PENERAPAN METODE SIX SIGMA (DMAIC) UNTUK MENUJU ZERO DEFECT PADA PRODUK AIR MINUM AYIA CUP 240 ML (Studi kasus di PT. Gunung Naga Mas Kuranji, Padang) SKRIPSI Oleh: SURGA RIDWANI 1410024425047 TEKNIK INDUSTRI YAYASAN MUHAMMAD YAMIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG 2018
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MENUJU ZERO DEFECT PADA PRODUK AIR MINUM AYIA
CUP 240 ML
SKRIPSI
Oleh:
Penerapan Metode Six Sigma (DMAIC) untuk Menuju Zero Defect
Pada
Produk Air Minum Ayia Cup 240 ml
Nama : Surga Ridwani
Dosen Pembimbing 2 : Verra Syahmer, MT
ABSTRAK
yang berkualitas baik sesuai dengan spesifikasi dan tidak cacat.
Penggunaan
konsep DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) metode
six sigma
dapat mengupayakan untuk mencapai tingkat kecacatan nol (zero
defect). Dari
tahap define digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi.
Tahap
measure dilakukan untuk mengukur tingkat kecacatan pada suatu
produksi. Tahap
analyze untuk menentukan penyebab dari masalah dalam proses
produksi
menggunakan diagram fishbone. Tahap improve digunakan untuk
meningatkan
proses dan menghilangkan sebab-sebab kecacatan berdasarkan tahap
analyze.
Tahapan terakhir yaitu tahap control untuk mengontrol kinerja dan
menjamin
permasalahan utama penyebab kecacatan tidak muncul lagi
menggunakan
Statistical Process Control (SPC). Dari hasil analisa data
diperoleh nilai DPMO
dan sigma level sebelum penerapan metode six sigma sebesar 30,020
cup per
sejuta produksi dan berada pada level 3.38 sigma. Sedangkan setelah
penerapan
metode six sigma menggunakan tahapan DMAIC diperoleh nilai DPMO
7,093
cup per sejuta produksi dan berada pada level sigma 3.95. Sehingga
pengurangan
cacat adalah sebanyak 22,927 cup.
Kata kunci: DMAIC, DPMO, Fishbone Diagram, Six Sigma, Statistical
Process
Control (SPC)
Aplication Of Six Sigma Method (DMAIC) To Towards Zero Defect
In
Dringking Water Product Ayia Cup 240 ml
Name : Surga Ridwani
Co-Suprvisor : Verra Syahmer, MT
ABSTRACT
Company can be competitive in insudtry by providing a good quality
product
according to specification and have no defect. Used DMAIC concept
(Define,
Measure, Analyze, Improve, Control) of six sigma method can be used
to get zero
defect level. The defines phase used to identify the problem. The
measures phase
used performed to measure the level of disability in a production.
The analyzes
phase to determine the cause of problem in production process using
fishbone
diagram. Improvements phase used to improve the process and
eliminate the
cause of disability based on the analyze phase. The last phase is
the controls
phase, used to control the performance and ensure the main problems
cause the
disability does not reappear using Statistical Process Control
(SPC). From the
result of analysis data obtained DPMO value and sigma level before
the
application of six sigma method is 30,020 cups per million
production on 3.38
sigma level. Whereas after the application of six sigma method
obtaining DPMO
7,093 cups per million production on 3.95 sigma level. With the
result, reduction
of defect is as much as 22,927 cups.
Keywords: DMAIC, DPMO, Fishbone diagram, Six Sigma, Statistical
Process
Control (SPC)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala
yang
telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga
penulis bisa
menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu dengan judul “Penerapan
Metode Six
Sigma (DMAIC) untuk Menuju Zero Defect pada Produk Air Minum
Ayia
Cup 240 ml”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam
memperoleh gelar sarjana teknik pada program studi Teknik Industri
di Sekolah
Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang. Selama penulisan skripsi
ini
tentunya penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang
telah
mendukung dan membimbing penulis. Kasih yang tulus dan
penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Ir. Gamindra Jauhari, MP sebagai dosen pembimbing I
skripsi.
2. Ibu Verra Syahmer, MT sebagai dosen pembimbing II skripsi.
3. Bapak Dedi Putra S.Si sebagai Wakil Manager dan Kabag QA
PT.
Gunung Naga Mas.
4. Kak Yohana Eka Mulya yang telah membantu saya dan
memperlancar
dalam memperoleh data.
5. Ibunda dan ayahanda serta keluarga tercinta yang telah
memberikan
dorongan, kasih sayang, nasehat, motivasi dan pengorbanan materil
selama
penulis menempuh studi di STTIND Padang.
6. Ibu dan bapak angkat serta keluarga angkat tersayang yang
telah
memberikan kasih sayang, motivasi, dorongan dan bantuan materil
selama
penulis menempuh studi di STTIND Padang.
7. Teman-teman Teknik Industri STTIND Padang dan semua pihak
yang
telah memberikan dukungan dan ilmu kepada penulis dalam
penyelesaian
skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang
telah
membantu dalam penyelesaian penulisan naskah skripsi ini.
Rasa hormat dan terima kasih bagi semua pihak atas segala dukungan
dan
doanya semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah
diberikan
kepada penulis, aamiin.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi
penulis
sendiri.
1.2 Identifikasi Masalah
.......................................................... 5
1.3 Batasan Masalah
................................................................
5
1.4 Rumusan Masalah
.............................................................
6
1.5 Tujuan Penelitian
..............................................................
6
1.6 Manfaat Penelitian
............................................................
6
2.1 Landasan Teori
...............................................................
8
2.1.2.2 Dimensi Kualitas ....................................
9
2.1.4 Alat dalam Pengendalian Kualitas ........................
13
2.1.4.1 Diagram Sebab Akibat (fishbone) ........... 13
2.1.4.2 Diagram Kontrol .....................................
14
2.1.5 Six Sigma
...............................................................
20
2.1.5.2 Penerapan Six Sigma dengan Tahapan
DMAIC .................................................... 21
3.1 Jenis Penelitian
...............................................................
27
3.3 Variabel Penelitian
......................................................... 28
3.4.1 Data
......................................................................
28
3.6 Kerangka Metodologi Penelitian
..................................... 32
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA .............. . 34
4.1 Pengumpulan Data
...........................................................
35
4.2 Pengolahan data
...............................................................
35
4.2.1.1 Tahap Define .........................................
36
4.2.1.2 Tahap Measure ......................................
38
4.2.1.3 Tahap Analyze .......................................
46
4.2.1.4 Tahap Improve ......................................
47
4.2.1.5 Tahap Control .......................................
49
5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data
............................................ 50
5.1.1 Analisa Hasil DMAIC
............................................... 50
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
................................................. 57
6.1 Kesimpulan
..........................................................................
57
6.2 Saran
....................................................................................
58
Tabel 2.1 Konverensi Nilai Sigma
....................................................... 21
Tabel 4.1 Contoh Rekapitulasi Data Jumlah Produksi dan Produk
Cacat Ayia cup 240 ml
........................................................ 36
Tabel 4.2 Contoh Perhitungan Untuk UCL, CL Dan LCL
Tanggal 1 Sampai 30 November 2017
.................................. 40
Tabel 4.3 Data Hasil Revisi Ayia cup 240 ml
...................................... 43
Tabel 4.4 Persentase Kecacatan Ayia cup 240 ml
................................ 44
Tabel 4.5 Critical To Quality (CTQ) pada produk Ayia cup 240 ml
.... 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Flow Chart Pembuatan Ayia cup 240 ml
.......................... 37
Gambar 4.2 Diagram SIPOC Ayia cup 240 ml
.................................... 39
Gambar 4.3 Peta Kendali p Ayia cup 240 ml
....................................... 42
Gambar 4.4 Peta Kendali p Hasil revisi Ayia cup 240 ml
.................... 43
BAB I
Setiap industri pada umumnya akan berusaha menjaga agar produk
yang
dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal
ini
mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan
sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan (Vitho
dkk, 2013).
Persaingan untuk memberikan yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan konsumen merupakan kunci dari keberhasilan perusahaan.
Pandangan
untuk selalu melakukan yang terbaik untuk konsumennya membuat
perusahaan-
perusahaan memunculkan terobosan-terobosan baru dalam meningkatkan
kualitas
produknya. Peningkatan kualitas manajemen industri juga sangat
ditentukan oleh
adanya unsur input, proses, output dan pengendalian produk sebelum
produk
tersebut digunakan konsumen.
benar-benar fokus pada proses produksinya untuk menghasilkan output
yang
sesuai dengan ekspektasi konsumen. Tingkat biaya yang dapat ditekan
dari target
pengendalian produk yang cacat dari produk yang dihasilkan akan
membuat
perusahaan lebih berperan didalam lingkungan industri. Karena
tentunya
konsumen akan memakai produk yang berkualitas tinggi pada tingkat
harga yang
kompetitif. Dan dapat pula menaikkan pangsa pasar yang pada
akhirnya akan
meningkatkan pendapatan perusahaan.
Menurut SNI 01-3553-2006 tentang air minum dalam kemasan adalah
air
baku yang telah diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air
mineral dan
air demineral. Air mineral adalah air minum dalam kemasan yang
mengandung
mineral dalam jumlah tertentu. Air demineral air minum dalam
kemasan yang
diperoleh melalui proses pemurnian seperti destilasi, deionisasi,
reverse osmosis
dan proses setara. Menurut pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri
Perindustrian
Republik Indonesia Nomor 69/M-IND/PER/7/2009 tentang pemberlakuan
Standar
Nasional Indonesia (SNI) Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) secara
wajib
bahwa air minum dalam kemasan adalah air baku yang telah diproses,
dikemas
dan aman diminum (Zainuddin, 2016).
