-
Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir dalam Rangka Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi
Nama : Dinda Lasdwihati
Alamat : Jl. Candi Brahma Blok. B No. 408, Perumahan Duren Jaya
Bekasi
E-mail : d_mutzzss@yahoo.com
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
ABSTRAKSI
( xii + 84 )
Pesatnya perkembangan Informasi, Komunikasi, dan Transportasi
merupakan tanda-tanda semaki9n mengg;obalnya dunia. Pemerintah
Indonesia yang memahami hal tersebut telah mengambil keputusan
untuk memberikan otonomi daerah, dimana pemerintah daerah dapat
mengatur daerahnya masing-masing. Peran Pemerintah daerah jaga
sangat diperlukan guna mengetahui dana yang diperlukan , karena
pemerintah daerahlah yang mengetahui kondisi daerahnya, guna untuk
meningkatkan semua sector pembangunan.
Pemerintah Daerah diberikan kebebasan dalam merancang dan
melaksanakan anggaran perencanaan dan Belanja Daerah dan juga untuk
menggali sumber-sumber keuangan daerah berdasarkan Undang-Undang
No.34 Tahun 2000. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan
meningkatakan pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak
daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan. Dan penerimaan asli daerah
salah satunya berasal dari pajak parkir.
Pajak parkir merupakan salah satu factor yang mendukung
Pendapatan Asli Daerah. Dapat dilihat dari pendapatan pajak parkir
yang diterima selalu meningkat setiap tahunnya. Dan akan
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah tersebut.
Dafar Pustaka (2001 2006)
Kata Kunci : Pajak Parkir dalam rangka Peningkatan PAD
-
Pendahuluan
Latar Belakang
Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi
dalam kehidupan
manusia di segala bidang khususnya bidang ekonomi dan
perdagangan merupakan tanda-tanda
bahwa semakin mengglobalnya dunia. Pemerintah Indonesia yang
memahami hal tersebut telah
mengambil keputusan untuk memberikan otonomi daerah yaitu dimana
pemerintah daerah dapat
mengatur daerahnya masing-masing. Keputusan yang diambil oleh
pemerintah Indonesia supaya
pemerintah daerah dapat lebih memajukan daerahnya, pemerintah
pusat memberikan subsidi
untuk pembangunan pemerintah daerah. Subsidi ini diberikan
berdasarkan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah yang sumber utamanya didapatkan dari pajak.
Pajak bermanfaat sekali bagi
pambangunan nasional dan pembangunan daerah. Hasil pungutan
pajak tidak saja berfungsi
sebagai sumber dana dari pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran Negara
melainkan juga sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi.
Dalam rangka meningkatkan semua sector pembangunan yang telah
dilaksanakan agar
dapat berjalan sesuai dengan rencana serta dalam menaikan taraf
hidup masyarakat dan untuk
mendukung program pemerintah agar terlaksana secara
berkesinambungan, pemerintah
membutuhkan dana yang cukup besar. Peran pemerintah daerah juga
sangat diperlukan guna
mengetahui dana yang diperlukan untuk meningkatkan pembangunan
daerahnya karena
pemerintah daerahlah yang lebih mengetahui kondisi
daerahnya.
Upaya meningkatkan kontribusi dana antara pembangunan daerah
yang satu dengan
pembangunan daerah yang lainnya dilakukan sesuai dengan kondisi
daerah yang bersangkutan.
-
Pemerintah daerah diberi kebebasan dalam merancang dan
melaksanakan Anggaran Perencanaan
dan Belanja Daerah, pemerintah daerah juga diberi kebebasan
untuk menggali sumber-sumber
keuangan daerah beredasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000,
tentang pajak daerah dan
kontibusi daerah sebagai penyesuaian dan penyempurnaan,
Undang-Undang No. 18 tahun 1997,
tentang pajak daerah dan kontribusi daerah berhubungan dengan
berlaku Undang-Undang No. 22
tahun 1999 tentang Pemerintah daerah.
