Page 1
Home
First page
Games
Games category
General
General cateogry
Health
Health category
Sport
Sport category
Uncategorized
Empty category
ABRARBelajar Menulis
Laporan entomologi dan fitopatologiPosted by abrar meli on 20:36 | No comments
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dimata dunia, Indonesia dikenal sebagai Negara agraris yang berarti sebagian besar mata
pencaharian dari sekitar ±260 Juta jiwa penduduk Indonesia adalah bertani. Namun dalam tiap
kegiatan bertani, seringkali berhadapan dengan berbagai kendala, diantaranya adalah gangguan
Hama. Hama adalah organisme yang menyerang tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman menjadi terganggu, yang berdampak turunnya kualitas dan kuantitas
serta kerugian ekonomis bagi manusia.
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda
(dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam"). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan
kecuali di lautan Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Hama terdapat dalam
berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Setiap serangga mengalami proses perubahan
bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap
bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian
kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo
serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya (Anonim, 2009).
Search Our Site
Search
Bookmark Us
Follow Us
Subscribe via Email
Follow my tweets
Popular Posts
Laporan lengkap biologi
Laporan SEMENTARA ddpt Pengenalan
Ordo-ordo Serangga
Laporan praktek lapang DDA (tanaman
sawi)
Laporan entomologi dan fitopatologi
Laporan SEMENTARA Pengenalan Hama
Penting pada Tanaman Utama
Recent Posts
Text Widget
Hehehe.... -Abrar-
Blog Archive
Pages
Subscribe via RSS
Keterangan :
1. Caput
2. Antena
3. Toraks
4. Sayap depan
5. Tungkai depan
6. Mata majemuk
7. T. tengah
8. T. belakang
9. Sayap belakang
10. Abdomen
Keterangan :
1. Antena
2. Oksiput
3. Mata Majemuk
4. Gena
5. Sulkus subsungut
6. Labrum
7. Mandibel
8. Klipevs
9. Frons
10. Satura frontans
11. Lekuk tentorium anterior
1. Setaceus 2. Filifrom 3. Moniform
4. Serrate 5. Clevate
Keterangan :
1. Palpus labium
2. Mandibel
3. Palpus maksila
4. Labrum
5. Klipes
Keterangan :
1. Frons
2. Klipevs
3. Labrum
4. Maksila
5. Mandibel
6. Labium
7. Stilet Maksila
Keterangan :
1. Protoraks
2. Mesotoraks
3. Metatoraks
4. Tungkai depan
5. Sayap depan
6. T. tengah
7. Sayap belakang
8. T. belakang
9. Spirakel
Keterangan :
1. Membran sel
2. Sternum
3. Spirakel
4. Ovipositor
5. Tergum
Keterangan :
1. Koksa
2. Trokhanter
3. Femur
4. Tibia
5. Tarsus
Keterangan :
1. Mulut
2. Faring
3. Esofagus
4. Tembolok
5. Proventrikulus
6. Saluran buntu
7. Pilorus
8. Tabung Malpighi
9. Usus rektum
10. Ileum
11. Colon
12. Anus
Keterangan : 1. Spirakel 6. Percabangan trakea
2. Dinding Tubuh 7. trakheole
3. Sel-sel epithelial 8. Jaringan tubuh
4. Intima
5. Trakea
Keterangan :
1. Filamen terminal
2. Ovarial
3. Ovum
4. Spermatika
5. Kelenjar asesoris
6. Vagina
7. Saluran telur utama
8. Saluran telur latera
9. Saluran spermatika
10. Ovari
Keterangan :
1. Vaseterevs
2. Vasdeferens
3. Vesikula senivalis
4. Tabung ejakulasi
5. Kelenjar asesori
6. Tabung sperma
7. Testis
8. Membran pentoral
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
1 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 2
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum Entomologi mengenai Anatomi Luar dan Anatomi
Dalam Serangga adalah untuk mengetahui dan mempelajari anatomi luar dan dalam serangga.
Serta kegunaannya itu sendiri adalah agar mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian tubuh
(Morfologi) dari luar sampai pada bagian dalamnya (Anatomi) pada serangga.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika Belalang (Valanga nigricornis)
Sistematika Belalang (Valanga niricornis) termasuk dalam Kingdom: Animalia, Filum:
Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo: Orthoptera, Famili: Acridae, Genus: Valanga, Spesies :
Valanga niricornis (Jumar, 2000).
2.2 Morfologi Belalang (Valanga nigricornis)
Secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (caput) yang terdapat antena,
dada (Toraks) terdapat enam kaki den sayap dan perut (Abdomen) beruas. Caput meliputi antena
dan mata majemuk, pada Toraks meliputi protoraks dan mesotoraks. Tipe alat mulut pada
belalang merupakan bagian yang beruas-ruas yang terdiri dari tergum atau strenum, yang mana
setiap strenum terdapat sigma, serta terdapat pula ovipositor yang berfungsi sebagai alat
peletakkan telur (Jumar, 2000).
2.3 Tipe-Tipe Antena Serangga
Serangga mempunyai sepasang antena yang terletak pada kepala dan biasanya tampak
seperti ‘benang’ memanjang. Antena merupakan organ penerima rangsangan, seperti bau, rasa,
raba dan panas. Pada dasarnya, serangga terdiri atas tiga ruas (Jumar, 1995).
Ruas dasar dinamakan scape, scape ini masuk kedalam daerah yang menyelaput
(membraneus) pada kepala. Ruas kedua dinamakan pedisel dan ruas berikutnya secara
Beranda
Tayangan laman minggu lalu
Diberdayakan oleh Blogger.
Beranda
Translate
Powered by Translate
Daftar tulisan
▼ 2013 (26)
▼ Juni (23)
Jun 17 (23)
► Mei (3)
My self
abrar meli
5
Lihat profil lengkapku
0
Blogger templates
Copyright © 2014 AbrarPowered by Blogger
Design by SimpleWpThemesBlogger Theme by NewBloggerThemes.com
1 6 4 3
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
2 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 3
keseluruhan dinamakan flagela (tunggal/flagellum) (Jumar, 1995).
Antena seranggga bervariasi, baik dalam bentuk maupun ukuran dan ini penting untuk
diidentifikasi. Antena serangga bervariasi yaitu Setaceus (antena ini terdapat pada serangga
capung jarum dan peloncat daun), Filifrom (antena ini terdapat pada serangga kumbang tanah),
Moniliform (antena ini terdapat pada serangga kumbang keriput kayu), Serrate (antena ini
terdapat pada serangga kumbang lompat balik), Pektinat (antena ini terdapat pada serangga
kumbang warna api), Bentuk Gada (ruas-ruas meningkat garis tengahnya kearah distal atau
semakin ke ujung semakin besar. Bentuk gada ini dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
Clavate, Kapitate, Lamelate dan Flabelate), Genikulate (antena ini terdapat pada serangga semut
dan kumbang rusa), Plumosa (antena ini terdapat pada serangga nyamuk jantan), Aristate (antena
ini terdapat pada serangga lalat rumah) dan Stilate (antena ini terdapat pada serangga lalat
penyelinap) (Jumar, 1995).
