Top Banner
i PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN SERVIS PENDEK BULUTANGKIS UNTUK ATLET KELOMPOK UMUR ANAK-ANAK (KU 11-12 TAHUN), PEMULA (KU 13-14 TAHUN), REMAJA (KU 15-16 TAHUN) DAN TARUNA (KU 17-18 TAHUN) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Anton Nugroho 10602241066 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
240

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN SERVIS PENDEK … · Berdasarkan hasil penilaian tersebut, produk pengembangan tes keterampilan servis pendek ini layak digunakan dalam tes keterampilan

Jul 14, 2019

Download

Documents

trinhlien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • i

    PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN SERVIS PENDEK

    BULUTANGKIS UNTUK ATLET KELOMPOK UMUR ANAK-ANAK (KU

    11-12 TAHUN), PEMULA (KU 13-14 TAHUN), REMAJA (KU 15-16

    TAHUN) DAN TARUNA (KU 17-18 TAHUN)

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Yogyakarta

    untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

    guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    Anton Nugroho

    10602241066

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

    FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

    UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

    2016

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    A. MOTTO

    Hal yang terpenting adalah berusaha dan berdoa, tercapai atau tidak

    serahkan pada ALLAH SWT.

    Hargailah waktu, karena waktu tidak akan pernah kembali.

    Hasil tidak akan menghianati proses.

    Berbuat baiklah kepada sesama, sebagaimana ALLAH SWT berbuat baik

    kepadamu.

    B. PERSEMBAHAN

    Tanpa mengurangi rasa syukur kepada ALLAH SWT Tuhan penguasa

    alam semesta ini, karya ini saya persembahkan untuk :

    Kedua orang tua saya, yaitu Bapak Tri Harsono dan Ibu Sri Lestari yang

    selama ini telah membimbing sejauh ini dan tak ada bosan-bosannya untuk

    memberi doa, dukungan dan motivasi dalam setiap jalan menuju

    keberhasilan saya.

    Ketiga Sudara saya, Neni Kusumawati, Wahyu Nurcahyadi, dan Devi

    Rahmawati yang selalu memberi doa, dukungan dan motivasi dalam setiap

    jalan menuju keberhasilan saya.

    Khoirul Imam, Anif Radin, M Alid, Vonita R, Farikha S N, Ulin N yang

    selalu ada, memberi doa, dukungan dan motivasi dalam setiap jalan

    menuju keberhasilan saya.

    UKM Bulutangkis UNY, yang menjadi tempat dimana saya bisa

    bersosialisasi dan memiliki teman yang banyak.

    Teman-teman wismor FIK UNY yang selalu memberi doa, dukungan dan

    motivasi dalam setiap jalan menuju keberhasilan saya.

    Teman-teman PKO angkatan 2010, yang selalu memberi doa, dukungan

    dan motivasi dalam setiap jalan menuju keberhasilan saya.

  • vi

    PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN SERVIS PENDEK

    BULUTANGKIS UNTUK ATLET KELOMPOK UMUR ANAK-ANAK (KU

    11-12 TAHUN), PEMULA (KU 13-14 TAHUN), REMAJA (KU 15-16

    TAHUN) DAN TARUNA (KU 17-18 TAHUN)

    Oleh:

    Anton Nugroho

    NIM 10602241066

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengembangan

    instrumen tes dan berapa skala norma tes keterampilan servis pendek bulutangkis

    untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU 13-14

    tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun).

    Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research and

    development), yang berarti penelitian ini merupakan penelitian yang berorientasi

    pada produk. Pengembangan tes ini dilakukan melalui tahapan: pendahuluan,

    melakukan pengembangan, melakukan pengembangan produk, evaluasi produk,

    dan hasil akhir berupa buku pedoman tes keterampilan servis pendek bulutangkis

    untuk kelompok umur. Subjek uji coba adalah seluruh atlet kelompok umur

    bulutangkis di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data dikumpulkan melalui tes,

    kuesioner dan wawancara. Data berupa hasil penilaian mengenai kualitas produk,

    saran untuk perbaikan, serta data kualitatif lainnya. Data kuantitatif dianalisis

    dengan statistik deskriptif. Saran-saran yang diperoleh digunakan untuk merevisi

    produk.

    Hasil penilaian kualitas produk pengembangan tes keterampilan servis

    pendek kelompok anak-anak baik dengan rerata skor 4,09, kelompok pemula

    sangat baik dengan rerata skor 4,29, kelompok remaja baik dengan rerata skor

    4,09, kelompok taruna baik dengan rerata skor 4,21, dan rerata keseluruan 4,17

    kriteria baik. Kelompok anak-anak putra validitas 0,667 dan reliabelitas 0,799,

    putri validitas 0,464 dan reliabilitas 0,634. Kelompok pemula putra validitas 0,738

    dan 0,850, putri validitas 0,701 dan reliabilitas 0,812. Kelompok remaja putra

    validitas 0,733 dan reliabilitas 0,841, putri validitas 0,651 dan reliabilitas 0,711.

    Kelompok taruna putra validitas 0,864 dan reliabilitas 0,855, putri validitas 0,661

    dan reliabilitas 0,766. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, produk pengembangan

    tes keterampilan servis pendek ini layak digunakan dalam tes keterampilan servis

    pendek bulutangkis untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun),

    pemula (KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18

    tahun).

    Kata Kunci: Pengembangan, tes, servis, bulutangkis

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan berkat, rahmat, nikmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan tes keterampilan servis

    pendek bulutangkis untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun),

    pemula (KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18

    tahun). Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

    memperoleh gelar sarjana Pendidikan Keolahragaan pada Program Studi

    Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

    Yogyakarta.

    Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada

    berbagai pihak yang telah memberi bantuan sehingga skripsi ini dapat

    terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terima kasih

    kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Rochmad Wahab, M.Pd, M.A, selaku Rektor Universitas

    Negeri Yogyakarta.

    2. Bapak Prof. Dr. Wawan S. Suherman, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Ilmu

    Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.

    3. Ibu Ch. Fajar Sriwahyuniati, M.Or, selaku Ketua Jurusan Pendidikan

    Kepelatihan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.

    4. Bapak Prof. Dr. Siswantoyo, M.Kes, AIFO. selaku pembimbing skripsi yang

    telah memberikan bimbingan, dorongan, dan motivasi dalam penyusunan

    skripsi ini.

    5. Bapak Agung Nugroho, M.Si, selaku Penasehat Akademik yang memberi

    kesempatan penulis untuk menyelesaikan skripsi.

    6. Bapak Tri Hadi Karyono, M.Or dan Dr. Lismadiana, M.Pd, selaku Dosen

    Kepelatihan Bulutangkis FIK UNY.

    7. Bapak Sukiman, selaku Sekretaris Ketua PENGDA PBSI DIY.

    8. Seluruh Pelatih PB di DIY atas kesempatan yang telah diberikan untuk

    melakukan penelitian dalam penyelesaian skripsi.

  • viii

    9. Atlet bulutangkis DIY yang telah bersedia menjadi objek pada penelitian

    yang dilakukan dalam upaya penyelesaian skripsi ini.

    10. Teman-teman KKN angkatan 2013, terima kasih atas kebersamaan, canda-

    tawa, dan kekeluargaan, semoga selalu terhias indah dalam hatiku dan

    menjadi kenangan indah.

    11. Semua pihak yang turut memberikan saran dan kritik serta bantuan dalam

    penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap

    kritik dan saran yang membangun demi tercapainya perbaikan lebih lanjut.

    Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan bulutangkis di Indonesia.

    Yogyakarta, September 2016

    Anton Nugroho

    NIM 10602241066

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii

    HALAMAN PERNYATAAN .............................................................. . iii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv

    HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................... v

    ABSTRAK ..... vi

    KATA PENGANTAR ............ vii

    DAFTAR ISI .................................................................................. ix

    DAFTAR TABEL .......... xii

    DAFTAR GAMBAR ..... xv

    DAFTAR LAMPIRAN .......... xvii

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................................ 1

    B. Identifikasi Masalah ............................................................ 5

    C. Batasan Masalah ..................................................................... 6

    D. Rumusan Masalah ................................................................... 6

    E. Tujuan Penelitian .................................................................... 6

    F. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan ..................................... 7

    G. Manfaat Penelitian .................................................................. 8

    BAB II. KAJIAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Teori Penelitian ....................................................... 10

    1. Tes ..................................................................................... 10

    2. Pengukuran ........................................................................ 11

    3. Tinjauan Tentang Persyaratan Alat Ukur .......................... 13

    4. Validitas ............................................................................ 14

    5. Reliabilitas ........................................................................ 20

    6. Penilaian Acuan Patokan .................................................. 21

  • x

    B. Permainan Bulutangkis ........................................................... 22

    1. Keterampilan Bulutangkis ................................................. 24

    2. Servis ................................................................................. 26

    3. Peraturan Servis ................................................................ 31

    C. Tes Servis Frank M. Verduci .................................................. 35

    D. Pengelompokan Umur ............................................................. 39

    E. Perkembangan Motorik ........................................................... 40

    F. Penelitian Yang Relevan ......................................................... 49

    G. Kerangka Berpikir ................................................................... 51

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian ..................................................................... 53

    B. Definisi Operasional ................................................................ 54

    C. Prosedur Pengembangan ......................................................... 55

    D. Subjek Uji Coba ...................................................................... 60

    E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 62

    F. Validitas Instrumen ................................................................. 63

    G. Teknik Analisis Data ............................................................... 63

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    A. Data Uji Coba .......................................................................... 66

    1. Data Validasi Ahli Materi ................................................. 66

    2. Data Validasi Ahli Media ................................................. 69

    3. Data Uji Coba Kelompok Kecil ........................................ 83

    4. Data Uji Coba Kelompok Besar ........................................ 88

    B. Analisis Data ........................................................................... 93

    1. Analisis Data Dari Hasil Validasi Ahli Materi ................. 93

    2. Analisis Data Dari Hasil Validasi Ahli Media ................. 95

    3. Analisis Data Dari Hasil Uji Coba Kelompok Kecil ........ 105

    4. Analisis Data Dari Hasil Uji Coba Kelompok Besar ........ 111

    C. Revisi Produk .......................................................................... 117

  • xi

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan .............................................................................. 122

    B. Keterbatasan ............................................................................ 123

    C. Saran ........................................................................................ 123

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 125

    LAMPIRAN ........................................................................................... 127

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Kriteria Penilaian ................................................................... 64