PT. Gunung Naga Mas adalah perusahaan yang saat ini bermitra
dengan
PT. Tangmas. Produk yang dihasilkan oleh PT. Gunung Naga Mas
telah
memenuhi persyaratan SNI 01-3553-2006. Sumber air yang digunakan,
diambil
dari sumur bor dengan kedalaman 100 meter dan telah memiliki
legalitas resmi
dari pemerintah. Perusahaan ini memproduksi air minum dalam kemasan
dengan
merek AYIA dalam kemasan ukuran cup 240 ml, botol 380 ml, botol 660
ml,
botol 1500 ml dan galon. Produk yang paling banyak diproduksi
adalah ukuran
cup 240 ml. Namun, produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan
ukuran
cup 240 ml memiliki banyak pesaing terutama produk lokal, untuk itu
Ayia harus
bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan agar Ayia dapat
menguasai
pangsa pasar. Jika Ayia harus menguasai pangsa pasar, prioritas
utamanya adalah
keuntungan perusahaan harus meningkat. Penelitian mengenai produk
cacat ini
dilakukan untuk meminimasi kecacatan produk atau untuk menuju Zero
Defect
sehingga meningkatkan keuntungan perusahaan.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengendalian
kualitas
produk adalah six sigma. Menurut Gygi, six sigma betujuan
meminimasi cacat dan
memaksimalkan nilai tambah dari suatu produk. Selain itu six sigma
juga dapat
mengurangi variasi proses sekaligus cacat pada produk atau jasa
yang berada di
luar spesifikasi dengan menggunakan metode statistika dan problem
solving tools
secara intensif (Fransiscus et al, 2014).
Menurut Montgomery dan Woodall, dengan menerapkan metode six
sigma secara tepat, diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan
produk
tersebut. Dengan konsep DMAIC nya, metode six sigma mengupayakan
untuk
mencapai tingkat kecacatan nol (zero defect). Konsep DMAIC yang
dikenal
dengan Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control diharapkan
dapat
mengurangi jumlah defect. Dimana tahapan DMAIC terdiri dari define
yang
merupakan langkah operasional pertama dalam program peningkatan
kualitas six
sigma. Tahap measure merupakan langkah operasional kedua yang
bertujuan
mengevaluasi dan memahami kondisi proses saat ini di PT. Gunung
Naga Mas.
Tahap analyze yaitu tahap dilakukannya penentuan sebab akibat dari
suatu
permasalahan dan memahami adanya berbagai sumber variasi dari data
yang
didapatkan pada tahapan. Tahap Improve yaitu tahapan merancang
usulan-usulan
perbaikan untuk mengurangi cacat yang terjadi. Tahap Control
dilakukan untuk
membuat rencana pengendalian proses dan prosedur-prosedur agar
perbaikan
dapat terus terlaksana (Fransiscus et al, 2014).
Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan bagian laboratorium,
PT.
Gunung Naga Mas memiliki cukup banyak produk cacat pada setiap kali
produksi
khususnya pada cup 240 ml. Perusahaan melakukan produksi dengan 2
mesin dan
2 kali pergantian shift dengan batas standar cacat hanya 2%. Target
produksi
perhari untuk 1 mesin adalah 2.275 cup. Dengan adanya 2 mesin dan 2
shift maka
total produksi setiap harinya adalah 4 kali produksi dengan total
produksi
sebanyak 9.100 cup. Informasi yang di peroleh dari pihak PT. Gunung
Nasa Mas
maka ditemukan adanya kecacatan produk atau barang reject selama
proses
produksi. Dari 9.100 cup yang diproduksi, maka rata-rata kecacatan
produk pada
kemasan ayia cup 240 ml adalah 1.000 sampai dengan 2.000 cup pada
setiap
harinya. Persentase kecacatan untuk cup 240 ml selama bulan
November 2017
sampai dengan Januari 2018 adalah sebanyak 21 % (114,799 cup) dari
total
produksi 546,299 cup selama 71 hari. Berikut adalah contoh tabel
rata-rata
kecacatan produk Ayia cup 240 ml per hari:
Tabel 1.1
No Jenis Cacat Jumlah cacat / hari
(cup ) Persentase
3 Lid tidak presisi / timpang 500 5.49%
4 Cup PP bocor 3 0.03%
5 Cup PP bocor sealer 380 4.18%
6 Cup PP reject pemasok 500 5.49%
7 Bocor jarum 12 0.13%
1729 19%Total
Maka dari itu, banyaknya kecacatan produk pada cup 240 ml di
setiap
harinya memotivasi penulis mengambil judul “Penerapan Metode Six
Sigma
(DMAIC) untuk Menuju Zero Defect Pada Produk Air Minum Ayia Cup
240
ml”.
sebagai berikut:
1. Masih terdapat produk cacat dengan jumlah yang cukup
besar.
2. Kurangnya upaya perusahaan dalam menanggulangi kecacatan.
3. Kurangnya tenaga QC (Quality Control) untuk mengawasi hasil
produksi.
4. Tidak adanya diklat untuk pekerja baru ataupun lama.
1.3 Batasan Masalah
membatasi pembahasan tentang:
1. Penerapan Metode six sigma (DMAIC) untuk menuju zero defect
pada
produk Ayia cup 240 ml.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kecacatan pada produk Ayia cup
240
ml berdasarkan data bulan November 2017 sampai bulan Januari
2018.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan
masalah
adalah:
pada Ayia cup 240 ml ?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan pada produk
Ayia
cup 240 ml ?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Menerapkan metode six sigma (DMAIC) untuk mengurangi produk
cacat
(zero defect) pada produksi Ayia cup 240 ml.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kecacatan produk Ayia cup 240
ml.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
ilmu yang telah diperoleh dibangku perkuliahan.
2. Bagi Instansi
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mewujudkan zero defect
pada
produk Ayia cup 240 ml dan sebagai bahan referensi untuk
penelitian
selanjutnya.
Teknik Industri dan disiplin ilmu lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada penerapan metode six sigma DMAIC untuk menuju zero
defect
penulis menggunakan beberapa teori atau tinjauan pustaka yang
relevan dengan
objek penelitian untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang
ada.
2.1.1 Kualitas
ini, sebagian besar kosumen mulai menjadikan kualitas sebagai
parameter utama
dalam menjatuhkan pilihan terhadap suatu produk atau layanan. Lebih
dari itu,
kualitas seringkali menjadi sarana promosi yang secara otomatis
mampu menaik
atau menurunkan nilai jual produk perusahaan. Kualitas merupakan
kunci sukses
perusahaan. Konsumen tidak mudah percaya dengan berbagai iklan yang
dipasang
di media, tetapi lebih percaya pada testimoni seseorang terhadap
kualitas suatu
barang. Oleh karena itu, saat ini kualitas merupakan salah satu
strategi yang
digunakan untuk memenangkan persaingan diantara banyak produk
sejenis yang
beredar dipasaran. Konsumen tidak lagi menggunakan harga sebagai
pegangan
untuk membeli barang, tetapi lebih pada tingkat keawetan barang,
jenis bahan
baku, desain barang, content barang, kesesuaian fungsi dengan
kebutuhan dan
lain-lain (Wayuni dkk, 2015).
Kualitas merupakan suatu ukuran untuk menilai bahwa suatu barang
atau
jasa telah mempunyai nilai guna seperti yang dikehendaki atau
dengan kata lain
suatu barang atau jasa dianggap telah memiliki kualitas apabila
berfungsi atau
mempunyai nilai guna seperti yang diinginkan menurut Sunyoto dalam
(Wayuni,
2015).
Menurut Pande et al, pengendalian kualitas dilakukan agar
dapat
menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang sesuai dengan
standar yang
diinginkan dan direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang
belum
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan sedapat
mungkin
mempertahankan kualitas yang telah sesuai. Pengendalian kualitas
adalah suatu
teknik dan tindakan yang terencana yang dilakukan untuk
mencapai,
mempertahankan dan meningkatkan kualitas suatu produk agar sesuai
dengan
standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen
(Aprianto,
2017).
kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai
dasar
perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau manufaktur
yang
mengasilkan barang.
1. Performance (kinerja), yaitu karakteristik pokok dari produk
inti.
2. Features yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.
3. Reliability (kehandalan), yaitu kemungkinan tingkat kegagalan
pemakaian.
4. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik desain
dan
operasi memenuhi standar-standar yang elah ditetapkan
sebelumnya.
5. Durability (daya tahan), yaitu berapa lama produk dapat terus
digunakan.
6. Serviceability yaitu meliputi kecepatan, kompetisi
kenyamanan,
kemudahan dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang
memuaskan.
7. Estetika yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik
produk.
8. Perceived yaitu menyangkut citra dan reputasi produk serta
tanggung
jawab perusahaan terhadapnya.
Menurut Pande et al, tujuan dari pengendalian kualitas adalah
(Aprianto,
2017):
1. Produk atau barang yang dihasilkan memiliki standar kualitas
yang telah
ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin
tetapi
tetap dengan kualitas produk yang telah ditetapkan.
3. Efisiensi dalam melakukan proses produksi untuk mendapatkan
kualitas
yang diinginkan.
seorang pakar kualitas ternama kebangsaan Amerika Serikat
(Aprianto, 2017).
Tahapan PDCA adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan rencana (Plan)
yang baik, memberi pengertian kepada bawahan pentingnya kualitas
suatu
produk, pengendalian kualitas dilakukan secara terus-menerus
dan
berkesinambungan.
skala kecil dan pembagian tugas secara merata dengan kemampuan
setiap
personil. Selama dalam melaksananakan rencana harus dilakukan
pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana
dilaksanakan
dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat tercapai.
3. Memeriksa hasil yang dicapai (Check)
Memeriksa penetapan apakah pelaksanaannya sesuai dengan rencana
dan
memantau kemajuan perbaikan yang telah direncanakan.
Membandingkan
kualitas hasil produksi dengan standar yang telah ditetapkan,
berdasarkan
penelitian diperoleh data kegagalan dan menganalisa penyebab
kegagalannya.
Penyesuaian dilakukan bila diperlukan, yang didasarkan dari hasil
analisis
di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi produk baru
untuk
menghindari timbulnya kembali masalah yang sama.
2.1.3 Pengendalian Kualitas Statistik
Pengendalian kualitas statistik adalah suatu sistem yang digunakan
untuk
menjaga standar kualitas hasil suatu produksi pada tingkat biaya
yang minimum
untuk mencapai suatu efisiensi dalam proses produksi. Pada
dasarnya
pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian
masalah yang
digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola,
dan
memperbaiki produk serta proses mengunakan metode-metode statistik.
Beberapa
manfaat melakukan pengendalian kualitas statistik adalah sebagai
berikut
(Aprianto, 2017):
kemampuan prosesnya telah dipelajari hingga mendetail. Hal ini
akan
menghilangkan beberapa kesulitan tertentu baik dalam spesifikasi
maupun
dalam proses.
penyimpangan dalam suatu proses. Akan diperoleh kesesuaian yang
lebih
baik antara kemampuan proses dengan spesifikasi, sehingga
banyaknya
barang-barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi dapat
dikurangi.
