PEMBUATAN LOTION DARI EKSTRAK DAUN BAYAM MERAH DAN PENGUJIAN
ANTIOKSIDAN SERTA PERBANDINGAN DENGAN LOTION DARI EKSTRAK BIJI
KELENGKENG
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada saat ini penggunaan kosmetika di
kalangan masyarakat sudah menjadi salah satu kebutuhan yang
mendasar. Hal ini dikarenakan penggunaan kosmetika tidak hanya
terbatas untuk mempercantik dan merawat diri saja tetapi juga untuk
tujuan kesehatan. Data Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia
menunjukkan bahwa pasar industri kosmetika tumbuh sekitar 15-20%
setiap tahunnya dan hingga saat ini terdapat 744 perusahaan
kosmetika baik skala kecil, sedang, maupun menengah (Wahyuana
2008).Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan
pada kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya
tarik, dan mengubah rupa (Wasitaatmadja 1997). Namun, pada saat ini
banyak beredar produk-produk kosmetika yang membahayakan bagi
kesehatan pemakainya akibat kandungan bahan didalamnya yang
menimbulkan efek negatif. Pada saat ini banyak produk kosmetika
yang diproduksi dengan menggunakan bahan-bahan alami agar aman bagi
kesehatan pemakainya.Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap
kosmetika terutama kosmetika yang berasal dari bahan alami
memberikan peluang bagi penggunaan daun bayam merah sebagai bahan
baku kosmetika. Skin lotion merupakan salah satu jenis produk
industri kosmetik hasil emulsi minyak dalam air (oil on water atau
o/w) yang digunakan untuk menjadikan kulit halus, segar, dan
bercahaya. Campuran skin lotion terdiri dari air, emolien,
humektan, bahan pengental, pengawet, dan pewangi (Mitsui 1997).
Setil alkohol merupakan salah satu bahan kimia yang umum digunakan
dalam pembuatan skin lotion yang berfungsi sebagai pengental,
penstabil, dan pengemulsi.
1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan PraktikumTujuan dari praktikum
ini adalah untuk memanfaatkan ekstrak daun bayam merah dalam
pembutan lotion. 1.4 Manfaat dan Kegunaan Praktikum
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Bayam Merah 2.1.1 Sejarah Tanaman
Bayam (Amaranthaceae)Tanaman bayam merupakan salah satu jenis
sayuran komersial yang mudah diperoleh disetiap pasar, baik pasar
tradisional maupun pasar swalayan. Harganyapun dapat terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.Tumbuhan bayam ini awalnya berasal
dari negara Amerika beriklim tropis, namun sekarang tersebar
keseluruh dunia. Hampir semua orang mengenal dan menyukai
kelezatannya. Rasanya enak, lunak dan dapat memberikan rasa dingin
dalam perut dan dapat memperlancar pencernaan.Umumnya tanaman bayam
dikonsumsi bagian daun dan batangnya. Ada juga yang memanfaatkan
biji atau akarnya sebagai tepung, obat, bahan kecantikan, dan
lain-lain.Ciri dari jenis bayam yang enak untuk dimakan ialah
daunnya besar, bulat, dan empuk. Sedangkan bayam yang berdaun
besar, tipis diolah campur tepung untuk rempeyek.2.1.2 Morfologi
Tanaman BayamKlassifikasi botani tanaman bayam adalah sebagai
berikut :Kerajaan : PlantaeDivisio : Magnoliophytaclass :
MagnoliopsidaOrdo : CaryophyllalesFamily : AmaranthaceaeUpfamily :
AmaranthoideaeGenus : Amaranthus LTanaman bayam sangat mudah
dikenali, yaitu berupa perdu yang tumbuh tegak, batangnya tebal
berserat dan ada beberapa jenisnya mempunyai duri. Daunnya biasa
tebal atau tipis, besar atau kecil, berwarna hijau atau ungu
kemerahan (pada jenis bayam merah). Bunganya berbentuk pecut,
muncul di pucuk tanaman atau pada ketiak daunnya. Bijinya berukuran
sangat kecil berwarna hitam atau coklat dan mengilap. Tanaman bayam
sangat toleran terhadap perubahan keadaan iklim. Bayam banyak
ditaman di dataran rendah hingga menengah, terutama pada ketinggian
antara 5-2000 meter dari atas permukaan laut. Kebutuhan sinar
matahari untuk tanaman bayam adalah tinggi, dimana pertumbuhan
optimum dengan suhu rata-rata 20-300 C, curah hujan antara
1000-2000 mm, dan kelembaban di atas 60 %. Oleh karena itu, bayam
tumbuh baik bila ditanam di lahan terbuka dengan sinar matahari
penuh atau berawan dan tidak tergenang air/becek.2.1.3 Klassifikasi
Tanaman Bayam Bayam merupakan salah satu sayuran dengankandungan
kalsium yang tinggi. Keberadaan kalsium dalam daun tanaman bayam
adalah sebagai kalsium oksalat. Di Indonesia hanya dikenal 2 (dua)
jenis tanaman bayam budidaya, yaitu Amaranthus tricolor dan
Amaranthus hybridus. Bayam cabut atau bayam sekul/bayam putih
(Amaranthus tricolor L.) memiliki batang berwarna kemerahan atau
hijau keputihan dan memiliki bunga yang keluar dari ketiak cabang.
