Top Banner
1 I. LATAR BELAKANG Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai tahap perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman mengenai drainase kepada pihak yang terlibat baik bagi pelaksana maupun masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan agar penanganan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Dengan semakin berkurangnya daerah terbuka di kawasan perkotaan yang dapat difungsikan sebagai lahan peresapan air dan didukung pula oleh menurunnya kondisi saluran drainase baik kapasitas, sistem operasi, maupun pengelolaannya telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah di sektor drainase. Apalagi dengan penurunan permukaan tanah secara tidak langsung akan menimbulkan penambahan beban pada sektor drainase. Demikian halnya dengan kondisi di Kota Malang dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan dinamika masyarakatnya dan kewenangan yang
111

I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

Mar 06, 2019

Download

Documents

lamkien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

1

I. LATAR BELAKANG

Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia,

permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada

umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih

bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir

dan genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus

dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai tahap perencanaan,

konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta ditunjang dengan

peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat.

Peningkatan pemahaman mengenai drainase kepada pihak yang

terlibat baik bagi pelaksana maupun masyarakat perlu dilakukan

secara berkesinambungan agar penanganan dapat dilakukan dengan

sebaik-baiknya.

Dengan semakin berkurangnya daerah terbuka di kawasan perkotaan

yang dapat difungsikan sebagai lahan peresapan air dan didukung

pula oleh menurunnya kondisi saluran drainase baik kapasitas, sistem

operasi, maupun pengelolaannya telah menyebabkan timbulnya

berbagai masalah di sektor drainase. Apalagi dengan penurunan

permukaan tanah secara tidak langsung akan menimbulkan

penambahan beban pada sektor drainase.

Demikian halnya dengan kondisi di Kota Malang dalam beberapa

tahun terakhir mengalami perkembangan seiring dengan

perkembangan dinamika masyarakatnya dan kewenangan yang

Page 2: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

2

diberikan pada pemerintah Kota Malang untuk membangun kotanya

secara mandiri. Perkembangan dan pertumbuhan Kota Malang

membawa dampak ke seluruh kota, sehingga diperlukan penataan dan

perencanaan secara menyeluruh bahkan agar diperoleh kondisi kota

yang optimal maka diperlukan rencana terperinci, dan salah satunya

adalah penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Kota Malang.

Kebutuhan akan prasarana wilayah di Kota Malang yang semakin

meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, dimana

menurut Kota Malang Dalam Angka Tahun 2012 mencapai ± 894.342

jiwa, berdampak pada berkurangnya lahan kosong/resapan air

sebagai lahan terbangun, pada dasarnya sangat membutuhkan

penanganan yang lebih intensif dari pihak pemerintah kota. Bentuk

penanganan tidak hanya dalam bentuk penanganan konstruksi

bangunan namun lebih dari itu, salah satunya adalah faktor

perencanaan dimana faktor perencanaan merupakan faktor urgensi

dan mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkat

keberhasilan sistem prasarana yang akan diterapkan.

Selain kondisi diatas yang melatarbelakangi perlunya disusun Rencana

Induk Sistem Drainase, ada beberapa hal yang secara spesifik

menyebabkan perlu disusunnya rencana induk ini yaitu :

1. Masih kurang jelasnya komponen-komponen sistem drainase yang

ada sebagai konsekuensi pengalihfungsian sistem drainase;

2. Kurang atau tidak layaknya dimensi saluran drainase saat ini;

Page 3: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

3

3. Kurangnya perawatan / perbaikan komponen sistem drainase yang

ada;

4. Kurangnya sumber daya manusia untuk perawatan.

II. LINGKUP FISIK

Secara umum kondisi drainase di Kota Malang terutama pada

saluran drainase tertutup, sebagian besar sudah cukup tua

sebagai hasil peninggalan penjajahan jaman Belanda (sebagian

besar jenis saluran yang telah berusia lebih dari 10 (sepuluh

tahun). Kondisi bangunannya banyak mengalami penurunan

kualitas seperti terjadinya penyumbatan dan tidak

berfungsinya manhole sebagai street inlet. Keadaan ini sangat

mengkhawatirkan bagi penduduk dan pengguna jalan apabila

terjadi genangan air akibat peningkatan intensitas curah hujan.

Saluran yang ada sebagian besar dimanfaatkan untuk saluran

pembuangan rumah tangga. Sistem drainase yang merupakan

sistem gabungan antara limbah domestik dan air hujan,

mempunyai kelebihan dalam hal pemanfaatan lahan dan

minimatitas OP. Akan tetapi disisi lain keberadaan saluran

drainase juga menimbulkan genangan air dan bau yang kurang

sedap. Salah satu penyebabnya adalah sistem saluran yang

kurang sempurna, proses sedimentasi dan penyumbatan

saluran akibat sampah. Saluran pembuangan limbah domestik

yang secara tidak langsung telah menimbulkan proses

Page 4: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

4

sedimentasi yang dapat berakibat terhadap terjadinya luapan

air dan dapat menimbulkan genangan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan di

lapangan, secara umum penyebab terjadinya genangan pada

beberapa lokasi disebutkan pada Tabel 2.1.

Tabel 1. Penyebab genangan yang terjadi di Kota Malang

No Penyebab Genangan

1 Kapasitas saluran yang kurang

2 Terjadinya sedimentasi

3 Terjadinya penumpukan sampah

4 Kombinasi: kapasitas kurang, proses sedimentasi, dan

proses penumpukan sampah

5 Kondisi dimensi inlet saluran yang kurang memadai

6 Jumlah inlet drainase yang terbatas

7 Tidak tersedianya inlet menuju saluran drainase

8 Daerah terletak pada daerah cekungan

9 Kemiringan saluran drainase tidak sesuai

Sumber: Hasil Survey

Page 5: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

5

III. KONDISI FISIK DASAR

Wilayah Kota Malang merupakan kota yang memiliki karakteristik

wilayah pegunungan. Dengan kondisi udara yang berhawa sejuk

dan kering, curah hujan rata-rata tiap tahun 1.833 mm dan

kelembaban udara rata-rata 72%. Adapun keadaan permukaan

tanah yang ada di Kota Malang berupa; bagian selatan termasuk

dataran tinggi yang cukup luas, dan cocok di fungsikan sebagai

pusat kegiatan untuk industri. Bagian utara termasuk dataran tinggi

yang subur, cocok untuk pertanian, bagian timur merupakan dataran

tinggi dengan keadaan kurang subur, dan bagian barat merupakan

dataran tinggi yang amat luas menjadi daerah pendidikan.

Jenis tanah yang ada di Kota Malang terdiri atas 4 macam, yaitu :

Alluvial kelabu kehitaman dengan luas 6.930.267 Ha, Mediteran

coklat dengan luas 1.225.160 Ha. Asosiasi latosol coklat kemerahan

grey coklat dengan luas 1.942.160 Ha. Asosiasi andosol coklat dan

grey humus dengan luas 1.765,160 Ha. Struktur tanah pada

umumnya relatif baik, akan tetapi yang perlu mendapatkan

perhatian adalah penggunaan jenis tanah andosol yang memiliki

sifat peka erosi. Jenis tanah andosol ini terdapat di Kecamatan

lowokwaru dengan relatif kemiringan sekitar 15 %. Sedangkan

sungai yang mengalir di Kota Malang antara lain adalah Sungai

Brantas, Amprong, dan Bango.

Page 6: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

6

Kondisi iklim Kota Malang selama tahun 2010 tercatat rata-rata suhu

udara berkisar antara 22,8C sampai 24,1. Sedangkan suhu

maksimum mencapai 31,8C dan suhu minimum 18,5C. Rata-rata

kelembaban udara udara berkisar 74% - 82% dengan kelembapan

maksimum 97% dan minimum mencapai 37%. Seperti umumnya di

daerah lain, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 iklim,

musim hujan dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun

Klimatologi Karangploso curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada

bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Desember. Sedangkan

pada bulan Juni, Agustus dan November curah hujan relatif rendah.

a. DEMOGRAFI (KEPENDUDUKAN)

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor

yang sangat dominan. Penduduk tidak saja berperan sebagai sasaran

pembangunan tetapi juga menjadi pelaksana pembangunan. Oleh

sebab itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada

peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan

mobilitasnya yang menunjang tercapainya keberhasilan

pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Penduduk dalam suatu daerah merupakan potensi sumber daya

manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam proses pembangunan,

disamping juga sebagai konsumen dalam pembangunan. Dalam

konteks penduduk sebagai potensi SDM, mengandung arti bahwa

penduduk/manusia memiliki peranan dalam pengelolaan sumber

daya alam (SDA).

Page 7: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

7

Peranan penduduk dalam pembangunan akan berhasil apabila

memiliki kemampuan dalam menjawab semua tantangan

dalampembangunan baik posisinya sebagai pengelola sumber daya

alam maupun sebagai pengguna/konsumen sumber daya alam.

Penduduk usia produktif merupakan suatu modal dalam

pelaksanaan pembangunan di segala sektor, dengan harapan

produktifitas dan efektifitas yang terjadi ditunjang pula dengan

sarana dan prasarana pembangunan, dimana manusia merupakan

tujuan dan pelaksana pembangunan. Keluasan pilihan bagi usia

produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya tentu akan

pendorong naiknya angka IPM.

b. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk di Kota Malang berdasar atas data Sensus

Penduduk Tahun 2010 yang dikoordinasi oleh Biro Pusat Statistik Kota

Malang Tahun 2010 adalah sebesar 820.243 jiwa, dengan

perbandingan jumlah penduduk berkelamin pria sebesar 404.553

jiwa dan wanita sebesar 415.690 jiwa.

Persebaran penduduk pada tiap wilayah adminsitratif Kecamatan di

Kota Malang dapat diketahui bahwa Kecamatan Lowokwaru

memiliki kontribusi terbesar yaitu 186.013 jiwa, kemudian disusul

oleh

Page 8: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

8

Kecamatan Sukun sebesar 181.513 jiwa, Kecamatan Kedungkandang

sebesar 174.477 jiwa,

Kecamatan Blimbing sebesar 172.333 jiwa. Sementara jumlah

penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Klojen yaitu sebesar

105.907 jiwa.

Apabila dilihat dari luas wilayah Kota Malang yang memilki luas

110,056 Km2, maka kepadatan penduduk Kota Malang sebesar 7,453

jiwa/Km2. Penduduk Kota Malang tersebar di 5 Kecamatan, 57

Kelurahan, 531 RW dan 3.649 RT.

Sementara untuk tingkat kepadatan penduduk di Kota Malang,

tingkat kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Klojen dengan

tingkat kepadatan mencapai 11.994 Jiwa/km2 dan kepadatan

penduduk terendah berada di Kecamatan Kedungkandang yang

mencapai 4.374 jiwa/ km2. Lebih jelasnya lihat tabel dibawah.

Tabel 2. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kota Malang Tahun 2010

No Kecamatan

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Luas

Wilayah

(km2)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/km2)

1 Kedungkandang 174.477 39,89 4.374

2 Sukun 181.513 20,97 8.565

3 Klojen 105.907 8,83 11.994

4 Blimbing 172.333 17,77 9.698

5 Lowokwaru 186.013 22,6 8.231

Sumber : BPS Kota Malang 2011

Page 9: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

9

Sedangkan untuk data terupdate yang berasal dari Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang pada tahun 2011

jumlah penduduk Kota Malang sebesar 894.342 jiwa. Untuk lebih jelas

rincian jumlah penduduk Kota Malang yang berasal dari Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 3. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kota Malang Tahun 2011

NO KECAMATAN Jumlah

Penduduk (jiwa)

LUAS WILAYAH

(km2)

KEPADATAN PENDUDUK (jiwa/km2)

1 BLIMBING 198.684 17,77 11.181

2 KLOJEN 119.656 8,83 13.551

3 KEDUNGKANDANG 201.922 39,89 5.062

4 SUKUN 203.315 20,97 9.696

5 LOWOKWARU 170.765 22,6 7.556 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang 2012

IV. UNDANG-UNDANG

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kota Besar dalam lingkungan Provfinsi Jawa-Timur,

Jawa-Tengah, Jawa-Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun

1954 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40,

Page 10: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

10

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3034);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak

Tanah dan Benda-Benda yang Ada Diatasnya (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 2324);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1990 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3419);

5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888)

sebagaimana telah diubah terkakhir kalinya dengan Undang-Undang

Nomor Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4412);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 32,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

Page 11: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

11

8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4421);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844);

11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5059);

Page 12: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

12

14. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5068);

15. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5188);

16. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234);

17. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5280);

A. PERATURAN PEMERINTAH

1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah-

Tanah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953

Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

362);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan

Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1998 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3745);

Page 13: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

13

3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3838);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian

Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3934);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan

Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4490);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan

Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,

Page 14: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

14

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4817);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4833);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4858);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman

Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 15: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

15

Nomor 5004);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan

Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5098);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5103);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata

Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5230);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta

Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013

Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013

Nomor 5393);

B. PERATURAN PRESIDEN

1. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah

bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Presiden

Nomor 65 Tahun 2006;

Page 16: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

16

2. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,

Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan;

3. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 - 2014;

4. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional

Pengelolaan Sumber Daya Air;

C. KEPUTUSAN PRESIDEN:

1. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi

Penataan Ruang Nasional;

2. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan

Air Tanah;

D. PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA:

1. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 1 Tahun 1997 tentang Pemetaan Penggunaan Tanah Perdesaan,

Penggunaan Tanah Perkotaan, Kemampuan Tanah dan Penggunaan

Simbol / Warna untuk Penyajian dalam Peta;

2. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi;

3. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010

tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan;

Page 17: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

17

4. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2011

tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan

Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah;

E. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI:

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman

Perencanaan Kawasan Perkotaan;

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata

Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang

Daerah;

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang

Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

F. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM:

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39 / PRT / 1989 tentang

Pembagian Wilayah Sungai;

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48 / PRT / 1990 tentang

Pengelolaan Atas Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63 Tahun 1993 tentang

Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan

Sungai dan Bekas Sungai;

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 / PRT / M / 2007

tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan,

Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;

Page 18: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

18

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 / PRT / M / 2007

tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Drainase

Partisipatif;

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 31 / PRT / M / 2007

tentang Pedoman Mengenai Komisi drainase;

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32 / PRT / M / 2007

tentang Pedoman Operasi dan pemeliharaan Jaringan Drainase;

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 33 / PRT / M / 2007

tentang Pedoman Pemberdayaa P3A/GP3A/IP3A;

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 / PRT / M / 2009

tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan

Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota beserta Rencana

Rincinya;

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 / PRT / M / 2009

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 / PRT / M /2010 tentang

Standar Pelayanan Umum Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang;

12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 / PRT / M / 2010

tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan;

13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 / PRT / M / 2011

tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air;

G. PERATURAN BERSAMA MENTERI:

Page 19: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

19

1. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia Nomor : 186/PMK.06/2009 dan Nomor :

24 Tahun 2009 tentang Pensertipikatan Barang Milik Negara Berupa

Tanah;

H. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR:

1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 Nomor 2 Seri E);

2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2007 tentang

Perizinan Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan di Jawa Timur

(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 Nomor 6 Seri E);

3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi

Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Nomor

1 Seri E);

4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur

Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009

Nomor 1 Seri E);

I. PERATURAN DAERAH KOTA MALANG :

1. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 - 2025 (Lembaran

Daerah Kota Malang Tahun 2010 Nomor 2 Seri E);

Page 20: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

20

2. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2009 - 2013 (Lembaran

Daerah Kota Malang Tahun 2010 Nomor 3 Seri E);

3. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010 - 2030 (Lembaran Daerah

Kota Malang Tahun 2011 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah

Kota Malang Nomor 4);

ISTILAH DAN DEFINISI

1. drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan

ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan;

2. drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi

mengendalikan air permukaan, sehingga tidak menimbulkan genangan

yang dapat mengganggu masyarakat, serta dapat memberikan manfaat

bagi kegiatan manusia;

3. rencana induk sistem drainase perkotaan adalah perencanaan dasar

yang menyeluruh pada suatu daerah perkotaan untuk jangka panjang;

4. badan penerima air adalah sumber air dipermukaan tanah berupa laut,

sungai, danau, dan di bawah permukaan tanah berupa air tanah di

dalam akifer;

5. bangunan pelengkap adalah bangunan yang ikut mengatur dan

mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewati

jalan, belokan, dan daerah curam, bangunan tersebut seperti gorong-

gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan, jembatan, street inlet,

pompa, pintu air;

Page 21: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

21

6. daerah genangan adalah kawasan yang tergenang air akibat tidak

berfungsinya sistem drainase;

7. daerah pengaliran adalah daerah tangkapan air yang mengalirkan air

ke dalam saluran;

8. kala ulang adalah selang waktu pengulangan kejadian hujan atau debit

banjir rencana yang mungkin terjadi;

9. saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran

sekunder dan menyalurkan ke badan penerima air;

10. saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari

saluran tersier dan menyalurkannya ke saluran primer;

11. saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari sistem

drainase lokal dan menyalurkannya ke saluran sekunder;

12. sistem drainase utama adalah sistem drainase perkotaan yang melayani

kepentingan sebagian besar warga masyarakat;

13. sistem drainase lokal adalah sistem drainase perkotaan yang melayani

kepentingan sebagian kecil warga masyarakat;

14. study terkait adalah studi lain yang terkait dengan kegiatan drainase

kota yang memuat data, seperti : hidrologi, topografi, geologi, geografi;

15. tinggi jagaan adalah ketinggian yang diukur dari permukaan air

maksimum sampai permukaan tanggul saluran;

16. waktu pengaliran permukaan adalah waktu yang diperlukan oleh titik

air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan mengalir ke ketitik

saluran drainase yang diamati;

17. waktu drainase adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang

mengalir dari satu titik ke titik lain dalam saluran drainase yang

diamati;

Page 22: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

22

18. waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan

yang jatuh pada permukaan tanah mengalir sampai di suatu titik di

saluran drainase yang terdekat;

19. zona adalah sub sistem pelayanan satu aliran saluran drainase;

20. kota metropolian adalah kota yang mempunyai penduduk lebih dari

1.000.000 jiwa;

21. kota besar adalah kota yang mempunyai penduduk antara 500.000 jiwa

– 1.000.000 jiwa;

22. kota sedang adalah kota yang mempunyai penduduk antara 100.000

jiwa – 500.000 jiwa;

23. kota kecil adalah kota yang mempunyai penduduk antara 20.000 jiwa –

100.000 jiwa;

ANALISA KEBIJAKAN

Perundangan yang berkaitan dengan perumusan kebijakan

penanganan banjir/genangan air di Kota Malang, yaitu :

UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air sebagai

pengganti UU No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan.

UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

PP No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya

Air

Permen PU No. 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan

Penetapan Wilayah Sungai

Page 23: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

23

Permen 22/ PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis dan

Tata Cara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

SNI : 02-2406-1991 tentang Tata Cara Umum Perencanaan

Drainase Perkotaan

Permen Negara Perumahan Rakyat No.

32/PERMEN/M/2006 tentang Petunjuk Teknis Kawasan

Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri

Sendiri

A. Tinjauan Terhadap UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat

Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang ini

menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan

sumber daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang

untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan

melakukan pengaturan hak atas air. Penguasaan negara atas sumber daya

air tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah

dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat

hukum adat setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu, sepanjang

masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 24: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

24

Beberapa istilah yang terdapat dalam UU No. 7 Tahun 2004

menyebutkan bahwa:

Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang

terkandung di dalamnya.

Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun

di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air

permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat

Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau

pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun

kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta

lingkungannya

Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan,

melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan

konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,

dan pengendalian daya rusak air.

Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar

dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan

mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air,

pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak

air.

Rencana pengelolaan sumber daya air adalah hasil perencanaan

secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk

menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air.

Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber

daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau

Page 25: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

25

pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan

2.000 km2.

Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang

merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke

laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah

topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang

masih terpengaruh aktivitas daratan.

Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah,

menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan

yang disebabkan oleh daya rusak air.

Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan

tindakan yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah

dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air.

Sumber daya air dikelola berdasarkan beberapa asas, antara lain:

Asas Kelestarian mengandung pengertian bahwa

pendayagunaan sumber daya air diselenggarakan dengan

menjaga kelestarian fungsi sumber daya air secara berkelanjutan.

Asas Keseimbangan mengandung pengertian keseimbangan

antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup dan fungsi

ekonomi.

Asas Kemanfaatan Umum mengandung pengertian bahwa

pengelolaan sumber daya air dilaksanakan untuk memberikan

Page 26: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

26

manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan umum secara efektif

dan efisien.

Asas Keterpaduan dan Keserasian mengandung pengertian

bahwa pengelolaan sumber daya air dilakukan secara terpadu

dalam mewujudkan keserasian untuk berbagai kepentingan

dengan memperhatikan sifat alami air yang dinamis.

Asas Keadilan mengandung pengertian bahwa pengelolaan

sumber daya air dilakukan secara merata ke seluruh lapisan

masyarakat di wilayah tanah air sehingga setiap warga negara

berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan

menikmati hasilnya secara nyata.

Asas Kemandirian mengandung pengertian bahwa pengelolaan

sumber daya air dilakukan dengan memperhatikan kemampuan

dan keunggulan sumber daya setempat.

Asas Transparansi dan Akuntabilitas mengandung pengertian

bahwa pengelolaan sumber daya air dilakukan secara terbuka

dan dapat dipertanggung-jawabkan.

Pengelolaan sumber daya air dilakukan secara menyeluruh, terpadu,

dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan

kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat.

Pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh mencakup

semua bidang pengelolaan yang meliputi konservasi,

pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air, serta meliputi

satu sistem wilayah pengelolaan secara utuh yang mencakup

Page 27: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

27

semua proses perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan

evaluasi.

Pengelolaan sumber daya air secara terpadu merupakan

pengelolaan yang dilaksanakan dengan melibatkan semua

pemilik kepentingan antar sektor dan antar wilayah administrasi

Pengelolaan sumber daya air berwawasan lingkungan hidup

adalah pengelolaan yang memperhatikan keseimbangan

ekosistem dan daya dukung lingkungan.

Pengelolaan sumber daya air berkelanjutan adalah pengelolaan

sumber daya air yang tidak hanya ditujukan untuk kepentingan

generasi sekarang tetapi juga termasuk untuk kepentingan

generasi yang akan datang.

Sumber daya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan

ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras.

Sumber daya air mempunyai fungsi sosial berarti bahwa sumber

daya air untuk kepentingan umum lebih diutamakan daripada

kepentingan individu.

Sumber daya air mempunyai fungsi lingkungan hidup berarti

bahwa sumber daya air menjadi bagian dari ekosistem sekaligus

sebagai tempat kelangsungan hidup flora dan fauna.

Sumber daya air mempunyai fungsi ekonomi berarti bahwa

sumber daya air dapat didayagunakan untuk menunjang

kegiatan usaha.

Air sebagai sumber kehidupan masyarakat secara alami

keberadaannya bersifat dinamis mengalir ke tempat yang lebih rendah

Page 28: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

28

tanpa mengenal batas wilayah administrasi. Keberadaan air mengikuti

siklus hidrologis yang erat hubungannya dengan kondisi cuaca pada suatu

daerah sehingga menyebabkan ketersediaan air tidak merata dalam setiap

waktu dan setiap wilayah.

Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya

kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang

berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya air dan meningkatnya

daya rusak air. Salah satu pengelolaan sumber daya air adalah pengendalian

daya rusak air. Daya rusak air air yang terjadi dapat berupa banjir ataupun

genangan air yang akan merugikan.

Pengendalian banjir/genangan air diutamakan pada upaya

pencegahan melalui perencanaan pengendalian banjir/genangan air yang

disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber

daya air. Pencegahan dilakukan baik melalui kegiatan fisik dan/atau

nonfisik maupun melalui penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai.

Pencegahan melalui kegiatan fisik adalah pembangunan sarana dan

prasarana serta upaya lainnya dalam rangka pencegahan

kerusakan/bencana yang diakibatkan oleh daya rusak air, sedangkan

kegiatan nonfisik adalah kegiatan penyusunan dan/atau penerapan piranti

lunak yang meliputi antara lain: pengaturan, pembinaan, pengawasan dan

pengendalian. Pencegahan dengan penyeimbangan hulu dan hilir wilayah

sungai adalah penyelarasan antara upaya kegiatan konservasi di bagian

hulu dengan pendayagunaan di daerah hilir.

Page 29: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

29

Perencanaan pengendalian banjir/genangan air disusun untuk

menghasilkan rencana yang berfungsi sebagai pedoman dan arahan dalam

pelaksanaan. Perencanaan pengendalian banjir/genangan air disusun sesuai

dengan prosedur dan persyaratan melalui tahapan yang ditetapkan dalam

standar perencanaan yang berlaku secara nasional yang mencakup

inventarisasi sumber daya air, penyusunan, dan penetapan rencana

pengendalian.

B. Tinjauan Terhadap UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan

penatagunaan sumber daya alam lain, antara lain, adalah penguasaan,

penggunaan, dan pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam

lain yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber

daya alam lain melalui pengaturan yang terkait dengan pemanfaatan tanah,

air, udara, dan sumber daya alam lain sebagai satu kesatuan sistem untuk

kepentingan masyarakat secara adil.

Dalam penatagunaan air, di kembangkan pola pengelolaan daerah

aliran sungai (DAS) yang melibatkan 2 (dua) atau lebih wilayah administrasi

provinsi dan kabupaten/kota serta untuk menghindari konflik antar daerah

hulu dan hilir.

Page 30: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

30

Kegiatan penyusunan neraca penatagunaan tanah, neraca

penatagunaan sumber daya air, neraca penatagunaan udara, dan neraca

penatagunaan sumber daya alam lain meliputi:

penyajian neraca perubahan penggunaan dan pemanfaatan

tanah, sumber daya air, udara, dan sumber daya alam lain pada

rencana tata ruang wilayah;

penyajian neraca kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan

tanah, sumber daya air, udara, dan sumber daya alam lain pada

rencana tata ruang wilayah; dan

penyajian ketersediaan tanah, sumber daya air, udara, dan

sumber daya alam lain dan penetapan prioritas penyediaannya

pada rencana tata ruang wilayah.

Dalam penyusunan neraca penatagunaan tanah, neraca

penatagunaan air, neraca penatagunaan udara, dan neraca penatagunaan

sumber daya alam lain, diperhatikan faktor

yang mempengaruhi ketersed iaannya. Hal ini berarti penyusunan neraca

penatagunaan sumber daya air memperhatikan, antara lain, faktor

meteorologi, klimatologi, geofisika, dan ketersediaan prasarana sumber

daya air, termasuk sistem jaringan drainase dan pengendalian banjir.

i. Tinjauan Terhadap PP No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sumber Daya Air

Lingkup pengaturan pengelolaan sumber daya air dalam peraturan

pemerintah ini meliputi:

Page 31: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

31

proses penyusunan dan penetapan kebijakan, pola, dan rencana

pengelolaan sumber daya air;

pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air, operasi dan

pemeliharaan sumber daya air; dan

konservasi sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air

serta pengendalian daya rusak air.

Pengendalian daya rusak air meliputi upaya:

pencegahan sebelum terjadi banjir

Pencegahan dilakukan, baik melalui kegiatan fisik dan/atau

nonfisik maupun penyeimbangan hulu dan hilir wilayah

sungai.

Kegiatan fisik dalam rangka pencegahan bencana dilakukan

melalui pembangunan sarana dan prasarana yang ditujukan

untuk mencegah kerusakan dan/atau bencana yang

diakibatkan oleh daya rusak air.

Kegiatan nonfisik dalam rangka pencegahan bencana

dilakukan melalui pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan

pengendalian.

Penyeimbangan hulu-hilir dilakukan dengan mekanisme

penataan ruang dan pengoperasian prasarana sungai sesuai

dengan kesepakatan para pemilik kepentingan.

penanggulangan pada saat terjadi banjir

Upaya Penanggulangan daya rusak air dilakukan dengan

kegiatan yang ditujukan untuk meringankan penderitaan akibat

bencana dilakukan berdasarkan rencana pengendalian daya

Page 32: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

32

rusak air yang disusun secara terpadu, menyeluruh, dan

terkoordinasi.

pemulihan akibat banjir

Upaya pemulihan dilakukan berdasarkan rencana pengendalian

daya rusak air yang disusun secara terpadu, menyeluruh, dan

terkoordinasi.

ii. Tinjauan Terhadap Permen PU No. 11A/PRT/M/2006 tentang

Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai

Pengelolaan Sumber Daya Air dilaksanakan oleh Pemerintah dan

pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya

berdasarkan penetapan wilayah sungai.

Penetapan wilayah sungai didasarkan pada pertimbangan dan

kriteria sebagai berikut:

a. efektivitas pengelolaan sumber daya air:

pengelolaan sumber daya air pada wilayah tersebut memenuhi

kebutuhan konservasi

sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air; dan/atau

keberadaan prasarana sumber daya air yang menghubungkan

daerah aliran sungai yang

Page 33: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

33

satu dengan daerah aliran sungai yang lain.

b. fisiensi pengelolaan sumber daya air;

c. tercukupinya hak setiap orang untuk mendapatkan air guna

memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

Kriteria penetapan wilayah sungai strategis nasional di samping

memenuhi kriteria dan harus memenuhi parameter sebagai berikut:

a. potensi sumber daya air pada wilayah sungai dibandingkan dengan

potensi sumber daya air pada provinsi lebih besar atau sama dengan

20%;

b. banyaknya sektor yang terkait dengan sumb er daya air pada

wilayah sungai paling kurang 16 sektor dan jumlah penduduk dalam

wilayah sungai paling kurang 30% dari jumlah penduduk pada

provinsi;

c. Besarnya dampak terhadap pembangunan nasional:

Sosial:

tenaga kerja pada lapangan kerja yang terpengaruh oleh

sumber daya air paling kurang 30% dari seluruh tenaga kerja

di tingkat provinsi; atau

wilayah sungai yang terdapat pulau kecil atau gugusan pulau

kecil yang berbatasan dengan wilayah negara lain;

Lingkungan hidup:

terancamnya keanekaragaman hayati yang spesifik pada

sumber air, yang langka dan perlu dilindungi atau yang

merupakan konvensi internasional;

Page 34: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

34

perbandingan antara debit air sungai maksimum dengan

debit air sungai minimum rata-rata tahunan sungai utama

melebihi 75;

perbandingan antara kebutuhan dan ketersediaan air pada

wilayah sungai yang bersangkutan melampaui angka 1,5

(satu koma lima);atau

seringnya timbul kejadian penyakit terkait dengan air yang

mengakibatkan kematian/cacat tetap dalam jumlah besar.

Ekonomi:

Terdapat paling kurang 1 (satu) daerah drainase yang

luasnya lebih besar atau sama dengan 10.000 ha;

Nilai produksi industri terkait dengan sumber daya air pada

wilayah sungai paling kurang 20% dari nilai produksi

industri di tingkat provinsi; atau

Produksi pembangkit listrik tenaga air pada wilayah sungai

yang bersangkutan terkoneksi atau merupakan bagian dari

jaringan listrik lintas provinsi.

d. besarnya dampak negatif akibat daya rusak air terhadap

pertumbuhan ekonomi yaitu tingkat kerugian ekonomi yang

diakibatkan paling kurang 1% dari Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) tingkat provinsi.

Berdasarkan Permen PU No. 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan

Penetapan Wilayah Sungai Lampiran 3 (WS Strategis Nasional), kota

Malang yang dilalui sungai Brantas masuk dalam Wilayah Sungai Brantas.

WS Sungai Brantas yang melewati kota Malang terdapat 2 (dua) DAS, yaitu:

DAS Brantas dan DAS Bango.

Page 35: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

35

iii. Tinjauan Terhadap Permen 22/PRT/M/2009 tentang Pedoman

Teknis dan Tata Cara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya

Air

Mempelajari Kebijakan Nasional Sumber Daya Air, Kebijakan

Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah administrasi yang

bersangkutan (provinsi atau kabupaten/kota) atau kebijakan

pembangunan provinsi atau kabupaten/kota dalam hal kebijakan

pengelolaan sumber daya air terintegrasi dalam kebijakan pembangunan.

Kebijakan pengelolaan sumber daya air ditinjau menurut aspek- aspek

dalam pengelolaan sumber daya air yang meliputi aspek konservasi sum

ber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air,

dan sistem informasi sumber daya air. Beberapa hal penting yang harus

diidentifikasi meliputi :

kebijakan pemerintah dan kebijakan daerah terkait pengelolaan

sumber daya air di wilayah sungai yang bersangkutan .

aspek konservasi sumber daya air, khususnya terhadap :

tingkat kekritisan daerah aliran sungai (DAS), meliputi

prosentase tutupan lahan terhadap luas DAS, laju erosi lahan,

tingkat sedimentasi sungai, dan rasio debit maksimum dan

minimum ;

penggerusan garis pantai ; dan

sarana dan prasarana sumber daya air .

aspek pendayagunaan sumber daya air, khususnya terhadap :

ketersediaan air permukaan dan air tanah;

Page 36: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

36

jaringan dan bangunan drainase yang ada, yang meliputi luas

daerah drainase, alokasi air drainase, dan potensi lahan yang

dapat dikembangkan;

sumber-sumber air yang tersedia;

pemanfaatan air permukaan dan air tanah untuk berbagai

keperluan;

kemampuan layanan air minum;

sektor-sektor pengguna air yang dominan beserta kuantitas

penggunaannya;

lokasi daerah yang mengalami kekurangan air dan daerah

yang kelebihan air; dan

neraca air per-DAS/ water district.

aspek pengendalian daya rusak air, khususnya terhadap:

terjadinya bencana, meliputi kejadian bencana (banjir,

longsor, gempa, tsunami, abrasi pantai), wilayah yang rawan

terhadap bencana, upaya pengendalian yang telah

dilakukan, hambatan dan permasalahan yang dihadapi;

erosi tebing dan degradasi sungai;

sedimentasi muara sungai ; dan

pencemaran sungai, yang meliputi kualitas air sungai, jenis,

jumlah dan lokasi limbah yang di buang ke sungai.

aspek sistem informasi sumber daya air dan ketersediaan data

sumber daya air yang meliputi kerapatan stasiun

hidroklimatologi, jumlah dan kondisi stasiun hidroklimatologi

yang berfungsi/rusak, stasiun pengukur tinggi muka air/debit,

stasi un pengamatan kualitas air pada sumber air dan badan air,

Page 37: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

37

serta keberadaan data series (curah hujan dan debit), keakuratan

data dan keberadaan sistim informasi data sumber daya air.

aspek pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan

dunia usaha serta kelembagaan yang terkait dengan

pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai, khususnya

terhadap:

keberadaan dan jumlah organisasi pengguna air;

kemandirian organisasi (kemampuan swadaya);

keberadaan dan jumlah usaha yang sangat tergantung pada

ketersediaan air serta peran dunia usaha terhadap

pengelolaan sumber daya air; dan

kelembagaan pengelolaan sumber daya air yang meliputi

landasan hukum pembentukannya, jumlah lembaga, lingkup

kegiatan, frekuensi koordinasi antarlembaga (dalam

penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan).

potensi yang dapat dikembangkan terkait dengan sumber daya

air, antara lain pengembangan atau peningkatan:

transportasi sungai; dan

sektor–sektor pertanian , industri, pariwisata, perkebunan

dan perikanan termasuk pengusahaannya.

aspirasi para pemilik kepentingan terkait dengan sumber daya

air, khususnya mengenai harapan-harapannya terhadap

pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai masa yang

akan datang.