2.4 Tipe-Tipe Alat Mulut Serangga
Pada dasarnya jenis alat mulut serangga menentukan jenis makanan dan dampak kerusakan
yang ditimbulkan. Alat mulut pada serangga dapat digolongkan menjadi menggigit-mengunyah,
menusuk-mengisap, mengisap dan menjilat-mengisap (Borror, dkk., 1992).
Bagian-bagian alat mulut serangga secara umum terdiri atas labrum atau bibir atas adalah
gelambir yang lebar yang terletak di bawah pada sisi anterior kepala di depan bagian-bagian alat
mulut lainnya, labrum dapat digerakkan dan digunakan untuk membantu memegang dan
memasukkan makanan kedalaman rahang. Labrum terdapat pada daerah yang membengkak yang
dinamakan epifaring. Sepasang mandible adalah rahang yang jumlahnya sepasang, sangat
bersklerotisasi dan tidak beruas. Mandibel terletak tepat dibelakang labrum, pangkal mandibel
berbentuk segitiga dan secara bertahap memipih kea rah luar, pada bidang untuk menggigit ada
daerah insisor (gigi seri) pada daerah molar (geraham). Maksila adalah struktur yang
berpasangan dan terletak di belakang mandible dan digunakan untuk memegang dan mengunyah
makanan, maksila terdiri dari beberapa bagian yaitu kardo (pangkal maksila yang berbentuk
segitiga, tempat maksila melekat pada kepala), stipes (adalah ruas kedua), palpifer (adalah
gelambir stipes tempat timbulnya palpus), lasinia (struktur yang memanjang seperti geraham dan
galea (struktur seperti gelambir) adalah dua julur yang keluar pada ujung stipes) dan palpus
maksila adalah bagian yang berfungsi sebagai organ perangsang. Labium terletak pada bagian
belakang alat mulut dan membentuk bibir bawah. Labium terbentuk dari sepasang embelan yang
bersatu. Labium terdiri dari bagian-bagian yaitu submentum, mentum dan ligula
(Borror, dkk., 1992).
2.5 Morfologi Toraks Serangga
Pada dasarnya toraks terdiri atas tiga ruas (segmen) yaitu protoraks, mesotoraks dan
metatoraks. Bagian-bagian dari pro, meso dan metatoraks biasanya diberi nama dengan
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
3 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 4
menambahkan awal pro, meso dan meta. Misalnya Notum dari bagian protoraks disebut
pronotum, sternum dari mesotoraks disebut mesosternum, epimeron dari metatoraks disebut
metepimeron dan sebagainya (Jumar, 1995).
Pronotum dari beberapa jenis serangga kadang-kadang mengalami modifikasi. Modifikasi
beberapa pronotum pada Belalang (Valanga nigricornis) membesar dan menutupi hampir semua
bagian protoraks dan sebagian mesotoraks. Seperti telah dijelaskan, persatuan antara meso- dan
metatoraks membentuk bagian tubuh yang kokoh dan secara keseluruhan disebut pterotoraks.
Pleurit masing-masing ruas terbagi menjadi dua bagian yaitu epistemum dan epimeron. Pada
setiap sisi meso- dan metatoraks terdapat sebuah spirakel (lubang napas). Spirakel
mesotoraks terletak pada membran dan antara pro- dan mesotoraks. Spirakel metatoraks terletak
diantara meso- dan metatoraks di atas tungkai kedua, sedangkan spirakel protoraks tidak ada
(Djafaruddin, 1996).
2.6 Morfologi Abdomen Serangga
Pada umumnya abdomen pada serangga primitif tersusun atas 11-12 ruas yang dihubungkan
oleh bagian seperti selaput (membran). Jumlah ruas untuk tiap spesies tidak sama. Pada serangga
primitif (belum mengalami evolusi) ruas abdomen berjumlah 12. Sebagian besar ruas abdomen
tampak jelas terbagi menjadi tergum (bagian atas) dan sternum (bagian bawah), sedangkan
pleuron (bagian tengah) tidak tampak, sebab sebagian bersatu dengan tergum. Perbedaan kelamin
jantan dan kelamin betina terlihat jelas pada abdomen (Djafaruddin, 1996).
Pada abdomen serangga betina terdapat 10 ruas tergum dan 8 ruas sternum, sedangkan pada
serangga jantan terdapat 10 ruas tergum dan 9 ruas sternum. Ruas ke-11 abdomen pada belalang
betina tinggal berupa pelat dorsal berbentuk segitiga yang dinamakan epiprok dan sepasang pelat
lateroventral yang dinamakan paraprok. Di antara ujung-ujung epiprok dan paraprok terdapat
lubang anus. Pada serangga betina embelan-embelan termodifikasi pada ruas abdomen kedelapan
dan kesembilan membentuk ovipositor (alat peletakan telur) dimana terdiri atas dua pasang katup
yang dinamakan valvifer dan selanjutnya menyandang valvulae (sepasangan pada ruas kedelapan
dan dua pasang pada ruas kesembilan). Alat kopulasi pada serangga jantan biasanya terdapat
pada ruas abdomen kesembilan (Djafaruddin, 1996).
2.7 Tipe-Tipe Tungkai Serangga
Tungkai atau kaki merupakan salah satu embelan pada toraks serangga selain sayap.
Serangga dewasa dan beberapa serangga muda (pradewasa) memiliki tungkai pada bagian
toraksnya. Akan tetapi, terdapat serangga muda yang apodous (tidak bertungkai) seperti larva
lalat (sering disebut tempayak). Sesungguhnya tungkai serangga banyak mengalami modifikasi
dari bentuk yang umum dengan fungsi sebagai pejalan (Anonim, 1992).
Ada beberapa tipe tungkai beserta fungsinya pada serangga yaitu tipe pertama cursorial
adalah tungkai yang digunakan untuk berjalan dan berlari, misalnya kecoa (Periplaneta sp) dan
kumbang. Tipe kedua fossorial digunakan untuk menggali ditandai dengan adanya kuku depan
yang keras sekali, misalnya tungkai depan orong-orong (Gryllotalpa africana). Tipe ketiga
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
4 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 5
saltatorial berfungsi untuk meloncat yang ditandai dengan pembesaran femur tungakai belakang,
misalnya belalang (Valanga nigricornis) dan jangkrik (Gryllus sp). Tipe keempat raptorial yang
berfungsi untuk menangkap dan mencengkeram mangsa ditandai dengan pembesaran femur
tungkai depan, misalnya kaki depan belalang sembah (Stagmomantis sp). Tipe kelima natatorial
yang berfungsi untuk berenang yang ditandai dengan bentuk yang pipi serta adanya sekelompok
“rambut-rambut renang” yang panjang, misalnya pada kumbang Dytiscidae dan kepinding kapal
(famili Corixidae). Tungkai keenam ambolatorial yang berfungsi untuk berjalan ditibia dengan
femur dan tibia yang lebih panjang dari bagian tungkai lainnya. Tungkai ini merupakan bentuk
umum tungkai serangga (Anonim, 1992).
