Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK EVALUASI MUTU KOMODITAS PERTANIAN TINTOMETER Oleh: Dimas Urip S NIM A1H012020
40

Hasil Acara 2 Mutu

Nov 06, 2015

Download

Documents

acara MUTU
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNIK EVALUASI MUTU KOMODITAS PERTANIANTINTOMETER

Oleh:Dimas Urip SNIM A1H012020

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2015I. PENDAHULUANA. Latar BelakangBuah-buahan merupakan salah satu kelompok komoditas pertanian yang penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi. Permintaan domestik terhadap komoditas buah-buahan cukup tinggi, ditandai dengan banyaknya buah-buahan impor yang banyak di pasar modern maupun tradisional Indonesia. Kematangan buah saat dipanen merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga kualitas buah. Menurut Ahmad (2002) kematangan adalah keadaan buah yang siap untuk dikonsumsi, sedangkan ketuaan adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan umur buah yang cukup siap untuk memasuki stadium matang. Menurut Sunarjono (2004) warna buah menjadi indikator dalam mengetahui tingkat kemasakan atau kematangan buah. Buah yang masih berwarna hijau biasanya masih mengandungbanyak khlorofil, kemudian perlahan akan berubah warna menjadi kuning yang menandakan bahwa kandungan khlorofil yang terdapat dalam buah tersebut sudahberkurang selama pemasakan.

B. Tujuan 1. Memgetahui penggunaan tintometer.2. Mengetahui perubahan warna pada produk buah-buahan atau sayuran dengan tintometer.