Bayam cabut yang batangnya merah disebut bayam merah, sedangkan
yang batangnya hijaukeputihan disebut bayam hijau. Bayam tahun,
bayam skop atau bayam kakap (Amaranthus hybridus L.) memiliki daun
lebar. Varietas bayam diluar dari jenis tersebut merupakan bayam
liar.Bayam cabut lebih banyak dikenal oleh masyarakat dibandingkan
dengan bayam petik. Bayam petik banyak dijumpai di daerah Jawa
tengah dan Jawa timur, seperti Banyumas dan Yogyakarta. Sedangkan
bayam cabut banyak dijumpai di daerah Jawa Barat, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Irian, dan Jakarta. 2.2 Maserasi
2.3 Skin Lotion Skin lotion termasuk golongan kosmetika pelembab
kulit yang terdiri dari berbagai minyak nabati, hewani maupun
sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan
berfungsi untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar,
dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat
mengganti seluruh fungsi dan kegunaan kulit semula. Kosmetika
pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan cairan minyak atau
campuran minyak dalam air yang dapat ditambahi atau dikurangi zat
tertentu untuk tujuan khusus (Wasitaatmadja 1997).Lotion pelembab
berfungsi menyokong kelembaban dan daya tahan air pada lapisan
kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga kehalusan kulit
tersebut (Mitsui 1997). Lotion didefinisikan sebagai campuran dua
fase yang tidak bercampur, distabilkan dengan sistem emulsi, dan
berbentuk cairan yang dapat dituang jika ditempatkan pada suhu
ruang (Schmitt 1996).
2.4 Bahan Penyusun Skin Lotion Bahan penyusun skin lotion
terdiri dari asam stearat, mineral oil, setil alkohol,
triethanolamin, gliserin, air murni, pengawet dan pewangi yang
disusun berdasarkan persentase berat dalam formulasi (Nussinovitch
1997). 2.4.1 Asam stearatAsam stearat (C16H32O2) merupakan asam
lemak yang terdiri dari rantai hidrokarbon, diperoleh dari lemak
dan minyak yang dapat dimakan, dan berbentuk serbuk berwarna putih.
Asam stearat mudah larut dalam kloroform, eter, etanol, dan tidak
larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi dalam
sediaan kosmetika (Depkes RI 1993). Asam stearat dapat menghasilkan
kilauan yang khas pada produk skin lotion (Mitsui 1997). 2.4.2
Setil alkohol Setil alkohol (C16H33OH) merupakan butiran yang
berwarna putih, berbau khas lemak, rasa tawar, dan melebur pada
suhu 45-50C. Setil alkohol larut dalam etanol dan eter namun tidak
larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi, penstabil,
dan pengental (Depkes RI 1993).Setil alkohol adalah alkohol dengan
bobot molekul tinggi yang berasal dari minyak dan lemak alami atau
diproduksi secara petrokimia. Bahan ini termasuk ke dalam fase
minyak pada sediaan kosmetik. Pada formulasi produk setil alkohol
yang digunakan kurang dari 2%. Setil alkohol merupakan lemak putih
agak keras yang mengandung gugusan kelompok hidroksil dan digunakan
sebagai penstabil emulsi pada produk emulsi seperti cream dan
lotion (Mitsui 1997). 2.4.3 Minyak mineral Minyak mineral (parafin
cair) adalah campuran hidrokarbon cair yang berasal dari sari
minyak tanah. Minyak ini merupakan cairan bening, tidak berwarna,
tidak larut dalam alkohol atau air, jika dingin tidak berbau dan
tidak berasa namun jika dipanaskan sedikit berbau minyak tanah.