Dalam perusahaan sekarang ini, biaya bahan sering kali lebih besar
dari
biaya pekerja sehingga dengan perbaikan yang dilakukan dapat
memberikan penghematan yang menguntungkan perusahaan.
3. Karena pengendalian kualitas statistik dilakukan dengan cara
pengambilan
sampel maka hanya sebagian saja dari hasil produksi yang perlu
diperiksa,
hal ini dapat menurunkan biaya-biaya pemeriksaan.
2.1.4 Alat dalam Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas memiliki beberapa alat statistik yang
digunakan
sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas, diantaranya adalah
diagram
sebab akibat (fishbone), dan diagram kontrol.
2.1.4.1 Diagram Sebab Akibat (Fishbone)
Diagram sebab akibat juga dikenal sebagai diagram tulang ikan
(fishbone)
yaitu sebuah alat untuk mengetahui penyebab-penyebab yang
mungkin
memberikan pengaruh terhadap terjadinya kecacatan pada suatu proses
produksi
produk. Diagram ini memiliki bentuk yang menyerupai tulang ikan
dimana setiap
tulang mewakili sumber kesalahan yang terjadi (Aprianto,
2017).
Perbaikan kualitas dari produk hasil proses produksi dapat
disebabkan
oleh:
2. Machine (Mesin)
3. Method (Metode)
4. Man (Manusia)
5. Environment (Lingkungan)
2.1.4.2 Diagram Kontrol
Diagram kontrol adalah salah satu alat yang secara garfis digunakan
untuk
memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas atau proses
berada dalam
pengendalian kualitas secara staistika atau tidak sehingga dapat
memecahkan
masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Diagram kontrol
menunjukkan
adanya perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukkan
penyebab
penyimpangan meskipun penyimpangan itu akan terlihat pada diagram
kontrol
(Aprianto, 2017).
kendali. Batas kendali tersebut terbagi menjadi:
1. Upper Control Limit () atau Batas Kendali Atas ()
Merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih
dapat
ditoleransi.
karakteristik sampel.
3. Lower Control Limit () atau Batas Kendali Bawah ()
Merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari
karakteristik
sampel.
Menurut Assauri, selama titik-titik masih berada di dalam batas
kendali,
proses dianggap dalam keadaan terkendali dan tidak perlu tindakan
apapun.
Tetapi, satu titik yang berada diluar batas pengendali
diinterpretasikan sebgai
fakkta bahwa proses tak terkendali, sehingga diperlukan tindakan
penyelidikan
untuk mendapatkan sebab-sebab yang menyebabkan tingkah laku itu
(Aprianto
2017).
Menurut Montgomery, untuk mengendalikan kualitas produk
selama
proses produksi, maka digunakan diagram kontrol yang secara garis
besar dibagi
menjadi 2 jenis (Aprianto, 2017):
1. Diagram Kontrol Atribut
Model ini biasanya digunakan apabila produk yang akan
dievaluasi
kualitasnya dapat dibedakan atas baik dan jelek, cacat dan tidak
cacat.
Diagram kontrol atribut dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Diagram kontrol p
Jika unit yang cacat dapat dinyatakan sebagai proporsi dari
banyaknya
barang yang tidak sesuai yang ditemukan dalam pemeriksan
terhadap
total barang, maka pengendalian kualitasnya dapat dilakukan
dengan
menggunakan diagram kontrol p.
Diagram kontrol P memiliki rumus , dan sebagai
berikut:
... (1)
... (2)
: Rata-rata jumlah produk cacat
: Jumlah produksi
Model ini digunakan untuk menganalisis banyak unit yang tak
sesuai,
bukan pada bagian yang tak sesuai. Diagram kontrol np
memiliki
rumus , dan sebagai berikut:
= + 3√(1 − ) ...(3)
= ...(4)
Dengan:
: proporsi ketidak sesuaian produksi
: jumlah produksi
sesuaian terjadi dalam unit pemeriksaan ini menurut distribusi
poisson,
yaitu:
: banyaknya ketidak sesuaian
: parameter distribusi poisson
Dengan demikian, rumus , dan untuk diagram kontrol c
adalah sebagai berikut:
= c ...(8)
∑ : jumlah cacat/ketidak sesuaian per subgroup
: banyaknya pengamatan/jumlah subgroup
d. Diagram Kontrol u
ketidak sesuaian ukuran unit sampel sangat bervariasi dari sampel
ke
sampel. Jika diperoleh c jumlah ketidak sesuaian rata-rata per
unit
pemeriksaan, maka banyak ketidak sesuaian rata-rata per unit
pemeriksaan adalah:
=
... (10)
Dalam hal ini u adalah variabel random poisson. Dengan
demikian,
rumus , dan untuk diagram kontrol u sebagai berikut:
= + 3√
...(11)
= ...(12)
= − 3√
...(13)
: banyaknya pengamatan/jumlah subgroup
2. Diagram Kontrol Variabel
selama proses produksi yang bersifat variabel dan dapat diukur.
Seperti
berat, ketebalan, panjang, volume, diameter. Diagram kontrol ini
biasanya
digunakan untuk pengedalian proses yang didominasi oleh
mesin.
a. Diagram Kontrol Rentang (R chart)
Digunakan untuk mengetahui besarnya rentang atau selisih antara
nilai
pengukuran yang terbesar dengan nilai pengukuran terkecil
didalam
subgrup yang diperiksa. Rumus untuk mencari rata-rata rentang
yaitu:
= 1+2+3++
: banyaknya sampel
kontrol R sebagai berikut:
Digunakan untuk mengetahui rata-rata pengukuran antar subgrup
yanng diperiksa. Rumus-rumus berikut digunakan untuk mencari
total
rata-rata.
= ∑
Dengan demikian, rumus , dan untuk diagram kontrol
sebagai berikut:
= + 2 ...(21)
metode six sigma yang merupakan suatu metode pengendalian dan
peningkatan
kualitas yang diterapkan oleh Motorola sejak tahun 1986. Six sigma
merupakan
suatu bentuk peningkatan kualitas menuju target 3,4 Defect Per
Million
Opportunities (DPMO) untuk setiap produk baik barang ataupun jasa
dalam upaya
mengurangi jumlah cacat (Aprianto, 2017).
Menurut Evans, six sigma juga dapat didefinisikan sebagai
metode
peningkatan proses bisnis yang bertujuan untuk menemukan dan
mengurangi
faktor-faktor penyebab cacat, mengurangi waktu siklus dan biaya
produksi,
menigkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan, mencapai
utilitas
mesin yang optimal serta mendapatkan hasil yang lebih baik dari
segi produksi
maupun pelayanan (Fransiscus, 2014).
Six sigma berasal dari kata six yang berarti enam dan sigma
yang
merupakan satuan dari standar deviasi yang juga dilambangkan dengan
simbol σ.
Six sigma juga sering disimbolkan dengan 6σ. Makin tinggi
sigma-nya, semakin
baik pula kualitasnya. Dengan kata lain, semakin tinggi sigmanya
semakin rendah
pula tingkat kecacatan atau kegagalannya. Dapat dilihat dari tabel
2.1 (Nurullah A
dkk, 2014):
Tabel 2.1
percentage of successful output)% Deffect Per Million
Opportunities (DPMO)
2.1.5.2 Penerapan Six sigma dengan Tahapan DMAIC
Menurut LJ Bain dan Engelhardt, tahapan-tahapan implementasi
peningkatan kualitas dengan six sigma terdiri dari lima langkah
yaitu dengan
konsep DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)
(Aprianto, 2017).
1. Define
Define adalah fase menentukan masalah. Dalam fase ini digunakan
untuk
mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan prioritas
masalah.
2. Measure
DPMO (Defect Per Million Opportunities) dan DPU (Defect Per
Unit).
% kecacatan =
D = Jumlah Defects ... (25)
U = Jumlah Units ... (26)
DPMO = (
3. Analyze
Fase ini menentukan penyebab dari masalah yang terjadi dalam
proses
produksi. Fase ini akan dilanjutkan menggunakan diagram sebab
akibat
(fishbone). Pada diagram fishbone akan dilakukan analisa penyebab
utama
dari permasalahan yang ada.
sebab-sebab kecacatan berdasarkan dari hasil fase Analyze.
5. Control
bertujuan untuk melakukan kontrol dalam setiap kegiatan,
sehingga
memperoleh hasil yang baik dan dapat mengurangi waktu, masalah
dan
biaya yang tidak dibutuhkan.
karena produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang dapat
ditawarkan
kepasar untuk dikonsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan
untuk
mencapai tujuan dari perusahaanya. Suatu produk harus memiliki
keunggulan dari
produk-produk yang lain baik dari segi kualitas, desain, bentuk,
ukuran, kemasan,
pelayanan, garansi, dan rasa agar dapat menarik minat konsumen
untuk mencoba
dan membeli produk tersebut (Oktavianto, 2013).
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) atau disebut juga Bottle
Drinking
Water merupakan air minum yang siap dikonsumsi secara langsung
tanpa harus
melalui proses pemanasan terlebih dahulu. Air minum dalam kemasan
merupakan
air yang dikemas dalam berbagai bentuk wadah 19 liter atau galon,
1500 ml/60 ml
(bottle), 240 ml/220 ml (cup). Air minum dalam kemasa diproses
dalam beberapa
tahap baik dalam tahap menggunakan proses pemurnian air
(Reverse
Osmosis/Tanpa Mineral) maupun proses biasa water treatment
processing
(mineral), dimana sumber air yang digunakan untuk air mineral
berasal dari mata
air pegunungan. Untuk air kemasan nonmineral biasanya dapat juga
dignakan
sumber mata air tanah/mata air pegunungan. AMDK harus memenuhi
Standar
Nasional dengan kode SNI No.01-3553-1996 tentang standar baku mutu
air dalam
kemasan, serta MD yang dikeluarkan oleh BPOM RI yang merupakan
standar
baku kimia, fisika, mikrobiologis. Serta banyak lagi persyaratan
yang harus
dipenuhi agar AMDK layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan
manusia.
2.1.7 Klasifikasi Produk
menjadi dua, yaitu (Oktavianto, 2013):
1. Barang tidak tahan lama (nondurable goods), adalah barang
berwujud
yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali
pemakaian.
