-
i
PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN SERVIS PENDEK
BULUTANGKIS UNTUK ATLET KELOMPOK UMUR ANAK-ANAK (KU
11-12 TAHUN), PEMULA (KU 13-14 TAHUN), REMAJA (KU 15-16
TAHUN) DAN TARUNA (KU 17-18 TAHUN)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Anton Nugroho
10602241066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
A. MOTTO
Hal yang terpenting adalah berusaha dan berdoa, tercapai atau
tidak
serahkan pada ALLAH SWT.
Hargailah waktu, karena waktu tidak akan pernah kembali.
Hasil tidak akan menghianati proses.
Berbuat baiklah kepada sesama, sebagaimana ALLAH SWT berbuat
baik
kepadamu.
B. PERSEMBAHAN
Tanpa mengurangi rasa syukur kepada ALLAH SWT Tuhan penguasa
alam semesta ini, karya ini saya persembahkan untuk :
Kedua orang tua saya, yaitu Bapak Tri Harsono dan Ibu Sri
Lestari yang
selama ini telah membimbing sejauh ini dan tak ada
bosan-bosannya untuk
memberi doa, dukungan dan motivasi dalam setiap jalan menuju
keberhasilan saya.
Ketiga Sudara saya, Neni Kusumawati, Wahyu Nurcahyadi, dan
Devi
Rahmawati yang selalu memberi doa, dukungan dan motivasi dalam
setiap
jalan menuju keberhasilan saya.
Khoirul Imam, Anif Radin, M Alid, Vonita R, Farikha S N, Ulin N
yang
selalu ada, memberi doa, dukungan dan motivasi dalam setiap
jalan
menuju keberhasilan saya.
UKM Bulutangkis UNY, yang menjadi tempat dimana saya bisa
bersosialisasi dan memiliki teman yang banyak.
Teman-teman wismor FIK UNY yang selalu memberi doa, dukungan
dan
motivasi dalam setiap jalan menuju keberhasilan saya.
Teman-teman PKO angkatan 2010, yang selalu memberi doa,
dukungan
dan motivasi dalam setiap jalan menuju keberhasilan saya.
-
vi
PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN SERVIS PENDEK
BULUTANGKIS UNTUK ATLET KELOMPOK UMUR ANAK-ANAK (KU
11-12 TAHUN), PEMULA (KU 13-14 TAHUN), REMAJA (KU 15-16
TAHUN) DAN TARUNA (KU 17-18 TAHUN)
Oleh:
Anton Nugroho
NIM 10602241066
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengembangan
instrumen tes dan berapa skala norma tes keterampilan servis
pendek bulutangkis
untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU
13-14
tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun).
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research
and
development), yang berarti penelitian ini merupakan penelitian
yang berorientasi
pada produk. Pengembangan tes ini dilakukan melalui tahapan:
pendahuluan,
melakukan pengembangan, melakukan pengembangan produk, evaluasi
produk,
dan hasil akhir berupa buku pedoman tes keterampilan servis
pendek bulutangkis
untuk kelompok umur. Subjek uji coba adalah seluruh atlet
kelompok umur
bulutangkis di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data dikumpulkan
melalui tes,
kuesioner dan wawancara. Data berupa hasil penilaian mengenai
kualitas produk,
saran untuk perbaikan, serta data kualitatif lainnya. Data
kuantitatif dianalisis
dengan statistik deskriptif. Saran-saran yang diperoleh
digunakan untuk merevisi
produk.
Hasil penilaian kualitas produk pengembangan tes keterampilan
servis
pendek kelompok anak-anak baik dengan rerata skor 4,09, kelompok
pemula
sangat baik dengan rerata skor 4,29, kelompok remaja baik dengan
rerata skor
4,09, kelompok taruna baik dengan rerata skor 4,21, dan rerata
keseluruan 4,17
kriteria baik. Kelompok anak-anak putra validitas 0,667 dan
reliabelitas 0,799,
putri validitas 0,464 dan reliabilitas 0,634. Kelompok pemula
putra validitas 0,738
dan 0,850, putri validitas 0,701 dan reliabilitas 0,812.
Kelompok remaja putra
validitas 0,733 dan reliabilitas 0,841, putri validitas 0,651
dan reliabilitas 0,711.
Kelompok taruna putra validitas 0,864 dan reliabilitas 0,855,
putri validitas 0,661
dan reliabilitas 0,766. Berdasarkan hasil penilaian tersebut,
produk pengembangan
tes keterampilan servis pendek ini layak digunakan dalam tes
keterampilan servis
pendek bulutangkis untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12
tahun),
pemula (KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU
17-18
tahun).
Kata Kunci: Pengembangan, tes, servis, bulutangkis
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah
melimpahkan berkat, rahmat, nikmat dan karuniaNya, sehingga
penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan tes
keterampilan servis
pendek bulutangkis untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12
tahun),
pemula (KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU
17-18
tahun). Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Keolahragaan pada Program
Studi
Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri
Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberi bantuan sehingga skripsi ini
dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan
rasa terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Rochmad Wahab, M.Pd, M.A, selaku Rektor
Universitas
Negeri Yogyakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Wawan S. Suherman, M.Ed, selaku Dekan
Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Ibu Ch. Fajar Sriwahyuniati, M.Or, selaku Ketua Jurusan
Pendidikan
Kepelatihan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Yogyakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Siswantoyo, M.Kes, AIFO. selaku pembimbing
skripsi yang
telah memberikan bimbingan, dorongan, dan motivasi dalam
penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak Agung Nugroho, M.Si, selaku Penasehat Akademik yang
memberi
kesempatan penulis untuk menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Tri Hadi Karyono, M.Or dan Dr. Lismadiana, M.Pd, selaku
Dosen
Kepelatihan Bulutangkis FIK UNY.
7. Bapak Sukiman, selaku Sekretaris Ketua PENGDA PBSI DIY.
8. Seluruh Pelatih PB di DIY atas kesempatan yang telah
diberikan untuk
melakukan penelitian dalam penyelesaian skripsi.
-
viii
9. Atlet bulutangkis DIY yang telah bersedia menjadi objek pada
penelitian
yang dilakukan dalam upaya penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman KKN angkatan 2013, terima kasih atas
kebersamaan, canda-
tawa, dan kekeluargaan, semoga selalu terhias indah dalam hatiku
dan
menjadi kenangan indah.
11. Semua pihak yang turut memberikan saran dan kritik serta
bantuan dalam
penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Penulis berharap
kritik dan saran yang membangun demi tercapainya perbaikan lebih
lanjut.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan bulutangkis di
Indonesia.
Yogyakarta, September 2016
Anton Nugroho
NIM 10602241066
-
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
..............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN
...............................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN
.............................................................. .
iii
HALAMAN PENGESAHAN
................................................................
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
.................................... v
ABSTRAK ..... vi
KATA PENGANTAR ............ vii
DAFTAR ISI
..................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .......... xii
DAFTAR GAMBAR ..... xv
DAFTAR LAMPIRAN .......... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah
............................................................ 5
C. Batasan Masalah
.....................................................................
6
D. Rumusan Masalah
...................................................................
6
E. Tujuan Penelitian
....................................................................
6
F. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan
..................................... 7
G. Manfaat Penelitian
..................................................................
8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori Penelitian
....................................................... 10
1. Tes
.....................................................................................
10
2. Pengukuran
........................................................................
11
3. Tinjauan Tentang Persyaratan Alat Ukur
.......................... 13
4. Validitas
............................................................................
14
5. Reliabilitas
........................................................................
20
6. Penilaian Acuan Patokan
.................................................. 21
-
x
B. Permainan Bulutangkis
........................................................... 22
1. Keterampilan Bulutangkis
................................................. 24
2. Servis
.................................................................................
26
3. Peraturan Servis
................................................................
31
C. Tes Servis Frank M. Verduci
.................................................. 35
D. Pengelompokan Umur
.............................................................
39
E. Perkembangan Motorik
........................................................... 40
F. Penelitian Yang Relevan
......................................................... 49
G. Kerangka Berpikir
...................................................................
51
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
.....................................................................
53
B. Definisi Operasional
................................................................
54
C. Prosedur Pengembangan
......................................................... 55
D. Subjek Uji Coba
......................................................................
60
E. Instrumen Pengumpulan Data
................................................. 62
F. Validitas Instrumen
.................................................................
63
G. Teknik Analisis Data
...............................................................
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
A. Data Uji Coba
..........................................................................
66
1. Data Validasi Ahli Materi
................................................. 66
2. Data Validasi Ahli Media
................................................. 69
3. Data Uji Coba Kelompok Kecil
........................................ 83
4. Data Uji Coba Kelompok Besar
........................................ 88
B. Analisis Data
...........................................................................
93
1. Analisis Data Dari Hasil Validasi Ahli Materi
................. 93
2. Analisis Data Dari Hasil Validasi Ahli Media
................. 95
3. Analisis Data Dari Hasil Uji Coba Kelompok Kecil ........
105
4. Analisis Data Dari Hasil Uji Coba Kelompok Besar ........
111
C. Revisi Produk
..........................................................................
117
-
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
..............................................................................
122
B. Keterbatasan
............................................................................
123
C. Saran
........................................................................................
123
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................
125
LAMPIRAN
...........................................................................................
127
-
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kriteria Penilaian
...................................................................
