Top Banner
Pendekatan Kualitatif dan Kontribusinya dalam Penelitian Administrasi Publik :: Hendrikus Triwibawanto Gedeona 183 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VII No. 3 September 2010 PENDEKATAN KUALITATIF DAN KONTRIBUSINYA DALAM PENELITIAN ADMINISTRASI PUBLIK Hendrikus Tri Wibawanto Gedeona STIA LAN Bandung, Jalan Cimandiri No. 34-38, Bandung Email: [email protected] Qualitative Approach and Its Contribution to Research in Public Administration Abstract Pilihan terhadap suatu pendekatan penelitian untuk melakukan penelitian adalah sesuatu yang penting dalam proses penelitian, termasuk dalam penelitian Ilmu Administrasi Publik. Umumnya dalam ranah Ilmu Administrasi Publik, kecenderungan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dibandingkan dengan pendekatan kualitatif. Meskipun demikian adanya, kemanfaatan daripada pendekatan penelitian kualitatif, akhir-akhir ini, sungguh terasa dalam praktik penelitian yang dilakukan peneliti Ilmu Administrasi Publik, secara khusus teknik-teknik pengumpulan data kualitatif yang digunakan, seperti wawancara mendalam (in depth interview) pengamatan partisipasi (participation observation) dan diskusi kelompok terarah (focus group discussion). Metode-metode tersebut, semakin lama semakin teramat berguna untuk mengungkapkan fenomena-fenomena atau permasalahan-permasalahan yang muncul dalam Ilmu Administrasi Publik, seperti pelayanan publik, korupsi, kinerja aparatur negara, kebijakan publik, dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis tertarik dan mencoba mengulas hal tersebut dalam artikel ini. Keywords: Pendekatan Kualitatif, Penelitian Administrasi Publik. A. PENDAHULUAN Banyak sekali kebijakan dan implementasi kebijakan dalam bentuk program atau kegiatan, menemukan kesulitan atau kegagalan dalam praktik Administrasi Publik di negeri ini. Demikian pula dalam tataran dunia akademik, baik dalam penyusunan skripsi, tesis maupun disertasi, atau pun penelitian-penelitian lain yang dilakukan oleh kaum akademisi dalam ranah Ilmu Administrasi Publik, terkadang hasil penelitian tersebut juga mengalami kegagalan atau kekurangan-kekurangan secara metodologis dan tidak dimanfaatkan karena tidak dibangun di atas penggunaan metode yang tepat dan data (hasil penelitian) yang memadai. Penelitian yang bermutu dan bermanfaat, baik dalam tataran kebijakan atau pun dalam dunia akademik diakui oleh siapa pun harus didasarkan atas data yang bermutu (benar dan obyektif) dan bermanfaat pula. Dan untuk dapat menghasilkan data yang bermutu dan bermanfaat maka diperlukan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam melakukan proses pengumpulan data atau penelitian, di samping dibutuhkan sikap empatik (memahami orang atau situasi yang diteliti), mendengarkan dengan aktif (merangsang subyek untuk menyatakan pikiran dan perasaannya) dan menegakkan nilai-nilai etis dalam seluruh proses penelitian. Ketika akan melakukan sebuah penelitian maka hal pertama yang sering jadi pertimbangan adalah pendekatan atau metode mana yang akan dipakai, kualitatif atau kuantitatif. Tetapi sesungguhnya, bukan hal itu yang pertama-tama harus dibicarakan, melainkan masalah, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian tersebut, kemudian ditentukan cara atau jalan untuk mencapai hal tersebut. Dalam konteks metodologi penelitian, cara yang dimaksud disebut sebagai metode penelitian. Di tingkat metodologi penelitian, semenjak awal pertumbuhan ilmu-ilmu sosial sudah dikenal ada dua mazhab penelitian sosial dengan pendekatan/ metode penelitian yang berbeda, yaitu: pertama, mazhab penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kuantitatif atau lebih populer disebut “pendekatan penelitian kuantitatif”, dan kedua, mazhab penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kualitatif atau yang lebih dikenal dengan sebutan “pendekatan penelitian kualitatif. Munculnya dua mazhab pendekatan penelitian itu merupakan konsekuensi metodologis dari perbedaan asumsi masing-masing tentang hakikat realitas sosial dan hakikat manusia itu sendiri. Dengan kata lain, kehadiran pendekatan penelitian kuantitatif di satu pihak, dan kehadiran pendekatan kualitatif di lain pihak, tidak terlepas dari perbedaan paradigma antara keduanya didalam memandang hakikat realitas sosial dan hakikat manusia. Pendekatan penelitian kuantitatif lahir dan berkembang dari tradisi (main stream) ilmu-ilmu sosial Prancis dan Inggris yang kental oleh tradisi ilmu-ilmu kealaman (natural science). Ia pun diwarnai oleh aliran filsafat materialisme, realisme, naturalisme, emperisme dan positivisme, sehingga dari situlah lahir dan berkembang biak ilmu sosial berwajah positivisme yang mengedepankan pendekatan penelitian kuantitatif sebagai satu-satunya cara andal untuk menjelaskan fenomena sosial dan perilaku manusia.
10

pendekatan kualitatif dan kontribusinya dalam penelitian ...

Nov 07, 2022

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: pendekatan kualitatif dan kontribusinya dalam penelitian ...

Pendekatan Kualitatif dan Kontribusinyadalam Penelitian Administrasi Publik

:: Hendrikus Triwibawanto Gedeona

183Jurnal Ilmu Administrasi Volume VII No. 3 September 2010

PENDEKATAN KUALITATIF DAN KONTRIBUSINYA DALAM PENELITIANADMINISTRASI PUBLIK

Hendrikus Tri Wibawanto GedeonaSTIA LAN Bandung, Jalan Cimandiri No. 34-38, Bandung

Email: [email protected]

Qualitative Approach and Its Contribution to Research in Public Administration

AbstractPilihan terhadap suatu pendekatan penelitian untuk melakukan penelitian adalah sesuatu yang penting

dalam proses penelitian, termasuk dalam penelitian Ilmu Administrasi Publik. Umumnya dalam ranah IlmuAdministrasi Publik, kecenderungan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dibandingkandengan pendekatan kualitatif. Meskipun demikian adanya, kemanfaatan daripada pendekatan penelitian kualitatif,akhir-akhir ini, sungguh terasa dalam praktik penelitian yang dilakukan peneliti Ilmu Administrasi Publik,secara khusus teknik-teknik pengumpulan data kualitatif yang digunakan, seperti wawancara mendalam (indepth interview) pengamatan partisipasi (participation observation) dan diskusi kelompok terarah (focus group discussion).Metode-metode tersebut, semakin lama semakin teramat berguna untuk mengungkapkan fenomena-fenomenaatau permasalahan-permasalahan yang muncul dalam Ilmu Administrasi Publik, seperti pelayanan publik, korupsi,kinerja aparatur negara, kebijakan publik, dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis tertarik dan mencoba mengulashal tersebut dalam artikel ini.

Keywords: Pendekatan Kualitatif, Penelitian Administrasi Publik.

A. PENDAHULUANBanyak sekali kebijakan dan implementasi

kebijakan dalam bentuk program atau kegiatan,menemukan kesulitan atau kegagalan dalam praktikAdministrasi Publik di negeri ini. Demikian puladalam tataran dunia akademik, baik dalampenyusunan skripsi, tesis maupun disertasi, atau punpenelitian-penelitian lain yang dilakukan oleh kaumakademisi dalam ranah Ilmu Administrasi Publik,terkadang hasil penelitian tersebut juga mengalamikegagalan atau kekurangan-kekurangan secarametodologis dan tidak dimanfaatkan karena tidakdibangun di atas penggunaan metode yang tepat dandata (hasil penelitian) yang memadai.

