Top Banner
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh Nama: Andi Susetianto NPM: 0811031020 Telephone: 085368657837 E-mail: [email protected] Pembimbing 1: Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt. Pembimbing 2: Basuki Wibowo, S.E., Akt. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengungkapan corporate governance laporan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011. Faktor- faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, umur listing perusahaan, profitabilitas dan likuiditas. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 81 perusahaan. Pendeteksi luas pengungkapan corporate governance yaitu 103 item pengungkapan. Penelitian ini dalam menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate governance menggunakan regresi berganda. Dari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap luas
44

fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

Apr 10, 2019

Download

Documents

dinhkhue
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh

Nama: Andi SusetiantoNPM: 0811031020

Telephone: 085368657837E-mail: [email protected]

Pembimbing 1: Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt.Pembimbing 2: Basuki Wibowo, S.E., Akt.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengungkapan corporate governance laporan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, umur listing perusahaan, profitabilitas dan likuiditas.

Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 81 perusahaan. Pendeteksi luas pengungkapan corporate governance yaitu 103 item pengungkapan.

Penelitian ini dalam menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate governance menggunakan regresi berganda. Dari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan. Sedangkan variabel lainnya seperti umur listing perusahaan, profitabilitas dan likuiditas tidak menunjukkan pengaruh terhadap luas pengungkapan corporate governance.

Kata kunci: Corporate Governance, Pengungkapan Corporate Governance, Laporan Tahunan

Page 2: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

ABSTRACT

FACTORS THAT INFLUENCE THE LEVEL OF CORPORATE GOVERNANCE DISCLOSURE IN ANNUAL REPORT

OF BANKING LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

By

ANDI SUSETIANTO

This study is done to know on the level of corporate governance disclosure in annual report of banking listed in Indonesia Stock Exchange 2009-2011 periods. Factors tested in this study are company size, the size of the board of commissioners, firm age listing, profitability and liquidity. . Collecting data used a purposive sampling method in companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the years 2009 until 2011. A total of 81 firms are used as samples in this study. There are 103 items disclosure to detect the level of corporate governance disclosure.

This study used multiple regression is used to examine the factors that influence the level of corporate governance disclosures. The result showed that the independent variables that significantly affect to corporate governance disclosure are the size of company and the size of the board of commissioners. However, firm age listing, profitability and liquidity did not show significant influence to corporate governance disclosure.

Keywords: Corporate Governance, Corporate Governance Disclosure, Annual Reports

1. PENDAHULUAN

Peran manajemen diharapkan dapat bekerja memenuhi permintaan

prinsipal. Namun, ditemui ada konflik kepentingan antara agen dan prinsipal

(Wolfhensohn, 1999). Salah satu cara untuk mengurangi konflik antara agen dan

prinsipal ini adalah dengan pengungkapan informasi oleh manajemen (agen),

dimana sejalan dengan berkembangnya isu mengenai corporate governance yang

di dalamnya terdapat prinsip transparansi dan akuntabilitas, akan meningkatkan

Page 3: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

perhatian terhadap masalah pengungkapan pada aspek corporate governance

suatu perusahaan. Di Indonesia isu mengenai corporate governance muncul

setelah terjadinya krisis multidimensi pada pertengahan tahun 1997. Krisis ini

dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika yang kemudian

menghancurkan sendi-sendi perekonomian, salah satunya pada sektor perbankan.

Menurut hasil penelitian dan laporan dari Asia Development Bank, krisis yang

terjadi di Indonesia dan runtuhnya perusahaan-perusahaan besar di dunia adalah

disebabkan oleh lemahnya pelaksanaan Good Corporate governance. Hasil

penelitian Political and Economic Risk (PERC) tahun 1999 menyatakan indeks

transparansi bisnis menunjukkan bahwa lingkungan bisnis di Indonesia relatif

tidak transparan.

Salah kelola bank yang berdampak pada terpuruknya perekonomian

nasional tersebut memberikan suatu kesadaran akan pentingnya tata kelola

perusahaan yang baik (good corporate governance). Belum diterapkannya good

corporate governance disinyalir menjadi faktor utama berkepanjangannya krisis

yang terjadi di Indonesia (Tangkilisan, 2003).

Raffles menyatakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance mulai

menjadi perdebatan dan perbincangan hangat sejak terjadi kasus jatuhnya

perusahaan besar dunia, seperti Enron dan WorldCom di Amerika Serikat, HIH

Insurance dan One-tel di Australia pada permulaan abad ke-21, serta Parmalat di

Italia pada awal dekade 2000-an. Sejak kejadian yang sangat fantastis dalam dunia

bisnis ini membuka mata semua kalangan pebisnis dan pemerintahan betapa

pentingnya penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam kegiatan bisnis.

Lebih lanjut, dikemukakan bahwa berdasarkan hasil penyelidikan para regulator

pemerintah dan analisis para pakar manajemen dapat disimpulkan penyebab

utama jatuhnya perusahaan-perusahaan besar itu adalah karena lemahnya

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, di samping itu makin

terpisahnya hubungan pemegang saham dengan manajemen perusahaan.

Pengungkapan corporate governance yang ada di dalam laporan tahunan

perusahaan dibutuhkan oleh pihak-pihak di luar perusahaan yang memiliki

kepentingan di perusahaan tersebut. Penelitian Cadburry dalam Bhuiyan dan

Biswas (2007) menyatakan bahwa pengungkapan corporate governance penting

Page 4: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

untuk dilakukan. Dengan adanya pengungkapan corporate governance yang

akurat, tepat waktu, dan terbuka, maka akan menambah nilai bagi stakeholder.

Sebaliknya, tanpa adanya pengungkapan corporate governance yang akurat, tepat

waktu, dan terbuka, para stakeholder tidak dapat mengetahui bahwa kegiatan

pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen benar-benar untuk

kepentingan mereka.

