KONTRIBUSI ALAMSYAH RATU PERWIRANEGARA TERHADAP PENJAGA KEAMANAN RAKYAT (PKR) DI LAMPUNG UTARA PADA TAHUN 1945 (SKRIPSI) Oleh CARLOS HENDRAWAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019
KONTRIBUSI ALAMSYAH RATU PERWIRANEGARA TERHADAP
PENJAGA KEAMANAN RAKYAT (PKR) DI LAMPUNG
UTARA PADA TAHUN 1945
(SKRIPSI)
Oleh
CARLOS HENDRAWAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
KONTRIBUSI ALAMSYAH RATU PERWIRANEGARA TERHADAP
PENJAGA KEAMANAN RAKYAT (PKR) DI LAMPUNG
UTARA PADA TAHUN 1945
Oleh:
CARLOS HENDRAWAN
Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 14 agustus 1945, disusul
dengan proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. “Pada saat itu di
Lampung baru mengetahui adanya berita proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 24 Agustus 1945 oleh Mr. Abbas. Tiga hari setelah Proklamasi, pasukan Gyu-
Gun Pagaralam dibubarkan. Alamsyah Ratu Perwiranegara pun pulang ke Lampung
Utara. Lalu dibentuklah badan keamanan bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR)
yang di Lampung lebih dikenal Penjaga Keamanan Rakyat (PKR).
Adapun rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah Apasaja kontribusi Alamsyah
Ratu Perwiranegara Terhadap PKR di Kotabumi pada tahun 1945.Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui apasajakah kontribusi Alamsyah Ratu Perwiranegara Terhadap
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) di Kotabumi pada tahun 1945. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, dengan teknik pengumpulan
Carlos Hendrawan
data melalui wawancara, studi pustaka dan dokumentasi serta teknik ananlisis data
Deskriptif Kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian Kontribusi Alamsyah Ratu Perwiranegara terhadap
Penjaga Keamanan Rakyat di Kotabumi Tahun 1945 dilakukan saat masa pembentukan
PKR dan saat sesudah dibentuknya PKR dimana pad masa pembentukan beliau ikut
merekrut pemuda kotabumi untuk ikut PKR dan setelah pembentukan Alamsyah Ratu
Perwiranegara melatih para anggota PKR pada masa itu, Alamsyah Ratu Perwiranegara
juga diangkat menjadi sekretaris oleh Jenderal Mayor M. Nur dan menjadi Ajudan saat
menhadiri rapat PKR di Lahat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kapten
Alamsyah Ratu Perwiranegara memiliki kontribusi dalam perkembangan PKR pada
masa itu.
Kata Kunci: Alamsyah Ratu Perwiranegara, Kontribusi, PKR, Sumatera Selatan
KONTRIBUSI ALAMSYAH RATU PERWIRANEGARA TERHADAP
PENJAGA KEAMANAN RAKYAT (PKR) DI LAMPUNG
UTARA PADA TAHUN 1945
Oleh:
Carlos Hendrawan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada 03 Agustus 1996,
penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara,
buah hati dari pasangan Bapak Nasir dan Ibu Wiwin
Handayani, yang bertempat tinggal di Desa Sawojajar.
kabupaten Lampung Utara.
Penulis memulai pendidikan dasar di SDN 02 wonomarto, Kabupaten Lampung
Utara, sampai tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri di SMPN06 Kotabumi, Kabupaten Lampung
Utara,.Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri di
SMAN 02 Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, dan lulus pada tahun 2014. Pada
tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SBMPTN.
Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di daerah
Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jakarta. Selain itu penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2017 di Kampung Bandar Dalam Kecamatan
Negeri Agung Kabupaten Way Kanan, serta penulis juga melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 01 Negeri Agung Kabupaten Way Kanan.
PERSEMBAHAN
Terucap syukur kehadirat Allah SWT, ku persembahkan
karya ini
Sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada :
Bapakku dan Ibuku
Yang telah menasehatiku serta mendukungku
Dalam menggapai cita-cita dan
yang telah menjadi sumber semangatku
seluruh keluarga besar ku dan Sahabat- sahabatku tercinta
Para pendidik dan teman- teman kampus yang memberikan
semangat untukku
Serta ALMAMATERKU tercinta
MOTTO
"KITA BERDOA KALAU KESUSAHAN DAN
MEMBUTUHKAN SESUATU, MESTINYA KITA JUGA
BERDOA DALAM KEGEMBIRAAN BESAR DAN SAAT
REZEKI BERLIMPAH”
(KAHLI GIBRAN)
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Kontribusi Alamsyah
Ratu Perwiranegara terhadap Penjaga Keamanan Rakyat di Lampung Utara pada
Tahun 1945”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.
Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki dalam
menyelesaikan skripsi ini, sehingga mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Wakil Dekan Bidang Keuangan Umum dan
Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
4. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si.,Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Syaiful. M, M.Si.,Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah dan
selaku dosen Pembahas yang telah membantu memberikan masukan, kritik
dan saran selama proses perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.
Terimakasih Pak.
7. Bapak Drs. Maskun, M.H, sebagai pembimbing Utama dalam skripsi ini
yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran
selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi. Terima kasih Pak.
8. Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., Pembimbing Akademik (PA) dan
Pembimbing kedua yang telah sabar membimbing dan memberi masukan
serta saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Terimakasih Pak.
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Dr. Risma Sinaga,
M.Hum,Drs. Ali Imron, M.Hum, Drs. Iskandarsyah, M.H., M. Basri, S.Pd,
M.Pd , Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd,
Myristica Imanita, S.Pd, M.Pd., Marzius Insani S.Pd. M.Pd., Valency
Rachmedita, S.Pd. M.Pd., Sumargono, S.Pd. M.Pd., Anisa Septia ningrum,
S.Pd. M.Pd.,dan para pendidik di Unila pada umumnya yang
telahmemberikanilmupengetahuankepadapenulisselamamenjadimahasiswa
di Program Studi Pendidikan Sejarah.
10. Untuk keluargaku terutama ayahku Nasir dan ibuku Wiwin Handayani yang
selalu memberikan kasih sayang, dukungan, dan motivasi, serta tidak henti-
hentinya selalu mendoakanku, menyemangatiku dan memberikan nasehat,
serta selalu sabar menghadapi sifat anakmu ini, terimakasih banyak atas
pemberianmu baik dari segi materiil maupun non materiil yang tak bisa
untuk aku balas,terima kasih banyak sudah mau mendampingi, menuntunku
selama ini dan terimaksih untuk semuanya.
11. Untuk adik-adikku Afida Suci Amanda dan Muhammad Maulana Ikhsan
yang sangat aku saying terima kasih banyak untuk semangat serta canda
tawanya selama ini.
12. Sahabat-sahabatku Tri Mulyani, Ririn, Lutfi, Putri, Ade, Yoga, Cindra,
Lengga, Maman dan Rinaldy terima kasih kalian telah memberikan
dukungan, semangat, dan partisipasinya, meskipun kita sering bertengkar
dan kadang tidak akur tapi terima kasih untuk 4 tahun kebersamaan yang
tecipta. Kalian mengajari aku banyak pelajaran yang berharga.
13. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah 2014 yang tidak dapat
kusebutkan satu persatu yang telah memberikan pengalaman baik saat suka
maupun duka. Terima Kasih.
14. Kakak-kakak dan Adik-adik tingkat di Program Studi Pendidikan Sejarah
terima kasih atas motivasinya.
15. Teruntuk Rahmawati yang selalu memotivasiku, mengajarkanku tentang
kesabaran, saling percaya, saling membantu serta saling berbagi baik saat
suka maupun duka, terimaksih telah hadir dalam hidupku.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih.
Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita.Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Wassalamu`alaikumWr. Wb
Bandar Lampung, ............... 2019
Penulis
Carlos Hendrawan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2. Analisis Masalah ................................................................................... 4
1.2.1 Identifikasi Masalah .................................................................... 4
1.2.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3. Tujuan, kegunaan dan ruang lingkup penelitian ................................... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.3.2 kegunaan Penelitian ..................................................................... 5
1.3.3 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
2.1. Tinjauan Pustaka ...................................................................................
......................................................................
............................................. 10
2.1.4. Konsep Lampung Utara .............................................................. 13
2.1.5. Konsep Kotabumi ....................................................................... 15
2.1.6. Penelitian yang relevan .............................................................. 17
2.2. Kerangka Pikir ...................................................................................... 19
2.3. Paradigma ............................................................................................. 20
III. METODE PENELITIAN
3.1.Metode Penelitian .................................................................................. 21
3.2. Variabel Penelitian................................................................................ 23
3.3. TehnikPengumpulan Data .................................................................... 23
3.3.1. Tehnik Kepustakaan ................................................................... 24
3.3.2. Tehnik Dokumentasi................................................................... 25
3.3.3. Tehnik wawancara ...................................................................... 26
3.4. Tehnik analisis data .............................................................................. 27
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ..................................................................................... 32
4.1.1. Gambaran umum Objek Penelitian............................................. 32
4.1.1.1 Biografi Alamsyah Ratu Perwiranegara.......................... 32
a. Masaanak-anak hingga Remaja ................................... 33
b. MasaRemaja Hingga Dewasa ...................................... 42
9
2.1.3.Konsep Penjaga Keamanan Rakyat
7
2.1.1. Konsep Kontribusi 7
2.1.2. Konsep Alamsyah Ratu Perwiranegara ......................................
4.1.1.2 Gambaran Umum PKR .................................................. 53
4.1.2. Deskripsi data ............................................................................. 59
4.1.2.1 Alamsyah Pada Saat Pembentukan PKR Tahun 1945 .... 59
a. kontribusi non materi .................................................. 59
b. kontribusi bersifat materi............................................. 62
4.1.4.2 paskah pembentukan PKR ............................................. 63
a. kontribusi non materi ................................................... 63
b. kontribusi bersifat materi............................................. 68
4.2. Pembahasan .......................................................................................... 70
4.2.1. Kontribusi Alamsyah terhadap PKR di Sumatera Selatan ......... 70
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...........................................................................................
76
5.2. Saran ..................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 14 agustus 1945,
disusul dengan proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945.
“Pada saat itu di Lampung baru mengetahui adanya berita proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945 oleh Mr. Abbas yang
pada saat itu berada di Jakarta untuk menyelenggarakan pertemuan dan juga
sebagai anggota dari PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
perwakilan dari Sumatera.
Namun bangsa Indonesia harus kembali berjuang agar dapat
mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih negaranya. Jalur
perjuangan yang ditempuh adalah melalui diplomasi dan pengerahan
kekuatan bersenjata atau Perang. Jalur perjuangan dengan perang menjadi
suatu hal yang tak dapat dihindari pada saat itu, namun bersamaan dengan itu
jalur diplomasi tetap dilakukan.
Alamsyah Ratu Perwira saat menjelang tuntasnya masa penjajahan Jepang
setelah Negeri Sakura itu menyerah kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945
yang disusul dengan Proklamasi Kemerdekaan RI. Tiga hari setelah
Proklamasi, pasukan Gyu-Gun Pagaralam dibubarkan dan mereka pulang ke
2
kampung halaman masing-masing. Alamsyah pun pulang ke
Lampung.Namun, pimpinan militer kembali mengonsolidasikan kekuatan
untuk melawan Jepang yang belum rela sepenuhnya meninggalkan Indonesia.
Alamsyah kembali bertolak ke Sumatera Selatan.(Lampung Post,2008:140).
Selama masa mempertahankan kemerdekaan, bangsa Indonesia telah
membuktikan kemampuannya dalam menghadapi gangguan keamanan dan
ancaman perang. Lebih lanjut bangsa Indonesia bahkan mampu memukul
mundur musuh, walaupun militer Indonesia masih sangat muda bahkan di
awal belum terbentuk suatu organisasi tentara. Pemerintah Indonesia tidak
berani ambil resiko , hingga yang terbentuk hanya suatu badan keamanan
bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR). Badan Keamanan Rakyat lebih
dikenal di Sumatera bagian Selatan dan sekitarnya dengan nama Penjaga
Keamanan Rakyat (PKR). PKR pada mulanya tak lebih dari tempat
berkumpul opsir-opsir muda tanpa seragam, anak buah dan tanpa pangkat
(Mestika Zed, 2005:126). Namun dalam perkembangannya BKR/PKR
membuktikan dirinya lebih dari sekedar badan penjaga keamanan biasa.
Di Lampung juga terdapat suatu badan bernama Penjaga Keamanan Rakyat
(PKR) yang didirikan pada September 1945 di gedung Azad Hindh di Jalan
R. Intan 23 Tanjungkarang (DHD Angkatan 45 Provinsi Lampung,
1994:138). Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) Lampung bermarkas pusat di
Tanjungkarang. Namun kemudian Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) tersebar
di berbagai ibukota kawedanan di Lampung.
3
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) Lampung merupakan suatu badan penjaga
keamanan yang tugasnya menjaga keamanan seluruh wilayah Lampung.
Orang-orang yang tergabung di dalamnya tentu merupakan orang-orang yang
dipercaya cakap dan memiliki pengetahuan kemiliteran. Setelah
kemerdekaan, orang-orang yang memiliki kemampuan kemiliteran tersebut
adalah pemuda-pemuda Indonesia yang pernah mengikuti program pelatihan
militer pada masa penjajahan seperti Giyugun, Mestika Zed mendefinisikan
Giyugun sebagai Korps Tentara Sukarela (Mestika,2005:27).
Sebelum Indonesia merdeka tepatnya ketika pendudukan Jepang. Di
Lampung pernah dibuka pendaftaran bagi para pemuda Lampung untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam Giyugun. Pengalaman yang
didapat para opsir Giyugun lampung berupa latihan-latihan Kemiliteran dari
Jepang sangatlah berharga, mengingat sebelum pendudukan Jepang di
Sumatera tidak dibentuk tentara militer KNIL (Koninklijk Nederland-Indisch
Leger) seperti di Jawa.
Giyugun tidak dapat dimanfaatkan untuk membantu Jepang secara Langsung
dalam perang Asia Timur Raya, karena Jepang sudah terlebih dahulu
mengalami kekalahan. Namun pelatihan yang diberikan Jepang tidak sia-sia
karena opsir-opsir Giyugun Lampung mendapat ilmu kemiliteran yang
nantinya bermanfaat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia khususnya di Sumatera Selatan.
Maka pada tanggal 20 agustus 1945 pasukan Giyugun di Pagaralam
dibubarkan dan mereka pulang ke kampung halaman masing-masing.Pada
4
tanggal 22 agustus 1945 Emir moh. Nur memelopori pembentukan PKR di
Lampung yaitu di Tanjung Karang. Kemudian disusul pembentukan PKR di
daerah daerah yang dipelopori bekas perwira-perwira Heiho dan Giyugun. Di
Lampung Utara Alamsyah bersama sama dengan Riyakudu dan Muhyin
membentuk PKR di Lampung Utara.(dewan harian daerah, 25:1994) Di
Lampung Utara sendiri terdapat tiga kawedanan yang terdapat Penjaga
Keamanan Rakyat (PKR) yakni di Blambangan Umpu, Menggala dan
Kotabumi.(Suparwan G. Parikesit).