Penelitian yang bermutu dan bermanfaat, baikdalam tataran kebijakan atau pun dalam duniaakademik diakui oleh siapa pun harus didasarkanatas data yang bermutu (benar dan obyektif) danbermanfaat pula. Dan untuk dapat menghasilkandata yang bermutu dan bermanfaat maka diperlukanpengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalammelakukan proses pengumpulan data ataupenelitian, di samping dibutuhkan sikap empatik(memahami orang atau situasi yang diteliti),mendengarkan dengan aktif (merangsang subyekuntuk menyatakan pikiran dan perasaannya) danmenegakkan nilai-nilai etis dalam seluruh prosespenelitian.

Ketika akan melakukan sebuah penelitian makahal pertama yang sering jadi pertimbangan adalahpendekatan atau metode mana yang akan dipakai,kualitatif atau kuantitatif. Tetapi sesungguhnya,bukan hal itu yang pertama-tama harus dibicarakan,melainkan masalah, tujuan dan manfaat yang ingin

dicapai dari penelitian tersebut, kemudian ditentukancara atau jalan untuk mencapai hal tersebut. Dalamkonteks metodologi penelitian, cara yang dimaksuddisebut sebagai metode penelitian.

Di tingkat metodologi penelitian, semenjak awalpertumbuhan ilmu-ilmu sosial sudah dikenal ada duamazhab penelitian sosial dengan pendekatan/metode penelitian yang berbeda, yaitu: pertama,mazhab penelitian sosial yang menggunakanpendekatan kuantitatif atau lebih populer disebut“pendekatan penelitian kuantitatif”, dan kedua,mazhab penelitian sosial yang menggunakanpendekatan kualitatif atau yang lebih dikenal dengansebutan “pendekatan penelitian kualitatif.

Munculnya dua mazhab pendekatan penelitianitu merupakan konsekuensi metodologis dariperbedaan asumsi masing-masing tentang hakikatrealitas sosial dan hakikat manusia itu sendiri.Dengan kata lain, kehadiran pendekatan penelitiankuantitatif di satu pihak, dan kehadiran pendekatankualitatif di lain pihak, tidak terlepas dari perbedaanparadigma antara keduanya didalam memandanghakikat realitas sosial dan hakikat manusia.

Pendekatan penelitian kuantitatif lahir danberkembang dari tradisi (main stream) ilmu-ilmu sosialPrancis dan Inggris yang kental oleh tradisi ilmu-ilmukealaman (natural science). Ia pun diwarnai oleh aliranfilsafat materialisme, realisme, naturalisme,emperisme dan positivisme, sehingga dari situlahlahir dan berkembang biak ilmu sosial berwajahpositivisme yang mengedepankan pendekatanpenelitian kuantitatif sebagai satu-satunya cara andaluntuk menjelaskan fenomena sosial dan perilakumanusia.

Page 2: pendekatan kualitatif dan kontribusinya dalam penelitian ...

Pendekatan Kualitatif dan Kontribusinyadalam Penelitian Administrasi Publik

:: Hendrikus Triwibawanto Gedeona

184 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VII No. 3 September 2010

Sementara itu, pendekatan penelitian kualitatiflahir dan berkembang dari tradisi (main stream) ilmu-ilmu sosial Jerman yang diwarnai pemikiran filsafatala Platonik sebagaimana yang kental tercermin padapemikiran Kant maupun Hegel. Pendekatan inididominasi oleh aliran filsafat idealisme,rasionalisme, humanisme, fenomenologisme daninterpretivisme, sehingga dari situ berkembang ilmusosial interpretivisme yang mengunggulkanpendekatan penelitian kualitatif sebagai satu-satunyacara andal dan relevan untuk bisa memahamifenomena sosial dan perilaku manusia.

Berangkat dari perbedaan paradigma antarakeduanya dalam memandang hakikat realitas sosialdan hakikat manusia tersebut menjadikan keduanyasecara signifikan memiliki perbedaan yang hakiki,sekaligus di antara keduanya memiliki kekuatan dankelemahannya masing-masing dalam praktik ataukegunaannya.

Adanya kekuatan dan kelemahan dari keduanya,pada akhirnya memunculkan pemikiran untuk“memadukan” kedua pendekatan tersebut dalampenelitian sosial sebagai satu “multi-strategy research”,guna mengungkapkan fenomena sosial dan perilakumanusia sehingga hasil penelitian yang didapatmemungkinkan lebih berkualitas, mendekati“kebenaran” dan obyektif (dalam Gideon, dkk,1968;1).

Lepas dari kelebihan dan kekurangan dari keduametode tersebut, dalam konteks Ilmu AdministrasiPublik, perkembangan kedua pendekatan penelitiandalam mengungkapkan fenomena-fenomena dan/atau masalah-masalah sosial dalam ranah IlmuAdministrasi Publik juga berjalan seiring denganperkembangan metodologi penelitian sosial itusendiri. Sehingga pada tulisan ini akan diuraikanbagaimana kontribusi kedua pendekatan penelitiantersebut, secara khusus penekanannya padabagaimana kontribusi pendekatan penelitian kualitatifdalam Ilmu Administrasi Publik.

Untuk lebih sistematis, jelas dan komprehensif,maka tulisan ini akan dibagi kedalam beberapabagian. Bagian Pertama akan diuraikan apa itupendekatan penelitian kualitatif dan ruanglingkupnya. Bagian Kedua, akan dibahas kontribusipendekatan penelitian kualitatif dalam IlmuAdministrasi Publik: kekuatan dan kelemahannya.

B. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUPPENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIFDalam metodologi penelitian kualitatif tentu saja

kita akan menemukan satu set prinsip-prinsip, prosesdan/atau cara atau metode kualitatif yangdengannya para metodologist dapat menilaikebenaran dari prosedur-prosedur penelitian secarakualitatif, yang tentu saja berbeda dengan penelitiandengan metode kuantitatif.

Penyebutan metode kuantitatif di sini adalahsesuatu yang tak bisa dihindari karena dalam kurunwaktu yang lama, pendekatan penelitian kuantitatifyang mempersoalkan jumlah, besaran, angka-angka,dan obyektifitas suatu kejadian, menduduki posisiyang penting dalam ilmu-ilmu sosial. Tetapi dalamtahun-tahun terakhir orang tidak lagi hanyamempersoalkan besaran dan jumlah atau tindakanyang nyata secara obyektif saja, namun juga telahmenaruh perhatian yang serius pada pemahamanmendalam terhadap makna dan subyektivitas yangmelatarbelakangi suatu tindakan atau kejadian.

Metode/teknik kuantitatif yang terdiri ataspenyebaran angket, kuesioner, wawancara formaldan terstruktur walaupun masih tetap penting,namun tidak lagi dominan seperti sebelumnya.Metode kualitatif melalui observasi partisipasi(pengamatan peran serta), wawancara mendalam dandiskusi kelompok dianggap dapat memberikanpemahaman yang lebih terperinci, mendalam danmenyeluruh (holistik).

Metode penelitian kualitatif dalam konteksmetodologi penelitian sosial, seperti yang telahdisinggung pada sub bagian pendahuluan di atas,merupakan suatu metode dari tradisi ilmu sosialinterpretivisme, dimana dalam domain ini manusialebih dipandang sebagai makluk rohaniah, bukanmakluk jasmaniah sebagaimana dianggap paratradisi pemikiran positivisme1. Maksudnya, bahwamanusia selaku makhluk sosial, sehari-hari bukanlah‘berperilaku” melainkan “bertindak”, sebab istilah“perilaku” berkonotasi mekanistik atau bersifatotomatis, padahal “tingkah laku sosial” manusiasenantiasa melibatkan niat tertentu, pertimbangantertentu, atau alasan-alasan tertentu. Dengan katalain, “tingkah laku sosial” tertentu niscayamelibatkan kesadaran sosial tertentu. Iamembutuhkan intensional tertentu. Artinyamelibatkan makna dan interpretasi yang tersimpandidalam diri sang manusia pelaku suatu tindakan.Atas dasar itu, realitas sosial sesungguhnya bersifat

1. Dalam tradisi positivisme (kuantitatif), manusia dipandang sebagai makluk jasmaniah biasa yang sehari-hari berperilaku (melakukanrespons) bergantung kepada stimulus yang menerpa dirinya dan/atau bergantung pada tuntutan organismik yang secara alamiahtersimpan dalam diri manusia itu sendiri. Itu berarti perilaku manusia tidak lebih dari suatu respons yang sifatnya otomatis dan mekanistik.Oleh karena itu, suatu fenomena social dipandang sebagai akibat atau fungsi dari bekerjanya faktor organismik (internal) dan/atau struktursosial tertentu. Penjelasan terhadap fenomena sosial (mengapa demikian adanya) harus dicari pada faktor atau variabel ditingkat organismikdan/atau struktur sosial itu sendiri. Dari situlah lahir tradisi penelitian kuantitatif yang berupaya mengidentifikasikan dan mengukur faktor-faktor apa saja atau variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi atau menyebabkan sesuatu fenomena. Tradisi-tradisi penelitian korelasionaldan komparasi yang dibantu oleh analisis statistik korelasi dan uji beda, termasuk analisis faktor dan analisis jalur merupakan bagian darimetode penelitian kuantitatif.