Perusahaan yang melakukan pengungkapan lebih luas akan dapat

menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar, meningkatkan akurasi ekspetasi

pasar dan dapat menarik perhatian penganalisis (Lang and Lundolm dalam Ainun

Na’im dan Fu’ad Rakhman, 2000). Sebaliknya, kebijakan pengungkapan dengan

kualitas informasi yang lebih rendah akan mengakibatkan perilaku yang oportunis

dalam pasar modal (Forker dalam Ainun Na’im dan Fu’ad Rakhman, 2000).

Luas pengungkapan pelaksanaan corporate governance dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Penelitian Labelle dalam Kusumawati (2007) menunjukkan

bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan corporate

governance yaitu faktor karakteristik spesifik perusahaan dan faktor corporate

governance itu sendiri. Karakteristik perusahaan di antaranya meliputi ukuran

kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban, jumlah aset perusahaan, tingkat

likuiditas perusahaan, tipe industri, status perusahaan, dan lain sebagainya.

Karakteristik spesifik perusahaan dapat digunakan sebagai informasi oleh

investor untuk menilai tata kelola sebuah perusahaan. Sehingga karakteristik

spesifik perusahaan merupakan salah satu faktor penting bagi manajemen untuk

menciptakan tata kelola perusahaan yang baik. Untuk menentukan luas

pengungkapan corporate governance diperlukan analisis karakteristik spesifik

perusahaan untuk dapat mengetahui lebih besar biaya atau manfaat yang diperoleh

dari pengungkapan tersebut (Suripto, 1999). Dalam penelitian ini, karakteristik

spesifik perusahaan akan diperoleh dari laporan tahunan yang diterbitkan setiap

perusahaan.

Dari penelitian sebelumnya telah diperoleh hasil yang beragam mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan corporate governance.

Sebagai contoh, penelitian Noor Hikmah dan kawan-kawan (2011) yang meneliti

faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan corporate governance pada

Page 5: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen

yang digunakan ukuran perusahaan, umur listing perusahaan, kepemilikan

dispersi, profitabilitas, dan ukuran dewan komisaris. Hasil dari penelitiannya yaitu

ukuran perusahaan, umur listing perusahaan dan ukuran dewan komisaris

berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan corporate governance.

Sedangkan kepemilikan dispersi dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan

terhadap luas pengungkapan corporate governance. Penelitian Amilia Kartika

Rini (2010) dengan judul penelitian analisis luas pengungkapan corporate

governance dalam laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia. Variabel

independen yang digunakan besaran perusahaan, umur listing perusahaan,

kepemilikan dispersi, perusahaan multinasional, dan ukuran dewan komisaris.

Hasil dari penelitiannya hanya besaran perusahaan yang berpengaruh signifikan

terhadap luas pengungkapan corporate governance. Penelitan Almilia dan

Retrinasari (2007) menggunakan variabel independen rasio likuiditas, rasio

leverage, rasio net profit margin, besar perusahaan, dan status perusahaan. Hasil

dari penelitiannya adalah rasio likuiditas, rasio leverage, besar perusahaan, dan

status perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan wajib. Tidak ada

variabel yang berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Rasio likuiditas,

besar perusahaan, dan status perusahaan berpengaruh terhadap luas kelengkapan

pengungkapan wajib dan sukarela.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.

Penulis sebelumnya telah menggunakan beberapa variable faktor luas

pengungkapan corporate governance. Akan tetapi, mereka tidak

mengelompokkan variabel tersebut ke dalam karakteristik spesifik perusahaan.

Dalam analisis penulis, secara garis besar faktor-faktor luas pengungkapan

corporate governance dalam penelitian sebelumnya dikelompokkan menjadi dua

yaitu berdasarkan karakteristik perusahaan dan berdasarkan kinerja perusahaan.

Oleh karena itu, penulis ingin menguji bagaimana pengaruh faktor-faktor luas

pengungkapan corporate governance berdasarkan kelompoknya masing-masing.

Menurut Wallace et al. (1994),” ... Karakteristik berkaitan dengan kinerja

(performance) meliputi likuiditas perusahaan dan laba (profit)....” Karakteristik

yang tidak berkaitan dengan kinerja diantaranya: ukuran perusahaan, ukuran

Page 6: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

dewan komisaris, tingkat leverage, umur listing perusahaan, proporsi pemegang

saham, status perusahaan, dan karakteristik perusahaan lainnya. Penulis juga

menambahkan faktor luas pengungkapan corporate governance lain yang juga

mempengaruhi luas pengungkapan dalam penelitian ini. Berdasarkan latar

belakang yang diuraikan di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. untuk

menguji apakah terdapat pengaruh signifikan karakteristik spesifik perusahaan

terhadap luas pengungkapan corporate governance perusahaan, serta 2. menguji

pengaruh signifikan karakteristik perusahaan berkaitan dengan kinerja perusahaan

terhadap luas pengungkapan corporate governance perusahaan

2. LANDASAN TEORI

2.1. Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan

Informasi yang diungkap di dalam laporan tahunan berisi pengungkapan

informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

pengambilan keputusan. Selain digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan,

pengungkapan dalam laporan tahunan juga digunakan sebagai bentuk

akuntabilitas manajemen atas kinerjanya sebagai pengelola perusahaan kepada

investor sebagai pemilik saham perusahaan. Kusumawati (2007) menyatakan

bahwa dalam studi-studi yang telah dilakukan selama ini, pengungkapan laporan

tahunan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu jenis pengungkapan umum dan

pengungkapan tertentu. Pengungkapan umum berupa pengungkapan wajib dan

pengungkapan sukarela. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang

diharuskan oleh peraturan yang berlaku dalam hal ini adalah peraturan yang

ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, sedangkan pengungkapan sukarela

adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan.

Di Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal telah mengatur bentuk dan isi

laporan tahunan yang wajib diungkapkan melalui Keputusan Ketua Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan peraturan X.K.6 No.

KEP-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten

atau perusahaan publik. Kebijakan baru ini berlaku untuk penyusunan laporan

tahunan untuk tahun buku yang berakhir pada atau setelah 31 Desember 2006.

Dalam ketentuan umum bentuk dan isi laporan tahunan disebutkan bahwa:

Page 7: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

“Laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan

komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan

manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan

keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit.”