Maka dari latar belakang masalah ini penulis bermaksud meneliti apasaja
kontribusi Alamsyah Ratu Perwiranegara terhadap Penjaga Keamanan
Rakyat (PKR) di Kotabumi pada tahun 1945. Hal ini diharapkan agar
masyarakat dan generasi muda Lampung tidak hanya mengetahui tentang
Alamsyah Ratu Perwiranegara sebagai sosok pahlawan, tetapi juga dapat
mengetahui kontribusi Alamsyah Ratu Perwiranegara dalam membentuk
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional
Indonesia. Diharapkan pula agar para generasi muda mampu meneladani
sosok Alamsyah Ratu Perwiranegara yang mampu mengharumkan Lampung
dengan segudang prestasinya dan menjadi generasi yang nasionalis dan
mampu menghargai jasa para pahlawan.
1.2. Analisis Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
a. Apasaja Kontribusi Alamsyah Ratu Perwiranegara Terhadap
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) di Kotabumi pada tahun 1945 ?
5
b. Apasaja Kontribusi Alamsyah Ratu Perwiranegara Terhadap
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) di Menggala pada tahun 1945 ?
c. Apasaja Kontribusi Alamsyah Ratu Perwiranegara terhadap
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) di Blambangan Umpu pada
Tahun 1945 ?
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas
maka peneliti memilih rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah
”Apasaja kontribusi Alamsyah Ratu Perwiranegara Terhadap PKR di
Kotabumi pada tahun 1945?”
1.3. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi Alamsyah
Ratu Perwiranegara terhadap Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) di
Kotabumi pada tahun 1945.
1.3.2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai Kontribusi
Alamsyah Ratu Perwiranegara dalam pembentukan PKR di
Kotabumi pada tahun 1945.
b. Menambah pengetahuan untuk guru dalam kajian sejarah lokal.
c. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pelajar
maupun mahasiswa dalam kajian sejarah lokal.
d. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan S1.
6
1.3.3. Ruang Lingkup Penelitan
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitianya meliputi beberapa hal
sebagai berikut :
a. Objek Penelitian : Kontribusi terhadap Penjaga
Keamanan Rakyat (PKR) di
Kotabumi tahun 1945.
b. Subjek Penelitian : Alamsyah Ratu Prawiranegara
c. Tempat Penelitian : ARSIP NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA, Balai Veteran
Lampung, Balai Veteran Lampung
Utara, Perpustakaan Universitas
Lampung, Perpustakaan Daerah
Lampung, Teluk betung.
d. Waktu Penelitian : Tahun 2019
e. Konsentrasi Ilmu : Sejarah
REFERENSI
Lampung Post. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung. Bandar Lampung. HU
Lampung Post. Hal:140
Mestika Zed. 2005. GIYÛGUN Cikal-bakal Tentara Nasional di Sumatera.
Jakarta: PustakaLP3ESIndonesia. Hal: 126.
Dewan Harian Daerah Angkatan 45. 1994. Untaian Bunga Rampai Perjuangan Di
Lampung Buku 3. Bandar Lampung. PT Agung Sidapura. Hal : 138
MestikaZed, Op. Cit. Hal: 27.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan guna peninjauan kembali (review) tentang
pustaka masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Di dalam
tinjauan pustaka ini akan dicari konsep-konsep yang akan dijadikan
landasan teoritis dalam penelitian yang akan dilakukan. Adapun
tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :
2.1.1. Konsep Kontribusi
Kontribusi adalah pemberian andil sesuatu kegiatan peranan, masukan ide
dan lain sebagainya.Kontribusi juga biasa dikenal dengan peranan,
sedangkan menurut Gross Mason dan Mceachern peran adalah sebagian
perangkat harapan-harapan yang dikenal pada individu yang menempati
kedudukan sosial tertentu (Soerjono Soekamto, 1999:99).
Kontribusi adalah ikut serta ataupun ataupun memberikan baik itu ide,
tenaga dan lain sebagainya dalam kegiatan. Adapun yang dimaksud
dengan kontribusi adalah pemberian atau ikut andil dalam suatu kegiatan
8
baik berupa informasi, ide-ide, tenaga, demi untuk mencapai sesuatu yang
direncanakan (Goenadi dan Djony, 2013:76).
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun
sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau
tindakan. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yakni
pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya.
Menurut Tirta N. Mursitama, PhD , Ketua Departemen Hubungan
Internasional Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara (BINUS)
dalam bukunya yang berjudul “Corporate Social Responsibility di
Indonesia: Teori dan Implementasi”. Wujud kontribusi tidak hanya dalam
bentuk materi, namun juga non material, sesuai dengan kapasitas kita
masing-masing.
Menurut Sulthony dalam akun blognya menuliskan Materi yang saya
maksud adalah terutama yang berhubungan dengan duit dan non-materi
terutama hal-hal yang berhubungan dengan pikiran dan moral, tentu moral
disini bagian yang tidak berhubungan dengan duit karena itu dimasukkan
dalam wilayah Materi.( sulthony.wordpress.com : 2019)
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka kontribusi dapat diartikan
sebagai suatu keterlibatan atau keikutsertaan diri baik berupa materi
maupun tindakan seperti mendedikasikan kemampuan dan bakat untuk
memperoleh keberhasilan yang diinginkan dalam suatu organisasi.Adapun
9
kontribusi yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk kepada
keterlibatan atau keikutsertaan Alamsyah Ratu Perwiranegara dicermati dari
kontribusi beliau terhadap Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) di Kotabumi
1945 dari segi materi dan non materi.
2.1.2. Konsep Alamsyah Ratu Perwiranegara
Alamsyah Ratu Perwiranegara lahir di Kotabumi, Lampung 25 Desember
1925, wafat di Jakarta, 8 Januari 1998. Alamsyah menempuh pendidikan
dasarnya di Tanjungkarang kemudian melanjutkan di Lampung Gakuen
(setingkat SMP) dan tamat SMA di Palembang. Zaman Jepang, ia
pendidikan militer (Gyu-Gun). Setelah kemerdekaan, Alamsyah ke India
pendidikan ilmu kemiliteran di Senior Officer Course di Mhow dan melaju
ke General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika
Serikat.(Dewan Harian Daerah Lampung “45, 1994:25).
Pangkat kemiliteran terakhirnya, sebelum menjadi anggota kabinet sebagai
sekretaris negara adalah letnan jenderal. Alamsyah pernah menjabat duta
besar Indonesia untuk Belanda 1972-1974. Setelah itu diangkat sebagai
wakil ketua DPA. Karena terkena jantung koroner, Alamsyah operasi di
Singapura pada 1989. Setelah KTT Non-Blok di Indonesia 1992, Alamsyah
menjadi duta besar keliling Non-Blok untuk urusan Timur Tengah (1992-
1995).Dalam Kabinet Pembangunan III (1978-1983) Alamsyah menjabat
menteri agama dan dalam Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) ia
menjabat menteri koordinator bidang kesejahteran rakyat.
10
Setelah pensiun dari pemerintahan, Alamsyah memimpin perusahan yang
bernama Perwira Penanggan Ratu dan menghabiskan waktunya di
rumahnya di daerah Pejaten, Jakarta Selatan. Pada 18 November 1997,
Alamsyah terkena serangan asma dan sempat dirawat di Rumah Sakit
Metropolitan Medical Center (MMC) Kuningan, Jakarta, dan wafat, 8
Januari 1998, dan dimakamkan secara militer di Kalibata.(Lampung
Post,2008:78)
Konsep ini sejalan dengan konsep Kontribusi yang mana penulis akan
mencari suatu kontribusi dari sosok Alamsyah Ratu Perwiranegara terhadap
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) dari masa pembentukan dan paskah
pembentukan segi material dan Non material.
