Top Banner
1 PROPOSAL SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI MATEMATIKA PADA STKIP ANDI MATAPPA PANGKEP I. Identitas Mahasiswa Nama : AMALIYAH NUR NPM : 910 84202 009 Jurusan : Ilmu Pendidikan Program Studi : Matematika II. Judul PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR REPRESENTASI MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MA’RANG III. Rencana Isi : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
79

Penerapan Pendekatan Kontekstual

Feb 27, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Penerapan Pendekatan Kontekstual

1

PROPOSAL SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN

MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN JURUSAN

ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI MATEMATIKA

PADA STKIP ANDI MATAPPA PANGKEP

I. Identitas Mahasiswa

Nama : AMALIYAH NUR

NPM : 910 84202 009

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Program Studi : Matematika

II. Judul

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR

REPRESENTASI MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 1 MA’RANG

III. Rencana Isi :

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Page 2: Penerapan Pendekatan Kontekstual

2

Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia

bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia

seutuhnya dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan

tetapi, pendidikan dewasa ini masih dirasakan

adanya permasalahan yang belum seutuhnya

terpecahkan, bermula dari perencanaan,

penyelenggaraan, begitu pula hasil yang dicapai

belum seluruhnya memenuhi harapan.

Pada penyelenggaraan penidikan yang efektif,

hasil belajar yang baik dan memuaskan adalah

merupakan harapan orang tua peserta didik dan

seluruh pihak yang terkait. Namun harapan tersebut

seringkali tidak terwujud, hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain siswa itu sendiri,

materi pelajaran, guru, orang tua, dan strategi

belajar mengajar dari yang disipkan guru paling

tidak harus menguasai materi yang diajarkan dan

tampil mengajarkan.

Proses belajar yang terjadi akhir-akhir ini

hanya merupakan transfer ilmu pengetahuan dari

Page 3: Penerapan Pendekatan Kontekstual

3

guru kepada siswa, artinya siswa datang kesekolah,

duduk, mendengarkan, mencatat apa yang diberikan

oleh guru lalu pulang tanpa adanya penguasaan dari

materi yang telah diajarkan oleh guru, rasa malas

pun muncul karena kurangnya pemahaman. Sesuai

dengan fakta tersebut berarti tujuan belajar siswa

hanya sekedar ingin mendapatkan dan menerima

pengetahuan. Hal semacam ini dapat mengakibatkan

kecenderungan anak terjadi pasif, karena hanya

menerima informasi dan pengetahuan dari guru. Jadi

gurulah yang memegang posisi kunci dari proses

belajar mengajar di kelas, sedangkan siswa sebagai

obyek pelajar yang pasif. Pembelajaran seperti ini

terjadi sangat abstrak dan teoritis serta tidak

memperhatikan pengalaman siswa sehingga akan cepat

bosan dan jenuh belajar di kelas.

Matematika sebagai salah satu bidang studi

atau mata pelajaran kurang diminati bahkan

ditakuti oleh siswa pada umumnya. Hal ini

disebabkan karena matematika dianggap sulit dan

Page 4: Penerapan Pendekatan Kontekstual

4

bersifat abstrak. Siswa kurang menghayati dan

memahami konsep-konsep matematika, siswa mengalami

kesulitan mengaplikasikan matematika dalam

kehidupan sehari-hari. Rendahnya hasil belajar

matematika juga disebabkan oleh lemahnya proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa

kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan

berfikirnya. Padahal pada dasarnya matematika di

SMP Negeri 1 Ma’rang ini sebagian merupakan

pengulangan dan pendalaman dari materi SD, tetapi

guru masih cenderung merasa kesulitan dalam

menambahkan konsep matematika pada siswa. Sebab

selama ini matematika yang diajarkan masih

menggunakan pendekatan konvensional. Siswa hanya

menerima rumus diperoleh, siswa hanya mendengarkan

dan mencatat, siswa belajar sendiri, jarang ada

diskusi antar siswa atau guru. Dalam menyelesaikan

soal matematika siswa hanya berlaku sebagai

pengguna rumus dengan menggunakannya secara

prosedural.

Page 5: Penerapan Pendekatan Kontekstual

5

Peranan model pendekatan Kontekstual pada

pembelajaran matematika terhadap kemampuan

Representasi matematik merupakan konsep belajar yang

bukan hanya terfokus pada siswa atau pada guru

saja dengan model pendekatakan Contextual Teaching and

Learning (CTL). Lebih seimbang karena siswa dan guru

aktif dalm pembelajaran. Selain itu, juga membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

antara pengetahuan siswa. Dengan konsep itu, hasil

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk

kegiatan siswa.

Pendekatan kontekstual merupakan salah satu

bentuk pembelajaran yang dapat digunakan dalam

belajar matematika yang lebih bermakna. Pendekatan

kontekstual adalah pendekatan pembelajaran dimana

guru mengaitkan secara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dalam penerapannya dalam kehidupan

Page 6: Penerapan Pendekatan Kontekstual

6

sehari-hari . Dengan pendekatan ini siswa diajak

untuk membentuk konsep dengan menemukan rumus

suatu materi, sehingga keaktifan siswa dapat

tercapai.

Sedangkan Representasi matematik sangat berperan

dalam membantu kemampuan pembelajaran matematika

siswa, dimana representasi siswa dapat memberikan

informasi guru mengenai bagaimana siswa berfikir

mengenai suatu konteks atau ide matematika,

tentang cara bagaimana siswa mengemukakan gagasan

atau pemahamannya sendiri pada konsep matematik

dapat berupa kombinasi dari sesuatu yang tertulis

diatas kertas, sesuatu yang eksis dalam bentuk

obyek fisik dan susunan ide-ide yang berkonstruksi

didalam pikiran seseorang

Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda

untuk mengkonstruksikan pengetahuannya. Dalam hal

ini, sangat memungkinkan bagi siswa untuk mencoba

berbagai macam representasi dalam memahami suatu

konsep. Selain itu representasi juga berperan

Page 7: Penerapan Pendekatan Kontekstual

7

dalam proses penyelesaian masalah matematik.

Sebagaimana dinyatakan oleh Brenner bahwa proses

pemecahan masalah yang sukses bergantung kepada

keterampilan merepresentasi masalah seperti

mengkonstruksi dan menggunakan representasi

matematik didalam kata-kata, grafik, tabel, dan

persamaan-persamaan, penyelesaian dan manipulasi

simbol (Neria & Amit, 2004: 409)

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti

mengangkat permasalahan dengan judul “Peranan

Pendekatan Kontekstual Pada Pembelajaran Matematika

Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Siswa Kelas

VIII SMP Negeri 1 Ma’rang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang

telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hasil belajar matematika

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ma’rang

Page 8: Penerapan Pendekatan Kontekstual

8

yang diajar dengan pendekatakatan

Kontekstual dan Representasi Matematik?

2. Bagaimana hasil belajar matematika

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ma’rang

yang diajar dengan pendekatan

konvensional?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil

belajar matematika siswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Ma’rang sebelum dan

sesudah penerapan Pendekatan Kontekstual

Terhadap Kemampuan Representasi Matematik

dan pendekatan konvensional ?

4. Berapa perbedaan hasil belajar

matematika siswa kelas VIII SMP Negeri

1 Ma’rang setelah penerapan Pendekatan

Konteksual Terhadap Kemampuan Representasi

Matematik ?