Page 38: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

38

Berdasarkan identifikasi tersebut dapat dirumuskan pokok-pokok

permasalahan dan potensi yang dapat dikembangkan dimasa yang akan

datang.

Beberapa skenario kondisi wilayah sungai merupakan asumsi

tentang kondisi pada masa yang akan datang yang mungkin terjadi,

misalnya, kondisi perekonomian, perubahan iklim atau perubahan politik.

Untuk menyiapkan data tentang konservasi sumber daya air,

pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, dan sistem

informasi sumber daya air serta pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha

pada wilayah sungai yang bersangkutan untuk waktu lampau, saat ini dan

yang akan datang . Data-data digunakan untuk membuat beberapa

skenario kondisi wilayah sungai. Beberapa skenario kondisi wilayah sungai

ditinjau pada setiap aspek pengelolaan sumber daya air yang

menggambarkan kondisi wilayah sungai yang ada ( eksisting) serta kondisi

wilayah sungai masa yang akan datang sesuai dengan harapan. Penyusunan

prioritas beberapa skenario kondisi wilayah sungai berdasarkan aspek

yang paling dominan pada masing - masing wilayah sungai. Beberapa

skenario berdasarkan asumsi tentang kondisi pada masa yang akan datang

yang mungkin terjadi misalnya:

- kondisi perekonomian;

- kondisi perubahan iklim; atau

- kondisi perubahan politik

iv. Tinjauan Terhadap SNI : 02-2406-1991 tentang Tata Cara Umum

Perencanaan Drainase Perkotaan

Page 39: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

39

Standar ini menetapkan Tata cara perencanaan umum Drainase

perkotaan yang dapat digunakan untuk memperoleh hasil perencanaan

drainase perkotaan yang dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-

ketentuan teknik perencanaan.

Faktor - faktor umum dalam perencanaan drainase perkotaan, antara

lain:

Sosial ekonomi: pertumbuhan penduduk, urbanisasi, angkatan

kerja; kebutuhan nyata dan prioritas daerah; keseimbangan

pembangunan antar kota dan dalam kota, ketersediaan tataguna

tanah: pertumbuhan fisik kota dan ekonomi pedesaan

Lingkungan: topografi, eksisting jaringan drainase jalan, sawah.

perkampungan, laut, pantai, tataguna tanah, pencemaran

lingkungan, estetika yang mempengaruhi sistem drainase kota,

kondisi lereng dan kemungkinan longsor; untuk daerah datar

diperhitungkan pengelontoran, pengendapan dan pencemaran;

untuk daerah yang terkena pengempangangan dari laut, danau

atau sungai diperhitungkan masalah pemben-dungan dan

pengempangan.

Perencanaan drainase perkotaan, didasarkan pada:

Landasan: didasarkan pada konsep kelestarian lingkungan dan

konservasi sumberdaya air yaitu pengendalian air hujan agar

lebih banyak meresap ke dalam tanah dan mengurangi aliran

permukaan.

Page 40: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

40

Tahapan: pembuatan rencana induk, studi ke-layakan,

perencanaan detail; didasarkan pada pertimbangan teknik, sosial

ekonomi.

Finansial dan lingkungan: dilakukan dengan survai lokasi,

topografi, hidrologi, geoteknik tataguna tanah, sosial ekonomi,

institusi, peran serta masyarakat, kependudukan, lingkungan

dan pembiayaan; penyelidikan terhadap parameter disain;

penyiapan tanah; pelaksanaan drainase; operasi dan

pemeliharaan.

Data dan persyaratan: data primer mencakup data 'banjir

meliput luas, lama, kedalaman rata-rata, frekuensi genangan,

keadaan fungsi, sistem, geometri dan dimensi saluran

Daerah pengaliran sungai: prasarana dan fasilitas kota yang ada

dan yang direncanakan; data sekunder meliputi rencana

pembangunan kota, geoteknik foto udara, pembiayaan,

kependudukan, institusi, sosial ekonomi, peran serta

masyarakat, kesehatan lingkungan; persyaratan kualitas dan

kualitas data, peralatan, metode perhitungan dan asumsi yang

digunakan.

Sistem drainase perkotaan: sistem drainase terpisah dan

gabungan; sistem saluran terbuka dan tertutup.

Kriteria: pertimbangan teknik meliput aspek hidrologi, hidraulik

dan struktur; pertimbangan lain meliputi biaya dan

pemeliharaan. Koordinasi dan tanggung jawab: seluruh

penyelenggara teknis pekerjaan dilaksana kan dibawah seorang

ahli yang berkompeten dalam tim terpadu; masalah yang tidak

Page 41: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

41

dapat diselesaikan oleh instansi yang berwenang harus diajukan

kepada pihak yang berwenang di atasnya.

v. Tinjauan Terhadap Permen Negara Perumahan Rakyat No.

32/PERMEN/M/2006 tentang Petunjuk Teknis Kawasan Siap

Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri

Penyusunan rencana rinci tata ruang Kasiba harus me menuhi

persyaratan prasarana, sarana dan utilitas untuk pengembangan Kasiba.

bahwa rencana rinci tata ruang Kasiba harus dilengkapi dengan jaringan

primer dan sekunder prasarana lingkungan berupa jalan, drainase atau

saluran pembuangan air hujan dan saluran pembuangan air limbah, yang

terpadu dengan prasarana kawasan/wilayahnya jaringan primer dan

sekunder drainase atau saluran pembuangan air hujan harus dihubungkan

dengan badan air (sungai, danau, atau laut) yang dapat menyalurkan atau

menampung air hujan yang jatuh di atau mengalir melalui Kasiba.

Pembangunan prasarana drainase di Kasiba harus memenuhi

stándar nilai koefisien aliran saluran drainase di Kawasan Perumahan yang

terdiri dari :

a. rumah tinggal terpencar harus memenuhi stándar koofisien

pengaliran 0,30 – 0,50;

b. komplek perumahan harus memenuhi stándar koofisien

pengaliran 0,40 – 0,60;

c. permukiman (suburban) harus memenuhi stándar Koofisien

pengaliran 0,25 – 0,40;

Page 42: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

42

d. apartemen harus memenuhi stándar Koofisien pengaliran 0,50 –

0,90.

Jaringan primer dan sekunder drainase harus mempunyai kapasitas

tampung yang cukup untuk menampung air yang mengalir dari area Kasiba

dan kawasan sekitarnya. Aluran pembuangan air hujan dapat dibangun

secara terbuka dengan ketentuan sebagai berikut:

a. dasar saluran terbuka ½ lingkaran dengan diameter minimum 20

cm atau berbentuk bulat telur ukuran minimum 20/30 cm;

b. bahan saluran terbuat dari tanah liat, beton, pasangan batu bata

dan atau bahan lain;

c. kemiringan saluran minimum 2 %;

d. tidak boleh melebihi peil banjir di daerah tersebut;

e. kedalaman saluran minimum 30 cm;

f. apabila saluran dibuat tertutup, maka pada tiap perubahan arah

harus dilengkapi dengan lubang kontrol dan pada bagian saluran

yang lurus lubang kontrol harus ditempatkan pada jarak

maksimum 50 (lima puluh) meter;

g. saluran tertutup dapat terbuat dari PVC, beton, tanah liat dan

bahan-bahan lain;

h. untuk mengatasi terhambatnya saluran air karena endapan

pasir/tanah pada drainase terbuka dan tertutup perlu bak kontrol

dengan jarak kurang lebih 50 M dengan dimensi (0,40x 0,40x 0,40)

M

i. setiap Kasiba perlu melestarikan dan menyediakan kolam-kolam

retensi dan sumur resapan pada titik-titik terendah;

Page 43: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

43

j. penggunaan pompa drainase merupakan upaya tambahan apabila

ditemui kesulitan untuk mengalirkan air secara gravitasi dan

dapat juga digunakan untuk membantu agar pengaliran air dalam

saluran mengalir lebih cepat.

Tahapan perencanaan jaringan primer dan sekunder drainase

meliputi :

a. pengumpulan data topografi dan pemetaan yang terdiri dari

pemetaan topografi dan pemotretan dari udara atau satelit;

membuat peta tematik dengan ketelitian skala 1: 5000 yang

mencakup kontur interval 5 meter untuk perencanaan jaringan;

membuat peta tematik dengan ketelitian skala 1:1.000 untuk

perencanaan detail; membuat level ikat topografi ( benchmark)

yaitu elevasi dasar kota yang dikaitkan dengan elevasi muka air

laut pasang atau pada sungai besar; menentukan garis kontur

dengan penyesuaian terhadap titik ikat elevasi berdasarkan

elevasi sungai yang ada guna perencanaan drainase perumahan;

b. pengumpulan data hidrologi yang terdiri dari data yang

mencakup kedudukan muka air banjir terhadap elevasi lahan,

serta data curah hujan harian, bulanan dan tahunan;

c. pengumpulan data geologi yang terdiri dari penyelidikan tanah

untuk mengetahui kemungkinan penurunan pondasi saluran dan

ke kuatan / kondisi tanah dasar untuk mengetahui daya dukung

lapisan tanah tersebut.;

d. pengumpulan data kualitas dan kuantitas genangan, luas, lama,

tinggi dan frekuensi genangan dalam setahun;

Page 44: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

44

e. pengumpulan data tentang kerugian dan kerusakan akibat

genangan.

Dalam sistem penyediaan prasarana drainase ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan, antara lain:

kolam retensi, yaitu bangunan resapan buatan atau bangunan

resapan alam yang berfungsi untuk menampung air hujan

dan kemudian meresap kedalam tanah atau mengalir ke

saluran drainase.

peil banjir sebagai acuan bagi perencana dan pelaksana

dalam pembangunan fisik agar terbebas atau terhindar dari

banjir dalam periode ulang tertentu.

Pada periode perencanaan sistem drainase perlu

memperhatikan daerah tangkapan air (catchment area) agar

tidak terjadi kegagalan pada fungsi sistem drainase.

Periode ulang desain yang harus direncanakan untuk Kasiba

adalah seperti tercantum pada Tabel Periode Disain Makro

dan Tabel Periode Disain Mi

b. Arah Kebijakan Pembangunan Drainase Kota Malang

Perumusan arah kebijakan pembangunan drainase untuk

penanganan banjir/genangan air di kota Malang berdasarkan peraturan

perundangan yang berlaku, maka akan mengarah pada pengendalian banjir

Page 45: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

45

secara menyeluruh berdasarkan Sub DAS yang melalui kota Malang mulai

dari hulu sampai dengan hilir.

Pengendalian banjir/genangan air secara menyeluruh adalah dalam

upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan dalam 1 (satu) sistem

sub DAS dari hulu sampai dengan hilir. Arah kebijakan pembangunan

drainase di Kota Malang adalah sebagai berikut:

Penyelenggaran/penanganan terpadu dengan sektor terkait

terutama pengendalian banjir, air limbah dan sampah).

Mengoptimalkan sistem yang ada, disamping pembangunan

baru.

Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, dunia usaha dan

masyarakat.

Mendorong Pemkab/Pemkot dalam pembangunan S&P drainase

untuk melancarkan perekonomian regional dan nasional serta

meningkatkan tenaga kerja.

Dalam upaya penanganan banjir/genangan air harus

memperhatikan fungsi drainase sebagai prasarana kota yang didasarkan

pada konsep berwawasan lingkungan, yang sesuai UU No. 7 Tahun 2004.,

yaitu:

Pencegahan terjadinya banjir

Pencegahan dilakukan, baik melalui kegiatan fisik dan/atau

nonfisik maupun penyeimbangan hulu dan hilir wilayah

sungai.

Page 46: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

46

Kegiatan fisik dalam rangka pencegahan bencana dilakukan

melalui pembangunan sarana dan prasarana yang ditujukan

untuk mencegah kerusakan dan/atau bencana yang

diakibatkan oleh daya rusak air seperti sumur resapan,

pembangunan saluran drainase kolam retensi atau polder.

Kegiatan non fisik dalam rangka pencegahan bencana

dilakukan melalui beberapa cara, antara lain: meningkatkan

daya resap tanah dengan penanaman pohon, pembersihan

saluran drainase dari sampah, menerapkan peraturan tentang

sempadan saluran drainase.

penanggulangan pada saat terjadi banjir

Upaya penanggulangan banjir dilakukan dengan cara:

pembuatan sistem informasi drainase, membuat rencana induk

sistem drainase peningkatan kapasitas saluran drainase yang

telah ada.

pemulihan akibat banjir

Upaya pemulihan dilakukan dengan cara: memperbaiki sarana

prasarana yang rusak akibat banjir seperti perbaikan saluran

drainase, gorong-gorong dll.

Page 47: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

47

B1 B2 m h d

S.BR.II - 1 Jl. MT Haryono 508.89 0.016 0.50 0.80 1.10

S.BR.II - 2 Jl. MT Haryono 386.38 0.019 0.50 0.75 0.50 0.60

S.BR.II - 3 Jl. MT Haryono 497.98 0.019 0.50 0.80 1.10

S.BR.II - 4 Jl. MT Haryono 733.29 0.051

S.BR.II - 5 Jl. Sukarno Hatta 534.84 0.016 0.65 0.83 0.44

S.BR.II - 6 Jl. Sukarno Hatta 370.04 0.068

S.BR.II - 7 Jl. M.Panjaitan 931.98 0.013 0.50 0.25 0.60

S.BR.II - 8 Jl. M.Panjaitan 562.65 0.021 0.50 0.25 0.60

S.BR.II - 9 Jl. M.Panjaitan 338.25 0.000 0.70 0.95 0.65

S.BR.II - 11 Jl. Letjen Sutoyo 631.45 0.010 2.00 2.00

S.BR.II - 12 Jl. Letjen Sutoyo 418.83 0.004 0.60 0.60 0.60

S.BR.II - 13 Jl. J.A. Suprapto 233.62 0.009 2.00 1.20

S.BR.II - 14 Jl. J.A. Suprapto 209.92 0.006 2.00 0.50

S.BR.II - 15 Jl. J.A. Suprapto 429.44 0.002 2.00 1.20

S.BR.II - 16 Jl. J.A. Suprapto 231.36 0.007 2.00 2.00

S.BR.II - 17 Jl. Dr. Wahidin 257.84 0.011 0.50 0.25 0.50

S.BR.II - 18 Jl. Cokroaminoto 453.73 0.004 0.45

S.BR.II - 19 Jl. Trunojoyo 237.01 0.007 0.45

S.BR.II - 20 Jl. Trunojoyo 201.95 0.010 0.45

S.BR.II - 21 Jl. Trunojoyo 249.22 0.009 0.45

S.BR.II - 22 Jl. Trunojoyo 152.71 0.009 0.45

S.BR.II - 23 Jl. Panglima Sudirman 472.09 0.009 0.80 0.60

S.BR.II - 24 Jl. Panglima Sudirman 814.30 0.003 0.80 0.70

S.BR.II - 25 Jl. Panglima Sudirman 194.03 0.015 0.80 0.70

S.BR.II - 26 Jl. Rumah Sakit 365.30 0.002

S.BR.II - 27 Jl. Urip Sumoharjo 243.36 0.009 0.50 0.75

S.BR.II - 28 Jl. KH. Agus Salim 422.00 0.001 0.60 0.60

S.BR.II - 29 Jl. KH. Ahmad Dahlan 270.00 0.001 1.00

S.BR.II - 30 Jl. Gatot Subroto 135.00 0.002 0.60

S.BR.II - 31 Jl. Mangunsarkoro

S.BR.II - 32 Jl. Mangunsarkoro

S.BR.II - 33 Jl. Gatot Subroto 297.70 0.020 0.60

S.BR.II - 34 Jl. Muharto 263.83 0.050 0.50 0.30

S.BR.II - 35 Jl. Gatot Subroto 240.55 0.010 0.60

S.BR.II - 36 Jl. Martadinata 365.30 0.000 0.70

S.BR.II - 37 119.31 0.047

S.BR.II - 38 Jl. Kol. Sugiono 456.17 0.005 2.00

S.BR.II - 39 Jl. Kol. Sugiono Gg II 633.18 0.049 0.50

S.BR.II - 40 Jl. Kol. Sugiono 624.04 0.022 1.80 2.00 1.50

S.BR.II - 41 Jl. Kol. Sugiono 320.43 0.094 1.00 1.50 1.00

S.BR.II - 45 Jl. Lembayung 429.75 0.070

S.BR.II - 46 Jl. Bayem 808.62 0.043

S.BR.II - 47 Jl. Terong 488.25 0.072

S.BR.II - 48 Jl. Kyai Parseh 603.64 0.021

S.BR.II - 49 873.77 0.086

S.BR.II - 50 620.43 0.060

S.BR.II - 51 316.13 0.003

Kode Saluran Nama JalanPanjang

saluran (m)

Slope

saluran

365.30 0.010

Dimensi

V. KONDISI UMUM DAERAH DRAINASE KOTA MALANG

Tabel 4. Klasifikasi Saluran Drainase DAS Brantas

A. Saluran Sekunder

Page 48: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

48

B1 B2 m h d

S.BR.III - 1 Jl. Kertosono 323.34 0.027

S.BR.III - 2 Jl. Sumbersari 1409.35 0.014 0.50 0.50

S.BR.III - 3 Jl. Veteran 689.18 0.009 0.40 0.25 1.00

S.BR.III - 4 Jl. Bogor 250.62 0.012 0.80 0.20 0.70

S.BR.III - 5 Jl. Banten 208.42 0.014

S.BR.III - 7 Jl. Bandung 298.37 0.012 0.50 0.75 0.75

S.BR.III - 8 Jl. B. Kumis Kucing 501.47 0.004 0.30 0.50

S.BR.III - 9 Jl. Bungur 612.15 0.008

S.BR.III - 10 Jl. Sarangan 697.52 0.084

S.BR.III - 11 Jl. Sukapura 319.88 0.023 0.40 0.20 0.50

S.BR.III - 12 Jl. Sukapura 297.21 0.001 0.40 0.20 0.50

S.BR.III - 13 Jl. Ters. Sukarpura 250.20 0.033 0.50 0.63 0.50

S.BR.III - 14 Jl. Jaksa Agung S I 382.24 0.011 1.40 1.20

S.BR.III - 15 Jl. Hasanudin 527.53 0.008 0.40 0.20 0.50

S.BR.III - 16 Jl. Dr. Cipto 383.19 0.024 0.80 0.40

S.BR.III - 17 Jl. Dr. Cipto 202.49 0.020 0.80 0.60

S.BR.III - 18 Jl. Pattimura 722.77 0.007 0.40 0.40

S.BR.III - 19 Jl. Pattimura 189.03 0.026 0.40 0.40

S.BR.III - 20 Jl. Pajajaran 291.05 0.027 0.50 0.75

S.BR.III - 21 Jl. Kertanegara 249.53 0.002 0.30 0.60 0.13 1.00

S.BR.III - 22 Jl. Gajah Mada 728.94 0.017 0.60 0.60

S.BR.III - 23 Jl. Suropati 381.31 0.024 0.40 0.40 0.40

S.BR.III - 24 Jl. Aris Munandar 722.77 0.007 0.75 0.70

S.BR.III - 25 Jl. Pasar Besar 189.03 0.026 1.00

S.BR.III - 26 Jl. Pasar Besar 291.05 0.027 1.00

S.BR.III - 27 Jl. Pasar Besar 249.53 0.002 1.00

S.BR.III - 28 Jl. KH. Agus Salim 384.90 0.046 0.60 0.60

S.BR.III - 29 Jl. Kapt. Tendean 381.31 0.024 0.50 0.50 0.40

S.BR.III - 30 Jl. Kyai Tamin 313.96 0.021 0.50 0.60

S.BR.III - 31 Jl. Kyai Tamin 292.78 0.018 0.50 0.60

S.BR.III - 32 298.49 0.025

S.BR.III - 33 Jl. Halmahera 438.58 0.019 0.50 0.50 0.60

S.BR.III - 34 Jl. Irian Jaya 185.48 0.049 0.50 0.50 0.60

S.BR.III - 35 Jl. Sartono 384.90 0.046 0.60 0.60 0.70

S.BR.III - 36 Jl. Kebalen Wetan 206.22 0.056

S.BR.III - 37 Jl. Kebalen 471.12 0.017

Slope

saluran

DimensiKode Saluran Nama Jalan

Panjang

saluran (m)

B. Saluran Tersier

Page 49: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

49

C. Saluran Kuarter

B1 B2 m h d

S.BR.IV - 1 Jl. Merdeka Timur 178.34 0.070 0.3 0.3

S.BR.IV - 2 Jl. KH Zainal Arifin 304.64 0.039 0.6

S.BR.IV - 3 Jl. Merdeka Timur 170.78 0.002 0.3 0.3

S.BR.IV - 4 Jl. KH Zainal Arifin 168.38 0.044 0.7 0.6

S.BR.IV - 5 Jl. Sutan Syahrir 104.36 0.053 0.5

S.BR.IV - 6 Jl. Sutan Syahrir 138.66 0.016 0.5

S.BR.IV - 7 Jl. Sersan Harun 122.71 0.019 0.6

S.BR.IV - 8 Jl. Sersan Harun 139.68 0.043 0.6

S.BR.IV - 9 Jl. Kopral Usman 102.47 0.006 0.6

S.BR.IV - 10 Jl. Kopral Usman 157.76 0.056 0.6

S.BR.IV - 11 Jl. Prof Yamin 229.03 0.030 0.6

S.BR.IV - 12 Jl. Prof Yamin 179.68 0.124 0.6

DimensiNama Jalan

Panjang

saluran (m)Slope saluran Kode Saluran

Page 50: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

50

Nama Jalan

Panjang

saluran

(m)

Slope

saluran

Luas Area

(ha)C

Panjang

lereng

Slope

lahan

To

(jam)

V

(m/dt)

Td

(jam)

Tc

(jam)

I

(mm/jam)Cs

Q

(m3/dt)

S.BR.II - 1 Jl. MT Haryono 508.89 0.016 A - 1 12.798 0.90 404.514 0.031 1.01 0.86 0.16 1.17 28.67 0.9347 0.8580

S.BR.II - 2 Jl. MT Haryono 386.38 0.019 A - 2 13.382 0.90 202.517 0.062 0.36 1.22 0.09 0.44 54.66 0.9100 1.6655

S.BR.II - 3 Jl. MT Haryono 497.98 0.019 A - 3 12.768 0.90 329.335 0.038 0.74 0.96 0.14 0.88 34.56 0.9245 1.0208

S.BR.II - 4 Jl. MT Haryono 733.29 0.051 A - 4 5.452 0.90 126.457 0.020 0.39 0.69 0.29 0.69 40.85 0.8236 0.4589

S.BR.II - 5 Jl. Sukarno Hatta 534.84 0.016 A - 8 6.953 0.90 130.374 0.077 0.21 1.36 0.11 0.31 68.76 0.8524 1.0195

S.BR.II - 6 Jl. Sukarno Hatta 370.04 0.068 A - 14 2.235 0.90 284.703 0.035 0.66 0.92 0.11 0.78 37.70 0.9330 0.1967

S.BR.II - 7 Jl.MDI.Panjaitan 931.98 0.013 A - 5 4.735 0.90 37.509 0.067 0.06 1.27 0.20 0.27 76.68 0.7240 0.6577

S.BR.II - 8 Jl.MDI.Panjaitan 562.65 0.021 A - 6 2.809 0.90 112.102 0.067 0.19 1.27 0.12 0.31 69.13 0.8357 0.4061

S.BR.II - 9 Jl.MDI.Panjaitan 338.25 0.000 A - 13 2.393 0.90 85.595 0.082 0.13 1.41 0.07 0.20 93.79 0.8555 0.4803

S.BR.II - 11 Jl.Bungur 631.45 0.010 A - 17 29.213 0.90 377.682 0.033 0.91 0.89 0.20 1.10 29.80 0.9184 2.0003

S.BR.II - 12 Jl.Bungur 418.83 0.004 A - 18 10.987 0.90 203.905 0.025 0.57 0.77 0.15 0.72 39.60 0.9051 0.9853

S.BR.II - 24 Jl. Panglima Sudirman 814.30 0.003 A - 33 2.458 0.90 227.999 0.055 0.43 1.15 0.20 0.62 43.67 0.8637 0.2319

S.BR.II - 26 Jl. J.A. Suprapto 365.30 0.002 A - 28 4.163 0.90 174.263 0.072 0.28 1.32 0.08 0.36 62.71 0.9037 0.5902

S.BR.II - 31 Jl. K.Ahmad Dahlan 365.30 0.000 A - 36 6.041 0.90 228.555 0.055 0.43 1.15 0.09 0.52 49.50 0.9212 0.6892

S.BR.II - 38 Jl. Martadinata 456.17 0.005 A - 51 7.655 0.90 200.282 0.062 0.35 1.23 0.10 0.45 53.90 0.8979 0.9271

S.BR.II - 39 Jl. Kol. Sugiono Gg II 633.18 0.049 A - 52 5.047 0.90 108.773 0.046 0.22 1.05 0.17 0.39 59.76 0.8233 0.6213

S.BR.II - 40 Jl. Kol. Sugiono 624.04 0.022 A - 53 8.481 0.90 215.685 0.058 0.39 1.18 0.15 0.54 48.10 0.8803 0.8985

S.BR.II - 41 Jl. Kol. Sugiono 320.43 0.094 A - 54 2.938 0.90 79.487 0.157 0.09 1.95 0.05 0.13 121.98 0.8538 0.7656

S.BR.II - 45 Jl. Lembayung 429.75 0.070 A - 55 3.430 0.90 174.802 0.072 0.29 1.32 0.09 0.38 61.03 0.8925 0.4674

S.BR.II - 46 Jl. Bayem 808.62 0.043 A - 56 5.987 0.90 162.217 0.077 0.26 1.37 0.16 0.42 56.74 0.8362 0.7108

S.BR.II - 47 Jl. Terong 488.25 0.072 A - 57 17.953 0.90 327.048 0.038 0.73 0.96 0.14 0.87 34.85 0.9252 1.4485

S.BR.II - 48 Jl. Kyai Parseh 603.64 0.021 A - 58 7.405 0.90 206.082 0.036 0.47 0.94 0.18 0.65 42.37 0.8793 0.6902

S.BR.II - 49 873.77 0.086 A - 59 10.864 0.90 853.631 0.088 1.26 1.46 0.17 1.43 25.12 0.9448 0.6452

S.BR.II - 50 620.43 0.060 A - 60 6.515 0.90 627.753 0.080 0.97 1.39 0.12 1.10 29.93 0.9464 0.4617

S.BR.II - 51 316.13 0.003 A - 61 3.897 0.90 338.127 0.052 0.65 1.13 0.08 0.72 39.46 0.9489 0.3651

Kode

Area

Kode Sal.

Sekunder

Tabel 5. Perhitungan Debit Limpasan Permukaan Metode Rasional Modifikasi DAS Brantas

A. Saluran Sekunder

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 51: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

51

Nama Jalan

Panjang

saluran

(m)

Slope

saluran

Luas Area

(ha)C

Panjang

lereng

Slope

lahan

To

(jam)

V

(m/dt)

Td

(jam)

Tc

(jam)

I

(mm/jam)Cs

Q

(m3/dt)

S.BR.III - 1 Jl. Kertosono 323.34 0.027 A - 7 15.604 0.90 334.165 0.037 0.76 0.95 0.09 0.85 35.47 0.9474 1.3120

S.BR.III - 2 Jl. Sumbersari 1409.35 0.014 A - 9 43.359 0.90 622.828 0.020 1.92 0.70 0.56 2.48 17.35 0.8984 1.6911

S.BR.III - 3 Jl. Veteran 1057.32 0.013 A - 10 31.776 0.90 738.439 0.017 2.48 0.64 0.46 2.94 15.51 0.9276 1.1435

S.BR.III - 4 Jl. Bandung 250.62 0.012 A - 11 3.653 0.90 365.2942 0.014 1.37 0.58 0.12 1.49 24.44 0.9609 0.2146

S.BR.III - 5 Jl. Banten 208.42 0.014 A - 12 2.094 0.90 90.622 0.055 0.17 1.16 0.05 0.22 87.65 0.8973 0.4119

S.BR.III - 8 Jl. B. Kumis Kucing 501.47 0.004 A - 15 5.096 0.90 361.037 0.035 0.85 0.92 0.15 1.00 31.81 0.9293 0.3770

S.BR.III - 9 Jl. Bungur 612.15 0.008 A - 16 29.932 0.90 435.794 0.029 1.13 0.83 0.20 1.33 26.33 0.9287 1.8309

S.BR.III - 11 Jl. Sukapura 319.88 0.023 A - 19 5.732 0.90 252.653 0.027 0.67 0.81 0.11 0.78 37.48 0.9343 0.5022

S.BR.III - 12 Jl. Sukapura 297.21 0.001 A - 20 4.924 0.90 166.750 0.028 0.43 0.83 0.10 0.53 48.37 0.9144 0.5449

S.BR.III - 13 Jl. Ters. Sukarpura 250.20 0.033 A - 23 3.429 0.90 161.732 0.047 0.33 1.07 0.07 0.39 59.53 0.9231 0.4715

S.BR.III - 14 Jl. Jaksa Agung S I 382.24 0.011 A - 21 4.151 0.90 108.851 0.023 0.31 0.75 0.14 0.46 53.68 0.8650 0.4823

S.BR.III - 15 Jl. Hasanudin 527.53 0.008 A - 22 4.828 0.90 97.748 0.128 0.12 1.76 0.08 0.20 92.19 0.8296 0.9238

S.BR.III - 16 Jl. Dr. Cipto 383.19 0.024 A - 24 5.071 0.90 142.192 0.018 0.47 0.65 0.16 0.63 43.21 0.8857 0.4855

S.BR.III - 17 Jl. Dr. Cipto 202.49 0.020 A - 25 4.857 0.90 212.689 0.047 0.43 1.07 0.05 0.48 51.80 0.9481 0.5967

S.BR.III - 18 Jl. Pattimura 722.77 0.007 A - 26 20.289 0.90 517.242 0.024 1.46 0.76 0.26 1.72 22.19 0.9290 1.0465

S.BR.III - 19 Jl. Urip Sumoharjo 189.03 0.026 A - 27 8.469 0.90 349.172 0.037 0.79 0.95 0.06 0.85 35.56 0.9684 0.7297

S.BR.III - 20 Jl. Pajajaran 291.05 0.027 A - 30 4.194 0.90 183.869 0.272 0.15 2.56 0.03 0.19 97.78 0.9218 0.9457

S.BR.III - 21 Jl. Kertanegara 249.53 0.002 A - 31 4.718 0.90 200.364 0.255 0.17 2.48 0.03 0.20 92.57 0.9352 1.0219

S.BR.III - 22 Jl. Gajah Mada 728.94 0.017 A - 29 4.375 0.90 292.690 0.043 0.62 1.02 0.20 0.82 36.37 0.8915 0.3549

S.BR.III - 23 Jl. Suropati - Tugu 381.31 0.024 A - 32 3.051 0.90 165.702 0.060 0.29 1.21 0.09 0.38 60.39 0.8972 0.4136

S.BR.III - 28 Jl. KH. Agus Salim 384.90 0.046 A - 39 8.014 0.90 193.646 0.065 0.33 1.25 0.09 0.42 56.85 0.9073 1.0343

S.BR.III - 32 298.49 0.025 A - 49 11.851 0.90 323.069 0.039 0.72 0.97 0.09 0.80 36.81 0.9494 1.0363

S.BR.III - 33 Jl. Halmahera 438.58 0.019 A - 46 10.453 0.90 313.222 0.023 0.90 0.75 0.16 1.07 30.50 0.9289 0.7411

S.BR.III - 37 Jl. Kebalen 471.12 0.017 A - 50 9.676 0.90 327.227 0.038 0.73 0.96 0.14 0.87 34.97 0.9273 0.7851

Kode Sal.

