Top Banner

of 29

Kecerdasan Emosional Sebagai Hasil Belajar

Jul 09, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Nama NIM Kelas

: Dwi Adhi Iswiyanto : 1005045059 : Reguler Pagi B

Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran Rangkuman BAB 4 Kecerdasan Emosional Sebagai Hasil Belajar, Buku Belajar Pembelajaran oleh Dr. Aunurrahman, M. Pd

KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI HASIL BELAJAR

PENDAHULUAN Dalam perkembangan dasawarsa belakangan ini, semkain banyak tulisan dan kajian yang menyorot secara kritis pentingnya peran kecerdasan emosional dalam mewujudka keberhasilan ataau sukses seseorang. Pandangan sebelumnya yang menempatkan kecerdasan intelektual (IQ) sebagai satu-satunya predictor untuk menentukan keberhasilan seseorang semakin ergeser pada pandangan yang melihat adanya kecerdasan-kecerdasan lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam menentukan sukses seseorang. Pembelajaran saat ini tidak lagi dipahami sekedar proses transfer pengetahuan berupa mata pelajaran atau materi pelajaran kepada siswa, tetapi sebagai wahana untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi siswa secara holistik melalui peran aktif mereka menuju perubahan yang lebih baik. Oleh sebab itu, guru perlu mengembangkan dimensi-dimensi emosional siswa agar mereka semakin mampu menghadapi berbagai persoalan, bersemangat, ulet, tekun, bertanggung jawab, serta mampu menjalin komunikasi secara sehat dengan individu atau kelompok lain.

A. PENGERTIAN KECERDASAN EMOSIONAL Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Meyer dari University of New Hampshire (Shapiro, 1997:5). Beberapa bentuk kualitas emosional yang dinilai penting bagi keberhasilan, yaitu:

1

1. Empati 2. Mengungkapkan dan memahami perasaan 3. Mengendalikan amarah 4. Kemandirian 5. Kemampuan menyesuaikan diri 6. Disukai 7. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi 8. Ketekunan 9. Kesetiakawanan 10. Keramahan 11. Sikap hormat Salovey dan Meyer mendefinisikan kecerdasan emosional adalah himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk

membimbing pikiran dan tindakan. Dengan kata lain keterampilan IQ dan EQ harus saling berinteraksi secara dinamis, baik dalam tingkat konseptual maupun empirik. Perbedaan paling mendasar antara IQ dan EQ adalah bahwa EQ tidak dipengaruhi factor keturunan, dengan demikian maka kecerdasan emosional lebih merupaka hasil dari aktivitas individu dalam melatih fungsifungsi emosional dri sendiri atau oleh orang lain sehingga merupakan hasil belajar.

B. CIRI-CIRI KECERDASAN EMOSIONAL Kesadaran diri adalah kecakapan yang diusahakan untuk diperkuat oleh sebagian besar perangkat psikoterapi, karena seperti dikemukakan oleh Freud bahwa sebagian besar kehidupan emosional berada dalam alam bawah sadar; perasaan-perasaan yang bergejolak dalam diri kita tidaklah senantiasa melintasi ambang kesadaran. Bila pengenalan diri dapat dilakukan dengan baik, maka akan sangat membantu seseorang untuk dapat menguasai diri,

2

yakni kemampuan untuk menghadapi badai emosi seperti amarah, nafsu, kecemasan dan depresi. Goleman menggambarkan ciri-ciri kecerdasan emosional yang terdapat pada diri seseorang berupa: 1. Kemampuan memotivasi diri sendiri 2. Ketahanan menghadapi frustasi 3. Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan 4. Kemampuan menjaga suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Kemampuan memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan internal pada diri seseorang berupa kekuatan menjadi suatu energi yang mendorong seseorang untuk mampu menggerakkan potensi-potensi fisik dan psikologis atau mental dalam melakukan aktivitas tertentu sehingga mampu mencapai keberhasilan yang diharapkan. Untuk itu, sebagai orang tua maupun guru hendaknya dapat membantu mengembangkan tumbuhnya motivasi diri anak. Agar emosi tidak berkembang ke arah negatif, seseorang perlu mengenali dirinya sendiri melalui pemikiran yang jernih untuk menyadari perasaan diri sepenuhnya, tidak tenggelam dalam permasalah serta tidak mudah pasrah. Bilamana pengenalan diri dapat dilakukan dengan baik, maka akan sangat membantu seseorang untuk dapat menguasai diri. Keadaan flow merupakan puncak kecerdasan emosional. Flow merupakan keadaan batin yang menandakan seorang anak sedang tenggelam dalam tugas yang cocok. Oleh sebab itu, hendaknya model ini dikembangkan di sekolahsekolah untuk menghindari kebosanan dan sekaligus menguasai rasa kecemasan di kalangan anak (De Porter, 2000). Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan menjadi ciri dari kecerdasan emosi. Selain itu, kemampuan mengadakan hubungan anatar pribadi atau keterampilan sosial dan kemampuan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir juga merupakan ciri dari kecerdasan emosional. Kecerdasan

3

Emosional Spiritual (ESQ) merupakan suatu metode dan konsep yang jelas dan pasti dari kekosongan batin/jiwa.