64
Tabel 2. Rumus Penghitungan Norma Hasil Tes
................................. 65
Tabel 3. Skor Aspek Kualitas Materi Tes Keterampilan Servis
Pendek Bulutangkis Dari Ahli Materi Tahap I
...................... 67
Tabel 4. Skor Aspek Fisik Buku Pedoman dari Ahli Media Tahap I
.. 70
Tabel 5. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12
Tahun) dari Ahli Media Tahap I
........................................... 71
Tabel 6. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Pemula (KU 13-14
Tahun) dari Ahli Media Tahap I
........................................... 72
Tabel 7. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Remaja (KU 15-16
Tahun) dari Ahli Media Tahap I
........................................... 73
Tabel 8. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Taruna (KU 17-18
Tahun) dari Ahli Media Tahap I
........................................... 74
Tabel 9. Skor Aspek Penggunaan dari Ahli Media Tahap I
................ 75
Tabel 10. Saran Perbaikan dari Ahli Media Tahap I dan Revisi
........... 76
Tabel 11. Skor Aspek Fisik Buku Pedoman dari Ahli Media Tahap II
. 77
Tabel 12. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Anak-anak (KU
11-12
Tahun) dari Ahli Media Tahap II
.......................................... 78
Tabel 13. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Pemula (KU 13-14
Tahun) dari Ahli Media Tahap II
.......................................... 79
Tabel 14. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Remaja (KU 15-16
Tahun) dari Ahli Media Tahap II
.......................................... 80
Tabel 15. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Taruna (KU 17-18
Tahun) dari Ahli Media Tahap II
.......................................... 81
Tabel 16. Skor Aspek Penggunaan dari Ahli Media Tahap II
............... 82
Tabel 17. Skor Uji Coba Kelompok Kecil dari Kelompok Umur
Anak-anak (KU 11-12 Tahun)
............................................... 84
Tabel 18. Skor Uji Coba Kelompok Kecil dari Kelompok Umur
Pemula (KU 13-14 Tahun)
.................................................... 85
-
xiii
Tabel 19. Skor Uji Coba Kelompok Kecil dari Kelompok Umur
Remaja (KU 15-16 Tahun)
.................................................... 86
Tabel 20. Skor Uji Coba Kelompok Kecil dari Kelompok Umur
Taruna (KU 17-18 Tahun)
..................................................... 87
Tabel 21. Skor Uji Coba Kelompok Besar dari Kelompok Umur
Anak-anak (KU 11-12 Tahun)
............................................... 89
Tabel 22. Skor Uji Coba Kelompok Besar dari Kelompok Umur
Pemula (KU 13-14 Tahun)
.................................................... 90
Tabel 23. Skor Uji Coba Kelompok Besar dari Kelompok Umur
Remaja (KU 15-16 Tahun)
.................................................... 91
Tabel 24. Skor Uji Coba Kelompok Besar dari Kelompok Umur
Taruna (KU 17-18 Tahun)
..................................................... 92
Tabel 25. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Kualitas Tes
Keterampilan Servis Pendek Bulutangkis oleh Ahli
Materi Tahap I
.......................................................................
94
Tabel 26. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Fisik oleh Ahli
Media
Tahap I
...................................................................................
96
Tabel 27. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Desain oleh
Ahli
Media Tahap I
........................................................................
97
Tabel 28. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Penggunaan oleh
Ahli
Media Tahap I
........................................................................
98
Tabel 29. Kualitas Produk Hasil Validasi oleh Ahli Media Tahap I
..... 99
Tabel 30. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Fisik oleh Ahli
Media
Tahap I
...................................................................................
101
Tabel 31. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Desain oleh
Ahli
Media Tahap II
......................................................................
102
Tabel 32. Distribusi Penilaian Aspek Penggunaan oleh Ahli
Media
Tahap I
...................................................................................
103
Tabel 33. Kualitas Produk Hasil Validasi oleh Ahli Media Tahap I
..... 104
Tabel 34. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba
Kelompok
Kecil Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12 Tahun) ......... 106
-
xiv
Tabel 35. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba
Kelompok
Kecil Kelompok Umur Pemula (KU 13-14 Tahun) ..............
107
Tabel 36. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba
Kelompok
Kecil Kelompok Umur Remaja (KU 15-16 Tahun) ..............
108
Tabel 37. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba
Kelompok
Kecil Kelompok Umur Taruna (KU 17-18 Tahun) ...............
109
Tabel 38. Kualitas Produk Tes Keterampilan Servis Pendek
Bulutangkis Hasil Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil ........
110
Tabel 39. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba
Kelompok
Besar Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12 Tahun) ........ 111
Tabel 40. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba
Kelompok
Besar Kelompok Umur Pemula (KU 13-14 Tahun) ..............
113
Tabel 41. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba
Kelompok
Besar Kelompok Umur Remaja (KU 15-16 Tahun) ..............
114
Tabel 42. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba
Kelompok
Besar Kelompok Umur Taruna (KU 17-18 Tahun) ...............
115
Tabel 43. Kualitas Produk Tes Keterampilan Servis Pendek
Bulutangkis Hasil Penilaian Uji Coba Kelompok Besar .......
116
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Area Servis Bulutangkis
.................................................... 27
Gambar 2. Servis Pendek Backhand
................................................... 28
Gambar 3. Tempat Penerima Servis dan Pelaku Servis
...................... 31
Gambar 4. Area Servis
Bulutangkis.....................................................
35
Gambar 5. Short Serve Test Frank M.
Verduci.................................... 38
Gambar 6. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research And
Development (R&D)
......................................................... 60
Gambar 7. Diagram Batang Penilaian Aspek Kualitas Tes
Keterampilan Servis Pendek Bulutangkis oleh Ahli
Materi Tahap
.....................................................................
94
Gambar 8. Diagram Batang Penilaian Aspek Fisik oleh Ahli
Media
Tahap I
..............................................................................
96
Gambar 9. Diagram Batang Penilaian Aspek Desain oleh Ahli
Media tahap I
....................................................................
97
Gambar 10. Diagram Batang Penilaian Aspek Penggunaan oleh
Ahli
Media Tahap I
...................................................................
99
Gambar 11. Kualitas Produk Tes Keterampilan Servis Pendek
Bulutangkis Hasil Validasi oleh Ahli Media Tahap I ........
100
Gambar 12. Diagram Batang Penilaian Aspek Fisik oleh Ahli
Media
Tahap II
.............................................................................
101
Gambar 13. Diagram Batang Penilaian Aspek Desain oleh Ahli
Media Tahap II
..................................................................
102
Gambar 14. Diagram Batang Penilaian Aspek Penggunaan oleh
Ahli
Media Tahap I
...................................................................
104
Gambar 15. Kualitas Produk Tes Keterampilan Servis Pendek
Bulutangkis Hasil Validasi oleh Ahli Media Tahap I .......
105
Gambar 16. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok
Kecil Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12 Tahun) ..... 106
-
xvi
Gambar 17. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok
Kecil Kelompok Umur Pemula (KU 13-14 Tahun) .......... 107
Gambar 18. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok
Kecil Kelompok Umur Remaja (KU 15-16 Tahun) ......... 108
Gambar 19. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok
Kecil Kelompok Umur Taruna (KU 17-18 Tahun) ........... 109
Gambar 20. Diagram Batang Penilaian Kualitas Produk
Pengembangan Tes Keterampilan Servis Pendek pada Uji
Coba Kelompok Kecil
....................................................... 110
Gambar 21. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok
Besar Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12 Tahun) .... 112
Gambar 22. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok
Besar Kelompok Umur Pemula (KU 13-14 Tahun) .......... 113
Gambar 23. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok
Besar Kelompok Umur Remaja (KU 15-16 Tahun) ......... 114
Gambar 24. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok
Besar Kelompok Umur Taruna (KU 17-18 Tahun) ......... 115
Gambar 25. Diagram Batang Penilaian Kualitas Produk
Pengembangan Tes Keterampilan Servis Pendek pada
Uji Coba Kelompok Besar
................................................ 116
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian
................................... 127
Lampiran 2. Surat Keterangan Validasi Expertjugement Ahli
Materi. 128
Lampiran 3. Surat Keterangan Validasi Expertjugement Ahli Media.
129
Lampiran 4. Hasil Validasi Ahli Materi
.............................................. 130
Lampiran 5. Hasil Validasi Ahli Media Tahap I
................................. 135
Lampiran 6. Hasil Validasi Ahli Media Tahap II
................................ 140
Lampiran 7. Daftar Atlet Uji Coba Kelompok Kecil
.......................... 145
Lampiran 8. Daftar Atlet Uji Coba Kelompok Besar
.......................... 148
Lampiran 9. Surat Keterangan PB Uji Coba Kelompok Kecil
........... 154
Lampiran 10. Surat Keterangan PB Uji Coba Kelompok Besar
........... 156
Lampiran 11. Instrumen Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil
............. 159
Lampiran 12. Instrumen Penilaian Uji Coba Kelompok Besar
............ 162
Lampiran 13. Formulir Tes Keterampilan Servis Pendek Uji
Coba
Kelompok Kecil
..............................................................
165
Lampiran 14. Formulir Tes Keterampilan Servis Pendek Uji
Coba
Kelompok Besar
.............................................................
166
Lampiran 15. Hasil Statistik Validitas, Reliabilitas, dan Norma
Tes ... 167
Lampiran 16. Produk Buku Pengembangan Tes Keterampilan
Servis
Pendek
............................................................................
175
Lampiran 17. Dokumentasi Pengisian Angket Penilaian Produk
Pengembangan
................................................................
205
Lampiran 18. Dokumentasi Pelaksanaan Tes Keterampilan Servis
Pendek
.............................................................................
206
Lampiran 19. Dokumentasi Uji Coba Kelompok Kecil
........................ 209
Lampiran 20. Dokumentasi Uji Coba Kelompok Besar
....................... 211
Lampiran 21. Dokumentasi Peralatan Dan Perlengkapan Tes
.............. 221
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang tergolong
dalam
olahraga permainan. Net adalah sebagai pembatas dalam permaianan
ini.
Selain dibatasi oleh net olahraga bulutangkis juga dibatasi oleh
lapangan
dengan panjang 13,40 meter dan lebar 5,18 meter untuk area
permainan
tunggal, sedangkan untuk area permainan ganda dengan panjang
13,40 meter
dan lebar 6,70 meter. Olahraga bulutangkis memiliki karakter
olahraga cepat
dan memiliki durasi waktu dalam satu kali relly (1 poin) antara
5-60 detik
durasi pertandingan bisa sampai antara 25 menit sampai 60 menit
dalam satu
kali pertandingan. Seorang pemain harus memiliki kualitas fisik,
teknik, taktik,
dan metal yang bagus agar dapat memenangkan pertandingan.
