A
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Era globalisasi seperti saat ini menuntut perusahaan untuk mampu
mengungkapkan informasi laporan keuagan yang tepat guna menghadapi
ketatnya persaingan bisnis. Laporan keuangan merupakan hasil akhir
dari siklus akuntansi yang menjadi sarana bagi perusahaan dalam
menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan
serta perubahan posisi keuangan suatu entitas. Informasi dalam
laporan keuangan sangat yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berbagai pihak seperti
manajemen, pemegang saham, kreditur dan pemerintah sangat
berkepentingan terhadap informasi yang tersaji di laporan
keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI,2009:3) menyatakan bahwa pelaporan
keuangan (financial reporting) memiliki tujuan utama yaitu
menyediakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan bagi
pihak pihak yang berkepentingan seperti: pemilik perusahaan,
kreditur, investor, pemerintah, dan pihak pihak lain yang terkait
(stakeholders), karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi
penting mengenai kondisi finansial perusahaan yang menggambarkan
prospek perusahaan di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Pelaporan keuangan tidak hanya mencakup laporan keuangan. Pelaporan
keuangan memiliki arti yang lebih luas yakni mencakup komunikasi
informasi yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung
dengan informasi tentang sumber daya, kewajiban, modal serta
perolehan laba dari suatu entitas bisnis. Bentuk utama dari
pelaporan keuangan adalah laporan keuangan.Laporan keuangan harus
disusun sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan dari seluruh
pihak yang berkepentingan. Berdasarkan Statement of Financial
Accounting (SFAC) No. 2, kualitas informasi keuangan dapat dinilai
dari sisi relevansi dan reliabilitas. Relevansi merujuk pada
kepuasan dalam arti bahwa informasi harus logis jika dihubungkan
dengan keputusan keputusan yang diambil, sedangkan reliabilitas
merupakan tingkat keandalan informasi yang merujuk pada kejujuran
dan tingkat kesesuaian dengan fenomena yang digambarkan. Berkaitan
dengan relevansi, salah satu aspek yang terpenting yaitu
timeliness. Timeliness atau ketepatwaktuan berarti ketersediaan
informasi yang tepat waktu dalam pengambilan keputusan sebelum
informasi tersebut kehilangan kapasitas pengaruhnya dalam
mempengaruhi keputusan (Astika, 2010).Permintaan akan laporan
keuangan yang tepat waktu dan andal juga meningkat seiring dengan
semakin bertambah banyaknya jumlah investor. Laporan keuangan
seharusnya disajikan pada interval waktu untuk menjelaskan
perubahan yang terjadi dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi
pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan. Semakin
lama laporan keuangan disampaikan, semakin berkurang nilai
manfaatannya. Penyampaian laporan keuangan juga berhubungan dengan
reaksi investor. Menurut Scott (2003) mendefinisikan pengungkapan
pelaporan keuangan sebagai media informasi yang diharapkan dapat
membantu investor atau pihak lain untuk memprediksi kinerja
perusahaan pada masa yang akan datang. Ketepatanwaktu penyampaian
laporan keuangan akan mengakibatkan reaksi positif dari investor
yang mengakibatkan kenaikan harga saham perusahaan. Sebaliknya
keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan mendapatkan reaksi
negatif dari investor yang berdampak pada penurunan harga saham
perusahaan. Dengan demikian ketepatwaktuan penyampaian laporan
keuangan berperan penting bagi perusahaan dan para pemakai laporan
keuangan untuk membentuk opini, kepercayaan dan reaksi yang
positif.
Ketepatwaktuan pelaporan keuangan diatur dalam surat keputusan
Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan nomor Kep-134/BL/2006
tanggal 7 Desember 2006 dan peraturan BEI Kep-307/BEJ/07-2004.
Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa semua perusahaan yang
terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan
disertai laporan auditor independen secara berkala kepada Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) selambat lambatya 90 hari setelah
diterbitkannya laporan tahunan.Waktu penyelesaian audit setiap
perusahaan publik oleh auditor tentu berbeda-beda. Jarak waktu
antara akhir periode akuntansi dengan tanggal ditandatanganinya
laporan audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu auditor dalam
mempublikasikan laporan hasil auditannya (Rolinda, 2007:110).
Adakalanya, dalam melaksanakan standar-standar audit ditemukan
adanya penyimpangan. Penyimpangan inilah yang kadang menyebabkan
lamanya suatu proses pengauditan dilakukan karena adanya unsur
verifikasi yang digunakan untuk mengetahui indikasi penyimpangan
yang terjadi. Proses ini memungkinkan publikasi laporan keuangan
yang diharapkan secepat mungkin menjadi terhambat. Rentang waktu
penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku
atau akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan
keuangan auditan disebut dengan istilah Audit Report Lag (Soetedjo,
2006). Penggunaan istilah Audit Report Lag dianggap lebih dapat
menggambarkan rentang waktu penyelesaian audit karena objeknya
adalah tanggal yang tertera pada laporan audit yang telah
ditandatangani, di mana berarti laporan audit tersebut sah
dikeluarkan. Lamanya waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi
ketepatan waktu informasi tersebut untuk dipublikasikan sehingga
berdampak pada reaksi pasar menaggapi kelambatan informasi. Keadaan
itu dapat mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang
didasarkan pada informasi yang dipublikasikan.Pada kenyataannya,
manajemen perusahaan yang telah memperoleh laporan keuangan hasil
auditan cenderung menunda melakukan publikasi ke pasar modal.
Penundaan publikasi oleh perusahaan dapat mengakibatkan tingkat
risiko yang lebih tinggi, missed opportunities dan asimetri
informasi yang semakin luas (Yuliana dan Ardiati, 2004).
Keterlambatan publikasi audit laporan keuangan tersebut dapat
mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten,
sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit.
