Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Overview Penyakit Paru Kerja
Ida bagus Ngurah Rai
Program Studi Spesialis Ilmu Penyakit Paru,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana - RSUP Sanglah Denpasar
ABSTRAK
Pertumbuhan industri dan kemajuan teknologi yang pesat telah
meningkatkan perekonomian di negara berkembang dan negara maju
saat ini. Namun di balik itu, revolusi industri yang telah terjadi sejak
abad ke 18 ini juga memiliki dampak besar pada penyakit akibat kerja.
Kurangnya perhatian pada keselamatan dan kesehatan kerja
meningkatkan jumlah kecelakaan dan kematian yang disebabkan oleh
mesin serta pajanan bahan-bahan beracun di tempat keja. Salah satu
penyakit akibat kerja dan lingkungan adalah penyakit paru kerja.
Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kelainan paru yang timbul
sehubungan dengan pekerjaan. Penyakit paru kerja dapat berasal dari
pajanan inhalasi seperti beberapa mineral, debu, mikroba, binatang,
protein serangga, dan bahan-bahan kimia. Pajanan tersebut memiliki
efek jangka panjang meskipun pajanan telah berakhir. Berbagai
penyakit paru akibat kerja adalah sebagai berikut: pneumoconiosis,
silikosis, anthrako-silikosis, asbestosis, bisinosis dan bagasosis, asma
kerja, pneumositis hipersensitif, PPOK, dan lain sebagainya.Terdapat
tujuh langkah dalam mendiagnosis penyakit paru kerja. Penegakan
diagnosis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
penunjang. Sebagian besar tatalaksana hanyalah bersifat suportif. Hal
terpenting dalam tatalaksana kasus penyakit paru akibat kerja adalah
melakukan pencegahan optimal.
Keyword: penyakit paru akibat kerja, 7 langkah diagnosis, pencegahan
penyakit paru kerja
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi yang pesat dan pertumbuhan industri
telah meningkatkan perekonomian di negara-negara berkembang dan
negara maju saat ini. Revolusi industri yang telah terjadi sejak abad ke
18 memiliki dampak besar pada perkembangan penyakit akibat kerja.
Kemajuan teknologi dan pertumbuhan industri telah menyebabkan
kondisi kerja yang padat dan tidak sehat. Hal ini juga meningkatkan
jumlah kecelakaan dan kematian akibat kerja. 7
Pajanan agen berbahaya saat bekerja di lingkungan sekitar
dapat menyebabkan tanda dan gejala pada seorang pekerja. Seorang
pekerja yang terpajan, harus menjadi perhatian untuk segera mendapat
intervensi dan pencegahan penyakit. Pasien harus mendapatkan
penilaian mengenai tingkat gangguan, kecacatan, dan juga dapat
diberikan kompensasi kerja. 6
ILO (International Labour Organisation) mengeluarkan rekomendasi
baru (R194) yang mengklasifikasikan penyakit akibat kerja dari dua
dimensi yaitu dari dimensi penyebab dan penyakit juga dimensi
subkategori. Berdasarkan penyebab penyakit akibat kerja terjadi akibat
trauma kimia, fisik, biologi, penyakit paru, kulit, keganasan,
musculoskeletal, dan penyakit mental perilaku. Data mengenai angka
kesakitan penyakit paru akibat kerja dan lingkungan masih sangat jarang
tersedia.1,8
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kelainan paru yang
timbul sehubungan dengan pekerjaan. Penyakit paru kerja dapat
berasal dari pajanan inhalasi seperti beberapa mineral, debu, mikroba,
binatang, protein serangga, dan bahan-bahan kimia. Pajanan tersebut
memiliki efek jangka panjang meskipun pajanan telah berakhir. Berbagai
penyakit paru akibat kerja adalah sebagai berikut: pneumokoniosis,
silikosis, anthrako-silikosis, asbestosis, bisinosis dan bagasosis, asma
kerja, pneumositis hipersensitif, PPOK, dan lain sebagainya.1
Pajanan agen berbahaya saat bekerja di lingkungan sekitar
dapat menyebabkan tanda dan gejala pada seorang pekerja. Seorang
pekerja yang terpajan, harus menjadi perhatian untuk segera mendapat
intervensi dan pencegahan penyakit. Pasien harus mendapatkan
penilaian mengenai tingkat gangguan, kecacatan, dan juga dapat
diberikan kompensasi kerja. 6
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan atau lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja. 13
Tabel 1. Jenis-jenis Penyakit Akibat Kerja
Penyebab Jenis penyakit
Penyakit
alergi/hipersensitif
Rinitis, rinosinusitis, asma, pneumonitis,
aspergilosis akut, bronkopneumonia,
hipersensitivitas akibat lateks, penyakit jamur,
dermatitis kontak, anafilaksis.
