

kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem. Bentuk lain herpes zoster yaitu

herpes zoster hemoragika (vesikula-vesikulanya tampak berwarna merah-kehitaman karena

berisi darah).

E. HISTOPATOLOGI

Tampak vesikula bersifat unilokular, biasanya pada stratum granulosum, kadang-kadang

subepidermal. Yang penting adalah temuan “sel balon” yaitu sel stratum pinosum yang

mengalami degenerasi dan membesar, juga badan inklusi (lipschutz) yang tersebar dalam inti sel

epidermis, dalam jaringan ikat dan endotel pembuluh darah. Dermis : dilatasi pembuluh darah

dan sebukan limfosit.

Ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf, proliferasi

endotel pembuluh darah kecil, hemorargi fokal, dan inflamasi bungkus ganglion. Partikel virus

dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen VZV dapat dilihat secara imunofluoresensi.

F. PATOGENESIS

Melihat data epidemiologi klinik dan histopatologik, patogenesis herpes zooster mirip

dengan infeksi herpes simpleks kambuhan. Selama terjadinya infeksi varisela, VZV

meninggalkan lesi dikulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian

secara sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik tersebut menuju ke ganglion

Page 13: PRESENTASI KASUS ririz

saraf sensorik. Dalam ganglion ini, virus memasuki masa laten dan di sini tidak infeksius dan

tidak mengadakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti kehilangan daya infeksinya.

Gbr. Reaktivasi virus hingga timbul manifestasi klinis

Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan, akan terjadi reaktivasi virus.

Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada

saraf serta terjadi inflamasi yang berat, dan biasanya disertai neuralgia yang hebat.

VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik, sehingga terjadi neuritis.

Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik di kulit dengan gambaran erupsi yang

khas untuk erupsi herpes zoster.

G. KOMPLIKASI

Neuralgia pasca herpetika adalah rasa nyeri yang timbul pada daeerah bekas

penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Keadaan

Page 14: PRESENTASI KASUS ririz

ini cenderung terjadi pada penderita diatas usia 40 tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi.

Sepertiga kasus diatas usia 60 tahun dikatakan akan mengalami komplikasi ini, sedang pada usis

muda hanya terjadi pada 10 % kasus. 1 Makin tua penderita makin tinggi persentasenya.

Pada penderita tanpa disertai difisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya

pada yang disertai difisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai

komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik. Infeksi sekunder oleh bakteri

akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan meninggalkan bekas sebagai sikatriks.

Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, diantaranya ptosis

paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik. Paralisis motorik terdapat

pada 1-5 % kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus secara perkontinuitatum dari ganglion

sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis motorik terjadi terutama bila virus juga

menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis. Paralisis biasanya timbul dalam 2

minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya dimuka,

diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, anus. Umumnya akan sembuh spontan.

H. DIAGNOSIS

Dalam stadium pra-erupsi, penyakit ini sering dirancukan dengan penyebab rasa nyeri

lainnya, misalnya pleuritis infark miokard, kolesistitis, apendisitis, kolik renal, dan sebagainya.

Bila erupsi mulai terlihat, diagnosis menjadi mudah ditegakkan.

Secara laboratorik, pemeriksaan sediaan apusan secara Tzanck membantu menegakkan

diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak, demikian pula pemeriksaan cairan

vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes serologis.

Page 15: PRESENTASI KASUS ririz

Gbr. Histopatologi Gbr. Sel Datia multinuklei

I. DIAGNOSIS BANDING

1. Varisela

Umur : Sangat menular, terutama menyerang anak-anak. Bila menyerang orang

dewasa gejala biasanya lebih berat.

Predileksi : Terutama pada badan dan sedikit pada wajah dan ekstrimitas. Mungkin

juga timbul pada mulut, palatum mole dan faring.

UKK : Vesikel berukuran miliar sampai lentikular, disekitar terdapat daerah

eritematosa. Dapat ditemukan beberapa stadium perkembangan vesikel mulai dari eritem,

vesikel, pustule, skuama, hingga sikatriks (polimorf).

2. Dermatitis Herpetiformis

Umur : terjadi pada semua umur, laki-laki lebih sering daripada perempuan.

Predileksi : terutama pada lipat ketiak bagian belakang, oksiput, daerah sakrum,

bokong, ekstensor lengan, siku, lutut.

Page 16: PRESENTASI KASUS ririz

UKK : berupa rasa gatal yang sangat dan panas ditandai dengan adanya vesikula

berkelompok atau urtika diatas dasar ertitem pada daerah predileksi, polimorfi, biasanya

simetris.

J. PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit herpes seharusnya mencakup pencegahan infeksi virus laten dan

pencegahan reaktivasi virus yang laten tersebut. Tetapi sampai sekarang belum ditemukan cara

untuk pencegahan tersebut.

K. PENATALAKSANAAN

1. Terapi umum : pasien sebaiknya beristirahat.

2. Terapi sistemik

Terapi sistemik hanya bersifat simtomatik, misalnya pemberian analgetika untuk

mengurangi neuralgia. Dapat pula ditambahkan neurotropik, vitamin B1, B6 dan B12.