Pemerintah dearah harus menggunakan dana yang dimiliki seefisien
mungkin haruslah
bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya bagi semua lapisan
masyarakat yang adil dan
makmur. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan
pendapatan asli daerah
yang bersumber dari pajak daerah, hasil perusahaan milik daerah,
dan hasil pengelolaan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan. Pendapatan asli daerah
yang sah sesuai dengan pasal 3
Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah.
Pajak dibebankan kepada masyarakat oleh pemerintah, hal ini
merupakan kebijakan dari
pemerintah sehingga perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat
memberikan beban yang adil
sejalan dengan system perpajakan Indonesia. Pemerintah pusat
dalam pemungutan pajak daerah
hanya berperan untuk menjaga dan mengawasi. Hal ini berdasarkan
undang-undang otonomi
daerah dan pajak daerah yang berasal dari Negara yang
berdasarkan undang-undang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.
Penerimaan daerah salah satunya adalah dari pajak parkir. Pajak
parkir diharapkan dapat
dapat memiliki peranan yang berarti dalam pembiayaan pembangunan
daerah. Sebagaimana
diketahui bahwa parkir adalah jenis usaha penjualan jasa
pelayanan yang mempunyai keterkaitan
-
sangat erat dan saling menunjang dengan dunia perdagangan yang
menghasilkan penerimaan
daerah. Parkir pada saat ini sangatlah diperlukan kerena untuk
menjaga keamanan kendaraan.
Bukan hanya untuk menjaga keamanan saja tetapi juga untuk
keteraturan dan kenyamanan suatu
tempat.
Pusat-pusat perbelanjaan yang berkembang saat ini haruslah
menjamin keamanan dan
kenyamanan bagi konsumen parkir adalah salah satu yang menjamin
keamanan dan kenyamanan
konsumen. Konsumen yang datang ke pusat perbelanjaan dengan
menggunakan kendaraan
pribadi pastilah memerlukan tempat untuk menitipkan kendaraan
mereka. Parkir menjadi salah
satu sarana yang menunjang pusat perbelanjaan tersebut, maka
pemerintah daerah menetapkan
pajak parkir.
Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis akan membahas
kontribusi yang telah
diberikan oleh tindak penagihan pajak optimalisasi penerimaan
pajak, serta hambatan yang
mungkin timbul dalam praktik penagihan pajak tersebut. Atas
dasar uraian tersebut diatas maka
penulis akan member judul pada penulisan ini adalah Pelaksanaan
Pemungutan Pajak
Parkiran dalam Rangka Penerimaan Daerah di Wilayah Kota
Bekasi.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan diatas, maka tujuan
dari penulisan ini adalah :
a. Untuk mengetahui system pemungutan pajak parkir di wilayah
kota Bekasi.
b. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan
pajak parkir.
c. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh
pemerintah kota Bekasi dalam
rangka meningkatkan penerimaan daerah dari pajak parkir.
-
Landasan Teori
Pengertian pajak menurut andriani :
Pajak adalah iuran kepada Negara yang dipaksakan yang terhutang
oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-paraturan yang tidak dapat
mendapatkan prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang digunakannya adalah untuk
biayai pengeluaran umum yang
berhubungan dengan tugas Negara dan untuk menyelenggarakan
pemerintah (2005:10-11)
Adapun pengetian pajak yang dikemukakan oleh SI.Djajadiningrat
yang dikutip dalam
munawir adalah :
Pajak sebagai kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan
kepada Negara
disebabkan sesuatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman menurut peratuaran yang ditetapkan
oleh pemerintah serta dapat
dipaksakan, tanpa ada jasa timbal balik dari Negara secara
langsung, untuk memelihara
kepentingan umum (2001:5)
Pengelompokan Pajak
Pajak dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu : ( Waluyo
dan Wirawan, 2003 )
1. Menurut golongannya :
a. Pajak langsung.
b. Pajak tidak langsung.
