PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF BERBAHASA (MEMBACA) ANAK MELALUI METODE SUKU KATA DI TAMAN KANAK-KANAK B2 MELATI BINAAN PKK KABUPATEN GOWA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syrat guna Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar NURWAHIDAH K. 10533 6573 10 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PKK KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syrat guna Meraih Gelar Sarjana
Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
telah
selesai (dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh- sungguh
(urusan yang (ain).
(AC-Insyirah, Q_.S,94: 6-7)
Ambillah waktu untuk Berpikir, itu adalah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk untuk Bermain, itu adalah rahasia dari masa
muda yang abadi.
Ambillah waktu untuk Berdo’a, itu adalah sumber ketenangan.
Ambillah waktu untuk
mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan
Tuhan.
Ambillah waktu untuk Bersahabat, itu adalah jalan menuju
kebahagiaan.
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan
hati Ambillah waktu
untuk memberi, itu adalah membuat hidup terasa lebih berarti
Ambillah waktu untuk Bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.
Ambillah waktu untuk Beramal itu adalah kunci menuju surga
Persembahan :
NURWAHIDAH, 2013 “Peningkatan Kemampuan Kognitif Berbahasa
(Membaca) Anak Melalui Metode Suku Kata di Taman Kanak-Kanak
Kelopok B2
Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa. Skripsi. Dibimbing oleh Hambali,
dan Hj.
Rahmiah B.
permulaan melalui penerapan metode Suku Kata Taman Kanak-Kanak
Kelompok
B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa. Rancangan penelitian yang
digunakan
adalah rancangan penelitian tindakan kelas. Prosedur pelaksanaan
dalam penelitian
ini melalui tahapan-tahapan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan
tindakan,
pengamatan dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan tes
dan lembar observasi. Data yang sudah diperoleh dianalisis dengan
menggunakan
teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tes siklus I, dari 33 anak
sebanyak 14
anak (42,42%) dengan kemampuan kognitif (membaca) dalam kategori
sedang,
disusul kategori tinggi sebanyak 7 anak (21,21%) Kategori sangat
baik sebanyak 0
anak (0%) dan anak dengan ketegori sangat rendah sebanyak 1 siswa
(3.03%).
Selanjutnya berdasarkan nilai rata-rata kemampuan kognitif membaca
permulaan
pada siklus pertama sebesar 61,36 di mana nilai rata-rata tersebut
berada pada
interval 65-79 yang berarti sedang. Pada siklus II, dari 33 subjek
penelitian,
sebanyak 11 anak (39,39%) dengan kemampuan kognitif (membaca)
permulaan
dalam kategori sedang, disusui kategori tinggi sebanyak 6 anak
(18,18%), kategori
sangat tinggi sebanyak 13 siswa (39,39%), dan tidak ada anak dengan
ketegori
rendah dan sangat rendah.
Selanjutnya berdasarkan nilai rata-rata kemampuan membaca permulaan
pada
siklus kedua (lihat lampiran ) sebesar 81,84% di mana nilai
rata-rata tersebut berada
pada interval 80-89 yang berarti tinggi. Penerapan metode Suku Kata
dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan sesuai dengan pengamatan
sikap
siswa selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I
dan siklus II.
vii
Syukur alhamdulillah senantiasa penulis haturkan ke hadirat Allah
Swt atas
segala berkah dan rahmat yang dicurahkan kepada penulis hingga
dapat
menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang diharapkan.
Shalawat dan
salam senantiasa terkirim untuk Nabi Muhammad SAW dan doa
keselamatan untuk
keluarga dan seluruh sahabat serta para Pengikut-Nya.
Skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Kognitif
Berbahasa
(membaca) Anak Didik melalui Metode Suku Kata Kelompok B2 Taman
Kanank-
Kanak melalui Binaan PKK Kabupaten Gowa” dimaksudkan untuk
memenuhi
salah satu persyaratan akademik, guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan
dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
sempurna seringkah penulis menghadapi keterbatasan, hambatan waktu
luang,
dana dan tenaga. Namun, alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT dan
doa bantuan,
petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak, rintangan dan hambatan
dapat
teratasi hingga terwujudnya skripsi ini.
Secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih kepada Drs.
Hambali,
S.Pd., M. Hum selaku Pembimbing I dan Dra. Hj. Rahmiah B., M.Si.
sebagai
Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga
dalam
memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan petunjuk mulai dari
penyusunan
proposal sampai pada skripsi ini.
viii
sepeijuangan yang telah memberikan kasih sayang, nasihat, serta
memberikan
support kepada penulis, selama penulis menempuh pendidikan baik
dalam suka
maupun duka.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak
Dr. H. Irwan Akib, M. Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar,
Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum, selaku Dekan FKIP, Dra Munirah,
M.Pd. selaku
Ketua Jurusan dan para dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
Tak lupa ucapan terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan
dibangku
kuliah, terutama mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
konversi 2010 kelas B atas segala dorongan, saran, dan bantuan yang
telah
diberikan kepada penulis, kepada saudaraku terutama Maidah,
Marlina, Subaedah,
Muhtar, Syamsuriani, serta pihak yang tidak sempat penulis sebutkan
namanya satu
persatu.
Akhirnya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi
perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapa pun.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya dan melindungi
kita
semua. Amin
B. Rumusan Masalah
.......................................................................
4
C. Tujuan Penelitian
........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian
......................................................................
5
A. Tinjauan Pustaka
..........................................................................
7
2. Kemampuan Kognitif
..............................................................
8
C. Kerangka Pikir
.............................................................................
34
D. Hipotesis Tindakan
......................................................................
36
A. Jenis Penelitian
...........................................................................
37
C. Fokus Penelitian
..........................................................................
37
D. Prosedur Penelitian
.....................................................................
38
G. Indikator Keberhasilan
................................................................
44
A. Hasil Penelitian
...........................................................................
46
B. Pembahasan
................................................................................
64
C. Perbandingan Hasil Belajar Anak Didik Siklus I dan Siklus II ..
67
BAB V PENUTUP
........................................................................................
68
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan
berbangsa
dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang RI no. 20 tahun
2003
tentang sistem pendidikan nasional, menjelaskan bahwa :"Pendidikan
adalah
usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses
pembelajaran agar peseda dididk secara aktif mengembangkan potensi
dirinya
memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, Bangsa
dan Negara.
dalam menyukseskan pendidikan dengan cara yang sesuai dengan
tingkat
perkembangannya yaitu memaksimalkan semua aspek perkembangan
dari
aspek kognitif, bahasa, afektif, psikomator dan sosial.
Taman kanak-kanak (TK) adalah peletak awal pempelajaran yang
memberikan pondasi dasar persiapan tahap belajar selanjutnya.
Perkembangan
berpikir di masa anak sangat pesat. Salah satu perkembangan yang
paling pesat
adalah perkembangan bahasa sehingga fokus pemberian materi di
jenjang TK
adalah pada pengembangan bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi
utama
dalam kehidupan. Bekal utama dan pertama manusia dalam
kehidupan
komunikasinya adalah bahasa. Penguasaan bahasa secara baik di masa
usia dini
akan membekali anak untuk dapat terampil berbahasa di kemudian
hari. Potensi
1
2
yang dimiliki anak perlu dikembangkan secara baik melalui stimulus
yang aktif
dari berbagai pihak. Keterlibatan dan peran orang di sekitar anak
dapat
membantu anak mengusai bahasa secara lebih maksimal. Dalam hal ini,
gum
sebagai orang terdekat anak dilingkungan sekolah haruslah peka
terhadap
perkembangan bahasa setiap anak didiknya.
Sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan
Belajar Taman Kanak-Kanak (Depdikbud dalam Moeslichatoen,
2004:3)
tujuan program kegiatan belajar anak TK adalah untuk membantu
meletakan
dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan
daya cipta
yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri
dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya.
Sedangkan mang lingkup program kegiatan belajar yang
meliputi:
pengembangan moral Pancasila, agama, disiplin, perasan/emosi,
dan
kemampuan bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar
melalui
kegiatan yang dipersiapkan oleh gum meliputi pengembangan
kemampuan
berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani.
Program pembelajaran dalam kurikulum TK/RA memadukan
aspek-aspek perkembangan anak didik secara utuh, yang mencakup
bidang
pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan
dasar
(Depdiknas, 2006:4). Bidang pengembangan pembiasaan merupakan
kegiatan
yang dilakukan secara terus menems yang ada dalam kehidupan
sehari-hari
anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Sedangkan bidang
kemampuan
dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk
meningkatkan
3
pengembangan kemampuan dasar tersebut meliputi aspek
perkembangan
berbahasa, kognitif, fisik motorik dan seni. Ericson (dalam
Zalza,2012)
memandang anak periode usia 4-6 tahun sebagai Fase Sense of
Initiative. Pada
periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa,
seperti
kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat,
didengar dan
dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya,
maka anak
akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya dan hal-hal
yang
produktif dalam bidang yang disenanginya. Dalam hal upaya
mengembangkan
kognisi anak, maka dapat dipergunakan metode-metode yang
mampu
menggerakkan anak agar menumbuhkan berfikir, menalar, mampu
menarik
kesimpulan dan membuat generalisasi.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa.
Untuk
bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan
beranjak
memahami kalimat. Dengan membaca, anak juga semakin banyak
menambah
kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita
dengan
nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi
bahasa.