C. EMOSI DAN KEGUNAANNYA Kecerdasan emosi merupakan bagian dari aspek kejiwaan seseorang yang paling mendalam, dan merupakan suatu kekuatan, karena dengan adanya emosi itu manusia dapat menunjukkan keberadaannya dalam masalah-masalah manusiawi. Kekuatan emosi sering kali mengalahkan kekuatan nalar, sehingga harus ada upaya untuk mengendalikan, mengatasi, dan mendisiplinkan kehidupan emosional, misalnya dengan memberlakukan aturan-aturan untuk mengurangi gejolak emosi, terutama nafsu yang terlampau bebas dalam diri manusia yang seringkali mengalahkan nalar. Secara universal, manusia memiliki dua jenis tindakan pikiran yaitu tindakan pikiran emosional (perasaan) dan tindakan pikiran rasional (berpikir). Kedua cara pemahaman yang secara fundamental berbeda ini bersifat saling mempengaruhi dalam membentuk kehidupan mental manusia. Sehingga antara akal dan emosi harus berjalan dengan seimbang. Kedua fikiran tersebut, yang emosional dan yang rasional, pada umumnya bekerja dalam keselarasan yang erat, saling melengkapi dalam mencapai pemahaman guba mengarahkan seseorang menjalani kehidupan duniawi. Biasanya ada keseimbangan antara pikiran emosional dan pikiran rasional, dimana emosi memberi masukan dan informasi kepada proses pikiran rasional, dan pikiran rasional memperbaiki dan terkadang memveto masukanmasukan emosi tersebut. Namun pikiran emosional dan rasional merupakan kemampuan-kemampuan yang semi mandiri, masing-masing mencerminkan kerja jaringan sirkuit yang berbeda, namun saling terkait di dalam otak. Di dalam banyak atau sebagian besar peristiwa, pikiran-pikiran terkoordinasi secara istimewa. Perasaan sangat penting bagi pikiran, dan pikiran sangat penting bagi perasaan. Betapa pentingnya keseimbangan antara akal dan emosi, dan bilamana keseimbangan ini goyah akan terjadi perseteruan nalar dan perasaan. Yang

4

mendasari semua ini adalah bagaimana seseorang dapat memahami pemggunaan emosi secara cerdas sehingga dia akan dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan lebih baik dalam suatu keseimbangan.

D. KECAKAPAN-KECAKAPAN EMOSIONAL Tanda-tanda kekurangan perhatian terhadap aspek emosi terlihat dari banyaknya peristiwa-peristiwa kekerasan di kalangan siswa, meningkatnya kekacauan masa remaja dan beberapa ekses perilaku negatif lainnya. Tinjauan baru terhadap penyebab depresi pada kaum muda menunjukkan dengan jelas adanya cacat dalam dua bidang keterampilan emosional, yaitu keterampilan membina hubungan, dan cara menafsirkan kegagalan yang memicu timbulnya depresi. Depresi atau kemerosotan emosi merupakan gejala universal kehidupan modern, dan keadaan ini akan semakin parah bilamana keluarga tidak lagi dapat berfungsi dengan baik dalam meletakkan landasan yang kuat bagi kehidupan anak. Apapun penyebab depresi dapa orang muda merupakan masalah yang mendesak, dan depresi pada anak-anak, bukan sekedar perlu diobati melainkan harus dicegah. Beberapa pendapat menunjukkan menghilangkan atau menurunkan depresi pada anak, dapat dilakukan dengan mengajarkan cara melihat dan memahami kesulitan itu sendiri, melatih untuk terampil menjalin persahabatan, bergaul lebih baik dengan orang tua, melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial yang diminati, dan mengubah pikiran-pikiran yang menekan. Cara yang paling baik untuk mencegah terjadinya berbagai tindakan kekerasan serta depresi adalah dengan mengembangkan keterampilan emosional melalui penemuan ketahanan diri pada anak. Sebuah kemampuan penting untuk mengendalikan dorongan hati adalah mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan, misalnya dengan mengidentifikasi konsekuensi sebelum melakukan suatu tindakan.

