Top Banner

of 93

Kondisi Eksisting Sistem Drainase Kota Padang

Oct 09, 2015

Download

Documents

Nendi_Subakti

Drainase
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Laporan AkhirReview Perencanaan Master Teknis Drainase Kota Padang

KONDISI EKSISTING SISTEM DRAINASE KOTA PADANG

4.1. Identifikasi Permasalahan dan Pendekatan Masalah4.1.1. Pola Aliran Drainase Kota PadangPola aliran drainase Kota Padang sebagian besar merupakan pola alamiah yang terbentuk dari saluran alam yang terdapat pada lahan lahan kosong dan perumahan. Jaringan drainase yang ada pada umumnya merupakan drainase pasangan batu dan drainase alam yang pembuangan akhirnya terkumpul pada sungai. Pola Aliran drainase Kota Padang dapat dilihat pada lampiran.4.1.2. Identifikasi Permasalahan 4.1.3. Genangan Drainase Kota PadangDalam perencanaan ini konsultan membatasi antara pengertian banjir dan genangan lokal. Dalam hal ini pengertian banjir adalah apabila ketinggian genangan air yang terjadi pada suatu kawasan melebihi 50 cm (masuk ke rumah penduduk), luasan besar, surutnya lama dan tingkat kerusakan/kerugian masyarakat yang besar, terganggunya aktifitas ekonomi masyarakat. Faktor penyebab terjadinya banjir pada umumnya antara lain adalah kapasitas badan air penerima kurang, tidak adanya saluran saluran drainase primer, sekunder, tersier dan lain lain.Genangan lokal adalah genangan air yang terjadi pada suatu kawasan akibat hujan jam jaman, ketinggian genangan rendah, tidak merusak perumahan penduduk, air tidak sampai masuk rumah, dan surutnya cepat. Faktor penyebab terjadinya genangan lokal pada umumnya antara lain adalah tersumbatnya saluran drianase oleh sampah dan sedimen, kapasitas saluran primer kurang, tidak adanya drain hole pada jalan dan lain lain.Kota Padang merupakan salah satu kota besar yang terletak di tepi pantai, dengan kawasan pemukiman padat dan kegiatan perekonomian yang terkonsentrasi di sepanjang pantai.

Banjir dan genangan lokal merupakan permasalahan yang selalu timbul di beberapa kawasan Kota Padang. Banjir dan genangan lokal yang terjadi di Kota Padang pada umumnya menggenangi daerah-daerah padat pemukiman, pusat-pusat kegiatan perekonomian dan juga pemukiman kurang padat yang terletak pada lahan pertanian irigasi sebagai berikut:

a. Daerah Padat PemukimanPegambiran, Pegambiran Arai Pinang, Rawang Mato Air, Pampangan, Gurun Lawas Pampangan, Lubuk Begalung, Seberang Padang, Palinggam, Air Camar, Aur Duri, Alang Lawas, Jati/Sawahan, Terandam, Karet, Purus, Padang Baru, Alai, Ulak Karang, Lapai, Siteba, Dadok Tunggul Hitam, Air Tawar Cendrawasih, Air Tawar Labor, Air Tawar Perumnas, Wisma Warta, Tabing Asrama Haji, Tabing Panjalinan, Bungo Pasang, Balimbing dan Koto Barub. Daerah Kurang Padat

Kawasan Kurao, Air Pacah, Lubuk Minturun, Bungus Teluk Kabung, Balai Baru, Taruko, Kampung Jambak, Lubuk Buaya, Anak Air, Kayu Kalek, dan Pasar Baru.Sebagian kawasan telah mempunyai sistem drainase yang baik yaitu daerah tangkapan yang dilayani oleh Drain Jati, Anak Jati, Bandar Olo, Rawang dan Bandar Purus. Meskipun demikian di daerah ini perlu dievaluasi lagi karena masih sering terjadi genangan lokal bila hujan turun. Genangan genangan yang terjadi di Kota Padang saat ini berdasarkan survei dan identifikasi lapangan dapat dilihat pada Gambar L.1 Peta Genangan Di Kota Padang (lampiran). Lokasi, lama genangan, luas genangan, dan tinggi genangan pada areal drainase eksisting Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan untuk genangan serta terjadinya banjir pada kawasan perencanaan baru dapat dilihat pada Tabel 4.2.Tabel 4.1 Genangan Pada Saluran Eksisting

No.Areal DrainaseKeterangan

LuasTinggiLamaPenggunaan Lahan

(Ha)(cm)(jam)

1Air Pacah89305Pertanian dan Pemukiman

2Pasir putih10152.5Pemukiman

3Tabing61205Bandara

4Airport115205Pemukiman

5Baung Penjalinan64103Pemukiman

6Siteba35.5203Pemukiman

7Sawah Liat70255Pemukiman

9Lapai66304Pemukiman

10Ulak Karang39123Perkantoran, Perdagangan dan Pemukiman

11Lolong55154Pemukiman dan Perdagangan

12Purus17102Pemukiman dan Perkantoran

13Jati14153Pemukiman dan Perdagangan

14Alai11306Pertanian

15Ujung Gurun61203Pemukiman, Pemukiman dan Perkantoran

16Aur Duri29203Pemukiman

17Olo Nipah29152Perdagangan dan Pemukiman

18Kali Mati5.35103Pemukiman

19Rawang Barat18122.5Pemukiman

Tabel 4.2 Genangan dan Banjir Pada Saluran Rencana

No.Areal DrainaseLuasTinggiLamaKeterangan

(Ha)(cm)(jam)

1Maransi49.7403Genangan

2Anak Air141.61005Banjir

3Tunggul Hitam253.41005Banjir

4Kalumpang 50.21004Banjir

5Kayu Kalek---Tidak terjadi genangan

6Balai Baru---Tidak terjadi genangan

7Pasir Jambak3.6101Genangan

8Kalumbuk---Tidak terjadi genangan

9Batang Kabung---Genangan

10Sungai Sapih---Tidak terjadi genangan

12Bungo Pasang---Tidak terjadi genangan

13Binuang6.9101Genangan

14Muaro Penjalinan---Tidak terjadi genangan

15Sungai Bangek---Tidak terjadi genangan

16Lubuk Lintah11101Genangan

17Andalas17151.5Genangan

18Kampuang Jua44101.5Genangan

19Balimbing---Tidak terjadi genangan

20Aru9.5151Genangan

21Durian Tarung---Tidak terjadi genangan

22Sungai Lareh---Tidak terjadi genangan

23Pampangan12.8151Genangan

24Lubuk Minturun ---Tidak terjadi genangan

25Limau Manis---Tidak terjadi genangan

26Karang Putih---Tidak terjadi genangan

27Gadut---Tidak terjadi genangan

28Cengkeh---Tidak terjadi genangan

29Indarung---Tidak terjadi genangan

Identifikasi beberapa permasalahan penyebab banjir dan genangan lokal pada sistem jaringan drinase di Kota Padang ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:A. Aspek Topografi Kawasan pemukiman di Kota Padang pada umumnya terletak pada daerah landai/dataran rendah yang memanjang dari arah Selatan sampai Utara pantai sepanjang 68.123 Km dengan ketinggian rata rata 0-10 m di atas permukaan laut. Kemiringan saluran pada daerah rendah tidak signifikan, sehingga pola aliran tidak dipengaruhi oleh topografi.B. Aspek Hidrolika dan HidrologiPada kawasan pemukiman yang berada pada daerah muara sungai dan pantai, sistem jaringan drianase dipengaruhi oleh pasang surut. Saluran drainase primer mempunyai outlet ke muara sungai. Pada saat terjadi curah hujan cukup tinggi, dan diikuti oleh pasang air laut maka daerah pemukiman terjadi banjir atau genangan lokal.

Seiring dengan perubahan tata guna lahan pada kawasan terbaharukan atau kawasan pemukiman maka dengan sendirinya akan terjadi perubahan koefisien limpasan yang mengakibatkan meningkatnya debit aliran. Dulunya sebuah saluran drianase (dimensi saluran drainase) kapasitasnya didesain dengan koefisien limpasan yang mempunyai tata guna lahan pertanian, sehingga perlu disesuaikan lagi pada kondisi tata guna lahan saat ini.

Berkurangnya kapasitas saluran akibat peningkatan debit aliran yag terjadi perlu dilakukan re desain terhadap dimensi saluran drainase yang ada.

Perubahan iklim (global warming) membawa dampak perubahan terhadap cuaca di Kota Padang. Curah hujan cukup tinggi sering terjadi dan spasial terhadap waktu.

Saat ini terdapat kurang lebih 21 daerah aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Padang dengan total panjang mencapai 87,90 Km ( 5 sungai besar dan 16 sungai kecil).

Umumnya sungai-sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang ketinggiannya tidak jauh berbeda tinggi permukaan laut. Kondisi ini yang mengakibatkan cukup banyak wilayah Kota Padang yang rawan terhadap banjir dan genangan lokal.C. Aspek Tata Guna Lahan Dan Rencana Tata RuangTata guna lahan Kota Padang mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Alih fungsi lahan pada umumnya terjadi pada kawasan pertanian/ sawah yang mempunyai irigasi teknis menjadi kawasan permukiman. Pengembangan pemukiman tidak sesuai dengan peruntukan lahan rencana tata ruang kota. Pada daerah tertentu seperti daerah Perumahan Bunga Mas Tunggul Hitam pada rencana tata ruang merupakan daerah konservasi air dan tidak layak dijadikan kawasan perumahan. Disamping itu pengembang pemukiman tidak membuatkan sistem drainase perumahan/ pemukiman yang baik.Hal hal yang terjadi terkait perubahan tata guna lahan Kota Padang sebagai berikut: Tata ruang Kota Padang tidak teratur akibat dari pertumbuhan pemukiman yang tidak merata Masih banyaknya lahan pertanian irigasi yang di bangun menjadi tempat pemukiman penduduk Saluran buang irigasi melintasi areal pemukiman. Pengembangan tata guna lahan di luar kawasan pusat kota yang tidak didukung perencanaan drainase yang terintegrasi dengan jaringan yang telah ada Kerawananan terhadap bencana (khususnya kerawanan terhadap gempa bumi dan gelombang tsunami) akan mempengaruhi pola tata guna lahan Kota Padang dimasa mendatang. Kondisi eksisting sistem drainase Kota Padang saat ini, berdasarkan Master Plan Drainase Kota Padang Tahun 1997/1998 adalah terdiri dari 19 areal drainase dengan luas 3.986 Ha. Kondisi areal drainase tersebut dijelaskan pada sub bab di bawah ini.Berdasarkan data penggunaan lahan Kota Padang tahun 2008, luas lahan permukiman di Kota Padang adalah 6.625,24 Ha. Jika dibandingkan dengan luasan Kota Padang yang telah memiliki master plan drainase seluas 3.986 Ha maka daerah permukiman di Kota Padang yang belum mempunyai master plan drainase seluas 2.639,24 Ha. Selanjutnya untuk pengembangan areal/ kawasan drainase baru dijelaskan pada Bab berikutnya.Identifikasi beberapa permasalahan penyebab banjir dan genangan lokal pada sistem jaringan drinase di Kota Padang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tingginya curah hujan di wilayah Kota Padang, dengan tinggi hujan rata-rata 5.000 mm/tahun.