Penyakit paru kerja pneumokoniosis, silikosis, anthrako-silikosis,
asbestosis, bisinosis dan bagasosis, asma kerja,
pneumositis hipersensitif, PPOK, dan lain
sebagainya.
Penyakit hati dan
gastrointestinal
kanker lambung dan kanker oesofagus
(tambang batubara dan vulkanisir karet),
sirosis hati (alkohol, karbon tetraklorida,
trikloroetilen, kloroform)
Penyakit saluran
urogenital
gagal ginjal (uap logam kadmium dan merkuri
,pelarut organik, pestisida, karbon tetraklorid),
kanker vesika urinaria (karet,
manufaktur/bahan pewarna organik, benzidin,
2-naptilamin)
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Penyakit hematologi anemia (timbale), leukemia (benzena)
Penyakit
kardiovaskuler
jantung koroner (karbon disulfida, viskon
rayon, gliseril trinitrat, etilen glicol dinitrat),
febrilasi ventrikel (trikloretilen)
Gangguan alat
reproduksi
infertilitas (etilen bromida, benzena, anastesi
gas, timbal, pelarut organik, karbon disulfida,
vinil klorida, kloropen), kerusakan janin
(anetesi gas, merkuri, pelarut organik)
keguguran (kerja fisik)
Penyakit
muskuloskeletal
sindroma Raynaud (getaran 20 – 400 Hz),
sindrom karpal tunel (tekanan yang berulang
pada lengan), HNP/sakit punggung (pekerjaan
fisik berat, tidak ergonomis)
Gangguan telinga Penurunan pendengaran (bising)
Gangguan mata rasa sakit (penataan pencahayaan),
konjungtivitis (sinar UV), katarak (infra merah),
gatal (bahan organik hewan, debu padi), iritasi
non alergi (klor, formaldehid)
Gangguan susunan
saraf
pusing, tidak konsentrasi, sering lupa, depresi,
neuropati perifer, ataksia serebeler dan
penyakit motor neuron (cat, laboratorium
kimia, petrolium, oli)
Stress neuropsikiatrik; ansietas, depresi (hubungan
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
kerja kurang baik, monoton, upah kurang,
suasana kerja tidak nyaman)
Infeksi pneumonia (legionella pada AC), leptospirosis
(leptospira pada petani), brucelosis, antrakosis
(brucela, antrak pada peternak hewan)
Keracunan Dapat berupa keracunan akut (CO, Hidrogen
sulfida, hidrogen sianida), kronis (timah hitam,
merkuri, pestisida)
Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kelainan paru yang
timbul sehubungan dengan pekerjaan. Berikut akan dibahas lebih rinci
mengenai penyakit paru akibat kerja.
Definisi
Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kerusakan paru disebabkan
oleh debu/asap/gas berbahaya yang terhisap oleh para pekerja di
tempat pekerjaan. Berbagai penyakit paru dapat terjadi akibat pajanan
zat seperti debu, serat dan gas yang timbul pada proses industrialisasi.
Jenis penyakit paru yang timbul tergantung pada jenis zat paparan.