C. Tujuan Penelitian

Page 9: Penerapan Pendekatan Kontekstual

9

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah

dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Untuk meningkatkan hasil belajar

matematika dengan melalui pendekatan

kontekstual pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Ma’rang

2. Mendeskripsikan kendala-kendala yang di

hadapi guru dalam penerapan pendekatan

kontekstual untuk meningkatkan hasil

belajar matematika pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Ma’rang

3. Memaparkan cara mengatasi kendala-kendala

penerapan pendekatan kontekstual untuk

meningkatkan hasil belajar mtematika kelas

VIII SMP Negeri 1 Ma’rang

D. Manfaat Yang Diharapakan :

1. Hasil penelitian ini nanti secara teoritis

diharapkan dapat memberikan sumbangan

kepada pembelajaran mtematika, umumnya

Page 10: Penerapan Pendekatan Kontekstual

10

pada peningkatan mutu pendidikan melalui

pembelajaran metode kontekstual

2. Bagi guru mata pelajaran matematika, hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi

salah satu bahan masukan dalam rangka

menetapkan penggunaan pendekatan

pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik materi yang diajarkan.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini

diharapkan dapat di jadikan sebagai salah

satu dasar pemikiran dalam rangka

pelaksanaan penelitian yang relevan dalam

ruang yang lebih luas.

E. Batasan Masalah :

1. Materi yang diajarkan pada penelitian

eksprimen, terbatas pada pokok bahasan Sistem

Persamaan Dua Variabel yang meliputi :

a. Menentukan nilai variabel persamaan linear

dua variabel dalam konteks nyata.

Page 11: Penerapan Pendekatan Kontekstual

11

b. Membuat dan menyelesaikan model matematika

dari masalah nyata yang berkaitan dengan

permasalahan linear dua variabel.

2. Pada postest menggunakan kompetensi dasar yang

sama yaitu mengidentifikasi masalah dengan

sistem persamaan linear dua variabel dengan

indikator soal sebagai berikut :

a. Pada postest indikator soalnya meliputi :

1. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan

dengan sistem persamaan linear dua

variabel dan sistem persamaan linear dua

variabel dengan menggunakan pendekatan

kontekstual pada hasil representasi

matematik.

2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan sistem persamaan linear dua

variabel dengan menggunakan pendekatan

kontekstual pada hasil representasi

matematik.

Page 12: Penerapan Pendekatan Kontekstual

12

3. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan

dengan sistem persamaan linear dua

variabel dengan menggunakan pendekatan

kontekstual pada hasil representasi

matematik.

4. Menyusun model Matematika dari masalah

yang berkaitan dengan sistem persamaan

linaer dua variabel dengan menggunakan

pendekatan kontekstual pada hasil

representasi matematik.

5. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan

sistem persamaan linear dua variabel

menggunakan pendekatan kontekstual pada

hasil representasi matematik.

Page 13: Penerapan Pendekatan Kontekstual

13

BAB II

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR REPRESENTASI

MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MA’RANG

A. Hakekat Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara

terpogram dalam desain instruksional, untuk

membuat siswa belajar secara aktif, yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar. Jadi,

dalam kegiatan pembelajaran dirancang untuk

memberikan pengalaman belajar yang melibatkan

proses mental dan fisik melalui instruksi antara

peserta didik, peserta didik dengan pendidik, dan

sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian

kompotensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang

dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan

pendekatan pembelajaran yang bervariasi, baik

Page 14: Penerapan Pendekatan Kontekstual

14

terpusat pada guru maupu terpusat pada siswa. Oleh

karena itu, guru harus mampu menguasai materi yang

diajarkan. Selain menguasai materi yang diajarkan,

guru harus pula memahami teori belajar agar

partisipasi intelektual siswa dalam pembelajaran

terjadi secara optimal.

Menurut Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari

(2012:10) “Pembelajaran adalah suatu usaha yang

sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan

profesional yang dimiliki guru untuk mencapai

tujuan kurikulum”.

Jadi, pembelajaran adalah suatu aktivitas

yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai

kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu

tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.

Sedangkan definisi belajar dalam Kamus Bahasa

Indonesia (KBBI) menurut para ahli adalah :

a. Menurut Gagne, belajar adalah proses

dimana suatu organisme berbah

perilakunya akibat dari pengalaman.

Page 15: Penerapan Pendekatan Kontekstual

15

b. Menurut Robert M Gagne, belajar adalah

suatu proses yang kompleks dari hasil

belajar tanpa kapabilitas timbulnya

kapabilitas disebabkan simulasi yang

berasal dari lingkungan dan proses

kognitif yang dilakukan oleh pelajar.

Berdasarkan definisi belajar tersebut

dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya

berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah

sebagai akibat pengalaman yang berasal dari

lingkungan. Dari pengertian tersebut tersirat

bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya

perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar

mengajar di kelas, seorang guru perlu menyiapkan

atau merencanakan beerbagai pengalaman belajar

yang di berikan pada peserta didik dan pengalaman

berlajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Menurut A.M (1986: 28-31) Tujuan

belajar adalah sebagai berikut :

Page 16: Penerapan Pendekatan Kontekstual

16

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

2. Penanaman konsep dan keterampilan

3. Pembentukan sikap.

B. Tujuan Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang

mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

peran penting dalam berbagai disiplin dan

memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan

mencipta teknologi dimasa depan diperlukan

penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP,

2006).

Mata pelajaran matematika perlu diberikan

kepada semua peserta didik mulai dari sekolah

dasar untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis,

kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

Kompotensi tersebut di perlukan agar peserta didik

dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,

dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup

Page 17: Penerapan Pendekatan Kontekstual

17

pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan

kompetitif.

Mata pelajaran matematika bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan

keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau alogaritma,

secara liwes, akurat, efisien, dan teepat,

dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pad pola sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam

membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

Page 18: Penerapan Pendekatan Kontekstual

18

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas kesalahan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap

ulet dan percaya diri dalam pemecahan

masalah.

C. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik

tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran yang menunjuk pada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifanya sangat umum,

didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan,

dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoritis tertentu.

Inovasi pendidikan telah banyak dihasilkan

melalui kajian secara teoritis dan empiris, tetapi

diseminasi dan sosialisasinya masih belum berhasil

Page 19: Penerapan Pendekatan Kontekstual

19

mengubah praktik pembelajaran. Salah satu inovasi

pendidikan tersebut adalah strategi pembelajaran

yang dapat mendorong siswa membangun pengetahuan

yang dikenal dengan pendekatan kontekstual

(Contextual Teaching and Learning). Srategi ini masih

bertentangan dengan praktik pembelajaran yang

selama ini berlangsung, yakni strategi yang

mendorong siswa menghafal seperangkat fakta atau

konsep, dimana guru menjadi satu-satunya sumber

pengetahuan bagi siswa.

Kata kontekstual diambil dari Bahasa Inggris

yaitu contextual kemudian diserap ke dalam Bahasa

Indonesia menjadi kontekstual. Konteks membawa

maksud keadaan, situasi dan kejadian. Sacara umum,

kontekstual memiliki arti:

1. Berkenaan dengan relevan, ada hubungan atau

kaitan langsung, mengikut konteks; dan

2. Membawa maksud, makna dan kepentingan

(meaningful).

Page 20: Penerapan Pendekatan Kontekstual

20

Berdasarkan makna yang terkandung

dalam kata kontekstual tersebut, maka terbentuk

kaidah kontekstual. Kaidah kontekstual yaitu

kaidah yang dibentuk berasaskan pada maksud

kontekstual itu sendiri. Dalam pembelajaran

(penguasaan materi pembelajaran) yang berkenaan

atau relevan bagi mereka

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching

and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga

dan masyarakat.

Dalam konteks ini siswa perlu

mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam

status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang

mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti.

Page 21: Penerapan Pendekatan Kontekstual

21

Sehingga, akan membuat mereka memposisikan

sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal

yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa

akan berusaha untuk menanggapinya.