Minyak mineral berfungsi sebagai pelarut dan penambah viskositas
dalam fase minyak (Depkes RI 1993).Parafin merupakan hidrokarbon
yang jenuh dan dapat mengikat atom hidrogen secara maksimal
sehingga bersifat tidak reaktif. Bahan ini memiliki kompatibilitas
yang sangat baik terhadap kulit. Minyak mineral mempunyai peranan
yang khas sebagai occlusive emolien (Mitsui 1997).Emolien
didefinisikan sebagai sebuah media yang bila digunakan padalapisan
kulit yang keras dan kering akan mempengaruhi kelembutan kulit
dengan adanya hidrasi ulang. Dalam skin lotion, emolien yang
digunakan memiliki titik cair yang lebih tinggi dari suhu kulit.
Fenomena ini dapat menjelaskan timbulnya rasa nyaman, kering, dan
tidak berminyak bila skin lotion dioleskan pada kulit. Kisaran
penggunaan pelembut adalah 0.5-15 % (Schmitt 1996).
2.4.4 Gliserin Gliserin (C3H8O3) disebut juga gliserol atau gula
alkohol, merupakan cairan yang kental, jernih, tidak berwarna,
sedikit berbau, dan mempunyai rasa manis. Gliserin larut dalam
alkohol dan air tetapi tidak larut dalam pelarut organik (Doerge
1982). 2.4.5 Triethanolamin Triethanolamin ((CH2OHCH2)3N) atau TEA
merupakan cairan tidak berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih,
tidak berbau atau hampir tidak berbau, dan higroskopis. Cairan ini
dapat larut air dan etanol tetapi sukar larut dalam eter.2.4.6
Metil Paraben Metil paraben (C8H8O3) merupakan zat berwarna putih
atau tidak berwarna, berbentuk serbuk halus, dan tidak berbau. Zat
ini mudah larut dalam etanol 95%, eter, dan air tetapi sedikit
larut benzen, dan karbontetraklorida (Depkes RI 1993). Metil
paraben termasuk salah satu jenis pengawet yang biasa digunakan
dalam pembuatan skin lotion. 2.4.7 Pewangi (essential oil)Hampir
setiap jenis kosmetik menggunakan zat pewangi yang terutama berguna
untuk menambah nilai estika produk yang dihasilkan. Pewangi yang
biasa digunakan adalah minyak (essential oil). Minyak parfum yang
digunakan biasanya dalam jumlah yang kecil sehingga tidak
menyebabkan iritasi (Schuller dan Romanowski 1999, diacu dalam
Sondari 2007)2.4.8 Air murni Air merupakan komponen yang paling
besar persentasenya dalam pembuatan skin lotion. Air yang digunakan
dalam pembuatan skin lotion merupakan air murni yaitu air yang
diperoleh dengan cara penyulingan, proses penukaran ion dan osmosis
sehingga tidak lagi mengandung ion-ion dan mineral-mineral. Air
murni hanya mengandung molekul air saja dan dideskripsikan sebagai
cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, memiliki pH 5.0-7.0,
dan berfungsi sebagai pelarut (Depkes RI 1993).BAB IIIMETODE
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum3.2 Alat dan Bahan3.2.1
AlatPeralatan yang digunakan dalam pembuatan lotion adalah
peralatan gelas, timbangan analitik, termometer, pemanas listrik,
bulb, pengaduk, alumunium foil, stirrer dan pipet volumetrik. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini daun bayam merah, asam
stearat, metil paraben, trietanolamin, aquadest, asetil alkohol,
white oil, dan gliserin.
3.3 Prosedur Praktikum3.3.1 Penyiapan Bahan Daun bayam merah
diptong-potong sampai berukuran kecil kemudian dikeringkan. Proses
pengeringan dilakukan selama 2 hari atau sampai daun bayam merah
benar-benar kering. Simplisia yang sudah kering diblender sampai
benar-benar halus.