2. Menurut sifatnya :
a. Pajak subjektif
b. Pajak Objektif
-
3. Menurut lembaga pemungutannya :
a. Pajak pusat.
b. Pajak daerah
Sistem Pemungutan Pajak
Pada system pemungutan pajak dapat dibagi dalam tiga system,
yaitu : ( Mansur dan
Wardoyo, 2004 )
a. Official Assesment System
b. Self Assesment System
c. With Holding System
Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui cirri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak terdapat
adanya fungsi yaitu ( Waluyo dan Wirawan, 2003:-67 )
a. Fungsi Penerimaan ( Budgetair )
b. Fungsi Mengatur ( Reguleren )
Pengertian Pajak Parkiran
Pengertian pajak parkiran menurut Undang-undang No. 34 Tahun
2000 sebagai
pengganti dari Undang-undang No. 18 tahun 1997, tentang pajak
daerah dan retribusi daerah,
adalah sebagai berikut :
Pajak parkiran adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan
tempat parkiran diluar
badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha
-
maupun yang disedikan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan
tempat penitipan kendaraan
bermotor yang memungut bayaran. Pengenaan pajak parkiran tidak
mutlak ada pada seluruh
daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia.
Sedangkan menurut peraturan daerah kota Bekasi No. 16 tahun
2001, pajak atas
penyelenggaraan parkir swasta adalah pajak atas penyelenggaraan
parkir dengan memungut
bayaran yang sepenuhnya diadakan dan dikuasai oleh pihak
swasta.
Dasar Tarif dan Perhitungan Pengenaan Pajak Parkiran
a. Dasar Pengenaan Pajak Parkiran
Dasar Pengenaan Pajak parkiran adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar
untuk pemakaian tempat parkir. Dasar pengenaan pajak didasarkan
pada klasifikasi yempat
parkiran, daya tmpung, dan frekuensi kendaraan bermotor.
b.Tarif Pajak Parkiran
Tarif pajak parkiran ditetapkan paling tinggi 20% dan ditetapkan
dengan peraturan
daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan. Dengan demikian
kota Bekasi metapkan
tarif pajak parkiran sebesar 15%.
c. Perhitungan pengenaan Pajak Parkiran
Besarnya pokok pajak dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
dengan dasar
pengenaan pajak. Cara perhitungan ini digunakan untuk setiap
jenis pajak daerah yang
juga merupakan dasar perhitungan untuk semua jenis pajak
pusat.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
-
Metodologi Penelitian
Objek Penelitian
Masyarakat sekarang banyak yang memiliki kendaraan bermesin,
mereka bepergian
menggunakan menggunakan kendaraan untuk lebih memudahkan mereka.
Apabila mereka ingin
bepergian ketempat umum mereka pasti akan menitipkan kendaraan
mereka ditempat yang telah
disediakan oleh pemilik tempat umum tersebut. Penyediaan tempat
penitipan kemdaraan tersebut
membuat masyarakat lebih leluasa dan nyaman. Tempat penitipan
tersebut biasanya menarik
atau memungut biaya. Biaya pemungutan tersebut digunakan oleh
pemiliknya untuk lebih
memajukan tempatnya.
Melihat potensi tersebut pemerintah daerah membuat peraturan
daerah tentang pajak dan
retribusi daerah. Pemegang usaha harus meminta izin untuk
mendirikan suatu tempat untuk
sarana umum. Biaya pemungutan biaya tersebut dapat sepenuhnya
dimanfaatkanoleh pemilik
usaha.
Tahun 2001 keluarlah peraturan daerah tentang pajak daerah No.16
tentang pajak parkir.
Seluruh pemilik usaha yang mempunyai usaha tempat penitipan
kendaraan dikenakan pajak
sebesar 15%, mereka harus menghitung, membayar, menyetorkan
sendiri. Hal inilah yang
mendasari sejarah pajak parkir.