Dengan kata lain umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian
normal
kurang dari satu tahun. Contohnya sabun, pasta gigi, minuman
kaleng, dan
sebagainya.
2. Barang tahan lama (durable goods), adalah barang berwujud
yang
biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umue
ekonomisnya untuk pemakaian adalah satu tahun lebih). Contohnya
lemari
es, mesin cuci, pakaian dan lain-lain.
2.1.8 Produk Cacat
Menurut Jiwa, penyebab suatu produk dikatakan cacat ada tiga
kategori
yaitu cacat produk atau manufaktur merupakan cacat yang paling
tidak diharapkan
oleh konsumen. Cacat desain menrupakan salah satu hal yang
merugikan
konsumen apabila desain produk yang digunakan oleh konsumen tidak
dipenuhi
sebagaimana mestinya. Cacat peringatan adalah cacat produk akibat
tidak
dilengkapinya dengan peringatan-peringatan tertentu atau instruksi
penggunaan
tertentu (Aprianto, 2017).
standar kualitas yang sudah ditentukan. Standar kualitas yang baik
menurut
konsumen adalah produk tersebut dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan
mereka. Apabila konsumen sudah merasa bahwa produk tersebut tidak
dapat
digunakan sesuai kebutuhan maka produk tersebut dapat dikatakan
sebagai
produk cacat. Untuk mengatasi produk cacat yang dihasilkan,
produsen hanya
dapat melakukan pencegahan terhadap terjadinya cacat produk. Untuk
melakukan
perbaikan sangat sulit dikarenakan memperbaiki produk yang cacat
tetapi tidak
memperbaiki proses produksinya sama saja akan menambah biaya.
Produsen
sebaiknya melakukan pencegahan terjadinya produk cacat dengan
cara
menyelidiki apakah terjadi kesalahan dalam proses produksinya
sehingga dapat
didapatkan penyebab produk cacat (Oktavianto, 2013).
Dari data kecacatan yang didapatkan dari hasil wawancara dengan
pihak
perusahaan, kecacatan pada produk Ayia cup 240 ml setiap kali
produksi selalu
ada. Maka dari itu, perlu upaya menindak lanjuti permasalahan
tersebut dan
menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya kecacatan.
2.2 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
1. Input merupakan data dasar yang dibutuhkan untuk dilakukan
tindak
lanjutnya. Pada penelitian ini peneliti menemukan beberapa hal
yang
menjadi landasan penelitian ini yaitu data wawancara dan data
sekunder
berupa data yang ada di perusahaan seperti jenis cacat produk,
jumlah
kecacatan dan data produksi perhari.
2. Proses merupakan langkah yang akan dilakukan sehingga
menghasilkan
output dari penelitian ini.
INPUT
Analyze, Improve, Control) dan perhitungan (Defect Per
Million
Opportunities) .
minum cup 240 ml.
3. Output adalah hasil dari proses yang telah dilakukan. Output
dari
penelitian ini adalah:
a. Pengurangan produk cacat (Zero Defect) akan terlihat dari
hasil
perhitungan DPMO.
melakukan pendekatan DMAIC.
penelitian. Metodologi penelitian menjabarkan tahapan-tahapan yang
harus
dilaksakan agar penelitian dapat dilakukan secara efektif dan
terarah. Urutan
tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan pada
sub-sub bab
berikut.
proses penelitian yang dilakukan dengan cara yang praktis untuk
memberikan
solusi atas permasalahan tertentu. Penelitian ini tidak berfokus
pada ide, gagasan,
teori akan tetapi fokus dari penelitian terapan adalah sebagai
penerapan penelitian
tersebut untuk kehidupan sehari-hari. Ciri yang paling mudah kita
ketahui ialah,
penelitian terapan memiliki nilai abstraksi yang sangat rendah
namun dampak dan
manfaatnya dapat dirasakan secara langsung (Sakhinah, 2016).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, pengambilan data dilakukan
di
Laboratorium PT. Gunung Naga Mas beralamat di Jalan Raya
Kuranji-Kampung
Pinang, Kuranji, Padang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember
2017 hingga Januari 2018.
Penelitian ini variabel penelitian yang sesuai dengan permasalahan
yang
akan diteliti adalah produk cacat, jenis cacat, jumlah produksi per
hari.
3.4 Data dan Sumber Data
3.4.1 Data
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan
dokumen-
dokumen serta arsip-arsip perusahaan yang ada kaitannya dengan
penelitian ini.
Seperti data-data produksi, laporan hasil produk cacat pada setiap
harinya mulai
bulan November 2017 sampai dengan bulan Januari 2018 dan laporan
aktifitas
produksi yang terkait dan lain-lain.
3.4.2 Sumber Data
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian
yang
dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan
bahan-bahan
kepustakaan dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan
penulisan
proposal tugas akhir ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang
dilakukan
dengan teknik wawancara, yaitu teknik penelitian yang dilakukan
dengan
mengadakan wawancara atau tanya jawab dengan pihak perusahaan
yang
ditunjuk yang ada hubungannya dengan data-data proses produksi
untuk
jenis air minum kemasan cup 240 ml seperti yang dibahas dalam
penelitian ini.
Pada tahap ini penulis menggunakan pendekatan DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control). Pendekatan ini merupakan
langkah-langkah
pemecahan masalah terstruktur. Adapun langkah-langkah teknik
pengolahan data
dan analisa data dalam penelitian ini adalah (Awiandora,
2015):
Penerapan metode six Sigma dengan pendekatan DMAIC (Define,
Measure,
Analyze, Improve, Control).
1. Define
a. Membuat Flow Chart dari proses produksi air minum cup 240
ml.
b. Membuat SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer)
Diagram.
2. Measure
1) Menghitung persentase kecacatan
2) Menghitung Mean Defect
3) Menghitung Batas Kendali Atas () atau Upper Control Limit
()
4) Menghitung Batas Kendali Bawah ( ) atau Lower Control
Limit ()
5) Menghitung nilai Sigma dan DPMO (Defect Per Million
Opportunities).
a) Menghitung jumlah unit yang akan diukur (U)
U = Jumlah unit produksi
adalah jumlah kesempatan atau potensi yang dapat
mengakibatkan cacat (defect). Dalam penelitian terdapat 7
(Opportunities) jenis cacat.
c) Menghitung nilai
d) Menghiutng DPMO (Defect Per Million Opportunitues)
Perhitungan ini menggunakan persamaan ... (27)
3. Analyze
menggunakan diagram Fishbone.
5. Control
waktu, masalah dan biaya yang tidak dibutuhkan.
3.6 Kerangka Metodologi Penelitian
berikut:
Mulai
Mas, survey dilakukan dengan
melihat proses produksi dan
1. Masih terdapat produk cacat dengan jumlah yang cukup
besar.
2. Perlunya upaya perusahaan untuk menanggulangi kecacatan.
3. Kurangnya tenaga QC (Quality Control) untuk mengawasi hasil
produksi.
Batasan Masalah
1. Penerapan Metode six sigma (DMAIC) untuk menuju zero defect pada
produk
Ayia cup 240 ml.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kecacatan pada produk Ayia cup
240 ml
berdasarkan data bulan November 2017 sampai bulan Januari
2018.
Rumusan Masalah
DMAIC dalam pengendalian kualitas untuk mengurangi produk
cacat (zero defect) pada Ayia cup 240 ml ?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan pada
produk Ayia cup 240 ml ?
A
1. Menerapkan metode six sigma (DMAIC) agar perusahaan dapat
menjadi
zero defect pada produksi Ayia cup 240 ml.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kecacatan produk Ayia cup 240
ml.
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
1. Penerapan metode six sigma dengan pendekatan DMAIC (Define,
Measure, Analyze,
Improve, Control) dan menghitung nilai DPMO (Defect Per Million
Opportunities).
2. Menganalisis faktor-faktor penyebab kecacatan produk Ayia cup
240 ml.
Penutup
Membuat kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian yang telah
dilakukan.
Analisa Data
.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara
wawancara
langsung dengan pihak perusahaan bagian laboratorium dan operator
yang ada di
pabrik, serta melakukan pengamatan langsung saat proses produksi
berjalan. Dari
hasil wawancara dengan Bapak Dedi Putra, S.si sebagai Kabag QA
sekaligus
wakil manager di PT. Gunung Naga Mas pada tanggal 10 Februari
2018,
mengatakan bahwa batas toleransi perusahaan hanya 2% dengan
jenis-jenis cacat
yang terjadi selama proses produksi berlangsung seperti air kotor
atau berisi
benda lain, air kurang dari volume pack, lid tidak presisi atau
timpang, cup pp
bocor, cup pp bocor sealer, cup pp reject pemasok, bocor jarum.
Selain itu, data
yang didapat dari dokumen dan arsip dari laboratorium pabrik Ayia.
Adapun data
yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data jumlah produksi,
data target
produksi, data jenis cacat, data jumlah cacat perhari selama bulan
November 2017
sampai Januari 2018.
Jumlah total produksi adalah 546,299 cup dan jumlah produk cacat
adalah
144,799 cup. Contoh rekapitulasi data jumlah produksi dan produk
cacat ayia cup
240 ml dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Contoh rekapitulasi data jumlah produksi dan produk cacat ayia cup
240 ml
Sumber: PT. Gunung Naga Mas 2017
Rekapitulasi data lengkap dapat dilihat pada Lampiran A.
4.2 Pengolahan Data
permasalahaan dalam menghilangkan variasi produk atau menekan
jumlah produk
cacat dalam produksi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data
ini
menggunakan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve,
Control).
