Top Banner
KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL LAYAR MOTOR DI PELABUHAN PAOTERE AVAILABILITY OF TRANSPORTATION SAFETY EQUIPMENT SAILING BOAT MOTORS IN PORT PAOTERE Sulfadly, Alham Djabbar, Andi Haris Muhammad Teknik Transportasi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi : Sulfadly Teknik Transportasi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 HP. 085299992093 [email protected]
13

KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

Mar 27, 2018

Download

Documents

buimien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL LAYAR MOTOR DI PELABUHAN PAOTERE

AVAILABILITY OF TRANSPORTATION SAFETY EQUIPMENT

SAILING BOAT MOTORS IN PORT PAOTERE

Sulfadly, Alham Djabbar, Andi Haris Muhammad

Teknik Transportasi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi : Sulfadly Teknik Transportasi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 HP. 085299992093 [email protected]

Page 2: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

1

Abstrak

Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut menjadi aspek penting dalam menentukan kelaiklautan kapal. Tujuan peneltian ini adalah untuk mengetahui kondisi kelengkapan alat keselamatan yang dimiliki sesuai dengan yang dipersyaratkan SOLAS, menentukan strategi yang diterapkan dalam upaya mengurangi tingkat korban jiwa pada kecelakaan KLM yang beroperasi di pelabuhan rakyat paotere. Metode yang digunakan adalah metode checklist/contreng dan SWOT. Hasil analisis ditemukan bahwa Kondisi kelengkapan alat keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere untuk kategori administrasi alat keselamatan berada pada kategori rendah sekali (0%). Sedangkan untuk kategori teknis alat keselamatan berada pada kategori rendah life jacket dan sekoci (31,04% dan 27,34%) dan alat lifebouy berada pada kategori cukup tinggi (41,63%), untuk kuantitas alat keselamatan fire house box, lampu sekoci, para chut signal, hand flare, smoke signal dan baju tahan api masih dalam kategori “Tidak Baik”. Botol pemadam, life jacket, life bouy, sekoci dan alat komunikasi dikategorikan “Baik”. Sedangkan Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya mengurangi tingkat korban jiwa pada kecelakaan kapal layar kotor di Pelabuhan Paotere antara lain a). Audit teknis terhadap KLM pada aspek persyaratan keselamatan, b). Pelatihan bagi awak dan nahkoda kapal tentang teknik keselamatan pelayaran, c). Peningkatan fungsi balai keselamatan pelayaran sebagai lembaga badan pelayanan umum, d). Penerapan secara detail manajemen kapal sebagai tindak lanjut dari UU No.17 tahun 2008 dan PP No.51 tahun 2002. Kata kunci: Kapal layar motor, SOLAS, alat keselamatan

Abstract

Availability of safety equipment on sea transport become an important aspect in determining the feasible of the ship. The purpose of research is to know the condition of the safety equipment in accordance with required SOLAS, determine the strategies applied in an attempt to reduce the rate of fatalities in the crash of KLM operating in the port of paotere. The method used is the method checklist and SWOT. Results of the analysis found that the completeness condition of safety equipment for KLM in Port Paotere administration category in the category of safety equipment is very low (0%). As for the technical categories of safety equipment in the category of low life jackets and lifeboats (31.04% and 27.34%) and Lifebuoy is the category of tools is quite high (41.63%), for the quantity of house fire safety tool box, lights lifeboat , the chut signals, hand flares, smoke signals and fire resistant clothing is still in the category of "No Good". Bottle extinguisher, life jackets, life bouy, lifeboats and communication tools are categorized as "Good". While the strategies that can be done in an effort to reduce the level of fatalities in accidents gross sailboats in a harbor Paotere among others; a). Technical audit of the KLM on aspects of safety requirements, b). Training for the crew and ship captains about shipping safety techniques, c). Increase as a function hall shipping safety agency public service agencies, d). Application of detailed follow-up management of the ship as the Act UU No.17 tahun 2008 dan PP No.51 tahun 2002.

