BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran anak usia dini antara usia 0 sampai 6 tahun menggunakan metode belajar dengan bermain. Kegiatan tersebut yang diselenggarakan di Kelompok B Taman Kanak-kanak. Proses pembelajaran yang efektif bagi anak taman kanak-kanak akan dapat diwujudkan jika dilaksanakan pada lingkungan yang mampu memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan lingkungan secara produktif. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan : Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003:3)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran anak usia dini antara usia 0 sampai 6 tahun
menggunakan metode belajar dengan bermain. Kegiatan tersebut yang
diselenggarakan di Kelompok B Taman Kanak-kanak. Proses pembelajaran
yang efektif bagi anak taman kanak-kanak akan dapat diwujudkan jika
dilaksanakan pada lingkungan yang mampu memberikan kesempatan kepada
anak untuk berinteraksi dengan lingkungan secara produktif.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat
14 menyatakan :
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003:3)
Anak merupakan sosok individu sebagai makluk sosiokultural yang sedang
mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan
serta oragnisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh
dengan segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga
menjadi sosok unik. Anak mengalami suatu proses perkembangan yang
fundamental berarti dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa
1
usia dini dapat memberikan pengaruh yang kuat dan berjangka waktu lama
sehingga melandasi proses perkembangan anak selanjutnya.
Setiap anak memiliki sejumlah potensi, baik potensi fisik, biologis,
kognisi maupun sosio emosi. Anak mengalami perkembangan sangat pesat
sehingga membutuhkan pembelajaran yang aktif dan energik (Kemendiknas,
2008).
Usia pra sekolah merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga,
yang merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Masa
anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan
pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi
perkembangan individu, karena fase ini terjadinya peluang yang sangat besar
untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Jika orang dewasa
mampu menyediakan suatu taman yang dirancang sesuai dengan potensi dan
bawaan anak, maka mereka akan berkembang secara wajar. Masa ini
hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengejar prestasi, tetapi untuk
mengembangkan sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan
kemampuan dasar anak. Lingkungan sekolah, sebagai salah satu lembaga
pendidikan memegang peranan penting dalam menyiapkan generasi penerus.
Proses pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam bentuk belajar mengajar
(Kemendiknas, 2010).
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak usiani (PAUD) justru
belum banyak mendapat perhatian.
Salah satu kegiatan yang diajarkan di TK adalah Kemampuan kognitif.
Kognitif merupakan suatu proses dan produk pikiran untuk mencapai
pengetahuan yang berupa aktifitas mental seperti mengingat, mensimbolkan,
mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi.
Kemampuan kognitif diperlukan anak dalam rangka mengembangkan
pengetahuannya tentang apa yang dilihat, didengar, dirasa, diraba ataupaun
yang dicium melalui panca inderanya.
Kemampuan kognitif anak seharusnya dilakukan sejak dini. Hal ini
dikarenakan kemampuan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran.
Pikiran merupakan bagian dari otak, bagian yang digunakan untuk bernalar,
berfikir dan memahami sesuatu. Setiap hari pemikiran anak akan berkembang
ketika belajar tentang orang-orang yang ada disekitarnya, belajar
berkomunikasi, dan mencoba mendapatkan lebih banyak pengalaman lainnya.
Dalam usaha meningkatkan kemampuan kognitif anak, diusahakan
pendidikan dan latihan yang lebih ditujukan pada latihan meneliti dan
menemukan, yang memerlukan berfungsinya kedua belahan otak.
“Pembebanan otak dengan pengetahuan, latihan ulangan, drill, yang berlebihan, tidak sepenuhnya akan mewujudkan penanjakan kemampuan kognitif, bahkan akan menjadikan seseorang tidak berfikir kreatif, dan menjadikan kemampuan kognitif mengarah terutama pada hasil (produk) berfikir yang konvergen”. (Sujiono, 2006:3.4)
Diharapkan dengan pendidikan, latihan yang sesuai dengan karakteristik
anak, sehingga akan tercapai optimalisasi perkembangan anak. Kemampuan
kognitif yang didapatnya tersebut akan dapat digunakan untuk melangsungkan
hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya. Manusia
yang mampu memberdayakan apa yang ada didunia ini untuk kepentingan
dirinya dan orang lain.
Kemampuan kognitif anak dapat dilihat dari :
1. Kemampuannya dalam memahami angka dan konsep logika, anak telah
mampu membilang, mengenal lambang bilangan, dan sudah mampu
mengoperasionalkan bilangan.
2. Mempunyai kemampuan sangat tinggi untuk menegemukakan sesuatu
dengan alasan yang kuat sehingga anak mampu menceritakan kejadian
yang dilihatnya, mengenal sebab akibat yang terjadi di sekitarnya dan
mengetahui asal mula sesuatu.
3. Mampu menjelaskan ide secara konseptual mampu menciptakan bentuk
dari geometri, mampu menemukan ide gagasan, memiliki daya imajinasi
tinggi.
4. Mampu menyelesaikan tugas dari awal hingga akhir sehingga anak
berusaha untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru dari awal sampai
selesai.
Untuk itu kognitif sangat penting diajarkan pada anak didik karena apabila
daya pikir anak dikembangkan dengan baik maka akan menjadi penerus bangsa
yang cerdas. Apabila kemampuan kognitif anak tidak dikembangkan dengan
baik maka anak akan menjadi berfikir pasif dalam menghadapi sesuatu.