2. Kapasitas saluran sebagian besar tidak mencukupi.

3. Pada beberapa tempat belum terdapat saluran primer dan sekunder.

4. Saluran tersier pada wilayah perluasan kota masih kurang.

5. Saluran tersier pada wilayah pusat kota banyak terdapat sedimen dan sampah.

6. Banyaknya pemukiman penduduk yang berkembang di wilayah irigasi.

7. Banyak bangunan permanen dan semi permanen dibangun di atas aliran, sehingga saluran drainase sama sekali tidak dapat dirawat dan bahkan tersumbat.

8. Kerusakan-kerusakan konstruksi saluran pasca gempa 30 September 2009.9. Belum dilaksanakannya pekerjaan Operasi dan Pemeliharaan berkala terhadap saluran drainase yang ada.

4.1.4. Pendekatan Masalah

Dari hasil identifikasi permasalahan yang ada, maka secara umum untuk mengatasi permasalahan genangan banjir yang terjadi dilakukan pendekatan sebagai berikut:

1. Pembuatan pompa banjir pada saluran yang mempunyai outlet ke muara sungai yang dipengaruhi pasang surut.2. Mengurangi beban aliran pada saluran primer dengan membuat interkoneksi dengan badan air penerima di daerah hulu dan tengah;3. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;4. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;5. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;6. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;7. Pembuatan saluran pasangan pada saluran tanah yang melewati pemukiman;8. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;9. Pengaturan tanggung jawab pengelolaan saluran pembuang irigasi pada daerah pemukiman di tengah kota dengan pengelola drainase;

10. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2. Identifikasi Dan Evaluasi Areal Drainase Eksisting4.2.1 Areal Drainase Air Pacah

Lokasi areal drainase ini terletak di sebelah Timur jalan By Pass dan batas sebelah Utara adalah S. Batang Air Dingin dan di sebelah Selatan adalah anak sungai dari Batang Balimbing (dekat Terminal). Areal Drainase Air Pacah pada saat ini penggunaan lahannya sebagian besar masih berupa sawah dan semak belukar. Areal ini direncanakan berkembang menjadi kawasan perdagangan dan terminal. 4.2.1.1. Pola Aliran Areal Drainase Air Pacah

Pola Aliran pada Areal Drainase Air Pacah merupakan pola alamiah yang terbentuk dari saluran alam yang terdapat pada lahan kosong yang mendominasi areal ini. Jaringan drainase yang ada merupakan drainase alam yang pembuangan akhirnya terkumpul pada Sungai Batang Laras dan Sungai Batang Merah. Pola Aliran pada Areal Drainase Air Pacah dapat dilihat pada lampiran Gambar L.2.4.2.1.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Air PacahKondisi Saluran1. Sekunder By Pas Utara

Saluran di areal ini berupa saluran tanah tak berbentuk yang ditumbuhi semak dengan kondisi cukup baik dan memiliki kapasitas saluran yang mencukupi.2. Sekunder BTN UtaraSaluran di areal ini berupa saluran tanah tak berbentuk yang ditumbuhi semak dengan kondisi cukup baik dan memiliki kapasitas saluran yang mencukupi.3. Sekunder BTN SelatanSaluran di areal ini berupa saluran tanah tak berbentuk yang ditumbuhi semak dengan kondisi cukup baik dan memiliki kapasitas saluran yang mencukupi.

4. Primer Nuansa IndahHulu saluran di areal ini berupa saluran tanah berbentuk trapesium dengan kondisi baik, sedangkan untuk bagian hilirnya masih berupa saluran tanah tak berbentuk yang ditumbuhi semak dengan kapasitas saluran yang mencukupi.5. Sekunder SamilSaluran di areal ini berupa saluran tanah tak berbentuk yang di beberapa bagiannya ditumbuhi semak dengan kondisi cukup baik dan memiliki kapasitas saluran yang mencukupi.6. Sekunder Air PacahHulu saluran di areal ini berupa saluran trapesium dengan kondisi rusak pada beberapa bagian, sedangkan untuk bagian ke hilirnya berupa saluran tanah berbentuk persegi dengan kapasitas saluran yang mencukupi.7. Sekunder By Pass TengahSaluran di areal ini berupa saluran dari beton berbentuk persegi dengan kondisi baik dan memiliki kapasitas saluran yang mencukupi.8. Sekunder Rumah SakitSaluran drainase di areal ini belum terlaksana sesuai perencanaan DED tahun 1997, sehingga areal tersebut masih berbentuk rawa-rawa.9. Primer By Pass SelatanSaluran di areal ini berupa saluran dari beton berbentuk persegi dengan kondisi rusak pada bagian hilirnya dan kapasitas saluran pada areal ini cukup memadai.10. Primer Terminal UtaraSaluran di areal ini berupa saluran dari beton berbentuk trapesium dengan kondisi baik dan kapasitas saluran yang cukup memadai.11. Primer Terminal SelatanSaluran di areal ini berupa saluran dari beton berbentuk trapesium dengan kondisi baik dan kapasitas saluran yang cukup memadai.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Air Pacah dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Kondisi Umum Drainase Air Pacah4.2.1.3. Genangan Areal Drainase Air Pacah Areal ini masih sering tergenang jika terjadi hujan yang disebabkan belum adanya saluran drainase primer, sekunder dan tersier yang terpadu. Pada saat ini pengaruh genangan belum begitu dirasakan, akan tetapi jika areal ini akan dikembangkan, pengaruh genangan akan meningkat yang diakibatkan oleh koefisien pengaliran yang semakin besar sehingga limpasan yang diakibatkan juga akan membesar. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.1.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Air Pacah

Pendekatan masalah untuk areal drainase Air Pacah dilakukan sebagai berikut:

1. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

2. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;

3. Pembuatan saluran pasangan pada saluran tanah yang melewati pemukiman;

4. Pembuatan kolam retensi pada daerah pemukiman baru;5. Pengaturan tanggung jawab pengelolaan saluran pembuang irigasi pada daerah pemukiman di tengah kota dengan pengelola drainase;

6. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.4.2.2 Areal Drainase Pasir Putih

Areal drainase Pasir Putih terletak antara S. Batang Air Dingin dan S. Tabing. Penggunaan lahan areal ini berupa perumahan (sebelah Barat Jalan Raya) dan sebagian berupa sawah (sebelah Timur Jalan Raya). Saluran drainase Pasir Putih adalah drainase sekunder yang langsung bermuara dilaut. Drainase ini dimulai dari jalan raya Padang Bukit Tinggi dan melintasi daerah perumahan di Bungo Pasang.4.2.2.1. Pola Aliran Areal Drainase Pasir Putih

Pola Aliran pada Areal Drainase Pasir Putih merupakan pola alamiah yang terbentuk dari pola saluran drainase pemukiman penduduk yang terdapat pada areal ini. Pola Aliran pada Areal Drainase Pasir Putih dapat dilihat pada lampiran Gambar L.3.4.2.2.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Pasir Putih

Kondisi SaluranDi daerah muara, kondisi saluran drainase terawat baik dengan lining disatu sisi saluran. Meski demikian masih terdapat tanaman yang tumbuh disaluran. Setelah melewati daerah perumahan ke arah hulu saluran, saluran drainase berupa saluran tanah yang ditumbuhi rumput dan pohon nipah sepanjang saluran hingga ke jalan raya Padang Bukit Tinggi. Sedangkan saluran drainase tersier sebagian telah ada yaitu pada daerah perumahan.1. Saluran Primer Pasir Putih, hulu saluran ini berupa saluran tanah tak berbentuk yang ditumbuhi semak, sedangkan untuk bagian hilirnya telah berupa saluran pasangan batu. Kapasitas saluran sebenarnya telah mencukupi, namun sepanjang saluran terdapat sedimen dan tanaman liar yang mempengaruhi kapasitas saluran tersebut. 2. Saluran Sekunder Bungo Pasang Hilir, saluran ini berupa saluran tanah tak berbentuk dan ditumbuhi oleh semak dengan kapasitas kurang mencukupi. Bila terjadi limpasan akan langsung menggenangi pemukiman penduduk.3. Saluran Sekunder Bungo Pasang Hulu, pada bagian hulu saluran telah berupa pasangan batu dengan kapasitas cukup, sedangkan pada bagian hilir masih berupa saluran tanah tak berbentuk dan memiliki kapasitas kurang memadai.Kondisi umum saluran pada areal drainase Pasir Putih dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Kondisi Umum Drainase Pasir Putih4.2.2.3. Genangan Areal Drainase Pasir PutihGenangan yang sering terjadi adalah pada bagian tengah areal drainase, yaitu pemukiman penduduk. Sedangkan pada bagian hilir saluran lebih dipengaruhi oleh aktivitas pasang surut air laut. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.2.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Pasir Putih

Pendekatan masalah untuk areal drainase Pasir Putih dilakukan sebagai berikut:1. Pembuatan pompa banjir pada saluran yang mempunyai outlet ke muara sungai yang dipengaruhi pasang surut.

2. Mengurangi beban aliran pada saluran primer dengan membuat interkoneksi dengan badan air penerima di daerah hulu dan tengah.

3. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

4. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;

5. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

6. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

7. Pembuatan saluran pasangan pada saluran tanah yang melewati pemukiman;

8. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;9. Pengaturan tanggung jawab pengelolaan saluran pembuang irigasi pada daerah pemukiman di tengah kota dengan pengelola drainase;

10. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.3 Areal Drainase Tabing

Areal drainase Tabing terletak di sebelah kiri dan kanan S. Tabing. Areal drainase ini mempunyai drainase utama S. Tabing. Penggunaan lahan daerah ini sebagian besar telah menjadi kawasan pemukiman penduduk.4.2.3.1. Pola Aliran Areal Drainase Tabing

Pola Aliran Areal Drainase Tabing merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pola alamiah terbentuk dari saluran alam yang terdapat pada sebagian lahan kosong, sedangkan pola siku terbentuk dari pola saluran drainase pemukiman penduduk yang terdapat pada areal ini. Pola Aliran pada Areal Drainase Tabing dapat dilihat pada lampiran Gambar L.4.4.2.3.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Tabing

Kondisi Saluran

1. Saluran Primer Linggar Jati, saluran ini berupa saluran tanah yang banyak ditumbuhi semak serta kapasitas saluran kurang. Kondisi saluran ini sudah mengalami banyak kerusakan.

2. Saluran Sekunder Airport Timur, saluran ini bermuara pada saluran airport barat yang merupakan drainase dari daerah Airport Tabing. Saluran berupa saluran tanah yang banyak ditumbuhi semak. Pada bagian hulu kapasitas saluran mencukupi akan tetapi pada bagian hilir kapasitas saluran kurang sehingga dapat menimbulkan genangan pada bagian hilir.

3. Saluran Primer Airport Barat, saluran ini bermuara pada S. Tabing yang merupakan drainase dari daerah Airport Tabing. Saluran berupa saluran tanah yang banyak ditumbuhi semak dan pohon nipah. Kapasitas saluran tidak mencukupi.