2.8 Sistem Pencernaan Serangga
Saluran pencernaan serangga memiliki bentuk seperti tabung, yang mungkin lurus atau
berkelok, memanjang dari mulut sampai anus. Saluran makanan ini terdiri atas tiga bagian, yang
pertama stomodeum atau foregut, yaitu saluran pencernaan depan yang terdiri atas faring yang
terletak di belakang mulut, esofagus yang berbentuk tabung, corp (tembolok) yang merupakan
bagian membesar yang berfungsi untuk menyimpan makanan yang telah ditelan serangga, serta
proventrikulus berfungsi untuk mengatur dan mengontrol masuknya makanan dari saluran depan.
Pada serangga pengisap terdapat semacam katup yang berfungsi untuk mencegah cairan mengalir
dari belakang ke depan. Yang kedua Mesenteron, yang terletak pada bagian tengah (mesenteron
atau ventrikulus) berasal dari jaringan endodermal, karena itu pada saluran ini tidak dijumpai
intima. Intima ini digantikan fungsinya oleh selaput peritrofik yang fungsinya sebagai pelindung
dari sel epithelium atau disebut juga sel kolumnar (karena bentuknya silinder) yang berfungsi
menyerap makanan dan mengeluarkan enzim (sebagai sekresi). Saluran bagian tengah ini
berbentuk tabung, di bagian depan dari ventrikulus. Caeca (caecum) yang merupakan hasil
modifikasi (mesenteron lekukan) berupa tonjolan berbentuk kantung yang berfungsi memperluas
besar permukaan. Mesenteron ini merupakan tempat utama pencernaan dan penyerapan dalam
saluran pencernaan. Yang ketiga Proktodeum, yang berasal dari jaringan ektoderm dan dilapisi
sebelah dalamnya oleh satu lapisan tipis kutikula (dinamakan intima), tetapi pada bagian depan
bersifat lebih permeabel. Dinding ini diperlukan untuk mengisap air dan mineral-mineral.
Prokdeum biasanya dibedakan paling tidak menjadi dua daerah yaitu usus bagian depan (anterior
intestine) dan poros usus bagian belakang (rektum) (Harahap, 1992).
2.9 Sistem Pernapasan
Pernapasan (pertukaran gas) pada serangga terutama dengan sistem trakhea. Trakhea
berbentuk seperti tabung berwarna putih keperakan dengan cabang yang banyak. Trakhea
berhubungan langsung dengan udara luar melalui lubang sempit yang disebut spirakel atau stigma
yang biasanya terdapat pada sepanjang bagian sisi thorax dan abdomen. Pada kebanyakan
serangga terdapat dua pasang spirakel pada thoraks dan delapan pasang spirakel pada abdomen.
Makin maju tingkat evolusi serangga, makin sedikit jumlah spirakelnya. Tipe sistem trakhea ini
ada dua macam, yakni sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka menggunakan satu
sampai beberapa spirakel, sedangkan sistem pernapasan tertutup tidak dijumpai adanya spirakel,
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
5 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 6
sehingga pertukaran udara langsung melalui kutikula. Sistem pernapasan terbuka terdapat pada
hampir semua spesies serangga (Anonim, 1992).
2.10 Sistem Sirkulasi
Serangga mempunyai pembuluh darah dorsal (dorsal vessel) yang terdapat di sepanjang
badan bagian dorsal kemudian terbuka di daerah kepala. Pada tabung inilah terjadi pengaturan
peredaran darah. Tabung dorsal terdiri dari aorta pada bagian anterior dan jantung pada bagian
posterior. Aorta akan bermuara di otak. Pada jantung biasanya dijumpai adanya ostia yaitu
sejumlah lubang berkatup yang berada di bagian sampingm (Anonim, 1992).
2.11 Sistem Saraf
Suatu sel saraf mempunyai kekhususan sebagai sel yang dapat menghantar rangsangan dan
juga sebagai sel yang dapat mengadakan perpaduan stimulus yang dating dari luar maupun dari
dalam tubuh. Sel saraf terdiri atas tubuh sel dan akson yang panjang. Sel saraf berkumpul dan
akhirnya membentuk jaringan saraf. Jaringan saraf serangga dapat dibagi menjadi jaringan saraf
pusat (central nervous system) dan jaringan saraf dalam (stomatodeal nervous system) (Anonim,
1992).
2.12 Sistem Reproduksi Serangga
Serangga adalah binatang dioecious, yang berarti hanya satu jenis kelamin pada satu
individu. Serangga betina memiliki sepasang indung telur (ovary). Tiap ovari terdiri atas sejumlah
ovariolyang berbentuk seperti tabung dan di dalamnya terdapat sejumlah ovom (telur). Bagian
ujung ovariol disebut filamin terminal. Ovariol bermuara pada saluran telur lateral. Sepasang
saluran telur lateral bersatu menjadi saluran telur utama yang selanjutnya bermuara pada vagina.
Sistem reproduksi betina biasanya memiliki satu atau beberapa kelenjar pelengkap yang terletak
di dekat pertemuan saluran telur dan vagina (Anonim, 1992).
Pada serangga jantan terdapat sepasang testes yang terletak di ujung sistem reproduksi. Tiap
testis terdiri atas sejumlah tabung sperma dan folikel testikel. Tiap folikel memiliki vas eferens
pada bagian pangkalnya yang menghubungkan dengan vas deferens. Selanjutnya vas deferens
menuju saluran ejakulasi (ejaculatory duct) (Anonim, 1992).
Sistem reproduksi serangga jantan juga memiliki kelenjar pelengkap yang terletak di dekat
pertemuan komponen lateral. Saluran ejakulasi ini bermuara pada gonopore (lubang penis)
(Anonim, 1992).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Entomologi mengenai Anatomi Luar dan Dalam Serangga di laksanakan hari
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
6 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 7
Sabtu, 07 Mei 2011, yang bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit (HPT), Fakultas
Pertanian, Universitas Tadulako.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktek Entomologi mengenai Anatomi Luar dan Dalam
Serangga adalah cutter/silet, papan bedah, jarum pentul, pingset, toples plastik dan alat tulis
menulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktek yaitu alkohol 70%, Belalang (Valanga
nigricornis), larva kumbang kelapa (Leptocarica acuta), kumbang kelapa (Leptocarica
acuta), kepik hijau (Nezara viridulla) dan ulat penggulung daun pisang.