5

E. PENERAPAN KECERDASAN EMOSIONAL Daya-daya emosi yang dimiliki oleh orang-orang dewasa sesungguhnya berakar dari masa kehidupan anak-anak. Perbedaan-perbedaan perlakuan orang tua terhadap anak laki-laki dan anak perempuan ketika masih anak-anak dan perbedaan pandangan laki-laki dan perempuan itu sendiri terhadap suatu persoalan memperkuat sinyal perbedaan ketika mereka dewasa. Laki-laki bangga dengan kemandirian dan kemerdekaannya yang berpikir ulet dan mandiri, sementara anak perempuan melihat dirinya sebagai bagian dari jaringan hubungan. Oleh karena itu, laki-laki teramcam bila ada sesuatu yang dapat menantang kemandiriannya, sementara perempuan lebih terancam oleh putusnya hubungan yang mereka bina (Carol Gilligan). Perbedaan-perbedaan dalam pendidikan emosi menghasilkan

keterampilan-keterampilan yang berbeda. Anak perempuan mahir membaca, baik sinyal emosi verbal maupun nonverbal, serta mahir mengungkapkan dan mengkomunikasikan perasaan-perasaannya. Sedangkan anak laki-laki menjadi cakap dalam meredam emosi berkaitan dengan perasaan rentan, salah, takut dan sakit. Dalam proses pembelajaran, penetapan kecerdasan emosional dapat dilakukan secara luas dalam berbagai sesi, aktivitas dan bentuk-bentuk spesifik pembelajarannya. Upaya-upaya untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak adalah: 1. Mengembangkan Empati dan Kepedulian Empati adalah suatu sikap atau kemampuan menempatkan diri sendiri dalam posisi orang lain, sehingga dirinya mampu merasakan apa yang orang lain rasakan. Anak-anak yang memiliki empati kuat cenderung tidak begitu agresif dan rela terlibat di dalam kegiatan sosial. Anak-anak dengan sikap empati tinggi pada umumnya lebih disukai oleh rekanrekannya dan memliliki kemampuan lebih besar untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Beberapa cara untuk mengembangkan sikap empati dan kepedulian adalah:

6

a. Memperketat tuntutan pada anak mengenai sikap peduli dan tanggung jawab. b. Mengajarkan dan melatih anak mempraktekkan perbuatan-perbuatan baik. c. Melibatkan anak di dalam kegiatan-kegiatan layanan masyarakat. 2. Mengajarkan Kejujuran dan Integritas Ada bermacam-macam alasan mengapa anak berkata bohong. Anak kecil paling suka berbohong untuk menghindari hukumman, untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan atau untuk mendapatkan pujian dari sesama teman. Anak remaja sering berbohong untuk melindungi privasinya, untuk menguji kewibawaan orang tua dan untuk melepaskan diri dari rasa malu. Kebanyakan pengamat masalah anak-anak menilai bahwa

walaupun berbohong, pada batas-batas tertentu dapat dimaklumi dari segi perkembangan anak, namun hal ini dapat menjadi masalah bila berbohong menjadi kebiasaan atau berbohong dalam hal yang penting bagi kepentingan diri mereka yang lebih substantive. Berbohong menikis kedekatan dan keakraban. Kebiasaan berbohong menumbuhkan benih ketidakpercayaan, karena perbuatan ini menghianati kepercayaan orang lain. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru atau orang tua untuk menumbuhkan kejujuran anak, antara lain: a. Usahakan agar pentingnya kejujuran terus menjadi topik perbincangan dalam rumah tangga, kelas, dan sekolah b. Membangun kepercayaan c. Menghormati privasi anak 3. Mengajarkan Memecahkan Masalah Pada umumnya orang tua dan guru kurang memberikan kepercayaan penuh kepada anak-anak untuk memecahkan masalah. Kebanyakan orang tua begitu cepat memberikan bantuan kepada anak dalam menyelesaikan sesuatu, padahal bantuan itu belum betul-betul

