Top Banner

of 17

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

FARMAKOKINETIKA

ABSORPSIAbsorpsi adalah proses masuknya obat dari tempat obat ke dalam sirkulasi sistemik (pembuluh darah). Yang mempengaruhi absorbsi : 1. Kelarutan Kecepatan melarut dari suatu obat akan sangat menentukan kecepatan absorpsi 2. pH (derajat keasaman/kebasaan)

Jika zat berada dalam bentuk larutan, dapat berupa ion atau non ion. Bentuk non ion relatif lebih mudah larut dalam lemak sehingga lebih mudah menembus membran, karena sebagian besar membran sel tersusun dari lemak. Obat yang bersifat asam lemah akan mudah menembus membran sel pada suasana asam. Karena dalam suasana asam, obat relatif tidak terionisasi atau bentuk ionnya sedikit sehingga lebih mudah diabsorpsi.

Struktur Membran Sel

3. Tempat Absorpsi Obat dapat diabsorpsi pada berbagai tempat, misalnya di kulit, membran mukosa, lambung, dan usus halus. Absorpsi obat yang menembus lapisan sel tunggal (tipis), seperti pada ephitelium intestinal akan lebih cepat jika dibandingkan kalau menembus membran kulit yang berlapis-lapis.

4. Sirkulasi darah Obat umumnya diberikan pada daerah yang kaya akan sirkulasi darah Aliran darah secara keseluruhan juga berpengaruh pada absorpsi obat. contoh, obat yang diberikan pada pasien yang shok, absorpsinya akan melambat atau tidak konstan.

DistribusiDistribusi adalah penyebaran obat dari pembuluh darah ke jaringan atau tempat kerjanya. Yg mempengaruhi distribusi: 1.Permeabilitas membran kapiler terhadap molekul obat. Karena membran kapiler kebanyakan terdiri dari lemak, obat yang mudah larut dalam lemak juga akan mudah terdistribusi

2. Fungsi kardiovaskuler 3. Ikatan obat dengan protein plasma Karena obat yang dapat menembus membran adalah obat dalam bentuk bebas (tidak terikat protein plasma) maka kuat atau lemahnya ikatan obat dengan protein plasma akan mempengaruhi distribusi. Resevoir obat dalam tubuh ada 2 yaitu obat terikat yang pada protein plasma dan yang terikat pada jaringan. Sifat fisika-kimia obat akan menentukan jumlah dan kuatnya ikatan dengan protein. Pada saat obat masuk sirkulasi sistemik, sebagian besar akan terikat oleh protein plasma, terutama albumin. Ikatan obat dengan protein membentuk molekul yang besar sehingga tidak dapat menembus membran sehingga tidak akan aktif sebelum ikatannya terlepas.

Hanya obat bebas yang dapat mengalami metabolisme sehingga lebih mudah diekskresikan. Berkurangnya obat bebas dalam tubuh karena ekskresi akan menyebabkan pelepasan obat yang terikat oleh protein. Jadi terjadi keseimbangan yang dinamis antara obat bebas dengan obat yang terikat. Perbandingan antara obat bebas dengan obat terikat akan menentukan lama kerja obat (durasi). Perbandingan ini digunakan industri farmasi untuk menentukan besarnya dosis dari suatu obat.

Obat yang sangat lipofil mempunyai afinitas yang tinggi terhadap jaringan, sehingga cenderung tersimpan di jaringan. Karena aliran darah relatif sedikit di jaringan, obat yang terikat oleh jaringan distribusinya akan lambat. Dengan demikian, pemberian berulang yang terlalu cepat berpotensi menyebabkan akumulasi dan potensial menimbulkan toksik.

4.Adanya hambatan fisiologi tertentu

Metabolisme Metabolisme atau biotransformasi ialah reaksi perubahan zat kimia dalam jaringan biologi yang dikatalisis oleh enzim menjadi metabolitnya. Proses metabolisme terbagi menjadi beberapa fase

Fase I merubah senyawa lipofil menjadi senyawa yang mempunyai gugus fungsional seperti OH, NH2, dan COOH. Ini bertujuan agar senyawa lebih mudah mengalami proses perubahan selanjutnya. Hasil metabolisme fase I mungkin mempengaruhi efek farmakologinya. Metabolisme fase I kebanyakan menggunakan enzim sitokrom P450 yang banyak terdapat di sel hepar dan GI. Enzim ini juga berperan penting dalam memetabolisme zat endogen seperti steroid, lemak, dan detoksifikasi zat eksogen. Ada juga metabolisme fase I yang tidak menggunakan enzim sitokrom P450, seperti pada oksidasi katekolamin, histamin, dan etanol.

Reaksi fase II atau reaksi konjunggasi terjadi jika zat belum cukup polar setelah mengalami metabolisme fase I, ini terutama terjadi pada zat yang sangat lipofil. Konjunggasi ialah reaksi penggabungan antara obat dengan zat endogen seperti asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat, dan asam amino. Hasil reaksi konjunggasi berupa zat yang sangat polar dan tidak aktif secara farmakologi. Glukoronidasi adalah reaksi konjunggasi yang paling umum dan paling penting dalam ekskresi dan inaktifasi obat.

Proses Metabolisme obat

Ekskresi Ginjal adalah organ utama yang berperan dalam ekskresi obat atau metabolitnya. Tempat ekskresi obat lainnya adalah instestinal (melalui feses), paru-paru, kulit, keringat, air ludah, dan air susu. Kecepatan metabolisme dan ekskresi obat dapat dilihat dari nilai waktu paruhnya (t ). T adalah waktu yang diperlukan sehingga kadar obat dalam darah atau jumlah obat dalam tubuh tinggal separuhnya.

Proses ekskresi obat dalam ginjal meliputi. Filtrasi Glomelurus Reabsorpsi Tubulus Sekresi Tubulus