3.3 Cara Kerja
Dalam praktek kali ini bahan yang digunakan hanya belalang kayu. Pertama-tama kami
menyiapkan toples plastik, kemudian belalang kayu dimasukkan ke dalam toples tersebut yang
berisi alkohol dan tutup toplesnya, sampai belalang nya mati. Setelah itu, belalang yang sudah
mati di ambil dan diletakkan di atas papan bedah, kemudian digambar morfologinya.
Setelah digambar morfologinya, maka belalang tersebut dibalikkan badannya untuk dibelah
perutnya, untuk melihat sistem pencernaannya, sistem pernapasan, sistem sirkulasi dan sistem
reproduksi. Setelah dibelah, maka digambarlah keempat sistem yang ada pada serangga terutama
pada Belalang (Valanga nigricornis)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Anatomi Luar Serangga
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
7 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 8
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh hasil morfologi anatomi luar pada
serangga sebagai berikut :
Gambar 1. Morfologi Belalang (Valanga nigricornis)
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
8 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 9
Gambar 2. Morfologi Caput Belalang (Valanga nigricornis) dari Depan.
Gambar 3. Morfologi Tipe-tipe Antena Serangga.
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
9 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 10
Timbang komponen media dengan menggunakan timbangan analitis untuk volume
yang diinginkan sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan pertama kupaqs kentang
daru kulitnya lalu cuci dengn bersih. Potong kentang bentuk dadu yang berukuran kecil
dan timbang sebnyak 50 g. Lalu rebus kentang kurang lebih selama 30 menit atau sampai
kentang lembek kemudian hancurkan kentang didalam tempat perebusan. Air hasil
perebusan disaring kemudian ukur sebanyak 250 ml tambahkan 20 g gula dan 20 g bubuk
agar-agar, aduk hingga merata dan gula terlarut sepenuhnya. Masukan kedalam elemeyer
kemudian mulut elemeyer tutup dengan almonium foil dan masukan kedalam autoklaw
selama 3 jam (Ekmon, 2008).
2.2. Teknik Isolasi Patogen
Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan dari
teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya
ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Macam-macam preparsi bergantung
kepada bentuk sampel. Selanjutnya dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel
yang memiliki permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada
benda tersebut. Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll. Caranya dengan
mengusapkan cotton bud memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud
kontak dengan permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan
terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan semisal pepton water. Rinse dilakukan untuk
melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada permukaan substrat yang luas tapi relatif
berukuran kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse merupakan prosedur kerja dengan
mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan perbandingan 1 : 9. Contohnya sampel
daun diambil dan ditimbang 5 g kemudian dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat
dalam beaker glass. Maseration dilakuakn pada sampel yang berbentuk padat dapat
ditumbuk dengan mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di
dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya antar alain
bakso, biji, buah dll. Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama
adalah 1 : 9. Unutk sampel dari tanh tak perlu dimaserasi (Ekmon, 2008).
Setelah sampel diambil kemudian dilakukan pengenceran, ujuan dari pengenceran
bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam
cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada
perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan
pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10
sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya. Kemudian tumbuhkan kemedia
perbanyakan sampai mendapatkan biakan murni (Ekmon, 2008).
2.3. Teknik Perbanyakan Beauveria bassiana
Perbanyakan massal jamur sejatinya bisa dilakukan oleh petani dengan peralatan dan
bahan-bahan yang sederhana. Isolat jamur cukup ditularkan (diinokulasikan) ke dalam
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
20 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 11
media beras maupun jagung yang telah disiapkan dan kemudian disimpan
(diinkubasi) di dalam suatu tempat dengan temperatur suhu ruang. Selang beberapa
hari jamur akan tumbuh dengan hifa yang berwarna putih. Apabila seluruh media
telah ditutupi oleh jamur, maka jamur tersebuttelah siap diaplikasikan.
Aplikasinya juga cukup mudah, hamper sama dengan penggunaanpe s t i s i d a
k i mi a y a n g s e r i ng d i g u na ka n pe t a n i . B i a k a n j a mur y a ng t e l a h s i a p
p a k a i t a d i dilarutkan ke dalam air kemudian disaring terlebih dahulu agar sisa media
tidak menyumbatselang pompa. Setelah itu suspensi dimasukkan ke dalam knapsack
sprayer untuk kemudiandisemprotkan ke tanaman budidaya (Roni, 2009).
Untuk melakukan perbanyakan terlebih dahulu rendam beras, berasan jagung atau
campurandari keduanya dan atau dedak (bekatul) dengan air selama kurang lebih sehari.
Buang air yang tersisa kemudian masukkan ke dalam plastik tahan panas sebanyak kurang
lebih 100g kemudian tutup rapat dengan melipat ujungnya hingga seperempat bagian.
Anda dapatmenggunakan stapler untuk menutup ujung plastik tersebut. Setelah selesai,
kukus berastersebut di dalam panci atau dandang selama kurang lebih 45 menit. Tujuan
mengukus adalahsterilisasi media agar tidak ditumbuhi oleh organisme lain (kontaminasi).
Setelah selesei,tiriskan dan dinginkan media (Roni, 2009).
Jika media telah dingin, ambil sedikit isolat murni B. bassiana dengan jarum
inokulasi danletakkan di atas media beras steril tadi untuk inokulasi. Lakukan semua tahap
penanaman(inokulasi) di dalam kotak inokulasi dengan bunsen atau di tempat yang
terjamin (steril)sehingga tidak terjadi kontaminasi. Pada tiap-tiap langkah setelah
inokulasi tutup kembaliplastik tersebut seperti semula. Simpan biakan jamur pada tempat
yang bersih dengan suhu ruang, jika proses inokulasiberhasil jamur akan tumbuh di atas
media sehingga media akan berwarna putih susu. Masapenumbuhan ini bisa berlangsung
hingga 15 hari setelah inokulasi, namun kondisi tersebuttergantung jumlah spora yang
diinokulasikan (Roni, 2009).
2.4. Teknik perbanyakan Trikoderma sp.
Campurkan media (sekam dan bekatul) dengan perbandingan 1:3 dalam bak plastik.
Berikan air kedalam media tersebut kemudian aduk sampai rata. Tambahkan air sampai
kelembaban media mencapai 70 % (dapat di cek dengan meremas media tersebut, tidak
ada air yang menetes namun media menggumpal) Masukkan media kedalam kantong
plastik. Kemudian siapkan dandang sabluk untuk menyeteril media. Isi dandang sabluk
dengan air sebanyak 1/3 volume dandang. Masukkan media kedalam dandang sabluk lalu
sterilkan media dengan menggunakan dandang sabluk selama 1 (satu) jam set elah air
mendidih. Sterilisasi diulang 2 (dua) kali, setelah media dingin sterilkan kembali media
selama 1 jam. Sterilisasi bertingkat ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang
masih dapat bertahan pada proses sterilisasi pertama (Anonim, 2009).