Menurut Suharno (1982: 18) teknik adalah suatu proses gerakan
dan
pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk
menyelesaikan tugas
yang pasti dalam cabang olahraga. Teknik pukulan adalah
cara-cara melakukan
pukulan dalam permainan bulutangkis dengan tujuan
menerbangkan
shuttlecock ke bidang lapangan lawan, menurut Ferry Sonneville
yang dikutip
Tohar (1992: 41). Jika seorang pemain memiliki kualitas teknik
yang baik
gerakan yang akan efektif dan efisien. Teknik pukulan adalah
suatu teknik yang
wajib terampil dalam olahraga ini karena dengan teknik pukulan
yang baik
seorang pemain menjadi mudah menerapkan strategi dan taktik yang
sudah
-
2
direncanakan. Teknik pukulan dalam bulutangkis ada banyak
macamnya salah
satunya adalah teknik pukulan servis.
Servis merupakan pukulan pertama untuk memulai permainan.
Menurut
Sigit Nugroho (2013) Servis adalah menerbangkan shuttlecock ke
bagian
lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka
permainan.
Menurut Herman Subarja dan Yusuf Hidayat (2007: 49), servis
mungkin
merupakan pukulan tunggal yang paling penting untuk mendapatkan
skor
secara konsisten dan meraih kemenangan.
Menurut Icuk Sugiarto, Furqon dan Kunta (2002: 31) servis
terdiri dari:
servis pendek (short service), servis tinggi (high service),
servis drive (drive
service), dan servis kejut (flik service). Dari beberapa servis
diatas pemain
sering menggunakan servis pendek (short service) karena karakter
servis
tersebut pendek dan memungkinkan lawan sulit untuk menyerang.
Untuk
pemain ganda teknik pukulan servis backhand pendek adalah
pukulan yang
wajib dikuasai karena pukulan ini memaksa lawan untuk tidak
menyerang.
Menurut Herman Subarjah (2000: 44) servis pendek merupakan
servis yang
diarahkan pada bagian depan lapangan lawan, biasanya dilakukan
dalam
permainan ganda. Pukulan servis pendek juga sering digunakan
oleh pemain
tunggal untuk mengawali permainan.
Servis pendek yaitu servis dengan mengarahkan shuttlecock
dengan
tujuan kedua sasaran yaitu: kesudut titik perpotongan antara
garis servis di
depan dengan garis tengah dan garis servis dengan garis tepi,
sedangkan
-
3
jalannya shuttlecock menyusur tipis melewati net (Tohar 1992:
41). Karakter
servis pendek yang menyisir tipis diatas net maka memaksa lawan
agar
kesulitan atau tidak dapat melakukan serangan.
Servis merupakan pukulan wajib yang harus dikuasai oleh seorang
atlet
bulutangkis. Untuk melatihkan tehnik servis yang baik tidak
mudah, harus
memerlukan pengulangan yang banyak dan waktu yang lama.
Melatihkan
pukulan servis harus dilperkenalkan dan dilatihkan sejak dini
agar terbentuk
pondasi teknik yang baik. Dalam proses berlatih tentunya seorang
pelatih
menginginkan atletnya meningkat dalam menguasai teknik pukulan
servis agar
pelatihan yang diberikan pelatih ada manfaatnya. Untuk
mengetahui
keterampilan teknik ada 2 cara yaitu dengan tes dan kopentensi
pertandingan.
Menurut Sapta Kunta Purnama (2010: 28) hasil latihan/belajar
keterampilan
bulutangkis dapat dilihat melalui dua cara, yaitu: dengan cara
kopetensi
pertandingan dan melakukan tes keterampilan bulutangkis.
Tes keterampilan bulutangkis adalah salah satu cara untuk
mengetahui
kemampuan keterampilan bulutangkis. Akan tetapi masih sangat
sedikit sekali
pelatih yang menerapkan tes tersebut untuk mengetahui kemampuan
atletnya.
Pelatih di klub-klub di DIY hanya melihat dari hasil
pertandingan tidak melalui
kesiapan atletnya, hal ini terbukti dari hasil pertandingan yang
anak latih
mereka masih banyak melakukan kesalahan dalam melakukan servis
pendek.
Berdasarkan observasi dalam kejuaraan bulutangkis Djarum Multi
Cabang
(DMC) seri 1 Kulonprogo di DIY tahun 2015 masih banyak sekali
atlet-atlet
kelompok umur anak-anak, pemula, remaja, dan taruna melakukan
kesalahan
-
4
dalam melakukan servis pendek, baik itu kesalahan seris, servis
menyangkut di
net, servis terlalu tinggi dan masih ada juga atlet yang tidak
bisa melakukan
servis pendek dengan benar.
Atlet yang diikutkan dalam pertandingan tentunya pelatih
sudah
mempersiapkan baik kematangan teknik khususnya teknik servis
pendek dan
pelatih juga sudah mengetahui tingkat perkembangan teknik servis
pendek
yang dimiliki atletnya melalui tes. Akan tetapi hal tersebut
tidak dilakukan oleh
pelatih karena pelatih tidak mengetahui cara mengeteskan tes
servis pendek
untuk atlet kelompok umur yang sesuai, mungkin karena belum
adanya tes
yang baku untuk mengukur kemampuan keterampilan servis pendek
untuk atlet
kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU 13-14
tahun),
remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun) serta belum
adanya
skala norma tes tersebut untuk menilai kemampuan keterampilan
servis pendek
berdasarkan hasil tes.
Tes keterampilan servis pendek bulutangkis adalah salah satu
cara
untuk mengetahui kemampuan keterampilan servis pendek dalam
bulutangkis.
Tes keterampilan pukulan servis pendek pertama kali
diperkenalkan oleh Frenk
pada tahun 1941. Tes tersebut diperuntukkan untuk atlet dewasa
dengan
validitas concure, yaitu untuk pria = 0,68 dan untuk wanita =
0,64. Sedangkan
reliabilitas tes tersebut 0,78 untuk pria, dan 0,82 untuk
wanita. Hingga saat ini
belum ada norma tes servis pendek (short service) yang
diperuntukkan untuk
kelompok anak-anak, pemula, remaja, dan taruna.
-
5
Untuk mengetahui kualitas keterampilan servis kelompok umur
anak-
anak, pemula, remaja, dan taruna tentunya harus ada instrumen
tes dan norma
tes yang sesuai dengan usia dan kemampuan atlet tersebut.
Berdasarkan latar
belakang diatas maka dilakukan pengembangan tes keterampilan
servis pendek
bulutangkis untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12
tahun), pemula
(KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18
tahun).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka
dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU
13-
14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18
tahun)
masih banyak melakukan kesalahan dalam melakukan servis
pendek.
2. Atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU
13-
14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18
tahun)
masih banyak yang tidak bisa melakukan servis pendek.
3. Pelatih klub-klub di DIY belum mengetahui instrumen tes
keterampilan servis pendek yang baku dan sesuai dengan
kelompok
umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU 13-14 tahun),
remaja
(KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun).
4. Belum ada norma tes keterampilan servis pendek untuk
atlet
kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU 13-14
tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun).
-
6
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan pada penelitian ini tidak menjadi luas, perlu
adanya
batasan-batasan sehingga ruang lingkup penelitian menjadi jelas.
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas dan mengingat keterbatasan biaya,
tenaga,
kemampuan dan waktu penelitian, maka masalah yang akan dibahas
dalam
penelitian ini dibatasi pada pengembangan tes dan norma tes
keterampilan
servis pendek bulutangkis untuk atlet kelompok umur anak-anak
(KU 11-12
tahun), pemula (KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan
taruna (KU
17-18 tahun).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat diambil dan dirumuskan
suatu
permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana pengembangan tes keterampilan servis pendek
bulutangkis
untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula
(KU
13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18
tahun)?
2. Bagaimana pengembangan norma tes keterampilan servis
pendek
bulutangkis untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12
tahun),
pemula (KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna
(KU
17-18 tahun)?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
-
7
1. Untuk mengembangkan tes keterampilan servis pendek
bulutangkis
untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula
(KU
13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18
tahun).
2. Untuk menyusun norma tes keterampilan servis pendek
bulutangkis
untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula
(KU
13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18
tahun).
F. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan
Produk pengembangan tes keterampilan servis pendek
bulutangkis
untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU
13-14
tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun) yang
dihasilkan
dalam penelitian ini memiliki spesifikasi antara lain :
1. Sebuah pengembangan instrumen tes keterampilan servis
pendek
berdasarkan kelompok umur.
2. Produk penelitian ini berupa pengembangan skala norma tes
keterampilan servis pendek bulutangkis berdasarkan atlet:
a. Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12 tahun)
b. Kelompok Umur Pemula (KU 13-14 tahun)
c. Kelompok Umur Remaja (KU 15-16 tahun)
d. Kelompok Umur Taruna (KU 17-18 tahun).
3. Sebuah buku pedoman penilaian kemampuan tes keterampilan
servis
pendek berdasarkan atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12
-
8
tahun), pemula (KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan
taruna (KU 17-18 tahun).
4. Produk buku pedoman ini memiliki spesifikasi produk
sebagai
berikut.
a. Spesifikasi fisik buku :
1) Buku ini berupa buku panduan
2) Terdiri dari 45 halaman
3) Ukuran buku A5 (14,8 cm x 21 cm)
4) Jenis kertas cover (ivory)
5) Jenis kertas isi HVS.
b. Spesifikasi isi buku :
1) Buku ini dilengkapi materi dan petunjuk pelaksaan tes
2) Ukuran tulisan (font) 12
3) Jenis tulisan Times New Roman
4) Dilengkapi dengan gambar berwarna
5) Dilengkapi dengan keterangan
6) Dilengkapi pedoman evaluasi hasil tes
7) Norma tes.
G. Manfaat Penelitian
Dalam penellitian ini manfaat yang diperoleh adalah :
1. Bagi peneliti, sebagai bahan referensi dan media informasi
tentang
patokan norma kemampuan tes servis untuk kelompok umur.
-
9
2. Bagi pelatih, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan
yang berarti pada pelatih bulutangkis dalam membina dan
menciptakan calon bibit-bibit pemain bulutangkis yang
profesional
dan handal bagi perkembangan bulutangkis di Indonesia.
3. Bagi atlet, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat agar
atlet mengetahui seberapa besar kemampuan dalam melakukan
pukulan servis pendek.
-
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Diskriptif Teori Penelitian
1. Tes
Tes adalah instrument atau alat yang digunakan untuk
memperoleh informasi tentang individu atau objek (Ismaryati,
2006: 1).