Keyword : sailing boat motors, SOLAS, safety equipment

Page 3: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

2

PENDAHULUAN

Armada pelayaran rakyat merupakan salah satu armada kapal yang sudah

membuktikan dirinya sebagai sarana transportasi laut yang tangguh, identik dengan usaha

ekonomi kerakyatan berbasis perahu tradisional yang memakai layar atau motor pengerak

(Malisan,2010). Sampai saat ini, armada pelayaran rakyat tampil sebagai salah satu kekuatan

armada nasional disamping armada pelayaran nusantara dan pelayaran perintis lainnya. Unsur

keselamatan merupakan salah satu mata rantai, yang memberi pengaruh sangat besar pada

ekonomi dari keseluruhan rantai usaha transportasi laut (Jinca, 2007). Akan tetapi seringkali

dalam penyelenggaraan transportasi laut aspek keselamatan kurang mendapat perhatian.

Kondisi sarana maupun prasarana keselamatan pelayaran hingga saat ini tidak

mendukung tertibnya kelancaran angkutan laut. Ketertiban pelayanan dan pengoperasian

sarana dan prasarana relatif masih rendah, juga banyak faktor turut melingkupinya, seperti

lemahnya awareness dari pemilik kapal dan perusahaan dalam menerapkan sistem

keselamatan yang efektif serta implementatif di lapangan, kelaiklautan kapal yang lebih

berorientasi pada sertifikasi yang notabene tidak didukung dengan pemeriksaan yang

seksama, juga pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah terhadap pelaksanaan

(drilling) dari persyaratan-persyaratan keselamatan pelayaran tidak konsisten (Sugiarso,2008).

Artinya, kapal layak untuk menghadapi berbagai resiko dan kejadian secara wajar dalam

pelayaran.

Dalam menjamin keselamatan kapal, selain unsur alam, unsur manusia mempunyai

peran yang sangat besar didalam menjalankan fungsi manajemen keselamatan kapal, terdapat

tiga kelompok unsur manusia yang berperan dalam manajemen keselamatan kapal yaitu

pengusaha (operator) kapal, Nahkoda dan pengawas kapal. Ketiga kelompok inilah yang

membuat keputusan layak tidaknya kapal berlayar (Nurwahida, 2003). Kecelakaan-

kecelakaan kapal yang terjadi umumnya menunjukkan tidak ditaatinya konvensi pelayaran

baik internasional maupun nasional oleh perusahaan pelayaran di dalam negeri, terutama

SOLAS dan UU No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran (Moni, 2003). Keberadaan KLM

tersebut dalam upaya peningkatan keselamatan muatan dan awak kapal maka membutuhkan

instrument keselamatan yang selayaknya dimiliki oleh semua kapal khususnya KLM (Hadi,

2001).

Berdasarkan penelitian Badan Koordinasi Keamanan Laut (2009) didapatkan bahwa

sinergitas antara beberapa kebijakan dalam upaya meningkatkan keselamatan dan keamanan

pelayaran laut tidak boleh dipisahkan, dikarenakan kompleksitas dan banyaknya stakeholder

yang berperan sehingga memberikan kepastian kenyamanan dan keamanan bagi para operator,

Page 4: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

3

ABK dan pengguna kapal layar motor (KLM). Berdasarkan masalah tersebut, maka dianggap

perlu untuk melakukan suatu studi mengenai Ketersediaan Peralatan Keselamatan

Transportasi di Pelabuhan Paotere.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental dan bersifat deskriptif

kualitatif, yaitu bertujuan menggambarkan secara sistematis, cermat dan akurat mengenai

kondisi, keadaan, kapal layar motor yang berada di pelabuhan paotere. Adapun desain

penelitian ini adalah mengidentifikasi ketersediaan alat keselamatan yang sesuai dengan

persyarakat SOLAS dan SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002. Berdasarkan

populasi kapal yang tambat di Pelabuhan Paotere tercatat 92 KLM pada bulan juli 2011

sehingga sampel yang diambil sebanyak 8 unit KLM (10% dari populasi).