Objek Pajak Parkir
Objek pajak parkiran adalah Penyelenggaraan tempat parkiran
diluar badan jalan, baik
yang disediakan sebagai suatu usaha termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor
dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Seperti
:
-
a. Pelataran dan atau taman-taman parkir.
b. Gedung-gedung dan atau bangunan dan pusat perbelanjaan yang
menyediakan fasilitas
parkir.
c. Penyediaan suatu tempat parkir yang disediakan oleh
perorangan dan atau badan hukum
umtuk fasilitas hukum mereka.
Menurut Peraturan Daerah kota Bekasi No. 16 Tahun 2001 Objek
pajak parkir adalah
Setiap pelayanan parkir yang disediakan dengan memungut bayaran
sacara langsung atau tidak
langsung.
Sumber Data
Pengumpulan yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun skripsi
ini adalah bersumbar
dari :
1.2.1.1 Data Dinas Pendapatan Daerah
Yaitu peneliti melalui dokomen dokumen resmi dari pihak dinas
pendapatan
daerah yang terdiri dari data yang mengenai laporan dinas
pendapatan daerah
Kota Bekasi khususnya bidang pajak parkir.
1.2.1.2 Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan untuk memahami dan mendalami bebagai
teori dari
disiplin ilmu yang berkaitan dengan judul skripsi, yaitu dengan
cara membaca
buku perpustakaan, Koran-koran dan bahan materi kuliah yang
berhubungan
dengan materi penulisan ini.
Jenis Data
-
Dalam penelitian ini diusahakan untuk mendapatkan data atau
informasi selengkap
mungkin yang diperlukan sebagai materi pembahasan oleh karenanya
data yang digunakan
adalah data sekunder, yaitu data yang berupa rencana realisasi
penerimaan pajak daerah pajak
parkir tahun 2004-2008, yang kemudian data tersebut penulis
sajikan sesuai apa adanya yang
sebenarnya.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan penulis gunakan adalah metode
deskriptif yaitu
metode yang menggambarkan proses atau peristiwa yang sedang
berlangsung untuk melihat
keterkaitan antara variable-variabel yang terlihat didalamnya
dengan menggunakan pendekatan
metode kualitatif dan partisipatif yang menggunakan
fenomena-fenomena yang terjadi serta hal-
hal yang melatarbelakangi sedangkan teknik penulisan yang
penulis gunakan adalah :
1. Penelitian Lapangan
Suatu metode penulis mengadakan pengamatan secara langsung
(observasi partisipatif)
pada unit-unit orang yang ada dilingkungan dinas pendapatan
daerah.
Hasil dan Pembahasan
Tabel IV.2
Rencana dan Realisasi Pajak Parkir di Kota Bekasi
Tahun Anggaran 1999-2008
No Tahun Anggaran
Rencana Realisasi Persentase
-
T
able
diatas menunjukan bahwa penerimaan pajak parkir mengalami
peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 belum ada penerimaan
dari pajak parkir, karena
peraturan daerah tentang pajak parkir itu sendiri baru
dikeluarkan pada tahun 2001, oleh karena
itu rencana penerimaan pajak parkir untuk tahun 2001 belum di
buat. Dan pada tahun 2002
rencana penerimaan pajak parkir adalah sebesar Rp. 825.000.000
dengan realisasi yang cukup
besar yaitu sebesar Rp. 919.381.254 atau sebesar 111,44%, pada
tahun 2003, rebcana
penerimaan dari segi pajak parkir adalah sebesar Rp.
1.040.000.000 dengan realisasi sebesar Rp.