4. Saluran Drainase Asia, pada bagian hulu saluran dalam kondisi rusak. Saluran ini berupa saluran dari beton yang banyak ditumbuhi semak dengan kapasitas yang kurang mencukupi.Kondisi umum saluran pada areal drainase Tabing dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Kondisi Umum Drainase Tabing4.2.3.3. Genangan Areal Drainase Tabing

Genangan lebih sering terjadi pada areal yang berfungsi sebagai lahan bandara. Hal ini akibat dari saluran drainase masih berupa saluran alam. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.3.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Tabing

Pendekatan masalah untuk areal drainase Tabing dilakukan sebagai berikut:

1. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

2. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;

3. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

4. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

5. Pembuatan saluran pasangan pada saluran tanah yang melewati pemukiman;

6. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.4 Areal Drainase Airport

Areal drainase ini bermuara pada S. Batang Balimbing. Penggunaan lahan saat ini adalah berupa pemukiman dan semak belukar.4.2.4.1. Pola Aliran Areal Drainase Airport

Pola Aliran Areal Drainase Airport merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pola alamiah terbentuk dari saluran alam yang terdapat pada sebagian lahan kosong, sedangkan pola siku terbentuk dari pola saluran drainase pemukiman penduduk yang terdapat pada areal ini. Pola Aliran pada Areal Drainase Airport dapat dilihat pada lampiran Gambar L.5.4.2.4.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Airport

Kondisi Saluran

1. Saluran Primer Tunggul Hitam Hulu, berupa saluran dari beton yang tertutup oleh semak-semak, sebagian dalam kondisi rusak bermuara pada S. Batang Balimbing dan kapasitas dihilir saluran tidak mencukupi.

2. Saluran Primer Tunggul Hitam Tengah, berupa saluran dari pasangan batu yang kurang terawat, bermuara pada S. Batang Balimbing dan kapasitasnya mencukupi.

3. Saluran Primer Tunggul Hitam Hilir, berupa saluran tanah yang tidak terawat dan banyak mengalami kerusakan, bermuara pada S. Batang Balimbing. Kapasitas saluran pada bagian hulu mencukupi, sedangkan bagian hilir tidak mencukupi.

4. Saluran Sekunder Pacuan Kuda, berupa saluran tanah yang ditumbuhi oleh semak dan memiliki kondisi yang buruk. Kapasitas saluran kurang mencukupi

5. Saluran Primer Air Tawar Timur, berupa saluran beton dengan kondisi kurang terawat dan pada bagian hilir ditumbuhi oleh semak, bermuara pada saluran Tunggul Hitam Hilir. Kapasitas saluran ini mencukupi, akan tetapi karena kurangnya kapasitas saluran Tunggul Hitam Hilir yang menjadi muaranya mempengaruhi aliran pada saluran ini.

6. Saluran Sekunder Gapura Barat, berupa saluran tanah dengan kondisi buruk dan banyak sampah, bermuara pada S. Batang Balimbing. Kapasitasnya tidak mencukupi.

7. Saluran Sekunder Gapura Timur, berupa saluran dari pasangan batu dengan kapasitas yang cukup dan memiliki kondisi yang baik. Pada bagian hilir ditumbuhi oleh semak.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Airport dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Kondisi Umum Drainase Airport4.2.4.3. Genangan Areal Drainase Airport

Masalah genangan yang sering terjadi pada Areal Airport adalah pada daerah pemukiman yang mendominasi kawasan ini. Penyebab genangan antara lain akibat kapasitas saluran yang kurang memadai dan kondisi saluran yang rusak. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.4.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Airport

Pendekatan masalah untuk areal drainase Pasir Putih dilakukan sebagai berikut:

1. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

2. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;

3. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

4. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

5. Pembuatan saluran pasangan pada saluran tanah yang melewati pemukiman;6. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.5 Areal Drainase Baung Panjalinan

Drainase Baung Penjalinan merupakan makro drain yang telah dilakukan rehabilitasi oleh proyek banjir tahun 1997/1998. Saluran ini mempunyai arah yang sejajar dengan pantai dimulai dari daerah Parupuk hingga Batang Kuranji. Ada beberapa saluran drainase sekunder yang bermuara ke drainase Baung Penjalinan yang sebagian besar berupa saluran beton dengan kondisi yang baik. Drainase Baung Penjalinan dan saluran sekundernya melintasi kawasan perumahan dan di beberapa tempat masih terdapat masalah genangan air.4.2.5.1. Pola Aliran Areal Drainase Baung PanjalinanPola Aliran pada Areal Drainase Baung Panjalinan merupakan pola kombinasi antara pola alamiah, pola siku dan pola paralel, dimana pada lokasi ini terdapat saluran primer yang menampung debit dari saluran sekunder dan membentuk pola paralel. Untuk pola alamiah dan siku terbentuk dari pola pemukiman penduduk. Pola Aliran pada Areal Drainase Baung Penjalinan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.6.1 dan L.6.2.4.2.5.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Baung PanjalinanKondisi Saluran

1. Saluran Sekunder Bhakti, bagian hulu berupa saluran mati, sedangkan bagian hilir merupakan saluran dari beton dan terjadi pendangkalan oleh sedimen. Kapasitas saluran kurang mencukupi.

2. Saluran Sekunder Karya, merupakan saluran dari beton dengan kondisi yang cukup baik dengan kapasitas saluran yang mencukupi, tetapi dibeberapa bagian terdapat sedimen dan ditumbuhi vegetasi.

3. Saluran Sekunder Parupuk, merupakan saluran tanah yang tidak terawat dan ditumbuhi oleh semak-semak di sepanjang saluran. Kapasitas saluran pada bagian hilir tidak mencukupi.

4. Saluran Sekunder Bhakti IV, bagian hulu merupakan saluran dari beton dengan kondisi baik, sedangkan pada bagian hilir berupa saluran tanah yang ditumbuhi semak. Kapasitas pada saluran ini mencukupi.

5. Saluran Sekunder Penjalinan, merupakan saluran beton dengan kondisi yang baik dan memiliki kapasitas yang cukup.

6. Saluran Sekunder Cendrawasih, merupakan saluran beton dengan kondisi yang baik dan memiliki kapasitas yang cukup.

7. Saluran Sekunder Air Tawar Barat, merupakan saluran beton dengan kondisi yang baik dan memiliki kapasitas yang cukup.

8. Saluran Sekunder Belibis, merupakan saluran beton dengan kondisi yang baik dan memiliki kapasitas yang cukup.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Baung Panjalinan dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Kondisi Umum Drainase Baung Panjalinan4.2.5.3. Genangan Areal Drainase Baung PanjalinanGenangan pada areal Baung Panjalinan umumnya terjadi pada saluran yang masih berupa saluran alam yang dipengaruhi oleh sedimen yang terdapat pada saluran tersebut. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.5.4. Pedekatan Masalah Areal Drainase Baung Panjalinan

Pendekatan masalah untuk areal drainase Baung Panjalinan dilakukan sebagai berikut:

1. Pembuatan pompa banjir pada saluran yang mempunyai outlet ke muara sungai yang dipengaruhi pasang surut.

2. Mengurangi beban aliran pada saluran primer dengan membuat interkoneksi dengan badan air penerima di daerah hulu dan tengah.

3. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

4. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;

5. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

6. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

7. Pembuatan saluran pasangan pada saluran tanah yang melewati pemukiman;

8. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.6 Areal Drainase Siteba

Lokasi Areal Drainase Siteba terletak antara S. Batang Kuranji dan S. Batang Balimbing. Penggunaan lahan Areal Drainase Siteba dapat dibagi dua yaitu disebelah Barat Jalan Berok Raya umumnya berupa semak dan rawa. Sedangkan di sebelah Timur Jalan Berok Raya merupakan kawasan perumahan yang cukup padat. Areal di sebelah Timur Jalan Berok Raya saat nanti juga akan dikembangkan menjadi areal pemukiman.

Saluran drainase yang ada sudah memadai dalam hal kuantitas akan tetapi perlu ditingkatkan mengingat kapasitas saluran yang ada umumnya belum mencukupi.4.2.6.1. Pola Aliran Areal Drainase SitebaPola Aliran Areal Drainase Siteba merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur dan pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur. Pola Aliran pada Areal Drainase Siteba dapat dilihat pada lampiran Gambar L.7.4.2.6.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase SitebaKondisi Saluran

1. Saluran Sekunder Punggai, saluran ini berupa saluran dari beton sepanjang Jalan Punggai dan bermuara pada S. Batang Balimbing. Kondisi saluran tersebut kurang terawat dan banyak ditumbuhi oleh vegetasi serta sampah. Kapasitas saluran mencukupi.

2. Saluran Sekunder Medan, saluran ini berupa saluran pasangan batu yang terletak di sebelah kiri kanan Jalan Medan. Kondisi saluran umumnya baik akan tetapi di beberapa bagian terjadi pendangkalan akibat sampah sehingga mempengaruhi kapasitas saluran.

3. Saluran Primer Kurao, saluran ini merupakan kelanjutan dari Saluran Medan dan bermuara pada S. Batang Balimbing. Saluran berupa saluran dari beton dan di sepanjang saluran ditumbuhi oleh vegetasi.

4. Saluran Primer Lubuk Bayu, saluran ini berupa saluran pasangan batu yang kondisinya baik, kapasitas besar dan bermuara pada S. Batang Balimbing. Pada saluran ini terdapat sedimen akibat sampah dan jika dibiarkan akan mengurangi kapasitas saluran tersebut.

5. Saluran Sekunder Berok Raya, berupa saluran dari beton dan di sepanjang saluran ditumbuhi oleh semak. Pada saluran ini terdapat sedimen akibat sampah dan jika dibiarkan akan mengurangi kapasitas saluran tersebut.

6. Saluran Sekunder Kurao Barat, berupa saluran dari pasangan batu yang memiliki kapasitas yang cukup, namun disepanjang saluran terdapat sedimen yang dapat mengurangi kapasitas saluran tersebut.