Page 3: pendekatan kualitatif dan kontribusinya dalam penelitian ...

Pendekatan Kualitatif dan Kontribusinyadalam Penelitian Administrasi Publik

:: Hendrikus Triwibawanto Gedeona

185Jurnal Ilmu Administrasi Volume VII No. 3 September 2010

manusiawi. Ia bergantung pada makna daninterpretasi yang diberikan oleh manusia lain(peneliti) yang memandangnya. Suatu obyek,keadaan, kondisi, situasi, atau apa saja (dalamkenyataan sosial) bisa memiliki makna beranekaragam tergantung apa yang ada dibenak (kesadaran)manusia yang memaknainya. Sehingga dalampemahaman metodologi penelitian kualitatif,fenomena sosial barulah bisa dipahami bila berhasilmemahami dunia makna yang tersimpan dalam diripara pelakunya. Dunia makna itulah yang perludibuka, dilacak, dan dipahami untuk bisa memahamifenomena sosial apapun, kapan pun dan di manapun. Termasuk juga bila hendak memahami ‘‘karyamanusia” yang telah menyejarah, apa itu berupa teksnarasi di berbagai karya ataukah peristiwa-peristiwasejarah itu sendiri. Memahami di sini bukan denganjalan mencari penjelasan (explanation) ala positivisme(yang mencoba mencari faktor atau variabelpenyebab).

Dari pemahaman di atas, menurut Denzin danLincoln dalam bukunya “The Sage Handbook ofQualitative Research Third Edition” (2005), melahirkanvarian tradisi pendekatan penelitian kualitatif,dengan keragaman aliran teori dan akar tradisinyamasing-masing. Akan tetapi, walaupunmemperlihatkan keragaman, semuanya bermuarakepada alasan-alasan (reasons) yang tersembunyidibalik tindakan para pelaku tindakan sosial. Denganperkataan lain, bermuara kepada “makna sosial”(social meaning)” dari suatu fenomena sosial. Fokusnyabisa ke arah (untuk menemukan) etika macam apayang tersembunyi di balik suatu fenomena sosial. Bisajuga tertuju untuk menemukan frame (pola pikir)macam apa yang terpancar di balik suatu fenomenasosial. Bisa pula terfokus untuk menemukan tema ataunilai budaya semacam apa yang terpendam dibaliksuatu fenomena sosial. Dan, bisa juga ditujukan untukmenemukan rasionalitas seperti apa yangbersemayam dibalik suatu fenomena sosial.

Dalam khasanah metodologi penelitian kualitatif,tradisi untuk menemukan reasons atau makna sosialdibalik fenomena sosial meliputi: (1) studifenomenologi; (2) studi observasi-partisipatif-interaksionisme simbolik; (3) studi etnometodologi;(4) studi etnografi; (5) studi atau penelitian grounded;(6) studi life story; (7) studi hermeneutika; (8) studianalisis isi ; (9)studi teori kritis; dan (10) studi kasus.

Jadi untuk menggunakan metode kualitatif dalamranah Ilmu Administrasi Publik, kita bisamenggunakan beragam varian studi/perspektif diatas. Pilihan terhadap varian perspektif apa yangdigunakan sangat ditentukan oleh tujuan penelitiandan apa yang ingin dicapai dari penelitian tersebut.

Misalnya, bila kita hendak menggunakan metodepenelitian kualitatif dengan perspektif teoritisfenomenologi maka penekanan metode penelitiannyaterarah pada pemahaman mengenai perilakumanusia seperti yang dipahami dan dituturkan oleh

pelaku atau individu itu sendiri. Fenomenologimempersoalkan bahwa dibalik suatu tindakan atauperilaku tertentu ada ide-ide, perasaan, motif dandorongan-dorongan lain yang mempengaruhinya.Artinya untuk memperoleh pemahaman secara utuhdan menyeluruh mengenai suatu tindakan, tidakcukup hanya mempelajari tindakan itu sendiri,melainkan perlu dipahami juga ide, perasaan, motifdan dorongan lain di belakang tindakan tersebut.Untuk maksud tersebut maka metode/teknikpengumpulan data kualitatif seperti wawancaramendalam (in-depth interview) memungkinkan penelitimasuk kedalam dunia subyek dan berusahamemahami dunia subyek seperti subyek itu sendirimemahami dunianya (pengetahuan emik).

Hasil yang diperoleh dari penelitian kualitatifdalam perspektif ini, biasanya adalah data deskriptifberupa penjelasan dan interpretasi yang mendalamdan menyeluruh mengenai suatu aspek, sebagianatau sebuah dunia yang dialami subyek. Pertanyaanyang diajukan bersifat “terbuka”, artinya tidakmembatasi jawaban yang mungkin diberikan olehsubyek, melainkan memberikan kesempatan padasubyek mengungkapkan pikiran dan perasaannyasecara tak terbatas dan tuntas. Pertanyaan dalambentuk interview guide, hanya berfungsi sebagai caramasuk untuk memulai suatu “dialog” timbal balikantara peneliti dengan subyek yang diteliti. Untukitu diperlukan ketrampilan khusus untukmerangsang “dialog” dengan subyek peneliti. Melalui“dialog” dimungkinkan terjadinya pertukaran idedan kata secara relatif bebas sehingga peneliti dapatmendekatkan pemahaman subyek. Peneliti dapatmeminta klarifikasi dan konfirmasi atas jawabansubyek pada saat yang sama sehingga mengurangisalah paham atau perbedaan persepsi dan dataterlihat obyektif.

Tradisi lain dalam pendekatan penelitiankualitatif yang mulai banyak diterapkan dan semakinberkembang saat ini, yaitu teori kritis. Perspektif initerutama berorientasi pada perubahan sosial melaluiproses penyadaran dan partisipasi subyek penelitian.Penelitian ini bertujuan untuk memahami hubunganstruktural didalam kelompok masyarakat yang ditelitiagar dapat dilakukan tindakan-tindakan untukmerubah hubungan struktural yang tidak adil atautidak seimbang. Contoh penelitian dalam perspektifteori kritis seperti ini adalah penelitian aksi partisipatif(participatory action research) yang akhir-akhir ini mulaibanyak dibicarakan di Indonesia (Moeliono: 2001, 5).

Selain contoh dari kedua tradisi di atas, dalampendekatan penelitian kualitatif dikenal suatu tradisiyang disebut grounded theory, yang sangat konsen/serius dengan apa yang disebut sebagai proses induktif,proses dengan mana peneliti mengumpulkan datadan kemudian mengembangkan suatu teori dari datatersebut (Frey, dkk.: 1992, 316). Pandangan dalampendekatan/tradisi grounded theory ini, menurutDenzin (2005) merupakan upaya yang sangat serius

Page 4: pendekatan kualitatif dan kontribusinya dalam penelitian ...