Namun, manifestasi klinis penyakit paru kerja mirip dengan penyakit
paru lain yang tidak berhubungan dengan penyakit paru kerja.1
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Epidemiologi
Berdasarkan data International Labour Organization tahun 2013
terdapat 2,02 juta kasus meninggal terkait penyakit akibat kerja.9
Sementara itu di Indonesia jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun
2011-2014 terjadi penurunan (tahun 2011 ada 57.929 kasus, tahun 2012
ada 60.322 kasus, tahun 2013 ada 97.144 kasus, tahun 2014 ada 40.694
kasus). Tahun 2013 penyakit paru obstruktif kronik menempati 3,8 %
dari seluruh penyakit tidak menular yang terjadi akibat kerja. Sementara
untuk data penyakit paru kerja secara spesifik sendiri belum tersedia. 5
Mortalitas dan morbiditas bergantung pada frekuensi, intensitas
dan durasi dari pajanan inhalasi. Faktor host seperti penyakit jantung
dan pathogenesis imulologi merupakan faktor yang penting. Sebuah
penelitian oleh Hart dan kawan-kawan menyimpulkan beberapa
penyebab spesifik yang mengakibatkan kematian pada penyakit paru
kerja. Adapun penyebab kematian seperti kanker paru, penyakit
kardiovaskular dan penyakit respirasi akibat pajanan partikel yang
diameternya kurang dari 2,5 mikrometer seperti sulfur dioksida dan
nitrogen dioksida. 2
Tidak ada data yang mengatakan apakah ada ras khusus
berhubungan dengan terjadinya penyakit ini. Namun ras afrika-amerika
dan asia memiliki ukuran paru yang lebih kecil dan kemungkinan besar
lebih berisiko dengan pajanan yang sama. Tidak ada predisposisi spesifik
yang tercatat untuk perbedaan jenis kelamin.1
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Klasifikasi
Tabel 2. Jenis-jenis Penyakit Paru Kerja
Kategogori Besar Penyakit Bahan Penyebab
Iritasi jalan napas atas Gas iritan, uap, debu
Kelainan jalan napas
Asma kerja
Sensitisasi
Berat molekul rendah
Berat molekul tinggi
Induksi iritan, RADS
Bisimosis
Efek debu biji-bijian
Bronchitis kronik/PPOK
Disosianat, anhidra, debu kayu
Alergen dari binatang, lateks
Gas, iritan, asap
Debu kapas
Biji-bijian
Debu mineral, batubara, uap,
debu
Jejas inhalasi akut
Pneumonitis toksik
Demam uap logam
Demam uap polimer
Inhalasi asap
Gas iritan, logam
Oksida logam, seng, tembaga
Plastic
Produk pembakaran
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Pneumonitis hipersensitif Bakteri, jamur, protein binatang
Penyakit infeksi Tuberculosis, virus, bakteri
Pneumokoniasis Asbes, silica, batubara, berilium,
cobalt
Keganasan
Kanker sinonasal
Kanker paru
Mesotelioma
Debu kayu
Asbes, radon
Asbes
Dilihat dari jenis bahan penyebab terjadinya penyakit paru kerja, terbagi
menjadi dua, yaitu: organik dan anorganik. Penyakit paru kerja akubat
bahan organik yaitu zat yang mengandung karbon, misalnya: bisinosis
(jerami dan katun), pneumonitis hipersensitifitas (spora jamur dari
tanaman atau binatang) dan asma akibat kerja (debu, asap, uap dan
gas). Sementara penyakit paru kerja akibat bahan aorganik misalnya
asbestosis (bahan-bahan yang mengandung asbes), silikosis (bahan
Kristal silica), pneumoconiosis pada penambang batu bara.14
Patifisiologi
Pajanan di tempat kerja pada bahan-bahan kimia inhalasi dapat
menimbulkan perubahan pada saluran nafas, parenkim paru, pembuluh
darah, dan pleura atau kombinasi dari beberapa struktur dari paru.