II. TINJAUAN PUSTAKAKualitas merupakan karakteristik suatu produk yang mempunyai kemampuan dalam tanggungjawabnya memuaskan kebutuhan konsumen (Kotler dan Amstrong, 2012). Apabila kualitas produk meningkat, keputusan pembelianpun akan meningkat (Margaretha dan Edwin, 2012). Penentuan mutu makanan ditentukan oleh cita rasa, warna, tekstur, nilai gizi maupun sifat mikrobiologinya. Warna dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan, selain itu warna dapat memberikan petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan seperti pencoklatan dan pengkaramelan. Warna makanan disebabkan oleh pigmen alam atau pewarna yang ditambahkan. Pigmen alam adalah segolongan senyawa yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Pigmen alam mencakup pigmen yang sudah terdapat dalam makanan dan pigmen yang terbentuk pada pemanasan, penyimpanan, atau pengolahan (De Man, 1997). Menurut Winarno (2002), masing masing pigmen warna mempunyai kestabilan yang berbeda terhadap kondisi pengolahan.Umumnya zat warna alam terbentuk dari kombinasi tiga unsur, yaitu karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi ada beberapa zat warna yang mengandung unsur lain seperti nitrogen pada indigotin dan magnesium pada klorofil. Jaringan tumbuhan seperti bunga, batang, kulit, kayu, biji, buah, akar dan kayu mempunyai warna warna karakteristik yang disebut pigmen dalam botani (Lemmens & Soetjipto, 1992).Adapun jenis jenis senyawa zat warna alam yang terkandung dalam tumbuhan adalah klorofil (hijau) pada daun, karoten (kuning oranye) pada umbi dan daun, likopene (merah) pada bunga dan buah, flavon (kuning) pada bunga, akar dan kayu, antosianin (kuning kemerahan, merah lembayung) pada buah dan bunga, betalain (kuning merah) menyerupai antosianin atau flavonoid pada beet merah, xanton (kuning) pada buah mangga (Tranggono, 1990).Pemilihan buah yang berkualitas dalam perdagangan dan perindustrian juga dengan berdasarkan kriteria kebutuhan tertentu yang diinginkan. Pemilihan buah segar berkualitas berdasarkan beberapa parameter utama seperti tampilan, warna, tekstur, flavor (rasa dan aroma), dan kandungan nutrisinya.Proses pematangan buah berkorelasi dengan berbagai karakteristik fisik seperti warna kulit, bentuk, ukuran, dan tekstur (Jha, dkk., 2005). Beberapa parameter kimia selama pematangan yaitu Soluble Solid Contents (SSC), keasaman titratable, pati, senyawa fenolik, karotenoid, dan kandungan bahan kering (Jha dkk., 2006). Pemilihan buah secara eksternal oleh konsumen pertama kali ditujukan pada tampilan atau warna yang menarik. Warna merupakan sifat dasar produk pangan yang berkorelasi baik dengan sifat fisik, kimia, dan sensorik sebagai indikator kualitas produk (Mendoza, dkk., 2006).Warna ungu dan merah pada sayur, buah dan umbi-umbian berasal dari pigmen antosianin, warna oranye pada buah, umbi, dan sayur berasal dari pigmen karotenoid, warna hijau pada buah, dan sayur berasal dari pigmen klorofil, sedangkan warna kuning atau putih pada umbi, buah dan sayur berasal dari pigmen antoxanthin. Warna pada buah dapat berubah seiring berjalannya proses pematangan. Hal ini terlihat pada perubahan warna dari hijau ke warna lain akibat degradasi klorofil (Belitz dan Grosch, 1987).Penentukan kualitas buah telah banyak dilakukan penelitian baik secara eksternal maupun internal. Untuk tampilan citra maupun nilai warna digunakan alat seperti Computer Vision System (CVS) (Tigabu dan Oden, 2002) dan colormeter (Medlicott, dkk., 1992). CVS dapat menganalisis warna secara cepat dengan teknik analisis citra. Sistem ini tidak hanya menawarkan metode 3 untuk mengukur warna yang tidak rata tetapi dapat juga digunakan untuk mengukur karakteristik dari tampilan total (Hutching, 1999). Penggunaan colormeter untuk mengidentifikasi warna termasuk murah dan mudah dalam hal pengoperasiannya (Medlicott, dkk., 1992), tetapi colormeter hanya cocok digunakan untuk bahan yang permukaan dan warnanya seragam serta pengambilan titik pengukuran perlu dilakukan di beberapa tempat untuk mendapatkan hasil yang representatif (Yam dan Papadakis, 2004).Pengukuran warna juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat Lovibond Tintometer. Fungsi dari Lovibond Tintometer ini adalah untuk membantu penglihatan secara subjektif, namun tidak dapat menentukan secara pasti warna suatu bahan. Warna bahan dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di dalamnya. Macam dan jumlah pigmen dalam jaringan tergantung pada spesies, varietas, derajat kematangan, tempat tumbuh dari tanaman tersebut. Tujuan pengukuran warna bahan pangan adalah untuk mengetahui pigmen yang terkandung dalam suatu bahan pangan sehingga dalam proses pengolahan tidak terjadi perubahan-perubahan warna oleh pigmen dalam bahan pangan tersebut yang dapat menurunkan kualitas atau kenampakan fisik bahan pangan.

III. METODOLOGIA. Alat dan Bahan1. Tintometer2. Colo reader3. Komoditas pertanian( tomat, wortel, mentimun, terong, kentang, ubi)

B. Prosedur Kerja1. Menyiapkan alat dan bahan.2. Memotong bahan yang akan digunakan sebagai sampel.3. Menghubungkan tintometer ke arus listrik.4. Meletakkan bahan yang akan diukur ke dalam tabung tintometer.5. Menekan tombol on sehingga lampu indicator pada tintometer akan menyala dan skala warna pada tintometer diatur sesuai dengan warna buah yang terlihat pada lensa.6. Mencatat hasil skala warna.7. Setelah menggunakan tintometer, pengukuran warna komoditas juga dilakukan menggunakan color reader.8. Menekan tombol power paca colo reader, kemudian meletakkan bahan pada bagian lensa/ kamera perekam.9. Tekan tombol hingga lampu menyala, dan nilai akan ditampilkan pada display.IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilTabel 1. Data hasil pengukuran warna buah menggunakan tintometerNoBahanMerahKuningBiruPutih

1Tomat5030--

2Wortel3010--

3Mentimun-30-20

4Terong201030-

5Kentang0.120--

6Ubi-10--

Tabel 2. Data hasil pengukuran warna buah menggunakan color readerBahanWarnaLA (+)A (-)B (+)B (-)

