Top Banner
JOURNAL READING “Effect Of Probiotics On The Treatment Of Children With Atopic Dermatitis” Disusun Oleh : Sandrya Deprisicka S 1102009259 Oleh: Evi Meilisa 2010730132 Pembimbing : dr. Endang Tri Wahyuni, Sp. KK 1
17
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jurnal Evi

JOURNAL READING

“Effect Of Probiotics On The Treatment Of Children With Atopic Dermatitis”

Disusun Oleh :Sandrya Deprisicka S

1102009259

Oleh:Evi Meilisa2010730132

Pembimbing :dr. Endang Tri Wahyuni, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KULIT DAN KELAMINBLUD SEKARWANGI

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015

1

Page 2: Jurnal Evi

Efek Probiotik Untuk Pengobatan Pada Anak Dengan Dermatitis

Atopik

Latar Belakang: Dermatitis Atopik (DA) merupakan penyakit kronis dan

berulang yang sering dijumpai dalam praktek klinis. Dalam 30 tahun terakhir,

prevalensi dermatitis atopik telah meningkat drastis karena industrialisasi. Oleh

karena itu, dalam beberapa tahun terakhir ini ada upaya untuk menemukan cara

baru dalam mengobati dan mencegah dermatitis atopik.

Tujuan: Dalam penelitian double-blind, randomized, placebo-controlled,

kombinasi Bifidobacterium bifidum, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus

casei, dan Lactobacillus salivarius, dievaluasi pada pasien anak dalam

pengobatan dermatitis atopik.

Metode: Terdaftar 40 pasien anak-anak yang diantaranya 23 laki-laki dan 17

perempuan, berusia 1-13 tahun. 1 partisipan yang memenuhi syarat dalam

penelitian ini menolak untuk berpartisipasi. Kelompok probiotik diberikan sebuah

kompleks yang mengandung probiotik B. bifidum, L. acidophilus, L. casei, dan

L.salivarius selama 8 minggu. Sedangkan, kelompok plasebo, diberikan susu

bubuk skim dan dekstrosa. Semua parameter termasuk sitokin serum, eosinophil

cationic protein (ECP), indeks SCORing Atopic Dermatitis (SCORAD), dan total

serum imunoglobulin E (IgE) diukur pada kedua kelompok sampai waktu 8

minggu.

Hasil: Intervensi Probiotik pada pasien anak dengan dermatitis atopik efektif

menurunkan indeks SCORAD dan serum interleukin sitokin (IL) -5, IL-6,

interferon (IFN) - γ, dan total serum IgE, tetapi tidak mengurangi kadar sitokin

IL-2, IL-4, IL-10, ECP, atau tumor necrosis factor-α (TNF-α) dibandingkan

dengan kelompok plasebo.

Kesimpulan: penelitian ini menemukan bahwa probiotik efektif dalam

mengurangi indeks SCORAD, IL-5, IL-6, IFN-γ, dan total serum IgE pada pasien

2

Page 3: Jurnal Evi

dermatitis atopik, tetapi tidak efektif dalam mengurangi IL-2, IL-4, IL-10, ECP,

atau TNF-α.

PENDAHULUAN

Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit pada bayi dan anak usia dini

yang umum terjadi, genetik merupakan faktor disposisi, selain itu dipicu oleh

berbagai antigen. DA ditandai dengan inflamasi dermatitis yang kronis atau

kambuh1. Atopi didiskripsikan sebagai "kecenderungan pribadi atau keluarga

untuk memproduksi antibodi IgE sebagai respon terhadap dosis rendah alergen,

3

Page 4: Jurnal Evi

umumnya protein, dan untuk mengembangkan gejala khas seperti asma,

rhinokonjungtivitis, atau DA2”.

Sementara itu probiotik berarti untuk kehidupan, penyakit alergi (DA,

rinitis alergika, asma, dll) telah banyak terjadi dibanyak pengobatan untuk

berbagai macam pengobatan sistemik4. Dalam penelitian ini, kita telah meneliti

efek klinis dan anti-inflamasi dari suplemen probiotik pada pasien anak dengan

DA.

BAHAN DAN METODE

Empat puluh pasien anak (23 laki-laki dan 17 perempuan) berusia 1-13

tahun berpartisipasi dalam penelitian antara Oktober 2007 sampai April 2008.

Semua anak yang memenuhi kriteria diagnostic DA seperti yang didefinisikan

oleh Hanifin dan Rajka5. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: penilaian

dengan indeks SCORAD6,7, usia 1-13 tahun, tidak ada penyakit lain, tidak

menggunakan obat seperti antihistamin dan kortikosteroid selama empat belas hari

sebelum penelitian, dan tidak ada gangguan malabsorpsi gastrointestinal.