Pada usia Taman Kanak-Kanak perkembangan kognitif mempunyai
peranan yang penting, karena berkaitan dengan otak, sesuai dengan
penelitian
Bloom bahwa sampai usia 4 tahun otak manusia berfungsi 50%, sampai
usia 8
tahun otak manusia berfungsi 80 %, jadi sejak usia 8 tahun
kecerdasan manusia
hanya bertambah 20%. Dengan demikian perlu perhatian yang lebih
pada usia
Taman Kanak-Kanak Selama 4 tahun pertama dari kehidupannya,
4
13 tahun berikut (Risnawati, 2011).
Untuk membantu meningkatkan perkembangan kognitif anak maka
seorang guru harus lebih kreatif atau pintar dalam menentukan
metode dan
membuat perencanaan pembelajaran, serta menyediakan media yang
tepat
sehingga dapat memberikan semangat atau motivasi dalam belajar
serta
menjadikan suasana belajar yang menyenangkan.
Berpijak dari hal tersebut, peneliti akan mencoba menerapkan
metode
suku kata ini dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif
berbahasa
anak dalam hal ini kemampuan membaca di Taman Kanak-Kanak
Melati
Binaan PKK Kabupaten Gowa.
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimanakah
peningkatan kemampuan kognitif berbahasa (membaca) anak Melalui
metode
suku Kata di Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK
Kabupaten Gowa?”
pemecahan masalah melalui tindakan perbaikan melalui Penelitian
Tindakan
Kelas (PTK) dengan menggunakan metode suku kata.
Metode ini digunakan karena dengan metode suku kata maka guru
dapat meningkatkan kemampuan kognitif (membaca) anak Taman
Kanak-kanak. Selain itu dengan metode tersebut anak-anak dengan
mudah
5
maka untuk memecahkan permasalahan pembelajaran yang dialami
Taman
Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa
dilakukan
tindakan yang sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas,
yaitu:
1) Melakukan observasi langsung dalam pembelajaran khususnya
belajar
membaca.
2) Menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas
siswa.
3) Menjalin hubungan kerja sama dengan guru lain di sekolah
tersebut dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengajaran yang
dilakukan.
4) Menyusun dan melaksanakan perangkat pembelajaran yang mengacu
pada
penerapan metode suku kata dalam meningkatkan kemampuan
kognitif
(membaca) anak.
5) Tindakan dalam penelitian ini direncanakan berlangsung dalam 2
siklus
tindakan pada setiap siklus dikatakan berhasil apabila telah >
85 % siswa
telah mencapai nilai paling rendah 65.
C. Tujuan Penelitian
meningkatkan kemampuan kognitif berbahasa (membaca) anak melalui
metode
suku kata kelompok B2 di TK. Melati Binaan PKK Kabupaten
Gowa.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
6
wawasan dan juga ilmu bagi penulis sendiri khususnya bagaimana
cara
meningkatkan motivasi belajar pada anak didik,
b. Manfaat Praktis
1) Bagi anak
anak dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui metode suku
kata
2) Bagi Guru
berbahasa.
7
A. Tinjauan Pustaka
aspek-aspek perkembangan anak didik secara utuh, yang mencakup
bidang
pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan
dasar.
Bidang pengembagan pembiasaan merupakan kegiatan yang
dilakukan
secara tems menerus yang ada dalam kehidupan sehari-hari anak
sehingga
menjadi kebiasaan yang baik. Sedangkan bidang kemampuan dasar
merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk
meningkatkan
kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Salah
satu bidang pengembangan kemampuan dasar yang berhubungan
dengan
intelegensi anak adalah aspek perkembangan kognitif.
Adapun penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian
ini
adalah penelitian yang pernah dilakukan Yolarisa Ratriawan (2011)
dengan
judul” Peningkatan Kecerdasan Kognitif Bagi Anak Didik
Melalui
Permainan Balok Pada Kelompok A di TK Al Ikhlas Sentul pada
Semester
Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
Hasil penelitian dari penerapan metode permainan baiok ini
adalah
1) Anak sudah mampu menyusun balok secara urut dan benar, 2)
Pada
siklus I rata- rata kemampuan kognitif anak sebesar 58,5%%, pada
siklus II
diperoleh rata-rata sebesar 79,5%, sehingga terjadi peningkatan
kemapuan
7
8
kognitif anak dari siklus I ke siklus II sebesar 21%. Berdasarkan
hasil
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode permainan
balok
ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak (Zalsa,2012).
2. Kemampuan Kognitif
perkembangan pikiran. Pikiran anak Anda adalah bagian dari otaknya
yang
bertanggung jawab terhadap bahasa, pembentukan mental,
pemahaman,
penyelesaian masalah, pandangan, penilaian, pemahaman sebab
akibat,
serta ingatan. Bringuier (dalam Pungky, 2012) mengatakan
bahwa
pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan
berbentuk
kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia
bentukan
perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari
sudut
tinjauan biologi dan antara fikiran dan objeknya menurut tinjauan
kognitif,
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata-skema
sebagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya-dalam
dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan
ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori
nativisme (yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan
dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita
membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi
dengan
sendirinya terhadap lingkungan. Salah satu bidang
pengembangan
kemampuan dasar yang berhubungan dengan intelegensi anak
adalah
9
aspek perkembangan kognitif. Kognitif lebih bersifat pasif atau
statis yang
merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan
intelegensi lebih bersifat aktif yang merupakan aktualisasi
atau
perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang berupa aktivitas
atau
perilaku. Perkembangan kemampuan kognitif adalah suatu proses
berpikir
berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan sesuatu. Dapat juga dimaknai sebagai
kemampuan
untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang
dihargai
dalam suatu kebudayaan.
sering ditukarpakaikan maka pada dasarnya istilah intelektual
adalah sama
pengertiannya dengan kognitif.
peristiwa mental yang terlibat dalam proses pengenalan tentang
dunia,
yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau berpikir. Oleh karena
itu,
secara umum kata kognisi bisa dianggap bersinonim dengan kata
berpikir
atau pikiran. Pada pembahasan berikutnya kedua istilah akan
digunakan
secara bergantian sesuai konteks kalimatnya dan pendapat para ahli
yang
mendefinisikan tentang hal tersebut. Potensi kognitif ditentukan
pada saat
konsepsi (pembuahan) namun terwujud atau tidaknya potensi
kognitif
tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang diberikan.
Potensi
kognitif yang dibawa sejak lahir atau merupakan faktor keturunan
yang
akan menentukan batas perkembangan tingkat intelegensi (batas
10
individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan
suatu
kejadian atau peristiwa.
(intelegensi) yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat
terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar.
Perkembangan
kemampuan kognitif merupakan perwujudan dari kemampuan
primer,
antara lain:
2) Kemampuan mengingat (memory)
4) Kemampuan tilikan ruang (spatial factor)
5) Kemampuan bilangan (numerical ability)
6) Kemampuan menggunakan kata-kata (word fluence)
7) Kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat (perceptual
speed)(Rini, 2012)
para ahli, yang dikutip oleh Nickma (2011) yang meliputi:
1) JeanPiaget
11
terhadap stimulus.
c) Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan
kecakapan
kognitif
f) Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya
kemampuan menyelesaikan simultan.
a) Keahlian kognitif dapat dipahami jika dianalisis dan
diinterpretasikan secara developmental. Kemampuan
diskursus.
sosiokultural, sedangkan perkembangan bahasa sendiri
diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa,
menyususn tata bahasa dan memilih ukuran penilaian secara
tepat. Proses perkembangan bahasa dapat dijelaskan melalui
12
c) Karakteristik perkembangan kognitif pada masa pertengahan
anak-anak adalah pemikiran operasional konkret. Pada tahap
ini anak-anak dapat melakukan operasi-operasi dengan
mengubah tindakan secara mental, memperlihatkan
keterampilan-keterampilan konservasi; penalaran secara
keadaan-keadaan konkret; tidak abstrak (misalnya, tidak
dapat membayangkan langkah-langkah persamaan aljbar);
keterampilan-keterampilan klasifikasi-dapat menggolongkan
memungkinkan orangtua untuk bermusyawarah dengan
mereka tentang penolakan penyimpangan dan pengendalian
perilaku mereka.
dengan kata knowing, yang berarti pengetahuan. Dalam
perkembangan
selanjutnya, istilah tersebut menjadi populer sebagai salah satu
domain
atau wilayah psokologis manusia yan meliputi perilaku mental
yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
13
kejiwaan yang berpusat diotak ini juga berhubungan dengan
konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) dan bartalian dengan ranah
rasa.
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan.
Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri
dari
tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis),
evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan
untuk (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses
atau
upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang
dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan
teori
behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan
perilaku
yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap
stimulus yang dating kepada dirinya (Papierppeint, 2012).
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata
kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru
diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang
guru
harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan
materi
pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan
cara
menilai siswa dan sebagainya. Akan tetapi apa arti kognitif
yang
sebenarnya?
ahli-ahli psikologi yang berkecimpung dalam bidang pendidikan
14
1) Terman mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan
untuk
berpikir secara abstrak.
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
ditambah dengan pengetahuan.
memproses informasi yang disediakan oleh indra.
Ranah kognitif manusia sudah mulai beijalan sejak manusia itu
mulai mendayagunakan kapasitas motorik dan sensorisnya. Hanya
cara
dan intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut
tentu
masih belum jelas benar. Menurut Arifm: (1994:149) kognitif
adalah
menyangkut kemampuan intelektual lingkungan sekitar.
