1 PROPOSAL SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI MATEMATIKA PADA STKIP ANDI MATAPPA PANGKEP I. Identitas Mahasiswa Nama : AMALIYAH NUR NPM : 910 84202 009 Jurusan : Ilmu Pendidikan Program Studi : Matematika II. Judul PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR REPRESENTASI MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MA’RANG III. Rencana Isi : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PROPOSAL SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN
MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI MATEMATIKA
PADA STKIP ANDI MATAPPA PANGKEP
I. Identitas Mahasiswa
Nama : AMALIYAH NUR
NPM : 910 84202 009
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Program Studi : Matematika
II. Judul
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR
REPRESENTASI MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 1 MA’RANG
III. Rencana Isi :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
2
Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
seutuhnya dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan
tetapi, pendidikan dewasa ini masih dirasakan
adanya permasalahan yang belum seutuhnya
terpecahkan, bermula dari perencanaan,
penyelenggaraan, begitu pula hasil yang dicapai
belum seluruhnya memenuhi harapan.
Pada penyelenggaraan penidikan yang efektif,
hasil belajar yang baik dan memuaskan adalah
merupakan harapan orang tua peserta didik dan
seluruh pihak yang terkait. Namun harapan tersebut
seringkali tidak terwujud, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain siswa itu sendiri,
materi pelajaran, guru, orang tua, dan strategi
belajar mengajar dari yang disipkan guru paling
tidak harus menguasai materi yang diajarkan dan
tampil mengajarkan.
Proses belajar yang terjadi akhir-akhir ini
hanya merupakan transfer ilmu pengetahuan dari
3
guru kepada siswa, artinya siswa datang kesekolah,
duduk, mendengarkan, mencatat apa yang diberikan
oleh guru lalu pulang tanpa adanya penguasaan dari
materi yang telah diajarkan oleh guru, rasa malas
pun muncul karena kurangnya pemahaman. Sesuai
dengan fakta tersebut berarti tujuan belajar siswa
hanya sekedar ingin mendapatkan dan menerima
pengetahuan. Hal semacam ini dapat mengakibatkan
kecenderungan anak terjadi pasif, karena hanya
menerima informasi dan pengetahuan dari guru. Jadi
gurulah yang memegang posisi kunci dari proses
belajar mengajar di kelas, sedangkan siswa sebagai
obyek pelajar yang pasif. Pembelajaran seperti ini
terjadi sangat abstrak dan teoritis serta tidak
memperhatikan pengalaman siswa sehingga akan cepat
bosan dan jenuh belajar di kelas.
Matematika sebagai salah satu bidang studi
atau mata pelajaran kurang diminati bahkan
ditakuti oleh siswa pada umumnya. Hal ini
disebabkan karena matematika dianggap sulit dan
4
bersifat abstrak. Siswa kurang menghayati dan
memahami konsep-konsep matematika, siswa mengalami
kesulitan mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari. Rendahnya hasil belajar
matematika juga disebabkan oleh lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berfikirnya. Padahal pada dasarnya matematika di
SMP Negeri 1 Ma’rang ini sebagian merupakan
pengulangan dan pendalaman dari materi SD, tetapi
guru masih cenderung merasa kesulitan dalam
menambahkan konsep matematika pada siswa. Sebab
selama ini matematika yang diajarkan masih
menggunakan pendekatan konvensional. Siswa hanya
menerima rumus diperoleh, siswa hanya mendengarkan
dan mencatat, siswa belajar sendiri, jarang ada
diskusi antar siswa atau guru. Dalam menyelesaikan
soal matematika siswa hanya berlaku sebagai
pengguna rumus dengan menggunakannya secara
prosedural.
5
Peranan model pendekatan Kontekstual pada
pembelajaran matematika terhadap kemampuan
Representasi matematik merupakan konsep belajar yang
bukan hanya terfokus pada siswa atau pada guru
saja dengan model pendekatakan Contextual Teaching and
Learning (CTL). Lebih seimbang karena siswa dan guru
aktif dalm pembelajaran. Selain itu, juga membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
antara pengetahuan siswa. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa.