Semakin panjang periode antara akhir periode akuntansi dengan waktu
publikasi laporan keuangan, semakin tinggi kemungkinan informasi
dibocorkan pada pihak yang berkepentingan bahkan dapat menimbulkan
terjadinya insider trading dan isu - isu lain di bursa saham
(Wirakusuma, 2004). Menurut McLelland dan Giroux (dalam Yuliana dan
Ardiati, 2004) terdapat tiga hal utama yang dapat mempengaruhi
ketepatan waktu pelaporan keuangan. Pertama, kebutuhan dari
pihak-pihak pengguna laporan keuangan antara lain seperti pihak
penjamin obligasi dan agen penilai obligasi yaitu Bapepam yang
mengandalkan informasi di dalam laporan auditor untuk membuat
keputusan sedangkan investor lebih mengacu pada rating obligasi
perusahaan-perusahaan tersebut. Kedua, efisiensi audit dapat
ditingkatkan apabila memiliki pemahaman yang lebih tentang
ketepatan waktu laporan audit. Efisiensi audit tercapai bila
semakin sedikitnya input audit diperlukan untuk mencapai output
tertentu. Ketiga, ketepatan waktu audit merupakan sinyal kompetensi
manajemen keuangan yang efektif.Banyak penelitian yang telah
melakukan pengujian empiris berkaitan dengan audit report lag dan
faktor faktor yang mempengaruhi. Penelitian-penelitian sebelumnya
telah menemukan bukti empiris bahwa keterlambatan penyampaian
laporan keuangan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari
internal perusahaan maupun eksternal. Dyer dan McHugh (1975)
meneliti profil ketepatan waktu pelaporan dan normalitas
keterlambatan dengan menggunakan 120 perusahaan di Australia
periode 1965-1971. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan dan tanggal berakhirnya tahun buku berpengaruh dengan
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan
profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan. Selain itu, Dogan, et. al (2007) meneliti tentang
hubungan antara ketepatan waktu pelaporan keuangan dengan kinerja
perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa return on equity
(ROE), change net return (CNR) dan ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap kecepatan perusahaan dalam pelaporan keuangan.
Sedangkan change in financial risk (CFR), free float rate (FFR) dan
jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap kecepatan
perusahaan dalam pelaporan keuangan, serta rasio transaksi memiliki
hubungan yang terbalik dengan ketepatan waktu pelaporan
keuangan.
Sedangkan di Indonesia, Oktorina dan Suharli (2005) meneliti
faktor-faktor penentu kepatuhan ketepatan waktu pelaporan keuangan,
hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa debt to equity
ratio dan profitabilitas tidak mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan keuangan, sedangkan ukuran perusahaan, struktur
kepemilikan perusahaan, dan kantor akuntan besar mempengaruhi
ketepatan waktu pelaporan keuangan. Meskipun menunjukkan hasil yang
signifikan, namun hubungan antara ukuran perusahaan dengan
ketepatan waktu ialah tidak searah. Penelitian serupa juga
dilakukan oleh Meylisa dan Estralita (2010) mengenai faktor faktor
yang mempengaruhi audit report lag pada perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Dari penelelitian tersebut diperoleh hasil
bahwa klasifikasi industri, laba rugi tahun berjalan, besarnya KAP
berpengaruh terhadap audit report lag sedangkan total asset, debt
proportion, dan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit report
lag. Bukti-bukti empiris ini menunjukkan bahwa terdapat banyak
faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan oleh auditor.
Berdasarkan berbagai penelitian yang telah ada sebelumnya tampak
bahwa terjadi ketidakkonsistenan dalam hasil - hasil penelitian
yang telah dilakukan. Oleh karena itu peneliti ingin
mengidentifikasi faktor faktor dan menambahkan variabel baru untuk
menilai jangka waktu penundaan publikasi laporan keuangan oleh
manajemen perusahaan sehingga penelitian ini akan memberikan temuan
empiris yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Dari berbagai
macam variabel tersebut, peneliti tertarik untuk menguji pengaruh
leverage, profitabilitas, operating cash flow, opini audit dan
reputasi KAP.A. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang
permasalahan tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah leverage berpengaruh terhadap penundaan publikasi
laporan keuangan auditan pada perusahaan - perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012?2. Apakah
profitabilitas berpengaruh terhadap penundaan publikasi laporan
keuangan auditan pada perusahaan - perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2012?
3. Apakah operating cash flow berpengaruh terhadap penundaan
publikasi laporan keuangan auditan pada perusahaan - perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012?
4. Apakah opini audit berpengaruh terhadap penundaan publikasi
laporan keuangan auditan pada perusahaan - perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012?
5. Apakah reputasi KAP berpengaruh terhadap penundaan publikasi
laporan keuangan auditan pada perusahaan - perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, yang menjadi
tujuan dari penelitian ini antara lain:1. Untuk mengetahui pengaruh
leverage terhadap penundaan publikasi laporan keuangan auditan pada
perusahaan - perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012.2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap
penundaan publikasi laporan keuangan auditan pada perusahaan -
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012.3.
Untuk mengetahui pengaruh operating cash flow terhadap penundaan
publikasi laporan keuangan auditan pada perusahaan - perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012.4. Untuk
mengetahui pengaruh opini audit terhadap penundaan publikasi
laporan keuangan auditan pada perusahaan - perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012.5. Untuk mengetahui
pengaruh reputasi KAP terhadap penundaan publikasi laporan keuangan
auditan pada perusahaan - perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012.C. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak
pihak yang berkepentingan, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang jangka waktu
publikasi laporan keuangan auditan, serta membantu memperoleh bukti
empiris bagi akademis dan peneliti lain terkait dengan faktor
faktor yang berpengaruh terhadap penundaan publikasi laporan
keuangan auditan di perusahaan perusahaan yang terdaftar di BEI.2.
Kegunaan Praktis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen
perusahaan terutama dalam melakukan publikasi laporan keuangan
auditan agar tidak terjadi keterlambatan penyampaian laporan
keuangan ke publik. Disamping itu penelitian ini dapat memberikan
informasi yang membantu pihak pihak manajemen perusahaan terkait
dengan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan auditan kepada
publik.BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN2.1 Landasan Teori dan
Konsep2.1.1 Teori Regulasi
Regulasi berarti mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat
dengan aturan atau pembatasan. Teori regulasi atau peraturan
menjelaskan bahwa perekonomian terpusat adalah alasan dalam
melindungi kepentingan umum. Dalam teori ini, pihak legislatif
membuat aturan untuk melindungi pengguna laporan keuangan dengan
meningkatkan kinerja ekonomi. Teori regulasi dapat dibagi menjadi
tiga yaitu:
1) Teori Kepentingan PublikTeori ini menunjukkan regulasi yang
merupakan hasil dari tuntutan publik untuk koreksi kegagalan pasar.