Menurut Djemari Mardapi (2007: 67) tes merupakan sejumlah
pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes
diartikan
juga sebagai sejumlah pertanyaan yang harus diberikan
tanggapan
dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau
mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes.
Menurut
beberapa ahli yang lain tes adalah instrumen unjuk kerja
individu, Bompa
(1994: 85).
Menurut Milner (2002: 1) a test is an instrument or a tool used
to
make a particular meauseremen. The tool may be writte, oral,
mecanical, or enother variation. Tes adalah suatu alat ukur
atau
instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi/data
tentang
seseorang atau obyek tertentu. Data yang diperoleh merupakan
atribut
atau sifat-sifat yang melekat pada individu atau obyek yang
bersangkutan. Data yang terhimpun meliputi ranah kognitif,
afektif,
dan motorik.
Penggunaan tes harus benar-benar mengikuti petunjuk
pelaksanaan tes yang telah ada. Tes dikatakan baik apabila
memenuhi
validitas, realibilitas, objektivitas diskriminitas, dan
praktibilitas. Tes
standar adalah suatu tes yang sudah diketahui baik, sudah
terbukti dan
diyakini sebagai tes yang valid dan reliabel digunakan sebagai
kriteria
-
11
yang relevan untuk memperoleh koefisien validitas suatu
pengembangan
instrumen. Tes standar digunakan sebagai kriteria maka
koefisien
validitas tes instrumen baru diperoleh dengan cara
mengkorelasikan
antara hasil tes instrumen baru yang dikembangkan dengan hasil
tes
kriteria.
2. Pengukuran
Pengukuran adalah proses pengumpulan informasi. Pengukuran
pada prinsipnya menekankan pada masalah memperoleh data
secara
kuantitatif dengan kesalahan yang sekecil mungkin. Pengukuran
menurut
Sutrisno Hadi yang dikutip Sugihartono, dkk (2007: 129) dapat
diartikan
sebagai suatu tindakan untuk mengidentifikasikan besar kecilnya
gejala.
Disamping itu ada yang mengartikan pengukuran sebagai usaha
untuk
mengetahui keadaan sesuatu sebagaimana keadaanya, pengukuran
dapat
berupa pengumpulan data tentang sesuatu. Wahjoedi (2000:
12-13)
menyimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu proses untuk
memperoleh besaran kuantitatif dari suatu objek tertentu
dengan
menggunakan alat ukur (tes) yang baku. Pengertian arti
kuantitatif karena
dalam pengukuran menggunakan besaran suatu angka. Tes adalah
suatu
alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh
informasi/data tentang seseorang atau obyek tertentu. Data
yang
diperoleh merupakan atribut atau sifat-sifat yang melekat pada
individu
atau obyek yang bersangkutan. Data yang terhimpun meliputi
ranah
kognitif, afektif, dan motorik.
-
12
Pengukuran dapat disimpulkan sebagai suatu proses
pengumpulan
informasi dengan aturan pemberian angka atau nilai pada objek
atau
kejadian tertentu dengan cara-cara yang sistematik. Hasil
pengukuran
dapat berupa angka atau uraian tentang kenyataan yang
menggambarkan
derajat kualitas, kuantitas, dan eksistensi keadaan yang diukur.
Namun
demikian, hasil pengukuran itu sendiri belum mengatakan apa-apa
kalau
hasil pengukuran tersebut tidak ditafsirkan dengan jalan
perbandingan
dengan suatu patokan tau norma kriteria tertentu. Proses
pengukuran
mencakup dua hal yaitu, menentukan apa yang akan diukur dan
memilih
alat atau instrumen untuk mengukur apa yang diukur. Ada 3
elemen
penting yang terkait dalam pengukuran yaitu, objek yang diukur,
alat
ukur, dan satuan ukuran yang dipakai. Objek yang akan diukur
biasanya
berhubungan dengan keadaan fisik atau psikologi seseorang. Alat
ukur
yang digunakan digolongkan menjadi dua kategori yaitu alat ukur
tidak
baku dan alat ukur yang dibakukan. Satuan alat ukur untuk setiap
objek
satuan ukurnya berbeda satu dengan yang lainya, meskipun ada
kemungkinan yang diukur adalah objek yang sama tetapi
menggunakan
alat ukur yang berbeda. Untuk mengukur objek fisik satuan ukur
yang
digunakan sudah jelas seperti berat dinyatakan dengan satuan
kilogram.
Untuk objek non fisik seperti sikap persepsi, motivasi, dan
sebagainya
dibutuhkan alat ukur yang dibuat oleh peneliti yang dapat
menyatakan
pengukuran secara kuantitatif.
-
13
3. Tinjauan Tentang Persyaratan Alat Ukur
Pengukuran yang dilakukan dapat optimal maka harus digunakan
alat ukur yang mampu menghasilkan informasi yang akurat, tepat,
dan
relevan. Untuk itu alat ukur yang digunakan harus memenuhi
persyaratan
alat ukur yang baku. Sesuai pendapat dari Ngatman (2003: 56),
agar
proses evaluasi dalam pendidikan jasmani berjalan dengan baik,
maka
semua instrumen yang digunakan harus memiliki karakteristik tes
yang
baik. Menurut Milner (2002: 55) suatu tes keterampilan olahraga
harus
memenuhi beberapa persyarata yaitu, tes tersebut harus valid,
reliable,
objektif, ekonomis, menarik, dan terjamin dapat dilaksanakan.
Menurut
Collins & Hodges (2001: 2), tes atau alat evaluasi harus
memiliki
karakteristik sahih (valid), handal (reliable), dan objektif.
Agar alat ukur
dapat menghasilkan informasi yang akurat, tepat, dan relevan,
maka alat
ukur yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
alat
ukur yang baku, yaitu: sahih dan handal. Pendapat-pendapat
mengandung
makna bahwa suatu instrumen evaluasi dikatakan baik apabila
tes
tersebut memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut: sahih,
handal, objektif,
ekonomis dalam waktu, tenaga, peralatan, petunjuk pelaksanaan
yang
baku, menarik, dan mempunyai norma penilaian. Dua persyaratan
mutlak
yang harus dipenuhi adalah valid (sahih) dan reliabel
(handa).
-
14
4. Validitas
Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan
reliabel
dengan instrumen yang valid dan reliabel, hasil penelitian yang
valid bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang
sesunggunya terjadi pada objek yang diteliti. Menurut Sugiyono
(2012:
348), hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara
data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
yang
diteliti. Djemari Mardapi (2004: 25) mendefinisikan validitas
adalah
seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya.
Ismaryanti (2006: 14), suatu alat tes yang valid berarti alat
tes
tersebut akan mengukur objek dengan tepat dan sesuai dengan
gejala
yang diukur. Berdasarkan pendefinisian tersebut dapat
disimpulkan
bahwa validitas adalah seberapa jauh alat ukur mampu
mengukur
apa yang seharusnya diukur sesuai dengan tujuan dari alat
ukur
tersebut. Secara empiric suatu alat ukur memenuhi
persyaratan
validitas jika; (1) alat ukur tersebut sungguh-sungguh
mengukur
konsep atau variabel yang memang ingin diukur dan tidak
mengukur
konsep atau variabel yang tidak ingin diukur, (2) alat ukur
tersebut
mampu memprediksi perilaku lain yang berkaitan dengan
variabel
yang diukur.
Saifuddin Azwar (2007: 45) membagi tipe validitas dari cara
estimati yang disesuaikan dengan sifat dan fungsi setiap tes
menjadi 3
kategori, yaitu validitas isi (content Validity), validitas
konstrak
(construct validity), dan validitas kriteria (criterion related
validity).
Menurut pendapat Sugiyono (2012: 350), instrumen yang valid
harus
mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang
mempunyai
internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen
secara
rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur.
Penelitian
-
15
mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan
merupakan
fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Validitas
internal
instrumen harus memenuhi validitas konstruk dan validitas isi.
Instrumen
yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam
instrumen
disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada.
Validitas internal
instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan, sedagkan
validitas
eksternal dikembangkan dari fakta empiris. Penelitian yang
memiliki
validitas eksternal bila hasil penelitian yang didapat
diterapkan pada
sempel yang lain, atau hasil penelitian itu dapat
digeneralisasikan. Untuk
itu penyusunan instrumen yang baik harus memperhatikan teori dan
fakta
di lapangan.
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat
pengujian
terahadap isi tes dengan analisi rasional atau lewat
professional
judgement (Saifuddin Azwar, 2007: 45-48) Dilanjutkan oleh
Saifuddin
Azwar, bahwa pernyataan yang dicari jawabannya dalam validasi
ini
adalah sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruan
kawasan
isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes
mencerminkan ciri
atribut yang hendak diukur. Pengertian mencakup keseluruan
kawasan
isi saja tidak menunjukkan bahwa tes tersebut harus komprehensif
isinya
tetapi harus pula memuat bahwa isi yang relevan dan tidak keluar
dari
batasan tujuan pengukuran.
Validitas isi terbagi menjadi dua tipe yaitu, validitas muka
(face
validity) dan validitas logik (logical validity). Menurut Thomas
dan
-
16
Nelson (1990: 343) validitas logik kadang-kadang disamakan
atau
diartikan sebagai validitas muka, meskipun kebanyakan ahli
pengukuran
mengartikan kedua istilah tersebut dengan arti yang berbeda.
Validitas
muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikannya
karena
hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan
(appearance) tes. Penampilan tes telah menyakinkan dan
memberikan
kesan mampu mengungkapkan apa yang hendak diukur dan dapat
dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi. Secara teoritik
validitas
muka kurang sistematik dalam hal analisis secara logika, namun
tes yang
memiliki validitas muka yang tinggi (tampak menyakinkan)
akan
memancing motivasi siswa yang dites untuk menghadapi tes
tersebut
dengan sungguh-sungguh. Motivasi merupakan aspek penting
dalam
setiap prosedur pengetesan.
Validitas logik atau sering disebut juga validitas sampling
(sampling validity) adalah validitas isi yang menunjukkan sejauh
mana
suatu tes mengukur komponen-komponen keahlian yang paling
penting
untuk melaksanakan tugas motorik secara memadai. Untuk
memperoleh
validitas logik yang tinggi suatu tes harus dirancang agar
benar-benar
berisi item yang relevan dan perlu menjadi dari bagian tes
secara
keseluruhan. Oleh karena itu dalam perencanaan tes akan
memanfaatkan
blue-print yang memuat cakupan isi dan cakupan kopetensi yang
hendak
diungkap.