Gejala sistemik bisa ada tergantung pada jenis pajanan.1
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Mukosa hidung dan saluran nafas adalah area pertama yang
kontak dengan pajanan inhalasi. Partikel yang besar dapat terperangkap
dan bertumpuk dalam rongga hidung sementara partikel kecil akan
terperangkap di trakea, bronkus, brokiolus hingga partikel yang lebih
kecil dari 5 mm bisa sampai pada alveolus. Ada beberapa gas yang larut
secara langsung diserap ke dalam mukosa pernapasan. Hal ini dapat
menimbulkan dilatasi pembuluh darah, edema mukosa, dan rhimorrea
yang menimbulkan bersin, hidung tersumbat, epistaxis, dan bahkan
dapat menyebabkan perforasi dari septum (misalnya arsenic, asam
kromida).6,8
Trakeitis, bronchitis akut dan kronik, bronkiolitis dapat terjadi
akibat inflamasi saluran nafas. Bronkiolitis obliterans juga dilaporkan
pada paparan bahan kimia seperti klorin, fosgen, dan nitrogen dioksida.
Manifestasi yang muncul adalah batuk berdahak atau kering, nafas
pendek, bahkan hemoptisis.6
Iritasi bahan kimia pada saluram nafas dapat menyebabkan
meningkatnya serangan asma baru atau perburukan dari gejala asma
yang sudah ada sebelumnya. Antigen dengan berat molekuler besar
menstimulasi pelepasan Ig-E. pasien dengan riwayat atopi dan perokok
merupakan resiko tinggi untuk terjadi asma. Antigen dengan berat
molekul kecil dapat menginduksi sensitisasi saluran nafas tanpa mediasi
dari Ig-E. misalnya bahan yang menimbulkan rasa seperti asam
anhidrida digunakan pada pembuatan cat dan perekat epoksi. Isosianat
digunakan pada cat poliuretan dan sabun yang sering menimbulkan
asma.6
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Asma yang disebabkan oleh genetik berbeda dengan asma
akibat kerja. Asma yang terjadi akibat genetik berhubungan dengan
implikasi gen HLAs. Penyakit paru obstruktif dapat terjadi akibat
pajanan kimia seperti diisosianat.
Bahan kimia seperti anhidrida, diisosianat termasuk trimelitik
anhidrida dan bahan kimia lainnya dapat menyebabkan pneumonitis
hipersensitif. Onsetnya bisa akut, subakut, atau kronik tergantung
intensitas, durasi dan kerentanan pasien. 6,8
Gejala yang dapat timbul seperti demam, kedinginan, cepat
lelah, batuk, nafas yang pendek. Pajanan berulang dapat menimbulkan
penyakit paru intersisial dan kelainan pada pembuluh darah paru.
Kerusakan pada parenkim paru yang terus menerus memberat akan
memicu terjadinya hipertensi pada arteri pulmonalis. 6 Kanker paru
akibat kerjaa dapat juga dihasilkan dari paparan berbagai bahan yang
digunakan pada produksi pestisida, dan obat nyamuk. 6
Diagnosis
Berdasarkan klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, diagnosis penyakit paru kerja dapat menggunakan tujuh
langkah, yaitu;10
1) Menentukan diagnosis klinis melalui anamnesa, pemeiksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang
Manifestasi klinis yang muncul bisa akut, subakut atau kronik
bergantung pada frekuensi, intensitas, dan durasi dari paparan
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
inhalasi dan mungkin tergantung dari factor host dan
imunopatogenesis. Pada awalnya tidak tampak langsung gejala
dengan pekerjaan, lama kelamaan pasien memiliki gejala yang
terus-terusan, walaupun sudah tidak terpajan lagi. Gejala akut
dapat berupa batuk berdahak maupun batuk kering, dyspnea,
mengi, nyeri dada atau rasa sesak di dada. Gejala penyerta lainnya
seperti mialgia, lesu, dan sakit kepala bisa ada. Pasien dengan
riwayat penyakit paru sebelumnya dapat memiliki gejala yang lebih
berat lagi. 6,8
Pemeriksaan fisik dapat ditemukan wheezing, sianosis, ronki dan
redup pada perkusi jika ditemukan efusi pleura. Tanda dari
hipertensi arteri pulmonal adalah peningkatan tekanan vena
jugularis, suara katup jantung pulmonalis meningkat, edema
tungkai, dan pembesaran ukuran hepar. 6,8
Rongten torak adalah pemeriksaan pertama yang membantu
menegakkan diagnosis penyakit paru kerja.