TomatJingga41.96.4-23.3-

WortelOrange48.616.0-24.8-

MentimunHijau53.5-11.225.1-

TerongUngu gelap397.2--3.0

KentangCoklat muda48.94.9-25.2-

UbiUngu muda45.416.9-8-

B. PembahasanMenurut Sunarjono (2004) warna buah menjadi indikator dalam mengetahui tingkat kemasakan atau kematangan buah. Buah yang masih berwarna hijau biasanya masih mengandungbanyak khlorofil, kemudian perlahan akan berubah warna menjadi kuning yang menandakan bahwa kandungan khlorofil yang terdapat dalam buah tersebut sudahberkurang selama pemasakan.

1. KarotenoidMerupakan kelompok pigmen yang menyebabkan bahan pangan berwarna jingga seperti pada wortel terdiri antara lain atas alfakaroten dan betakaroten. Senyawa ini begitu masuk ke dalam tubuh diubah menjadi vitamin A yang banyak manfaatnya bagi tubuh. Mulai untuk kesehatan mata, kulit dan kuku, pembuluh darah, sampai meningkatkan daya tahan tubuh.2. LikopenMerupakan pigmen yang membuat buah dan sayur berwarna merah, seperti pada tomat. Senyawa ini terbukti memiliki sifat antioksidan dan antikanker, khususnya kanker pankreas dan prostat. Penelitian menunjukkan mereka yang kadar likopen dalam darahnya rendah berisiko terkena kanker pankreas hingga lima kali lipat. 3. Klorofil Pemberi warna hijau pada buah dan sayur, tak terkecuali pada rumput laut dan khlorela memiliki hampir semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Fitokomia ini memiliki multikhasiat penting seperti antioksidan, antiperadangan, antibakteri, antiparasit, antikanker, serta mampu meningkatkan daya tahan tubuh.4. Kurkumin Pemberi warna kuning pada kunyit diketahui memiliki sifat antiradang. Kehadirannya membuat kuman takut dan langsung kabur sehingga infeksi bisa dicegah ataupun diatasi. Kurkumin juga memiliki sifat antioksidan yang cukup tangguh yang dapat melindungi kerusakan sel otak. Akibatnya memori tetap baik, melindungi saluran cerna agar tetap bekerja sempurna, dan menjaga paru dari kerusakan oksidatif.5. AntosianinPemberi warna merah keunguan seperti yang terdapat pada anggur, terong, dan bit ini sejak lama digunakan untuk mengobati penyakit. Mereka yang mengalami kesulitan melihat pada malam hari, kerap diberi bahan pangan yang mengandung zat ini. Dalam dunia kedokteran, antosianin kini terbukti mengandung flavonoid yang bersifat antikanker, mampu mengelola kadar gula darah, dan mencegah penyakit jantung koroner. Antosianin juga memiliki manfaat seperti aspirin yang mampu mencegah peradangan, menaikkan daya tahan pembuluh kapiler, serta menurunkan tekanan darah, dan mampu membantu penyerapan vitamin C.Perubahan warna merupakan salah satu perubahan yang sangat menonjol pada proses pematangan buah dan sayur. Perubahan warna pada buah-buahan dan sayuran tersebut merupakan proses dintesis suatu pigmen tertentu seperti klorofil (hijau) pada daun, karoten (kuning oranye) pada umbi dan daun, likopene (merah) pada bunga dan buah, flavon (kuning) pada bunga, akar dan kayu; antosianin (kuning kemerahan, merah lembayung) pada buah dan bunga, betalain (kuning merah) menyerupai antosianin atau flavonoid pada beet merah; xanton (kuning) pada buah mangga (Tranggono, 1990).Warna bahan dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di dalamnya. Macam dan jumlah pigmen dalam jaringan tergantung pada spesies, varietas, derajat kematangan, tempat tumbuh dari tanaman tersebut. Warna dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan komoditas pertanian, selain itu warna dapat memberikan petunjuk mengenai perubahan kimia dalam komoditas tersebut. Perubahan warna dapat terjadi baik oleh proses-proses perombakan maupun proses sintetik, atau keduanya. Pengaruh perubahan warna pada komoditas pertanian ini menyebabkan