Variabel penelitian antara lain alat keselamatan (kondisi dan kuantitas) dan tingkat

kecelakaan KLM kaitannya dengan kelengkapan alat keselamatan. Sedangkan metode analisis

data dilakukan antara lain: Untuk menjawab rumusan masalah pertama, alat analisis yang

digunakan analisis alat keselamatan KLM dengan metode checklist/contreng. Pada penelitian

ini dibagi atas 2 bagian yaitu: a) Bagian pertama yaitu melihat kondisi alat keselamatan di

setiap KLM. Kondisi alat keselamatan tersebut dibedakan antara kondisi administrasi alat

keselamatan dan kondisi teknis alat keselamatan. Pemberian nilai pada checklist dilakukan

dengan memberikan nilai nol (0) bila tidak sesuai dengan kondisi dan nilai satu (1) jika sesuai

dengan kondisi sebenarnya. Dari rata-rata hasil checklist tersebut dapat diketahui kondisi

administrasi dan teknis alat keselamatan dengan membuat persentase standar range untuk

setiap nilai checklist yaitu 81 – 100% = Sangat Baik/ Sangat Tinggi, 61 - 80% = Baik/Tinggi,

41 - 60% = Cukup Baik/Cukup Tinggi, 21 - 40%= Kurang Baik/Rendah, 0 - 20% = Tidak

Baik/Rendah Sekali. b) Bagian kedua yaitu checklist untuk melihat kuantitas dari standar alat

keselamatan KLM berdasarkan SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002 tentang

“Persyaratan Keselamatan bagi KLM berukuran sampai GT 500. Kuantitas alat keselamatan

yang dilihat antara lain Fire House Box, Botol Pemadam, Life jacket, Life Bouy, Sekoci,

Lampu Sekoci, Para Chut Signal, Hand Flare, Smoke Signal, Pelontar Tali, Baju Tahan Api

dan Alat Komunikasi. Penilaian dilihat dari rata-rata nilai deviasi setiap alat keselamatan.

Dengan pengkategorian 51 – 100% = Baik, 0 – 50% = Tidak Baik.

Untuk menjawab rumusan masalah kedua, alat analisis yang digunakan adalah SWOT

untuk penelaahan kondisi fisik kapal, kondisi sosial yang berhubungan dengan ABK dan

Page 5: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

4

nahkoda kaitannya dengan faktor keselamatan khususnya keselamatan jiwa ABK dan

menentukan stategi untuk mengurangi tingkat korban jiwa pada saat terjadi kecelakaan.

HASIL

Dari hasil Tinjauan Umum, Data Teknis dan Alat Keselamatan KLM diketahui bahwa

KLM. Berkat Saudara, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Flores dengan jarak

pelayaran 204 mil laut ditempuh selama ± 68 jam. Ukuran 116 GT kapasitas muatan 300 ton

dan memiliki 8 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan tentang

particular ship diketahui terdapat fire house box sebanyak 1 buah, botol pemadam 1 buah, life

jacket 9 buah, life bouy 4 buah, sekoci 1 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1

buah, hand flare 1 buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada,

dan alat komunikasi 1 buah (tidak berfungsi normal).

KLM. Cahaya Mina, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Ende dengan jarak

pelayaran 298 mil laut ditempuh selama ± 100 jam. Ukuran 148 GT kapasitas muatan 300 ton

dan memiliki 7 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan tentang

particular ship diketahui terdapat fire house box sebanyak 1 buah, botol pemadam 2 buah, life

jacket 7 buah, life bouy 3 buah, sekoci 1 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 4

buah, hand flare 4 buah, smoke signal 4 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada,

dan alat komunikasi 1 buah (berfungsi normal).

KLM. Ilham Putra, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Maumere

(Sadangbui) dengan jarak pelayaran 306 mil laut ditempuh selama ± 120 jam. Ukuran 284GT

kapasitas muatan 500 ton dan memiliki 9 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel

pelabuhan tentang particular ship diketahui , fire house box tidak ada, botol pemadam 3 buah,

life jacket 12 buah, life bouy 4 buah, sekoci 3 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1

buah, hand flare 1 buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada,

dan alat komunikasi 1 buah (tidak berfungsi normal).

KLM. Karya Bersama, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Tual (Maluku)

dengan jarak pelayaran 912 mil laut ditempuh selama ± 304 jam. Ukuran 149 GT kapasitas

muatan 450 ton dan memiliki 11 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan

tentang particular ship diketahui fire house box tidak ada, botol pemadam 1 buah, life jacket 9

buah, life bouy 4 buah, sekoci 1 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1 buah, hand

flare 1 buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 2 buah, baju tahan api tidak ada, dan alat

komunikasi 1 buah (tidak berfungsi normal).