Kemampuan kognitif anak untuk dapat mengolah pemerolehan belajarnya yang
dapat menemukan macam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu
anak mengembangkan kemampuan logika matematiknya dan pengetahuan
akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk memilah-milah
atau mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan daya pikir yang
teliti
Kemampuan kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk
di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis,
mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Kemampuan kognitif adalah
kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Peneliti melakukan pengamatan di TK PKK Banjardowo, pada tahun
pelajaran 2011/2012. Kemampuan kognitif anak kelompok B masih rendah, hal
ini karena kurang kreatifitasnya guru dalam mengajar tanpa media
pembelajaran dan hanya ceramah saja, klasikal, monoton sehingga
mengakibatkan motivasi belajar peserta didik rendah, anak kurang termotivasi
dengan model pembelajaran yang digunakan guru.Anak merasa bosan dengan
metode yang digunakan guru.
Rendahnya kemampuan kognitif anak merupakan suatu permasalahan
yang ada di TK PKK Desa Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten
Nganjuk, Hal ini ditandai rendahnya kemampuan anak dalam
mengelompokkan benda dan membuat urutan bilangan dengan benda-benda.
Alat-alat peraga yang digunakan selama bermain mesti bisa menstimulasi
kemampuan kognitif anak. Gunakan alat bermain edukatif yang memiliki
fungsi mendidik dan juga menghibur. Dengan begitu anak bisa terstimulasi
untuk menyenangi proses belajar, hingga imajinasinya pun berkembang.
Dengan menggunakan dadu diharapkan anak dapat mengenal angka dan
sekaligus bisa melakukan penjumlahan, susunan dadu yang selanjutnya bisa
meningkatkan kemampuan Kognitif Anak usia dini.
Berdasarkan uraian di atas maka kami mengambil judul
“MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI
PERMAINAN DADU DI KELOMPOK B TK PKK DESA BANJARDOWO
KECAMATAN LENGKONG KABUPATEN NGANJUK TAHUN
PELAJARAN 2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yang
diambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan kognitif anak usia dini di Kelompok B TK PKK
Desa Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk tahun
pelajaran 2011/2012 ?
2. Bagaimana pelaksanaan penggunaan alat peraga edukatif dadu di
Kelompok B TK PKK desa Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten
Nganjuk Tahun pelajaran 2011/2012 ?
3. Bagaimana pengaruh pelaksanaan kemampuan kognitif anak usia dini
dengan menggunakan permainan dadu di Kelompok B TK PKK desa
Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk Tahun pelajaran
2011/2012 ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kemampuan kognitif anak usia dini di Kelompok B TK PKK
Desa Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk tahun
pelajaran 2011/2012.
2. Mengetahui pelaksanaan penggunakan alat peraga edukatif dadu di
Kelompok B TK PKK desa Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten
Nganjuk Tahun pelajaran 2011/2012.
3. Mengetahui pengaruh pelaksanaan kemampuan kognitif anak usia dini
dengan menggunakan permainan dadu di Kelompok B TK PKK desa
Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk Tahun pelajaran
2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan agar dapat memberikan manfaat
bagi beberapa pihak diantaranya adalah :
Penelitian ini dilakukan dengan harapan agar dapat memberikan manfaat
bagi beberapa pihak diantaranya adalah :
1. Bagi Penulis sekaligus sebagai guru
Hasil penelitian dapat menambah wawasan guru tentang
pengembangan kognitif anak usia dini dan membantu guru memperbaiki
proses pembelajaran khususnya dalam penggunaan alat permainan
edukatif Dadu.
2. Bagi Peserta Didik
Hasil penelitian bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan kognitif
3. Bagi Lembaga TK
Hasil penelitian Dapat membantu lembaga TK untuk lebih maju dan
berkembang dalam meningkatkan kemampuan kognitif pada anak usia
dini melalui penggunaan permainan edukatif dadu dan dapat memberikan
masukan bagi dunia pendidikan pada umumnya dalam rangka pembinaan
kepada guru untuk meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan dadu
sebagai media pembelajaran
E. Definisi, Asumsi dan Pembatasan Masalah
1. Definisi
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memaknai judul yang peneliti
sampaikan dalam penelitian ini, maka dapat peneliti definisikan sebagai
berikut :
Pengembangan kognitif adalah suatu proses berpikir berupa
kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan
sesuatu. Dapat juga dimaknai sebagai kemampuan untuk memecahkan
masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan
(Sujiono, 2007)
Dadu adalah kubus kecil bersisi enam, pada keenam sisinya diberi
bermata satu sampai enam yang diatur sedemikian rupa sehingga dua sisi
yang saling berhadapan selalu berjumlah tujuh yang digunakan dalam
permainan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:45)
2. Asumsi
Menurut Surachmad (dalam Arikunto, 2002:58) menyatakan bahwa
asumsi atau anggapan dasar dan merupakan titik tolak pemikiran yang
kebenarannya diterima oleh peneliti. Jadi asumsi penelitian dapat
dikatakan sebagai anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan sebagai
pijakan dalam melaksanakan penelitian.
Berdasarkan pernyataan tersebut, rumusan asumsi penelitian ini adalah,
kemampuan kognitif anak berbeda-beda, usia anak 4 – 6 tahun, dan anak
mengalami perkembangan yang normal.
3. Keterbatasan
Penelitian ini membahas kemampuan kognitif dengan menggunakan
alat peraga edukatif dadu dan lokasi penelitian ini di Kelompok B TK
PKK Desa Banjardowo kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk Tahun
pelajaran 2011/2012.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka membahas tentang alat permainan edukatif, kemampuan
kognitif, upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui media dadu di
kelompok B TK PKK, Hipotesis
A. Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam pembelajaran anak di TK. Ketersediaan alat permainan tersebut sangat
menunjang terselenggaranya pembelajaran anak secara efektif dan
menyenangkan sehingga anak-anak dapat mengembangkan berbagai potensi
yang dimilikinya secara optimal. Alat permainan yang sengaja dirancang
secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Pengertian alat permainan
edukatif tersebut menunjukkan bahwa pada pengembangan dan
pemanfaatannya tidak semua alat permainan yang digunakan anak di TK itu
dirancang secara khusus untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan
anak. Sebagai contoh bola sepak yang dibuat dari plastik yang dibeli langsung
dari toko mainan. Dalam hal ukurannya seringkali susah untuk dipegang
secara nyaman oleh anak, jika mau saling melempar dengan teman-temannya
akan terasa sakit di telapak tangan.