Tersier

Kode

Area

B. Saluran Tersier

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 52: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

52

Nama Jalan

Panjang

saluran

(m)

Slope

saluran

Luas Area

(ha)C

Panjang

lereng

Slope

lahan

To

(jam)

V

(m/dt)

Td

(jam)

Tc

(jam)

I

(mm/jam)Cs

Q

(m3/dt)

S.BR.IV - 1 Jl. Merdeka Timur 178.34 0.070 A - 34 2.301 0.90 124.683 0.080 0.19 1.39 0.04 0.23 85.26 0.9277 0.4554

S.BR.IV - 2 Jl. KH Zainal Arifin 304.64 0.039 A - 35 6.918 0.90 201.652 0.065 0.34 1.26 0.07 0.41 57.46 0.9245 0.9196

S.BR.IV - 3 Jl. Merdeka Timur 170.78 0.002 A - 37 4.484 0.90 220.697 0.057 0.41 1.17 0.04 0.45 54.52 0.9565 0.5850

S.BR.IV - 4 Jl. KH Zainal Arifin 168.38 0.044 A - 38 4.934 0.90 233.536 0.064 0.40 1.25 0.04 0.44 54.98 0.9591 0.6510

S.BR.IV - 5 Jl. Sutan Syahrir 104.36 0.053 A - 40 2.285 0.90 185.357 0.135 0.22 1.81 0.02 0.24 83.16 0.9672 0.4599

S.BR.IV - 6 Jl. Sutan Syahrir 138.66 0.016 A - 41 2.835 0.90 171.318 0.146 0.20 1.88 0.02 0.22 88.24 0.9548 0.5977

S.BR.IV - 7 Jl. Sersan Harun 122.71 0.019 A - 42 1.055 0.90 74.143 0.337 0.06 2.86 0.01 0.07 191.47 0.9191 0.4645

S.BR.IV - 8 Jl. Sersan Harun 139.68 0.043 A - 43 1.141 0.90 71.291 0.351 0.05 2.91 0.01 0.07 194.95 0.9083 0.5054

S.BR.IV - 9 Jl. Kopral Usman 102.47 0.006 A - 44 1.951 0.90 142.582 0.175 0.15 2.06 0.01 0.16 106.78 0.9593 0.5000

S.BR.IV - 10 Jl. Kopral Usman 157.76 0.056 A - 45 3.084 0.90 136.879 0.183 0.14 2.10 0.02 0.16 107.58 0.9392 0.7795

S.BR.IV - 11 Jl. Prof Yamin 229.03 0.030 A - 48 9.008 0.90 294.906 0.042 0.63 1.01 0.06 0.69 40.79 0.9564 0.8793

S.BR.IV - 12 Jl. Prof Yamin 179.68 0.124 A - 47 4.508 0.90 205.440 0.061 0.36 1.21 0.04 0.41 58.11 0.9517 0.6238

Kode Sal.

Kuarter

Kode

Area

C. Saluran Kuarter

Keterangan :

Page 53: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

53

Kode Saluran :

S.BR.II = Saluran Sekunder

S.BR.III = Saluran Tersier

S.BR.IV = Saluran Kuarter

Panjang Saluran : Dari pengukuran peta

kontur

Slope saluran (S) : Dari pengukuran peta

kontur

C : Koefisien Pengaliran

Panjang lereng : Dari pengukuran peta

kontur

Slope lahan : Dari pengukuran peta kontur

To = overland flow time :

S

nxLxx 28,3

3

2 /60

(jam)

V = 4.918 . S0.5 : Kecepatan

rerata

Td = Drain flow time = V

Ls

60/60

(jam)

Tc = To + Td (jam)

Intensitas Hujan =

32

24 24

24

tc

RI

Cs = koefisien tampungan =

TdTc

Tc

2

2

Q = Cs. C. I. A

Page 54: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

54

Kode

Saluran

No.

SalNama Jalan

Panjang

saluran (m)

Slope

saluran

Q tiapsaluran

(m3/dt)Beban Total saluran

Qtotal saluran

(m3/dt)

S.BR.II - 1 Jl. MT Haryono 508.89 0.016 0.735 S.BR.II-1 0.735S.BR.II - 2 Jl. MT Haryono 386.38 0.019 1.200 S.BR.II-1+ S.BR.II-2 1.935S.BR.II - 3 Jl. MT Haryono 497.98 0.019 0.831 S.BR.II-2+S.BR.II-3 2.766S.BR.II - 4 Jl. MT Haryono 733.29 0.051 0.363 S.BR.II-3+S.BR.II-4 3.128S.BR.II - 5 Jl. Sukarno Hatta 534.84 0.016 0.604 S.BR.II-5 0.604S.BR.II - 6 Jl. Sukarno Hatta 370.04 0.068 0.165 S.BR.II-6 0.165S.BR.II - 7 Jl. M.Panjaitan 931.98 0.013 0.325 S.BR.II-7 0.325S.BR.II - 8 Jl. M.Panjaitan 562.65 0.021 0.241 S.BR.II-7+S.BR.II-8 0.566S.BR.II - 9 Jl. M.Panjaitan 338.25 0.000 0.282 S.BR.II-9+S.BR.II-8+S.BR.III-6 4.766S.BR.II - 10 376.87 0.000 S.BR.III-8 0.314S.BR.II - 11 Jl. Letjen Sutoyo 631.45 0.010 1.641 S.BR.II-11 1.641S.BR.II - 12 Jl. Letjen Sutoyo 418.83 0.004 0.827 S.BR.II-11+S.BR.II-12 2.468S.BR.II - 13 Jl. J.A. Suprapto 233.63 0.023 S.BR.II-13+S.BR.II-12 2.468S.BR.II - 14 Jl. J.A. Suprapto 209.92 0.002 S.BR.II-14 + S.BR.III-12 0.892S.BR.II - 15 Jl. J.A. Suprapto 429.44 0.022 S.BR.II-15 + S.BR.II-14 + S.BR.III-14 1.279S.BR.II - 16 Jl. J.A. Suprapto 231.36 0.010 S.BR.II-16 + S.BR.III-15 + S.BR.II-15 1.731S.BR.II - 17 Jl. Dr. Wahidin 257.84 0.003 S.BR.III-13 + S.BR.II-17 0.369S.BR.II - 18 Jl. Cokroaminoto 453.73 0.019 S.BR.III-16 + S.BR.II-17 0.789S.BR.II - 19 Jl. Trunojoyo 237.00 0.023 S.BR.III-19 + S.BR.II-18 1.705S.BR.II - 20 Jl. Trunojoyo 201.95 0.011 S.BR.III-26 + S.BR.II-22 2.222S.BR.II - 21 Jl. Trunojoyo 249.22 0.001 S.BR.III-21+S.BR.II-20 2.831S.BR.II - 22 Jl. Trunojoyo 152.71 0.002 S.BR.II-21 + S.BR.III-22 3.120S.BR.II - 23 Jl. Panglima Sudirman 472.09 0.020 S.BR.II-23 + S.BR.III-17 0.501S.BR.II - 24 Jl. Panglima Sudirman 814.30 0.003 0.153 S.BR.II-24 + S.BR.III-19 1.319S.BR.II - 25 Jl. Panglima Sudirman 194.03 0.062 S.BR.II-22 + S.BR.II-24 4.439S.BR.II - 26 Jl. Rumah Sakit 365.30 0.002 0.405 S.BR.II-26 0.405S.BR.II - 27 Jl. Urip Sumoharjo 243.36 0.009 S.BR.II-27 0.405S.BR.II - 28 Jl. KH. Agus Salim 297.70 0.020 S.BR.II-28+S.BR.IV-1+S.BR.IV-3 0.824S.BR.II - 29 Jl. KH. Ahmad Dahlan 263.83 0.050 S.BR.II-28+S.BR.II-29+S.BR.IV-4 1.370S.BR.II - 30 Jl. Gatot Subroto 240.55 0.000 S.BR.II-30+S.BR.III-24 0.684S.BR.II - 31 Jl. Mangunsarkoro 365.30 0.000 0.524 S.BR.II-31 0.524S.BR.II - 32 Jl. Mangunsarkoro 119.31 0.047 S.BR.II-31+ S.BR.II-32 0.524S.BR.II - 33 Jl. Gatot Subroto 212.29 0.025 S.BR.II-29+S.BR.II-30+S.BR.II-33 2.054S.BR.II - 34 Jl. Muharto 189.09 0.048 S.BR.II-34+S.BR.III-28 0.733S.BR.II - 35 Jl. Gatot Subroto 239.36 0.010 S.BR.II-33+S.BR.II-35+S.BR.III-27 3.026S.BR.II - 36 Jl. Martadinata 498.60 0.024 S.BR.II-35+S.BR.III-3+S.BR.IV-12 1.704S.BR.II - 37 124.70 0.109 S.BR.II-37+S.BR.III-37+S.BR.III-36 1.536S.BR.II - 38 Jl. Kol. Sugiono 456.17 0.005 0.645 S.BR.II-38+ S.BR.II-36+S.BR.III-35 3.122S.BR.II - 39 Jl. Kol. Sugiono Gg II 633.18 0.049 0.397 S.BR.II-39 0.397S.BR.II - 40 Jl. Kol. Sugiono 624.04 0.022 0.608 S.BR.II-40+ S.BR.II-38 3.730S.BR.II - 41 Jl. Kol. Sugiono 320.43 0.094 0.376 S.BR.II-41 0.376S.BR.II - 42 1648.62 0.003 S.BR.II-42 0.376S.BR.II - 43 553.19 0.045 S.BR.II-43 0.376S.BR.II - 44 564.59 0.044 S.BR.II-44 0.376S.BR.II - 45 Jl. Lembayung 429.75 0.070 0.311 S.BR.II-45 0.311S.BR.II - 46 Jl. Bayem 808.62 0.043 0.406 S.BR.II-46 0.406S.BR.II - 47 Jl. Terong 488.25 0.072 1.179 S.BR.II-47 1.179S.BR.II - 48 Jl. Kyai Parseh 603.64 0.021 0.515 S.BR.II-48 0.515S.BR.II - 49 873.77 0.086 0.491 S.BR.II-49 0.491S.BR.II - 50 620.43 0.060 0.359 S.BR.II-50 0.359S.BR.II - 51 316.13 0.003 0.303 S.BR.II-51 0.303S.BR.II - 52 768.43 0.010 S.BR.II-51 0.303

Tabel 6. Perhitungan Debit Total Pada Tiap Saluran DAS Brantas

A. Saluran Sekunder

Sumber : Hasil perhitungan

Page 55: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

55

Kode

Saluran

No.

SalNama Jalan

Panjang

saluran (m)

Slope

saluran

Q tiapsaluran

(m3/dt)Beban Total saluran

Qtotal saluran

(m3/dt)

S.BR.III - 1 Jl. Kertosono 323.34 0.027 1.130 S.BR.III-1 1.130S.BR.III - 2 Jl. Sumbersari 1409.35 0.014 1.452 S.BR.III-1 + S.BR.III-2 2.582S.BR.III - 3 Jl. Veteran 1057.32 0.013 1.042 S.BR.III-2 + S.BR.III-3 3.625S.BR.III - 4 Jl. Bogor 250.62 0.012 0.207 S.BR.III-4 0.207S.BR.III - 5 Jl. Banten 208.42 0.014 0.294 S.BR.III-5 0.294S.BR.III - 6 50.91 0.000 S.BR.III-4 + S.BR.III-5 3.918S.BR.III - 7 Jl. Bandung 362.87 0.019 S.BR.III -3 + S.BR.III-7 0.294S.BR.III - 8 Jl. B. Kumis Kucing 501.47 0.004 0.314 S.BR.III-8 0.314S.BR.III - 9 Jl. Bungur 612.15 0.008 1.565 S.BR.III-9 1.565S.BR.III - 10 Jl. Sarangan 697.52 0.015 S.BR.III-9 1.565S.BR.III - 11 Jl. Sukapura 319.88 0.023 0.437 S.BR.III-11 0.437S.BR.III - 12 Jl. Sukapura 297.21 0.001 0.455 S.BR.III-11 + S.BR.III-12 0.892S.BR.III - 13 Jl. Ters. Sukarpura 250.20 0.033 0.369 S.BR.III-13 0.369S.BR.III - 14 Jl. Jaksa Agung S I 382.24 0.011 0.387 S.BR.III-14 0.387S.BR.III - 15 Jl. Hasanudin 527.53 0.008 0.452 S.BR.III-15 0.452S.BR.III - 16 Jl. Dr. Cipto 383.19 0.024 0.420 S.BR.III-16 0.420S.BR.III - 17 Jl. Dr. Cipto 202.49 0.020 0.501 S.BR.III-17 0.501S.BR.III - 18 Jl. Pattimura 722.77 0.007 0.915 S.BR.III-18 0.915S.BR.III - 19 Jl. Pattimura 189.03 0.026 0.664 S.BR.III-19 0.664S.BR.III - 20 Jl. Pajajaran 291.05 0.027 0.518 S.BR.III-20 0.518S.BR.III - 21 Jl. Kertanegara 249.53 0.002 0.609 S.BR.III-21 0.609S.BR.III - 22 Jl. Gajah Mada 728.94 0.017 0.263 S.BR.III-22 0.263S.BR.III - 23 Jl. Suropati 381.31 0.024 0.289 S.BR.III-23 0.289S.BR.III - 24 Jl. Aris Munandar 292.78 0.018 S.BR.III-24 0.684S.BR.III - 25 Jl. Pasar Besar 236.73 0.047 S.BR.IV-5 0.367S.BR.III - 26 Jl. Pasar Besar 96.45 0.046 S.BR.III-26+S.BR.IV-7 0.605S.BR.III - 27 Jl. Pasar Besar 185.48 0.049 S.BR.III-26+S.BR.IV-9 0.972S.BR.III - 28 Jl. KH. Agus Salim 384.90 0.046 0.733 S.BR.III-28 0.733S.BR.III - 29 Jl. Kapt. Tendean 206.22 0.056 S.BR.IV-6 0.440S.BR.III - 30 Jl. Kyai Tamin 92.48 0.047 S.BR.III-29+S.BR.IV-8 0.683S.BR.III - 31 Jl. Kyai Tamin 194.42 0.017 S.BR.III-30+S.BR.IV-10 1.191S.BR.III - 32 298.49 0.025 0.894 S.BR.III-32 0.894S.BR.III - 33 Jl. Halmahera 438.58 0.019 0.652 S.BR.III-33 0.652S.BR.III - 34 Jl. Irian Jaya 256.05 0.006 S.BR.III-33 0.652S.BR.III - 35 Jl. Sartono 363.24 0.014 S.BR.III-34+S.BR.IV-11 1.417S.BR.III - 36 Jl. Kebalen Wetan 140.25 0.010 S.BR.III-32 0.894S.BR.III - 37 Jl. Kebalen 471.12 0.017 0.642 S.BR.III-37 0.642

Kode

Saluran

No.

SalNama Jalan

Panjang

saluran (m)

Slope

saluran

Q tiapsaluran

(m3/dt)Beban Total saluran

Qtotal saluran

(m3/dt)

S.BR.IV - 1 Jl. Merdeka Timur 178.34 0.070 0.330 S.BR.IV-1 0.330S.BR.IV - 2 Jl. KH Zainal Arifin 304.64 0.039 0.684 S.BR.IV-2 0.684S.BR.IV - 3 Jl. Merdeka Timur 170.78 0.002 0.493 S.BR.IV-3 0.493S.BR.IV - 4 Jl. KH Zainal Arifin 168.38 0.044 0.546 S.BR.IV-4 0.546S.BR.IV - 5 Jl. Sutan Syahrir 104.36 0.053 0.367 S.BR.IV-5 0.367S.BR.IV - 6 Jl. Sutan Syahrir 138.66 0.016 0.440 S.BR.IV-6 0.440S.BR.IV - 7 Jl. Sersan Harun 122.71 0.019 0.238 S.BR.IV-7 0.238S.BR.IV - 8 Jl. Sersan Harun 139.68 0.043 0.243 S.BR.IV-8 0.243S.BR.IV - 9 Jl. Kopral Usman 102.47 0.006 0.367 S.BR.IV-9 0.367S.BR.IV - 10 Jl. Kopral Usman 157.76 0.056 0.508 S.BR.IV-10 0.508S.BR.IV - 11 Jl. Prof Yamin 229.03 0.030 0.765 S.BR.IV-11 0.765S.BR.IV - 12 Jl. Prof Yamin 179.68 0.124 0.513 S.BR.IV-12 0.513

B. Saluran Tersier

Sumber : Hasil Perhitungan

C. Saluran Kuarter

Page 56: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

56

Tabel 7. Analisa Kapasitas dan Evaluasi Saluran Drainase Eksisting DAS Brantas

b1 b2 h d Kondisi:

(m) (m) (m) (m) (m2) (m

2) m (m/dt) (m

3/dt) (m

3/dt) (m

3/dt)

Jl. UripSumoharjo terbuka Segiempat Plesteran 0.015 0.50 0.75 0.375 2.000 0.188 0.0260 3.52 1.32 1.585 0.664 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. UripSumoharjo terbuka Segiempat Plesteran 0.015 0.50 0.50 0.250 1.500 0.167 0.0260 3.26 0.81 0.977 0.664 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Pajajaran kiri terbuka Segiempat Plesteran 0.015 0.50 0.75 0.375 2.000 0.188 0.0265 3.56 1.33 1.601 0.518 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Pajajaran kanan terbuka Trapesium Plesteran 0.015 0.25 0.30 0.13 0.50 0.156 1.258 0.124 0.0265 2.70 0.42 0.507 0.518 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Kertanegara - kiri terbuka Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.30 0.60 0.13 1.00 0.425 2.316 0.184 0.0020 0.58 0.25 0.295 0.609 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Kertanegara - sudetan terbuka Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.75 1.00 0.25 0.75 0.703 2.296 0.306 0.0020 0.81 0.57 0.686 0.609 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Merdeka Selatan terbuka Segiempat Plesteran 0.015 0.30 0.50 0.150 1.300 0.115 0.0698 4.17 0.63 0.751 0.330 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Gajayana terbuka Segiempat Plesteran 0.015 1.20 1.00 1.200 3.200 0.375 0.0467 7.49 8.99 10.785 0.367 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Mt. Haryono kiri terbuka Trapesium Plesteran 0.015 0.50 0.75 0.50 0.60 0.480 1.842 0.261 0.0191 3.76 1.81 2.167 1.935 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Mayjen Panjaitan tertutup Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.50 0.25 0.60 0.390 1.737 0.225 0.0052 1.07 0.42 0.499 0.325 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Banten tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.40 0.314 0.629 0.500 0.004 1.59 0.50 0.601 0.566 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Bogor tertutup Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.80 0.20 0.70 0.658 2.228 0.295 0.0061 1.39 0.91 1.094 0.207 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Brigjen S.Riyadi tertutup Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.50 0.25 0.60 0.390 1.737 0.225 0.0021 0.68 0.26 0.317 0.367 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Aris Munandar tertutup Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.75 0.70 0.525 2.150 0.244 0.0014 0.58 0.31 0.368 0.684 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Cokroaminoto tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.45 0.354 0.707 0.500 0.0034 1.47 0.52 0.623 0.789 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Dr Cipto terbuka Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.80 0.40 0.320 1.600 0.200 0.0047 0.94 0.30 0.360 0.420 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Dr Cipto terbuka Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.80 0.60 0.480 2.000 0.240 0.0087 1.44 0.69 0.830 0.501 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Dr wahidin terbuka Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.50 0.25 0.50 0.313 1.531 0.204 0.0044 0.92 0.29 0.345 0.369 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Gajahmada tertutup Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.60 0.60 0.360 1.800 0.200 0.0057 1.03 0.37 0.446 0.263 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Gatot Subroto tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.60 0.471 0.943 0.500 0.0022 1.18 0.56 0.669 0.684 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Gatot Subroto tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.60 0.471 0.943 0.500 0.0012 0.87 0.41 0.494 2.054 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Hasanudin terbuka Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.40 0.20 0.50 0.250 1.420 0.176 0.0088 1.18 0.29 0.354 0.452 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. JA. Suprapto tertutup Segiempat Pas.Batukali 0.025 2.00 1.20 2.400 4.400 0.545 0.0019 1.16 2.79 3.352 0.892 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. JA. Suprapto terbuka Trapesium Pas.Batukali 0.025 2.00 0.50 1.000 3.000 0.333 0.0018 0.82 0.82 0.979 1.279 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. JA. Suprapto tertutup Segiempat Pas.Batukali 0.025 2.00 1.20 2.400 4.400 0.545 0.0102 2.70 6.47 7.767 4.766 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. JA. Suprapto I terbuka Segiempat Pas.Batukali 0.025 1.40 1.20 1.680 3.800 0.442 0.0048 1.61 2.70 3.242 0.387 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. KH Agus Salim tertutup Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.60 0.60 0.360 1.800 0.200 0.0007 0.36 0.13 0.156 0.824 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. KH.A.Dahlan tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 1.00 0.786 1.571 0.500 0.0011 0.84 0.66 0.788 1.370 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Kyai Tamin tertutup Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.50 0.60 0.300 1.700 0.176 0.006 0.97 0.29 0.351 0.440 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Kyai Tamin tertutup Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.50 0.60 0.300 1.700 0.176 0.0238 1.94 0.58 0.699 0.683 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Kyai Tamin tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.70 0.550 1.100 0.500 0.0238 3.89 2.14 2.566 1.191 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Martadinata tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.70 0.550 1.100 0.500 0.0037 1.53 0.84 1.012 3.026 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Martadinata tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.70 0.550 1.100 0.500 0.0036 1.51 0.83 0.998 0.765 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Mayjen Panjaitan tertutup Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.50 0.25 0.60 0.390 1.737 0.225 0.0038 0.91 0.36 0.426 0.566 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Mayjen Panjaitan tertutup Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.50 0.25 0.60 0.390 1.737 0.225 0.0084 1.35 0.53 0.634 4.766 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Merdeka Timur terbuka Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.30 0.30 0.090 0.900 0.100 0.0021 0.39 0.04 0.043 0.330 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Panglima Sudirman terbuka Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.80 0.60 0.480 2.000 0.240 0.0052 1.11 0.53 0.642 0.501 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Panglima Sudirman terbuka Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.80 0.70 0.560 2.200 0.255 0.0029 0.87 0.48 0.581 1.319 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Panglima Sudirman terbuka Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.80 0.70 0.560 2.200 0.255 0.0145 1.93 1.08 1.300 4.439 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

A P RS

VKapasitas

SaluranNama Jalan Tipe konstruksi nDimensi

mTipe Saluran

Q desain QpKeterangan

Page 57: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

57

Sumber : Hasil Perhitungan

b1 b2 h d Kondisi:

(m) (m) (m) (m) (m2) (m

2) m (m/dt) (m

3/dt) (m

3/dt) (m

3/dt)

Jl. Pasar Besar tertutup lingkaran Plesteran 0.015 1.00 0.786 1.571 0.500 0.0073 3.59 2.82 3.383 0.367 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Pasar Besar tertutup lingkaran Plesteran 0.015 1.00 0.786 1.571 0.500 0.0073 3.59 2.82 3.383 0.605 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Pasar Besar tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 1.00 0.786 1.571 0.500 0.0073 2.15 1.69 2.030 0.972 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Pattimura terbuka Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.40 0.40 0.160 1.200 0.133 0.0043 0.68 0.11 0.131 0.915 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Prof. Yamin tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.60 0.471 0.943 0.500 0.0037 1.53 0.72 0.867 0.513 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Sartono terbuka Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.60 0.70 0.420 2.000 0.210 0.0037 0.86 0.36 0.433 1.417 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Sersan Harun tertutup lingkaran Plesteran 0.015 0.60 0.471 0.943 0.500 0.0065 3.39 1.60 1.915 0.238 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Sersan Harun tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.60 0.471 0.943 0.500 0.0088 2.36 1.11 1.337 0.243 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Sukapura terbuka Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.40 0.20 0.50 0.250 1.420 0.176 0.0039 0.78 0.20 0.235 0.892 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Sutan Syahrir tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.50 0.393 0.786 0.500 0.0065 2.03 0.80 0.958 0.367 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Sutan Syahrir tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.50 0.393 0.786 0.500 0.005 1.78 0.70 0.840 0.440 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Tendean tertutup Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.50 0.40 0.200 1.300 0.154 0.0121 1.26 0.25 0.303 2.054 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Terusan Sekarpura terbuka Trapesium Pas.Batukali 0.025 0.50 0.25 0.50 0.313 1.531 0.204 0.004 0.88 0.27 0.329 0.369 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Jl. Zaenal Arifin tertutup lingkaran Pas.Batukali 0.025 0.60 0.471 0.943 0.500 0.0017 1.04 0.49 0.588 0.546 Memenuhi Dimensi tetap

Jl. Zaenal Arifin tertutup Segiempat Pas.Batukali 0.025 0.70 0.60 0.420 1.900 0.221 0.001 0.46 0.19 0.233 0.684 Tidak memenuhi Perlu perbaikan

Nama Jalan Tipe Saluran Tipe konstruksi n

Kapasitas

Saluran

DimensiA P R

mS

V QpQ desainKeterangan

Page 58: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

58

Keterangan :

B1 = Dasar Saluran

m = kemiringan talud

h = tinggi saluran

d = diameter saluran (Lingkaran)

Luas Penampang - Trapesium : A = (b+mh)h - Segiempat : A = b. h

Perimeter - Trapesium : P =

b+2h 221 m

- Segiempat : P = b+2h

R = A/P

V = 1/n . R2/3. S0.5

Q saluran = V. A (Kapasitas Saluran)

Q desain = 1.2. Qsaluran

Jika Q desain > Kapasitas Saluran eksisting Memenuhi

Jika Q desain < Kapasita Saluran eksisitng Tidak memenuhi , maka

saluran perlu perbaikan.

Page 59: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

59

B1 B2 d h

S.S.II - 2 Jl. Ijen 500.00 0.01000 0.5 0.7 0.8

S.S.II - 3 Jl. TGP 213.00 0.01600 0.4

S.S.II - 4 Jl. Guntur (ki) 562.00 0.01600 0.45 0.7 1.14

S.S.II - 5 Jl. Besar Ijen (ki) 400.00 0.00980 0.5 0.7 0.8

S.S.II - 6 Jl. Buring (ki) 735.00 0.03230 0.35 0.35 0.5

S.S.II - 8 Jl. Semeru (ki) 830.00 0.01430 0.4 0.4 0.4

S.S.II - 9 Jl. Besar Ijen 2 (ki) 414.11 0.01430 0.8 0.8 1

S.S.II - 10 Jl. Kawi (ka) 680.00 0.02170 0.28 0.28 0.45

S.S.II - 11 Jl. Kawi 680.00 0.03607 0.3 0.3 0.45

S.S.II - 12 Jl. IR. Rais 802.00 0.02100 0.35 0.53 0.5

S.S.II - 13 Jl. IR. Rais 105.00 0.02100 0.73 0.73 1.04

S.S.II - 14 Jl. B. Katamso (ka) 315.00 0.00900 0.35 0.53 0.5

S.S.II - 15 Jl. Ade Irma Suryani (ka) 205.00 0.00150 0.25 0.6 0.73

S.S.II - 16 Jl. Arif Margono (ka) 146.00 0.02100 0.6 0.6 0.5

S.S.II - 17 Jl. Arif Margono (ki) 110.00 0.02100 0.7 0.7 0.96

S.S.II - 18 Jl. Arif Margono 146.00 0.00150

S.S.II - 19 Jl. Sutan Sahrir 233.00 0.00160 0.5

S.S.II - 20 Jl. Halmahera 979.00 0.00500 0.7 0.8 0.9

S.S.II - 21 Jl. Tanimbar (ki) 398.00 0.00230 0.3

S.S.II - 23 Jl. Ters. Halmahera 979.00 0.00500

S.S.II - 24 Jl. Nusa Barung 147.00 0.00310 1.2 1.43 1.5

S.S.II - 25 Jl. Nusa Barung 2 315.00 0.00310 1.2 1.43 1.5

S.S.II - 31 Jl. Sonokeling 225.00 0.00400 0.8

S.S.II - 32 Jl. Janti utara 835.00 0.05330 0.5 0.6 0.6

S.S.II - 33 Jl. Janti selatan (ki) 135.00 0.09500 0.3

S.S.II - 34 Jl. IR. Rais/Jl. Pucang 802.00 0.02100

S.S.II - 35 Jl. S. Supriadi 1 305.01 0.01700 0.3 0.55 0.68

S.S.II - 36 Jl. S. Supriadi 2 158.28 0.01700 0.3 0.55 0.68

S.S.II - 37 Jl. S. Supriadi 3 94.00 0.01650 0.3 0.55 0.68

S.S.II - 38 Jl. S. Supriadi 4 512.00 0.00200 0.3 0.55 0.68

Slope saluran Dimensi

Kode Saluran Nama JalanPanjang

saluran (m)

Tabel 8. Klasifikasi Saluran Drainase Sub DAS Sukun

A. Saluran Sekunder

Page 60: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

60

B1 B2 d h

S.S.III - 1 Jl. Jakarta (ka) 841.00 0.0100

S.S.III - 6 Jl. Surabaya 365.00 0.0247 0.4 0.4 0.5

S.S.III - 7 Jl. Pahlawan trip 475.39 0.0010 0.8 0.94 0.7

S.S.III - 8 Jl. Galunggung 173.88 0.0023 0.3 0.3 0.3

S.S.III - 9 Jl. Retawu 400.00 0.0038 0.4

S.S.III - 10 Jl. Galunggung 173.88 0.0023 0.3 0.3 0.3

S.S.III - 11 Jl. Wilis 270.00 0.0084 0.7 0.7 0.6

S.S.III - 12 Jl. Wilis 200.00 0.0084 0.41 0.61 0.61

S.S.III - 13 Jl. Ters. Kawi 218.00 0.0017 0.8 1.2 0.8

S.S.III - 14 Jl. Kawi atas 358.00 0.0015 0.5

S.S.III - 15 Jl. Raya Dieng 266.45 0.0023

S.S.III - 16 Jl. Kedondong (ka) 270.00 0.0183 0.2 0.75 0.75

S.S.III - 17 Jl. Raya Langsep (ki) 175.00 0.0183 0.4 0.5 0.4

S.S.III - 18 Jl. Raya Langsep 175.00 0.0183 0.4 0.5 0.4

S.S.III - 19 Jl. Bareng raya (ka) 505.00 0.0407 0.7 0.7 0.6

S.S.III - 20 Jl. Bareng raya (ki) 505.00 0.0407 0.7 0.7 0.6

S.S.III - 21 Jl. AR. Hakim 130.00 0.0023

S.S.III - 22 Jl. Kauman 60.00 0.0016 0.3 0.4 0.4

S.S.III - 23 Jl. Hasyim Ashari 1 370.21 0.0123 0.4 0.4 0.5

S.S.III - 24 Jl. Hasyim Ashari 2 190.00 0.0123 0.4 0.4 0.5

S.S.III - 25 Jl. Yulius Usman 167.00 0.0070 0.6 0.6 0.5

S.S.III - 26 Jl. Yulius Usman 167.00 0.0070 0.65 0.65 0.5

S.S.III - 27 Jl.Nusakambangan 3 92.00 0.0059 0.3 1 0.4

S.S.III - 28 Jl. Nusakambangan 1 294.00 0.0059 0.55 0.55 0.5

S.S.III - 29 Jl. Sulawesi(ka) 210.00 0.0038 0.6 0.9 1.2

S.S.III - 30 Jl. Andalas Tengah 256.00 0.0062 1.1 1.35 1

S.S.III - 31 Jl. Rajawali 175.00 0.0110 0.4 0.4 0.5

S.S.III - 32 Jl. S.Supriyadi gg. 2 339.02 0.0120 0.3 0.3 0.3

Slope saluran Dimensi

Kode Saluran Nama JalanPanjang

saluran (m)

B. Saluran Tersier

Page 61: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

61

Nama JalanPanjang

saluran (m)

Slope

saluran

Luas Area

(m2)C

V

(m/dt)

Tc

(jam)

Q

(m3/dt)

S.S.II - 2 Jl. Ijen 500.00 0.0100 69015.632 0.9 1.472 13.748 0.698

S.S.II - 3 Jl. TGP 213.00 0.0160 5757.569 0.9 0.251 5.947 0.73

S.S.II - 4 Jl. Guntur (ki) 562.00 0.0000 13253.163 0.9 1.321 16.805 0.866

S.S.II - 5 Jl. Besar Ijen (ki) 400.00 0.0098 67031.985 0.9 1.453 11.691 0.698

S.S.II - 6 Jl. Buring (ki) 735.00 0.0323 53142.090 0.9 1.842 11.772 0.322

S.S.II - 8 Jl. Semeru (ki) 830.00 0.0143 67031.985 0.9 1.25 17.682 0.2

S.S.II - 9 Jl. Besar Ijen 2 (ki) 414.11 0.0143 14839.546 0.9 1.757 10.375 1.657

S.S.II - 10 Jl. Kawi (ka) 680.00 0.0217 182758.000 0.9 1.372 12.936 0.123

S.S.II - 11 Jl. Kawi 680.00 0.0361 88770.000 0.9 1.268 12.936 0.157

S.S.II - 12 Jl. IR. Rais 802.00 0.0210 112386.484 0.9 1.675 14.866 0.369

S.S.II - 13 Jl. IR. Rais 105.00 0.0210 2594.305 0.9 1.675 3.107 1.839

S.S.II - 14 Jl. B. Katamso (ka) 315.00 0.0090 22487.423 0.9 1.097 10.031 0.241

S.S.II - 15 Jl. Ade Irma Suryani (ka) 205.00 0.0015 8438.364 0.9 0.506 14.364 0.157

S.S.II - 16 Jl. Arif Margono (ka) 146.00 0.0210 8486.364 0.9 1.899 4.004 0.57

S.S.II - 17 Jl. Arif Margono (ki) 110.00 0.0210 2192.182 0.9 2.34 3.22 0.924

S.S.II - 18 Jl. Arif Margono 146.00 0.0015 8438.364 0.9 0.506 14.364 1.088

S.S.II - 19 Jl. Sutan Sahrir 233.00 0.0016 9400.796 0.9 1.612 15.372 0.368

S.S.II - 20 Jl. Halmahera 979.00 0.0050 72929.909 0.9 1.178 30.119 0.634

S.S.II - 21 Jl. Tanimbar (ki) 398.00 0.0023 24609.835 0.9 0.442 20.481 0.06

S.S.II - 23 Jl. Ters. Halmahera 979.00 0.0050 72929.909 0.9 1.178 30.119 0.795

S.S.II - 24 Jl. Nusa Barung 147.00 0.0031 25225.949 0.9 1.343 8.382 1.03S.S.II - 25 Jl. Nusa Barung 2 315.00 0.0031 19508.655 0.9 1.343 15.074 3.09

S.S.II - 31 Jl. Sonokeling 225.00 0.0040 8410.698 0.9 0.998 10.578 0.519

S.S.II - 32 Jl. Janti utara 835.00 0.0533 126906.728 0.9 3.239 10.711 1.549

S.S.II - 33 Jl. Janti selatan (ki) 135.00 0.0950 2551.805 0.9 12.329 2.108 1.742

S.S.II - 34 Jl. IR. Rais/Jl. Pucang 802.00 0.0210 46938.535 0.9 2.423 14.866 1.324

S.S.II - 35 Jl. S. Supriadi 1 305.01 0.0170 3990.714 0.9 1.78 7.66 0.446

S.S.II - 36 Jl. S. Supriadi 2 158.28 0.0170 2449.070 0.9 1.78 4.662 0.155

S.S.II - 37 Jl. S. Supriadi 3 94.00 0.0165 2992.559 0.9 1.545 3.13 1.355

S.S.II - 38 Jl. S. Supriadi 4 512.00 0.0020 29142.688 0.9 0.538 26.018 0.924S.S.III - 1 Jl. Jakarta (ka) 841.00 0.0100 93591.635 0.9 1.258 20.518 0.441

S.S.III - 6 Jl. Surabaya 365.00 0.0247 47691.323 0.9 1.717 7.621 0.343

S.S.III - 7 Jl. Pahlawan trip 475.39 0.0010 40576.829 0.9 0.533 32.089 0.324

S.S.III - 8 Jl. Galunggung 173.88 0.0023 9681.670 0.9 0.409 10.825 0.037

S.S.III - 9 Jl. Retawu 400.00 0.0038 40576.829 0.9 2.449 16.89 0.615

S.S.III - 10 Jl. Galunggung 173.88 0.0023 9681.670 0.9 0.409 10.825 0.037

S.S.III - 11 Jl. Wilis 270.00 0.0084 18719.410 0.9 1.338 9.159 0.562

S.S.III - 12 Jl. Wilis 200.00 0.0084 17038.040 0.9 1.182 7.269 0.368

S.S.III - 13 Jl. Ters. Kawi 218.00 0.0017 17038.040 0.9 0.743 14.462 0.608

S.S.III - 14 Jl. Kawi atas 358.00 0.0015 17038.040 0.9 1.549 22.066 0.594

S.S.III - 15 Jl. Raya Dieng 266.45 0.0023 12083.976 0.9 0.929 14.828 1.437

S.S.III - 16 Jl. Kedondong (ka) 270.00 0.0183 9585.409 0.9 1.644 6.774 0.586

S.S.III - 17 Jl. Raya Langsep (ki) 175.00 0.0183 1940.568 0.9 1.508 4.851 0.271

S.S.III - 18 Jl. Raya Langsep 175.00 0.0183 1940.568 0.9 1.508 4.851 0.271

S.S.III - 19 Jl. Bareng raya (ka) 505.00 0.0407 14587.160 0.9 2.949 8.073 1.239

S.S.III - 20 Jl. Bareng raya (ki) 505.00 0.0407 15993.855 0.9 2.949 8.073 1.239

S.S.III - 21 Jl. AR. Hakim 130.00 0.0023 3891.316 0.9 1.879 8.563 2.979

S.S.III - 22 Jl. Kauman 60.00 0.0016 2118.230 0.9 1.245 2.264 0.174

S.S.III - 23 Jl. Hasyim Ashari 1 370.21 0.0123 22487.423 0.9 1.212 10.072 0.343

S.S.III - 24 Jl. Hasyim Ashari 2 190.00 0.0123 9078.845 0.9 1.212 6.026 0.242

S.S.III - 25 Jl. Yulius Usman 167.00 0.0070 5155.124 0.9 1.096 6.779 0.329

S.S.III - 26 Jl. Yulius Usman 167.00 0.0070 5852.618 0.9 1.133 6.779 0.368

S.S.III - 27 Jl.Nusakambangan 3 92.00 0.0059 2381.876 0.9 0.63 4.582 0.164

S.S.III - 28 Jl. Nusakambangan 1 294.00 0.0059 10482.564 0.9 0.63 11.21 0.266

S.S.III - 29 Jl. Sulawesi(ka) 210.00 0.0038 12631.406 0.9 0.935 10.284 0.972

S.S.III - 30 Jl. Andalas Tengah 256.00 0.0062 6306.487 0.9 1.669 9.89 1.03

S.S.III - 31 Jl. Rajawali 175.00 0.0110 3112.241 0.9 1.146 5.905 0.229

S.S.III - 32 Jl. S.Supriyadi gg. 2 339.02 0.0120 6498.424 0.9 0.944 9.502 0.085

Kode Sal.