CT Scan biasa tidak terlalu banyak membantu diagnosis karena
hasilnya bisa normal. CT scan dengan kontras dapat membantu
menggambarkan variasi hilur dan limfonodus lebih baik.
Penggunaan CT scan dengan resolusi tinggi dapat menunjukan
adanya mirip infiltrat atau gambaran abnormal lainnya yang tidak
dapat terlihat difoto torax biasa.
Tes fungsi paru sebaiknya dilakukan seperti spirometri, tes volume
paru, tes kapasitas difusi paru untuk karbonmonoksida. Untuk
menentukan apakah termasuk jenis obstruksi atau restriksi paru.
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Tes fungsi paru juga dapat dipakai untuk menilai progresifitas
penyakit. Tes ini dilakukan setelah berjalan kaki selama 6 menit.
Pemeriksaan bronkoskopi dengan atau tanpa bronchoalveolar
lavage (BAL), biopsi endobrokial, endobronchial brushing, biopsy
transbronchial, dan aspirasi jarum pada transbronchial juga
pemeriksaan histology juga membantu.
Biopsi jaringan paru secara langsung seharusnya dilakukan,
meskipun pemeriksaan ini digunakan namun tidak membantu
konfirmasi diagnosis. Data histologi sangatlah terbatas. Diharapkan
dapat ditemukan sesuatu yang nonspesifik yang berhubungan
dengan kemungkinan lama pajanan dan pajanan spesifik yang
berkaitan.
2) Menentukan pajanan yang dialami dalam pekerjaan melalui
pencatatan riwayat pekerjaan dan kegemaran secara kronologis,
identifikasi pajanan bahan berbahaya di tempat kerja
3) Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan
penyakit dengan menentukan waktu mulai bekerja dengan gejala
pertama, urutan-urutan perkembangan gejala, hubungan antara
gejala dan tugas tertentu, perubahan gejala pada waktu libur, jauh
dari tempat kerja, pemakaian alat proteksi diri
4) Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar melalui
besarnya dosis, durasi dan intensitas pajanan
5) Menentukan apakah ada faktor-faktor individu yang berperan
seperti faktor genetik (atopi, usia, jenis kelamin), faktor lain
(merokok dan penyakit yang pernah diderita).
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
6) Menentukan apakah ada faktor lain di luar pekerjaan seperti hobi
atau lingkungan tempat tinggal yang berhubungan dengan penyakit
paru
7) Menentukan diagnosis penyakit paru kerja
Tatalaksana
Sebagian besar tatalaksana bersifat suportif. Sebaiknya pasien
di edukasi untuk menghindari paparan lagi.
Strategi manajemen pasien secara umum adalah:6
Suplementasi oksigen
Bronkodilator
Steroid inhalasi atau sistemik
Pemberian diuretic pada edema paru
Thorakosintesis
Terapi hipertensi pulmonal
Pada gagal nafas akut dapat dilakukan non-invasiv atau
pemasangan ventilator mekanik
Bila ada pajanan yang menginduksi terjadi keganasan diterapi
sesuai indikasi
Rehabilitasi paru
Pemberian vaksin influenza dan pneumokokus
Terapi pembedahan dapat dilakukan pada penyakit parenkim
paru yang berat, dapat berupa transplantasi paru sebagai
pengganti paru yang rusak.
