Top Banner

of 24

Museum Kontekstual

Jul 08, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    1/55

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    2/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 2

     pengamanannya1.

    Secara umum istilah pelestarian merupakan proses dalam memelihara,

    menjaga maupun melindungi sesuatu yang bernilai dipandang dari segala aspek baik

    ekonomi, politik, sosial dan budaya agar hal tersebut tidak menghilang. Pada awalnya

    usaha pelestarian hanya menyangkut pengelolaan lingkungan terkait ketersediaan

    sumber daya alam, namun dalam perkembangannya pelestarian juga mencakup dalam

     pemeliharaan lingkungan binaan yang salah satunya merupakan bidang arsitektur

    (Daud, 2012).

    Dalam Burra Carter (1981) makna pelestarian merupakan suatu proses

     pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang ada tetap terpelihara dengan baik

    sesuai situasi dan kondisi setempat. Menurut Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia

    (2003) pelestarian adalah upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian,

     perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau

     pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya

    dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa

    yang lebih berkualitas.

    Pelestarian Cagar Budaya merupakan suatu upaya untuk melestarikan dan

    melindungi nilai budaya dari masa lampau dan potensi penting saat ini agar tetap

    mampu merepresentasikan nilai-nilai era kemarin di era mendatang dari bukti

     bendawi yang ada.

     A.1.2. 

    Tujuan Dan Manfaat Pelestarian

    Tujuan dari pelestarian tidak hanya ditekankan pada wujud benda budaya yang

    ada melainkan melestarikan nilai-nilai budaya yang luhur dibalik objek tersebut.

    Menurut Shrivani (1985) pelestarian pada suatu kawasan maupun bangunandapat memberikan beberapa manfaat antara lain:

    1.  Manfaat kebudayaan yaitu sumber-sumber sejarah yang dilestarikan dapat

    menjadi sumber pendidikan dan memperkaya estetika.

    1 Depdikbud, 1993: 98

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    3/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 3

    2.  Manfaat ekonomi yaitu adanya peningkatan nilai properti, peningkatan pada

     penjualan ritel dan sewa komersil, penanggulangan biaya-biaya relokasi dan

     peningkatan pada penerima pajak serta pendapatan dari sektor pariwisata; dan

    3.  Manfaat sosial dan perencanaan, karena upaya pelestarian dapat menjadi

    kekuatan yang tepat dalam memulihkan kepercayaan masyarakat. 

     A.1.3. 

    Lingkup Objek Pelestarian

    Menurut Shankland (Bani, 2004), lingkup pelestarian dapat dibedakan atas desa

    dan kota kecil bersejarah; kawasan bersejarah dalam kota besar; kota bersejarah; dan

    kelompok bangunan bersejarah. Pada kawasan kota objek dan lingkup pelestarian

    digolongkan dalam beberapa luasan, antara lain:

    1.  Satuan Areal, yaitu berwujud sub wilayah;

    2.  Satuan Pandang atau View, berupa aspek visual yang memberikan bayangan

    metal (image) antara lain, path, edge, node, district , dan landmark ; dan

    3.  Satuan Fisik, berwujud bangunan, sederetan bangunan, bahkan unsur

     bangunan seperti struktur, ornamen dan lainnya.

    Dari beberapa lingkup objek pelestarian tersebut yang termasuk dalam bidang

    kajian arsietktur adalah pelestarian baik dalam lingkup areal maupun fisik yang

     berwujud bangunan atau kawasan bangunan yang didalamnya juga membahas tentang

    unsur pembentuk bangunan seperti, fasade, ornamen, struktur dan unsur lainnya yang

    memiliki nilai sejarah dan nilai estetika yang tinggi.

     A.1.4. 

    Bentuk-Bentuk Pelestarian

    Tidak semua benda cagar budaya memiliki jenis golongan yang sama sehingga

    cara penanganan pelestariannya pun tidak sama. Bentuk pelestarian terhadap benda

    cagar budaya terbagi menjadi Preservasi, Konservasi, Rekontruksi, dan

    Rehabilitasi/Renovasi.

    1.  Preservasi

    Preservasi merupakan tindakan atau proses penerapan langkah-langkah dalam

    mendukung keberadaan bentuk asli, keutuhan material bangunan/struktur, serta

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    4/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 4

     bentuk tanaman yang ada dalam tapak. Tindakan ini dapat disertai dengan

    menambahkan penguat-penguat pada struktur, disamping pemeliharaan material

     bangunan bersejarah tersebut. Upaya melindungi benda cagar budaya secara tidak

    langsung (pemagaran, pencagaran) dari faktor lingkungan yang merusak

    (antariksa,2012).

    2.  Rehabilitasi/Renovasi

    Membuat bangunan tua berfungsi kembali. Dengan catatan, perubahan-

     perubahan dapat dilakukan sampai batas-batas tertentu, agar bangunan dapat

     beradaptasi terhadap lingkungan atau kondisi sekarang atau yang akan datang. Salah

    satu bentuk pemugaran yang sifat pekerjaannyahanya memperbaiki bagian-bagian

     bangunan yang mengalami kerusakan. Bangunan tersebut tidak dibongkar seluruhnya

    karena pekerjaan rehabilitasi umumnya melibatkan tingkat prosentase kerusakan yang

    rendah (antariksa,2012).

    3.  Konservasi

    Memelihara dan melindungi tempat-tempat yamg indah dan berharga, agar

    tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar. Menekankan pada

     penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan

    menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan

    lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan. Upaya perlindungan terhadap benda-

     benda cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara membersihkan,

    memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis secara langsung dari

     pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak (antariksa,2012).

    4.  Rekontruksi

    Adalah tindakan suatu proses mereproduksi dengan membangun baru semua

     bentuk serta detil secara tepat, sebuah bangunan yang telah hancur/hilang, serti

    tampak pada periode tertentu. - Yaitu suatu kegiatan penyusunan kembali struktur

     bangunan yang rusak/runtah, yang pada umumnya bahan-bahan bangunan yang asli

    sudah banyak yang hilang. Dalam hal ini kita dapat menggunakan bahan-bahan

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    5/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 5

     bangunan yang baru seperti cat warna atau bahan lainnya yang bentuknya hares

    disesuaikan dengan bangunan aslinya (antariksa,2012).

     A.2. 

    Pemahaman Revitalisasi

     A.2.1. 

    Pengertian Revitalisasi

    Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan

     perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya2.

    Revitalisasi merupakan bagian dari upaya penataan dan perancangan kota untuk

    mempertahankan warisan fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan

    estetika-arsitektural atau tepatnya merupakan upaya pelestarian lingkungan binaan

    agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan.

    Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini

     biasanya disertai pula dengan upaya restorasi (pemugaran/pemulihan kembali),

    rehabilitasi (perbaikan) dan/atau rekonstruksi (pengembalian seperti semula).

    Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah

    kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial.

    Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi

    lingkungan. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada

     penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan

    ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada.

    Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat dimana

    keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek

    formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat

    yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat

    luas. Ada beberapa aspek lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi,

    yaitu penggunaan peran teknologi informasi, khususnya dalam mengelola keterlibatan

     banyak pihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi. Selain itu revitalisasi juga dapat

    2 http://kbbi.web.id/revitalisasi

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    6/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 6

    ditinjau dari aspek keunikan lokasi dan tempat bersejarah. atau revitalisasi dalam

    rangka untuk mengubah citra suatu kawasan.

    Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau

     bagian kota yang dulunya pernah hidup, akan tetapi kemudian mengalami

    kemunduran/degradasi. Revitalisasi juga berarti kegiatan memodifikasi suatu

    lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian baru.

    Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga

    ruang-ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap

    diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization)

    yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan (environmental

    objectives). Melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuk sebuah

    mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan fasilitas dan

    infrastruktur kota.

    1.  Revitalisasi Kawasan

    Revitalisasi Kawasan adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali

    kawasan yang cenderung mati, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan

    kembali potensi yang dimiliki, sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan

    kualitas lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada kualitas kehidupan

    masyarakat. Sejarah perkembangan kota di Barat mencatat bahwa memang kegiatan

    revitalisasi ini diawali dengan pemaknaan kembali daerah pusat kota setelah periode

    tahun 1960-an. Bahkan ketika isu pelestarian di dunia Barat meningkat pada periode

     pertengahan tahun 1970-an, kawasan (pusat) kota tua menjadi fokus kegiatan

    revitalisasi. Dilihat dari pengertian di atas, maka revitalisasi dapat menjadi alternatif

    dalam memecahkan masalah pelestarian wajah kota lama, dan kebutuhan ruang

    teratasi dengan meminimalisasikan pudarnya eksistensi kota lama.

    Revitalisasi kawasan bertujuan untuk meningkatkan vitalitas kawasan lama

    melalui program usulan dan pelaksanaan yang mampu menciptakan kualitas ruang

     publik dan pertumbuhan ekonomi masyarakat pada kawasan.

    2.  Revitalisasi Bangunan

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    7/55

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    8/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 8

     A.2.2. 

    Prinsip Dasar Revitalisasi

    Revitalisasi bangunan cagar budaya seyogyanya mengandung tiga unsur

     perlakuan, yaitu:

    1.  Konservasi, yaitu pemeliharaan serta perbaikan bagian-bagian yang rusak

    (pemugaran);

    2.  Pemberian nilai ekonomi, yaitu penambahan fungsi atau perubahan fungsi

    sesuai dengan kebutuhan manusia masa kini, sehingga alih-alih menjadi

    ”cost center ” bangunan cagar budaya hendaknya menjadi ” profit center ”.