Pendekatan Kualitatif dan Kontribusinyadalam Penelitian Administrasi Publik

:: Hendrikus Triwibawanto Gedeona

186 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VII No. 3 September 2010

untuk mengembangkan apa yang disebut sebagaimetodologi interaksionis simbolik. Yang pada prinsipnyabertujuan agar teori atau proposisi yang dihasilkandapat bersifat universal.

Tujuh prinsip metodologis berdasarkan teoriinteraksi simbolik adalah sebagai berikut: pertama,simbol dan interaksi harus dipadukan sebelumpenelitian tuntas; kedua, peneliti harus mengambilperspektif atau peran orang lain yang bertindak (theacting other) dan memadang dunia dari sudutpandang subyek, namun dalam berbuat demikianpeneliti harus membedakan antara konsepsi realitaskehidupan sehari-hari dengan konsepsi ilmiahmengenai realitas tersebut; ketiga, peneliti harusmengkaitkan simbol dan definisi subyek denganhubungan sosial dan kelompok-kelompok yangmemberikan konsepsi demikian; keempat, settingperilaku dalam interaksi tersebut dan pengamatanilmiah harus dicatat; kelima, metode penelitian harusmampu mencermikan proses atau perubahan, jugabentuk perilaku yang statis; keenam, pelaksanaanpenelitian paling baik dipandang sebagai suatutindakan interaksi simbolik; dan ketujuh, penggunaankonsep-konsep yang layak adalah pertama-tamamengarahkan (sensitizing) dan kemudian operasional,teori yang layak menjadi teori formal, bukan teoriagung (grand theory) atau teori menengah (middle-range theory) dan proposisi yang dibangun menjadiinteraksional dan universal.

Dari elaborasi di atas, kita dapat melihat bahwadalam pendekatan penelitian kualitatif peran bahasadan makna yang dianut subyek penelitianmerupakan harta karun yang sangat berharga bagipeneliti untuk memahami fenomena sosial yang ada.Spirit yang diusung adalah keotentikan (authenticity)daripada reliabilitas. Jelasnya, penelitian kualitatifbertujuan untuk memperoleh pemahaman yangotentik mengenai pengalaman orang-orang (subyek),sebagaimana dirasakan dan dialami oleh subyekyang bersangkutan.

Untuk maksud tersebut maka Meltsner (1975,dalam Mulyana: 2003) dan Denzin (2005)mengharuskan untuk menggunakan teknik-teknik/metode-metode seperti: observasional sejarah hidup,wawancara mendalam, analisa dokumen (metodehistoris), otobiografi, studi kasus, catatan harian danyang terpenting adalah pengamatan berperan-serta.Karena melalui metode-metode tersebut,memungkinkan peneliti memadukan simbol daninteraksi, mengambil peran pihak yang diamati,memasuki dunia sosial subyek penelitian danmengaitkan simbol-simbol dengan dunia sosialtersebut, merekam berbagai situasi perilaku,mengungkapkan perubahan dan proses, danmembuat konsep-konsep yang lebih terarah.

Selanjutnya, secara ringkas dapat dipaparkanbeberapa poin yang dapat menjelaskan pengertiandan ruang lingkup pendekatan dan/atau metodekualitatif, antara lain:

1. Metode kualitatif adalah suatu pendekatan atauprosedur penelitian yang menghasilkan datadeskriptif baik dalam bentuk kata-kata yangdiucapkan atau ditulis maupun perilaku yangdiamati;

2. Suatu cara atau prosedur untuk mencari tahu halihwal kehidupan dan perilaku seseorang,kelompok atau masyarakat;

3. Menerapkan cara-cara yang tepat untukmenemukan makna dari perilaku danmenjelaskan “mengapa sesuatu itu terjadi sepertiadanya” dan “mengapa seseorang bertindakdengan cara-cara tertentu”;

4. Berusaha memperoleh perspektif “dari dalam”terhadap suatu masalah. Artinya penelitiberusaha memahami suatu masalah semiripmungkin dengan cara subyek sendiri memahamimasalah (atau dunia) tersebut;

5. Berusaha memperoleh pandangan yang utuh danmenyeluruh dengan memahami dari dalam suatumasalah dalam konteks sosial, ekonomi, politik,budaya, yang berbeda-beda di mana tindakantersebut terjadi.

Berdasarkan pemahaman di atas makakonsekuensi logis dari penerapan metode kualitatifadalah dibutuhkannya waktu yang relatif lama,kesabaran dan kesungguhan (komitmen) dari penelitidan kepercayaan dari subyek kepada peneliti. Untukitu maka sebelum peneliti dapat masuk ke dalam“dunia” subyek dan memahaminya, syarat utamayang diperlukan adalah harus terbentuk terlebihdahulu “kepercayaan” (‘’rapport”) antara peneliti daninformannya. Untuk membina kepercayaandiperlukan suatu “ilmu” khusus dari dalam diripeneliti sendiri. Hal ini tidak dapat diabaikan karenasalah satu kekhasan penelitian kualitatif adalahbahwa alat (instrument) utama penelitian adalah sosokpeneliti itu sendiri. Adapun wawancara dan diskusihanyalah panduan saja sehingga penelitian tetapterfokus.

Dari uraian diatas, maka kita dapatmenyimpulkan bahwa kekhasan sekaligus kekuatandari pendekatan penelitian kualitatif terletak padaempat hal utama, yaitu:1. Menggambarkan dunia seperti yang dialami

subyek. Pendekatan penelitian kualitatif berusahamengumpulkan pandangan-pandangansubyektif seperti yang diberikan oleh subyekpenelitian. Data-data yang diperoleh berupa kata-kata, bukan angka-angka statistik.

2. Kedalaman Informasi. Pendekatan penelitiankualitatif digunakan karena dapat memberikansuatu gambaran yang “holistic”. Untuk itudibutuhkan data deskriptif yang mendalam (thickdescription) yang seringkali sulit diperoleh melaluimetode lain. Untuk mendekati data holistik danmendalam, maka tidak mungkin penelitimenggunakan sampel besar seperti pada

Page 5: pendekatan kualitatif dan kontribusinya dalam penelitian ...

Pendekatan Kualitatif dan Kontribusinyadalam Penelitian Administrasi Publik

:: Hendrikus Triwibawanto Gedeona

187Jurnal Ilmu Administrasi Volume VII No. 3 September 2010

pendekatan kuantitatif. Pendekatan penelitiankualitatif harus menggunakan sejumlah terbatassampel agar dapat membina “rapport” danmemusatkan perhatian pada keragaman dankedalaman data

3. Menggali makna. Karena sifatnya holistik makadata kualitatif lebih mampu untuk menguak“makna” dan “proses” perilaku manusia yangsangat penting dalam ilmu-ilmu sosial. Justruuntuk menguak hal-hal di belakang perilakuinilah maka peneliti harus sampai padapemahaman makna seperti yang dipahami olehaktor atau subyek penelitiannya dan seperti yangdipahami oleh si peneliti itu sendiri.

4. Spirit yang diusung adalah keotentikan(authenticity) daripada reliabilitas. Jelasnya,penelitian kualitatif bertujuan untuk memperolehpemahaman yang otentik mengenai pengalamanorang-orang (subyek), sebagaimana dirasakandan dialami oleh subyek yang bersangkutan.

C. KONTRIBUSI PENDEKATAN PENELITIANKUALITATIF DALAM KONTEKS ILMUADMINISTRASI PUBLIK: KEKUATAN DANKELEMAHANNYA.Secara ringkas dikatakan bahwa penelitian pada

dasarnya memiliki tiga tujuan utama yaitu bersifatpenemuan, pembuktian dan pengembangan. Untukmenuju ke sana maka diperlukan seperangkat alat/instrumen yang dalam konteks metodologi penelitiandisebut sebagai metode penelitian.