Warnanya pun sering kali menggunakan satu warna saja sehingga tidak
menarik bagi anak karena anak biasanya menyenangi benda-benda yang
berwarna-warna.”Alat Permainan Edukatif sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung
10
nilai edukatif (pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan
anak” (Zaman, 2006 : 2).
1. Tujuan Alat Permainan Edukatif
Alat-alat permainan yang dikembangkan memiliki berbagai fungsi
dan tujuan dalam mendukung penyelenggaraan proses belajar anak
sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan bermakna serta
menyenangkan bagi anak.
Adapun tujuan Alat Permainan Edukatif menurut Badru Zaman,
2006:23) adalah sebagai berikut :
a. Memperjelas materi yang diberikan.
Pemanfaatan alat permainan edukatif dalam kegiatan belajar
anak diharapkan dapat memperjelas materi yang disampaikan oleh
guru.
b. Memberikan motivasi dan merangsang anak untuk bereksplorasi dan
bereksperimen dalam mengembangkan berbagai aspek
perkembangannya.
Motivasi dan minat anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen
merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan belajar
anak. Oleh karena itu harus dilakukan berbagai upaya sehingga
motivasi dan minat anak bisa tumbuh dengan baik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi hal
tersebut adalah dengan memanfaatkan alat permainan edukatif.
c. Memberikan kesenangan pada anak dalam bermain.
Apabila kita mengamati anak-anak TK yang sedang
memainkan alat permainan tertentu dan mereka sangat tertarik untuk
memainkannya, mereka tampak sangat serius dan terkadang susah
untuk diganggu dan dialihkan perhatiannya pada benda atau kegiatan
yang lain. Kondisi tersebut terjadi karena anak-anak merasa senang
dan nyaman dengan alat permainan yang mereka gunakan. Alat
permainan yang dirancang secara khusus dan dibuat dengan baik
akan menumbuhkan perasaan senang anak dalam melakukan
aktivitas belajarnya. Jika anak sudah merasa senang dengan
kegiatannya, maka belajar tidak lagi dianggap sebagai beban yang
ditimpakan guru di pundaknya. Anak mengartikan belajar.
2. Fungsi Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif merupakan sarana untuk merangsang anak
dalam proses belajar mengajar. Alat permainan edukatif diharapkan
mampu mendorong anak bermain dan mengembangkan daya imajinasi
anak, tetapi aman bagi anak-anak. Alat Permainan Edukatif ini sangat
diperlukan oleh anak usia dini terutama dadu, botol aqua, gelas plastik dan
sebagainya.
Alat-alat permainan yang dikembangkan memiliki berbagai fungsi
dalam mendukung penyelenggaraan proses belajar anak sehingga kegiatan
dapat berlangsung dengan baik dan bermakna serta menyenangkan bagi
anak. Dalam buku Pengembangan Alat Permainan Edukatif Untuk Anak
Taman Kanak-Kanak (Badru Zaman, 2006:23) mengemukakan fungsi-
fungsi Alat Permainan Edukatif sebagai berikut :
a. Menciptakan situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi anak
dalam proses pemberian perangsangan indikator kemampuan anak.
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kegiatan
bermain itu ada yang menggunakan alat, ada pula yang tidak
menggunakan alat. Khusus dalam permainan yang menggunakan alat,
dengan penggunaan alat-alat permainan tersebut anak-anak tampak
sangat menikmati kegiatan belajar karena banyak hal yang mereka
peroleh melalui kegiatan belajar tersebut.
b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak yang
positif
Dalam suasana yang menyenangkan, anak akan mencoba
melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai dengan cara menggali
dan menemukan sesuai yang ingin mereka ketahui. Kondisi tersebut
sangat mendukung anak dalam mengembangkan rasa percaya diri
mereka dalam melakukan kegiatan. Alat permainan edukatif memiliki
fungsi yang sangat strategis misalnya bangunan rumah dengan memilih
berbagai bentuk balok yang ada, anak menemukan sendiri konsep
bahwa jika menyusun benda yang tinggi dengan fondasi yang kecil dan
kurang kokoh akan menyebabkan bangunan yang telah disusunnya
runtuh berantakan. Alat permainan seperti itu akan menumbuhkan
kegairahan belajar anak sehingga berbagai potensi anak berkembangan
dengan baik.
c. Memberikan kesenangan pada anak dalam bermain.
Apabila kita mengamati anak-anak TK yang sedang memainkan
alat permainan tertentu dan mereka sangat tertarik untuk
memainkannya, mereka tampak sangat serius dan terkadang susah
untuk diganggu dan dialihkan perhatiannya pada benda atau kegiatan
yang lain.
Kondisi tersebut terjadi karena anak-anak merasa senang dan
nyaman dengan alat permainan yang mereka gunakan. Alat permainan
yang dirancang secara khusus dan dibuat dengan baik akan
menumbuhkan perasaan senang anak dalam melakukan aktivitas
belajarnya. Jika anak sudah merasa senang dengan kegiatannya, maka
belajar tidak lagi dianggap sebagai beban yang ditimpakan guru di
pundaknya. Anak mengartikan belajar dengan baik bahwa belajar
ternyata tidak selalu dikesankan sebagai kegiatan yang membosankan
bahkan menyebalkan tapi justeru bermakna dan menyenangkan.
d. Memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan pengembangan
kemampuan dasar Pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan
pengembangan kemampuan dasar merupakan fokus pengembangan
pada anak usia TK.
e. Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi dengan
teman sebaya.