Landasan filosofi pendekatan kontekstual

adalah konstrutivisme, yaitu filosofi belajar

yang menekankan bahwa belajar tidak hanya

sekedar menghafal tetapi mengkonstruksikan atau

membangun pengetahuan dan keterampilan baru

lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka

alami dalam kehidupannya

Dalam kehidupannya, siswa berperan

sebagai: anggota keluarga, siswa, dan warga

masyarakat. Dengan konsep itu, hasil

pembelajaran di harapkan lebih bermakna bagi

siswa. Dengan kata lain, pendekatan kontekstual

menekankan pada kemampuan yaitu: (1) kemampuan

menghubungkan materi pembelajaran dengan dunia

nyata; dan (2) kemampuan aplikatif dalam

kehidupan siswa.

Page 22: Penerapan Pendekatan Kontekstual

22

1. Tujuan Pendekatan Kontekstual

Tujuan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

membantu para siswa dengan cara yang tepat untuk

mengaitkan makna pada pelajaran-pelajaran

akademik mereka. Ketika para siswa menemukan

makna di dalam pelajaran mereka, mereka akan

belajar dan ingat apa yang mereka pelajari.

Contextual Teaching and Learning (CTL) membuat siswa

mampu menghubungkan sisi dari subjek-subjek

akademik dengan konteks kehidupan kesaharian

mereka untuk menemukan makna. Hal itu memperluas

konteks pribadi mereka. Kemudian, dengan

memberikan pengalaman-pengalaman baru yang

merangsang otak, membuat hubungan-hubungan baru

dan membantu mereka menemukan makna baru.

Menurut Isriani Hardini, Dewi Puspitasari

(2012: 62) “Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan konsep pembelajaran yang menekankan

pada keterkaitan antara materi pembelajaran

dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta

Page 23: Penerapan Pendekatan Kontekstual

23

didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil pelajaran dalam kehidupan

sehari-hari.”

Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut

meliputi lima elemen yang harus di perhatikan

dalam pembelajaran kontekstual menurut pemikiran

Zahorik (dalam Mulyasa, 2003) sebagai berikut :

1. Pembelajaran harus memerhatikan

pengetahuan yang sudah dimiliki oleh

peserta didik.

2. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan

(global) menuju bagian-bagiannya secara

khusus (dari umum ke khusus)

3. Pembelajaran harus di tekankan pada

pemahaman, dengan cara : (a) menysusun

konsep sementara; (b) melakukan sharing

untuk memperoleh masukan dan tanggapan

dari orang lain; dan (c) merevisi dan

mengembangkan konsep.

Page 24: Penerapan Pendekatan Kontekstual

24

4. Pembelajaran ditekankan pada upaya

mempaktikkan secara langsung apa-apa

yang dipelajari.

5. Adanya refleksi terhadap strategi

pembelajaran dan pengembangan

pengetahuan yang di pelajari.

2. Karakteristik Pembelajaran Munggunakan Pendekatan

Kontekstual

Terdapat lima karakteristik penting dalam

proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan

Kontekstual seperti di jelaskan oleh Dr. Wina

Sanjaya, M.Pd. (2005: 110), sebagai berikut :

1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan

pengetahuan yang sudah ada (Activtinging

Knowledge), artinya apa yang dipelajari

tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah

dipelajari, dengan demikian pengetahuan

yang akan diperoleh siswa adalah

pengetahuan yang utuh yang memiliki

keterkaitan satu sama lain.

Page 25: Penerapan Pendekatan Kontekstual

25

2. Pembelajaran Kontekstual adalah belajar

dalam rangka memperoleh dan menambah

pengetahuan baru (Acquiring Knowledge).

Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara

deduktif, artinya pembelajaran dimulai

dengan mempelajari secara keseluruhan,

kemudian memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (Understanding

Knowledge), artinya pengetahuan yang

diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk

dipahami dan diyakini, misalnya dengan

cara meminta tanggapan dari yang lain

tentang pengetahuan yang diperolehnya dan

berdasarkan tanggapan tersebut baru

pengetahuan itu yang dikembangkan.

4. Memperaktikkan pengetahuan dan pengalaman

tersebut (Applying Knowledge), artinya

pengetahuan dan pengalaman yang

diperolehnya dan berdasarkan tanggapan

tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

Page 26: Penerapan Pendekatan Kontekstual

26

5. Melakukan refleksi (Reflecting Knowledge)

terhadap strategi pengembangan pengetahuan.

Hal ini dilakuakan sebagai umpan balik

untuk proses perbaikan atau penyempurnaan

strategi.

3. Penggunaan Pendekatan Kontekstual dalam

Pembelajaran Matematika

Dari sekian banyak pendekatan pembelajaran

yang dapat dilakukan oleh guru di kelas, terdapat

salah satu pendekatan yang disebut Pendekatan

Kontekstual (Contextual Teaching Learning). Dengan

pendekatan ini diharapkan siswa lebih cepat

memaknai persoalan-persoalan yang dihadapi dalam

pembelajaran matematika, serta mampu menyelesaikam

persolan-persoalan itu melalui pengetahuan yang

dimilikinya.

Pendekatan Kontekstual lahir didasarkan pada

hasil penelitian John Dewey (1916) yang

menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik

apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah

Page 27: Penerapan Pendekatan Kontekstual

27

diketahui dengan kegiatan atau peristiwa yang akan

terjadi di sekelilingnya. Pembelajaran ini

menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer

ilmu pengetahuan itu dapat dimanfaatkan. Hal ini

terjadi karena cara mereka memproses tujuan dan

memotivasi untuk belajar tidak tersentuh melalui

kaidah pengajaran yang bisa dilakukan.

Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu

konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi

dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran

di harapkan lebih brmakna bagi siswa. Proses

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk

kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan

menerima, bukan menerima transfer pengetahuan dari

guru. Strategi pembelajaran lebih di pentingkan

daripada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu

Page 28: Penerapan Pendekatan Kontekstual

28

mengerti apa makna belajar, apa manfaatya, dan

bagaimana mencapainya.

Suherman, Erman (2003: 3) berpendapat,

“Pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching

Learning) adalah pembelajaran yang dimulai dengan

mengambil (mensimulasikanm menceritakan, berdialog)

kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari

yang dialami siswa kemudian diangkat menjadi konsep

yang dibahas.”

Menurut Nurhadi dan A.G. Sendul (2003: 31),

“Pembelajaran Kontekstual melibatkan tujuh komponen

utama pembelajaran, yaitu :

1. Konstruktivisme

1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari

pengalaman baru berdasar pada

pengetahuan awal.

2) Pembelajaran harus dikemas menjadi

proses “mengkonstruksi” bukan menerima

pengetahuan.

Page 29: Penerapan Pendekatan Kontekstual

29

2. Inquiry

1) Proses pemindahan dari pengamatan

menjadi pemahaman

2) Siswa belajar menggunakan keterampilan

berfikir kritis

3. Questioning (bertanya)

1) Kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing dan menilai kemampuan

berfikir siswa.

2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting

dalm pembelajaran yang berbasis inquiry

4. Learning Community (Komunitas Belajar)

1) Sekelompok orang yang terikat dalam

kegiatan belajar.

2) Bekerja sama dengan orang lain lebih

baik daripada belajar sendiri

3) Tukar pengalaman.

4) Tukar pengalaman.

5) Berbagi Ide.

5. Modeling (Pemodelan)

Page 30: Penerapan Pendekatan Kontekstual

30

1) Proses penampilan suatu contoh agar

orang lain berfikir, bekerja dan

belajar.

2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar

siswa mengerjakannya.