Page 6: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

5

KLM. Mahsunah, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Labuan Bajo (NTB)

dengan jarak pelayaran 225 mil laut ditempuh selama ± 75 jam. Ukuran 189 GT kapasitas

muatan 400 ton dan memiliki 11 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan

tentang particular ship diketahui fire house box tidak ada, botol pemadam 2 buah, life jacket 8

buah, life bouy 11 buah, sekoci 1 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1 buah, hand

flare 1 buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada, dan alat

komunikasi 1 buah (berfungsi normal).

KLM. Mulia Bakti, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Flores dengan jarak

pelayaran 204 mil laut ditempuh selama ± 68 jam. Ukuran 175 GT kapasitas muatan 500 ton

dan memiliki 10 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan tentang

particular ship diketahui fire house box tidak ada, botol pemadam 1 buah, life jacket 9 buah,

life bouy 6 buah, sekoci 3 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1 buah, hand flare 2

buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada, dan alat komunikasi

1 buah (tidak berfungsi normal).

KLM. Putra Sorsel Mandiri, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – Ende

dengan jarak pelayaran 298 mil laut ditempuh selama ± 100 jam. Ukuran 199 GT kapasitas

muatan 300 ton dan memiliki 10 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan

tentang particular ship diketahui fire house box tidak ada, botol pemadam 4 buah, life jacket

8 buah, life bouy 4 buah, sekoci 4 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1 buah,

hand flare 1 buah, smoke signal 1 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada, dan alat

komunikasi 1 buah (berfungsi normal).

KLM. Surga Mulia, beroperasi pada lintasan trayek Makassar – NTB dengan jarak

pelayaran 232 mil laut ditempuh selama ± 78jam. Ukuran 57 GT kapasitas muatan 250 ton

dan memiliki 7 orang ABK. Dari hasil laporan pemeriksaan adpel pelabuhan tentang

particular ship diketahui fire house box tidak ada, botol pemadam 2 buah, life jacket 6 buah,

life bouy 4 buah, sekoci 1 buah, lampu sekoci tidak ada, para chut signal 1 buah, hand flare 1

buah, smoke signal 2 buah, pelontar tali 1 buah, baju tahan api tidak ada, dan alat komunikasi

1 buah (tidak berfungsi normal).

PEMBAHASAN

Analisis Alat Keselamatan KLM dilakukan dengan melakukan checklist/contreng

terhadap sampel KLM di Pelabuhan Paotere maka ditemukan kondisi kelengkapan untuk

setiap KLM seperti yang diperlihatkan pada lampiran tabel 1. Tabel 1 didapatkan dari

rekapitulasi dimana, diketahui bahwa tingkat kelengkapan alat keselamatan KLM di

Page 7: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

6

Pelabuhan Paotere untuk kategori administrasi alat keselamatan berada pada kategori tidak

baik/rendah sekali (0%) untuk semua alat keselamatan. Sedangkan untuk kategori teknis alat

keselamatan berada pada kategori kurang baik life jacket dan sekoci (32,08% dan 27,34%)

dan lifebouy berada pada kategori cukup baik (41,63%).

Selain checklist kondisi alat keselamatan KLM ditinjau dari administrasi alat

keselamatan dan teknis alat keselamatan (tabel 1), juga dilakukan checklist kelengkapan

keseluruhan alat keselamatan berdasarkan SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002

tentang “Persyaratan Keselamatan bagi Kapal Layar Motor (KLM) berukuran Tonase Kotor

sampai GT 500”. Dimana hasil checklist tersebut memberikan gambaran alat keselamatan apa

yang secara kuantitas masih dirasakan kurang.

Secara keseluruhan dengan melihat kondisi eksisting untuk setiap alat keselamatan,

dapat dikatakan bahwa secara kuantitas masih sangat kurang dengan deviasi kekurangan

antara 50 sampai 100% untuk beberapa alat keselamatan (Fire House Box, Botol pemadam,

lampu sekoci, paracut signal, hand flare, smoke signal, dan baju tahan api). Selengkapnnya

dapat dilihat pada lampiran tabel 2. Sejalan dengan Jinca (2011) yang mengemukakan bahwa

kondisi alat keselamatan KLM yang tidak memenuhi standar, cenderung akan mengalami

penurunan tingkat keselamatan pelayaran di laut, sehingga diharapkan perbaikan terkait

pemenuhan kelengkapan alat keselamatan disetiap KLM sebelum berlayar. Perlu upaya

peningkatan pelayanan keselamatan transportasi KLM di Pelabuhan Paotere dengan

melakukan beberapa strategi-strategi tertentu. Strategi tersebut didasarkan oleh faktor yang

berpengaruh langsung terhadap keselamatan pelayaran KLM.