7

dibutuhkan. Hal yang sangat penting yang harus diketahui para pendidik adalah kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian yang menyatu dengan proses pertumbuhan. Pertumbuhan intelektual dan emosional anak didorong oleh proses pemecahan masalah. Seperti keterampilan EQ yang lainnya, kemampuan anak untuk memecahkan masalah umumnya sejalan dengan peningkatan usia. Anak-anak sanggup memecahkan masalah yang lumayan rumit bila mereka terbiasa dibimbing menggunakan istilah-istilah yang akrab dan kongkrit bagi mereka. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, anakanak harus sesering mungkin diajak untuk memecahkan masalah yang sesuai dengan tingkat usia dan pengalaman yang mereka dapat. Untuk menghadapi tantangan masa depan, siswa akan

membutuhkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai di sembilan area kunci yaitu: a. Kemampuan berbahasa, matematika dan sains. b. Keterampilan teknologi baru. c. Kemampuan pemecahan masalah, pikiran kritis dan kreativitas. d. Kesadaran sosial, keterampilan berkomunikasi dan membangun sinergisitas kelompok. e. Kesadaran global dan keterampilan konservasi. f. Pendidikan kesehatan dan kesejahteraan. g. Orientasi moral dan etika. h. Kesadaran estetika. i. Pendidikan seumur hidup untuk kemandirian belajar. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi yang harus diajarkan kepada siswa. Dalam praktik pembelajaran, mengajarkan anak memecahkan masalah aka lebih baik bilamana juga sekaligus diajarkan cara-cara berpikir sistematik. Langkah-langkah pemecahan masalah yang tepat untuk diterapkan yaitu: a. Mengidentifikasi masalah. b. Memikirkan alternatif pemecahan.

8

c. Membandingkan alternatif-alternatif pemecahan yang mungkin akan dipilih. d. Menentukan pemecahan yang terbaik. Dalam mengajarkan siswa memecahkan masalah, guru hendaknya memperhatikan pengalaman siswa, karena anak-anak belajar memecahkan masalah melalui pengalaman-pengalaman mereka. Upayakan sedapat mungkin memberikan tantangan untuk memecahkan masalah, tanpa banyak campur tangan guru. Disamping itu, guru perlu mengembangkan suasana yang mendukung pemecahan masalah tersebut yang

memungkinkan mereka merasa lebih percaya diri serta merasa memiliki keleluasaan dalam mengambil keputusan yang tepat.

9

Nama NIM Kelas

: Dwi Adhi Iswiyanto : 1005045059 : Reguler Pagi B

Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran Rangkuman BAB 5 Prinsip-Prinsip Belajar, Buku Belajar Pembelajaran oleh Dr. Aunurrahman, M. Pd

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR PENDAHULUAN Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan guru adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip belajar dan asas-asas pembelajaran. Pemahaman dan keterampilan menerapkan prinsip-prinsip belajar dan asas pembelajaran akan membantu guru untuk mampu mengelola proses pembelajaran secara tepat, sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Setelah mengkaji bagian ini diharapkan kita memiliki kompetensi : 1. Menjelaskan maksud prinsip-prinsip belajar 2. Menjelaskan beberapa prinsip belajar yang esensial. 3. Mengemukakan beberapa contoh penerapan prinsip-prinsip belajar. 4. Menjelaskan implikasi prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran.

A. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong terwujudnya perkembangan potensi peserta didik tersebut tentunya merupakan suatu proses panjang yang tidak dapat diukur dalam periode tertentu, apalagi dalam waktu yang sangat singkat. Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Davies (1991:32),

10

mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu : 1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. 2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement). 4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik. Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran.

B. IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN 1. Prinsip Perhatian dan Motivasi Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil penelitian bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar. Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai bentuk kegiatan.

11

Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama teman-temannya yang lain (Djamarah, 2006:148). Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis atau ahli yang lain menyebutnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu. Motivasi eksternal melalui proses belajar dan interaksi individu dengan lingkungannya dapat berubah menjadi motivasi internal. Proses perubahan dari motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik pada seseorang disebut transformasi motif (Dimyati dan Mudjiono, 1994:41). Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang berkenaan dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai berikut : a. Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis, sosial dan emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat ini. b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha. c. Motivasi dipengaruhi oleh unsr-unsur kepribadian. d. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar. e. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi. f. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terdapat motivasi dan perilaku.

12

g. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang ingin belajar. h. Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi. i. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan. j. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi. Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus berusaha : Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang menarik. Mengkondisikan proses belajar aktif. Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dalam belajar (misalnya kebutuhan untuk dihargai, tidak merasa tertekan, dsb) Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai suatu prestasi. Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin pula memberitahukan hasilnya kepada siswa. Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.

2. Prinsip Transfer dan Retensi Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu : a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi. b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik. c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu terjadi. d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.