Alat permainan edukatif berfungsi memfasilitasi anak-anak
mengembangkan hubungan yang harmonis dan komunikatif dengan
lingkungan di sekitar misalnya dengan temantemannya.
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah sarana untuk merangsang
anak dalam mempelajari sesuatu tanpa anak menyadarinya karena sambil
bermain, sehingga ras apercaya diri anak bertambah dan mendidik anak
untuk bersosialisasi sehingga bisa menjadi stimulus bagi pembentukan
perilaku anak.
3. Syarat-syarat Alat Permainan Edukatif
Pembuatan APE merupakan suatu kegiatan yang memerlukan bekal
kemampuan yang memadai. Bekal kemampuan yang dimaksudkan adalah
pengetahuan dan keterampilan bagaimana melakukannya sesuai dengan
persyaratan-persyaratan tertentu sehingga alat permainan edukatif yang
dibuat betul-betul efektif dalam mengembangkan aspek-aspek
perkembangan anak.
Sebelum membuat alat permainan edukatif, guru harus
memperhatikan dulu beberapa persyaratan pembuatannya. Persyaratan
tersebut meliputi syarat edukatif, syarat teknis dan syarat estetika. Menurut
Badru Zaman (2006:26) syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Syarat edukatif
Syarat edukatif maksudnya bahwa pembuatan alat permainan
edukatif harus disesuaikan dengan program pendidikan yang berlaku
sehingga pembuatannya akan sangat membantu pencapaian tujuan-
tujuan yang terdapat di dalam program pendidikan yang disusun. Secara
lebih khusus lagi syarat edukatif ini maksudnya bahwa :
rasa senang mendorong anak untuk berfikir positif terhadap
pembelajaran konsep angka.
Dalam Buku Media Pendidikan Pengertian dan
Pengembangannya Dan pemanfaatannya Arif S. Sadiman, (2003:23)
berpendapat tentang manfaat dadu yaitu :
1) Dapat menimbulkan kegairahan belajar karena langsung
berinteraksi antara anak dengan lingkungannya
2) Memungkinkan anak belajar sendiri menurut kemampuannya
3) Anak dapat dengan mudah belajar hitungan hitung dasar 1
sampai 5.
Perhitungan dasar 1 sampai 5. Latihlah (mulai usia 4 tahun)
menghitung banyaknya dadu. Hanya sebanyak 1 sampai 5,
dengan berulang-ulang dan bergembira.
4) Alak belajar menghitung luas segi empat
Perkenalkan anak Anda dengan konsep luas. Susun dadu
(kubus) membentuk segi empat ukuran 2 x 4. Hitung banyaknya
dadu. Luas = panjang x lebar = banyaknya dadu
Perkaya dengan ukuran segi empat yang beragam. Termasuk
persegi (bujur sangkar).
5) Anak belajar menghitung keliling segi empat
Perkenalkan anak Anda dengan konsep keliling. Susun dadu
(kubus) membentuk segi empat ukuran 2 x 4. Hitung sisi dadu
mengelilingi segi empat. Keliling = panjang + lebar + panjang +
lebar. Perkaya dengan ukuran segi empat yang beragam.
Termasuk persegi (bujur sangkar).
6) Anak belajar volume balok dan kubus
Perkenalkan anak Anda dengan konsep volume. Susun 2 segi
empat masing-masing ukuran 2×2. Tumpukkan satu segi empat di
atas segi empat lain. Hitung banyaknya dadu Volume = panjang x
lebar x tinggi = banyaknya dadu Perkaya dengan ukuran balok
yang beragam. Termasuk kubus.
7). Mengembangkan motorik halus
Dukung anak Anda untuk menyusun dadu secara mandiri.
Mengambil dan menyusun dadu membantu perkembangan
motorik halus anak Anda.
8) Mengembangkan kecerdasan spatial anak
Dukung anak Anda mengenal berbagai susunan dadu.
Semakin banyak dadu yang Anda miliki, semakin banyak variasi
yang dapat Anda buat. Latihan ini akan mengembangkan
kecerdasan spatial anak Anda.
9). Mengembangkan ketangkasan arsitektur
Dukung anak Anda untuk berkreasi membentuk berbagai
bentuk bangunan atau benda menggunakan tumpukan dadu. Anda
dapat membuat rumah-rumahan, mobil-mobilan atau kreasi
lainnya. Latihan ini akan mengembangkan ketangkasan arsitektur.
b. Kelebihan dan Kelemahan Alat Permainan Edukatif Dadu
Tidak satupun metode media pembelajaran yang tidak memiliki
kekurangan. Hampir semua media pembelajaran memiliki kelebihan
dan kekurangan. Demikian Juga media pembelajaran dengan
menggunakan dadu ada kelebihannya dan kekurangannya.
Kelebihan dan kelemahan Alat Permainan Edukatif Dadu
menurut Arif S. Sadiman, (2003:23) adalah sebagai berikut :
1). Anak lebih bersemangat dalam pembelajaran, karena dilakukan
seraya bermain, hal itu yang menyenangkan bagi anak
karenamerasa kepercayaan diri bertambah
2). Tidak mengantuk dan tidak cepat bosan karena anak berkativitas
karena anak diberi kesempatan anak melempar, menghitung dan
mengurangi
3). Anak tertarik untuk mengetahui nomor dan angka berapa yang
mau keluar dan anak akan merasa bangga jika nomor yang
diharapkan keluar.
Kelamahan Alat Permainan Edukatif Dadu
1) Banyak menyita waktu
Karena anak harus melempar terlebih dahulu sebuah dadu
kemudian memperhatikan untuk dilihat apa yang muncul dalam
lemparan dadu.