    3.  Pemilihan jenis penggunaan yang dapat memberikan manfaat bagi

    masyarakat luas, dengan demikian bangunan cagar budaya tidak menjadi

    sarana atau wadah kegiatan yang eksklusif.

     A.2.3. 

    Fungsi Revitalisasi

    Dengan adanya tindakan revitalisasi terhadap kawasan ini, maka diharapkan

    Kawasan Museum Radya Pustaka memuat fungsi sebagai berikut :

    1.  Fungsi Historik

    Museum Radya Pustaka sebagai salah satu kawasan yang memiliki nilai

    sejarah dan latar belakang yang sangat perlu untuk dijaga dan

    dilestarikan.

    2.  Fungsi Wisata (Rekreasi)

    Museum Radya Pustaka yang masih termasuk dalam kawasan Taman

    Wisata Budaya Sriwedari sebagai salah satu objek wisata di kota

    Surakarta.

    3.  Fungsi Pendidikan

    Museum Radya Pustaka memiliki potensi untuk meningkatkan tingkat

     pendidikan masyarakat kota Surakarta dengan salah satu elemennya

    sebagai pusat informasi dan pengetahuan segala bentuk kehidupan di

    waktu dahulu dan dengan penggalakan program minat atau gemar baca.

    4.  Fungsi Seni Dan Budaya

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    9/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 9

    Kawasan Museum Radya Pustaka sebagai salah satu kawasan cagar

     budaya yang berperan penting dalam keberadaanya sebagai pelestari

    aktivitas yang berhubungan dengan seni dan budaya.

    5.  Fungsi Sosial

    Kawasan museum sebagai salah satu ruang publik kota yang berfungsi

    sebagai ruang sosial yaitu sebagai wadah masyarakat umum maupun

    cendekiawan untuk berinteraksi.

    6.  Fungsi Komersial

    Sebagai fungsi penunjang yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi

    lainnya.

     A.2.4. Dasar Pembangunan Kota Dan Revitalisasi

    Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui

     beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal

    sebagai berikut:

    1.  Intervensi Fisik

    Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara

     bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan,

    tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/ reklame  dan ruang terbuka kawasan

    (urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual

    kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini

     perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting,

    sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan.

    Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

    2. 

    Rehabilitasi EkonomiRevitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus

    mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang

     bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal

    dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    10/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 10

    tambah bagi kawasan kota ( P. Hall/ U. Pfeiffer , 2001). Dalam konteks revitalisasi

     perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas

    ekonomi dan sosial (vitalitas baru).

    3.  Revitalisasi Sosial/Institusional

    Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu

    menciptakan lingkungan yang menarik (interesting ), jadi bukan sekedar membuat

     beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat

    meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms).

    Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan

     pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place

    making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan

    institusi yang baik.

    Mempertimbangkan bahwa pusaka yang akan dikelola berbentuk sebuah

    setting yang terdiri dari berbagai sumber daya budaya dan alam lokal, baik yang

     berbentuk fisik ataupun tidak, upaya pelestarian telah bergeser dari hanya

    mempertimbangkan isu keindahan (beautification) semata menuju usaha-usaha yang

    holistik. Pelestarian menitik beratkan pada upaya menciptakan pemanfaatan yang

    kreatif, menghasilkan heritage products yang baru, pelaksanaan program-program

     partisipasi, analisis ekonomi, serta kegiatan ekonomi dan budaya di kawasan

     pelestarian.

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    11/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 11

    Gambar II. 1. Kondisi Benteng Vastenburg Dibandingkan Benteng-Benteng Lain di Indonesia Yang Sudah Lebih

    Dahulu Direvitalisasi

    Sumber : Google.com, 2015

     A.2.5. Tujuan Pelestarian Melalui Revitalisasi

    Tujuan revitalisasi Kawasan secara umum adalah untuk meningkatkan vitalitas

    kawasan terbangun melalui intervensi perkotaan yang menciptakan pertumbuhan dan

    stabilitas ekonomi lokal, integrasi dengan sistem kota, layak huni, berkeadilan sosial,

     berwawasan budaya dan lingkungan. (Permen PU, 2010).

    Tujuan revitalisasi kawasan museum radya pustaka adalah untuk

    mengembalikan dan menghidupkan kembali vitalitas kawasan sesuai fungsinya

    sebagai identitas lokal kota Surakarta yang mampu meningkatkan aktivitas

     pertumbuhan ekonomi dan kualitas masyarakat sekitar kawasan terbangun. 

     A.2.6. 

     Sasaran Pelestarian Melalui Revitalisasi

    Adapun sasaran Revitalisasi sebagai berikut :

    1.  Meningkatnya stabilitas ekonomi kawasan melalui intervensi untuk:

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    12/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 12

    a.  Meningkatkan kegiatan yang mampu mengembangkan penciptaan

    lapangan kerja, peningkatan jumlah usaha, dan variasi usaha serta

     produktivitas kawasan.

     b.  Menstimulasi faktor-faktor yang mendorong peningkatan

     produktivitas kawasan.

    c.  Mengurangi jumlah kapital bergerak keluar kawasan dan

    meningkatkan investasi yang masuk ke dalam kawasan.

    2.  Mengembangkan penciptaan iklim yang kondusif bagi kontunuitas dan

    kepastian usaha.

    3. 

    Meningkatnya nilai properti kawasan dengan mereduksi berbaai faktor

    eksternal yang menghambat sebuah kawasan sehingga nilai properti

    kawasan sesuai dengan niali pasar dan kondusif bagi investasi jangka

     panjang.

    4.  Terintegrasinya kantong-kantong kawasan kumuh yang terisolir dengan

    sistem kota dari segi spasial, prasarana, sarana serta kegiatan ekonomi,

    sosial, dan budaya.

    5.  Meningkatnya kuantitas dan kualitas prasarana lingkungan seperti jalan

    dan jembatan, air bersih, drainase, sanitasi dan persampahan, serta sarana

    kawasan seperti pasar, ruang untuk industri, ruang ekonomi, ruang

    ekonomi informal dan formal, fasilitas sosial dan budaya, dan sarana

    transportasi.

    6.  Meningkatnya kelengkapan fasilitas kenyamanan (amenity) kawasan guna

    mencegah proses kerusakan ekologi lingkungan.

    7.  Terciptanya pelestarian aset warisan budaya perkotaan dengan mencegah

    terjadinya “perusakan diri-sendiri” ( self-destraction) dan “perusakan

    akibat kreasi baru” (creative destraction), melestarikan tipe dan bentuk

    kawasan, serta mendorong kesinambungan dan tumbuhnya tradisi sosial

    dan budaya lokal.

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    13/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 13

    8.  Penguatan kelembagaan yang mampu menbgelola, memelihara dan

    merawat kawasan revitalisasi.

    9.  Penguatan kelembagaan yang meliputi penguatan SDM, kelembagaan

    dan peraturan/ketentuan perundang-undangan.

    10. Membangun kesadaran dan meningkatkan kompetensi pemda agar tidak

    hanya fokus membangun kawasan baru. (Peremen PU, 2010)

     A.2.7. Variabel Pemilihan Lokasi Revitalisasi

    Masyarakat yang tinggal di kawasan objek rancang bangun merupakan

    komponen utama untuk dipertimbangkan. Usaha untuk menghasilkan keuntungan

    dari upaya pelestarian bagi masyarakat, kualitas hidup yang lebih baik, peningkatan

     pendapatan dan lingkungan yang ramah menjadi tujuan utama pelestarian.

    Manajemen pelestarian kawasan bersejarah menjadi alat untuk mencapai tujuan

    termasuk keterlibatan total masyarakat untuk mengelola sendiri ( people centered

    management ).

    Dengan dukungan mekanisme kontrol/ pengendalian rencana revitalisasi harus

    mampu mengangkat isu-isu strategis kawasan, baik dalam bentuk kegiatan/aktifitas

    sosial-ekonomi maupun karakter fisik kota. Rancang kota merupakan perangkat

     pengarah dan pengendalian untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif

    terhadap tuntutan kebutuhan dan fungsi baru.

    Sebagai batasan ruang lingkup revitalisasi yang akan dilakukan mencakup area

    Kawasan Museum Radya Pustaka.

     A.2.8. 

    Pengelolaan Kawasan Revitalisasi

    Berkut metode dan uraian teknik yang direncanakan untuk perancangan objek

    rancang bangun di Kawasan Museum Radya Pustaka :

      Pelestarian bangunan asli museum sebagai aset.

      Tata massa kawasan sekitar bangunan museum.

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    14/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 14

      Perencanaan dan perancangan penataan massa bangunan di sekitar

    museum sehingga tercapai keserasian antara bangunan penunjang dan

    museum.

      Rencana penataan landscape sebagai ruang terbuka hijau.

    B.  Pemahaman Museum Secara Umum

    B.1. Pengertian Museum

    Menurut  International Council of Museum  (ICOM) museum adalah sebuah

    lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan

     perkembangannya, terbuka untuk umum, meperoleh, merawat, menghubungkan, dan

    memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk

    tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.

    Museum adalah suatu institusi  permanen yang melayani kebutuhan publik dan

    memiliki sifat terbuka dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi,

    meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat

    umum untuk kebutuhan hiburan maupun pendidikan. 

    Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani,  Μουσεῖον  atau mouseion,

    yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak

    Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Museum berkembang seiring

     berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti

    otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan. (Wikipedia, 2014)

    Gambar II. 2. Museum-Museum Terkenal di Dunia; Musee du Louvre, Paris(Kiri), National Gallery of Art,

    Washington, D.C.(Kanan)

    Sumber : Google.com, 2015

    http://id.wikipedia.org/wiki/Institusihttp://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yunanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_pengetahuanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_pengetahuanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yunanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttp://id.wikipedia.org/wiki/Institusi

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    15/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 15

    Pada awalnya, museum memiliki fungsi sebagai tempat untuk menyimpan koleksi

    milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda-benda yang disimpan biasanya

    merupakan karya seni dan benda-benda yang langka, atau kumpulan benda alam dan

    artefak  arkeologi. 

    Di Indonesia, salah satu museum yang tertua adalah Museum Radya Pustaka. 

    Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal memiliki koleksi terlengkap di

    Indonesia, Museum Wayang,  Persada Soekarno,  Museum Tekstil serta Galeri

     Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia.

    B.2. Fungsi Museum

    Dewasa ini museum dapat dianggap sebagai sebuah lembaga yang bersifat tetap

    dan terbuka untuk umum, tidak mencari keuntungan, bertujuan untuk melayani

    masyarakat dan mengembangkan serta merawat dan memamerkan koleksi untuk

    tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang pembuktian manusia dan

    lingkungannya.

    Untuk memperjelas kegunaan dari museum tersebut, maka kita harus mengetahui

    fungsi dari museum itu sendiri. Menurut Staff Research and Education Association

    (1982) fungsi dari Museum adalah sebagai berikut :

    1.  Pusat Dokumentasi dan Penelitian llmiah

    2.  Pusat penyaluran ilmu untuk umum

    3.  Pusat penikmatan karya seni

    4.  Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa

    5.  Obyek wisata

    6.  Media pembinaan pendidikan kesenian dan llmu Pengetahuan

    7. 

    Suaka Alam dan Suaka Budaya8.  Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan

    Dengan demikian secara garis besar museum memiliki dua fungsi besar yaitu :

    1.  Sebagai tempat pelestarian, museum memiliki kegiatan pokok sebagai

     berikut :

    http://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Arkeologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Radya_Pustakahttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Gajahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Wayanghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Persada_Soekarno&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Tekstilhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Galeri_Nasional_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Galeri_Nasional_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Galeri_Nasional_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Galeri_Nasional_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Tekstilhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Persada_Soekarno&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Wayanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Gajahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Radya_Pustakahttp://id.wikipedia.org/wiki/Arkeologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefak

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    16/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 16

    a.  Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi

    koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.

     b.  Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi

    kerusakan koleksi.

    c.  Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga

    koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah

    manusia.

    2.  Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan

    melalui penelitian dan penyajian.

    a. 

    Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional,

    ilmu pengetahuan dan teknologi.

     b.  Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan

     pengamanannya.

    B.3. 

    Tugas Dan Kegiatan Museum

    Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk

    memamerkan dan menerbitkan hasil penelitan dan pengetahuan tentang benda yang

     penting bagi Kebudayaan dan Ilmu pengetahuan.

    1.  Tugas Pengumpulan atau Penggandaan

    Tidak semua benda dapat dimasukan ke dalam koleksi museum, hanyalah

     benda -benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni:

    a.  Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.

     b.  Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya dan

    sebagainya.

    c. 

    Harus dapat dianggap sebagai dokumen.2.  Tugas Pemeliharaan

    Tugas pemeliharaan ada 2 aspek, yakni:

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    17/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 17

    a.  Aspek Teknis : Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan

    diawetkan serta dipertahankan tetap awet dan tercegah dari

    kemungkinan kerusakan.

     b.  Aspek Administrasi : Benda-benda materi koleksi harus mempunyai

    keterangan tertulis yang menjadikan benda-benda koleksi tersebut

     bersifat monumental.

    3.  Tugas Konservasi

    Merupakan usaha pemeliharaan, perawatan, perbaikan, pencegahan dan

     penjagaan benda-benda koleksi dari penyebab kerusakan.

    4. 

    Tugas Penelitian

    Bentuk penelitian ada 2 macam, yakni:

    a.  Penelitian Intern : Penelitian yang dilakukan oleh kurator untuk

    kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan museum yang

     bersangkutan.

     b.  Penelitian Ekstern : Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar,

    seperti mahasiswa, pelajar, umum dan lain-lain untuk kepentingan

    karya ilmiah, skripsi, dan lain-lain.

    5.  Tugas Pendidikan

    Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda materi

    koleksi yang dipamerkan:

    a.  Pendidikan Formal : Berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah dan

    sebagainya.

     b.  Pendidikan Non formal : Berupa kegiatan pameran, pemutaran film,

    slide, dan lain - lain.

    6. 

    Tugas Rekreasi

    Sifat pameran yang mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati, yang

    mana merupakan kegiatan rekreasi segar, tidak diperlukan konsentrasi

    yang akan menimbulkan keletihan dan kebosanan.

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    18/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 18

    Gambar II. 3. Museum-museum di Indonesia; (kiri-kanan) Museum Bank Rakyat Indonesia, Purwokerto;

    Museum Adityawarman, Padang; Museum Sangiran, Sragen

    Sumber : Google.com, 2015

    B.4. Pelaku Kegiatan Museum

    Pelaku kegiatan dalam museum terbagi menjadi 2 kategori, yaitu sebagai berikut

    1.  Pengelola

    Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan tugas

    museum dan dipimpin oleh seorang kepala museum. Kepala museum

    membawahi dua bagian yaitu bagian administrasi dan bagian teknis.

    a.  Bagian Administrasi

    Bagian administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, surat-

    menyurat, kerumah-tanggaan, pengamanan dan registrasi koleksi.

     b.  Bagian Teknis

    Bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi, tenaga

    konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan dan humas.

    2.  Pengunjung

    Berdasarkan intesitas kunjungannya dapat dibedakan menjadi dua

    kelompok, yakni:

    a.  Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum

    seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, pelajar.

     b.  Kelompokorang yang baru mengunjungi museum.

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    19/55

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    20/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 20

    mengenai berbagai variasi dari tema lokal dan dunia. Museum ini penting karena

    meningkatkan rasa keingin-tahuan terhadap dunia.

    Gambar II. 5. British Museum di London , Inggris. 

    Sumber : Google.com, 2015

    3.  Museum Militer

    Museum militer merupakan museum yang mengkhususkan diri terhadapsejarah militer. Benda yang biasa dipamerkan pada museum ini contohnya adalah

    senjata,  seragam militer,  dan bahkan kendaraan  perang.  Contoh dari museum ini

    adalah Museum Benteng Vredeburg dan Museum Monumen Yogya Kembali di

    Yogyakarta. 

    4.  Museum Arkeologi

    Museum arkeologi merupakan museum yang mengkhususkan diri untuk

    memajang artefak arkeologis.  Museum arkeologi banyak yang bersifat museum

    terbuka (museum yang terdapat di ruang terbuka atau Open Air Museum). Di

    Indonesia,  contoh dari museum arkeologi adalah Museum Trowulan di Trowulan, 

    Jawa Timur. 

    5.  Museum Ethnology (Museum Budaya)

    Museum etnologi yang memajang berbagai artefak dan cara hidup suku

     bangsa di Indonesia.  Museum etnologi merupakan museum yang mempelajari,

    mengumpulkan, merawat, dan memamerkan artefak dan obyek yang berhubungan

    dengan etnologi dan antropologi.  Museum seperti ini biasanya dibangun di negara

    yang memiliki kelompok etnis atau etnis minoritas yang berjumlah banyak. Contoh

    dari museum ini adalah Museum Indonesia di TMII. 

    http://id.wikipedia.org/wiki/British_Museumhttp://id.wikipedia.org/wiki/British_Museumhttp://id.wikipedia.org/wiki/British_Museumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Londonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Londonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Senjatahttp://id.wikipedia.org/wiki/Seragamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Militerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Peranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburghttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Monumen_Yogya_Kembalihttp://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Arkeologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Trowulanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Trowulanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Etnologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Etnologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Antropologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_etnishttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Mini_Indonesia_Indahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Mini_Indonesia_Indahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_etnishttp://id.wikipedia.org/wiki/Antropologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Etnologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Etnologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Trowulanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Trowulanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Arkeologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Artefakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Monumen_Yogya_Kembalihttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburghttp://id.wikipedia.org/wiki/Peranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Militerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Seragamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Senjatahttp://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Londonhttp://id.wikipedia.org/wiki/British_Museum

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    21/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 21

    6.   Historical Museum (Museum Ilmu Sejarah)

    Museum sejarah mencakup pengetahuan  sejarah dan kaitannya dengan masa

    kini dan masa depan. Beberapa di antara museum tersebut memiliki benda koleksi

    yang sangat beragam, mulai dari dokumen, artefak dalam berbagai bentuk, benda

    sejarah yang terkait dengan even kesejarahan tersebut. Contoh museum sejarah di

    Indonesia adalah Museum Sumpah Pemuda dan Museum Fatahillah. 

    Menurut Koentjaraningrat (1980) Etnologi adalah ilmu bagian yang mencoba

    mecapai pengertian mengenai asas-asas manusia, dengan mempelajari kebudayaan-

    kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang

    tersebar diseluruh muka bumi pada masa sekarang ini.

    Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan

     politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,

    sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia

    sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika

    seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan

    menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

    Beberapa Hal yang termasuk dalam unsur Kebudayaan yaitu Peralatan dan

     perlengkapan hidup (teknologi), Sistem mata pencaharian, Sistem kekerabatan dan

    organisasi sosial, Bahasa, Kesenian, Sistem Kepercayaan, Pernikahan serta Sistem

    ilmu dan pengetahuan.

    Berdasarkan eksplorasi diatas didapat kesimpulan bahwa Museum Radya

    Pustaka masuk dalam klasifikasi Museum Ethnology (budaya).

    B.6. 

    Persyaratan Rancang Bangun Museum

    B.6.1. Lokasi Yang Strategis

    Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk

    masyarakat umu, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan dan masyarakat umu

    lainnya. Lokasi harus sehat. Lokasi yang tidak terletak di daerah industri yang banyak

     pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasi, elemen iklim yang

    http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Sumpah_Pemudahttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Sumpah_Pemudahttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    22/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 22

     berpengaruh pada lokasi itu antara lain : kelembaban udara setidakna harus terkontrol

    mencapai netral, yaitu 55-65 %.

    B.6.2. 

    Persyaratan Bangunan

    a.  Persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum yang bisa

    dijabarkan sebagai berikut :

    1)  Bangunan dikelompokan dan dipisahkan sesuai :

      Fungsi dan aktivitasnya

      Ketenangan dan keramaian

      Keamanan

    2)  Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukan bagi

     pengunjung.

    3)  Pintu masuk khusus (serviceutama) untuk bagian pelayanan,

     perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan

    khusus.

    4)  Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk

     perpustakaan dan ruang rapat.

    5) 

    Area privat terdiri dari :

      Laboratorium Konservasi

      Studio Preparasi

      Storage

    6)  Area publik/umum terdiri dari :

      Bangunan utama, meliputi pameran tetap, pameran temporer

    dan peragaan.

     

    Auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box,

     penitipan barang, lobby /ruang istirahat, dan tempat parkir.

     b.  Persyaratan Khusus

    1)  Bangunan utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan

    temporer harus dapat :

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    23/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 23

      Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.

      Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam.

      Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya

    tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh

     pengunjung museum.

      Memiliki sistem keamanan yang, baik dari segi konstruksi,

    spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda

    secara alami ataupun karena pencurian.

    2)  Bangunan auditorium, harus dapat :

     

    Dengan mudah dicapai oleh umum.

      Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah

    3)  Bangunan Khusus, harus :

      Terletak pada tempat yang kering.

      Mempunyai pintu masuk yang khusus.

      Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan,

    kebakaran, dan pencurian).

    4) 

    Bangunan Administrasi, harus :

      Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum

    maupun terhadap bangunan lainnya.

    B.6.3. 

    Persyaratan Ruang

    Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari museum.

    Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut:

    a.  Pencahayaan dan Penghawaan

    Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama yang

     perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi.

    Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50%

    dengan suhu 21°C-26°C. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    24/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 24

    meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan

    cahaya alami pada museum sebagai berikut

    Gambar II. 6. Penggunaan Cahaya Alami pada Museum

    (sumber : binus.ac.id) 

     b.  Ergonomi dan Tata Letak

    Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan

    mengapresiasi koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut berperan. Berikut

    standar-standar perletakan koleksi di ruang pamer museum.

    Gambar II. 7. Perletakan Panel Koleksi

    Sumber : Google.com, 2015

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    25/55

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    26/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 26

      Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal,tipe, gaya dan

    sebagainya.

     b.  Benda Reproduksi, yakni benda buatan baru dengan cara meniru

     benda asli menurut cara tertentu. Macam benda reproduksi :

      Replika : Benda yang tiruan yang diproduksi dengan

    memiliki sifat-sifat benda yang ditiru.

      Miniatur : benda tiruan yang diproduksi dengan memiliki

     bentu, warna dan cara pembuatan yang sama dengan benda asli.

      Referensi : Diperoleh dari rekaman atau fotocopy suatu

     buku mengenai etnografi, sejarah dan lainnya.

      Benda-benda berupa foto yang dipotret dari dokumen/mikro film

    yang sukar dimiliki.

    c.  Benda Penunjang, yakni benda yang dapat dijadikan pelengkap

     pameran untuk memperjelas informasi/pesan yang akan disampaikan,

    misalnya : lukisan, foto dan contoh bahan.

    3.  Penataan Koleksi Museum

    Penataan koleksi dalam suatu pameran dapat disajikan dengan beberapa cara,

    yakni:

    a. 

    Tematik

    Yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan sub tema.

     b.  Taksonomik

    Yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi.

    c.  Kronologis

    Yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya, dari yang

    tertua hingga sekarang.

    4.  Metode Penyajian Museum

    Metode penyajian disesuaikan dengan motivasi masyarakat lingkungan atau

     pengunjung museum, yakni:

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    27/55

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    28/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 28

    Charles Landry mengatakan “The most significant argument of the art of city

    making is that a city should not seek to be the most creative city IN the world (or

    region/state) — it should strive to be the best and most imaginative city FOR the

    world. That is why city making is an ethical foundation.”  Argumen yang paling

    signifikan dari seni merancang kota adalah bahwa kota seharusnya tidak berusaha

    untuk menjadi kota yang paling kreatif DI  dunia (atau wilayah/negara) melainkan

    harus berusaha untuk menjadi kota yang terbaik dan paling imajinatif UNTUK  dunia.

    Itulah sebabnya perancangan kota menjadi landasan etika.

    Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai

    dengan konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang

    cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan

    suatu efek yang kohesif (menyatu). Rancangan bangunan baru harus mampu

    memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau

    setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan harus mengikuti

    langgam dari lingkungannya agar dapat menyesuaikan diri dengan konteksnya dan

    memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan memiliki karakteristik yang

    sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan yang bermanfaat

    karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat dipertahankan dalam

    konteks yang baik.

    Untuk mewujudkan hal ini, sebuah desain tidak harus selamanya kontekstual

    dalam aspek fisik saja, akan tetapi kontekstual dapat pula dihadirkan melalui aspek

    non fisik, seperti fungsi, filosofi, maupun teknologi.

    C.1. 

    Prinsip Kontekstual

    Kontekstualisme dalam arsitektur pada hakekatnya adalah persoalan keserasiandan kesinambungan visual, memori dan makna dari urban fabric. Prinsip

    kontekstualisme dalam arsitektur adalah adanya pengakuan bahwa gaya arsitektur

    suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari sebuah gaya arsitektur yang

    lebih luas.

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    29/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 29

    Pada saat ini prinsip-prinsip yang sesuai untuk masa yang akan datang baru

    mulai muncul dengan jelas. Manifesto Modern sebagai naskah/tulisan yang sering

    dipakai untuk mengumumkan daftar prinsip Modern dengan suara keras lebih sensitif

     pada situasinya. Pendekatan dan pemikiran arsitektural yang sesuai untuk suatu

    situasi tertentu mungkin tidak sesuai digunakan untuk situasi yang lain. Arsitektur

    Modern tidak langsung dibuang ke dalam sampah, bahkan masih sangat penting

    sebagai prinsip yang paling sesuai untuk jalan Jendral Sudirman di Jakarta Pusat lain

    dari bahasa arsitektural yang sesuai dengan kawasan Keraton Surakarta.

    Hal ini merupakan prinsip pokok kontekstualisme yang menjadi salah satu unsur

    terpenting dalam agenda pasca Modern yang sedang timbul, tapi bukan hanya soal

    gaya yang terpilih. Generasi baru arsitektur barat telah jenuh membicarakan

    mengenai gaya arsitektur, yang sedang dicari adalah cara untuk membuatkan jati diri

    kepada masyarakat serta menawarkan sumbangan nilai-nilai hidup.

    Berikut prinsip-prinsip kontekstual berdasarkan beberapa pendapat ternama

    tentang arsitektur kontekstual :

      Kontekstual menekankan bahwa sebuah bangunan harus mempunyai kaitan

    dengan lingkungan (bangunan yang berada di sekitarnya). Keterkaitan tersebutdapat dibentuk melalui proses menghidupkan kembali nafas spesifik yang ada

    dalam lingkungan (bangunan lama) ke dalam bangunan yang baru sesudahnya.

    (Bill Raun)

      Seorang arsitek atau perencana bangunan dianjurkan untuk memperhatikan dan

    menghormati lingkungan fisik sekitarnya, mengutamakan kesinambungan visual

    antara bangunan baru dengan bangunan, landmark dan gaya setempat yang

    keberadaannya telah diakui sebelumnya. (Brent C. Brolin)

      Untuk membentuk keterkaitan dalam kontekstual dapat diperoleh melalui proses

    analogi dan seleksi bentuk arsitektur setempat yang telah sesuai dan diakui oleh

    masyarakat dan lingkungan. (Stuart E. Cohen)

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    30/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 30

    C.2. 

    Klasifikasi Bentuk Arsitektur Kontekstual

    Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara :

      Mengambil motif-motif desain setempat: bentuk massa, pola atau irama

     bukaan, dan ornamen desain. 

    Gambar II. 9. Penggunaan Motif-Motif Adat Jawa dan Wayang Pada Interior dan Eksterior Gedung Bank BI

    Baru di Surakarta

    (sumber: dokumen penulis) 

      Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama, tetapi mengaturnya kembali

    sehingga tampak berbeda.

      Melakukan pencarian bentuk-bentuk baru yang memiliki efek visual sama

    atau mendekati yang lama.

      Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain - lain

    terhadap bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu

    tempat.

      Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras)3.

    Dalam arsitektur kontekstual hubungan yang simpatik tidak selalu ditunjukkan

    dengan desain harmonis yang biasanya dicapai dengan penggunaan kembali

    elemen desain yang dominan yang terdapat pada bangunan lama. Hubungan

    simpatik tersebut bisa dicapai dengan solusi desain yang kontras. Bentuk-

     bentuk asli pada bangunan lama tidak digunakan langsung, namun bisa

    diabstraksikan ke dalam bentuk baru yang berbeda.Contohnya, desain bangunan Woll Building, Carlton Gardens, dan St James,

    London. Elemen bukaan pada bangunan lama yang memiliki ukuran kecil,

    3 http://blabbermouthdisease.tumblr.com/post/958926412/arsitektur-kontekstual 

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    31/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 31

    diabstraksikan pada bangunan baru dengan bentuk lebih besar dan transparan

    dengan tetap menjaga pola-pola atau ritme dari bukaan pada bangunan lama. 

    C.3. 

    Kelompok Desain Arsitektur Kontekstual

    Dalam kesimpulan prinsip desain arsitektur kontekstual, ada beberapa

     pendekatan dalam merancang bangunan yang sesuai konteks dengan sekitarnya yaitu

    sebagai berikut :

    C.3.1. 

    Contras

    Kontras dapat diartikan berbeda, dalam prinsip kontekstualisme dapat diartikan

    menciptakan bangunan baru yang benar-benar berbeda dari bangunan yang sudah

    terlebih dulu ada. Dalam bukunya  Architecture in Context   (1980) Brent C. Brolin

    mengatakan kontras dapat dianalogikan sebagai bumbu ( shock effect ) yang kuat

    dalam makanan yang harus dipakai dalam takaran secukupnya dan hati-hati karena

     jika tidak akan dapat merusak dan efektifitas yang dikehendaki akan menurun

    sehingga yang muncul adalah kekacauan (chaos).

    Kontras menjadi salah satu strategi desain yang paling berpengaruh bagi

    seorang perancang. Apabila diaplikasikan dengan baik dapat menjadi fokus dan citra

    aksen pada suatu area kota. Sebaliknya jika diaplikasikan dengan cara yang salah atau

    sembarangan, maka akan dapat merusak dan menimbulkan kekacauan.

    C.3.2. 

    Harmony

    Kontekstualisme juga erat kaitannya dengan keselarasan lingkungannya.

    Kontekstualisme dan keselarasan tidak hanya tentang style fisik yang tervisualisasi

    secara konkret tapi juga tentang rasa. Selaras tidak hanya diartikan penyelesaian yang

    sama dengan lingkungan karena jika diartikan selaras lingkungan secara keseluruhan

    akan terjadi kemonotonan lingkungan4. Sehingga pada prinsipnya kontekstual yang

    selaras prinsipnya harus adaptif. Beradaptasi dengan lingkungan tanpa harus menolak

     penggunaan bahan-bahan dan teknologi modern dimana kehadiran satu bangunan

    4 Junianto.2000.Kontekstual Dalam Dialog Arsitektur . Jakarta: Group Konservasi Arsitektur Dan Kota Jurusan

    Arsitektur Universitas Merdeka Malang 

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    32/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 32

     baru meskipun lebih menunjang dan dominan tetapi tidak menyaingi karakter

     bangunan yang sudah ada.

    Kontekstualisme dapat pula dianggap sebagai teknik mendesain yang

    dikembangkan untuk dapat memberikan jawaban khususnya atas kondisi-kondisi

    yang bersifat morfologis, tipologis, pragmatis menjadi bersifat pluralistic dan

    fleksibel, serta bukan dogmatis rasional ataupun terlalu berorientasi kepada kaidah-

    kaidah yang terlalu universal.

    C.4. 

    Unsur-Unsur Dalam Desain Konteks

    Yang perlu diperhatiakan dalam kontekstual adalah sebagai berikut.

    a.  Irama

    Irama adalah sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud, atau warna

    secara teratur dan harmonis. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan

    mengelompokkan unsur –  unsur di dalam suatu komposisi acak menurut:

    1)  Kedekatan atau keterhubungan satu sama lain.

    2)  Karakteristik visual yang dimiliki bersama

    Sifat fisik dari bentuk dan ruang arsitektur yang dapat diorganisir secara

     berulang adalah:

    1)  Ukuran

    2)  Bentuk wujud

    3)  Karakteristik detail

    b.  Datum

    Suatu datum diartikan sebagai suatu garis, bidang atau ruang acuan

    untuk menghubungkan unsur - unsur lain di dalam suatu komposisi.

    Datum mengorganisir suatu pola acak unsur  –  unsur melalui keteraturankontinuitas dan kehadirannya yang konstan. Sebagi contoh, garis –  garis lagu

     berfungsi sebagai suatu datum yang memberi dasar visual untuk membaca

    not dan irama secara relatif nada –  nada yang ada.

    Pada sebuah organisasi acak dari unsur  –  unsur yang tidak sama, sebuah

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    33/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 33

    datum dapat mengorganisir unsur –  unsur ini menurut cara –  cara berikut5.

    1)  Sebuah garis dapat memotong atau membentuk sisi  –  sisi bersama

    suatu pola; garis  –   garis grid dapat membentuk sebuah bidang

     penyatu yang netral dari suatu pola.

    2)  Bidang

    Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola unsur  –   unsur di

     bawahnya atau berfungsi sebagai latarbelakang dan membatasi

    unsur –  unsur di dalam bidangnya.

    3)  Ruang

    Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola  –  pola di dalam batas  –  

     batasnya atau mengorganisir mereka sepanjang sisi –  sisinya.

    D.  Tinjauan Preseden Dengan Penerapan Arsitektur Kontekstual

    D.1. 

    Bank Indonesia, Surakarta

    Gambar II. 10. Bank Indonesia, Surakarta

    (sumber: dokumen penulis) 

    5 D. K. Ching, Francis.(1996) Architecture; Form, Space, And Order . Cetakan ke –  6. Jakarta. Penerbit Erlangga.

    http://lh4.ggpht.com/-X_3i846FaQw/UHqWc5h-TNI/AAAAAAAAMoc/a4WXej_nynA/s1600-h/Foto4949.jpg

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    34/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 34

    Sebagai kota yang sudah berusia hampir 250 tahun, Surakarta (biasa disebut

    Solo) memiliki banyak kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain

     bangunan tua yang terpencar dan berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang

    terkumpul di sekian lokasi sehingga membentuk beberapa kawasan kota tua, dengan

    latar belakang sosialnya masing-masing.

    Salah satu gedung bersejarah yang masih terawat adalah Gedung Bank Indonesia

    yang terletak di jalan Jendral Sudirman. Gedung yang letaknya tidak jauh dari

    Balaikota Surakarta ini mempunyai arti sejarah yang penting, karena pada tanggal 27

    Juni 1946 sekelompok pemuda menggunakan gedung ini untuk menculik Perdana

    Menteri Sutan Syahrir dan tokoh – tokoh lain seperti Menteri Kesehatan dr. Darna

    Setiawan, Jendral Mayor Sudibyo dan lain – lain. Ternyata dibelakang peristiwa

    tersebut berdiri “Persatuan Perjuangan” yang dipimpin oleh Tan Malaka, yang semula

     bernama “Volksfront” yang didirikan di Solo pada tanggal 5 Januari 1946. 

    Gedung ini dulu bernama Javasche Bank. Merupakan kantor cabang karya arsitek

    Hulswit, Fermont dan Ed. Cuipers dengan standart gaya neo-klasik.

    Gambar II. 11. Gedung de Javasche Bank (BI Lama)

    (sumber: dokumen penulis) 

    http://lh5.ggpht.com/-XKnxeXnA_fA/UHqXBYXpRBI/AAAAAAAAMp8/pCRLaBI557s/s1600-h/Foto50283.jpghttp://lh5.ggpht.com/-XKnxeXnA_fA/UHqXBYXpRBI/AAAAAAAAMp8/pCRLaBI557s/s1600-h/Foto50283.jpg

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    35/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 35

    Saat ini terdapat gedung BI yang baru yang dihubungkan dengan gedung BI

    sebelumnya. Diresmikan pada 5 Oktober 2012 gedung BI Solo baru ini difungsikan

    untuk menggantikan gedung BI yang lama, karena bangunan bergaya kolonial

    tersebut dirasa terlalu kecil untuk mengakomodir kerja para pegawai BI. Dimana

    gedung baru ini digunakan sebagai pusat kegiatan utama Bank BI sedangkan gedung

    yang lama dialih fungsikan menjadi museum de Javasche Bank. Gedung ini adalah

    gedung megah bertingkat pertama di Kota Surakarta yang dibangun dengan konsep

    green building.

    Gambar II. 12. Konsep Jembatan Penghubung Antara Gedung BI Lama dengan Gedung BI Baru

    (sumber: dokumen penulis) 

    Konsep green building merupakan pembangunan gedung yang ramah lingkungan,

    diantaranya menerapkan konsep hemat energi dengan memanfaatkan energi matahari,

    mendaur ulang air limbah untuk menyiram tanaman, lingkungan hijau bahkan

    halamannya terbuka, menyatu dengan akses jalan untuk publik.