adanya zat-zat yang dirobak pada saat proses pematangan komoditas. Seperti contoh pada jeruk manis perubahan warna ni disebabkan oleh karena perombakan khlorofil dan pembentukan zat warna karotenoid. Sedangkan pada pisang warna kuning terjadi karena hilangnya khlorofil tanpa adanya atau sedikit pembentukan zat karotenoid. Sisntesis likopen dan perombakan khlorofil merupakan ciri perubahan warna pada buah tomat. Warna buah tanda kematangan pertama pada buah adalah hilangnya warna hijau. Perubahan warna merupakan perubahan yang paling menonjol pada waktu pemasakan buah. Di samping terjadi perombakan klorofil, dalam proses ini terjadi sintesa dari pigmen tertentu, seperti pigmen karotenoid yang sudah ada tetapi belum muncul menjadi terlihat pada saat pemasakan buah dan buah menjadi berwarna kuning. Terjadinya perubahan warna pada buah-buahan karena hilangnya klorofil dan menyebabkan tampaknya warna pigmen lain yang terkandung dalam buah.Proses pematangan buah berkorelasi dengan berbagai karakteristik fisik seperti warna kulit, bentuk, ukuran, dan tekstur (Jha, dkk., 2005). Warna merupakan hal yang sangat penting bagi penampakan karena merupakan indikator kematangan suatu produk pertanian. Pemilihan buah secara eksternal oleh konsumen pertama kali ditujukan pada tampilan atau warna yang menarik. Warna merupakan sifat dasar produk pangan yang berkorelasi baik dengan sifat fisik, kimia, dan sensorik sebagai indikator kualitas produk (Mendoza, dkk., 2006).Praktikum ini menggunakan dua alat untuk menentukan warna pada komoditas yaitu tintometer dan color reader. Tintometer adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk menentukan perbedaan warna yang tidak bias dibedakan menggunakan mata telanjang. Tipe yang bagus dapat memperjelas gradasi dari warna dan mengkalkukulasi warna utama yang terdiri dari warna merah, biru, kuning, dan putih.Prinsip operasi Lovibond Tintometer adalah colorimeter visual yang dirancang untuk mengoptimalkan penggunaan filter kaca. Lovibond Tintometer diatur dengan dua bidang yang berdekatan pandang, terlihat melalui tabung melihat, sehingga produk dalam sampel lapangan dan permukaan reflektif putih di bidang perbandingan diamati berdampingan, sesuai diterangi. warna-warna obyek ditampilkan ke bidang perbandingan dengan sistem sederhana dari rak geser, memungkinkan pengguna untuk membandingkan warna cahaya yang baik teruskan melalui atau dipantulkan dari sampel dengan yang terlihat melalui lensa. Rak geser yang disediakan dapat digunakan ke dalam bidang sampel untuk warna produk yang terlalu terang agar mendapatkan warna yang baik dan sesuai dengan menggunakan Lovibond merah, kuning atau biru. Rak ini bervariasi hingga pertandingan warna visual ditemukan cahaya dari sampel dan warna kemudian dapat dinyatakan dalam satuan Lovibond.Komponen lovibond tintometer seluruhnya terdiri dari sumber cahaya, sistem optik, ruang sampel, sistem pengukuran dan sistem pembacaan. Bentuk lovibond sangat sederhana dengan ukuran hanya 650 x 200 mm dan tinggi 120 mm. Sumber cahaya berasal dari lampu halogen tungsten yang fokus terhadap lubang lensa kecil, disejajarkan oleh sistem lensa dan cahaya akan melewati ruang sampel yang lebar, yang dapat memuat kuvet yang ukuranya hingga 6 inci (153 mm). Lovibond memiliki kisaran panjang gelombang antara 410-710 nm yang dipisahkan oleh 16 rangkaian pita tipis seperti halnya saringan, dengan demikian panjang gelombang dapat diseleksi oleh rangkaian dengan cepat. Semuanya mempunyai peak transmisi, rata-rata terpisah 20 nm, tetapi sistem pengukuran sudah diprogram untuk menyisipkan gambaran transmisi untuk wavebands pada interval 5 nm, totalnya menghasilkan 61 pembacaan.