2.1.3. Konsep Penjaga Keamanan Rakyat
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) merupakan suatu badan keamanan
bentukan pemerintah yang pada waktu itu hanya dikenal di wilayah
Sumatera khususnya di Sumatera Selatan dan sekitarnya. Menurut Mestika
Zed, BKR Sumatera Selatan diberi nama Penjaga Keamanan Rakyat (PKR).
PKR pada mulanya tidak lebih dari sekedar tempat berkumpul opsir-opsir
muda tanpa seragam, anak buah dan tanda pangkat (Mestika Zed,
2005:126). Pembentukan PKR itu meluas ke seluruh daerah di Lampung
dan merupakan embrio organisasi militer di Lampung (Dewan Harian
Daerah “45, 1994:138).
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) merupakan suatu badan keamanan
serupa Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk resmi oleh
11
pemerintah. Badan keamanan ini berada di bawah BPKKP (Badan
Penolong Keluarga Korban Perang), suatu badan yang didirikan untuk
mengurusi masalah sosial para mantan anggota organisasi kemiliteran
Jepang.
Pembentukan BKR jang demikian adalah sebagai bagian dari BPKKP,
dan badan ini adalah landjutan dari BPP (Badan Pembantu Pembelaan,
pada mulanja Badan Pembantu Pradjurit) jang didirikan oleh
pemerintah Balatentara Djepang untuk menolong urusan sosial bagi
Peta. BPP ini dipimpin oleh Otto Iskandardinata dari Djawa Hoko Kai,
dan pada minggu2 jang pertama BKR ini dengan sendirinja berada
di bawah pengawasan materi negara tersebut (A.H. Nasution,
1963:207).
Dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR), pada awalnya tidak
dimaksudkan sebagai angkatan bersenjata regular melainkan hanya sebagai
perangkat keamanan yang bertugas memelihara keamanan bersama rakyat.
Namun seiring dengan perkembangannya BKR kini mulai mengembangkan
diri sebagai Korps Pejuang Bersenjata (F. Sugeng Istanto, 1992:131).
Sejak kekuatan Jepang mulai melemah di wilayah Lampung pada tahun
1945, banyak sejumlah masyarakat ataupun tokoh-tokoh pemerintahan
mulai mengadakan pembentukan-pembentukan bala tentara disetiap.
wilayahnya. Terutama sejak diinstruksikan oleh presiden Soekarno melalui
pidatonya yang disampaikan pada tanggal 23 Agustus 1945: “Karena itu
saya mengharap kepada kamu sekalian hai prajurit-prajurit bekas Peta,
Heiho dan pemudah-pemudah lain untuk sementara waktu masuklah dan
bekerjalah dalam Badan Keamanan Rakyat.” (Ir. Soekarno dalam H.
Alamsjah Ratu Perwiranegara, 1987 :193)
12
Sejak dimulainya pembentukan organisasi kemiliteran berupa Badan-Badan
Keamanan. Di sejumlah wilayah di Lampung khususnya di wilayah Teluk
Betung, sejumlah orang yang pernah menjadi angkatan militer tentara
Jepang (seperti : Gyu´gun, Heiho, PETA dan lain-lainya) kemudian mulai
menggagas sejumlah pembentukan-pembentukan Badan-Badan Keamanan
yang pada nantinya akan difungsikan sebagai satuan penjaga kemanan.
“Bertempat di Tanjung Karang (B.P.T dan bekas hotel Wilhelmina)
pada tanggal 9 September 1945 telah berkumpul pemudah-pemudah
yang dipelopori oleh bekas perwira, bintara Gyu´gun dan Heiho
untuk menghimpun kekutan dan tenaga menyusun kesatuan/pasukan-
pasukan bersejata dibawah satu komando dengan diberi nama Badan
Keamanan Rakyat (BKR). Pada saat itu pula pemerintah Jepang tidak
dibenarkan lagi berhubungan dengan rakyat. Sesuai dengan
perkembanganya, pembentukan BKR pada tiap-tiap daerah kewedanan
berubah menjadi pasukan-pasukan PKR (Penjaga Keamanan Rakyat).”
(Endro Suratmin, 1981 :3)
Kemudian dibentuk PKR yang pada waktu itu dikepalai oleh Emir
Mohammad Noor, pembentukan PKR tersebut ditujukan untuk
mengamankan sejumlah tempat-tempat terpencil di Lampung seperti :
Kota Agung, Talang Padang, Kalianda, Kota Bumi (Lampung Utara),
Gunung Sugih (Lampung Tengah), Sukadana, Pringsewu, Teluk Betung,
Menggala dan Belambangan Umpu. (H. Alamsjah Ratu Perwiranegara,
1987 :200)
Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan Penjaga
Keamanan Rakyat (PKR) adalah suatu istilah yang dikenal di Sumatera
Bagian Selatan untuk menyebut suatu badan keamanan pertama bentukan
pemerintah serupa BKR yang merupakan cikal bakal tentara nasional
13
dengan tujuan membantu menjaga keamanan daerahnya. Adapun yang
dimaksud dengan Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) dalam penelitian ini
merujuk pada Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) yang dibentuk di Kotabumi
sebagai badan penjaga keamanan yang dibentuk Alamsyah pada tahun 1945.
2.1.4. Konsep Lampung Utara
Pada awal masa kemerdekaan, berdasarkan UU RI Nomor 1
Tahun1945, Lampung Utara merupakan wilayah administratif di bawah
Karesidenan Lampung yang terbagi atas beberapa kawedanan,
kecamatan dan marga. Pemerintahan marga dihapuskan dengan
Peraturan Residen 3 Desember 1952 Nomor 153/1952 dan
dibentuklah “Negeri” yang menggantikan status marga dengan
pemberian hak otonomi sepenuhnya berkedudukan di bawah
kecamatan. Terjadinya pemekaran beberapa kecamatan, terjadilah
suatu negeri di bawah beberapa kecamatan, sehingga dalam tugas
pemerintahan sering terjadi benturan. Status pemerintahan negeri dan
kawedanan juga dihapuskan dengan berlakunya UU RI Nomor 18 Tahun
1965.
Berdasarkan UU RI Nomor 4 (Darurat) Tahun 1965, juncto UU RI Nomor
28 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-
Kabupaten dalam Lingkungan Sumatera Selatan, terbentuklah Kabupaten
Lampung Utara di bawah Provinsi Sumatera Selatan. Dengan terbentuknya
Provinsi Lampung berdasarkan UU RI Nomor 14 Tahun 1964, maka
Kabupaten Lampung Utara masuk sebagai bagian dari Provinsi Lampung.
14
Kabupaten Lampung Utara telah mengalami tiga kali pemekaran sehingga
wilayah yang semula seluas 19.368,50 km² kini tinggal 2.765,63 km².
Pemekaran wilayah pertama terjadi dengan terbentuknya Kabupaten
Lampung Barat berdasarkan UU RI Nomor 6 Tahun 1991, sehingga
Wilayah Lampung Utara berkurang 6 kecamatan yaitu: Sumber
Jaya, Balik Bukit, Belalau, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan dan Pesisir
Utara.
Pemekaran kedua tejadi dengan terbentuknya Kabupaten Tulang
Bawang berdasarkan UU RI Nomor 2 Tahun 1997. Wilayah Lampung
Utara kembali mengalami pengurangan sebanyak 4 kecamatan yaitu:
Menggala, Mesuji, Tulang Bawang Tengah dan Tulang Bawang Udik.
Pemekaran ketiga terjadi dengan terbentuknya Kabupaten Way Kanan
berdasarkan UURI Nomor 12 Tahun 1999. Lampung Utara kembali
berkurang 6 kecamatan yaitu: Blambangan Umpu, Pakuan Ratu,
Bahuga, Baradatu, Banjit dan Kasui.