Pada anak usia 4 - 6 tahun sudah mulai diajarkan angka di
sekolah. Konsep- konsep yang diajarkan berupa pengenalan
angka,
pengertian angka, dan pemahaman angka dari 1 - 20, dan belum
pada
pengenalan serta pemahaman angka yang lebih besar dari itu.
Semua
sudah tercantum dalam kurikulum yang ada di sekolah.
Hal yang mendasar yang harus diketahui guru dalam rangka
mengembangkan kemampuan kognitif anak adalah tentu saja
mengetahui perkembangan kognitif anak. Dengan mengetahui
tahapan
perkembangan anak dalam area kognitifnya, guru akan dapat
15
anak. Anak akan dapat mengembangkan potensinya seluas mungkin
tanpa ada rasa paksaan atau tekanan yang berlebihan
(Hildayani,
2007:91)
menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah,
membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika
matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta
mempunyai kemampuan untuk memilih-milih, mengelompokkan serta
mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti.
Anak-anak yang berada pada rentang usia 3-6 tahun memasuki
awal kanak-kanak atau early childhood. Pada masa ini, intelektual
anak
berkembang amat pesat. Aspek-aspek perkembangan yang bisa
dilihat
pada anak usia ini adalah perkembangan memori, perkembangan
kognitif piaget, dan perkembangan bahasa anak (Hildayani,
2007:99)
c. Fase Perkembangan Kognitif Anak Usia Taman Kanak-Kanak
Fase-fase perkembangan kognitif anak usia Taman
Kanak-kanak berada pada fase praopersional yang mencakup tiga
aspek, yaitu:
tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa
tersebut
16
2) Berpikir Egosentris
benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju berdasarkan
sudut
pandang sendiri. Oleh karena itu anak belum dapat meletakkan
cara
pandangnya di sudut pandang orang lain.
3) Berpikir Intuitif
akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk
melakukannya.
1) Berpikir lancar
relevan dan arus pemikiran lancar.
2) Berpikir luwes
mampu megubah cara atau pendekatan dan arah pemikiran yang
berbeda-beda.
yang jarang diberikan kebanyak orang lain.
17
gagasan, memperinci detail-detail dan memperluas suatu
gagasan
(Rini, 2011).
kognitif anak yaitu tahapan sensori motorik, pra operasional
konkrit,
operasional konkrit, dan operasional formal. Anak Taman
Kanak-Kanak berada pada tahapan pra operasional karena anak
telah
menggunakan logika pada tempatnya. Tahapan ini dapat
dijelaskan
sebagai berikut:
1) Tahapan Sensori Motorik (sejak lahir hingga usia dua
tahun).
Pada tahap ini, anak mengembangkan kemampuan untuk
mengorganisasikan serta mempersepsikan dengan gerakan-gerakan
dan tindakan tindakan fisik. Dalam kenyataannya, pra
opersional
adalah kemampuan anak untuk mengantisipasi pengaruh dari satu
kejadian dalam kejadian yang lain.
2) Tahapan Pra Operasional Konkret
Perkembangan pra operasional anak, memungkinkan anak
berpikir dan menyimpulkan eksistensi sebuah benda atau
kejadian
tertentu walaupun benda atau kejadian itu berada di luar
pandangan,
pendengaran atau jangkauan tangannya.
air dengan jumlah yang sama maka anak akan cenderung menebak
isi gelas yang pendek, karena anak hanya mampu melihat pada
ketinggian pada gelas air yang tinggi tanpa memperhitungkan
kuantitas atau volume yang sama pada gelas yang pendek tetapi
besar.
f. Cara Anak Membangun Pengetahuan
Menurut Piaget dalam Depdiknas (2007:4)
mengidentifikasikan tiga tahapan proses membangun pengetahuan
sebagai berikut:
Asimilasi, asimilasi berkaitan dengan proses penyerapan
informasi
baru ke dalam informasi yang telah ada di dalam skema
(struktur
kognitil) anak. 2) Akomodasi, akomodasi adalah proses
menyatukan
informasi bam dengan informasi yang telah ada di dalam skema
sehingga perpaduan antara informasi tersebut memperluas
skemata
anak. 3) Ekuilibrium, ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak
untuk
mengatasi konflik yang terjadi dalam dirinya pada waktu ia
menghadapi suatu masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut
ia
menyeimbangkan informasi yang bam yang berkaitan dengan
masalah
yang dihadapinya dengan informasi yang telah ada di dalam
skematanya secara dinamis. Sebagai contoh pada waktu anak
diberi
buah lain berkulit maka anak akan menyeimbangkan
pengetahuannya
tentang jeruk dengan cara-cara yang harus dilakukannya agar
buah
19
menstimulasi kemampuan kognitif anak agar tercapai
optimalisasi
potensi pada masing-masing anak, maka diperlukan
pengklasifikasian
pengembangan kognitif (Rini, 2011). Lebih jelasnya dapat
diuraikan
sebagai berikut:
lisan sederhana, mendengarkan cerita dengan baik,
mengungkapkan kembali cerita sederhana, menebak lagu atau
apresiasi music, mengikuti dengan bertepuk, mengetahui asal
suara
dan mengetahui nama benda yang dibunyikan.
2) Pengembangan Visual (PV)
pengamatan, perhatian, tanggapan, dan persepsi anak terhadap
lingkungan sekitar. Kemampuan yang dikembangkan, antara lain,
mengenali benda-benda sehari-hari, mengembangkan benda-benda
dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks, mengetahui
benda dari ukuran, bentuk, atau dari warnanya, mengetahui
adanya
20
sempurna atau janggal, menjawab pertanyaan sebuah gambar seri
dan atau lainnya, menyusun potongan teka-teki dari yang
sederhana
sampai ke yang lebih rumit, mengenali namanya sendiri bila
tertulis
dan mengenali huruf dan angka.
3) Pengembangan Taktil (PT)
tekstur (indra peraba). Kemampuan yang dikembangkan, antara
lain: mengembangkan akan indra sentuhan, mengembangkan
kesadaran akan berbagai tekstur, mengembangkan kosa kata
untuk
menggambarkan berbagai tekstur seperti tebal- tipis,
halus-kasar,
panas-dingin, dan tekstur kontras lainnya, bermain bak pasir,
bermain air, bermain dengan plastisin, menebak dan meraba
tubuh
teman, meraba dengan kertas ampals, meremas kertas koran dan
meraup biji-bijian.
tangan/ketrampi1an tangan atau motorik halus yang
mempengaruhi
perkembangan kognitif. Kemampuan yang dikembangkan antara
lain : fmgerpainting dengan tepung kanji, menjiplak
huruf-huruf
geometri, melukis dengan cat air, mewarnai dengan sederhana,
menjahit dengan sederhana, merobek kertas koran, menciptakan
21
bujursangkar, segitiga, segiempat, persegipanjang, memegang
dan
menguasai sebatang pensil, menyusun atau menggabungkan
potongan gambar atau teka-teki dalam bentuk sederhana mampu
menggunakan gunting dengan baik, dan mampu menulis.
5) Pengembangan Aritmatika (PA)
yang diarahkan untuk kemampuan berhitung atau konsep
berhitung
permulaan. Kemampuan yang dikembangkan, antara lain:
membilang angka, menyebut urutan bilangan, menghitung benda,
mengenali himpunan dengan nilai bilangan berbeda, memberi
nilai
bilangan pada suatu himpunan dengan nilai bilangan berbeda,
memberi nilai bilangan pada suatu himpunan benda, mengerjakan
atau menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian
dan pembagian dengan menggunakan konsep dari kongkrit ke
abstrak, menghubungkan konsep bilangan dengan lambang
bilangan, dan menciptakan bentuk benda sesuai dengan konsep
bilangan. Dalam prakteknya, dapat diterapkan dengan :
a) Menggunakan konsep waktu, misalnya: hari ini.
b) Menyatakan waktu dengan j am.
c) Mengurutkan lima sampai dengan sepuluh benda berdasarkan
urutan tinggi besar.
6) Pengembangan Geometri (PG)
Kemampuan geometri berhubungan dengan
dikembangkan, antara lain :
c) Membandingkan benda menurut ukuran besar-kecil,
panjang-lebar, tinggi- rendah.
e) Mengerti dan menggunakan bahasa ukuran, seperti
besar-kecil,
tinggi-rendah, panjang-pendek, dan sebagainya.
g) Menyebut benda-benda yang ada di kelas sesuai dengan
bentuk
geometri.
segitiga, dan segiempat.
k) Mengenal ukuran panjang, berat, dan isi.
l) Menim pola dengan empat kubus.
23
berbagai percobaan atau demonstrasi sebagai suatu pendekatan
secara sainstific atau logis tetapi tetap dengan
mempertimbangkan
tahapan berpikir anak.Adapun kemampuan yang akan
dikembangkan antara lain :
b) Mengadakan berbagai percobaan sederhana.
c) Mengkomunikasikasikan apa yang telah diamati dan diteliti.