2.2. Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan

Karim et al. dalam Bhuiyan dan Biswas (2007) berpendapat bahwa

laporan tahunan harus dipertimbangkan sebagai sumber informasi paling penting

mengenai perusahaan. Laporan tahunan berisi tentang berbagai macam informasi

mengenai perusahaan termasuk praktik good corporate governance . Dalam

Pedoman Umum Good Corporate governance Indonesia bab VII mengenai

pernyataan tentang penerapan pedoman good corporate governance dalam

prinsip dasarnya dinyatakan bahwa: “Setiap perusahaan harus membuat

pernyataan tentang kesesuaian penerapan good corporate governance dengan

Pedoman Good Corporate governance ini dalam laporan tahunannya.”

Corporate governance merupakan suatu konsep tata kelola perusahaan

untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengawasan atau pemantauan

kinerja manajemen dan menjamin pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-

pihak yang berkepentingan (Rini, 2010). Komite Nasional Kebijakan Governance

dalam pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006

mengidentifikasikan asas-asas yang menjadi penerapan corporate governance

yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, serta kewajaran

dan kesetaraan. Terdapat tiga dokumen yang dimiliki industri perbankan yang

dapat dijadikan acuan dalam penerapan GCG (Good Corporate Governance) bagi

bank umum di industri perbankan Indonesia, yaitu Enhancing Corporate

Governance for Banking Organization (yang diterbitkan Basel Committee tahun

2006) yang bersifat imperatif (memaksa) secara moral karena Bank Indonesia

adalah salah satu bank sentral yang tergabung di dalamnya, Pedoman Good

Corporate Governance Perbankan Indonesia yang diterbitkan KNKCG (Komite

Nasional Kebijakan Corporate Governance) pada tahun 2004 bersifat tidak

mengikat dan tidak imperatif namun bermanfaat untuk dijadikan acuan sukarela

karena sifatnya yang lebih komprehensif, dan Peraturan Bank Indonesia tentang

Page 8: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

Pelaksanaan Good Corporate Governance pada Bank Umum (Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006) yang bersifat mengikat secara hukum (Abdullah,

2010).

Item-item pengungkapan yang digunakan dalam penelitian ini berupa item

yang diwajibkan dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Nomor KEP/134/BL/2006 Peraturan X.K.6. Selain item yang

diwajibkan oleh BAPEPAM, penelitian ini juga menggunakan item-item yang

diperoleh dari Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang

dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), seperti pada

penelitian Rini (2010). Peneliti juga menambahkan rincian pengungkapan dari

Peraturan Bank Indonesia 2006 dan pedoman tata kelola perusahaan perbankan

Indonesia dari Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance tahun 2004.

Berdasarkan peraturan dan pedoman tersebut, diperoleh sebanyak enam belas

point item pengungkapan yang terdiri dari pemegang saham; dewan komisaris;

dewan direksi; komite audit; komite nominasi dan remunerasi; komite manajemen

risiko; komite-komite lain yang dimiliki perusahaan; sekretaris perusahaan;

pelaksanaan pengawasan dan pengendalian internal; manajemen risiko

perusahaan; perkara penting yang dihadapi oleh perusahaan; anggota dewan

direksi dan anggota dewan komisaris; akses informasi dan data perusahaan; etika

perusahaan; tanggung jawab sosial; pernyataan penerapan good corporate

governance; dan informasi penting lainnya yang berkaitan dengan penerapan

good corporate governance. Enam belas point item ini yang akan digunakan

untuk melihat sejauh mana perusahaan telah mengungkapkan informasi mengenai

corporate governance.

2.3. Karakteristik Spesifik Perusahaan

Karakteristik spesifik perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi luas

pengungkapan corporate governance. Karakteristik spesifik perusahaan dapat

dikelompokkan berdasar karakteristik perusahaan dan berdasar kinerja.

Karakteristik perusahaan merupakan unsur-unsur yang dapat digunakan untuk

menilai perusahaan. Karakteristik perusahaan akan menentukan sejauh mana

pengungkapan dilakukan. Sehingga dapat diketahui lebih besar biaya atau manfaat

Page 9: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

dari pengungkapan tersebut. Menurut Suripto (1999), karakteristik perusahaan

bertitik tolak dari pemikiran sejauh mana luas pengungkapan tergantung pada

perbandingan antara biaya dan manfaat pengungkapan tersebut dan perbandingan

biaya dan manfaat tersebut akan sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik

tertentu dari perusahaan yang bersangkutan. Kinerja merupakan kemampuan

untuk mencapai hasil tertentu dengan metode tertentu dengan hasil pencapaian

yang berbeda dari waktu ke waktu. Kinerja perusahaan diartikan kemampuan

perusahaan untuk mendapatkan tujuan perusahaan yaitu laba melalui cara dan

strategi perusahaan. Kinerja perusahaan erat kaitannnya dengan kondisi keuangan

perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat diukur dengan rasio keuangan.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance

2.4.1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan dengan

struktur kepemilikannya. Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan

informasi secara sukarela lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Terdapat

beberapa argumen yang dapat menjelaskan mengapa ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sukarela dalam laporan tahunan.

Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang

besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi

untuk keperluan internal. Perusahaan besar berkemungkinan memperoleh

keuntungan-keuntungan dengan mengungkapkan informasi tambahan secara

sukarela yang memadai dalam laporan tahunannya, misalnya kemudahan untuk

memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar modal.

Sedangkan perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari pasar

modal, mengingat pembatasan ukuran aset bila terjun ke bursa, sehingga

perusahaan kecil tidak dapat menikmati keuntungan dari pengungkapan informasi

yang memadai. Perusahaan besar mungkin juga lebih kompleks dan mempunyai

dasar pemilikan yang lebih luas dibanding perusahaan kecil (Tristanti, 2012).