Dari Analisis SWOT didapatkan faktor internal berupa Faktor kekuatan dapat

diidentifikasi sebagai berikut: 1) Komitmen yang kuat dari pemerintah dalam mengurangi

tingkat kecelakaan transportasi laut khususnya di Pelabuhan Paotere. 2) Jumlah (kuantitas)

sumber daya manusia di pelabuhan dalam pelaksanaan prosedur keselamatan. 3) Kelengkapan

alat keselamatan pada setiap kapal. 4) Keberadaan lembaga yang menangani masalah

keselamatan pelayaran di Pelabuhan Makassar. Faktor kelemahan antara lain: 1) Koordinasi

antar instansi terkait keselamatan pelayaran masih rendah hal terlihat tidak adanya

keterpaduan rencana kegiatan. 2) Kuantitas SDM yang besar tidak dibarengi oleh kualitas

SDM yang memadai dalam upaya pelaksanaan prosedur keselamatan. 3) Kondisi fisik alat

keselamatan dan peralatan navigasi yang berumur tua sehingga sangat riskan terhadap

dampak dari alam ketika kapal berlayar. 4) Kurangnya dukungan finansial dari pemerintah

terkait pembiayaan sistem keselamatan navigasi pelayaran.

Faktor eksternal antara lain, faktor peluang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1)

Page 8: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

7

Undang-undang No.17 tahun 2008 tentang pelayaran. Serta peraturan-peraturan lain berupa

keputusan Dirjen Perhubungan laut yang berhubungan dengan keselamatan transportasi laut.

2) Kondisi wilayah Indonesia yang sebagian besar adalah perairan yang menyebabkan 77%

pelaksanaan sektor transportasi memanfaatkan transportasi laut. 3) Banyaknya potensi

unggulan wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan dan daerah hinterland disekitarnya yang

berpotensi menggunakan transportasi laut untuk melakukan pendistribusian logistik dari dan

keluar pulau Sulawesi. 4) Permintaan mobilitas orang dan barang dalam mengunakan

transportasi laut khususnya di Pelabuhan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Faktor

ancaman meliputi sebagai berikut: 1) Faktor alam/cuaca yang terkadang menjadi penyebab

terjadinya kecelakaan kapal. 2) Besarnya mobilitas barang dan manusia terkadang tidak

didukung oleh sarana yang ada atau belum terwadahi dengan baik. Berdasarkan hasil analisis SWOT, (matriks SWOT lampiran tabel 3) didapatkan

beberapa strategi peningkatan pelayanan keselamatan transportasi KLM di Pelabuhan Paotere

sebagai berikut: a) Audit teknis terhadap Kapal layar motor (KLM) pada aspek persyaratan

alat keselamatan, b) Pelatihan bagi awak dan nahkoda kapal tentang teknik keselamatan

pelayaran, c) Peningkatan fungsi balai keselamatan pelayaran sebagai lembaga badan

pelayanan umum, d) Penerapan secara detail manajemen kapal sebagai tindak lanjut dari UU

No.17 tahun 2008 dan PP No.51 tahun 2002 serta penerapan secara ketat SK Dirjen

Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002

KESIMPULAN DAN SARAN

Kondisi kelengkapan alat keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere untuk kategori

administrasi alat keselamatan berada pada kategori tidak baik (0%) untuk semua alat

keselamatan. Kategori teknis alat keselamatan berada pada kategori kurang baik life jacket

dan sekoci (31,04% dan 27,34%) dan alat lifebouy berada pada kategori cukup baik

(41,63%). Untuk kuantitas alat keselamatan fire house box, lampu sekoci, para chut signal,

hand flare, smoke signal dan baju tahan api masih dalam kategori “Tidak Baik”. Botol

pemadam, life jacket, life bouy, sekoci dan alat komunikasi dikategorikan “Baik”.

Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya mengurangi tingkat korban jiwa pada

kecelakaan kapal layar kotor di Pelabuhan Paotere antara lain a). Audit teknis terhadap KLM

pada aspek persyaratan keselamatan, b). Pelatihan bagi awak dan nahkoda kapal tentang

teknik keselamatan pelayaran, c). Peningkatan fungsi balai keselamatan pelayaran sebagai

lembaga badan pelayanan umum, d). Penerapan secara detail manajemen kapal sebagai tindak

Page 9: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

8

lanjut dari UU No.17 tahun 2008 dan PP No.51 tahun 2002 serta penerapan secara ketat SK

Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002.

Adapun saran-saran yang terkait dengan penelitian ini antara lain: a). Diperlukan

kajian mengenai kondisi alat keselamatan secara keseluruhan dengan menambahkan beberapa

variabel lain dan metode yang berbeda sehingga diharapkan penilaiannya tidak objektif. b)

Untuk penelitian selanjutnya diperlukan kajian keselamatan transportasi laut khususnya KLM

terhadap Aspek teknis (kondisi kapal, dan stabilitas kapal), aspek non teknis (sumber daya

awak kapal, operator dan regulator serta aspek alam). c) Diharapkan keseriusan dari

pemerintah khususnya instansi yang terkait, kaitannya dengan penyediaan kelengkapan alat

keselamatan transportasi KLM di Pelabuhan Paotere. d) Perlu diperketat pengawasan oleh

syahbandar dan pelaksanaan yang benar oleh para operator baik yang di darat maupun di

kapal dalam mengawasi kondisi kelaiklautan kapal yang akan berlayar.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Keamanan Laut RI.(2009). Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Transportasi Laut. Jakarta.

Direktorat Jendral Perhubungan Laut, Nomor : PY.66/1/2-02. “Persyaratan Keselamatan Bagi Kapal Layar Motor berukuran tonase kotor sampai GT 500”. Jakarta.

Departemen perhubungan, (2008). Undang-undang RI No.17 Tentang Pelayaran, Dephub. Jakarta

Hadi, A Utoyo. (2001). Persepsi masyarakat pelayaran dalam penerapan ISM-Code bagi keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan laut di Pelabuhan Balawan. Tesis PPs USU. Medan.

Jinca, M Y. (2002). Transportasi Laut Kapal Layar Motor Pinisi:Teknologi dan Manajemen Industri Pelayaran Rakyat, Lembaga Penerbitan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Jinca, M Y. (2011). Transportasi Laut, analisis sistem dan studi kasus. Brilian Internasional. Surabaya.

Malisan, Johny. (2010). Keselamatan Transportasi Pelayaran Rakyat Studi Kasus Armada Phinisi. Simposium XIII FSTPT Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.

Malisan, Johny. (2010). Penelitian Penyebab dan Peningkatan Keselamatan Transportasi Laut di Indonesia.Badan Litbang Perhubungan. Jakarta

Moni, Farida et al. (2003). Analisis dimensi kualitas jasa yang mempengaruhi kepuasan penumpang kapal laut studi kasus pada kapal – kapal PT. Pelni jalur Surabaya – Ambon. Jurnal aplikasi manajemen volume 1. Nomor 2.

Nurwahida. (2003). Persepsi Pengambilan Keputusan Terhadap Implementasi Standar manajemen Keselamatan Kapal-kapal Pelayaran Rakyat, Tesis Magister, Program Pasca Sarjana UNHAS, Makassar.

Sugiarso, Adin. (2008). Studi perbandingan metode pengecatan pada ruang muat kapal sesuai aturan IMO. Jurnal Teknik perkapalan ITS. Surabaya.