1.098.219.928, atau sebesar 105,50%, dan Pada tahun 2004 rencana
penerimaan yang
dianggarkan oleh Pemerintah Daerah adalah 1.269.840.000 dan yang
terjadi pada realisasinya
adalah sebesar 1.283.389.450, yaitu naik sebesar 101.07 %. Pada
tahun 2005 rencana penerimaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
-
-
-
825.000.000
1.040.000.000
1.269.840.000
1.463.657.900
1.537.757.900
2.062.493.000
2.371.492.700
-
-
-
919.381.254
1.098.219.928
1.283.389.450
1.471.245.225
1.728.484.945
2.201.930.546
2.622.286.292
-
-
-
111,44
105,60
101,07
100,52
112,4
106,76
110,57
-
yang dianggarkan adalah sebesar 1.463.657.900, naik nsebesar
100,52 % , yaitu sebesar
1.471.245.225. Pada tahun 2006 rencana penerimaan pajak parkir
yang dianggarkan oleh
Pemerintah Daerah kota Bekasi adalah 1.537.757.900, realisasi
yang terjadi di lapangan adalah
penerimaan pajak parkir mengalami peningkatan sebesar 112,4%,
yaitu 1.728.484.945. Pada
tahun 2007 rencana penerimaan pajak parkir yang dianggarkan oleh
Pemerintah Daerah kota
Bekasi adalah sebesar 2.062.493.000 dan realisasi yang
didapatkan adalah sebesar
2.201.930.546, berarti naik 106,76 dari anggaran. Pada tahun
2008, rencana penerimaan yang
dianggarkan oleh Pemerintah daerah kota Bekasi adalah sebesar
2.371.492.700dan yang terjadi
pada realisasi adalah sebesar 2.622.286.292, atau sebesar 110,57
%.
Tabel IV.3 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah
Kota Bekasi Tahun Anggaran 1999-2008
No Tahun Anggaran
Rencana Realisasi Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1999
2000
2001
2002
2003
17.160.565.213
29.153.647.047
51.771.761.053
65.700.264.730
85.769.194.575
17.809.205.841
31.095.360.600
52.176.918.762
72.160.070.959
85.882.558.136
103,78
106,66
100,78
100,98
100,13
-
2004
2005
2006
2007
2008
98.092.490.119
121.778.641.042
143.168.711.613
166.283.245.632
178.369.891.660
97.912.047.349
126.066.835.738
145.730.557.611
171.045.088.715
189.492.858.525
99,81
103,52
101,79
102,86
106,23
Berdasarkan table diatas maka dapat dilihat bahwa penerimaan
pendapatan daerah kota
Bekasi selalu mengalami peningkatan. Tahun 1999 rencana
penerimaan ditetapkan sebesar Rp.
17.160.565.213 ternyata setelah dilakukan servei dilapangan
pendapatan yang diperoleh adalah
sebesar Rp. 17.809.205.841 atau meningkat sebesar 103,78%. Pada
tahun 2000 rencana
penerimaan adalah sebesar Rp. 29.153.647.047 dan realisasinya
adalah sebesar Rp.
31.095.360.600 atau sebesar 106,66%. Pada tahun 2001 rencana
penerimaan pendapatan adalah
sabesar Rp. 51.771.761.053 dan realisasinya adalah sebesar Rp.
52.176.918.762 sebesar
100,78%, tahun 2002 realisasinya sebesar Rp. 72.160.070.959 dan
rencananya adalah sebesar
Rp. 65.700.264.730 yaitu sebesar 100,98, pada tahun 2003 rencana
penerimaan pendapatan
adalah sebesar Rp. 85.769.194.575 dan realisasinya adalah
sebesar Rp. 85.882.558.136 dengan
persentase yaitu sebesar 100,13%, pada tahun 2004 rencana
penerimaan adalah sebesar
Rp.98.092.490.119, tetapi pada laporan realisasinya penerimaan
tahun 2004 mengalami
penurunan. Tetapi pada tahun 2005, terjadi peningkatan yaitu
dari rencana penerimaan sebesar
-
Rp. 121.778.641.042, realisasinya menjadi Rp.126.066.835.738.
pada tahun 2006 pun terjadi
peningkatan yaitu dari 143.168.711.613, realisasinya menjadi Rp.
145.730.557.661. pada tahun
2007 rencana pendapatan daerah adalah sebesar Rp.
166.283.245.632, mengalami peningkatan
yang cukup signifikan menjadi Rp. 171.045.088.715, begitupun
pada tahun 2008, mengalami
peningkatan yang baik yaitu dari rencana pendapatan sebesar Rp.