8) Prinsip pengembangan kognitif di Taman Kanak-Kanak
Agar pelaksanaan bidang pengembangan kognitif di
Taman Kanak-kanak dapat mencapai kompetensi dasar yang telah
ditentukan, hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
dengan menghubungkan lambang bilangan.
untuk kegiatan persiapan pengenalan konsep bilangan,
hendaknya guru memperhatikan masa peka
c) Untuk mencapai kemampuan pengembangan kognitif tidak
semua dilaksanakan sekaligus dalam satu kegiatan akan tetapi
24
perkembangan anak.
hendaknya mengacu pada kompetensi yang hendak dicapai dan
sedapat mungkin dikaitkan dengan tema yang akan dibahas.
e) Pelaksanaan pengembangan kognitif dapat digunakan
bermacam-macam metode yang sesuai dengan kompetensi
yang hendak dicapai.
pertanyaan “apa” dan “mengapa” tentang segala sesuatu yang
ada di sekitar anak. Jika pada anak sudah timbul pertanyaan
tersebut, maka pada masa itu anak sudah mampu untuk
menerima penjelasan.
belajar.
pengamatan yang didapat secara lisan atau dengan kreasi
menciptakan bentuk dari kegiatan geometri dan membentuk
dengan media tanah liat.
pengetahuan yang obyektif dan sesuai dengan kenyataan.
9) Perkembangan Kognitif dan Bahasa
Chomsky (dalam Zalsa,2012) memahami karakteristik
25
tersebut yaitu:
Anak mulai mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan
yang mempunyai fungsi komunikatif.
Anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya.
3) Tahap kalimat dua kata (1,8 - 2 tahun)
Anak menyatakan maksud dan berkomunikasi dengan
menggunakan kalimat dua kata.
panjang kalimat bertambah, ucapannya semakin kompleks dan
mulai menggunakan kata jamak dan tugas.
5) Tahap perkembangan tatabahasa menjelang dewasa (5-10
tahun)
rumit, melibatkan gabungan kalimat sederhana dengan
komplementasi, relativasi, dan konjugasi.
Pembendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami
pembahan, semakin lancar dan fasih berkomunikasi dengan
bahasa.
26
Berpikir merupakan percakapan dalam hati. Bahasa merupakan
alat
untuk berpikir dan bahasa mengekspresikan hasil pemikiran
tersebut. Jadi berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas
yang
saling melengkapi dan terjadi dalam waktu yang relatif
bersamaan.
Kemampuan berpikir seseorang menentukan kemampuan
berbahasanya. Sebaliknya, kemampuan berbahasa seseorang
merupakan cerminan kemampuan berpikirnya. Hart & Risley (
dalam Rahma, 2011) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak
memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti
dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan
42
sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan
kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan
18
untuk 286.
bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal
beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca
anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat
belajar
bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini
dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.
B. Hubungan Perkembangan Bahasa dan Kemampuan Kognitif
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif,
berarti
faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan
27
sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta
mulai
mampu memahami ligkungan, maka bahasa mulai berkembang dari
tingkat
yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang komplek Perkembangan
bahasa
dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan
hasil
belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya
belajar hal
yang lain, “menim” dan “menguasai hasil yang telah didapatkan
merupakan
cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara “mmm mmm”, ibunya
tersenyum,
mengulang ^menirukan dan memperjelas dengan memberi arti suara
itu
menjadi “maem- maem
dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya bam dilakukan oleh
anak
berusia 6-7 tahun, di saat anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan
bahasa
adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat-alat berkomunikasi
dengan
cara lisan, tertulis. Maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.
Mampu dan
menguasai alat komunikasi di artikan sebagai upaya seseorang untuk
dapat
memahami dan dipahami orang lain (Sunarto dan Hartono,dalam
Nickma,
2012).
menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide
dan
gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna
ide
dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak.
Ketidaktepatan
28
yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses
berpikir
menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemrosesan pikir
ini
diakibatkan kekurang mampuan ini dalam bahasa.
1. Metode Suku Kata
suku kata adalah suatu metode yang memulai pengajaran membaca
permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai
menjadi
suku kata, kemudian suku- suku kata itu di rangkai menjadi kata
yang
terakhir merangkai kata menjadi kalimat. Sedangkan pendapat
Pujiati
(2011: 58) metode suku kata adalah “ suatu metode mengajar
dengan
menggunakan suku kata atau metode phonic. Dalam blog, Pakde
Sofa
(2011) membagi metode ini menjadi ada dua macam, yaitu metode
kupas
rangkai suku kata dan metode kata lembaga. Kedua metode ini
dalam
penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan.
a. Metode Kupas Rangkai Suku kata
Penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru mengenalkan huruf kepada siswa.
2) Merangkaikan suku kata menjadi huruf.
3) Menggabungkan huruf menjadi suku kata .
Misalnya:
1) Membaca kata yang sudah dikenal anak.
2) Menguraikan huruf menjadi suku kata.
3) Menguraikan suku kata menjadi huruf.
4) Mengabungkan huruf menjadi suku kata.
5) Menggabungkan suku kata menjadi kata.
Misainya: buku
Setiap metode memiliki keuntungan dan kelemahan
masing-masing. Keuntungan dari metode suku kata yang membantu
anak dalam membaca permulaan, antara lain:
1) Dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf sehingga
mempercepat proses penguasaan kemampuan membaca permulaan
2) Dapat belajar mengenal huruf dengan mengupas atau
menguraikan
suku kata yang dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya
3) Penyajian tidak memakan waktu yang lama
30
keuntungan metode suku kata ini adalah untuk membantu anak
kesulitan belajar yang cepat bosan, sehingg metode suku kata ini
dapat
di gunakan untuk meningkatkan motivasi belajar membaca anak
kesulitan belajar.
Bagi anak kesuliatan belajar yang kurang mengenal huruf, akan
mengalami kesulitan merangkaikan huruf menjadi suku kata.
Menurut Rukayah dalam blog Sofa (2011) anak atau siswa
dikatakan berkemampuan membaca permulaan jika dia dapat
membaca
dengan lafal dan intonasi yang jelas, benar dan wajar, serta
lancar
dalam membaca dan memperhatikan tanda baca. Setelah
mengetahui
batasan tesebut maka jelas tujuan yang ingin dicapai dalam
merancang
pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakann metode
suku kata.
Metode suku kata
Buku
1.
Konsonan : T/L/S
3. Membaca 1 kata subjek SAYA
Vokal: A
Konsonan : S/Y
Dapat membaca
kalimat sederhana
Setelah anak dapat membaca dengan benar maka tambahkan 1 kata
lagi TULIS
tu - lis
tulis
Dari kata BUKU dan TULIS dapat digabungkan menjadi kata BUKU
TULIS
b - u -k -u t - u - l - i - s
b u -k u tu - l i s
buku tulis
Dari kata BUKU TULIS anak dapat membuat kata baru, seperti:
1. siku
2. bulu
3. saku
4. tas
5. bisa
6. kusut
7. bisu
BUKU TULIS, tambahkanlah kata yang dapat menjadi kalimat
sederhana.
Tambahkan kata SAYA
bu - ku - tu - lis sa-ya
b - u - k - u t - u - l - i - s s - a - y - a
bu - ku tu - lis sa-ya
Buku tulis saya
Jadi, dari vokal U, A, I dan konsonan B, K, T, L, S, Y anak dapat
membuat
kata dan kalimat baru dari kalimat BUKU TULIS SAYA.
34
Kata :
Kuku, Kubu, Kutu, Kiki, Kita, Kata, Kulit, Kuya, Kaya, Bisa, Bisu,
Basi,
Buta, Buka, Busa, Buaya, Lusi, Lika, Luki, Liku, Siku, Saku, Satu,
Sisi,
Suka, Tuba, Tuli, Tali, Tas, Sikat, Taksi, Kusut, dsb.
Dari kata BUKU TULIS SAYA anak dapat membuat kalimat baru,
seperti:
1. buka tali itu
berhubungan dengan intelegensi anak adalah aspek perkembangan
kognitif.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang
berarti
faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan
berbahasa. Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan
penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara
lisan, tertulis
maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa.
Untuk
bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan
beranjak
memahami kalimat. Dengan membaca, anak juga semakin banyak
menambah
kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita
dengan
nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi
bahasa.
Sesungguhnya bukan patokan usia yang paling menentukan boleh
atau
tidaknya anak belajar membaca melainkan bagaimana caranya
mengajarkan
35
Bagan Kerangka Pikir
Kemampuan Kognitif Berbahasa
kemampuan kognitif berbahasa (membaca) anak Kelompok B2 dapat
meningkat di TK. Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa
37
(membaca) anak TK melalui metode suku kata. Penelitian ini
dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan bersiklus yang terdiri dari empat tahap
yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Kabupaten Gowa
Subjek penelitiannya adalah anak kelompok B2 di TK. Melati
Binaan PKK Kabupaten Gowa dengan jumlah siswa 33 orang terdiri dari
19
orang anak laki-laki dan 14 orang anak perempuan pada tahun
ajaran
2012/2013.
Fokus suatu penelitian adalah hal atau unsur yang diteliti
berdasarkan
tujuan penelitian. Adapun fokus yang diamati dalam penelitian ini
adalah
subjek penelitian ini yaitu adalah anak kelompok B2 TK. Melati
Binaan PKK
Kabupaten Gowa 2012-2013 dengan jumlah anak didik 33 orang.
Agar
37
38
menetapkan seluruh siswa menjadi sampel penelitian.
Fokus proses dalam penelitian ini adalah dengan mengamati
didik
selama proses pembelajaran seperti, kehadiran anak didik, yang
aktif bertanya
dan menjawab pertanyaan teman atau guru. Adapun fokus hasil yaitu
dengan
melihat hasil peningkatan pembendaharaan kata pada anak didik
setelah
diadakan tindakan.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-siklus.