Gambar 1. Lovibond tintometer.

Bagian-bagian lovibond tintometer beserta fungsinya adalah sebagai berikut:1. Tabung tintometerTabung tintometer berfungsi untuk meletakkan obyek yang akan diukur warnanya.2. Sumber cahayaSumber cahaya berasal dari lampu halogen tungsten yang fokus terhadap lubang lensa kecil, disejajarkan oleh sistem lensa dan cahaya akan melewati ruang sampel yang lebar. Sumber cahaya ini berfungsi untuk menyinari obyek saat akan ditentukan nilai warnanya.3. Sumber arusSumber arus digunakan untuk menyalakan lampu pada lovibond tintometer.4. Tombol on/offTombol on/off berfungsi untuk menyalakan dan mematikan tintometer.5. Teropong dan lensaTeropong dan berfungsi untuk melihat warna pada obyek yang akan diukur warnanya. Lubang kuvet yang ukuranya hingga 6 inci (153 mm).6. Rak warna geser (skala warna)Rak geser berfungsi untuk menentukan warna obyek agar memiliki warna yang sama dengan bidang perpandingan warna. Bagian rak ini terdapat empat warna yaitu merah, biru, kuning, dan putih, dimana masing-masing warna memiliki range nilai tertentu.Prinsip kerja color reader adalah sistem pemaparan warna dengan menggunakan sistem CIE dengan tiga reseptor warna yaitu L, a, b Hunter. Lambang L menunjukkan tingkat kecerahan berdasarkan warna putih, lambang a menunjukkan kemerahan atau kehijauan, dan lambang b menunjukkan kekuningan atau kebiruan.

Gambar 2. Color reader.Komponen color reader terdiri dari :1. ReseptorReseptor berfungsi sebagai tempat menempelnya sampel yang akan diuji warnanya yang akan membaca warna sampel tersebut. 2. Penutup reseptor Penutup reseptor berfungsi untuk menutup reseptor setelah digunakan. 3. Tombol on/off Tombol on/off berfungsi untuk mengaktifkan dan menonaktifkan color reader. 4. Tombol targetTombol ini ditekan saat sampel ditempelkan pada reseptor.

5. Layar hasil/displayLayar hasil atau display berfungsi sebagai tempat hasil pembacaan warna oleh reseptor. 6. Tombol sistem L, a, b dan Lch Tombol sistem L, a, b dan Lch merupakan metode yang dipakai untuk pembacaan warna yang diingankan. Cara kerja alat ini adalah ditempelkan pada sampel, yang akan diuji intensitas warnanya, kemudian tombol pengujian ditekan sampai berbunyi atau lampu menyala dan akan memunculkannya dalam bentuk angka dan kemudian diukur pada grafik untuk mengetahui spesifikasi warna. Praktikum ini menggunakan alat tintometer dan color reader dalam menentukan warna komoditas pertanian. Komoditas pertanian yang digunakan adalah tomat, wortel, mentimun, terong, kentang dan ubi. Hasil pengukuran menggunakan tintometer dan color reader dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.Tabel 3. Data hasil pengukuran warna buah menggunakan tintometerNoBahanMerahKuningBiruPutih