Alasan hakiki menggunakan metode penelitiankarena dengan metode penelitian ciri-ciri keilmuan2

suatu penelitian itu dapat ditunjukkan. Oleh karenaitu, maka dalam Ilmu Administrasi Publik penerapanmetode penelitian juga dilakukan dengan tujuanuntuk mendapatkan, memahami, memecahkan danmembuktikan persoalan-persoalan dalam bidangAdministrasi Publik dengan cara yang ilmiah.

Dalam Ilmu Administrasi Publik, penggunaanmetode atau pendekatan penelitian kualitatif masihterasa baru, bila dibandingkan dengan pendekatanpenelitian kuantitatif. Hal itu sungguh wajar karenadalam sejarah perkembangan ilmu-ilmu sosial pun,pendekatan kuantitatif lebih dulu diperkenalkanketimbang pendekatan penelitian kualitatif. Setelahditemukan beberapa kelemahan dari pendekatanpenelitian kuantitatif oleh berbagai pakar, lalubermunculan metode-metode kualitatif untukmengungkapkan fenomena sosial.

Meskipun demikian kemanfaatan daripadapendekatan penelitian kualitatif ini sungguh terasadalam perkembangan Ilmu Administrasi Publik,

secara khusus teknik-teknik pengumpulan datakualitatif yang digunakan, seperti wawancaramendalam (in depth interview) pengamatan partisipasi(participation observation) dan diskusi kelompokterarah (focus group discussion). Semakin lama semakinteramat berguna untuk mengungkapkan fenomena-fenomena atau permasalahan-permasalahan yangmuncul dalam Ilmu Administrasi Publik, sepertipelayanan publik, korupsi, kinerja aparatur negara,kebijakan publik, dan sebagainya.

Bahkan dalam tataran kebijakan publik, saatsekarang ini telah juga diperkenalkan sebuah tradisiatau pendekatan penelitian kualitatif yangmenyerupai pendekatan etnografi dalam IlmuAntropologi. Pendekatan yang dimaksud adalahpolicygraphy, yaitu sebuah pendekatan untukmengamati proses pembuatan kebijakan pada levelaktor (actor oriented approach) (Snoijen: 1997,14).Pendekatan ini menggeluti suatu proses panjangdalam interpretasi sejumlah data mikro, semacamdata etnografi, dari suatu penelitian lapangan (fieldresearch) untuk melihat kebijakan publik sebagaimanaadanya dari kacamata stakeholders atau aktor pembuatkebijakan, secara khusus dari kacamata masyarakatketimbang dari kaca mata pejabat sebagaimana yangterjadi dalam Administrasi Publik.

Policygraphy ini bermula dari suatu kesimpulanantara, bahwa masyarakat pada dasarnya telahmempunyai sistem equilibrium sosial yang andaluntuk menghasilkan kebijakan untuk mengatur tatanilai dan hidupnya sendiri. Sehingga ketikapemerintah atau pun para pembuat kebijakan publikhendak membuat kebijakan publik, maka pemaknaanterhadap apa yang ada dalam dunia masyarakat perludilakukan secara mendalam agar produk kebijakanpublik yang dihasilkan benar-benar menggambarkandan memecahkan persoalan yang dihadapimasyarakat.

Dalam pendekatan policygraphy, metode studikasus lebih banyak digunakan, dibandingkan survei.Untuk menggambarkan bagaimana pendekatanpolygraphy ini diterapkan, secara umum hampir samadengan metode kualitatif dengan teknik-teknik yangbiasa digunakan. Namun dalam pendekatan ini,peneliti sedari awal perlu melakukan pelacakansingkat terhadap aktor pelaku tertinggi di tingkatkomunitas yang mengenal persoalan yang dihadapimasyarakat. Aktor-aktor tersebut harus benar-benarmemiliki pengetahuan yang luas tentang masalahtersebut. Untuk itu maka perlu dilakukan rekonfirmasike beberapa pihak untuk mengetahui akurasi ataukeandalan dari aktor-aktor tersebut dalammemberikan informasi. Setelah itu baru dilakukanwawancara bebas dan mendalam terhadap aktor-

2. Menurut Sugiyono (2004), ciri-ciri keilmuan meliputi: rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukandengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia; Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamatioleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan; Sistematis berarti proses yangdigunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Page 6: pendekatan kualitatif dan kontribusinya dalam penelitian ...

Pendekatan Kualitatif dan Kontribusinyadalam Penelitian Administrasi Publik

:: Hendrikus Triwibawanto Gedeona

188 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VII No. 3 September 2010

aktor tersebut. Bahkan untuk merekonstruksi suasanasosial yang lebih akurat, peneliti selain melakukanwawancara, perlu juga melakukan perekamangambar, misalnya melalui “shooting video”. Selain itu,dalam mengungkapkan data atau informasi darimasyarakat tentang apa yang dibutuhkan ataupersoalan apa yang dialami, peneliti dapatmenggunakan “transkrip tersembunyi” (hiddentranscript). Penggunaan cara ini untukmengungkapkan fenomena-fenomena penentangandari masyarakat yang tersamar terhadap persoalanyang dihadapi, yang sangat bermanfaat sebagaiinformasi yang andal untuk pembuatan kebijakanpublik yang pro rakyat. Tetapi lebih dari itu semua,hal terpenting dalam pendekatan policygraphy adalahpencermatan terhadap proses kebijakan pada ranahinteraksi para aktor secara intens, sehingga prosespemaknaan merupakan hal terpenting untukdilakukan. Dalam rangka itu, maka langkah vital danstrategis dalam pendekatan ini adalah pemaknaan.Pemaknaan merupakan proses interpretasi terhadapfakta dan fenomena yang ada di seputarpermasalahan yang dihadapi masyarakat.

Selanjutnya, untuk memahami apakah metodologikualitatif memiliki kekuatan atau kelemahan dalamkonteks Ilmu Administrasi Publik, tentu saja halpertama yang perlu dilihat adalah sejauhmanakekuatan dan kelemahan metode kuantitatif danmetode kualitatif itu sendiri dalam praktik penelitianatau sebagai suatu bagian dari disiplin ilmumetodologi penelitian. Sebab kedua metode tersebuttelah diakui dan disetujui oleh banyak pakar memilikikekuatan dan kelemahannya. Sehingga ketikadiaplikasikan dalam disiplin ilmu sosial tertentu,seperti dalam Ilmu Administrasi Publik, makakekuatan dan kelemahan itu pun akan terbawa juga.

Untuk memahami kekuatan dan kelemahankedua pendekatan penelitian tersebut, secara teoritis,penelusurannya dimulai dengan pemahamanterhadap perbedaan mendasar dari pendekatanpenelitian kualitatif dan pendekatan penelitiankuantitatif. Atau apa karakteristik dari keduapendekatan penelitian tersebut. Tabel 1 secara ringkasakan menguraikannya.

Dengan karakteristik yang sangat berbeda tersebut,kita bisa memberikan penjelasan yang berarti akan

Tabel 1: Karakteristik Pendekatan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Metode Kuantitatif

A. Paradigma

Positivism

B. Tujuan

a. menunjukkan hubungan antar variabel

b. menguji teori

c. mencari generalisasi yang bernilai prediktif

d. menjelaskan fenomena sosial (explanation)

C. Teknik Pengumpulan Data

a. kuesioner

b. observasi

c. wawancara terstruktur

D. Instrumen Penelitian

a. test, angket, wawancara terstruktur

b. instrument yang telah terstandar

E. Sampel

a. besar

b. representatif

c. sedapat mungkin randam

d. ditentukan sejak awal

F. Analisis

a. setelah selesai data terkumpul

b. deduktif

c. menggunakan statistik untuk menguji hipotesis

G. Hubungan dengan Responden

a. dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya

obyektif

b. kedudukan peneliti lebih tinggi dari responden

c. jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan

Metode Kualitatif

A. Paradigma

Interpretivisme

B. Tujuan

a. menunjukkan pola hubungan yang interaktif

b. menemukan teori

c. menggambarkan realitas yang kompleks

d. memperoleh pemahaman makna (understanding)

C. Teknik Pengumpulan Data

a. pengamatan peran-serta

b. wawancara mendalam

c. dokumentasi

d. diskusi terbatas/Focus Group Discusion

e. triangulasi

D. Instrumen Penelitian

a. peneliti sebagai instrumen

b. buku catatan, tape recorder, camera, handycam, dll.