Kabupaten Lampung Utara Saat ini tinggal 8 kecamatan
yaitu: Kotabumi, Abung Selatan, Abung Timur, Abung Barat, Sungkai
Selatan, Sungkai Utara, Tanjung Raja dan Bukit Kemuning. Berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2000 jumlah kecamatan dimekarkan
menjadi 16 kecamatan dengan mendefinitifkan 8 kecamatan pembantu
yaitu: Kotabumi Utara, Kotabumi Selatan, Abung Semuli, Abung
Surakarta, Abung Tengah, Abung Tinggi, Bunga Mayang dan Muara
Sungkai. Sedangkan hari kelahiran Kabupaten Lampung Utara Sikep ini,
15
setelah melalui berbagai kajian, disepakati jatuh tanggal 15 Juni 1946 dan
ini disahkan dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002.
2.1.4. Konsep Kotabumi
Pada tanggal 5 September 1945, keluarlah sebuah instruksi dari Pemerintah
Pusat untuk dilakukan pengambilalihan kekuasaan di kawedanan-
kawedanan, serta pengibaran bendera Merah Putih secara menyeluruh,
dengan penjagaan seperlunya. Setelah Mr. A. Abbas berunding dengan
beberapa pejabat kantor Karesidenan Lampung, antara lain Sultan Rahim
Pasaman dengan pihak Residen Lampung, maka pihak pemerintah Jepang
(Syukocan) bernama Kobayashi, bersama dengan beberapa pejabat Jepang,
menyerahkan kekuasaan kepada Mr. A. Abbas selaku Residen Lampung
dari Pemerintah Republik Indonesia.
Pada bulan februari tahun 1946, tentara Jepang yang menduduki daerah
Lampung telah selesai seluruhnya meninggalkan Lampung menuju
Palembang. Namun demikian, sejak negara Republik Indonesia
diproklamirkan, sisitem pemerintahan Jepang masih diteruskan. Pada Surat
Keputusan Gubernur Sumatera (Medan) tanggal 17 Mei 1946 No. 113,
Karesidenan Lampung dibagi menjadi 3 Kabupaten, 11 Kawedanan. Setiap
Kawedanan dibagi atas beberapa Kecamatan dan setiap Kecamatan dibagi
lagi menjadi beberapa Marga. Kabupaten-kabupaten dan Kawedanan-
kawedanan di daerah Karesidenan Lampung itu adalah:
A.Kabupaten Lampung Utara dengan Kawedanan:
1.Kawedanan Menggala
16
2.Kawedanan Kotabumi
3.Kawedanan Way Kanan
4.Kawedanan Krui
Dengan Bupatinya adalah Burhanuddin
B. Kabupaten Lampung Tengah, dengan Kawedanan
1.Kawedanan Sukadana
2.Kawedanan Metro
3.Kawedanan Way Seputih
Dengan Bupatinya adalah Zainabun
C. Kabupaten Lampung Selatan, dengan Kawedanan
1.Kawedanan Kalianda
2.Kawedanan Telukbetung
3.Kawedanan Kedondong
Dengan Bupatinya adalah R.A Basyid Warganegara
Pada tahun 1946 Kabupaten Lampung Utara baru dibentuk dan membagi
kawedanan menjadi 4 kawedanan yakni kawedanan Menggala, Kotabumi,
Way kanan dan Krui. Pada saat itu Kawedanan Kotabumi sudah ada sejak
masa Jepang. Menurut Saleh Achmad pada tahun 1945 Kotabumi belum
menjadi pusat pemerintahan di Lampung Utara, tapi kotabumi pada saat itu
masih seperti kampung biasa. Bapak Saleh Achmad juga menuturkan suatu
cerita rakyat mengenai kisah awal nama Kotabumi. Bahwa Kotabumi adalah
nama yang berasal dari kata Kuto Bumi yang berasal dari nama nenek
moyang warga Kotabumi yang dulu adalah ratu ditempat tersebut. Hal
17
tersebut adalah cerita rakyat belaka, namun beliau menerangkan bahwa pada
tahun 1945 Kotabumi memang sudah ada dan menjadi suatu kawedanan
pada masa itu.
Dari penjelasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
Kotabumi seperti yang tertulis di Latar Belakang adalah Suatu tempat
dibawah Kabupaten Lampung Utara yang pada tahun 1945 merupakan
wilayah Kawedanan. Maka sesuai dengan rumusan masalah yang akan di
cari adalah Apasaja Kontribusi Alamsyah Ratu Perwiranegara terhadap
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) di Kotabumi Tahun 1945.
2.1.6. Penelitian yang relevan
Beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan pokok masalah ini dan
sudah pernah dilaksanakan adalah: Judul Skripsi “kontribusi Ki Hajar
Dewantara dalam Pengembangan Kebudayaan Nasional Indonesia. Peneliti
bernama Liswati, tahun 2008 Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kontribusi yang
diberikan oleh Ki Hajar Dewantara terhadap pengembangan kebudayaan
nasional Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Ki Hajar
Dewantara memberikan kontribusinya dalam pengembangan kebudayaan
nasional Indonesia tersebut tentunya dengan harapan bahwa kontribusi yang
diberikannya itu benar-benar dapat menumbuhkan kesdaran pada diri
18
generasi muda bangsa Indonesia untuk selalu mempertahankan kebudayaan
bangsa Indonesia yang sudah ada.
judul skripsi “Kontribusi Eks-Giyûgun DalamPenjagaKeamanan Rakyat
(PKR) DiLampungTahun 1945”. Peneliti bernama Eka Ratna Sari, Tahun
2017. Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahuikedudukan dan peran eks-
Giyûgun dalam Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) di Lampung tahun 1945.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data yang menunjukkan bahwa
bergabungnya paraeks-Giyûgun ke dalam Penjaga Keamanan Rakyat
(PKR) di Lampung menjadikan paraeks-Giyûgun memiliki kedudukan
istimewa didalamnya, baik ditingkat pusat maupun ditingkat cabang
disetiap ibukota kawedanan diLampung. Bekal pengetahuan kemiliteran
yang didapat dari Jepang didedikasikan paraeks-Giyûgun guna membantu
menjaga keamanan Lampung yang belum stabil setelah kemerdekaan.
Kesimpulan penelitian ini adalah kedudukan paraeks-Giyûgun dalam
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) sebagian besar adalah sebagai
pemimpin. Kedudukan ini pula yang menjadikan para eks- Giyûgun
berperan penting didalam badan perjuangan tersebut.Peran ini
dijalankan sebagai wujud kontribusinya dalam usaha menjaga keamanan di
Lampung tahun 1945.
19
2.2.Kerangka Fikir
Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 14 agustus 1945,
disusul dengan proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945.
“Pada saat itu di Lampung baru mengetahui adanya berita proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945 oleh Mr. Abbas yang
pada saat itu berada di Jakarta untuk menyelenggarakan pertemuan dan juga
sebagai anggota dari PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
perwakilan dari Sumatera” (Dewan Harian Daerah „45, 1994: 16).
Maka pada tanggal 20 agustus 1945 pasukan Giyugun di Pagaralam
dibubarkan dan mereka pulang ke kampung halaman masing-masing. Pada
tanggal 22 agustus 1945 Emir moh. Nur memelopori pembentukan PKR di
Lampung yaitu di Tanjung Karang. Kemudian disusul pembentukan PKR di
daerah daerah yang dipelopori bekas perwira-perwira Heiho dan Giyugun. Di
Lampung Utara Alamsyah bersama sama dengan Riyakudu dan Muhyin
membentuk PKR di Kotabumi. Alamsyah Ratu Perwiranegara menjadikan
Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) sebagai tempat perjuangannya selanjutnya
yang diharapkan mampu mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yang
dapat kita ketahui dari kontribusinya sebelum dan sesudah terbentuknya PKR
di Kotabumi dan dibagi kembali dari kontribusi berbentuk material dan non
material.