7. Saluran Sekunder Siteba, saluran ini sebagian besar berupa saluran tertutup di bawah trotoar Jalan Raya Siteba dan bermuara pada Batang Kuranji. Kapasitas saluran ini cukup memadai, namun dapat terjadi penyumbatan karena terdapat banyak sampah.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Siteba dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Kondisi Umum Drainase Siteba4.2.6.3. Genangan Areal Drainase Siteba

Genangan pada areal Siteba terjadi pada lokasi-lokasi yang memiliki saluran tersier dalam kondisi buruk dan tertutup sampah, sehingga aliran air tersumbat. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.6.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Siteba

Pendekatan masalah untuk areal drainase Siteba dilakukan sebagai berikut:

1. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

2. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

3. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.7 Areal Drainase Sawah Liat

Pada lokasi ini penggunaan lahan adalah berupa sawah dan saluran drainase yang ada ditujukan untuk mendrainase areal persawahan sehingga jika nantinya areal ini digunakan untuk pemukiman maka perlu dibangun saluran drainase baru. 4.2.7.1. Pola Aliran Areal Drainase Sawah LiatPola Aliran Areal Drainase Sawah Liat merupakan pola alamiah, dimana pada lokasi ini pola alamiah terbentuk dari lahan kosong yang yang mendominasi areal tersebut. Pola Aliran pada Areal Drainase Sawah Liat dapat dilihat pada lampiran Gambar L.8.4.2.7.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Sawah LiatKondisi Saluran

Pada areal ini bentuk saluran sebagian besar masih berupa saluran tanah yang ditumbuhi oleh vegetasi dengan kapasitas saluran masih belum memadai.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Sawah Liat dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Kondisi Umum Drainase Sawah Liat

4.2.7.3. Genangan Areal Drainase Sawah LiatGenangan pada areal Sawah Liat terjadi pada lokasi-lokasi yang masih berupa saluran alam dan masih terdapat saluran yang belum terintegrasi dengan saluran lainnya. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.7.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Sawah LiatPendekatan masalah untuk areal drainase Sawah Liat dilakukan sebagai berikut:

1. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

2. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;

3. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

4. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

5. Pembuatan saluran pasangan pada saluran tanah yang melewati pemukiman;

6. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;7. Pengaturan tanggung jawab pengelolaan saluran pembuang irigasi pada daerah pemukiman di tengah kota dengan pengelola drainase;

8. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.8 Areal Drainase Kandis

Areal drainase ini terletak dari Jalan Gajah Mada ke arah Timur sampai dengan Gunung Pangilun serta bermuara pada S. Batang Kuranji. Penggunaan lahan sebagian besar berupa sawah kecuali di sepanjang Jalan Gajah Mada adalah berupa pemukiman. Pada waktu hujan, air akan mengumpul di Jalan Gajah Mada. Untuk menanggulangi genangan, pada saat ini sedang dilaksanakan pembangunan saluran drainase primer Gajah Mada dan bermuara di Sungai Batang Kuranji. Sedangkan saluran drainase sekunder yang bermuara di Saluran Gajah Mada saat ini belum ada sehingga masih menimbulkan genangan.4.2.8.1. Pola Aliran Areal Drainase KandisPola Aliran Areal Drainase Kandis merupakan pola alamiah, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur. Pola Aliran pada Areal Drainase Kandis dapat dilihat pada lampiran Gambar L.9.4.2.8.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase KandisKondisi Saluran

1. Saluran Primer Gajah Mada, berupa saluran dari beton dengan kondisi yang baik dan memiliki kapasitas cukup.

2. Saluran Sekunder Bung Hatta, berupa saluran dari beton yang memiliki kapasitas cukup dengan kondisi ditumbuhi oleh vegetasi. Di beberapa tempat terjadi penyumbatan akibat sampah yang menumpuk.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Kandis dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Kondisi Umum Drainase Kandis4.2.8.3. Genangan Areal Drainase Kandis

Genangan pada areal Kandis terjadi akibat saluran yang belum ada di beberapa lokasi dan terdapat saluran yang belum terintegrasi dengan saluran yang lainnya. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.8.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase KandisPendekatan masalah untuk areal drainase Kandis dilakukan sebagai berikut:

1. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

2. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;

3. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;4. Pembuatan saluran pasangan pada saluran tanah yang melewati pemukiman;

5. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;6. Pengaturan tanggung jawab pengelolaan saluran pembuang irigasi pada daerah pemukiman di tengah kota dengan pengelola drainase;

7. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.9 Areal Drainase Lapai

Areal Drainase Lapai dibatasi sebelah Utara oleh S. Batang Kuranji, sebelah Timur oleh Jalan Gajah Mada, sebelah Selatan berdekatan dengan Saluran Lolong dan Sebelah Barat oleh jalan Kereta Api. Penggunaan lahan areal ini umumnya berupa pemukiman kecuali sebelah Barat yaitu sekitar Perumahan Belanti Permai masih berupa rawa-rawa. Sistem drainase pada daerah ini tergolong kurang baik, hal ini ditandai dengan saluran tersier yang masih dibuat secara parsial dan tidak terintegrasi dengan saluran utama.4.2.9.1. Pola Aliran Areal Drainase LapaiPola Aliran Areal Drainase Lapai merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pada lokasi ini pola alamiah dan pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang sebagian besar mendominasi areal tersebut. Pola Aliran pada Areal Drainase Lapai dapat dilihat pada lampiran Gambar L.10.4.2.9.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase LapaiKondisi Saluran

Pada Jalan Jhoni Anwar terdapat tiga buah gorong-gorong yang menghubungkan ke Saluran Talena (perumahan Kampung Baru) dan Saluran Asrama TNI. Akan tetapi sehubungan dengan kecilnya dimensi gorong-gorong serta kapasitas saluran yang kecil, maka air tidak dapat dialirkan dengan baik.

1. Saluran Sekunder Jhoni Anwar, saluran ini terletak sepanjang Jalan Jhoni Anwar dan berupa saluran tertutup di bawah trotoar. Kemiringan saluran ini mengikuti topografi jalan tersebut yang bergelombang dan mempunyai outlet 3 buah yaitu pada Saluran Talena, Saluran Asrama TNI dan Saluran Lapai. Disebabkan beban yang besar pada saluran ini maka jika terjadi hujan selalu meluap.

2. Saluran Sekunder Cindua Mato 1, sebagian berupa besar berupa saluran beton dengan kondisi baik dan sebagian saluran tanah dengan kondisi ditumbuhi oleh vegetasi. Kapasitas saluran tersebut mencukupi.

3. Saluran Sekunder Cindua Mato, berupa saluran dari beton yang memiliki kondisi baik, namun pada dasar saluran terdapat sedimen yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas dari saluran tersebut.

4. Saluran Primer Lapai, saluran ini terletak sepanjang Jalan Kereta Api dan bermuara pada S. Batang Kuranji. Kondisi saluran adalah berupa saluran pasangan batu yang umumnya baik akan tetapi banyak terdapat sedimen serta ditumbuhi tanaman. Kapasitas saluran tergolong besar.

5. Saluran Sekunder Kampung Baru Barat, berupa saluran dari pasangan batu dan sebagian besar dari beton dengan kondisi baik, kapasitas saluran kurang mencukupi karena di sepanjang saluran terdapat sedimen.

6. Saluran Sekunder Primer Talena, saluran ini terletak di dalam Perumahan Kampung Baru yang berimpitan dengan rumah penduduk. Berupa saluran beton dengan kondisi baik, namun rusak pada bagian hulu. Kapasitas saluran ini umumnya sudah mencukupi akan tetapi banyak terdapat sedimen akibat sampah yang dapat mengganggu aliran.

7. Saluran Sekunder Asrama TNI, saluran ini terletak di dalam Asrama TNI Lapai yang bermuara pada S. Batang Kuranji. Saluran ini memperoleh beban dari sebagian saluran Jhoni Anwar. Berupa saluran dari beton yang memiliki kondisi baik dan kapasitas yang mencukupi.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Lapai dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Kondisi Umum Drainase Lapai4.2.9.3. Genangan Areal Drainase LapaiPada daerah Belanti Timur saat ini belum terdapat saluran utama sehingga sering terjadi genangan. Pada saat ini air limpasan hujan terkumpul pada Saluran Lapai yang kapasitasnya belum mencukupi dan pada Jalan Jhoni Anwar sehingga jika hari hujan beberapa tempat di Jalan Jhoni Anwar terdapat genangan air.

Meski telah terdapat drainase eksisting yang terletak di sebelah jalan kereta api hingga ke Batang Kuranji, tetapi areal drainase bagian tengah masih belum dapat dikeringkan sehingga perlu peninjauan kembali terhadap saluran drainase eksisting yang melintasi jalan Jhoni Anwar. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.9.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase LapaiPendekatan masalah untuk areal drainase Lapai dilakukan sebagai berikut:

1. Mengurangi beban aliran pada saluran primer dengan membuat interkoneksi dengan badan air penerima di daerah hulu dan tengah.

2. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

3. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

4. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

5. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;6. Pengaturan tanggung jawab pengelolaan saluran pembuang irigasi pada daerah pemukiman di tengah kota dengan pengelola drainase;

7. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.10 Areal Drainase Ulak Karang

Areal drainase Ulak Karang terletak pada daerah pemukiman padat. Saluran Drainase Ulak Karang hampir semuanya dalam kondisi yang masih bagus dan terawat. Drainase Ulak Karang dilengkapi dengan kolam tampungan sementara dan stasiun pompa.4.2.10.1. Pola Aliran Areal Drainase Ulak KarangPola Aliran pada Areal Drainase Ulak Karang merupakan pola kombinasi antara pola alamiah, pola siku dan pola paralel, dimana pada lokasi ini terdapat saluran primer yang menampung debit dari saluran sekunder dan membentuk pola paralel. Untuk pola alamiah dan siku terbentuk dari pola pemukiman penduduk. Pola Aliran pada Areal Drainase Ulak Karang dapat dilihat pada lampiran Gambar L.11.4.2.10.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Ulak KarangKondisi Saluran

1. Saluran Sekunder Khatib Sulaiman, saluran ini terletak di sepanjang Jl. Khatib Sulaiman dan bermuara pada S. Batang Kuranji. Sebagian besar saluran berupa saluran pasangan tertutup dan pada bagian hilir berupa saluran pasangan terbuka. Kondisi saluran tergolong baik akan tetapi kapasitas saluran pada bagian hulu tidak mencukupi.

2. Saluran Sekunder DPR, saluran ini berawal dari perempatan Jl. Khatib Sulaiman dan Jhoni Anwar serta bermuara pada S. Batang Kuranji. Saluran berupa saluran beton yang kondisi saluran umumnya baik dengan kapasitas saluran mencukupi dan pada bagian hilir kapasitas saluran tergolong cukup besar.

3. Saluran Sekunder Jakarta, saluran ini terletak sepanjang jalan Jakarta serta bermuara pada saluran S. Parman. Kondisi saluran berupa saluran dari beton dengan kapasitas yang mencukupi, namun terdapat sedimen yang mempengaruhi kapasitas saluran tersebut.

4. Saluran Sekunder Jhoni Anwar Barat, saluran ini berawal dari perempatan Jl. Khatib Sulaiman dan Jhoni Anwar serta bermuara pada saluran S. Parman. Saluran berupa saluran dari beton dengan kondisi saluran umumnya baik serta kapasitas saluran mencukupi. Dibeberapa tempat terdapat sedimentasi akibat sampah.

5. Saluran Primer S. Parman, saluran ini terletak di sepanjang Jl. S. Parman berupa saluran pasangan terbuka dan sebagian pasangan tertutup dengan kondisi baik serta kapasitas saluran mencukupi.

6. Saluran Primer Ulak Karang, saluran ini bermuara pada kolam tampungan sementara dan berupa saluran pasangan batu dengan kondisi baik dan kapasitas mencukupi. Dibeberapa tempat terdapat sedimen yang disebabkan oleh sampah.

7. Saluran Sekunder Belanti, saluran ini bermuara pada Saluran Ulak Karang yang merupakan saluran baru berupa pasangan batu dengan kondisi baik dan kapasitas mencukupi.