Pemberian secara oral prednison 30 mg per hari atau triamsinolon 48 mg sehari akan

memperpendek masa neuralgia pasca herpetika, terutama pada orang tua dan seyogyanya sudah

diberikan sejak awal timbulnya erupsi. Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk sindrom

ramsay Hunt. Pemberian harus sedini-dininya untuk mencegah terjadinya paralisis. Biasanya

diberikan prednison dengan dosis 3 x 20 mg sehari, setelah eminggu dosis diturunkan secara

bertahap. Dengan dosis prednisosn setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik

digabung dengan obat antiviral. Dikatakan kegunaannya untuk mencegah fibrosis ganglion.

Pengobatan dengan imunostimulator, seperti isoprinosin dan antivirus seperti interferon

dapat pula dipertimbangkan. Imunostimulator yang biasa digunakan ialah isoprinosin 50 mg/kg

BB/hari, dosis maksimal 3000 mg sehari. Obat ini juga diberikan dalam 3 hari pertama lesi

Page 17: PRESENTASI KASUS ririz

muncul. Ada pendapat yang mengatakan isoprinosin sebagai imunostimulator tidak berguna

karena awitan kerjanya baru setelah 2-8 minggu, sedangkan masa aktif penyakit kira-kira hanya

seminggu.

Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan defisiensi

imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan

modifikasinya, misalnya valasiklovir. Sebaiknya diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi

muncul karena lewat dari masa ini pengobatan tidak efektif. . Dosis asiklovir yang dianjurkan

ialah 5 x 800 mg sehari dan biasanya diberikan 7 hari, atas pertimbangan biaya dapat digunakan

dosis 5 x 400 mg selama 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3 x 1000 mg sehari karena

konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru masih dapat diteruskan dan dihentikan

ssudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.

3. Terapi lokal

Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan

bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi

sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salep

antibiotik.

Usahakan supaya vesikel tidak pecah untuk menghindari infeksi sekunder, yaitu dengan

bedak salisil 2 %. Jika terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik lokal misal : salep

kloramfenikol 2 %, maupun antibiotik sistemik spektrum luas misalnya kloramfenikol,

tetrasiklin.

Lokal diberi bedak. Losio kalamin dapat diberikan untuk mengurangi rasa tidak enak dan

mengeringkan lesi vesikuler.

IDU 5-40 % dalam 100% DMSO (dimetilsulfoksid) dipakai secara topikal.

Page 18: PRESENTASI KASUS ririz

Solusio Burowi : digunakan sebagai kompres.

L. PROGNOSIS

Pada orang tua dan anak-anak pada umumnya baik. Pada herpes zoster oftalmikus

prognosis bergantung pada tindakan perawatan secara dini.

Page 19: PRESENTASI KASUS ririz

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan berupa nyeri, panas, dan kadang gatal pada

badan, sejak 5 hari yang lalu, diikuti munculnya bintil-bintil berair yang makin lama makin besar

dan banyak. Riwayat cacar air sebelumnya positif. Lalu dari pemeriksaan fisik didapatkan lesi

pada kulit berupa vesikel bergerombol di atas dasar eritem, pada satu sisi. Dari pemeriksaan

tersebut diagnosis bandingnya adalah herpes simpleks, varisela dan juga dermatitis

herpetiformis. Namun melihat tanda khas berupa lesi yang unilateral dan nyeri serta riwayat

sebelumnya pernah menderita cacar air (varisela) maka diagnosis kerjanya adalah Herpes Zoster.

Regio yang terkena adalah thorak hingga lumbal dekstra, sehingga diagnosa lengkap nya adalah

Herpes Zoster Torakolumbalis Dekstra.

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang . Untuk membantu penegakan

diagnosis selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu dapat dilakukan Tzanck test, yang

nantinya akan didapatkan sel datia berinti banyak.

Terapi di poli diberikan supramox yang berisi amoksisillin untuk mengatasi infeksi

sekunder, dan juga melihat lesi yang sudah cukup luas sekiranya tidak cukup hanya diberikan

antibiotic tipokal. Diberikan proneuron yang berisi metampiron dan diazepam untuk mengatasi

neuralgia, clinium gel yang berisi clindamisin sebagai antibiotik topikal dan solaxin untuk

mengatasi gejala spasme otot karena inflamasi . Pada pasien ini tidak diberikan antivirus dengan

pertimbangan sudah tidak dalam masa aktif , sudah tidak muncul lesi baru dan dikarenakan

pasien dating berobat sudah hari ke lima, antivirus sebaiknya diberikan sejak awal timbulnya

lesi. Kortikosteroid juga tidak diberikan karena pemberiannya terhadap herpes zoster masih

kontroversial.

Page 20: PRESENTASI KASUS ririz

BAB IV

KESIMPULAN

1. Herpes zooster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zooster yang

menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah

infeksi primer.

2. Ciri khas dari herpes zooster adalah nyeri segmental dan erupsi kulit berupa vesikel

berkelompok di atas dasar yang eritematosa pada dermatom tertentu.

3. Pengobatan yang diberikan adalah terapi simptomatik dan obat antivirus, pada stadium

vesikel dapat diberikan bedak salisil 2 %.

Page 21: PRESENTASI KASUS ririz

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, A., Sani, A., dkk, 2009, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, 8th ed, PT.

InfoMaster lisensi dari CMPMedica, Jakarta

2. Moon,J.,2009,Herpes zoster, Medscape, http//:www.emedicine.medscape.com

3. Mulyono, 1986, Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin, 1st ed, Meidian

Mulya Jaya : Jakarta

4. Siregar, R. S., 2005, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, 2nd ed, EGC : Jakarta


Related Documents