2.4.2. Ukuran Dewan Komisaris

Page 10: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris

yang dimiliki oleh perusahaan, terdiri dari komisaris utama, komisaris

independen, dan komisaris. Kedudukan masing-masing anggota dewan komisaris,

termasuk komisaris utama adalah setara. Pada teori agensi, dewan komisaris

dibutuhkan untuk memonitor dan mengendalikan tindakan manajer karena

perilaku oportunisnya (Jensen dan Mecking, 1976). Dewan komisaris sebagai

organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan

dan memberi nasihat kepada dewan direksi serta memastikan bahwa perusahaan

melaksanakan good corporate governance (KNKG, 2006). Akan tetapi, dewan

komisaris tidak diperbolehkan untuk ikut serta dalam mengambil keputusan

operasional.

2.4.3. Umur Listing Perusahaan

Umur listing perusahaan merupakan lamanya perusahaan beroperasi

menjadi perusahaan publik (Bhuiyan dan Biswas, 2007). Perusahaan dengan umur

yang lebih lama akan memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam

mempublikasikan laporan tahunan. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut lebih

mengetahui kebutuhan penggunanya dan informasi yang lebih detail mengenai

perusahaan yang harus dibuka kepada pihak-pihak di luar manajemen yang

berkepentingan terhadap perusahaan.

2.4.4. Profitabilitas

Profitabilitas menggambarkan kinerja perusahaan atau kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Muhamad et al. (2009) dalam

Pramono (2011) menyatakan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi

lebih cenderung mengungkap lebih banyak informasi. Informasi ini berguna bagi

posisi perusahaan. Meningkatnya profitabilitas disebabkan oleh meningkatnya

sumber pendanaan dan kapasitas perusahaan. Meningkatnya sumber pendanaan

dikarenakan meningkatnya jumlah pemangku kepentingan seperti investor, yang

percaya pada manajemen perusahaan sebagai pihak yang mengungkap informasi

perusahaan khususnya mengenai corporate governance sebagai rasa tanggung

jawab atas penggunaan dana pemangku kepentingan oleh perusahaan. Menurut

Aljifri dan Hussainey (2007) profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap praktik pengungkapan dalam laporan tahunan.

Page 11: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

2.4.5. Likuiditas

Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Bank dikatakan likuid jika mampu

memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya dan mempunyai alat

pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang jangka

pendek. Kreditur jangka pendek lebih memperhatikan prospek perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendek. Kreditur ini lebih tertarik pada aliran kas

dan manajemen modal kerja dibandingkan dengan besar laba akuntansi yang

dilaporkan perusahaan (Tristanti, 2012). Tingkat likuiditas yang tinggi akan

menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan.

2.5. Pengembangan Hipotesis

Dalam teori keagenan, dijelaskan bahwa perusahaan besar merupakan

entitas yang banyak diperhatikan oleh pasar maupun publik secara umum

(Marwata, 2001). Sebagai wujud akuntabilitas manajemen kepada publik, maka

perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak

dibandingkan dengan perusahaan kecil. Ini sejalan dengan pendapat Jensen dan

Meckling (1976) yang menyatakan bahwa perusahaan besar akan mengungkapkan

informasi yang lebih banyak dalam rangka mengurangi biaya keagenan. Dalam

penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan asset perusahaan. Berdasarkan

uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

corporate governance .

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa dewan komisaris

dibutuhkan untuk memonitor dan mengendalikan tindakan manajemen karena

perilaku oportunitisnya. Coller dan Gregory (dalam Sembiring, 2005) menyatakan

bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin

mudah untuk mengendalikan dan mengawasi kinerja manajer secara efektif. Oleh

karena itu, pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen juga akan semakin

besar. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Arifin (dalam Sembiring, 2005) yang

menunjukkan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan. Hasil penelitian Hikmah dkk. (2011) pun juga menunjukkan

Page 12: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

corporate governance dalam laporan tahunan pada perusahaan perbankan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

corporate governance .

Yularto dan Chariri (2003) berpendapat bahwa umur perusahaan

berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Perusahaan yang sudah berdiri

lebih lama diasumsikan telah memiliki banyak stakeholders. Hal ini menyebabkan

perusahaan mengungkapkan informasi seluas-luasnya sebagai wujud dari

tanggung jawab perusahaan kepada stakeholders. Di sisi lain, stakeholders juga

menuntut perusahaan untuk mengungkapkan informasi secara detail agar dapat

digunakan untuk mengetahui kondisi perusahaan sebenarnya. Berdasarkan uraian

di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3: Umur listing perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

corporate governance .

Profitabilitas menggambarkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan. Muhamad et al. (2009) dalam Pramono (2011) menyatakan bahwa

perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi lebih cenderung mengungkap lebih

banyak informasi. Informasi ini berguna bagi posisi perusahaan. Meningkatnya

profitabilitas disebabkan oleh meningkatnya sumber pendanaan dan kapasitas

perusahaan. Meningkatnya sumber pendanaan dikarenakan meningkatnya jumlah

pemangku kepentingan seperti investor, yang percaya pada manajemen

perusahaan sebagai pihak yang mengungkap informasi perusahaan khususnya

mengenai corporate governance sebagai rasa tanggung jawab manajemen atas

penggunaan dana pemangku kepentingan oleh perusahaan. Menurut Aljifri dan

Hussainey (2007) profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

praktik pengungkapan dalam laporan tahunan. Berdasarkan analisis dan temuan di

atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

H4: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan corporate

governance .

Page 13: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek (Prastowo

dan Juliati, 2002). Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya

kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung melakukan

pengungkapan informasi secara sukarela yang lebih luas kepada pihak luar karena

ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke, 1989) dalam (Fitriani,

2001). Perusahaan yang likuiditasnya baik cenderung lebih siap mengungkapkan

informasi lebih banyak. Hal itu berdasarkan pada perusahaan yang likuiditasnya

tinggi berarti kondisi keuangannya juga baik, sehingga jika informasi itu diketahui

oleh publik maka akan menunjukkan kinerja perusahaan yang juga baik.

Berdasarkan analisis dan temuan di atas, maka hipotesis penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

H5: Likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan corporate

governance .

3. METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang akan

diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan perbankan

yang sahamnya terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2009 - 2011.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

berupa laporan tahunan perusahaan publik tahun 2009 - 2011. Sumber data yang

digunakan merupakan publikasi laporan tahunan dan laporan keuangan masing-

masing perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang diperoleh di

alamat situs www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan

alamat website masing-masing perusahaan perbankan.

Penelitian ini menggunakan metode content analysis untuk menentukan

jumlah pengungkapan corporate governance pada perusahaan yang diteliti.

Content analysis dilakukan dengan membaca laporan tahunan setiap perusahaan

sampel dengan memberi kode informasi yang terkandung di dalamnya. Teknik

pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan kriteria

sebagai berikut:1. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode

Page 14: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

tahun 2009 - 2011, 2. Perusahaan yang secara berturut-turut menyediakan laporan

tahunan dan laporan keuangan tahunan di Bursa Efek Indonesia per 31 Desember

periode tahun 2009 – 2011, serta 3. data yang tersedia adalah lengkap, yaitu data

yang diperlukan untuk mendeteksi pengungkapan corporate governance.

Selama periode tahun 2009 - 2011 terdapat 31 perusahaan yang terdaftar

sebagai emiten di BEI, namun selama periode tahun tersebut terdapat empat

perusahaan yang tidak menyertakan laporan tahunannya secara lengkap yaitu

BSIM (Bank Sinarmas Tbk.), BNLI (Bank Permata Tbk.), BJBR (Bank

Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.), dan BJTM (Bank

Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk.). Maka, sampel dalam penelitian ini

diperoleh 27 perusahaan.

3.2. Operasional Variabel Penelitian

3.2.1. Variabel Independen

Faktor-faktor luas pengungkapan yang berkaitan dengan karakteristik perusahaan

yaitu

a) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan.

Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total

asset perusahaan menggambarkan kekayaan perusahaan. Total aset

perusahaan kemudian diubah dalam bentuk natural log agar data yang

didapat tidak terlalu besar.

Ukuran perusahaan = Ln total asset

b) Ukuran Dewan Komisaris

Pengukuran dewan komisaris dalam penelitian ini yaitu jumlah

anggota dewan komisaris dalam perusahaan, yang terdiri dari komisaris

utama, komisaris independen, dan komisaris.

c) Umur Listing Perusahaan

Umur listing menggambarkan lamanya perusahaan berdiri dalam

menjalankan operasinya. Variabel ini diukur menggunakan umur

perusahaan yang merupakan selisih tahun sampel (tahun pada laporan

Page 15: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

tahunan perusahaan) dengan tahun first issue (tahun perusahaan terdaftar

di Bursa Efek Indonesia). (Bhuiyan dan Biswas, 2007).

Umur listing = jumlah tahun sejak perusahaan didirikan

Faktor-faktor luas pengungkapan yang berkaitan dengan kinerja

perusahaan yaitu

d) Profitabilitas

Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan mengguanakan

net interest margin (NIM). Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah

pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan aktiva produktif yang

dimiliki bank. Dari besarnya rasio ini dapat dilihat bagaimana kemampuan

bank dalam memaksimalkan pengelolaan terhadap aktiva yang bersifat

produktif untuk melihat seberapa besar perolehan pendapatan bunga bersih

yang diperoleh. Semakin tinggi rasio semakin meningkat pendapatan

bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank sehingga manajemen

bank telah dianggap bekerja dengan baik yang mengindikasikan

kemungkinan suatu bank berada dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Perhitungan profitabilitas dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan net interest margin (NIM) yaitu dengan membagi

pendapatan bersih dengan total asset.

NIM = pendapatan bunga-biaya bunga

total asset

e) Likuiditas

Perhitungan likuiditas yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan loan to deposit ratio (LDR). LDR

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank

dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dalam

pelaporan tahunan bank, alat ukur likuiditas yang dipakai adalah loan to

deposit ratio. LDR membandingkan seberapa besar bank menyalurkan

dana yang didapat dari pihak ketiga untuk operasional jangka panjangnya.

Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin buruk kondisi likuiditas bank,

Page 16: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

karena penempatan kredit juga dibiayai dari dana pihak ketiga yang

sewaktu-waktu dapat ditarik. LDR yang besarnya lebih dari 115 % akan

membahayakan kondisi likuiditas bank.

Perhitungan likuiditas yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan loan to deposit ratio (LDR) yaitu dengan membagi

kompisisi jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah dana masyarakat

dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2008).

LDR = total kredit x 100%

total deposit + modal

3.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan corporate

governance pada laporan tahunan perusahaan. Sebuah indeks pengungkapan

dibentuk sebagai standar untuk mengukur tingkat pengungkapan corporate

governance pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penentuan indeks pengungkapan ini berdasarkan pada informasi yang

diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan mereka untuk

stakeholders. Variabel dependen diwakili dengan tingkat pengungkapan dalam

laporan tahunan pada perusahaan. Tingkat pengungkapan menunjukkan seberapa

banyak item pengungkapan yang diungkap perusahaan.

Metode yang digunakan untuk membuat indeks pengungkapan corporate

governance adalah mengaplikasikan indeks tidak tertimbang dengan

menggunakan nilai dikotomis, yaitu nilai 1 untuk item yang diungkapkan dan nilai

0 untuk item yang tidak diungkapkan. Item-item pengungkapan yang digunakan

dalam penelitian ini diperoleh dari lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dalam peraturan X.K.6. Nomor:

KEP/134/BL/2006 dan Pedoman Umum Good Corporate governance Indonesia

yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), seperti

pada penelitian Rini (2010) serta Peraturan Bank Indonesia 2006 dan Pedoman

Tata Kelola Perusahaan Perbankan Indonesia dari Komite Nasional Kebijakan

Corporate governance tahun 2004. Berdasarkan peraturan dan pedoman tersebut,

Page 17: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

diperoleh sebanyak enam belas point item pengungkapan yang terdiri dari

pemegang saham; dewan komisaris; dewan direksi; komite audit; komite

nominasi dan remunerasi; komite manajemen risiko; komite-komite lain yang

dimiliki perusahaan; sekretaris perusahaan; pelaksanaan pengawasan dan

pengendalian internal; manajemen risiko perusahaan; perkara penting yang

dihadapi oleh perusahaan; anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris;

akses informasi dan data perusahaan; etika perusahaan; tanggung jawab sosial;

pernyataan penerapan good corporate governance; dan informasi penting lainnya

yang berkaitan dengan penerapan good corporate governance .