Pendekatan kontekstual merupakan salah satu
bentuk pembelajaran yang dapat digunakan dalam
belajar matematika yang lebih bermakna. Pendekatan
kontekstual adalah pendekatan pembelajaran dimana
guru mengaitkan secara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dalam penerapannya dalam kehidupan
6
sehari-hari . Dengan pendekatan ini siswa diajak
untuk membentuk konsep dengan menemukan rumus
suatu materi, sehingga keaktifan siswa dapat
tercapai.
Sedangkan Representasi matematik sangat berperan
dalam membantu kemampuan pembelajaran matematika
siswa, dimana representasi siswa dapat memberikan
informasi guru mengenai bagaimana siswa berfikir
mengenai suatu konteks atau ide matematika,
tentang cara bagaimana siswa mengemukakan gagasan
atau pemahamannya sendiri pada konsep matematik
dapat berupa kombinasi dari sesuatu yang tertulis
diatas kertas, sesuatu yang eksis dalam bentuk
obyek fisik dan susunan ide-ide yang berkonstruksi
didalam pikiran seseorang
Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda
untuk mengkonstruksikan pengetahuannya. Dalam hal
ini, sangat memungkinkan bagi siswa untuk mencoba
berbagai macam representasi dalam memahami suatu
konsep. Selain itu representasi juga berperan
7
dalam proses penyelesaian masalah matematik.
Sebagaimana dinyatakan oleh Brenner bahwa proses
pemecahan masalah yang sukses bergantung kepada
keterampilan merepresentasi masalah seperti
mengkonstruksi dan menggunakan representasi
matematik didalam kata-kata, grafik, tabel, dan
persamaan-persamaan, penyelesaian dan manipulasi
simbol (Neria & Amit, 2004: 409)
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
mengangkat permasalahan dengan judul “Peranan
Pendekatan Kontekstual Pada Pembelajaran Matematika
Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 1 Ma’rang”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hasil belajar matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ma’rang
8
yang diajar dengan pendekatakatan
Kontekstual dan Representasi Matematik?
2. Bagaimana hasil belajar matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ma’rang
yang diajar dengan pendekatan
konvensional?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil
belajar matematika siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Ma’rang sebelum dan
sesudah penerapan Pendekatan Kontekstual
Terhadap Kemampuan Representasi Matematik
dan pendekatan konvensional ?
4. Berapa perbedaan hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri
1 Ma’rang setelah penerapan Pendekatan
Konteksual Terhadap Kemampuan Representasi
Matematik ?
C. Tujuan Penelitian
9
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah
dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian
ini adalah :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar
matematika dengan melalui pendekatan
kontekstual pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Ma’rang
2. Mendeskripsikan kendala-kendala yang di
hadapi guru dalam penerapan pendekatan
kontekstual untuk meningkatkan hasil
belajar matematika pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Ma’rang
3. Memaparkan cara mengatasi kendala-kendala
penerapan pendekatan kontekstual untuk
meningkatkan hasil belajar mtematika kelas
VIII SMP Negeri 1 Ma’rang
D. Manfaat Yang Diharapakan :
1. Hasil penelitian ini nanti secara teoritis
diharapkan dapat memberikan sumbangan
kepada pembelajaran mtematika, umumnya
10
pada peningkatan mutu pendidikan melalui
pembelajaran metode kontekstual
2. Bagi guru mata pelajaran matematika, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi
salah satu bahan masukan dalam rangka
menetapkan penggunaan pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi yang diajarkan.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini
diharapkan dapat di jadikan sebagai salah
satu dasar pemikiran dalam rangka
pelaksanaan penelitian yang relevan dalam
ruang yang lebih luas.
E. Batasan Masalah :
1. Materi yang diajarkan pada penelitian
eksprimen, terbatas pada pokok bahasan Sistem
Persamaan Dua Variabel yang meliputi :
a. Menentukan nilai variabel persamaan linear
dua variabel dalam konteks nyata.