Aira Kotor/ Air Kurang dari Lid Tidak Presisi/ Cup -PP Cup -PP Cup
-PP Bocor Good
Berisi Benda
Volume Pack Timpang Bocor Sealer Bocor Reject Pemasok Jarum
Rabu, 01 November 2017 85 124 166 226 0 273 3 9100 8223 877
Kamis, 02 November 2017 83 186 233 577 0 535 10 9100 7476
1624
Jumat, 03 November 2017 76 332 586 500 0 575 13 8710 6628
2082
Sabtu, 04 November 2017 11 26 0 52 0 91 3 1442 1259 183
Senin, 06 November 2017 199 467 1052 399 0 581 24 8450 5728
2722
Selasa, 07 November 2017 103 526 190 541 0 947 27 9100 6766
2334
Rabu, 08 November 2017 121 186 200 442 0 689 8 7995 6349 1646
Kamis, 09 November 2017 143 362 97 509 0 720 27 8775 6917
1858
Jumat, 10 November 2017 140 79 404 228 0 455 1 7605 6298 1307
Sabtu, 11 November 2017 83 202 1493 572 0 660 37 5655 2608
3047
Senin, 13 November 2017 40 44 934 129 0 203 0 3503 2153 1350
Rabu, 15 November 2017 87 156 1412 785 146 537 31 8580 5426
3154
Kamis, 16 November 2017 296 538 113 434 0 1003 14 9100 6702
2398
Jumat, 17 November 2017 50 46 139 179 0 491 0 8710 7805 905
Sabtu, 18 November 2017 67 56 63 243 0 387 0 6500 5684 816
Senin, 20 November 2017 60 71 24 263 0 498 0 8970 8054 916
Selasa, 21 November 2017 56 203 439 381 235 315 0 8190 6561
1629
Rabu, 22 November 2017 141 242 43 457 0 708 32 8964 7341 1623
Kamis, 23 November 2017 100 197 181 503 0 472 19 9100 7628
1472
Jumat, 24 November 2017 113 131 68 308 0 516 8 8710 7566 1144
Sabtu, 25 November 2017 42 198 41 317 0 352 36 6500 5514 986
Senin, 27 November 2017 72 113 106 185 258 273 0 6760 5753
1007
Selasa, 28 November 2017 80 182 350 525 0 850 14 8970 6969
2001
Rabu, 29 November 2017 165 4 52 77 0 96 0 9035 8641 394
Kamis, 30 November 2017 195 125 120 162 0 500 3 9100 7995
1105
Tanggal Produksi
4.2.1 Metode Six Sigma dengan Tahapan DMAIC
Pada metode six sigma ini terdapat lima tahapan yang akan
dilakukan,
yaitu Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC).
4.2.1.1 Tahap Define
Tahap ini merupakan tahap awal dalam program peningkatan kualitas
six
sigma. Pada tahap ini dilakukan beberapa hal, yaitu:
1. Mendeskripsikan proses produksi ayia cup 240 ml menggunakan
flow
chart.
Proses pembuatan Ayia cup 240 ml yaitu dimulai dari proses
pembuatan cup yang disebut dengan Roll sheet atau gulungan plastik
yang
terbuat dari polypropilen dan serpihan plastik yang di daur ulang
dengar
proporsi yang telah ditentukan kemudian cup di cetak di mesin
termo
(mesin cup). Kemudian cup langsung menuju mesin Filling ACS
(Auto
Cup Sealer) dan kemudian di isi air sesuai volume yang telah
ditentukan.
Proses Filling di monitoring oleh visual checker untuk memastikan
produk
Roll Sheet
Thermo machine
Pengepresan atau Pemasangan Lid
tidak ada yang cacat. Proses selanjutnya yaitu pemasangan Lid
yang
kemudian diberi sinar UV untuk membunuh kuman pada cup atau
untuk
sterilisasi dan berlanjut kepada proses terakhir yaitu proses
Packing.
2. Pembuatan diagram SIPOC untuk mendefinisikan rencana tindakan
dalam
six sigma, perlu diketahui model proses SIPOC
(Supplier-Input-Process-
Output-Customer). Dalam manajemen perbaikan proses, diagram
SIPOC
merupaka salah satu teknik yang paling berguna dan sering
digunakan
untuk menampilkan aliran kerja secara sekilas. Mulai dari
darimana
material dipesan dan apa jenisnya, lanjut pada apa saja material
yang
digunakan untuk proses produksi ayia cup 240 ml, proses apa saja
yang
dilalui oleh material tersebut, kemudian output apa yang ingin
dicapai
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, serta tahapan akhir yaitu
kemana
saja pendistribusian produk ayia cup 240 ml. Diagram SIPOC
proses
produksi ayia cup 240 ml PT. Gunung Naga Mas dapat di lihat
pada
gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram SIPOC Ayia cup 240 ml PT. Gunung Naga Mas
Supplier
(mesin cup)
U = Jumlah unit produksi
Pada perhitungan sebelum penerapan metode six sigma didapatkan
nilai
DPMO sebesar 30,020 cup dari sejuta produksi cup dan berada pada
level
3.38 sigma.
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang digunakan
untuk
mengukur performansi proses. Dari data yang dikumpulkan persentase
cacat
produk selama bulan November 2017 sampai bulan Januari 2018 adalah
21.014%.
Berikut adalah contoh hasil perhitungan peta proporsi p untuk
produk cacat ayia
cup 240 ml di PT. Gunung Naga Mas selama bulan November 2017.
1) Diagram kontrol proporsi p
Perhitungan untuk diagram kontrol proporsi p dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2
tanggal 1 sampai 30 November 2017
Sumber: PT. Gunung Naga Mas 2017
Rekapitulasi data lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.
Contoh peritungan:
a. Perhitungan persentase cacat pada tanggal 1 November 2017
adalah:
=
× 100
% 1 = 877
9100 × 100
UCL LCLCacat P CL
1 = + 3√ (1 − )
1
9100
= 0.223
2
9100
= 0.223
1 = − 3√ (1− )
1
9100
= 0.197
2
9100
= 0.197
Dari hasil perhitungan tabel 4.2, maka didapatkan peta kendali
p
seperti gambar berikut:
Gambar 4.3 Peta Kendali p ayia cup 240 ml Bulan November 2017
sampai
Januari 2018
Dari tabel diatas dapat dilihat banyaknya data yang berada diluar
batas
kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL). Hanya sedikit
data yang
berada dalam batas kendali. Dari bulan November 2017 sampai Januari
2018
hanya 16 data yang berada dalam batas kendali, selebihnya berada
diluar batas
kendali. Maka dilakukan revisi terhadap kecacatan pada ayia cup 240
ml yang
berada diatas batas kendali untuk mencari jumlah unit yang akan
diukur. Data
yang keluar dari batas kendali dikeluarkan dari data yang akan
diolah selanjutnya.
Sehingga semua data yang ada berada dalam batas kendali.
Tabel 4.3
Sumber: PT. Gunung Naga Mas 2017
Dari data cacat produk ayia cup 240 ml yang telah direvisi
maka
didapatkan peta kendali p hasil revisi berada dalam batas kendali,
yaitu:
Gambar 4.4 Peta Kendali p Hasil revisi Ayia cup 240 ml
Good
UCL LCL% PTotal Produksi Cacat P CL
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
% C
P
CL
UCL
LCL
Dari peta kendali yang telah direvisi tidak ada lagi data yang
berada diluar
batas kendali atas ataupun batas kendali bawah karena sudah
dikeluarkan guna
untuk mengontrol kecacatan produk dan mencari (Defect Per Unit)
pada
proses selanjutnya.
e. Menghitung kecacatan sesuai jenis cacat Ayia cup 240 ml
% Kecacatan =
× 1000000
Sumber: PT. Gunung Naga Mas
Perhitungan cara mencari persentase kecacatan produk ayia cup 240
ml
adalah sebagai berikut:
% kecacatan = 6,932
% kecacatan = 14,373
% kecacatan = 17,547
2 Air kurang dari volume pack 14,373 21,305 12.52% 18.56%
3 Lid tidak presisi/timpang 17,547 38,852 15.28% 33.84%
4 Cup -PP bocor sealer 31,235 70,087 27.21% 61.05%
5 Cup -PP bocor 2,389 72,476 2.08% 63.13%
6 Cup -PP reject pemasok 41,379 113,855 36.04% 99.18%
7 Bocor jarum 944 114,799 0.82% 100%
114,799 100.00%Total
(cup 240 ml)
% kecacatan = 31,235
% kecacatan = 41,379
2) Menghitung nilai kapabilitas sigma dan Defect Per Million
Opportunities
()
a. Menentukan nilai (jumlah unit) yang akan dihitung
Jumlah unit yang akan dihitung sama dengan jumlah data yang
digunakan
dalam penelitian ini yaitu data bulan November 2017 sampai
dengan
bulan Januari 2018. Pada grafik peta kendali hanya 16 data yang
berada
dalam batas kendali, sedangkan 55 data lainnya bearada diluar
batas
kendali. Maka jumlah produksi yang akan diukur dalam penelitian
ini
adalah:
(penyebab kecacatan). Pada penelitian ini terdapat 7
karakteristik
(opportunities) penyebab kecacatan pada air minum Ayia cup 240
ml.
Tabel 4.5
Critical To Quality (CTQ) pada produk Ayia cup 240 ml
Sumber: PT. Gunung Naga Mas
c. Menghitung Defect ()
Jumlah cacat yang dihitung adalah sebesar jumlah cacat setelah
revisi.
Maka dapat dihitung:
= Jumlah defect
= 27,123 cup
Menghitung nilai (Defect Per Million Opportunities)
= (
Dari hasil perhitungan setelah penerapan six sigma diatas
diproleh
nilai sebesar 7,093 cup dari sejuta produksi cup dan berada
pada level 3.95 sigma yang artinya saat ini perusahaan masih
berada
No Opportunuties atau CTQ
3 Lid tidak presisi / timpang
4 Cup PP bocor
7 Bocor jarum
menanggulangi dengan tepat penyebab-penyebab kecacatan.
4.2.1.3 Tahap Analyze
Pada tahap ini adalah tahap dimana dilakukan identifikasi akar
penyebab
kecacatan berdasarkan pada analisis data menggunakan fishbone
diagram. Hasil
dari analisis tersebut dapat digunakan untuk menentukan solusi
dalam melakukan
pengembangan dan improvement terhadap proses yang diamati. Pada
tahap
analyze dapat mencari akar penyebab masalah dan kemungkinan
perbaikan yang
akan dilakukan. Dari hasil pengolahan data sebelumnya maka
dihasilkan
persentase untuk jenis cacat yaitu air kotor atau berisi benda lain
sebanyak 6.04
%, air kurang dari volume pack sebanyak 12.52 %, lid tidak presisi
atau timpang
sebanyak 15.28 %, cup PP bocor sebanyak 27.21 %, cup PP bocor
sealer
sebanyak 2.08 % dan cup PP reject pemasok sebanyak 36.04 %. Jenis
cacat 7
termasuk jenis cacat yang minimal yaitu 0.82 karena berada dalam
batas standar
perusahaan. Pada diagram fishbone terlihat bahwa faktor manusia
atau pekerja
merupakan faktor dominan sebagai penyebab banyaknya jumlah
kecacatan pada
produk air minum Ayia cup 240 ml di PT. Gunung Naga Mas.