    Tabel 2. Rumus Penghitungan Norma Hasil Tes ................................. 65

    Tabel 3. Skor Aspek Kualitas Materi Tes Keterampilan Servis

    Pendek Bulutangkis Dari Ahli Materi Tahap I ...................... 67

    Tabel 4. Skor Aspek Fisik Buku Pedoman dari Ahli Media Tahap I .. 70

    Tabel 5. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12

    Tahun) dari Ahli Media Tahap I ........................................... 71

    Tabel 6. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Pemula (KU 13-14

    Tahun) dari Ahli Media Tahap I ........................................... 72

    Tabel 7. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Remaja (KU 15-16

    Tahun) dari Ahli Media Tahap I ........................................... 73

    Tabel 8. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Taruna (KU 17-18

    Tahun) dari Ahli Media Tahap I ........................................... 74

    Tabel 9. Skor Aspek Penggunaan dari Ahli Media Tahap I ................ 75

    Tabel 10. Saran Perbaikan dari Ahli Media Tahap I dan Revisi ........... 76

    Tabel 11. Skor Aspek Fisik Buku Pedoman dari Ahli Media Tahap II . 77

    Tabel 12. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12

    Tahun) dari Ahli Media Tahap II .......................................... 78

    Tabel 13. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Pemula (KU 13-14

    Tahun) dari Ahli Media Tahap II .......................................... 79

    Tabel 14. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Remaja (KU 15-16

    Tahun) dari Ahli Media Tahap II .......................................... 80

    Tabel 15. Skor Aspek Desain Kelompok Umur Taruna (KU 17-18

    Tahun) dari Ahli Media Tahap II .......................................... 81

    Tabel 16. Skor Aspek Penggunaan dari Ahli Media Tahap II ............... 82

    Tabel 17. Skor Uji Coba Kelompok Kecil dari Kelompok Umur

    Anak-anak (KU 11-12 Tahun) ............................................... 84

    Tabel 18. Skor Uji Coba Kelompok Kecil dari Kelompok Umur

    Pemula (KU 13-14 Tahun) .................................................... 85

  • xiii

    Tabel 19. Skor Uji Coba Kelompok Kecil dari Kelompok Umur

    Remaja (KU 15-16 Tahun) .................................................... 86

    Tabel 20. Skor Uji Coba Kelompok Kecil dari Kelompok Umur

    Taruna (KU 17-18 Tahun) ..................................................... 87

    Tabel 21. Skor Uji Coba Kelompok Besar dari Kelompok Umur

    Anak-anak (KU 11-12 Tahun) ............................................... 89

    Tabel 22. Skor Uji Coba Kelompok Besar dari Kelompok Umur

    Pemula (KU 13-14 Tahun) .................................................... 90

    Tabel 23. Skor Uji Coba Kelompok Besar dari Kelompok Umur

    Remaja (KU 15-16 Tahun) .................................................... 91

    Tabel 24. Skor Uji Coba Kelompok Besar dari Kelompok Umur

    Taruna (KU 17-18 Tahun) ..................................................... 92

    Tabel 25. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Kualitas Tes

    Keterampilan Servis Pendek Bulutangkis oleh Ahli

    Materi Tahap I ....................................................................... 94

    Tabel 26. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Fisik oleh Ahli Media

    Tahap I ................................................................................... 96

    Tabel 27. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Desain oleh Ahli

    Media Tahap I ........................................................................ 97

    Tabel 28. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Penggunaan oleh Ahli

    Media Tahap I ........................................................................ 98

    Tabel 29. Kualitas Produk Hasil Validasi oleh Ahli Media Tahap I ..... 99

    Tabel 30. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Fisik oleh Ahli Media

    Tahap I ................................................................................... 101

    Tabel 31. Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Desain oleh Ahli

    Media Tahap II ...................................................................... 102

    Tabel 32. Distribusi Penilaian Aspek Penggunaan oleh Ahli Media

    Tahap I ................................................................................... 103

    Tabel 33. Kualitas Produk Hasil Validasi oleh Ahli Media Tahap I ..... 104

    Tabel 34. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Kecil Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12 Tahun) ......... 106

  • xiv

    Tabel 35. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Kecil Kelompok Umur Pemula (KU 13-14 Tahun) .............. 107

    Tabel 36. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Kecil Kelompok Umur Remaja (KU 15-16 Tahun) .............. 108

    Tabel 37. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Kecil Kelompok Umur Taruna (KU 17-18 Tahun) ............... 109

    Tabel 38. Kualitas Produk Tes Keterampilan Servis Pendek

    Bulutangkis Hasil Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil ........ 110

    Tabel 39. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Besar Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12 Tahun) ........ 111

    Tabel 40. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Besar Kelompok Umur Pemula (KU 13-14 Tahun) .............. 113

    Tabel 41. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Besar Kelompok Umur Remaja (KU 15-16 Tahun) .............. 114

    Tabel 42. Distribusi Frekuensi Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Besar Kelompok Umur Taruna (KU 17-18 Tahun) ............... 115

    Tabel 43. Kualitas Produk Tes Keterampilan Servis Pendek

    Bulutangkis Hasil Penilaian Uji Coba Kelompok Besar ....... 116

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Area Servis Bulutangkis .................................................... 27

    Gambar 2. Servis Pendek Backhand ................................................... 28

    Gambar 3. Tempat Penerima Servis dan Pelaku Servis ...................... 31

    Gambar 4. Area Servis Bulutangkis..................................................... 35

    Gambar 5. Short Serve Test Frank M. Verduci.................................... 38

    Gambar 6. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research And

    Development (R&D) ......................................................... 60

    Gambar 7. Diagram Batang Penilaian Aspek Kualitas Tes

    Keterampilan Servis Pendek Bulutangkis oleh Ahli

    Materi Tahap ..................................................................... 94

    Gambar 8. Diagram Batang Penilaian Aspek Fisik oleh Ahli Media

    Tahap I .............................................................................. 96

    Gambar 9. Diagram Batang Penilaian Aspek Desain oleh Ahli

    Media tahap I .................................................................... 97

    Gambar 10. Diagram Batang Penilaian Aspek Penggunaan oleh Ahli

    Media Tahap I ................................................................... 99

    Gambar 11. Kualitas Produk Tes Keterampilan Servis Pendek

    Bulutangkis Hasil Validasi oleh Ahli Media Tahap I ........ 100

    Gambar 12. Diagram Batang Penilaian Aspek Fisik oleh Ahli Media

    Tahap II ............................................................................. 101

    Gambar 13. Diagram Batang Penilaian Aspek Desain oleh Ahli

    Media Tahap II .................................................................. 102

    Gambar 14. Diagram Batang Penilaian Aspek Penggunaan oleh Ahli

    Media Tahap I ................................................................... 104

    Gambar 15. Kualitas Produk Tes Keterampilan Servis Pendek

    Bulutangkis Hasil Validasi oleh Ahli Media Tahap I ....... 105

    Gambar 16. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Kecil Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12 Tahun) ..... 106

  • xvi

    Gambar 17. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Kecil Kelompok Umur Pemula (KU 13-14 Tahun) .......... 107

    Gambar 18. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Kecil Kelompok Umur Remaja (KU 15-16 Tahun) ......... 108

    Gambar 19. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Kecil Kelompok Umur Taruna (KU 17-18 Tahun) ........... 109

    Gambar 20. Diagram Batang Penilaian Kualitas Produk

    Pengembangan Tes Keterampilan Servis Pendek pada Uji

    Coba Kelompok Kecil ....................................................... 110

    Gambar 21. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Besar Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12 Tahun) .... 112

    Gambar 22. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Besar Kelompok Umur Pemula (KU 13-14 Tahun) .......... 113

    Gambar 23. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Besar Kelompok Umur Remaja (KU 15-16 Tahun) ......... 114

    Gambar 24. Diagram Batang Penilaian pada Uji Coba Kelompok

    Besar Kelompok Umur Taruna (KU 17-18 Tahun) ......... 115

    Gambar 25. Diagram Batang Penilaian Kualitas Produk

    Pengembangan Tes Keterampilan Servis Pendek pada

    Uji Coba Kelompok Besar ................................................ 116

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ................................... 127

    Lampiran 2. Surat Keterangan Validasi Expertjugement Ahli Materi. 128

    Lampiran 3. Surat Keterangan Validasi Expertjugement Ahli Media. 129

    Lampiran 4. Hasil Validasi Ahli Materi .............................................. 130

    Lampiran 5. Hasil Validasi Ahli Media Tahap I ................................. 135

    Lampiran 6. Hasil Validasi Ahli Media Tahap II ................................ 140

    Lampiran 7. Daftar Atlet Uji Coba Kelompok Kecil .......................... 145

    Lampiran 8. Daftar Atlet Uji Coba Kelompok Besar .......................... 148

    Lampiran 9. Surat Keterangan PB Uji Coba Kelompok Kecil ........... 154

    Lampiran 10. Surat Keterangan PB Uji Coba Kelompok Besar ........... 156

    Lampiran 11. Instrumen Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil ............. 159

    Lampiran 12. Instrumen Penilaian Uji Coba Kelompok Besar ............ 162

    Lampiran 13. Formulir Tes Keterampilan Servis Pendek Uji Coba

    Kelompok Kecil .............................................................. 165

    Lampiran 14. Formulir Tes Keterampilan Servis Pendek Uji Coba

    Kelompok Besar ............................................................. 166

    Lampiran 15. Hasil Statistik Validitas, Reliabilitas, dan Norma Tes ... 167

    Lampiran 16. Produk Buku Pengembangan Tes Keterampilan Servis

    Pendek ............................................................................ 175

    Lampiran 17. Dokumentasi Pengisian Angket Penilaian Produk

    Pengembangan ................................................................ 205

    Lampiran 18. Dokumentasi Pelaksanaan Tes Keterampilan Servis

    Pendek ............................................................................. 206

    Lampiran 19. Dokumentasi Uji Coba Kelompok Kecil ........................ 209

    Lampiran 20. Dokumentasi Uji Coba Kelompok Besar ....................... 211

    Lampiran 21. Dokumentasi Peralatan Dan Perlengkapan Tes .............. 221

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang tergolong dalam

    olahraga permainan. Net adalah sebagai pembatas dalam permaianan ini.

