Top Banner
I. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL A. Manusia sebagai makhluk individu Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk menyatakan satu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu perseorangan manusia. Manusia sebagai makhluk individual bermakna tidak terbagi atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan corak kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya. Manusia sebagai makhluk individu berbeda dengan manusia lain dan sebgai pribadi yang khas yang berupaya menggali potensi dirinya. Kata individu berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata in artinya tidak, serta divided yang berarti terbagi. Sedangkan dalam bahasa Latin yaitu individum, yang artinya tidak terbagi. Manusia lahir merupakan sebagai makhluk individual yang makna tidak terbagi atau tidak terpisah antara jiwa dan raganya. Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya bermakna kesatuan antara jiwa dan raga,tetapi akan menjadi hal yang khas dengan corak kepribadiannya. Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
33

Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

Aug 06, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

I. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL

A. Manusia sebagai makhluk individu

Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk menyatakan satu

kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia secara

keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu

perseorangan manusia.

Manusia sebagai makhluk individual bermakna tidak terbagi atau tidak

terpisahkan antara jiwa dan raga. Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk

individu tidak hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi

yang khas dengan corak kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya.

Manusia sebagai makhluk individu berbeda dengan manusia lain dan sebgai pribadi

yang khas yang berupaya menggali potensi dirinya.

Kata individu berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata in artinya tidak, serta

divided yang berarti terbagi. Sedangkan dalam bahasa Latin yaitu individum, yang

artinya tidak terbagi. Manusia lahir merupakan sebagai makhluk individual yang

makna tidak terbagi atau tidak terpisah antara jiwa dan raganya. Dalam

perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya bermakna kesatuan

antara jiwa dan raga,tetapi akan menjadi hal yang khas dengan corak kepribadiannya.

Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :

a. Pandangan nativistik yang menyatakan pertumbuhan ditentukan atas dasar

faktor individu itu sendiri.

b. Pandangan empiristik yang menyatakan bahwa pertumbuhan didasarkan atas

faktor lingkungan.

c. Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi atas

dasar individu dan lingkungannya

B. Manusia sebagai Makhluk Sosial

Sebagai makhluk individu manusia juga tidak mampu hidup sendiri artinya

manusia juga harus hidup bermasyarakat. Adapun yang menyebabkan manusia selalu

bermasyarakat antara lain karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat

dalam naluri manusia, misalnya :

Page 2: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

1. Hasrat untuk memenuhi keperluan makanan dan minuman.

2. Hasrat untuk membela diri.

3. Hasrat untuk mengadakan keturunan.

Hal ini dinyatakan semenjak manusia lahir yang dinyatakan untuk mempunyai

dua keinginan pokok, yaitu :

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia disekelilingnya.

2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam disekitarnya.

C. Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial

1. Peranan manusia sebagai makhluk individu

Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai individu, yang dapat

diketahui bahwa manusia memilki harkat dan martabat yang mempunyai hak-hak

dasar,dimana setiap manusia memiliki potensi diri yang khas,dan setiap

manusiamemiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

Sebagai makhluk individu manusia berperan untuk mewujudkan hal-

hal sebagai berikut :

1. Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya.

2. Mengupayakan terpenuhinya hak-hak dasarnya sebagai manusia.

3. Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani.

4. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya.

2. Peranan manusia sebagai makhluk sosial

Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya manusia

akan selalu berhubungan dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia

terhadap norma-norma sosial yang tumbuh sebagai patokan dalam bertingkah

laku manusia dalam kelompok. Norma-norma yang dimaksud adalah sebagai

berikut :

1. Norma agama atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan untuk umat-

Nya.

Page 3: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

2. Norma kesusilaan atau moral, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani

manusia untuk mengajarkan kebaikan.

3. Norma kesopanan atau adat, yaitu norma yang bersumber dari masyarakat atau

dari lingkungan masyarakat yang bersangkutan.

4. Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi yang

pelaksanaannya dapat dipaksakan.

Berdasarkan hal diatas, maka manusia sebagai makhluk sosial memiliki

implikasi-implikasi sebagai berikut :

1. Kesadaran akan ketidakberdayaan bila manusia seorang diri.

2. Kesadaran untuk senatiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.

3. Penghargaan atas hak-hak orang lain.

4. Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.

Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial menjadikan manusia melakukan

peran-peran sebagai berikut :

1. Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.

2. Membentuk kelompok-kelompok sosial.

3. Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tata tertib kehidupan

kelompok tersebut.

D. Korelasinya terhadap Budaya Daerah di Indonesia

1. Budaya Bali

a) Megibung

Megibung adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat

atau sebagian orang untuk duduk bersama saling berbagi satu sama lain, terutama

dalam hal makanan. Tidak hanya perut kenyang yang didapat dari kegiatan ini namun

sembari makan kita dapat bertukar pikiran bahkan bersenda gurau satu sama lain.

Megibung bersasal dari kata dasar gibung yang mendapat awalan me-. Gibung

berarti kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang yaitu saling berbagi antara orang

yang satu dengan yang lainnya, sedangkan awalan me- berarti melakukan suatu

kegiatan. Saat ini kegiatan megibung kerap kali dapat dijumpai pada saat prosesi

Page 4: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

berlangsungnya upacara adat dan keagamaan seperti misalnya dalam upacara Dewa

Yadnya, Pitra Yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya dan Manusa Yadnya. Pada

kegiatan ini biasanya yang punya acara memberikan undangan kepada kerabat serta

sanak saudaranya guna menyaksikan prosesi kegiatan upacara keagamaan tersebut.