13

e. Penelaahan bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi. f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan. g. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu. h. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa. i. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapatkan kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dapat diciptakan. j. Tahap akhir proses belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

3. Prinsip Keaktifan Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif. Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu. Menurut teori belajar Kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran orang yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang

14

yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan pegertian kepada seorang murid, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh si murid lewat pengalamannya (Glasersferld dalam Battencourt, 1989). Dalam proses konstruksi itu menurut Glasersferld, diperlukan beberapa kemampuan; (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada pengalaman yang lain. Implikasi prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam proses pembelajaran adalah: a. Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam prose pembelajarannya. b. Memberikan kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen. c. Memberikan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru. d. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. e. Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.

4. Prinsip Keterlibatan Langsung Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang diperoleh dari kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam kerucut pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui penglaman langsung. Keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali manfaat yang langsung dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran tersebut. Implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah:

15

a. Mengaktifan peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas. b. Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen. c. Memberi keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen. d. Memberikan tugas-tugas praktik. Bagi siswa, implikasi prinsip keterlibatan langsung ini adalah: (1) siswa harus terdorong aktif untuk mengalami sendiri dalam melakukan aktivitas pembelajaran, (2) siswa dituntut untuk aktif mengerjakan tugastugas.

5. Prinsip Pengulangan Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat, mengamati, manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaiknya semakin kurang pemberian latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat perkembangannya. Di samping teori psikologi daya, prinsip pengulangan ini juga didasari oleh teori Psikologi Asosiasi atau Connecsionisme yang dipelopori oleh teori Thorndike dengan salah satu hukum belajarnya Low of exercise yang mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons. Pandangan psikologi condisioning juga memberikan dasar yang kokoh bagi pentingnya proses latihan. Psikologi ini berpandangan bahwa munculnya respons, tidak saja disebabkan oleh adanya stimulus, akan tetapi lebih banyak disebabkan karena adanya stimulus yang dikondisikan. Stephen R. Covey, pengarang buku The 7 Habits of Effective People, mengemukakan bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan dari

16

pengetahuan, keterampilan dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan dan mengapa. Keterampilan adalah bagaimana melakukannya. Dan keinginan adalah motivasi, keinginan untuk melakukan. Agar sesuatu bisa menjadi kebiasaan dalam hidup kita, kita harus mempunyai ketiga hal tersebut. Pandangannya ini digambarkan

Pengetahuan (apa yang harus dilakukan, mengapa)

KEBIASAAN Keterampilan (bagaimana melakukan)

Keinginan (mau melakukan)

sebagai berikut: Implikasi prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah: a. Memilah pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan. b. Merancang kegiatan pengulangan. c. Mengembangkan soal-soal latihan. d. Mengimplementasikan kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi. Sedangkan pada siswa sangat dituntut untuk memiliki kesadaran yang mendalam agar bersedia melakukan pengulangan latihan-latihan baik yang ditugaskan oleh guru maupun atas inisiatif dan dorongan diri sendiri.

17

6. Prinsip Tantangan Deporter (2000:23) mengemukakan bahwa studi-studi

menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, dan mereka memiliki peran di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa tertantang dalam suatu pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Mihaly Csikszentmihalyi, psikolog dari Universitas Chicago dikenal karena penelitiannya dalam mendokumentasikan suatu keadaan dimana seseorang sangat terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal lain seakan tak berarti lagi. Goleman menjelaskan tentang keadaan flow ini. Jika tuntunan terlalu sedikit, orang akan menjadi bosan. Jika tuntutan terlalu besar untuk diatasi, mereka akan menjadi cemas. Flow terjadi di daerah genting antara kebosanan dan kecemasan. Kurt Lewin dalam sebuah teori yang dinamakannya Teori Medan (Field Theory), mengemukakan bahwa siswa di dalam suatu situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Beberapa bentuk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu : 1) Merancang dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen. 2) Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa. 3) Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran. 4) Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik. 5) Membimbing generalisasi. 6) Merancang dan mengelola kegiatan diskusi. siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, dan

18

7. Prinsip Balikan dan Penguatan Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar yang dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan salah satu hukum belajar dari Thorndike yaitu law of effect. Menurut hukum belajar ini, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar berikutnya. Namun dorongan belajar, menurut Skinner tidak hanya muncul karena penguatan yang menyenangkan, akan tetapi juga terdorong oleh penguatan yang tidak menyenangkan, dengan kata lain penguatan positif dan negatif dapat memperkuat belajar. Memberi penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku pada waktu yang lain. Sumantri dan Permana (1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan dari pemberian penguatan, yaitu: a. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik. b. Merangsang peserta didik berpikir lebih baik. c. Menimbulkan perhatian peserta didik. d. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi. e. Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang mendukung belajar. Terdapat beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru: 1) Penguatan verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa katakata/kalimat yang diucapkan, seperti: bagus, baik, smart, tepat dan sebagainya. 2) Penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang memberi arti/kesan baik kepada peserta didik. Penguatan gestural dapat berupa; tepuk tangan, acungan jempol, anggukan, tersenyum, dan sebagainya.