Pasien dirujuk ke seorang perawat yang terlibat dalam penelitian ini untuk

menerima probiotik atau plasebo. Setiap pasien diacak untuk dua kelompok

perlakuan yang berbeda dengan menggunakan metode amplop tertutup. Para

penulis tidak memiliki peran dalam keputusan pengobatan dan blind terhadap

kelompok perlakuan. Dalam penelitian randomized double-blind, placebo-

controlled, pasien ditugaskan untuk salah satu dari dua kelompok, yaitu probiotik

(kelompok 1) atau plasebo (kelompok 2). Kelompok 1 (n = 20) menerima dua

kantong berisi 2 × 109 dari empat jenis bakteri probiotik (Bifidobacterium bifidum,

Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, dan Lactobacillus salivarius)

menggunakan suplemen yang tersedia secara komersial (proBiotik® pur, Ella

Farma, Münster, Jerman), sedangkan pada kelompok 2 (n = 20) menerima susu

bubuk skim (Dairy Inc, Enka Milk Joint Stock Company, Turki), dan dextrose

4

Page 5: Jurnal Evi

(Havana Chemistry, Pharmaceutical Medical Limited Company, Istanbul, Turkey)

setiap hari,sampai dengan delapan minggu.

Sampel darah dikumpulkan pada awal dan sepuluh minggu kemudian

diikuti oleh penyimpanan plasma yang dibekukan padasuhu -80oC sampai semua

analisis sitokin dilakukan. Kadar IgE total dianalisis menggunakan tes total dan

tes 3gAlergiTM (Immulite 2.000 Immunoassay Sistem, Siemens Healthcare

Diagnostics, Siemens Healthcare Diagnostics Inc, Deerfield, IL, USA), sesuai

dengan instruksi dari pabriknya. Eosinofil Cationic Protein (ECP) dan kadar

sitokin ditentukan dengan menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay

(BioSource International, Inc, Camarillo, CA, USA) menggunakan sistem

Triturus® (Grifols International SA, diproduksi oleh Grifols-Quest Inc).

Protokol penelitian mengikuti Deklarasi Helsinki dan disertai persetujuan

tertulis oleh orang tua atau wali dari pasien yang berpartisipasi. Penelitian ini

disetujui oleh Komite Etik Penelitian Obat dan didukung oleh Proyek Penelitian

Ilmiah.

Analisis Statistik

Semua analisa dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS

11.5 (SPSS Inc, Chicago, IL, USA). Sebuah tes rasio diaplikasikan untuk

membandingkan proporsi pasien dalam kelompok berdasarkan usia dan jenis

kelamin. Perbedaan pre- dan pasca- pengobatan penilaian sitokin serum, IgE total,

ECP, dan perubahan indeks SCORAD dibandingkan dengan menggunakan paired

t-test. Dianggap signifikan secara statistik jika nilai p-valeu <0,01

HASIL

Salah satu pasien perempuan pada kelompok plasebo tidak hadir untuk

followup sehingga mengakibatkan penarikan dari penelitian. Terdiri 58,9% pasien

yang menyelesaikan penelitian, diantaranya, 23 pria (usia 1-12 tahun, dengan SD

7,6 ± 3) dan 16 perempuan (usia 1-13 tahun, SD 9,3 ± 3,2) menyelesaikan studi.

5

Page 6: Jurnal Evi

Terdapat perubahan indeks SCORAD pada masing-masing kelompok,

pada kelompok probiotik dari 35,4±13,4 menjadi 12,4±7,2 dan kelompok placebo

dari 28,1±6,1 menjadi 15,3±5,1. Penurunan indeks SCORAD pasca terapi lebih

besar pada kelompok probiotik dibandingkan dengan kelompok plasebo, secara

statistik perbedaan ini bermakna (p= 0,0015;. Tabel 1, Gambar 1).

Pada Gambar. 1, terjadi penurunan serum IL-5, IL-6 dan IFN-γ pada

kelompok probiotik setelah terapi. Setelah pemeberian perawatan terjadi

penurunan IL-5 (p = 0,0012), IL-6 (p = 0,0016) dan IFN-γ (p = 0,0011), secara

statistik hasil ini signifikan dibandingkan dengan penurunan sitokin pada

kelompok plasebo. Sedangkan kadar serum IL-2 (p = 0,023), IL-4 (p = 0,67), IL-

10 (p = 0,013), ECP (p = 0,021), dan TNF-α; (p = 0,437), tidak memiliki hasil

yang signifikan dibandingkan dengan penurunan sitokin pada kelompok placebo.