Sehingga prosesi upacara dapat berlangsung seperti yang diharapkan. Proses

penyembelihan babi pun dilakukan sebagai salah satu menu di dalam mempersiapkan

hidangan yang disebut Gibungan ini. Daging babi diolah sedemikian rupa dan di kasi

bumbu tertentu sehingga daging yang mentah menjadi menu pelengkap yang

menggugah selera seperti sate, lawar, sup (komoh), Gegubah/lempyong, pepesan serta

yang lainnya. Menu yang dihidangkan dalam Megibung tidaklah harus daging babi,

namun daging ayam, kambing serta daging sapipun tidaklah masalah.

Dalam Megibung biasanya terdiri dari lima hingga tujuh orang, yang

dilakukan dengan duduk bersama membentuk lingkaran. Adapun ciri khas dari

megibung ini adalah :

Duduk bersila membentuk lingkaran yang terdiri dari 5-7 orang.

Nasi yang disuguhkan ditaruh dalam satu wadah (nare besar).

Lauk atau pelengkap nasi berupa sate, lawar, soup, gegubah/lempyong,

pepesan yang ditempatkan dalam satu wadah (nare kecil).

Kegiatan makan dilakukan secara bersamaan dan makan menggunakan

tangan.

Pada saat makan tidak boleh ada yang terjatuh di wadah/tempat nasi namun

harus di luar nare tempat nasi tersebut.

Apabila ada salah seorang peserta megibung ada yang terlebih dahulu

kenyang, orang tersebut tidak boleh terlebih dahulu bangun atau meninggalkan

tempat megibung namun harus menunggu yang lain selesai makan dan bangun

secara bersama-sama.

Kegiatan megibung ini merupakan salah satu contoh kebudayaan yang

menunjukkan manusia sebagai makhluk sosial karena kegiatan ini menunjukkan

makna sangatlah besar bagi kita semua terutama dalam hal kebersamaan serta saling

berbagi satu sama lain tanpa melihat kasta dan materi yang dimiliki seseorang.

Kegiatan megibung ini menunjukkan adanya interaksi sosial yang setara antar

masyarakat di Bali, hal ini terlihat jelas dengan tidak adanya perbedaan status sosial

yang memperngaruhi posisi maupun menu makanan yang di dapatkan saat acara

Page 5: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

tersebut. Cengkrama serta diskusi yang terjadi selama kegiatan ini juga menunjukkan

terjadi suatu interaksi sosial yang dinamis.

b) Nguopin

Gotong-royong sebagai solidaritas sosial yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat, terutama mereka yang membentuk komunitas-komunitas, karena dalam

komunitas seperti ini akan terlihat dengan jelas. Gotong-royong terjadi dalam

beberapa aktivitas kehidupan, seperti gotong-royong dalam bentuk kerja bakti,

dilakukan untuk kepentingan bersama; gotong-royong dalam bentuk tolong menolong

pada saat melakukan pesta pernikahan, atau khitanan, beberapa hari sebelum pesta

akan dilakukan terjadi sumbangan dari kenalan, tetangga ataupun kerabat datang

membantu dalam bentuk bahan makanan, uang, ataupun tenaga, kemudian bantuan ini

harus dikembalikan minimal dengan nilai yang sama. Bahkan gotong-royong dapat

pula terjadi pada saat adanya musibah ataupun kematian salah seorang warga

komunitas, hal ini tidak dapat disebut kepentingan bersama ataupun kepentingan

peribadi tetapi rasa kemanusiaan yang muncul di antara warga, karena musibah

datangnya tidak diperhitungkan ataupun diketahui, sehingga warga yang mendapat

musibah tersebut memerlukan bantuan dari warga lainnya.

Dalam kehidupan berkomuniti dalam masyarakat Bali dikenal sistem gotong

royong (nguopin) yang meliputi aktivitas di sawah (seperti menanam, menyiangi,

panen dan sebagainya), sekitar rumah tangga (memperbaiki atap rumah, dinding

rumah, menggali sumur dan sebagainaya), dalam perayaan-perayaan atau upacara-

upacara yang diadakan oleh suatu keluarga, atau dalam peristiwa kecelakaan dan

kematian. nguopin antara individu biasanya dilandasi oleh pengertian bahwa bantuan

tenaga yang diberikan wajib dibalas dengan bantuan tenaga juga. kecuali nguopin

masih ada acara gotong royong antara sekaha dengan sekaha. Cara serupa ini disebut

ngedeng (menarik). Misalnya suatu perkumpulan gamelan ditarik untuk ikut serta

dalam menyelenggarakan suatu tarian dalam rangka suatu upacara odalan. bentuk

yang terakhir adalah kerja bhakti (ngayah) untuk keperluan agama, masyarakat

maupun pemerintah

Dalam budaya Bali, gotong royong dikenal dengan istilah nguopin. Nguopin

merupakan kegiatan yang kerap dilakukan masyarakat untuk membantu anggota

masyarakat lainnya yang akan mengadakan upacara adat seperti pernikahan,

Page 6: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

kematian, maupun upacara lainnya. Nguopin biasa dilakukan dalam bentuk kegiatan

bersih-bersih, membuat banten (sesajen), maupun menyiapkan makanan bagi orang-

orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Biasanya kaum laki-laki melakukan

nguopin berupa memotong hewan yang akan digunakan sebagai sarana upacara

maupun mempersiapkan peralatan seperti bambu, kayu, maupun dekorasi. Sedangkan

para wanita nguopin dengan mejejaitan (membuat banten) maupun memasak untuk

keluarga dan tamu yang hadir.