8. Saluran Sekunder TMP, saluran ini mendrain sekitar Taman Makam Pahlawan. Kondisi saluran berupa saluran pasangan dengan kapasitas kecil. Pada bagian hilir berupa saluran tertutup yang banyak tersumbat oleh sampah sehingga aliran tidak lancar dan menimbulkan genangan.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Ulak Karang dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Kondisi Umum Drainase Ulak Karang4.2.10.3. Genangan Areal Drainase Ulak Karang

Meski kondisi saluran masih bagus tapi bila terjadi hujan, masih terdapat masalah genangan, hal ini dimungkinkan karena drain mikro yang ada belum berfungsi dengan baik, sedangkan saluran drainase tersier tergolong sudah lengkap dan kondisinya baik. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.10.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Ulak KarangPendekatan masalah untuk areal drainase Ulak Karang dilakukan sebagai berikut:

1. Pembuatan pompa banjir pada saluran yang mempunyai outlet ke muara sungai yang dipengaruhi pasang surut.

2. Mengurangi beban aliran pada saluran primer dengan membuat interkoneksi dengan badan air penerima di daerah hulu dan tengah.

3. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

4. Pembuatan saluran sekunder baru;

5. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

6. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

7. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;8. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.11 Areal Drainase Lolong

Areal drainase ini pada bagian hulu adalah berupa sawah dan semak belukar, sedangkan bagian hilir (Barat JL. Gajah Mada) adalah berupa pemukiman. Areal drainase ini menggunakan saluran Lolong sebagai drainase utama. Pada areal pemukiman telah terdapat saluran drainase yang lengkap sampai ke tingkat tersier.4.2.11.1. Pola Aliran Areal Drainase LolongPola Aliran Areal Drainase Lolong merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur (hulu saluran) dan pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur (hilir saluran). Pola Aliran pada Areal Drainase Lolong dapat dilihat pada lampiran Gambar L.12.4.2.11.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase LolongKondisi Saluran

Bagian hulu yaitu daerah persawahan belum terdapat saluran drainase yang memadai.1. Saluran Sekunder Pangilun, saluran ini berawal dari Gunung Pangilun sampai dengan Jl. Gajah Mada. Saat ini belum ada kelanjutan dari saluran ini sehingga meskipun masih menimbulkan genangan.

2. Saluran Sekunder Ujung Beringin, saluran ini merupakan saluran dari beton untuk mendrain daerah Belanti Timur yang bermuara pada Saluran Lolong. Kondisi baik dan kapasitas cukup meskipun di beberapa tempat masih terdapat sedimen yang mempengaruhi kapasitas saluran.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Lolong dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11. Kondisi Umum Drainase Lolong4.2.11.3. Genangan Areal Drainase Lolong

Saluran pada areal pemukiman masih perlu dievaluasi karena pada beberapa tempat masih terjadi genangan jika hujan. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.11.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase LolongPendekatan masalah untuk areal drainase Lolong dilakukan sebagai berikut:

1. Mengurangi beban aliran pada saluran primer dengan membuat interkoneksi dengan badan air penerima di daerah hulu dan tengah.

2. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

3. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;

4. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

5. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

6. Pembuatan saluran pasangan pada saluran tanah yang melewati pemukiman;

7. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;8. Pengaturan tanggung jawab pengelolaan saluran pembuang irigasi pada daerah pemukiman di tengah kota dengan pengelola drainase;

9. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.12 Areal Drainase Alai

Areal Drainase Alai terletak di sebelah Timur Jalan Teuku Umar. Drainase utama areal ini adalah saluran di Jalan Teuku Umar dan bermuara di Banjir Kanal. Penggunaan lahannya sebagian besar adalah berupa sawah dan semak belukar.4.2.12.1. Pola Aliran Areal Drainase AlaiPola Aliran Areal Drainase Alai merupakan pola alamiah, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola saluran alami dan pemukiman penduduk yang tidak teratur. Pola Aliran pada Areal Drainase Alai dapat dilihat pada lampiran Gambar L.13.4.2.12.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase AlaiKondisi Saluran

Kondisi umum saluran pada areal drainase Alai dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12. Kondisi Umum Drainase Alai4.2.12.3. Genangan Areal Drainase Alai

Pada saat ini tidak terjadi masalah genangan, akan tetapi jika daerah ini akan dikembangkan akan membutuhkan saluran drainase baru.4.2.12.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase AlaiPendekatan masalah untuk areal drainase Alai dilakukan sebagai berikut:

1. Mengurangi beban aliran pada saluran primer dengan membuat interkoneksi dengan badan air penerima di daerah hulu dan tengah.

2. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

3. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

4. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

5. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;6. Pengaturan tanggung jawab pengelolaan saluran pembuang irigasi pada daerah pemukiman di tengah kota dengan pengelola drainase;

7. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.13 Areal Drainase Purus

Areal Drainase Purus terletak di daerah padat penduduk. Pada areal ini sudah terdapat saluran drainase yang lengkap sampai ke tingkat tersier dengan kondisi yang umumnya baik.

4.2.13.1. Pola Aliran Areal Drainase PurusPola Aliran Areal Drainase Purus merupakan pola siku, dimana pada lokasi ini pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur (pusat kota). Pola Aliran pada Areal Drainase Purus dapat dilihat pada lampiran Gambar L.14.4.2.13.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase PurusKondisi Saluran

1. Saluran Sekunder Padang Baru, saluran ini bermuara pada Banjir Kanal. Kondisi saluran berupa saluran pasangan yang terawat baik. Pada bagian hulu (di sebelah Telkom) kapasitas saluran tidak mencukupi akan tetapi di bagian hilir kapasitas saluran mencukupi.

2. Saluran Sekunder Raden Saleh, saluran ini terletak di sepanjang Jl. Raden Saleh kemudian menyeberang Jl. S. Parman dan bermuara pada Banjir Kanal. Saluran berupa saluran pasangan batu dengan kondisi baik. Kapasitas umumnya cukup kecuali bagian tengah kapasitasnya tidak memenuhi sehingga dapat menimbulkan genangan pada bagian tersebut.

3. Saluran Sekunder Purus, saluran ini terletak di pinggir Jalan Raden Saleh dan berbelok ke arah Banjir Kanal. Saluran berupa saluran pasangan dengan kondisi baik akan tetapi pada bagian hulu yaitu sepanjang Jalan Raden Saleh kapasitas tidak mencukupi, sedangkan bagian hilir kapasitas cukup.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Purus dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Kondisi Umum Drainase Purus4.2.13.3. Genangan Areal Drainase Purus

Mekipun telah memiliki saluran yang memadai, akan tetapi genangan sering masih terjadi pada Jalan Raden Saleh dan perlu dievaluasi lebih lanjut. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.13.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase PurusPendekatan masalah untuk areal drainase Purus dilakukan sebagai berikut:

1. Pembuatan pompa banjir pada saluran yang mempunyai outlet ke muara sungai yang dipengaruhi pasang surut.

2. Mengurangi beban aliran pada saluran primer dengan membuat interkoneksi dengan badan air penerima di daerah hulu dan tengah.

3. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

4. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

5. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

6. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.14 Areal Drainase Jati

Areal drainase Jati dibatasi oleh Banjir Kanal, Jalan Perintis Kemerdekaan dan sekitar Jalan Proklamasi. Sebagian besar penggunaan lahannya merupakan daerah padat, tetapi di sebelah Timur Jl. Perintis Kemerdekaan merupakan daerah yang kurang padat.4.2.14.1. Pola Aliran Areal Drainase JatiPola Aliran pada Areal Drainase Jati merupakan pola kombinasi antara pola alamiah, pola siku dan pola paralel, dimana pada lokasi ini terdapat saluran primer yang menampung debit dari saluran sekunder dan membentuk pola paralel. Untuk pola alamiah dan siku terbentuk dari pola pemukiman penduduk. Pola Aliran pada Areal Drainase Jati dapat dilihat pada lampiran Gambar L.15.4.2.14.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase JatiKondisi Saluran

1. Saluran Sekunder Simpang Haru, sebagian besar saluran berupa saluran dari beton dengan kondisi cukup baik dan memiliki kapasitas yang cukup memadai.

2. Saluran Primer Jati, saluran ini berupa saluran pasangan dengan kondisi yang beragam, akan tetapi umumnya mengalami sedimen oleh sampah. Pada pertemuan dengan saluran anak jati dilengkapi dengan pintu air yang sudah tidak berfungsi. Saluran ini mempunyai panjang 3,6 km dan memiliki kapasitas yang mencukupi.

3. Saluran Sekunder Adabiah, saluran ini bermuara pada saluran Jati. Berupa saluran pasangan terbuka pada hulu dan pasangan tertutup pada hilir dengan kondisi saluran cukup baik.

4. Saluran Sekunder Koto Panjang, saluran ini terletak di daerah Koto Panjang dan bermuara pada Saluran Jati. Saluran ini mendrain areal dari sebelah Timur Rel Kereta Api sampai sekitar Kampung Koto Panjang. Saluran berupa saluran beton dengan kapasitas cukup besar dan sebagian melewati perkampungan. Kondisi saluran umunya cukup baik, namun masih terdapat sedimen dari sampah yang menghambat laju aliran air.

5. Saluran Sekunder Sawahan, saluran ini terletak di sepanjang Jalan Sawahan dan bermuara ke saluran Jati. Sebagian besar berupa saluran beton dengan kondisi umumnya baik dan kapasitas mencukupi. Beberapa bagian saluran banyak terdapat sampah, sehingga mengakibatkan aliran tidak lancar. Selain itu juga terdapat banyak sedimen yang memerlukan pembersihan.

6. Saluran Sekunder Proklamasi, saluran ini terletak di sepanjang Jalan Proklamasi dan bermuara ke saluran Jati. Saluran berupa saluran pasangan dengan kondisi umumnya baik dan kapasitas umumnya mencukupi. Pada bagian hulu kapasitas saluran kurang mencukupi dan banyak ditumbuhi semak, sehingga menyebabkan genangan. Kondisi umum saluran pada areal drainase Jati dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14. Kondisi Umum Drainase Jati4.2.14.3. Genangan Areal Drainase Jati

Sistem drainase daerah ini saat ini menggunakan Saluran Jati sebagai drain utama yang bermuara pada S. Batang Arau. Dengan demikian beban saluran ini menjadi besar dan sering tidak tertampung sehingga timbul genangan. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.14.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase JatiPendekatan masalah untuk areal drainase Jati dilakukan sebagai berikut:

1. Mengurangi beban aliran pada saluran primer dengan membuat interkoneksi dengan badan air penerima di daerah hulu dan tengah.

2. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

3. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

4. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

5. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;6. Pengaturan tanggung jawab pengelolaan saluran pembuang irigasi pada daerah pemukiman di tengah kota dengan pengelola drainase;

7. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.15 Areal Drainase Ujung Gurun

Areal drainase ini terletak pada daerah Kota Lama yang dibatasi oleh Pantai, Banjir Kanal, sekitar Jalan Sudirman dan sekitar Jalan Pasar Baru. Penggunaan lahan daerah ini adalah sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pemukiman.4.2.15.1. Pola Aliran Areal Drainase Ujung GurunPola Aliran Areal Drainase Ujung Gurun merupakan pola siku, dimana pada lokasi ini pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur (pusat kota). Sistem drainase Ujung Gurun bermuara pada kolam penampungan di Purus yang dilengkapi pintu ke Banjir Kanal. Pola Aliran pada Areal Drainase Ujung Gurun dapat dilihat pada lampiran Gambar L.16.4.2.15.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Ujung GurunKondisi Saluran

Sistem drainase yang ada saat ini sudah lengkap mulai dari jaringan tersier sampai jaringan drainase utama dan sudah terintegrasi.