2) Kadang bentuk yang muncul tidak sesuai dengan harapan anak
3) Memerlukan kesabaran, suasana belajar agak ramai
B. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan salah satu aspek yang perlu
dikembangkan, dan hal ini juga merupakan tujuan pembelajaran di TK.
Kemampuan kognitif ini berisikan kemampuan berhitung, konsep warna dan
sebagainya. Kemampuan kognitif disebut juga daya pikir atau kemampuan
seseorang untuk berpikir.
“Kemampuan kognitif adalah suatu proses berpikir berupa kemampuan
untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan sesuatu. Dapat juga
dimaknai sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk
mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan” (Sujiono, 2007:1)
Salah satu aspek dalam kemampuan kognitif ini adalah pengembangan
pembelajaran matematika/ berhitung Istilah-istilah yang dikenal diantaranya
pengembangan kognitif, daya pikir atau ada juga yang menyebutnya sebagai
pengembangan kecerdasan logika-matematika. “Berhitung merupakan bagian
dari matematika, yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan
kemampuan kognitif maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi” (Depdiknas, 2007 :1)
Kegiatan pengembangan pembelajaran berhitung untuk anak usia dini
dirancang agar anak mampu menguasai berbagai pengetahuan dan
keterampilan berhitung yang memungkinkan mereka untuk hidup dan bekerja
pada masa mendatang yang menekankan pada kemampuan memecahkan
masalah.
1. Faktor yang Mempengaruhi kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
dengan penguasaan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya kemampuan
kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil
belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan lingkungan.
Berdasarkan hasil studi Piaget (dalam Ratna W. Dahar, 1989: 157-
158) dalam buku Faktor-faktor Penunjang kemampuan Kognitif terdapat
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kemampuan kognitif
dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut :
a. Faktor Hereditas/ Keturunan
Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh
seorang ahli filsafat. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah
membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi
lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf intelegensi sudah
ditentukan sejak anak dilahirkan, sejak faktor lingkungan tak berarti
pengaruhnya.
Para ahli psikologi Loehlin, Lindzey dan Spuhler berpendapat
bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor
keturunan. Pembawaan ditentukan oleh ciri-ciri yang dibawa sejak
lahir (batasan kesanggupan).
b. Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh Jhon Locke. Dia
berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau
tabularasa. Menurut pendapatnya, perkembangan manusia
sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat Jhon
Locke tersebut perkembangan taraf intelegensi sangatlah ditentukan
oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan
hidupnya.
c. Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang
jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-
masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia
kalender)
d. Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi.
Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja
(sekolah/formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam
sekitar/informal), sehingga manusia berbuat intelejen karena untuk
mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.
e. Minat Dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat
seseorang mendorngnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi.
Sedangkan bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai
potensi yang masih perlu dikembangan dan dilatih agar dapat
terwujud.
Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya.
Artinya, seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin
mudah dan cepat mempelajari hal tersebut.
f. Kebebasan
Kebebasan yaitu kebebasan manusia berpikir divergen
(menyebar) yang berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-
metode yang etrtentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga
bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.
C. Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Media Dadu
Di Kelompok B TK PKK
Kemampuan kognitif anak seharusnya dilakukan sejak dini. Hal ini
dikarenakan kemampuan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran.
Pikiran merupakan bagian dari otak, bagian yang digunakan untuk bernalar,
berfikir dan memahami sesuatu. Setiap hari pemikiran anak akan berkembang
ketika belajar tentang orang-orang yang ada disekitarnya, belajar
berkomunikasi, dan mencoba mendapatkan lebih banyak pengalaman lainnya.
Dadu sebagai media dapat digunakan dalam pembelajaran untuk
mengembangkan konsep bilangan. Media dadu tersebut mudah diperoleh dan
dapat dimanfaatkan untuk berbagai permainan, memiliki bentuk yang
sederhana dan mudah digunakan sehingga mudah dimengerti. Dadu juga
merupakan media pembelajaran konkret dan mudah dieksplorasi oleh anak
TK karena memiliki manfaat diantaranya dapat menumbuhkan motivasi
belajar anak karena anak bermain langsung, melihat dan dan menyentuhnya.
Motivasi yang ditunjukkan dengan rasa senang mendorong anak untuk
berfikir positif terhadap pembelajaran konsep angka sedangkan anak yang
mampu membilang/menyebut urutan bilangan, membilang dengan menunjuk
benda serta menyebutkan hasil penambahan 1 sampai 10 dengan memiliki
kemampuan kognitif yang cukup tinggi.
D. Hipotesis
“Hipotesis itu adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul”
(Suharimi Arikunto 2002:64).
Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah Ho “Tidak Ada pengaruh yang
singnifikan dalam peningkatan kemampuan kognitif anak melalui media dadu
di kelompok B TK PKK Banjardowo Kecamatan Lengkong kabupaten
nganjuk tahun Pelajaran 2011/2012” dan Ha adalah “Ada pengaruh yang
singnifikan dalam peningkatan kemampuan kognitif anak melalui media dadu
dibandingkan tanpa menggunakan media dadu di kelompok B TK PKK
Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran
2011/2012”
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian ini akan membahas tentang rancangan penelitian,
populasi, variabel penelitian, sumber data, instrumen pengumpulan data, teknik
pengolahan dan analisis data
A. Rancangan penelitian
Pada penelitian ini metode yang diggunakan adalah quasi
eksperimental design (metode eksperimen semu). Metode ini digunakan
tanpa ada kelas kontrol atau kelas pembanding. Hal ini karena setiap siswa
mempunyai karakteristik yang berbeda dalam tingkat pemahamannya
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rangcangan one group
pretest posttest. ”Rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol),
tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang
memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya
eksperimen (program)” (Arikunto, 2006:212).