c) Sistem Kekerabatan keluarga Bali

Sistem garis keturunan dan hubungan kekerabatan orang Bali berpegang

kepada prinsip sistem klen-klen (dadia) dan sistem kasta (wangsa). Perkawinan

merupakan suatu saat yang amat penting dalam kehidupan orang Bali, karena pada

saat itulah ia dapat dianggap sebagai warga penuh dari masyarakat, dan baru sesudah

itu ia memperoleh hak-hak dan kewajiban seorang warga dan warga kelompok

kerabat. Maka perkawinan itu sedapat mungkin dilakukan diantara warga se-klen, atau

setidak-tidaknya antara orang yang dianggap sederajat dalam kasta. Orang-orang yang

masih satu kelas (tunggal kawitan, tunggal dadia dan tunggal sanggah) sama-sama

tinggi tingkatannya. Dalam perkawinan klen dan kasta ini yang paling ideal adalah

antara pasangan dari anak dua orang laki-laki bersaudara.

d) Tingkat kedudukan

Orang orang yang setingkat kedudukannya dalam adat dan agama, dan

demikian juga dalam kasta, sehingga dengan berusaha untuk kawin dalam batas

klennya, terjagalah kemungkinan akan ketegangan-ketegangan dan noda-noda

keluarga yang akan terjadi akibat perkawinan antar kasta yang berbeda derajatnya.

Dalam hal ini terutama harus dijaga agar anak wanita dari kasta yang tinggi jangan

sampai kawin dengan pria yang lebih rendah derajat kastanya, karena perkawinan itu

akan membawa malu kepada keluarga, serta menjatuhkan gengsi dari seluruh kasta

dari anak wanita tersebut.

e) Kasta

Page 7: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

Masyarakat Bali Hindu terbagi ke dalam pelapisan sosial yang dipengaruhi

oleh tiga sistem nilai, yaitu utama, madya dan nista. Kasta utama atau tertinggi adalah

golongan Brahmana, kasta Madya adalah golongan Ksatrya dan kasta nista adalah

golongan Waisya. Selain itu masih ada golongan yang dianggap paling rendah atau

tidak berkasta yaitu golongan Sudra, sering juga mereka disebut Jaba Wangsa (tidak

berkasta). Dari kekuatan sosial kekerabatannya dapat pula dibedakan atas klen Pande,

Pasek, Bujangga dan sebagainya. Sistem Penamaan Keluarga Bali: Sistem penamaan

keluarga Bali didasarkan pada kasta: Brahmana : Ida Bagus (Laki-Laki), Ida Ayu

(Wanita). Ksatria : Anak Agung, Waisya : Gusti Bagus (Laki – Laki), Gusti Ayu

(Wanita). Sudra : Wayan (Anak Pertama), Made (Anak Kedua), Nyoman (Anak

Ketiga), Ketut (Anak Keempat).

f) Sistem Sosial Budaya Masyarakat Bali

Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sehari-hari hampir smuanya

dipengaruhi oleh keyakinan mereka kepada agama Hindu Dharma yang mereka anut.

Oleh karena itu studi tentang masyarakat dan kebudayaan Bali tidak bisa dilepaskan

dari pengaruh sistem religi Hindu. Agama Hindu Dharma atau Hindu Jawa yang

mereka anut mempercayai Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep Tri Murti, yaitu

Tuhan yang mempunyai tiga wujud, yaitu Brahma (Pencipta), Wisnu (Pelindung) dan

Siwa (Pelebur Segala yang Ada). Semuanya perlu di hormati dengan mengadakan

upacara dan sesajian. Mereka juga mengangap penting konsepsi tentang Roh abadi

yang disebut Atman, adanya buah setiap perbuatan (Karma Phala), kelahiran kembali

sang jiwa (Punarbawa) dan kebebasan jiwa dari kelahiran kembali (Moksa). Dalam

menyelenggarakan pemakaman anggota keluarga orang Bali selalu melaksanakan tiga

tahapan upacara kematian. Pertama, upacara pembakaran mayat (ngaben), kedua,

upacara penyucian (nyekah) dan ketiga, upacara ngelinggihang. Ajaran-ajaran di

agama Hindu Dharma itu termaktub dalam kitab suci yang disebut Weda.

g) Sistem Kemasyarakatan

Sistem kemasyarakatan merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan

atas kesatuan wilayah/teritorial administrasi (perbekelan/kelurahan) yang pada

umumnya terpecah lagi menjadi kesatuan sosial yang lebih kecil yaitu banjar &

Page 8: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

teritorial adat. Banjar mengatur hal-hal yang bersifat keagamaan, adat & masyarakat

lainnya. Dari sistem kemasyarakatan yang ada ini maka warga desa bisa masuk

menjadi dua keanggotaan warga desa, yaitu: sistem pemerintahan Desa Dinas sebagai

wilayah administratif. Dari kehidupan masyarakat setempat terdapat pula kelompok-

kelompok adat. Sistem kemasyarakatan di Bali adalah sebagai berikut : 1). Banjar

merupakan bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah.

Kesatuan sosial itu diperkuat oleh ksatuan adat & upacara-upacara keagaman. Di

daerah pegunungan, sifat keanggotaan banjar hanya terbatas pada orang yang lahir di

wilayah banjar tersebut. Sedangkan di daerah dataran, sifat keanggotaannya tidak

tertutup & terbatas kepada orang-orang asli yang lahir di banjar itu.

h) Subak

Subak di Bali seolah-olah lepas dari Banjar dan mempunyai kepala sendiri.

Orang yg menjadi warga subak tidak semuanya sama dengan orang yang menjadi

anggota banjar. Warga subak adalah pemilik/para penggarap sawah yang menerima

air irigasinya dari bendungan-bendungan yang diurus oleh suatu subak. Sekeha dalam

kehidupan kemasyarakatan di Bali, ada organisasi-organisasi yang bergerak dalam

lapangan kehidupan yang khusus, ialah sekeha. Organisasi ini bersifat turun-temurun,

tapi ada pula yg bersifat sementara. Ada sekeha yang fungsinya adalah

menyelenggarakan upacara yang berkenaan dengan desa, misalnya sekeha baris

(perkumpulan tari baris), sekaha teruna-teruni. Sekaha tersebut sifatnya permanen,

tapi ada juga sekeha yang sifatnya sementara, yaitu sekaha yang didirikan berdasarkan

atas suatu kebutuhan tertentu, misalnya sekeha memula (perkumpulan menanam),

sekeha manyi (perkumpulan menuai), sekeha gong (perkumpulan gamelan) dll.