    Selain dibatasi oleh net olahraga bulutangkis juga dibatasi oleh lapangan

    dengan panjang 13,40 meter dan lebar 5,18 meter untuk area permainan

    tunggal, sedangkan untuk area permainan ganda dengan panjang 13,40 meter

    dan lebar 6,70 meter. Olahraga bulutangkis memiliki karakter olahraga cepat

    dan memiliki durasi waktu dalam satu kali relly (1 poin) antara 5-60 detik

    durasi pertandingan bisa sampai antara 25 menit sampai 60 menit dalam satu

    kali pertandingan. Seorang pemain harus memiliki kualitas fisik, teknik, taktik,

    dan metal yang bagus agar dapat memenangkan pertandingan.

    Menurut Suharno (1982: 18) teknik adalah suatu proses gerakan dan

    pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas

    yang pasti dalam cabang olahraga. Teknik pukulan adalah cara-cara melakukan

    pukulan dalam permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan

    shuttlecock ke bidang lapangan lawan, menurut Ferry Sonneville yang dikutip

    Tohar (1992: 41). Jika seorang pemain memiliki kualitas teknik yang baik

    gerakan yang akan efektif dan efisien. Teknik pukulan adalah suatu teknik yang

    wajib terampil dalam olahraga ini karena dengan teknik pukulan yang baik

    seorang pemain menjadi mudah menerapkan strategi dan taktik yang sudah

  • 2

    direncanakan. Teknik pukulan dalam bulutangkis ada banyak macamnya salah

    satunya adalah teknik pukulan servis.

    Servis merupakan pukulan pertama untuk memulai permainan. Menurut

    Sigit Nugroho (2013) Servis adalah menerbangkan shuttlecock ke bagian

    lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan.

    Menurut Herman Subarja dan Yusuf Hidayat (2007: 49), servis mungkin

    merupakan pukulan tunggal yang paling penting untuk mendapatkan skor

    secara konsisten dan meraih kemenangan.

    Menurut Icuk Sugiarto, Furqon dan Kunta (2002: 31) servis terdiri dari:

    servis pendek (short service), servis tinggi (high service), servis drive (drive

    service), dan servis kejut (flik service). Dari beberapa servis diatas pemain

    sering menggunakan servis pendek (short service) karena karakter servis

    tersebut pendek dan memungkinkan lawan sulit untuk menyerang. Untuk

    pemain ganda teknik pukulan servis backhand pendek adalah pukulan yang

    wajib dikuasai karena pukulan ini memaksa lawan untuk tidak menyerang.

    Menurut Herman Subarjah (2000: 44) servis pendek merupakan servis yang

    diarahkan pada bagian depan lapangan lawan, biasanya dilakukan dalam

    permainan ganda. Pukulan servis pendek juga sering digunakan oleh pemain

    tunggal untuk mengawali permainan.

    Servis pendek yaitu servis dengan mengarahkan shuttlecock dengan

    tujuan kedua sasaran yaitu: kesudut titik perpotongan antara garis servis di

    depan dengan garis tengah dan garis servis dengan garis tepi, sedangkan

  • 3

    jalannya shuttlecock menyusur tipis melewati net (Tohar 1992: 41). Karakter

    servis pendek yang menyisir tipis diatas net maka memaksa lawan agar

    kesulitan atau tidak dapat melakukan serangan.

    Servis merupakan pukulan wajib yang harus dikuasai oleh seorang atlet

    bulutangkis. Untuk melatihkan tehnik servis yang baik tidak mudah, harus

    memerlukan pengulangan yang banyak dan waktu yang lama. Melatihkan

    pukulan servis harus dilperkenalkan dan dilatihkan sejak dini agar terbentuk

    pondasi teknik yang baik. Dalam proses berlatih tentunya seorang pelatih

    menginginkan atletnya meningkat dalam menguasai teknik pukulan servis agar

    pelatihan yang diberikan pelatih ada manfaatnya. Untuk mengetahui

    keterampilan teknik ada 2 cara yaitu dengan tes dan kopentensi pertandingan.

    Menurut Sapta Kunta Purnama (2010: 28) hasil latihan/belajar keterampilan

    bulutangkis dapat dilihat melalui dua cara, yaitu: dengan cara kopetensi

    pertandingan dan melakukan tes keterampilan bulutangkis.

    Tes keterampilan bulutangkis adalah salah satu cara untuk mengetahui

    kemampuan keterampilan bulutangkis. Akan tetapi masih sangat sedikit sekali

    pelatih yang menerapkan tes tersebut untuk mengetahui kemampuan atletnya.

    Pelatih di klub-klub di DIY hanya melihat dari hasil pertandingan tidak melalui

    kesiapan atletnya, hal ini terbukti dari hasil pertandingan yang anak latih

    mereka masih banyak melakukan kesalahan dalam melakukan servis pendek.

    Berdasarkan observasi dalam kejuaraan bulutangkis Djarum Multi Cabang

    (DMC) seri 1 Kulonprogo di DIY tahun 2015 masih banyak sekali atlet-atlet

    kelompok umur anak-anak, pemula, remaja, dan taruna melakukan kesalahan

  • 4

    dalam melakukan servis pendek, baik itu kesalahan seris, servis menyangkut di

    net, servis terlalu tinggi dan masih ada juga atlet yang tidak bisa melakukan

    servis pendek dengan benar.

    Atlet yang diikutkan dalam pertandingan tentunya pelatih sudah

    mempersiapkan baik kematangan teknik khususnya teknik servis pendek dan

    pelatih juga sudah mengetahui tingkat perkembangan teknik servis pendek

    yang dimiliki atletnya melalui tes. Akan tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh

    pelatih karena pelatih tidak mengetahui cara mengeteskan tes servis pendek

    untuk atlet kelompok umur yang sesuai, mungkin karena belum adanya tes

    yang baku untuk mengukur kemampuan keterampilan servis pendek untuk atlet

    kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU 13-14 tahun),

    remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun) serta belum adanya

    skala norma tes tersebut untuk menilai kemampuan keterampilan servis pendek

    berdasarkan hasil tes.

    Tes keterampilan servis pendek bulutangkis adalah salah satu cara

    untuk mengetahui kemampuan keterampilan servis pendek dalam bulutangkis.

    Tes keterampilan pukulan servis pendek pertama kali diperkenalkan oleh Frenk

    pada tahun 1941. Tes tersebut diperuntukkan untuk atlet dewasa dengan

    validitas concure, yaitu untuk pria = 0,68 dan untuk wanita = 0,64. Sedangkan

    reliabilitas tes tersebut 0,78 untuk pria, dan 0,82 untuk wanita. Hingga saat ini

    belum ada norma tes servis pendek (short service) yang diperuntukkan untuk

    kelompok anak-anak, pemula, remaja, dan taruna.

  • 5

    Untuk mengetahui kualitas keterampilan servis kelompok umur anak-

    anak, pemula, remaja, dan taruna tentunya harus ada instrumen tes dan norma

    tes yang sesuai dengan usia dan kemampuan atlet tersebut. Berdasarkan latar

    belakang diatas maka dilakukan pengembangan tes keterampilan servis pendek

    bulutangkis untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula

    (KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun).

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat

    diidentifikasi masalah sebagai berikut :

    1. Atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU 13-

    14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun)

    masih banyak melakukan kesalahan dalam melakukan servis pendek.

    2. Atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU 13-

    14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun)

    masih banyak yang tidak bisa melakukan servis pendek.

    3. Pelatih klub-klub di DIY belum mengetahui instrumen tes

    keterampilan servis pendek yang baku dan sesuai dengan kelompok

    umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU 13-14 tahun), remaja

    (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun).

    4. Belum ada norma tes keterampilan servis pendek untuk atlet

    kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU 13-14

    tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun).

  • 6

    C. Batasan Masalah

    Agar permasalahan pada penelitian ini tidak menjadi luas, perlu adanya

    batasan-batasan sehingga ruang lingkup penelitian menjadi jelas. Berdasarkan

    identifikasi masalah di atas dan mengingat keterbatasan biaya, tenaga,

    kemampuan dan waktu penelitian, maka masalah yang akan dibahas dalam

    penelitian ini dibatasi pada pengembangan tes dan norma tes keterampilan

    servis pendek bulutangkis untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12

    tahun), pemula (KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU

    17-18 tahun).

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan permasalahan di atas, dapat diambil dan dirumuskan suatu

    permasalahan, yaitu:

    1. Bagaimana pengembangan tes keterampilan servis pendek bulutangkis

    untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU

    13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun)?

    2. Bagaimana pengembangan norma tes keterampilan servis pendek

    bulutangkis untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun),

    pemula (KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU

    17-18 tahun)?

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah :

  • 7

    1. Untuk mengembangkan tes keterampilan servis pendek bulutangkis

    untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU

    13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun).

    2. Untuk menyusun norma tes keterampilan servis pendek bulutangkis

    untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU

    13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun).

    F. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

    Produk pengembangan tes keterampilan servis pendek bulutangkis

    untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU 13-14

    tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan taruna (KU 17-18 tahun) yang dihasilkan

    dalam penelitian ini memiliki spesifikasi antara lain :

    1. Sebuah pengembangan instrumen tes keterampilan servis pendek

    berdasarkan kelompok umur.

    2. Produk penelitian ini berupa pengembangan skala norma tes

    keterampilan servis pendek bulutangkis berdasarkan atlet:

    a. Kelompok Umur Anak-anak (KU 11-12 tahun)

    b. Kelompok Umur Pemula (KU 13-14 tahun)

    c. Kelompok Umur Remaja (KU 15-16 tahun)

    d. Kelompok Umur Taruna (KU 17-18 tahun).

    3. Sebuah buku pedoman penilaian kemampuan tes keterampilan servis

    pendek berdasarkan atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12

  • 8

    tahun), pemula (KU 13-14 tahun), remaja (KU 15-16 tahun) dan

    taruna (KU 17-18 tahun).

    4. Produk buku pedoman ini memiliki spesifikasi produk sebagai

    berikut.

    a. Spesifikasi fisik buku :

    1) Buku ini berupa buku panduan

    2) Terdiri dari 45 halaman

    3) Ukuran buku A5 (14,8 cm x 21 cm)

    4) Jenis kertas cover (ivory)

    5) Jenis kertas isi HVS.

    b. Spesifikasi isi buku :

    1) Buku ini dilengkapi materi dan petunjuk pelaksaan tes

    2) Ukuran tulisan (font) 12

    3) Jenis tulisan Times New Roman

    4) Dilengkapi dengan gambar berwarna

    5) Dilengkapi dengan keterangan

    6) Dilengkapi pedoman evaluasi hasil tes

    7) Norma tes.

    G. Manfaat Penelitian

    Dalam penellitian ini manfaat yang diperoleh adalah :

    1. Bagi peneliti, sebagai bahan referensi dan media informasi tentang

    patokan norma kemampuan tes servis untuk kelompok umur.