E. Sampel

a. kecil

b. tidak representatif

c. purposif, snowball

d. berkembang selama proses penelitian

F. Analisis

a. terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian

b. Induktif

c. mencari pola, model, tema dan teori.

G. Hubungan dengan Responden

a. empati, akrab supaya memperoleh

pemahaman yang mendalam

b. kedudukan sama

c. jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat

ditemukan hipotesis atau teori

Sumber : diolah dari Sugiyono (2006: 16-17)

Page 7: pendekatan kualitatif dan kontribusinya dalam penelitian ...

Pendekatan Kualitatif dan Kontribusinyadalam Penelitian Administrasi Publik

:: Hendrikus Triwibawanto Gedeona

189Jurnal Ilmu Administrasi Volume VII No. 3 September 2010

kekuatan dan kelemahan dari masing-masingpendekatan penelitian, tetapi bukan untukmempersoalkan manakah yang paling sahih diantara keduanya. Karena kebenaran yang dicaridalam penelitian adalah kebenaran yang relatifbukan absolut.

Secara umum penelitian kuantitatif dapatmenentukan luas, besar, arah dan pola suatufenomena sosial secara tepat, obyektif, terpercaya dandapat digeneralisasi, tetapi tidak dapat menjelaskansecara mendalam “mengapa” fenomena tersebutterjadi pada lingkungan sosial, ekonomi, budaya ataupolitik seperti apa ia terjadi, dan hubungan sepertiapa yang ada di antara faktor-faktor berpengaruh.Semua kekurangan tersebut dapat dipahami dan lebihtepat melalui penelitian kualitatif. (Krueger: 1998).Atau jika kita meminjam pemikiran Blumer (dalamMulyana:2003, 152), mengatakan bahwa temuanyang umumnya dilakukan dalam pendekatanpenelitian kuantitatif (khususnya dalam analisisvariabel) tidak menunjukkan perilaku manusia yangsebenarnya. Misalnya, kita mau melihat pengaruhkampanye politik yang dilakukan suatu partai politikterhadap khalayak dalam suatu pemilu (untukmemilih kandidat politik). Meskipun khalayakmengubah perilaku politik mereka, kita tidakmengetahui bagaimana pengalaman merekamendorong sentimen dan pandangan mereka;bagaimana atmosfir sosial mereka; bagaimanapeneguhan-ulang dan rasionalisasi yang berasal dariorang-orang disekitar mereka; bagaimana prosesinterpretasi dalam lingkungan mereka; bagaimanatekanan sosial yang mereka alami; dan bagaimanakepekaan etis dan daya toleransi mereka. Pendeknya,kita tidak punya gambaran utuh untuk memahamiapa makna keterkaitan mereka kepada seorangkandidat politik berdasarkan pengalaman dankonteks sosial mereka, karena gambaran konteks“kedisinian dan kekinian” tidak diberikan olehanalisis variabel dalam pendekatan kuantitatif.Pendekatan penelitian kuantitatif hanya terfokuspada variabel terikat dan mengabaikan aktivitaslainnya yang dilakukan responden. Jadi kekuatandari pendekatan penelitian kualitatif adalah lebihmenganalisis permasalahan sosial secara utuh danmendalam.

Hal tersebut juga berdampak dalam ranah IlmuAdministrasi Publik, sehingga ada kecenderungansekarang bahwa peneliti-peneliti yang konsen padapersoalan dalam konteks Ilmu Administrasi Publikjuga mulai konsen pada pendekatan penelitiankualitatif secara khusus metode atau teknikpengumpulan data secara kualitatif, dengan tujuanagar dapat memperoleh gambaran dan pemaknaanyang utuh terhadap persoalan-persoalan dalamAdministrasi Publik, secara khusus masalah-masalahyang berhubungan langsung dengan masyarakat,seperti kinerja pelayanan publik dan kebijakan publik

atau penelitian seperti analisis beban kerja pegawai,kualitas pelayanan puskesmas, dan lain-lain.

Beberapa teknik yang dimaksud adalahpengamatan peranserta dan focus group discussion.Pengamatan peran serta misalnya, meskipun diakuibahwa hasil penelitian lapangan tidak dapatdigeneralisasikan untuk kasus-kasus lain yang tidakdiamati, tetapi pengamatan peran serta, yangbiasanya digunakan dalam penelitian lapanganmemiliki kemampuan menghasilkan informasi yangtidak dimiliki oleh metode pengumpulan data yanglain, seperti kuesioner dan wawancara yang biasadigunakan dalam pendekatan penelitian kuantitatif.Melalui pengamatan, peneliti dapat memperoleh firsthand information yang sangat berguna dalammengembangkan kerangka berpikir yang induktif.Peneliti memiliki ruang untuk mengembangkankebaruan dalam mencari penjelasan mengenaifenomena yang mereka amati. Informasi yangdiperoleh melalui pengamatan juga dapatmenjelaskan konteks dari fenomena atau kasus yangdiamati yang sangat diperlukan dalam menghasilkaninformasi yang holistik.

Teknik pengamatan memang tidak bolehdipertentangkan dengan kuesioner ataupunwawancara, karena keduanya memang digunakanuntuk mencari informasi yang sifatnya berbeda.Pengamatan untuk mengumpulkan perilaku non-verbal, sementara kuesioner dan wawancaradigunakan untuk mencari data mengenai opini ataupersepsi subyek. Namun yang menarik adalahmengapa pengamatan peran serta dipilih oleh penelitimasalah Administrasi Publik, misalnya maumengetahui kinerja birokrasi pelayanan? Tentu sajajawabannya sebagaimana diungkapkan diatasadalah bahwa dengan pengamatan peneliti akandapat memperoleh informasi langsung dan faktualserta memperoleh pemahaman yang sebenarnya darikinerja birokrasi pelayanan publik. Misalnya, seorangpeneliti yang hendak mengetahui kinerja pelayananbirokrasi terhadap masyarakat dengan baik, ramah,dan empatik, tentu ia tidak hanya membutuhkan datapenilaian dari pengguna mengenai sikap petugasketika melayani, tetapi juga informasi faktualmengenai perilaku para petugas sesungguhnya padasaat melayani warga masyarakat. Untuk hal itu, makapeneliti perlu melakukan pengamatan langsung.Melalui pengamatan ini, peneliti akan lebih mudahuntuk mengetahui atau melihat “bagaimana sikappetugas ketika menghadapi warga”. Apakah petugasmenyapa dengan ramah, penuh kepedulian atausebaliknya, bersikap acuh dan tak mau tahu dengankesulitan yang dihadapi warga yang datang kebirokrasi. Lebih dari itu, peneliti juga akan memahamilebih baik mengenai konteks yang melatari sikap yangditunjukkan oleh petugas ketika melayani warga.

Hal-hal di atas, tentu saja tidak akan ditemui ketikamenggunakan metode kuesioner ataupun

Page 8: pendekatan kualitatif dan kontribusinya dalam penelitian ...

Pendekatan Kualitatif dan Kontribusinyadalam Penelitian Administrasi Publik

:: Hendrikus Triwibawanto Gedeona

190 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VII No. 3 September 2010

wawancara terstruktur, apalagi bila terjadi hallo effect3.Karena informasi akan menjadi bias akibat pengaruh“keterlibatan kepentingan” responden dan/ataunarasumber. Misalnya, ketika pejabat publik di suatuinstansi penyelenggara pelayanan dimintamenjawab pertanyaan-pertanyaan mengenaisikapnya ketika melayani warga, perilaku merekaterkait dengan efisiensi, akuntabilitas, dantransparansi, serta kepedulian mereka terhadapkebutuhan pengguna, tentu mereka akan mengalamikesulitan untuk menjelaskan realitas yangsebenarnya terjadi. Kalau mereka menyadari bahwainformasi yang mereka berikan akan mempengaruhipenilaian orang terhadapnya, tentu mereka akancenderung memberikan informasi yang tidak akanmembuat orang lain akhirnya memiliki penilaianburuk terhadapnya.