Page 10: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

9

Tabel 1. Kondisi Kelengkapan alat keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere

Nama Kapal Layar Motor

(KLM)

Life Jacket Life bouy Sekoci

Adm

inis

trasi

al

at k

esel

amat

an

Tekn

is A

lat

Kes

elam

atan

Adm

inis

trasi

al

at k

esel

amat

an

Tekn

is A

lat

Kes

elam

atan

Adm

inis

trasi

al

at k

esel

amat

an

Tekn

is A

lat

Kes

elam

atan

KLM. Berkat Saudara 0,00 33,33 0,00 50,00 0,00 12,50 KLM. Cahaya Mina 0,00 33,33 0,00 41,60 0,00 12,50 KLM. Ilham Putra 0,00 9,09 0,00 50,00 0,00 18,70 KLM. Karya Bersama 0,00 36,30 0,00 41,60 0,00 31,25 KLM. Mahsunah 0,00 36,30 0,00 33,30 0,00 37,50 KLM .Mulia Bakti 0,00 50,00 0,00 41,60 0,00 37,50 KLM. Putra Sorsel Mandiri 0,00 16,67 0,00 41,60 0,00 37,50 KLM. Surga Mulya 0,00 33,30 0,00 33,30 0,00 31,25 Rata-rata 0,00 31,04 0,00 41,63 0,00 27,34

Sumber: Hasil Analisis, 2012 Catatan kategori:

81 - 100 = Sangat Baik/Sangat Tinggi 61 - 80 = Baik/Tinggi 41 - 60 = Cukup Baik/Cukup Tinggi 21 - 40 = Kurang Baik/Rendah 0 - 20 = Tidak Baik/Rendah Sekali

Page 11: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

10

Tabel 2. Hasil Checklist Kelengkapan Alat Keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere berdasarakan SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002 tentang “Persyaratan Keselamatan bagi Kapal Layar Motor (KLM) berukuran Tonase Kotor sampai GT 500”

Jenis Alat Keselamatan

Standar Pelayanan Keselamatan

Jenis KLM Berkat Saudara Cahaya Mina Ilham Putra Karya Bersama

Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Fire House Box

2 buah @ 9 liter 1 50 1 50 1 50 1 50 - 0 2 100 - 0 2 100

Botol Pemadam 1 buah 1 100 0 0 2 100 0 0 3 100 0 0 1 100 0 0

Life jacket Sebanyak jumlah ABK 9 (8) 100 0 0 7 (7) 100 0 0 12 (9) 100 0 0 9 (11) 81,81 2 18,19

Life Bouy Min. 2 buah 4 100 0 0 3 100 0 0 4 100 0 0 4 100 0 0 Sekoci 1 buah 1 100 0 0 1 100 0 0 3 100 0 0 1 100 0 0 Lampu Sekoci 1 buah - 0 1 100 - 0 1 100 - 0 1 100 - 0 1 100 Para Chut Signal 2 buah 1 50 1 50 4 100 0 0 1 50 1 50 1 50 1 50 Hand Flare 4 buah 1 25 3 75 4 100 0 0 1 25 3 75 1 25 3 75 Smoke Signal 2 buah 1 50 1 50 4 100 0 0 1 50 1 50 1 50 1 50 Pelontar Tali 1 buah 1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 2 100 0 0 Baju Tahan Api 2 buah - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100 Alat Komunikasi (Radio)

Min. 4 frekuensi saluran

1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0

Sumber: Hasil Analisis, 2013 Keterangan: Life jacket ……(……) jumlah eksisting (jumlah ABK) Alat Komunikasi berupa radio, ada namun kenyataannya tidak berfungsi dgn baik

Page 12: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

11

Lanjutan Tabel 2. Hasil Checklist Kelengkapan Alat Keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere berdasarakan SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002 tentang “Persyaratan Keselamatan bagi Kapal Layar Motor (KLM) berukuran Tonase Kotor sampai GT 500”

Jenis Alat Keselamatan

Standar Pelayanan

Keselamatan

Jenis KLM Mahsunah Mulia Bakti Putra Sorsel Mandiri Surga Mulya

Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Eksisting Deviasi Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Fire House Box

2 buah @ 9 liter - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100

Botol Pemadam 1 buah 2 100 0 0 1 100 0 0 4 100 0 0 2 100 0 0

Life jacket Sebanyak jumlah ABK 8 (11) 100 0 0 9 (10) 100 0 0 8 (10) 100 0 0 6 (7) 100 0 0