  • 9

    2. Bagi pelatih, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

    yang berarti pada pelatih bulutangkis dalam membina dan

    menciptakan calon bibit-bibit pemain bulutangkis yang profesional

    dan handal bagi perkembangan bulutangkis di Indonesia.

    3. Bagi atlet, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat agar

    atlet mengetahui seberapa besar kemampuan dalam melakukan

    pukulan servis pendek.

  • 10

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Diskriptif Teori Penelitian

    1. Tes

    Tes adalah instrument atau alat yang digunakan untuk

    memperoleh informasi tentang individu atau objek (Ismaryati, 2006: 1).

    Menurut Djemari Mardapi (2007: 67) tes merupakan sejumlah

    pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan

    juga sebagai sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan

    dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau

    mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Menurut

    beberapa ahli yang lain tes adalah instrumen unjuk kerja individu, Bompa

    (1994: 85).

    Menurut Milner (2002: 1) a test is an instrument or a tool used to

    make a particular meauseremen. The tool may be writte, oral,

    mecanical, or enother variation. Tes adalah suatu alat ukur atau

    instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi/data tentang

    seseorang atau obyek tertentu. Data yang diperoleh merupakan atribut

    atau sifat-sifat yang melekat pada individu atau obyek yang

    bersangkutan. Data yang terhimpun meliputi ranah kognitif, afektif,

    dan motorik.

    Penggunaan tes harus benar-benar mengikuti petunjuk

    pelaksanaan tes yang telah ada. Tes dikatakan baik apabila memenuhi

    validitas, realibilitas, objektivitas diskriminitas, dan praktibilitas. Tes

    standar adalah suatu tes yang sudah diketahui baik, sudah terbukti dan

    diyakini sebagai tes yang valid dan reliabel digunakan sebagai kriteria

  • 11

    yang relevan untuk memperoleh koefisien validitas suatu pengembangan

    instrumen. Tes standar digunakan sebagai kriteria maka koefisien

    validitas tes instrumen baru diperoleh dengan cara mengkorelasikan

    antara hasil tes instrumen baru yang dikembangkan dengan hasil tes

    kriteria.

    2. Pengukuran

    Pengukuran adalah proses pengumpulan informasi. Pengukuran

    pada prinsipnya menekankan pada masalah memperoleh data secara

    kuantitatif dengan kesalahan yang sekecil mungkin. Pengukuran menurut

    Sutrisno Hadi yang dikutip Sugihartono, dkk (2007: 129) dapat diartikan

    sebagai suatu tindakan untuk mengidentifikasikan besar kecilnya gejala.

    Disamping itu ada yang mengartikan pengukuran sebagai usaha untuk

    mengetahui keadaan sesuatu sebagaimana keadaanya, pengukuran dapat

    berupa pengumpulan data tentang sesuatu. Wahjoedi (2000: 12-13)

    menyimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu proses untuk

    memperoleh besaran kuantitatif dari suatu objek tertentu dengan

    menggunakan alat ukur (tes) yang baku. Pengertian arti kuantitatif karena

    dalam pengukuran menggunakan besaran suatu angka. Tes adalah suatu

    alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh

    informasi/data tentang seseorang atau obyek tertentu. Data yang

    diperoleh merupakan atribut atau sifat-sifat yang melekat pada individu

    atau obyek yang bersangkutan. Data yang terhimpun meliputi ranah

    kognitif, afektif, dan motorik.

  • 12

    Pengukuran dapat disimpulkan sebagai suatu proses pengumpulan

    informasi dengan aturan pemberian angka atau nilai pada objek atau

    kejadian tertentu dengan cara-cara yang sistematik. Hasil pengukuran

    dapat berupa angka atau uraian tentang kenyataan yang menggambarkan

    derajat kualitas, kuantitas, dan eksistensi keadaan yang diukur. Namun

    demikian, hasil pengukuran itu sendiri belum mengatakan apa-apa kalau

    hasil pengukuran tersebut tidak ditafsirkan dengan jalan perbandingan

    dengan suatu patokan tau norma kriteria tertentu. Proses pengukuran

    mencakup dua hal yaitu, menentukan apa yang akan diukur dan memilih

    alat atau instrumen untuk mengukur apa yang diukur. Ada 3 elemen

    penting yang terkait dalam pengukuran yaitu, objek yang diukur, alat

    ukur, dan satuan ukuran yang dipakai. Objek yang akan diukur biasanya

    berhubungan dengan keadaan fisik atau psikologi seseorang. Alat ukur

    yang digunakan digolongkan menjadi dua kategori yaitu alat ukur tidak

    baku dan alat ukur yang dibakukan. Satuan alat ukur untuk setiap objek

    satuan ukurnya berbeda satu dengan yang lainya, meskipun ada

    kemungkinan yang diukur adalah objek yang sama tetapi menggunakan

    alat ukur yang berbeda. Untuk mengukur objek fisik satuan ukur yang

    digunakan sudah jelas seperti berat dinyatakan dengan satuan kilogram.

    Untuk objek non fisik seperti sikap persepsi, motivasi, dan sebagainya

    dibutuhkan alat ukur yang dibuat oleh peneliti yang dapat menyatakan

    pengukuran secara kuantitatif.

  • 13

    3. Tinjauan Tentang Persyaratan Alat Ukur

    Pengukuran yang dilakukan dapat optimal maka harus digunakan

    alat ukur yang mampu menghasilkan informasi yang akurat, tepat, dan

    relevan. Untuk itu alat ukur yang digunakan harus memenuhi persyaratan

    alat ukur yang baku. Sesuai pendapat dari Ngatman (2003: 56), agar

    proses evaluasi dalam pendidikan jasmani berjalan dengan baik, maka

    semua instrumen yang digunakan harus memiliki karakteristik tes yang

    baik. Menurut Milner (2002: 55) suatu tes keterampilan olahraga harus

    memenuhi beberapa persyarata yaitu, tes tersebut harus valid, reliable,

    objektif, ekonomis, menarik, dan terjamin dapat dilaksanakan. Menurut

    Collins & Hodges (2001: 2), tes atau alat evaluasi harus memiliki

    karakteristik sahih (valid), handal (reliable), dan objektif. Agar alat ukur

    dapat menghasilkan informasi yang akurat, tepat, dan relevan, maka alat

    ukur yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai alat

    ukur yang baku, yaitu: sahih dan handal. Pendapat-pendapat mengandung

    makna bahwa suatu instrumen evaluasi dikatakan baik apabila tes

    tersebut memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut: sahih, handal, objektif,

    ekonomis dalam waktu, tenaga, peralatan, petunjuk pelaksanaan yang

    baku, menarik, dan mempunyai norma penilaian. Dua persyaratan mutlak

    yang harus dipenuhi adalah valid (sahih) dan reliabel (handa).

  • 14

    4. Validitas

    Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel

    dengan instrumen yang valid dan reliabel, hasil penelitian yang valid bila

    terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

    sesunggunya terjadi pada objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2012:

    348), hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang

    terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang

    diteliti. Djemari Mardapi (2004: 25) mendefinisikan validitas adalah

    seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya.

    Ismaryanti (2006: 14), suatu alat tes yang valid berarti alat tes

    tersebut akan mengukur objek dengan tepat dan sesuai dengan gejala

    yang diukur. Berdasarkan pendefinisian tersebut dapat disimpulkan

    bahwa validitas adalah seberapa jauh alat ukur mampu mengukur

    apa yang seharusnya diukur sesuai dengan tujuan dari alat ukur

    tersebut. Secara empiric suatu alat ukur memenuhi persyaratan

    validitas jika; (1) alat ukur tersebut sungguh-sungguh mengukur

    konsep atau variabel yang memang ingin diukur dan tidak mengukur

    konsep atau variabel yang tidak ingin diukur, (2) alat ukur tersebut

    mampu memprediksi perilaku lain yang berkaitan dengan variabel

    yang diukur.

    Saifuddin Azwar (2007: 45) membagi tipe validitas dari cara

    estimati yang disesuaikan dengan sifat dan fungsi setiap tes menjadi 3

    kategori, yaitu validitas isi (content Validity), validitas konstrak

    (construct validity), dan validitas kriteria (criterion related validity).

    Menurut pendapat Sugiyono (2012: 350), instrumen yang valid harus

    mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang mempunyai

    internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara

    rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Penelitian

  • 15

    mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan

    fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Validitas internal

    instrumen harus memenuhi validitas konstruk dan validitas isi. Instrumen

    yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrumen

    disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Validitas internal

    instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan, sedagkan validitas

    eksternal dikembangkan dari fakta empiris. Penelitian yang memiliki

    validitas eksternal bila hasil penelitian yang didapat diterapkan pada

    sempel yang lain, atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan. Untuk

    itu penyusunan instrumen yang baik harus memperhatikan teori dan fakta

    di lapangan.

    Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian

    terahadap isi tes dengan analisi rasional atau lewat professional

    judgement (Saifuddin Azwar, 2007: 45-48) Dilanjutkan oleh Saifuddin

    Azwar, bahwa pernyataan yang dicari jawabannya dalam validasi ini

    adalah sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruan kawasan

    isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri

    atribut yang hendak diukur. Pengertian mencakup keseluruan kawasan

    isi saja tidak menunjukkan bahwa tes tersebut harus komprehensif isinya

    tetapi harus pula memuat bahwa isi yang relevan dan tidak keluar dari

    batasan tujuan pengukuran.

    Validitas isi terbagi menjadi dua tipe yaitu, validitas muka (face

    validity) dan validitas logik (logical validity). Menurut Thomas dan

  • 16

    Nelson (1990: 343) validitas logik kadang-kadang disamakan atau

    diartikan sebagai validitas muka, meskipun kebanyakan ahli pengukuran

    mengartikan kedua istilah tersebut dengan arti yang berbeda. Validitas

    muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikannya karena

    hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan

    (appearance) tes. Penampilan tes telah menyakinkan dan memberikan

    kesan mampu mengungkapkan apa yang hendak diukur dan dapat

    dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi. Secara teoritik validitas

    muka kurang sistematik dalam hal analisis secara logika, namun tes yang

    memiliki validitas muka yang tinggi (tampak menyakinkan) akan

    memancing motivasi siswa yang dites untuk menghadapi tes tersebut

    dengan sungguh-sungguh. Motivasi merupakan aspek penting dalam

    setiap prosedur pengetesan.