Berdasarkan penelitian Bhuiyan dan Biswas (2007), indeks pengungkapan

corporate governance pada laporan tahunan perusahaan dapat dihitung

manggunakan rumus sebagai berikut:

IPCG = Total skor item yang diungkapkan perusahaan

Skor maksimum yang seharusnya diungkap perusahaan

3.3. Teknik Analisis Data

3.3.1. Uji Regresi

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linear berganda. Analisis ini merupakan analisis yang digunakan untuk mencari

adanya hubungan antara dua variabel independen atau lebih terhadap satu variabel

dependen. Pengujian ini untuk mengetahui arah dan intensitas pengaruh antara

variabel independen dengan variabel dependen. Arah yang ditunjukan oleh tanda

positif atau negatif pada koefisien regresi, sedangkan intensitasnya ditunjukan

oleh besarnya koefisien regresi. Secara matematis model persamaan regresi

dirumuskan sebagai berikut:

IPCG = a + b1aset + b2kom + b3umur + b4profit + b5liquid + e

IPCG = indeks pengungkapan corporate governance

Aset = ukuran perusahaan

Kom = ukuran dewan komisaris

Umur = umur listing perusahaan

Profit = profitabilitas

Page 18: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

Liquid = likuiditas

a = konstanta

e = standar error

3.3.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum suatu model regresi linier digunakan, pengujian asumsi klasik

perlu dilakukan supaya terpenuhinya asumsi-asumsi yang mendasari model

regresi linear sehingga tidak terjadi kebiasan pada hasil pendugaan. Model regresi

juga dilakukan uji BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) untuk memastikan

tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak

terdapat autokorelasi (Ghazali, 2007). Sehingga, model regresinya akan dapat

dijadikan alat estimasi yang tidak bias karena telah memenuhi persyaratan

unbiased linear estimator dan memiliki varian minimum. Oleh karena itu uji

asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah

sebagai berikut: 1.uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diuji dengan menggunakan

kolmogorov-smirnov dengan level of significant 5%. Jika nilai p-value lebih besar

dari 5% maka Ho diterima karena data berdistribusi normal, begitu juga

sebaliknya apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value kurang dari 0,05,

maka Ho ditolak. Hal ini berarti data residual terdistribusi tidak normal, 2. uji

multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas. Untuk melihat apakah ada kolinearitas dalam penelitian ini,

maka akan dilihat dari variance inflation factor multikolinearitas (VIF). Nilai VIF yang

diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat dikatakan terjadi

multikolinearitas, yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel-variabel bebas,

3. uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan

dalam spesifikasi model regresi. Cara memprediksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model. Menurut

Ghazali (2006) dasar analisis heteroskedastisitas: a. jika ada pola tertentu, seperti

Page 19: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

titik-tititk yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar

kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, b.

jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka

0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik

adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, serta 4. uji

autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dikatakan

ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

3.3.3. Uji Hipotesis

Secara statistik, ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual

dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t.

Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya

berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak

signifikan jika nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

1. Uji Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi

adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam

model. Sehingga banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai

adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Dalam kenyataan

nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, namun menurut Gujarati (2003) jika dalam

uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif maka nilai adjusted R2 dianggap

bernilai nol. Sehingga jika nilai adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

Page 20: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

2. Uji kofisien regresi untuk mengetahui pengaruh dari signifikasi dari masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen perlu dilakukan uji

parsial. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi dilakukan dengan

menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat kesalahan analisis

(α) 5%. Apabila sig > 0,05, maka Ha/hipotesis ditolak, dan sebaliknya jika sig <

0,05, maka Ha diterima.

3. Uji Statistik F-Pengujian ini dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi

yang digunakan, sehingga nilai koefisien regresi secara bersama-sama dapat

diketahui. Tujuan uji F adalah untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel

independen terhadap variabel dependen. Jika signifikansi > 0,05 maka hipotesis

ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara bersama-sama

variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel

dependen. Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis tidak dapat ditolak (koefisien

regresi signifikan). Ini berarti bahwa secara bersama-sama variable independen

mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Asumsi Klasik

Grafik histogram membentuk lonceng atau pola distribusi normal dan pada

uji normal probabiliti plot penyebaran titik-titik berada di sekitar garis diagonal

dan searah garis diagonal. Uji Kolmogorov Smirnouv terhadap data residual

menunjukkan bahwa besarnya Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,488 diatas tingkat

signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis grafik dan statistik di atas dapat diketahui

bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil pengujian

tolerance menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai

tolerance kurang dari 0,10 (10%). Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan

bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel

independen dalam model regresi. Pada uji heteroskedastisitas ditunjukkan dengan

menggunakan grafik Scatter Plot antara variabel dependen (SRESID) dan variabel

Page 21: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

residualnya (ZPRED). Pada grafik Scatter Plot terlihat titik-titik yang tersebar

secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di

atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai

untuk memprediksi pengungkapan corporate governance perusahaan. Untuk

mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui

pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji DW). Diketahui D-W sebesar

1,585 dari jumlah sampel 81 dengan variabel berjumlah 5 (n = 81, k = 5) dan

tingkat signifikansi 0,05. Dengan data tersebut maka batas dL = 1,5109 dan dU =

1,7720.

4.2. Pengujian Model Regresi dan Koefisien Determinasi

Dari hasil pengujian ANOVA atas uji F, terlihat bahwa nilai F = 13,860

dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitas signifikansi

lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan atau

bersama-sama pengungkapan corporate governance dapat dijelaskan oleh variabel

ukuran perusahaan (lnaset), ukuran dewan komisaris (kom), umur listing

perusahaan (umur), profitabilitas (profit), dan likuiditas (liquid).