Dalam teori ini, kewenangan pusat, termasuk juga badan pengawas
regulator, diasumsikan memiliki kepentingan terbaik dihati
masyarakat.2) Teori Kepentingan Umum
Dalam teori ini, pembuat peraturan mendominasi peraturan
tersebut karena dibuat dari beberapa sudut pandang entitas yang
paling banyak mempengaruhi legistif.3) Teori Kepentingan
Individu
Teori ini disampaikan George Stigler tahun 1971 yang mengatakan
bahwa aktivitas seputar peraturan menggambarkan persaudaraan
diantara kekuatan politik dari kelompok berkepentingan. Kelompok
berkepentingan (eksekutif/industri) sebagai sisi permintaan dan
legislatif sebagai sisi penawaran.2.1.2 Laporan KeuanganLaporan
keuangan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban manajemen yang
disajikan secara terstruktur sebagai agen atas pengelolaan kekayaan
prinsipal yang diberikan kepadanya. Menurut Astika (2010: 91)
Laporan Keuangan merupakan proses akumulasi, analisis, penyusunan,
dan publikasi sejumlah informasi mengenai aspek ekonomis suatu
entitas. Informasi dalam laporan keuangan sangat penting karena
digunakan sebagai pengambilan keputusan oleh prinsipal dan
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Laporan keuangan harus
disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar yang berlaku di
tiap tiap negara.Menurut Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 1 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan
sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai perusahaan yang meliputi: (1) aset; (2)
kewajiban; (3) ekuitas; (4) pendapatan dan beban termasuk
keuntungan dan kerugian; dan (5) arus kas.Sedangkan menurut
Accounting Principles Board Statement (APB) No.4 dalam (Astika,
2010: 86) mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan ke dalam
tujuan khusus, tujuan umum, dan tujuan kualitatif. Tujuan khusus
dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi
keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam
posisi keuangan. Sedangkan tujuan umum dari laporan keuangan adalah
sebagai berikut: a. Untuk memberikan informasi yang dapat
diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari
perusahaan bisnis.
b. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai
perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan bisnis
yang diarahkan untuk memperoleh laba.c. Untuk memberikan informasi
keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi
penghasilan bagi perusahaan.d. Untuk memberikan informasi lain yang
dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan
kewajiban.e. Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan
terhadap kebutuhan pengguna laporan.Disamping itu, terdapat pula
tujuan kualitatif dari laporan keuangan yaitu sebagai berikut:a.
Relevansi, yang artinya pemilihan informasi yang memiliki
kemungkinan paling besar untuk memberikan bantuan kepada para
pengguna dalam keputusan ekonomi mereka.b. Dapat dimengerti, yang
artinya tidak hanya informasi tersebut jelas, tetapi para pengguna
juga harus dapat memahaminya.c. Dapat diverifikasi, yang artinya
hasil akuntansi dapat didukung oleh pengukuran-pengukuran yang
independen, dengan menggunakan metode metode pengukuran yang
sama.d. Netralitas, yang artinya informasi akuntansi ditujukan
kepada kebutuhan umum dari pengguna, bukannya kebutuhan-kebutuhan
tertentu dari pengguna-pengguna yang spesifik.e. Ketepatan waktu,
yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk
menghindari adanya keterlambatan atau penundaan dalam pengambilan
keputusan ekonomi.f. Komparabilitas (daya banding), yang secara
tidak langsung berarti perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya
bukan diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang
diterapkan.g. Kelengkapan, yang artinya adalah telah dilaporkannya
seluruh informasi yang secara wajar memenuhi persyaratan dari
tujuan kualitatif yang lain.2.1.3 Pengertian AuditAuditing adalah
sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan
pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
untuk menentukan tingkat hubungan antara pernyatan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan
hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan (Mulyadi, 2002:9).
Sedangkan menurut Arens dkk (2008:4) audit didefinisikan sebagai
pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.Audit laporan
keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk menentukan
apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah
dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu (Arens dkk, 2008:18).
Audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan
independen. Perusahaan umumnya memilih menggunakan jasa auditor
independen untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan
tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan publik wajib
diaudit.Menurut Yulianti (2011), laporan keuangan penting untuk
diaudit karena berbagai alasan sebagai berikut.
1) Adanya perbedaan kepentingan antara pemakai laporan keuangan
dengan manajemen sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap
penyusunan laporan keuangan tersebut.
2) Laporan keuangan memegang peranan penting dalam proses
pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan.
3) Terdapat kerumitan data di dalam laporan keuangan
perusahaan.
4) Keterbatasan akses pemakai laporan keuangan terhadap
catatan-catatan akuntansi.2.1.4 Tujuan dan Fungsi Audit
Tujuan umum suatu auditing atas laporan keuangan adalah
memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal
material, sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Dalam audit
biasanya dirumuskan tujuan khusus audit untuk setiap rekening yang
dilaporkan dalam laporan keuangan. Tujuan khusus ini berasal dari
asersi-asersi yang dibuat manajemen dalamlaporan keuangan (Haryono
Jusup, 2001:117).