6. Reflection (Refleksi)

1) Cara berfikir tentang apa yang telah

kita pelajari

2) Mencatat apa yang telah dipelajari

3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi

kelompok.

7. Authentic Assesment (Penilaian yang Sebenarnya)

1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan

siswa

2) Penilaian Produk (kinerja)

3) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

Suatu kelas dikatakan

menggunakan pendekatan pembelajaran Kontekstual

apabila menerapkan ketujuh komponen tersebut

dalam proses pembelajarannya.

Page 31: Penerapan Pendekatan Kontekstual

31

Langkah-langkah pembelajaran Kontekstual

menurut Depdiknas (2002: 10) adalah sebagai

berikut :

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan

belajar lebih bermakna dengan cara bekerja

sendiri, menemukan sendiri dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya (Contstruktivisme)

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri

untuk semua topik. (Inquiry)

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan

bertanya (Qustioning)

4. Ciptakan masyarakat belajar atau belajar

dalam kelompok-kelompok (Learning Community)

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

(Modeling)

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan

(Reflection)

Page 32: Penerapan Pendekatan Kontekstual

32

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dan

objektif dengan berbagai cara (Authentic

Assesment)

Penggunaan pendekatan Kontekstual dalam

pembelajaran Matematka meupakan salah satu

alternatif untuk menyajikan pembelajaran matematika

lebih menarik dilihat dari karakteristik pendekatan

tersebut. Pembelajaran akan lebih bermakna jika

dimulai dari apa yang diketahui siswa, dan siswa

mengalami sendiri proses pembelajaran tersebut

sehingga bisa mengkonstruksi pengetahuan baru yang

diperolehnya dari pengetahuan yang sudah di miliki.

Dalam setiap pembelajaran matematika, guru

harus memulai menggali materi pembelajaran dari apa

yang dimiliki siswa. Hal inilah yang sering

dilupkan guru. Selama ini seorang guru matematika

lebih ering memaksakan pola pikirnya terhadap

siswa, daripada memberi kesempatan seluas-luasnya

kepada siswa untuk mengeksplorasi. Sudah saatnya

Page 33: Penerapan Pendekatan Kontekstual

33

guru menyadari betul bahwa siswa memiliki sejumlah

pengetahuan yang harus di kembangkan melalui proses

pembelajaran yang di rancang guru.

Ada lima elemen yang harus di perhatikan dalam

praktek pembelajaran Kontekstual :

1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.

2. Pemerolehan pengetahuan baru dengan cara

mempelajari keseluruhan dulu, kemudiann

memperhatikan detail-detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan dengan cara penyusunan

konsep sementara, melakukan sharing untuk

memperoleh tanggapan, proses revisi dan

pemgembangan konsep.

4. Memperaktekan pengetahuan dan pengalaman yang

di peroleh.

5. Melakukan refleksi terhadap pengembangan

pengetahuan tersebut.

4. Peran Guru dalam Pendekatan Kontekstual

Page 34: Penerapan Pendekatan Kontekstual

34

Tugas guru dalam pembelajaran Kontekstual

adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya.

Maksudnya guru lebih berurusan dengan strategi

daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola

kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan

sesuatu yang baru bagi siswa. Proses belajar lebih

di warnai student centered daripada teacher centered.

Menurut Depdiknas tugas guru harus

melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :

1. Mengkaji konsep atau teori yang akan di

pelajari siswa.

2. Memahami latar belakang dan pengalaman

hidup siswa melalui proses pengkajian

secara seksama.

3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat

tinggal siswa untuk memilih dan

mengaitkan dengan konsep yang akan di

bahas dalam pendekatan Kontekstual.

4. Merancang pembelajaran dengan mengaitkan

konsep yang di pelajari dengan

Page 35: Penerapan Pendekatan Kontekstual

35

mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki

siswa dan lingkungan hidup mereka.

5. Menjadi fasilitator proses belajar siswa.

5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual

Kelebihan

Dalam pendekatan kontekstual siswa akan

lebih percaya diri dalam mengumpkankan apa

yang mereka lihat dalam kehidupan nyata,

dan membuat mereka siap menghadapi

masalah-masalah yang biasa muncul dalam

kehidupan sehari-hari.

Lebih menyenangkan karena siswa tidak

jenuh dengan pembelajaran yang menonton

dalam kelas. Selain itu dengan

pembelajaran dengan konteks alam membuat

siswa akan lebih peka mencintai lingkungan

dan menjaga kelestarian lingkungan yang

ada disekitarnya dan lebih peka terhadap

alam. Dilain pihak guru lebih berperan

Page 36: Penerapan Pendekatan Kontekstual

36

dalam menentukan tema pembelajaran yang

akan dilangsungkan.

Kekurangan

Waktu yang digunakan kurang efisien karena

membutuhkan waktu yang cukup mengaitkan

tema dengan materi. Dan bila di terapkan

pada kelas kecil seperti siswa kelas 1 dan

2.

Guru kesulitan menciptakan kelas yang

kondisif. Menurut kami pada siswa kelas

awal jika diajak pembelajaran di luar

kelas siswa akan sulit diatur, dan

membutuhkan pengawasan ekstra karena pada

umumnya siswa memiliki keingintahuan yang

sangat besar.

Pembelajaran kontekstual lebih menitikberatkan

hubungan antara materi yang dipelajari siswa

dengan kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-

hari akan menekankan kebosanan siswa saat

mempelajari konsep matemtika dan meningkatkan

Page 37: Penerapan Pendekatan Kontekstual

37

minat siswa dalam pembelajaran kontekstual

melibatkan tujuh komponen utama, yakni :

6. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan

Tradisional

1. Kontekstual

Pemilihan informasi berdasarkan

kebutuhan siswa

Siswa terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran

Pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata/masalah yang

disimulasikan

Selalu mengaitkan informasi dengan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Cenderung mengintegrasikan beberapa

bidang

2. Tradisional

Pemilihan informasi yang ditentukan

oleh guru

Siswa secara pasif menerima informasi

Page 38: Penerapan Pendekatan Kontekstual

38

Pembelajaran secara teoretis

Memberikkan tumpukan informasi kepada

siswa sampai saatnya diperlukan

Cenderung terfokus pada satu bidang

(disiplin) tertentu

7. Penerapan Pendekatan Kontekstual

Contextual Teaching and Learning (CTL),

dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,

sehingga bidang studi apa saja, dan kelas yang

bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) dalam kelas cukup mudah.

Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut:

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan

belajar lebih bermakna dengan cara bekerja

sendiri , dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri

untuk semua topik.

Page 39: Penerapan Pendekatan Kontekstual

39

c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan

bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar.

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan

berbagai cara.

D. Representasi Matematik

Konsep tentang representasi merupakan

salah satu konsep psikologi yang digunakan dalam

pendidikan matematika untuk menjelaskan beberapa

penomena penting tentang cara berfikir anak-anak

(Jonvier dalam Radford, 2001). Namun sebelumnya

Davis, dkk (dalam Jonvier, 1987) menyatakan bahwa

sebuah representasi dapat berupa kombinasi dari

sesuatu yang tertulis diatas kertas, sesuatu yang

eksis dalam bentuk obyek fisik dan susunan ide-ide

yang terkonstruksi didalam pikiran seseorang.

Sebuah representasi dapat dianggap sebagai sebuah

kombinasi dari tiga komponen: simbol (tertulis),

Page 40: Penerapan Pendekatan Kontekstual

40

obyek nyata, dan gambaran mental. Kalathil dan

Sherin (2000) lebih sederhana menyatakan bahwa

segala sesuatu yang dibuat siswa untuk

mengekternalisasikan dan memperlihatkan kerjanya

disebut representasi. Dalam pengertian yang paling

umum, representasi adalah suatu kongfigurasi yang

dapat menggambarkan sesuatu lain dalam beberapa

cara (Goldin, 2002).