20
2.3.Paradigma
Keterangan:
Garis Kontribusi :
Bentuk Kontribusi :
KONTRIBUSI ALAMSYAH RATU
PERWIRANEGARA TERHADAP
PKR DI KOTABUMI TAHUN 1945
Saat Pembentukan PKR Sesudah Terbentuk PKR
Non Materi Materi Non Materi Materi
REFERENSI
Soekanto, soerjono. 1999. Metodologi Reseach jilid 1. Bandung. Remaja
Rosdakarya. Hal:99
Gunadi dan Djony. 2013. Istilah Komunikasi. Jakarta. Grafindo Persada.
Hal:76
Dewan Harian Daerah Angkatan 45. 1994. Untaian Bunga Rampai Perjuangan
Di Lampung Buku 3. Bandar Lampung. PT Agung
Sidapura. Hal : 25
Lampung Post. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung. Bandar Lampung. HU
Lampung Post. Hal:78
Mestika Zed. 2005. GIYÛGUN Cikal-bakal Tentara Nasional diSumatera.Jakarta:
PustakaLP3ESIndonesia. Hal: 126.
Dewan Harian DaerahAngkatan 45 Provinsi Lampung, Op. Cit. Hal:138
A.H.Nasution.1963.TentaraNasionalIndonesiaI.Jakarta:Ganaco N.V.Hal:207
F.SugengIstanto.1992.PerlindunganPendudukSipildalamPerlawananRakyatSemes
ta dan Hukum Internasional. Yogyakarta:Andi Offset.Hal: 131.
Soerjono Soekanto. 2002. Sosiologi SuatuPengantar. Jakarta: Grafindo.Hal:243.
III. METODE PENELITIAN
3.1.Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan metode yang menyangkut masalah kerja yakni
cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan (Sayuti Husin, 1998:32). Metode penelitian sangat dibutuhkan
dalam memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu
penelitian.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian sejarah, atau sering disebut dengan metode historis.
Metode penelitian sejarah adalah metode atau cara yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya
untuk mendapatkan tulisan yang sistematik dan objektif. Dengan kata lain,
metode penelitian sejarah adalah instrumen untuk merekonstruksi peristiwa
sejarah menjadi sejarah sebagai kisah dengan menggunakan aturan dan
prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara
efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil yang
dicapai dalam bentuk tulisan.
Menurut Gilbert J. Garraghanmetode penelitian sejarah adalah seperangkat
aturan atau prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah
22
secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hal-hal
yang dicapai dalam bentuk tertulis.
Kuntowijoyo (2003:xix) mengemukakan pendapat bahwa metode
sejarah ialah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis tentang bahan, kritik,
interpretasi, dan penyajian sejarah. Jadi, metode mempunyai hubungan
dengan prosedur, proses atau teknis yang sistematis dalam penyelidikan suatu
disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti.
Dalam kaitannya dengan ilmu sejarah, dengan sendirinya berarti “bagaimana
mengetahui sejarah” (Sjamsudin,1996:03).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa metode historis merupakan suatu cara atau sistem yang bersifat ilmiah,
tersusun didalamnya berbagai tahapan sistematis, yang digunakan untuk
penyelidikan secara kritis terhadap suatu objek penelitian sejarah.
Menurut Nugroho Notosusanto, langkah - langkah dalam penelitian
historis meliputi :
1. Heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber data
2. Kritik yaitu menyelidiki keaslian dan kesahihan sumber-sumber data
yang di dapat,
3. Interpretasi yaitu merangkai berbagai sumber-sumber data yang telah di
kritik menjadi satu kesatuan yang mampu menerangkan objek penelitian
4. Historiografi yaitu tahap penulisan hasil penelitian
(NugrohoNotosusanto, 1948:11).
23
3.2.Variabel Penelitian
Variabel dalam pengertian umum adalah suatu konsep yang diberi nilai.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:60)
sedangkan menurut Sutrisno Hadi, mendifinisikan variabel sebagai gejala
yang bervariasi misalnya jenis kelamin dan berat badan (Sutrisno
Hadi,1993:89)
Dari pengertian para ahli tersebut penulis menyimpulkan bahwa variabel
penelitian adalah sebuah objek yang mempunyai nilai dan menjadi pusat
perhatian atau penelitian. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel tunggal
yaitu KontribusiAlamsyah Ratu Prawiranegara terhadap Penjaga Keamanan
Rakyat di Sumatera Selatan pada tahun 1945.
3.3.Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik dalam pengumpulan data ini diartikan sebagai metode atau cara
peneliti dalam mengumpulkan data-data atau sumber-sumber informasi
untuk mendapatkan data yang valid sesuai dengan tema penelitian ini, untuk
menguji bahwa hipotesis diterima atau ditolak perlu dibuktikan kebenarannya
dengan data-data yang ada. Adapun karena penelitian ini berbasis penelitian
historis, maka teknik pengumpulan data termasuk dalam tahap
heuristik.Heuristik : Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein,
artinya memperoleh. Menurut G.J. Reiner (1997), heuristik adalah suatu
teknik, mencari dan mengumpulkan sumber. Heuristik adalah tahap pertama
24
dalam penelitian sejarah, dimana peneliti akan mencari dan mengumpulkan
berbagai sumber data-data dan fakta yang relevan dengan objek penelitian.
Data-data yang didapat nantinya akan menjadi instrumen penelitian dalam
mengolah data dan merekonstruksi sejarah.
Data-data penelitian yang dikumpulkan dalam tahap heuristik ini
dikumpulkan dengan cara menggunakan teknik dokumentasi, teknik
kepustakaan dan dilengkapi dengan teknik wawancara terhadap pelaku
sejarah maupun saksi sejarah
Sumber data yang dikumpulkan adalah sumber yang berupa sumber primer
dan sekunder. Sumber primer meliputi dokumen-dokumen resmi seperti surat
keputusan perang, surat penugasan, maupun hasil wawancara terhadap pelaku
sejarah, sedangkan sumber sekunder yaitu berupa surat kabar harian daerah
dan buku-buku sejarah daerah Lampung yang membahas tentang perjuangan
atau sejarah lokal Lampung.
Data-data tersebut dikumpulkan dengan teknik tertentu yang disebut dengan
teknik pengumpulan data, dengan demikian peneliti perlu menggunakan
beberapa metode dalam mengumpulkan sumber-sumber bahan antara lain
melalui:
3.3.1. Tehnik Kepustakaan
Menurut Joko Subagyo tehnik kepustakaan adalah suatu cara untuk
mendapatkan informasi secara lengkap serta untuk menentukan tindakan
yang akan diambil sebagai langkah penting dalam kegiatan ilmiah (Joko
Subagyo,2006 : 109).
25
Sedangkan menurut S. Nasution menyatakan bahwa setiap penelitian
memerlukan bahan yang bersumber dari perpustakaan, bahan ini meliputi
buku- buku, majalah-majalah, pamflet dan bahan dokumenter lainnya yang
bertalian dengan penelitian (S.Nasution, 1996 : 145).
Berdasarkan dari pendapat beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa teknik kepustakaan merupakan cara yang ditempuh peneliti agar
dapat memperoleh informasi dan data akan hal yang akan diteliti dengan
mempelajari buku-buku literatur, majalah, koran, artikel dan bahan bacaan
lainnya yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.
3.3.2. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu, suatu metode atau cara mengumpulkan data yang
menghasilkan catatan- catatan yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Suwandi, 2008 : 158).
Sementara itu tehnik dokumentasi juga dapat diartikan sebagai mencari data
penelitian yang bersumber dari pada tulisan, penyelidikan benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006 :
Halaman158).