Berdasarkan sifatnya, auditing mempunyai fungsi menguraikan
informasi yang ada dalam laporan keuangan untuk mencari bukti yang
dapat mendukung pendapat auditor mengenai kewajaran penyajian
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut
(Setyahadi, 2011). Audit yang dilaksanakan auditor adalah suatu
fungsi untuk menentukan apakah laporan keuangan yang disusun
manajemen telah memenuhi kriteria yang telah disepakati bersama
atau telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam
Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).2.1.5 Penundaan
Publikasi Laporan Keuangan (Audit Report Lag)Penundaan publikasi
laporan keuangan audit merupakan interval jumlah hari antara
tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan
dipublikasikan oleh bursa. Penundaan publikasi laporan keuangan jg
mengacu pada audit report lag yaitu rentang waktu penyelesaian
audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku atau akhir
tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan
(Soetedjo,2006). Rentang waktu diartikan sebagai jumlah hari yang
dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan proses audit yang dihitung
dari tanggal berakhirnya tahun fiskal perusahaan sampai pada
tanggal audit tersebut selesai yaitu pada saat ditanda-tanganinya
laporan auditan.
Dalam perkembangannya, banyak peneliti yang memakai istilah lain
dalam menjelaskan makna terkait dengan rentang waktu penyelesaian
audit. Menurut Ashton, Willingham, dan Elliot (1987) serta Carslaw
dan Kaplan (1991), keduanya memakai istilah audit delay untuk
menggambarkan rentang waktu dari tanggal berakhirnya tahun fiskal
perusahaan sampai pada tanggal laporan audit ditandatangani.
Sedangkan Dyer dan McHugh (1975) dalam Utami (2004), menyebutnya
sebagai auditors report lag, yaitu adalah rentang waktu antara
tanggal berakhirnya tahun fiskal perusahaan dengan tanggal yang
tercatat pada laporan opini auditor. Begitu pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh W. Robert Knechel dan Jeff L. Payne (2001)
menggunakan istilah audit report lag untuk menggambarkan audit
delay. Penggunaan istilah audit report lag dianggap lebih dapat
menggambarkan rentang waktu penyelesaian audit karena objeknya
adalah tanggal yang tertera pada laporan audit yang telah
ditandatangani, di mana berarti laporan audit tersebut sah
dikeluarkan, walaupun ketiga istilah itu dapat digunakan . Audit
report lag mengakibatkan berkurangnya kualitas isi informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan sehingga mempengaruhi tingkat
ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang
dipublikasikan. Menurut Owusu Ansah (2000), ketepatan waktu laporan
keuangan dikategorikan menjadi dua yakni yang berhubungan dengan
dampak ketepatan waktu laporan keuangan terhadap audit delay
(Chambers dan Penman, 1994) dan yang berhubungan dengan kelambatan
(audit delay) pelaporan serta faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaku pelaporan tepat waktu (Dyer dan McHugh, 1975 dalam
Wirakusuma, 2004). Dalam pelaksanaan audit diperlukan adanya
perencanaan audit yang salah satunya berupa penyusunan anggaran
waktu (time budget) yang secara sederhana menetapkan pedoman
mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit. Jika
anggaran waktu digunakan secara tepat akan menghasilkan sejumlah
manfaat. Akan tetapi, anggaran waktu yang tidak digunakan secara
tepat dapat merugikan. Anggaran waktu merupakan suatu pedoman
tetapi tidak absolut (Mumpui, 2011).Dyer dan McHugh (dalam Saputri,
2012) membagi keterlambatan atau lag menjadi tiga criteria yaitu:1.
Preliminary lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.2.
Auditors report lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal
laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.3.
Total lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh
bursa.2.1.6 Leverage Leverage yaitu kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajibannya (hutang-hutangnya), termasuk kewajibannya
kepada investor. Dalam penelitian Respati (2004), leverage
merupakan rasio yang mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah
dibiayai oleh penggunaan hutang. Dalam hal ini berarti leverage
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dari kewajiban. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung
perusahaan dibanding dengan aktivanya. Leverage sering pula disebut
solvabilitas. Menurut Carslaw & Kaplan (1991) menyatakan bahwa
proporsi relatif hutang terhadap total asset mengindikasikan
kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang
terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan
dapat meningkatkan kehati-hatian auditor terhadapat pemeriksaan
laporan keuangan yang diaudit. Hal ini disebabkan karena tingginya
proporsi hutang aka meningkatkan risiko kerugian perusahaan.
Keadaan seperti ini akan mempengaruhi likuiditas perusahaan yang
terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan (going concern).
Alasan yang dapat mendukung hubungan antara debt to assets ratio
adalah pertama, bahwa total debt to total assets ratio
mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to
total assets ratio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan
perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada
kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Kedua,
mengaudit hutang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan mengaudit modal. Biasanya mengaudit utang lebih melibatkan
banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal. Dengan
demikian leverage yang di ukur dengan total debt to total assets
ratio dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.
2.1.7 Profitabilitas
Menurut Hanafi dan Halim (dalam Yuliana, 2011) Profitabilitas
adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan selama periode tertentu. Dalam Supranoto (1990)
Profitabilitas adalah kemampuan suatu kesatuan usaha (entity) untuk
memperoleh laba. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja
yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang
ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar laba yang
dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang
dilakukan oleh perusahaan.
Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektifitas
yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan. Dasar pemikiran
bahwa tingkat keuntungan dipakai sebagai salah satu cara untuk
menilai keberhasilan efektifitas perusahaan, tentu saja berkaitan
dengan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan
yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan.
Perusahaan yang profitable memiliki insentif untuk menginformasikan
kinerja unggul mereka ke public dengan mengeluarkan laporan tahunan
secara tepat (Kartika,2009).Givoly dan Palmon (1982) berpendapat
bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan
dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika tingkat profitabilitas
perusahaan tinggi maka audit report lag akan lebih pendek
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas
yang rendah. Wirakusuma (2004) menyatakan bahwa perusahaan yang
melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur
waktu auditnya lebih lama dibandingkan waktu biasanya. Sebaliknya
jika perusahaan memperoleh tingkat laba yang tinggi maka auditor
diminta untuk segera menyelesaikan proses audit. Hal tersebut
dilakukan agar informasi yang good news dapat segera dipublikasikan
ke investor maupun ke masyarakat luas. 2.1.8 Operating Cash
FlowBerdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (2009), arus kas adalah
arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas (cash equivalent)
atau investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan
yang cepat dapat di jadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Arus Kas adalah
arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk
mempertahankan arus kas operasi dimasa mendatang (Brigham dan
Houston, 2001:47). Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa arus kas adalah arus kas masuk dan arus kas keluar atau
setara kas dalam periode tertentu yang berjangka pendek dalam
pengelolaan uang yang dimiliki perusahaan.Laporan arus kas
melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan
menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas
operasi dikaitkan dengan kegiatan memproduksi dan menyerahkan
barang, menyediakan jasa, serta transaksi lainnya yang
diperhitungkan dalam penentuan laba. Jumlah arus kas yang berasal
dari aktivitas operasi merupakan indikator yang tepat dalam
menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan
arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan
operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru
tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar
(Pradhono,2004).Dalam semua kondisi, investor sangat menghargai
arus kas operasi yang bernilai positif. Hanya dengan arus kas
operasi positif, perusahaan dapat melakukan investasi baru,
pembayaran bunga, pelunasan utang, dan pembagian dividen. Berbeda
dengan arus kas investasi dan arus kas pendanaan, arus kas operasi
sangat berhubungan dengan laba bersih di laporan laba rugi.