-
17
Prosedur umum yang harus diikuti dalam penyusunan tes
keterampilan dalam pendidikan jasmani agar tes tersebut
memiliki
validitas logik yang baik adalah; (1) dengan menentukan secara
rinci
poin-poin pelaksanaan gerak yang paling bagus, (2) menyusun
sebuah tes
yang mengukur komponen-komponen keahlian yang penting yang
hendak diukur sesuai dengan poin-poin yang telah ditentukan, dan
(3)
memberikan skor tes sesuai dengan gradasi unjuk kerja yang
ditampilkan
siswa, sehingga skor terbaik menunjukkan suatu performa yang
bagus
demikian juga sebaliknya skor jelek mengindikasikan peforma
yang
kurang bagus.
Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan
sejauh
mana tes mengungkap suatu konstruk teoritik yang hendak diukur
(Allen
& Yen, 1979: 108). Proses pengujian validitas konstruk
menurut
Sugiyono (2006: 177) dapat menggunakan dari para ahli
(judgement
exprts). Setelah instrumen di konstruksi tentang aspek-aspek
yang akan
diukur dengan berlandaskan teori tertentu, selanjutnya
dikostruksikan
dengan para ahli. Pendapat tersebut diperkuat oleh Saifuddin
Azwar
(2007: 48) hasil estimasi validitas konstruk tidak dinyatakan
dalam
bentuk suatu koefisien faliditas. Pengujian validitas konstruk
bisa juga
menggunakan suatu teknik analisis statistika. Dalam
pengkajiannya
dilakukan dengan cara menguji hubungan antara butir dengan
faktornya,
maka disebut dengan analisi faktor. Instrumen dinyatakan valid
jika
butir-butir itemnya benar-benar mengungkap dan berlaku
sebagai
-
18
indikator faktor yang akan diukur. Dengan validitas konstrak,
peneliti
menetapkan konstrak atau penetapan atau konsep yang akan
diukur
kemudian menetapkan indikator-indikator yang selanjutnya
dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan. Selanjutnya
Sugiyono
(2006: 176) menegaskan bahwa suatu instrumen dikatakan
memenuhi
validitas konstrak jika instrumen tersebut dapat digunakan
untuk
mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Untuk
melahirkan
definisi maka diperlukan teori-teori.
Validitas kriteria dapat dilakukan dengan mengkoputasikan
korelasi skor tes dengan skor kriteria. Menurut Setyo Budiwanto
(2003:
139) pada umumnya validitas tes keterampilan olahraga
diperoleh
berdasarkan validitas yang dihubungkan dengan suatu kriteria
(criterion-
related validity), sehingga diperoleh validitas kriteria.
Kriteria tersebut
digunakan sebagai pembanding yang dikorelasikan dengan tes
eksperimen. Sesuai dengan pendapat diatas Sugiyono (2006:
183)
berpendapat bahwa, validitas eksternal instrumen diuji dengan
cara
membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan
fakta-
fakta empiris yang terjadi di lapangan. Bila telah terdapat
kesamaan
antara kriteria dalam instrumen dengan fakta dilapangan, maka
dapat
dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal
yang
tinggi. Ada 3 macam kriteria yang dapat dipilih dan digunakan
yaitu,
hasil tes standar, hasil penilaian para juri, dan hasil
pertandingan
kompetisi dalam kelompok. Tes standar adalah suatu tes yang
sudah
-
19
diketahui baik, sudah terbukti dan diyakini sebagai tes yang
valid dan
reliabel digunakan sebagai kriteria yang relevan untuk
memperoleh
koefisien validitas suatu pengembangan instrumen. Jika tes
standar
digunakan sebagai kriteria maka koefisien validitas tes
instrumen baru
diperoleh dengan cara mengkorelasikan antara hasil tes instrumen
baru
yang dikembangkan dengan hasil tes kriteria.
Hasil pengamatan dan penilaian para juri (judge rating
scale)
digunakan sebagai kriteria. Sejumlah juri melakukan pengamatan
dan
penilaian secara subjektif terhadap kuaalitas penampilan orang
coba.
Pengamatan dan penilaian dilakukan pada saat orang coba
melakukan
permaianan. Yang diamati dan yang dinilai adalah semua aspek
keterampilan dan kemampuan teknik, taktik yang ditampilkan
dalam
bermain di salah satu cabang olahraga. Untuk memperoleh
hasil
pengamatan dan penilaian yang lebih objektif dari sejumlah juri
tersebut
perlu disusun suatu pedoman pelaksanaan pengamatan dan
penilaian
semua teknik keterampilan yang diamati.
Kriteria lain yang digunakan dalam memperoleh validitas
pembanding adalah hasil pertandingan. Jenis kriteria ini hanya
digunakan
dalam menyusun tes keterampilan olahraga yang bersifat
individu.
Misalnya tenis lapangan, bulutangkis, dan tenis meja. Validitas
tes
keterampilan baru tersebut akan diperoleh dengan cara
mengkorelasikan
hasil tes baru dengan hasil pertandingan kompetisi.
-
20
5. Reliabilitas
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi tersebut
sebagai
pengukur yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai
nama
lain seperti: kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan,
dan
konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep
reliabilitas
adalah seberapa jauh hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Berkenaan
dengan konsep reliabilitas ini, Milner (2002: 59), mengatakan
bahwa
reliabilitas adalah tingkat ketetapan atau konsistensi
pengukuran oleh
sebuah tes dalam mengukur kualitas yang sama dalam setiap
pelaksanaan
tes tersebut. Reliabilitas diartikan sebagai ketetapan
pengukuran berarti,
bahwa semua orang yang menggunakan prosedur ini mendapatkan
hasil
yang sama secara ajeg. Wahjoedi (2000: 32) mengatakan bahwa,
suatu
alat ukur atau tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil
penggunaan tes
tersebut menunjukkan ketetapan atau diperoleh hasil pengukuran
yang
ajeg atau tetap terhadap suatu yang seharusnya diukur.
Reliabilitas
mengacu pada konsistensi skor-skor tes, apabila tes tersebut
mengukur
hal yang sama, atau seberapa konsisten tes-tes tersebut dari
satu
pengukuran lainnya.
Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu makna bahwa
reliabilitas
sebuah tes menunjuk pada tingkat keajegan atau kosistensi
skor-skor
yang relatif bebas dari kesalaha-kesalahan. Kecenderungan ini
mengarah
pada ketetapan yang ditunjukkan dengan memberikan ulangan
prestasi
dari sebuah perilaku pada setiap siswa. Gejala atau unsur-unsur
dalam
-
21
gejala yang diungkapkan dalam pengukuran pertama, ternyata
tidak
berubah atau sama pada pengukuran kedua dan seterusnya
apabila
pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sama.
Setyo Budiwanto (2003: 141) mengatakan bahwa, ada 3 cara
menaksir reliabilitas tes keterampilan olahraga, yaitu cara tes
dan
tes ulang (test-retest), cara belah dua (split half), dan
menggunakan
tes setara (equivalent). Cara tes dan tes ulang
(test-retest)
maksudnya adalah tes pertama dilakukan dan selang beberapa
waktu disusul tes kedua dilakukan tes ulang dengan
menggunakan
tes yang sama. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas tes
eksperimen, hasil tes pertama dan hasil tes ulang
dikorelasikan
menggunakan teknik statistik korelasi product moment dari
pearson. Koefisien korelasi antara hasil tes pertama dan hasil
tes
kedua merupakan koefisien reliabilitas tes eksperimen.
Mengetes
orang-orang yang sama menggunakan tes yang sama akan
menghasilkan indek stabilitas.
Memperoleh reliabilitas tes keterampilan olahraga dengan
cara
belah dua (split half) hanya digunakan jika jumlah percobaan
tes
keterampilan tersebut terdiri dari beberapa kali percobaan.
6. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan (PAP) adalah penilaian yang
dilakukan
dengan membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan
yang
telah ditentukan sebelumnya. Sebelum melakukan kegiatan
penilaian,
terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang akan dipakai
untuk
membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil
tersebut
memiliki arti tertentu. Patokan yang telah ditetapkan
sebelum
pengukuran atau penilaian dilakukan biasanya disebut batas lulus
atau
tingkat penguasaan minimum. Dengan demikian siswa yang dapat
mencapai batas lulus dapat menempuh atau mempelajari bahan
-
22
selanjutnya, begitu pula sebaliknya bagi siswa yang belum
mencapai skor
batas lulus agar memantapkan belajarnya sehingga akhirnya
lulus.
B. Permainan Bulutangkis
Bulutangkis adalah olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang
atau
dua pasang yang saling berlawanan, bertujuan memukul shuttlecock
melewati
bidang permainan lawan dan berusaha mencegah lawan melakukan hal
yang
sama (Feri Kurniawan, 2011: 28) bulutangkis merupakan salah satu
olahraga
yang paling terkenal didunia. Permainan ini merupakan permainan
cepat yang
membutuhkan gerak reflek yang baik dan tingkat kebugaran yang
tinggi (Tony
Grice, 2007: 1). Lapangan permainan bulutangkis berbentuk segi
empat dan
dibatasi oleh garis dan net untuk memisahkan antara daerah
permainan sendiri
dan daerah permainan lawan (Herman Subarjah dan Yusup hidayat,
2007: 8).
Olahraga bulutangkis menarik minat berbagai kelompok umur,
berbagai
tingkatan keterampilan, baik pria maupun wanita memainkan
olahraga ini di
dalam atau di luar ruangan untuk rekreasi juga sebagai prestasi.
Bulutangkis
adalah olahraga yang dimainkan dengan menggunakan net, raket,
dan
shuttlecock dengan teknik pukulan yang bervariasi mulai dari
yang relative
lambat hingga sangat cepat disertai dengan gerakan tipuan.
