BAB ILAPORAN KASUS
STATUS PASIENI. Identitas PasienNama: An. GUmur: 6 tahunJenis
kelamin: Laki-lakiPendidikan : Kelas II SDAlamat: RT.03 Kampung
tengah
II. Latar belakang sosial, ekonomi, demografi, lingkungan
keluargaa. Jumlah anak/saudara : Pasien anak pertama dari dua
bersaudarab. Status ekonomi keluarga : cukupc. Kondisi rumah :
rumah pasien berbentuk panggung. Lantai rumah terbuat dari kayu,
atap rumah dari genteng. Terdapat 3 ruangan yaitu 4 buah kamar
tidur, ruang tamu dan dapur. Kebutuhan air untuk sehari-hari dari
air PDAM dan sumur. Penanganan sampah dibuang ditempat pembuangan
sampah.d. Kondisi lingkungan keluarga : tidak ada tetangga yang
mempunyai keluhan yang sama dengan pasien.III. Aspek psikologis di
keluarga : Hubungan pasien dengan keluarga baik. Pasien tinggal
dengan orangtuanya, adik pasien, nenek, sepupu.IV. Riwayat penyakit
dahulu/penyakit keluarga : Pasien belum pernah menderita penyakit
yang sama sebelumnya.Ibu, adik pasien, dan sepupu pasien juga
mengeluhkan penyakit yang sama. Riwayat alergi disangkal
V. Anamnesis Keluhan utama : Pasien mengeluhkan merasa
gatal-gatal disertai bintik-bintik kemerahan pada tangan sejak 2
minggu yang lalu. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluhkan
rasa gatal disertai munculnya bintik-bintik kemerahan sejak 2
minggu yang lalu. Bintik-bintik kemerahan awalnya timbul pada kedua
tangan, kemudian 1 minggu yang lalu timbul didaerah perut,
punggung, paha bagian dalam dan bokong. Rasa gatal yang dialami
pasien memberat saat malam hari, namun tanpa disertai nyeri. Batuk
dan demam disangkal. Riwayat digigit serangga disangkal. Ibu pasien
dan adik pasien juga mengalami sakit yang sama. Riwayat kebiasaan :
mandi 1-2 kali sehari, memakai sabun batang, ganti baju setelah
mandi, Pasien tidur dengan adik orang tua dan menggunakan handuk
yang sama dengan pasien. Kebiasaan mengganti sprei tidak tentu
(kadang-kadang lebih dari 4 minggu), handuk digunakan sekitar 2
minggu.
1. Pemeriksaan fisik :
Status generalisata : Kesadaran : kompos mentis Keadaan umum :
Tampak sakit ringan
Tanda vital: Tekanan darah : 110/70 mmhg Nadi: 80 kali/menit RR:
18 kali/menit Suhu : afebris
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mulut:
karies gigi (-)Leher : trakea letak tengah, pembesaran KGB
(-)Thoraks: Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris,
retraksi(-), ictus cordis tidak tampak Palpasi : fremitus kanan =
kiri, nyeri tekan(-) Perkusi : sonor kanan = kiri Auskultasi :
suara pernapasan bronkovesikuler, rhonki (-), wheezing (-)Abdomen
Inspeksi : cembung, sikatrik (-) Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : timpani Palpasi : hepar dan lien tidak teraba.Ekstremitas
: akral hangat, edema (-)Status Dermatologis Lokasi : tangan kanan
kiri, sela jari-jari tangan, punggung, perut, paha bagian dalam,
dan pantat Bentuk : anular Batas: tegas Ukuran: miliar-lentikular
Efloresensi: papul eritema, skuama pada beberapa pustul yang sudah
pecah, dan mengering serta tampak eksoriasi akibat garukan
VI. Laboratorium: Tidak diperiksaAnjuran : kerokan kulit untuk
melihaaat sarcoptes scabiei atau telurnya VII. Diagnosis banding :
PrurigoGigitan seranggafolikulitisVIII. Diagnosis kerja:
Scabies
IX. Manajemen :a. Promotif Menjelaskan kepada keluarga tentang
penyakit, cara penularan dan pengobatan yang diderita pasien.