Sumber : Tradisi Megibung dari Karangasem: Kiriman I Gede Suwidnya, Mahasiswa PS Seni

Karawitan.

Bintarto, R. 1980. Gotong-Royong : Suatu Karakteristik Bangsa Indonesia. Surabaya

: PT. Bina Ilmu.

Koentjaraningrat. 1983. Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat Pedesaan di Indonesia.

dalam Sajogyo dan Sajogyo, Pudjiwati. Sosiologi Pedesaan. Jilid 1. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Page 9: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

http://www.slideshare.net/mayasungeb/sistem-kekerabatan-bali diakses tanggal 15

Oktober 2012.

Maya Sungeb, Meilina K. Ayu, Miftakul Prasetya, K M. Fahim R, 2011. Keluarga

Bali. Bali: Presentation Transcript.

2. Budaya Sumatera Barat

Salah satu budaya atau suku yang terdapat di Sumatera Barat adalah

Minangkabau. Masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal.

Sistem matrilineal adalah suatu sistem yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu

masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Seorang

anak laki-laki atau perempuan merupakan klen dari perkauman ibu. Ayah tidak dapat

memasukkan anaknya ke dalam sukunya sebagaimana yang berlaku dalam sistem

patrilineal. Dengan kata lain seorang anak di Minangkabau akan mengikuti suku

ibunya. Segala sesuatunya diatur menurut garis keturunan ibu. Tidak ada sanksi

hukum yang jelas mengenai keberadaan sistem matrilineal ini, artinya tidak ada sanksi

hukum yang mengikat bila seseorang melakukan pelanggaran terhadap sistem ini.

Sistem ini hanya diajarkan secara turun temurun kemudian disepakati dan dipatuhi,

tidak ada buku rujukan atau kitab undang-undangnya. Namun demikian, sejauh

manapun sebuah penafsiran dilakukan atasnya, pada hakekatnya tetap dan tidak

beranjak dari fungsi dan peranan perempuan itu sendiri.

Peran dan kedudukan Perempuan

Pada dasarnya sistem matrilineal bukanlah untuk mengangkat atau

memperkuat peranan perempuan, tetapi sistem itu dikukuhkan untuk menjaga,

melindungi harta pusaka suatu kaum dari kepunahan, baik rumah gadang, tanah

pusaka dan sawah ladang. Dalam sistem matrilineal perempuan diposisikan sebagai

pengikat, pemelihara dan penyimpan, sebagaimana diungkapkan pepatah adatnya

amban puruak atau tempat penyimpanan. Itulah sebabnya dalam penentuan peraturan

dan perundang-undangan adat, perempuan tidak diikut sertakan. Perempuan menerima

bersih tentang hak dan kewajiban di dalam adat yang telah diputuskan sebelumnya

oleh pihak ninik mamak. Perempuan menerima hak dan kewajibannya tanpa harus

melalui sebuah prosedur apalagi bantahan.

Hal ini disebabkan hak dan kewajiban perempuan itu begitu dapat menjamin

Page 10: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

keselamatan hidup mereka dalam kondisi bagaimanapun juga. Semua harta pusaka

menjadi milik perempuan, sedangkan laki-laki diberi hak untuk mengatur dan

mempertahankannya. Perempuan tidak perlu berperan aktif seperti ninik mamak.

Perempuan minangkabau yang memahami konstelasi seperti ini tidak memerlukan

lagi atau menuntut lagi suatu prosedur lain atas hak-haknya. Mereka tidak

memerlukan emansipasi lagi, mereka tidak perlu dengan perjuangan gender, karena

sistem matrilineal telah menyediakan apa yang sesungguhnya diperlukan perempuan.

Peran dan Kedudukan Laki-laki

Kedudukan laki-laki dan perempuan di dalam adat Minangkabau berada dalam

posisi seimbang. Laki-laki punya hak untuk mengatur segala yang ada di dalam

perkauman, baik pengaturan pemakaian maupun pembagian harta pusaka. Perempuan

sebagai pemilik dapat mempergunakan semua hasil itu untuk keperluannya anak

beranak. Peranan laki-laki di dalam dan di luar kaumnya menjadi sesuatu yang harus

dijalankannya dengan seimbang dan sejalan. Sebagai rentetan dari hasil perkawinan

menimbulkan tali kerabat – tali kerabat antara keluarga istri dengan keluarga rumah

gadang suami dan sebaliknya. Tali kerabat itu seperti tali induak bako anak pisang,

tali kerabat sumando dan pasumandan, tali kerabat ipar, bisan dan menantu.

1. Tali kerabat induak bako anak pisang, yaitu hubungan kekerabatan antara

seseorang anak dengan saudara-saudara perempuan bapaknya, atau hubungan

seseorang perempuan dengan anak-anak saudara laki-lakinya. Saudara-saudara

perempuan dari seorang bapak, adalah induak bako dari anak-anaknya.

Sedangkan anak-anak dari seorang bapak merupakan anak pisang dari saudara-

saudara perempuan bapaknya. Anak-anak perempuan dari saudara-saudara

perempuan bapak adalah “bakonya”.

2. Tali kekerabatan sumando dan pasumandan. Dengan adanya perkawinan maka

terjadi hubungan sumando pasumandan. Bagi seluruh anggota rumah gadang istri,

suaminya, menjadi urang sumando (orang semenda) seseorang istri bagi keluarga

suaminya menjadi pasumandan.