178.369.891.660, menjadi Rp.
189.492.858.525
4.4 Ketentuan Tarif
Berdasarkan Undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang Pemerintah
Daerah dan
Peraturan Daerah No. 16 tahun 2001 tantang pajak parkir
menyatakan bahwa tarif untuk pajak
parkir ditetapkan sebesar 15% dari dari jumlah pembayaran .
tarif parkir dikenakan atas
banyaknya kendaraan yang dititipkan oleh pemiliknya di suatu
objek parkir. Mengenai besarnya
pajak yang terutang dapat dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak parkir yaitu 15% dengan
satu kendaraan perjam. Tarif ini diberlakukan sama untuk setiap
objek parkir. Contoh tarif pajak
parkir di suatu pusat perbelanjaan sebesar Rp.2000,-, untuk
setiap jam pertama akan ditambah
Rp. 1000,- dijam berikutnya. Cara perhitungan pajak yang
didapatkan oleh Dinas Pendapatan
Daerah untuk satu mobil perjamnya adalah :
Pendapatan = Tarif Pajak x tiap kendaraan perjam
15% x 2000,-
Pendapatan = Rp.300,-
Contoh : dalam sehari kendaraan parkir di suatu pusat
perbelanjaan sebanyak 50 mobil,
150 motor dan 10 truk. Cara perhitungannya adalah :
-
Mobil = (50 x 2000,-) x 15%
= Rp. 15.000,-
Motor = ( 150 x 1000,-) x 15%
= 22.500,-
Truk = ( 10 x 3000,-) x 15%
= Rp. 4.500,-
Total keseluruhan = Rp. 15.000 + Rp. 22.500 + Rp. 4.500
= Rp. 42.000 perhari
Jadi pajak yang dibayarkan ke Dinas Pendapatan Daerah dalam
sehari yang hanya
dihitung dalam perjam pada jumlah kendaraannya adalah Rp.
42.000.
Pajak parkir akan dihitung, dibayarkan, dan disetorkan langsung
oleh wajib pajak kepada
Dinas Pendapatan Daerah kota Bekasi.
4.5 Rangkuman Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah diuraikan oleh penulis adalah DPPKAD
didirikan menurut
undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah,
pemerintah diberikan otonomi
yaitu pemerintah diberikan otonomi yaitu kekuasaan yang
diberikan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan daerah itu sendiri. Undang-undang No.33
tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah ,
menjelaskan bahwa pemerintah
daerah berhak mengatur keuangannya sendiri.
-
Tiap tahunnya pajak daerah terus meningkat, dilihat dari
realisasi yang didapatkan jauh
lebih besar dari rencana penerimaan pendapatan daerah. Pajak
parkir merupakan salah satu pajak
daerah. System pemungutan pajak parkir adalah self assessment.
Ketentuan tariff parkir adalah
15%. Apabila wajib pajak parkir telat membayar maka akan
dikenakan sanksi berupa 2%
perbulannya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi pajak parkir
adalah :
1. Wajib pajak yang telat membayar.
2. Wajib pajak yang telah membayar tetapi tidak menyetorkan.
3. Wajib pajak yang seharusnya sudah dapat dinyatakan sebagai
wajib pajak tetapi
wajib pajak tersebut tidak melapor ke DPPKAD kota Bekasi.
Adapun upaya-upaya untuk meningkatkan dan untuk mengatasi
hambatan-hambatan
tersebut adalah :
a. Segi penerimaan, dengan melakukan penyuluhan tentang pajak
daerah terutama
pajak parkir. Pemeriksaan juga salah satu cara untuk
meningkatkan penerimaan.
b. Segi Kebijakan, Dalam segi kebijakan yang antara lain
Undang-undang,
pemerintah agar senantiasa melaksanakan pembagian wewenang dan
pengaturan
hubungan pemerintah pusat dan daerah.
c. Melakukan Pendataan dan Pemeriksaan Wajib Pajak Parkir.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil
kesimpulan sebagai
berikut :
-
1. Bidang Pendapatan DPPKAD kota Bekasi sebagai organisasi yang
efisien dan efektif
dalam mengelola pendapatan daerah, terutama tentang
perpajakan.