Siklus
yang direncanakan akan diterapakan dalam penelitian ini terdiri
dari dua siklus.
Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan pembahan yang dicapai,
seperti
yang telah dibuat dalam faktor-faktor yang diselidiki. Berikut
adalah gambaran
alur siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimaksud.
39
Kania, 2008)
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas di atas dapat
dijabarkan
dalam uraian berikut:
1. Siklus I
2) Peneliti mempersiapkan fasilitas dan sarana yang
diperlukan
dalam pembelajaran.
aktivitas siswa
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
rencana pelaksanaan pembelajaran.
pembelajaran.
4) Peneliti mengadakan pengamatan terhadap aktivitas anak
didik
dalam pembelajaran.
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang
telah
ditetapkan dalam indikator.
a) Cara menyampaikan materi pelajaran.
b) Cara pengelolaan kelas.
d) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.
e) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang
dibutuhkan.
g) Penampilan guru di depan kelas.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai
adalah:
h) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
i) Keaktifan siswa dalam pembelajaran.
j) Kemampuan siswa dalam mengenal, merangkai dan
menggabungkan suku kata
d. Tahap Refleksi
Refleksi langkah untuk untuk menganalisis hasil kerja siswa.
Analisis dilakukan untuk mengukur kelebihan dan kekurangan
pada
siklus I. Jika pencapaian nilai siswa yang belum mencapai hasil
yang
diharapkan atau tindakan belum tercapai secara optimal, maka
perlu
41
2. Siklus II
Langkah- langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
2) Peneliti mempersiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan
dalam
pembelajaran.
aktivitas anak didik dalam pembelajaran.
4) Peneliti memadukan hasil refleksi dari siklus I agar hasil
pada
siklus II lebih efektif.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
pelaksanaan
dalam proses pembelajaran.
4) Peneliti membimbing siswa untuk dapat menyimak dengan baik
dengan memadukan hasil refleksi daur siklus I agar daur siklus
II
lebih efektif.
42
pembelajaran.
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang
telah
ditetapkan dalam indikator.
a) Cara menyampaikan materi pelajaran.
b) Cara pengelolaan kelas.
d) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.
e) Waktu yang diperlukan guru.
f) Penampilan guru di depan kelas.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai
adalah:
a) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
c) Kemampuan siswa dalam mengenali, merangkai huruf dan
menggabungkannya menjadi suku kata.
cara melihat prestasi atau nilai siswa. Kemudian hasil analisis
pada
siklus II digunakan sebagai kesimpulan dari penelitian. Apakah
dengan
menggunakan metode suku kata dapat memaksimalkan proses
43
mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan
yang
telah ditetapkan tercapai sesuai dengan target yang telah
ditetapkan.
E. Teknik Pengumpulan Data
genap tahun pelajaran 2012 - 2013 Taman Kanak-Kanak Kelompok B2
Melati
Binaan PKK Kabupaten Gowa dengan jumlah anak didik 33 orang,
sedangkan
tingkat aktivitas anak didik diperoleh melalui lembar observasi.
Lembar
observasi tersebut dicatat oleh dua orang observer. Observer
pertama
mengamati kegiatan aktivitas anak didik. Hasil ujian anak didik
diperiksa
sendiri oleh guru sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pada
analisis data.
F. Teknik Analisis Data
pengklasifikasian, dan penganalisis data. Kegiatan analisis data
ini terpisah
dengan data yang lain tetapi dilakukan dengan bersama-sama atau
secara
bolak-balik dan saling mengisi agar analisis data dapat terlaksana
dengan
benar. Sebelumnya data sampel dianalisis terlebih dahulu,
ditentukan
kriteria-kriteria penilaian untuk kemampuan membaca. Kriteria-
kriteria
tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan anak.
Cara
mengukur kemampuan setiap anak didik dengan mengadakan penyekoran
yang
disesuaikan dengan metode analisis. Yaitu dengan memberi nilai pada
aspek
lafal dan intonasi yang jelas, benar dan wajar, serta lancar dalam
membaca dan
44
setiap skor diberikan nilai maksimal 4 dan minimal 0.
G. Indikator Keberhasilan
Untuk menentukan berhasil tidaknya PTK ini perlu dibuat target
atau
sasaran yang dicapai, PTK ini berhasil apabila mencapat target atau
lebih.
1. Ketuntasan Individu
Setiap inidiviau dikatakan berhasil atau tuntas apabila
menguasai
minimal 65% materi pelajaran atau minimal nilai 6,5, nilai dibawah
6,5
belum dikatakan berhasil. Nilai ditentukan berdasarkan teknik
analisis data
yang dibuat oleh penulis
Ketuntasan Individu =
2. Ketuntasan Klasikal
minimal 85 % dari jumlah siswa telah mencapai ketuntasan individu
atau
nilai 7,5 atau 75. Ketuntasan Klasikal dapat dihitung dengan rumus
berikut.
Ketuntasan Individu =
100% x SoalJumlah
benar yangjawaban Jumlah
100% x SiswaJumlah
pedoman penilaian yang dikemukakan oleh Gays (dalam Masriah,
2009:
34) yakni:
2. 7 5 -8 4 Baik
3. 6 0 -7 4 Cukup
4 4 0 -5 9 Kurang
5. 0- 39 Gagal
Sumber: Masriah 2009 (Skripsi)
kemampuan kognitif berbahasa (membaca) anak di Taman
Kanak-Kanak
Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa setelah
diterapkan
pembelajaran melalui metode suku kata. Hasil penelitian
diklasifikasikan atas
dua bagian, yaitu: deskriptif hasil siklus I dan siklus II.
1. Deskriptif Hasil Siklus Pertama
Kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama: meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tipa-tiap
kegiatan
diuraikan sebagai berilkut:
ini merupakan meningkatkan kemampuan kognitif berbahasa
(membaca) permulaan melalui penerapan metode suku kata anak
di
Taman Kanak-Kanak Kelompok B2 Melati Binaan PKK Kabupaten
Gowa. Perencanaan pembelajaran dengan kompetensi dasar
membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama
dan
suku kata akhir yang sama.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan penelitian
tindakan kelas pada siklus pertama yaitu:
46
47
2) Menyiapkan sumber belajar dan alat pembelajaran;
3) Membuat format observasi proses pembelajaran dan proses
pembelajaran aktivitas belajar siswa;
bentuk lisan dan tertulis;
menerapkan kemampuan membaca permulaan anak mencapai
rata-rata minimal standar KKM 65 ( mampu).
6) Menetapkan sebanyak empat kali pertemuan, dengan perincian
yaitu dua kali pertemuan untuk proses pembelajaran, satu kali
pertemuan untuk tes membaca permulaan dan satu kali kegiatan
refleksi.
perincian yaitu 2 kali pertemuan untuk proses pembelajaran, satu
kali
pertemuan untuk tes membaca permulaan dan satu kali kegiatan
refleksi. Pertemuan pertama tanggal 3 Maret 2013, pertemuan
kedua
tanggal 7 Maret 2013, tes kemampuan kognitif (membaca)
permulaan
pada tanggal 10 Maret 2013 dan kegiatan refleksi pada tanggal
Maret
2013. Proses pembelajaran membaca permulaan melalui penerapan
metode Suku Kata dibagi tiga kali kegiatan, yaitu kegiatan
awal,
kegiatan inti, kegiatan akhir.
Pengembangan Bahasa Indonesia tentang kemampuan kognitif
membaca permulaan melalui penerapan metode Suku Kata anak di
Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK
Kabupaten Gowa pada siklus pertama yaitu mempersiapkan kelas
dan mengabsensi siswa, melakukan apersepsi, mengemukakan
tujuan pembelajaran dan memberi motivasi kepada siswa dalam
mengikuti pembelajaran membaca.
2) Kegiatan inti
permulaan pada di Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati
Binaan PKK Kabupaten Gowa maka digunakan metode Suku Kata .
Metode ini dimaksudkan untuk mengajar siswa dalam memahami
dan melafalkan huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana
dengan bantuan alat peraga kartu huruf, kartu suku kata, kartu
kata,
dan kartu kalimat sederhana agar bisa membedakan suku kata
awal
yang sama dan suku kata akhir yang sama.
Kegiatan inti yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran
membaca permulaan, yaitu memperlihatkan gambar yang
berhubungan dengan materi ajar, seperti ” mama”. Kemudian
guru
menyajikan materi pelajaran membaca dengan, menampilkan
gambar sambil bercerita. Guru membaca kalimat pendek secara
utuh
49
di papan tulis yang diikuti oleh semua siswa, seperti “ ini mama,
ini
iman, disertai dengan penggunaan kartu huruf, suku kata, dan
kata.
Rangkaian huruf dalam kata kemudian diuraikan menjadi suku
kata
dan huruf, kemudian digabung kembali sambil melafalkannya
dengan benar dan diikuti oleh semua siswa, baik secara
individual
maupun secara klasikal. Selanjutnya dilakukan tanya jawab
materi
pelajaran membaca permulaan.