Gambar 4.6 Fishbone diagram kecacatan pada produk Ayia cup 240
ml
4.2.1.4 Tahap Improve
Pada tahap improve atau perbaikan diberikan untuk mengatasi
penyebab
terjadinya kecacatan pada produk air minum Ayia cup 240 ml,
diantaranya adalah
sebagai berikut:
tidak terjadwal. Kecacatan akibat mesin salah satunya adalah karena
oli
yang menempel pada cup, lid yang tidak presisi. Kececatan
tersebut
merupakan kelalaian operator yang tidak membersihkan mesin dan
tidak
mengecek settingan mesin pada saat mesin bekerja. Usulan
perbaikan
untuk permasalahan mesin ini yaitu memberikan jadwal
membersihkan
atau perawatan mesin secara berkala dan mengecek apakah
operator
berada ditempat saat mesin bekerja atau malah membiarkan
mesin
bekerja sendiri tanpa diawasi operator.
2. Man (Manusia)
produksi adalah kelalaian operator dalam melakukan setting
atau
kurangnya ketelitian, motivasi ataupun rasa tanggung jawab
akan
pekerjaan sehingga berdampak besar terhadap kelancaran proses
produksi. Latar belakang pendidikan juga merupakan hal yang
harus
diperhatikan agar pola pokir dan rasa tanggung jawab atas
pekerjaan
dapat diterapkan kepada pekerja. Usulan perbaikan yang dapat
dilakukan
adalah perlunya diadakan training, diklat dan mempertimbangkan
latar
belakang pendidikan, memberikan dorongan motivasi agar pekerja
dapat
bekerja lebih baik dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap
pekerjaannya.
Lingkungan yang bising, panas dan pengap akan membuat pekerja
tidak
fokus dan tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya.
Dampaknya
akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi.
Usulan
untuk permasalahan ini yaitu memberikan pendingin ruangan agar
udara
tidak panas dan pengap sehingga pekerja bekerja dengan
nyaman.
4.2.1.5 Tahap Control
Setelah 4 tahap sebelumnya dilakukan analisi dan perhitungan data
maka
pada tahap ini adalah tahap control atau mengawasi apakah proses
produksi sudah
berjalan seperti yang diharapkan.
yaitu:
1. Melakukan training atau diklat kepada setiap pekerja agar
pekerja dapat
memahami bentuk dan jenis pekerjaan yang akan dilakukan.
2. Melakukan pengawasan berkala terhadap kinerja karyawan.
3. Melakukan perawatan secara berkala terhadap mesin, terutama
mesin yang
menghasilkan kecacatan terbanyak.
4. Memberikan fasilitas seperti pendingin udara agar udara tidak
panas.
BAB V
5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pengolahan data pada bab IV maka perbaikan dapat
dilakukan
menggunakan metode six sigma dengan analisis fishbone diaghram
(diagram
sebab akibat). Dengan penerapan metode ini diharapkan dapat
mempermudah
jalannya proses pengendalian produk cacat pada air minum Ayia cup
240 ml di
PT. Gunung Naga Mas. Dari pengolahan data yang telah dibuat maka
akan
dianalisis tahapan-tahapan dalam penerapan metode six sigma yaitu
dengan
menggunakan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve,
Control).
5.1.1 Analisa Hasil DMAIC
1. Define
Berdasarkan objek penelitian yaitu air minum Ayia cup 240 ml di
PT.
Gunung Naga Mas terdapat 5 karakteristik penyebab kecacatan dengan
7
jenis cacat yang terjadi. Analisis hasil pengolahan data dari
karakteristik
cacat pada tahap define yaitu:
a. Air kotor atau berisi benda lain
Air kotor atau berisi benda lain berupa serpihan plastik, potongan
cup,
potongan plastik lid. Air kotor bisa juga disebabkan oleh oli mesin
yang
jarang dibersihkan sehingga oli mesin tersebut menempel dibibir
cup.
b. Air kurang dari volume pack
Air kurang dari volume pack disebabkan oleh settingan mesin
yang
tidak diperhatikan.
Lid tidak presisi disebabkan oleh operator yang tidak mengawasi
kerja
mesin sehingga lid terpasang timpang atau tidak presisi.
d. Cup PP bocor
Jenis cacat ini merupakan jenis cacat yang jarang terdeteksi
langsung,
biasanya cup PP bocor diketahui setelah air di packing kedalam
kardus.
Setelah beberapa saat setelah dipacking baru akan terlihat
bahwa
adanya cup yang bocor.
e. Cup PP bocor sealer
Jenis cacat cup PP bocor sealer yaitu lem pada bibir cup tidak
terekat
sempurna. Jenis bocor sealer ini merupakan jumlah cacat yang
terbanyak setelah cup reject pemasok.
f. Cup PP reject pemasok
Reject pemasok disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari
mesin
termo yaitu cup dalam keadaan dempet. Hal ini juga dipengaruhi
oleh
material pembuatan cup yaitu proporsi antara polypropilen
dengan
plastik daur ulang tidak sesuai kadar yang sudah ditentukan.
Penyebab
lainnya yaitu karena suhu dan settingan mesin oleh operator
sehingga
ada cup yang kabur, buttom cup lunak, bibir cup sumbing dan
terdapat
oli dibibir cup.
g. Bocor jarum
Bocor jarum yaitu bocor yang terdapat pada lid dengan ukuran
sangat
kecil sehingga dapat diketahui setelah produk di packing.
2. Measure
Analisis diagram kontrol p digunakan untuk mengukur rata-rata
kecacatan. Pada lampiran A dapat dilihat bahwa jumlah produksi
cup
240 ml selama bulan November 2017 sampai dengan Januari 2018
adalah sebanyak 546,299 cup dengan jumlah cacat sebesar 114,799
cup.
Dengan 7 jenis cacat yaitu Air kotor atau berisi benda lain air
kurang
dari volume pack, lid tidak presisi atau timpang, cup PP bocor, cup
PP
bocor sealer, cup PP reject pemasok, bocor jarum. Dari 7 jenis
cacat
yang paling dominan pada Ayia cup 240 ml adalah:
1) Air kotor atau berisi benda lain sebanyak 6,932 cup dari total
cacat
keseluruhan 114,799 cup dengan persentase kecacatan 6.04 %.
2) Air kurang dari volume pack sebanyak 14,373 cup dengan
persentase kecacatan 12.52 %.
3) Lid tidak presisi atau timpang sebanyak 17,547 cup dengan
persentase kecacatan 15.28 %.
4) Cup PP bocor sealer sebanyak 31,235 cup dengan persentase
kecacatan 27.21 %.
5) Cup PP bocor sebanyak 2,389 cup dengan persentase
kecacatan
2.08 %.
6) Cup PP reject pemasok sebanyak 41,379 cup dengan
persentase
kecacatan 36.04 %.
Dari enam jenis cacat diatas jenis cacat paling banyak yaitu cup
PP
reject pemasok. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pengendalian kualitas maka faktor-faktor penyebab seperti
manusia,
mesin, metode dan lingkungan harus dapat dikendaliakan dengan
baik,
karena faktor-faktor ini sangat kuat pengaruhnya terhadap
kelancaran
proses produksi sehingga perlu dikendalikan dengan
sebaik-baiknya.
b. Analisis nilai kapabilitas sigma dan
Dari hasil pengolahan data dalam mendapatkan nilai kapabilitas
sigma
dan ditentukan dengan jumlah unit yang akan diukur kemudian
merevisi peta kendali, cup cacat yang berada diluar dan
sehingga didapatkan jumlah unit yang diukur sebanyak 546,299
cup, dengan CTQ 7 dan jumlah Defect () sebanyak 27,123 cup.
Maka
nilai (Defect Per Million Opportunities) setelah
diterapkannya
metode six sigma sebesar 7,093 cup dari sejuta produksi cup dan
berada
pada level 3.95 sigma. Sedangkan hasil perhitungan sebelum
menerapkan six sigma nilai DPMO di peroleh sebesar 30,020 cup
dari
sejuta produksi dan berada pada level 3.38 sigma. Pengurangan
cacat
setelah dan sebelum penerapan six sigma adalah sebanyak 22,927
cup
dengan perbandingan nilai sigma 0.57.
3. Analyze
sebab akibat (fishbone) yang telah dibuat. Diagram fishbone dibuat
untuk
menganalisis faktor-faktor penyebab kecacatan pada produk Ayia cup
240
ml. Pada diagram sebab akibat terdapat 4 faktor yang menjadi
penyebab
kecacatan yaitu manusia, mesin, lingkungan dan metode. Berikut
adalah
penjelasan dari 3 faktor tersebut:
a. Manusia
operator menjadi salah satu penyebab terbesar dari berbagai
jenis
kecacatan yang terjadi. Ketika mesin dalam keadaan on atau
sedadng
menjalani proses produksi maka tugas operator adalah
memperhatikan
dan mengawasi kerja mesin agar berjalan dengan baik sehingga
terhindar dari produk reject. Seperti yang terlihat pada diagram
sebab
akibat (fishbone diaghram) operator sering meninggalkan mesin
dan
tidak memperhatikan kebersihan mesin sehingga timbul berbagai
jenis
kecacatan. Kecacatan yang disebabkan oleh operator bisa
diatasi
dengan memberikan pelatihan dan sanki kepada operator apabila
cacat
melebihi batas kendali yang telah ditentukan oleh perusahaan
kemudian
memberikan motivasi dan menanamkan rasa tanggung jawab
terhadap
pekerjaan. Latar belakang pendidikan juga salah satu hal yang
sebaiknya dipertimbangkan agar pekerjaan yang dibebankan
mudah
dipahami dan diaplikasikan.