3. Sumando berasal dari bahsa sansekerta yaitu “sandra”, sedangkan dalam bahasa

Minangkabau menjadi “sando” dengan sisipan “um” menjadi sumando.

Persamaan kata sando adalah gadai. Dalam kehidupan sehari-hari ada istilah

pagang gadai. Bagi pihak yang menerima jaminan berupa benda harta yang

Page 11: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

digadaikan disebut sando, sedangkan orang yang memberikan hartanya sebagai

jaminan dikatakan menggadaikan. Demikianlah sebagai penerima dari keluarga

perempuan terhadap seorang menjadi suami anak kemenakannya dikatakan

sebagai sumando. Namun demikian jangan lah diartikan secara negatif seperti

terjadinya pegang gadai dalam kehidupan sehari-hari.

4. Seorang istri yang menjadi pasumandan dari anggota rumah gadang suaminya di

aberperan sebagai komunikator antara suaminya dengan tungganai dan mamak

rumah gadangnya. Sedang untuk mengkomunikasikan kepentingan sendiri

sebagai istri, biasanya melalui saudara-saudara perempuan suami.

5. Tali kekerabat ipar, bisan dan menantu. Bagi seorang suami, saudara-saudara

perempuan istrinya menjadi bisannya. Sedangkan saudara-saudara laki-laki dari

istrinya adalah menjadi iparnya. Sebaliknya, saudara-saudara perempuan

suaminya adalah merupakan bisannya, dan saudara laki-laki suaminya menjadi

iparnya. Dalam kehidupan sehari-hari orang Minangkabau menyebut ipar, bisan

ini “ipa bisan” dan kadang-kadang disambung saja jadi “pabisan”

Sumber :

- Safwan, Drs. Mardanas, 2011. Sistim Kekerabatan Matrilineal Dalam Masyarakat

Minangkabau. pakguruonline.pendidikan.net.

- Floresyona, Dita. 2008. Sistem Kekerabatan di Minangkabau. Asrama Bundo

Kanduang. Yogyakarta.

- http://mersi.wordpress.com/2008/08/14/sistem-kekerabatan-di-minangkabau. Diakses

tanggal 15 Oktober 2012.

- http://palantaminang.wordpress.com/sejarah-alam-minangkabau/f-sistem-kekerabatan.

Diakses tanggal 15 Oktober 2012.

3. Budaya Jawa Timur

Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya

yang keras dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin dan

rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan

sedikit penghasilannya. Prof. Dr. Deliar Noer menyebutkan bahwa Madura

adalah benteng Islam di Indonesia sebab kekentalan agamis masyarakat

dan akar paham yang sangat kuat sekalipun kadang melakukan ritual Petik

Page 12: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

Laut atau Rokat Tasse (sama dengan Larung Sesaji). Jadi tidak perlu heran jika Aceh

dikenal sebagai serambi Mekkah, maka Madura adalah serambi Madinah-nya. Tak

banyak daerah yang mendapat kehormatan dilekati label istimewa ini. Dari kedua

atribut tersebut dengan mudah terlihat posisi dan kultur yang khas, yakni

kelekatannya dengan tradisi keislaman, bahkan menurut Rasul Junaidy suku Madura

memiliki tiga nilai yang sangat menjadi acuan berpikir dan bertindak, ketiga

nilaitersebut di tuangkan kedalam unsur – unsur prilaku kehidupan sehari – hari yaitu:

- Kesopanan

Walau orang di luar Madura menilai mereka sangat kasar, namun

penghormatan terhadap nilai-nilai kesopanan sangat tinggi sekali. Betapa

pentingnya nilai kesopanan ini nampak dari ungkapan ta'tao batona langgar (tidak

pernah merasakan lantainya langgar). Maksudnya, orang tersebut belum pernah

masuk langgar dan mengaji atau belum pernah mondok, sehingga tidak tahu tata

krama kesopanan. Ungkapan ini untuk orang yang tidak tahu atau melanggar

nilai-nilai kesopanan. Ungkapan lain yang memberikan nasihat danajaran

tentang keharusan bersopan santun adalah pa tao ajalan jalana jalane, pa

taon eng ngenneng, pa tai a ca ca (yang menjadi kewajiban harus

dilaksanakan sesuai dengan aturan. Harus tahu saatnya diam, harus tahu saatnya

berbicara). Hal ini bermakna bahwa orang Madura harus selalu tahu aturan,

nilai dan tatakrama dalam setiaptindakannyaSelain itu, setiap kewajiban harus

dilaksanakan dengan mendasarkan pada aturan-aturan tata krama yang ada.

Orang dan masyarakat Madura selalu menekankan bahwa mon oreng riya

benni bagusse, tape tata kramana, sanajjan bagus tapi tata kramana jube', yang

terpenting bukan ketampanan atau kecantikan, namun tata kramanya. Dasar utama

dari nilai-nilai kesopanan adalah penghormatan orang Madura kepada orang lain,

terutama yang lebih tua. Nilai-nilai kesopanan ini mengatur hubungan antargenerasi,

kelamin, pangkat dan posisi sosial.