1) Bentuk-Bentuk Indikator Representasi

Matematik :

a. Representasi visual; diagram, tabel atau

grafik, dan gambar :

Menyajikan kembali data atau

informasi dari suatu representasi ke

representasi diagram, grafik, atau

tabel.

Menggunakan representasi visual

untuk menyelesaikan masalah

Membuat pola-pola geometri

Page 41: Penerapan Pendekatan Kontekstual

41

Membuat gambar bangun geometri untuk

memperjelas masalah dan

mengfasilitasi penyelesaiannya

b. Persamaan atau ekspresi matematik

Membuat persamaan atau ekspresi

matematik dan representasi lain yang

diberikan

Membuat konjektur dari suatu pola

bilangan

Penyelesaian masalah dari suatu

ekspresi matematis

c. Kata-kata atau teks tertulis

Membuat situasi masalah berdasarkan

data atau representasi yang

diberikan

Menuliskan interpretasi dari suatu

representasi

Menyusun cerita yang sesuai dengan

suatu representasi yang disajikan

Page 42: Penerapan Pendekatan Kontekstual

42

Menuliskan langkah-langkah

penyelesaian masalah dengan kata-

kata atau teks tertulis

Membuat dan menjawab pertanyaan

dengan menggunakan kata-kata atau

teks tertulis. (Mudzakkir, 2006:

47)

Dalam kasus-kasus tertentu,

representasi mempunyai kaitan erat dengan konsep

matematika, seperti grafik dengan fungsi, yang

sulit untuk memahami dan memperoleh konsep tanpa

menggunakan representasi tertentu. Namun,

representasi tidak dapat menggambarkan secara

seksama konsep matematika, karena memberikan

informasi hanya untuk bagian aspeknya saja.

Didalam representasi matematik terdapat

empat gagasan dalam memahami konsep, diantaranya :

1. Representasi dapat dipandang sebagai

abstarksi internal dari ide-ide matematika

Page 43: Penerapan Pendekatan Kontekstual

43

atau skemata kognitif yang dibangun oleh

siswa melalui pengalaman.

2. Sebagai reproduksi mental dari keadaan mental

yang sebelumnya.

3. Sebagai sajian secara strukur melalui gambar,

simbol ataupun lambang.

4. Sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang

mewakili sesuatu yang lain.

1. Manfaat dan Nilai Tambah Representasi Matematik

Beberapa manfaat atau nilai tambah yang

diperoleh guru atau siswa sebagai hasil

pembelajaran yang melibatkan representasi

matematik adalah sebagai berikut :

1) Pembelajaran yang menekankan

representasi akan menyediakan suatu

konteks yang kaya untuk pembelajaran

guru

2) Meningkatkan pemahaman siswa

3) Menjadikan representasi sebagai alat

konseptual

Page 44: Penerapan Pendekatan Kontekstual

44

4) Meningkatkan kemampuan siswa dalam

menghubungkan representasi matematik

dengan koneksi sebagai alat pemahaman

masalah

5) Menghindarkan atau meminimalisir

terjadinya miskonsepsi.

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)

(Mudzakkir, 2006: 18) menyatakan bahwa

representasi merupakan salah satu kunci

keterampilan komunikasi matematik. Secara tidak

langsung hal ini mengindikasikan bahwa proses

pembelajaran yang menekankan pada kemampuan

representasi akan melatih siswa dalam komunikasi

matematik.

Secara umum represntasi selalu digunakan ketika

siswa mempelajari matematik. Hal ini terlihat 70%,

ciri khas komunikasi matematik berkaitan dengan

represntasi. Menurut Goldin (Mudzakkir, 2006: 19)

represntasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau

susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau

Page 45: Penerapan Pendekatan Kontekstual

45

melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Sedangkan

Downs dan Downs dalam sumber yang sama menyebutkan

bahwa represntasi merupakan konstruksi matematik

yang dapat menggambarkan aspek-aspek kontstruksi

matematik lainnya. Dalam hal ini, diantara dua

buah konstruksi matematik haruslah terdapat suatu

berkaitan sehingga satu sama lain tak saling

bebas, bahkan suatu konstruksi saling memberi

peran penting untuk membentuk konstruksi lainya.

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)

(Mudzakkir, 2006: 20) mengungkapkan beberapa hal

berikut :

a. Proses representasi melibatkan penerjemahan

masalah atau ide ke dalam bentuk baru

b. Proses representasi termasuk pengubahan diagram

atau model fisik ke dalam simbol – simbol atau

kata-kata

c. Proses representasi juga dapat di gunakan dalam

penerjemahan atau penganalisasian masalah

verbal untuk membuat maknanya menjadi jelas.

Page 46: Penerapan Pendekatan Kontekstual

46

Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa representasi matematik merupakan

gambaran, penerjemahan, pengungkapan,

penunjukkan kembali, pelambangan, atau bahkan

pemodelan ide, gagasan, konsep matematik, dan

hubungan diantaranya yang termuat dalam suatu

konfigurasi, konstruksi, atau situasi tertentu

yang ditampilkan siswa dalam berbagai bentuk

sebagai upaya memperoleh kejelasan makna,

menunjukkan pemahamannya atau mencari solusi

yang dari masalah yang dihadapinya.

Representasi tidak hanya merujuk pada

hasil atau produk yang diwujudkan dalam bentuk

konfigurasi atau konstruksi baru, tetapi

juga ,melibatkan proses berfikir yang dilakukan

untuk menangkap dan memahami konsep, operasi,

atau hubungan-hubungan matematik lainnya dalam

suatu konfigurasi. Dengan demikian proses

representasi matematik dapat di bedakan menjadi

Page 47: Penerapan Pendekatan Kontekstual

47

dua tahap, yaitu secara internal, dan

eksternal.

Representasi internal merupakan proses

berfikir tentang ide-ide matematik yang

memungkinkan seorang bekerja atas dasar ide

tersebut (Hibert dan Charpenter dalam

Mudzakkir, 2006: 21). Pada intinya representasi

internal sangat berkaitan dengan proses

mendaptkan kembali pengetahuan yang telah di

peroleh dan disimpan dalam ingatan serta

relevan dengan kebutuhan untuk digunakan ketika

diperlukan. Proses tersebut sangat terkait erat

dengan pengkodean pengalaman masalalu. Proses

representasi internal ini tentu tidak bisa

diamati secara kesat mata dan tidak dapat

dinilai secara langsung karena aktivitas mental

(minds on) dalam pikiran seseorang.

Sedangkan representasi eksternal adalah

hasil perwujudan dalam menggambarkan apa-apa

yang dikerjakan siswa secara internal atau

Page 48: Penerapan Pendekatan Kontekstual

48

representasi internal (Goldin dalam Muzakkir,

2006: 22). Hasil perwujudan ini dapat

diungkapkan baik secara lisan, tulisan dalam

bentuk kata-kata, simbol, ekspresi, atau notasi

matematik, gambat, grafik, diagram, tabel, atau

objek fisik berupa alat peraga.

2. Manfaat Representasi Matematik

Beberapa manfaat atau nilai yang di

perloleh guru atau siswa sebagai hasil

pembelajaran yang melibatkan representasi

matematik adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran yang menekankan representasi

akan menyedikan suatu konteks yang kaya untuk

pembelajaran guru

2. Meningkatkan pemahaman siswa

3. Menjadikan representasi sebgai alat

konseptual

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam

menggabungkan representasi matematik dengan

koneksi sebagai alat pemecahan masalah

Page 49: Penerapan Pendekatan Kontekstual

49

5. Menghindarkan atau meminimalisir terjadinya

miskonsepsi

E. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar yang dicapai seseorang dapat

menjadi indikator tentang batas kemampuan,

kesanggupan, prnguasaan seseorang tentang

pengetahuan, keterampilan, sikap, atau nilai yang

dimiliki oleh orang itu dalam satu pekerjaan.

Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar

siswa, maka harus dilakukan evaluasi belajar atau

penilaian. Penilaian merupakan salah satu unsur

penting dalam rangkaian proses belajar mengajar

maka dengan penilaian seorang guru dapat

mengetahui sejauh mana penguasaan materi anak

tersebut hasil belajar ditunjukkan dengan angka-

angka yang di peroleh dari hasil pemberian tes dan

sebagainya dari kegiatan belajar mengajar

tersebut.

Setelah menerima proses belajar maka siswa

diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang

Page 50: Penerapan Pendekatan Kontekstual

50

disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.

Menurut Sudjana (2004: 22), “Hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya”. Sedangkan

menurut Howart Kingsley dalam bukunya Sudjana

membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1).

Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan

pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita Dari

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan

keterampilan yang diperoleh siswa seterlah ia

menerima perlakuan yang ddiberikan oleh guru

sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu

dalam kehidupan sehari-hari. Dibawah ini ada lima

kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar

yaitu :

Page 51: Penerapan Pendekatan Kontekstual

51

1) Keterampilan intelektual, sejumlah

pengetahuan mulai dari baca, tulis, hitung

sampai kepada pemikiran yang rumit;

2) Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan

brfikir seseorang di dalam arti seluas-

luasnya, termasuk kemampuan memecahkan

masalah;

3) Informasi verbal pengetahuan dalam arti

informasi fakta;

4) Keterampilan motorik yang di peroleh

disekolah, antara lain keterampilan menulis,

mengetik dan sebagainya;

5) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah

sertai intensitas emosional yang dimiliki

seseorang.

Dari beberapa definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar matemtika

adalah tingkat pemahaman dan penguasaan yang

diperoleh siswa berupa pengetahuan,

keterampilan, dan perubahan sikap setelah

Page 52: Penerapan Pendekatan Kontekstual

52

mengkuti proses pembelajaran matematika

dengan menggunakan ujian sebagai alat

evaluasi atau hasil belajar yang di peroleh

siswa sebelum dan sesudah penerapan perlakuan

dalam pembelajaran matematika. Hasil belajar

yang dimaksud adalah skor yang diperoleh dari

tes belajar yaitu tes awal dan tes akhir

terhadap materi yang diajarkan.

F. Kerangka Berfikir

Belajar merupakan kebutuhan bagi setiap

orang. Pengetahuan dan keterampilan seseorang

diperoleh melalui belajar. Keberhasilan siswa

dalam proses belajar mengajar diperoleh banyak

faktor intern dan faktor ekstren. Selama ini

matematika diajarkan masih menggunakan pendekatan

konvensional. Siswa hanya menerima rumus tanpa

tahu darimana rumus itu diperoleh, siswa hanya

mendengarkan dan mencatat, siswa belajar sendiri,

jarang ada diskusi antar siswa atau dengan guru.

Dalam menyelesaikan soal matematika siswa hanya

Page 53: Penerapan Pendekatan Kontekstual

53

berlaku sebagai pengguna rumus dengan

menggunakannya secara prosedural.

Dalam matematika yang sangat diperlukan

adalah penguasaan konsep. Selama belajarm jika

siswa hanya menghafal prosedur penyelesaian soal,

maka tidak ada kebermaknaan dalam belajar

matematika. Oleh karena itu diperlukan suatu

pendekatan pembelajaran yang dapat menimbulkan

kebermaknaan dalam belajar matematika agar siswaa

menguasai konsepnya dan siswa mampu menerapkan

matematika dalam menyelesaikan masalah sehari-

hari.

Pendekatan kontekstual merupakan salah saatu

bentuk pembelajaran yang dapat digunakan dalam

belajar matematika yang lebih bermakna. Pendekatan

kontekstual adalah pendekatan pembelajaran dimana

guru mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswaa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dalam penerapannya dalam kehidupan

Page 54: Penerapan Pendekatan Kontekstual

54

sehari-hari. Dengan pendekatan ini siswa diajak

untuk membentuk konsep dengan menggunakan rumus

suatu materi, sehingga keaktifan siswa dapat

tercapai.

Konsep tentang representasi merupakan salah

satu konsep psikologi yang digunakan dalam

pendidikan matematika. Sebuah representasi dapat

berupa kombinasi dari sesuatu yang tertulis diatas

kertas, sesuatu yang eksis dalam bentuk obyek

fisik dan susunan ide-ide yang terkonstruksi

didalam fikiran seseorang. Sebuah representasi

dianggap sebgai sebuah kombinasi dari tiga

komponen simbol (tertulis), obyek nyatam dan

gambaran mental.

Representasi matematik merupakan gambaran,

penerjemahan, pengungkapan, penunjukkan kembali,

pelambangan, atau bahkan pemodelan ide, gagasan,

konsep matematik dan hubungan diantranya yang

termuat dalam suatu kongfigurasi, konstruksi, atau

situasi yang ditampilkan siswa dalam berbagai

Page 55: Penerapan Pendekatan Kontekstual

55

bentuk upaya memperoleh kejelasan makna,

menunjukkan pemahamannya atau mencari solusi dari

masalah yang dihadapinya.

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian yang telah

dinyatakan dalam bentuk pernyataaan.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka di

kemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah

“Ada perbedaan hasil belajar matematika kelas VIII

SMP Negeri 1 Ma’rang setelah penerapan Pendekatan

Kontekstual dalam kemampuan Representasi Matematik pada

pembelajaran matematika.

Untuk keperluan analisis maka hipotesis

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

Dimana :

Page 56: Penerapan Pendekatan Kontekstual

56

H0 = Tidak ada perbedaan

hasil belajar dengan penggunaan

pendekatan kontekstual terhadap kemampuan

representasi matematik

H1 = Ada perbedaan antar hasil belajar

dengan peggunaan pendekatan kontestual

terhadap kemampuan representasi matematik

µ1 = Rata-rata hasil belajar siswa sebelum

mengikuti pembelajaran pendekatan

kontekstual terhadap kemampuan representasi

matematik

µ2 = Rata-rata hasil belajar siswa sesudah

mengikuti pembelajaran pendekatan

kontesktual dan representasi matematik

Page 57: Penerapan Pendekatan Kontekstual

57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan

eksperimen semu (quisexperimental). Penelitian

ini merupakan penelitian eksperimen semu,

dimana terdapat dua kelas yang dipilih secara

random untuk di bandingkan, yang bertujuan

mengungkapkan perbandingan hasil belajar

matematika melalui pendekatan konteksual.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 1

Ma’rang, beralamat di Kelurahan Bonto-bonto,

Page 58: Penerapan Pendekatan Kontekstual

58

Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti

semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan

penlitian populasi atau studi sensus (Sabar,

2007).

Jadi populasi bukan hanya orang, tapi juga

obyek dan benda-benda alam lain. Populasi juga

bukan sekedar jumlah yang ada pada

obyek/subyek yang dipelajari tetapi meliputi

karakeristiksifat yang dimiliki oleh subyek

atau obyek itu.

Populasi penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ma’rang, Kab.