    Gedung yang mulai dibangun pada Desember 2010, merupakan hasil rancangan

    Han Awal, pemenang desain rancangan bangunan gedung BI Solo yang sebelumnya

    disayembarakan untuk publik. Gedung baru ini dibangun tepat di samping gedung BI

    lama di lahan bekas mess pegawai kantor pos yang terbengkalai.

    http://lh4.ggpht.com/-ievCgrVRKAg/UHqW4ztmWpI/AAAAAAAAMps/vhBzi9OJ7Hw/s1600-h/Foto50214.jpghttp://lh3.ggpht.com/-Ibyutp07fP4/UHqWy0i5TbI/AAAAAAAAMpc/nGBgXV5kRBc/s1600-h/Foto50083.jpghttp://lh4.ggpht.com/-ievCgrVRKAg/UHqW4ztmWpI/AAAAAAAAMps/vhBzi9OJ7Hw/s1600-h/Foto50214.jpghttp://lh3.ggpht.com/-Ibyutp07fP4/UHqWy0i5TbI/AAAAAAAAMpc/nGBgXV5kRBc/s1600-h/Foto50083.jpg

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    36/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 36

    Gambar II. 13. Filosofi Langgam Arsitektur Jawa yang Diterapkan pada Desain Gedung BI Baru 

    (sumber: dokumen penulis) 

    Desain gedung tersebut berkonsep Contras by Harmony, merupakan bangunan

    modern yang dirancang agar tetap berdampingan dengan gedung lama BI yang

    merupakan bangunan kuno, peninggalan jaman Belanda. Beliau mengatakan bahwa

    ide dasar dari gedung BI yang baru bukan untuk mendesain bangunan baru sebagai

    foreground untuk menyaingi bangunan lama melainkan memposisikan bangunan baru

    sebagai background untuk bangunan lama sehingga desain yang minimalis dan

    sederhana dengan dominan kaca dipilih sebagai desain dari gedung BI yang baru.

    Selain itu, untuk menyesuaikan dengan filosofis kota Solo yang notabene kota

     budaya, beliau menyematkan beberapa ciri khas Jawa, misalnya filosofi joglo didepan

    gedung berupa selubung kaca dan relief di sisi gedung maupun hiasan motif batik di

    kaca depan gedung.

    D.2. Museum Louvre, Perancis

    Museum Louvre (Musée du Louvre) di Paris, Perancis, adalah salah satu museum

    terbesar dan paling terkenal di dunia. Musee du Louvre awalnya dibangun sebagai

     benteng pada abad ke-12, lalu diubah menjadi sebuah istana kerajaan di abad ke-14

    yang terletak di pusat Perancis antara sungai Seine dan Rue de Rivoli. Sebagian dari

    istana tersebut kemudian dibuka sebagai museum pada 8 November 1793, pada saat

    http://lh3.ggpht.com/-Pzb6znFkVpE/UHqWtBnslRI/AAAAAAAAMpM/1JtZJEiV41s/s1600-h/Foto50304.jpghttp://lh3.ggpht.com/-9tWFxzSMXDY/UHqWnDnk_6I/AAAAAAAAMo8/09vCfpToyXQ/s1600-h/Foto50094.jpghttp://lh3.ggpht.com/-Pzb6znFkVpE/UHqWtBnslRI/AAAAAAAAMpM/1JtZJEiV41s/s1600-h/Foto50304.jpghttp://lh3.ggpht.com/-9tWFxzSMXDY/UHqWnDnk_6I/AAAAAAAAMo8/09vCfpToyXQ/s1600-h/Foto50094.jpg

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    37/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 37

    Revolusi Perancis. Dewasa ini, lebih dari 35.000 karya seni dari seluruh dunia dan

    mencakup seluruh periode sejarah manusia.dari zaman prasejarah hingga abad ke-19

    dipamerkan di area seluas 60.600 meter persegi. Museum Louvre merupakan

    kebanggaan sekaligus pusat budaya terpenting bagi bangsa Perancis.

    Gambar II. 14. Istana Louvre dan Piramida kaca Louvre, yang selesai dibangun pada tahun 1989.

    (sumber: google.com, 2015) 

    1.  Sejarah Latar Belakang

    Museum Louvre atau dalam bahasa Perancis Musée du Louvre adalah sebuah

    monumen bersejarah dan merupakan salah satu museum seni terbesar yang paling

     banyak dikunjungi di dunia. Museum Louvre terletak di Rive Droite Seine, 

    Arondisemen pertama di Paris, Perancis. 

    Museum ini bertempat di Istana Louvre (Palais du Louvre)  yang awalnyamerupakan benteng yang dibangun pada abad ke-12 di bawah pemerintahan Philip II. 

    Sisa-sisa benteng dapat dilihat di ruang bawah tanah museum. Istana ini diperpanjang

    kemudian diperluas dan diperpanjang dengan penambahan dua halaman selama abad

    ke 16 oleh arsitek Pierre Lescot. Istana yang pada mulanya diperuntukkan sebagai

    kediaman Cathrine de Medicis, janda Henri II, rancangan Philibert Delorme memiliki

    2 sayap utama, sayap utara dan selatan yang masing-masingnya memiliki panjang

    500 meter.

    Satu dekade kemudian Catharina Medici menambahkan istana Tuileries di

    sebelah barat Louvre. Pembangunan Musee du Louvre dihentikan untuk beberapa

    waktu ketika pada tahun 1682, raja Louis XIV memutuskan untuk pindah ke Istana

    Versailles. Istana Louvre untuk selanjutnya dijadikan sebagai tempat untuk

    http://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Rive_Droitehttp://id.wikipedia.org/wiki/Seinehttp://id.wikipedia.org/wiki/Arondisemen_di_Parishttp://id.wikipedia.org/wiki/Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Philippe_II_dari_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Louvre_Museum_Wikimedia_Commons.jpghttp://id.wikipedia.org/wiki/Philippe_II_dari_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Arondisemen_di_Parishttp://id.wikipedia.org/wiki/Seinehttp://id.wikipedia.org/wiki/Rive_Droitehttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    38/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 38

    menampilkan koleksi-koleksi kerajaan. Pembangunan istana ini berlangsung secara

     bertahap selama tiga abad dari sejak pemerintahan Henri IV, Louis XIII, Louis XIV,

     Napoleon I sampai dengan Napoleon III. Istana Louvre menjadi titik awal sumbu

     jalan sepanjang 7 km yang membelah kota Paris, sejajar Taman Tuileries, Champs

    Elysees dan La Defense.

    Pada tahun 1692, di gedung ini ditempati oleh  Académie des Inscriptions et

     Belles Lettres dan  Académie Royale de Peinture et de Sculpture.  Académie  tetap di

    Louvre selama 100 tahun berikutnya dimana selama Revolusi Perancis Louvre

     berubah menjadi museum publik. Pada bulan Mei 1791, Majelis menyatakan bahwa

    Louvre akan menjadi "monumen untuk menyatukan semua ilmu dan seni".

    Pada tanggal 10 Agustus 1792, Louis XVI dipenjarakan dan koleksi kerajaan

    di Louvre menjadi milik nasional. Karena takut adanya vandalisme atau pencurian

    terhadap artefak yang ada, pada tanggal 19 Agustus 1792 Majelis Nasional

    melakukan persiapan museum yang mendesak. Pada bulan Oktober, sebuah komite

    yang memiliki misi untuk "melestarikan memori nasional" mulai merakit koleksi

    untuk ditampilkan. Museum ini dibuka pada tanggal 10 Agustus 1793 dengan

    memamerkan 537 lukisan. Mayoritas karya tersebut diperoleh dari properti gereja dan

    kerajaan yang disita Pemerintah Perancis. Karena masalah struktural dengan

     bangunan, museum ditutup pada tahun 1796 hingga 1801.

    Jumlah koleksi museum meningkat di bawah masa pemerintahan  Napoleon

    dan museum berganti nama menjadi  Musée Napoléon. Setelah kekalahan Napoleon

    dalam Pertempuran Waterloo,  sebagian besar karya-karya yang disita oleh

     pasukannya kembali ke pemilik asli mereka. Koleksi museum semakin bertambah

    selama pemerintahan Louis XVIII dan Charles X,  dan selama masa Imperium

    Perancis Kedua, museum berhasil memperoleh 20.000 koleksi. Koleksi museum terus

     bertambah dengan adanya sumbangan dan hadiah yang terus meningkat sejak masa

    Republik Perancis Ketiga. 

    http://id.wikipedia.org/wiki/10_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1793http://id.wikipedia.org/wiki/Lukisanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Napoleon_Bonapartehttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Waterloohttp://id.wikipedia.org/wiki/Louis_XVIII_dari_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Charles_XI_dari_Swediahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_kolonial_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_kolonial_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Perancis_Ketigahttp://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Perancis_Ketigahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_kolonial_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_kolonial_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Charles_XI_dari_Swediahttp://id.wikipedia.org/wiki/Louis_XVIII_dari_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Waterloohttp://id.wikipedia.org/wiki/Napoleon_Bonapartehttp://id.wikipedia.org/wiki/Lukisanhttp://id.wikipedia.org/wiki/1793http://id.wikipedia.org/wiki/10_Agustus

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    39/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 39

    Gambar II. 15. Museum Louvre, Paris

    (sumber: google.com, 2015) 

    Beberapa abad kemudian tepatnya pada masa pemerintahan presiden François

    Mitterrand, tepat di depan pintu masuk bangunan kebanggaan Prancis ini dibangun

    Piramida Louvre yang selesai dibangun tahun 1993 menjadikan bangunan tambahan

    ini landmark bagi kota Paris di kemudian hari.