6

Page 7: Jurnal Evi

Kadar total setum IgE menurun dari 427 ± 500 IU / ml menjadi 281,9 ±

405 IU / ml pada kelompok probiotik. Pada kelompok plasebo, serum total IgE

meningkat dari 337,3 ± 298 IU / ml menjadi 347,7 ± 271,3 IU / ml. Perbandingan

antara probiotik dan pacebo terhadap kadar serum IgE setelah perawatan secara

statistik signifikan (p = 0,0035).

PEMBAHASAN

Meningkatnya minat dalam menggunakan suplemen probiotik tidak hanya

oleh konsumen tetapi juga oleh para profesional keperawatan kesehatan sebagai

promsi kesehatan untuk meningkatkan keberhasilan suplemen dan produk terapi

untuk mengobati berbagai kondisi medis8. Probiotik mempengaruhi kondisi alergi

pada sejumlah tingkatan. Dalam sistem intestinal, mereka menghambat kepatuhan

epitel dan mukosa patogen dan mencegah invasi melalui epitel9. Probiotik

berkompetisi dengan patogen untuk loci yang terbatas atas kemampuan mereka

untuk mematuhi epitel usus dan mucus. Probiotik juga menghambat proliferasi

patogen dengan mengkonsumsi nutrisi dalam usus. Selain itu, potensi antibakteri

7

Page 8: Jurnal Evi

dari probiotik tertentu melibatkan sekresi hidrogen peroksida, asam organik, dan

bakteriosin yang menghambat pertumbuhan patogen. Enzim hidrolitik

berkontribusi terhadap peningkatan asam lemak bebas, asam lemak rantai pendek,

asam laktat, asam propionat, dan asam butirat dalam lumen usus, sehingga dapat

mengatur pH dengan tepat. Probiotik mengubah kekebalan dari mukosa. Ini

melibatkan peningkatan produksi antibodi dan aktivitas fagosit dan sel natural

killer, modulasi jalur nuklir faktor-K B, dan menginduksi apoptosis T-cell10. Selain

itu, probiotik telah terbukti untuk memodifikasi struktur potensial alergen yang

menyebabkan penyakit alergi dan mengurangi imunogenisitas mereka11.

Dari hasil penelitian menunjukkan perbaikan pada kedua kelompok

dengan indeks SCORAD, tetapi hasilnya probiotik lebih tinggi dibandingkan

dengan kelompok plasebo (65% : 46%). Pada kelompok probiotik, menurunkan

lebih besar dari skor indeks SCORAD setelah perawatan. Namun, perbedaan ini

tidak mencapai tingkatan yang signifikan secara statistik (p = 0,0015). Indeks

SCORAD pasien AD dievaluasi sebelum dan sesudah intervensi delapan minggu

dengan menggunakan kombinasi probiotik dari Lactobacillus paracasei LPC-37,

Lactobacillus acidophilus 74-2 dan Bifidobacterium animalis subsp. Lactis

DGCC 420. Penurunan sebesar 15,5% pada kelompok probiotik, sedangkan

penurunan itu hanya 8% pada kelompok plasebo12. Sembilan dari tiga belas uji

coba terkontrol secara acak mempelajari efektivitas probiotik dalam pengobatan

atau pencegahan DA pada anak-anak, indeks SCORAD berubah setelah satu atau

dua bulan administrasi probiotik13. Ada penelitian lain pada intervensi probiotik

menunjukkan hasil yang baik dalam indeks SCORAD pasien DA14-19.

Kadar IgE total serum menurun dari 427 ± 500 IU / ml menjadi 281,9 ±

405 IU / ml pada kelompok probiotik. Pada kelompok plasebo, IgE serum total

meningkat dari 337,3 ± 298 IU / ml menjadi 347,7 ± 271,3 IU / ml. hasil

perbedaan ini signifikan antara kelompok probiotik dan plasebo mengenai kadar

IgE (p = 0,0035).

Penelitian ini menunjukkan bahwa probiotik efektif dalam mengurangi IL-

5, IL-6, dan IFN-γ. Penelitian ini merupakan penelitian yang double-blind,

8

Page 9: Jurnal Evi

placebo-controled, namun, tidak menemukan efek klinis atau imunologi dari

probiotik Lactobacillus dalam serum IL-4, IL-5, dan IFN-γ pada bayi dengan DA

dibandingkan dengan kelompok plasebo setelah tiga bulan pengobatan20. Dari 230

bayi dengan atopik eksim / sindrom dermatitis menunjukkan tidak ada perbedaan

dalam tanda-tanda klinis dan serum IgE untuk kelompok Lactobacillus GG pada

kelompok plasebo21. Penelitian klinis lainnya tidak ada laporan perbedaan dalam

kadar sitokin setelah perawatan dengan probiotik13,22.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa probiotik lebih efektif dalam

mengurangi nilai pada indeks SCORAD, menurunkan serum IL-5, IL-6, IFN-γ,

dan kadar serum total IgE pada pasien DA, tetapi tidak efektif dalam mengurangi

IL-2, IL-4, IL-10, ECP, dan TNF-α. Pengaruh probiotik pada indeks SCORAD

diperkirakan akan dikurangi dengan modifikasi imunogenisitas alergen potensial.