Pangkajene dan Kepulauan

2. Sampel

Page 59: Penerapan Pendekatan Kontekstual

59

Pengertian dari sampel adalah sebagian dari

subyek dalam poulasi yang diteliti, yang sudah

tentu mampu secara representative dapat

mewakili populasinya (Sabar, 2007)

Penarikan sampel dilakukan dengan metode

sensus (sampel jenuh) sehingga terpilih kelas

VIII SMP Negeri 1 Ma’rang

C. Desain Penelitian

Desain Eksperimen dengan jenis Postest-only

Control Group dengan desain ini menggunakan dua

kelompok subjek. Postest-Only Control Group Design

dipilih untuk menentukan pengaruh perlakuan

(kelas yang diajar dengan pendekatan kontestual

dan yang diajar dengan metode pembelajaran

langsung), dengan cara membandikannya skor rata-

rata antara O. Desain penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Desain Penelitian

R E X1 O1

Page 60: Penerapan Pendekatan Kontekstual

60

R K X2 O2

(Sugiyono; 102)

Dengan :

R : Random

E : Kelompok Eksperimen

K : Kelompok Kontrol

X1 : Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

kontekstual terhadap kemampuan representasi matematik

X2 : Pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran langsung

O1 : Tes pada kelompok yang menggunakan pendekatan

kontekstual terhadap kemampuan representasi matematik

O2 : Tes pada kelompok yang menggunakan

pembelajaran langsung

D. Pengembangan Bahan Ajar

Dalam penelitian ini dalam pengembanban bahan

ajar disajikan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) . Bahan ajar yang digunakan

dalam penlitian ini disajikan pula dalam bentuk

Page 61: Penerapan Pendekatan Kontekstual

61

Lembar Kerja Siswa (LKS). Materi yang diberikan

dalam penelitian ini adalah mengenai sifat-sifat

bangun ruang sederhana yang menunjuk pada

kurikulum 2013.

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data primer, yaitu data yang langsung

diperoleh dari subjek penelitian :

1. Data dan skor hasil belajar siswa

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh

dari pihak lain tenteng subjek

penelitian, seperti : data jumlah siswa

laki-laki dan perempuan yang diambil dari

administrasi sekolah SMP Negeri 1 Ma’rang

Kec. Ma’rang, Kab. Pangkep semester II

Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Sumber Data

b. Guru SMP Negeri 1 Ma’rang, Kec. Ma’rang,

Kab. Pangkep Tahun Ajaran 2014/2015

c. Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ma’rang

Page 62: Penerapan Pendekatan Kontekstual

62

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan pemberian tes hasil belajar

berbentuk essay kepada masing-masing responden

pada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol).

Pemberian test dilakukan setelah kedua kelompok

diberikan perlakuan (treatment). Skor pada tes

hasil belajar yang dikumpulkan itulah yang

merupakan hasil belajar yang selanjutnya akan

dianalisis pada penelitian ini. Adapun langkah-

langkah pengumpulan data adalah sebagai

berikut :

1) Pelaksanaan observasi pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol

2) Pemberian perlakuan (treatment) pada kedua

kelas dengan proporsi waktu dan pemberian

materi yang sama

3) Pemberian tes hasil belajar

G. Prosedur Penelitian

Page 63: Penerapan Pendekatan Kontekstual

63

Setelah menetapkan sampel penelitian maka

pelaksanaan eksperimen dilakasankan sebagai

berikut :

1. Memilih dua kelas diantara kelas yang ada

secara random. Siswa yang menjadi sampel

penlitian kedalam kelas masing-masing yaitu

kelas yang akan diajar dengan pendekatan

kontekstual (kelas eksperimen) dan kelas yang akan

diajar dengan menggunakan pembelajaran

langsung (kelas kontrol)

2. Pada Kelas Eksperimen :

a) Menetapkan masing-masing siswa yang

dijadikan subjek penelitian pada

kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen

akan diajar dengan menggunakan Pendekatan

Kontekstual

b) Melakukan observasi pada kelompok

eksperimen

c) Melakukan kegiatan pembelajaran dengan

materi yang telah dipilh kelompok

Page 64: Penerapan Pendekatan Kontekstual

64

eksperimen dengan frekuensi pertemuan

yang sama (4 kali pertemuan). Dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Siswa dibagi dalam empat kelompok

besar dalam kelompok-kelomopok dimana

masing-masing tim terdiri dari 8

anggota dan usahakan bahwa tim-tim

yang terbentuk itu benar-benar

heterogen menurut jenis kelamin dan

asal suku.

2) Membuat 8 kartu soal dan 8 kartu

jawaban sebanyak 4 rangkap untuk

pelajaran yang direncanakan untuk

diajarkan.

3) Meminta anggota tim bekrja sama

mengatur bangku dan meja kursi mereka

dan berikan kesempatan 10 menit untuk

memiih nama tim mereka.

Page 65: Penerapan Pendekatan Kontekstual

65

4) Membagi kartu soal dan kartu jawaban

kepada setiap kelompok atau meteri

belajar lain.

5) Berilah informasi kepada siswa agar

pada masing-masing mengamati dengan

baik kartu yang mereka miliki, yang

memiliki kartu soal agar mengerjakan

soal tersebut dan yang menerima kartu

jawaban agar segera mencari soal dari

kartu jawaban yang dipegang.

6) Setelah selesai segera siswa yang

telah menemukan pasangannya diberikan

penghargaan, setelah itu kartu

dikocok dan dibagi ulang.

7) Berilah kesempatan kepada siswa untuk

saling menjelaskan jawaban mereka,

tidak hanya saling mencocokkan

jawaban mereka dengan lembar kunci

jawaban itu.

Page 66: Penerapan Pendekatan Kontekstual

66

8) Buatlah skor individual dan skor tim.

Skor tim pada pendekatan kontekstual

dengan menggunakan representasi

matematik dibandingkan dengan skor

yang lalu mereka sendiri.

9) Pengakuan kepada prestasi tim.

Setelah menghitung poin untuk siswa

dan skor untuk tim, guru hendaknya

mempersiapkan semacam pengakuan

kepada tim yang mencapai rata-rata

peningkatan. Guru dapat memberikan

sertifikat kepada anggota tim.

10) Setelah pemberian perlakuan kepada

kedua kelompok, setiap responden

diberikan tes hasil belajar dengan

soal yang sama untuk kedua kelompok

tersebut.

3. Untuk Kelas Kontrol :

1) Pada fase pertama guru menjelaskan

indikator pencapaian hasil belajar,

Page 67: Penerapan Pendekatan Kontekstual

67

informasi latar belakang pembelajaran,

pentingnya pelajaran, mempersiapkan

siswa untuk belajar.

2) Pada fase kedua guru mendemonstrasikan

keterampilan dengan benar, atau

menyajikan informasi tahap demi tahap.

3) Pada fase ketiga guru merencanakan dan

memberi bimbingan pelatihan awal.

4) Pada fase kelima guru mempersiapkan

kesempatan melakukan pelatihan

lanjutan, dengan perhatian khusus pada

penerapan situasi kompleks dan

kehidupan sehari-hari.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisi data yang digunakan untuk

menganalisis data yang diperoleh adalah dengan

Page 68: Penerapan Pendekatan Kontekstual

68

menggunakan analisis statistik deskriptif dan

analisis statistik inferensial.

1. Analisis Statistika Deskriptif

Analisis statistika deskriptif yang

dimaksudkan untuk menggambarkan

karakteristik hasil belajar siswa yang

meliputi : nilai tertinggi, nilai terendah

nilai rata-rata, standar deviasi, varian.

Pengolahan data hasil penelitian

dilakukan dengan komputer pengolahan data

statistika yaitu SPSS 20 FOR WINDOWS.