Informasi arus kas operasi berguna untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas. Informasi tersebut juga
meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai
perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan
akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang
sama.
2.1.9 Opini AuditMenurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA
29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian dikeluarkan jika laporan
keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yangn material,
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas telah
sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
tambahan (Unqualified Opinion with Explanatory Language)Pendapat
ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan
seorang auditor menambahkan penjelasan (bahasa penjelasan lain)
dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar
tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat ini dinyatakan bila laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
yang berdampak material.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor,
laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia.5.
Tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
Pernyataan untuk tidak memberikan pendapat terjadi apabila
auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk
memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan.
Pihak manajemen harus mengolah informasi tersebut dengan baik
untuk dilaporkan pada pihak yang berkepentingan. Jika manajemen
tidak bersedia mengolah informasi tersebut dengan baik, maka
laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan bisa mencerminkan
keadaan dari kondisi perusahaan. Dengan demikian, pihak-pihak yang
berkepentingan yang menggunakan laporan keuangan akan memandang
bahwa kinerja perusahaan tersebut buruk. Berdasarkan hasil
penelitian Carlsaw dan Kaplan (1991) untuk perusahaan yang tidak
menerima jenis pendapat akuntan unqualified opinion (WTP) akan
menunjukkan Audit report lag yang lebih panjang dibanding yang
menerima unqualified opinion. 2.1.10 Reputasi Kantor Akuntan Publik
(KAP)Perusahaan umumnya menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik
(KAP) untuk mengaudit laporan keuangan agar dapat akurat dan
terpercaya. Demi meningkatkan kredibilitas dari laporan tersebut,
perusahaan menggunakan jasa KAP yang memiliki reputasi atau nama
baik. Semakin baik reputasi dari sebuah KAP maka semakin baik pula
kualitas auditor. Kualitas auditor dapat diketahui dari besarnya
perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan
tahunan, berstandar pada apakah Kantor Akuntan Publik (KAP)
berfaliasi dengan the big four atau tidak. Di Indonesia, kategori
the big four meliputi sebagai berikut:1. KAP Price Watherhouse
Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto &
Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.
2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama
dengan KAP Sidharta & Widjaja.
3. KAP Ernest & Young (E&Y), bekerjasama dengan KAP
Prasetio, Sawoko & Sanjadja.
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan
KAP Hans Tuanakotta & Mustofa, Osmas Ramli Satrio &
Rekan.
KAP The Big Four umumnya memiliki sumber daya yang lebih besar
dibandingkan KAP non big four sehingga dapat melakukan audit dengan
lebih cepat dan efisien. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa
perusahaan yang diaudit oleh KAP the big four cenderung lebih cepat
menyelesaikan auditnya bila dibandingkan dengan perusahaan yang
diaudit oleh KAP non big four. KAP The Big Four membutuhkan waktu
yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut
dianggap melaksanakan audit lebih efisien dan memiliki tingkat
fleksibilitas jadwal. 2.1.11 Klasifikasi Industri
Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan
ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut,
istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing). Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri
didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga
kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan.
Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara
tersebut. Semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang
harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis
industrinya.Klasifikasi industri yang beragam menyebabkan
perbedaaan jangka waktu publikasi laporan keuangan. Dalam
penelitian ini, klasifikasi industri klasifikasi industri
didasarkan pada industri maufaktur dan industri non manufaktur.
Penglompokan industri ke dalam jenis industri manufaktur dan non
manufaktur dipilih karena industri manufaktur merupakan industri
manufaktur memiliki kompleksitas yang tinggi dalam menjalankan
operasional usahanya.2.1.12 Ukuran PerusahaanUkuran Perusahaan
dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan
dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Keputusan
ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan
menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang
memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan
perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas
seratus milyar.
Besar kecilnya ukuran perusahaan dipengaruhi oleh kompleksitas
operasional, variabilitas dan intensitas transaksi perusahaan yang
tentunya berpengaruh terhadap kecepatan dalam menyampaikan laporan
keuangan kepada publik. Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975), perusahaan
besar konsisten untuk lebih tepat waktu dibandingkan dengan
perusahaan kecil dalam mempublikasikan laporan keuangannya. Kondisi
ini menunjukkan bahwa semakin besarnya nilai aktiva perusahaan maka
akan semakin pendek waktu penundaan publikasi yang dibutuhkan dan
sebaliknya.
Sementara itu, menurut Boynton dan Kell (dalam Saputri, 2012),
ukuran perusahaan dapat berpengaruh positif terhadap audit delay,
yang artinya bahwa semakin besar ukuran sebuah perusahaan maka akan
semakin panjang pula penundaan penyampaian laporan keuangan kepada
publik. Kondisi tersebut terjadi karena semakin banyaknya jumlah
sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang
harus dilakukan. 2.2 Penelitian TerdahuluTerdapat banyak penelitian
yang meneliti tentang penundaan publikasi laporan keuangan.