Rancangan penelitian ini dilaksanakan pada satu kelompok saja dan
diukur dengan menggunakan prettest yang dilakukan sebelum diberi
perlakuan dengan media dadu dan posttest dilakukan setelah diberi perlakuan
media dadu pada kemampuan kognitif.
Pendekatan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif.
28
“Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagain dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan Penelitian Kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang dikaitkan dengan fenomena alam” (Arikunto, 2006:56)
B. Populasi
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita
teliti. “Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian” (Arikunto,
2006:130).
Populasi pada penelitian ini adalah Siswa Kelompok B TK PKK
Banjardowo Desa Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten
Nganjuk yaitu sejumlah 20 Anak. Teknik sampling yang digunakan
sampling pendekatan populasi atau Penelitian Populasi
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada
sampel jika tidak ada populasi.
Penelitian Populasi adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini Sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel Jenuh adalah senses, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. (Arianto, 2011:5)
Mengingat jumlah populasi tidak terlalu banyak maka dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling pendekatan
populasi. Hal ini berpatokan pada pendapat Arikunto, (2007:07) yaitu
sebagai ancer-ancer semua subjek yang kurang dari 100 diambil
seluruhnya
Jumlah siswa TK PKK Desa Banjardowo Kecamatan Lengkong
ada 20 anak maka dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan
sampel.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia). Ciri yang dimiliki oleh anggota
suatu kelompok (orang, benda, situasi) berbeda dengan yang dimiliki
kelompok tersebut. ”Variabel independent adalah variabel yang nilainya
menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh
peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel
dependen (tergantung) adalah variabel yang nilainya ditentukan variabel lain”
.(Nursalam, 2003:102).
Sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah Pemberian
Alat Permainan Edukatif Dadu, dan sebagai variabel dependen adalah
kemampuan kognitif.
D. Sumber Data
Sumber data adalah subjek darimana data itu diperoleh. Sumber data ada
2 macam
1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari pihak yang bersangkutan atau
langsung diperoleh dari responden. Data primer dalam penelitian ini
adalah lembar hasil tes dan hasil observasi kemampuan pada anak
sebelum dan sesudah mendapat Alat Peraga Edukasi Dadu.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah jadi atau dipublikasikan untuk
umum oleh instansi atau lembaga yang mengumpulkan, mengolah dan
menyajikan. Data ini meliputi data guru, siswa, dan sebagainya.
E Instrumen Pengumpulan Data
“Instrumen penelitian adalah alat untuk fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap dan sistematis. Sehingga data
lebih mudah diolah” (Arikunto, 1992:124).
Data dicatat dalam dokumentasi seperti buku induk, raport, buku
pribadi surat keterangan dan sebagainya, data tersebut sangat berguna
sebagai bahan pemahaman murid, untuk murid, yang didokumentasikan
perlu sekali dianaslisa secermatnya.
1. Observasi
”Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan” Kartini Kartono (1983:42). Observasi adalah pengumpulan
data dengan penelitian langsung terhadap objek penelitian dengan
menggunakan seluruh alat indra.
“Mengobservasi dapat dilakukan dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran, (pengamatan langsung) yang dapat dilakukan dengan tes,
kuesioner, gambar dan rekaman suara” (Arikunto, 2006:133)
Pedoman Obervasi penelitian ini berupa daftar kegiatan yang
mungkin akan timbul dan akan diamati. Sehingga diperoleh gambaran
tentang kejadian selama penelitian.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah pretest, treatment
(perlakuan), dan posttest. Pretest adalah tes awal yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan kognitif siswa sebelum perlakuan. Treatmen
(perlakuan) adalah pemberian perlakuan kepada peserta didik dengan
alat peraga edukasi dadu. Perlakuan dilakukan selama 3 kali pertemuan
kepada subjek penelitian. Setelah diberikan perlakuan selanjutnya
dilakukan pengukuran kemampuan kognitif lagi, sejauh mana
pemahaman anak tentang kemampuan kognitif setelah diberi pelajaran
dengan alat edukatif berupa dadu. Setelah data terkumpul kemudian di
analisis.
Bentuk Instrumen yang digunakan baik pre test maupun post test
adalah lembar observasi pada anak sesuai dengan tingkat pencapaian
perkembangan anak usia 5-6 tahun yang sesuai dengan permendiknas
No. 58 tahun 2009 yang meliputi :
a. Menyebutkan lambang bilangan 1-10
b. Mencocok bilangan dengan lambang bilangan
c. Mengenal berbagai macam lambang bilangan dan huruf
Bentuk instrumen Aalat Peraga Edukasi Dadu berupa unjuk kerja
anak didik dalam melempar dadu, ekspresi anak, dan keaktifan anak.
Hasil Observasi kemudian dikonversikan ke angka dengan
kriteria sebagai berikut :
a). Anak yang Belum Berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan dalam RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bintang satu ().
b). Anak yang mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator yang diharapkan pada indikator RKH mendapatkan tanda dua bintang ()
c) Anak yang sudah Berkembang Sesuai Harapan pada indikator RKH mendapatkan tanda tiga bintang ()
d) Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan pada indikator RKH mendapatkan tanda empat bintang () (Kemendiknas, 2010:11)
2. Dokumentasi
Menurut Sutrisno Hadi ( 1968:199), yang dimaksud dengan metode
dokumentasi adalah “Salah satu teknik pengumpulan data dengan jalan
melihat data-data yang sudah ada dalam beberapa pedoman“.