Diketahui bahwa koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nilai

adjusted R Square sebesar 0,446. Hal ini berarti bahwa 44,6% variasi indeks

pengungkapan corporate governance dapat dijelaskan secara signifikan oleh

ukuran perusahaan (lnaset), ukuran dewan komisaris (kom), umur listing

perusahaan (umur), profitabilitas (profit), dan likuiditas (liquid). Sedangkan

55,4% indeks pengungkapan corporate governance dapat dijelaskan oleh variabel

lain.

Page 22: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

4.3. Pengujian Hipotesis

Tabel 1Hasil Uji-t Statistik

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -.792 .316 -2.504 .014

Lnaset .037 .011 .464 3.489 .001

Kom .023 .011 .274 2.062 .043

Umur -.002 .002 -.105 -.988 .327

Profit -.002 .006 -.028 -.271 .787

Liquid .002 .001 .194 1.667 .100

Berdasarkan hasil output SPSS, diperoleh persamaan fungsi regresi linear

berganda sebagai berikut:

IPCG = -0,792 + 0,037lnaset + 0,023kom - 0,002umur - 0,002profit + 0,002liquid

+ e

Pada tabel 1 nilai konstanta sebesar -0,792 menunjukkan jika variabel

independen dianggap konstan, maka indeks pengungkapan sebesar -0,792.

Hipotesis pertama

Hasil pengujian untuk variabel ukuran perusahaan menunjukkan bahwa

ukuran perusahaan (lnaset) probabilitas signifikansinya sebesar 0,001. Dengan

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H1

diterima sehingga ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan

terhadap luas pengungkapan corporate governance. Hasil ini konsisten dengan

penelitian Kusumawati (2007) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif secara signifikan terhadap pengungkapan corporate

governance. Akan tetapi, hasil tersebut tidak konsisten dengan penelitian

Page 23: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

Murtanto dan Elvina (2005), yaitu bahwa variabel ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap pengungkapan. Perusahaan besar merupakan entitas yang

banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum sehingga mengungkapkan

lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk

mewujudkan akuntabilitas publik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

semakin besar perusahaan akan mendorong peningkatan luas pengungkapan

corporate governance. Sebaliknya, semakin kecil perusahaan, maka terjadi pula

penurunan pada luas pengungkapan corporate governance. Koefisien ukuran

perusahaan sebesar 0,037 artinya jika ukuran perusahaan mengalami kenaikan

sebesar 1% sedangkan variabel independen lain dianggap konstan, maka luas

pengungkapan akan meningkat sebesar 0,037%.

Hipotesis kedua

Variabel ukuran dewan komisaris (kom) probabilitas signifikansinya

sebesar 0,043. Dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa H2 diterima sehingga ukuran dewan komisaris berpengaruh

positif secara signifikan terhadap luas pengungkapan corporate governance. Hasil

ini konsisten dengan penelitian Sembiring (2005) yang menemukan bahwa ukuran

dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan terhadap pengungkapan.

Akan tetapi hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Bhuiyan dan Biswas

(2007) yaitu bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan corporate governance. Di dalam perusahaan, dewan komisaris

bertugas dan bertanggungjawab untuk melakukan pengawasan dan memberikan

nasihat serta saran kepada manajemen mengenai pilihan strategis bagi manajemen

dalam pengambilan keputusan. Semakin besar ukuran dewan komisaris akan lebih

mempermudah pengawasan. Tekanan terhadap manajemen semakin besar untuk

melakukan pengungkapan mengenai tata kelola perusahaan. Koefisien ukuran

dewan komisaris sebesar 0,023 artinya setiap penambahan 1 satuan nilai ukuran

dewan komisaris dan tidak ada penambahan nilai variabel independen yang lain,

akan meningkatkan indeks pengungkapan sebesar 0,023.

Hipotesis ketiga

Page 24: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

Pada variabel umur listing perusahaan (umur) probabilitas signifikansi

sebesar 0,327. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas signifikansi lebih besar

dari 0,05 sehingga H3 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa umur

listing perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan

corporate governance dalam laporan tahunan perbankan publik di Indonesia.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Bhuiyan dan Biswas (2007) bahwa umur

listing perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate

governance. Sebaliknya, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian

Yularto dan Chariri (2002) yang menunjukkan bahwa umur listing perusahaan

berpengaruh positif secara signifikan terhadap pengungkapan. Penelitian

Cadburry dalam Bhuiyan dan Biswas (2007) menyatakan bahwa pengungkapan

corporate governance penting untuk dilakukan.

Hipotesis keempat

Probabilitas signifikansi pada variabel profitabilitas (profit) sebesar 0,787.

Dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa H4

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan

terhadap luas pengungkapan corporate governance dalam laporan tahunan

perbankan publik di Indonesia. Hasil ini tidak mendukung hipotesis penelitian

keempat yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap luas

pengungkapan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Almilia

(2008) dan Hikmah dkk. (2011) bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap

luas pengungkapan. Menurut Kusumawati (2007) pengungkapan informasi diduga

dapat mengurangi cost of capital melalui pengurangan biaya pengumpulan

informasi oleh investor. Sehingga berinvestasi di perusahaan membuat investor

tertarik dengan biaya pengungkapan yang murah. Koefisien profitabilitas sebesar -

0,002 artinya jika profitabilitas mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan

variabel independen lain dianggap konstan, maka luas pengungkapan akan

menurun sebesar 0,002%.

Hipotesis kelima

Pada variabel likuiditas (liquid) diperoleh probabilitas signifikansi sebesar

0,1. Dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat diambil

Page 25: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

kesimpulan bahwa H5 ditolak. Artinya adalah likuiditas tidak berpengaruh

signifikan terhadap luas pengungkapan corporate governance. Hasil penelitian ini

konsisten dengan hasil penelitian Sembiring (2003) dan Subiyantoro (2006) yang

menemukan likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terhadap variasi luas

pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Temuan ini tidak mendukung

hasil penelitian Wallace et al. (1994). Tinggi rendahnya rasio likuiditas

perusahaan tidak mempengaruhi manajemen dalam mengungkapkan informasi.