Sekunder

Tabel 9.Perhitungan Debit Rancangan Metode Rasional Sub DAS

Sukun

Page 62: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

62

b1(m) b2 (m) D (m) H (m)

S.S.II - 2 Jl. Ijen trapesium 0.50 0.70 0.80 0.025 0.480 2.150 0.223 0.698

S.S.II - 3 Jl. TGP lingkaran 0.40 0.025 0.251 0.251 1.000 1.271

S.S.II - 4 Jl. Guntur (ki) trapesium 0.45 0.70 1.14 0.025 0.656 2.785 0.235 0.866

S.S.II - 5 Jl. Besar Ijen (ki) trapesium 0.50 0.70 0.80 0.025 0.480 2.150 0.223 0.698

S.S.II - 6 Jl. Buring (ki) segiempat 0.35 0.35 0.50 0.025 0.175 1.350 0.130 0.322

S.S.II - 8 Jl. Semeru (ki) segiempat 0.40 0.40 0.40 0.025 0.140 1.200 0.133 0.2

S.S.II - 9 Jl. Besar Ijen 2 (ki) segiempat 0.80 0.80 1.00 0.025 0.800 2.800 0.286 1.657

S.S.II - 10 Jl. Kawi (ka) segiempat 0.28 0.28 0.45 0.025 0.126 1.180 0.107 0.18

S.S.II - 11 Jl. Kawi segiempat 0.30 0.30 0.45 0.025 0.090 0.900 0.100 0.114

S.S.II - 12 Jl. IR. Rais trapesium 0.35 0.53 0.50 0.025 0.220 1.416 0.155 0.369

S.S.II - 13 Jl. IR. Rais segiempat 0.73 0.73 1.04 0.025 0.759 2.810 0.270 1.839

S.S.II - 14 Jl. B. Katamso (ka) trapesium 0.35 0.53 0.50 0.025 0.220 1.416 0.155 0.241

S.S.II - 15 Jl. Ade Irma Suryani (ka) trapesium 0.25 0.60 0.73 0.025 0.310 1.883 0.165 0.157

S.S.II - 16 Jl. Arif Margono (ka) segiempat 0.60 0.60 0.50 0.025 0.300 1.600 0.188 0.57

S.S.II - 17 Jl. Arif Margono (ki) segiempat 0.70 0.70 0.96 0.025 0.672 2.620 0.256 0.924

S.S.II - 19 Jl. Sutan Sahrir lingkaran 0.50 0.025 0.393 0.393 1.000 0.633

S.S.II - 20 Jl. Halmahera trapesium 0.70 0.80 0.90 0.025 0.675 2.511 0.269 0.795

S.S.II - 21 Jl. Tanimbar (ki) lingkaran 0.30 0.025 0.135 1.200 0.113 0.06

S.S.II - 23 Jl. Ters. Halmahera 0.025 0.795

S.S.II - 24 Jl. Nusa Barung trapesium 1.20 1.43 1.50 0.025 1.937 4.235 0.466 2.65

S.S.II - 25 Jl. Nusa Barung 2 trapesium 1.20 1.43 1.50 0.025 1.937 4.235 0.466 2.65

S.S.II - 31 Jl. Sonokeling lingkaran 0.80 0.025 0.520 2.100 0.248 0.519

S.S.II - 32 Jl. Janti utara trapesium 0.50 0.60 0.60 0.025 0.330 1.717 0.162 1.355

S.S.II - 33 Jl. Janti selatan (ki) lingkaran 0.30 0.025 0.141 0.141 1.000 1.742

S.S.II - 34 Jl. IR. Rais/Jl. Pucang 0.025 1.324

S.S.II - 35 Jl. S. Supriadi 1 trapesium 0.30 0.55 0.68 0.025 0.289 1.753 0.165 0.446

S.S.II - 36 Jl. S. Supriadi 2 trapesium 0.30 0.55 0.68 0.025 0.289 1.753 0.165 0.155

S.S.II - 37 Jl. S. Supriadi 3 trapesium 0.30 0.55 0.68 0.025 0.289 1.753 0.165 0.446

S.S.II - 38 Jl. S. Supriadi 4 trapesium 0.30 0.55 0.68 0.025 0.289 1.753 0.165 0.155

DimensiKode Sal.

Sekunder

Kapasitas saluran

(m3/dt)

R (m)P (m)AnNama JalanBentuk

Saluran

Tabel 10. Kapasitas Saluran Drainase Eksisting Sub DAS Sukun

Page 63: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

63

b1(m) b2 (m) D (m) H (m)

S.S.III - 1 Jl. Jakarta (ka) 0.025 0.441

S.S.III - 6 Jl. Surabaya segiempat 0.40 0.40 0.50 0.025 0.200 1.400 0.143 0.343

S.S.III - 7 Jl. Pahlawan trip trapesium 0.80 0.94 0.70 0.025 0.609 2.228 0.273 0.324

S.S.III - 8 Jl. Galunggung segiempat 0.30 0.30 0.30 0.025 0.090 0.900 0.100 0.037

S.S.III - 9 Jl. Retawu lingkaran 0.40 0.025 0.251 0.251 1.000 0.615

S.S.III - 10 Jl. Galunggung segiempat 0.30 0.30 0.30 0.025 0.090 0.900 0.100 0.037

S.S.III - 11 Jl. Wilis segiempat 0.70 0.70 0.60 0.025 0.420 1.900 0.221 0.562

S.S.III - 12 Jl. Wilis trapesium 0.41 0.61 0.61 0.025 0.311 1.696 0.183 0.368

S.S.III - 13 Jl. Ters. Kawi trapesium 0.80 1.20 0.80 0.025 0.800 2.606 0.307 0.594

S.S.III - 14 Jl. Kawi atas lingkaran 0.50 0.025 0.393 0.393 1.000 0.608

S.S.III - 15 Jl. Raya Dieng 0.025 1.437

S.S.III - 16 Jl. Kedondong (ka) trapesium 0.20 0.75 0.75 0.025 0.356 2.130 0.167 0.586

S.S.III - 17 Jl. Raya Langsep (ki) trapesium 0.40 0.50 0.40 0.025 0.180 1.225 0.147 0.271

S.S.III - 18 Jl. Raya Langsep trapesium 0.40 0.50 0.40 0.025 0.180 1.225 0.147 0.271

S.S.III - 19 Jl. Bareng raya (ka) segiempat 0.70 0.70 0.60 0.025 0.420 1.900 0.221 1.239

S.S.III - 20 Jl. Bareng raya (ki) segiempat 0.70 0.70 0.60 0.025 0.420 1.900 0.221 1.239

S.S.III - 21 Jl. AR. Hakim 0.025 2.979

S.S.III - 22 Jl. Kauman trapesium 0.30 0.40 0.40 0.025 0.140 1.125 0.124 0.174

S.S.III - 23 Jl. Hasyim Ashari 1 segiempat 0.40 0.40 0.50 0.025 0.200 1.400 0.143 0.242

S.S.III - 24 Jl. Hasyim Ashari 2 segiempat 0.40 0.40 0.50 0.025 0.200 1.400 0.143 0.242

S.S.III - 25 Jl. Yulius Usman segiempat 0.60 0.60 0.50 0.025 0.300 1.600 0.188 0.329

S.S.III - 26 Jl. Yulius Usman segiempat 0.65 0.65 0.50 0.025 0.325 1.650 0.197 0.368

S.S.III - 27 Jl.Nusakambangan 3 trapesium 0.30 1.00 0.40 0.025 0.260 2.794 0.093 0.164

S.S.III - 28 Jl. Nusakambangan 1 segiempat 0.55 0.55 0.50 0.025 0.275 1.550 0.177 0.266

S.S.III - 29 Jl. Sulawesi(ka) trapesium 0.60 0.90 1.20 0.025 0.900 3.076 0.293 0.972

S.S.III - 30 Jl. Andalas Tengah trapesium 1.10 1.35 1.00 0.025 1.225 3.163 0.387 2.044

S.S.III - 31 Jl. Rajawali segiempat 0.40 0.40 0.50 0.025 0.200 1.400 0.143 0.229

S.S.III - 32 Jl. S.Supriyadi gg. 2 segiempat 0.30 0.30 0.30 0.025 0.090 0.900 0.100 0.085

Kode Sal.

SekunderNama Jalan

Dimensin

Bentuk

SaluranA P (m) R (m)

Kapasitas saluran

(m3/dt)

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 64: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

64

S.S.II - 2 Jl. Ijen 0.698 0.186 0.2232 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 3 Jl. TGP 1.271 0.05 0.06 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 4 Jl. Guntur (ki) 0.866 0.05 0.06 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 5 Jl. Besar Ijen (ki) 0.698 0.186 0.2232 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 6 Jl. Buring (ki) 0.322 0.05 0.06 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 8 Jl. Semeru (ki) 0.20 0.187 0.2244 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.S.II - 9 Jl. Besar Ijen 2 (ki) 1.657 0.132 0.1584 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 10 Jl. Kawi (ka) 0.18 0.08 0.096 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 11 Jl. Kawi 0.114 0.219 0.2628 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.S.II - 12 Jl. IR. Rais 0.369 0.059 0.0708 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 13 Jl. IR. Rais 1.839 0.056 0.0672 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 14 Jl. B. Katamso (ka) 0.241 0.098 0.1176 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 15 Jl. Ade Irma Suryani (ka) 0.157 0.062 0.0744 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 16 Jl. Arif Margono (ka) 0.57 0.082 0.0984 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 17 Jl. Arif Margono (ki) 0.924 0.078 0.0936 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 19 Jl. Sutan Sahrir 0.633 0.062 0.0744 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 20 Jl. Halmahera 0.795 0.127 0.1524 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 21 Jl. Tanimbar (ki) 0.06 0.081 0.0972 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.S.II - 24 Jl. Nusa Barung 2.65 0.112 0.1344 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 25 Jl. Nusa Barung 2 2.65 0.08 0.096 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 31 Jl. Sonokeling 0.519 0.065 0.078 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 32 Jl. Janti utara 1.355 0.067 0.0804 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 33 Jl. Janti selatan (ki) 1.742 0.063 0.0756 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 35 Jl. S. Supriadi 1 0.446 0.061 0.0732 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 36 Jl. S. Supriadi 2 0.155 0.082 0.0984 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 37 Jl. S. Supriadi 3 0.446 0.063 0.0756 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.II - 38 Jl. S. Supriadi 4 0.155 0.069 0.0828 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 6 Jl. Surabaya 0.343 0.111 0.1332 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 7 Jl. Pahlawan trip 0.324 0.093 0.1116 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 8 Jl. Galunggung 0.037 0.067 0.0804 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.S.III - 9 Jl. Retawu 0.615 0.112 0.1344 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 10 Jl. Galunggung 0.037 0.067 0.0804 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.S.III - 11 Jl. Wilis 0.562 0.092 0.1104 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 12 Jl. Wilis 0.368 0.1 0.12 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 13 Jl. Ters. Kawi 0.594 0.077 0.0924 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 14 Jl. Kawi atas 0.608 0.069 0.0828 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 16 Jl. Kedondong (ka) 0.586 0.05 0.06 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 17 Jl. Raya Langsep (ki) 0.271 0.053 0.0636 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 18 Jl. Raya Langsep 0.271 0.053 0.0636 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 19 Jl. Bareng raya (ka) 1.239 0.05 0.06 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 20 Jl. Bareng raya (ki) 1.239 0.05 0.06 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 22 Jl. Kauman 0.174 0.073 0.0876 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 23 Jl. Hasyim Ashari 1 0.242 0.075 0.09 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 24 Jl. Hasyim Ashari 2 0.242 0.075 0.09 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 25 Jl. Yulius Usman 0.329 0.075 0.09 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 26 Jl. Yulius Usman 0.368 0.062 0.0744 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 27 Jl.Nusakambangan 3 0.164 0.071 0.0852 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 28 Jl. Nusakambangan 1 0.266 0.056 0.0672 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 29 Jl. Sulawesi(ka) 0.972 0.055 0.066 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 30 Jl. Andalas Tengah 2.044 0.061 0.0732 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 31 Jl. Rajawali 0.229 0.05 0.06 Memenuhi Dimensi tetap

S.S.III - 32 Jl. S.Supriyadi gg. 2 0.085 0.05 0.06 Memenuhi Dimensi tetap

Kode Sal.

SekunderKeterangan

Q Desain

(m3/dt)

Q banjir

(m3/dt)

Kapasitas saluran

(m3/dt)Nama Jalan

Keterangan saluran

eksisting

Tabel 11. Evaluasi Kapasitas Saluran Sub DAS Sukun

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 65: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

65

B1 B2 h d

S.B. II 1 jl. Danau toba

S.B. II 3 jl. Danau toba 355.59 0.007 0.80 1.33 1.20 -

S.B. II 5 jl. Danau toba

S.B. II 2 jl. Danau toba -

S.B. II 4 jl. Danau toba

S.B. II 6 saluran pembuang sawojajar 0.025 3.57 6.43 2.63 -

S.B. II 7 sekunder gribig kanan 526.08 0.021 0.65 0.75 0.40 -

S.B. II 8 Tumenggung suryo B kanan 499.56 0.018 0.55 0.09 0.90 -

S.B. II 9 ikan kakap 389.11 0.026 1.80 2.40 1.70 -

S.B. II 10 panji suroso kanan B 116.21 0.027 0.30 0.80 0.70 -

S.B. II 11 panji suroso kanan A 371.95 0.005 0.30 0.80 0.80 -

S.B. II 12 Griya asri pandanwangi 1467.58 0.022 2.60 2.60 2.65 -

S.B. II 13 Sukarno Hatta B kanan 247.04 0.049 0.60 0.60 0.50 -

S.B. II 14 Hamid Rusdi 338.87 0.024 3.00 3.00 2.00 -

S.B. II 15 hamid rusdi-kaliurang ka -

S.B. II 16 hamid rusdi-kaliurang ka

S.B. II 17 sisingamangaraja-hamid rusdi 3 390.26 0.031 0.73 1.08 1.13 -

S.B. II 18 warinoi ki 357.11 0.014 0.63 0.63 0.73 -

S.B. II 19 warinoi ka 560.98 0.014 2.25 2.25 1.28 -

S.B. II 20 Sukarno Hatta A kanan 179.06 0.056 0.60 0.60 0.50 -

S.B. II 21 Asahan kiri 339.55 0.029 0.40 0.40 0.40 -

S.B. II 22 asahan kanan 339.55 0.029 0.50 0.80 0.80 -

S.B. II 23 binor ciliwung 2034.64 0.015 1.20 1.20 0.80 -

S.B. II 24 Letjen Sutoyo A kanan 452.25 0.022 0.55 0.55 0.66 -

S.B. II 25 batanghari ka 488.79 0.016 0.65 0.75 0.40 -

S.B. II 26 Letjen Sutoyo B kanan 339.55 0.029 0.60 0.60 0.60 -

S.B. II 27 JA suprapto-Letjen sutoyo kiri 975.13 0.010 0.80

S.B. II 28 Titan Asri 1212.15 0.014 1.20 1.20 0.80 -

S.B. II 29 Batubara 1439.59 0.014 1.00 1.00 0.50 -

S.B. II 30 Ahmad Yani - Borobudur 1116.49 0.013 0.80 0.80 0.80 -

S.B. II 31 Letjen Sutoyo mawar 778.98 0.018 0.55 0.55 0.56 -

S.B. II 32 Tumenggung suryo-kaliurang ki 1045.76 0.024 0.93 0.93 1.07 -

S.B. II 33 Tumenggung suryo A kanan 213.26 0.047 1.28 1.28 1.50 -

S.B. II 34 SEMANGGI 3946.78 0.013 1.60 1.60 1.00 -

S.B. II 35 kedawung -

S.B. II 36 kedawung

S.B. II 37 simpang akordion -

S.B. II 38 simpang akordion

S.B. II 39 Sukarno Hatta kanan SPWRN 390.41 0.018 1.00 1.00 0.80 -

S.B. II 40 papa kuning 1892.56 0.018 2.20 2.20 1.30 -

S.B. II 41 Simp. Tenaga Baru 2375.53 0.011 1.63 3.08 0.65 -

S.B. II 42 S. parman kanan 259.40 0.008 1.00 1.00 1.25 -

S.B. II 43 Panji Suroso kiri 140.78 0.014 0.45 0.70 0.55 -

S.B. II 44 SIDOMULYO 275.95 0.025 0.75 0.75 0.50 -

S.B. II 45 PURWODADI 849.43 0.016 0.45 0.80 0.60 -

S.B. II 46 teluk grajakan sksa 1046.79 0.019 3.60 3.60 1.60 -

S.B. II 47 tunjung sekar 4418.41 0.018 1.20 1.50 1.00 -

S.B. II 48 tunjung sekar

S.B. II 49 plaosan barat 274.06 0.029 2.95 1.05 -

S.B. II 50 teluk mandar 2463.67 0.014 1.30 1.30 0.50 -

S.B. II 51 puri palma asri 466.13 0.032 3.90 3.90 1.30 -

S.B. II 52 blimbing indah megah ki 1724.50 0.020 1.00 1.00 1.00 -

S.B. II 53 blimbing indah megah ka 1724.50 0.020 1.00 1.00 1.00 -

S.B. II 54 IKAN MUJAER RAYA 1009.50 0.014 0.68 0.68 0.40 -

S.B. II 55 KH YUSUF 947.69 0.021 1.40 1.80 0.80 -

S.B. II 56 blimbing indah ki 1497.65 0.017 1.00 1.00 1.00 -

S.B. II 57 blimbing indah ka 1549.54 0,016 1.00 1.00 1.00 -

S.B. II 58 simp panji suroso ki 974.39 0.010 0.80 0.80 1.00 -

S.B. II 59 Raden intan kanan 976.38 0.011 0.95 0.95 1.00 -

S.B. II 60 Raden intan kiri 1265.11 0.013 0.80 0.80 1.30 -

S.B. II 61 Perum griya sejahtera kanan 2551.34 0.018 4.00 4.00 2.00 -

S.B. II 62 Perum griya sejahtera kiri 1064.96 0.019 2.00 1.00 1.00 -

S.B. II 63 akordion barat 1282.79 0.016 0.60 0.60 0.90 -

S.B. II 64 pahlawan 2084.79 0.012 1.20 0.33 1.00 -

S.B. II 65 Ahmad yani kanan 411.93 0.024 1.45 1.45 1.20 -

S.B. II 66 bale arjosari 552.61 0.009 0.60 0.80 0.65 -

S.B. II 67 riverside 1344.93 0.015 2.00 2.00 1.00 -

S.B. II 68 Sukarno Hatta kiri 648.89 0.015 0.45 0.45 0.80 -

S.B. II 69 simp sulfat selatan 111.67 0.090 0.40 0.40 0.80 -

S.B. II 70 SP sudarmo A kiri 179.16 0.011 0.30 0.80 0.65 -

S.B. II 71 SP sudarmo A kanan 179.16 0.011 0.35 0.85 0.80 -

S.B. II 72 SP sudarmo B kiri 2243.28 0.012 0.40 0.90 0.65 -

S.B. II 73 SP sudarmo B kanan 2178.02 0.012 0.30 0.80 0.65 -

S.B. II 74 karya timur 1070.95 0.015 0.80 0.85 0.80 -

S.B. II 75 tenaga barat kiri 324.97 0.009 0.40 0.40 0.30 -

S.B. II 76 tenaga barat kanan 425.58 0.007 0.40 0.40 0.30 -

840.19

854.54

393.01 0.010

0.0133763.34

0.015

0.007 0.93

Kode Saluran Nama JalanPanjang saluran

(m)Slope saluran

0.881.38

Dimensi

0.801.001.00

1.502.002.00

0.981.361.03

Tabel 12. Klasifikasi Saluran Drainase DAS Bango

A. Saluran Sekunder

Page 66: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

66

B1 B2 h d

S.B. III 1 maninjau kiri 589.12 0.007 0.73 1.03 0.90 -

S.B. III 2 maninjau kanan

S.B. III 3 maninjau kanan 1509.21 0.005 0.85 1.58 1.30 -

S.B. III 5 maninjau kiri

S.B. III 4 maninjau kanan -

S.B. III 6 maninjau kiri

S.B. III 7 kerincikanan

S.B. III 9 kerinci kiri 1242.65 0.007 0.75 1.13 0.80 -

S.B. III 13 kerinci kanan

S.B. III 8 kerincikanan -

S.B. III 14 kerinci kiri

S.B. III 10 ranau kanan -

S.B. III 12 ranau kanan

S.B. III 11 ranau kiri 615.26 0.005 0.75 0.75 0.78 -

S.B. III 15 sentani kiri 1432.00 0.004 0.48 0.95 0.88 -

S.B. III 16 sentani kanan 1415.84 0.004 0.63 0.95 0.45 -

S.B. III 17 dirgantara kanan 2621.34 0.006 2.35 2.65 2.00 -

S.B. III 18 dirgantara kiri 652.49 0.008 0.95 1.38 1.23 -

S.B. III 19 cengger ayam 282.17 0.014 1.00 1.00 1.50 -

S.B. III 20 indraprasta 346.91 0.003 0.60 0.60 0.80 -

S.B. III 21 ksatrian kanan 276.97 0.004 0.50 0.50 0.60 -

S.B. III 22 ksatrian kiri 276.97 0.004 0.50 0.50 0.60 -

S.B. III 23 cengger ayam 1 157.06 0.032 1.00 1.00 2.00 -

S.B. III 24 kalpataru ki 1721.72 0.010 0.60 0.60 0.60 -

S.B. III 25 sarangan 637.37 0.019 0.50

S.B. III 26 raya indragiri 918.21 0.027 2.43 2.43 1.45 -

S.B. III 27 ciwulan -

S.B. III 31 ciwulan

S.B. III 28 kedawung ki 470.42 0.038 0.60 0.60 0.60 -

S.B. III 29 kedawung kanan 470.42 0.028 0.50 0.50 0.65 -

S.B. III 30 kalpataru ka 908.30 0.015 0.60 0.60 0.60 -

S.B. III 32 kendalsari -

S.B. III 33 kendalsari

S.B. III 34 SANAN 324.09 0.031 0.45 0.45 3.50 -

S.B. III 35 TIRTONADI 335.15 0.009 0.95 1.50 1.55 -

S.B. III 36 LA sucipto 1244.03 0.008 1.00 1.00 0.50 -

S.B. III 37 purwodadi 835.46 0.005 0.75 0.75 0.50 -

S.B. III 38 taman borobudur 3315.45 0.013 1.20 1.40 1.10 -

S.B. III 39 ikan lodan 2642.41 0.017 0.60 0.60 0.58 -

S.B. III 40 polowijen -

S.B. III 41 polowijen

S.B. III 42 tersier teluk grajakan 367.15 0.030 2.20 0.73 0.60 -

S.B. III 43 Sukarno Hatta C kiri 190.24 0.016 0.60 0.60 0.70 -

S.B. III 44 pahlawan kanan 439.50 0.005 0.40 0.65 0.55 -

S.B. III 45 pahlawan kiri 837.76 0.006 0.40 0.65 0.55 -

S.B. III 46 riverside 1242.18 0.008 0.60 0.60 0.50 -

S.B. III 47 bulutangkis 1189.53 0.021 1.00 1.00 0.50 -

S.B. III 48 LA sucipto 715.36 0.008 2.20 2.20 1.40 -

S.B. III 49 Borobudur kiri 1596.06 0.009 1.13 1.55 1.10 -

S.B. III 50 karya timur A kiri 182.96 0.038 0.55 0.55 0.55 -

S.B. III 51 karya timur A kanan 182.96 0.005 0.43 0.43 0.55 -

S.B. III 52 perum puskopad 374.74 0.003 1.00 0.80 0.83 -

S.B. III 53 SP sudarmo C kiri 88.92 0.011 0.40 0.75 0.70 -

S.B. III 54 SP sudarmo C kanan 121.09 0.008 0.30 1.00 0.90 -

S.B. III 55 karya timur 614.02 0.029 0.35 0.85 0.80 -

0.0071324.36

0.005615.26

2467.40

0.012650.01

0.009

0.0132579.53

Dimensi

0.731.130.93

Kode Saluran Nama JalanPanjang

saluran (m)

Slope

saluran

0.004719.65

0.85

0.680.68

0.83 1.08

1,081.581.58

0.80

1.001.000.80

1.502.002.00

B. Saluran Tersier

Page 67: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

67

Nama JalanPanjang saluran

(m)

Slope saluran

(%)Luas Area (km

2) C

V

(m/dt)

Tc

(jam)

I

(mm/jam)

Q hujan

(m3/dt)

Q Desain

(m3/dt)

S.B. II 1 jl. Danau toba

S.B. II 3 jl. Danau toba 355.593 0.007 1.901 0.60 2.18 0.85 35.93 11.387 13.6644

S.B. II 5 jl. Danau toba

S.B. II 2 jl. Danau toba 840.190 0.007 0.60 2.22 0.42 58.01 2.807 3.3684

S.B. II 4 jl. Danau toba

S.B. II 6 saluran pembuang sawojajar 0.025

S.B. II 7 sekunder gribig kanan 526.080 0.021 0.106 0.50 2.41 0.18 101.58 1.501 1.8012

S.B. II 8 Tumenggung Suryo - B kanan 499.560 0.018 0.070 0.60 2.83 0.18 100.40 1.167 1.4004

S.B. II 9 ikan kakap 389.110 0.026 0.042 0.30 6.20 0.13 125.03 0.439 0.5268

S.B. II 10 panji suroso kanan B 116.210 0.027 0.036 0.50 2.95 0.06 209.77 1.039 1.2468

S.B. II 11 panji suroso kanan A 371.950 0.005 0.017 0.50 1.35 0.23 85.64 0.197 0.2364

S.B. II 12 Griya asri pandanwangi 1467.580 0.022 0.190 0.40 6.47 0.39 60.64 1.283 1.5396

S.B. II 13 suhat B kanan 247.040 0.049 0.055 0.55 3.61 0.07 185.90 1.565 1.878

S.B. II 14 Hamid Rusdi 338.870 0.024 0.020 0.60 6.93 0.12 131.33 0.447 0.5364

S.B. II 15 Hamid Rusdi-Kaliurang kanan 854.540 0.015 0.495 0.60 3.27 0.30 72.98 6.020 7.224

S.B. II 16 Hamid Rusdi-Kaliurang kanan

S.B. II 17 sisingamangaraja-hamid Rusdi 3 390.260 0.031 0.027 0.45 4.25 0.12 130.72 0.593 0.7116

S.B. II 18 warinoi ki 357.110 0.014 0.206 0.45 2.15 0.16 111.80 2.884 3.4608

S.B. II 19 warinoi ka 560.980 0.014 0.275 0.45 4.24 0.22 89.09 3.064 3.6768

S.B. II 20 Sukarno Hatta A kanan 179.060 0.056 0.008 0.60 3.87 227.28 89.09 0.292 0.3504

S.B. II 21 Asahan kiri 339.550 0.029 0.009 0.55 2.24 0.11 138.86 0.183 0.2196

S.B. II 22 Asahan kanan 339.550 0.029 0.013 0.55 2.24 0.11 138.86 0.273 0.3276

S.B. II 23 Binor ciliwung 2034.640 0.015 1.365 0.60 3.02 0.55 46.77 10.639 12.7668

S.B. II 24 Letjen Sutoyo A kanan 452.250 0.022 0.105 0.60 2.49 0.16 111.36 1.952 2.3424

S.B. II 25 Batanghari ka 488.790 0.016 0.006 0.60 2.13 0.19 99.06 0.098 0.1176

S.B. II 26 Letjen Sutoyo B kanan 339.550 0.029 0.015 0.60 2.93 0.11 138.86 0.337 0.4044

S.B. II 27 JA suprapto-Letjen sutoyo kiri 975.130 0.010 0.349 0.60 1.73 0.38 61.63 3.585 4.302

S.B. II 28 Titan Asri 1212.150 0.014 0.293 0.60 2.90 0.40 59.73 2.922 3.5064

S.B. II 29 Jl. Batubara 1439.590 0.014 0.128 0.60 2.34 0.46 54.55 1.165 1.398

S.B. II 30 A. Yani - Borobudur 1116.490 0.013 0.258 0.40 2.32 0.39 60.54 1.734 2.0808

S.B. II 31 Letjen sutoyo mawar 778.980 0.018 0.300 0.60 2.17 0.26 79.87 3.993 4.7916

S.B. II 32 Tumenggung suryo-kaliurang ki 1045.760 0.024 0.148 0.60 3.64 0.29 73.88 1.826 2.1912

S.B. II 33 Tumenggung suryo A kanan 213.260 0.047 0.015 0.60 6.34 0.07 198.66 0.510 0.612

S.B. II 34 SEMANGGI 3946.780 0.013 0.151 0.65 3.31 1.02 31.91 0.872 1.0464

S.B. II 35 kedawung 3763.340 0.013 0.672 0.55 4.18 0.96 33.26 3.415 4.098

S.B. II 36 kedawung

S.B. II 37 simpang akordion 393.010 0.010 0.027 0.50 2.30 0.19 98.07 0.371 0.4452

S.B. II 38 simpang akordion

Kode Saluran

0.290

Tabel 13. Perhitungan Debit Limpasan Permukaan Metode Rasional Modifikasi DAS Bango

A. Saluran Sekunder

Page 68: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

68

Nama JalanPanjang saluran

(m)

Slope saluran

(%)Luas Area (km

2) C

V

(m/dt)

Tc

(jam)

I

(mm/jam)