- Kehormatan

Masyarakat Madura sangat mengutamakan penghormatan dan penghargaan,

apalagi kepada yang lebih tua atau yang mempunyai kedudukan sosial yang lebih

tinggi, sehingga menjadikan nilai-nilai kesopanan menjadi sangat penting sekali

dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat Madura tidak mau

diremehkan, namun demikian penonjolan diri juga tidak dihargai.

contohnya ungkapan madu ben de re (madu dan darah), yang berarti bila

Page 13: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

orang Madura diperlakukan secara baik, menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan

dan penghormatan, maka balasannya adalah kebaikan pula. Sebaliknya,bila

ia diperlakukan secara sewenang-wenang dan tidak adil, maka balasannya jauh lebih

berat bahkan dapat menimbulkan pertumpahan darah. Hubungan sosial

masyarakat Madura selalu saling menghormati dan menghargai s eba ga i

s e sa ma man us i a dan men j ag a un t uk t i d ak s a l i ng menyak i t i . Ha l i n i

s anga t nampak dari ajaran ja'nobi' oreng mon aba'na e tobi' sake (janganlah

menyakiti orang lain, kalau diri sendiri merasa sakit jika disakiti orang). Harga diri

atau martabat adalah nilai yang sangat mendasar dalam masyarakat

Madura. Harga diri harus selalu dipertahankan agar tidak diremehkan

orang lain. Dasar utama dari harga diri adalah rasa malu ( r a sa ma lu atau

todus. Orang Madura selalu menekankan bahwa tambana todus mate'  (obatnya

malu adalah mati), apotetolang etembang apote mata (lebih baik mati daripada malu

tidak dapat mempertahankan harga diri). Nilai-nilai harga diri bagi masyarakat

Madura selain berkaitan dengan ego, wanita dan agama juga berkait erat dengan

masalah tanah dan air.

Sumber :

- http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/7749. Diakses 15

Oktober 2012.

- http://madib.blog.unair.ac.id/ethnography-of-madura/adaptasi-sosial-ekonomi-

masyarakat-petani-keturunan-madura/. Diakses 15 Oktober 2012.

4. Budaya Sumatra Utara

a. Hubungan Sosial

Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam

pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar

kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha

(bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-

hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.

b. Perkawinan

Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang

Page 14: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus mencari

pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah

seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu

marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi

perkawinan yang dilakukan di gereja karena mayoritas penduduk Batak beragama

Kristen.Untuk mahar perkawinan-saudara mempelai wanita yang sudah menikah.

c. Kekerabatan

Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan

yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami

oleh keluarga dari satu marga. Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga

taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut

terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil tadi

merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan.

Sebaliknya klen besar yang anggotanya sudah banyak hidup tersebar sehingga

tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga

yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak

didasarkan pada empat prinsip yaitu perbedaan tigkat umur, perbedaan pangkat

dan jabatan, perbedaan sifat keaslian dan status kawin.

d. Mata Pencaharian

Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan

ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga

mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun

tanah yang dimiliki perseorangan . Peternakan juga salah satu mata pencaharian

suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek.

Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor

kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu,

tembikar, yang ada kaitannya dengan pariwisata.

Sumber :

- Hidayah, Zuliyani, 1997, Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta:

LP3ES.

- Koentjaraningrat, 1971, Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

Page 15: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

- Melalatoa, M. Junus, 1997, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

5. Budaya Kalimantan Selatan

Sistem kekerabatan suku Banjar pada umumnya adalah sama, untuk daerah

seluruh Kalimantan Selatan. Suku Banjar mendasarkan kekerabatan mereka menurut

garis dari keturunan ayah dan garis keturunan ibu atau bilateral. Tetapi di akui bahwa

dalam hal-hal tertentu terutama yang menyangkut masalah kematian, perkawinan

yang menjadi wali asbah adalah garis dari pihak ayah. Dalam hal masalah keluarga

besar dan pengertian keluarga besar, maka berlaku garis keturunan ayah dan garis

keturunan ibu, keduanya diberlakukan sama.

Masyarakat suku Banjar mengenal istilah Bubuhan, yang dimaksud dengan

istilah bubuhan dalam masyarakat Banjar adalah kelompok kekerabatan yang

merupakan kumpulan dari keluarga batih yang merupakan satu kesatuan. Bentuk dari

kelompok bubuhan ini paling sedikit mempunyai lima unsur atau ciri sebagai berikut :

1. Mempunyai suatu sistem norma yang mengatur kelakuan warga kelompok.

2. Mempunyai rasa kepribadian kelompok yang didasari rasa kesadaran oleh semua

warganya.

3. Aktivitas berkumpul warga kelompok bubuhan pada waktu-waktu tertentu.

4. Adanya suatu sistem hak dan interaksi serta kewajiban dari warga bubuhan.

5. Adanya satu orang yang ditokohkan dalam kelompok bubuhan ini.

Bubuhan ini yang menurut pengertian sosiologi adalah keluarga besar, yaitu

yang terdiri dari dua keluarga batih atau lebih yang masih mempunyai hubungan

keturunan satu sama lain, baik menurut garis keturunan ayah atau ibu. Keluarga

bubuhan, yang disebut keluarga besar, tetapi disebut pula keluarga luas. Dari

perkawinan terbentuklah suatu kelompok kekerabatan yang sering disebut keluarga

inti atau keluarga batih. Satu keluarga batih terdiri dari satu suami dan satu istri (atau

lebih). Selama satu tahun tersebut, keluarga batih baru ini diberi kesempatan untuk

mengerjakan sawah atau ladang sendiri dan orang tua istri, mereka selalu membantu

kehidupan keluarga baru ini. Tetapi kalau keluarga baru ini belum mempunyai

kemampuan hidup berpisah dari rumah keluarga istrinya, kecenderungan menetap

dalam keluarga istri ini disebut matrilokal atau uksorilokal. Kalau ikut di keluarga

Page 16: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

pihak suami disebut patrilokal. Kalau mereka telah mempunyai kemampuan untuk

hidup sendiri dan berpisah dari orang tua (dari istri atau suami) disebut neolokal.