2. System pemungutan pajak parkir menggunakan system self
assessment, yaitu wajib pajak
parkir menghitung, membayar dan menyetorkan langsung ke DPPKAD.
Walaupun
menggunakan system self assessment, masih ada saja wajib pajak
yang tidak melaporkan
kewajiban pembayaran pajaknya langsung ke Dinas Pendapatan,
sehingga Dinas
Pendapatan terjun langsung ke lapangan untuk memeriksa wajib
pajak tersebut, seperti
halnya system pemungutan official Assessement.
3. Dalam hal pendataan, Pemeriksaan Penagihan pajak parkir yang
dilakukan Dinas
Pendapatan Daerah sudah sesuai dengan Undang-undang dan
peraturan Daerah yang
berlaku.
4. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi pajak parkir adalah
:
1. Wajib pajak yang telat membayar.
2. Wajib pajak yang telah membayar tetapi tidak menyetorkan.
3. Wajib pajak yang seharusnya sudah dapat dinyatakan sebagai
wajib pajak tetapi
wajib pajak tersebut tidak melapor ke DPPKAD kota Bekasi.
5. upaya-upaya untuk meningkatkan dan untuk mengatasi
hambatan-hambatan tersebut
adalah :
a. Segi penerimaan, dengan melakukan penyuluhan tentang pajak
daerah terutama
pajak parkir. Pemeriksaan juga salah satu cara untuk
meningkatkan penerimaan.
b. Segi Kebijakan, Dalam segi kebijakan yang antara lain
Undang-undang,
pemerintah agar senantiasa melaksanakan pembagian wewenang dan
pengaturan
hubungan pemerintah pusat dan daerah.
-
c. Melakukan Pendataan dan Pemeriksaan Wajib Pajak Parkir.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan penulis sehubungan dengan
pelaksanakan
pemungutan pajak perkir di Dinas Pendapatan Daerah adalah
sebagai berikut :
1. Pendataan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh DPPKAD harus
lebih ditingkatkan, dan
harus lebih teliti dalam melakukan pendataan dan pemeriksaan
pajak parkir.
2. Dinas Pendapatan Daerah harus mensosialisasikan Undang-undang
dan Peraturan Daerah
terutama Pajak Parkir supaya masyarakat mempunyai kesadaran akan
kewajiban
membayar pajak.
3. System pemungutan self assessment yang digunakan untuk pajak
parkir harus benar-
benar dijalankan. Apabila ada wajib pajak parkir yang tidak
melaporkan, maka harus
diberi sanksi yang tegas sesuai dengan Undang-undang dan
Peraturan Daerah yang
berlaku.
Dari saran-saran diatas diharapkan dapat dijalankan masukan pada
kantor Dinas
Pendapatan Daerah kota Bekasi dalam rangka meningkatkan
penerimaan pajak daerah.
-
DAFTAR PUSTAKA
Fitriandi, Primandita. Dkk, 2005, Kompilasi Undang-undang
Terlengkap Tahun 2006. Jakarta :
Salemba Empat.
Keputusan Mahkamah Konstitusi, 2005, Undang-undang Nomor. 32
Tentang Otonomi Daerah
dan Pilkada, Jakarta : Lima Bintang.
Mardiasmo, 2003, Perpajakan, Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Siahaan, P. Marihot, 2006, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada.
Solihin, Dadang, 2001, Kamus Otonomi Daerah, Jakarta : Lembaga
Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan.
Sugiono, 2001, Metodologi Penelitian Administrasi, Bandung :
Alfabeta.
Waluyo, dan Wirawan B. Liyas, 2003, Perpajakan Indonesia,
Jakarta : Salemba Empat.
Zain, Muhammad, 2005, Manajemen Perpajakan, Jakarta : Salemba
Empat.