Q hujan

(m3/dt)

Q Desain

(m3/dt)

S.B. II 39 Sukarno Hatta kanan SPWRN 390.410 0.018 0.069 0.60 3.05 0.15 113.80 1.304 1.5648

S.B. II 40 papa kuning 1892.560 0.018 0.118 0.50 4.75 0.51 50.64 0.828 0.9936

S.B. II 41 Simp. Tenaga Baru 2375.530 0.011 1.115 0.60 3.01 0.72 40.06 7.447 8.9364

S.B. II 42 S. parman kanan 259.400 0.008 0.021 0.60 2.21 0.15 113.04 0.393 0.4716

S.B. II 43 Panji Suroso kiri 140.780 0.014 0.003 0.50 2.04 0.08 180.97 0.067 0.0804

S.B. II 44 SIDOMULYO 275.950 0.025 0.041 0.35 2.85 0.10 148.65 0.589 0.7068

S.B. II 45 PURWODADI 849.430 0.016 0.215 0.50 2.34 0.28 74.72 2.235 2.682

S.B. II 46 teluk grajakan sksa 1046.790 0.019 0.807 0.50 7.08 0.32 69.72 7.815 9.378

S.B. II 47 tunjung sekar 4418.410 0.018 0.951 0.60 3.77 0.98 32.83 5.202 6.2424

S.B. II 48 tunjung sekar

S.B. II 49 plaosan barat 274.060 0.029 0.024 0.50 3.26 0.10 154.65 0.522 0.6264

S.B. II 50 teluk mandar 2463.670 0.014 0.021 0.45 2.57 0.68 41.64 0.111 0.1332

S.B. II 51 puri palma asri 466.130 0.032 0.129 0.40 7.60 0.32 120.73 1.737 2.0844

S.B. II 52 blimbing indah megah ki 1724.500 0.020 0.243 0.60 3.42 0.45 54.80 2.216 2.6592

S.B. II 53 blimbing indah megah ka 1724.500 0.020 0.253 0.60 3.42 0.45 54.80 2.315 2.778

S.B. II 54 IKAN MUJAER RAYA 1009.500 0.014 0.165 0.55 1.91 0.35 65.42 1.647 1.9764

S.B. II 55 KH YUSUF 947.690 0.021 0.230 0.35 4.07 0.28 75.27 1.685 2.022

S.B. II 56 blimbing indah ki 1497.650 0.017 0.249 0.60 3.11 0.44 56.03 2.323 2.7876

S.B. II 57 blimbing indah ka 1549.540 0,016 0.133 0.60 3.05 0.46 54.58 1.206 1.4472

S.B. II 58 simp panji suroso ki 974.386 0.010 0.099 0.50 2.20 0.38 61.67 0.850 1.02

S.B. II 59 Raden intan kanan 976.380 0.011 0.045 0.50 2.49 0.37 63.10 0.394 0.4728

S.B. II 60 Raden intan kiri 1265.110 0.013 0.050 0.50 2.55 0.43 56.90 0.394 0.4728

S.B. II 61 Perum griya sejahtera kanan 2551.340 0.018 0.604 0.30 6.64 0.65 43.23 2.175 2.61

S.B. II 62 Perum griya sejahtera kiri 1064.960 0.019 0.150 0.30 3.43 0.32 68.80 0.860 1.032

S.B. II 63 akordion barat 1282.790 0.016 0.044 0.45 2.31 0.40 59.62 0.329 0.3948

S.B. II 64 pahlawan 2084.790 0.012 0.644 0.30 20.03 0.64 43.43 2.333 2.7996

S.B. II 65 Ahmad yani kanan 411.930 0.024 0.024 0.50 4.59 0.14 119.66 0.394 0.4728

S.B. II 66 bale arjosari 552.610 0.009 0.027 0.50 1.82 0.26 79.88 0.299 0.3588

S.B. II 67 riverside 1344.930 0.015 0.845 0.40 3.84 0.42 57.48 5.398 6.4776

S.B. II 68 Sukarno Hatta kiri 648.890 0.015 0.092 0.50 1.95 0.24 84.33 1.082 1.2984

S.B. II 69 simp sulfat selatan 111.670 0.090 0.025 0.60 4.41 0.03 326.94 1.385 1.662

S.B. II 70 SP sudarmo A kiri 179.160 0.011 0.003 0.60 1.87 0.10 150.31 0.067 0.0804

S.B. II 71 SP sudarmo A kanan 179.160 0.011 0.092 0.60 2.02 0.10 150.31 2.297 2.7564

S.B. II 72 SP sudarmo B kiri 2243.280 0.012 0.131 0.60 2.09 0.68 41.87 0.916 1.0992

S.B. II 73 SP sudarmo B kanan 2178.020 0.012 0.116 0.60 1.97 0.66 42.83 0.826 0.9912

S.B. II 74 karya timur 1070.950 0.015 0.051 0.65 2.58 0.35 64.69 0.591 0.7092

S.B. II 75 tenaga barat kiri 324.970 0.009 0.005 0.70 1.17 0.17 105.45 0.111 0.1332

S.B. II 76 tenaga barat kanan 425.580 0.007 0.077 0.70 1.02 0.23 85.68 1.282 1.5384

Kode Saluran

Page 69: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

69

Nama JalanPanjang saluran

(m)

Slope saluran

(%)Luas Area (km

2) C

V

(m/dt)

Tc

(jam)

I

(mm/jam)

Q hujan

(m3/dt)

Q Desain

(m3/dt)

S.B. III 1 maninjau kiri 589.120 0.007 0.116 0.60 1.88 0.30 71.81 1.385 1.662

S.B. III 2 maninjau kanan

S.B. III 3 maninjau kanan 1509.210 0.005 0.564 0.60 1.98 0.72 40.18 3.776 4.5312

S.B. III 5 maninjau kiri

S.B. III 4 maninjau kanan 719.650 0.004 0.60 1.88 0.30 71.81 2.170 2.604

S.B. III 6 maninjau kiri

S.B. III 7 kerincikanan

S.B. III 9 kerinci kiri 1242.65 0.007 0.206 0.6 1.96 0.523 49.772 1.708 2.0496

S.B. III 13 kerinci kanan

S.B. III 8 kerincikanan 1324.360 0.007 0.464 0.60 1.92 0.56 47.39 3.664 4.3968

S.B. III 14 kerinci kiri

S.B. III 10 ranau kanan 615.260 0.005 0.072 0.60 1.34 0.35 64.51 0.779 0.9348

S.B. III 12 ranau kanan

S.B. III 11 ranau kiri 615.260 0.005 0.076 0.60 1.40 0.35 64.51 0.820 0.984

S.B. III 15 sentani kiri 1432.000 0.004 0.265 0.60 1.36 0.72 40.21 1.778 2.1336

S.B. III 16 sentani kanan 1415.840 0.004 0.129 0.60 1.20 0.71 40.57 0.869 1.0428

S.B. III 17 dirgantara kanan 2621.340 0.006 0.294 0.60 3.22 1.02 31.94 1.563 1.8756

S.B. III 18 dirgantara kiri 652.490 0.008 0.339 0.60 2.43 0.31 70.29 3.972 4.7664

S.B. III 19 cengger ayam 282.170 0.014 0.276 0.50 3.10 0.13 126.57 4.847 5.8164

S.B. III 20 indraprasta 346.910 0.003 0.061 0.50 0.97 0.28 75.64 0.636 0.7632

S.B. III 21 ksatrian kanan 276.970 0.004 0.021 0.50 0.95 0.22 89.96 0.266 0.3192

S.B. III 22 ksatrian kiri 276.970 0.004 0.109 0.50 0.95 0.22 89.96 1.361 1.6332

S.B. III 23 cengger ayam 1 157.060 0.032 0.276 0.50 4.84 0.06 210.45 8.059 9.6708

S.B. III 24 kalpataru ki 1721.720 0.010 0.188 0.60 1.71 1.16 29.21 0.916 1.0992

S.B. III 25 sarangan 637.370 0.019 0.055 0.60 1.72 0.22 89.60 0.816 0.9792

S.B. III 26 raya indragiri 918.210 0.027 0.255 0.45 6.26 0.25 81.67 2.601 3.1212

S.B. III 27 ciwulan 650.010 0.012 0.552 0.60 3.95 0.26 79.53 7.314 8.7768

S.B. III 31 ciwulan

S.B. III 28 kedawung ki 470.420 0.038 0.041 0.60 3.34 0.13 125.63 0.861 1.0332

S.B. III 29 kedawung kanan 470.420 0.028 0.020 0.60 2.09 0.24 84.00 0.383 0.4596

S.B. III 30 kalpataru ka 908.300 0.015 0.063 0.60 2.09 0.24 84.00 0.887 1.0644

S.B. III 32 kendalsari 2579.530 0.013 0.551 0.45 2.65 0.74 39.59 2.729 3.2748

S.B. III 33 kendalsari

S.B. III 34 SANAN 324.090 0.031 0.427 0.30 3.12 0.11 143.93 5.126 6.1512

S.B. III 35 TIRTONADI 335.150 0.009 0.038 0.60 2.83 0.18 102.98 0.653 0.7836

S.B. III 36 LA sucipto 1244.030 0.008 0.149 0.40 3.32 0.50 51.09 0.844 1.0128

S.B. III 37 purwodadi 835.460 0.005 0.182 0.30 1.24 0.45 54.87 0.832 0.9984

S.B. III 38 taman borobudur 3315.450 0.013 1.144 0.45 3.23 0.88 35.13 5.025 6.03

S.B. III 39 ikan lodan 2642.410 0.017 0.182 0.40 2.19 0.68 41.84 0.846 1.0152

0.228

Kode Saluran

Saluran tersier

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 70: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

70

Nama JalanPanjang saluran

(m)

Slope saluran

(%)Luas Area (km

2) C

V

(m/dt)

Tc

(jam)

I

(mm/jam)

Q hujan

(m3/dt)

Q Desain

(m3/dt)

S.B. III 40 polowijen 2467.400 0.009 0.639 0.55 2.73 0.83 36.48 3.560 4.272

S.B. III 41 polowijen 2.73

S.B. III 46 riverside 1242.180 0.008 0.075 0.40 1.47 0.50 51.15 0.428 0.5136

S.B. III 47 bulutangkis 1189.530 0.021 0.163 0.30 2.88 0.34 66.91 0.911 1.0932

S.B. III 48 LA sucipto 715.360 0.008 0.120 0.50 3.32 0.32 68.62 1.141 1.3692

S.B. III 49 Borobudur kiri 1596.060 0.009 0.404 0.80 2.70 0.59 45.97 4.133 4.9596

S.B. III 50 karya timur A kiri 182.96 0.038 0.002 0.90 3.16 0.06 203.99 0.0850 0.102

S.B. III 51 karya timur A kanan 182.96 0.005 0.004 0.50 1.06 0.13 123.79 0.0740 0.0888

S.B. III 52 perum puskopad 374.74 0.003 0.022 0.60 1.10 0.31 71.28 0.2600 0.312

S.B. III 53 SP sudarmo C kiri 88.92 0.011 0.001 0.50 1.92 0.06 215.76 0.0290 0.0348

S.B. III 54 SP sudarmo C kanan 121.09 0.008 0.02 0.50 1.86 0.08 170.10 0.4770 0.5724

S.B. III 55 karya timur 614.02 0.029 0.083 0.70 3.28 0.18 102.33 1.6440 1.9728

Kode Saluran

Page 71: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

71

b1

(m)

b2

(m)

D

(m)

h

(m)

S.B. II 1 jl. Danau toba

S.B. II 3 jl. Danau toba 0.80 1.33 - 1.20 0.02 1.280 3.260 0.390 2.790

S.B. II 5 jl. Danau toba

S.B. II 2 jl. Danau toba 0.93 1.38 - 0.88 0.02 1.010 2.730 0.370 2.240

S.B. II 4 jl. Danau toba

S.B. II 6 saluran pembuang sawojajar 3.57 6.43 - 2.63 0.02 13.170 9.560 1.380 128.830

S.B. II 7 sekunder gribig kanan 0.65 0.75 - 0.40 0.02 0.280 1.460 0.190 0.670

S.B. II 8 T suryo B kanan 0.55 0.09 - 0.90 0.02 0.650 2.380 0.270 1.850

S.B. II 9 ikan kakap 1.80 2.40 - 1.70 0.02 3.570 5.250 0.680 22.120

S.B. II 10 panji suroso kanan B 0.30 0.80 - 0.70 0.02 0.390 1.790 0.220 1.140

S.B. II 11 panji suroso kanan A 0.30 0.80 - 0.80 0.02 0.440 1.980 0.220 0.590

S.B. II 12 Griya asri pandanwangi 2.60 2.60 - 2.65 0.02 6.890 7.900 0.870 46.440

S.B. II 13 suhat B kanan 0.60 0.60 - 0.50 0.02 0.300 1.600 0.190 1.080

S.B. II 14 hamidrusdi 3.00 3.00 - 2.00 0.02 6.000 7.000 0.860 41.590

S.B. II 15 hamid r-kaliurang ka 1.03 1.36 - 0.98 0.02 1.160 3.000 0.390 3.800

S.B. II 16 hamid r-kaliurang ka

S.B. II 17 sisingamangaraja-hamrusdi 3 0.73 1.08 - 1.13 0.02 1.010 3.000 0.340 4.300

S.B. II 18 warinoi ki 0.63 0.63 - 0.73 0.02 0.450 2.080 0.220 12.150

S.B. II 19 warinoi ka 2.25 2.25 - 1.28 0.02 2.870 4.800 0.600 12.150

S.B. II 20 Suhat A kanan 0.60 0.60 - 0.50 0.02 0.300 1.600 0.190 1.160

S.B. II 21 Asahan kiri 0.40 0.40 - 0.40 0.02 0.160 1.200 0.130 0.360

S.B. II 22 asahan kanan 0.50 0.80 - 0.80 0.02 0.520 2.130 0.240 1.360

S.B. II 23 binor ciliwung 1.20 1.20 - 0.80 0.02 0.960 2.800 0.340 2.900

S.B. II 24 letsu A kanan 0.55 0.55 - 0.66 0.02 0.360 1.870 0.190 0.900

S.B. II 25 batanghari ka 0.65 0.75 - 0.40 0.02 0.280 1.460 0.190 0.600

S.B. II 26 letsu B kanan 0.60 0.60 - 0.60 0.02 0.360 1.800 0.200 1.060

S.B. II 27 JA suprap-Letsu kiri 0.80 0.02 0.500 2.510 0.200 0.870

S.B. II 28 TITAN ASRI 1.20 1.20 - 0.80 0.02 0.960 2.800 0.340 2.780

S.B. II 29 BATUBARA 1.00 1.00 - 0.50 0.02 0.500 2.000 0.250 1.170

S.B. II 30 A YANI-BOROBDR 0.80 0.80 - 0.80 0.02 0.640 2.400 0.270 1.480

S.B. II 31 letsu mawar 0.55 0.55 - 0.56 0.02 0.310 1.670 0.180 0.670

S.B. II 32 T suryo-kaliurang ki 0.93 0.93 - 1.07 0.02 0.990 3.060 0.320 3.610

S.B. II 33 T suryo A kanan 1.28 1.28 - 1.50 0.02 1.920 4.280 0.450 12.180

S.B. II 34 SEMANGGI 1.60 1.60 - 1.00 0.02 1.600 3.600 0.440 5.300

S.B. II 35 kedawung 2.00 2.00 - 1.50 0.02 1.600 3.600 0.440 12.540

S.B. II 36 kedawung

S.B. II 37 simpang akordion 1.00 1.00 - 0.80 0.02 0.800 2.600 0.310 1.840

S.B. II 38 simpang akordion 0.02

S.B. II 39 suhat kanan SPWRN 1.00 1.00 - 0.80 0.02 0.800 2.600 0.310 2.440

S.B. II 40 papa kuning 2.20 2.20 - 1.30 0.02 2.860 4.800 0.600 13.570

S.B. II 41 SIM TENAGA BARU 1.63 3.08 - 0.65 0.02 1.520 3.570 0.430 4.570

S.B. II 42 s parman kanan 1.00 1.00 - 1.25 0.02 1.250 3.500 0.360 2.760

S.B. II 43 P.SUROSO KIRI 0.45 0.70 - 0.55 0.02 0.320 1.580 0.200 0.650

S.B. II 44 SIDOMULYO 0.75 0.75 - 0.50 0.02 0.380 1.750 0.210 1.070

S.B. II 45 PURWODADI 0.45 0.80 - 0.60 0.02 0.380 1.700 0.220 0.880

S.B. II 46 teluk grajakan sksa 3.60 3.60 - 1.60 0.02 5.760 6.800 0.850 35.640

S.B. II 47 tunjung sekar 1.20 1.50 - 1.00 0.02 1.350 3.220 0.420 5.090

S.B. II 48 tunjung sekar

S.B. II 49 plaosan barat 2.95 - 1.05 0.02 1.550 6.570 0.240 5.050

S.B. II 50 teluk mandar 1.30 1.30 - 0.50 0.02 0.650 2.300 0.280 1.670

S.B. II 51 puri palma asri 3.90 3.90 - 1.30 0.02 5.070 6.500 0.780 38.530

S.B. II 52 blimbing indah megah ki 1.00 1.00 - 1.00 0.02 1.000 3.000 0.330 3.420

S.B. II 53 blimbing indah megah ka 1.00 1.00 - 1.00 0.02 1.000 3.000 0.330 3.420

S.B. II 54 IKAN MUJAER RAYA 0.68 0.68 - 0.40 0.02 0.270 1.480 0.180 0.520

S.B. II 55 KH YUSUF 1.40 1.80 - 0.80 0.02 1.280 3.050 0.420 5.210

S.B. II 56 blimbing indah ki 1.00 1.00 - 1.00 0.02 1.000 3.000 0.330 3.110

S.B. II 57 blimbing indah ka 1.00 1.00 - 1.00 0.02 1.000 3.000 0.330 3.050

S.B. II 58 simp panji suroso ki 0.80 0.80 - 1.00 0.02 0.800 2.800 0.290 1.760

S.B. II 59 R intan kanan 0.95 0.95 - 1.00 0.02 0.950 2.950 0.320 2.370

S.B. II 60 R intan kiri 0.80 0.80 - 1.30 0.02 1.040 3.400 0.310 2.650

S.B. II 61 Perum griya sejahtera kanan 4.00 4.00 - 2.00 0.02 8.000 8.000 1.000 53.120

S.B. II 62 Perum griya sejahtera kiri 2.00 1.00 - 1.00 0.02 1.500 4.240 0.350 5.140

S.B. II 63 akordion barat 0.60 0.60 - 0.90 0.02 0.540 2.400 0.230 1.250

S.B. II 64 pahlawan 1.20 0.33 - 1.00 0.02 0.760 3.380 0.230 1.550

S.B. II 65 A yani kanan 1.45 1.45 - 1.20 0.02 1.740 3.850 0.450 7.980

S.B. II 66 bale arjosari 0.60 0.80 - 0.65 0.02 0.460 1.920 0.240 0.830

S.B. II 67 riverside 2.00 2.00 - 1.00 0.02 2.000 4.000 0.500 7.680

S.B. II 68 Suhat kiri 0.45 0.45 - 0.80 0.02 0.360 2.050 0.180 0.700

S.B. II 69 simp sulfat selatan 0.40 0.40 - 0.80 0.02 0.320 2.000 0.160 1.410

S.B. II 70 SP sudarmo A kiri 0.30 0.80 - 0.65 0.02 0.360 1.690 0.210 0.670

S.B. II 71 SP sudarmo A kanan 0.35 0.85 - 0.80 0.02 0.480 2.030 0.240 0.970

S.B. II 72 SP sudarmo B kiri 0.40 0.90 - 0.65 0.02 0.420 1.790 0.240 0.880

S.B. II 73 SP sudarmo B kanan 0.30 0.80 - 0.65 0.02 0.360 1.690 0.210 0.710

S.B. II 74 karya timur 0.80 0.85 - 0.80 0.02 0.660 2.400 0.270 1.710

S.B. II 75 tenaga barat kiri 0.40 0.40 - 0.30 0.02 0.120 1.000 0.120 0.140

S.B. II 76 tenaga barat kanan 0.40 0.40 - 0.30 0.02 0.120 1.000 0.120 0.120

Kapasitas

saluran

(m3/dt)

RNomor

Saluran

Kode

Saluran

Dimensi

PAnNama Jalan

Tabel 14. Kapasitas Saluran Drainase Eksisting DAS Bango

A. Saluran Sekunder

Page 72: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

72

b1

(m)

b2

(m)

D

(m)

h

(m)

S.B. III 1 maninjau kiri 0.73 1.03 - 0.90 0.02 0.790 2.550 0.310 1.480

S.B. III 2 maninjau kanan

S.B. III 3 maninjau kanan 0.85 1.58 - 1.30 0.02 1.580 3.550 0.440 3.120

S.B. III 5 maninjau kiri

S.B. III 4 maninjau kanan 0.93 1.13 - 0.73 0.02 0.740 2.390 0.310 1.480

S.B. III 6 maninjau kiri

S.B. III 7 kerincikanan

S.B. III 9 kerinci kiri 0.75 1.13 - 0.80 0.02 0.750 2.390 0.310 1.47

S.B. III 13 kerinci kanan

S.B. III 8 kerincikanan 0.83 1.08 - 0.85 0.02 0.810 2.540 0.320 1.550

S.B. III 14 kerinci kiri

S.B. III 10 ranau kanan 0.68 0.68 - 0.80 0.02 0.540 2.280 0.240 0.720

S.B. III 12 ranau kanan

S.B. III 11 ranau kiri 0.75 0.75 - 0.78 0.02 0.580 2.300 0.250 0.810

S.B. III 15 sentani kiri 0.48 0.95 - 0.88 0.02 0.620 2.290 0.270 0.850

S.B. III 16 sentani kanan 0.63 0.95 - 0.45 0.02 0.350 1.580 0.220 0.430

S.B. III 17 dirgantara kanan 2.35 2.65 - 2.00 0.02 5.000 6.360 0.790 16.110

S.B. III 18 dirgantara kiri 0.95 1.38 - 1.23 0.02 1.420 3.440 0.410 3.460

S.B. III 19 cengger ayam 1.00 1.00 - 1.50 0.02 1.500 4.000 0.380 4.640

S.B. III 20 indraprasta 0.60 0.60 - 0.80 0.02 0.480 2.200 0.220 0.470

S.B. III 21 ksatrian kanan 0.50 0.50 - 0.60 0.02 0.300 1.700 0.180 0.280

S.B. III 22 ksatrian kiri 0.50 0.50 - 0.60 0.02 0.300 1.700 0.180 0.280

S.B. III 23 cengger ayam 1 1.00 1.00 - 2.00 0.02 2.000 5.000 0.400 9.690

S.B. III 24 kalpataru ki 0.60 0.60 - 0.60 0.02 0.360 1.800 0.200 0.620

S.B. III 25 sarangan 0.50 0.02 0.200 1.570 0.130 0.340

S.B. III 26 raya indragiri 2.43 2.43 - 1.45 0.02 3.520 5.330 0.660 22.000

S.B. III 27 ciwulan 2.00 2.00 - 1.50 0.02 3.000 5.000 0.600 11.840

S.B. III 31 ciwulan

S.B. III 28 kedawung ki 0.60 0.60 - 0.60 0.02 0.360 1.800 0.200 1.200

S.B. III 29 kedawung kanan 0.50 0.50 - 0.65 0.02 0.330 1.800 0.180 0.750

S.B. III 30 kalpataru ka 0.60 0.60 - 0.60 0.02 0.360 1.800 0.200 0.750

S.B. III 32 kendalsari 0.80 1.00 - 1.00 0.02 0.900 2.810 0.320 2.380

S.B. III 33 kendalsari

S.B. III 34 SANAN 0.45 0.45 - 3.50 0.02 1.580 7.450 0.210 4.910

S.B. III 35 TIRTONADI 0.95 1.50 - 1.55 0.02 1.900 4.100 0.460 5.380

S.B. III 36 LA sucipto 1.00 1.00 - 0.50 0.02 0.500 2.000 0.250 10.210

S.B. III 37 purwodadi 0.75 0.75 - 0.50 0.02 0.380 1.750 0.210 0.460

S.B. III 38 taman borobudur 1.20 1.40 - 1.10 0.02 1.430 3.410 0.420 4.620

S.B. III 39 ikan lodan 0.60 0.60 - 0.58 0.02 0.350 1.750 0.200 0.750

S.B. III 40 polowijen 1.58 1.58 - 1,08 0.02 1.710 3.740 0.460 4.660

S.B. III 41 polowijen

S.B. III 42 tersier teluk grajakan 2.20 0.73 - 0.60 0.02 0.880 4.100 0.210 2.720

S.B. III 43 suhat C kiri 0.60 0.60 - 0.70 0.02 0.420 2.000 0.210 0.930

S.B. III 44 pahlawan kanan 0.40 0.65 - 0.55 0.02 0.290 1.530 0.190 0.320

S.B. III 45 pahlawan kiri 0.40 0.65 - 0.55 0.02 0.290 1.530 0.190 0.370

S.B. III 46 riverside 0.60 0.60 - 0.50 0.02 0.300 1.600 0.190 0.440

S.B. III 47 bulutangkis 1.00 1.00 - 0.50 0.02 0.500 2.000 0.250 1.440

S.B. III 48 LA sucipto 2.20 2.20 - 1.40 0.02 3.080 5.000 0.620 10.210

S.B. III 49 Borobudur kiri 1.13 1.55 - 1.10 0.02 1.470 3.370 0.440 3.970

S.B. III 50 karya timur A kiri 0.55 0.55 - 0.55 0.02 0.300 1.650 0.180 0.9500

S.B. III 51 karya timur A kanan 0.43 0.43 - 0.55 0.02 0.230 1.530 0.150 0.2500

S.B. III 52 perum puskopad 1.00 0.80 - 0.83 0.02 0.740 2.660 0.280 0.8200

S.B. III 53 SP sudarmo C kiri 0.40 0.75 - 0.70 0.02 0.400 1.840 0.220 0.7700

S.B. III 54 SP sudarmo C kanan 0.30 1.00 - 0.90 0.02 0.590 2.230 0.260 1.0900

S.B. III 55 karya timur 0.35 0.85 - 0.80 0.02 0.480 2.030 0.240 1.5700

Kode

Saluran

Nomor

SaluranNama Jalan n

Dimensi

A P R

Kapasitas

saluran

(m3/dt)

B. Saluran Tersier

Sumber: Hasil Survey dan Perhitungan

Keterangan :

Page 73: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

73

B1 = Dasar Saluran

m = kemiringan talud

h = tinggi saluran

d = diameter saluran (Lingkaran)

Luas Penampang - Trapesium : A = (b+mh)h - Segiempat : A = b. h

Perimeter

- Trapesium : P = b+2h 221 m

- Segiempat : P = b+2h

R = A/P

V = 1/n . R2/3. S0.5

Qsaluran = V. A

Q desain = 1.2. Qsaluran

Page 74: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

74

Nama JalanKapasitas saluran

(m3/dt)

Q Desain (m3/dt) Keterangan Kondisi Saluran

S.B. II 1 jl. Danau toba

S.B. II 3 jl. Danau toba 2.790 13.6644 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 5 jl. Danau toba

S.B. II 2 jl. Danau toba

S.B. II 4 jl. Danau toba

S.B. II 6 saluran pembuang sawojajar 128.830 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 7 sekunder gribig kanan 0.670 1.8012 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 8 Tumenggung suryo B kanan 1.850 1.4004 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 9 ikan kakap 22.120 0.5268 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 10 panji suroso kanan B 1.140 1.2468 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 11 panji suroso kanan A 0.590 0.2364 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 12 Griya asri pandanwangi 46.440 1.5396 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 13 Sukarno Hatta B kanan 1.080 1.878 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 14 Hamid Rusdi 41.590 0.5364 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 15 hamid rusdi-kaliurang ka

S.B. II 16 hamid rusdi-kaliurang ka

S.B. II 17 sisingamangaraja-hamid rusdi 3 4.300 0.7116 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 18 warinoi ki 12.150 3.4608 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 19 warinoi ka 12.150 3.6768 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 20 Sukarno Hatta A kanan 1.160 0.3504 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 21 Asahan kiri 0.360 0.2196 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 22 asahan kanan 1.360 0.3276 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 23 binor ciliwung 2.900 12.7668 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 24 Letjen Sutoyo A kanan 0.900 2.3424 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 25 batanghari ka 0.600 0.1176 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 26 Letjen Sutoyo B kanan 1.060 0.4044 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 27 JA suprapto-Letjen sutoyo kiri 0.870 4.302 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 28 Titan Asri 2.780 3.5064 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 29 Batubara 1.170 1.398 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 30 Ahmad Yani - Borobudur 1.480 2.0808 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 31 Letjen Sutoyo mawar 0.670 4.7916 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 32 Tumenggung suryo-kaliurang ki 3.610 2.1912 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 33 Tumenggung suryo A kanan 12.180 0.612 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 34 SEMANGGI 5.300 1.0464 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 35 kedawung

S.B. II 36 kedawung

S.B. II 37 simpang akordion

S.B. II 38 simpang akordion

S.B. II 39 Sukarno Hatta kanan SPWRN 2.440 1.5648 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 40 papa kuning 13.570 0.9936 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 41 Simp. Tenaga Baru 4.570 8.9364 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 42 S. parman kanan 2.760 0.4716 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 43 Panji Suroso kiri 0.650 0.0804 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 44 SIDOMULYO 1.070 0.7068 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 45 PURWODADI 0.880 2.682 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 46 teluk grajakan sksa 35.640 9.378 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 47 tunjung sekar

S.B. II 48 tunjung sekar

S.B. II 49 plaosan barat 5.050 0.6264 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 50 teluk mandar 1.670 0.1332 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 51 puri palma asri 38.530 2.0844 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 52 blimbing indah megah ki 3.420 2.6592 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 53 blimbing indah megah ka 3.420 2.778 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 54 IKAN MUJAER RAYA 0.520 1.9764 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 55 KH YUSUF 5.210 2.022 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 56 blimbing indah ki 3.110 2.7876 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 57 blimbing indah ka 3.050 1.4472 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 58 simp panji suroso ki 1.760 1.02 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 59 Raden intan kanan 2.370 0.4728 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 60 Raden intan kiri 2.650 0.4728 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 61 Perum griya sejahtera kanan 53.120 2.61 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 62 Perum griya sejahtera kiri 5.140 1.032 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 63 akordion barat 1.250 0.3948 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 64 pahlawan 1.550 2.7996 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 65 Ahmad yani kanan 7.980 0.4728 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 66 bale arjosari 0.830 0.3588 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 67 riverside 7.680 6.4776 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 68 Sukarno Hatta kiri 0.700 1.2984 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 69 simp sulfat selatan 1.410 1.662 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 70 SP sudarmo A kiri 0.670 0.0804 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 71 SP sudarmo A kanan 0.970 2.7564 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 72 SP sudarmo B kiri 0.880 1.0992 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 73 SP sudarmo B kanan 0.710 0.9912 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. II 74 karya timur 1.710 0.7092 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 75 tenaga barat kiri 0.140 0.1332 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. II 76 tenaga barat kanan 0.120 1.5384 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

12.540

Perlu perbaikanTidak Memenuhi6.24245.090

Memenuhi

Memenuhi

0.4452

Kode Saluran

Dimensi tetapMemenuhi3.368413.664

Dimensi tetap

3.800

Dimensi tetap4.098

1.840

7.224 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

Tabel 15. Evaluasi Saluran DAS Bango

A. Saluran Sekunder

Page 75: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

75

Nama JalanKapasitas saluran

(m3/dt)

Q Desain (m3/dt) Keterangan Kondisi Saluran

S.B. III 1 maninjau kiri 1.480 1.662 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 2 maninjau kanan

S.B. III 3 maninjau kanan 3.120 4.5312 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 5 maninjau kiri

S.B. III 4 maninjau kanan

S.B. III 6 maninjau kiri

S.B. III 7 kerincikanan

S.B. III 9 kerinci kiri 1.47 2.0496 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 13 kerinci kanan

S.B. III 8 kerincikanan

S.B. III 14 kerinci kiri

S.B. III 10 ranau kanan

S.B. III 12 ranau kanan

S.B. III 11 ranau kiri 0.810 0.984 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 15 sentani kiri 0.850 2.1336 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 16 sentani kanan 0.430 1.0428 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 17 dirgantara kanan 16.110 1.8756 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 18 dirgantara kiri 3.460 4.7664 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 19 cengger ayam 4.640 5.8164 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 20 indraprasta 0.470 0.7632 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 21 ksatrian kanan 0.280 0.3192 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 22 ksatrian kiri 0.280 1.6332 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 23 cengger ayam 1 9.690 9.6708 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 24 kalpataru ki 0.620 1.0992 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 25 sarangan 0.340 0.9792 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 26 raya indragiri 22.000 3.1212 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 27 ciwulan

S.B. III 31 ciwulan

S.B. III 28 kedawung ki 1.200 1.0332 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 29 kedawung kanan 0.750 0.4596 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 30 kalpataru ka 0.750 1.0644 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 32 kendalsari

S.B. III 33 kendalsari

S.B. III 34 SANAN 4.910 6.1512 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 35 TIRTONADI 5.380 0.7836 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 36 LA sucipto 10.210 1.0128 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 37 purwodadi 0.460 0.9984 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 38 taman borobudur 4.620 6.03 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 39 ikan lodan 0.750 1.0152 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 40 polowijen

S.B. III 41 polowijen

S.B. III 42 tersier teluk grajakan 2.720 12.5292 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 43 Sukarno Hatta C kiri 0.930 0.4728 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 44 pahlawan kanan 0.320 0.96 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 45 pahlawan kiri 0.370 0.618 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 46 riverside 0.440 0.5136 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 47 bulutangkis 1.440 1.0932 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 48 LA sucipto 10.210 1.3692 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 49 Borobudur kiri 3.970 4.9596 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