3.3.2 Pembuatan Ekstrak Daun Bayam Merah Sebanyak 50 g simplisia
diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan 100 ml etanol selama 3
hari. Hasil ekstraksi dipekatkan dengan cara diuapkan dengan
penguap vakum putar. Rendeman yang diperoleh ditimbang dan dicatat
(BPOM RI, 2004 : 96).
3.3.3 Pembuatan Lotion Ekstrak Daun Bayam Merah Bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan lotion dipisahkan menjadi dua bagian
yaitu bahan yang larut minyak (fase minyak atau sediaan A) dan
bahan yang larut air (fase air atau sediaan B). Bahan-bahan yang
termasuk fase minyak antara lain asam stearat 1,5015 gr, setil
alkohol 0,5036 gr dan white oil 3,5050 gr dimasukkan ke dalam gelas
piala. Bahan-bahan yang termasuk fase air seperti gliserin 2,5 gr,
TEA 1,0048 gr, dan sisa air 33,7 gr dicampurkan. Sediaan A dan B
dipanaskan dan diaduk pada suhu 70-75C secara terpisah hingga
homogen. Sediaan yang telah homogen tersebut dicampur dan diaduk
dengan pengaduk. Proses pencampuran kedua sediaan yang berbeda
tersebut dilakukan pada suhu 70C. Proses pengadukan dengan stirrer
dilakukan hingga campuran kedua sediaan homogen dan mencapai suhu
40-50C (sediaan 3).Pengawet (metil paraben) 0,0510 gr dan ekstrak
daun bayam merah serta parfum dimasukkan ke dalam sediaan 3 pada
suhu 35C kemudian dilakukan pengadukan dengan stirrer selama kurang
lebih satu menit.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
Kosmetika juga mudah teroksidasi oleh udara sehingga terjadi
pemecahan bahan yang terkandung didalamnya, yang akan mengubah
warna dan bentuk kosmetika. Untuk mencegah hal tersebut
digunakanlah bahan antioksidan. Antioksidan dalam kosmetik
berfungsi untuk menghambat degradasi zat aktif dari tabir surya.
(Sugihartini N, 2004, Tesis)Bentuk lotion adalah salah satu bentuk
sediaan yang cukup banyak digunakan sampai saat ini karena sifat
penggunaanya yang praktis dan dapat memenuhi keinginan yang
dibutuhkan. Salah satunya diterapkan dalam sediaan Hand & Body
Lotion. Dengan menggunakan Hand & Body Lotion dapat mengatasi
problema kekeringan kulit serta pelindung efektif terhadap sinar
UVA dan UVB. Daun bayam merah mempunyai senyawa antioksidan.
Antioksidan merupakan senyawa yang jika berada pada konsentrasi
yang relatif lebih rendah dibandingkan konsentrasi suatu substrat,
maka akan teroksidasi terlebih dahulu, sehingga dapat mencegah
terjadinya oksidasi substrat tersebut.Bahan yang digunakan dalam
maserasi sendiri adalah daun bayam merah kering. Daun bayam merah
dipotong kecil-kecil agar penyarian sempurna. Penyari yang
digunakan adalah metanol. Pemilihan penyari ini didasarkan atas
senyawa yang akan diambil. Senyawa-senyawa yang dibutuhkan adalah
senyawa yang besifat antioksidan seperti polipenol (flavonoid,
tanin, katekin dan derivatnya). Glikosida flavonoid dan aglikon
yang lebih polar, flavon yang mempunyai gugus hidroksi, flavonol,
biflavonoid, auron dan chalkon umumnya diisolasi dari bahan tanaman
denagn aseton, alkohol, air, atau campurannya. Pembuatan ekstrak
daun bayam merah dilakukan dengan cara maserasi. Alasan digunakan
metode maserasi adalah metode ini sederhana, mudah dan tanpa
pemanasan. Jika ada pemanasan dikhawatirkan senyawa antioksidan
akan terurai atau rusak. Pada percobaan perendaman dilakukan selama
3 hari dalam kondisi terlindung dari cahaya. Hal ini dimaksudkan
untuk melindungi zat aktif yang telah tersari dari kemungkinan
adanya oksidasi oleh cahaya. Faktor lain yang perlu diperhatikan
dalam proses maserasi adalah, selama proses perendaman bejana harus
ditutup. Hal ini untuk mencegah terjadinya penguapan dari metanol,
mengingat etanol mudah menguap. bila metanol banyak yang menguap
maka cairan penyari akan berkurang sehingga proses maserasi kurang
optimal. Selain itu, dengan adanya metanol yang menguap akan
menurunkan kadar metanol dalam cairan pelarut yang dapat
mengakibatkan perubahan efektivitas metanol dalam mencegah
pertumbuhan kapang, jamur, mikroba.Pada pembuatan lotion ada dua
formulasi yang siapkan. Pada formulsi, bagian A terdiri dari asetil
alkohol, white oil, asam stearat. Bagian A merupakan bagian
lipofilik, yaitu terdiri dari bahan-bahan yang larut dalam lemak.