    Validitas logik atau sering disebut juga validitas sampling

    (sampling validity) adalah validitas isi yang menunjukkan sejauh mana

    suatu tes mengukur komponen-komponen keahlian yang paling penting

    untuk melaksanakan tugas motorik secara memadai. Untuk memperoleh

    validitas logik yang tinggi suatu tes harus dirancang agar benar-benar

    berisi item yang relevan dan perlu menjadi dari bagian tes secara

    keseluruhan. Oleh karena itu dalam perencanaan tes akan memanfaatkan

    blue-print yang memuat cakupan isi dan cakupan kopetensi yang hendak

    diungkap.

  • 17

    Prosedur umum yang harus diikuti dalam penyusunan tes

    keterampilan dalam pendidikan jasmani agar tes tersebut memiliki

    validitas logik yang baik adalah; (1) dengan menentukan secara rinci

    poin-poin pelaksanaan gerak yang paling bagus, (2) menyusun sebuah tes

    yang mengukur komponen-komponen keahlian yang penting yang

    hendak diukur sesuai dengan poin-poin yang telah ditentukan, dan (3)

    memberikan skor tes sesuai dengan gradasi unjuk kerja yang ditampilkan

    siswa, sehingga skor terbaik menunjukkan suatu performa yang bagus

    demikian juga sebaliknya skor jelek mengindikasikan peforma yang

    kurang bagus.

    Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh

    mana tes mengungkap suatu konstruk teoritik yang hendak diukur (Allen

    & Yen, 1979: 108). Proses pengujian validitas konstruk menurut

    Sugiyono (2006: 177) dapat menggunakan dari para ahli (judgement

    exprts). Setelah instrumen di konstruksi tentang aspek-aspek yang akan

    diukur dengan berlandaskan teori tertentu, selanjutnya dikostruksikan

    dengan para ahli. Pendapat tersebut diperkuat oleh Saifuddin Azwar

    (2007: 48) hasil estimasi validitas konstruk tidak dinyatakan dalam

    bentuk suatu koefisien faliditas. Pengujian validitas konstruk bisa juga

    menggunakan suatu teknik analisis statistika. Dalam pengkajiannya

    dilakukan dengan cara menguji hubungan antara butir dengan faktornya,

    maka disebut dengan analisi faktor. Instrumen dinyatakan valid jika

    butir-butir itemnya benar-benar mengungkap dan berlaku sebagai

  • 18

    indikator faktor yang akan diukur. Dengan validitas konstrak, peneliti

    menetapkan konstrak atau penetapan atau konsep yang akan diukur

    kemudian menetapkan indikator-indikator yang selanjutnya

    dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan. Selanjutnya Sugiyono

    (2006: 176) menegaskan bahwa suatu instrumen dikatakan memenuhi

    validitas konstrak jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk

    mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Untuk melahirkan

    definisi maka diperlukan teori-teori.

    Validitas kriteria dapat dilakukan dengan mengkoputasikan

    korelasi skor tes dengan skor kriteria. Menurut Setyo Budiwanto (2003:

    139) pada umumnya validitas tes keterampilan olahraga diperoleh

    berdasarkan validitas yang dihubungkan dengan suatu kriteria (criterion-

    related validity), sehingga diperoleh validitas kriteria. Kriteria tersebut

    digunakan sebagai pembanding yang dikorelasikan dengan tes

    eksperimen. Sesuai dengan pendapat diatas Sugiyono (2006: 183)

    berpendapat bahwa, validitas eksternal instrumen diuji dengan cara

    membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-

    fakta empiris yang terjadi di lapangan. Bila telah terdapat kesamaan

    antara kriteria dalam instrumen dengan fakta dilapangan, maka dapat

    dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang

    tinggi. Ada 3 macam kriteria yang dapat dipilih dan digunakan yaitu,

    hasil tes standar, hasil penilaian para juri, dan hasil pertandingan

    kompetisi dalam kelompok. Tes standar adalah suatu tes yang sudah

  • 19

    diketahui baik, sudah terbukti dan diyakini sebagai tes yang valid dan

    reliabel digunakan sebagai kriteria yang relevan untuk memperoleh

    koefisien validitas suatu pengembangan instrumen. Jika tes standar

    digunakan sebagai kriteria maka koefisien validitas tes instrumen baru

    diperoleh dengan cara mengkorelasikan antara hasil tes instrumen baru

    yang dikembangkan dengan hasil tes kriteria.

    Hasil pengamatan dan penilaian para juri (judge rating scale)

    digunakan sebagai kriteria. Sejumlah juri melakukan pengamatan dan

    penilaian secara subjektif terhadap kuaalitas penampilan orang coba.

    Pengamatan dan penilaian dilakukan pada saat orang coba melakukan

    permaianan. Yang diamati dan yang dinilai adalah semua aspek

    keterampilan dan kemampuan teknik, taktik yang ditampilkan dalam

    bermain di salah satu cabang olahraga. Untuk memperoleh hasil

    pengamatan dan penilaian yang lebih objektif dari sejumlah juri tersebut

    perlu disusun suatu pedoman pelaksanaan pengamatan dan penilaian

    semua teknik keterampilan yang diamati.

    Kriteria lain yang digunakan dalam memperoleh validitas

    pembanding adalah hasil pertandingan. Jenis kriteria ini hanya digunakan

    dalam menyusun tes keterampilan olahraga yang bersifat individu.

    Misalnya tenis lapangan, bulutangkis, dan tenis meja. Validitas tes

    keterampilan baru tersebut akan diperoleh dengan cara mengkorelasikan

    hasil tes baru dengan hasil pertandingan kompetisi.

  • 20

    5. Reliabilitas

    Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi tersebut sebagai

    pengukur yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama

    lain seperti: kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, dan

    konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas

    adalah seberapa jauh hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Berkenaan

    dengan konsep reliabilitas ini, Milner (2002: 59), mengatakan bahwa

    reliabilitas adalah tingkat ketetapan atau konsistensi pengukuran oleh

    sebuah tes dalam mengukur kualitas yang sama dalam setiap pelaksanaan

    tes tersebut. Reliabilitas diartikan sebagai ketetapan pengukuran berarti,

    bahwa semua orang yang menggunakan prosedur ini mendapatkan hasil

    yang sama secara ajeg. Wahjoedi (2000: 32) mengatakan bahwa, suatu

    alat ukur atau tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil penggunaan tes

    tersebut menunjukkan ketetapan atau diperoleh hasil pengukuran yang

    ajeg atau tetap terhadap suatu yang seharusnya diukur. Reliabilitas

    mengacu pada konsistensi skor-skor tes, apabila tes tersebut mengukur

    hal yang sama, atau seberapa konsisten tes-tes tersebut dari satu

    pengukuran lainnya.

    Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu makna bahwa reliabilitas

    sebuah tes menunjuk pada tingkat keajegan atau kosistensi skor-skor

    yang relatif bebas dari kesalaha-kesalahan. Kecenderungan ini mengarah

    pada ketetapan yang ditunjukkan dengan memberikan ulangan prestasi

    dari sebuah perilaku pada setiap siswa. Gejala atau unsur-unsur dalam

  • 21

    gejala yang diungkapkan dalam pengukuran pertama, ternyata tidak

    berubah atau sama pada pengukuran kedua dan seterusnya apabila

    pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sama.

    Setyo Budiwanto (2003: 141) mengatakan bahwa, ada 3 cara

    menaksir reliabilitas tes keterampilan olahraga, yaitu cara tes dan

    tes ulang (test-retest), cara belah dua (split half), dan menggunakan

    tes setara (equivalent). Cara tes dan tes ulang (test-retest)

    maksudnya adalah tes pertama dilakukan dan selang beberapa

    waktu disusul tes kedua dilakukan tes ulang dengan menggunakan

    tes yang sama. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas tes

    eksperimen, hasil tes pertama dan hasil tes ulang dikorelasikan

    menggunakan teknik statistik korelasi product moment dari

    pearson. Koefisien korelasi antara hasil tes pertama dan hasil tes

    kedua merupakan koefisien reliabilitas tes eksperimen. Mengetes

    orang-orang yang sama menggunakan tes yang sama akan

    menghasilkan indek stabilitas.

    Memperoleh reliabilitas tes keterampilan olahraga dengan cara

    belah dua (split half) hanya digunakan jika jumlah percobaan tes

    keterampilan tersebut terdiri dari beberapa kali percobaan.

    6. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

    Penilaian acuan patokan (PAP) adalah penilaian yang dilakukan

    dengan membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang

    telah ditentukan sebelumnya. Sebelum melakukan kegiatan penilaian,

    terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang akan dipakai untuk

    membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil tersebut

    memiliki arti tertentu. Patokan yang telah ditetapkan sebelum

    pengukuran atau penilaian dilakukan biasanya disebut batas lulus atau

    tingkat penguasaan minimum. Dengan demikian siswa yang dapat

    mencapai batas lulus dapat menempuh atau mempelajari bahan

  • 22

    selanjutnya, begitu pula sebaliknya bagi siswa yang belum mencapai skor

    batas lulus agar memantapkan belajarnya sehingga akhirnya lulus.

    B. Permainan Bulutangkis

    Bulutangkis adalah olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang atau

    dua pasang yang saling berlawanan, bertujuan memukul shuttlecock melewati

    bidang permainan lawan dan berusaha mencegah lawan melakukan hal yang

    sama (Feri Kurniawan, 2011: 28) bulutangkis merupakan salah satu olahraga

    yang paling terkenal didunia. Permainan ini merupakan permainan cepat yang

    membutuhkan gerak reflek yang baik dan tingkat kebugaran yang tinggi (Tony

    Grice, 2007: 1). Lapangan permainan bulutangkis berbentuk segi empat dan

    dibatasi oleh garis dan net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri

    dan daerah permainan lawan (Herman Subarjah dan Yusup hidayat, 2007: 8).

    Olahraga bulutangkis menarik minat berbagai kelompok umur, berbagai

    tingkatan keterampilan, baik pria maupun wanita memainkan olahraga ini di

    dalam atau di luar ruangan untuk rekreasi juga sebagai prestasi. Bulutangkis

    adalah olahraga yang dimainkan dengan menggunakan net, raket, dan

    shuttlecock dengan teknik pukulan yang bervariasi mulai dari yang relative

    lambat hingga sangat cepat disertai dengan gerakan tipuan.

    Menurut Herman Subarjah (1999: 13) permainan bulutangkis

    merupakan permainan individu yang dapat dilakukan dengan cara satu

    orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Dalam hal

    ini permaianan bulutangkis mempuanyai tujuan bahwa seorang pemain

    berusaha menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan

    berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock dan menjatuhkan

    didaerah sendiri.