Dalam setiap produksi mesinpun membutuhkan perawatan agar
umur
mesin bisa bertahan lebih lama. Namun, di PT. Gunung Naga Mas
tidak
ada jadwal khusus perawatan mesin atau membersihkan mesin
secara
berkala yang ditetapkan oleh pihak perusahaan. Sehingga ada
beberapa
mesin dimana terdapat bekas oli yang menempel ke bibir cup
yang
nantinya akan mengotori air.
terhadap kinerja karyawan. Suhu udara yang panas, pengap dan
suasana
yang bising akan membuat pekerja tidak nyaman dalam melakukan
pekerjaannya. Dampaknya akan terlihat dari hasil kerja yang
kurang
memuaskan seperti banyaknya produk cacat yang dihasilkan.
4. Improve
Dari semua analisa data yang telah dilakukan, maka penulis
memberikan
usulan perbaikan kepada pihak perusahaan PT. Gunung Naga Mas
khususnya untuk permasalahan kecacatan produk Ayia cup 240
ml.
a. Faktor Manusia
pekerja, memberikan motivasi kerja dan menanamkan rasa
tanggung
jawab akan pekerjaan kepada semua pekerja. Sebaiknya
perusahaan
mempunyai standar kualifikasi pekerja (jenjang pendidikan)
untuk
setiap jenis posisi.
b. Faktor Mesin
atau perawatan mesin untuk mengurangi jenis-jenis kecacatan
yang
disebabkan oleh mesin. Sebaiknya operator juga diberikan
sanksi
apabila meninggalkan mesin ketika proses produksi sedang
berjalan.
c. Faktor Lingkungan
5. Control
tahap kontrol pada penelitian ini hanya berupa rekomendasi tindakan
yang
sebaiknya dilakukan oleh perusahaan. Pengendalian yang
dilakukan
mencakup seluruh proses dari input sampai output. Meskipun
perbaikan
dilakukan tidak untuk semua penyebab kecacatan, karena semua
aspek
sebaiknya benar-benar diperhatikan agar kecacatan yang terjadi saat
ini
dapat ditanggulangi dan bermanfaat untuk masa mendatang.
BAB VI
Berdasarkan pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan pada
bab
IV dan bab V maka dapat disimpulkan hasil dari penelitian yang
telah dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pengurangan produk cacat setelah penerapan metode six sigma
adalah
sebesar 22,927 cup, dari 30,020 cup dengan sigma level 3.38
menjadi
7,093 cup dengan sigma level 3.95.
2. Dari hasil data fishbone diketahui bahwa penyebab kecacatan
terdiri dari 3
faktor yaitu manusia, mesin dan lingkungan:
a. Faktor Manusia merupakan faktor utama penyebab kecacatan.
Operator yang sering meninggalkan mesin, tanggung jawab akan
pekerjaan kurang dan latar belakang pendidikan yang kurang
diperhatikan.
b. Faktor Mesin, mesin dibiarkan bekerja tanpa diawasi, mesin
tidak
dibersihkan secara berkala oleh operator.
c. Faktor Lingkungan kerja yang tidak nyaman seperti suhu
ruangan
yang panas atau pengap dan bising dapat membuat kinerja jadi
menurun.
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada pihak perusahaan
untuk
mengurangi tingkat kecacatan yaitu sebagai berikut:
1. Faktor manusia
b. SOP (Standar Operasional Prosedur) disosialisasikan dan
diiringi
dengan sanksi dan penghargaan.
bagian proses produksi.
2. Faktor Mesin
b. Memberikan sanksi kepada pekerja yang kedapatan
meninggalkan
mesin saat proses produksi.
merasa pengap dan kepanasan saat bekerja.
b. Memberikan fasilitas K3 berupa penutup telinga (ear plug)
untuk
mengurangi kebisingan.
DAFTAR PUSTAKA
Kualitas Produksi Surat Kabar Harian. Skripsi. Institut
Teknologi
Sepuluh November, Surabaya. 2017.
Pendekatan DMAIC untuk Mengurangi Biaya Kegagalan Internal
Pada Produksi Kantong Semen Pasted Bag di Pabrik Kantong PT.
Semen Padang. Skripsi. STTIND, Padang. 2015.
Fransiscus, Hanky., Cynthia Prithadevi Juwono, Isabelle Sarah
Astari.
Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint
Bucket Cacat di PT. X. Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol.3.
Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung. 2014.
Kho, Budi. Pengertian DPMO (Defect Per Million Opportunities) Six
Sigma
dan Cara Menghitungnya.
https://id.linkedin.com/pulse/pengertian-dpmo-
2018.
Nurullah Amalia., Lisye Fitria, R. Hari Adianto. Perbaikan Kualitas
Benang
20S dengan Menggunakan Penerapan Metode Six Sigma-DMAIC di
PT. Supratex. Jurnal Teknik Industri Itenas No.1 Vol.02.
ITENAS,
Bandung. 2014.
Skripsi. Universitas Pakuan, Bogor. 2013.
Sakhinah, Siti. Penelitian Murni dan Terapan.
https://sitisakhinah.blogspot.com/2016/10/penelitian-murni-dan-
tanggal 11 Desember 2017.
Vitho Ivan., Elisabeth Ginting, Anizar. Aplikasi Six Sigma untuk
Menganalisis
Faktor-faktor Penyebab Kecacatan Produk Crumb Rubber SIR 20
Pada PT. XYZ. E-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol.3.
Universitas
Sumatera Utara. Medan. 2013.
2015.
November 2017 Sampai Januari 2018
Lampiran A
Rekapitulasi Data Jumlah Produksi dan Produk Cacat Ayia Cup 240 ml
Bulan November 2017 sampai Januari 2018
Aira Kotor/ Air Kurang dari Lid Tidak Presisi/ Cup -PP Cup -PP Cup
-PP Bocor Good
Berisi Benda
Volume Pack Timpang Bocor Sealer Bocor Reject Pemasok Jarum
Rabu, 01 November 2017 85 124 166 226 0 273 3 9100 8223 877
Kamis, 02 November 2017 83 186 233 577 0 535 10 9100 7476
1624
Jumat, 03 November 2017 76 332 586 500 0 575 13 8710 6628
2082
Sabtu, 04 November 2017 11 26 0 52 0 91 3 1442 1259 183
Senin, 06 November 2017 199 467 1052 399 0 581 24 8450 5728
2722
Selasa, 07 November 2017 103 526 190 541 0 947 27 9100 6766
2334
Rabu, 08 November 2017 121 186 200 442 0 689 8 7995 6349 1646
Kamis, 09 November 2017 143 362 97 509 0 720 27 8775 6917
1858
Jumat, 10 November 2017 140 79 404 228 0 455 1 7605 6298 1307
Sabtu, 11 November 2017 83 202 1493 572 0 660 37 5655 2608
3047
Senin, 13 November 2017 40 44 934 129 0 203 0 3503 2153 1350
Rabu, 15 November 2017 87 156 1412 785 146 537 31 8580 5426
3154
Kamis, 16 November 2017 296 538 113 434 0 1003 14 9100 6702
2398
Jumat, 17 November 2017 50 46 139 179 0 491 0 8710 7805 905
Sabtu, 18 November 2017 67 56 63 243 0 387 0 6500 5684 816
Senin, 20 November 2017 60 71 24 263 0 498 0 8970 8054 916
Selasa, 21 November 2017 56 203 439 381 235 315 0 8190 6561
1629
Rabu, 22 November 2017 141 242 43 457 0 708 32 8964 7341 1623
Kamis, 23 November 2017 100 197 181 503 0 472 19 9100 7628
1472
Jumat, 24 November 2017 113 131 68 308 0 516 8 8710 7566 1144
Sabtu, 25 November 2017 42 198 41 317 0 352 36 6500 5514 986
Senin, 27 November 2017 72 113 106 185 258 273 0 6760 5753
1007
Selasa, 28 November 2017 80 182 350 525 0 850 14 8970 6969
2001
Rabu, 29 November 2017 165 4 52 77 0 96 0 9035 8641 394
Kamis, 30 November 2017 195 125 120 162 0 500 3 9100 7995
1105
Tanggal Produksi
URAIAN KETIDAK SESUAIAN
Total Produksi Cacat
Aira Kotor/ Air Kurang dari Lid Tidak Presisi/ Cup -PP Cup -PP Cup
-PP Bocor Good
Berisi Benda
Tanggal Produksi
URAIAN KETIDAK SESUAIAN
Total Produksi Cacat
Sabtu, 02 Desember 2017 59 77 134 205 227 86 0 5655 4867 788
Senin, 04 Desember 2017 81 186 25 467 0 437 0 7605 6409 1196
Selasa, 05 Desember 2017 78 442 60 451 0 561 5 6605 5008 1597
Rabu, 06 Desember 2017 86 117 35 563 0 456 3 6630 5370 1260
Kamis, 07 Desember 2017 123 110 167 159 0 578 0 9100 7963
1137
Jumat, 08 Desember 2017 73 113 32 227 35 682 0 6435 5273 1162
Senin, 11 Desember 2017 119 170 223 641 0 519 18 8255 6565
1690
Selasa, 12 Desember 2017 116 194 437 852 0 774 50 8970 6547
2423
Rabu, 13 Desember 2017 115 495 294 902 0 1192 24 8905 5883
3022
Kamis, 14 Desember 2017 114 123 95 470 0 301 8 7345 6234 1111
Jumat, 15 Desember 2017 145 528 216 630 0 450 7 8580 6604
1976
Senin, 18 Desember 2017 170 461 345 911 3 908 26 9100 6276
2824
Selasa, 19 Desember 2017 128 163 243 416 2 455 12 6045 4626