Tiriskan media di dalam ruangan yang lantainya telah beralas plastik. Sebelum
digunakan semprot alas plastik menggunakan Alkohol 96%. Ratakan permukaan media
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
21 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 12
dengan ketebalan 1-5 cm. Semprot media dengan suspensi jamur Trichoderma (isolat jamur
Trichoderma yang telah dilarutkan kedalam air, 1 (satu) isolat dilarutkan dengan 500 ml
air)). Tutup dengan plastik lalu inkubasikan selama 7 (tujuh) hari. Ruangan inkubasi
diusahakan minim cahaya, dengan suhu ruangan berkisar 25-27 derajat celcius. Amati
pertumbuhan jamur Trichoderma, jamur sudah dapat dipanen setelah seluruh permukaan
media telah ditumbuhi jamur Trichoderma, (koloni jamur berwarna hijau) (Anonim, 2009).
2.5. Bueveria bassiana
Berdasarkan ilmu taksonomi cendawan Beauvaria bassiana termasuk kingdom Fungi,
filum Ascomycota, kelas Sordariomycetes, orde Hypocreales, famili Clavicipitaceae, genus
Beauvaria, dan Spesies: B. Bassiana (Anonim, 2008).
Secara alami cendawan ini terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit.
Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti
kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanya pestisida
sintetis, dan waktu aplikasi. Secara umum, suhu di atas 30 °C, kelembapan tanah yang
berkurang dan adanya antifungal atau pestisida dapat menghambat pertumbuhannya.Cara
cendawan Beauvaria bassiana menginfeksi tubuh serangga dimulai dengan kontak inang,
masuk ke dalam tubuh inang, reproduksi di dalam satu atau lebih jaringan inang,
kemudian kontak dan menginfeksi inang baru (Anonim, 2008).
Cendawan ini masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan,
spirakel dan lubang lainnya. Inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang
akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk
menembus kulit tubuh. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan
mengeluarkan enzim atau toksin. Pada proses selanjutnya, jamur akan bereproduksi di
dalam tubuh inang. Jamur akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh
jaringan tubuh, sehingga serangga mati. Miselia jamur menembus ke luar tubuh inang,
tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia. Dalam hitungan hari, serangga
akan mati. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras
seperti mumi dan jamur menutupi tubuh inang dengan warna putih (Anonim,
2008).
Dalam infeksinya, B. bassiana akan terlihat keluar dari tubuh serangga terinfeksi
mula-mula dari bagian alat tambahan (apendages) seperti antara segmen-segmen antena,
antara segmen kepala dengan toraks , antara segmen toraks dengan abdomen dan antara
segmen abdomen dengan cauda (ekor). Setelah beberapa hari kemudian seluruh
permukaan tubuh serangga yang terinfeksi akan ditutupi oleh massa jamur yang berwarna
putih. Penetrasi jamur entomopatogen sering terjadi pada membran antara kapsul kepala
dengan toraks atau di antara segmen-segmen apendages demikian pula miselium jamur
keluar pertama kali pada bagian-bagian tersebut (Anonim, 2008).
Serangga yang telah terinfeksi B.bassiana selanjutnya akan mengkontaminasi
lingkungan, baik dengan cara mengeluarkan spora menembus kutikula keluar tubuh inang,
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
22 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 13
maupun melalui fesesnya yang terkontaminasi. Serangga sehat kemudian akan terinfeksi.
Jalur ini dinamakan transmisi horizontal patogen (inter/intra generasi). (Anonim, 2008).
2.6. Trikoderma sp.
Berdasar ilmu taksonomi Trichoderma sp tergolong dalam Kerajaan Fungi, Divisi
Ascomycota, Upadivisi Pezizomycotina, Kelas Sordariomycetes, Ordo Hypocreales,
Famili: Hypocreaceae dan Genus: Trichoderma (Sarwono, 2010).
Trichoderma sp yang telah dikembang bikan koloninya bergantung pada media
tempat bertumbuh. Pada media yang nutrisinya terbatas, koloni tampak transparan,
sedangkan pada media yang nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih.
Konidia dapat terbentuk dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih
(Sarwono, 2010).
Kebanyakan strain Trichoderma tidak memiliki tahap seksual melainkan hanya
menghasilkan spora aseksual.. Namun, untuk beberapa strain tahap seksual diketahui,
tetapi tidak di antara strain yang biasanya dipertimbangkan untuk tujuan biokontrol..
Tahap seksual, ketika ditemukan, berada dalam Ascomycetes di Hypocrea genus. taksonomi
tradisional didasarkan pada perbedaan dalam morfologi, terutama dari aparat sporulasi
aseksual, tapi pendekatan lebih molekul sekarang digunakan. Akibatnya, taksa baru-baru
ini telah pergi dari sembilan untuk setidaknya tiga puluh tiga spesies (Sarwono, 2010).
inti sel banyak, dengan beberapa sel vegetatif memiliki lebih dari 100. Berbagai faktor
genetik aseksual, seperti parasexual rekombinasi, mutasi dan proses lainnya yang
berkontribusi terhadap variasi antara inti dalam organisme tunggal (talus). Dengan
demikian, jamur sangat mudah beradaptasi dan berkembang dengan cepat. Ada
keragaman besar dalam genotipe dan fenotipe strain liar. Siklus hidup organisme ini
tumbuh dan ramifies sebagai hifa jamur khas, 5 sampai 10 pM dengan diameter. sporulasi
aseksual terjadi sebagai bersel tunggal, biasanya hijau, konidia (biasanya 3 sampai 5 pM
diameter) yang dilepaskan dalam jumlah besar (Sarwono, 2010).
III. METODOLOGI PRAKTEK
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
23 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 14
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Entomologi dan Fitopatologi mengenai Fitopatologi Tumbuhan yang
dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako, Palu.Pada hari Sabtu, tanggal 28 Mei 2011, pukul 09.00-17.00 WITA.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Entomologi dan Fitopatologi tentang
fitopatologi tumnbuhan yaitu cawan petri, lampu bunsen, inkubator, tabung reaksi, pinset,
kompor, hand spayer, panci, corong, botol pipih, Loyang, jarum ose dan alat tulis menulis
dan lembar kerja untuk menggambar.
Bahan yang digunakan pada praktikum Entomologi dan Fitopatologi fitopatologi
tumnbuhan yaitu kentang 200 g, gula 20 g, agar-agar bubuk 20 g, aquades 100 ml,
amoxilin, spriptus, dan kertas saring.
3.3. Cara Kerja
Pertama kita harus menyiapkan media PDA timbang kentang yang telah dikupas
dipotong bentuk dadu, dantelah dicuci sebanyak 200 g. Timbang agar-agar bubuk sebanyak
20 g dan gula 20 g. siapkan belanga isi air dan kompor yang telah dinyalakan. Sebelum
melakukan isolasi, sterilkan terlebih dahulu inkubator dan cawan petri yang akan
digunakan dengan menggunakan spriptus dengan menggunakan alat penyeprot berupa
hand spayer kemudian lap dengan menggunakan tisuee hingga bersih. Setelah itu rebus
kentang sebanyak 200g dengan air sampai kentang benar-benar matang yang ditandai
kentang mudah dihancurkan. Hancur hancurkan kentang kemudian diangkat lalu disaring
untuk mengambil air ekstraknya dan dimasukkan dan ukur sebanyak 1000 ml. air ekstrak
kentang tadi yang telah disaring kemudian direbus kembali dan dicampurkan dengan
agar-agar bubuk dan gula masing-masing sebanyak 20 g, aduk hingga mendidih. Setelah
mendidih kemudian dimasukkan kembali kedalam beker glass untuk didinginkan.
Kemudian ambil botol ppih yang sudah dipanaskan didalam oven dan masukkan media
PDA yang telah dibuat tadi lalu disaring kedalam botol pipih. Setelah itu siapkan plastik
dengan ukuran sedang untuk menutup botol pipih dan dililit dengan karet agar media PDA
tetap stril kemudian masukkan botol pipih yang telah berisi media PDA
Setelah melakukan penyiapan media selanjutnya kita siap melakukan inokulasi
bakteri. Ambil biakan murni cendawan Beuveria bassiana lalu tambahkan sedikit aquade.
Gunakan jarum ose untuk menggosok-gosok cawan yang terdapat cendawan Beuveria
bassiana hingga hifanya terlihat terlepas. Kemudian masukan kertas sarung yang telah
dibentuk menjadi budaran bundaran kecil. Setelah itu mambil kertas saring dengan jarum
ose dan pindahkan kemedia PDA yang telah kita siapkan. Lakukan hal yang sama untuk
jamur Trikoderma sp.
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
24 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Foto Pembuatan Media PDA
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Laboratorium dapat diketahui hasil
sebagai berikut :
Gambar 14. Pembuatan Media PDA
Foto Perbanyakan Jamur Beauveria bassiana dan Tricoderma sp
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Laboratorium dapat diketahui hasil
sebagai berikut :
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
25 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 16
Gambar 15. Perbanyakan Jamur Beauveria bassiana
Gambar 16. Perbanyakan Jamur Tricoderma sp
Pengamatan Cendawan Beauveria bassiana
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dilabolatorium selama 5 hari
penelitian, maka dapat diketahui hasilnya sebagai berikut:
Table 1. pengamata fisiologis terhadap koloni Cendawan Beauveria bassiana
Cawan Hari
1 2 3 4 5
1 - -
Tumbuh hifaberwarna
hitam,hijaudan putih.
Tumbuh hifaberwarna
putih,hitam, danhijau serta
mikroorganismelain.
Trikoderma danaspergilus yg
berwarna hijaudan hitam
mendominasididalam cawan
2
- - Tumbuh hifaberwarna
hitam,hijaudan putih
Tumbuh hifaberwarna
putih,hitam, danhijau serta
mikroorganismelain.
Yang lebih
mendominasi dalam
cawan adalah
trikoderma
sedangkan
beauverianya
tertutup
3
- -Tumbuh hifa
berwarnahitam,hijaudan putih
Tumbuh hifaberwarna putihhijau dan hitam
sertamikroorganisme
berwarnakekuningan
Didominasi dengan
trikoderma dan
munculnya
aspergilus
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
26 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 17
4
- - Tumbuh hifaberwarna
hitam,hijaudan putih
Tumbuh hifaberwarna putih,
hijau danmikroorganisme
berwarnakekuningan.
Tumbuhnya
aspergilus dalam
cawan sehingga
beauveria
terhambat
pertumbuhannya.
5
- - Tumbuh hifaberwarna
hitam,hijaudan putih
Tumbuh hifaberwarna hijau
sertamikroorganismelain berwarna
kekuningan dankecoklatan.
Tumbuh trikoderma
disekitar area
pertumbuhannya
beauveria.
Tebel 2. Pengamatan Diameter Koloni Cendawan Beauveria bassiana
Cawan Hari1 2 3 4 5
12345
-----
-----
1,2 cm2,2 cm1,4 cm1,8 cm1,5 cm
TerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasi
TerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasi
4.1.4. Pengamatan Cendawan Trikoderma sp.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dilabolatorium selama 5 hari
penelitian, maka dapat diketahui hasilnya sebagai berikut:
Table 3. pengamata fisiologis terhadap koloni Cendawan Beauveria bassiana
Cawan Hari
1 2 3 4 5
1 - -
Tumbuh hifaberwarna
hitam,hijaudan putih.
Tumbuh hifaberwarna
putih,hitam, danhijau serta
mikroorganismelain.
2
- - Tumbuh hifaberwarna
hitam,hijaudan putih
Tumbuh hifaberwarna
putih,hitam, danhijau serta
mikroorganismelain.
3
- -Tumbuh hifa
berwarnahitam,hijaudan putih
Tumbuh hifaberwarna putihhijau dan hitam
sertamikroorganisme
berwarnakekuningan
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
27 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 18
4
- - Tumbuh hifaberwarna
hitam,hijaudan putih
Tumbuh hifaberwarna putih,
hijau danmikroorganisme
berwarnakekuningan.
5
- - Tumbuh hifaberwarna
hitam,hijaudan putih
Tumbuh hifaberwarna hijau
sertamikroorganismelain berwarna
kekuningan dankecoklatan.
Table 4. Pengamatan Diameter Koloni Cendawan Trikoderma sp.
Cawan Hari1 2 3 4 5
12345
-----
-----
4,3 cm4,3 cm4,4 cm4,2 cm4,2 cm
TerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasi
TerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasi
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum cara pembuatan media PDA yang kami lakukan, cara
pembuatannya sangat sederhana dimana bahan yang digunakan yaitu agar-agar warna
putih, amoxilin, tissue, aqua botol, alcohol, kentang, sukrosa, supritus, dan minyak tanah.
Alat-alatnya yaitu baskom, cutter, belanga, sendok, kompor, saringan, corong, botol fotka
dan cawan petri.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya sehinga mikroorganisme dapat tumbuh dengn baik (Ekmon, 2008).
Timbang komponen media dengan menggunakan timbangan analitis untuk volume
yang diinginkan sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan pertama kupaqs kentang
daru kulitnya lalu cuci dengn bersih. Potong kentang bentuk dadu yang berukuran kecil
dan timbang sebnyak 50 g. Lalu rebus kentang kurang lebih selama 30 menit atau sampai
kentang lembek kemudian hancurkan kentang didalam tempat perebusan. Air hasil
perebusan disaring kemudian ukur sebanyak 250 ml tambahkan 20 g gula dan 20 g bubuk
agar-agar, aduk hingga merata dan gula terlarut sepenuhnya. Masukan kedalam elemeyer
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
28 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 19
kemudian mulut elemeyer tutup dengan almonium foil dan masukan kedalam autoklaw
selama 3 jam (Ekmon, 2008).
Campurkan media (sekam dan bekatul) dengan perbandingan 1:3 dalam bak plastik.
Berikan air kedalam media tersebut kemudian aduk sampai rata. Tambahkan air sampai
kelembaban media mencapai 70 % (dapat di cek dengan meremas media tersebut, tidak
ada air yang menetes namun media menggumpal) Masukkan media kedalam kantong
plastik. Kemudian siapkan dandang sabluk untuk menyeteril media. Isi dandang sabluk
dengan air sebanyak 1/3 volume dandang. Masukkan media kedalam dandang sabluk lalu
sterilkan media dengan menggunakan dandang sabluk selama 1 (satu) jam set elah air
mendidih. Sterilisasi diulang 2 (dua) kali, setelah media dingin sterilkan kembali media
selama 1 jam. Sterilisasi bertingkat ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang
masih dapat bertahan pada proses sterilisasi pertama (Anonim, 2009).
Tiriskan media di dalam ruangan yang lantainya telah beralas plastik. Sebelum
digunakan semprot alas plastik menggunakan Alkohol 96%. Ratakan permukaan media
dengan ketebalan 1-5 cm. Semprot media dengan suspensi jamur Trichoderma (isolat jamur
Trichoderma yang telah dilarutkan kedalam air, 1 (satu) isolat dilarutkan dengan 500 ml
air)). Tutup dengan plastik lalu inkubasikan selama 7 (tujuh) hari. Ruangan inkubasi
diusahakan minim cahaya, dengan suhu ruangan berkisar 25-27 derajat celcius. Amati
pertumbuhan jamur Trichoderma, jamur sudah dapat dipanen setelah seluruh permukaan
media telah ditumbuhi jamur Trichoderma, (koloni jamur berwarna hijau) (Anonim, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium hama penyakit
tanaman terhadap isolasi perbanyakan jamur Beauveria bassiana. yang di lakukan selama 5
hari berturut-turut, dimana dalam perbanyakan Beauveria bassiana, kami menggunakan
cawan petri sebanyak 5 cawan. Diperoleh hasil bahwa pada hari pertama dan hari kedua
belum terlihat Beauveria bassiana yang tumbuh. Pada hari ketiga sudah mulai tumbuh
hifa, dimana diameternya pada cawan petri pertama yaitu 1,2 cm dan tumbuh hifa
berwarna hitam dan hijau, pada cawan kedua diameternya 2,2 cm, hitamdan hijau, cawan
ketiga yaitu 1,4 cm, cawan keempat yaitu 1,8 cm, dan yang terakhir pada cawan yang
kelima yaitu 1,5 cm. Pada hari keempat kami tidak melakukan pengukuran diameter pada
masing-masing cawan hal tersebut dikarenakan hifa pada masing-masing cawan telah
tumbuh memenuhi cawan selain itu terjadi kontaminasi pada perbanyakan Beauveria
bassiana yang kami lakukan dimana Beauveria yang tumbuh didomonasi oleh hifa
berwarna hijau, yang seharusnya sesuai dengan literature yang kami ketahui bahwa warna
Beauveria bassiana adalah berwarna putih.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium hama penyakit
tanaman terhadap isolasi perbanyakan jamur Beauveria bassiana. yang di lakukan selama 5
hari berturut-turut, dimana dalam perbanyakan Beauveria bassiana, kami menggunakan
cawan petri sebanyak 5 cawan. Pada hari ketiga mulai tumbuh hiva cendawan Beauveria
bassiana Cawan petri pertama tumbuh hifa berwarna hitam dan hijau, pada cawan kedua
tumbuh hifa berwarna putih, hitamdan hijau cawan ketiga tumbuh hifa berwarna putih,
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
29 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 20
hitam, dan hijau cawan keempat tumbuh hifa berwarna hitam, hijau dan putih,yang
terakhir pada cawan yang kelima tumbuh hifa berwarna putih, hitam dan hijau dan pada
hari berikutnya telah terjadi kontaminasi yang parah. Ini terjadi karena peralatan yang
dipakai erkontaminasi oleh spora cendawan lain.
Kemungkinan jamur Beauveria bassiana terkontaminasi jamur Trichoderma sp. Ini
dapat terlihat karena Trichoderma sp memiliki ciri-ciri sebagai berikut pada Trichoderma
yang dikultur, Morfologi koloninya bergantung pada media tempat bertumbuh. Pada
media yang nutrisinya terbatas, koloni tampak transparan, sedangkan pada media yang
nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih. Konidia dapat terbentuk dalam
satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Pada beberapa spesies dapat
diproduksi semacam bau seperti permen atau kacang (Anonim, 2011).
Beauveria bassiana termasuk dalam golongan pathogen serangga ordo Monililes,
famili Moniliaceae. Cendawan ini memiliki ciri-ciri cendawan berwarna putih, penyebaran
spora melalui air atau terbawa angina, Menginfeksi serangga melalui integument/jaringan
lunak. Selanjutnya hifa tumbuh dari konidia dan merusak jaringan, Cendawan tumbuh
keluar dari tubuh inang pada saat cendawan siap menghasilkan spora untuk disebarkan,
Apabilakeadaan tidak mendukung, perkembangan cendawan hanya berlangsng didalam
tubuh serangga tanpa keluar menembus integument. Tubuh serangga mati yang terinfeksi B
bassiana mengeras seperti mumi Serangga inang dari cendawan ini adalah berbagai jenis
wereng,penggerek batang padi, hama putih palsu, walang sangit, kepinding tanah, ulat
rayak, Aphis, Ulat daun (Anonim, 2007).
Beauveria bassiana masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit, saluran
pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Inokulum jamur yang menempel pada tubuh
serangga inang akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah,
kemudian masuk menembus kulit tubuh. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau
kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Pada proses selanjutnya, jamur akan
bereproduksi di dalam tubuh inang. Jamur akan berkembang dalam tubuh inang dan
menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga terjadibanyak kerusakan sel dalam tubuh
inang serangga mati. Miselia jamur menembus ke luar tubuh inang, tumbuh menutupi
tubuh inang dan memproduksi konidia. Dalam hitungan hari, serangga akan mati (Anonim,
2008).
Dalam infeksinya, B. bassiana akan terlihat keluar dari tubuh serangga terinfeksi
mula-mula dari bagian alat tambahan (apendages) seperti antara segmen-segmen antena,
antara segmen kepala dengan toraks , antara segmen toraks dengan abdomen dan antara
segmen abdomen dengan cauda (ekor). Setelah beberapa hari kemudian seluruh
permukaan tubuh serangga yang terinfeksi akan ditutupi oleh massa jamur yang berwarna
putih. Penetrasi jamur entomopatogen sering terjadi pada membran antara kapsul kepala
dengan toraks atau di antara segmen-segmen apendages demikian pula miselium jamur
keluar pertama kali pada bagian-bagian tersebut (Anonim, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium hama penyakit
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
30 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 21
tanaman terhadap isolasi perbanyakan jamur Trikoderma sp. yang di lakukan selama 5 hari
berturut-turut, dimana dalam perbanyakan Trikoderma sp., kami menggunakan cawan
petri sebanyak 5 cawan. Diperoleh hasil bahwa pada hari pertama dan hari kedua belum
terlihat Trikoderma sp. yang tumbuh. Pada hari ketiga sudah mulai tumbuh hifa, dimana
diameternya pada cawan petri pertama yaitu 4,3 cm dan tumbuh hifa berwarna hitam dan
hijau, pada cawan kedua diameternya 4,3 cm, dan hijau, cawan ketiga yaitu 4,4 cm, cawan
keempat yaitu 4,2 cm, dan yang terakhir pada cawan yang kelima yaitu 4,2 cm. Pada hari
keempat kami tidak melakukan pengukuran diameter pada masing-masing cawan hal
tersebut dikarenakan hifa pada masing-masing cawan telah tumbuh memenuhi cawan
selain itu terjadi kontaminasi pada perbanyakan Trikoderma sp. yang kami lakukan
dimana Trikoderma sp. yang tumbuh didomonasi oleh hifa berwarna hijau, yang
seharusnya sesuai dengan literature yang kami ketahui bahwa warna Trikoderma sp. adalah
kuning dengan demikian sudah jelas telah terjadi kontaminasi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium hama penyakit
tanaman terhadap isolasi perbanyakan jamur Trikoderma sp. yang di lakukan selama 5 hari
berturut-turut, dimana dalam perbanyakan Trikoderma sp, kami menggunakan cawan
petri sebanyak 5 cawan. Pada hari ketiga mulai tumbuh hiva cendawan Trikoderma sp petri
pertama tumbuh hifa berwarna hitam dan hijau, pada cawan kedua tumbuh hifa berwarna
putih, hitamdan hijau cawan ketiga tumbuh hifa berwarna putih, hitam, dan hijau cawan
keempat tumbuh hifa berwarna hitam, hijau dan putih,yang terakhir pada cawan yang
kelima tumbuh hifa berwarna putih, hitam dan hijau dan pada hari berikutnya telah
terjadi kontaminasi yang parah. Ini terjadi karena peralatan yang dipakai erkontaminasi
oleh spora cendawan lain.
Trichoderma sp memiliki ciri-ciri sebagai berikut pada Trichoderma sp yang dikultur,
Morfologi koloninya bergantung pada media tempat bertumbuh. Pada media yang
nutrisinya terbatas, koloni tampak transparan, sedangkan pada media yang nutrisinya
lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih. Konidia dapat terbentuk dalam satu
minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Pada beberapa spesies dapat diproduksi
semacam bau seperti permen atau kacang (Anonim, 2011).
Pertumbuhan Trichoderma sp. Menghendaki kelembapan yang tinggi serta
tersedianya bahan makanan dasar yang sesuai dengan pertumbuhan Trichoderma sp. Dapat
tumbuh baik pada pH yang rendah, cendawan ini akan terhambat pertumbuhannya pada
kondisi tanah pH diatas 5,4 (Baker dan Cook, 1974 dalam Talanca, 1998). Lebih lanjut
dikemukakan bahwa cendawan ini lebih berhasil kemampuanya dalam menekan cendawan
patogen pada kondisi tanah yang masam dari pada tanah alkalis (Anonim, 2011).
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
31 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang di lakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Cawan yang di isolasi dengan jamur Tricoderma sp. semuanya berwarna hijau
sedangkan cawan yang diisolasi dengan Beauveria bassiana berwarna putih. Hal ini
dikarenakan ciri dari kedua jamur tersebut memang berbeda.
2. Penggunaan Alat-alat praktikum yang tidak steril mengakibatkan jamur lain dapat
tumbuh (Terkontaminasi).
3. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya.
5.2. Saran
Saran saya dalam praktikum Entomologi dan Fitopatologi tentang fitopatologi
tumbuhan ialah agar sarana dan parasarana penunjang Praktikum lebih dimkasimalkan
serta tepat sasaran dalam penentuan bahan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Ciri cendawan Beauveria bassiana. http://pangkalandata-opt.net Diakses padatanggal 29 Mei 2011.
______, 2008. Beauveria basiana. http://id.wikipedia.org/wiki/. Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.
______ 2009. Sistem Pencernaan Serangga. http://www.anneahira.com/ Diakses pada tanggal29 Mei 2011.
______, 2009. Perbanyakan Jamut Trikoderma sp Sekala Pertanian.http://ditjenbun.deptan.go.id/ Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.
______, 2011. Cendawan Trichoderma http://id.wikipedia.org/wiki/ Diakses pada tanggal29 Mei 2011.
Ardi, 2009. Reproduksi Serangga. http://makalahbiologiku.blogspot.com/ Diakses pada tanggal29 Mei 2011.
Edhi, 2008. Pernapasan Dan Pertukaran Gas Pada Serangga.http://www.edmart.staff.ugm.ac.id/ Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.
Ekmon, 2008. Isolasi Mikroorganisme http://ekmon-saurus.blogspot.com/ Diakses pada tanggal29 Mei 2011.
_____, 2008. Media pertumbuhan http://ekmon-saurus.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
32 of 33 10/16/2014 5:58 PM
Page 23
Posting Lebih Baru Posting Lama
Hasmasain, 2009. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman II. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/.Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.
Hidayat, 1990. Entomologi pertanian. Orbsa sakti, bandung.
Jumar, 2000. Entomologi pertanian. PT Rinepka cipta, Jakarta.
Pracaya, 2003. Hama Penyakit tanaman. Suadaya, Jakarta.
Ridwanti 2009. Fisiologi Serangga Hutan Sistem Pencernaan Serangga
http://repository.usu.ac.id/ Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.
Roni, 2009. Agen Pengendali Hayati. http://www.scribd.com/doc/. Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.
Sarwono, 2010. Kajian Terhadap Cendawan Antagonis Trikoderma sphttp://jatim.litbang.deptan.go.id/ind/ Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.
Tedi, 2008. Sistem Pernapasan Serangga. http://tedbio.multiply.com/ Diakses pada
tanggal 29 Mei 2011.
Beranda
0 komentar:
Poskan Komentar
Beri komentar sebagai:
Publikasikan
Rekomendasikan ini di Google
Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...
33 of 33 10/16/2014 5:58 PM