    2. 

    Pyramide du Louvre Pyramide du Louvre terletak di Paris,  Ille de France, Prancis dirancang oleh

    arsitek terkenal dari Cina bernama Ieoh Ming Pei (I.M. Pei), terletak di halaman

    utama (Cour Napoleon) dari Istana Louvre ( Palais du Louvre) di Paris. Piramida du

    Louvre berfungsi sebagai pintu masuk utama ke Museum Louvre.

    Gambar II. 16. Pyramide du Louvre

    (sumber: google.com, 2015) 

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    40/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 40

    Pembangunan Piramida Louvre dilakukan secara dua tahap; tahap pertama

    dilakukan pada tahun 1985  –  1989, sedangkan tahap kedua diselesaikan pada tahun

    1993. Pada tahun 1983, Presiden Francois Mitterrand ingin membuat sebuah museum

    yang modern, luas, dan lebih menyatu dengan identitas kota untuk dijadikan sebagai

    simbol dari negara Prancis sebagai pusat seni, politik, dan ekonomi dunia di akhir

    abad ke-20 dengan mengabaikan  Palais Royale Musee du Louvre  yang merupakan

     bangunan bersejarah dibelakangnya dengan gaya arsitektur klasik. Pembangunan

    Pyrámide banyak menuai protes dari warga Prancis karena dianggap tidak seimbang

    dengan lingkungan sekitarnya, dimana Museum Louvre berarsitektur renaissance

    klasik sedangkan Pyrámide berarsitektur modern yang terlihat lebih dinamis.

    Pyrámide du Louvre merupakan pintu masuk baru sebagai salah satu akses

    menuju galeri museum yang terdapat di bawahnya. La Pyrámide Inversee merupakan

     pirámide dengan ketinggian lebih kecil (sekitar 5 meter) dibanding pyramid utama

    (ketinggian mencapai 21.64 meter dengan lebar sisi 35.42 meter) yang berfungsi

    sebagai  skylight   mall bawah tanah. Struktur piramida dibangun seluruhnya dengan

    603 segmen kaca berbentuk belah ketupat dan 70 segmen kaca berbentuk segitiga,

    mencapai ketinggian 20,6 meter (sekitar 70 kaki) dengan dasar persegi memiliki sisi

    35 meter (115 kaki).

    Pada pembangunan Pyrámide tahap kedua, banyak dilakukan pemugaran pada

     bagian luar bangunan dan exterior sculpture, perubahan halaman interior yang semula

    sebagai tempat parkir para staff menjadi tempat  skylight sculpture. Selain itu, interior

     bangunan seluruhnya direnovasi kecuali ruang-ruang yang bernilai historis untuk

    disesuaikan dengan eksterior istana. Interior bangunan dibuat menjadi tiga lantai;

    lantai dasar sebagai galeri patung atau  sculpture; lantai kedua sebagai galeri seni

    dekoratif; sedangkan lantai ketiga dijadikan sebagai galeri lukisan dengan desain

     skylight   yang inovatif. Escalator yang megah merupakan salah satu akses untuk

    menghubungkan antarlantai dan merupakan salah satu ciri bahwa Pyrámide du

    Louvre merupakan bangunan museum modern.

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    41/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 41

    Gambar II. 17. Pyramide du Louvre Pada Malam Hari

    (sumber: google.com, 2015) 

    Di dalam museum Louvre tersimpan artefak kuno Oriental, Mesir, Romawi,

    Eropa zaman klasik dan neo klasik. Pei mengamati museum Louvre yang dikunjungiorang dengan volume sangat besar yang terus meningkat dari tahun ke tahun, suatu

    saat bisa melebihi kapasitasnya. Ketika ditugasi memperluas Louvre oleh François

    Mitterrand, presiden Perancis kala itu, Pei berpegang pada nasehat Leonardo da

    Vinci, ‟kekuatan lahir dari kendala dan mati dalam kebebasan‟. 

    Agar tak mengganggu keantikan museum Louvre, perluasan museum ini

    (1983-1989) mengambil tempat di bawah halaman dengan membuat piramid kaca

    sebagai skylight-nya menaungi lobby dibawahnya, sekaligus mengatasi serangkaian

     problem yang berkaitan dengan pintu masuk utama Louvre lama. Pengunjung

    memasuki piramid, turun ke lobby yang luas, mendaki ke bangunan utama Musée du

    Louvre.

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    42/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 42

    Gambar II. 18. Denah Situasi Piramid Louvre

    (sumber: google.com, 2015) 

    Gambar II. 19. Lingkungan sekitar Museum Louvre Tanpa Hiasan Vegetasi

    (sumber: google.com, 2015) 

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    43/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 43

    Gambar II. 20. Piramida sebagai Skylight dan Entrance Museum

    (sumber: google.com, 2015) 

    Gambar II. 21. Tangga masuk dari entrance Piramida menuju Museum Louvre

    (sumber: google.com, 2015) 

    3. 

    Material dan Desain Arsitektural

    Material yang digunakan pada Pyrámide du Louvre yaitu baja sebagai

    material utama, stainless steel, dan kaca. Material kaca digunakan sebagai penutup

     bagian luar bangunan atau  façade dengan ketebalan 3 cm yang dihubungkan dengan

    stainless steel dengan panjang 381mm. Penggunaan material baja berupa baja profil

    digunakan sebagai kerangka bangunan dengan menggunakan baut dan las sebagai alat

    sambungnya.

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    44/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 44

    Gambar II. 22. Struktur Truss Frame Pyramide du Louvre

    (sumber: google.com, 2015) 

    Bangunan museum terdiri dari 4 lantai, yaitu lower ground floor, ground

    floor, first floor, dan second floor. Ada 8 kategori karya seni di Louvre, yaitu Oriental

    antiquities, Egyptian antiquities, Greek, Etruscan and Roman antiquities, Islamic art,

    scultur e, painting , objects d‟art, dan graphics art. Ada tiga sayap (wing) bangunan ,

    yaitu Denon, Sully, dan Richeliu. Denon adalah yang paling banyak dikunjungi,

    karena di wing inilah disimpan lukisan Mona Lisa yang sangat terkenal.

    Pembangunan pyramida yang bergaya futuristik ini sempat mengundang

    kontroversi luas di masyarakat Perancis, karena dianggap tidak sesuai dengan style

     bangunan Louvre yang antik. Kelompok yang menentang pembangunan pyramida

    mengatakan bahwa proyek ini adalah „Pharaonic Complex‟ dari Mitterand. Meskipun

    demikian pyramida tetap dibangun, dan pada akhirnya menjadi kebanggaan orang

    Paris. Desain dari Pyramida yang bertolak belakangan dengan desain awal

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    45/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 45

     bangunanlah yang menjadikan pertentangan. Desain bangunan yang sebelumnya

    sangat detail dengan ornamen, kemudian diberi penambahan bangunan modern yang

    minim detail dan bangunan inilah yang justru menjadi main entrance dari Louvre

    Museum. Akan tetapi justru pembentukkan desain modern pada Louvre Museum

     justru menjadi daya tarik sendiri yaitu perpaduan antara dua style desain yang

     berbeda, namun tetap memiliki kesan unik dan harmonis.

    Detail dari Piramida Kaca pada Louvre Museum hanya berupa susunan space

    frame yang strukturnya diekspos. Bangunan ini juga memiliki Plaza yang dapat

    digunakan sebagai Open Space, ruang terbuka yang dapat menjadi tempat

     bersosialisasi masyarakat Paris. Tidak terdapat penghijauan sebagai pelembab suhu

     pada plaza ini, akan tetapi diganti dengan penggunaan air sebagai elemen pelembab.

    Gambar II. 23. Desain Tangga Memutar Yang Unik Dan Dinamis

    (sumber: google.com, 2015) 

    4.  Sistem Struktur dan Konstruksi

    Piramid dibangun dengan sistim struktur ruang dengan konstruksi rangka

    metal berbentuk belah ketupat dilengkapi kabel metal untuk menyalurkan gaya tarik.

    Pencahayaan alami menembus segmen kaca masuk ke hall utama. Mezzanine di

     bawahnya bisa dicapai langsung dari stasiun kereta bawah tanah. Hall menjadi ruang

     penerima yang mengantarkan pengunjung ke ruang koleksi di sebelah utara, selatan

    dan timur museum. Di ruang bawah tanah yang diatapi beton pelataran tersedia

    lobby, butik, toko, ruang konferensi, kantor dan fasilitas pendukung lainnya.

    Struktur dan konstruksi pada Pyrámide du Louvre terlihat dominan

    menggunakan sistem statika bangunan tinggi yaitu sistem rangka dengan bahan

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    46/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 46

     berbentuk segitiga sebagai rangka utamanya. Hal ini disebabkan bentuk segitiga

     bersifat stabil dan kaku (rigid) dibanding dengan bentuk geometri lainnya. Semua

    gaya dan beban didistribusikan melalui sistem koneksi komponen penyusunnya

    sedemikian hingga tetap stabil. Secara independen, sistem struktur dan konstruksi

    Pyrámide du Louvre mampu menahan semua jenis gaya dan pembebanan, kecuali

    gaya geser dan lendutan.