Kekuatan lain kenapa digunakan metode kualitatifpengamatan, secara khusus dalam menilai kinerjapelayanan birokrasi, adalah karena didalam menilaikualitas pelayanan publik, ada indikator yang bersifattangibles ataupun non-tangibles, untuk yang tangiblesseperti sarana prasarana, fasilitas pelayanan danperilaku penyelenggara yang bersifat non-verbal akansangat sulit diperoleh dengan cara wawancara dankuesioner. Kalau dilakukan dengan wawancara dankuesioner, maka informasi akan cenderung bias dantidak reliable.

Pengamatan peran serta juga memberi peluangkepada peneliti untuk memperoleh first hand experienceyang memungkinkan mereka mengembangkan polaberpikir induktif. Dengan hadir secara langsung ditempat penelitian maka peneliti tidak memerlukankonseptualisasi awal terhadap fenomena itu. Parapeneliti dapat melepaskan diri dari kungkunganteoritik yang selama ini mereka miliki dan membukadiri terhadap fakta yang ditemui di lapangan. Merekabahkan dapat menguraikan apa yang mereka temuidi lapangan dan merangkainya menjadi suatupenjelasan yang menarik mengenai kinerja pelayananpublik misalnya. Bahkan mereka dapatmenggunakan penjelasan tersebut untuk mengkritisiteori yang telah ada atau tujuan praktis, misalnyamendefinisikan masalah yang dihadapi olehbirokrasi pelayanan publik.

Jadi dalam konteks ini, pendekatan penelitiankualitatif dengan metode pengamatan peran sertamemiliki kontribusi yang nyata atau memilikikekuatan tertentu dalam penelitian AdministrasiPublik, dalam rangka menjelaskan, memahami danmembuktikan masalah-masalah Administrasi Publikyang muncul.

Meskipun ada kekuatan di atas, dalam teknikpengamatan, diakui juga memiliki kelemahan, dan

untuk hal ini perlu diperhatikan dengan seksamabagi para peneliti masalah Administrasi Publikdengan pendekatan penelitian kualitatif. Kelemahanitu antara lain: Pertama, kesulitan untuk mengontrolvariabel lain dalam kasus atau fenomena yangdiamati, sedangkan dalam penelitian kuantitatif,seperti survei hal tersebut dapat dikontrol. Untuk itupeneliti perlu berhati-hati melakukan interpretasi.Misalnya, ketika seorang peneliti hendak mengetahui,apakah keterlibatan dalam kegiatan pelatihan kontrakpelayanan mempengaruhi kinerja pelayananPuskesmas? Kalau perbaikan kinerja dilihat dariaspek perubahan sikap petugas didalam melayaniwarga, maka seorang peneliti yang ingin mencari datamelalui pengamatan harus mencatat semua hal yangdilihatnya, seperti kapan para petugas datang kePuskesmas, jam berapa mereka memulai pelayanan,dan apakah petugas menjadi lebih ramah dan pedulikepada kesulitan yang dihadapi pengguna layanan?Jika peneliti menemukan fakta bahwa petugassekarang menjadi ramah, lebih banyak tersenyumdaripada ketus ketika berhubungan dengan wargapengguna, dan selalu menyapa dengan baik setiapwarga yang datang ke Puskesmas, makapertanyaannya adalah apakah semua itu diakibatkanoleh keterlibatannya dalam pelatihan? Apakah bukandisebabkan oleh faktor lain, seperti adanya kenaikaninsentif? Peneliti sering kesulitan untuk mengontrolpengaruh variabel lain tersebut, kalau ia hanyamengandalkan data pengamatan tersebut.

Kedua, pengamatan juga selalu memiliki kasusyang terbatas, tidak seperti penelitian kuantitatif.Misalnya, peneliti tidak mungkin melakukanpengamatan pada banyak birokrasi pelayanankarena sumber daya yang diperlukan akan sangatbesar. Di samping itu, peneliti juga tidak perlumelakukan pengamatan peran serta pada begitubanyak birokrasi pelayanan, misalnya, karenainformasi yang diperoleh tidak digunakan untukmelakukan generalisasi. Misalnya, hasil daripengamatan di suatu Puskesmas tidak dapatdigunakan untuk menjelaskan kejadian-kejadian diPuskesmas lainnya.

Disamping teknik pengamatan yang diuraikan diatas, untuk melihat kekuatan dan kelemahan ataukontribusi pendekatan penelitian kualitatif dalamkonteks Ilmu Administrasi Publik sebagaimanadiungkapkan sebelumnya adalah melalui teknik ataumetode Focus Group Discussion (FGD).

FGD seperti kita ketahui merupakan salah satuteknik pengumpulan data dalam pendekatanpenelitian kualitatif, yang bertujuan untukmeningkatkan kesahihan (validitas) dan tingkatkepercayaan (reliabilitas) data kualitatif. FGD

3. Hallo effect terjadi ketika aparat birokrasi telah mengetahui bahwa mereka sedang diamati/diwawancarai dan mereka menunjukkan perilkuyang berbeda dari yang biasanya mereka lakukan atau mereka memberi informasi yang tidak benar agar memperoleh penilaian dan kesanyang baik dari peneliti. Hal seperti ini, terjadi bukan hanya dalam wawancara tetapi juga dalam pengamatan, kecuali pengamatan dilakukansecara “tertutup” dan pejabat yang diamati tidak mengetahui (Dwiyanto: 2005)

Page 9: pendekatan kualitatif dan kontribusinya dalam penelitian ...

Pendekatan Kualitatif dan Kontribusinyadalam Penelitian Administrasi Publik

:: Hendrikus Triwibawanto Gedeona

191Jurnal Ilmu Administrasi Volume VII No. 3 September 2010

umumnya merupakan sebuah pembicaraan yangmelibatkan sejumlah terbatas orang (berkisar 8-15orang) yang dianggap mempunyai sebuahpengalaman dan pengetahuan tentang sebuah topikatau persoalan yang ingin diketahui. Peserta FGDbiasanya adalah narasumber yang berbicara secarabebas dan spontan mengenai tema-tema yangdianggap penting bagi penelitian, dengan dipanduoleh fasilitator/moderator. Para peserta diskusibiasanya dipilih dari kelompok target yang dianggapdapat memberikan pandangan atau gagasan-gagasan yang berguna bagi penelitian. Karena diskusidilaksanakan untuk memenuhi tujuan penelitianyang spesifik (terfokus) dan jelas, maka pertanyaanpenelitiannya pun harus spesifik dan jelas. Berbedadengan wawancara individual ataupun wawancarakelompok, pemandu atau fasilitator dalam FGD tidakselalu bertanya tetapi mengemukakan suatupersoalan/isu/topik sebagai bahan diskusi, sehinggadiperoleh pandangan atau pendapat kelompokmengenai topik yang diajukan.

Dalam konteks Ilmu Administrasi Publik,penerapan teknik ini biasa dilakukan dalam prosespembuatan dan/atau penelitian kebijakan publik,dengan tujuan yang sama seperti yang diuraikan diatas. Namun, belakangan ini penggunaan FGDsudah menjadi sesuatu yang populer dalampenelitian Ilmu Administrasi Publik, tidak sebatasdalam khasanah kebijakan publik saja.