Dalam hal ini seorang peneliti dalam mengumpulkan data tidak hanya
terbatas pada literatur yang sudah ada sebelumnya tetapi juga melalui
pembuktian atau mencari data lain yang berupa catatan, buku, surat kabar,
26
majalah, notulen rapat, dan lain sebagainya, agar informasi berupa data yang
diperoleh dan akan diteliti menjadi lengkap.
Langkah operasional yang dilakukan penulis dalam proses pengumpulan
data adalah dengan mencari sumber baik primer atau sekunder dari buku-
buku yang ada di perpustakaan baik di daerah ataupun yang ada di
universitas sebagai bahan baku penujang pembuktian kebenaran akan data
yang ditulis, penulis juga menggunakan internet dalam proses ini sebagai
bahan penunjang pembuktian akan kebenaran data yang ditulis.
3.3.3. Teknik Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit.
(Sugiyono,2011:317).
Menurut Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksut tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua fihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. (Moleong, 2011:186)
Lincoln dan Guba (1985 : 266) menegaskan maksud dari wawancara ialah
mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan ; memproyeksikan
kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa
yang akan datang ; memverifikasi, mengubah, memperluas informasi yang
27
diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia ; dan
memferifikasi mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan
oleh peneliti sebagai pengecekan anggota (Lincoln dan Guba dalam
Moleong, 2011:186).
Dari beberapa pengertian oleh para ahli tersebut, penulis menyimpulkan
wawancara adalah upaya mencari informasi atau data melalui percakapan
langsung antara pewawancara dan terwawancara melaui berbagai
pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara terhadap terwawancara
terkaiat objek penelitian.Adapun informan dalam penelitian ini adalah
Shaleh Achmad (Veteran Perang), Bapak Mayor (Purn) H. Azhari Mursal,
dan Bapak Achmad Lani.
3.4.Tehnik Analisis Data
Analisis dalam penelitian merupakan bagian dalam poses penelitian yang
sangat penting, karena data yang diperoleh akan lebih memiliki arti bila telah
dianalisis dan dengan analisis inilah data yang ada akan nampak manfaatnya
terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir
penelitian. Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka data yang
terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif, dengan demikian tehnik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis data
kualitatif, yang berupa fenomena- fenomena dan kasus- kasus dalam bentuk
laporan dan karangan sejarawan, sehingga memerlukan pemikiran yang teliti
dalam menyelesaikan masalah penelitian dan mendapatkan kesimpulan.
Adapun definisi kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian dalam
28
bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk
mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga
memperoleh gambaran baru atau memuatkan suatu gambaran yang sudah ada
dan sebaliknya (Joko Subagyo, 2006 : 106).
Kegiatan analisis didalam penelitian ini menggunakan analisis historis yaitu
menggunakan kritik dan interpretasi serta menarik dan menuliskan
kesimpulan dengan menggunakan tahap historiografi. Kritik : langkah
kedua setelah data dan sumber berhasil di kumpulkan adalah memerikan
verivikasi atau kritik terhadap sumber yang telah dikumpulkan. Kritik ini
digunakan dengan tujuan untuk menguji kevalidan, keaslian dan kesahihan
sumber yang didapat. Selain itu, kritik berfungsi untuk menyeleksi sumber
menjadi fakta. Dalam tahap ini Keaslian Sumber (Otentisitas) dihasilkan
dengan melakukan pengujian atas asli tidaknya sumber, berarti ia
menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan.
Terdapat 2 (dua) jenis kritik sumber, eksternal dan internal.
1. Kritik Eksternal :Kritik eksternal ingin menguji otentisitas (keaslian)
suatu sumber, agar diperoleh sumber yang sungguh-sungguh asli dan
bukannya tiruan atau palsu. Sumber yang asli biasanya waktu dan
tempatnya diketahui. Makin luas dan makin dapat dipercaya pengetahuan
kita mengenai suatu sumber, akan makin asli sumber itu. Dibandingkan
dengan kritik internal yang bersifat sebagai higher criticism, maka kritik
eksternal lebih dianggap sebagai lower criticism. Kritik eksternal menguji
29
keaslian dokumen, sedang kritik internal lebih menguji makna isi
dokumen.
2. Kritik Internal: Berbeda dengan kritik eksternal yang lebih
menitikberatkan pada uji fisik suatu dokumen, maka kritik internal ingin
menguji lebih jauh lagi mengenai isi dokumen. Uji kredibilitas disebut
juga uji reliabilitas. Artinya sejarwan ingin menguji seberapa jauh dapat
dipercaya kebenaran dari isi informasi yang diberikan oleh suatu sumber
atsau dokumen sejarah. Selain melakukan kritik internal, untuk menguji
kevalidan sumber, peneliti menggunakan metode triangulasi. Peneliti
melakukan pengecekan silang, yaitu membandingkan hasil wawancara
langsung dari veteran perang dengan hasil wawancara dari komandan
Militer Gatam 043 Lam-Sel, dan membandingkannya kembali dengan
dokumen-dokumen yang telah peneliti dapatkan. Dengan kata lain,
peneliti juga membandingkan hasil wawancara langsung dari narasumber
dengan dokumen dokumen sejarah baik berupa surat kabar, buku
sejarah Lampung, maupun arsip resmi pemerintah. Sebagaimana telah
dikemukakan dalam uraian terdahulu, bahwa kesaksian dalam sejarah
merupakan faktor paling menentukan sahih dan tidaknya bukti atau fakta
sejarah itu sendiri
3. Interpretasi : setelah peneliti mampu menghasilkan sumber yang
valid dari proses kritik, maka peneliti akan menafsirkan, mengaitkan dan
mulai merekonstruksi hingga sumber-sumber tersebut mampu menjadi
sebuah cerita yang runtut dan berkaitan dengan objek penelitian yaitu
Kapten Alamsyah Ratu Prawiranegara. Interpretasi merupakan tahapan
30
/ kegiatan menafsirkan fakta-fakta serta menetapkan makna dan
saling hubungan daripada fakta-fakta yang diperoleh. Dalam menafsirkan
makna dari sumber sejarah harus dilandasi penilaian yang objektif.
4. Teknik Interpretasi data dapat dilakukan sebagai berikut: (1) memperluas
hasil analisis dengan mengajukan pertanyaan berkenaan dengan
hubungan, perbedaan antara hasil analisis, penyebab, implikasi dari hasil
analisis sebelumnya, (2) hubungkan temuan dari sumber satu dengan
sumber lainnya, (3) memberi pandangan kritis dari hasil analisis yang
dilakukan, (4) menghubungkan hasil- hasil analisis dengan teori-teori
pada bab sebelumnya, (5) menghubungkan atau meninjau dari teori yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi (Herlina,2011:15).
Dalam menginterpretasi sumber sejarah dalam penelitian ini, peneliti
mengunakan teknik analisis data historis.Analisis data historis lebih dikenal
dengan penafsiran atau intepretasi sejarah. Intepretasi sejarah sering disebut
juga dengan analisis sejarah (Abdurrahman,2007). Dalaman alisis sejarah,
ada dua metode yang digunakan, yaitu: analisis dan sintesis. Analisis sendiri
berarti menguraikan dan secara terminologi berbeda dengan sintesis yang
berarti menyatukan, namun keduanya di pandang sebagai metode-metode
utama dalam interpretasi (Kuntowijoyo,1995).
Dudung Abdurrahman (2007),menjelaskan bahwa analisis sejarah bertujuan
melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-
sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu
kedalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Menurut Sartono Kartodirdjo
(1992) analisis sejarah telah menyediakan suatu kerangka pemikiran atau
31
kerangka referensi yang mencakup berbagai konsep dan teori yang akan
dipakai dalam membuat analisis itu. Data yang telah diperoleh
diinterpretasikan, dianalis isi-isinya dan analisis data harus berpijak pada
kerangka teori yang dipakai sehingga menghasilkan fakta-fakta yang
relevan dengan penelitian.