Kemampuan perusahaan dalam mengelola asset harus diungkapkan kepada publik

secara penuh, baik perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang rendah ataupun

tinggi.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat

ditarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel ukuran

perusahaan mempengaruhi luas pengungkapan corporate governance secara signifikan.

Semakin besar total aset, maka semakin luas pengungkapan corporate governance, 2.

variabel ukuran dewan komisaris mempengaruhi luas pengungkapan corporate

governance secara signifikan. Perusahaan dengan jumlah anggota dewan komisaris yang

besar mengungkapkan pengungkapan corporate governance dengan lebih luas, 3. umur

listing perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan

corporate governance. Perusahaan yang berdiri lebih lama tidak melakukan

pengungkapan corporate governance dengan lebih luas dibandingkan dengan

perusahaan yang umurnya lebih muda, serta 4. karakteristik perusahaan yang dikaitkan

dengan kinerja perusahaan yaitu profitabilitas dan likuiditas tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap luas pengungkapan corporate governance. Tingginya profitabilitas

tidak mempengaruhi bertambah luasnya pengungkapan informasi tata kelola

perusahaan. Tingginya likuiditas tidak mempengaruhi manajemen dalam

mengungkapkan informasi. Hal ini dikarenakan tingginya kinerja keuangan merupakan

suatu keharusan, karena kondisi keuangan perusahaan yang likuid dan memiliki

profitabilitas yang tinggi akan memudahkan perusahaan menjalankan operasionalnya

sehari-hari.

Page 26: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

Dalam penelitian ini, indeks pengungkapan corporate governance laporan tahunan

perusahaan ditentukan atas dasar interpretasi peneliti setelah membaca isi laporan

tahunan perusahaan yang diteliti. Hal ini memungkinkan terjadinya perbedaan penilaian

antar perusahaan karena kondisi subyektifitas peneliti. Maka Penilaian indeks

pengungkapan corporate governance dapat dilakukan dengan melibatkan beberapa

peneliti sehingga dapat memperkecil tingkat subyektifitas penilaian indeks pengungkapan

corporate governance. Dilihat dari nilai adjusted R Square sebesar 0,446 berarti nilai

sisanya sebesar 0,554 dapat diteliti lebih lanjut yaitu variabel-variabel lain yang diduga

berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate governance. Jadi disarankan

menambahkan beberapa variabel lainnya yang berpotensi signifikan

mempengaruhi luas pengungkapan corporate governance. Beberapa karakteristik

perusahaan yang terkait dengan kinerja keuangan memiliki nilai koefisien yang rendah

yaitu untuk profitabilitas sebesar -0,002 dan untuk likuiditas sebesar 0,002. Ini

memungkinkan untuk menambah variabel dependen lain yang berkaitan dengan

karakteristik spesifik kinerja perusahaan yaitu pengungkapan keuangan. Mengujikan

beberapa karakteristik perusahaan terhadap jenis pengungkapan yang lainnya

seperti pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan pengungkapan

keuangan agar sebaiknya dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ainun Na’im dan Fu’ad Rakhman. 2000. Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.

Aljifri, Khaled and Khaled Hussainy. 2007. The Determinant of Forward –Looking Information in Annual Report of UAE Companies, Working Paper. United Arab Emirates.

Almilia, L. Spica dan Retrinasari Ika. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, Procedings Seminar Nasional. FE Universitas Trisakti.

Bhuiyan, Md Hamid Ullah and P.K. Biswas. 2007. Corporae Governance and Reporting: An Empirical Study of The Listed Companies in Bangladesh, Journal of Business Studies.

Page 27: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

Fitriani. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi.

Ghazali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hikmah, Noor, Chairina Desilarina dan Rahmayanti. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi XIV.

Jensen, Michael C. dan William Mecking. 1976. Theory of The Firm, Managerial Behavior, Agency and Ownership Structure, Journal of Financial Economics.

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governane Indonesia. Jakarta.

Kusumawati, Dwi Novi. 2007. Profitability and Corporate Governance Disclosure: An Ndonesian Study , Simposium Nasional Akuntansi IX.

Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi IV.

Pramono, Ferry Andriawan. 2011. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kualitas Pengungkapan Corporate Governance pada Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ-45), Skripsi Fakultas Ekonomi . Semarang: Universitas Diponegoro.

Prastowo, Dwi dan Rifka Julianti. 2002. Analisis Laporan Keuangan (Konsep dan Aplikasi), Edisi Revisi. Yogyakarta: YKPN.

Raffles. 2011. Penerapan Good Corporate Governace dalam Kaitannya dengan Tata Kelola dan Pengembangan Kelembagaan Perbankan, Jurnal Ilmu Hukum.

Rini, Amilia Kartika. 2010. Analisis Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia, Skripsi Fakultas Ekonomi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Brsa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Page 28: fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/.../stories/skripsi/23042013-0811031020.docx · Web viewDari hasil penelitian ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

Subiyantoro, Edy. 1997. Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi I, Yogyakarta.

Suripto, Bambang. 1999. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan, Simposium Nasional Akuntansi II.

Tangkilisan, Hessel Nogi S., 2003. Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance. Yogyakarta: Balaiurang & Co.

Tristanti, Leony Leovancy. 2012. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela, Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Wallace, R.S. Olusegun, Kamal Naser and Aracelu Mora. 1994. The Relation Between The Comprehensives of Corporate Annual Report and Firm Characteristich in Spain, Accounting and Business Research.

Wolfhensohn, James D. 1999. The Proper Governance of Companies Will Become as Crucial The World Economies as The Proper Governing of Countries, World Bank.

Yularto. P.A., dan A. Chariri. 2003. Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di BEJ Sebelum Krisis dan pada Periode Krisis.

---------.2006. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandarlampung. 60 hlm.

---------.Situs http://www.idx.or.id.