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Skrining diperlukan pada pekerja yang terpajan agen
bersangkutan. Seperti pengisian kuisioner berulang, spirometri, dan bila
diperlukan pemeriksaan radiologi berkala.6
Berkow R dan kawan-kawan merekomendasikan penggunaan kriteria
“Lower Limit Of Normal (LLN)”, untuk mengidentifikasikan adanya
progresifitas dini dari penyakit paru. Mereka merekomendasikan
penggunaan perubahan FEV1 secara longitudinal. Jika terjadi suatu
penurunan lebih dari 15 %, maka akan dicatat dan diindikasikan untuk
dilakukan pemeriksaan complete pulmonary function tests (PFTs) dan
dapat diulang setiap 4-6 minggu. Jika hasilnya tetap, maka disarankan
untuk dilakukan pemeriksaan CT Scan high-resolution. Jika dicurigai
menderita penyakit paru kerja, maka disarankan untuk menghindari
pajanan dan menggunakan alat pelindung yang selalu mencegah
paparan masuk atau total menjauhi pajanan bahkan beralih ke
pekerjaan yang lain.3,4
Rawat inap diindikasikan bagi pasien yang memiliki eksaserbasi
pada gejala asma, demam dengan infiltrate bilateral, atau penyakit paru
stadium akhir. Manajemen pasien sama seperti pasien paru lainnya.6
Pencegahan
Pada prinsipnya, penyakit paru kerja adalah penyakit yang
dapat dicegah. Pencegahan penyakit tidak hanya dilakukan oleh dokter
atau tenaga medis saja, namun memerlukan kerja sama lintas sektoral
antara pekerja, manajemen industri dan pemerintah.12
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Terdapat 3 strategi pencegahan dalam penyakit paru kerja, yaitu:
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan tahap
pertama dimana pajanan yang ada di lingkungan kerja,
contohnya debu atau bahan kimia, dan pekerja yang akan
bekerja di daerah yang penuh pajanan tersebut diusahakan agar
terhindar dari pajanan yang ada dan dapat tetap sehat selama
bekerja. Kegiatan yang dilakukan adalah Health Promotion
(Promosi kesehatan):
Penyuluhan tentang perilaku kesehatan di lingkungan kerja,
faktor bahaya ditempat kerja, dan bagaimana melakukan
perilaku kerja yang baik
Olah raga, termasuk di dalamnya adalah olah raga senam
kesegaran jasmani
makan dengan gizi seimbang
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan tahap
kedua, dimana pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
kegiatan yang spesifik untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu, dalam hal ini penyakit paru akibat kerja. Kegiatan yang
dilakukan disebut dengan Specific protection (Pencegahan
spesifik), termasuk di dalamnya adalah
Pengendalian melalui perundang-undangan
Pengendalian administratif/organisasi, seperti rotasi
dan pembatasan jam kerja
Pengendalian teknis, seperti substitusi, isolasi,ventilasi
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Penggunaan alat pelindung diri, untuk mencegah
penyakit paru akibat kerja dengan memakai masker /
respirator (tergantung besar partikel dan bahan kimia
yang ada di lingkungan kerja)
Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi untuk penyakit
tertentu, misalnya hepatitis B
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tingkat tiga, dimana pekerja sudah terpajan
suatu zat dan ada kemungkinan terkena gangguan kesehatan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
Early Diagnosis & Prompt treatment, termasuk di dalamnya
adalah
Pemeriksaan pra-kerja: Pemeriksaan berkala, surveilans
medis, pemeriksaan lingkungan secara berkala,pengobatan
segera bila ditemukan adanya gangguan kesehatan pada
pekerja, pengendalian segera ditempat kerja
Disability limitation: termasuk didalamnya kegiatan evaluasi
kembali bekerja (Fit to work)
Rehabilitation: termasuk di dalamnya kegiatan evaluasi
kecacatan, menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi pekerja,
mengganti pekerjaan sesuai dengan kemampuan pekerja
Komplikasi
Fibrosis paru
Nodul paru (jinak atau ganas)
Hipereaktivitas bronkus
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
Pembesaran jantung kanan (karena hipertensi pulmonal, cor
pulmonale)
Kesimpulan
Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kelainan paru yang
timbul sehubungan dengan pekerjaan. Berbagai penyakit paru dapat
terjadi akibat pajaran zat seperti debu, serat dan gas yang timbul pada
proses industrialisasi. Jenis penyakit paru yang timbul tergantung pada
jenis pajanan. Berbagai penyakit paru akibat kerja adalah sebagai
berikut: iritasi jalan napas atas, kelainan jalan napas, jejas inhalasi akut,
pneumonitis hipersensitif, penyakit infeksi, pneumoconiosis, dan
keganasan. Dalam mendiagnosis penyakit paru kerja dapat
menggunakan tujuh langkah dengan berpedoman pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.. Sebagian besar
tatalaksana hanyalah bersifat suprotif. Pada prinsipnya, penyakit paru
kerja adalah penyakit yang dapat dicegah dengan menggunakan tiga
prinsip, yaitu: pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
DAFTAR PUSTAKA
1. Shakeekah A. Chemical Worker's Lung [Internet]. Background,
Pathophysiology, Epidemiology. 2018 [cited 2018Oct18]. Available
from: https://emedicine.medscape.com/article/297248-overview
2. Hart JE, Garshick E, Dockery DW, Smith TJ, Ryan L, Laden F. Long-
term ambient multipollutant exposures and mortality. Am J Respir
Crit Care Med. 2011 Jan 1. 183(1):73-8.