1Tomat5030--

2Wortel3010--

3Mentimun-30-20

4Terong201030-

5Kentang0.120--

6Ubi-10--

Tabel 3 merupakan data hasil pengukuran warna buah menggunakan tintometer. Pada buah tomat warna yang dapat dideteksi oleh tintometer adalah warna merah sebesar 50 dan warna kuning sebesar 30. Wortel memiliki nilai 30 pada warna merah dan 10 pada warna kuning. Mentimun memiliki nilai 30 pada warna kuning dan 20 pada warna putih. Terong memiliki nilai 20 pada warna merah, 10 pada warna kuning, dan 30 pada warna biru. Kentang memiliki nilai 0.1 pada warna merah dan 20 pada warna kuning. Sedangkan ubi hanya memiliki satu nilai yaitu 10 pada warna kuning.Pigmen yang terkandung pada tomat adalah karotenoid, sehingga warna yang diberikan adalah warna kuning kemerahan cerah. Karotenoid dominan yang terkandung dalam tomat adalah lycopene, sebanyak 78.7 mg karotenoid/100 gram bahan segar. Peningkatan lycopene terjadi selama proses pematangan tomat (Belitz dan Grosch, 1982). Warna kuning kemerahan cerah pada tomat menunjukkan bahwa tomat tersebut masih belum matang sempurna atau half ripe (Noviyanto, 2009).Wortel merupakan jenis tumbuhan sayuran umbi. Wortel ini biasanya berwarna jingga atau putih dengan texstur serupa kayu. Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Wortel adalah tumbuhan biennial (siklus hidup 12 24 bulan) yang menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar untuk tumbuhan tersebut berbunga pada tahun kedua. Batang bunga tumbuh setinggi sekitar 1 m, dengan bunga berwarna putih. Semakin jingga, merah, atau ungu warnanya, semakin tinggi kandungan vitamin A-nya. Adanya warna disebabkan oleh pigmen karoten. Dalam bentuk beta-karoten, wortel bisa pula berperan sebagai antioksidan, yaitu memberi perlindungan pada tubuh terhadap pengaruh negatif yang merusak dari radikal bebas. pemanasan mampu meningkatkan aktivitas antioksidan wortel rata-rata 34% lebih tinggi daripada dalam keadaan mentah.Warna dominan terong pada bagian dagingnya adalah kuning keunguan pucat. Warna ungu pada terong berasal dari pigmen antosianin. Menurut Belitz dan Grosch (1982), antosianin yang terkandung dalam terong adalah Delphinidin-3-(p-coumaroyl-L-rhamnosyl-D-glucosyl)-5-D-glucoside. Sedangkan, warna putih yang dominan pada daing buah terong berasal dari antoxanthine. Antosianin dan antoxanthine tergolong pigmen yang disebut flavonoid.Tabel 4. Data hasil pengukuran warna buah menggunakan color readerBahanWarnaLA (+)A (-)B (+)B (-)

TomatJingga41.96.4-23.3-

WortelOrange48.616.0-24.8-

MentimunHijau53.5-11.225.1-

TerongUngu gelap397.2--3.0

KentangCoklat muda48.94.9-25.2-

UbiUngu muda45.416.9-8-

Keterangan: L= kecerahan: hitam-putih (0-100), a* : A+ (merah) A- (hijau), b* : B+ (kuning) B- (biru).

Pengukuran warna buah menggunakan color reader dapat ditunjukkan pada Tabel 4. Skala warna pada color reader terdiri dari L yang merupakan tingkat kecerahan dengan nilai 0 adalah warna hitam dan 100 adalah warna putih. a* terdiri dari A+ yang merupakan warna merah dan A- warna hijau. Sedangkan b* terdiri dari B+ yang merupakan warna kuning dan B- merupakan warna biru.Buah tomat memiliki warna jingga, dimana pada pengukuran dengan color reader didapatkan nilai kecerahan (L) 41.9, nilai A+ sebesar 6.4, nilai B+ sebesar 23.3. Buah wortel berwarna orange nilai kecerahan (L) sebesar 48.6, nilai A+ sebesar 16, nilai B+ sebesar 24.8. Buah mentimun berwarna hijau nilai kecerahannya (L) sebesar 53.5, nilai A- sebesar 11.2, nilai B+ sebesar 25.1. Buah terong memiliki warna ungu gelap memiliki nilai kecerahan (L) sebesar 39, nilai A+ sebesar 7.2, nilai B- sebesar 3. Kentang memiliki warna coklat muda dengan nilai kecerahan (L) 48.9, nilai A+ sebesar 4.9, nilai B+ sebesar 25.2. Ubi memiliki warna ungu muda dengan nilai kecerahan 45.4, nilai A+ sebesar 16.9, nilai B+ sebesar 8.Macam-macam tintometer terdapat beberapa jenis yang biasanya digunakan dalam skala laboratoriun. Penggunaan dari tintometer juga tidak hanya untuk produk pertanian saja bisa juga produk-produk seperti Minyak & Lemak, Makanan, cairan, Koloid, benda padat, Serbuk, dan lain-lain. Berikut ini adalah macam-macam dari tintometer :1. Tintometer Model FTintometer model F adalah colorimeter visual serbaguna dan yang mudah digunakan untuk mengukur warna cairan, padatan, serbuk dan pasta dalam unit Lovibond merah, kuning, biru dan netral. Tintometer Model F terdiri dari lemari yang berisi dua lampu. Pengaturan ini memastikan kondisi identik untuk bidang sampel dan referensi. Sistem optik dapat menentukan warna sampel dengan mengatur warna standar dalam pengukuran hingga warna sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar 3. Tintometer Model F.