S.B. III 50 karya timur A kiri 0.9500 0.102 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 51 karya timur A kanan 0.2500 0.0888 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 52 perum puskopad 0.8200 0.312 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 53 SP sudarmo C kiri 0.7700 0.0348 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 54 SP sudarmo C kanan 1.0900 0.5724 Memenuhi Dimensi tetap

S.B. III 55 karya timur 1.5700 1.9728 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

Kode Saluran

2.380

4.660

1.480

Dimensi tetapMemenuhi8.776811.840

4.272

3.2748

Perlu perbaikanTidak Memenuhi2.604

Perlu perbaikan

Dimensi tetap

Tidak Memenuhi

Memenuhi

Perlu perbaikanTidak Memenuhi4.39681.550

0.720 0.9348 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

B. Saluran Tersier

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 76: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

76

Panjang

saluran (m)

Slope

saluran

Luas Area

(ha)C

Panjang

lereng

Slope

lahan

V

(m/dt)

To

(jam)

Td

(jam)

Tc

(jam)

I

(mm/jam)Cs

Q

(m3/dt)

S.A.II- 2 400.168 0.001 A- 33 6.258 0.9 140.42 0.00 0.40 1.03 0.28 1.31 26.63 0.904 0.377

S.A.II- 3 932.387 0.008 A- 34 28.980 0.9 174.97 0.04 0.40 0.37 0.65 1.02 31.47 0.759 1.731

S.A.II- 4 903.366 0.006 A- 35 8.021 0.9 100.74 0.07 0.40 0.16 0.63 0.79 37.28 0.715 0.535

S.A.II- 6 981.177 0.013 A- 31 12.061 0.9 702.02 0.09 0.40 1.03 0.68 1.71 22.26 0.834 0.560

S.A.II- 7 841.212 0.015 A- 32 6.761 0.9 750.86 0.08 0.40 1.14 0.58 1.72 22.15 0.855 0.320

S.A.II- 8 646.910 0.019 A- 30 11.245 0.9 312.28 0.04 0.40 0.68 0.45 1.13 29.31 0.834 0.688

S.A.II- 11 207.499 0.020 A- 29 1.283 0.9 114.72 0.03 0.40 0.29 0.14 0.43 55.55 0.858 0.153

S.A.II- 13 615.513 0.020 A- 24 8.278 0.9 80.99 0.09 0.40 0.12 0.43 0.54 47.77 0.718 0.710

Kode

Saluran

Kode

Area

Tabel 16. Perhitungan Debit Limpasan Permukaan Metode Rasional Modifikasi Sub DAS Amprong

A. Saluran Sekunder

Sumber : Hasil Perhitungan

B. Saluran Tersier

Panjang

saluran (m)

Slope

saluran

Luas Area

(ha)C

Panjang

lereng

Slope

lahan

V

(m/dt)

To

(jam)

Td

(jam)

Tc

(jam)

I

(mm/jam)Cs

Q

(m3/dt)

S.A.III- 7 764.479 0.003 A- 23 15.898 0.9 193.49 0.06 0.40 0.33 0.53 0.86 35.09 0.765 1.07

S.A.III- 8 640.186 0.020 A- 25 6.851 0.9 337.51 0.04 0.40 0.77 0.44 1.21 28.01 0.845 0.41

S.A.III- 9 639.932 0.020 A- 26 6.254 0.9 424.05 0.03 0.40 1.08 0.44 1.52 24.03 0.873 0.33

S.A.III- 10 620.624 0.020 A- 27 8.693 0.9 242.67 0.05 0.40 0.47 0.43 0.90 34.18 0.807 0.60

S.A.III- 11 620.624 0.020 A- 28 7.764 0.9 236.80 0.07 0.40 0.38 0.43 0.81 36.57 0.790 0.56

S.A.III- 12 316.549 0.016 A- 22 6.290 0.9 135.97 0.04 0.40 0.31 0.22 0.53 48.60 0.828 0.63

Kode

Saluran

Kode

Area

Page 77: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

77

Panjang

saluran (m)

Slope

saluran

Luas Area

(ha)C

Panjang

lereng

Slope

lahan

V

(m/dt)

To

(jam)

Td

(jam)

Tc

(jam)

I

(mm/jam)Cs

Q

(m3/dt)

S.A.IV- 1 124.867 0.012 A- 1 0.973 0.9 150.04 0.01 0.40 0.66 0.09 0.74 38.80 0.945 0.09

S.A.IV- 2 127.962 0.031 A- 2 0.969 0.9 134.75 0.01 0.40 0.56 0.09 0.65 42.53 0.936 0.10

S.A.IV- 3 125.035 0.032 A- 3 1.502 0.9 177.05 0.03 0.40 0.46 0.09 0.55 47.56 0.927 0.17

S.A.IV- 4 302.406 0.015 A- 4 1.150 0.9 184.25 0.03 0.40 0.49 0.21 0.70 40.41 0.869 0.10

S.A.IV- 5 255.041 0.008 A- 5 4.221 0.9 224.70 0.01 0.40 0.85 0.18 1.03 31.26 0.921 0.30

S.A.IV- 6 80.983 0.056 A- 9 4.994 0.9 284.62 0.02 0.40 0.99 0.06 1.05 30.89 0.974 0.38

S.A.IV- 8 36.749 0.054 A- 7 7.613 0.9 171.49 0.01 0.40 0.69 0.03 0.72 39.62 0.983 0.74

S.A.IV- 9 448.218 0.009 A- 8 3.740 0.9 182.00 0.05 0.40 0.34 0.31 0.65 42.38 0.807 0.32

S.A.IV- 10 230.377 0.017 A- 10 4.680 0.9 67.21 0.07 0.40 0.11 0.16 0.27 75.53 0.774 0.68

S.A.IV- 11 483.055 0.002 A- 6 7.861 0.9 132.01 0.05 0.40 0.27 0.34 0.61 44.43 0.783 0.68

S.A.IV- 13 321.070 0.016 A- 11 4.653 0.9 188.46 0.07 0.40 0.32 0.22 0.54 47.82 0.830 0.46

S.A.IV- 15 854.780 0.015 A- 14 12.542 0.9 893.57 0.06 0.40 1.65 0.59 2.25 18.56 0.883 0.51

S.A.IV- 16 157.706 0.032 A- 17 3.654 0.9 52.76 0.09 0.40 0.07 0.11 0.18 98.23 0.771 0.69

S.A.IV- 17 864.588 0.014 A- 15, 16 28.997 0.9 925.88 0.07 0.40 1.56 0.60 2.16 19.05 0.878 1.21

S.A.IV- 18 267.962 0.047 A- 21 6.828 0.9 104.38 0.08 0.40 0.16 0.19 0.35 63.97 0.790 0.86

S.A.IV- 20 115.843 0.022 A- 20 2.945 0.9 174.96 0.07 0.40 0.29 0.08 0.37 62.13 0.901 0.41

S.A.IV- 21 278.449 0.045 A- 19 4.484 0.9 227.93 0.05 0.40 0.43 0.19 0.62 43.82 0.865 0.43

S.A.IV- 22 228.712 0.055 A- 18 5.846 0.9 200.74 0.06 0.40 0.35 0.16 0.51 49.82 0.865 0.63

Sumber: Hasil Perhitungan

Kode

Saluran

Kode

Area

C. Saluran Kuarter

Page 78: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

78

Keterangan :

Kode Saluran :

S.A.II = Saluran Sekunder

S.A.III = Saluran Tersier

S.A.IV = Saluran Kuarter

Panjang Saluran : Dari pengukuran peta kontur

Slope saluran (S) : Dari pengukuran peta kontur

C : Koefisien Pengaliran

Panjang lereng : Dari pengukuran peta kontur

Slope lahan : Dari pengukuran peta kontur

To = overland flow time :

S

nxLxx 28,3

3

2 /60

(jam)

V = 4.918 . S0.5 : Kecepatan rerata

Td = Drain flow time = V

Ls

60/60

(jam)

Tc = To + Td (jam)

Intensitas Hujan = 32

24 24

24

tc

RI

Cs = koefisien tampungan =

TdTc

Tc

2

2

Q = Cs. C. I. A

Page 79: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

79

Panjang

saluran (m)

Slope

saluran

Q

(m3/dt)

Beban Total saluranQtotal saluran

(m3/dt)

S.A.III- 1 207.288 0.060 S.A.III-1+S.A.IV-1 0.0892

S.A.III- 2 195.794 0.064 S.A.III-1 + S.A.IV-3 0.2549

S.A.III- 3 241.743 0.052 S.A.III-2+S.A.IV-5 0.5588

S.A.III- 4 777.198 0.016 S.A.III-3+S.A.IV-11 1.2433S.A.III- 5 505.578 0.049 S.A.IV-6 0.3758

S.A.III- 7 764.479 0.003 1.0677 S.A.III-7 1.0677

S.A.III- 8 640.186 0.020 0.4056 S.A.III-8 0.4056

S.A.III- 9 639.932 0.020 0.3282 S.A.III-9 0.3282

S.A.III- 10 620.624 0.020 0.5996 S.A.III-10 0.5996

S.A.III- 11 620.624 0.020 0.5614 S.A.III-11 0.5614

S.A.III- 12 316.549 0.016 0.6335 S.A.III-12 0.6335

S.A.III- 13 76.340 0.065 S.A.II-13+S.A.III-12+S.A.III-13 1.3437

S.A.III- 14 331.709 0.015 S.A.III.14 + S.A.IV-17 1.9060

S.A.III- 15 294.249 0.042 S.A.IV-22 2.3323

S.A.III- 16 89.373 0.032 S.A.IV-13 0.4619

Kode Saluran

Tabel 17. Perhitungan Debit Total Pada Tiap Saluran Sub DAS

Amprong

A. Saluran Sekunder

Panjang

saluran (m)

Slope

saluran

Q

(m3/dt)

Beban Total saluranQtotal saluran

(m3/dt)

S.A.II- 1 64.292 0.194 S.A.III-4, S.A.IV-10, S.A.III-5 2.6792

S.A.II- 2 400.168 0.001 0.3768 S.A.II-2 0.3768

S.A.II- 3 932.387 0.008 1.7310 S.A.II-2+S.A.II-3 2.1078

S.A.II- 4 903.366 0.006 0.5354 S.A.II-3+S.A.II-4 2.6432

S.A.II- 5 184.577 0.027 S.A.II-4 2.6432

S.A.II- 6 646.910 0.019 0.5600 S.A.II-6 0.5600

S.A.II- 7 517.266 0.024 0.3204 S.A.II-7 0.3204

S.A.II- 8 981.177 0.013 0.6880 S.A.II-9+S.A.II-12 1.3673

S.A.II- 9 841.212 0.015 0.1529 S.A.III-8+ S.A.III-9 0.7338

S.A.II- 10 493.777 0.025 S.A.III-10+S.A.III-11+S.A.II-12 1.7945

S.A.II- 11 207.499 0.019 S.A.III-11 0.5614

S.A.II- 12 492.712 0.020 S.A.III-12 0.6335

S.A.II- 13 615.513 0.020 0.7103 S.A.II-13 0.7103

Kode Saluran

B. Saluran Tersier

Page 80: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

80

C. Saluran Kuarter

Panjang

saluran (m)

Slope

saluran

Q

(m3/dt)

Beban Total saluranQtotal saluran

(m3/dt)

S.A.IV- 1 124.867 0.012 0.0892 S.A.IV-1 0.0892

S.A.IV- 2 127.962 0.031 0.0965 S.A.IV-2 0.0965

S.A.IV- 3 125.035 0.032 0.1656 S.A.IV-3 0.1656

S.A.IV- 4 302.406 0.015 0.1011 S.A.IV-4 0.1011

S.A.IV- 5 255.041 0.008 0.3039 S.A.IV-5 0.3039

S.A.IV- 6 80.983 0.056 0.3758 S.A.IV-6 0.3758

S.A.IV- 8 36.749 0.054 0.7415 S.A.IV-8+S.A.IV-4 0.8380

S.A.IV- 9 448.218 0.009 0.3201 S.A.IV-8+S.A.IV-4 0.9391

S.A.IV- 10 230.377 0.017 0.6843 S.A.IV-6+S.A.IV-10 1.0601

S.A.IV- 11 483.055 0.002 0.6845 S.A.IV-11 0.6845

S.A.IV- 13 321.070 0.016 0.4619 S.A.IV-13 0.4619

S.A.IV- 15 854.780 0.015 0.5144 S.A.IV-14, S.A.III-16 0.9763

S.A.IV- 16 157.706 0.032 0.6924 S.A.IV-16 0.6924

S.A.IV- 17 864.588 0.014 1.2136 S.A.IV-16+S.A.IV-17 1.9060

S.A.IV- 18 267.962 0.047 0.8639 S.A.IV-18 0.8639

S.A.IV- 19 203.072 0.062 S.A.IV-18 0.8639

S.A.IV- 20 115.843 0.022 0.4126 S.A.IV-19+S.A.V-20 1.2764

S.A.IV- 21 278.449 0.045 0.4252 S.A.IV-20+S.A.IV-21 1.7016

S.A.IV- 22 228.712 0.055 0.6306 S.A.IV-21+S.A.IV-22 2.3323

Sumber: Hasil Perhitungan

Kode Saluran

Page 81: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

81

b1 b2 h d

(m) (m) (m) (m) (m2) (m

2) m (m/dt) (m

3/dt) (m

3/dt) (m

3/dt)

Jl. Ki Ageng Gribig (Madyopuro Gang V) Terbuka Trapesium 0.015 0.80 1.00 0.25 0.85 0.861 2.552 0.337 0.0161 4.10 3.53 4.230 1.243 Memenuhi

Jl. Ki Ageng Gribig (Depan PP2KDSP) Terbuka Trapesium 0.015 2.00 2.50 0.125 1.20 2.580 4.419 0.584 0.0638 11.77 30.36 36.432 0.255 Memenuhi

Jl. D. Sentani kiri (Depan Telkom) Terbuka Trapesium 0.015 0.50 1.00 0.25 0.70 0.473 1.943 0.243 0.0638 6.56 3.10 3.721 0.255 Memenuhi

Jl. D. Sentani kanan (Depan Telkom) Terbuka Trapesium 0.015 0.50 1.00 0.25 0.70 0.473 1.943 0.243 0.0638 6.56 3.10 3.721 0.255 Memenuhi

Jl. Ki Ageng Gribig (Pertigaan Madyopuro) Terbuka Trapesium 0.015 0.85 0.98 0.25 0.75 0.778 2.396 0.325 0.0494 7.00 5.45 6.540 1.243 Memenuhi

Jl. Ki Ageng Gribig (Ke arah Buring) Terbuka Trapesium 0.015 0.60 0.75 0.55 0.330 1.700 0.194 0.0271 3.68 1.21 1.457 2.643 Tidak memenuhi

Jl. Ki Ageng Gribig kanan (Dari arah D. Toba) Terbuka Trapesium 0.015 0.80 1.00 1.00 0.800 2.800 0.286 0.0012 1.02 0.82 0.981 0.377 Memenuhi

Jl. Ki Ageng Gribig kiri (Dari arah D. Toba) Tertutup Segiempat 0.015 0.60 0.40 0.240 1.400 0.171 0.0012 0.73 0.17 0.209 2.108 Tidak memenuhi

Jl. Ki Ageng Gribig kiri (Dari arah D. Toba) Tertutup Segiempat 0.015 1.00 1.00 1.000 3.000 0.333 0.0012 1.13 1.13 1.359 2.643 Tidak memenuhi

Jl. Ki Ageng Gribig kiri (Dari arah Jl Muharto) Terbuka Segiempat 0.015 1.00 0.60 0.600 2.200 0.273 0.0055 2.09 1.25 1.502 2.643 Tidak memenuhi

Jl. Ki Ageng Gribig kanan (Dari arah Jl Muharto) Terbuka Segiempat 0.015 0.35 0.40 0.140 1.150 0.122 0.0271 2.70 0.38 0.453 2.643 Tidak memenuhi

Jl. Ki Ageng Gribig kanan (Dari arah Jl Muharto) Terbuka Segiempat 0.015 0.50 0.50 0.250 1.500 0.167 0.0193 2.81 0.70 0.842 0.560 Memenuhi

Perum Buring Terbuka Segiempat 0.015 0.30 0.40 0.120 1.100 0.109 0.5144 10.92 1.31 1.572 0.976 Memenuhi

SV Qp

kapasitas

Saluran

DimensiA P R

m

Q desainKeteranganNama Saluran Tipe Saluran n

Tabel 18. Kapasitas dan Evaluasi Saluran Drainase Eksisting Sub DAS Amprong

Page 82: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

82

Keterangan :

B1 = Dasar Saluran

m = kemiringan talud

h = tinggi saluran

d = diameter saluran (Lingkaran)

-

Luas Penampang - Trapesium : A = (b+mh)h - Segiempat : A = b. h

Perimeter - Trapesium : P =

b+2h221 m

* Segiempat : P = b+2h

R = A/P

V = 1/n . R2/3. S0.5

Qsaluran = V. A (Kap. Saluran)

Q desain = 1.2. Qsaluran

Jika Q desain > Kapasitas Saluran eksisting Memenuhi

Jika Q desain < Kapasitas Saluran eksisitng Tidak memenuhi , maka saluran perlu

perbaikan.

Page 83: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

83

B1 B2 B D hSM II - 1 Jl. Joyo Suryo ka 265.00 0.0260 0.35 - 0.30

SM II - 2 Jl. Joyo Suryo ki 288.70 0.0320 1.57 1.65 - 0.40

SM II - 3 Jl. Puncak Mandala 2 ki 441.70 0.0483 0.26 0.32 - 0.34

SM II - 4 Jl. Puncak Mandala 1 ki 77.60 0.0783 0.60 - 0.60

SM II - 5 Jl. Puncak Mandala 1 ka 74.10 0.0483 0.26 0.32 - 0.34

SM II - 6 Jl. Jupri 3 ki 155.10 0.0533 0.55 0.90 - 0.40

SM II - 7 Jl. Jupri 3 ka 135.70 0.0510 0.40 0.80 - 0.85

SM II - 8 Jl. Bandulan Barat ki 203.90 0.0720 0.25 - 0.32

SM II - 9 Jl. Bandulan Barat ka 206.90 0.0717 0.33 0.46 - 0.47

SM II - 10 Jl. Mergan Lori 2 ka 854.80 0.0187 0.30 0.54 - 0.45

SM II - 11 Jl. S. Supriyadi 1 ka 535.00 0.0047 0.67 - 0.60

SM II - 12 Jl. Kelayatan III 1 ki 102.50 0.0543 0.45 - 0.20

SM II - 13 Jl. Kelayatan III 1 ka 98.30 0.0538 0.35 - 0.25

SM II - 14 Jl. S. Supriyadi 2 ka 1183.50 0.0047 0.67 - 0.60

SM II - 15 Jl. Mertojoyo 1 ki 158.30 0.0085 0.24 0.40 - 0.56

SM II - 16 Jl. Mertojoyo 1 ka 153.00 0.0127 0.25 - 0.30

SM II - 17 Jl. Gajayana ka 61.70 0.0293 0.40 0.50 - 0.40

SM II - 17 Jl. Bend. Siguragura barat ki 541.70 0.0177 0.50 - 0.50

SM II - 18 Jl. Sunan Kalijaga ki 469.10 0.0177 0.50 - 0.50

SM II - 19 Jl. Raya Tidar 1 ki 235.10 0.0483 0.26 0.32 - 0.34

SM II - 20 Jl. Raya Tidar 1 ka 230.50 0.0783 0.60 - 0.60

SM II - 21 Jl. Raya Tidar 2 ki 256.20 0.0783 0.60 - 0.60

SM II - 22 Jl. Raya Tidar 2 ki 244.70 0.0483 0.26 0.32 - 0.37

SM II - 23 Jl. Galunggung 3 ka 176.90 0.0023 0.30 - 0.30

SM II - 24 Jl. Raya Langsep ka 1185.00 0.0280 0.40 0.50 - 0.40

SM II - 27 Jl. Mertojoyo 2 ki 465.30 0.0127 0.25 - 0.30

SM II - 28 Jl. Mertojoyo 2 ka 467.00 0.0085 0.24 0.40 - 0.56

SM II - 32 Jl. Bend. Sutami 1 ka 350.70 0.0270 0.30 - 0.40

SM II - 33 Jl. Bend. Sutami 2 ka 326.20 0.0270 0.30 - 0.40

SM II - 35 Jl. Galunggung 1 ka 278.20 0.0002 0.30 - 0.30

SM II - 36 Jl. Galunggung 2 ki 196.00 0.0023 0.30 - 0.30

SM II - 37 Jl. Terusan Raya Dieng 1 ki 66.00 0.0490 0.60 - 0.60

SM II - 38 Jl. Terusan Raya Dieng 1 ka 68.30 0.0237 0.30 - 0.30

SM II - 39 Jl. Terusan Raya Dieng 2 ka 209.50 0.0237 0.30 - 0.30

SM II - 40 Jl. Terusan Raya Dieng 2 ki 212.20 0.0490 0.60 - 0.60

SM II - 42 Jl. Raya Bandulan 2 ki 169.90 0.0347 0.50 0.77 - 0.60

SM II - 43 Jl. Raya Bandulan 2 ka 169.50 0.0121 0.48 0.57 - 0.61

SM II - 44 Jl. Tebo Utara 1 ki 202.20 0.0073 0.40 0.70 - 0.85

SM II - 45 Jl. Tebo Utara 1 ka 202.00 0.0140 0.40 0.80 - 0.73

SM II - 46 Jl. Tebo Utara 2 ki 67.90 0.0140 0.40 0.80 - 0.73

SM II - 47 Jl. Tebo Utara 2 ka 75.10 0.0073 0.40 0.70 - 0.85

SM II - 48 Jl. Raya Mulyorejo ki 227.70 0.0463 0.46 0.86 - 0.74

SM II - 49 Jl. Raya Mulyorejo ka 214.50 0.0413 0.50 0.95 - 0.55

SM II - 50 Jl. Kemanten III ki 311.10 0.0443 0.60 - 0.75

SM II - 51 Jl. Kemanten III ka 310.70 0.0527 0.60 - 0.75

DimensiKode Saluran JALAN

Panjang

Saluran (m)

Slope

Saluran

Tabel 19. Klasifikasi Saluran Drainase DAS Metro

A. Saluran Sekunder

Page 84: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

84

B1 B2 B D hS.M III - 1 Jl. Joyo Sari 2 ki 180.40 0.0270 0.59 0.76 - 0.85

SM III - 1 Jl. Joyo Sari 2 ka 173.30 0.0300 0.60 - 0.60

SM III -2 Jl. Joyo Sari 1 ki 462.00 0.0300 0.60 - 0.60

SM III - 3 Jl. Joyo Sari 1 ka 439.30 0.0270 0.59 0.76 - 0.85

SM III - 4 Jl. Joyo Grand ki 200.60 0.0207 0.30 - 0.30

SM III - 5 Jl. Joyo Grand ka 198.60 0.0390 0.40 0.50 - 0.47

SM III - 6 Jl. Puncak Mandala 2 ka 457.00 0.0783 0.60 - 0.60

SM III - 7 Jl. Raya Bandulan 1 ka 964.90 0.0413 0.56 0.61 - 0.80

SM III - 8 Jl. Raya Bandulan 1 ki 982.10 0.0103 0.42 0.60 - 0.72

SM III - 9 Jl. Kelayatan III 2 ki 499.70 0.0443 0.35 - 0.25

SM III - 10 Jl. Kelayatan III 2 ka 510.10 0.0543 0.45 - 0..2

SM III - 11 Jl. Simpang Gajayana 2 ki 61.80 0.0200 0.50 - 0.60

SM III - 12 Jl. Simpang Gajayana 2 ka 114.90 0.0200 0.50 - 0.60

SM III - 13 Jl. Jupri 1 ka 91.30 0.0510 0.40 0.80 - 0.85

SM III - 14 Jl. Jupri 2 ki 28.50 0.0510 0.40 0.80 - 0.85

SM III - 15 Jl. Bend. Sigura-gura 1 ki 78.80 0.0200 0.86 - 0.62

SM III - 16 Jl. Bend. Sigura-gura 1 ka 80.60 0.0200 1.00 1.85 - 2.00

SM III - 17 Jl. Bend. Sigura-gura 2 ki 530.10 0.0200 1.00 1.85 - 2.00

SM III -18 Jl. Bend. Sigura-gura 2 ka 537.30 0.0200 0.86 - 0.62

SM III - 19 Jl. Raya Tidar 3 ki 174.50 0.0483 0.32 0.32 - 0.34

SM III - 19 Jl. Bukit Barisan 1 ki 363.40 0.0147 0.70 - 0.70

SM III - 20 Jl. Raya Tidar 3 ka 186.30 0.0783 0.60 - 0.60

SM III - 20 Jl. Bukit Barisan 1 ka 329.00 0.0147 0.50 - 0.80

SM III - 21 Jl. Bukit Barisan 2 ki 70.40 0.0147 0.50 - 0.80

SM III - 22 Jl. Bukit barisan 2 ka 68.70 0.0147 0.70 - 0.70

SM III - 24 Jl. Mergan Lori 1 ki 233.40 0.0187 0.18 - 0.24

SM III - 25 Jl. Mergan Lori 1 ka 228.10 0.0187 0.30 0.54 - 0.45

SM III - 26 Jl. Pelabuhan Ketapang 1 ki 189.40 0.0120 0.30 - 0.30

SM III - 27 Jl. Pelabuhan Ketapang 1 ka 186.90 0.0170 0.28 - 0.25

SM III - 28 Jl. Pelabuhan Ketapang 2 ki 617.30 0.0170 0.28 - 0.25

SM III - 29 Jl. Pelabuhan Ketapang 2 ka 622.90 0.0120 0.30 - 0.30

SM III - 30 Jl. Simpang Gajayana 1 ka 189.50 0.0200 0.50 - 0.60

SM III - 31 Jl. Simpang Gajayana 3 ki 115.80 0.0200 0.50 - 0.60

SM III - 32 Jl. Simpang Gajayana 1 ki 280.70 0.0200 0.50 - 0.60

DimensiKode Saluran JALAN

Panjang

Saluran (m)

Slope

Saluran

B. Saluran Tersier

Page 85: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

85

Panjang

Saluran Luas Area C S To Td Tc Tc Cs I Q

(m) (km2) (menit) (menit) (menit) (jam) (mm/jam) (m

3/dt)

S.M III - 1 Jl. Joyo Sari 2 ki 180.4 0.003 0.8 0.0270 4.278 0.785 5.063 0.084 0.928 164.008 0.090

SM III - 1 Jl. Joyo Sari 2 ka 173.3 0.015 0.8 0.0300 3.983 0.976 4.959 0.083 0.910 166.298 0.496

SM II - 2 Jl. Joyo Suryo ki 288.7 0.015 0.8 0.0320 5.756 1.477 7.233 0.121 0.907 129.273 0.380

SM II - 1 Jl. Joyo Suryo ka 265.0 0.007 0.8 0.0260 5.837 2.738 8.575 0.143 0.862 115.405 0.153

SM III -2 Jl. Joyo Sari 1 ki 462.0 0.016 0.8 0.0300 8.474 2.601 11.075 0.185 0.895 97.301 0.318

SM III - 3 Jl. Joyo Sari 1 ka 439.3 0.02 0.8 0.0270 8.489 1.911 10.400 0.173 0.916 101.467 0.417

SM III - 4 Jl. Joyo Grand ki 200.6 0.005 0.8 0.0207 5.146 2.161 7.307 0.122 0.871 128.403 0.135

SM III - 5 Jl. Joyo Grand ka 198.6 0.01 0.8 0.0390 3.999 1.325 5.324 0.089 0.889 158.601 0.322

SM II - 4 Jl. Puncak Mandala 1 ki 77.6 0.006 0.8 0.0783 1.483 0.270 1.753 0.029 0.928 332.713 0.383

SM II - 5 Jl. Puncak Mandala 1 ka 74.1 0.013 0.8 0.0483 1.724 0.507 2.231 0.037 0.898 283.331 0.742

SM II - 3 Jl. Pncak Mandala 2 ki 441.7 0.006 0.8 0.0483 6.813 3.019 9.832 0.164 0.867 105.341 0.125

SM III - 6 Jl. Puncak Mandala 2 ka 457.0 0.009 0.8 0.0783 5.808 1.592 7.400 0.123 0.903 127.320 0.222

SM II - 6 Jl. Jupri 3 ki 155.1 0.019 0.8 0.0533 2.931 0.550 3.481 0.058 0.927 210.568 0.834

SM II - 7 Jl. Jupri 3 ka 135.7 0.016 0.8 0.0510 2.690 0.444 3.143 0.052 0.934 225.852 0.741

SM III - 8 Jl. Raya Bandulan 1 ki 982.1 0.056 0.8 0.0103 22.830 10.973 33.803 0.563 0.860 46.225 0.497

SM III - 7 Jl. Raya Bandulan 1 ka 964.9 0.088 0.8 0.0413 13.207 5.048 18.255 0.304 0.879 69.719 1.200

SM II - 8 Jl. Bandulan Barat ki 203.9 0.057 0.8 0.0720 3.222 1.074 4.296 0.072 0.889 183.000 2.049

SM II - 9 Jl. Bandulan Barat ka 206.9 0.071 0.8 0.0717 3.265 0.793 4.058 0.068 0.911 190.076 2.718

SM II - 10 Jl. Mergan Lori 2 ka 854.8 0.117 0.8 0.0187 16.338 7.278 23.616 0.394 0.866 58.717 1.318

SM II - 11 Jl. S. Supriyadi 1 ka 535.0 0.054 0.8 0.0047 19.423 6.187 25.610 0.427 0.892 55.626 0.592

SM II - 12 Jl. Kelayatan III 1 ki 102.5 0.002 0.8 0.0543 2.117 0.558 2.674 0.045 0.906 251.037 0.114

SM II - 13 Jl. Kelayatan III 1 ka 98.3 0.004 0.8 0.0538 2.056 0.547 2.603 0.043 0.905 255.613 0.187

SM III - 9 Jl. Kelayatan III 2 ki 499.7 0.063 0.8 0.0443 7.746 3.064 10.810 0.180 0.876 98.886 1.208

SM III - 10 Jl. Kelayatan III 2 ka 510.1 0.024 0.8 0.5430 7.281 2.744 10.055 0.168 0.879 103.776 0.481

SM II - 14 Jl. S. Supriyadi 2 ka 1183.5 0.075 0.8 0.0047 35.793 13.685 49.479 0.825 0.879 35.852 0.528

SM II - 15 Jl. Mertojoyo 1 ki 158.3 0.021 0.8 0.0085 6.038 1.891 7.292 0.122 0.893 121.597 0.511

SM II - 16 Jl. Mertojoyo 1 ka 153.0 0.001 0.8 0.0127 5.043 1.945 6.988 0.116 0.878 132.279 0.038

SM III - 11 Jl. Simpang Gajayana 2 ki 61.8 0.02 0.8 0.0200 2.106 0.394 2.500 0.042 0.927 262.594 1.060

SM III - 30 Jl. Simpang Gajayana 1 ka 189.5 0.009 0.8 0.0200 4.987 1.207 6.195 0.103 0.911 143.353 0.269

SM III - 31 Jl. Simpang Gajayana 3 ki 115.8 0.003 0.8 0.0200 3.413 0.738 4.151 0.069 0.918 187.233 0.105

SM III - 12 Jl. Simpang Gajayana 2 ka 114.9 0.015 0.8 0.0200 3.392 0.732 4.124 0.069 0.919 188.051 0.569

SM II - 17 Jl. Gajayana ka 61.7 0.032 0.8 0.0293 1.813 0.427 2.240 0.037 0.913 282.549 1.853

SM II - 17 Jl. Bend. Siguragura barat ki 541.7 0.021 0.8 0.0177 11.745 5.161 16.907 0.282 0.868 73.380 0.291

SM II - 18 Jl. Sunan Kalijaga ki 469.1 0.022 0.8 0.0177 10.514 4.470 14.984 0.250 0.870 79.534 0.331

Nama JalanKode

Saluran

Tabel 20. Perhitungan Debit Limpasan Permukaan Metode Rasional Modifikasi DAS Metro

Page 86: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

86

Panjang

Saluran Luas Area C S To Td Tc Tc Cs I Q

(m) (km2) (menit) (menit) (menit) (jam) (mm/jam) (m

3/dt)

SM II - 19 Jl. Raya Tidar 1 ki 235.1 0.032 0.8 0.0483 4.192 1.607 5.799 0.097 0.878 149.812 0.923

SM II - 20 Jl. Raya Tidar 1 ka 230.5 0.004 0.8 0.0783 3.428 0.803 4.231 0.071 0.913 184.859 0.162

SM II - 21 Jl. Raya Tidar 2 ki 256.2 0.002 0.8 0.0783 3.720 0.893 4.613 0.077 0.912 174.516 0.053

SM II - 22 Jl. Raya Tidar 2 ki 244.7 0.038 0.8 0.0483 4.324 1.673 5.997 0.100 0.878 146.496 1.084

SM II - 23 Jl. Galunggung 3 ka 176.9 0.004 0.8 0.0023 10.970 5.775 16.745 0.279 0.853 73.851 0.055

SM II - 24 Jl. Raya Langsep ka 1185.0 0.036 0.8 0.0280 17.973 8.395 26.369 0.439 0.863 54.553 0.372

SM III - 13 Jl. Jupri 1 ka 91.3 0.004 0.8 0.0510 1.982 0.299 2.281 0.038 0.939 279.141 0.251

SM III - 14 Jl. Jupri 2 ki 28.5 0.001 0.8 0.0510 0.810 0.093 0.903 0.015 0.951 517.862 0.075

SM II - 27 Jl. Mertojoyo 2 ki 465.3 0.021 0.8 0.0127 11.876 5.915 17.792 0.297 0.857 70.924 0.278

SM II - 28 Jl. Mertojoyo 2 ka 467.0 0.022 0.8 0.0085 13.885 5.576 19.461 0.324 0.875 66.807 0.280

SM III - 32 Jl. Simpang Gajayana 1 ki 280.7 0.00 0.8 0.0200 6.749 1.788 8.537 0.142 0.905 115.745 0.000