Kondisi saluran saat ini adalah sebagai berikut:

1. Saluran Primer Bandar Purus, saluran ini memanjang dari daerah Pasar Raya sampai ke Banjir Kanal dan merupakan kesatuan dari Saluran Bandar Olo pada Areal Drainase Olo Nipah. Saluran berupa saluran pasangan dengan kondisi cukup baik akan tetapi terdapat banyak sedimen. Pada bagian hilir (Jalan Ujung Gurun), saluran terbagi dua yaitu ke arah Banjir Kanal dan Ujung Gurun.

2. Saluran Kis Mangunsarkoro, saluran ini terletak di sebelah kiri kanan Jalan Kis Mangunsarkoro sampai pertemuan dengan saluran Bandar Purus. Saluran berupa saluran beton dengan kondisi baik dan kapasitas yang cukup akan tetapi terdapat banyak sedimen dari sampah yang perlu dibersihkan. Pada waktu hujan karena saluran pada Bandar Purus tidak lancar maka berpengaruh juga terhadap saluran ini sehingga tergenang pada bagian hilirnya.

3. Saluran Primer Ujung Gurun, saluran ini terletak pada sebelah kiri kanan Jalan Ujung Gurun mulai dari pertemuan Saluran Bandar Purus sampai pertemuan dengan Saluran Purus Kebun. Kondisi saluran berupa saluran pasangan dengan kondisi baik. Akan tetapi sering meluap karena besamya beban yang diterima saluran ini dari Saluran Bandar Purus yang melebihi kapasitasnya. Selain itu di beberapa tempat pada saluran ini terdapat sedimen dan vegetasi yang perlu diperhatikan.

4. Saluran Primer Purus Kebun, saluran ini terletak antara Jalan Bandar Purus dan Jalan Veteran sampai bermuara pada kolam penampungan. Saluran ini berupa saluran pasangan dengan kondisi umumnya baik akan tetapi banyak terdapat sedimen. Pada Bagian hilir (mulai dari Jalan Ujung Gurun), saluran ini juga menerima beban dari saluran Ujung Gurun. Dengan besamya beban saluran setelah Jalan Ujung Gurun, maka kapasitas saluran ini dirasakan kurang sehingga berpengaruh terhadap aliran pada saluran Ujung Gurun ke arah hulu.

5. Saluran Primer Koto Marapak, saluran ini terletak di daerah Purus sampai pada Kolam Penampungan. Saluran ini berupa saluran beton dengan kondisi yang relatid baik akan tetapi banyak terdapat sedimen. Karena slope yang relatif kecil, maka kapasitas saluran tidak memenuhi dibanding beban debit. Hal ini menyebabkan genangan di daerah Purus.

6. Saluran Sekunder Rawang, saluran ini berawal dari Pasar Raya dan bermuara di Saluran Primer Bandar Purus. Pada bagian hilir saluran ini melewati bawah rumah-rumah penduduk sehingga tidak dapat dikontrol. Kondisi saluran ini sudah tidak teratur lagi penampangnya sehingga aliran tidak lancar serta terdapat cukup banyak sedimen dan sampah. Selain karena kondisi tersebut, penyebab tidak lancarnya saluran juga karena tidak lancarnya aliran di Bandar Purus sehingga mengakibatkan genangan pada daerah Rawang dan Pasar Raya.

7. Saluran Sekunder Ahmad Yani, saluran ini berawal dari Kampung Perak dan bermuara di Saluran Primer Bandar Purus. Saluran berupa saluran pasangan batu dengan kondisi saluran umumnya baik dan kapasitas mencukupi. Akan tetapi masih sering mengalami genangan yang disebabkan tingginya air di Saluran Bandar Purus sehingga aliran air terhambat.

8. Saluran Sekunder Padang Pasir, saluran ini mendrain daerah Padang Pasir. Saluran ini banyak melewati bawah pemukiman dan kondisinya tidak beraturan sehingga aliran tidak lancar dan tidak dapat dikontrol.

9. Saluran Sekunder Aur, Saluran ini mendrain daerah sekitar Kantor Gubernur. Permasalahan genangan pada daerah ini disebabkan kecilnya kapasitas saluran serta muka air yang tinggi pada Bandar Purus. Selain itu sampah yang terdapat di saluran berpotensi menyumbat saluran.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Ujung Gurun dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15. Kondisi Umum Drainase Ujung Gurun

4.2.15.3. Genangan Areal Drainase Ujung Gurun

Hampir seluruh saluran mempunyai sedimen yang cukup besar sehingga mengurangi kapasitas saluran tersebut. Selain itu beberapa saluran kapasitasnya kurang besar sehingga jika terjadi hujan masih tergenang. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.15.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Ujung GurunPendekatan masalah untuk areal drainase Ujung Gurun dilakukan sebagai berikut:

1. Pembuatan pompa banjir pada saluran yang mempunyai outlet ke muara sungai yang dipengaruhi pasang surut.

2. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

3. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;

4. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

5. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

6. Pembuatan saluran pasangan pada saluran tanah yang melewati pemukiman;

7. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.16 Areal Drainase Aur Duri

Di kawasan Aur Duri saat ini terdapat dua buah drain yang cukup deras. Saluran tersebut dulunya adalah saluran drainase persawahan dari daerah irigasi Gunung Nago. Di daerah ini sudah mulai berkembang pemukiman terutama di sekitar jalan utama, namun demikian di daerah yang lebih ke dalam masih terdapat beberapa petak sawah.4.2.16.1. Pola Aliran Areal Drainase Aur DuriPola Aliran Areal Drainase Aur Duri merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur (dominan) dan pola siku dibentuk oleh sebagian kecil pola pemukiman penduduk yang teratur. Pola Aliran pada Areal Drainase Aur Duri dapat dilihat pada lampiran Gambar L.17.4.2.16.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Aur DuriKondisi Saluran

Kondisi saluran yang ada berupa saluran tanah yang tidak beraturan yang awalnya adalah berupa drainase dari irigasi.Mengingat telah banyak berkembang pemukiman pada daerah tersebut, maka beban saluran menjadi lebih besar sehingga kapasitas yang ada tidak mencukupi lagi. Sedangkan saluran tersier yang ada belum terintegrasi dengan drain utama yang ada.

1. Saluran Primer Aur Duri, pada bagian hulu saluran telah berupa saluran pasangan batu, namun ditutupi oleh vegetasi sehingga berpengaruh pada kapasitas saluran. Untuk bagian tengah berupa saluran dari beton dengan kondisi baik dan memiliki kapasitas yang cukup. Sedangkan bagian hilir masih berupa saluran alam dengan kapasitas saluran kurang memadai.

2. Saluran Sekunder Gurun Lawas, saluran yang ada berupa saluran dari tanah dengan kondisi buruk serta ditutupi oleh vegetasi. Kapasitas saluran yang ada belum memadai.

3. Saluran Sekunder Padang Timur, salura berupa saluran dari beton dengan kondisi banyak ditumbuhi oleh vegetasi dan kapasitas saluran masih belum memadai.

4. Saluran Sekunder Air Camar, saluran yang ada berupa saluran pasangan batu yang memiliki kondisi cukup baik dengan kapasitas yang cukup besar.

5. Saluran Sekunder Parak Gadang, saluran yang ada berupa saluran alam dengan kondisi buruk dan banyak memiliki sedimen. Kapasitas saluran pada bagian hulu dan hilir cukup memadai, sedangkan kapasitas saluran pada bagian hilir kurang mencukupi.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Aur Duri dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Kondisi Umum Drainase Aur Duri4.2.16.3. Genangan Areal Drainase Aur Duri

Permasalahan genangan pada areal Aur duri terjadi akibat saluran yang masih berupa saluran alam di beberapa lokasi dan terdapat saluran yang belum terintegrasi dengan saluran yang lainnya. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.16.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Aur DuriPendekatan masalah untuk areal drainase Aur Duri dilakukan sebagai berikut:

1. Mengurangi beban aliran pada saluran primer dengan membuat interkoneksi dengan badan air penerima di daerah hulu dan tengah.

2. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

3. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;

4. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

5. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

6. Pembuatan saluran pasangan pada saluran tanah yang melewati pemukiman;

7. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;8. Pengaturan tanggung jawab pengelolaan saluran pembuang irigasi pada daerah pemukiman di tengah kota dengan pengelola drainase;

9. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.17 Areal Drainase Olo Nipah

Areal drainase ini terletak di pusat kota dibatasi oleh Jalan Pemuda, Pasar Raya, Jalan Sudirman sampai Batang Arau. Penggunaan lahan daerah ini merupakan daerah perdagangan, terminal, pemukiman dan pemerintahan. Sistem drainase Olo Nipah bermuara pada S. Batang Arau melalui Saluran Bandar Olo.4.2.17.1. Pola Aliran Areal Drainase Olo NipahPola Aliran Areal Drainase Olo Nipah merupakan pola alamiah, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur. Pola Aliran pada Areal Drainase Olo Nipah dapat dilihat pada lampiran Gambar L.18.4.2.17.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Olo NipahKondisi Saluran

Sistem drainase yang ada saat ini sudah lengkap mulai dari jaringan tersier sampai jaringan drainase utama dan sudah terintegrasi. Akan tetapi hampir seluruh saluran mempunyai sedimen serta masalah sampah yang cukup besar sehingga mengurangi kapasitas saluran tersebut. Selain itu banyak saluran merupakan saluran tertutup sehingga sulit dilakukan kontrol.Kondisi saluran saat ini adalah sebagai berikut:

1. Saluran Primer Bandar Olo, Saluran ini berawal dari daerah Pasar Raya kemudian mengalir sepanjang Jalan Bandar Olo, Bandar Gereja sampai ke Batang Arau. Saluran berupa saluran pasangan batu. Kondisi fisik drainase Bandar Olo secara umum masih bagus, hanya ada sedikit kerusakan dan penyempitan penampang saluran dibeberapa tempat. Namun demikian kapasitas tampungan saluran perlu dikaji lagi karena pada waktu hujan saluran ini selalu meluap. Pada saluran terdapat sedimen yang mempengaruhi kapasitas saluran tersebut.

2. Saluran Sekunder Imam Bonjol, Saluran Imam Bonjol terletak di kiri kanan sepanjang Jalan Imam Bonjol dan bermuara ke saluran Anak Jati. Sepanjang drainase Imam Bonjol hampir seluruh saluran tertutup, hanya 50 m sebelum pertemuan dengan Anak Jati merupakan saluran terbuka. Didaerah Jl. Imam Bonjol saluran masih dapat diperiksa/dilihat, karena saluran hanya ditutup dengan jajaran plat beton. Setelah itu saluran sama sekali tidak dapat dilewati karena melewati bawah bangunan permanen, dan gedung-gedung bertingkat. Selain itu saluran ini tidak mempunyai manhole dan inlet drainase yang baik sehingga aliran permukaan tidak dapat dengan lancar masuk ke saluran.