Sedangkan menurut W.J.S Poerwodarminto (1985:27), “Teknik
dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui pencatatan
terhadap dokumen“.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data lembar
observasi yang berupa hasil achievment test anak sebelum dan sesudah
diberikan pemberian alat peraga edukatif dadu dansesudah pemberian
alat peraga edukatif dadu dan dilihat hasilnya untuk dianalisis.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada
gunanya, jika tidak diolah. “Pengolahan data merupakan bagian yang amat
penting dalam metode ilmiah, karena dengan pengolahan data, data
tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan
masalah penelitian”. (Arikunto, 2007:209)
Langkah-langkah pengolahan data menurut Arikunto (2007:209),
ada sejumlah langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses
pengolahan data, yaitu: (1) editing; (2) mengkode data atau kodefikasi
data; dan (3) membuat tabulasi.
a. Editing
Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit lebih dahulu.
Dengan perkataan lain, data atau keterangan yang telah dikumpulkan
dalam buku catatan (record book), daftar pertanyaan ataupun pada
interview guide (pedoman wawancara) perlu dibaca sekali lagi dan
diperbaiki, jika di sana sini masih terdapat hal-hal yang salah atau
yang masih meragukan. Kerja memperbaiki kualitas data serta
menghilangkan keragu-raguan data dinamakan mengedit data
b. Kodefikasi Data
Data yang dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat pendek
atau panjang, ataupun hanya “ya” atau “tidak”. Untuk memudahkan
pengolahan, maka jawaban-jawaban tersebut perlu diberi kode.
Pemberian kode kepada jawaban sangat penting artinya, jika
pengolahan data dilakukan dengan komputer. Mengkode jawaban
adalah menaruh angka pada tiap jawaban
c. Tabulasi
Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data.
Membuat tabulasi tidak lain dari memasukkan data ke dalam tabel-
tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah
kasus dalam berbagai kategori.
“Jenis data akan menentukan apakah peneliti akan
menggunakan teknik kualitatif atau kuantitatif. Data kualitatif
diolah dengan menggunakan teknik statistika baik statistika non
parametrik maupun statistika parametrik. (Notoatmojo, 2003:186)
Pada penelitian ini kami berusaha mencari perbedaan hasil
peningkatan kemampuan kognitif sebelum dan sesudah menggunakan
Alat Permainan Edukatif Dadu di Kelompok B TK PKK Banjardowo
Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan cara melakukan observasi pada
pada anak. Untuk mencari perbedaan dilakukan dengan cara
dilakukan untuk membandingkan rata-rata nilai pretest dan posttest.
Perlakuan pertama anak diobservasi kemampuan kognitif dan
perlakuan kedua anak diobservasi kemampuan kognitif melalui
menggunakan Alat Permainan Edukatif Dadu dan hasilnya di
tabulasikan.
Posttes dilakukan setelah pembelajaran berlangsung dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan
kognitif siswa baik yang menggunakan media dadu dibandingkan
dengan tidak menggunakan media dadu.
d. Interpretasi hasil pengolahan data
Tahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan analisis
datanya dengan cermat. Kemudian langkah selanjutnya peneliti
menginterpretasikan hasil analisis akhirnya peneliti menarik suatu
kesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh rangkaian kegiatan
penelitian dan membuat rekomendasinya. Menginterpretasikan hasil
analisis perlu diperhatikan hal-hal antara lain: interpretasi tidak
melenceng dari hasil analisis, interpretasi harus masih dalam batas
kerangka penelitian, dan secara etis peneliti rela mengemukakan
kesulitan dan hambatan-hambatan sewaktu dalam penelitian.
2. Analisis Data
Analisa statistik digunakan untuk menganalisis data tentang
perbedaan kenaikan nilai pengembangan bidang kognitif dengan
menggunakan rumus t-test. Rumus t-test yang digunakan untuk menguji
hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi ditunjukkan pada
rumus :
t =
Md
√ Σx2dN ( N−1)
dimana
Md : mean dari perbedaan pre test dan post tes
xd : devisiasi masing-masing subjek (d – Md)
Σx2 d : Jumlah kuadrat deviasai
N : Subjek pada sampel
d.b : ditentukan dengan N-1
di mana
Σx2 d = Σd2 -
( Σd )2
N (Arikunto, 2006:277)
Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel
dengan dk-1, dengan taraf kesalahan ditetapkan sebesar 5%. Jika harga
t hitung > t tabel maka Ho di tolak dan Ha diterima yang artinya ada
efek positif dari menggunakan Alat Permainan Edukatif Dadu dalam
meningkatkan kemampuan Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini.
Dalam penelitian ini kami menggunakan dalam pengujian validitas,
reliability, dan uji t tes kami menggunakan SPSS (Statistical Package
For Social Sciences) versi 15 For Windos.
Keputusan uji yaitu apabila nilai probabilitas (p) < 0,05, berarti H1
diterima, artinya ada efek positif upaya peningkatan pengembangan
kognitif menggunakan Alat Permainan Edukatif Dadu di TK PKK
Banjardowo Desa Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten
Nganjuk Tahun Pelajaran 2011/2012.
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian dan pengumpulan data
yang dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai dengan bulan Juli 2012 di TK
PKK desa Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk yang meliputi
penyajian data dan pembahasan.
A. Penyajian data
Pada penyajian data khusus ini akan penulis sajikan data hasil penelitian
tentang meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui permainan dadu Di
Kelompok B TK PKK Desa Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten
Nganjuk Tahun Pelajaran 2011/2012. Semua peneliti memasukkan dalam
tabulasi dan dianalisa pakai uji t test.
Uji test ini digunaan untuk menganalisa statistik digunakan untuk
menganalisis data tentang perbedaan kenaikan nilai kemampuan kognitif
sebelum dan sesudah pemberian alat peraga edukatif dadu.