  • 23

    Permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang

    tumbuh dan berkembang pesat yang mampu mengharumkan Bangsa dan

    Negara Indonesia. Menurut Depdikbud (1978/1979: 129) menyatakan

    bulutangkis adalah cabang olahraga yang termasuk kedalam kelompok

    olahraga permainan, dapat dimainkan di dalam maupun di luar ruangan di atas

    lapangan yang dibatasi dengan garis-garis dalam ukuran yang panjang dan

    lebar yang sudah ditentukan. Lebih lanjut menurut Depdikbud (1978/1979:

    129) lapangan dibagi dua sama besar dan dipisahkan oleh net yang terenggang

    di tiang net yang ditanam di pinggir lapanagan.

    Pemain bulutangkis harus mampu melakukan beberapa teknik pukulan

    atau keterampilan gerak memukul. Teknik pukulan sebagai cara-cara

    melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan

    shuttlecock kebidang lapangan lawan. Secara umum keterampilan gerak

    memukul permainan bulutangkis dapat dikategorikan kedalam tiga jenis,

    kategori ini didasarkan pada posisi raket pada saat melakukan pukulan. Ketiga

    jenis keterampilan gerak tersebut adalah pukulan dengan ayunan raket dari

    bawah ke atas (underhand strokes), pukulan menyamping (sidearm strokes),

    dan pukulan di atas kepala (overhead strokes).

    Seorang yang sudah menguasai keterampilan gerak dasar bulutangkis,

    maka sudah dianggap mampu untuk mempelajari teknik bulutangkis

    sebenarnya. Istilah teknik adalah keterampilan khusus atau skill yang harus

    dikuasai oleh pemain bulutangkis dengan tujuan mengembalikan shuttlecock

    dengan cara sebaik-baiknya. Teknik pukulan adalah cara-cara melakukan

  • 24

    pukulan dalam permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan

    shuttlecock kebidang lapangan lawan. Seorang pemain bulutangkis yang baik

    dan berprestasi, dituntut untuk menguasai teknik-teknik pukulan dalam

    permainan bulutangkis. Menurut Sapta Kunta Purnama (2010:15) macam-

    macam teknik pukulan dalam permainan bulutangkis adalah servis panjang,

    servis pendek, lob, smash, dropshot, drive, dan netting.

    1. Keterampilan Bulutangkis

    Keterampilan bulutangkis adalah kemampuan seorang pemain

    bulutangkis dalam menggunakan teknik, taktik, serta unsur-unsur yang

    dimiliki oleh seorang pemain bulutangkis. Menurut Sapta Kunta Purnama

    (2010: 13) teknik dasar bermain bulutangkis terdiri dari :

    a. Sikap berdiri (stance) yaitu; a) sikap berdiri saat servis, b) sikap berdiri menerima servis, c) sikap saat in play

    b. Teknik memegang raket terdiri; a) pegangan forehand, b) pegangan backhand

    c. Teknik pukulan, yaitu: servis panjang, servis pendek, lob, smash, dropshot, drive, dan netting

    d. Teknik langkah kaki (foot work).

    Para ahli tes dan pengukuran, sependapat bahwa kriteria yang digunakan

    dalam penyusunan tes keterampilan meliputi ukuran-ukuran statistik

    yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan praktis dan

    pendapat objektif. Tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk

    memperoleh informasi tentang individu atau objek (Ismaryati, 2006: 1).

    Penggunaan tes harus benar-benar mengikuti petunjuk pelaksanaan tes

    yang telah ada. Tes dikatakan baik apabila memenuhi validitas,

    realibilitas, objektivitas diskriminitas, dan praktibilitas. Tes keterampilan

  • 25

    ini bertujuan untuk mengukur keterampilan (penguasaan) teknik dasar

    bulutangkis. Tes dapat dijadikan dasar dalam mendiagnosa kelemahan

    pada cabang bulutangkis. Menurut Tohar yang dikutip (Sigit Nugroho,

    2013) menyatakan bentuk-bentuk pukulan yang dapat mengidentifikasi

    keterampilan bulutangkis dibagi menjadi 3 bagian yaitu: servis panjang,

    servis pendek, dan lop. Sedangkan menurut (Sapta Kunta Purnama, 2010:

    28) evaluasi dari hasil latihan/belajar keterampilan bulutangkis dapat

    diketahui melalui dua cara, yaitu: dengan cara kompetisi pertandingandan

    dengan melakukan tes keterampilan bulutangkis. Macam-macam

    rangkaian tes terdiri dari 4 macam, yaitu; 1) tes servis pendek (short

    service), 2) tes servis panjang (long service test), 3) tes pukulan lop (high

    clear test), 4) tes semes (smash test).

    Peraturan dalam permainan bulutangkis adalah ketentua-

    ketentuan yang mengatur kelancaran jalannya suatu pertandingan atau

    kejuaraan yang dikeluarkan oleh organisasi resmi dan berlaku secara

    umum yang dikeluarkan oleh BWF (Badminton World Federation). Tes

    keterampilan bulutangkis sebagai bahan banding untuk menilai

    kecakapan bermain bulutangkis terdiri dari empat macam item (Nurhasan

    dan Hasanudin, 2007: 230).

    a. Tes wall volley Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh Milner pada tahun

    1951. Kegunaan utama dari tes ini adalah mengukur

    kemampuan pukulan (clear shot) dan menentukan

    keterampilan bulutangkis.

  • 26

    b. Tes servis pendek Pertama kali diperkenalkan oleh French pada tahun 1941.

    Kegunaan tes ini adalah untuk mengukur kemampuan dan

    ketepatan server dengan shuttlecock di bawah.

    c. Tes servis panjang Pertama kali diperkenalkan oleh Scott Fox pada tahun

    1959. Kegunaan utama tes ini adalah mengukur ketepatan

    shuttlecock ke arah sasaran tertentu dengan servis panjang

    (servis tinggi/panjang).

    d. Clear tes Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh French pada tahu

    1941. Kegunaan utama dari tes ini adalah mengukur kekuatan

    memukul shuttlecock.

    2. Servis

    Pukulan servis merupakan modal awal pemain untuk bisa

    memenangkan pertandingan didalam olahraga bulutangkis. Seorang

    pemain yang tidak bisa melakukan servis dengan benar akan terkena

    fault. Menurut Tohar (1991: 67), pukulan servis adalah pukulan dengan

    raket yang memukul shuttlecock ke bidang lapangan lain secara diagonal

    dan bertujuan sebagai pembuka permianan dan merupakan suatu pukulan

    yang penting dalam permainan bulutangkis.

    Menurut Icuk (2002: 30) pukulan servis merupakan pukulan yang

    mengawali atau sajian bola pertama sebagai permulaan permainan. Servis

    merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai,

    karena kalau peraturan yang lama hanya pemain yang melakukan servis

    yang dapat memperoleh angka. Namun sekarang ini peraturan pada

    permainan bulutangkis ditetapkan oleh BWF (Badminton World

    Federation) sudah ada perubahan, pada pertandingan resmi sekarang

    sudah menggunakan sistem relly point. Pemain yang tidak selalu

  • 27

    melakukan servis yang dapat nilai. Servis yaitu gerakan untuk memulai,

    sehingga shuttlecock berada dalam keadaan dimainkan, dan dengan

    memukul shuttlecock kelapangan lawan (James poole, 1986: 142).

    Menurut Grice yang dikutip Herman Subarjah dan Yusuf Hidayat

    (2007: 49). Servis mungkin merupakan pukulan tunggal yang paling

    penting untuk mendapatkan skor secara konsisten. Melalui servis maka

    memungkinkan pemain memperoleh angka, sebab hanya melalui servis

    pemain dapat memenangkan permainan. Sehingga setiap pemain harus

    menguasai teknik pukulan dengan baik.Menurut Feri Kurniawan (2011:

    29) pukulan servis terdiri dari: servis pendek, servis tinggi, dan servis

    kejut atau setengah tinggi.

    Gambar 1. Area servis bulutangkis Diunduh dari web : http://lh3.ggpht.com. Pada tanggal 25 oktober

    2015, Pukul 19.37 WIB

    Menurut Icuk Sugiarto, Furqon dan Kunta (2002: 31) servis

    terdiri dari: servis pendek (short service), servis tinggi (high service),

    http://lh3.ggpht.com/
  • 28

    servis drive (drive service), dan servis kejut (flick service). Sedangkan

    menurut Sapta Kunta Purnama (2010: 16) servis terdiri dari: servis

    pendek dan servis panjang.

    Ada beberapa jenis servis bulutangkis. Setiap jenis servis

    memukul shuttlecock dengan caranya yang khas, sebab itu masing-

    masing mempunyai hal-hal yang menguntungkan dan merugikan.

    Macam-macam bentuknya meliputi servis pendek, panjang, datar, dan

    servis kedut.

    a. Servis pendek (short service)

    Servis pendek yaitu servis dengan mengarahkan

    shuttlecock dengan tujuan keduasasaran yaitu: kesudut titik

    perpotongan antara garis servis di depan dengan garis tengah

    dan garis servis dengan garis tepi, sedangkan jalannya

    shuttlecock menyusur tipis melewati net (Tohar 1992: 4).

    Gambar 2. Servis Pendek Backhand Diunduh dari: http://4.bp.blogspot.com. Pada 20 Agustus 2015,

    Pukul 15.35.

    Servis pendek merupakan salah satu pukulan awal pada

    permaiana bulutangkis. Menurut Herman Subarjah (2000: 44)

    http://4.bp.blogspot.com/
  • 29

    servis pendek merupakan servis yang diarahkan pada bagian

    depan lapangan lawan, biasanya dilakukan dalam permainan

    ganda. Sedangkan menurut Sutrisno dan Yuni Mariani (2007:

    18), tujuan servis pendek adalah untuk memaksa lawan agar

    kesulitan atau tidak dapat melakukan serangan. Pendapat di

    atas dapat disimpulkan bahwa servis pendek adalah pukulan

    pertama pada permainan bulutangkis yang di arahkan pada

    bagian depan lapangan di garis servis dan menyusur tipis di

    atas net. Tujuannya untuk memaksa lawan agar tidak

    melakukan serangan.

    b. Servis panjang (long service)

    Servis panjang adalah pukulan servis yang dilakukan

    dengan cara memukul shuttlecock setinggi-tingginya, dan jatuh

    digaris belakang bidang lapagan lawan (Tohar 1992: 42).