Sumber :

- http://lizaanggraini.wordpress.com/2009/04/07/sistem-kekerabatan-bubuhan. Diakses

15 Oktober 2012

6. Budaya Papua

Struktur sosial masyarakat Papua, kita harus mulai dengan hubungan sosial,

yaitu cara mereka berinteraksi, hal-hal yang mereka katakan dan lakukan dalam

hubungan mereka satu sama lain. Tetapi terdapat juga gagasan mereka tentang

hubungan mereka, konsepsi masing-masing tentang pihak yang lain, pemahaman dan

strategi serta pengharapan yang menuntun perilaku mereka. Baik pola perilaku

maupun sistem konseptual mempunyai struktur, dalam arti tidak kacau balau atau

sembarangan, tetapi kedua hal tersebut merupakan struktur yang berbeda jenis

(Keesing, 1989 : 2008-209). Pouwer (1966) berdasarkan studi antropologinya,

menunjukan bahwa dalam pengelompokan orang Papua paling sedikit dapat dibagi ke

dalam empat golongan  berdasarkan sistem kekerabatan :

1. Kelompok kekerabatan menurut tipe Iroquois. Sistem ini mengklasifikasikan

anggota kerabat saudara sepupu parallel dengan istilah yang sama dengan saudara

kandung. Juga untuk menyebut istilah yang sama untuk ayah maupun sesama

saudara laki-laki ayah dan saudara laki-laki ibu. Adapun kelompok etnik Papua

yang tergolong dalam tipe ini adalah : orang Biak, Iha, Waropen, Senggi, Marind-

anim, Teluk Humboldt dan orang Mee.

2. Kelompok kekerabatan menurut tipe Hawaian. Sistem pengelompokan yang

menggunakan istilah yang sama untuk menyebut saudara-saudara sekandung dan

semua saudara-saudara sepupu silang dan parallel. Adapun kelompok etnik yang

tergolong tipe ini adalah : Orang Hatam-Manikion, Mairsai, Mimika, Asmat dan

Pantai Timur Sarmi.

3. Kelompok kekerabatan menurut tipe Omaha. Sistem ini mengklasifikasikan

saudara-saudara sepupu silang matrilateran dan patrilateral dengan istilah yang

berbeda dan untuk saudara sepupu silang dipengaruhi oleh tingkat generasi dan

Page 17: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

bersifat tidak simetris. Sebutan untuk anak laki-laki saudara laki ibu (MBS) adalah

sama dengan saudara laki-laki ibu (MB). Istilah untuk anak laki-laki saudara

perempuan ayah (FZS) adalah sama untuk anak laki-laki saudara perempuan (Z).

Adapun etnik yang tergolong dalam kelompok ini adalah orang Awyu, Dani,

Meibrat, Mek di Pegunungan Bintang dan Muyu.

4. Kelompok kekerabatan menurut tipe Iroquois-Hawaian. Tipe ini adalah tipe

campuran. Kelompok yang tergolong dalam tipe ini adalah Orang Bintuni, Tor dan

Pantai Barat Sarmi.

Kecuali penggolongan berdasarkan istilah kekerabatan, orang Papua juga

dibedakan berdasarkan prinsip pewarisan. Ada dua prinsip pewarisan keturunan

yaitu :

1. Melalui garis keturunan ayah atau patrilineal, dan terdapat pada orang Meibrat,

Mee, Dani, biak, Waropen, Wandamen, Sentani, Marind-anim dan Nimboran.

2. Melalui prinsip bilateral yaitu melalui garis keturunan ayah dan ibu, terdapat pada

orang dipedalaman Sarmi.

3. Masyarakat berdasarkan struktur ambilateral atau ambilineal, dimana kadang-

kadang diatur menurut garis keturunan pihak ibu dan ayah. Terdapat pada orang

Yagai, Manikion, Mimika (De Brijn, 1959 : 11 of van der Leeden, 1945, Pouwer,

1966).

Orang Papua juga mengenal pembagian masyarakat ke dalam phratry atau

moiety yang terbagi atas dua paroh masyarakat. Terdapat pada orang Asmat (aipmu-

aipem), Dani (Waita-Waya), Waropen (buriworai-buriferai) dalam (Mansoben, 1974,

1995; Held, 1947; Kamma, 1972; Schoorl, 1957; Heider, 1979-1980).

Sumber:

- http://www.artpapua.com/index.php?

option=com_content&view=category&layout=blog&id=42&Itemid=65

7. Budaya Sulawesi Selatan

Di daerah Sulawesi Selatan sangat menonjol perasaan kekeluargaan. Hal ini

mungkin didasarkan pada anggapan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan berasal dari

Page 18: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

satu rumpun. Dalam masyarakat Sulawesi Selatan ditemukan sistem kekerabatan.

Sistem kekrabatan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Keluarga inti atau keluarga batih. Keluarga ini merupakan yang terkecil. Dalam

bahasa Bugis keluarga ini dikenal dengan istilah Sianang , di Mandar Saruang

Moyang, di Makassar Sipa’anakang/sianakang, sedangkan orang Toraja

menyebutnya Sangrurangan. Keluarga ini biasanya terdiri atas bapak, ibu, anak,

saudara laki-laki bapak atau ibu yang belum kawin.

b) Sepupu. Kekerabatan ini terjadi karena hubungan darah. Hubungan darah

tersebut dilihat dari keturunan pihak ibu dan pihak bapak. Bagi orang Bugis

kekerabatan ini disebut dengan istilah Sompulolo, orang Makassar

mengistilkannya dengan Sipamanakang. Mandar Sangandan Toraja

menyebutkan Sirampaenna. Kekerabatan tersebut biasanya terdiri atas dua

macam, yaitu sepupu dekat dan sepupu jauh. Yang tergolong sepupu dekat

adalah sepupu satu kali sampai dengan sepupu tiga kali, sedangkan yang

termasuk sepupu jauh adalah sepupu empat kali sampai lima kali. Keturunan.