2. Tintometer WSL-2Tintometer ( Lovibond Tintometer ) WSL-2 merupakan jenis alat ukur warna visualuntuk skala chroma cairan , koloid , padat dan bubuk. Dengan struktur yang disederhanakan dan pengoperasian yang mudah , tintometer ini sering diterapkan untuk mengukur warna zat yang berbeda ( seperti lemak , cat , plastik , selai, tekstil , bahan makanan , dll ).

Gambar 4. Tintometer WSL-2.

3. Lovibond Tintometer PFXi-880/PTintometer PFXi-880/P adalah spectrophotometer dengan tingkat presisi tinggi, biasanya digunakan dalam analisis warna dari bahan bakar minyak, minyak, lilin dan petrokimia berdasarkan warna skala Saybolt dan ASTM. Hasil dapat juga ditampilkan dalam nilai-nilai CIE dan spektral data.

Gambar 5. Lovibond Tintometer PFXi-880/P.

4. Tintometer Colorimetric Water Test Kit.Colorimetric water test kti merupakan colorimtric yang berguna untuk pekerjaan analisis mobile dan stasioner. Diberikan dengan sejumlah banyak warna yang berbed, serta menyediakan dasar untuk system analisis colorimetric komprehensif yang mudah digunakan. Alat ini didalamnya terdapat sebuah bagian yang seperti CD (Disc), Disk berisi skala warna berkelanjutan yang memungkinkan untuk mencapai warna yang persis tepat antara standar warna dan warna sampel.

Gambar 6. Colorimetric water test kit.Sama halnya dengan Tintometer, color reader pun memiliki jenis-jenis yang berbeda meskipun dalam funsginya sama yaitu mengukur kandungan warna dari sebuah objek.1. Colorimeter Precise Reader TCR200CR200 adalah alat uji sensitif terhadap cahaya terutama diterapkan untuk pengendalian mutu di bidang plastik, lukisan, desain, plating, kostum, percetakan dan pewarna. Ini bekerja baik untuk perbandingan rutin warna yang sama dan beberapa fungsi-fungsi lanjutan untuk analisis warna dapat dicapai

Gambar 7. Colorimeter Precise Reader TCR200.

2. Conica Minolta CR-10 Tristimulus ColorimeterConica Minolta CR-10 Tristimulus Colorimeter adalah bertenaga baterai, portabel, dan genggam warna reader untuk mengontrol warna cepat, akurat. CR-10 Tristimulus pembacaan warna mudah digunakan, portabel dan ekonomis seperti belum pernah terjadi sebelumnya. Cara menggunakannya pertama, mengukur target sampel. Setelah satu kedua warna perbedaan-dinyatakan dalam L A* b * dan dE * atau L * C * H * dan dE * akan muncul di layar LCD. CR-10 Tristimulus Colorimeter digunakan untuk memeriksa perbedaan warna antara dua sampel.