Asam sterat ini biasanya digunakan dalam vanishing cream dan
kosmetika lain sebagai pengemulsi. Emulsifier (pengemulsi) yang
digunakan dalam pembuatan lotion ini memiliki gugus polar maupun
non polar secara bersamaan dalam satu molekulnya sehingga pada satu
sisi akan mengikat minyak yang non polar dan di sisi lain juga akan
mengikat air yang polar sehingga zat-zat yang ada dalam emulsi ini
akan dapat dipersatukan. Suatu emulsi biasanya terdiri lebih dari
satu emulsifier karena kombinasi dari beberapa emulsifier akan
menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari emulsi (Suryani
et al. 2000). Sedangkan setil alkohol yang digunakan sebagai zat
pengental dan penstabil emulsi minyak dalam air dari lotion (Ansel,
1989). Bahan pengental digunakan untuk mengatur kekentalan dan
mempertahankan kestabilan produk. Proporsi bahanpengental yang
digunakan dalam skin lotion yaitu dibawah 2,5%. Bahan pengental
yang digunakan dalam pembuatan skin lotion bertujuan untuk mencegah
terpisahnya partikel dari emulsi (Schmitt 1996). Salah satu cara
untuk meminimumkan kecenderungan bergabungnya fase terdispersi
adalah dengan mengentalkan produk. Hal ini juga akan membuat emulsi
menjadi stabil. Kestabilan sistem emulsi ini ditandai dengan
semakin berkurangnya kemungkinan terjadinya penggabungan partikel
sejenis dan rendahnya laju rata-rata pengendapan yang terjadi
(Glicksman 1983). Pada formulasi A juga dilakukan penambahan white
oil atau minyak mineral. Fungsi mineral oil pada kosmetika adalah
sebagai emollient dalam hal ini lotion yaitu untuk melembabkan
(menghidrasi kulit). Bahan Bagian B adalah gliserin, metil paraben,
trietanolamin dan aquades. Bagian B ini terdiri dari bahan-bahan
yang larut dalam air atau disebut juga fase air. Fase air dibentuk
oleh air dan bahan-bahan hidrofilik lain dalam sebuah system. Fase
air dapat menghemat biaya karena harganya murah. Air merupakan
komponen yang paling penting dalam pembuatan krim danskin lotion.
Air merupakan bahan pelarut dan bahan baku yang tidak berbahaya
dibanding bahan baku lainnya, tetapi air memiliki sifat korosif.
Air yang digunakan dalam produk kosmetik harus dimurnikan terlebih
dahulu. Air yang digunakan juga dapat mempengaruhi kestabilan dari
emulsi yang dihasilkan. Pada sistem emulsi air juga berperan
penting sebagai emolien yang efektif (Mitsui 1997).Gliserin
merupakan humektan yang paling baik digunakan dalam pembuatan skin
lotion. Humektan adalah komponen yang larut dalam fase air dan
merupakan bagian yang terpenting dalam skin lotion. Bahan ini
ditambahkan ke dalam sediaan kosmetik untuk mempertahankan
kandungan air produk pada permukaan kulit saat pemakaian. Humektan
berpengaruh terhadap kulit yaitu melembutkan kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit agar tetap seimbang. Humektan juga
berpengaruh terhadap stabilitas skin lotion yang dihasilkan karena
dapat mengurangi kekeringan ketika produk disimpan pada suhu ruang
(Mitsui 1997). Gliserin tidak hanya berfungsi sebagai humektan
tetapi juga berfungsi sebagai pelarut, penambah viskositas, dan
perawatan kulit karena dapat melumasi kulit sehingga mencegah
terjadinya iritasi kulit (Depkes RI 1993). Metil paraben sebagai
pengawet (preservatif). Pengawet ditambahkan untuk mencegah
kontaminasi, pengrusakan dan pembusukan oleh bakteri dan fungi. Hal
iitu dikarenakan adanya aquadest yang merupakan substrat
mikoorganisme. Pemilihan bahan pengawet yang digunakan harus
memperhatikan stabilitasnya terhadap bahan yang digunakan serta
pengaruhnya terhadap kulit. Pada pembuatan lotion ini digunakan
nipagin sebagai pengawet karena cocok dengan bahan yang digunakan
dan relative aman terhadap kulit. Trietanolamin berperan dalam
pembuatan emulsi dengan mineral, minyak tumbuhan, parafin dan wax.