3) Kegiatan akhir.
kesimpulan dan penguatan, memberikan motivasi kepada siswa
untuk rajin berlatih membaca di rumah melalui bimbingan orang
tua, memberikan pesan-pesan moral, dan mengemukakan materi
yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya,
c. Observasi
metode Suku Kata di Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati
Binaan PKK Kabupaten Gowa dengan kompetensi dasar membedakan
kata-kata yang mempunyai suku kata awal sama dan suku kata
akhir
sama. Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru, yaitu:
melakukan
apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
setelah proses pembelajaran. Akan tetapi pada kegiatan awal, guru
tidak
memberikan motivasi kepada siswa dalam mempersiapkan diri
dalam
mengikuti pembelajaran membaca permulaan. Selanjutnya pada
50
menampilkan gambar sambil membaca, mengajar siswa membaca
dengan memperlihatkan kalimat secara utuh, kemudian mengajar
siswa
dengan membagi kalimat menjadi kata, suku kata, huruf,
selanjutnya
kembali menjadi kalimat utuh yang dilakukan secara individu
maupun
kelompok dan klasikal. Selanjutnya guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya walaupun hal tersebut hanya
dimanfaatkan
oleh sebagian kecil siswa untuk bertanya ataupun menjawab
pertanyaan
guru, dan memberikan pujian walaupun kurang merata kepada
siswa.
Pada kegiatan akhir, guru membuat kesimpulan tentang materi
pelajaran
membaca permulaan, dan melakukan evaluasi guna mengukur
keberhasilan pengajaran yang dilakukan pada pertemuan ketiga
dengan
cara tes membaca permulaan yang dilakukan secara individu.
Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa dalam mengikuti
pelajaran membaca permulaan di Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2
Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa maka disajikan sebagai
berikut:
1) Anak didik yang hadir pada saat pembelajaran berlangsung
sebanyak 27 orang atau 81,8%
2) Anak didik yang aktif menyimak penjelasan guru sebanyak
93,94%, dan kurang aktif sebanyak 6,06 %.
3) Anak didik yang berani bertanya sebanyak 19 orang atau 57, 57
%,
dan kurang aktif sebanyak 42,43%.
4) Anak didik yang dapat menyebutkan kata yang suku kata
awalnya
51
sama (ba) Siswa 20 orang atau sebanyak 60,61 %, dan tidak
aktif
sebanyak 13 orang , 39 %.
5) Anak didik yang dapat menyebutkan kata yang suku kata awal
sama (ka) dan suku kata akhirnya sama (li) sebanyak 21 orang
atau
63, 63 %, dan tidak aktif sebanyak 13 orang atau 39,39%.
6) Anak yang dapat/mampu menyebutkan rangkaian huruf
(b-u-k-u)
sebanyak 18 orang atau 54,54% dan kurang mampu sebanyak 15
orang atau 45,46 %.
penerapan pembelajaran melalui metode suku kata adalah
sebagai
berikut,
Tabel 4.1 Statistik skor Hasil Tes Murid pada Siklus I
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata ( mean) hasil
belajar pengembangan bahasa setelah diterapkan metode suku kata
pada
Anak didik Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK
Kabupaten Gowa adalah dari 61,36 skor ideal yang mungkin
dicapai
adalah 100. Sedangkan secara individual skor yang dicapai Anak
pada
penerapan ini tersebar dengan s dan skor tertinggi 80 dan skor
terendah
Statistik Nilai Statistik
52
30 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor terendah
yang
mungkin dicapai 0, dengan rentang skor 50
Berdasarkan hasil tes kemampuan kognitif (membaca)
permulaan pada siklus pertama, diklasifikasikan atas lima
kategori
yaitu: tinggi sekali, tinggi, sedang, rendah, dan rendah
sekali.
Selengkapnya disajikan pada table 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Kemampuan Kognitgif (Membaca ) Melalui Metode Suku
Kata pada Murid Taman Kanak-Kanak Kelompok B2 Melati
Binaan PKK Kabupaten Gowa pada siklus pertama
Tabel 4.2 memberikan keterangan bahwa dari 33 subjek
penelitian, sebanyak 14 siswa (42,42%) dengan kemampuan
kognitif
(membaca) dalam kategori sedang, disusul kategori tinggi sebanyak
7
siswa(21,21%) Kategori sangat baik sebanyak 0 siswa (0%) dan
siswa
dengan ketegori sangat rendah sebanyak 1 siswa (3.03%).
Selanjutnya
berdasarkan nilai rata-rata kemampuan kognitif membaca
permulaan
pada siklus pertama (lihat lampiran) sebesar 61,36 di mana
nilai
rata-rata tersebut berada pada interval 65-79 yang berarti cukup.
Hal ini
Interval Kemampuan
Membaca Frekuen
Jumlah 33 100
Taman Kanak-Kanak Kelompok B2 Melati Binaan PKK Kabupaten
Gowa sebagian besar kategori cukup, akan tetapi masih terdapat
anak
yang memiliki kemampuan kognitif membaca dalam kategori
gagal.
Gambaran ketuntasan hasil belajar Anak didik Taman
Kanak-Kanak
Kelompok B2 Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa yang diperoleh
berdasarkan skor hasil belajar adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.3 Deskriptif Ketuntasan Belajar Murid pada Siklus I
Dari tabel 4.3 menunjukkan persentase ketuntasan belajar Anak
didik Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK
Kabupaten Gowa sebesar 36,36% atau 12 orang dari 33 siswa
termasuk
dalam kategori tidak tuntas dan 63,63% atau 21 orang termasuk
dalam
kategori tidak tuntas. Berikut diagram persentase ketuntasan
belajar
murid pada siklus I.
Skor Kategori Frekuensi Presentase
65-100 Tuntas 21 63,63
d. Refleksi
di atas, maka dilakukan refleksi sebagai berikut:
1) Kemampuan kognitif (membaca) anak Taman Kanak-Kanak
Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa sebesar 61,36
berarti belum memenuhi standar KKM sebesar 65. Hal ini
memberikan gambaran belum optimalnya proses pembelajaran
membaca permulaan pada siklus pertama. Hal ini ditandai
dengan
tidak dilakukannya pemberian motivasi kepada siswa dalam
mengikuti pembelajaran membaca permulaan pada kegiatan awal
pembelajaran, dan guru kurang memberikan perhatian dalam
bentuk penguatan atau motivasi kepada siswa dalam belajar
membaca permulaan. Oleh karena itu pada siklus kedua guru
hendaknya lebih intensif memberikan motivasi penguatan,
bahkan
55
mampu dalam membaca permulaan.
permulaan, masih ada aspek tertentu yang kurang optimal,
seperti:
tidak aktif dalam kegiatan tanya-jawab, dan tidak mampu
mengenal dan menyebutkan huruf, suku kata, kata, dan
rangkaian
hururf dalam kata, sehingga hal tersebut mempengaruhi
kemampuan kognitif siswa dalam membaca permulaan. Oleh
karena itu, guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa
untuk meningkatkan kemampuan dalam tanya-jawab, memberikan
motivasi agar mampu mengenal dan menyebutkan huruf, suku
kata, dan rangkaiana huruf dalam kata agar kemampuan membaca
permulaan dapat merata kepada semua di Taman Kanak-Kanak
Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa
2. Deskriptif Hasil Siklus Kedua
Kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua meliputi:
perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Masing-masing kegiatan
diuraikan
sebagai berilkut:
a. Perencanaan
pertama sebagai upaya meningkatkan kemampuan kognitif
(membaca)
permulaan melalui penerapan metode Suku Kata anak Taman
56
Perencanaan pembelajaran dengan kompetensi dasar membedakan
kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama dan suku
kata
akhir yang sama.
perincian yaitu 2 kali pertemuan untuk proses pembelajaran, satu
kali
pertemuan untuk tes membaca permulaan dan satu kali kegiatan
refleksi. Pertemuan pertama tanggal 15 Mei November 2013,
pertemuan kedua tanggal 18 Mei 2013, tes membaca permulaan
pada
tanggal 22 Mei 2013 dan kegiatan refleksi pada tanggal 25 Mei
2013.
Proses pembelajaran membaca permulaan melalui penerapan
metode Suku Kata, dibagi tiga kali kegiatan, yaitu kegiatan
awal,
kegiatan inti, kegiatan akhir.
Suku Kata anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan
PKK Kabupaten Gowa pada siklus kedua yaitu mempersiapkan
kelas dan mengabsensi siswa, melakukan apersepsi,
mengemukakan
tujuan pembelajaran dan member motiovasi kepada siswa dalam
mengikuti pembelajaran membaca permulaan.
Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK
Kabupaten Gowa maka digunakan metode Suku Kata. Metode ini
dimaksudkan untuk mengajar siswa dalam memahami dan
melafalkan huruf, suku kata, dan rangkaian huruf dalam kata
dengan
bantuan alat peraga kartu huruf, kartu suku kata,dan kartu
kata.
Kegiatan inti yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran
membaca permulaan, yaitu memperlihatkan gambar yang
berhubungan dengan materi ajar,. Kemudian guru menyajikan
materi pelajaran membaca dengan memperlihatkan bahasa siswa,
menampilkan gambar sambil bercerita. Guru melafalkan/
menyebutkan suku kata secara utuh di papan tulis yang diikuti
oleh
semua siswa, seperti “ i-b-u” disertai dengan penggunaan
kartu
huruf, dan suku kata. Suku kata tersebut kemudian diuraikan
menjadi huruf, kemudian digabung kembali sambil melafalkannya
dengan benar dan diikuti oleh semua siswa, baik secara
individual
maupun secara klasikal. Selanjutnya dilakukan tanya jawab
materi
pelajaran membaca permulaan.