Untuk menghitung nilai ujian siswa maka

digunakan rumus persentase (%) nilai rata-

rata

P=FN x 100

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Frekuensii yang dicari

persentasenya

Page 69: Penerapan Pendekatan Kontekstual

69

N = Banyaknya frekuensi/sample

responden

Pedoman yang digunakan untuk mengubah

skor mentah yang diperoleh siswa menjadi

skor standar (nilai) untuk mengetahui

tingkat daya serap siswa mengikuti prosedur

yang ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tabel Interpretasi Kategori Nilai

Hasil Belajar

Rentang Skor Kategori

0 ≤x≤34 SANGAT RENDAH

34 ¿x≤54 RENDAH

54 ¿x≤74 SEDANG

74 ¿x≤85 TINGGI

85 ¿x≤100 SANGAT TINGGI

2. Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah teknik

statistik yang digunakan untuk menganalisis

Page 70: Penerapan Pendekatan Kontekstual

70

data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk

populasi. Teknik statistik ini dimaksudkan

untuk menguji hipotesis penelitian. Untuk

menguji hipotesis penelitian, dilakukan

dengan tahapan uji normalitas dan uji

homogenitas. Pada tahap analisis ini, nilai

awal (nilai postest – nilai awal). Selisih

nilai tersebut digunakan sebab nerupakan

nilai yang sudah tidak dipengaruhi oleh

nilai awal siswa yang merupakan gambaran

kemampuan awalnya. Sehingga data yang

dianalisis benar-benar berasal dari nilai

hasil setelah diberikan perlakuan. Analisis

semacam ini sering disebut Gain Analysis.

a.Uji Normtalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal

dalam data secara spesifik. Uji normalitas

Page 71: Penerapan Pendekatan Kontekstual

71

digunakan untuk mengeetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Pada

penelitian ini akan digunakan uji

Kolmogorov – Smirnov Shapiro – Wilk dengan

menggunakan taraf signifikasi 5% atau 0,05.

Dengan syarat :

Jika P value ≥0,05 maka distribusi adalah

normal

Jika P value ¿0,05 maka distribusi adalah

tidak normal

b.Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk

menyelediki apakak kedua sampel mempunyai

varians yang sama atau tidak. Uji yang

digunakan adalah uji homogenitas dengan

Lavene’s Test. Uji ini dilakukan sebelum kita

melakukan analisis t-Test. Jika sampel

tersebut memiliki varians yang sama, maka

keduanya dikatakn homogen. Adapun langkah-

Page 72: Penerapan Pendekatan Kontekstual

72

langkah dalam uji homogentitas adalah

sebagai berikut :

1) Menentukan apakah kedua varian (kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol) adalah

homogen atau tidak.

2) Kriteria pengujian (berdasarkan

probabilitas/signifikasi)

Jika Pvalue ≥0,05 maka kedua varians

sama

Jika Pvalue ¿0,05 maka kedua varians

berbeda

3) Membandingkan probailitas

Pvalue ≥0,05 maka kedua varians adalah

sama

4) Menarik kesimpulan

Untuk menguji hipotesis nol. Bahwa rata-

rata dua buah kelompok tidak berbeda

maka digunakan analisis t-Test. Pada

penelitian ini dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

Page 73: Penerapan Pendekatan Kontekstual

73

H 0 : µ1 =

µ2

H 1 : µ2 ≠

µ2

Keterangan :

H0 = Tidak ada perbedaan hasil

belajar dengan penggunaan

pendekatan kontekstual terhadap

kemampuan representasi matematik

H1 = Ada perbedaan antar hasil

belajar dengan penggunaan

pendekatan kontekstual terhadap

kemampuan representasi matematik

Atau :

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ2 ≠ µ2

Dengan :

Page 74: Penerapan Pendekatan Kontekstual

74

µ1 = Parameter hasil belajar

matematika siswa yang diajar dengan

menggunakan pembelajaran pendekatan

kontekstual terhadap kemampuan representasi

matematik

µ 2 = Parameter hasil

belajar matematika siswa yang diajar

dengan menggunakan

pembelajaran langsung.

c. Uji Hipotesis Penelitian

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji

homogenitas, selanjutnya pengujian hipotesis

dengan menggunakan statistik uji-t dengan

analisis Independent Sample T-test. Penggunaan uji-

t karena ukuran sampel (n) ¿32 (Tiro, M, A,

2000; 195). Tujuannya adalah untuk

mengetahui apakah hipotesis yang dirumuskan

sebelumnya diterima atau ditolak dengan

tingkat signifikansi a = 0,05. Kriteria

Page 75: Penerapan Pendekatan Kontekstual

75

pengujian adalah hipotesis H0 diterima P a

sedangkan hipotesis H0 ditolak jika P ¿a

(Trianto, 2007: 102). Hal ini berarti jika

H1 diterima maka hasil belajar siswa yang

diajarkan dengan pembelajaran pendekatan

kontekstual terhadap kemampuan representasi

matematik lebih baik daripada menggunakan

pembelajaran langsung.

DAFTAR PUSTAKA

A.M., Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajagrafindu Perkasa.

BNSP (Badan Standar Nasional Pendidikan). 2006. StandarIsi 2006 Mata Pelajaran Matematika. Jakarta.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka

Goldin, G.A (2002). Representations in Mathematical Learning andProblem Solving. In L.D English (Ed).International Research in Mathematical

Page 76: Penerapan Pendekatan Kontekstual

76

Education IRME. 197-218.New Jersey: LawrwnseErbaum Associates

Isriani Hardini, S.S.,M.A & Dewi Puspitasari, M.Pd.2013. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta:Familia

Jonvier,C (1987). Problem of Refresentations in the Theaching andLearning of Mathematics. Hillsdele.NewJersey/London: Lawrence Erlbaum.

Kalatil, R.R, C Sherin, MG. (2000). Role of StudentsRefrentations in the Mathematics Clasroom. InB. Fishman & S. O’Connor. Divelbis (Eds).Fourth International Comperence of the Learning Sciences(pp. 27-28). Mahwah, NV: Erlbaum.

Neria, D & Amit, M. (2004). Students Preference of Non-Algebraic-Representations in Mathematical Communation.Proceedings of the 28 th Comperence of the International Group for thePsychology of Mathematical Education. 2004. Vol 3 pp 409-416

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompotensi. Konsep;Karekteristik, dan Implementasi. Bandung: RemajaRosdakarya.

Mudzakkir (2006). Strategi Pembelajaran “Think-Talk-Write” untukMeningkatkan Kemampuan Matematik Beragam Siswa SMP.Tesis pada program Pasca Sarjana UPI Bandung.

Rohayati. A (2005). Mengembangkan Kemampuan Kritis Siswadalam Matematika Melalui Pembelajaran dengan PendekatanKontekstual. Tesis pada program Pasca SarjanaUPI Bandung.

Page 77: Penerapan Pendekatan Kontekstual

77

Ratoto, Sabar (2007). Pengantar Metodologi Penelitian. FKIP:Universitas Muria Kudus.

Sudjana, Nana. (1989). Dasar-dasar Proses BelajarMengajar.Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset

Zainal Aqib. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi PembelajaranKontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya

Page 78: Penerapan Pendekatan Kontekstual

78

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini

berjudul :

PERANAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MA’RANG

Atas Nama Mahasiswa :

Nama Lengkap : AMALIYAH NUR

NPM : 910 84202 009

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Program Studi : Matematika

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, telah memenuhi

persyaratan untuk dipertahankan dalam ujian skripsi.

Pangkajene, Desember 2014

PEMBIMBING I

VIVI ROSIDA, S.Pd, M.Pd

PEMBIMBING II

Ir. HERMAN ALIMUDDIN, S.Pd,

Page 79: Penerapan Pendekatan Kontekstual

79

MM

Ketua Jurusan Program Studi

Pendidikan Matematika

Ir. HERMAN ALIMUDDIN, S.Pd, MM