Pertama, penelitian oleh Owusu-Ansah (2000) yang meneliti ketepatan
waktu pelaporan keuangan dari 47 perusahaan di Zimbabwe, yang
menguji variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, gearing
(kecepatan), item luar biasa, bulan dari akhir tahun keuangan,
kompleksitas operasi perusahaan dan umur perusahaan. Hasil
penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan,
kompleksitas operasi perusahaan, umur perusahaan dan bulan dari
akhir tahun keuangan berpengaruh terhadap audit reporting lead
time. Kemudian ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan
dan audit reporting lead time mempengaruhi kecepatan perusahaan
dalam mengumumkan pendapatan awalnya, tetapi hanya ukuran
perusahaan yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan akhir tahun yang telah diaudit.Kedua, penelitian yang
dilakukan oleh Dogan, et. al (2007) meneliti tentang hubungan
antara ketepatan waktu pelaporan keuangan dengan kinerja
perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa return on equity
(ROE), change net return (CNR) dan ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap kecepatan perusahaan dalam pelaporan keuangan.
Sedangkan change in financial risk (CFR), free float rate (FFR) dan
jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap kecepatan
perusahaan dalam pelaporan keuangan, serta rasio transaksi memiliki
hubungan yang terbalik dengan ketepatan waktu pelaporan
keuangan.
Ketiga, Katika (2009) melakukan penelitian tentang faktor faktor
yang mempengaruhi audit delay di Indonesia. Objek penelitian ini
adalah perusahaan perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2001 2005. Variabel independen yang digunakan
adalah laba/rugi perusahaa, opini auditor, ukuran perusahaan,
profitabilitas dan reputasi auditor. Berdasarkan analisis data yang
telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
audit delay di indonesia, maka dapat diambil kesimpulan faktor
total asset, laba rugi operasi, mempunyai pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap audit delay perusahaan. Opini dari auditor
punya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap audit delay
perusahaan. Faktor profit dan reputasi auditor tidak mempunyai
pengaruh terhadap audit delay perusahaan.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Melisya & Estralita
(2010) tentang faktor faktor yang mempengaruhi audit report lag
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel
independen yang digunakan adalah klasifikasi industry, laba/rugi
tahun berjalan, total asset, opini audit, debt to equity ratio, dan
ukuran KAP. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
klasifikasi industri, laba/rugi tahun berjalan. Dan ukuran KAP
berpengaruh terhadap audit report lag, sedangkan total asset, opini
audit dan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap audit
report lag.Kelima, Anna Yulianti (2011) melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay di
Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian pada
perusahaan peusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007 - 2008. Variabel yang digunakan antara lain
ukuran perusahaan, opini auditor, ukuran kantor akuntan publik,
solvabilitas dan profitabilitas. Hasil penelitian menunjukana bahwa
variabel dependen audit delay dipengaruhi oleh kelima variabel
independen yaitu ukuran perusahaan, opini auditor, ukuran kantor
akuntan publik, solvabilitas dan profitabilitas.
Keenam, Indriyani &Supriyati (2012) melakukan penelitian
tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag Perusahaan
Manufaktur di Indonesia dan Malaysia. Variabel independen yaitu
audit report lag, firm size, profitability, corporate income, debt
to equity ratio. Berdasarkan analisis data, hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa Audit report lag di Indonesia dan Malaysia
secara simultan dipengaruhi oleh Ukuran perusahaan, Profitabilitas,
Laba rugi perusahaan dan Debt to equity ratio. Ukuran perusahaan
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit report lag di
Indonesia dan di Malaysia. Debt to equity ratio secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Audit report lag di Indonesia.2.3
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, landasan teori dan hasil penelitian
sebelumnya, maka berikut disajikan kerangka pemikiran yang
dituangkan dalam model penelitian. Hubungan beberapa variabel di
atas dapat digambarkan sebagai berikut:Gambar 2.1
Model Penelitian
2.3.1 Hubungan Leverage dengan Penudaan Publikasi Laporan
KeuanganLeverage dinyatakan dengan debt to assets ratio. Menurut
Carslaw & Kaplan (1991) menyatakan bahwa proporsi relatif
hutang terhadap total asset mengindikasikan kondisi keuangan dari
perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva
akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan
kehati-hatian auditor terhadapat pemeriksaan laporan keuangan yang
diaudit. Hasil penelitian Yuliana dan Ardiati (2004) menemukan
adanya hubungan yang positif antara debt to asset ratio dengan
audit delay. Alasan yang dapat mendukung hubungan antara debt to
assets ratio adalah pertama, bahwa debt to assets ratio
mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proposi debt to assets
ratio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga
auditor akan meningkatkan perhatiaan bahwa ada kemungkinan laporan
keuangan kurang dapat dipercaya. Dengan demikian hipotesis
penelitian ini adalah:H1 : Leverage berpengaruh terhadap penundaan
publikasi laporan keuangan.2.3.2 Hubungan Profitabilitas dengan
Penudaan Publikasi Laporan KeuanganProfitabilitas suatu perusahaan
mencerminkan tingkat efektifitas yang dicapai oleh suatu
operasional perusahaan. Penelitian Givoly dan Palmon (1982)
berpendapat bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba
tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba
berisi berita baik maka pihak manajemen cenderung melaporkan tepat
waktu dan sebaliknya. Jika tingkat profitabilitas perusahaan tinggi
maka audit report lag akan lebih pendek dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang rendah. Tinggi
rendahnya Profitabilitas mempengaruhi lama atau cepatnya
penyampaian laporan keuangan seperti penelitian yang telah
dilakukan oleh Yugo Trianto (2006) pada perusahaan go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004. Hasil
penelitiannya telah membuktikan bahwa profitabilitas mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap audit report lag. Dengan demikian
hipotesis penelitian ini adalah:H2 : Profitabilitas berpengaruh
terhadap penundaan publikasi laporan keuangan.
2.3.3 Hubungan Operating Cash Flow dengan Penudaan Publikasi
Laporan Keuangan
Arus kas operasi dikaitkan dengan kegiatan memproduksi dan
menyerahkan barang, menyediakan jasa, serta transaksi lainnya yang
diperhitungkan dalam penentuan laba. Dalam semua kondisi, investor
sangat menghargai arus kas operasi yang bernilai positif. Jika arus
kas operasi positif, perusahaan dapat melakukan investasi baru,
pembayaran bunga, pelunasan utang, dan pembagian dividen. Arus kas
operasi sangat berhubungan dengan laba bersih di laporan laba rugi.