    Menurut Icuk (2002: 39) servis panjang merupakan servis

    tinggi yang biasanya digunakan dalam permainan tunggal.

    Sedapat mungkin memukul kok sampai dekat garis belakang

    dan menukik tajam lurus kebawah. Oleh karena itu, pukulan

    servis tinggi ini merupakan salah satu jenis servis yang

    membutuhkan banyak tenaga. Servis panjang adalah pukulan

    servis yang dilakukan dengan cara memukul shuttlecock

    setinggi-tingginya, dan jatuh digaris belakang bidang lapangan

    lawan (Tohar 1992: 42).

  • 30

    Dalam melaksanakan servis panjang, pemain harus

    memperhatikan gerakan ayunan raket yaitu ke belakang lalu ke

    depan. Pukulan harus dilakukan dengan sempurna diikuti gerak

    peralihan titik berat badan, dari kaki bagian belakang ke kaki

    depan, yang harus berlangsung secara harmonis, menurut Tony

    Grice (1996: 25) akhir gerakan servis ini adalah tangan yang

    mengarah atas yang sejalan dengan bola dan berakhir diatas

    bahu tangan yang tidak memegang raket.

    Servis panjang atau servis tinggi ini akan sangat tepat

    dilakukan saat lawan kehabisan tenaga. Dengan servis ini

    lawan dipaksa untuk bergerak sehingga mengeluarkan banyak

    tenaga. Selain itu, dengan lambungnya kok yang tinggi, kok

    akan turun dalam keadaan tegak dengan lantai. Posisi kok

    seperti sulit dipukul apalagi di smash. Servis ini juga dapat

    digunakan untuk membuka pertahanan lawan dari depan (Icuk:

    2002)

    c. Servis Datar ( Drive Service)

    Yang dimaksud dengan servis datar adalah pukulan

    servis dengan cara memukul shuttlecock secara keras,

    cepat, mendatar, dan setipis mungkin melewati net secara

    sejajar dengan lantai, arah tujuan pukulan itu ditepatkan

    titik-titik perpotongan antara garis belakang dengan garis

    tengah lapangan (Tohar, 1992: 42)

    d. Servis Kedut (Flick Service)

    Yang dimaksud servis kedut disini adalah pukulan yang

    dilakukan denga cara membuka. Menurut Tohar (1992:

    25), gerakan dalam melakukan pukulan adalah sama

  • 31

    dengan melakukan servis biasa, tetapi setelah terjadi

    persentuhan raket dengan shuttlecock (impack), secara

    mendadak pukulan itu di cambukkan atau dikedutkan.

    Biasanya servis digabungkan kedalan jenis atau bentuk

    servis forehand atau backhand. Masing-masing jenis ini

    bervariasi pelaksanaanya sesuai dengan situasi permainan

    lapangan.

    3. Peraturan Servis

    Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Badminton World

    Federation (BWF) tentang servis, sebagai berikut :

    a. Servis yang benar :

    a.1. Kedua belah pihak tidak boleh memperlambat terjadinya

    servis bila pelaku servis dan penerima servis sudah siap

    diposisinya masing-masing. Pada waktu melengkapi

    gerakan kebelakang dan kepala raket pelaku servis, suatu

    perlambatan dari awal servis (peraturan nomor a.10) harus

    dianggap sebagai sebuah upaya memperlambat permainan.

    a.2. Pelaku servis dan penerima servis harus berdiri

    berhadapan secara diagonal dalam kotak servis (gambar 3)

    tanpa menyentuh garis-garis yang membatasi kotak servis.

    Gambar 3. Tempat Penerima Servis dan Pelaku Servis. Diunduh dari web: http://www.victorsport.com. Pada 25

    Oktober 2015, Pukul 19.50 WIB

    http://www.victorsport.com/
  • 32

    a.3. Sebagian dari kedua kaki baik pelaku servis maupun

    penerima servis harus tetap berada pada permukaan

    lapangan dalam posisi diam atau tidak bergerak dari saat

    servis mulai dilakukan (peraturan a.10) sampai servis telah

    dilakukan peraturan a.11).

    a.4. Perkenaan raket pelaku servis ketika servis terjadi pada

    bagian gabus kok.

    a.5. Keseluruhan kok harus berada di bawah pinggang pelaku

    servis pada saat kok dipukul oleh raket pelaku servis.

    Pinggang yang dimaksud adalah garis imajiner sekitar

    tubuh setinggi bagian terbawah dari rusuk pemain.

    a.6. Batang raket pelaku servis pada saat memukul kok harus

    mengarah ke bawah sedemikian rupa.

    a.7. Gerakan raket pelaku servis harus berkesinambungan ke

    depan setelah awalan (start) dari servis (peraturan a.10-

    a.11).

    a.8. Terbangnya kok harus ke atas dari raket pelaku servis

    untuk melampaui net, sehingga bila tidak dihalangi akan

    jatuh di kotak servis penenerima servis (tepat di atas garis

    atau di dalam garis batas kotak servis).

    a.9. Dalam upaya melakukan servis, pelaku servis harus

    berhasil memukul kok jangan sampai kok tidak terpukul

    (shall not miss the shuttle).

  • 33

    a.10. Sekali para pemain sudah siap melakukan servis, gerakan

    ke depan pertama kali kepala raket pelaku servis adalah

    awalan (start) dari servis.

    a.11. Sekali servis telah dimulai (peraturan a.10) dianggap telah

    dilakukan bila kok dipukul oleh raket pelaku servis atau

    dalam percobaan untuk melakukan servis, pelaku servis

    jangan sampai gagal melakukan servis.

    a.12. Pelaku servis tidak boleh melakukan servis sebelum

    penerima servis siap, tetapi penerima servis sudah

    dianggap siap bila berusaha mengembalikan servis.

    a.13. Dalam permainan ganda, selama servis akan dilakukan

    (peraturan a.10-a.11) pasangannya boleh mengambil

    posisi dimana saja, asal tidak menghalangi pandangan

    pelaku servis atau servis lawannya.

    b. Servis yang salah

    Adapun kesalahan servis atau servis tidak sesuai dengan

    peraturan yang ditetapkan oleh Badminton World Federation

    (BWF) tentang servis yang salah, sebagai berikut :

    b.1. Jika dalam servis, kok tersangkut dan bertengger pada

    puncak net.

    b.2. Setelah melewati net kok tersangkut di net.

    b.3. Jika dalam servis kok dipukul oleh pasangan penerima

    servis.

  • 34

    c. Kesalahan Penempatan Kotak Servis

    Adapun kesalahan penempatan kotak servis pelaku servis

    atau penempatan kotak servis pelaku servis tidak sesuai dengan

    peraturan yang ditetapkan oleh Badminton World Federation

    (BWF) tentang kotak servis, sebagai berikut :

    c.1. Kesalahan kotak servis telah terjadi bila seorang pemain

    melakukan servis tidak pada tempat sesuai dengan angka

    yang disebutkan oleh wasit.

    c.2. Kesalahan kotak servis terjadi bila seorang pemain

    melakukan servis diluar gilirannya.

    c.3. Kesalahan kotak servis hukumnya lets (mengulangi), bila

    terlanjur berlangsung permainan maka diteruskan sampai

    permainan selesai.

    c.4. Bila kesalahan kotak servis ditemukan, maka kesalahan

    harus diperbaiki dan angka atau poin dilanjutkan.

    d. Permainan Ulang (lets) Disaat Servis Dilakukan

    Adapun permainan ulang (lets) disaat melakukan servis

    sesuai dengan peraturan yang ditetapkanoleh Badminton World

    Federation (BWF) tentang permainan ulang (lets) disaat servis

    dilakukan, sebagai berikut :

    d.1. Pelaku servis melakukan servis sebelum penerima servis

    siap.

  • 35

    d.2. Pada waktu servis, pelaku dan penerima servis di fault

    secara bersamaan.

    d.3. Kesalahan kotak servis sebelum permainan dimulai atau

    saat melakukan servis wasit sudah memberikan isyarat

    fault.

    Gambar 4. Area Servis Bulutangkis

    C. Tes Servis Frank M. Ferduci

    Tes servis Frank M. Verduci adalah salah satu instrumen tes

    keterampilan bulutangkis yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan

    teknik, khususnya teknik servis. Tes servis tersebut adalah tes servis pendek

    (shortservice) dan tes servis panjang (long service). Tes servis pendek

    (shortservice) Frank M. Verduci pertama kali diperkenalka oleh Frank pada

    tahun 1941. Tes servis pendek ini memiliki validitas dan reliabilitas yaitu :

  • 36

    validitas concure, yaitu untuk pria = 0,68 dan untuk wanita = 0,64. Sedangkan

    reliabilitas tes tersebut 0,78 untuk pria , dan 0,82 untuk wanita .

    Short serve. The student attempts 3 legal serves from thr right service

    area and 3 from te left service area (Fig. 21-7). The 6 serves constitute

    one trial, and the student has two trial. On the serve, the shuttle must

    puss under a string 12 inches above the net. If the shuttlecock hits the

    string on a legal serve, it does not count as an attempt. An illegal serve

    constitutes one attempt an is scored zero points. All serves must be hit

    into the proper doubles service court. Points are determined by noting

    the values of the court sections in which the shuttlecock first touches

    after each legal service. If the shuttlecock lands on a line, the higher

    value of the two sections is recorded. The final score is the total number

    of points obtained 12 attempts.

    Long serve. The student attempts 3 legal serves from thr right service

    area and 3 from te left service area (Fig. 21-7). The 6 serves constitute

    one trial, and the student has two trial. On the serve, the shuttlecock must

    pass over a string 8 feet high. If the shuttlecock hits the string on a legal

    serve, it does not count as a attempt. An illegal serve constitutes one

    attempt and is score zero points. All serve must be hit into the proper

    singles court. Points are determined by the value of the court section in

    which the shuttlecock first touches after each legal service. If the

    shuttlecock lands on a line, the higher value of the two sections is

    recorded. The final score is the total number of points obtained 12

    attempts.

    Dalam pelaksanaan tes servis pendek, terdapat ketentuan-ketentuan

    yang harus dilengkapi dan diikuti dalam melaksanakan tes servis pendek

    kepada teste, adapun petunjuk pelaksanaan tes keterampilan servis pendek

    Frank M Verduci, adalah sebagai berikut :

    1. Tujuan Tes Servis Pendek.

    Tujuan untuk mengukur tingkat ketelitian dan ketepatan taste didalam

    melakukan servis pendek.