11
b. Membuat dan menyelesaikan model matematika
dari masalah nyata yang berkaitan dengan
permasalahan linear dua variabel.
2. Pada postest menggunakan kompetensi dasar yang
sama yaitu mengidentifikasi masalah dengan
sistem persamaan linear dua variabel dengan
indikator soal sebagai berikut :
a. Pada postest indikator soalnya meliputi :
1. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan
dengan sistem persamaan linear dua
variabel dan sistem persamaan linear dua
variabel dengan menggunakan pendekatan
kontekstual pada hasil representasi
matematik.
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan sistem persamaan linear dua
variabel dengan menggunakan pendekatan
kontekstual pada hasil representasi
matematik.
12
3. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan
dengan sistem persamaan linear dua
variabel dengan menggunakan pendekatan
kontekstual pada hasil representasi
matematik.
4. Menyusun model Matematika dari masalah
yang berkaitan dengan sistem persamaan
linaer dua variabel dengan menggunakan
pendekatan kontekstual pada hasil
representasi matematik.
5. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan
sistem persamaan linear dua variabel
menggunakan pendekatan kontekstual pada
hasil representasi matematik.
13
BAB II
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR REPRESENTASI
MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MA’RANG
A. Hakekat Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terpogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar. Jadi,
dalam kegiatan pembelajaran dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui instruksi antara
peserta didik, peserta didik dengan pendidik, dan
sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompotensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi, baik
14
terpusat pada guru maupu terpusat pada siswa. Oleh
karena itu, guru harus mampu menguasai materi yang
diajarkan. Selain menguasai materi yang diajarkan,
guru harus pula memahami teori belajar agar
partisipasi intelektual siswa dalam pembelajaran
terjadi secara optimal.
Menurut Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari
(2012:10) “Pembelajaran adalah suatu usaha yang
sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan
profesional yang dimiliki guru untuk mencapai
tujuan kurikulum”.
Jadi, pembelajaran adalah suatu aktivitas
yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai
kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu
tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.
Sedangkan definisi belajar dalam Kamus Bahasa
Indonesia (KBBI) menurut para ahli adalah :
a. Menurut Gagne, belajar adalah proses
dimana suatu organisme berbah
perilakunya akibat dari pengalaman.
15
b. Menurut Robert M Gagne, belajar adalah
suatu proses yang kompleks dari hasil
belajar tanpa kapabilitas timbulnya
kapabilitas disebabkan simulasi yang
berasal dari lingkungan dan proses
kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
Berdasarkan definisi belajar tersebut
dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya
berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah
sebagai akibat pengalaman yang berasal dari
lingkungan. Dari pengertian tersebut tersirat
bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya
perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar
mengajar di kelas, seorang guru perlu menyiapkan
atau merencanakan beerbagai pengalaman belajar
yang di berikan pada peserta didik dan pengalaman
berlajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Menurut A.M (1986: 28-31) Tujuan
belajar adalah sebagai berikut :
16
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
2. Penanaman konsep dan keterampilan
3. Pembentukan sikap.
B. Tujuan Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan
mencipta teknologi dimasa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP,
2006).
Mata pelajaran matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah
dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis,
kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Kompotensi tersebut di perlukan agar peserta didik
dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,
dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
17
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif.
Mata pelajaran matematika bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau alogaritma,
secara liwes, akurat, efisien, dan teepat,
dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pad pola sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
18
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas kesalahan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
C. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran yang menunjuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifanya sangat umum,
didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu.
Inovasi pendidikan telah banyak dihasilkan
melalui kajian secara teoritis dan empiris, tetapi
diseminasi dan sosialisasinya masih belum berhasil
19
mengubah praktik pembelajaran. Salah satu inovasi
pendidikan tersebut adalah strategi pembelajaran
yang dapat mendorong siswa membangun pengetahuan
yang dikenal dengan pendekatan kontekstual
(Contextual Teaching and Learning). Srategi ini masih
bertentangan dengan praktik pembelajaran yang
selama ini berlangsung, yakni strategi yang
mendorong siswa menghafal seperangkat fakta atau
konsep, dimana guru menjadi satu-satunya sumber
pengetahuan bagi siswa.