Menurut Herman Subarjah (1999: 13) permainan bulutangkis
merupakan permainan individu yang dapat dilakukan dengan cara
satu
orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Dalam
hal
ini permaianan bulutangkis mempuanyai tujuan bahwa seorang
pemain
berusaha menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan
dan
berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock dan
menjatuhkan
didaerah sendiri.
-
23
Permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga
yang
tumbuh dan berkembang pesat yang mampu mengharumkan Bangsa
dan
Negara Indonesia. Menurut Depdikbud (1978/1979: 129)
menyatakan
bulutangkis adalah cabang olahraga yang termasuk kedalam
kelompok
olahraga permainan, dapat dimainkan di dalam maupun di luar
ruangan di atas
lapangan yang dibatasi dengan garis-garis dalam ukuran yang
panjang dan
lebar yang sudah ditentukan. Lebih lanjut menurut Depdikbud
(1978/1979:
129) lapangan dibagi dua sama besar dan dipisahkan oleh net yang
terenggang
di tiang net yang ditanam di pinggir lapanagan.
Pemain bulutangkis harus mampu melakukan beberapa teknik
pukulan
atau keterampilan gerak memukul. Teknik pukulan sebagai
cara-cara
melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan
menerbangkan
shuttlecock kebidang lapangan lawan. Secara umum keterampilan
gerak
memukul permainan bulutangkis dapat dikategorikan kedalam tiga
jenis,
kategori ini didasarkan pada posisi raket pada saat melakukan
pukulan. Ketiga
jenis keterampilan gerak tersebut adalah pukulan dengan ayunan
raket dari
bawah ke atas (underhand strokes), pukulan menyamping (sidearm
strokes),
dan pukulan di atas kepala (overhead strokes).
Seorang yang sudah menguasai keterampilan gerak dasar
bulutangkis,
maka sudah dianggap mampu untuk mempelajari teknik
bulutangkis
sebenarnya. Istilah teknik adalah keterampilan khusus atau skill
yang harus
dikuasai oleh pemain bulutangkis dengan tujuan mengembalikan
shuttlecock
dengan cara sebaik-baiknya. Teknik pukulan adalah cara-cara
melakukan
-
24
pukulan dalam permainan bulutangkis dengan tujuan
menerbangkan
shuttlecock kebidang lapangan lawan. Seorang pemain bulutangkis
yang baik
dan berprestasi, dituntut untuk menguasai teknik-teknik pukulan
dalam
permainan bulutangkis. Menurut Sapta Kunta Purnama (2010:15)
macam-
macam teknik pukulan dalam permainan bulutangkis adalah servis
panjang,
servis pendek, lob, smash, dropshot, drive, dan netting.
1. Keterampilan Bulutangkis
Keterampilan bulutangkis adalah kemampuan seorang pemain
bulutangkis dalam menggunakan teknik, taktik, serta unsur-unsur
yang
dimiliki oleh seorang pemain bulutangkis. Menurut Sapta Kunta
Purnama
(2010: 13) teknik dasar bermain bulutangkis terdiri dari :
a. Sikap berdiri (stance) yaitu; a) sikap berdiri saat servis,
b) sikap berdiri menerima servis, c) sikap saat in play
b. Teknik memegang raket terdiri; a) pegangan forehand, b)
pegangan backhand
c. Teknik pukulan, yaitu: servis panjang, servis pendek, lob,
smash, dropshot, drive, dan netting
d. Teknik langkah kaki (foot work).
Para ahli tes dan pengukuran, sependapat bahwa kriteria yang
digunakan
dalam penyusunan tes keterampilan meliputi ukuran-ukuran
statistik
yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan praktis dan
pendapat objektif. Tes adalah instrumen atau alat yang digunakan
untuk
memperoleh informasi tentang individu atau objek (Ismaryati,
2006: 1).
Penggunaan tes harus benar-benar mengikuti petunjuk pelaksanaan
tes
yang telah ada. Tes dikatakan baik apabila memenuhi
validitas,
realibilitas, objektivitas diskriminitas, dan praktibilitas. Tes
keterampilan
-
25
ini bertujuan untuk mengukur keterampilan (penguasaan) teknik
dasar
bulutangkis. Tes dapat dijadikan dasar dalam mendiagnosa
kelemahan
pada cabang bulutangkis. Menurut Tohar yang dikutip (Sigit
Nugroho,
2013) menyatakan bentuk-bentuk pukulan yang dapat
mengidentifikasi
keterampilan bulutangkis dibagi menjadi 3 bagian yaitu: servis
panjang,
servis pendek, dan lop. Sedangkan menurut (Sapta Kunta Purnama,
2010:
28) evaluasi dari hasil latihan/belajar keterampilan bulutangkis
dapat
diketahui melalui dua cara, yaitu: dengan cara kompetisi
pertandingandan
dengan melakukan tes keterampilan bulutangkis. Macam-macam
rangkaian tes terdiri dari 4 macam, yaitu; 1) tes servis pendek
(short
service), 2) tes servis panjang (long service test), 3) tes
pukulan lop (high
clear test), 4) tes semes (smash test).
Peraturan dalam permainan bulutangkis adalah ketentua-
ketentuan yang mengatur kelancaran jalannya suatu pertandingan
atau
kejuaraan yang dikeluarkan oleh organisasi resmi dan berlaku
secara
umum yang dikeluarkan oleh BWF (Badminton World Federation).
Tes
keterampilan bulutangkis sebagai bahan banding untuk menilai
kecakapan bermain bulutangkis terdiri dari empat macam item
(Nurhasan
dan Hasanudin, 2007: 230).
a. Tes wall volley Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh
Milner pada tahun
1951. Kegunaan utama dari tes ini adalah mengukur
kemampuan pukulan (clear shot) dan menentukan
keterampilan bulutangkis.
-
26
b. Tes servis pendek Pertama kali diperkenalkan oleh French pada
tahun 1941.
Kegunaan tes ini adalah untuk mengukur kemampuan dan
ketepatan server dengan shuttlecock di bawah.
c. Tes servis panjang Pertama kali diperkenalkan oleh Scott Fox
pada tahun
1959. Kegunaan utama tes ini adalah mengukur ketepatan
shuttlecock ke arah sasaran tertentu dengan servis panjang
(servis tinggi/panjang).
d. Clear tes Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh French pada
tahu
1941. Kegunaan utama dari tes ini adalah mengukur kekuatan
memukul shuttlecock.
2. Servis
Pukulan servis merupakan modal awal pemain untuk bisa
memenangkan pertandingan didalam olahraga bulutangkis.
Seorang
pemain yang tidak bisa melakukan servis dengan benar akan
terkena
fault. Menurut Tohar (1991: 67), pukulan servis adalah pukulan
dengan
raket yang memukul shuttlecock ke bidang lapangan lain secara
diagonal
dan bertujuan sebagai pembuka permianan dan merupakan suatu
pukulan
yang penting dalam permainan bulutangkis.
Menurut Icuk (2002: 30) pukulan servis merupakan pukulan
yang
mengawali atau sajian bola pertama sebagai permulaan permainan.
Servis
merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan
nilai,
karena kalau peraturan yang lama hanya pemain yang melakukan
servis
yang dapat memperoleh angka. Namun sekarang ini peraturan
pada
permainan bulutangkis ditetapkan oleh BWF (Badminton World
Federation) sudah ada perubahan, pada pertandingan resmi
sekarang
sudah menggunakan sistem relly point. Pemain yang tidak
selalu
-
27
melakukan servis yang dapat nilai. Servis yaitu gerakan untuk
memulai,
sehingga shuttlecock berada dalam keadaan dimainkan, dan
dengan
memukul shuttlecock kelapangan lawan (James poole, 1986:
142).
Menurut Grice yang dikutip Herman Subarjah dan Yusuf Hidayat
(2007: 49). Servis mungkin merupakan pukulan tunggal yang
paling
penting untuk mendapatkan skor secara konsisten. Melalui servis
maka
memungkinkan pemain memperoleh angka, sebab hanya melalui
servis
pemain dapat memenangkan permainan. Sehingga setiap pemain
harus
menguasai teknik pukulan dengan baik.Menurut Feri Kurniawan
(2011:
29) pukulan servis terdiri dari: servis pendek, servis tinggi,
dan servis
kejut atau setengah tinggi.
Gambar 1. Area servis bulutangkis Diunduh dari web :
http://lh3.ggpht.com. Pada tanggal 25 oktober
2015, Pukul 19.37 WIB
Menurut Icuk Sugiarto, Furqon dan Kunta (2002: 31) servis
terdiri dari: servis pendek (short service), servis tinggi (high
service),
http://lh3.ggpht.com/
-
28
servis drive (drive service), dan servis kejut (flick service).
Sedangkan
menurut Sapta Kunta Purnama (2010: 16) servis terdiri dari:
servis
pendek dan servis panjang.
Ada beberapa jenis servis bulutangkis. Setiap jenis servis
memukul shuttlecock dengan caranya yang khas, sebab itu
masing-
masing mempunyai hal-hal yang menguntungkan dan merugikan.
Macam-macam bentuknya meliputi servis pendek, panjang, datar,
dan
servis kedut.
a. Servis pendek (short service)
Servis pendek yaitu servis dengan mengarahkan
shuttlecock dengan tujuan keduasasaran yaitu: kesudut titik
perpotongan antara garis servis di depan dengan garis tengah
dan garis servis dengan garis tepi, sedangkan jalannya
shuttlecock menyusur tipis melewati net (Tohar 1992: 4).
Gambar 2. Servis Pendek Backhand Diunduh dari:
http://4.bp.blogspot.com. Pada 20 Agustus 2015,
Pukul 15.35.
Servis pendek merupakan salah satu pukulan awal pada
permaiana bulutangkis. Menurut Herman Subarjah (2000: 44)
http://4.bp.blogspot.com/
-
29
servis pendek merupakan servis yang diarahkan pada bagian
depan lapangan lawan, biasanya dilakukan dalam permainan
ganda. Sedangkan menurut Sutrisno dan Yuni Mariani (2007:
18), tujuan servis pendek adalah untuk memaksa lawan agar
kesulitan atau tidak dapat melakukan serangan. Pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa servis pendek adalah pukulan
pertama pada permainan bulutangkis yang di arahkan pada
bagian depan lapangan di garis servis dan menyusur tipis di
atas net. Tujuannya untuk memaksa lawan agar tidak
melakukan serangan.
b. Servis panjang (long service)
Servis panjang adalah pukulan servis yang dilakukan
dengan cara memukul shuttlecock setinggi-tingginya, dan
jatuh
digaris belakang bidang lapagan lawan (Tohar 1992: 42).