3. Saluran Sekunder Cokroaminoto, saluran ini banyak melewati bawah atau ditutupi pemukiman dan kondisinya tidak beraturan sehingga aliran tidak lancar dan tidak dapat dikontrol, sedangkan pada bagian hilir berupa saluran beton dengan kapasitas cukup besar dan memiliki kondisi cukup bagus. Hal yang perlu diperhatikan adalah sedimen yang berpotensi mengurangi kapasitas saluran.

4. Saluran Sekunder Anak Jati, saluran ini berawal dari Saluran Jati dan berakhir pada saluran Bandar Olo. Saluran berupa saluran pasangan dan banyak terdapat sedimen. Pada bagian tengah saluran (sekitar Jalan Niaga), saluran berupa saluran tertutup yang melewati bawah rumah-rumah sehingga tidak dapat dilakukan pemeliharaan. Kapasitas saluran ini dinilai kurang sehingga sering terjadi genangan, selain itu debit yang masuk dari Saluran Imam Bonjol juga menambah beban saluran ini. Sedangkan pada bagian hilir berupa saluran beton dengan kapasitas cukup memadai.

5. Saluran Sekunder Pemuda, berupa saluran beton yang terbuka dan tertutup dengan kondisi saluran cukup baik. Sepanjang saluran terdapat banyak sadimen yang mempengaruhi kapasitas dari saluran. Banyak sampah juga berpotensi menyumbat saluran.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Olo Nipah dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17. Kondisi Umum Drainase Olo Nipah4.2.17.3. Genangan Areal Drainase Olo Nipah

Kapasitas saluran yang kurang besar mengakibatkan genangan jika terjadi hujan. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.17.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Olo NipahPendekatan masalah untuk areal drainase Olo Nipah dilakukan sebagai berikut:

1. Mengurangi beban aliran pada saluran primer dengan membuat interkoneksi dengan badan air penerima di daerah hulu dan tengah.

2. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

3. Pembuatan saluran primer dan sekunder baru;

4. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

5. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

6. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;7. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.18 Areal Drainase Kali Mati

4.2.18.1. Pola Aliran Areal Drainase Kali MatiPola Aliran Areal Drainase Kali Mati merupakan pola siku, dimana pada lokasi ini pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur. Pola Aliran pada Areal Drainase Kali Mati dapat dilihat pada lampiran Gambar L.19.4.2.18.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Kali MatiKondisi Saluran

Banyaknya sedimen menambah pendangkalan dasar saluran.Kondisi umum saluran pada areal drainase Kali Mati dapat dilihat pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18. Kondisi Eksisting Drainase Kali Mati4.2.18.3. Genangan Areal Drainase Kali Mati

Areal drainase ini terletak pada daerah padat dan sering mengalami genangan yang diakibatkan rendahnya elevasi daerah tersebut serta masih adanya pengaruh pasang surut air laut. Lokasi genangan dapat dilihat pada lampiran Gambar L.1.4.2.18.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Kali MatiPendekatan masalah untuk areal drainase Kali Mati dilakukan sebagai berikut:

1. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

2. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

3. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

4. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.

4.2.19 Areal Drainase Rawang Barat

Areal ini merupakan areal yang baru berkembang menjadi areal pemukiman. Sebagian lokasi masih berupa lahan pertanian dan mulai beralih fungsi menjadi areal pemukiman.4.2.19.1. Pola Aliran Areal Drainase Rawang BaratPola Aliran Areal Drainase Rawang Barat merupakan pola kombinasi antara pola alamiah dan pola siku, dimana pada lokasi ini pola alamiah dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang tidak teratur (hulu saluran) dan pola siku dibentuk oleh pola pemukiman penduduk yang teratur (hilir saluran). Pola Aliran pada Areal Drainase Air Pacah dapat dilihat pada lampiran Gambar L.20.4.2.19.2. Identifikasi Permasalahan Areal Drainase Rawang BaratKondisi Saluran

Sistem drainase yang ada pada saat ini telah berupa saluran beton. Sesuai dengan perkembangan daerah tersebut, maka perlu dikaji sistem drainasenya sehingga dapat mengantisipasi perkembangannya.

1. Saluran Sekunder SMA 6, saluran yang ada berupa saluran beton yang cukup terawat dan memiliki kapasitas cukup besar.

2. Saluran Sekunder Pertamina, pada bagian hulu merupakan saluran mati berupa rawa-rawa, sedangkan saluran pada bagian hilir berupa saluran beton yang cukup terawat dan memiliki kapasitas cukup besar.

3. Saluran Primer Rawang Jondul, saluran yang ada berupa saluran beton yang cukup terawat dan memiliki kapasitas cukup besar.

Kondisi umum saluran pada areal drainase Rawang Barat dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19. Kondisi Eksisting Drainase Rawang Barat4.2.19.3. Genangan Areal Drainase Rawang Barat

Permasalahan genangan belum begitu dirasakan pada Areal Rawang Barat karena kondisi saluran yang masih memadai.4.2.19.4. Pendekatan Masalah Areal Drainase Rawang BaratPendekatan masalah untuk areal drainase Rawang Barat dilakukan sebagai berikut:

1. Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas;

2. Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol;

3. Pembersihan sedimen dan sampah pada saluran primer, sekunder dan tersier;

4. Pembuatan waduk atau kolam retensi pada daerah pemukiman baru;5. Pengaturan tanggung jawab pengelolaan saluran pembuang irigasi pada daerah pemukiman di tengah kota dengan pengelola drainase;

6. Dilaksanakannya Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran.Tabel 4.3 Rekap Identifikasi dan Pendekatan Masalah

Drainase Eksisting Kota PadangNo.ArealSaluranKondisi dan PermasalahanPendekatan Masalah

1Air Pacah1. Sek. By Pas

UtaraSaluran tanah tak berbentuk, ditumbuhi semak, kapasitas saluran mencukupiPembuatan saluran pasangan, Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol

2. Sek. BTN UtaraSaluran tanah tak berbentuk, ditumbuhi semak, kapasitas saluran mencukupiPembuatan saluran pasangan, Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol

3. Sek. BTN

SelatanSaluran tanah tak berbentuk, ditumbuhi semak, kapasitas saluran mencukupiPembuatan saluran pasangan, Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol

4. Primer Nuansa

IndahHulu saluran berupa saluran tanah berbentuk trapesium dengan kondisi baik, bagian hilir berupa saluran tanah tak berbentuk, ditumbuhi semak, kapasitas saluran mencukupiPembuatan saluran pasangan, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

5. Sek. SamilSaluran tanah tak berbentuk, ditumbuhi semak, kapasitas saluran mencukupiPembuatan saluran pasangan, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

6. Sek. Air PacahBagian hulu berupa saluran trapesium dengan kondisi rusak pada beberapa bagian, bagian hilir berupa saluran tanah berbentuk persegi, kapasitas saluran mencukupiPembuatan saluran pasangan, perbaikan pada saluran yang rusak, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

7. Sek. By Pass

TengahSaluran beton berbentuk persegi, kondisi baik dan kapasitas mencukupiOperasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

8. Sek. Rumah

SakitSaluran drainase belum terlaksana sesuai perencanaan DED tahun 1997, areal masih berbentuk rawa-rawaPembuatan saluran pasangan, Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol

9. Primer By Pass

SelatanSaluran beton berbentuk persegi dengan kondisi rusak pada bagian hilir dan kapasitas cukup memadaiOperasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

10. Sekunder

Terminal

UtaraSaluran beton berbentuk trapesium, kondisi baik dan kapasitas saluran cukup memadaiOperasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

11. Sekunder

Terminal

SelatanSaluran beton berbentuk trapesium, kondisi baik dan kapasitas saluran cukup memadaiOperasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

2Pasir putih1. Primer Pasir

PutihBagian hulu berupa saluran tanah tak berbentuk dan ditumbuhi semak, bagian hilir berupa saluran pasangan batu. Kapasitas saluran mencukupi, terdapat sedimen dan tanaman liar yang mempengaruhi kapasitas saluran tersebutPembuatan saluran pasangan, Pemeliharaan berkala pada saluran

2. Sek. Bungo

Pasang HilirSaluran tanah tak berbentuk dan ditumbuhi semak, kapasitas kurang mencukupiPembuatan saluran pasangan, Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol

3. Sek. Bungo

Pasang HuluBagian hulu saluran berupa pasangan batu dengan kapasitas cukup, bagian hilir berupa saluran tanah tak berbentuk dan kapasitas kurang memadaiPembuatan saluran pasangan, rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

3Tabing1. Primer Airport

BaratSaluran tanah yang ditumbuhi semak dan pohon nipah, kapasitas saluran tidak mencukupiPembuatan saluran pasangan

2. Sek. Airport

TimurSaluran tanah yang ditumbuhi semak. Bagian hulu kapasitas mencukupi, tetapi kapasitas saluran bagian hilir kurang memadaiPembuatan saluran pasangan

3. Primer Linggar

JatiSaluran tanah yang ditumbuhi semak, kapasitas saluran kurang, kondisi saluran sudah mengalami banyak kerusakanPembuatan saluran pasangan, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

4. Sek. AsiaBagian hulu saluran dalam kondisi rusak, berupa saluran dari beton yang ditumbuhi semak dan kapasitas kurang mencukupiPerbaikan pada saluran yang rusak, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

4Airport1. Primer Tunggul

hitam HuluSaluran beton yang tertutup semak, sebagian dalam kondisi rusak dan kapasitas dihilir saluran tidak mencukupiPerbaikan pada saluran yang rusak, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

2. Primer Tunggul

Hitam TengahSaluran pasangan batu yang kurang terawat, kapasitas mencukupiOperasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

3. Primer Tunggul

Hitam HilirSaluran tanah tidak terawat dan mengalami kerusakan, kapasitas saluran bagian hulu mencukupi, bagian hilir tidak mencukupiPembuatan saluran pasangan

4. Sek. Pacuan

KudaSaluran tanah yang ditumbuhi semak dan memiliki kondisi yang buruk. Kapasitas saluran kurang mencukupiPembuatan saluran pasangan

5. Primer Air

Tawar TimurSaluran beton, kondisi kurang terawat, bagian hilir ditumbuhi semak, kapasitas saluran mencukupiOperasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

6. Sek. Gapura

BaratSaluran tanah dengan kondisi rusak dan banyak sampah, kapasitas tidak mencukupiPembuatan saluran pasangan

7. Sek. Gapura

TimurSaluran pasangan batu, kapasitas cukup, kondisi yang baik, bagian hilir ditumbuhi oleh semakOperasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

5Baung Penjalinan1. Sek. BhaktiBagian hulu berupa saluran mati, bagian hilir saluran beton, terdapat sedimen, kapasitas saluran kurang mencukupiPembersihan sedimen

2. Sek. KaryaSaluran beton dengan kondisi cukup baik, kapasitas saluran mencukupi, dibeberapa bagian terdapat sedimen dan ditumbuhi vegetasiOperasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