19

3) Penguatan dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru terhadap perilaku peserta didik dengan cara mendekatinya. Penguatan dengan cara mendekati ini dapat dilakukan ketika peserta didik menjawab pertanyaan, bertanya, berdiskusi atau sedang melakukan aktivitasaktivitas lainnya. 4) Penguatan dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru dengan cara menyentuh peserta didik, seperti menepuk pundak, menjabat tangan, mengusap kepala peserta didik, atau bentuk-bentuk lainnya. 5) Penguatan dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan. Memberikan penghargaan kepada kepada kemampuan peserta didik dalam suatu bidang tertentu, seperti peserta didik yang pandai bernyanyi diberikan kesempatan untuk melatih vokal pada temannya. 6) Penguatan berupa tanda atau benda, yaitu memberikan penguatan kepada peserta didik berupa simbol-simbol atau benda-benda. Penguatan ini dapat berupa komentar tetulis atas karya peserta didik, hadiah, piagam, lencana, dan sebagainya. Ketepatan pemberian dan penggunaan penguatan harus mendapat perhatian guru. Bilamana penguatan dipergunakan pada situasi dan waktu yang tidak tepat, maka hal itu dapat kehilangan keefektifannya. Sebaliknya bilamana penguatan itu dipergunakan secara tepat, maka akan memberikan pengaruh yang positif terhadap aktivitas belajar peserta didik. Implikasi prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain; (1) memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik tenik, waktu maupun bentuknya, (2) memberikan kepada siswa jawaban yang benar, (3) mengoreksi dan membahas pekerjaan siswa, (4) memberikan catatan pada hasil pekerjaan siswa baik berupa angka maupun komentar-komentar tertentu, (5) memberikan lembar jawaban atau kerja siswa, (6) mengumumkan atau menginformasikan peringkat secara terbuka, (7) memberikan penghargaan.

20

8. Prinsip Perbedaan Individual Hasil sejumlah riset menunjukkan bahwa keberagaman faktor, seperti sikap siswa, kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta memberikan dan konteks pembelajaran merupakan komponen yang memberikan dampak sangat penting terhadap apa yang sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari (Killen, 1998:5). Dalam pandangan DePorter & Hernacki (2001:117) terdapat tiga karakteristik atau modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh setiap pendidik dalam proses pembelajaran, yaitu: a. Orang-orang yang visual, yang sering kali ditandai suka mencoretcoret ketika berbicara di telpon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta daripada mendengar penjelasan. b. Orang-orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri, lebih suka mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku, lebih suka berbicara daripada menulis. c. Orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika bergerak atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, sulit untuk duduk dan diam. Peserta didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda satu sama lain dan tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami. Pembelajaran yang bersifat klasikan yang mengabaikan perbedaanperbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Cara-cra yang dapat ditempuh oleh guru antara lain penggunaan metode atau pendekatan secara bervariasi sehingga semakin besar memberikan peluang tumbuhnya perhatian siswa di dalam latar belakang perbedaan individual. Upaya lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan menambah waktu belajar bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan rendah, atau

21

memberikan pengayaan bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain. Implikasi atau penerapan prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut: 1) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan untuk selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka butuhklan. 2) Para siswa harus terus didorong memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan. 3) Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras dengan minat, tujuan, dan latar belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para pesrta didik cenderung memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lampau yang mereka rasakan bermakna untuk dirinya. 4) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta pemenuhan kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan siswa-siswa yang lain. 5) Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana para siswa tidak merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya sehingga mereka memiliki keleluasan untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar. 6) Para siswa yang telah memahami kekuatan dirinya akan lebih cenderung memiliki dorongan dan minat untuk belajar secara lebih sungguh-sungguh. Prinsip Belajar Kognitif Beberapa hal berikut ini sangat penting diperhatikan dalam proses pembelajaran kognitif; a) Perhatian harus dipusatkan pada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses belajar kognitif terjadi.