Probiotik efektif dalam patogenesis DA melalui efek seperti memulihkan fungsi

penghalang mukosa di usus, menurunkan antigen makanan, mengatur komposisi

mikroba usus dan aktifitasnya, dan menstimulasi produksi IgA sekretori23. Mereka

juga memblokir respon alergi Th2 dengan merangsang respon Th1 13,23-26.

Probiotik juga mengatur imunitas lokal dan sistemik, dengan demikian

mengurangi keparahan dari gejala klinis.

9

Page 10: Jurnal Evi

THERAPY WORKSHEET

What question did the study ask?

Patients : Anak-anak usia 1 sampai 13 tahun yang memenuhi kriteria

Hanifin dan Rajka, tidak terdapat penyakit lain, tidak

mengkonsumsi obat (antihistamin dan kortikosteroid), dan tidak

ada gangguan malabsorbsi.

Intervention : Pemberian Probiotik

Comparison : Pemberian Placebo

Outcome(s) : Terjadi penurunan pada nilai dari indeks SCORAD setelah

pengobatan probiotik.

Are the Results Valid?*

Questions Comments

Was the assignment of

patients to treatments

randomized?

Iya. Pada penelitian ini semua pasien yang telah

masuk kriteria inklusi dilakukan pengacakan. 40

pasien anak diacak, 20 pada probiotik dan 20 pada

placebo. Penelitian ini dilakukan selama 8 minggu.

Were patients and

personnel blind to the

treatment?

Iya. Penelitian ini dilakukan secara doble-blind,

sehingga pasien dan peneliti tidak tahu mengenai

perlakuannya.

Were the groups similar

at the start of the trial?

Iya. Dilakukan penyamaan standar kriteria

karakteristik pasien yang sama.

Aside from the

intervention, were the

groups treated equally?

Iya. Tidak ada perbedaan perlakuan dari kelompok

probiotik dan kelompok placebo.

Was follow-up complete? Tidak, data dari penelitian tidak menjelaskan secara

lengkap tentang follow up dari pasien.

10

Page 11: Jurnal Evi

What were the results?

Pasien dinilai dari umur dan jenis kelaminnya. 1 pasien pada kelompok

placebo dikeluarkan karena tidak datang saat follow up. 58,9% pasien yang

menyelesaikan penelitian, diantaranya, 23 pria (usia 1-12 tahun, dengan SD 7,6 ±

3) dan 16 perempuan (usia 1-13 tahun, SD 9,3 ± 3,2) menyelesaikan studi.

Perubahan indeks SCORAD pada kelompok probiotik dari 35,4±13,4 menjadi

12,4±7,2 dan kelompok placebo dari 28,1±6,1 menjadi 15,3±5,1. Penurunan pasca

terapi lebih besar pada kelompok probiotik dibandingkan dengan kelompok

plasebo (p= 0,0015). Selain itu terjadi penurunan pada serum IL-5 (p = 0,0012),

IL-6 (p = 0,0016) dan IFN-γ (p = 0,0011), secara statistik hasil ini signifikan.

Sedangkan kadar serum IL-2 (p = 0,023), IL-4 (p = 0,67), IL-10 (p = 0,013), ECP

(p = 0,021), dan TNF-α; (p = 0,437), tidak memiliki hasil yang signifikan. Kadar

total serum IgE menurun dari 427 ± 500 IU / ml menjadi 281,9 ± 405 IU / ml pada

kelompok probiotik dan kelompok plasebo, meningkat dari 337,3 ± 298 IU / ml

menjadi 347,7 ± 271,3 IU / ml. Perbandingan secara statistik signifikan (p =

0,0035).

Will the results help me in caring for my patient? (External Validity/

Applicability)

11

Page 12: Jurnal Evi

The questions that you should ask before you decide to apply the results of the study

to your patient are:

Is my patient so different to those in the study that the results cannot apply?

Secara umum sama.

Is the treatment feasible in my setting?

Dapat diaplikasikan

Will the potential benefits of treatment outweigh the potential harms of

treatment for my patient?

Ya. Pemberian probiotik sebagai pengobatan efektif untuk anak-anak yang

menderita dermatitis atopic dan membantu dalam ketahanan tubuh dan terhadap

allergen.

12