Menjaga kebersihan diri Menjaga kebersihan pakaian dengan cara
mencuci pakaian dan menjemurnya sampai kering Mengobati keluarga
yang lain yang terkena scabies agar tidaak terjadi penularan yang
berulang Hindari menggaruk lesi karena dapat menyebabkan infeksi
sekunderb. Preventif: Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun
Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu Menjemur kasur dan bantal
minimal 2 minggu sekali. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk
dengan orang lain. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain
serta pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau skabies. Menjaga
kebersihan rumah dan berventilasi cukup. Menjaga kebersihan tubuh
sangat penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya mandi dua
kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita,
mengingat parasit mudah menular pada kulit.
c. Kuratif :
Non farmakologi : Merendam pakaian, handuk, sprei yang dipakai
oleh pasien dengan air mendidih, kemudian dicuci dengan deterjen
(dicuci terpisah), selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari dan
disterika. Kasur dan bantal yang digunakan pasien dijemur di bawah
sinar matahariFarmakologi Topikal : salep 2-4 dioleskan pada
efloresensi kulit 3 x sehari Sistemik oral : Anti pruritus :
chlorpheniramin maleat tablet 0,35 mg/kg BB.hari dibagi 3 dosis = 3
x 2 mg(1/2 tablet) sehari Antipiretik analgesik : paracetamol
tablet 500 mg = 3x1/2 tablet sehariAntibiotik : amoxicilin tablet
500mg = 3 x tablet sehari
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBIPUSKESMAS OLAK KEMANGJln. K.H.Hasan
Anang. No.33. Danau TelukTelp : dr. Mufti muttaqinJambi, 27 Mei
2015R/ zalp 2-4 .flno. I S.3.dd. u.eR/ amoxicilin tab 500mgno. X
S.3.dd. tab.R/ CTM tab 4 mgno. VI S.3.dd. tabR/ Paracetamol tab
500mgno. IX S.3.d.d tabPro : An. GUmur : 6 tahunAlamat: RT 03.
Kampung tengah
BAB IITINJAUAN PUSTAKA1. DefinisiSkabies adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes
Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh Penyakit kulit
skabies merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit ini dapat
ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya
berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan
seksual.Penularan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya
pakaian, handuk, sprei, bantal, dan selimut (Djuanda, 2007).
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Penyakit
ini disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch,
gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit ampera (Harahap, 2008).
Scabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh
tungau Sarcoptes scabei. Scabies ini tidak membahayakan manusia
namun adanya rasa gatal pada malam hari ini merupakan gejala utama
yang mengganggu aktivitas dan produktivitas.Penyakit scabies ini
banyak berjangkit di: lingkungan yang padat penduduknya lingkungan
kumuh lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Scabies
cenderung tinggi pada anak- anak usia sekolah, remaja bahkan orang
dewasa (Siregar, 2004).
2. EtiologiPenyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari
100 tahun lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan
Acarus scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian
hominis. Sarcoptes scabies termasuk filum Arthropoda , kelas
Arachnida , ordo Acarina, super famili Sarcoptes (Sudirman, 2006).
Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng, be rwarna
putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong
dibandingkan perut, tidak berwarna, yang betina berukuran 300-350
mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150-200 mikron. Stadium
dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan kaki depan dan 2
pasang lainnya kakibelakang. Siklus hidup dari telur sampai menjadi
dewasa berlangsung satu bulan. Sarcoptes Scabiei betina terdapat
bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4. Sedangkan pada yang
jantan bulu cambuk demikian hanya dijumpai pada pasangan kaki ke- 3
saja (Aisyah, 2005)
3. EpidemiologiFaktor yang menunjang perkembangan penyakit ini
antara lain sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk,
hubungan seksual dan sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan),
kesalahan diagnosis dan perkembangan demografi serta ekologi.
Selain itu faktor penularannya bisa melalui tidur bersama dalam
satu tempat tidur, lewat pakaian, perlengkapan tidur atau benda
-benda lainnya. Cara penularan (transmisi ) kontak langsung misal
berjabat tangan, tidur be rsama dan kontak seksual. Kontak tidak
langsung misalnya melalui pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain (Djuanda, 2007)
4. PatogenesisKelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh
tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan.
Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak
kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan.
Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan
ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau (Djuanda, 2007).9 Siklus hidup tungau mulai dari
telur sampai dewasa memerlukan waktu selama 10- 14 hari. Pada suhu
kamar (21C dengan kelmbaban relatif 40-80%) tungau masih dapat
hidup diluar pejamu selama 24-36 jam. (Aisyah, 2005).
5. Cara PenularanPenyakit skabies dapat ditularkan melalui
kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang paling sering
adalah kontak langsung yang saling bersentuhan atau dapat pula
melalui alat- alat seperti tempat tidur, handuk dan pakaian
(Djuanda, 2007). Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan
kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang
yang tinggal secara bersamasama disatu tempat yang relatif sempit.
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu
tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah
yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasilitas
-fasilitas kesehatan yang dipakai olehmasyarakat luas, dan
fasilitas umum lain yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan
padat penduduk (Benneth dalam Kartika, 2008).
6. Gambaran KlinisKeluhan pertama yang dirasakan penderita
adalah rasa gatal terutama pada malam hari (pruritus noktural) atau
bila cuaca panas serta pasien berkeringat (Sudirman, 2006).
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda dibawah
ini :a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena
aktifitas tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan
panas.b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misaln ya
dalam keluarga biasanya seluruh anggota keluarga, perkampungan yang
padat penduduknya, sebagian tetangga yang berdekatan akan diserang
oleh tungau tersebut. Dikenal dengan hiposensitisasi yang seluruh
anggota keluarganya terkena.c. Adanya kunikulus (terowongan) pada
tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih atau keabu-abuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1 centi meter, pada
ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel
(kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul poli morf
(gelembung leokosit).d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling
diagnostig. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau
ini. Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur Adanya
tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi
(bekas garukan), bekas -bekas lesi yang berwarna hitam.e. Gejala
yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada
kulit yang umumnya muncul disela- sela jari, selangkangan dan
lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Aisyah,
2005)
7. Klasifikasi SkabiesAdapun bentuk-bentuk khusus skabies yang
sering terjadi pada manusia adalah sebagai berikut:a. Skabies pada
orang bersih (Scabies in the clean). Tipe ini sering ditemukan
bersamaan dengan penyakit menular lain. Ditandai dengan gejala
minimal dan sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya menghilang
akibat mandi secara teratur.b. Skabies pada bayi dan anak kecil.
Gambaran klinis tidak khas, terowongan sulit ditemukan namun
vesikel lebih banyak, dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki.c. Skabies noduler
(Nodular Scabies). Lesi berupa nodul coklat kemerahan yang gatal
pada daerah tertutup. Nodul dapat bertahan beberapa bulan hingga
beberapa tahun walaupun telah diberikan obat anti skabies.11d.
Skabies in cognito. Skabies akibat pengobatan dengan menggunakan
kostikosteroid topikal atau sistemik. Pemberian obat ini hanya
dapat memperbaiki gejala klinik (rasa gatal) tapi penyakitnya tetap
ada dan tetap menular.e. Skabies yang ditularkan oleh hewan (Animal
transmited scabies) Gejala ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul
terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak, dapat
sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi yang
bersih.f. Skabies krustosa (crustes scabies / scabies keratorik).
Tipe ini jarang terjadi, namun bila ditemui kasus ini, dan terjadi
keterlambatan diagnosis maka kondisi ini akan sangat menular.g.
Skabies terbaring di tempat tidur (Bed ridden). Penderita penyakit
kronis dan orang tua yang terpaksa harus terbaring di tempat tidur
dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.h. Skabies yang
disertai penyakit menular seksual yang lain Apabila ada skabies di
daerah genital perlu dicari kemungkinan penyakit menular seksual
yang lain, dimulai dengan pemeriksaan biakan atau gonore dan
pemeriksaan serologi untuk sifilis.i. Skabies dan Aquired
Immuodeficiency Syndrome (AIDS). Ditemukan skabies atipik dan
pneumonia pada seorang penderita.j. Skabies dishidrosiform. Jenis
ini di tandai oleh lesi ber upa kelompok vesikel dan pustula pada
tangan dan kaki yang sering berulang dan selalu sembuh dengan obat
antiskabies (Emier, 2007).