    2. Alat / Fasilitas/Pelaksana Tes Servis Pendek

    a. Raket

    b. Net

  • 37

    c. Lapangan bulutangkis

    d. Shuttlecock minimal 14 buah kok.

    e. Tali/pita

    f. Alat tulis dan blangko penilaian

    g. Petugas yang membantu jalannya tes :

    1) Seorang pencatat nilai

    2) Seorang pengawas jatuhnya kok pada sasaran

    3) Seorang pengawas lewatnya kok diatas net

    4) Seorang service judge, dan

    5) Seorang pengambil kok

    3. Pedoman Pelaksanaan Tes Servis Pendek

    a. Sikap awal testi

    1) Testi berdiri pada daerah servis yang terletak diagonal

    dengan bagian lapangan yang diberi sasaran.

    2) Testi melakukan servis pendek sebanyak 12 kali

    percobaan secara berturut-turut ke arah sasaran. Testi

    melakukan servis pendek dengan ketentuan 6 kali

    percobaan dilakukan sebelah kanan dan 6 kali dilakukan

    dari sebelah kiri

    b. Sasaran

    Sasaran servis pendek adalah daerah servis pemain

    ganda yang terletak diagonal dengan testi, yakni daerah yang

    dibatasi oleh garis depan (short service line) 3 petak

  • 38

    memanjang dari samping kiri kekanan, dengan ukuran masing-

    masing sebagai berikut:

    1) Lebar petak dengan nilai = 3 (15,24 cm)

    2) Lebar petak dengan nilai = 2 (20,32 cm)

    3) Lebar petak dengan nilai = 1 (25,40 cm

    c. Lapangan

    Lapangan yang digunakan adalah lapangan bulutangkis

    yang dipasang sebuah pita sepanjang net dan sejajar dengan

    net dengan jarak = 30,48 cm diatas net.

    Gambar 5. Short Serve Tes Frank M. Verduci

  • 39

    d. Pedoman penilaian

    1) Tidak ada nilai untuk pukulan yang gagal melewati

    daerah antara pita dan net atau tidak jatuh pada sasaran.

    2) Kok yang jatuh pada sasaran dinilai sesuai dengan nilai

    yang sudah ditentukan.

    3) Kok yang jatuh pada garis yang membagi dua daerah

    nilai, mendapat nilai dari daerah nilai yang lebih tinggi.

    4) Nilai akhir adalah jumlah total nilai yang diperolah dari

    12 kali percobaan servis panjang.

    D. Pengelompokan Umur

    Pengelompokan umur dalam pertandingan bulutangkis dikelompokkan

    dalam beberapa kelompok umur. Penetapan kelompok umur (KU) yang

    ditetapkan oleh Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB

    PBSI) tahun 2015 adalah sebagai berikut :

    1. Kelompok Umur Usia Dini (usia dibawah 11 tahun) kelahiran tahun 2005.

    2. Kelompok Umur Anak-Anak (usia dibawah 13 tahun) kelahiran tahun 2003.

    3. Kelompok Umur Pemula (usia dibawah 15 tahun) kelahiran tahun 2001.

    4. Kelompok Umur Remaja (usia dibawah 17 tahun) kelahiran tahun 1999.

    5. Kelompok Umur Taruna (usia dibawah 19 tahun) kelahiran tahun 1997.

    6. Kelompok Dewasa (usia bebas) 7. Kelompok Veteran (usia diatas 35 tahun) kelahiran tahun 1980.

  • 40

    E. Perkembangan Motorik

    Menurut Hurlock yang dikutip Endang Rini (2007: 1) perkembangan

    motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan

    pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian berasal dari

    perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir.

    Sedangkan menurut Sugiyanto dan Sudjarwo yang dikutip Endang Rini (2007:

    1) perkembangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau

    kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi

    dan terspesialisasi. Perkembangan terjadi dalam bentuk perubahan kualitatif,

    kuantitatif atau kedua-duanya secara serempak.

    Menurut Zulkifli yang dikutip Endang Rini (2007: 2) perkembangan

    motorik adalah gerakan-gerakan tubuh yang dimotori dengan kerjasama

    antara otot, otak dan saraf. Ciri-ciri gerakan motorik; (1) gerak dilakukan

    dengan tidak sengaja, (2) tidak ditujukan untuk maksud-maksud tertentu.

    Gerak yang dilakukan tidak sesuai untuk mengangkat benda dan gerak

    serta.

    Menurut Keogh perkembangan gerak adalah perubahan kompetensi

    atau kemampuan gerak dari mulai bayi (infancy) sampai masa dewasa

    (adulthoud) serta melibatkan berbagai aspek perilaku manusia, kemampuan

    gerak dan aspek perilaku yang ada pada manusia mempengaruhi

    perkembangan gerak dan perkembangan gerak sendiri mempengaruhi

    kemampuan dan perilaku manusia.

    1. Prinsip-Prinsip Perkembangan Motorik

    Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik sebagai

    kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan motorik:

    a. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan

  • 41

    b. Semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik

    anak

    c. Kondisi pra lahir yang menyenangkan terutama gizi

    mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa

    pasca lahir

    d. Kelahiran yang sukar apabila ada kerusakan otak akan

    memperlambat perkembangan motorik

    e. Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan akan

    mempercepat perkembangan motorik

    f. Anak yang IQ tinggi perkembangannya lebih cepat dibanding

    IQ normal atau di bawah normal

    g. Adanya rangsangan, dorongan dan kesempatan untuk

    menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat

    perkembangan motorik

    h. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan

    berkembangnya kemampuan motorik

    i. Rangsangan dan dorongan dari orang tua, kecenderungan anak

    yang lahir pertama lebih baik daripada anak yang lahir

    kemudian

    j. Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat

    perkembangan motorik

    k. Cacat fisik akan memperlambat perkembangan motorik

    l. Perbedaan jenis kelamin, warna kulit dan sosial ekonomi.

  • 42

    2. Prinsip Perkembangan Motorik

    a. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan

    syaraf

    b. Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak

    matang

    c. Perkembangan motorik mengikuti pola yang diramalkan

    d. Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik

    e. Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.

    3. Dasar-Dasar Perkembangan Motorik

    a. Sumbangan Kemampuan Motorik

    1) Kesehatan yang baik

    2) Katarsis emosional

    3) Kemandirian

    4) Hiburan diri

    5) Sosialisasi

    6) Konsep diri

    b. Urutan Perkembangan Motorik

    1) Bagian kepala

    a) Ocular melakukan gerakan: 4 minggu

    b) Senyum sosial (untuk menanggapi senyuman orang

    lain) : 3 bulan

    c) Koordinasi mata: 4 bulan

  • 43

    d) Menegakkan kepala: dalam posisi tengkurap: 1 bulan,

    dalam posisi duduk: 4 bulan

    2) Bagian batang tubuh

    a) Membalik dari miring ke telentang: 2 bulan, dari

    terlentang ke miring: 4 bulan, lengkap: 6 bulan

    b) Duduk menarik ke posisi duduk: 4 bulan, dengan

    bantuan: 5 bulan, tanpa bantuan: 9 bulan

    c) Organ eleminasi pengendalian usus: 2 tahun,

    pengendalian kandung air seni: 2-4 tahun

    3) Tangan

    a) Gerakan bertahan: 2 minggu

    b) Mengisap jempol: 1 bulan

    c) Menggenggam dan menjangkau: 4 bulan

    d) Memegang dan menggenggam: 5 bulan

    e) Memungut benda dengan ibu jari: 8 bulan

    4) Kaki

    a) Mengesot: 6 bulan

    b) Merangkak: 7 bulan

    c) Maju perlahan-lahan pada tangan dan lutut: 9

    bulan, pada kedua tangan dan kedua kaki: 10 bulan

    d) Berjalan dengan bantuan: 11 bulan, tanpa bantuan:

    12-14 bulan

  • 44

    c. Karakteristik Perkembangan Motorik

    1) Karakteristik perkembangan motorik anak pra sekolah

    umur 0-1 tahun

    2) Karakteristik perkembangan motorik anak pra sekolah

    umur > 1-2 tahun

    3) Karakteristik perkembangan motorik anak pra sekolah

    umur > 2-3 tahun

    4) Karakteristik perkembangan motorik anak pra sekolah

    umur > 3-4 tahun

    5) Karakteristik perkembangan motorik anak pra sekolah

    umur > 4-5 tahun

    6) Karakteristik perkembangan motorik remaja: usia 10-18

    tahun, 18- mati.

    4. Gross Motor Skill (Motorik Kasar) dan Fine Motor Skill (Motorik

    Halus)

    Semua olahraga adalah skill karena harus melalui proses berlatih.

    Klasifikasi ditinjau dari ketepatan gerak ada 2 :

    a. Gross motor skill keterampilan motorik kasar

    Bercirikan lebih melibatkan pergerakan otot-otot besar

    dan ketepatan gerak tidak terlalu penting untuk mendapatkan

    perhatian.

  • 45

    b. Fine motor skill keterampilan motorik halus

    Bercirikan lebih melibatkan pergerakan otot-otot

    kecil terutama yang melibatkan pada koordinasi mata dan

    tangan dan memerlukan tingkat ketepatanyang tinggi pada

    gerakan tangan dan jari. Contoh: pukulan netting, servis

    pendek, menulis, dan lain-lain.

    5. Motorik Kasar

    Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang

    menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh

    motorik kasar diperlukan agar anak dapat duduk, memukul, berlari, naik

    turun tangga dan sebagainya (Sunardi dan Sunaryo, 2007: 113).

    Perkembangan motorik kasar anak lebih dulu dari pada motorik halus,

    misalnya anak akan lebih dulu memegang benda-benda yang ukuran

    besar dari pada ukuran yang kecil. Karena anak belum mampu

    mengontrol gerakan jari-jari tangannya untuk kemampuan motorik

    halusnya.

    Bambang Sujiono (2007: 13) berpendapat bahwa gerakan

    motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi

    sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik kasar melibatkan

    aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh

    anak. Menurut Endang Rini Sukami (2007: 72) bahwa aktivitas yang

    menggunakan otot-otot besar di antaranya gerakan keterampilan non

    lokomotor, gerakan lokomotor, dan gerakan manipulatif. Gerakan non

  • 46

    lokomotor adalah aktivitas gerak tanpa memindahkan tubuh ke tempat

    lain. Contoh, mendorong, melipat, menarik dan membungkuk. Gerakan

    lokomotor adalah aktivitas gerak yang memindahkan tubuh satu k