22

b) Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada. c) Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata atau kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif. d) Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satuan unit-unit yang sesuai. e) Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dalam konsep amatlah penting. Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna. f) Dalam pemecahan masalah, para siswa harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan tumbuhnya kemampuan berpikir yang multi dimensional (divergent thinking).

Prinsip Belajar Afektif Pembelajaran afektif dapat dilaksanakan dengan baik dalam upaya mencapai hasil belajar yang diharapkan bilamana guru memperhatikan beberapa hal berikut: a) Sikap dan nilai tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran langsung, akan tetapi sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain. b) Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan. c) Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok. d) Bagaimana para siswa menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif. e) Dalam banyak kesempatan nilai-nilai penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat. f) Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yng erat.

23

g) Model interaksi guru dan siswa yang positif dalam proses pembelajaran di kelas, dapat memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sikap positif di kalangan siswa. h) Para siswa dapat dibantu agar lebih matang dengan cara memberikan dorongan bagi mereka untuk lebih mengenal dan memahami sikap, peranan serta emosi.

Prinsip Belajar Psikomotorik Terdapat beberapa hal penting yang perlu diketahui guru berkenaan dengan pembelajaran psikomotorik: a) Perkembangan psikomotorik anak, sebagian berlangsung secara beraturan dan sebagian diantaranya tidak beraturan. b) Di dalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi kemampuan dasar psikomotorik. c) Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomorik. d) Melalui aktivitas bermain dan aktivitas informal lainnya para siswa akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya secara lebih baik. e) Seirama dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan belajar untuk memadukan dan memperluas gerakan motorik akan lebih dapat diperkuat. f) Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan psikomotor individu. g) Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif siswa dapat menambah efisiensi belajar psikomotorik. h) Latihan yang cukup yang diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat memperkuat proses belajar psikomotorik. i) Tugas-tugas psikomotorik yang terlalu sukar bagi siswa dapat menimbulkan keputusasaan dan kelelahan yang lebih cepat.

24

Nama NIM Kelas

: Dwi Adhi Iswiyanto : 1005045059 : Reguler Pagi B

Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran Rangkuman BAB 6 Model-Model Pembelajaran, Buku Belajar

Pembelajaran oleh Dr. Aunurrahman, M. Pd

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. Setelah mengkaji bagian ini, diharapkan kita memiliki kompetensi: 1. Menjelaskan dasar pemikiran perlunya model pembelajaran 2. Menjelaskan hakikat model pembelajaran 3. Menjelaskan kelompok model-model pembelajaran 4. Menguraikan jenis-jenis model pembelajaran

A. HAKIKAT MODEL PEMBELAJARAN Seluruh aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru harus bermuara pada terjadinya proses belajar siswa. Model-model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara optimal. Dalam sebuah situs tentang pembelajaran Huitt (2003), mengemukakan rasionalitas pengembangan model pembelajaran. Modelmodel pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari adanya perbedaan

25

berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Di samping didasari pertimbangan keragaman siswa, pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya maka di dalam menentukan model-model pembelajaran yang akan dikembangkan, guru harus memiliki pemahaman yang baik tentang siswa-siswanya, keragaman kemampuan, motivasi, minat, dan karakteristik pribadi lainnya. Perlu dikaji kembali beberapa asumsi tentang belajar; (1) setiap individu pada setiap tingkatan usia memiliki potensi untuk belajar, namun dalam prosesnya, keberhasilan antar individu akan beragam; ada yang cepat dan ada yang lambat bergantung pada motivasi dan cara digunakannya, (2) tiap individu mengalami proses perubahan dimana situasi belajar yang baru sangat mungkin menimbulkan keraguan, kebingungan bahkan ketidak senangan, tetapi di pihak lain banyak juga yang menyenangkan (Mangkuprawira, 2008: 1). Kerangka pikir Gagne yang menegaskan lima kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga memerlukan berbagai model dan strategi pembelajaran untuk mencapainya, yaitu: 1. Keterampilan intelektual, yakni sejumlah pengetahuan mulai dari kemampuan baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan ini sangat tergantung pada kapasitas intelektual, kecerdasan sosial seseorang dan kesempatan belajar yan tersedia. 2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah. 3. Informasi verbal, yakni pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. 4. Keterampilan motorik, yakni kemampuan dalam bentuk keterampilan menggunakan sesuatu, keterampilan gerak. 5. Sikap dan nilai, yakni hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, intensitas emosional (Depdiknas, 1998/1999: 16).