1419
Rabu, 20 Desember 2017 122 242 255 482 13 485 0 8450 6851
1599
Kamis, 21 Desember 2017 115 270 198 457 23 570 0 8645 7012
1633
Jumat, 22 Desember 2017 120 314 185 450 0 531 16 8710 7094
1616
Selasa, 26 Desember 2017 80 111 167 188 0 320 0 7670 6804 866
Rabu, 27 Desember 2017 127 142 239 320 0 568 8 8385 6981 1404
Jumat, 29 Desember 2017 47 77 64 196 0 214 2 3120 2520 600
Sabtu, 30 Desember 2017 71 219 36 378 0 413 13 6500 5370 1130
Aira Kotor/ Air Kurang dari Lid Tidak Presisi/ Cup -PP Cup -PP Cup
-PP Bocor Good
Berisi Benda
Tanggal Produksi
URAIAN KETIDAK SESUAIAN
Total Produksi Cacat
Selasa, 02 Januari 2018 119 433 402 503 0 422 0 5330 3451
1879
Rabu, 03 Januari 2018 96 286 70 784 0 678 4 8775 6857 1918
Kamis, 04 Januari 2018 98 131 89 320 2 428 12 8450 7370 1080
Jumat, 05 Januari 2018 97 243 88 486 132 371 40 8190 6733
1457
Sabtu, 06 Januari 2018 72 158 56 369 3 424 3 6305 5220 1085
Senin, 08 Januari 2018 114 186 276 659 24 682 19 9035 7075
1960
Selasa, 09 Januari 2018 107 160 231 581 13 641 22 9100 7345
1755
Rabu, 10 Januari 2018 104 73 185 604 13 450 6 8710 7275 1435
Kamis, 11 Januari 2018 93 169 318 1294 13 1714 28 8385 4756
3629
Jumat, 12 Januari 2018 87 204 62 719 0 726 15 8710 6897 1813
Sabtu, 13 Januari 2018 62 110 8 278 11 726 16 6180 4969 1211
Senin, 15 Januari 2018 71 182 5 329 0 726 6 6900 5581 1319
Selasa, 16 Januari 2018 83 253 231 599 2 726 35 9035 7106
1929
Rabu, 17 Januari 2018 75 243 191 555 0 726 13 8775 6972 1803
Kamis, 18 Januari 2018 80 222 172 447 36 726 70 8970 7217
1753
Jumat, 19 Januari 2018 77 251 118 485 757 726 42 7475 5019
2456
Sabtu, 20 Januari 2018 46 232 156 351 281 726 13 6045 4240
1805
Senin, 22 Januari 2018 87 230 287 504 1 726 35 8710 6840 1870
Selasa, 23 Januari 2018 91 217 381 561 0 726 24 7865 5865
2000
Rabu, 24 Januari 2018 27 89 168 280 0 726 13 4550 3247 1303
Kamis, 25 Januari 2018 47 114 377 400 0 726 2 5395 3729 1666
Jumat, 26 Januari 2018 77 132 306 341 0 726 16 7670 6072 1598
Sabtu, 27 Januari 2018 55 98 108 225 0 726 1 4795 3582 1213
Senin, 29 Januari 2018 158 138 216 554 2 726 3 8710 6913 1797
Selasa, 30 Januari 2018 140 144 713 493 13 726 3 8775 6543
2232
Rabu, 31 Januari 2018 72 325 377 155 144 726 1 8125 6325 1800
6932 14373 17547 31235 2389 41379 944 546299 114799
LAMPIRAN B
November 2017 sampai Januari 2018
Lampiran B
Perhitungan untuk UCL, CL dan LCL Bulan November 2017 sampai
Januari 2018
%P
Rabu, 01 November 2017 9100 877 0.096 9.64% 0.210 0.223 0.197
Kamis, 02 November 2017 9100 1624 0.178 17.85% 0.210 0.223
0.197
Jumat, 03 November 2017 8710 2082 0.239 23.90% 0.210 0.223
0.197
Sabtu, 04 November 2017 1442 183 0.127 12.69% 0.210 0.242
0.178
Senin, 06 November 2017 8450 2722 0.322 32.21% 0.210 0.223
0.197
Selasa, 07 November 2017 9100 2334 0.256 25.65% 0.210 0.223
0.197
Rabu, 08 November 2017 7995 1646 0.206 20.59% 0.210 0.224
0.196
Kamis, 09 November 2017 8775 1858 0.212 21.17% 0.210 0.223
0.197
Jumat, 10 November 2017 7605 1307 0.172 17.19% 0.210 0.224
0.196
Sabtu, 11 November 2017 5655 3047 0.539 53.88% 0.210 0.226
0.194
Senin, 13 November 2017 3503 1350 0.385 38.54% 0.210 0.231
0.189
Rabu, 15 November 2017 8580 3154 0.368 36.76% 0.210 0.223
0.197
Kamis, 16 November 2017 9100 2398 0.264 26.35% 0.210 0.223
0.197
Jumat, 17 November 2017 8710 905 0.104 10.39% 0.210 0.223
0.197
Sabtu, 18 November 2017 6500 816 0.126 12.55% 0.210 0.225
0.195
Senin, 20 November 2017 8970 916 0.102 10.21% 0.210 0.223
0.197
Selasa, 21 November 2017 8190 1629 0.199 19.89% 0.210 0.224
0.197
Rabu, 22 November 2017 8964 1623 0.181 18.11% 0.210 0.223
0.197
Kamis, 23 November 2017 9100 1472 0.162 16.18% 0.210 0.223
0.197
Jumat, 24 November 2017 8710 1144 0.131 13.13% 0.210 0.223
0.197
Sabtu, 25 November 2017 6500 986 0.152 15.17% 0.210 0.225
0.195
Senin, 27 November 2017 6760 1007 0.149 14.90% 0.210 0.225
0.195
Selasa, 28 November 2017 8970 2001 0.223 22.31% 0.210 0.223
0.197
Rabu, 29 November 2017 9035 394 0.044 4.36% 0.210 0.223 0.197
Kamis, 30 November 2017 9100 1105 0.121 12.14% 0.210 0.223
0.197
UCL LCLTanggal Produksi Good Cacat P CL
%P UCL LCLTanggal Produksi Good Cacat P CL
Sabtu, 02 Desember 2017 5655 788 0.139 13.93% 0.210 0.226
0.194
Senin, 04 Desember 2017 7605 1196 0.157 15.73% 0.210 0.224
0.196
Selasa, 05 Desember 2017 6605 1597 0.242 24.18% 0.210 0.225
0.195
Rabu, 06 Desember 2017 6630 1260 0.190 19.00% 0.210 0.225
0.195
Kamis, 07 Desember 2017 9100 1137 0.125 12.49% 0.210 0.223
0.197
Jumat, 08 Desember 2017 6435 1162 0.181 18.06% 0.210 0.225
0.195
Senin, 11 Desember 2017 8255 1690 0.205 20.47% 0.210 0.224
0.197
Selasa, 12 Desember 2017 8970 2423 0.270 27.01% 0.210 0.223
0.197
Rabu, 13 Desember 2017 8905 3022 0.339 33.94% 0.210 0.223
0.197
Kamis, 14 Desember 2017 7345 1111 0.151 15.13% 0.210 0.224
0.196
Jumat, 15 Desember 2017 8580 1976 0.230 23.03% 0.210 0.223
0.197
Senin, 18 Desember 2017 9100 2824 0.310 31.03% 0.210 0.223
0.197
Selasa, 19 Desember 2017 6045 1419 0.235 23.47% 0.210 0.226
0.194
Rabu, 20 Desember 2017 8450 1599 0.189 18.92% 0.210 0.223
0.197
Kamis, 21 Desember 2017 8645 1633 0.189 18.89% 0.210 0.223
0.197
Jumat, 22 Desember 2017 8710 1616 0.186 18.55% 0.210 0.223
0.197
Selasa, 26 Desember 2017 7670 866 0.113 11.29% 0.210 0.224
0.196
Rabu, 27 Desember 2017 8385 1404 0.167 16.74% 0.210 0.223
0.197
Jumat, 29 Desember 2017 3120 600 0.192 19.23% 0.210 0.232
0.188
Sabtu, 30 Desember 2017 6500 1130 0.174 17.38% 0.210 0.225
0.195
%P UCL LCLTanggal Produksi Good Cacat P CL
Selasa, 02 Januari 2018 5330 1879 0.353 35.25% 0.210 0.227
0.193
Rabu, 03 Januari 2018 8775 1918 0.219 21.86% 0.210 0.223
0.197
Kamis, 04 Januari 2018 8450 1080 0.128 12.78% 0.210 0.223
0.197
Jumat, 05 Januari 2018 8190 1457 0.178 17.79% 0.210 0.224
0.197
Sabtu, 06 Januari 2018 6305 1085 0.172 17.21% 0.210 0.226
0.195
Senin, 08 Januari 2018 9035 1960 0.217 21.69% 0.210 0.223
0.197
Selasa, 09 Januari 2018 9100 1755 0.193 19.29% 0.210 0.223
0.197
Rabu, 10 Januari 2018 8710 1435 0.165 16.48% 0.210 0.223
0.197
Kamis, 11 Januari 2018 8385 3629 0.433 43.28% 0.210 0.223
0.197
Jumat, 12 Januari 2018 8710 1813 0.208 20.82% 0.210 0.223
0.197
Sabtu, 13 Januari 2018 6180 1211 0.196 19.60% 0.210 0.226
0.195
Senin, 15 Januari 2018 6900 1319 0.191 19.12% 0.210 0.225
0.195
Selasa, 16 Januari 2018 9035 1929 0.214 21.35% 0.210 0.223
0.197
Rabu, 17 Januari 2018 8775 1803 0.205 20.55% 0.210 0.223
0.197
Kamis, 18 Januari 2018 8970 1753 0.195 19.54% 0.210 0.223
0.197
Jumat, 19 Januari 2018 7475 2456 0.329 32.86% 0.210 0.224
0.196
Sabtu, 20 Januari 2018 6045 1805 0.299 29.86% 0.210 0.226
0.194
Senin, 22 Januari 2018 8710 1870 0.215 21.47% 0.210 0.223
0.197
Selasa, 23 Januari 2018 7865 2000 0.254 25.43% 0.210 0.224
0.196
Rabu, 24 Januari 2018 4550 1303 0.286 28.64% 0.210 0.228
0.192
Kamis, 25 Januari 2018 5395 1666 0.309 30.88% 0.210 0.227
0.193
Jumat, 26 Januari 2018 7670 1598 0.208 20.83% 0.210 0.224
0.196
Sabtu, 27 Januari 2018 4795 1213 0.253 25.30% 0.210 0.228
0.192
Senin, 29 Januari 2018 8710 1797 0.206 20.63% 0.210 0.223
0.197
Selasa, 30 Januari 2018 8775 2232 0.254 25.44% 0.210 0.223
0.197
Rabu, 31 Januari 2018 8125 1800 0.222 22.15% 0.210 0.224
0.197
BIODATA WISUDAWAN
No. Urut : -
NPM : 1410024425047
IPK : 3, 89
(DMAIC) untuk Menuju Zero
Ayia Cup 240 ml
2. Verra Syahmer, MT
Nama Orang Tua : Muhammad Nasir
Alamat / Tlp / Hp : Koto Marapak, Jorong Lasi Tuo,
Kecamatan Canduang,
Kabupaten Agam /