Life Bouy Min. 2 buah 11 100 0 0 6 100 0 0 4 100 0 0 4 100 0 0 Sekoci 1 buah 1 100 0 0 3 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 Lampu Sekoci 1 buah - 0 1 100 - 0 1 100 - 0 1 100 - 0 1 100 Para Chut Signal 2 buah 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 Hand Flare 4 buah 1 25 3 75 2 50 2 50 1 25 3 75 1 25 3 75 Smoke Signal 2 buah 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 1 50 2 100 0 0 Pelontar Tali 1 buah 1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 Baju Tahan Api 2 buah - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100 - 0 2 100

Alat Komunikasi

Min. 4 frekuensi saluran

1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0 1 100 0 0

Sumber: Hasil Analisis, 2013 Keterangan: Life jacket ……(……) jumlah eksisting (jumlah ABK) Alat Komunikasi berupa radio, ada namun kenyataannya tidak berfungsi dgn baik

Page 13: KETERSEDIAAN PERALATAN KESELAMATAN TRANSPORTASI KAPAL ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/310ac02a63dcd3446b08837d2ea7dab9.pdf · Ketersediaaan alat keselamatan pada transportasi laut

12

Faktor internal

Kekuatan (S) Komitmen yang kuat dari pemerintah dalam

mengurangi tingkat kecelakaan transportasi laut khususnya di Pelabuhan Paotere.

Kuantitas sumber daya manusia di pelabuhan dalam pelaksanaan prosedur keselamatan.

Kelengkapan alat keselamatan pada setiap kapal. Keberadaan lembaga yang menangani masalah

keselamatan pelayaran di Pelabuhan Paotere.

Kelemahan (W) Koordinasi antar instansi terkait keselamatan

pelayaran masih rendah hal terlihat tidak adanya keterpaduan rencana kegiatan.

Kuantitas SDM yang besar tidak dibarengi oleh kualitas SDM yang memadai

Kondisi fisik kapal dan peralatan navigasi yang berumur tua

Kurangnya dukungan finansial dari pemerintah terkait pembiayaan sistem keselamatan navigasi pelayaran.

Peluang (O) a) Undang-undang No.17 tahun 2008 tentang pelayaran. Serta

peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan keselamatan

b) Kondisi wilayah Indonesia yang sebagian besar adalah perairan yang menyebabkan 77% pelaksanaan sektor transportasi memanfaatkan transportasi laut.

c) Banyaknya potensi unggulan menggunakan transportasi laut untuk melakukan pendistribusian logistik

d) Permintaan mobilitas orang dan barang di Pelabuhan menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Strategi (SO) a. Audit teknis terhadap KLM pada aspek

persyaratan keselamatan, b. Pelatihan bagi awak dan nahkoda kapal tentang

teknik keselamatan pelayaran c. Peningkatan fungsi balai keselamatan pelayaran

sebagai lembaga badan pelayanan umum. d. Penerapan secara detail manajemen kapal sebagai

tindak lanjut dari UU No.17 tahun 2008 dan PP No.51 tahun 2002 serta penerapan secara ketat SK Dirjen Perhubungan Laut No. PY.66/1/2-2002

Strategi (WO) a. Pembatasan umur kapal yang beropereasi b. Meningkatkan keterampilan dan kualitas sumber

daya manusia dalam upaya peningkatan pelayanan keselamatan transportasi laut

c. Menambah biaya sektor keselamatan navigasi pelayaran

Ancaman (T) Faktor alam/cuaca yang terkadang menjadi penyebab

terjadinya kecelakaan kapal. Besarnya mobilitas barang dan manusia terkadang tidak

didukung oleh sarana yang ada atau belum terwadahi dengan baik.

Strategi (ST) a. Pemeriksaan khusus dan menyeluruh dengan

melakukan conditional Assesment Survey (CAS) b. Pencabutan ijin bagi operator yang tidak disiplin

dan tidak memenuhi kewajiban keselamatan transportasi laut

Strategi (WT) e. Pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran

(SBNP) dan Pengujian fisik kapal dalam rangka peningktan keselamatan alur pelayaran

a. Peningkatan kelengkapan keselamatan dan kompetensi SDM operator

b. Penataan dan pembenahan SDM dilingkungan para stakeholder

c. Pengadaan peralatan pengamanan dan sarana telekomunikasi.

Faktor eksternal

Tabel 3. Matriks analisis SWOT peningkatan pelayanan keselamatan KLM di Pelabuhan Paotere

Sumber : Hasil Analisis, 2012