3) Kegiatan akhir
dan penguatan, memberikan motivasi kepada siswa untuk rajin
berlatih membaca di rumah melalui bimbingan orang tua,
58
akan diajarkan pada pertemuan berikutnya.
a. Observasi
melalui metode Suku Kata pada anak Taman Kanak-Kanak
Kelompok B2 Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa, dengan
kompetensi dasar membedakan kata-kata yang mempunyai suku
kata awal yang sama dan suku kata akhir yang sama. Kegiatan
awal yang dilakukan oleh guru, yaitu: melakukan apersepsi,
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah
proses pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa
dalam mempersiapkan diri mengikuti pelajaran membaca
permulaan. Selanjutnya pada kegiatan inti, guru menyajikan
materi pelajaran membaca dengan menampilkan gambar sambil
membaca, mengajar siswa membaca dengan memperlihatkan
suku kata secara utuh, kemudian mengajar siswa dengan
membagi suku kata dalam rangkaian huruf, selanjutnya kembali
menjadi suku kata utuh yang dilakukan secara individu maupun
kelompok atau klasikal. Selanjurnya guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya walaupun hal tersebut
hanya dimanfaatkan oleh sebagian kecil siswa untuk bertanya
ataupun menjawab pertanyaan guru, dan memberikan pujian
walaupun kurang merata kepada siswa. Pada kegiatan akhir,
59
pengembangan bahasa dan melakukan evaluasi guna mengukur
keberhasilan pengajaran yang dilakukan pada pertemuan ketiga
dengan cara tes membaca permulaan yang dilakukan secara
individu.
mengikuti pelajaran membaca permulaan di anak Taman
Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten
Gowa, maka disajikan sebagai berikut:
1) Anak didik yang hadir pada saat pembelajaran berlangsung
sebanyak 33 orang atau 100%
2) Anak didik yang aktif menyimak penjelasan guru sebanyak 30
orang atau 90,90%, dan kurang aktif sebanyak 3 orang atau
9,09 %.
3) Anak didik yang berani bertanya sebanyak 20 orang atau
60,60%, dan kurang aktif sebanyak 13 orang atau 39,40%.
4) Anak didik yang dapat menyebutkan kata yang suku kata
awalnya sama (ba) Siswa 20 orang atau sebanyak 60,60 %,
dan tidak aktif sebanyak 13 orang , 39, 40 %.
5) Anak didik yang dapat menyebutkan kata yang suku kata
awal sama (ka) dan suku kata akhirnya sama (li) sebanyak 29
orang atau 87,87%, dan tidak aktif sebanyak 4 orang atau
12,12%.
60
(b-u-k-u) sebanyak 30 orang atau 90,90% dan kurang mampu
sebanyak 3 orang atau 9,10 %.
Adapun statistik deskriptif skor perolehan siswa setelah
penerapan pembelajaran melalui metode suku kata pada siklus
II
adalah sebagai berikut.
hasil belajar pengembangan bahasa pada siklus II adalah 81.21
dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Sedangkan
secara individual skor yang dicapai murid pada penerapan ini
tersebar dengan skor tertinggi 100 dan skor terendah 60 dari
skor
tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor terendah yang
mungkin dicapai 0, dengan rentang skor 40.
Pembelajaran siklus kedua dimaksud untuk
meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui metode
anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK
Kabupaten Gowa. Pembelajam dilaksanakan dengan mengajar
Tabel 4.4 Statistik skor Hasil Tes Murid pada Siklus II
Statistik Nilai Statistik
dengan bantuan alat peraga kartu huruf dan kartu suku kata.
Berdasarkan hasil tes membaca permulaan pada siklus kedua,
diklasifikasikan atas lima kategori yaitu: sangat rendah,
rendah,
sedang, tinggi dan sangat tinggi. Selengkapnya disajikan pada
table 4.4 berikut.
PKK Kabupaten Gowa pada siklus kedua
Tabel 4.5 di atas memberikan keterangan bahwa dari 33
subjek penelitian, sebanyak 11 anak (39,39%) dengan
kemampuan kognitif (membaca) permulaan dalam kategori
sedang, disusul kategori tinggi sebanyak 6 anak (18,18%),
kategori sangat tinggi sebanyak 13 siswa (39,39%), dan tidak
ada siswa dengan ketegori rendah dan sangat rendah.
Selanjutnya berdasarkan nilai rata-rata kemampuan membaca
permulaan pada siklus kedua (lampiran 5) sebesar 81,84% di
Interval Kemampuan
80-89 Tinggi 6 18.18
65-79 Sedang 11 33,33
Jumlah 33 100
berarti tinggi. Hal ini berarti kemampuan membaca permulaan
melalui penerapan metode Suku Kata, pada anak Taman
Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten
Gowa sebagian besar kategori tinggi. Gambaran ketuntasan
hasil
belajar murid Taman Kanak-kanak B 2 Melati Binaan PKK
Kabupaten Gowa yang diperoleh berdasarkas skor hasil adalah
sebagai berikut:
Skor Kategori Frekuensi Presentase (%)
65-100 Tuntas 30 90.90
Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa sebesar pada siklus kedua
meningkat tajam yaitu 90.90% atau 30 orang dari 33 anak
termasuk dalam kategori tuntas dan 9.09% atau 3 orang
termasuk dalam kategori tidak tuntas. Berikut diagram
persentase ketuntasan belajar murid pada siklus II.
63
b. Refleksi
tentang kemampuan kognitif membaca pada melalui penerapan
metode suku kata, kemampuan membaca permulaan siswa telah
anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK
Kabupaten Gowa pada siklus kedua mencapai rata-rata 81.84%
atau kategori tinggi, berarti indikator keberhasilan
pembelajaran
yang telah diterapkan sebelumnya yaitu minimal 65 sesuai
standar KKM telah tercapai. Demikian pula proses kualitas
pembelajaran membaca permulaan juga mengalami peningkatan
dari setiap siklus sehingga dapat mendukung peningkatan
kemampuan kognitif anak dalam membaca permulaan.
Guna membandingkan kemampuan membaca
64
kemampuan kognitif membaca permulaan siswa pada siklus
pertama dan kedua.
Kabupaten Gowa
B. Pembahasan
merupakan dasar bagi anak untuk mengenal membaca permulaan. Pada
tahap
membaca permulaan ini, anak sangat membutuhkan bantuan berupa
bimbingan
dalam mengenal huruf , dan mampu mengenal, menyebutkan/melafalkan
huruf
secara keseluruhan (A sampai Z ) menyebutkan/melafalakan suku kata
yang
sama melafalkan huruf yang hampir sama dan merangkai huruf dalam
suku
kata. Oleh karena itu, guru harus kreatif dan melakukan inovasi
pembelajaran
agar kemampuan kognitif anak siswa dalam mengenal,
menyebutkan,
merangkai huruf serta menyebut suku kata anak Taman Kanak-Kanak
dapat
meningkat.
Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten
Gowa
No Hasil tes Subyek
65
siswa melakukan pengamatan secara keseluruhan terhadap suku kata
kemudian
dibagi- bagikannya, seperti: dipecah menjadi huruf, selanjutnya
digabung atau
dirangkai kembali menjadi suku kata. Dalam pelaksanaannya,
guru
menggunakan media berupa kartu kata, gambara yang berhubungan
dengan
materi membaca permulaan dan benda-benda disekitar lingkungan
sekitar
sebagai media agar dapat memudahkan siswa dalam mengenal dan
mengenal,
menyebut/melafalkan huruf, dan suku kata.
Kemampuan membaca permulaan pada anak Taman Kanak-Kanak
Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa melalui
penerapan
metode Suku Kata, kompetensi dasar membedakan kata-kata yang
mempunyai
suku kata awal yang sama dan suku kata akhir yang sama, pada hasil
tes siklus I
yaitu dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 61,36% walaupun
masih
terdapat pula sebagian siswa yang memilki kemampuan membaca
permulaan
dalam kategori rendah yang mencapai 33,33%. Hal ini
menggambarkan
walaupun terdapat sebagian siswa yang telah memilki kemampuan
membaca
dalam kategori sedang, bahkan ada yang tinggi kemampuan
membacanya,
tetapi masih terdapat pula sebagian siswa yang rendah kemampuannya
dalam
membaca permulaan.
Hasil tes pada siklus II, kemampuan membaca permulaan pada
anak
Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten
Gowa
mengalami peningkatan dari segi kualitatif dan kuantitatif. Nilai
rata-rata yang
diperoleh sebesar 81,84% yang berarti berada di atas standar KKM
sebesar 65,
66
dan berada pada kategori tinggi. Hal ini berarti secara kualitatif
dan kuantitatif,
kemampuan kognitif (membaca) permulaan pada anak Taman
Kanak-Kanak
Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa mengalami
peningkatan
jika dibanding dengan tindakan atau tes pertama. Demikian pula
teijadi
peningkatan kualitas proses pembelajaran dan aktivitas belajar
siswa dalam
mengikuti pelajaran membaca permulaan dari siklus pertama ke siklus
kedua.
Adapun peningkatan membaca permulaan pada anak Taman
Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa
melalui
metode Suku Kata yang ditandai dengan peningkatan kemampuan
kognitif
(membaca) permulaan berdasarkan hasil tes secara kualitatif dan
kuantitatif
(rata-rata) yaitu: siklus pertama pada kategori sedang, kemudian
meningkat
menjadi kategori tinggi pada siklus kedua. Jadi metode Suku Kata
sangat baik
atau efektif digunakan oleh guru dalam mengajar anak Taman
Kanak-Kanak
membaca permulaan.