Kekerabatan yang terjadi berdasarkan garis keturunan baik dari garis ayah

maupun garis ibu. Mereka itu biasanya menempati satu kampung. Terkadang

pula terdapat keluarga yang bertempat tinggal di daerah lain. Hal ini bisanya

disebabkan oleh karena mereka telah menjalin hubungan ikatan perkawinan

dengan seseorang yang bermukim di daerah tersebut. Bagi masyarakat Bugis,

kekerabatan ini disebut dengan Siwija orang Mandar Siwija, Makassar

menyebutnya dengan istilah Sibali dan TorajaSangrara Buku.

c) Pertalian sepupu/persambungan keluarga. Kekerabatan ini muncul setelah

adanya hubungan kawin antara rumpun keluarga yang satu dengan yang

lain. Kedua rumpun keluarga tersebut biasanya tidak memiliki pertalian

keluarga sebelumnya. Keluarga kedua pihak tersebut sudah saling menganggap

keluarga sendiri. Orang-orang Bugis mengistilahkan kekerabatan ini

dengan Siteppang-teppang, Makassar Sikalu-kaluki,

Mandar Sisambungsangana dan Toraja Sirampe-rampeang.

d) Sikampung. Sistem kekerabatan yang terbangun karena bermukim dalamsatu

kampung, sekalipun dalam kelompok ini terdapat orang-orang yang sama sekali

tidak ada hubungan darahnya/keluarga. Perasaan akrab dan saling menganggap

saudara/ keluarga muncul karena mereka sama-sama bermukim dalam satu

kampung. Biasanya jika mereka itu kebetulan berada di perantauan, mereka

Page 19: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

saling topang-menopang, bantu-membantu dalam segala hal karena mereka

saling menganggap saudara senasib dan sepenaggungan. Orang Bugis menyebut

jenis kekerabatan ini dengan Sikampong, Makassar Sambori, suku Mandar

mengistilahkan Sikkampung dan Toraja menyebutkan Sangbanua.

Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan

pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan

nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang.

Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni

bidang pendidikan.

Sumber :

Abd. Kadir Ahmad, 2004, Masuknya Islam di Sulawesi Selatan dan Sulawesi

Tenggara, Makassar, Balai Litbang Agama Makassar.

Mattuladda, 1974. Bugis Makassar, Manusia dan Kebudayaan. Makassar. Berita

Antropologi No. 16 Fakultas Sastra UNHAS.

------------, 1975. Latoa, Suatu Lukisan Analitis Antropologi Politik Orang

Bugis., Makassar: Disertasi.

8. Budaya Jawa Barat

Orang Sunda mengenal pengelompokan status dalam masyarakat berdasarkan

materi. Ada orang kaya dan orang miskin. Orang miskin biasanya bekerja sebagai

petani, buruh, pedagang asongan, dll. Sekalipun secara vertikal terdapat hubungan

yang bersifat super suboordinasi, tetapi secara horizontal menunjukan hubungan

kooperatif-inferior. Kenyataan bahwa hampir seluruh masyarakat Sunda yang hidup

di pedesaan adalah berprofesi sebagai petani.

Berdasarkan umur seseorang dalam masyarakat Sunda, dikenal kelompok

orang dewasa dan kelompok orang tua yang berpartisipasi penuh dalam kehidupan

sosialnya. Kelompok tua lebih berperan sebagai pembimbing. Terdapat etika dan adab

yang dijalankan oleh setiap individu pada masyarakat Sunda tanpa pemaksaan. Disini

kita akan melihat betapa luhur dan agungnya budaya Sunda dalam aspek etika

pergaulan di masyarakat. Seorang anak (kelompok dewasa) yang bertingkah

mencampuri urusan orang tua (kelompok tua) disebut kokolot begog. Kurang baik

apabila kelompok muda lebih berpartisipasi aktif melampaui perang kelompok tua,

Page 20: Isbd Fix Tugas Klp Bab 3

walaupun kapabilitas seorang pemuda lebih tinggi dari seorang tua, hal ini terkait adat

dan kebiasaan masyarakat Sunda.

Penerapan tenggang rasa dapat kita rasakan ketika melihat realitas di atas.

Namun, dalam beberapa kasus, masih ada peran pemuda yang memporsikan lebih dari

perang orang tua. Misalnya, seorang anak menjadi penanggungjawab keutuhan dan 

kebutuhan hidup keluarga dengan bekerja lebih dari pekerjaan orang tua. Terlepas dari

hal ini, etika dalam sistem organisasi kemasyarakat Sunda merupapak potret ideal

dalam menjalani kehidupan yang lebih dinamis. Kehidupan bersama dalam balutan

gotong royong tampak terasa dalam kebiasaan nguyang, yaitu memberikan sesuatu

(biasanya palawija) kepada orang lain dengan mengharap balasan yang lebih besar.

Hubungan dalam masyarakat Sunda sifatnya subjektif. Artinya, kepentingan individu

adalah kepentingan bersama dan kepentingan kelompok juga merupakan kepentingan

individu (perseorangan).

Menyangkut masalah internal keluarga, dalam masyarakt Sunda, ayah biasa

dipanggil abah dan ibu dipanggil ema. Kakek dipangil aki dan nenek dipanggil nini.

Adik ayah dan ibu yang laki-laki dipanggil amang sedangkan adik ayah dan ibu yang

perempuan dipanggil bibi. Dalam perkawinan, suami biasa panggil salaki dan istri

dipanggil pamajikan. Masyarakat Sunda menganut garis keturunan secara bilateral

yaitu dari kedua belah pihaknya baik dari garis laki-laki maupun dari garis

perempuan. Antara kerabat si ayah dan si ibu itu derajatnya sama dalam

keluarga. Namun ada juga perbedaannya yaitu kerabat jauh dan kerabat dekat.

Sumber :

- Buku Salam Sahabat Nusantara: Jawa Barat yang Memesona, Penerbit: Doenia

Aksara.

- Muflihah, Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap Sekolah Dasar, Penerbit: Puspa

Swara, Jakarta, 2007.