SM III - 15 Jl. Bend. Sigura-gura 1 ki 78.8 0.002 0.8 0.0200 2.537 0.463 3.000 0.050 0.928 232.513 0.095

SM III - 16 Jl. Bend. Sigura-gura 1 ka 80.6 0.003 0.8 0.0200 2.583 0.280 2.862 0.048 0.953 239.907 0.162

SM III - 17 Jl. Bend. Sigura-gura 2 ki 530.1 0.052 0.8 0.0200 11.013 1.839 12.852 0.214 0.933 88.107 0.949

SM III -18 Jl. Bend. Sigura-gura 2 ka 537.3 0.010 0.8 0.0200 11.127 3.160 14.287 0.238 0.900 82.101 0.165

SM II - 32 Jl. Bend. Sutami 1 ka 350.7 0.002 0.8 0.0270 7.137 3.118 10.255 0.171 0.868 102.422 0.033

SM II - 33 Jl. Bend. Sutami 2 ka 326.2 0.003 0.8 0.0270 6.750 2.900 9.650 0.161 0.869 106.661 0.068

SM III - 19 Jl. Raya Tidar 3 ki 174.5 0.031 0.8 0.0483 3.332 1.193 4.525 0.075 0.844 176.773 1.083

SM III - 20 Jl. Raya Tidar 3 ka 186.3 0.038 0.8 0.0783 2.911 0.649 3.560 0.059 0.916 207.431 1.603

SM II - 35 Jl. Galunggung 1 ka 278.2 0.009 0.8 0.0023 15.568 9.098 24.666 0.411 0.844 57.038 0.096

SM II - 36 Jl. Galunggung 2 ki 196.0 0.008 0.8 0.0023 11.869 6.397 18.266 0.304 0.851 29.689 0.105

SM III - 19 Jl. Bukit Barisan 1 ki 363.4 0.056 0.8 0.0147 9.278 2.640 11.918 0.199 0.900 92.655 1.043

SM III - 20 Jl. Bukit Barisan 1 ka 329.0 0.088 0.8 0.0147 8.595 2.737 11.332 0.189 0.892 95.824 1.676

SM III - 21 Jl. Bukit Barisan 2 ki 70.4 0.047 0.8 0.0147 2.622 0.586 3.208 0.053 0.916 222.348 2.145

SM III - 22 Jl. Bukit barisan 2 ka 68.7 0.059 0.8 0.0147 2.574 0.499 3.073 0.051 0.925 228.800 2.793

SM II - 37 Jl. Terusan Raya Dieng 1 ki 66.0 0.001 0.8 0.0490 1.568 0.334 1.903 0.032 0.919 315.034 0.093

SM II - 38 Jl. Terusan Raya Dieng 1 ka 68.3 0.004 0.8 0.0237 2.130 0.790 2.921 0.049 0.881 236.703 0.173

SM II - 39 Jl. Terusan Raya Dieng 2 ka 209.5 0.002 0.8 0.0237 5.051 2.425 7.476 0.125 0.860 126.457 0.055

SM II - 40 Jl. Terusan Raya Dieng 2 ki 212.2 0.016 0.8 0.0490 3.854 1.075 4.930 0.082 0.902 166.950 0.524

SM III - 24 Jl. Mergan Lori 1 ki 233.4 0.005 0.8 0.0187 6.013 3.509 9.523 0.159 0.844 107.612 0.100

SM III - 25 Jl. Mergan Lori 1 ka 228.1 0.005 0.8 0.0187 5.908 1.942 7.850 0.131 0.890 122.408 0.120

SM II - 42 Jl. Raya Bandulan 2 ki 169.9 0.047 0.8 0.0347 3.710 0.960 4.670 0.078 0.907 173.083 1.653

SM II - 43 Jl. Raya Bandulan 2 ka 169.5 0.059 0.8 0.0121 5.547 1.797 7.344 0.122 0.891 127.972 1.505

SM II - 44 Jl. Tebo Utara 1 ki 202.2 0.013 0.8 0.0073 7.714 1.838 9.551 0.159 0.912 107.395 0.280

SM II - 45 Jl. Tebo Utara 1 ka 202.0 0.035 0.8 0.0140 6.010 1.293 7.303 0.122 0.919 128.449 0.929

Kode

SaluranNama Jalan

Page 87: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

87

Panjang

Saluran Luas Area C S To Td Tc Tc Cs I Q

(m) (km2) (menit) (menit) (menit) (jam) (mm/jam) (m

3/dt)

SM II - 46 Jl. Tebo Utara 2 ki 67.9 0.001 0.8 0.0140 2.595 0.435 3.029 0.050 0.933 231.007 0.060

SM II - 47 Jl. Tebo Utara 2 ka 75.1 0.001 0.8 0.0073 3.599 0.683 4.282 0.071 0.926 183.397 0.051

SM II - 48 Jl. Raya Mulyorejo ki 227.7 0.017 0.8 0.0463 4.160 1.037 5.197 0.087 0.909 161.166 0.561

SM II - 49 Jl. Raya Mulyorejo ka 214.5 0.01 0.8 0.0413 4.149 1.059 5.208 0.087 0.908 160.941 0.335

SM II - 50 Jl. Kemanten III ki 311.1 0.013 0.8 0.0443 5.377 1.582 6.959 0.116 0.898 132.646 0.348

SM II - 51 Jl. Kemanten III ka 310.7 0.091 0.8 0.0527 5.028 1.450 6.478 0.108 0.899 139.142 2.540

SM III - 26 Jl. Pelabuhan Ketapang 1 ki 189.4 0.016 0.8 0.0120 6.069 2.275 8.344 0.139 0.880 117.525 0.362

SM III - 27 Jl. Pelabuhan Ketapang 1 ka 186.9 0.014 0.8 0.0170 5.253 2.385 7.638 0.127 0.865 124.663 0.325

SM III - 28 Jl. Pelabuhan Ketapang 2 ki 617.3 0.004 0.8 0.0170 13.183 7.880 21.062 0.351 0.842 63.374 0.043

SM III - 29 Jl. Pelabuhan Ketapang 2 ka 622.9 0.044 0.8 0.0120 15.179 7.484 22.663 0.378 0.858 60.351 0.512

Kode

SaluranNama Jalan

Page 88: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

88

Kode Saluran :

S.M.II = Saluran Sekunder

S.M.III = Saluran Tersier

S.M.IV = Saluran Kuarter

Panjang Saluran : Dari pengukuran peta kontur

Slope saluran (S) : Dari pengukuran peta kontur

C : Koefisien Pengaliran

Panjang lereng : Dari pengukuran peta kontur

Slope lahan : Dari pengukuran peta kontur

To = overland flow time :

S

nxLxx 28,3

3

2 /60

(jam)

V = 4.918 . S0.5 : Kecepatan rerata

Td = Drain flow time = V

Ls

60/60

(jam)

Tc = To + Td (jam)

Intensitas Hujan = 32

24 24

24

tc

RI

Cs = koefisien tampungan =

TdTc

Tc

2

2

Q = Cs. C. I. A

Page 89: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

89

Tabel 21. Kapasitas Saluran Drainase Eksisting DAS Metro

B1 B2 B D hS.M III - 1 Jl. Joyo Sari 2 ki 0.59 0.76 - 0.85 0.017 0.574 2.298 0..225 2.198

SM III - 1 Jl. Joyo Sari 2 ka 0.60 - 0.60 0.020 0.360 1.800 0.200 1.066

SM II - 2 Jl. Joyo Suryo ki 1.57 1.65 - 0.40 0.023 0.644 2.374 0.271 2.098

SM II - 1 Jl. Joyo Suryo ka 0.35 - 0.30 0.023 0.105 0.950 0.111 0.169

SM III -2 Jl. Joyo Sari 1 ki 0.60 - 0.60 0.020 0.360 1.800 0.200 1.066

SM III - 3 Jl. Joyo Sari 1 ka 0.59 0.76 - 0.85 0.017 0.574 2.298 0.250 2.198

SM III - 4 Jl. Joyo Grand ki 0.30 - 0.30 0.020 0.090 0.900 0.100 0.139

SM III - 5 Jl. Joyo Grand ka 0.40 0.50 - 0.47 0.023 0.211 1.345 0.157 0.528

SM II - 4 Jl. Puncak Mandala 1 ki 0.60 - 0.60 0.020 0.360 1.800 0.200 1.722

SM II - 5 Jl. Puncak Mandala 1 ka 0.26 0.32 - 0.34 0.020 0.099 0.943 0.105 0.240

SM II - 3 Jl. Pncak Mandala 2 ki 0.26 0.32 - 0.34 0.020 0.099 0.943 0.105 0.240

SM III - 6 Jl. Puncak Mandala 2 ka 0.60 - 0.60 0.020 0.360 1.800 0.200 1.722

SM II - 6 Jl. Jupri 3 ki 0.55 0.90 - 0.40 0.017 0.290 1.423 0.204 1.364

SM II - 7 Jl. Jupri 3 ka 0.40 0.80 - 0.85 0.017 0.510 2.146 0.238 2.596

SM III - 8 Jl. Raya Bandulan 1 ki 0.42 0.60 - 0.72 0.023 0.367 1.871 0.796 0.548

SM III - 7 Jl. Raya Bandulan 1 ka 0.56 0.61 - 0.80 0.023 0.468 2.161 0.217 1.490

SM II - 8 Jl. Bandulan Barat ki 0.25 - 0.32 0.017 0.080 0.890 0.090 0.253

SM II - 9 Jl. Bandulan Barat ka 0.33 0.46 - 0.47 0.017 0.186 1.279 0.145 0.807

SM II - 10 Jl. Mergan Lori 2 ka 0.30 0.54 - 0.45 0.020 0.189 1.232 0.154 0.370

SM II - 11 Jl. S. Supriyadi 1 ka 0.67 - 0.60 0.017 0.402 1.870 0.215 0.579

SM II - 12 Jl. Kelayatan III 1 ki 0.45 - 0.20 0.017 0.090 0.850 0.106 0.276

SM II - 13 Jl. Kelayatan III 1 ka 0.35 - 0.25 0.017 0.880 0.850 0.103 0.262

SM III - 9 Jl. Kelayatan III 2 ki 0.35 - 0.25 0.017 0.088 0.850 0.103 0.238

SM III - 10 Jl. Kelayatan III 2 ka 0.45 - 0..2 0.017 0.090 0.850 0.106 0.276

SM II - 14 Jl. S. Supriyadi 2 ka 0.67 - 0.60 0.017 0.402 1.870 0.215 0.579

SM II - 15 Jl. Mertojoyo 1 ki 0.24 0.40 - 0.56 0.017 0.179 1.371 0.131 0.250

SM II - 16 Jl. Mertojoyo 1 ka 0.25 - 0.30 0.017 0.075 0.850 0.088 0.098

SM III - 11 Jl. Simpang Gajayana 2 ki 0.50 - 0.60 0.017 0.300 1.700 0.176 0.785

SM III - 30 Jl. Simpang Gajayana 1 ka 0.50 - 0.60 0.017 0.300 1.700 0.176 0.785

SM III - 31 Jl. Simpang Gajayana 3 ki 0.50 - 0.60 0.017 0.300 1.700 0.176 0.785

SM III - 12 Jl. Simpang Gajayana 2 ka 0.50 - 0.60 0.017 0.300 1.700 0.176 0.785

SM II - 17 Jl. Gajayana ka 0.40 0.50 - 0.40 0.020 0.180 1.206 0.149 0.433

SM II - 17 Jl. Bend. Siguragura barat ki 0.50 - 0.50 0.023 0.250 1.500 0.167 0.437

SM II - 18 Jl. Sunan Kalijaga ki 0.50 - 0.50 0.023 0.250 1.500 0.167 0.437

SM II - 19 Jl. Raya Tidar 1 ki 0.26 0.32 - 0.34 0.020 0.099 0.943 0.105 0.240

SM II - 20 Jl. Raya Tidar 1 ka 0.60 - 0.60 0.020 0.360 1.800 0.200 1.722

SM II - 21 Jl. Raya Tidar 2 ki 0.60 - 0.60 0.020 0.360 1.800 0.200 1.722

SM II - 22 Jl. Raya Tidar 2 ki 0.26 0.32 - 0.37 0.020 0.099 0.943 0.105 0.240

Q saluranNama JalanKodeDimensi

n A P R

Page 90: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

90

B1 B2 B D hSM II - 23 Jl. Galunggung 3 ka 0.30 - 0.30 0.020 0.090 0.900 0.100 0.046

SM II - 24 Jl. Raya Langsep ka 0.40 0.50 - 0.40 0.020 0.180 1.206 0.149 0.423

SM III - 13 Jl. Jupri 1 ka 0.40 0.80 - 0.85 0.017 0.510 2.146 0.238 2.596

SM III - 14 Jl. Jupri 2 ki 0.40 0.80 - 0.85 0.017 0.510 2.146 0..238 2.596

SM II - 27 Jl. Mertojoyo 2 ki 0.25 - 0.30 0.017 0.075 0.850 0.080 0.098

SM II - 28 Jl. Mertojoyo 2 ka 0.24 0.40 - 0.56 0.017 0.179 1.371 0.131 0.250

SM III - 32 Jl. Simpang Gajayana 1 ki 0.50 - 0.60 0.017 0.300 1.700 0.176 0.785

SM III - 15 Jl. Bend. Sigura-gura 1 ki 0.86 - 0.62 0.020 0.533 2.100 0.254 1.511

SM III - 16 Jl. Bend. Sigura-gura 1 ka 1.00 1.85 - 2.00 0.020 2.852 5.090 0.560 13.704

SM III - 17 Jl. Bend. Sigura-gura 2 ki 1.00 1.85 - 2.00 0.020 2.852 5.090 0.560 13.704

SM III -18 Jl. Bend. Sigura-gura 2 ka 0.86 - 0.62 0.020 0.533 2.100 0.254 1.511

SM II - 32 Jl. Bend. Sutami 1 ka 0.30 - 0.40 0.020 0.120 1.100 0.109 0.225

SM II - 33 Jl. Bend. Sutami 2 ka 0.30 - 0.40 0.020 0.120 1.100 0.109 0.225

SM III - 19 Jl. Raya Tidar 3 ki 0.32 0.32 - 0.34 0.020 0.099 0.943 0.105 0.240

SM III - 20 Jl. Raya Tidar 3 ka 0.60 - 0.60 0.020 0.360 1.800 0.200 1.722

SM II - 35 Jl. Galunggung 1 ka 0.30 - 0.30 0.020 0.090 0.900 0.100 0.046

SM II - 36 Jl. Galunggung 2 ki 0.30 - 0.30 0.020 0.090 0.900 0.100 0.046

SM III - 19 Jl. Bukit Barisan 1 ki 0.70 - 0.70 0.020 0.490 2.100 0.233 1.124

SM III - 20 Jl. Bukit Barisan 1 ka 0.50 - 0.80 0.020 0.400 2.100 0.190 0.801

SM III - 21 Jl. Bukit Barisan 2 ki 0.50 - 0.80 0.020 0.400 2.100 0.190 0.801

SM III - 22 Jl. Bukit barisan 2 ka 0.70 - 0.70 0.020 0.490 2.100 0.233 1.124

SM II - 37 Jl. Terusan Raya Dieng 1 ki 0.60 - 0.60 0.023 0.360 1.800 0.200 1.187

SM II - 38 Jl. Terusan Raya Dieng 1 ka 0.30 - 0.30 0.023 0.900 0.900 0.100 0.130

SM II - 39 Jl. Terusan Raya Dieng 2 ka 0.30 - 0.30 0.023 0.900 0.900 0.100 0.130

SM II - 40 Jl. Terusan Raya Dieng 2 ki 0.60 - 0.60 0.023 0.360 1.800 0.200 1.184

SM III - 24 Jl. Mergan Lori 1 ki 0.18 - 0.24 0.020 0.043 0.660 0.065 0.048

SM III - 25 Jl. Mergan Lori 1 ka 0.30 0.54 - 0.45 0.020 0.189 1.232 0.154 0.370

SM II - 42 Jl. Raya Bandulan 2 ki 0.50 0.77 - 0.60 0.023 0.381 1.730 0.220 1.124

SM II - 43 Jl. Raya Bandulan 2 ka 0.48 0.57 - 0.61 0.023 0.320 1.703 0.188 0.503

SM II - 44 Jl. Tebo Utara 1 ki 0.40 0.70 - 0.85 0.017 0.467 2.126 0.220 0.856

SM II - 45 Jl. Tebo Utara 1 ka 0.40 0.80 - 0.73 0.017 0.438 1.914 0.229 1.140

SM II - 46 Jl. Tebo Utara 2 ki 0.40 0.80 - 0.73 0.017 0.438 1.914 0.229 1.140

SM II - 47 Jl. Tebo Utara 2 ka 0.40 0.70 - 0.85 0.017 0.467 2.126 0.220 0.856

SM II - 48 Jl. Raya Mulyorejo ki 0.46 0.86 - 0.74 0.230 0.488 1.993 0.245 1.787

SM II - 49 Jl. Raya Mulyorejo ka 0.50 0.95 - 0.55 0.230 0.399 1.688 0.236 1.346

SM II - 50 Jl. Kemanten III ki 0.60 - 0.75 0.230 0.450 2.100 0.214 1.474

SM II - 51 Jl. Kemanten III ka 0.60 - 0.75 0.023 0.450 2.100 0.214 1.607

SM III - 26 Jl. Pelabuhan Ketapang 1 ki 0.30 - 0.30 0.017 0.090 0.900 0.100 0.125

SM III - 27 Jl. Pelabuhan Ketapang 1 ka 0.28 - 0.25 0.020 0.070 0.780 0.090 0.091

SM III - 28 Jl. Pelabuhan Ketapang 2 ki 0.28 - 0.25 0.020 0.070 0.780 0.090 0.091

SM III - 29 Jl. Pelabuhan Ketapang 2 ka 0.30 - 0.30 0.017 0.090 0.900 0.100 0.125

Sumber: Hasil Perhitungan

nKodeDimensi

Nama Jalan A P R Q saluran

Page 91: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

91

S.M III - 1 Jl. Joyo Sari 2 ki 2.198 0.108 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 1 Jl. Joyo Sari 2 ka 1.066 0.595 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 2 Jl. Joyo Suryo ki 2.098 0.456 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 1 Jl. Joyo Suryo ka 0.169 0.184 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III -2 Jl. Joyo Sari 1 ki 1.066 0.382 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 3 Jl. Joyo Sari 1 ka 2.198 0.500 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 4 Jl. Joyo Grand ki 0.139 0.162 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 5 Jl. Joyo Grand ka 0.528 0.386 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 4 Jl. Puncak Mandala 1 ki 1.722 0.460 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 5 Jl. Puncak Mandala 1 ka 0.24 0.890 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 3 Jl. Pncak Mandala 2 ki 0.24 0.150 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 6 Jl. Puncak Mandala 2 ka 1.722 0.266 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 6 Jl. Jupri 3 ki 1.364 1.001 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 7 Jl. Jupri 3 ka 2.596 0.889 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 8 Jl. Raya Bandulan 1 ki 0.548 0.596 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 7 Jl. Raya Bandulan 1 ka 1.49 1.440 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 8 Jl. Bandulan Barat ki 0.253 2.459 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 9 Jl. Bandulan Barat ka 0.807 3.262 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 10 Jl. Mergan Lori 2 ka 0.37 1.582 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 11 Jl. S. Supriyadi 1 ka 0.579 0.710 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 12 Jl. Kelayatan III 1 ki 0.276 0.137 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 13 Jl. Kelayatan III 1 ka 0.262 0.224 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 9 Jl. Kelayatan III 2 ki 0.238 1.450 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 10 Jl. Kelayatan III 2 ka 0.276 0.577 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 14 Jl. S. Supriyadi 2 ka 0.579 0.634 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 15 Jl. Mertojoyo 1 ki 0.25 0.613 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 16 Jl. Mertojoyo 1 ka 0.098 0.046 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 11 Jl. Simpang Gajayana 2 ki 0.785 1.272 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 30 Jl. Simpang Gajayana 1 ka 0.785 0.323 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 31 Jl. Simpang Gajayana 3 ki 0.785 0.126 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 12 Jl. Simpang Gajayana 2 ka 0.785 0.683 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 17 Jl. Gajayana ka 0.433 2.224 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 17 Jl. Bend. Siguragura barat ki 0.437 0.349 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 18 Jl. Sunan Kalijaga ki 0.437 0.397 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 19 Jl. Raya Tidar 1 ki 0.24 1.108 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 20 Jl. Raya Tidar 1 ka 1.722 0.194 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 21 Jl. Raya Tidar 2 ki 1.722 0.064 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 22 Jl. Raya Tidar 2 ki 0.24 1.301 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

KeteranganQ desainQ saluranKode Saluran Nama Jalan Evaluasi Saluran

Tabel 22. Evaluasi Saluran DAS Metro

Page 92: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

92

SM II - 23 Jl. Galunggung 3 ka 0.046 0.066 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 24 Jl. Raya Langsep ka 0.423 0.446 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 13 Jl. Jupri 1 ka 2.596 0.301 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 14 Jl. Jupri 2 ki 2.596 0.090 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 27 Jl. Mertojoyo 2 ki 0.098 0.334 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 28 Jl. Mertojoyo 2 ka 0.25 0.336 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 32 Jl. Simpang Gajayana 1 ki 0.785 0.000 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 15 Jl. Bend. Sigura-gura 1 ki 1.511 0.114 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 16 Jl. Bend. Sigura-gura 1 ka 13.704 0.194 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 17 Jl. Bend. Sigura-gura 2 ki 13.704 1.139 Memenuhi Dimensi tetap

SM III -18 Jl. Bend. Sigura-gura 2 ka 1.511 0.198 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 32 Jl. Bend. Sutami 1 ka 0.225 0.040 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 33 Jl. Bend. Sutami 2 ka 0.225 0.082 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 19 Jl. Raya Tidar 3 ki 0.24 1.300 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 20 Jl. Raya Tidar 3 ka 1.722 1.924 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 35 Jl. Galunggung 1 ka 0.046 0.115 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 36 Jl. Galunggung 2 ki 0.046 0.126 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 19 Jl. Bukit Barisan 1 ki 1.124 1.252 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 20 Jl. Bukit Barisan 1 ka 0.801 2.011 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 21 Jl. Bukit Barisan 2 ki 0.801 2.574 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 22 Jl. Bukit barisan 2 ka 1.124 3.352 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 37 Jl. Terusan Raya Dieng 1 ki 1.187 0.112 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 38 Jl. Terusan Raya Dieng 1 ka 0.13 0.208 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 39 Jl. Terusan Raya Dieng 2 ka 0.13 0.066 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 40 Jl. Terusan Raya Dieng 2 ki 1.184 0.629 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 24 Jl. Mergan Lori 1 ki 0.048 0.120 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 25 Jl. Mergan Lori 1 ka 0.37 0.144 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 42 Jl. Raya Bandulan 2 ki 1.124 1.984 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 43 Jl. Raya Bandulan 2 ka 0.503 1.806 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM II - 44 Jl. Tebo Utara 1 ki 0.856 0.336 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 45 Jl. Tebo Utara 1 ka 1.14 1.115 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 46 Jl. Tebo Utara 2 ki 1.14 0.072 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 47 Jl. Tebo Utara 2 ka 0.856 0.061 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 48 Jl. Raya Mulyorejo ki 1.787 0.673 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 49 Jl. Raya Mulyorejo ka 1.346 0.402 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 50 Jl. Kemanten III ki 1.474 0.418 Memenuhi Dimensi tetap

SM II - 51 Jl. Kemanten III ka 1.607 3.048 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 26 Jl. Pelabuhan Ketapang 1 ki 0.125 0.434 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 27 Jl. Pelabuhan Ketapang 1 ka 0.091 0.390 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

SM III - 28 Jl. Pelabuhan Ketapang 2 ki 0.091 0.052 Memenuhi Dimensi tetap

SM III - 29 Jl. Pelabuhan Ketapang 2 ka 0.125 0.614 Tidak Memenuhi Perlu perbaikan

KeteranganQ desainQ saluranKode Saluran Evaluasi SaluranNama Jalan

Sumber: Hasil Perhitungan

Page 93: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

93

6.2. Kondisi DPS di Kota Malang

6.2.1. Kondisi DPS Bango

Sungai utama pada DPS Bango adalah Sungai Bango dimana pada Sungai Bango

tersebut terdapat beberapa anak sungai yaitu Kali Lowokwaru, Kali Purwantoro, Kali Kajar,

Kali Sumpil, Kali Mewek dan Kali Amprong. Diantara beberapa anak sungai tersebut ada

beberapa yang merupakan saluran pembawa yang sebagian sudah tidak dimanfaatkan lagi

antara lain Kali Lowokwaru, Kali Purwantoro dan Kali Sumpil.

Pada beberapa daerah di DPS Bango yang berada di Kota Malang terjadi banjir/genangan

air jika musim hujan tiba. Oleh sebab itu diperlukan identifikasi penyebab banjir/genangan

yang terjadi dan mencari penyelesaian banjir/genangan/genangan air tersebut khususnya

pada daerah yang berada di DPS Bango agar pada masa mendatang pada Kota Malang tidak

terjadi banjir/genangan atau genagan air yang pada saat ini sudah dirasakan sangat

menggangu aktivitas masyarakat.

Page 94: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

94

1.2.1.2. Kondisi Sub DPS Sawojajar

Banjir/genangan pada musim penghujan yang terjadi di wilayah

saluran sekunder Sawojajar diakibatkan oleh kapasitas sistem

drainase yang ada tidak lagi mampu menampung limpasan air

hujan. Disamping juga terdapat beberapa saluran yang telah

mengalami sedimentasi dan inlet saluran kurang memadai

Lokasi-lokasi banjir/genangan atau genangan air di wilayah

Saluran Sekunder Sawojajar dan permasalahannya dapat dilihat

pada tabel berikut :

Page 95: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

95

1. Jl. Dirgantara - Banjir setinggi ± 20 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Terjadi sedimentasi - Membersihkan sedimen dari saluran

- Dinding saluran ambrol 40% - Membuat Sumur resapan

2. Jl. D. Toba - Banjir setinggi ± 50 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Kapasitas tampungan saluran tidak memadai - Membuat Sumur resapan

- 50% saluran tertutup oleh plat rumah - Menambah inlet limpasan air hujan

3. Jl. D. Maninjau - Banjir setinggi ± 50 cm dan surut dalam waktu ± 60 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Kapasitas tampungan saluran tidak memadai - Membuat Sumur resapan

- 80% saluran tertutup oleh plat rumah - Menambah inlet limpasan air hujan

- Inlet untuk limpasan air hujan lebih tinggi - Membuat sudetan-sudetan ke Saluran Primer Sawojajar

- Terjadi sedimentasi dan banyak sampah - Membersihkan sedimen dari saluran

4. Jl. D. Kerinci - Banjir setinggi ± 30 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Kapasitas tampungan saluran tidak memadai - Membuat Sumur resapan

- 80% saluran tertutup oleh plat rumah - Menambah inlet limpasan air hujan

5. Jl. D. Sentani - Banjir setinggi ± 10 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Kapasitas tampungan saluran tidak memadai - Membuat Sumur resapan

- 80% saluran tertutup oleh plat rumah - Mengalihkan aliran air ke Sub DPS Amprong

- Terjadi sedimentasi - Membersihkan sedimen dari saluran

6. Jl. D. Ranau - Banjir setinggi ± 20 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Kapasitas tampungan saluran tidak memadai - Membuat Sumur resapan

- 80% saluran tertutup oleh plat rumah - Menambah inlet limpasan air hujan

- Terjadi sedimentasi - Membersihkan sedimen dari saluran

Permasalahan Rencana Penanganan MasalahLokasi Genangan

Tabel 23. Genangan Banjir di SUB DPS Bango (Sawojajar)

Page 96: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

96

1.2.1.3. Kondisi Sub DPS Lowokwaru

Sistem drainase wilayah kali Lowokwaru memanfaatkan saluran

pembawa yang bersumber dari Bendung Sengkaling dan

merupakan saluran DRAINASE sekunder. Banjir/genangan pada

musim penghujan yang terjadi di wilayah Kali Lowokwaru

diakibatkan oleh kapasitas sistem drainase yang ada tidak lagi

mampu menampung limpasan air hujan. Disamping juga terdapat

beberapa saluran yang telah mengalami sedimentasi dan

penyempitan akibat sempadan saluran didirikan rumah. Lokasi-

lokasi banjir/genangan atau genangan air di wilayah Kali

Lowokwaru dan permasalahannya dapat dilihat pada Tabel

dibawah ini :

Page 97: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

97

1. Jl. Warinoi - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 15 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit - Membuat sumur-sumur resapan

- Membuat sudetan menuju ke Kali Bango

2. Jl. Hamid Rusdi - Banjir di hilir saluran terjadi karena penyempitan saluran akibat didirikan

bangunan rumah

- Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 30 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit

3. Jl. Simpang Hamid Rusdi - Banjir setinggi ± 30 cm dan surut dalam waktu ± 20 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran menuju Saluran

Sekunder Lowokwaru

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Memperbaiki dimensi gorong-gorong sesuai dimensi saluran

- Dimensi Gorong-gorong yang ada terlalu kecil

4. Jl. Citandui - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

Lebar saluran yang ada mengalami penyempitan akibat didirikan bangunan

rumah

- Membuat sumur-sumur resapan

- Banjir setinggi ± 50 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit - Membuat aturan tentang batas sempadan saluran drainase

5. Jl. Letjen Sutoyo (Depan Mitra II) - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 10 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit - Membuat saluran baru/sudetan menuju kali Lowokwaru mulai Mitra II

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet terlalu tinggi dan

tertutup plat ± 90%

6. Jl. Jagung Suprapto - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang ada kurang

memadai

- Menambah inlet-inlet horisontal baru

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit

7. Jl. Melati - Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi - Membuat inlet-inlet tegak maupun horisontal

- Saluran irigasi yang sudah tidak dimanfaatkan lagi - Merubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase

- Banjir setinggi ± 15 cm dan surut dalam waktu ± 25 menit

8. Jl. Kembang Turi - Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi

dan kurang

- Membuat inlet-inlet tegak maupun horisontal

Jl. Remujung - Saluran irigasi yang sudah tidak terpakai lagi - Membuat sumur-sumur resapan

Jl. Soekarno-Hatta - Banjir setinggi ± 30 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit - Merubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase

9. Perum Griya Shanta Blokk C-D - Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi

dan kurang

- Membuat inlet-inlet tegak maupun horisontal

- Dimensi Gorong-gorong yang ada di Jl. Soekarno-Hatta terlalu kecil - Merehabilitasi dimensi gorong-gorong

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit - Membuat sumur-sumur resapan

10. Jl. Soekarno-Hatta (Pertigaan Jl. Candi

Panggung)

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi

dan kurang

- Membuat inlet-inlet tegak maupun horisontal

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Membuat sumur-sumur resapan

- Banjir setinggi ± 10 cm dan surut dalam waktu ± 60 menit

11. Daerah Sanan - Banjir setinggi ± 20 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit

12. Jl. Sarangan - Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang kurang - Membuat inlet-inlet saluran horisontal

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Membuat sumur-sumur resapan

- Banjir setinggi ± 40 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit

13. Jl. Kedawung - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran - Membuat inlet-inlet saluran horisontal

- Banjir setinggi ± 15 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit

14. Jl. Kalpataru - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan

sehingga pada saat musim hujan air meluap ke jalan

- Membuat inlet-inlet saluran horisontal

- Banjir setinggi ± 30 cm dan surut dalam waktu ± 20 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran - Membuat sudetan ke Saluran Sekunder

15. Jl. Indraprasta - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang kurang - Membuat inlet-inlet saluran tegak

- Banjir setinggi ± 15 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit - Membuat sumur-sumur resapan

16. Jl. Ksatrian (Dekat Pertigaan Hamid

Rusdi)

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan

sehingga pada saat musim hujan air meluap ke jalan

- Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit - Membuat sumur-sumur resapan

17. Jl. Industri Timur - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang kurang - Membuat inlet-inlet saluran tegak

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 60 menit

18. Jl. R.T. Suryo - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 60 menit - Membuat sumur-sumur resapan

- Saluran tertutup plat ± 70%

19. Jl. Soekarno-Hatta (Depan Taman Krida) - Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi

dan kurang

- Membuat inlet-inlet saluran tegak

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 20 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit - Merehabilitasi dimensi gorong-gorong

20. Jl. Soekarno-Hatta (Perempatan Jl.

Coklat)

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi

dan kurang

- Membuat inlet-inlet saluran baru menuju saluran Sekunder Lowokwaru

- Banjir setinggi ± 20 cm dan surut dalam waktu ± 60 menit

Permasalahan Rencana Penanganan MasalahLokasi Genangan

Tabel 24. Genangan Banjir di SUB DPS Bango (Lowokwaru

Page 98: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

98

1. Jl. Warinoi - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 15 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit - Membuat sumur-sumur resapan

- Membuat sudetan menuju ke Kali Bango

2. Jl. Hamid Rusdi - Banjir di hilir saluran terjadi karena penyempitan saluran akibat didirikan

bangunan rumah

- Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 30 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit

3. Jl. Simpang Hamid Rusdi - Banjir setinggi ± 30 cm dan surut dalam waktu ± 20 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran menuju Saluran

Sekunder Lowokwaru

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Memperbaiki dimensi gorong-gorong sesuai dimensi saluran

- Dimensi Gorong-gorong yang ada terlalu kecil

4. Jl. Citandui - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

Lebar saluran yang ada mengalami penyempitan akibat didirikan bangunan

rumah

- Membuat sumur-sumur resapan

- Banjir setinggi ± 50 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit - Membuat aturan tentang batas sempadan saluran drainase

5. Jl. Letjen Sutoyo (Depan Mitra II) - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 10 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit - Membuat saluran baru/sudetan menuju kali Lowokwaru mulai Mitra II

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet terlalu tinggi dan

tertutup plat ± 90%

6. Jl. Jagung Suprapto - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang ada kurang

memadai

- Menambah inlet-inlet horisontal baru

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit

7. Jl. Melati - Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi - Membuat inlet-inlet tegak maupun horisontal

- Saluran irigasi yang sudah tidak dimanfaatkan lagi - Merubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase

- Banjir setinggi ± 15 cm dan surut dalam waktu ± 25 menit

8. Jl. Kembang Turi - Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi

dan kurang

- Membuat inlet-inlet tegak maupun horisontal

Jl. Remujung - Saluran irigasi yang sudah tidak terpakai lagi - Membuat sumur-sumur resapan

Jl. Soekarno-Hatta - Banjir setinggi ± 30 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit - Merubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase

9. Perum Griya Shanta Blokk C-D - Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi

dan kurang

- Membuat inlet-inlet tegak maupun horisontal

- Dimensi Gorong-gorong yang ada di Jl. Soekarno-Hatta terlalu kecil - Merehabilitasi dimensi gorong-gorong

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit - Membuat sumur-sumur resapan

10. Jl. Soekarno-Hatta (Pertigaan Jl. Candi

Panggung)

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi

dan kurang

- Membuat inlet-inlet tegak maupun horisontal

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Membuat sumur-sumur resapan

- Banjir setinggi ± 10 cm dan surut dalam waktu ± 60 menit

11. Daerah Sanan - Banjir setinggi ± 20 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit

12. Jl. Sarangan - Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang kurang - Membuat inlet-inlet saluran horisontal

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Membuat sumur-sumur resapan

- Banjir setinggi ± 40 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit

13. Jl. Kedawung - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran - Membuat inlet-inlet saluran horisontal

- Banjir setinggi ± 15 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit

14. Jl. Kalpataru - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan

sehingga pada saat musim hujan air meluap ke jalan

- Membuat inlet-inlet saluran horisontal

- Banjir setinggi ± 30 cm dan surut dalam waktu ± 20 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran - Membuat sudetan ke Saluran Sekunder

15. Jl. Indraprasta - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang kurang - Membuat inlet-inlet saluran tegak

- Banjir setinggi ± 15 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit - Membuat sumur-sumur resapan

16. Jl. Ksatrian (Dekat Pertigaan Hamid

Rusdi)

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan

sehingga pada saat musim hujan air meluap ke jalan

- Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit - Membuat sumur-sumur resapan

17. Jl. Industri Timur - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang kurang - Membuat inlet-inlet saluran tegak

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 60 menit

18. Jl. R.T. Suryo - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 60 menit - Membuat sumur-sumur resapan

- Saluran tertutup plat ± 70%

19. Jl. Soekarno-Hatta (Depan Taman Krida) - Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi

dan kurang

- Membuat inlet-inlet saluran tegak

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman saluran

- Banjir setinggi ± 20 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit - Merehabilitasi dimensi gorong-gorong

20. Jl. Soekarno-Hatta (Perempatan Jl.

Coklat)

- Limpasan air hujan tidak bisa masuk ke saluran akibat inlet yang terlalu tinggi

dan kurang

- Membuat inlet-inlet saluran baru menuju saluran Sekunder Lowokwaru

- Banjir setinggi ± 20 cm dan surut dalam waktu ± 60 menit

Permasalahan Rencana Penanganan MasalahLokasi Genangan

Page 99: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

99

1.2.1.4. Kondisi Sub DPS Purwantoro

Banjir/genangan pada musim penghujan yang terjadi di wilayah

Kali Kajar diakibatkan oleh kapasitas tampungan tidak memadai.