8. Diagnosis SkabiesDiagnosis ditegakkan atas dasar :1) Adanya
terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau
kelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm, dan pada
ujungnya tampak vesikula, papula, atau pustula.2) Tempat predileksi
yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita),
umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria).Pada orang dewasa
jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita
imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi diseluruh
permukaan kulit.3) Penyembuhan cepat setelah pemberian obat
antiskabies topikal yang efektif. 4) Adanya gatal hebat pada malam
hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal, harus
dicurigai adanya scabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh
temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu
meningkat (Mawali, 2000).
9. Penatalaksanaan SkabiesMenurut Sudirman (2006),
penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :a) Penatalaksanaan
secara umum.Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan
mandi teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang
telah digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam
denganair panas. Demikian pula halnya dengan anggota keluarga yang
beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga
harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari
terjadinya kontak langsung. Secara umum tingkatkan kebersihan
lingkungan maupun perorangan dan tingkatkan status gizinya.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan : Semua anggota
keluarga harus diperiksa dan mungkin semua harus diberi pengobatan
secara serentak. Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih,
bila perlu menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi
pakaian yang akan dipakai harus disetrika. Semua perlengkapan rumah
tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur, selimut harus
dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa
jam.
b) Penatalaksanaan secara khusus.Menurut Handoko (2008),
obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara
lain: Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20%
dalam bentuk salap atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan
mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat
dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun. Emulsi
benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam
krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.
Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi
seminggu kemudian. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga
merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan
anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Permetrin
dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan,
efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10
jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dilanjutkan
pada bayi di bawah umur 12 bulan.
10. PrognosisDengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain
obat, serta syarat pengobatan dapat menghilangkan faktor
predisposisi, maka penyakit ini memberikan prognosis yang baik
(Handoko, 2008).11. Pencegahan SkabiesSiregar (1996) yang dikutip
Ruteng, 2007, penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan
dan lingkungan yang kurang baik oleh sebab itu untuk mencegah
penyebaran penyakit ini dapat dilakukan dengan cara :
Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun Mencuci pakaian,
sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2
kali dalam seminggu Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu
sekali. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi tungau skabies. Menjaga kebersihan rumah dan
berventilasi cukup. Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk
menjaga infestasi parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta
menghindari kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit
mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan
penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit
ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari (Prabu, 1996). Bila
pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas
dari infeksi ulang. Dariansyah, 2006 yang mengutip pendapat Azwar,
langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :1. Cuci sisir,
sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan
antiseptik.2. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun
hangat dan gunakan seterika panas untuk membunuh semua telurnya,
atau dicuci kering (drycleaned).3. Keringkan peci yang bersih,
kerudung dan jaket.4. Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau
jilbab.Departemen Kesehatan RI, 2002, memberikan beberapa cara
pencegahan yang dilakukan penyuluhan kepada masyarakat dan
komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara
pengobatan penderita skabies dan orang-orang yang kontak meliputi :
Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya Laporan
kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang
dilakukan. Isolasi santri yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam
pondok sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah
Sakit diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan
yang efektif. Disinfeksi serentak yaitu pakaian dalam dan sprei
yang digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum
pengobatan dicuci dengan menggunakan sistem pemanasan pada proses
pencucian dan pengeringan, hal ini membunuh kutu dan telur.
Tindakan ini tidak dibutuhkan pada infestasi yang berat. Mencuci
sprei, sarung bantal dan pakaian pada penderita (Ruteng, 2007).
BAB IIIANALISA KASUS
a. Hubungan diagnosis dengan keadaan Rumah dan lingkungan
sekitarPasien tinggal i rumah panggung, dengan dinding kayu, dan
lantai papan, dengan lebar 8 meter dan panjang 10 meter, tampak
jendela 7 buah di depan rumah dan 1 buah pintu keluar di depan. Di
dalam kamar pasien terdapat 1 buah jendela dan 1 buah tempat tidur.