Hasil penelitian di atas relevan dengan pendapat Slameto 1995
bahwa
agar siswa dapat belajar siswa dengan baik, metode mengajar harus
diusahakan
yang setepat, efisien dan seefektif mungkin, karena metode
mengajar
mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Hal ini menunjukkan kualitas
proses dan
hasil pembelajaran dapat meningkat melalui pemilihan dan penggunaan
metode
pembelajaran yang tepat sesuai tuntutan materi pembelajaran
bidang
pengembangan bahasa yang merupakan salah satu aspek
pengembangan
kemampuan dasar. Bidang pengembangan kemampuan dasar tersebut
meliputi
aspek perkembangan berbahasa, kognitif, fisik motorik dan
seni.
67
Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat di atas, jelas bahwa
tingkat
kemampuan siswa dalam aspek perkembangan berbahasa dan
(kognitif)
membaca permulaan dengan kompetensi dasar membedakan kata-kata
yang
mempunyai suku kata awal yang sama dan suku kata akhir yang
sama
kompetensi dapat lebih baik atau meningkat jika dalam kegiatan
membaca
permulaan digunakan metode yang tepat dan didukung oleh alat peraga
kartu
huruf. Jika anak didik diajar dengan menggunakan metode Suku Kata
dengan
didukung kartu huruf dan gambar, maka anak memilki peluang yang
lebih besar
dalam meningkatkan kemampuannya mengenal dan melafalkan huruf,
suku
kata dan merangkai huruf dalam suku kata atau membaca permulaan
sebagai
bekal bagi anak dalam membaca lanjut. Dalam hal penggunaan metode
Suku
Kata tersebut disimpulkan dapat mengembangkan kognisi anak,
sehingga
mampu menggerakkan anak agar menumbuhkan daya berfikir,
bernalar,
mampu menarik kesimpulan dan membuat generalisasi seperti yang
diinginkan
oleh kurikulum Taman Kanak-kanak.
C. Perbandingan Hasil Belajar Anak Didik Siklus I Dan Siklus
II
Peningkatan kemampuan membaca anak didik dilihat dari hasil
belajar
dari Siklus I tingkat kemampuan anak didik dalam aspek
perkembangan
berbahasa (membaca) permulaan dengan kompetensi dasar belum
mengalami
peningkatan setelah dilihat dari diagram ternyata penigkatan
kemampuan anak
didk dari siklus II sudah tuntas.
68
dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa metode Suku Kata
dapat
meningkatkan kemampuan kognitif (membaca) permulaan pada Taman
Kanak-
Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten Gowa anak, hal
ini
terlihat dari hasil belajar anak pada mata pelajaran pengembangan
bahasa di
Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK Kabupaten
Gowa
secara umum mengalami peningkatan dari siklus ke siklus secara
signifikan.
Pada tes siklus I nilai rata-rata kemampuan kognitif (membaca )
permulaan
pada anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B 2 Melati Binaan PKK
Kabupaten
Gowa melalui penerapan metode Suku Kata adalah 61,36% dan pada
siklus II
meniingkat dengan nilai rata-rata adalah 81.21%. Hal ini
menunjukkan bahwa
metode Suku kata dapat meningkatkan kemampuan kognitif
(membaca)
permulaan dapat mengembangkan kognisi anak, sehingga mampu
menggerakkan anak agar menumbuhkan daya berfikir, bernalar,
mampu
menarik kesimpulan dan membuat generalisasi seperti yang diinginkan
oleh
kurikulum Taman Kanak- kanak.
saran-saran sebagai berikut:
senang, dan nyaman sehingga kejenuhan akan terhindar.
b. Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana yang dapat
mendukung
kegiatan pembelajaran agar dapat beijalan secara optimal.
2. Bagi guru mata pelajaran pengembangan bahasa Indonesia
a. Guru hendaknya selalu berusaha memberi dorongan kepada anak
untuk
lebih aktif agar kemampuan kognitif mereka meningkat terutama
kemampuan membaca permulaan.
bervariasi dan menyenangkan sehingga anak merasa nyaman dan
tidak
bosan.
c. Guru hendaknya memberikan perhatian yang kontinu dan lebih
peka
terhadap perkembangan bahasa setiap anak didiknya..
3. Bagi peneliti
sama hendaknya penelitian ini dapat dijadikan sebagai panduan
atau
referensi pelengkap hingga dapat menerpkan metode pembelajaran
ini
dengan lebih baik.
Kelembagaan Agama Islam
Jakarta: Depdikbud.
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta.
Hildayani, Rini, 2006, Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta,
Universitas
Terbuka
dan Ilmu Pendidikan, Padang.
and Printing.
di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Sendana Kabupaten Majene.
Skripsi:tidak diterbitkan. FKIP. Unismuh. Makassar.
Moeslichatoen R, 2000, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak,
Jakarta,
Depdikbud ketjasama dengan Penerbit Rineka Cipta
Musta’in, Nurani. 2004. Anak Islam Suka Membaca. Solo: Pustaka
Amanah
Nickma.2011. Perkembangan Kognitif dan Bahasa.
(oxA\nc)tersedia
http://nickma-jpr.blogspot.com/2011/04/perkembangan-kognitif-dan-bah
asa.html
Menengah, Jakarta.
Terbuka
wordpress.com/2012/08/17/pengertian-kognitii7
Pembelajaran-terpadu -dan -tematik. Diakses tanggal 10 Desember
2012
Parenting
tersedia:http://pungkyl3.wordpress.com/2012/04/07/makalah
2010. Bahasa dan Berbahasa. Makassar: Universits Muhamadiyah
Makassar.
11 .blogspot.com/201
l/06/mata-kuliah-kognitif-bahasa-27-mei-10.html.
Rim, Nurhayati.2011 .Mengembangkan Kemampuan Kognitif dan
Kemandirian
Belajar Anak Usia TK (online) tersedia:
http://rinikediri.blogspot.
com/2011/07/mengembangkan-kemampuan-kognitif-dan.html/
diakses
Sofa, Pakde. 2011. Metode Suku-Kata Metode Suku Kalimat-dan Metode,
(online)
tersedia:http://massofa.wordpress.com/2008/06/29/metode-suku-kata-
Zalsa,Nuri.2012.Peningkatan Kecerdasan Kognitif Bagi Anak Didik
Melalui
Permainan Balok.
Ka. TK. Melati Binaan PKK Kab. Gowa Guru Kelompok B2
Hj. ASR1ANI. S. Pdi. Nurwahidah, A.Ma
NIP. 19680715 19853 2 020
NO INDIKATOR (KD) KEGIATAN PEMBELAJARAN KARAKTER ALAT/SUMBER
PEMBELAJARAN PENILAIAN
(M. 1.1.2)
sederhana
(B.IV.A.2.2)
awal sama dan suku kata akhir sama
(K.II.A.3.4)
- Berbaris
II. Kegiatan inti (60 (Menit)
- Menyusun/membuat urutan huruf abjad (a-z) (pt. menyebutkan
huruf a-z)
mengikuti ibu guru missal: Dua mata saya”
- Menyebutkan suku kata awal yang sama missal. Ba-ca. ba-ju
dan
suku kata akhir yang sama missal: la-ri, ta-ri
III. Istirahat (30 Menit)
- Main bebas
- Memuji hasil karya teman
moral)
Religius
Kreatif
Kreatif
Kreatif
Peduli
Sosial//Cinta
damai
Anak/Guru
PEMBELAJARAN
PENILAIAN
√
(M. 1.1.2)
sederhana
(B.IV.A.2.2)
sama dan suku kata akhir sama
(K.II.A.3.4)
- Berbaris
II. Kegiatan inti (60 (Menit)
- Menyusun/membuat urutan huruf abjad (a-z) (pt. menyebutkan
huruf a-z)
mengikuti ibu guru missal: Dua mata saya”
- Menyebutkan suku kata awal yang sama missal. Ba-ca, ba-iu
dan suku kata akhir yang sama missal: la-ri, ta-ri
III. Istirahat (30 Menit)
- Main bebas
- Memuji hasil karya teman
(pesan moral)
Ka. TK. Melati Binaan PKK Kab. Gowa Guru Kelompok B2
Hj. ASR1ANI. S. Pdi. Nurwahidah, A.Ma
NIP. 19680715 19853 2 020
RIWAYAT HIDUP
Kadir dan Ibunda Cahaya. Penulis tamat di SDN 86 Sinjai
Tengah pada tahun 1992 dan pada tahun yang sama, SLTP
Negeri 1 Lappadata Sinjai Tengah kabupaten Sinjai dan Tamat pada
tahun 1994.
Pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Sinjai Timur
(Tondung) dan selesai 1997. Kemudian, tahun 1998, penulis
melanjutkan
pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar dan memilih
jurusan
Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (D.II PGTK) dana selesai pada
tahun 2002.
Pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas yang
sama,
dengan memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
program Strata 1
(S.l) pada akhir perkuliahan, penulis berhasil menyusun sebuah
skripsi yang
beijudul “Peningkatan Kemampuan Kognitif Berbahasa (Membaca)
Anak-Anak
Didik melalui Metode Suku Kata Kelompok B2 di Taman Kanak- Kanak
Melati
Binaan PKK Kabupaten Gowa.