Menurut Icuk (2002: 39) servis panjang merupakan servis
tinggi yang biasanya digunakan dalam permainan tunggal.
Sedapat mungkin memukul kok sampai dekat garis belakang
dan menukik tajam lurus kebawah. Oleh karena itu, pukulan
servis tinggi ini merupakan salah satu jenis servis yang
membutuhkan banyak tenaga. Servis panjang adalah pukulan
servis yang dilakukan dengan cara memukul shuttlecock
setinggi-tingginya, dan jatuh digaris belakang bidang
lapangan
lawan (Tohar 1992: 42).
-
30
Dalam melaksanakan servis panjang, pemain harus
memperhatikan gerakan ayunan raket yaitu ke belakang lalu ke
depan. Pukulan harus dilakukan dengan sempurna diikuti gerak
peralihan titik berat badan, dari kaki bagian belakang ke
kaki
depan, yang harus berlangsung secara harmonis, menurut Tony
Grice (1996: 25) akhir gerakan servis ini adalah tangan yang
mengarah atas yang sejalan dengan bola dan berakhir diatas
bahu tangan yang tidak memegang raket.
Servis panjang atau servis tinggi ini akan sangat tepat
dilakukan saat lawan kehabisan tenaga. Dengan servis ini
lawan dipaksa untuk bergerak sehingga mengeluarkan banyak
tenaga. Selain itu, dengan lambungnya kok yang tinggi, kok
akan turun dalam keadaan tegak dengan lantai. Posisi kok
seperti sulit dipukul apalagi di smash. Servis ini juga
dapat
digunakan untuk membuka pertahanan lawan dari depan (Icuk:
2002)
c. Servis Datar ( Drive Service)
Yang dimaksud dengan servis datar adalah pukulan
servis dengan cara memukul shuttlecock secara keras,
cepat, mendatar, dan setipis mungkin melewati net secara
sejajar dengan lantai, arah tujuan pukulan itu ditepatkan
titik-titik perpotongan antara garis belakang dengan garis
tengah lapangan (Tohar, 1992: 42)
d. Servis Kedut (Flick Service)
Yang dimaksud servis kedut disini adalah pukulan yang
dilakukan denga cara membuka. Menurut Tohar (1992:
25), gerakan dalam melakukan pukulan adalah sama
-
31
dengan melakukan servis biasa, tetapi setelah terjadi
persentuhan raket dengan shuttlecock (impack), secara
mendadak pukulan itu di cambukkan atau dikedutkan.
Biasanya servis digabungkan kedalan jenis atau bentuk
servis forehand atau backhand. Masing-masing jenis ini
bervariasi pelaksanaanya sesuai dengan situasi permainan
lapangan.
3. Peraturan Servis
Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Badminton World
Federation (BWF) tentang servis, sebagai berikut :
a. Servis yang benar :
a.1. Kedua belah pihak tidak boleh memperlambat terjadinya
servis bila pelaku servis dan penerima servis sudah siap
diposisinya masing-masing. Pada waktu melengkapi
gerakan kebelakang dan kepala raket pelaku servis, suatu
perlambatan dari awal servis (peraturan nomor a.10) harus
dianggap sebagai sebuah upaya memperlambat permainan.
a.2. Pelaku servis dan penerima servis harus berdiri
berhadapan secara diagonal dalam kotak servis (gambar 3)
tanpa menyentuh garis-garis yang membatasi kotak servis.
Gambar 3. Tempat Penerima Servis dan Pelaku Servis. Diunduh dari
web: http://www.victorsport.com. Pada 25
Oktober 2015, Pukul 19.50 WIB
http://www.victorsport.com/
-
32
a.3. Sebagian dari kedua kaki baik pelaku servis maupun
penerima servis harus tetap berada pada permukaan
lapangan dalam posisi diam atau tidak bergerak dari saat
servis mulai dilakukan (peraturan a.10) sampai servis telah
dilakukan peraturan a.11).
a.4. Perkenaan raket pelaku servis ketika servis terjadi
pada
bagian gabus kok.
a.5. Keseluruhan kok harus berada di bawah pinggang pelaku
servis pada saat kok dipukul oleh raket pelaku servis.
Pinggang yang dimaksud adalah garis imajiner sekitar
tubuh setinggi bagian terbawah dari rusuk pemain.
a.6. Batang raket pelaku servis pada saat memukul kok harus
mengarah ke bawah sedemikian rupa.
a.7. Gerakan raket pelaku servis harus berkesinambungan ke
depan setelah awalan (start) dari servis (peraturan a.10-
a.11).
a.8. Terbangnya kok harus ke atas dari raket pelaku servis
untuk melampaui net, sehingga bila tidak dihalangi akan
jatuh di kotak servis penenerima servis (tepat di atas garis
atau di dalam garis batas kotak servis).
a.9. Dalam upaya melakukan servis, pelaku servis harus
berhasil memukul kok jangan sampai kok tidak terpukul
(shall not miss the shuttle).
-
33
a.10. Sekali para pemain sudah siap melakukan servis,
gerakan
ke depan pertama kali kepala raket pelaku servis adalah
awalan (start) dari servis.
a.11. Sekali servis telah dimulai (peraturan a.10) dianggap
telah
dilakukan bila kok dipukul oleh raket pelaku servis atau
dalam percobaan untuk melakukan servis, pelaku servis
jangan sampai gagal melakukan servis.
a.12. Pelaku servis tidak boleh melakukan servis sebelum
penerima servis siap, tetapi penerima servis sudah
dianggap siap bila berusaha mengembalikan servis.
a.13. Dalam permainan ganda, selama servis akan dilakukan
(peraturan a.10-a.11) pasangannya boleh mengambil
posisi dimana saja, asal tidak menghalangi pandangan
pelaku servis atau servis lawannya.
b. Servis yang salah
Adapun kesalahan servis atau servis tidak sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh Badminton World Federation
(BWF) tentang servis yang salah, sebagai berikut :
b.1. Jika dalam servis, kok tersangkut dan bertengger pada
puncak net.
b.2. Setelah melewati net kok tersangkut di net.
b.3. Jika dalam servis kok dipukul oleh pasangan penerima
servis.
-
34
c. Kesalahan Penempatan Kotak Servis
Adapun kesalahan penempatan kotak servis pelaku servis
atau penempatan kotak servis pelaku servis tidak sesuai
dengan
peraturan yang ditetapkan oleh Badminton World Federation
(BWF) tentang kotak servis, sebagai berikut :
c.1. Kesalahan kotak servis telah terjadi bila seorang
pemain
melakukan servis tidak pada tempat sesuai dengan angka
yang disebutkan oleh wasit.
c.2. Kesalahan kotak servis terjadi bila seorang pemain
melakukan servis diluar gilirannya.
c.3. Kesalahan kotak servis hukumnya lets (mengulangi), bila
terlanjur berlangsung permainan maka diteruskan sampai
permainan selesai.
c.4. Bila kesalahan kotak servis ditemukan, maka kesalahan
harus diperbaiki dan angka atau poin dilanjutkan.
d. Permainan Ulang (lets) Disaat Servis Dilakukan
Adapun permainan ulang (lets) disaat melakukan servis
sesuai dengan peraturan yang ditetapkanoleh Badminton World
Federation (BWF) tentang permainan ulang (lets) disaat
servis
dilakukan, sebagai berikut :
d.1. Pelaku servis melakukan servis sebelum penerima servis
siap.
-
35
d.2. Pada waktu servis, pelaku dan penerima servis di fault
secara bersamaan.
d.3. Kesalahan kotak servis sebelum permainan dimulai atau
saat melakukan servis wasit sudah memberikan isyarat
fault.
Gambar 4. Area Servis Bulutangkis
C. Tes Servis Frank M. Ferduci
Tes servis Frank M. Verduci adalah salah satu instrumen tes
keterampilan bulutangkis yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan
teknik, khususnya teknik servis. Tes servis tersebut adalah tes
servis pendek
(shortservice) dan tes servis panjang (long service). Tes servis
pendek
(shortservice) Frank M. Verduci pertama kali diperkenalka oleh
Frank pada
tahun 1941. Tes servis pendek ini memiliki validitas dan
reliabilitas yaitu :
-
36
validitas concure, yaitu untuk pria = 0,68 dan untuk wanita =
0,64. Sedangkan
reliabilitas tes tersebut 0,78 untuk pria , dan 0,82 untuk
wanita .
Short serve. The student attempts 3 legal serves from thr right
service
area and 3 from te left service area (Fig. 21-7). The 6 serves
constitute
one trial, and the student has two trial. On the serve, the
shuttle must
puss under a string 12 inches above the net. If the shuttlecock
hits the
string on a legal serve, it does not count as an attempt. An
illegal serve
constitutes one attempt an is scored zero points. All serves
must be hit
into the proper doubles service court. Points are determined by
noting
the values of the court sections in which the shuttlecock first
touches
after each legal service. If the shuttlecock lands on a line,
the higher
value of the two sections is recorded. The final score is the
total number
of points obtained 12 attempts.
Long serve. The student attempts 3 legal serves from thr right
service
area and 3 from te left service area (Fig. 21-7). The 6 serves
constitute
one trial, and the student has two trial. On the serve, the
shuttlecock must
pass over a string 8 feet high. If the shuttlecock hits the
string on a legal
serve, it does not count as a attempt. An illegal serve
constitutes one
attempt and is score zero points. All serve must be hit into the
proper
singles court. Points are determined by the value of the court
section in
which the shuttlecock first touches after each legal service. If
the
shuttlecock lands on a line, the higher value of the two
sections is
recorded. The final score is the total number of points obtained
12
attempts.
Dalam pelaksanaan tes servis pendek, terdapat
ketentuan-ketentuan
yang harus dilengkapi dan diikuti dalam melaksanakan tes servis
pendek
kepada teste, adapun petunjuk pelaksanaan tes keterampilan
servis pendek
Frank M Verduci, adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Tes Servis Pendek.
Tujuan untuk mengukur tingkat ketelitian dan ketepatan taste
didalam
melakukan servis pendek.