    Berikut ini merupakan diagram distribusi gaya pada Pyrámide du Louvre:

    Gambar II. 24. Pembagian Beban Gaya Pada Struktur Piramida Museum Louvre

    (sumber: google.com, 2015) 

    5.  Koleksi

    Pada tahun 2008,  Museum Louvre  memiliki koleksi berjumlah lebih dari

    380,000 buah dan memamerkan 35,000 karya seni dalam delapan departemen

    kuratorial. Koleksi Mesir kuno, benda purbakala dari Timur Dekat, Yunani, Etruskan, 

    Romawi, Seni Islam, Patung, Seni Dekoratif, Seni Lukis, Cetakan dan Seni Gambar.

    Koleksi Mesir kuno

    Departemen ini memiliki koleksi berjumlah lebih dari 50.000 buah, termasuk

    diantaranya artefak dari peradaban Sungai Nil yang memiliki penanggalan dari 4.000

    entrance

    Sambungan

    Engsel/sendi

    sebagai

    sambungan di

    masing-masing

    Beban angin

    http://id.wikipedia.org/wiki/Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yunanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Etruskanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Romawihttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Nilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Nilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Romawihttp://id.wikipedia.org/wiki/Etruskanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yunanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesir

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    47/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 47

    tahun SM hingga abad ke-4 Masehi. Koleksinya merupakan salah satu yang terbesar

    di dunia, memberikan gambaran lengkap mengenai kehidupan masyarakat Mesir pada

    masa Mesir kuno,  Kerajaan Pertengahan Mesir,  Kerajaan Baru Mesir, Seni Koptik,

    dan Aegyptus (provinsi Romawi), masa Ptolemaic, dan periode Kekaisaran Romawi

    Timur. 

    Koleksi Purbakala Timur Dekat

    Koleksi Purbakala Timur Dekat , merupakan departemen kedua yang terbaru, berasal

    dari tahun 1881 dan memberikan gambaran mengenai peradaban Timur Dekat dan

     pemukiman pertama di daerah tersebut, sebelum kedatangan  Islam. Departemen ini

    terbagi menjadi tiga daerah geografis: Levant,  Mesopotamia (Siria, Irak), dan

    Kerajaan Persia (Iran)..

    Yunani, Etruskan, dan Romawi

    Departemen Yunani, Etruskan dan Romawi memajang koleksi yang berasal dari

    Mediterania dengan penanggalan dari masa  Neolitik hingga abad ke-6 Masehi.

    Koleksi ini mencakup periode Cycladic hingga keruntuhan Kekaisaran Romawi.

    Departemen ini merupakan salah satu yang tertua di Museum Louvre, dan koleksinya

    dimulai dengan pengumpulan koleksi oleh kerajaan, beberapa bahkan telah

    dikumpulkan sejak masa Francis I.  Pada galeri yang sejajar dengan Seine,

    dipamerkan koleksi museum mengenai patung Romawi. Koleksi potret Romawi milik

    museum ini merupakan salah satu yang terbaik.

    Seni Islam

    Koleksi seni Islam merupakan departemen terbaru dari Museum Louvre, yang

    mencakup masa selama 13 abad dan 3 benua. Benda yang dipamerkan oleh

    departemen ini adalah keramik, kaca, benda logam, kayu, gading, karpet, tekstil dan

    miniatur, termasuk diantaranya 5.000 karya dan 1.000 tembikar. Pada awalnya,

    museum ini merupakan bagian dari departemen seni dekorasi, yang kemudian

     berpisah pada tahun 2003.

    Koleksi Seni Pahat

    http://id.wikipedia.org/wiki/Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesir_kunohttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pertengahan_Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Baru_Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Aegyptus_%28provinsi_Romawi%29http://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Levanthttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesopotamiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Persiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Iranhttp://id.wikipedia.org/wiki/Neolitikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Francis_I_dari_France&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Francis_I_dari_France&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Neolitikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Iranhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Persiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesopotamiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Levanthttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Aegyptus_%28provinsi_Romawi%29http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Baru_Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pertengahan_Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesir_kunohttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesir

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    48/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 48

    Departemen Seni Pahat mengkhususkan diri terhadap karya yang dibuat sebelum

    tahun 1850 dan tidak termasuk ke dalam departemen Yunani, Etruskan dan Romawi.

    Museum Louvre merupakan tempat penyimpanan material pahatan sejak lokasi

    museum tersebut masih berfungsi sebagai istana; namun hanya karya kuno yang

    dipajang hingga tahun 1824, kecuali karya Michelangelo yang berjudul  Dying Slave 

    dan  Rebellious Slave. Pada awalnya, jumlah koleksi museum hanya berjumlah 100

     buah, sisa dari koleksi patung kerajaan diletakkan di Versailles. Koleksi ini tetap

     berjumlah sedikit hingga tahun 1847, ketika Léon Laborde diberikan kekuasaan untuk

    mengontrol departemen Seni Pahat. Pada tahun1986, semua hasil karya setelah tahun

    1850 dipindahkan ke museum baru bernama Musée d'Orsay. Sebuah proyek bernama

    The Grand Louvre atau Louvre Agung, memisahkan departemen ini menjadi dua

    lokasi pameran. Koleksi seni pahat Perancis dipamerkan pada sayap Richelieu, dan

    karya seni asing pada sayap Denon.

    Seni Dekoratif

    Departemen Seni Dekoratif (bahasa Perancis:  'Objets d'art'  memiliki cakupan

    koleksi sejak abad pertengahan Eropa, hingga pertengahan abad ke-19 Masehi.

    Departemen ini pada awalnya merupakan bagian dari departemen seni pahat.

    Beberapa koleksi yang paling berharga diantaranya vas dan benda perunggu  pietre

    dure. Koleksi Durand pada tahun 1825 menambahkan keramik, porselin yang dilapis

    dan kaca berwarna, selain itu sekitar 800 buah tambahan koleksi diberikan oleh Pierre

    Révoil.

    Pada bulan September 2000, Museum Louvre mendedikasikan Galeri Gilbert

    Chagoury dan Rose-Marie Chagoury untuk memajang koleksi permadani dinding

    yang disumbangkan oleh keluarga Chagoury, termasuk diantaranya satu set (6

     bagian) permadani dinding dari abad ke-16 Masehi, yang dijahit dengan benang emas

    dan perak merepresentasikan keabadian lautan, yang dibuat di Paris untuk  Colbert de

    Seignelay, Sekretaris Angkatan Laut Negara.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Michelangelohttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pietre_dure&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pietre_dure&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gilbert_R._Chagoury&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gilbert_R._Chagoury&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Colbert_de_Seignelay&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Colbert_de_Seignelay&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Colbert_de_Seignelay&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Colbert_de_Seignelay&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gilbert_R._Chagoury&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gilbert_R._Chagoury&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pietre_dure&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pietre_dure&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Michelangelo

  • 8/19/2019 Museum Kontekstual

    49/55

     Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta

    dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual  

    IRMA LOVITA I 0211034 | II 49

    Lukisan

    Koleksi lukisan Museum Louvre berjumlah lebih dari 7.500 buah yang berasal dariabad ke-13 Masehi hingga tahun 1848 dan diatur oleh 12 kurator. Hampir dua per tiga

    dari keseluruhan koleksi merupakan hasil karya pelukis Perancis, dan lebih dari 1.200

    karya merupakan hasil pelukis Eropa Utara. Lukisan Italia mendominasi koleksi

    milik Francis I dan Louis XIV, beberapa lainnya merupakan karya seni yang belum

    dikembalikan sejak masa Napoleon, dan beberapa lainnya merupakan hasil

     pembelian. Koleksi milik Francis I, kebanyakan merupakan koleksi yang didapat dari

     pelukis Italia terkenal seperti Raphael dan Michelangelo, dan membawa Leonardo da

    Vinci ke istananya. Setelah Revolusi Perancis,  koleksi kerajaan menjadi inti dari

    Louvre. Ketika stasiun kereta d'Orsay  diubah menjadi Musée d'Orsay  pada tahun

    1986, koleksi museum dibagi, dan hasil karya yang dibuat setelah tahun 1848

    dipindahkan ke museum yang baru. Karya seni yang dihasilkan oleh pelukis Perancis

    dan Eropa Utara diletakkan di sayap Richelieu dan Cour Carrée; sedangkan pelukis

    Spanyol dan Italia diletakkan pada lantai pertama sayap Denon.

    Cetakan dan Seni Gambar

    Departemen Cetakan dan Seni Gambar lebih memusatkan terhadap karya yang

    dilakukan di atas kertas. Asal dari koleksi museum in merupakan karya yang terdapat

    di koleksi kerajaan (Cabinet du Roi) yang berjumlah 8.600 buah, yang bertambah

    dengan pembelian yang dilakukan oleh negara, seperti pembelian 1.200 koleksi

    Fillipo Baldinucci pada tahun 1806, dan donasi. Deaprtemen ini dibuka pada 5

    Agustus 1797 dengan 415 buah koleksi yang dipajang di Galerie d'Apollon.

    Koleksinya dibagi menjadi tiga seksi: inti, Cabinet du Roi, 14.000 pelat cetakan

    tembaga, dan donasi dari Edmond de Rothschild,  termasuk diantaranya 40.000

    cetakan, 3.000 gambar, dan 5.000 buku bergambar. Lokasi pameran diadakan di

     Pavillon de Flore; karena rapuhnya bahan kertas, hanya beberapa saja yang dipajang

    dalam satu waktu.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Raphaelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Michelangelohttp://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Mus%C3%A9e_d%27Orsayhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Edmond_James_de_Rothschild&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Edmond_James_de_Rothschild&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mus%C3%A9e_d%27Orsayhttp://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi