Top Banner
Home First page Games Games category General General cateogry Health Health category Sport Sport category Uncategorized Empty category ABRAR Belajar Menulis Laporan entomologi dan fitopatologi Posted by abrar meli on 20:36 | No comments I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimata dunia, Indonesia dikenal sebagai Negara agraris yang berarti sebagian besar mata pencaharian dari sekitar ±260 Juta jiwa penduduk Indonesia adalah bertani. Namun dalam tiap kegiatan bertani, seringkali berhadapan dengan berbagai kendala, diantaranya adalah gangguan Hama. Hama adalah organisme yang menyerang tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu, yang berdampak turunnya kualitas dan kuantitas serta kerugian ekonomis bagi manusia. Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam"). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya (Anonim, 2009). Search Our Site Search Bookmark Us Follow Us Subscribe via Email Follow my tweets Popular Posts Laporan lengkap biologi Laporan SEMENTARA ddpt Pengenalan Ordo-ordo Serangga Laporan praktek lapang DDA (tanaman sawi) Laporan entomologi dan fitopatologi Laporan SEMENTARA Pengenalan Hama Penting pada Tanaman Utama Recent Posts Text Widget Hehehe.... -Abrar- Blog Archive Pages Subscribe via RSS Keterangan : 1. Caput 2. Antena 3. Toraks 4. Sayap depan 5. Tungkai depan 6. Mata majemuk 7. T. tengah 8. T. belakang 9. Sayap belakang 10. Abdomen Keterangan : 1. Antena 2. Oksiput 3. Mata Majemuk 4. Gena 5. Sulkus subsungut 6. Labrum 7. Mandibel 8. Klipevs 9. Frons 10. Satura frontans 11. Lekuk tentorium anterior 1. Setaceus 2. Filifrom 3. Moniform 4. Serrate 5. Clevate Keterangan : 1. Palpus labium 2. Mandibel 3. Palpus maksila 4. Labrum 5. Klipes Keterangan : 1. Frons 2. Klipevs 3. Labrum 4. Maksila 5. Mandibel 6. Labium 7. Stilet Maksila Keterangan : 1. Protoraks 2. Mesotoraks 3. Metatoraks 4. Tungkai depan 5. Sayap depan 6. T. tengah 7. Sayap belakang 8. T. belakang 9. Spirakel Keterangan : 1. Membran sel 2. Sternum 3. Spirakel 4. Ovipositor 5. Tergum Keterangan : 1. Koksa 2. Trokhanter 3. Femur 4. Tibia 5. Tarsus Keterangan : 1. Mulut 2. Faring 3. Esofagus 4. Tembolok 5. Proventrikulus 6. Saluran buntu 7. Pilorus 8. Tabung Malpighi 9. Usus rektum 10. Ileum 11. Colon 12. Anus Keterangan : 1. Spirakel 6. Percabangan trakea 2. Dinding Tubuh 7. trakheole 3. Sel-sel epithelial 8. Jaringan tubuh 4. Intima 5. Trakea Keterangan : 1. Filamen terminal 2. Ovarial 3. Ovum 4. Spermatika 5. Kelenjar asesoris 6. Vagina 7. Saluran telur utama 8. Saluran telur latera 9. Saluran spermatika 10. Ovari Keterangan : 1. Vaseterevs 2. Vasdeferens 3. Vesikula senivalis 4. Tabung ejakulasi 5. Kelenjar asesori 6. Tabung sperma 7. Testis 8. Membran pentoral Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo... 1 of 33 10/16/2014 5:58 PM
23

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

Feb 06, 2016

Download

Documents

Jidas20071994

serangga
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

Home

First page

Games

Games category

General

General cateogry

Health

Health category

Sport

Sport category

Uncategorized

Empty category

ABRARBelajar Menulis

Laporan entomologi dan fitopatologiPosted by abrar meli on 20:36 | No comments

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimata dunia, Indonesia dikenal sebagai Negara agraris yang berarti sebagian besar mata

pencaharian dari sekitar ±260 Juta jiwa penduduk Indonesia adalah bertani. Namun dalam tiap

kegiatan bertani, seringkali berhadapan dengan berbagai kendala, diantaranya adalah gangguan

Hama. Hama adalah organisme yang menyerang tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan

dan perkembangan tanaman menjadi terganggu, yang berdampak turunnya kualitas dan kuantitas

serta kerugian ekonomis bagi manusia.

Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas

(Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda

(dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam"). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan

kecuali di lautan Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Hama terdapat dalam

berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Setiap serangga mengalami proses perubahan

bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap

bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian

kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo

serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya (Anonim, 2009).

Search Our Site

Search

Bookmark Us

Follow Us

Subscribe via Email

Follow my tweets

Popular Posts

Laporan lengkap biologi

Laporan SEMENTARA ddpt Pengenalan

Ordo-ordo Serangga

Laporan praktek lapang DDA (tanaman

sawi)

Laporan entomologi dan fitopatologi

Laporan SEMENTARA Pengenalan Hama

Penting pada Tanaman Utama

Recent Posts

Text Widget

Hehehe.... -Abrar-

Blog Archive

Pages

Subscribe via RSS

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Toraks

4. Sayap depan

5. Tungkai depan

6. Mata majemuk

7. T. tengah

8. T. belakang

9. Sayap belakang

10. Abdomen

Keterangan :

1. Antena

2. Oksiput

3. Mata Majemuk

4. Gena

5. Sulkus subsungut

6. Labrum

7. Mandibel

8. Klipevs

9. Frons

10. Satura frontans

11. Lekuk tentorium anterior

1. Setaceus 2. Filifrom 3. Moniform

4. Serrate 5. Clevate

Keterangan :

1. Palpus labium

2. Mandibel

3. Palpus maksila

4. Labrum

5. Klipes

Keterangan :

1. Frons

2. Klipevs

3. Labrum

4. Maksila

5. Mandibel

6. Labium

7. Stilet Maksila

Keterangan :

1. Protoraks

2. Mesotoraks

3. Metatoraks

4. Tungkai depan

5. Sayap depan

6. T. tengah

7. Sayap belakang

8. T. belakang

9. Spirakel

Keterangan :

1. Membran sel

2. Sternum

3. Spirakel

4. Ovipositor

5. Tergum

Keterangan :

1. Koksa

2. Trokhanter

3. Femur

4. Tibia

5. Tarsus

Keterangan :

1. Mulut

2. Faring

3. Esofagus

4. Tembolok

5. Proventrikulus

6. Saluran buntu

7. Pilorus

8. Tabung Malpighi

9. Usus rektum

10. Ileum

11. Colon

12. Anus

Keterangan : 1. Spirakel 6. Percabangan trakea

2. Dinding Tubuh 7. trakheole

3. Sel-sel epithelial 8. Jaringan tubuh

4. Intima

5. Trakea

Keterangan :

1. Filamen terminal

2. Ovarial

3. Ovum

4. Spermatika

5. Kelenjar asesoris

6. Vagina

7. Saluran telur utama

8. Saluran telur latera

9. Saluran spermatika

10. Ovari

Keterangan :

1. Vaseterevs

2. Vasdeferens

3. Vesikula senivalis

4. Tabung ejakulasi

5. Kelenjar asesori

6. Tabung sperma

7. Testis

8. Membran pentoral

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

1 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 2: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dilaksanakan praktikum Entomologi mengenai Anatomi Luar dan Anatomi

Dalam Serangga adalah untuk mengetahui dan mempelajari anatomi luar dan dalam serangga.

Serta kegunaannya itu sendiri adalah agar mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian tubuh

(Morfologi) dari luar sampai pada bagian dalamnya (Anatomi) pada serangga.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistematika Belalang (Valanga nigricornis)

Sistematika Belalang (Valanga niricornis) termasuk dalam Kingdom: Animalia, Filum:

Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo: Orthoptera, Famili: Acridae, Genus: Valanga, Spesies :

Valanga niricornis (Jumar, 2000).

2.2 Morfologi Belalang (Valanga nigricornis)

Secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (caput) yang terdapat antena,

dada (Toraks) terdapat enam kaki den sayap dan perut (Abdomen) beruas. Caput meliputi antena

dan mata majemuk, pada Toraks meliputi protoraks dan mesotoraks. Tipe alat mulut pada

belalang merupakan bagian yang beruas-ruas yang terdiri dari tergum atau strenum, yang mana

setiap strenum terdapat sigma, serta terdapat pula ovipositor yang berfungsi sebagai alat

peletakkan telur (Jumar, 2000).

2.3 Tipe-Tipe Antena Serangga

Serangga mempunyai sepasang antena yang terletak pada kepala dan biasanya tampak

seperti ‘benang’ memanjang. Antena merupakan organ penerima rangsangan, seperti bau, rasa,

raba dan panas. Pada dasarnya, serangga terdiri atas tiga ruas (Jumar, 1995).

Ruas dasar dinamakan scape, scape ini masuk kedalam daerah yang menyelaput

(membraneus) pada kepala. Ruas kedua dinamakan pedisel dan ruas berikutnya secara

Beranda

Tayangan laman minggu lalu

Diberdayakan oleh Blogger.

Beranda

Translate

Powered by Translate

Daftar tulisan

▼ 2013 (26)

▼ Juni (23)

Jun 17 (23)

► Mei (3)

My self

abrar meli

5

Lihat profil lengkapku

0

Blogger templates

Copyright © 2014 AbrarPowered by Blogger

Design by SimpleWpThemesBlogger Theme by NewBloggerThemes.com

1 6 4 3

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

2 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 3: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

keseluruhan dinamakan flagela (tunggal/flagellum) (Jumar, 1995).

Antena seranggga bervariasi, baik dalam bentuk maupun ukuran dan ini penting untuk

diidentifikasi. Antena serangga bervariasi yaitu Setaceus (antena ini terdapat pada serangga

capung jarum dan peloncat daun), Filifrom (antena ini terdapat pada serangga kumbang tanah),

Moniliform (antena ini terdapat pada serangga kumbang keriput kayu), Serrate (antena ini

terdapat pada serangga kumbang lompat balik), Pektinat (antena ini terdapat pada serangga

kumbang warna api), Bentuk Gada (ruas-ruas meningkat garis tengahnya kearah distal atau

semakin ke ujung semakin besar. Bentuk gada ini dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu

Clavate, Kapitate, Lamelate dan Flabelate), Genikulate (antena ini terdapat pada serangga semut

dan kumbang rusa), Plumosa (antena ini terdapat pada serangga nyamuk jantan), Aristate (antena

ini terdapat pada serangga lalat rumah) dan Stilate (antena ini terdapat pada serangga lalat

penyelinap) (Jumar, 1995).

2.4 Tipe-Tipe Alat Mulut Serangga

Pada dasarnya jenis alat mulut serangga menentukan jenis makanan dan dampak kerusakan

yang ditimbulkan. Alat mulut pada serangga dapat digolongkan menjadi menggigit-mengunyah,

menusuk-mengisap, mengisap dan menjilat-mengisap (Borror, dkk., 1992).

Bagian-bagian alat mulut serangga secara umum terdiri atas labrum atau bibir atas adalah

gelambir yang lebar yang terletak di bawah pada sisi anterior kepala di depan bagian-bagian alat

mulut lainnya, labrum dapat digerakkan dan digunakan untuk membantu memegang dan

memasukkan makanan kedalaman rahang. Labrum terdapat pada daerah yang membengkak yang

dinamakan epifaring. Sepasang mandible adalah rahang yang jumlahnya sepasang, sangat

bersklerotisasi dan tidak beruas. Mandibel terletak tepat dibelakang labrum, pangkal mandibel

berbentuk segitiga dan secara bertahap memipih kea rah luar, pada bidang untuk menggigit ada

daerah insisor (gigi seri) pada daerah molar (geraham). Maksila adalah struktur yang

berpasangan dan terletak di belakang mandible dan digunakan untuk memegang dan mengunyah

makanan, maksila terdiri dari beberapa bagian yaitu kardo (pangkal maksila yang berbentuk

segitiga, tempat maksila melekat pada kepala), stipes (adalah ruas kedua), palpifer (adalah

gelambir stipes tempat timbulnya palpus), lasinia (struktur yang memanjang seperti geraham dan

galea (struktur seperti gelambir) adalah dua julur yang keluar pada ujung stipes) dan palpus

maksila adalah bagian yang berfungsi sebagai organ perangsang. Labium terletak pada bagian

belakang alat mulut dan membentuk bibir bawah. Labium terbentuk dari sepasang embelan yang

bersatu. Labium terdiri dari bagian-bagian yaitu submentum, mentum dan ligula

(Borror, dkk., 1992).

2.5 Morfologi Toraks Serangga

Pada dasarnya toraks terdiri atas tiga ruas (segmen) yaitu protoraks, mesotoraks dan

metatoraks. Bagian-bagian dari pro, meso dan metatoraks biasanya diberi nama dengan

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

3 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 4: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

menambahkan awal pro, meso dan meta. Misalnya Notum dari bagian protoraks disebut

pronotum, sternum dari mesotoraks disebut mesosternum, epimeron dari metatoraks disebut

metepimeron dan sebagainya (Jumar, 1995).

Pronotum dari beberapa jenis serangga kadang-kadang mengalami modifikasi. Modifikasi

beberapa pronotum pada Belalang (Valanga nigricornis) membesar dan menutupi hampir semua

bagian protoraks dan sebagian mesotoraks. Seperti telah dijelaskan, persatuan antara meso- dan

metatoraks membentuk bagian tubuh yang kokoh dan secara keseluruhan disebut pterotoraks.

Pleurit masing-masing ruas terbagi menjadi dua bagian yaitu epistemum dan epimeron. Pada

setiap sisi meso- dan metatoraks terdapat sebuah spirakel (lubang napas). Spirakel

mesotoraks terletak pada membran dan antara pro- dan mesotoraks. Spirakel metatoraks terletak

diantara meso- dan metatoraks di atas tungkai kedua, sedangkan spirakel protoraks tidak ada

(Djafaruddin, 1996).

2.6 Morfologi Abdomen Serangga

Pada umumnya abdomen pada serangga primitif tersusun atas 11-12 ruas yang dihubungkan

oleh bagian seperti selaput (membran). Jumlah ruas untuk tiap spesies tidak sama. Pada serangga

primitif (belum mengalami evolusi) ruas abdomen berjumlah 12. Sebagian besar ruas abdomen

tampak jelas terbagi menjadi tergum (bagian atas) dan sternum (bagian bawah), sedangkan

pleuron (bagian tengah) tidak tampak, sebab sebagian bersatu dengan tergum. Perbedaan kelamin

jantan dan kelamin betina terlihat jelas pada abdomen (Djafaruddin, 1996).

Pada abdomen serangga betina terdapat 10 ruas tergum dan 8 ruas sternum, sedangkan pada

serangga jantan terdapat 10 ruas tergum dan 9 ruas sternum. Ruas ke-11 abdomen pada belalang

betina tinggal berupa pelat dorsal berbentuk segitiga yang dinamakan epiprok dan sepasang pelat

lateroventral yang dinamakan paraprok. Di antara ujung-ujung epiprok dan paraprok terdapat

lubang anus. Pada serangga betina embelan-embelan termodifikasi pada ruas abdomen kedelapan

dan kesembilan membentuk ovipositor (alat peletakan telur) dimana terdiri atas dua pasang katup

yang dinamakan valvifer dan selanjutnya menyandang valvulae (sepasangan pada ruas kedelapan

dan dua pasang pada ruas kesembilan). Alat kopulasi pada serangga jantan biasanya terdapat

pada ruas abdomen kesembilan (Djafaruddin, 1996).

2.7 Tipe-Tipe Tungkai Serangga

Tungkai atau kaki merupakan salah satu embelan pada toraks serangga selain sayap.

Serangga dewasa dan beberapa serangga muda (pradewasa) memiliki tungkai pada bagian

toraksnya. Akan tetapi, terdapat serangga muda yang apodous (tidak bertungkai) seperti larva

lalat (sering disebut tempayak). Sesungguhnya tungkai serangga banyak mengalami modifikasi

dari bentuk yang umum dengan fungsi sebagai pejalan (Anonim, 1992).

Ada beberapa tipe tungkai beserta fungsinya pada serangga yaitu tipe pertama cursorial

adalah tungkai yang digunakan untuk berjalan dan berlari, misalnya kecoa (Periplaneta sp) dan

kumbang. Tipe kedua fossorial digunakan untuk menggali ditandai dengan adanya kuku depan

yang keras sekali, misalnya tungkai depan orong-orong (Gryllotalpa africana). Tipe ketiga

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

4 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 5: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

saltatorial berfungsi untuk meloncat yang ditandai dengan pembesaran femur tungakai belakang,

misalnya belalang (Valanga nigricornis) dan jangkrik (Gryllus sp). Tipe keempat raptorial yang

berfungsi untuk menangkap dan mencengkeram mangsa ditandai dengan pembesaran femur

tungkai depan, misalnya kaki depan belalang sembah (Stagmomantis sp). Tipe kelima natatorial

yang berfungsi untuk berenang yang ditandai dengan bentuk yang pipi serta adanya sekelompok

“rambut-rambut renang” yang panjang, misalnya pada kumbang Dytiscidae dan kepinding kapal

(famili Corixidae). Tungkai keenam ambolatorial yang berfungsi untuk berjalan ditibia dengan

femur dan tibia yang lebih panjang dari bagian tungkai lainnya. Tungkai ini merupakan bentuk

umum tungkai serangga (Anonim, 1992).

2.8 Sistem Pencernaan Serangga

Saluran pencernaan serangga memiliki bentuk seperti tabung, yang mungkin lurus atau

berkelok, memanjang dari mulut sampai anus. Saluran makanan ini terdiri atas tiga bagian, yang

pertama stomodeum atau foregut, yaitu saluran pencernaan depan yang terdiri atas faring yang

terletak di belakang mulut, esofagus yang berbentuk tabung, corp (tembolok) yang merupakan

bagian membesar yang berfungsi untuk menyimpan makanan yang telah ditelan serangga, serta

proventrikulus berfungsi untuk mengatur dan mengontrol masuknya makanan dari saluran depan.

Pada serangga pengisap terdapat semacam katup yang berfungsi untuk mencegah cairan mengalir

dari belakang ke depan. Yang kedua Mesenteron, yang terletak pada bagian tengah (mesenteron

atau ventrikulus) berasal dari jaringan endodermal, karena itu pada saluran ini tidak dijumpai

intima. Intima ini digantikan fungsinya oleh selaput peritrofik yang fungsinya sebagai pelindung

dari sel epithelium atau disebut juga sel kolumnar (karena bentuknya silinder) yang berfungsi

menyerap makanan dan mengeluarkan enzim (sebagai sekresi). Saluran bagian tengah ini

berbentuk tabung, di bagian depan dari ventrikulus. Caeca (caecum) yang merupakan hasil

modifikasi (mesenteron lekukan) berupa tonjolan berbentuk kantung yang berfungsi memperluas

besar permukaan. Mesenteron ini merupakan tempat utama pencernaan dan penyerapan dalam

saluran pencernaan. Yang ketiga Proktodeum, yang berasal dari jaringan ektoderm dan dilapisi

sebelah dalamnya oleh satu lapisan tipis kutikula (dinamakan intima), tetapi pada bagian depan

bersifat lebih permeabel. Dinding ini diperlukan untuk mengisap air dan mineral-mineral.

Prokdeum biasanya dibedakan paling tidak menjadi dua daerah yaitu usus bagian depan (anterior

intestine) dan poros usus bagian belakang (rektum) (Harahap, 1992).

2.9 Sistem Pernapasan

Pernapasan (pertukaran gas) pada serangga terutama dengan sistem trakhea. Trakhea

berbentuk seperti tabung berwarna putih keperakan dengan cabang yang banyak. Trakhea

berhubungan langsung dengan udara luar melalui lubang sempit yang disebut spirakel atau stigma

yang biasanya terdapat pada sepanjang bagian sisi thorax dan abdomen. Pada kebanyakan

serangga terdapat dua pasang spirakel pada thoraks dan delapan pasang spirakel pada abdomen.

Makin maju tingkat evolusi serangga, makin sedikit jumlah spirakelnya. Tipe sistem trakhea ini

ada dua macam, yakni sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka menggunakan satu

sampai beberapa spirakel, sedangkan sistem pernapasan tertutup tidak dijumpai adanya spirakel,

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

5 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 6: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

sehingga pertukaran udara langsung melalui kutikula. Sistem pernapasan terbuka terdapat pada

hampir semua spesies serangga (Anonim, 1992).

2.10 Sistem Sirkulasi

Serangga mempunyai pembuluh darah dorsal (dorsal vessel) yang terdapat di sepanjang

badan bagian dorsal kemudian terbuka di daerah kepala. Pada tabung inilah terjadi pengaturan

peredaran darah. Tabung dorsal terdiri dari aorta pada bagian anterior dan jantung pada bagian

posterior. Aorta akan bermuara di otak. Pada jantung biasanya dijumpai adanya ostia yaitu

sejumlah lubang berkatup yang berada di bagian sampingm (Anonim, 1992).

2.11 Sistem Saraf

Suatu sel saraf mempunyai kekhususan sebagai sel yang dapat menghantar rangsangan dan

juga sebagai sel yang dapat mengadakan perpaduan stimulus yang dating dari luar maupun dari

dalam tubuh. Sel saraf terdiri atas tubuh sel dan akson yang panjang. Sel saraf berkumpul dan

akhirnya membentuk jaringan saraf. Jaringan saraf serangga dapat dibagi menjadi jaringan saraf

pusat (central nervous system) dan jaringan saraf dalam (stomatodeal nervous system) (Anonim,

1992).

2.12 Sistem Reproduksi Serangga

Serangga adalah binatang dioecious, yang berarti hanya satu jenis kelamin pada satu

individu. Serangga betina memiliki sepasang indung telur (ovary). Tiap ovari terdiri atas sejumlah

ovariolyang berbentuk seperti tabung dan di dalamnya terdapat sejumlah ovom (telur). Bagian

ujung ovariol disebut filamin terminal. Ovariol bermuara pada saluran telur lateral. Sepasang

saluran telur lateral bersatu menjadi saluran telur utama yang selanjutnya bermuara pada vagina.

Sistem reproduksi betina biasanya memiliki satu atau beberapa kelenjar pelengkap yang terletak

di dekat pertemuan saluran telur dan vagina (Anonim, 1992).

Pada serangga jantan terdapat sepasang testes yang terletak di ujung sistem reproduksi. Tiap

testis terdiri atas sejumlah tabung sperma dan folikel testikel. Tiap folikel memiliki vas eferens

pada bagian pangkalnya yang menghubungkan dengan vas deferens. Selanjutnya vas deferens

menuju saluran ejakulasi (ejaculatory duct) (Anonim, 1992).

Sistem reproduksi serangga jantan juga memiliki kelenjar pelengkap yang terletak di dekat

pertemuan komponen lateral. Saluran ejakulasi ini bermuara pada gonopore (lubang penis)

(Anonim, 1992).

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Entomologi mengenai Anatomi Luar dan Dalam Serangga di laksanakan hari

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

6 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 7: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

Sabtu, 07 Mei 2011, yang bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit (HPT), Fakultas

Pertanian, Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktek Entomologi mengenai Anatomi Luar dan Dalam

Serangga adalah cutter/silet, papan bedah, jarum pentul, pingset, toples plastik dan alat tulis

menulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktek yaitu alkohol 70%, Belalang (Valanga

nigricornis), larva kumbang kelapa (Leptocarica acuta), kumbang kelapa (Leptocarica

acuta), kepik hijau (Nezara viridulla) dan ulat penggulung daun pisang.

3.3 Cara Kerja

Dalam praktek kali ini bahan yang digunakan hanya belalang kayu. Pertama-tama kami

menyiapkan toples plastik, kemudian belalang kayu dimasukkan ke dalam toples tersebut yang

berisi alkohol dan tutup toplesnya, sampai belalang nya mati. Setelah itu, belalang yang sudah

mati di ambil dan diletakkan di atas papan bedah, kemudian digambar morfologinya.

Setelah digambar morfologinya, maka belalang tersebut dibalikkan badannya untuk dibelah

perutnya, untuk melihat sistem pencernaannya, sistem pernapasan, sistem sirkulasi dan sistem

reproduksi. Setelah dibelah, maka digambarlah keempat sistem yang ada pada serangga terutama

pada Belalang (Valanga nigricornis)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Anatomi Luar Serangga

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

7 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 8: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh hasil morfologi anatomi luar pada

serangga sebagai berikut :

Gambar 1. Morfologi Belalang (Valanga nigricornis)

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

8 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 9: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

Gambar 2. Morfologi Caput Belalang (Valanga nigricornis) dari Depan.

Gambar 3. Morfologi Tipe-tipe Antena Serangga.

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

9 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 10: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

Timbang komponen media dengan menggunakan timbangan analitis untuk volume

yang diinginkan sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan pertama kupaqs kentang

daru kulitnya lalu cuci dengn bersih. Potong kentang bentuk dadu yang berukuran kecil

dan timbang sebnyak 50 g. Lalu rebus kentang kurang lebih selama 30 menit atau sampai

kentang lembek kemudian hancurkan kentang didalam tempat perebusan. Air hasil

perebusan disaring kemudian ukur sebanyak 250 ml tambahkan 20 g gula dan 20 g bubuk

agar-agar, aduk hingga merata dan gula terlarut sepenuhnya. Masukan kedalam elemeyer

kemudian mulut elemeyer tutup dengan almonium foil dan masukan kedalam autoklaw

selama 3 jam (Ekmon, 2008).

2.2. Teknik Isolasi Patogen

Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan dari

teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya

ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Macam-macam preparsi bergantung

kepada bentuk sampel. Selanjutnya dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel

yang memiliki permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada

benda tersebut. Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll. Caranya dengan

mengusapkan cotton bud memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud

kontak dengan permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan

terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan semisal pepton water. Rinse dilakukan untuk

melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada permukaan substrat yang luas tapi relatif

berukuran kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse merupakan prosedur kerja dengan

mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan perbandingan 1 : 9. Contohnya sampel

daun diambil dan ditimbang 5 g kemudian dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat

dalam beaker glass. Maseration dilakuakn pada sampel yang berbentuk padat dapat

ditumbuk dengan mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di

dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya antar alain

bakso, biji, buah dll. Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama

adalah 1 : 9. Unutk sampel dari tanh tak perlu dimaserasi (Ekmon, 2008).

Setelah sampel diambil kemudian dilakukan pengenceran, ujuan dari pengenceran

bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam

cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada

perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan

pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10

sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya. Kemudian tumbuhkan kemedia

perbanyakan sampai mendapatkan biakan murni (Ekmon, 2008).

2.3. Teknik Perbanyakan Beauveria bassiana

Perbanyakan massal jamur sejatinya bisa dilakukan oleh petani dengan peralatan dan

bahan-bahan yang sederhana. Isolat jamur cukup ditularkan (diinokulasikan) ke dalam

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

20 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 11: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

media beras maupun jagung yang telah disiapkan dan kemudian disimpan

(diinkubasi) di dalam suatu tempat dengan temperatur suhu ruang. Selang beberapa

hari jamur akan tumbuh dengan hifa yang berwarna putih. Apabila seluruh media

telah ditutupi oleh jamur, maka jamur tersebuttelah siap diaplikasikan.

Aplikasinya juga cukup mudah, hamper sama dengan penggunaanpe s t i s i d a

k i mi a y a n g s e r i ng d i g u na ka n pe t a n i . B i a k a n j a mur y a ng t e l a h s i a p

p a k a i t a d i dilarutkan ke dalam air kemudian disaring terlebih dahulu agar sisa media

tidak menyumbatselang pompa. Setelah itu suspensi dimasukkan ke dalam knapsack

sprayer untuk kemudiandisemprotkan ke tanaman budidaya (Roni, 2009).

Untuk melakukan perbanyakan terlebih dahulu rendam beras, berasan jagung atau

campurandari keduanya dan atau dedak (bekatul) dengan air selama kurang lebih sehari.

Buang air yang tersisa kemudian masukkan ke dalam plastik tahan panas sebanyak kurang

lebih 100g kemudian tutup rapat dengan melipat ujungnya hingga seperempat bagian.

Anda dapatmenggunakan stapler untuk menutup ujung plastik tersebut. Setelah selesai,

kukus berastersebut di dalam panci atau dandang selama kurang lebih 45 menit. Tujuan

mengukus adalahsterilisasi media agar tidak ditumbuhi oleh organisme lain (kontaminasi).

Setelah selesei,tiriskan dan dinginkan media (Roni, 2009).

Jika media telah dingin, ambil sedikit isolat murni B. bassiana dengan jarum

inokulasi danletakkan di atas media beras steril tadi untuk inokulasi. Lakukan semua tahap

penanaman(inokulasi) di dalam kotak inokulasi dengan bunsen atau di tempat yang

terjamin (steril)sehingga tidak terjadi kontaminasi. Pada tiap-tiap langkah setelah

inokulasi tutup kembaliplastik tersebut seperti semula. Simpan biakan jamur pada tempat

yang bersih dengan suhu ruang, jika proses inokulasiberhasil jamur akan tumbuh di atas

media sehingga media akan berwarna putih susu. Masapenumbuhan ini bisa berlangsung

hingga 15 hari setelah inokulasi, namun kondisi tersebuttergantung jumlah spora yang

diinokulasikan (Roni, 2009).

2.4. Teknik perbanyakan Trikoderma sp.

Campurkan media (sekam dan bekatul) dengan perbandingan 1:3 dalam bak plastik.

Berikan air kedalam media tersebut kemudian aduk sampai rata. Tambahkan air sampai

kelembaban media mencapai 70 % (dapat di cek dengan meremas media tersebut, tidak

ada air yang menetes namun media menggumpal) Masukkan media kedalam kantong

plastik. Kemudian siapkan dandang sabluk untuk menyeteril media. Isi dandang sabluk

dengan air sebanyak 1/3 volume dandang. Masukkan media kedalam dandang sabluk lalu

sterilkan media dengan menggunakan dandang sabluk selama 1 (satu) jam set elah air

mendidih. Sterilisasi diulang 2 (dua) kali, setelah media dingin sterilkan kembali media

selama 1 jam. Sterilisasi bertingkat ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang

masih dapat bertahan pada proses sterilisasi pertama (Anonim, 2009).

Tiriskan media di dalam ruangan yang lantainya telah beralas plastik. Sebelum

digunakan semprot alas plastik menggunakan Alkohol 96%. Ratakan permukaan media

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

21 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 12: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

dengan ketebalan 1-5 cm. Semprot media dengan suspensi jamur Trichoderma (isolat jamur

Trichoderma yang telah dilarutkan kedalam air, 1 (satu) isolat dilarutkan dengan 500 ml

air)). Tutup dengan plastik lalu inkubasikan selama 7 (tujuh) hari. Ruangan inkubasi

diusahakan minim cahaya, dengan suhu ruangan berkisar 25-27 derajat celcius. Amati

pertumbuhan jamur Trichoderma, jamur sudah dapat dipanen setelah seluruh permukaan

media telah ditumbuhi jamur Trichoderma, (koloni jamur berwarna hijau) (Anonim, 2009).

2.5. Bueveria bassiana

Berdasarkan ilmu taksonomi cendawan Beauvaria bassiana termasuk kingdom Fungi,

filum Ascomycota, kelas Sordariomycetes, orde Hypocreales, famili Clavicipitaceae, genus

Beauvaria, dan Spesies: B. Bassiana (Anonim, 2008).

Secara alami cendawan ini terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit.

Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti

kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanya pestisida

sintetis, dan waktu aplikasi. Secara umum, suhu di atas 30 °C, kelembapan tanah yang

berkurang dan adanya antifungal atau pestisida dapat menghambat pertumbuhannya.Cara

cendawan Beauvaria bassiana menginfeksi tubuh serangga dimulai dengan kontak inang,

masuk ke dalam tubuh inang, reproduksi di dalam satu atau lebih jaringan inang,

kemudian kontak dan menginfeksi inang baru (Anonim, 2008).

Cendawan ini masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan,

spirakel dan lubang lainnya. Inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang

akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk

menembus kulit tubuh. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan

mengeluarkan enzim atau toksin. Pada proses selanjutnya, jamur akan bereproduksi di

dalam tubuh inang. Jamur akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh

jaringan tubuh, sehingga serangga mati. Miselia jamur menembus ke luar tubuh inang,

tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia. Dalam hitungan hari, serangga

akan mati. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras

seperti mumi dan jamur menutupi tubuh inang dengan warna putih (Anonim,

2008).

Dalam infeksinya, B. bassiana akan terlihat keluar dari tubuh serangga terinfeksi

mula-mula dari bagian alat tambahan (apendages) seperti antara segmen-segmen antena,

antara segmen kepala dengan toraks , antara segmen toraks dengan abdomen dan antara

segmen abdomen dengan cauda (ekor). Setelah beberapa hari kemudian seluruh

permukaan tubuh serangga yang terinfeksi akan ditutupi oleh massa jamur yang berwarna

putih. Penetrasi jamur entomopatogen sering terjadi pada membran antara kapsul kepala

dengan toraks atau di antara segmen-segmen apendages demikian pula miselium jamur

keluar pertama kali pada bagian-bagian tersebut (Anonim, 2008).

Serangga yang telah terinfeksi B.bassiana selanjutnya akan mengkontaminasi

lingkungan, baik dengan cara mengeluarkan spora menembus kutikula keluar tubuh inang,

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

22 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 13: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

maupun melalui fesesnya yang terkontaminasi. Serangga sehat kemudian akan terinfeksi.

Jalur ini dinamakan transmisi horizontal patogen (inter/intra generasi). (Anonim, 2008).

2.6. Trikoderma sp.

Berdasar ilmu taksonomi Trichoderma sp tergolong dalam Kerajaan Fungi, Divisi

Ascomycota, Upadivisi Pezizomycotina, Kelas Sordariomycetes, Ordo Hypocreales,

Famili: Hypocreaceae dan Genus: Trichoderma (Sarwono, 2010).

Trichoderma sp yang telah dikembang bikan koloninya bergantung pada media

tempat bertumbuh. Pada media yang nutrisinya terbatas, koloni tampak transparan,

sedangkan pada media yang nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih.

Konidia dapat terbentuk dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih

(Sarwono, 2010).

Kebanyakan strain Trichoderma tidak memiliki tahap seksual melainkan hanya

menghasilkan spora aseksual.. Namun, untuk beberapa strain tahap seksual diketahui,

tetapi tidak di antara strain yang biasanya dipertimbangkan untuk tujuan biokontrol..

Tahap seksual, ketika ditemukan, berada dalam Ascomycetes di Hypocrea genus. taksonomi

tradisional didasarkan pada perbedaan dalam morfologi, terutama dari aparat sporulasi

aseksual, tapi pendekatan lebih molekul sekarang digunakan. Akibatnya, taksa baru-baru

ini telah pergi dari sembilan untuk setidaknya tiga puluh tiga spesies (Sarwono, 2010).

inti sel banyak, dengan beberapa sel vegetatif memiliki lebih dari 100. Berbagai faktor

genetik aseksual, seperti parasexual rekombinasi, mutasi dan proses lainnya yang

berkontribusi terhadap variasi antara inti dalam organisme tunggal (talus). Dengan

demikian, jamur sangat mudah beradaptasi dan berkembang dengan cepat. Ada

keragaman besar dalam genotipe dan fenotipe strain liar. Siklus hidup organisme ini

tumbuh dan ramifies sebagai hifa jamur khas, 5 sampai 10 pM dengan diameter. sporulasi

aseksual terjadi sebagai bersel tunggal, biasanya hijau, konidia (biasanya 3 sampai 5 pM

diameter) yang dilepaskan dalam jumlah besar (Sarwono, 2010).

III. METODOLOGI PRAKTEK

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

23 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 14: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum Entomologi dan Fitopatologi mengenai Fitopatologi Tumbuhan yang

dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,

Universitas Tadulako, Palu.Pada hari Sabtu, tanggal 28 Mei 2011, pukul 09.00-17.00 WITA.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Entomologi dan Fitopatologi tentang

fitopatologi tumnbuhan yaitu cawan petri, lampu bunsen, inkubator, tabung reaksi, pinset,

kompor, hand spayer, panci, corong, botol pipih, Loyang, jarum ose dan alat tulis menulis

dan lembar kerja untuk menggambar.

Bahan yang digunakan pada praktikum Entomologi dan Fitopatologi fitopatologi

tumnbuhan yaitu kentang 200 g, gula 20 g, agar-agar bubuk 20 g, aquades 100 ml,

amoxilin, spriptus, dan kertas saring.

3.3. Cara Kerja

Pertama kita harus menyiapkan media PDA timbang kentang yang telah dikupas

dipotong bentuk dadu, dantelah dicuci sebanyak 200 g. Timbang agar-agar bubuk sebanyak

20 g dan gula 20 g. siapkan belanga isi air dan kompor yang telah dinyalakan. Sebelum

melakukan isolasi, sterilkan terlebih dahulu inkubator dan cawan petri yang akan

digunakan dengan menggunakan spriptus dengan menggunakan alat penyeprot berupa

hand spayer kemudian lap dengan menggunakan tisuee hingga bersih. Setelah itu rebus

kentang sebanyak 200g dengan air sampai kentang benar-benar matang yang ditandai

kentang mudah dihancurkan. Hancur hancurkan kentang kemudian diangkat lalu disaring

untuk mengambil air ekstraknya dan dimasukkan dan ukur sebanyak 1000 ml. air ekstrak

kentang tadi yang telah disaring kemudian direbus kembali dan dicampurkan dengan

agar-agar bubuk dan gula masing-masing sebanyak 20 g, aduk hingga mendidih. Setelah

mendidih kemudian dimasukkan kembali kedalam beker glass untuk didinginkan.

Kemudian ambil botol ppih yang sudah dipanaskan didalam oven dan masukkan media

PDA yang telah dibuat tadi lalu disaring kedalam botol pipih. Setelah itu siapkan plastik

dengan ukuran sedang untuk menutup botol pipih dan dililit dengan karet agar media PDA

tetap stril kemudian masukkan botol pipih yang telah berisi media PDA

Setelah melakukan penyiapan media selanjutnya kita siap melakukan inokulasi

bakteri. Ambil biakan murni cendawan Beuveria bassiana lalu tambahkan sedikit aquade.

Gunakan jarum ose untuk menggosok-gosok cawan yang terdapat cendawan Beuveria

bassiana hingga hifanya terlihat terlepas. Kemudian masukan kertas sarung yang telah

dibentuk menjadi budaran bundaran kecil. Setelah itu mambil kertas saring dengan jarum

ose dan pindahkan kemedia PDA yang telah kita siapkan. Lakukan hal yang sama untuk

jamur Trikoderma sp.

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

24 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 15: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Foto Pembuatan Media PDA

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Laboratorium dapat diketahui hasil

sebagai berikut :

Gambar 14. Pembuatan Media PDA

Foto Perbanyakan Jamur Beauveria bassiana dan Tricoderma sp

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Laboratorium dapat diketahui hasil

sebagai berikut :

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

25 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 16: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

Gambar 15. Perbanyakan Jamur Beauveria bassiana

Gambar 16. Perbanyakan Jamur Tricoderma sp

Pengamatan Cendawan Beauveria bassiana

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dilabolatorium selama 5 hari

penelitian, maka dapat diketahui hasilnya sebagai berikut:

Table 1. pengamata fisiologis terhadap koloni Cendawan Beauveria bassiana

Cawan Hari

1 2 3 4 5

1 - -

Tumbuh hifaberwarna

hitam,hijaudan putih.

Tumbuh hifaberwarna

putih,hitam, danhijau serta

mikroorganismelain.

Trikoderma danaspergilus yg

berwarna hijaudan hitam

mendominasididalam cawan

2

- - Tumbuh hifaberwarna

hitam,hijaudan putih

Tumbuh hifaberwarna

putih,hitam, danhijau serta

mikroorganismelain.

Yang lebih

mendominasi dalam

cawan adalah

trikoderma

sedangkan

beauverianya

tertutup

3

- -Tumbuh hifa

berwarnahitam,hijaudan putih

Tumbuh hifaberwarna putihhijau dan hitam

sertamikroorganisme

berwarnakekuningan

Didominasi dengan

trikoderma dan

munculnya

aspergilus

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

26 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 17: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

4

- - Tumbuh hifaberwarna

hitam,hijaudan putih

Tumbuh hifaberwarna putih,

hijau danmikroorganisme

berwarnakekuningan.

Tumbuhnya

aspergilus dalam

cawan sehingga

beauveria

terhambat

pertumbuhannya.

5

- - Tumbuh hifaberwarna

hitam,hijaudan putih

Tumbuh hifaberwarna hijau

sertamikroorganismelain berwarna

kekuningan dankecoklatan.

Tumbuh trikoderma

disekitar area

pertumbuhannya

beauveria.

Tebel 2. Pengamatan Diameter Koloni Cendawan Beauveria bassiana

Cawan Hari1 2 3 4 5

12345

-----

-----

1,2 cm2,2 cm1,4 cm1,8 cm1,5 cm

TerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasi

TerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasi

4.1.4. Pengamatan Cendawan Trikoderma sp.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dilabolatorium selama 5 hari

penelitian, maka dapat diketahui hasilnya sebagai berikut:

Table 3. pengamata fisiologis terhadap koloni Cendawan Beauveria bassiana

Cawan Hari

1 2 3 4 5

1 - -

Tumbuh hifaberwarna

hitam,hijaudan putih.

Tumbuh hifaberwarna

putih,hitam, danhijau serta

mikroorganismelain.

2

- - Tumbuh hifaberwarna

hitam,hijaudan putih

Tumbuh hifaberwarna

putih,hitam, danhijau serta

mikroorganismelain.

3

- -Tumbuh hifa

berwarnahitam,hijaudan putih

Tumbuh hifaberwarna putihhijau dan hitam

sertamikroorganisme

berwarnakekuningan

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

27 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 18: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

4

- - Tumbuh hifaberwarna

hitam,hijaudan putih

Tumbuh hifaberwarna putih,

hijau danmikroorganisme

berwarnakekuningan.

5

- - Tumbuh hifaberwarna

hitam,hijaudan putih

Tumbuh hifaberwarna hijau

sertamikroorganismelain berwarna

kekuningan dankecoklatan.

Table 4. Pengamatan Diameter Koloni Cendawan Trikoderma sp.

Cawan Hari1 2 3 4 5

12345

-----

-----

4,3 cm4,3 cm4,4 cm4,2 cm4,2 cm

TerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasi

TerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasiTerkontaminasi

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum cara pembuatan media PDA yang kami lakukan, cara

pembuatannya sangat sederhana dimana bahan yang digunakan yaitu agar-agar warna

putih, amoxilin, tissue, aqua botol, alcohol, kentang, sukrosa, supritus, dan minyak tanah.

Alat-alatnya yaitu baskom, cutter, belanga, sendok, kompor, saringan, corong, botol fotka

dan cawan petri.

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran

zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.

Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit

untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat

mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media

pertumbuhannya sehinga mikroorganisme dapat tumbuh dengn baik (Ekmon, 2008).

Timbang komponen media dengan menggunakan timbangan analitis untuk volume

yang diinginkan sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan pertama kupaqs kentang

daru kulitnya lalu cuci dengn bersih. Potong kentang bentuk dadu yang berukuran kecil

dan timbang sebnyak 50 g. Lalu rebus kentang kurang lebih selama 30 menit atau sampai

kentang lembek kemudian hancurkan kentang didalam tempat perebusan. Air hasil

perebusan disaring kemudian ukur sebanyak 250 ml tambahkan 20 g gula dan 20 g bubuk

agar-agar, aduk hingga merata dan gula terlarut sepenuhnya. Masukan kedalam elemeyer

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

28 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 19: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

kemudian mulut elemeyer tutup dengan almonium foil dan masukan kedalam autoklaw

selama 3 jam (Ekmon, 2008).

Campurkan media (sekam dan bekatul) dengan perbandingan 1:3 dalam bak plastik.

Berikan air kedalam media tersebut kemudian aduk sampai rata. Tambahkan air sampai

kelembaban media mencapai 70 % (dapat di cek dengan meremas media tersebut, tidak

ada air yang menetes namun media menggumpal) Masukkan media kedalam kantong

plastik. Kemudian siapkan dandang sabluk untuk menyeteril media. Isi dandang sabluk

dengan air sebanyak 1/3 volume dandang. Masukkan media kedalam dandang sabluk lalu

sterilkan media dengan menggunakan dandang sabluk selama 1 (satu) jam set elah air

mendidih. Sterilisasi diulang 2 (dua) kali, setelah media dingin sterilkan kembali media

selama 1 jam. Sterilisasi bertingkat ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang

masih dapat bertahan pada proses sterilisasi pertama (Anonim, 2009).

Tiriskan media di dalam ruangan yang lantainya telah beralas plastik. Sebelum

digunakan semprot alas plastik menggunakan Alkohol 96%. Ratakan permukaan media

dengan ketebalan 1-5 cm. Semprot media dengan suspensi jamur Trichoderma (isolat jamur

Trichoderma yang telah dilarutkan kedalam air, 1 (satu) isolat dilarutkan dengan 500 ml

air)). Tutup dengan plastik lalu inkubasikan selama 7 (tujuh) hari. Ruangan inkubasi

diusahakan minim cahaya, dengan suhu ruangan berkisar 25-27 derajat celcius. Amati

pertumbuhan jamur Trichoderma, jamur sudah dapat dipanen setelah seluruh permukaan

media telah ditumbuhi jamur Trichoderma, (koloni jamur berwarna hijau) (Anonim, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium hama penyakit

tanaman terhadap isolasi perbanyakan jamur Beauveria bassiana. yang di lakukan selama 5

hari berturut-turut, dimana dalam perbanyakan Beauveria bassiana, kami menggunakan

cawan petri sebanyak 5 cawan. Diperoleh hasil bahwa pada hari pertama dan hari kedua

belum terlihat Beauveria bassiana yang tumbuh. Pada hari ketiga sudah mulai tumbuh

hifa, dimana diameternya pada cawan petri pertama yaitu 1,2 cm dan tumbuh hifa

berwarna hitam dan hijau, pada cawan kedua diameternya 2,2 cm, hitamdan hijau, cawan

ketiga yaitu 1,4 cm, cawan keempat yaitu 1,8 cm, dan yang terakhir pada cawan yang

kelima yaitu 1,5 cm. Pada hari keempat kami tidak melakukan pengukuran diameter pada

masing-masing cawan hal tersebut dikarenakan hifa pada masing-masing cawan telah

tumbuh memenuhi cawan selain itu terjadi kontaminasi pada perbanyakan Beauveria

bassiana yang kami lakukan dimana Beauveria yang tumbuh didomonasi oleh hifa

berwarna hijau, yang seharusnya sesuai dengan literature yang kami ketahui bahwa warna

Beauveria bassiana adalah berwarna putih.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium hama penyakit

tanaman terhadap isolasi perbanyakan jamur Beauveria bassiana. yang di lakukan selama 5

hari berturut-turut, dimana dalam perbanyakan Beauveria bassiana, kami menggunakan

cawan petri sebanyak 5 cawan. Pada hari ketiga mulai tumbuh hiva cendawan Beauveria

bassiana Cawan petri pertama tumbuh hifa berwarna hitam dan hijau, pada cawan kedua

tumbuh hifa berwarna putih, hitamdan hijau cawan ketiga tumbuh hifa berwarna putih,

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

29 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 20: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

hitam, dan hijau cawan keempat tumbuh hifa berwarna hitam, hijau dan putih,yang

terakhir pada cawan yang kelima tumbuh hifa berwarna putih, hitam dan hijau dan pada

hari berikutnya telah terjadi kontaminasi yang parah. Ini terjadi karena peralatan yang

dipakai erkontaminasi oleh spora cendawan lain.

Kemungkinan jamur Beauveria bassiana terkontaminasi jamur Trichoderma sp. Ini

dapat terlihat karena Trichoderma sp memiliki ciri-ciri sebagai berikut pada Trichoderma

yang dikultur, Morfologi koloninya bergantung pada media tempat bertumbuh. Pada

media yang nutrisinya terbatas, koloni tampak transparan, sedangkan pada media yang

nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih. Konidia dapat terbentuk dalam

satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Pada beberapa spesies dapat

diproduksi semacam bau seperti permen atau kacang (Anonim, 2011).

Beauveria bassiana termasuk dalam golongan pathogen serangga ordo Monililes,

famili Moniliaceae. Cendawan ini memiliki ciri-ciri cendawan berwarna putih, penyebaran

spora melalui air atau terbawa angina, Menginfeksi serangga melalui integument/jaringan

lunak. Selanjutnya hifa tumbuh dari konidia dan merusak jaringan, Cendawan tumbuh

keluar dari tubuh inang pada saat cendawan siap menghasilkan spora untuk disebarkan,

Apabilakeadaan tidak mendukung, perkembangan cendawan hanya berlangsng didalam

tubuh serangga tanpa keluar menembus integument. Tubuh serangga mati yang terinfeksi B

bassiana mengeras seperti mumi Serangga inang dari cendawan ini adalah berbagai jenis

wereng,penggerek batang padi, hama putih palsu, walang sangit, kepinding tanah, ulat

rayak, Aphis, Ulat daun (Anonim, 2007).

Beauveria bassiana masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit, saluran

pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Inokulum jamur yang menempel pada tubuh

serangga inang akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah,

kemudian masuk menembus kulit tubuh. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau

kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Pada proses selanjutnya, jamur akan

bereproduksi di dalam tubuh inang. Jamur akan berkembang dalam tubuh inang dan

menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga terjadibanyak kerusakan sel dalam tubuh

inang serangga mati. Miselia jamur menembus ke luar tubuh inang, tumbuh menutupi

tubuh inang dan memproduksi konidia. Dalam hitungan hari, serangga akan mati (Anonim,

2008).