Hal tersebut yang membuat perusahaan secara tepat waktu
mempublikasikan laporan keuangan yang di dalamnya menyajikan arus
kas operasi yang bernilai positif. Dengan demikian hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut.H3 : Operating cash flow
berpengaruh terhadap penundaan publikasi laporan keuangan.
2.3.4 Hubungan Opini Auditor dengan Penundaan Publikasi Laporan
KeuanganKetepatan waktu publikasi laporan keuangan dipengaruhi oleh
opini audit yang diberikan oleh auditor independen. Berdasarkan
hasil penelitian Carlsaw dan Kaplan (1991) untuk perusahaan yang
tidak menerima jenis pendapat akuntan unqualified opinion (WTP)
akan menunjukkan audit report lag yang lebih panjang dibanding yang
menerima unqualified opinion. Demikian pula dengan penelitian yang
dilakukan olehYugo Trianto (2006) pada perusahaan go public tahun
2004 menemukan adanya pegaruh opini auditor terhadap audit delay.
Pada perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion
akan menunjukan audit delay yang lebih panjang dibandingkan dengan
perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion. Namun
menurut penelitian yang dilakukan Yulianti (2011) menyatakan bahwa
opini auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2007-2008. Dengan demikian maka hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut.H4 : Opini auditor berpengaruh terhadap penundaan
publikasi laporan keuangan.
F.3.5 Hubungan Reputasi KAP dengan Penundaan Publikasi Laporan
KeuanganPerusahaan menggunakan jasa KAP yang memiliki reputasi atau
nama baik. Reputasi KAP dapat menunjukkan kualitas auditor.
Kualitas auditor dapat diketahui dari besarnya perusahaan audit
yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, berstandar
pada apakah Kantor Akuntan Publik (KAP) berfaliasi dengan the big
four atau tidak. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa perusahaan yang
diaudit oleh KAP the big four cenderung lebih cepat menyelesaikan
auditnya bila dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP
non big four. Supriyati Yuliasri Rolinda (2007:123) telah
membuktikan bahwa ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap
Audit Delay studi empiris pada perusahaan manufaktur dan finansial
di Indonesia pada tahun 2004-2005 hal ini dikarenakan sebagian
besar perusahaan sudah menggunakan jasa audit Kantor Akuntan Publik
the big four yang dapat melakukan auditnya dengan cepat dan
efisien. Menurut Rahcmawati (2008) dalam penelitiannya tentang
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan timeliness
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menyatakan
bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Sementara hasil penelitian Stevanny Margaretta dan Gatot Supriyanto
(2012) menyatakan bahwa reputasi kantor akuntan publik (KAP) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap keterlambatan waktu
penyampaian laporan keuangan. Dengan demikian maka hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut.H5 : Reputasi KAP berpengaruh
terhadap penundaan publikasi laporan keuanganBAB III
METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu
metode pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil
analisis untuk mendapatkan informasi guna penarikan kesimpulan dan
pengambilan keputusan Kuncoro (2009). Bentuk dari penelitian ini
adalah penelitian kausalita, yaitu penelitian yang menguji hubungan
antara variabel. Penelitian ini mencari, menjelaskan suatu
hubungan, dan menguji berdasarkan teori yang ada (Rahyuda
dkk,2004:17). Penelitian ini menjelaskan pengaruh variabel
leverage, profitabilitas, operating cash flow, opini auditor dan
reputasi KAP pada perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada perusahaan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 dengan mengakses
website www.idx.co.id. Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai ruang
lingkup penelitian karena memiliki catatan historis yang lengkap
mengenai perusahaan yang telah go public.G.3 Obyek PenelitianObjek
penelitian adalah konsep konsep yang digunakan dalam penelitian,
dapat berupa hal hal biasa dan hal hal yang tidak kongkrit
(Rahyuda, dkk, 2004:53). Objek penelitian ini adalah ketepatwaktuan
perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan auditan ke
publik. 3.4 Identifikasi VariabelVariabel variabel yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Variabel terikat atau dependent variable (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:59).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jangka waktu penundaan
publikasi laporan keuangan.2) Variabel bebas atau independent
variable (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi penyebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
(Sugiyono, 2009:59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
bebas dalam penelitian ini adalah :
(1) leverage
(X1)
(2) profitabilitas
(X2)(3) operating cash flow
(X3) (4) opini auditor
(X4)(5) reputasi KAP
(X5)3) Variabel KontrolVariabel kontrol adalah variabel yang
berfungsi untuk menstabilkan pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan variabel klasifikasi industri dan ukuran perusahaan
sebagai variabel kontrol.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan suatu definisi yang dinyatakan
dalam bentuk istilah yang diuji secara spesifik atau dengan
pengukuran tertentu. Definisi operasional variabel-variabel pada
penelitian ini dipaparkan sebagai berikut:
1) Penundaan Publikasi Laporan Keuangan (Y)Penundaan Publikasi
Laporan Keuangan adalah rentang waktu yang dibutuhkan perusahaan
dalam mempublikasikan laporan keuangan hasil auditan kepada publik,
yang diukur dari tanggal diterbitkannya laporan auditan hingga
tanggal publikasi laporan keuangan auditan kepada Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam).2) Leverage (X1)Leverage yaitu kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajibannya (hutang-hutangnya), termasuk
kewajibannya kepada investor. Dalam penelitian ini, leverage
dihitung berdasarkan debt to total asset.
Leverage = 3) Profitabilitas (X2)Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dapat diukur
dengan rasio Return On Assets (ROA).
ROA = 4) Operating Cash Flow (X3)Arus kas operasi dikaitkan
dengan kegiatan memproduksi dan menyerahkan barang, menyediakan
jasa, serta transaksi lainnya yang diperhitungkan dalam penentuan
laba.