Kontribusi yang nyata yang menjadi kekuatan dariteknik FGD dalam penelitian Ilmu AdministrasiPublik adalah justifikasi dari para pakar/narasumberterhadap data kualitatif akan masalah, topik atau isuyang menjadi fokus dari penelitian, sehingga topik,masalah, atau isu tersebut menjadi lebih bermaknadan valid untuk kepentingan pengembangananalisis penelitian selanjutnya. Misalnya, kita inginmengetahui isu ‘pemberian suap” dalam pelayananKTP, maka FGD secara khusus akan menggalibeberapa informasi mendasar yang berkaitan denganpraktik pemberian “uang suap” dalam pelayananKTP. Pertanyaan-pertanyaan yang dapatdikembangkan seperti: berapa uang yang diberikan?Inisiatif untuk melakukan praktek suap ini berasaldari petugas atau pemohon KTP? Bagaimanaperasaan atau pendapat pemohon atas adanyapraktik uang suap? Bagaimana cara mengatasinya?dan lain-lain. Semuanya akan lebih mudahterungkap jika dilakukan dengan teknik FGD.

FGD umumnya dilakukan dengan dua model,yaitu model parsial dan model konfrontatif. Modelparsial biasanya para peserta adalah mereka yangmemiliki ide, pemikiran, kepentingan, dan kesamaanpandangan terhadap suatu permasalahan.Tujuannya adalah untuk menghindari terjadinyakonflik yang tajam yang dapat berakibat padapencapaian tujuan FGD menjadi tidak tercapai.Misalnya, FGD tentang pelayanan IMB yang hanyamenghadirkan peserta dari kelompok pengguna

layanan, LSM, dan tokoh masyarakat. Pihak aparatbirokrasi tidak diundang karena dikuatirkan akanmembuat para peserta dari kalangan warga merasatakut untuk mengeluarkan pendapat, atau sebaliknya,antara para peserta dan para warga akan salingmenyalahkan. Sedangkan model konfrontatif, biasanyapara peserta adalah mereka yang memiliki ide,pemikiran, kepentingan, dan perbedaan pandanganterhadap suatu permasalahan. Tujuannya adalahuntuk mendapatkan informasi yang lebih obyektifdari suatu permasalahan. Untuk model ini, fasilitatorharus menjadi “wasit” yang adil, agar diskusiberjalan baik dan pencapaian tujuan FGD tercapai.Untuk itu pengenalan secara baik terhadap pesertadiskusi oleh fasilitator adalah sesuatu yang penting.

Meskipun diakui sebagai sebuah teknikpengumpulan data kualitatif yang andal, ternyatadalam praktiknya ditemukan juga kelemahannya,seperti: (1) kontrol peneliti terhadap data maupuninforman terbatas; (2) data yang dihasilkan tidakmenunjukkan frekuensi perilaku atau kepercayaan;(3) FGD ada kemungkinan akan didominasi oleh satuatau dua anggota yang selanjutnya bisamempengaruhi pendapat kelompok; (4) berhasiltidaknya diskusi sulit diramalkan sebelumnya; (5)fasilitator perlu trampil dan terlatih; (6)karena FGDdilaksanakan bukan pada situasi yang alamiahmelainkan dibuat maka selalu ada keraguan apakahyang dikatakan peserta memang akurat. Selain ituinterpretasi data lebih sulit; (7) kita tidak tahu apakahinteraksi yang terjadi itu adalah interaksi yangsesungguhnya atau palsu (Moeliono: 2001).

D. PENUTUPBerangkat dari rangkaian analisis di atas kita

dapat mengetahui bahwa secara umum pendekatanpenelitian kualitatif, khususnya dalam teknik-teknikpengumpulan data, mempunyai kontribusi yangpositif (kekuatan) dan negatif (kelemahan) terhadappenelitian dalam Ilmu Administrasi Publik. Adanyakekuatan dan kelemahan tersebut, maka dalamteknik-teknik pengumpulan data dalam pendekatanpenelitian kualitatif dilakukan apa yang disebutsebagai “triangulasi” dengan tujuan utamanyaadalah agar kelemahan-kelemahan dari teknik-teknikpengumpulan data dalam pendekatan penelitiankualitatif dapat teratasi, dan menjadikan datakualitatif yang terkumpul merupakan informasi yangvalid.

Untuk mengatasi hal tersebut, dan menjadiperingatan dini bagi para peneliti masalah-masalahdalam Ilmu Administrasi Publik ketika menggunakanpendekatan penelitian kualitatif, maka perhatikanapa yang digagas oleh Maxwell (1996, dalamRiawanti, 2010,15-16) berikut, bahwa para penelitiperlu memperhatikan ancaman terhadap validitasdalam penelitian yang menggunakan metodekualitatif. Ancaman tersebut terkait dengan tiga hal,

Page 10: pendekatan kualitatif dan kontribusinya dalam penelitian ...

Pendekatan Kualitatif dan Kontribusinyadalam Penelitian Administrasi Publik

:: Hendrikus Triwibawanto Gedeona

192 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VII No. 3 September 2010

yakni deskripsi, interpretasi dan teori. Ancamanterhadap validitas deskripsi adalah ketidak-lengkapan atau ketidakcermatan pencatatan data.Ancaman ini dapat dihindari dengan mengupayakanteknik perekaman dan pencatatan seteliti mungkin.Adapun ancaman validitas interpretasi adalah bilapeneliti memaksakan perspektifnya sendiri (kurangmenyimak, mengajukan pertanyaan yangmengarahkan jawaban) bukannya menghargaipemaknaan yang diberikan para pelaku terhadapperkataan dan perbuatan mereka. Hal ini dapatdihindarkan bila peneliti rajin memeriksakankesimpulan-kesimpulannya kepada informan.Adapun validitas teori terancam bila peneliti lalaimemperhatikan data atau penjelasan yang berbedadari yang sudah ditemukannya. Ketiga ancaman diatas sumber ancamannya adalah bias ataukecondongan dari peneliti, yang memilih data yangsesuai dengan kerangka penelitian atau yang palingmenarik perhatian peneliti. Namun bias seperti inisukar dihindarkan dalam penelitian kualitatif. Yangterpenting adalah si peneliti harus menyadari sertamenyatakan dengan gamblang bias-bias pribadi inidan kalau mungkin bagaimana hendakmengatasinya, sehingga dapat menjadipertimbangan para pembaca untuk menilai laporanpenelitian yang bersangkutan.

Selain sumber ancaman di atas, sumber yang lainadalah reaktivitas, yaitu pengaruh dari keberadaanpeneliti terhadap latar atau orang-orang yang diteliti.Ihwal ini telah disinggung dengan istilah researcher’seffect atau halo effect. Hal ini terjadi ketika dilakukanwawancara, karena bagaimana pun jawabaninforman atas pertanyaan peneliti turut dipengaruhioleh cara peneliti mengajukan pertanyaan.Reaktivitas dapat diatasi dengan pengamatan terlibat.

REFERENSIDenzin, Norman K. & Lincoln, Yvonna S. 2005.The Sage

Handbook of Qualitative Research Third Edition. London:Sage Publication.

Dwiyanto, Agus. Dkk. 2005. “Pengamatan untuk MenilaiKinerja Pelayanan Publik”, dalam Mewujudkan GoodGovernance melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:UGM Press.

Frey, Lawrence R., dkk. 1992.Interpreting CommunicationResearch:A Case Study Approach”, Englewood Cliffs,New Jersey: Prentice – Hall.

Gideon, Sjoberg dan Roger Nett. 1968. .A Methodology forSocial Research. Harper & Row Publishers.

Moeliono, Laurike. 2001. “Metode dan Analisis (FGD)dalam Penelitian Kualitatif”, dalam Jurnal PenelitianNo. 11 Agustus 2001. Bandung: Lembaga PenelitianUniversitas Katolik Parahyangan

Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif:Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu SosialLainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Riawanti, Selly. 2010. Metode Kualitatif dalam Ilmu-IlmuSosial. Makalah dalam Kegiatan Pembekalan terhadapDosen Pembimbing di STIA LAN Bandung, 31 Mei 2010,Bandung.

Snoijen, Josette, “Strategies in Sand: An Actor-OrientedEvaluation of A Partisipatory Rural AppraisalProcess, I Etsha Bostwana”, Ocasional Paper No.72,Third World Centre, Development Studies CatholicUniversity of Nijmegen.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif danR & D. Bandung: Alfabeta.