Bentuk data penilaian perkembangan peserta didik di TK berupa uraian
dan dilambangkan dengan tanda bintang satu sampai bintang empat seperti
terlihat di bawah ini
Hasil Observasi kemudian dikonversikan ke angka dengan kriteria
sebagai berikut :
a). Anak yang Belum Berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan dalam RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka
40
pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bintang satu ().
b). Anak yang mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator yang diharapkan pada indikator RKH mendapatkan tanda dua bintang ()
c) Anak yang sudah Berkembang Sesuai Harapan pada indikator RKH mendapatkan tanda tiga bintang ()
d) Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan pada indikator RKH mendapatkan tanda empat bintang () (Kemendiknas, 2010:11)
Untuk mengatahui tingkat kemampuan berhitung perlu pengolahan
data diskriptif menjadi data kuantitatif dengan menggunakan kriteria sebagai
berikut.
Keterangan Skor, 4 anak Berkembang Sangat Bagus (BSB), Skor 3
Berkembang Sesuai Harapan (BSH), Skor 2 Mulai Berkembang (MB), Skor 1
Belum Berkembang (BB). Aspek penilaian kemampuan berhitung sesuai
dengan permendiknas 58 tahun 2009 yaitu :
d. Menyebutkan lambang bilangan 1-10
e. Mencocok bilangan dengan lambang bilangan
f. Mengenal berbagai macam lambang bilangan dan huruf
Dari hasil penilaian lembar unjuk kerja kemampuan kemampuan kognitif
anak maka disajikan data sebagai berikut :
1. Kemampuan kognitif anak usia dini di Kelompok B TK PKK Desa
Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran
2011/2012.
Tabel 1
Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini Sebelum Penggunaan Alat Peraga Edukatif Dadu
Berdasarkan tabel di atas ada 16 anak atau 80% dengan kategori cukup
mampu dalam bermain dadu dan kategori baik ada 3 anak atau 15% dan yang
mempunyai kemampuan kurang hanya 1 anak.
3. Kemampuan kognitif anak usia dini sesudah perlakuan penggunaan alat
peraga edukatif dadu di Kelompok B TK PKK Desa Banjardowo Kecamatan
Lengkong Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2011/2012
Tabel 3
Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini Sesudah Pemberian Alat Peraga Edukatif Dadu
No Nama AnakKonsep Bilangan Jml
% Kategori1 2 3
1 Kenidifatna Reydya Zarima 4 4 3 11 92% Baik
2 Eva Mei Sela 4 3 4 11 92% Baik
3 Muhamad Abdul Ghofur 3 4 4 11 92% Baik
4 Ahmad Nasir Firmanda 3 3 3 9 75% Cukup
5 Sasta Intan Nurfadilah 4 4 4 12 100% Baik
6 Sabila Arsi Nur Zahrani 3 4 3 10 83% Cukup
7 Nova Riyanto 3 3 3 9 75% Cukup
8 Dias Aditya Pratama 4 3 4 11 92% Baik
9 M. Thomas Ronaldo Suwandi 3 4 3 10 83% Cukup
10 Tasya Ifa Efita 3 3 3 9 75% Cukup
11 Rhofia Antony 3 3 4 10 83% Cukup
12 Erlangga Yusuf 4 3 3 10 83% Cukup
13 Ilham Saputra 3 3 3 9 75% Cukup
14 Mohamad Adam Sumarno 3 3 4 10 83% Cukup
15 Violeta Riskia Noveria 4 3 3 10 83% Cukup
16 Rifky Ananta Agutino 3 3 3 9 75% Cukup
17 Amelia Novi Rahmawati 3 3 4 10 83% Cukup
18 Affa Nabiah Azemi 3 4 3 10 83% Cukup
19 Elsa Aprilia Firdiansah 3 4 3 10 83% Cukup
20 Alifia Agustina 4 3 4 11 92% Baik
Keterangan Kategori
100%-85% : Baik84%-65% : Cukup
50%-64% : Kurang<50% : Buruk
Berdasarkan tabel 4.2 sebagian besar 14 atau 70% anak mempunyai
kemampuan cukup dan kemampuan baik 6 atau 30% anak.
4. Pelaksanaan penggunakan alat peraga edukatif dadu di Kelompok B TK PKK
desa Banjardowo Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk Tahun pelajaran
2011/2012.
Tabel 4
Pelaksanaan Penggunakan Alat Peraga Edukatif Dadu
No Nama Anak
Nilai Kemampuan Kognitif
Sebelum Perlakuan Pemberian APE Dadu
Setelah Perlakuan Pemberian Dadu APE
1 Kenidifatna Reydya Zarima Cukup Baik2 Eva Mei Sela Cukup Baik3 Muhamad Abdul Ghofur Baik Baik4 Ahmad Nasir Firmanda Cukup Cukup5 Sasta Intan Nurfadilah Cukup Baik6 Sabila Arsi Nur Zahrani Cukup Cukup7 Nova Riyanto Kurang Cukup8 Dias Aditya Pratama Cukup Baik9 M. Thomas Ronaldo Suwandi Cukup Cukup10 Tasya Ifa Efita Cukup Cukup11 Rhofia Antony Cukup Cukup12 Erlangga Yusuf Cukup Cukup13 Ilham Saputra Cukup Cukup14 Mohamad Adam Sumarno Cukup Cukup15 Violeta Riskia Noveria Cukup Cukup16 Rifky Ananta Agutino Kurang Cukup17 Amelia Novi Rahmawati Cukup Cukup18 Affa Nabiah Azemi Cukup Cukup19 Elsa Aprilia Firdiansah Cukup Cukup20 Alifia Agustina Cukup Baik
Pada tabel 4 Pada Pelaksanaan Penggunakan Alat Peraga Edukatif
Dadu terlihat ada peningkatan dari 1 anak yang mendapat nilai baik meningkat
menjadi 6 anak dengan kemampuan baik dan siswa yang mendapat
kemampuan kurang menjadi tidak ada.
5. Pengaruh pelaksanaan kemampuan kognitif anak usia dini dengan
menggunakan permainan dadu di Kelompok B TK PKK desa Banjardowo
Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk Tahun pelajaran 2011/2012.