Dalam infeksinya, B. bassiana akan terlihat keluar dari tubuh serangga terinfeksi

mula-mula dari bagian alat tambahan (apendages) seperti antara segmen-segmen antena,

antara segmen kepala dengan toraks , antara segmen toraks dengan abdomen dan antara

segmen abdomen dengan cauda (ekor). Setelah beberapa hari kemudian seluruh

permukaan tubuh serangga yang terinfeksi akan ditutupi oleh massa jamur yang berwarna

putih. Penetrasi jamur entomopatogen sering terjadi pada membran antara kapsul kepala

dengan toraks atau di antara segmen-segmen apendages demikian pula miselium jamur

keluar pertama kali pada bagian-bagian tersebut (Anonim, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium hama penyakit

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

30 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 21: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

tanaman terhadap isolasi perbanyakan jamur Trikoderma sp. yang di lakukan selama 5 hari

berturut-turut, dimana dalam perbanyakan Trikoderma sp., kami menggunakan cawan

petri sebanyak 5 cawan. Diperoleh hasil bahwa pada hari pertama dan hari kedua belum

terlihat Trikoderma sp. yang tumbuh. Pada hari ketiga sudah mulai tumbuh hifa, dimana

diameternya pada cawan petri pertama yaitu 4,3 cm dan tumbuh hifa berwarna hitam dan

hijau, pada cawan kedua diameternya 4,3 cm, dan hijau, cawan ketiga yaitu 4,4 cm, cawan

keempat yaitu 4,2 cm, dan yang terakhir pada cawan yang kelima yaitu 4,2 cm. Pada hari

keempat kami tidak melakukan pengukuran diameter pada masing-masing cawan hal

tersebut dikarenakan hifa pada masing-masing cawan telah tumbuh memenuhi cawan

selain itu terjadi kontaminasi pada perbanyakan Trikoderma sp. yang kami lakukan

dimana Trikoderma sp. yang tumbuh didomonasi oleh hifa berwarna hijau, yang

seharusnya sesuai dengan literature yang kami ketahui bahwa warna Trikoderma sp. adalah

kuning dengan demikian sudah jelas telah terjadi kontaminasi.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium hama penyakit

tanaman terhadap isolasi perbanyakan jamur Trikoderma sp. yang di lakukan selama 5 hari

berturut-turut, dimana dalam perbanyakan Trikoderma sp, kami menggunakan cawan

petri sebanyak 5 cawan. Pada hari ketiga mulai tumbuh hiva cendawan Trikoderma sp petri

pertama tumbuh hifa berwarna hitam dan hijau, pada cawan kedua tumbuh hifa berwarna

putih, hitamdan hijau cawan ketiga tumbuh hifa berwarna putih, hitam, dan hijau cawan

keempat tumbuh hifa berwarna hitam, hijau dan putih,yang terakhir pada cawan yang

kelima tumbuh hifa berwarna putih, hitam dan hijau dan pada hari berikutnya telah

terjadi kontaminasi yang parah. Ini terjadi karena peralatan yang dipakai erkontaminasi

oleh spora cendawan lain.

Trichoderma sp memiliki ciri-ciri sebagai berikut pada Trichoderma sp yang dikultur,

Morfologi koloninya bergantung pada media tempat bertumbuh. Pada media yang

nutrisinya terbatas, koloni tampak transparan, sedangkan pada media yang nutrisinya

lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih. Konidia dapat terbentuk dalam satu

minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Pada beberapa spesies dapat diproduksi

semacam bau seperti permen atau kacang (Anonim, 2011).

Pertumbuhan Trichoderma sp. Menghendaki kelembapan yang tinggi serta

tersedianya bahan makanan dasar yang sesuai dengan pertumbuhan Trichoderma sp. Dapat

tumbuh baik pada pH yang rendah, cendawan ini akan terhambat pertumbuhannya pada

kondisi tanah pH diatas 5,4 (Baker dan Cook, 1974 dalam Talanca, 1998). Lebih lanjut

dikemukakan bahwa cendawan ini lebih berhasil kemampuanya dalam menekan cendawan

patogen pada kondisi tanah yang masam dari pada tanah alkalis (Anonim, 2011).

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

31 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 22: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang di lakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Cawan yang di isolasi dengan jamur Tricoderma sp. semuanya berwarna hijau

sedangkan cawan yang diisolasi dengan Beauveria bassiana berwarna putih. Hal ini

dikarenakan ciri dari kedua jamur tersebut memang berbeda.

2. Penggunaan Alat-alat praktikum yang tidak steril mengakibatkan jamur lain dapat

tumbuh (Terkontaminasi).

3. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari

campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk

pertumbuhannya.

5.2. Saran

Saran saya dalam praktikum Entomologi dan Fitopatologi tentang fitopatologi

tumbuhan ialah agar sarana dan parasarana penunjang Praktikum lebih dimkasimalkan

serta tepat sasaran dalam penentuan bahan percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Ciri cendawan Beauveria bassiana. http://pangkalandata-opt.net Diakses padatanggal 29 Mei 2011.

______, 2008. Beauveria basiana. http://id.wikipedia.org/wiki/. Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.

______ 2009. Sistem Pencernaan Serangga. http://www.anneahira.com/ Diakses pada tanggal29 Mei 2011.

______, 2009. Perbanyakan Jamut Trikoderma sp Sekala Pertanian.http://ditjenbun.deptan.go.id/ Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.

______, 2011. Cendawan Trichoderma http://id.wikipedia.org/wiki/ Diakses pada tanggal29 Mei 2011.

Ardi, 2009. Reproduksi Serangga. http://makalahbiologiku.blogspot.com/ Diakses pada tanggal29 Mei 2011.

Edhi, 2008. Pernapasan Dan Pertukaran Gas Pada Serangga.http://www.edmart.staff.ugm.ac.id/ Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.

Ekmon, 2008. Isolasi Mikroorganisme http://ekmon-saurus.blogspot.com/ Diakses pada tanggal29 Mei 2011.

_____, 2008. Media pertumbuhan http://ekmon-saurus.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

32 of 33 10/16/2014 5:58 PM

Page 23: Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar

Posting Lebih Baru Posting Lama

Hasmasain, 2009. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman II. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/.Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.

Hidayat, 1990. Entomologi pertanian. Orbsa sakti, bandung.

Jumar, 2000. Entomologi pertanian. PT Rinepka cipta, Jakarta.

Pracaya, 2003. Hama Penyakit tanaman. Suadaya, Jakarta.

Ridwanti 2009. Fisiologi Serangga Hutan Sistem Pencernaan Serangga

http://repository.usu.ac.id/ Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.

Roni, 2009. Agen Pengendali Hayati. http://www.scribd.com/doc/. Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.

Sarwono, 2010. Kajian Terhadap Cendawan Antagonis Trikoderma sphttp://jatim.litbang.deptan.go.id/ind/ Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.

Tedi, 2008. Sistem Pernapasan Serangga. http://tedbio.multiply.com/ Diakses pada

tanggal 29 Mei 2011.

Beranda

0 komentar:

Poskan Komentar

Beri komentar sebagai:

Publikasikan

Rekomendasikan ini di Google

Laporan entomologi dan fitopatologi ~ Abrar http://abrarmely.blogspot.com/2013/06/laporan-entomologi-dan-fitopatolo...

33 of 33 10/16/2014 5:58 PM