Trietanolamin larut dalam air dan mempunyai viskositas sebesar
590,5 centipoise pada suhu kamar. Selain itu TEA berfungsi sebagai
pengatur pH dan pengemulsi pada fase air dalam sediaan skin lotion
(Depkes RI 1993).Masing-masing, bagian A dan bagian B dipanaskan
pada suhu 70C. Pemanasan pada bagian A berfungsi untuk melehkan
bahan-bahan padat. Sedangkan pemanasan bagian B bertujuan untuk
melarutkan dan menghomogenkan bahan-bahan yang ada pada campuran
tersebut. Setelah terbentuk emulsi, ditambahkan ekstrak dan
dilanjutkan dengan penambahan pewangi. Penambahan pewangi pada
produk agar produk mendapatkan tanggapan yang positif. Pewangi
sensitif terhadap panas, oleh karenanya pewangi ditambahkan pada
temperatur yang rendah dan juga agar tidak merusak emulsi yang
sudah terbentuk. Lotion yang dihasilkan mempunyai karakteristik
nyaman dipakai namun khasiatnya belum pernah diuji. Warna lotion
putih dan agak kental. Setelah dilakukan penyimpanan selama 2
minggu lotion tetap bagus dan tidak ditumbuhi pleh jamur atau
mikroba. Prospek pengembangan sediaan lotion sangat terbuka
sehingga perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut mengenai
formula dan efektivitasnya. Hal ini karena sampai saat ini belum
ada sediaan lotion yang benar-benar berbahan alami dan tidak
dicampur dengan bahan sintetis lainnya.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Lotion merupakan sediaan emulsi. Bahan aktif yang
ditambahkan dalam lotionini adalah ekstrak daun bayam merah.
Pembuatan ekstrak dengan cara maserasi, dengan pelarut metanol.
Lotion yang dihasilkan berwarna putih dan agak kental.
5.2 Saran Formula lotion masih belum optimal dan perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai jumlah dan bahan yang
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ibrahim F,
penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari Introduction to
Pharmaceutical Dosage Forms.[Depkes RI] Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 1993. Kodeks Kosmetik Indonesia Ed ke-2 voLume
I. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Doerge
RF. 1982. Serbaneka senyawa organik untuk farmasi. Di dalam Wilson,
Gilsvold. 1982. Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan
Medisinal Organik Bagian II. Fatah AM, penerjemah. Semarang: IKIP
Semarang Press. Terjemahan dari Wilson and Gisvolds Textbook of
Organic Medicinal and Pharmaceutical Chemistry. Glicksman M. 1983.
Food Hydrocolloids. Florida: CRC Press. Mitsui. 1997. New Cosmetic
Science. NewYork: Elsevier. Nussinovitch A. 1997. Hydrocolloid
Aplications. London: Blackie Academic & ProfessionalSchmitt WH.
1996. Skin Care Products. Di dalam: DF Williams and WH Schmitt(Ed).
1996. Chemistry and Technology of Cosmetics and Toiletries
Industry. Ed ke-2. London: Blackie Academy and Profesional.Schuller
R, Romanowski P. 1999. Beginning Cosmetic Chemistry. London:
Allured Publishing Corporation Suryani A, Sailah I, Hambali E.
2000. Teknologi Emulsi. Bogor: Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Wahyuana. 2008. Pasar Industri Kosmetika dan Toiletries di
Indonesia. Dalam wahyublocknote.blogspot.com [11 Agustus 2008].
Wasitaatmadja SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetika Medik. Jakarta:
UI Pres
LAMPIRAN
Proses maserasi duan bayam merah
Proses penyaringan hasil maserasi daun bayam merah
Lotion dari Ekstrak Daun Bayam Merah