Terlihat kamar terlihat rapi dan tidak terdapat tumpukan baju yang
tergantung di belakang pintu. Ventilasi dan pencahayaan terlihat
cukup. Ruang keluaga pasien tampak luas. Dapur pasien tampak cukup
pencahayaaan dan cukup ventilasi. Di kamar mandi pasien terdapat
ember untuk tempat penampungan air dan tidak terdapat bak mandi,,
wc menggunakan wc jongkok, atap wc menggunakan seng dan
berlantaikan papan. Sumber air daari PDAM dan sumur. septic tank
berada di belakang rumah. Tidak ada hubungan diagnosis dengan
keadaan rumah dan lingkungan sekitarb. Hubungan diagnosis dengan
keadaan keluarga dan hubungan keluargaAda keluarga yang menderita
penyakit yang sama, yaitu ibu, dan adik pasien. Penyakit scabies
terutama mengenai kelompok masyarakat yang berada dalam satu ruang
lingkup atau saling berinterraksi. Sehingga ada hubungan penyakit
pada kasus ini dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.c.
Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitarPerilaku kesehatan pasien seperti menggaruk-garuk
kulit yang gatal, menggunakan handuk bersama-sama, mandi
menggunakan sabun batangan yang dipakai secara bersama-sama dengan
anggota keluarga yang lainya, kemudian pasien tidur dengan sepupu
dan menggunakan handuk yang sama dengan pasien. Kebiasaan mengganti
sprei tidak tentu (kadang-kadang lebih dari 4 minggu), handuk
digunakan sekitar 2 minggu. Sehingga kemungkinan terdapat hubungan
antara diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar.d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko
atau etiologi penyakit pada pasien iniPenularan penyakit dengan
pemakaian handuk yang sama, tidur bersama dengan sepupu yang sudah
terkena penyakit tersebut, dan kurangnya kebersihan sprei dan
handuk. Hal tersebut dapat memudahkan terjadinya infeksi
scabies.
e. Analisis untuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan
dengan faktor risiko atau etiologi pasien iniUntuk mengurangi
paparan/memutuskan rantaai penularan dengan faktor risiko atau
etiologi pada pasien ini dilakukan hal sebagai berikut :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganyaa bahwa penyakit ini
merupakan penyakit yang disebabkan oleh tungau Menjelaskan kepada
pasien dan keluarganya bahwa penyakit ini dapat mengenai anggota
keluarga yang tinggal satu rumah Menjelaskan kepada pasien bawah
penularannya dapat terjadi secara kontak langsung ( kontak kulit
dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan
seksual dan kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.Rencana edukasi penyakit
kepada pasien dan kepada keluarga1. Mandi dengan air hangat dan
keringkan badan.2. Pengobatan yang diberikan dioleskan dikulit dan
sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur.3. Hindara
menyentuh mulut dan mata dengan tangan4. Ganti pakaian, handuk,
sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila perlu
direndam dengan air panas untuk mematikan tungau.5. Gunakan handuk,
sabun yang terpisah pada masing-masing anggota keluarga.6. Setiap
anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama
dan ikut menjaga kebersihan.DAFTAR PUSTAKA1. Djuanda A, Hamzah M,
Aisyah S. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Jakarta; Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 20082. Iskandar. T.
Masalah Skabies Pada Hewan dan Manusia serta Penanggulananya.
Wartozoa. Vol. 10, No. 1 th 2000. Hal 28-343. Harahap, M. 2000.
Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates4. MaRutfi. Faktor
Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit
Skabies. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 2 no 1, Surabaya; 20055.
Mansyur M. Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada penatalaksanaan
Skabies Anak Usia Pra-Sekolah. Majalah Kedokteran Indonesia 2005;
Hal 63-676. Frenki. Hubungan Personal Hygiene Santri Dengan
Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies Dan Tinjauan Sanitasi
Lingkungan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011.
Skripsi, Sumatera Utara
DOKUMENTASI 19