5) Opini Auditor (X4)Opini Auditor merupakan variabel dummy.
Untuk perusahaan dengan laporan keuangan yang unqualified opinion
(WTP) diberi angka 1 dan yang tidak unqualified opinion (WTP)
diberi angka 0.6) Reputasi KAPReputasi KAP merupakan variabel
dummy. Untuk perusahaan yang menggunakan jasa KAP the big four
diberi angka 1 dan yang KAP non big four diberi angka 0.
7) Klasifikasi IndustriKlasifikasi industri merupakan variabel
dummy. Jika perusahaan merupakan jenis manufaktur diberi angka 1
dan perusahaan non manufaktur diberi angka 0.8) Ukuran
PerusahaanUkuran perusahaan merupakan variabel dummy. Jika
perusahaan merupakan perusahaan besar diberi angka 1 dan perusahaan
kecil diberi angka 0.3.6 Jenis dan Sumber data
3.6.1 Jenis data
Berdasarkan jenisnya, data dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
data kualitatif dan data kuantitatif.
1) Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka yang dapat
dinyatakan dan diukur dengan satuan hitung (Rahyuda,dkk., 2004:75).
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah rentang waktu
penundaan publikasi laporan keuangan, leverage,profitabilitas, dan
operating cash flow.2) Data kualitatif yaitu data yang dapat
dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, skema dan gambar (Rahyuda,
dkk., 2004:75). Data kualitatif penelitian ini yaitu daftar nama
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta
data mengenai klasifikasi industri, opini auditor dan reputasi
KAP.3.6.2 Sumber data
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder. Menurut
Rahyuda, dkk. (2004:76) sumber data sekunder adalah sumber yang
secara tidak langsung memberikan sumber data kepada pengumpul data.
Jadi data sekunder berasal dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya.
Dalam penelitian ini sumber data sekunder diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012 dengan mengakses website www.idx.co.id.G.7
Metode Penentuan Sampel
3.7.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang ciri
cirinya akan diduga (Rahyuda, dkk., 2004:41). Populasi dari
penelitian ini adalah keseluruhan perusahaan perusahaan yang
terdaftar di BEI pada periode tahun 2012.3.7.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Rahyuda, dkk., 2004:42). Metode sampling yang
digunakan adalah purposive sampling, di mana sampel diambil
berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Kriteria kriteria
tersebut adalah:
1. Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan
tahunan kepada Bapepam pada tahun 2012, dimana di dalamnya terdapat
data dan informasi yang dapat digunakan dalam penelitian ini serta
laporan keuangan tahunan 2012 tersebut telah diaudit dan disertai
dengan laporan auditor independen.3.8 Metode Pengumpulan data
Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi non-partisipan
yang merupakan metode pengumpulan di mana peneliti tidak terlibat
langsung dalam kegiatan penelitian dan hanya sebagai pengamat
independen (Sugiyono, 2010:202). Dalam penelitian ini data yang
diperoleh dari proses observasi non-partisipan ini yaitu data-data
mengenai laporan keuangan tahunan dan laporan audit perusahaan
peusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012.3.9 Teknik Analisis
Data
3.9.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Pada penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh leverage,
profitabilitas, operating cash flow, opini audit dan reputasi KAP
terhadap penundaan publikasi laporan keuangan auditan dapat
digunakan teknik analisis regresi linear berganda. Perhitungan
statistik disebut signifikan bila nilai uji statistiknya berada
dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak) dan sebaliknya
disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah
dimana H0 diterima. Model regresi linear berganda ditunjukkan oleh
persamaan regresi berikut (Sugiyono, 2010:277):
Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6 + 7X7 e....(1)
Keterangan:
Y: Penundaan Publikasi LK
: konstanta
1-5 : koefisien regresi variabel X1 hingga X5X1: Leverage
X2: Profitabilitas
X3: Operating Cash Flow
X4: Opini Auditor
X5: Reputasi KAPX6: Klasifikasi IndustriX7: Ukuran Perusahaane:
standar error3.9.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang
meliputi:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel residualnya mempunyai distribusi normal atau
tidak normal. Model regresi yang baik adalah data yang
terdistribusi normal (Ghozali, 2011:160). Caranya adalah dengan
menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov. Jika Asymp. Sig
(2-tailed) lebih besar dari level of significant yang dipakai, maka
dapat disimpulkan bahwa residual yang dianalisis berdistribusi
normal.
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi anatar kesalahan pada pariode t dengan periode t-1
(Ghozali, 2011:110). Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas autokorelasi. Model dari regresi yang bebas dari autokorelasi
dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson (DW). Nilai DW dibandingkan
dengan nilai table Durbin-Watson (DW) stastistik dengan tingkat
kesalahan 0,05 maka pengambilan keputusan ada atau tidaknya
autokorelasi yaitu:
a) Bila du < dw < (4-du), maka tidak terjadi
autokorelasi.
b) Bila dw < dL, maka terjadi autokorelasi positif.
c) Bila dw > (4- dL), maka terjadi autokorelasi negative.
d) Bila dL < dw < du, maka tidak dapat ditarik kesimpulan
mengenai ada atau tidaknya autokorelasi.
3) Uji Multikolinearitas
Ghozali (2011:105) menyatakan bahwa uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat
dilihat dari nilai tolerance dan lawannya dan yang kedua dilihat
nilai variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
indenpenden yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai
VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Dengan kata lain, tidak
terjadi multikolinearitas adalah yang memiliki nilai Variance
Inflation Factor (VIF) < 10 dan mempunyai angka tolerance >
0.1 (Imam Ghozali, 2009:96).4) Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2011:139) menjelaskan bahwa uji heteroskedastistas
bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homokedastisitas, atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas digunakan
metode Glejser yaitu dengan meregresi nilai absolut residual dari
model yang diestimasi terhadap variabel independen.
Leverage (X1)
Profitabilitas (X2)
Operating Cash Flow (X3)
Opini Auditor (X4)
Reputasi KAP (X5)
Penundaaan Publikasi LK(Y)
Klasifikasi Industri (X5)
Ukuran Perusahaan
1