26

Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya dapat dipahami secara tuntas. Sementara setiap guru juga menyadari bahwa untuk dapat memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu yang dapat dianggap mudah, karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Dari keberagaman pribadi yang dimiliki oleh siswa tersebut, kita sebagai guru hendaknya mampu memberikan pelayanan yang sama sehingga siswa yang menjadi tanggung jawab kita di kelas itu merasa mendapatkan perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang sama tentunya kita perlu mencari solusi dan strategi yang tepat, sehingga harapan yang sudah dirumuskan dalam setiap rencana pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang komprehensip serta mampu mengambil keputusan yang rasional kapan waktu yang tepat untuk menerapkan salah satu atau beberapa strategi secara efektif (Killen, 1998). Huitt (2003: 4) mengingatkan meskipun keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas merupakan hal yang sangat penting, akan tetapi guru harus tetap dapat mengontrol aktivitas perilaku siswa di kelas (classroom management activities), mencermati perbedaan-perbedaan antar siswa serta karakteristik masing-masing individu. Lieach & Scott (1995), mengingatkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan guru dalam memlilih dan menentukan model pembelajaran dengan mengkaji kemana pembelajaran akan dititikberatkan, apakah pada outcome, proses atau content. Terdapat beberapa aspek kegiatan yang harus dilakukan guru: a. Bilamana guru memutuskan untuk mengarahkan proses pembelajaran pada outcome, maka guru harus merumuskan beberapa pertanyaan untuk dirinya sendiri tentang;

27

1) Apa yang saya harapkan dari siswa-siswa pada akhir pembelajaran. 2) Jenis pengetahuan dan dorongan seperti apa yang saya harapkan dapat dimiliki oleh siswa. 3) Jenis keterampilam seperti apa yang saya harapkan dapat

didemonstrasikan oleh para siswa. 4) Sikap dan nilai-nilai apa yang seharusnya dimiliki oleh siswa. 5) Mengapa saya mengharuskan siswa-siswa mempelajari hal ini. 6) Pengetahuan, sikap dan keterampilan apa yang seharusnya penting dimiliki siswa yang harus saya ajarkan. 7) Bagaimana cara saya mengetahui bahwa siswa dapat mengembangkan pengetahuan,sikap dan keterampilan yang saya harapkan. b. Bilamana guru memutuskan untuk menitikberatkan pada content pembelajaran, maka guru harus merumuskan beberapa pertanyaan untuk dirinya sendiri tentang; 1) Apa saja materi esensial yang harus dimengerti oleh siswa untuk mendukung hasil belajar yang saya harapkan. 2) Apa yang menjadi sumber-sumber belajar yang dapat dipergunakan untuk mendukung materi pembelajaran. 3) Kemampuan berpikir siswa seperti apa yang perlu dinilai dan bagaimana cara saya melakukan penilaiannya. Mengapa hal itu penting untuk dilakukan. 4) Kekeliruan pemahaman dan miskonsepsi seperti apa yang umumnya terjadi dalam penyampaian materi yang dilakukan. 5) Bagaimana saya dapat meminimalisasi atau mengurangi kekeliruan pemahaman dan miskonsepsi pada siswa. c. Bilamana guru memutuskan untuk menitikberatkan pada proses

pembelajaran, maka guru harus merumuskan beberapa pertanyaan untuk dirinya sendiri tentang; 1) Bagaimana strategi yang harus dilakukan agar para siswa dapat lebih mudah memahami melalui pembelajaran yang dilakukan.

28

2) Bagaimana

siswa

dapat

mengembangkan

keterampilan-

keterampilannya. 3) Bagaimana siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai. 4) Bagaimana struktur pengorganisasian kelas yang harus dikembangkan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran yang efektif. 5) Apa saja jenis atau bentuk strategi pembelajaran yang menjadi penekanan jika dikaitkan dengan jenis sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dikembangkan melalui proses pembelajaran yang dilakukan. 6) Bagaimana merancang dan mengorganisasi materi pelajaran agar siswa mudah mempelajarinya. 7) Apakah siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk mendukung strategi pembelajaran yang

dikembangkan. 8) Seberapa banyak waktu, ruang dan sumber-sumber belajar yang dimiliki sehingga dapat mendukung strategi pembelajaran yang digunakan. 9) Apakah strategi pemotivasian dapat dipergunakan untuk mempercepat tumbuhnya rasa percaya diri para siswa. 10) Bagaimana cara mengetahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan telah dapat dilaksanakan secara optimal seperti yang direncanakan.

29