Kata kontekstual diambil dari Bahasa Inggris
yaitu contextual kemudian diserap ke dalam Bahasa
Indonesia menjadi kontekstual. Konteks membawa
maksud keadaan, situasi dan kejadian. Sacara umum,
kontekstual memiliki arti:
1. Berkenaan dengan relevan, ada hubungan atau
kaitan langsung, mengikut konteks; dan
2. Membawa maksud, makna dan kepentingan
(meaningful).
20
Berdasarkan makna yang terkandung
dalam kata kontekstual tersebut, maka terbentuk
kaidah kontekstual. Kaidah kontekstual yaitu
kaidah yang dibentuk berasaskan pada maksud
kontekstual itu sendiri. Dalam pembelajaran
(penguasaan materi pembelajaran) yang berkenaan
atau relevan bagi mereka
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching
and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat.
Dalam konteks ini siswa perlu
mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam
status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang
mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti.
21
Sehingga, akan membuat mereka memposisikan
sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal
yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa
akan berusaha untuk menanggapinya.
Landasan filosofi pendekatan kontekstual
adalah konstrutivisme, yaitu filosofi belajar
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya
sekedar menghafal tetapi mengkonstruksikan atau
membangun pengetahuan dan keterampilan baru
lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka
alami dalam kehidupannya
Dalam kehidupannya, siswa berperan
sebagai: anggota keluarga, siswa, dan warga
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran di harapkan lebih bermakna bagi
siswa. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual
menekankan pada kemampuan yaitu: (1) kemampuan
menghubungkan materi pembelajaran dengan dunia
nyata; dan (2) kemampuan aplikatif dalam
kehidupan siswa.
22
1. Tujuan Pendekatan Kontekstual
Tujuan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
membantu para siswa dengan cara yang tepat untuk
mengaitkan makna pada pelajaran-pelajaran
akademik mereka. Ketika para siswa menemukan
makna di dalam pelajaran mereka, mereka akan
belajar dan ingat apa yang mereka pelajari.
Contextual Teaching and Learning (CTL) membuat siswa
mampu menghubungkan sisi dari subjek-subjek
akademik dengan konteks kehidupan kesaharian
mereka untuk menemukan makna. Hal itu memperluas
konteks pribadi mereka. Kemudian, dengan
memberikan pengalaman-pengalaman baru yang
merangsang otak, membuat hubungan-hubungan baru
dan membantu mereka menemukan makna baru.
Menurut Isriani Hardini, Dewi Puspitasari
(2012: 62) “Contextual Teaching and Learning (CTL)
Jonvier,C (1987). Problem of Refresentations in the Theaching andLearning of Mathematics. Hillsdele.NewJersey/London: Lawrence Erlbaum.
Kalatil, R.R, C Sherin, MG. (2000). Role of StudentsRefrentations in the Mathematics Clasroom. InB. Fishman & S. O’Connor. Divelbis (Eds).Fourth International Comperence of the Learning Sciences(pp. 27-28). Mahwah, NV: Erlbaum.
Neria, D & Amit, M. (2004). Students Preference of Non-Algebraic-Representations in Mathematical Communation.Proceedings of the 28 th Comperence of the International Group for thePsychology of Mathematical Education. 2004. Vol 3 pp 409-416
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompotensi. Konsep;Karekteristik, dan Implementasi. Bandung: RemajaRosdakarya.
Mudzakkir (2006). Strategi Pembelajaran “Think-Talk-Write” untukMeningkatkan Kemampuan Matematik Beragam Siswa SMP.Tesis pada program Pasca Sarjana UPI Bandung.
Rohayati. A (2005). Mengembangkan Kemampuan Kritis Siswadalam Matematika Melalui Pembelajaran dengan PendekatanKontekstual. Tesis pada program Pasca SarjanaUPI Bandung.