Disamping juga terdapat beberapa saluran yang telah mengalami

sedimentasi dan sempadan sungai didirikan bangunan. Lokasi-

lokasi banjir/genangan atau genangan air di wilayah Kali Kajar

dan permasalahannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 100: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

100

1. Jl. Tenaga Baru V - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

Jl. Simpang Tenaga Baru - Saluran irigasi yang tidak terpakai lagi - Mengubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase

- Banjir setinggi ± 15 cm dan surut dalam waktu ± 20 menit - Membuat sudetan menuju Kali Purwantoro di Jl. Batubara

2. Jl. Titan Asri - Banjir setinggi ± 60 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Merubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase

- Saluran irigasi yang tidak terpakai lagi - Menutup pintu air dibendung pada musim penghujan sehingga air dari Kali

Purwantoro tidak masuk ke saluran

- Saluran tertutup plat 60% dan sempada saluran didirikan bangunan

3. Jl. SP. Sudarmo - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Banjir setinggi ± 30 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit - Membuat sumur-sumur resapan

4. Jl. SP. Sudarmo - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Banjir setinggi ± 20 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit - Membuat sumur-sumur resapan

5. Jl. Tenaga Berat - Inlet limpasan air hujan yang menuju ke saluran kurang - Membuat Inlet-inlet baru

- Kapasitas tampungan saluran Sekunder Purwantoro tidak mampu menampung

limpasan air hujan

- Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 15 menit - Membuat sumur-sumur resapan

6. Jl. Borobudur - Banjir setinggi ± 60 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit - Merubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase

- Saluran irigasi yang tidak berfungsi lagi - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Melakukan pengerukan sedimen dan endapan sampah di dasar saluran

- Banyak endapan sampah di dasar saluran

- Terjadi penyempitan hilir saluran karena didirikan bangunan

- Saluran tertutup plat 90%

7. Jl. Soekarno-Hatta - Banjir setinggi ± 20 cm dan surut dalam waktu ± 20 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan

8. Jl. Tenaga Utara - Banjir setinggi ± 60 cm dan surut dalam waktu ± 30 menit - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi sudetan dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Sudetan yang menuju ke saluran Sekunder Purwantoro tidak mampu

menampung limpasan air hujan

- Merubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase

- Saluran irigasi yang tidak berfungsi lagi - Membuat aturan tentang batas sempadan saluran

- Sempadan saluran didirikan bangunan

9. Jl. Karya Timur Dalam - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Saluran irigasi yang tidak berfungsi lagi - Merubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit

10. Jl. Simpang Timah s/d Jl. Magnesium - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Saluran irigasi yang tidak berfungsi lagi - Merubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase

- Gorong-gorong yang ada terlalu kecil - Memperbaiki dimensi gorong-gorong sesuai dimensi saluran

- Banjir setinggi ± 5 cm dan surut dalam waktu ± 10 menit

11. Jl. Sudimoro - Kapasitas tampungan saluran tidak mampu menampung limpasan air hujan - Menormalisasi saluran dengan menambah kedalaman atau lebar saluran

- Tidak ada sudetan menuju kali - Membuat sumur-sumur resapan

- Banjir setinggi ± 10 cm dan surut dalam waktu ± 20 menit

Permasalahan Rencana Penanganan MasalahLokasi Genangan

Tabel 25. Genangan Banjir di SUB DPS Bango (Purwantoro)

Page 101: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

101

1.2.1.5. Kondisi Sub DPS Kali Sumpil

Sistem drainase wilayah kali Sumpil memanfaatkan saluran

pembawa yang bersumber dari Bendung di Kali Mewek.

Banjir/genangan pada musim penghujan yang terjadi di

wilayah Kali Sumpil diakibatkan oleh dasar saluran drainase

yang hampir sejajar dengan jalan, kapasitas sistem drainase

yang ada tidak lagi mampu menampung limpasan air hujan

dan inlet untuk limpasan air hujan lebih tinggi. Disamping

juga terdapat beberapa saluran yang telah mengalami

sedimentasi dan penyempitan akibat sempadan saluran

didirikan rumah. Lokasi-lokasi genangan air di wilayah Kali

Sumpil dan permasalahannya dapat dilihat pada Tabel

1.2.1.6. Kondisi Sub DPS Kali Mewek

Banjir/genangan pada musim penghujan yang terjadi di

wilayah Kali Mewek tidak begitu banyak dibandingkan

dengan wilayah yang lain hal ini disebabkan karena Kali

Mewek merupakan Saluran Drainase Murni.

Banjir/genangan di wilayah ini diakibatkan oleh kapasitas

sistem drainase yang ada tidak lagi mampu menampung

limpasan air hujan, tidak ada sudetan yang menuju ke Kali

Mewek dan juga terdapat beberapa saluran yang telah

mengalami sedimentasi. Lokasi-lokasi banjir/genangan atau

genangan air di wilayah Saluran Sekunder Mewek dapat

dilihat pada Tabel di bawah ini

Tabel 26. Genangan Banjir di SUB DPS Bango (Sumpil)

Page 102: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

102

Tabel 27. Genangan Banjir di SUB DPS Bango (Mewek)

1. Jl. Blimbing Indah Tama - Gorong-gorong yang menuju saluran sekunder raya blimbing kanan dan kiri

terlalu kecil

- Merehabilitasi dimensi gorong-gorong

- Kapasitas tampungan saluran bagian hilir tidak mampu menampung air

- Banjir setinggi + 10 cm dan surut dalam waktu + 10 menit

2. Jl. Raden Intan - Air yang melimpah dipermukaan tidak bisa masuk ke saluran karena inlet untuk

limpasan air hujan kurang

- Membuat inlet-inlet untuk limpasan air hujan karena daya tampung saluran

masih cukup

- Banjir setinggi + 10 cm dan surut dalam waktu + 10 menit - Membuat sumur-sumur resapan

3. Jl. Panji Suroso - Air yang melimpah dipermukaan tidak bisa masuk ke saluran karena inlet untuk

limpasan air hujan kurang

- Membuat inlet-inlet untuk limpasan air hujan karena daya tampung saluran

masih cukup

- Banyak terdapat endapan sedimen di dasar saluran - Melakukan pengerukan sedimen di dasar saluran

- Banjir setinggi + 10 cm dan surut dalam waktu + 10 menit

4. Jl. Ikan Cakalang - Saluran drainase memanfaatkan saluran irigasi - Membuat saluran baru

- Inlet untuk limpasan air hujan letaknya terlalu tinggi - Membuat sumur-sumur resapan

- Banjir setinggi + 10 cm dan surut dalam waktu + 10 menit - Membuat sudetan menuju saluran sekunder sumpil

Permasalahan Rencana Penanganan MasalahLokasi Genangan

1. Jl. Pahlawan - Kapasitas tampungan saluran tidak memadai - Menormalisasi saluran dengan cara menambah kedalaman ataupun lebar

saluran

Permasalahan Rencana Penanganan MasalahLokasi Genangan

Page 103: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

103

1.2.2. Kondisi DPS Brantas

Daerah Aliran Sungai Brantas, melayani tangkapan air hujan di

Malang Tengah dan Malang Barat Laut. Banjir/genangan pada

musim penghujan yang terjadi di wilayah Kali Brantas

diakibatkan oleh dasar saluran drainase yang hampir sejajar

dengan jalan, kapasitas sistem drainase yang ada tidak lagi

mampu menampung limpasan air hujan dan inlet untuk

limpasan air hujan lebih tinggi. Disamping juga terdapat

beberapa saluran yang telah mengalami sedimentasi dan

penyempitan akibat sempadan saluran didirikan rumah.

Lokasi-lokasi genangan air di wilayah DPS Kali Brantas dan

permasalahannya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Page 104: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

104

No Lokasi Genangan No. Gambar

1. Jl. MT. Haryono – Jl. Gajayana Brantas - 1 - Salurannya merupakan saluran tertutup, namun kurang adanya inlet, sehingga jika hujan

air akan melimpas/mengalir di badan jalan.

- Saluran yang ada supaya diperbaiki

- Bila hujan, tinggi genangannya 15 – 30 cm dan lama genangannya 15 – 30 menit. - Saluran yang tertutup diberi lubang/inlet supaya air bisa masuk ke dalam saluran.

2. Jl. MT. Haryono (depan Universitas Brawijaya) Brantas - 2 - Saluran di depan Poltek merupakan saluran terbuka, namun ada urugan tanah yang

menghalangi air masuk ke saluran, selain itu pada saluran banyak sedimen dan sampa.

elevasi inlet lebih tinggi dari elevasi jalan. Didepan vihara, jarang ditemui inlet, inlet yang

- Memperbaiki dan memberi jalan masukan air/inletnya, membersihkan saluran

- Bila hujan turun, tinggi genangan 10 cm dan lama genangan + 45 menit.

3. Jl. MT. Haryono (depan Rumah Sakit Islam) Brantas - 3 - Saluran yang ada hanya sebelah kiri - Perlu ada gorong-gorong dan bak kontrol di dekat pasar yang akan mengalirkan air

menuju sungai kecil yang ada.

- Saluran banyak yang ditutup oleh masyarakat

- Saluran yang ada banyak permasalahannya, akibatnya air hujan lewat ke badan jalan dan

terjadi genangan

4. Jl. Mayjen DI. Panjaitan Brantas - 4 - Tipe saluran kebanyakan tertutup. Pada saluran terbuka, air yang lewat saluran tidak bisa

tertampung semua dan meluap ke jalan setinggi + 10 cm, namun karena jalannya miring

maka limpasan air cepat mengalirnya.

- Perlu dibuatkan sudetan untuk mempermudah air hujan masuk saluran yang ada

- Kondisi saluran terbuka banyak sampah, dedaunan dan sedimen - Perlu dibuatkan outlet pembuangan arah ke Sungai Brantas

5. Jl. Veteran - Jl. Bogor Brantas - 5 - Pertigaan Taman Makam Pahlawan (TMP), terjadi genangan karena inlet tersumbat

kotoran sehingga air tidak bisa masuk ke saluran, inlet sejajar dengan jalan

- Perlu pembersihan saluran, Inlet perlu diperbaiki dan dibersihkan

Saluran di belokan Bogor yang tersumbat sampah. Saluran terbuka di depan TMP,

salurannya banyak sampah dan sedimen.

6. Jl. DR. Cipto Brantas - 6 - Pada umumnya, kondisi saluran berubah fungsi, penuh sampah dan dedaunan. Tidak ada

inlet untuk mengalirkan air ke saluran, sebab inlet terhalang urugan dan material .

Kondisi jalan juga tidak memungkinkan air untuk ke saluran. Terdapat pipa PDAM di

dalam saluran

- Memperbaiki dan memberi jalan air supaya aliran tidak menggenang. Membersihkan

urugan tanah yang menggangu aliran.

- Membersihkan saluran yang tersumbat

7. Jl. Tugu Brantas - 7 - Pada bundaran Tugu dan sekitarnya, saluran tertutup sepanjang jalan, terdapat inlet-inlet

di trotoar, namun memiliki dimensi yang kecil. Daerah ini merupakan daerah banjir

dengan ketinggian ± 30 – 50 cm dan menggenang dalam waktu lebih dari 1 jam.

- Perlu ada gorong-gorong dan bak kontrol yang akan mengalirkan air menuju sungai kecil

yang ada

8. Perempatan Jl. Pattimura – Jl. Pamglima Sudirman

– Jl. Urip Sumoharjo

Brantas - 8 - Lokasi tersebut adalah lokasi yang rawan terjadi genangan setiap kali hujan. Salurannya

tertutup bangunan, apalagi setelah dibangun ruko , dengan inlet yang dimensinya kecil.

Saluran yang ada tertutup dedaunan dan sampah. Ada saluran terbuka, namun terdapat

endapan sedimen dan ada pipa PDAM

- Memperbaiki kondisi inlet, supaya air mudah masuk saluran

- Membersihkan saluran

9. Jl. Urip Sumoharjo Brantas - 9 - Kondisi saluran drainase kurang memadai. Salurannya merupakan saluran terbuka, tetapi

floodway / inlet rusak sehingga air tidak dapat masuk saluran. Inletnya tersumbat batuan

besar dan sampah, bila hujan deras, air malah keluar dari inlet. Bila hujan deras, air

memasuki sebagian rumah warga

- Memperbaiki masukan air dan memberi inlet-inlet menuju saluran yang memadai

10. Jl. Trunojoyo Brantas - 10 - Di sepanjang Jl. Trunojoyo, salurannya merupakan saluran tertutup. Inlet-inlet/grill yang

ada dimensinya kecil, banyak sampah dan tidak dapat menampung air saat hujan turun

- Perlu dibuatkan gorong-gorong untuk mengatasi terjadinya genangan.

- Di sepanjang Jl.Trunojoyo dan Stasiun Kota Baru, salurannya merupakan saluran tertutup.

Genangan terjadi didepan stasiun Kota Baru karena inlet hanya sedikit dan elevasinya

lebih tinggi dari badan jalan, sehingga air berkumpul di pertigaan tersebut.

-

Permasalahan Alternatif Penanggulangan

Tabel 28. Genangan Banjir di DPS Brantas

Page 105: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

105

No Lokasi Genangan No. Gambar

11. Jl. Gatot Subroto Brantas - 11 - Tidak ditemui adanya saluran terbuka. Saluran berupa saluran tertutup dan tidak

mampu menampung limpasan air hujan, selain itu karena inlet sangat sedikit

jumlahnya dan dimensinya pun kecil.

- Perlu menormalisasi inlet, menambah jumlah grill atau menambah gorong-

gorong

- Bila hujan, tinggi genangan 15 – 30 cm dengan lama genangan 15 – 30 menit.

12. Jl. Raya Dieng Brantas - 12 - Saluran tidak mampu menampung limpasan air karena tidak terdapat inlet yang

mengalirkan air ke saluran.

- Membuat inlet/masukan air yang memadai.

- Inlet yang ada kondisinya tidak memadai dan kurang mampu mengalirkan air ke

saluran- Bila hujan, tinggi genangan + 30 cm dengan lama genangan 15-30 menit

13. Jl. Ijen - Jl. Kawi Atas Brantas - 13 - Saluran drainase tersebut berada di bawah jalan dan salurannya diberi penutup

jeruji besi, inlet-inlet sudah mulai banyak sampah dan kurang memadai sebagai

tempat pemasukan air

- Memperbaiki inlet pemasukan air dan membersihkannya

- Selain itu, genangan terjadi karena kondisi jalan yang cekung - Membuat gorong-gorong untuk mengalirkan air

14. Jl. Wilis Brantas - 14 - Salurannya merupakan saluran setengah lingkaran yang letaknya di bawah

trotoar, kondisinya banyak sampah yang memenuhi saluran, namun air hujan

tidak masuk inlet, jadi genangan yang terjadi karena bentuk jalan raya yang

cekung.

- Memperbesar inlet yang masuk ke saluran dengan kapasitas yang memadai,

- Memfungsikan saluran (saluran jangan ditutup)

15. Jl. Semeru Brantas - 15 - Saluran setengah lingkaran yang terletak di bawah jalan raya, dan saluran penuh

dengan sampah. Bila hujan, genangan juga terjadi didepan rumah warga. Selain

itu, genangan terjadi karena jalan raya yang cekung

- Merehabilitasi masukan-masukan air hujan dari jalan menuju saluran (saluran

jangan ditutup), Membuat sudetan yang diarahkan ke saluran irigasi yang

melintang jalan,

- Membuat sumur resapan

16. Perempatan Jl. Jakarta – Jl. Surabaya – Jl.

Pahlawan

Brantas - 16 - Saluran tidak mampu menampung air hujan, karena saluran berdimensi kecil dan

banyak sampah. Inlet-inlet dimensinya kecil dengan elevasi sejajar dengan jalan

dan inlet yang ada di badan jalan sudah mulai tertutup sampah.

- Memperbesar kapasitas saluran yang ada di bagian pemasukan saluran utama

- Merehabilitasi saluran pembuang yang lebih besar

17. Jl. Arif Margono Brantas - 17 - Di daerah ini tidak tersedia saluran pembuangan, sehingga apabila musim hujan

tidak mampu menampung limpasan air. Inlet yang tersedia juga sedikit dan

dimensinya kecil.

- Membuat inlet/masukan air yang memadai.

- Bila hujan, tinggi genangan 15 – 30 cm dan lama genangannya 30 – 40 menit

Permasalahan Alternatif Penanggulangan

Page 106: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

106

18. Jl. Yulius Usman Brantas - 18 - Di Pertigaan jalan Sulawesi salurannya kurang memadai, karena sebagian

tertutup trotoar. Saluran terbuka yang terlihat banyak sampahnya dan sedimen.

- Memperbaiki dan membersihkan inlet pemasukan untuk mengurangi genangan

- Saluran pembuangan di sekitar daerah Yulius Usman tersebut kurang memadai,

karena salurannya tertutup dan kurangnya jumlah inlet- Bila hujan, tinggi genangan 30 – 40 cm dengan lama genangan 30 – 40 menit

19. Jl. Kalimantan – Jl. Sulawesi – Jl. Tanimbar Brantas - 19 - Di daerah ini tidak tersedia saluran pembuangan, sehingga apabila musim hujan

tidak mampu menampung limpasan air. Inlet yang tersedia juga sedikit dan

dimensinya kecil.

- Membuat inlet/masukan air yang memadai.

- Bila hujan, tinggi genangan 15 – 30 cm dan lama genangannya 30 – 40 menit -

20. Pertigaan Jl. Kalimantan – Jl. Banda Brantas - 20 - Kebanyakan saluran tertutup rapat, sehingga bila musim hujan air melimpas dan

menggenang . Ada inlet, tetapi dimensinya kecil. Ada sebagian yang termasuk

saluran terbuka, kondisi fisiknya cukup baik, namun terdapat sedikit sedimen.

- Memperbesar kapasitas saluran

- Tinggi genangannya 15 – 30 cm dengan lama genangan 50 – 60 menit

21. Jl. Andalas Tengah – Jl. Sempu Brantas - 21 - Bila hujan deras, saluran tidak mampu menampung air karena saluran merupakan

tempat berkumpulnya yang masuk dari saluran-saluran lain. Maka jika hujan

deras, tinggi genangan 50 – 60 cm dengan lama genangannya bisa lebih dari 1

jam. Diperempatan Jl. Sempu – Jl. Andalas dibuat pintu air menuju ke Barat (ke

Kali Sukun) yang bermuara ke Kali sukun.

- Merehabilitasi saluran pembuang yang melalui perumahan dengan perbesaran

kapasitas, Membuat sumur resapan di daerah perumahan.

- Gorong-gorong tersebut dibuat sebagai saluran irigasi menuju Gadang

22. Jl. Halmahera – jl. Susanto – Jl. Nusa Barong Brantas - 22 - Setiap kali hujan, pertigaan ini selalu terjadi genangan yang tinggi, karena pada

saluran, alirannya tersumbat . Ada beberapa ruas jalan yang salurannya tertutup

dan tidak dijumpai inlet

- Memperbaiki inlet pemasukan agar genangan dapat dikurangi, Membersihkan

saluran Membuat sumur resapan pada daerah perkantoran, pabrik dan

perumahan, Membuat sudetan di akhir pembuangan (di daerah Jl. Karimun

Jawa) menuju kali Kasin- Bila hujan: Jl. Halmahera Utara, tinggi genangannya 15–30 cm, lama genangan

15–30 menit. Sedangkan Jl. Halmahera selatan tinggi genangannya 30 – 40 cm,

lama genangan 50 – 60 menit23. Jl. Janti Barat Brantas - 23 - kondisi fisik salurannya baik, namun pada Gambar B masih terdapat tanaman liar. - Menormalisasi saluran dan menerapkan sistem drainase terpisah untuk limbah

industri- Gambar C, D :Saluran berbentuk lingkaran, pada saluran terdapat banyak

sampah. Terjadinya banjir/genangan saat hujan deras saja namun genangan akan

surut jika hujan reda.- Bila musim kemarau, saluran tersebut menimbulkan bau tidak sedap karena

banyak industri yang mengalirkan limbah dan limbah tersebut berhenti di saluran

Page 107: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

107

1.2.3. Kondisi DPS Metro

DPS Metro merupakan daerah pengaliran Sungai Metro

yang terletak di barat hingga selatan Kota Malang. Sungai

Metro yang berfungsi sebagai main drain, selain menerima

aliran dari saluran drainasi di kiri kanan jalan juga

menerima aliran dari anak-anak sungai yaitu Sungai

Supit Urang, Sungai Poring, Sungai Watu, Sungai

Glundeng dan Sungai Sat.

Untuk tujuan drainase, DPS Metro dengan Sungai Metro

sebagai main drain mempunyai keunggulan karena

mempunyai kemiringan lahan yang relatif curam,

kemiringan dasar sungai juga relatif curam, demikian

juga kapasitas sungai masih sangat mencukupi. Tinggal

pemanfaatan dan keberadaanya yang perlu diperhatikan

untuk dijaga.

DPS Metro, sebagian besar meliputi wilayah Kecamatan

Sukun dan Kecamatan Lowokwaru dan sebagain kecil di

Kecamatan Kedungkandang dan Kecamatan Klojen.

Secara umum, sistem drainase di wilayah DPS Metro

masih menggunakan sistem drainase gabungan (mix

drain) dimana pembuangan air limbah domestik/air

kotor dan air hujan dialirkan melalui satu saluran. Hal ini

Page 108: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

108

disebabkan karena terbatasnya lahan untuk saluran

drainase. Bahkan di beberapa lokasi saluran drainase

masih digabungkan dengan saluran drainase (pembawa).

Sistem drainase gabungan memiliki kekurangan yaitu

dalam perencanaannya menggunakan debit maksimum

antara air limbah domestik dan air hujan hingga dimensi

saluran yang dihasilkan menjadi besar. Pada saat musim

kemarau air limbah saja yang melintasi saluran. Sehingga

dengan debit yang rendah ini memungkinkan terjadinya

sedimentasi pada dasar saluran dan pada akhirnya

mempengaruhi kapasitas saluran pembuangan.

Jenis konstruksi bangunan drainase di DPS Metro secara

umum terdapat dua jenis yaitu saluran terbuka dan

saluran tertutup. Namun dalam beberapa tahun terakhir

ini, banyak saluran terbuka menjadi tertutup karena

perubahan tata guna lahan.

Kondisi konstruksi bangunan drainase di wilayah ini

sebagian besar masih dapat berfungsi. Namun demikian

di beberapa tempat sangat diperlukan rehabilitasi dan

normalisasi pada saluran-saluran tertentu yang

kondisinya sangat memprihatinkan karena sedimentasi,

penyumbatan sampah dan tanaman liar, serta perubahan

dimensi yang bervariasi pada satu ruas jalan.

Page 109: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

109

Lokasi-lokasi genangan air di wilayah DPS Kali Metro dan permasalahannya dapat dilihat pada

Tabel dibawah ini :

Tabel 29. Genangan Banjir di DPS Metro

No Lokasi Genangan

1. Pertemuan

Jl. Tanjung Putrayudha dan

Jl. Cenderawasih

- Banyak sedimen dan sampah sehingga saat hujan airnya meluap, saluran

tertutup bangunan

- Menormalisasi saluran dengan cara membersihkan saluran dan memeperbaiki

gorong-gorong yang menyempit karena sedimen dan sampah

2. Jl. S. Supriadi (depan POM bensin) - Kurang memadainya saluran pembuangan karena banyak saluran yang tetutup

oleh bangunan dan trotoar

- Membuka saluran yang tertutup dan membuat masukan air yang memadai

3. Sepanjang (Jl. Raya Langsep –

perempatan Mergan)

- Saluran drainasi dan irigasi terlihat rancu serta sebagian besar saluran tertutup

oleh bangunan

- Memperjelas fungsi saluran dan memperbaiki saluran yang ada. (saat ini sedang

dibuat sudetan)

4. Pertemuan Jl. Bend. Sutami dengan Jl.

Bend. Jatiluhur

- Dimensi saluran terlalu kecil dan banyak sampah yang menumpuk - Pembersihan saluran secara rutin, pelebaran saluran, serta pembuatan inlet

yang lebih besar pada saluran tertutup

5. Pertemuan Jl. Raya Tidar dengan Jl.

Kaluta dan Jl.Lokon

- Banyak sampah yang menumpuk di saluran sehingga air tidak dapat mengalir - Perlu adanya pembersihan secara berkala dan rutin karena jika tidak ada

pembersihan maka genangan baru hilang setelah dua hari

6. Jl. Terusan Dieng (depan parkiran

sepeda motor Plasa Dieng)

- Banyak vegetasi yang tumbuh di saluran serta kurangnya inlet yang langsung

menuju ke saluran pembuangan

- Membuka masukan air yang tertutup

7. Pertigaan Jl. Raya Bandulan - Tempat penampungan air (boezem) tertutup oleh bangunan perumahan serta

akses air menuju boezem tertutup oleh tembok sehingga air melimpas ke jalan

- Pembuatan saluran baru yang lebih lebar dan dalam untuk menampung air

hujan

8. Jl. Raya Bandulan - Banyak sampah dan sedimen yang menumpuk di setiap pertemuan saluran - Pembersihan saluran terutama setiap di pertemuan saluran

9. Pertemuan Jl. Bend. Sutami dengan Jl.

Raya Candi II

- Kurang adanya inlet untuk membuang air yang berada di permukaan jalan,

kalaupun ada kondisinya tertutup dengan sedimen dan sampah

- Membuat inlet dengan dimensi yang lebih besar

10. Jl. Joyo Agung - Saluran rusak dan tersumbat kotoran/sampah tetapi genangan tidak terlalu

parah karena dekat sungai

- Normalisasi saluran

Merehabilitasi saluran pembuang yang lebih besar

11. Jl. Raya Tlogomas - air tidak dapat masuk Saluran karena inlet tidak mencukupi dan kurang

memadai

- Perbaikan inlet yang memadai serta normalisasi saluran.

- Saluran banyak tumbuh tumbuhan dan ada pipa PDAM

12. Sumbersari - kurang memadainya Saluran pembuangan, Saluran tertutup bangunan dan

trotoar.

- Membuat inlet-inlet yang memadai

Membuat sumur resapan

- Saluran drainase banyak endapannya. - Menerapkan sistem drainase terpisah, supaya limbah rumah tangga bisa

tertampung dengan baik

- Air dari rumah tangga tidak bisa masuk saluran karena saluran drainase tertutup

bangunan sehingga air menggenang di jalan.

13. Di Pertigaan Jl. Gajayana dan Terusan

Gajayana

- Saat ini saluran masih diperbaiki dan memperbesar saluran yang tertutup.

14. Di Perempatan ITN (Pertemuan Jl.

Veteran, Jl. Gajayana dan Sumbersari)

- Saluran terlalu kecil, sehingga apabila hujan terjadi penampungan air hujan di

Jl. Gajayana

- Perlu renovasi agar saluran di perbesar, didekatkan dengan tembok pemakaman

yang ada.

- Elevasi jalan lebih rendah dibanding jalan yang lain.

15. Jl. Satsuit Tubun (Pertigaan) - Saluran kecil, tersumbat kotoran. Kondisi saluran sudah ditutup dan berlubang-

lubang, sehingga air melimpas ke badan jalan.

- Normalisasi sungai dan perbaikan inlet

Penyebab Alternatif Penanggulangan

Page 110: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

110

Tabel 1. Penyebab genangan yang terjadi di Kota Malang .................... 4

Tabel 2. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kota Malang Tahun 2010

........................................................................................................................ 8

Tabel 3. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kota Malang Tahun 2011

........................................................................................................................ 9

Tabel 4. Klasifikasi Saluran Drainase DAS Brantas............................... 47

Tabel 5. Perhitungan Debit Limpasan Permukaan Metode Rasional

Modifikasi DAS Brantas ............................................................................ 50

Tabel 6. Perhitungan Debit Total Pada Tiap Saluran DAS Brantas ..... 54

Tabel 7. Analisa Kapasitas dan Evaluasi Saluran Drainase Eksisting

DAS Brantas ................................................................................................ 56

Tabel 8. Klasifikasi Saluran Drainase Sub DAS Sukun ......................... 59

Tabel 9.Perhitungan Debit Rancangan Metode Rasional Sub DAS

Sukun ........................................................................................................... 61

Tabel 10. Kapasitas Saluran Drainase Eksisting Sub DAS Sukun ...... 62

Tabel 11. Evaluasi Kapasitas Saluran Sub DAS Sukun ............... 64

Tabel 12. Klasifikasi Saluran Drainase DAS Bango .............................. 65

Tabel 13. Perhitungan Debit Limpasan Permukaan Metode Rasional

Modifikasi DAS Bango .............................................................................. 67

Tabel 14. Kapasitas Saluran Drainase Eksisting DAS Bango .............. 71

Tabel 15. Evaluasi Saluran DAS Bango ................................................. 74

Tabel 16. Perhitungan Debit Limpasan Permukaan Metode Rasional

Modifikasi Sub DAS Amprong ................................................................. 76

Tabel 17. Perhitungan Debit Total Pada Tiap Saluran Sub DAS

Amprong ..................................................................................................... 79

Tabel 18. Kapasitas dan Evaluasi Saluran Drainase Eksisting Sub DAS

Amprong ..................................................................................................... 81

Tabel 19. Klasifikasi Saluran Drainase DAS Metro ............................... 83

Tabel 20. Perhitungan Debit Limpasan Permukaan Metode Rasional

Modifikasi DAS Metro ............................................................................... 85

Tabel 21. Kapasitas Saluran Drainase Eksisting DAS Metro ............... 89

Tabel 22. Evaluasi Saluran DAS Metro ................................................... 91

Tabel 23. Genangan Banjir di SUB DPS Bango (Sawojajar) .................. 95

Tabel 24. Genangan Banjir di SUB DPS Bango (Lowokwaru ............... 97

Tabel 25. Genangan Banjir di SUB DPS Bango (Purwantoro) ............ 100

Page 111: I. LATAR BELAKANG - bappeda.malangkota.go.id · umumnya penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir ...

111

Tabel 26. Genangan Banjir di SUB DPS Bango (Sumpil) .................... 101

Tabel 27. Genangan Banjir di SUB DPS Bango (Mewek) .................... 102

Tabel 28. Genangan Banjir di DPS Brantas ........................................... 104

Tabel 29. Genangan Banjir di DPS Metro ............................................. 109

I. LATAR BELAKANG…………………………………………… 1

II. LINGKUP FISIK…………………………………………………. 3

III. KONDISI FISIK DASAR……………………………………….. 5

IV. UNDANG-UNDANG……………………………………………. 9

V. KONDISI UMUM DAERAH DRAINASE KOTA MALANG……..

47