2. Alat / Fasilitas/Pelaksana Tes Servis Pendek
a. Raket
b. Net
-
37
c. Lapangan bulutangkis
d. Shuttlecock minimal 14 buah kok.
e. Tali/pita
f. Alat tulis dan blangko penilaian
g. Petugas yang membantu jalannya tes :
1) Seorang pencatat nilai
2) Seorang pengawas jatuhnya kok pada sasaran
3) Seorang pengawas lewatnya kok diatas net
4) Seorang service judge, dan
5) Seorang pengambil kok
3. Pedoman Pelaksanaan Tes Servis Pendek
a. Sikap awal testi
1) Testi berdiri pada daerah servis yang terletak diagonal
dengan bagian lapangan yang diberi sasaran.
2) Testi melakukan servis pendek sebanyak 12 kali
percobaan secara berturut-turut ke arah sasaran. Testi
melakukan servis pendek dengan ketentuan 6 kali
percobaan dilakukan sebelah kanan dan 6 kali dilakukan
dari sebelah kiri
b. Sasaran
Sasaran servis pendek adalah daerah servis pemain
ganda yang terletak diagonal dengan testi, yakni daerah yang
dibatasi oleh garis depan (short service line) 3 petak
-
38
memanjang dari samping kiri kekanan, dengan ukuran masing-
masing sebagai berikut:
1) Lebar petak dengan nilai = 3 (15,24 cm)
2) Lebar petak dengan nilai = 2 (20,32 cm)
3) Lebar petak dengan nilai = 1 (25,40 cm
c. Lapangan
Lapangan yang digunakan adalah lapangan bulutangkis
yang dipasang sebuah pita sepanjang net dan sejajar dengan
net dengan jarak = 30,48 cm diatas net.
Gambar 5. Short Serve Tes Frank M. Verduci
-
39
d. Pedoman penilaian
1) Tidak ada nilai untuk pukulan yang gagal melewati
daerah antara pita dan net atau tidak jatuh pada sasaran.
2) Kok yang jatuh pada sasaran dinilai sesuai dengan nilai
yang sudah ditentukan.
3) Kok yang jatuh pada garis yang membagi dua daerah
nilai, mendapat nilai dari daerah nilai yang lebih tinggi.
4) Nilai akhir adalah jumlah total nilai yang diperolah dari
12 kali percobaan servis panjang.
D. Pengelompokan Umur
Pengelompokan umur dalam pertandingan bulutangkis
dikelompokkan
dalam beberapa kelompok umur. Penetapan kelompok umur (KU)
yang
ditetapkan oleh Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh
Indonesia (PB
PBSI) tahun 2015 adalah sebagai berikut :
1. Kelompok Umur Usia Dini (usia dibawah 11 tahun) kelahiran
tahun 2005.
2. Kelompok Umur Anak-Anak (usia dibawah 13 tahun) kelahiran
tahun 2003.
3. Kelompok Umur Pemula (usia dibawah 15 tahun) kelahiran tahun
2001.
4. Kelompok Umur Remaja (usia dibawah 17 tahun) kelahiran tahun
1999.
5. Kelompok Umur Taruna (usia dibawah 19 tahun) kelahiran tahun
1997.
6. Kelompok Dewasa (usia bebas) 7. Kelompok Veteran (usia diatas
35 tahun) kelahiran tahun 1980.
-
40
E. Perkembangan Motorik
Menurut Hurlock yang dikutip Endang Rini (2007: 1)
perkembangan
motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui
kegiatan
pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.
Pengendalian berasal dari
perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu
lahir.
Sedangkan menurut Sugiyanto dan Sudjarwo yang dikutip Endang
Rini (2007:
1) perkembangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional
atau
kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin
terorganisasi
dan terspesialisasi. Perkembangan terjadi dalam bentuk perubahan
kualitatif,
kuantitatif atau kedua-duanya secara serempak.
Menurut Zulkifli yang dikutip Endang Rini (2007: 2)
perkembangan
motorik adalah gerakan-gerakan tubuh yang dimotori dengan
kerjasama
antara otot, otak dan saraf. Ciri-ciri gerakan motorik; (1)
gerak dilakukan
dengan tidak sengaja, (2) tidak ditujukan untuk maksud-maksud
tertentu.
Gerak yang dilakukan tidak sesuai untuk mengangkat benda dan
gerak
serta.
Menurut Keogh perkembangan gerak adalah perubahan kompetensi
atau kemampuan gerak dari mulai bayi (infancy) sampai masa
dewasa
(adulthoud) serta melibatkan berbagai aspek perilaku manusia,
kemampuan
gerak dan aspek perilaku yang ada pada manusia mempengaruhi
perkembangan gerak dan perkembangan gerak sendiri
mempengaruhi
kemampuan dan perilaku manusia.
1. Prinsip-Prinsip Perkembangan Motorik
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik sebagai
kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan motorik:
a. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan
-
41
b. Semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik
anak
c. Kondisi pra lahir yang menyenangkan terutama gizi
mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa
pasca lahir
d. Kelahiran yang sukar apabila ada kerusakan otak akan
memperlambat perkembangan motorik
e. Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan akan
mempercepat perkembangan motorik
f. Anak yang IQ tinggi perkembangannya lebih cepat dibanding
IQ normal atau di bawah normal
g. Adanya rangsangan, dorongan dan kesempatan untuk
menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat
perkembangan motorik
h. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan
berkembangnya kemampuan motorik
i. Rangsangan dan dorongan dari orang tua, kecenderungan
anak
yang lahir pertama lebih baik daripada anak yang lahir
kemudian
j. Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat
perkembangan motorik
k. Cacat fisik akan memperlambat perkembangan motorik
l. Perbedaan jenis kelamin, warna kulit dan sosial ekonomi.
-
42
2. Prinsip Perkembangan Motorik
a. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan
syaraf
b. Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak
matang
c. Perkembangan motorik mengikuti pola yang diramalkan
d. Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik
e. Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.
3. Dasar-Dasar Perkembangan Motorik
a. Sumbangan Kemampuan Motorik
1) Kesehatan yang baik
2) Katarsis emosional
3) Kemandirian
4) Hiburan diri
5) Sosialisasi
6) Konsep diri
b. Urutan Perkembangan Motorik
1) Bagian kepala
a) Ocular melakukan gerakan: 4 minggu
b) Senyum sosial (untuk menanggapi senyuman orang
lain) : 3 bulan
c) Koordinasi mata: 4 bulan
-
43
d) Menegakkan kepala: dalam posisi tengkurap: 1 bulan,
dalam posisi duduk: 4 bulan
2) Bagian batang tubuh
a) Membalik dari miring ke telentang: 2 bulan, dari
terlentang ke miring: 4 bulan, lengkap: 6 bulan
b) Duduk menarik ke posisi duduk: 4 bulan, dengan
bantuan: 5 bulan, tanpa bantuan: 9 bulan
c) Organ eleminasi pengendalian usus: 2 tahun,
pengendalian kandung air seni: 2-4 tahun
3) Tangan
a) Gerakan bertahan: 2 minggu
b) Mengisap jempol: 1 bulan
c) Menggenggam dan menjangkau: 4 bulan
d) Memegang dan menggenggam: 5 bulan
e) Memungut benda dengan ibu jari: 8 bulan
4) Kaki
a) Mengesot: 6 bulan
b) Merangkak: 7 bulan
c) Maju perlahan-lahan pada tangan dan lutut: 9
bulan, pada kedua tangan dan kedua kaki: 10 bulan
d) Berjalan dengan bantuan: 11 bulan, tanpa bantuan:
12-14 bulan
-
44
c. Karakteristik Perkembangan Motorik
1) Karakteristik perkembangan motorik anak pra sekolah
umur 0-1 tahun
2) Karakteristik perkembangan motorik anak pra sekolah
umur > 1-2 tahun
3) Karakteristik perkembangan motorik anak pra sekolah
umur > 2-3 tahun
4) Karakteristik perkembangan motorik anak pra sekolah
umur > 3-4 tahun
5) Karakteristik perkembangan motorik anak pra sekolah
umur > 4-5 tahun
6) Karakteristik perkembangan motorik remaja: usia 10-18
tahun, 18- mati.
4. Gross Motor Skill (Motorik Kasar) dan Fine Motor Skill
(Motorik
Halus)
Semua olahraga adalah skill karena harus melalui proses
berlatih.
Klasifikasi ditinjau dari ketepatan gerak ada 2 :
a. Gross motor skill keterampilan motorik kasar
Bercirikan lebih melibatkan pergerakan otot-otot besar
dan ketepatan gerak tidak terlalu penting untuk mendapatkan
perhatian.
-
45
b. Fine motor skill keterampilan motorik halus
Bercirikan lebih melibatkan pergerakan otot-otot
kecil terutama yang melibatkan pada koordinasi mata dan
tangan dan memerlukan tingkat ketepatanyang tinggi pada
gerakan tangan dan jari. Contoh: pukulan netting, servis
pendek, menulis, dan lain-lain.
5. Motorik Kasar
Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang
menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota
tubuh
motorik kasar diperlukan agar anak dapat duduk, memukul,
berlari, naik
turun tangga dan sebagainya (Sunardi dan Sunaryo, 2007:
113).
Perkembangan motorik kasar anak lebih dulu dari pada motorik
halus,
misalnya anak akan lebih dulu memegang benda-benda yang
ukuran
besar dari pada ukuran yang kecil. Karena anak belum mampu
mengontrol gerakan jari-jari tangannya untuk kemampuan
motorik
halusnya.
Bambang Sujiono (2007: 13) berpendapat bahwa gerakan
motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi
sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik kasar
melibatkan
aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan
seluruh tubuh
anak. Menurut Endang Rini Sukami (2007: 72) bahwa aktivitas
yang
menggunakan otot-otot besar di antaranya gerakan keterampilan
non
lokomotor, gerakan lokomotor, dan gerakan manipulatif. Gerakan
non
-
46
lokomotor adalah aktivitas gerak tanpa memindahkan tubuh ke
tempat
lain. Contoh, mendorong, melipat, menarik dan membungkuk.
Gerakan
lokomotor adalah aktivitas gerak yang memindahkan tubuh satu
k