3. Sek. ParupukSaluran tanah tidak terawat, ditumbuhi semak, kapasitas saluran bagian hilir tidak mencukupiPembuatan saluran pasangan

4. Sek. Bhakti IVBagian hulu saluran beton dengan kondisi baik, bagian hilir saluran tanah yang ditumbuhi semak, kapasitas saluran mencukupiPembuatan saluran pasangan

5. Sek.

PenjalinanSaluran beton, kondisi yang baik dan kapasitas cukupPemeliharaan berkala pada saluran

6. Sek.

CendrawasihSaluran beton, kondisi yang baik dan kapasitas cukupPemeliharaan berkala pada saluran

7. Sek. Air Tawar

BaratSaluran beton, kondisi yang baik dan kapasitas cukupPemeliharaan berkala pada saluran

8. Sek. BelibisSaluran beton, kondisi yang baik dan kapasitas cukupPemeliharaan berkala pada saluran, pembersihan sedimen pada waduk retensi

6Siteba1. Sek. PunggaiSaluran dari beton, kondisi saluran kurang terawat, banyak terdapat vegetasi serta sampah, kapasitas saluran cukupOperasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

2. Sek. MedanSaluran pasangan batu, kondisi saluran umumnya baik, di beberapa bagian terjadi pendangkalan akibat sampah sehingga mempengaruhi kapasitas saluranPembersihan sedimen dan sampah

3. Primer KuraoSaluran dari beton dan di sepanjang saluran ditumbuhi oleh vegetasiOperasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

4. Primer Lubuk

BayuSaluran pasangan batu, kondisi baik, kapasitas besar, terdapat sedimen akibat sampah dan jika dibiarkan akan mengurangi kapasitas saluran tersebutPembersihan sedimen dan sampah, Pemeliharaan berkala pada saluran

5. Sek. Berok

RayaSaluran beton, ditumbuhi semak, terdapat sedimen akibat sampah Pembersihan sedimen dan sampah, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

6. Sek. Kurao

BaratSaluran pasangan batu, kapasitas cukup, terdapat sedimenPembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

7. Sek. Sitebasaluran tertutup di bawah trotoar Jalan Raya Siteba dan bermuara pada Batang Kuranji. Kapasitas saluran cukup memadai, namun terdapat banyak sampahPembersihan sedimen dan sampah, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

7Sawah Liat1. Primer Sawah

Liat ASaluran tanah, ditumbuhi vegetasi, kapasitas saluran belum memadaiPembuatan saluran pasangan

2. Sek. Sawah

Liat BSaluran tanah, ditumbuhi vegetasi, kapasitas saluran belum memadaiPembuatan saluran pasangan

3. Primer Sawah

Liat CSaluran tanah, ditumbuhi vegetasi, kapasitas saluran belum memadaiPembuatan saluran pasangan

4. Sek. Sawah

Liat DSaluran tanah, ditumbuhi vegetasi, kapasitas saluran belum memadaiPembuatan saluran pasangan

5. Sek. Sawah

Liat ESaluran tanah, ditumbuhi vegetasi, kapasitas saluran belum memadaiPembuatan saluran pasangan

6. Primer Sawah

Liat FSaluran tanah, ditumbuhi vegetasi, kapasitas saluran belum memadaiPembuatan saluran pasangan

8Kandis1. Primer Gajah

MadaSaluran beton, kondisi baik, kapasitas cukupPemeliharaan berkala pada saluran

2. Sek. Bung

HattaSaluran beton, ditumbuhi vegetasi, kapasitas cukup. Di beberapa tempat terjadi penyumbatan akibat sampahPembersihan sedimen dan sampah Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

3. Sek. Simpang

KandisTidak terdapat saluranPembuatan saluran pasangan

4. Sek. Kampung

Baru timurTidak terdapat saluranPembuatan saluran pasangan

9Lapai1. Sek. Jhoni

Anwar Timur

Saluran tertutup di bawah trotoar. Beban saluran besar, sehingga jika terjadi hujan selalu meluapPembuatan saluran pasangan

2. Sek. Cindua

MatoSebagian saluran beton, kondisi baik dan sebagian berupa saluran tanah dengan kondisi ditumbuhi vegetasi. Kapasitas saluran mencukupiPembersihan sedimen dan sampah, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

3. Primer LapaiSaluran pasangan batu, kondisi baik, terdapat sedimen serta ditumbuhi vegetasi, kapasitas saluran besar

Pembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

4. Sek. Kampung

Baru BaratSaluran pasangan batu, kondisi baik, kapasitas kurang mencukupi, terdapat sedimenRehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Pembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

5. Sek. Pulau

TalenaSaluran beton, kondisi baik, namun rusak pada bagian hulu, kapasitas saluran mencukupi, terdapat sedimenPerbaikan pada saluran yang rusak, Pembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

6. Sek. Asrama

TNISaluran beton, kondisi baik, kapasitas cukupPemeliharaan berkala pada saluran

10Ulak Karang1. Primer. Khatib

SulaimanSaluran pasangan tertutup dan pada bagian hilir saluran pasangan terbuka, kondisi saluran baik, kapasitas saluran bagian hulu tidak mencukupiRehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

2. Sek. DPRSaluran beton, kondisi baik, kapasitas cukup dan bagian hilir kapasitas saluran tergolong besarPemeliharaan berkala pada saluran

3. Sek. JakartaSaluran beton dengan kapasitas cukup, terdapat sedimenPembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

4. Sek. Jhoni

Anwar BaratSaluran beton, kondisi saluran baik, kapasitas cukup. Dibeberapa tempat terdapat sedimentasi akibat sampahPembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

5. Primer S.

ParmanSaluran pasangan terbuka dan sebagian pasangan tertutup, kondisi baik, kapasitas cukupPemeliharaan berkala pada saluran, pembersihan sedimen pada waduk retensi

6. Sek. BelantiSaluran pasangan batu, kondisi baik dan kapasitas mencukupiPemeliharaan berkala pada saluran

7. Sek. TMPSaluran pasangan batu, kapasitas kecil. Bagian hilir saluran tertutup, tersumbat sampah sehingga menimbulkan genanganRehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Pembersihan sedimen dan sampah, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

8. Primer Ulak

KarangSaluran pasangan batu dengan kondisi baik dan kapasitas mencukupi. Dibeberapa tempat terdapat sedimen yang disebabkan oleh sampahPembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

11Lolong1. Sek. Lolong ASaluran tanah yang ditumbuhi semak, kapasitas saluran cukup memadaiPembuatan saluran pasangan

2. Sek. Lolong BSaluran pasangan batu dengan kondisi rusak di beberapa bagian, kapasitas kurang mencukupiPerbaikan pada saluran yang rusak, rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

3. Sek. Lolong CSaluran pasangan batu, kondisi cukup baik, kapasitas kurang memadairehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

4. Sek. Lolong DBagian hulu berupa saluran alam, kondisi kurang terawat, kapasitas kurang memadai, bagian tengah dan hilir berupa pasangan batu, kondisi cukup baik, kapasitas kurang memadaiPembuatan saluran pasangan, Pengalihan aliran pada lokasi yang tidak dapat dikontrol, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

5. Primer LolongSaluran pasangan batu, kondisi cukup baik, kapasitas cukupPemeliharaan berkala pada saluran

12Purus1. Sek. Padang

BaruSaluran pasangan batu, kondisi baikPemeliharaan berkala pada saluran

2. Sek. PurusSaluran pasangan batu, kondisi baik, kapasitas di bagian hulu tidak mencukupi, bagian hilir kapasitas cukupRehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Pemeliharaan berkala pada saluran

3. Sek. Raden

SalehSaluran pasangan batu, kondisi baik, kapasitas cukup kecuali bagian tengah, sehingga terdapat genangan bila hari hujan pada bagian tersebutRehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Pemeliharaan berkala pada saluran

13Jati1. Sek. Simpang

HaruSaluran beton, kondisi cukup baik dan memiliki kapasitas cukup memadaiPemeliharaan berkala pada saluran

2. Sek. Primer

JatiSaluran pasangan batu, terdapat sedimen oleh sampah. Pada pertemuan dengan saluran anak jati dilengkapi pintu air yang tidak berfungsi, kapasitas cukupPembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

3. Sek. AdabiahSaluran pasangan terbuka pada hulu dan pasangan tertutup pada hilir, kondisi baikPemeliharaan berkala pada saluran

4. Sek. Koto

PanjangSaluran beton, kapasitas cukup besar, kondisi cukup baik, terdapat sedimen dari sampah yang menghambat laju aliran airPembersihan sedimen dan sampah, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

5. Sek. SawahanSaluran beton, kondisi umumnya baik, kapasitas cukup, terdapat sampah dan sedimenPembersihan sedimen dan sampah, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

6. Sek.

ProklamasiSaluran pasangan batu, kondisi baik, kapasitas mencukupi. Pada bagian hulu kapasitas kurang mencukupi, ditumbuhi semak, sehingga menyebabkan genanganRehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Pembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

14Alai1. Primer AlaiBagian hulu dan tengah berupa saluran alam,aliran relatif lancar, kapasitas kurang memadai, bagian hilir saluran beton, kondisi ditumbuhi vegetasi, kapasitas saluran tergolong besarPembuatan saluran pasangan, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

15Ujung Gurun1. Primer Bandar

PurusSaluran pasangan batu, kondisi cukup baik, terdapat banyak sedimenPembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

2. Sek. Kis

MangunsarkoroSaluran beton, kondisi baik, kapasitas cukup, terdapat banyak sedimen dari sampahPembersihan sedimen dan sampah, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

3. Primer Ujung

GurunSaluran pasangan batu, kondisi baik, sering meluap karena besamya beban yang diterima saluran dari Saluran Bandar Purus, di beberapa tempat terdapat sedimen dan vegetasiRehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Pembersihan sedimen dan sampah, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

4. Primer Purus

KebunSaluran pasangan batu, kondisi baik, terdapat sedimenPembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

5. Primer Koto

MarapakSaluran beton, kondisi baik, terdapat sedimen. Karena slope yang relatif kecil, maka kapasitas saluran tidak memenuhi dibanding beban debit. Hal ini menyebabkan genangan di daerah PurusRehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Pembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran, pembersihan sedimen pada waduk retensi

16Aur Duri1. Primer Aur DuriBagian hulu berupa saluran pasangan batu, ditutupi oleh vegetasi sehingga mempengaruhi kapasitas saluran. Bagian tengah saluran beton, kondisi baik, kapasitas cukup, bagian hilir masih saluran alam, kapasitas saluran kurang memadaiPembuatan saluran pasangan, Rehabilitasi saluran untuk meningkatkan kapasitas, Pembersihan sedimen, Operasi dan Pemeliharaan berkala pada saluran

2. Sek. Gurun

LawasSaluran tanah, kondisi buruk, ditutupi vegetasi, kapasitas belum memadaiPembuatan saluran pasangan

3. Sek. Padang

TimurSaluran beton, ditumbuhi vegetasi, kapasitas saluran belum memadaiPembuatan saluran pasangan

4. Sek. Air

Camarsaluran pasangan batu, kondisi cukup baik, kapasitas cukup besarPemeliharaan berkala pada saluran