Historiografi : langkah terahir yang dilalui oleh peneliti sejarah adalah
penulisan atau historiografi. Pada tahap terahir ini peneliti akan menuangkan
hasil penelitiannya ke dalam tulisan yang dibukukan. Historiografi adalah
rekonstruksi yang imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data yang
diperolah dengan menempuh proses menguji dan menganalisis secara
kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. (Gottschalk, 2006:39).
Tahap terahir yaitu historiografi, peneliti mulai menuangkan hasil penelitian
ini kedalam tulisan, yang nantinya akan peneliti jadikan sebagai tugas ahir
perkuliahan. Di tahap ini peneliti mengaitkan fakta-fakta sejarah tentang
Alamsyah Ratu Prawiranegara yang telah diinterpretasikan dan kemudian
peneliti menyampaikan sintesis yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan
dan disampaikan dalam bentuk karya ilmiah atau tulisan tentang Kapten
Alamsyah Ratu Prawiranegara, merangkaikan fakta berikut maknanya secara
kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah.
REFERENSI
Husin Sayuti. 1989.Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: FajarAgus. Hal: 32.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah.Yogyakarta: TiaraWacana Yogya.
Hal:19
Sjamsudin, Helius. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud. Hal:03
Nugroho, Notosusanto. 1993.Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hal: 11
Sugiyono. 2008.MetodePenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta. Hal:60
JokoP.Subagyo.2006.MetodePenelitianDalamTeoridanPraktek. Jakarta:
RinekaCipta. Hal:109.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek.Jakarta:
RinekaCiptaArikunto, Hal:158
Sugiyono. 2011.MetodePenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta. Hal:317
J.Moleong,Lexy.2011.Metdologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT.
RemajaRosdakarya. Hal : 183
Ibid. Hal:266
Ibid. Hal:186
Joko P. Subagyo, Op. Cit. Hal:106
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: GramediaPustakaUtama.
V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
kontribusi Alamsyah Ratu Prawiranegara dalam perkembangan Penjaga
Keamanan Rakyat atau PKR di Kotabumi tahun 1945 lebih banyak terlihat
pada segi non material. Kontribusi itu meliputi fisik dan pemikiran Alamsyah
Ratu Perwiranegara curahkan untuk membentuk dan mengembangkan PKR
menjadi wadah para eks giyugun, heiho dan seluruh pemuda di Kotabumi agar
selalu siap untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.Kontribusi
alamsyah ini meliputi:
a. Pada Masa pembentukan Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) Alamsyah
memelopori pembentukan PKR di Kotabumi, Alamsyah bersama Kapten
Riyakudu membentuk Penjaga Kemanan Rakyat. Saat itu Alamsyah Ratu
Perwiranegara memilih menjadi wakil ketua saat di PKR Kotabumi. Alamsyah
Ratu Perwiranegara juga merekrut para pemuda untuk ikut bergabung dalam
PKR di Kotabumi.
b. Paskah Pembentukan Penjaga Kemanan Rakyat di Kotabumi Alamsyah juga
melatih pemuda-pemuda yang tergabung dalam PKR Kotabumi. Pada masa itu
di Kotabumi terjadi kerusuhan dan Alamsyah bersama dengan Penjaga
77
Kemanan Rakyat ikut membantu dalam meredakan kerusuhan tersebut.
Diangkat menjadi sekertaris sekaligus ajudan oleh ketua PKR Lampung
Jendral Mayor Pangeran Emir M. Noor. Ikut memeriksa perkembangan PKR
di Baturaja dan Lahat sekaligus menghadiri rapat mewakili daerah Lampung
5.2 Saran
1. Untuk seluruh generasi penerus bangsa Indonesia, baik kaula muda maupun
kaum tua untuk terus menghargai sejarah perjuangan bangsanya. Dengan terus
mengisi kemerderdekaan bangsa ini dengan penuh tanggung jawab sebagai
wargaNegara yang tunduk pada UUD dan Pancasila.
2.Mempelajari sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada umumnya dan
sejarah daerah masing-masing khususnya karena tidak akan ada persatuan di
Indonesia tanpa adanya perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh tiap-tiap
daerah.
3. Menghargai jasa para pahlawan dan pejuang yang telah mempertaruhkan
hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan bangsaIndonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. SUMBER PUSTAKA
A.H.Nasution.1963.TentaraNasionalIndonesiaI.Jakarta:GanacoN.V.
Alamsjah Ratu perwiranegara.1987. PETA dan GYU GUN Cikal Bakal
TNI.Jakarta:YAPETA
Arsip Nasional Republik Indonesia. 2004. Arsip Kementerian Pertahanan
Republik Indonesia. Jakarta Selatan:direktorat bidang Konservasi
Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan
Praktek.Jakarta: Rineka Cipta Arikunto,
Dewan Harian Daerah Angkatan 45. Untaian Bunga Rampai Perjuangan Di
Lampung Buku 3. Bandar Lampung. PT Agung Sidapura.
Gunadi dan Djony. 2013. Istilah Komunikasi. Jakarta. Grafindo Persada
Hamidi. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.
Husin Sayuti. 1989.Pengantar Metodologi Riset.Jakarta: FajarAgus.
J.Moleong,Lexy.2011.MetodologiPenelitianKualitatif.Bandung:PT.
RemajaRosdakarya
JokoP.Subagyo.2006.Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah.Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya
Kansil, C.S.T. dan Julianto. 1988. Sejarah Perjuangan dan Pergerakan
Kebangsaan Indonesia.Jakarta: Erlangga
Koentjaraningrat.1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia.
Kartodirjo,Sartono.1992.Pengantar Sejarah Indonesia Baru1500-190,
DariImpeum Sampai Imperium.Jakarta: PT. Gramedia
Lampung Post. 2008. 100 Tokoh Terkemuka Lampung. Bandar Lampung. HU
Lampung Post
Mestika Zed. 2005. GIYÛGUN Cikal-bakal Tentara Nasional di
Sumatera.Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia
Nasir, Muhammad. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nugroho, Notosusanto. 1993.Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Pamoe, Raharjo. 1995. Badan Keamanan Rakyat (BKR) cikal bakal Tentara
Indonesia. Jakarta: Peta Pers
Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Jogjakarta: AR-Ruzz Media
R. Sempurnadjaja Krisna. 1995. H Alamsjah Ratu Perwiranegara 70 Tahun.
Jakarta. Pustaka Sinar Harapan
Sjamsudin, Helius. 1996. Metodologi Sejarah.Jakarta: Depdikbud.
Soekanto, soerjono. 1999. Metodologi Reseach jilid 1. Bandung. Remaja
Rosdakarya
Soerjono dan Djoenaesih. 1997. Istilah komunikasi. Yogyakarta. Liberty
Sugiyono. 2008.MetodePenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta
Suparwan G Parikesit. 1995. H. Alamsyah Ratu Perwiranegara. Jakarta. Pustaka
Sinar Harapan.
Suryabrata, Sumadi. 1985. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali
2. SUMBER DOKUMEN ARSIP
Sumber Arsip Nasional Republik Indonesia :
- Kementerian Pertahanan RI
- Post Telegraf dan Telepon (PTT) 1817-1950
- Topografi TNI Angkatan Darat 1942-1975
3. SUMBER LISAN
Achmad, Saleh. 2018. Gedung veteran Kotabumi. Lampung Utara
Mursal, Azhari. 2018. Gedung Veteran Kotabumi. Lampung Utara
Lani, Ahmad. 2018. Gedung Veteran Enggal. Bandar Lampung