Gambar 8. Conica Minolta CR-10 Tristimulus Colorimeter.Kendala-kendala pada praktikum ini antara lain jumlah alat yang terbatas sehingga praktikum kurang efisien waktu karena penggunaan alat harus brgiliran. Selain itu pada saat penentuan warna dengan tintometer, terlalu sulit dalam melihat kesamaan warna pada dua bidang karena lubang pada teropong terlalu kecil, pendapat warna yang muncul antar praktikan berbeda-beda.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan1. Lovibond Tintometer adalah colorimeter visual yang dirancang untuk mengoptimalkan penggunaan filter kaca. Lovibond Tintometer diatur dengan dua bidang yang berdekatan pandang, terlihat melalui tabung melihat, sehingga produk dalam sampel lapangan dan permukaan reflektif putih di bidang perbandingan diamati berdampingan, sesuai diterangi. warna-warna obyek ditampilkan ke bidang perbandingan dengan sistem sederhana dari rak geser, memungkinkan pengguna untuk membandingkan warna cahaya yang baik teruskan melalui atau dipantulkan dari sampel dengan yang terlihat melalui lensa.2. Data hasil pengukuran warna buah menggunakan tintometer pada buah tomat warna yang dapat dideteksi oleh tintometer adalah warna merah sebesar 50 dan warna kuning sebesar 30. Wortel memiliki nilai 30 pada warna merah dan 10 pada warna kuning. Mentimun memiliki nilai 30 pada warna kuning dan 20 pada warna putih. Terong memiliki nilai 20 pada warna merah, 10 pada warna kuning, dan 30 pada warna biru. Kentang memiliki nilai 0.1 pada warna merah dan 20 pada warna kuning. Sedangkan ubi hanya memiliki satu nilai yaitu 10 pada warna kuning.

B. SaranPraktikum acara ini sebaiknya perlu adanya penambahan alat seperti tintometer dan color reader agar setiap kelompok tidak terlalu lama menunggu bergantian dan praktikum berjalan efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKAAhmad, U. 2002. Pengolahan Citra Untuk Pemeriksaan Mutu Buah Mangga. Buletin Keteknikan Pertanian.Belitz, H.D. and W. Grosch, 1987. Food Chemistry. Springer-Verlag Berlin. Heidelberg, Germany.De Man, M.J. 1997. Kimia Makanan. Penerjemah K. Padmawinata. ITB-Press. Bandung.Jha, S. N., Chopra, S., Kingsly, A. R. P. 2005. Modelling of color values for nondestructive evaluation of maturity of mango. Journal of Food Engineering 78, 22-26.Jha, S. N., Kingsly, A. R. P., & Chopra, S. 2006. Physical and mechanical properties of mango during growth and storage for determination of maturity. Journal of Food Engineering 72, 7376.Kotler Philip, dan Gary Amstrong. 2012. Principles Of Marketing. Global edition. 14 Edition. Person Education.Lemmens, R.H.M.J, N. Wulijarni-Soetjipto (editors). 1992. Prosea, Plant Resources of South-East Asia 3. Dye and Tannin-Producing Plants. Bogor.Margareta, F. S., & Edwin, J. 2012. Analisa Pengaruh Food Quality and Brand Image terhadap Keputusan Pembelian Roti Kecik Toko Roti Ganeps di kota Solo. Jurnal Manajemen Pemasarann. Vol. 1, No. 1.Medlicott, A. P., Semple, J., Thompson, A. J., Black bourne, H. R., & Thompson, A. K. (1992). Measurement of color changes in ripening bananas and mangoes by instrumental, chemical and visual assessments. Tropical Agriculture (Trinidad and Tobago). 69. 161166.Mendoza, F., Dejmek, P. dan Aguilera, J. M. (2006). Calibrated color measurements of agricultural foods using image analysis. Postharvest Biology and Technology 41: 285-295.Noviyanto, A. 2009. Klasifikasi Tingkat Kematangan Varietas Tomat Merah dengan Metode Perbandingan Kadar Warna. Yogyakarta: Skripsi. Fakultas Matematika dan IPA Universitas Gadjah Mada.Sunarjono, H. Hendro. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Depok.

Tigabu, M., & Oden, P. C. (2002). Multivariate classification of sound and insectinfested seeds of a tropical multipurpose tree, Cordia Africana, with near infrared reflectance spectroscopy. Journal of Near Infrared Spectroscopy. 10. 4551.Tranggono. 1990. Bahan Tambahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Yam, K. L. & Papadakis, S. E. (2004). A simple digital imaging method for measuring and analyzing color of food surface. Journal of Food Engineering 61, 137-142.