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
3. Berkow R, Beers MH, Fletcher AJ. The Merck manual of medical
information. London: Merck Publication; 1997
4. Bruce H Culver MD. How Should the Lower Limit of the Normal
Range Be Defined?Respiratory Care Journal. 2012 Jan; 57 (1):136-
45.
5. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi
Kesehatan Kerja. Infodatin. 2015. 3
6. Goldman R. [Internet]. UpToDate. [cited 2018Oct18]. Available
from: https://www.uptodate.com/contents/overview-of-
occupational-and-environmental-health#H1
7. Kazantzis G. Occupational disease [Internet]. Encyclopædia
Britannica. Encyclopædia Britannica, inc.; 2018 [cited 2018Oct18].
Available from: https://www.britannica.com/science/occupational-
disease
8. Kim E-A, Kang S-K. Historical review of the List of Occupational
Diseases recommended by the International Labour organization
(ILO). Annals of Occupational and Environmental Medicine.
2013;25(1):14.
9. International Labour Organization (ILO). 2013. Global employment
trends 2013: recovering from a second job dips. International
office: Geneva
10. Mukhtar Ikhsan. Dalam Bunga Rampai Penyakit Paru Kerja dan
Lingkungan. Balai Penerbit FKUI. 2009.P1-13
11. Lax MB, Grant WD, Manneti FA at all. Recognizing Occupational
Disease-Taking an Effective Occupational Hystory. Am Fam
Physician. 1998,58:4 page 935-4
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
12. Gulati M, Redlich CA. 2008. Occupational Lung Disorders: General
Principles ad Approach. In Fishman’s Pulmonary Disease and
Disorders. 2008. New York: Mc Graw Hill: 933-42
13. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penyelenggaraan
Pelayanan Penyakit Akibat Kerja. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 56 tahun 2016. 2016:1-35
14. Occupational Lung Diseases [Internet]. Occupational Lung Diseases
| Johns Hopkins Medicine Health Library. [cited 2018Oct23].
Available from:
https://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/conditions/respira
tory_disorders/occupational_lung_diseases_85,P01318
15. occupational lung diseases. [cited 2018Oct22];:131–44. Available
from: https://www.thoracic.org/patients/patient-
resources/breathing-in-america/resources/chapter-13-
occupational-lung-diseases.pdf
16. Beckett WS. Metal Industry and Related Jobs (Including Welding).
Occupational and Environmental Lung Diseases. 2010;:191–202.
17. Rodriquez E, Marois M, Hennessy-Burt T, Schenker MB.
Characteristics Of Low-Level Cigarette Smoking In A California
Hispanic Farm Worker Cohort. A52 Smoking And Lung Disease.
2011;
18. Gupta S, Gupta S, Eiger G, Minimo C, Khemasuwan D. World Trade
Center “Sarcoid-Like” Granulomatous Pulmonary Disease In A
Construction Worker. C50 Update On Occupational Lung Diseases.
2010;
19. Joshi J, Karkhanis V. Cement dust exposure-related emphysema in a
construction worker. Lung India. 2011;28(4):294.
Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018
20. Hasugian AR. Perilaku Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Tenaga
Kerja Indonesia di Kansashi, Zambia: Analisis Kualitatif. Media
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2017;27(2).