Sejalan dengan proses negosiasi lifting import ban atas produk olahan daging hewan berkuku terbelah (heat processed meat of cloven hoofed animals), Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian melakukan kurasi produk olahan daging hewan untuk memperoleh akses pasar ekspor. Tujuh perusahaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pangan olahan produk peternakan melakukan business meeting dengan President Director Sariraya Co., Ltd. untuk mendalami peluang pemasaran produk ke Jepang. Selain business meeting, pada kesempatan tersebut dilakukan coaching clinic tentang prosedur, standar dan regulasi ekspor produk peternakan ke Jepang yang diikuti oleh Danselfood, H&R Farm, MT Farm, PT Aneka Pangan Olahan, UD Surya Abadi, dan Rendang Dadih. “Saat ini pasar pangan halal yang kami tekuni mengalami kemajuan pesat. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan gerai kami dan juga peningkatan permintaan produk pangan halal. Oleh karena itu, kami berharap agar nantinya produk yang ditawarkan ini dapat memenuhi persyaratan kesehatan dan keamanan pangan di Jepang. Sebagian besar produk olahan produk peternakan halal kami peroleh dari Malaysia, sedangkan yang segar bervariasi mulai dari Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia dan bahkan Brazil” papar Teguh Wahyudi, President Director Sariraya Co., Ltd. di awal diskusi. “Standar aman dan sehat antara lain adalah produk telah mempunyai sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Karena produk peternakan tergolong high risk products, maka keberadaan sertifikat HACCP menjamin bahwa olahan produk peternakan tersebut telah aman dari bahaya biologis, kimiawi, dan fisik yang didukung dengan informasi tentang proses produksi dan penanganan bahan pada setiap mata rantai produksi pangan mulai dari penyiapan bahan baku, produksi, hingga pengemasan, distribusi, dan lain-lain. Seluruh persyaratan tersebut diatur di dalam Food Sanitation Act” tutur Sri Nuryanti. “Sebelum export country approval untuk produk olahan daging hewan berkuku terbelah kita peroleh, perlu diidentifikasi unit produksi yang akan direkomendasikan untuk memperoleh unit approval sebagai designated facility untuk ekspor ke Jepang. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang bermaksud untuk memperoleh unit approval perlu untuk mengkonsultasikan beberapa dokumen pendukung antara lain company profile, product specification/knowledge, flow chart of production, serta ingredient kepada Food Inspection and Safety Division, Pharmaceutical Safety and Environmental Health Bureau, semacam Badan Pengawas Obat dan Makanan di bawah Ministry of Health, Labour and Welfare (MHLW) yang akan memberi rekomendasi ijin impor melalui Animal Health Division, Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries (MAFF) bagi produk yang dinilai telah memenuhi kesetaraan dengan standar keamanan dan kesehatan pangan di Jepang” imbuh Nuryanti. “Kami akan melakukan pendampingan kepada tujuh perusahaan ini untuk menyiapkan dokumen yang diperlukan dalam proses konsultasi. Selain itu, kami akan memfasilitasi perusahaan-perusahaan ini untuk memperoleh akses bantuan pembiayaan produksi maupun pemasaran, termasuk kegiatan promosi. Harapannya, tindak lanjut ini akan mendukung proses lifting import ban masih berlangsung” tutur Fini Murfiani, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan di akhir coaching clinic dan business meeting tersebut. Tokyo, 1 Februari 2021. Volume 4, Nomor 2 Coaching Clinic 1 ExportHub 2 Mushroom Talks 3 WAGRI 4 Daftar Isi: Bulletin Attani Tokyo Februari 2021 ATASE PERTANIAN KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA 4-4-1 Yotsuya, Shinjuku City, Tokyo, 160-0004 Phone: (81) 3-4560-3408 Fax: (81) 3-3447-6365 E-mail: agriculture@kbritokyo.jp Coaching Clinic
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Sejalan dengan proses negosiasi lifting import ban atas produk olahan daging hewan berkuku terbelah
(heat processed meat of cloven hoofed animals), Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan,
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian melakukan kurasi produk
olahan daging hewan untuk memperoleh akses pasar ekspor. Tujuh perusahaan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) pangan olahan produk peternakan melakukan business meeting dengan President Director Sariraya
Co., Ltd. untuk mendalami peluang pemasaran produk ke Jepang. Selain business meeting, pada
kesempatan tersebut dilakukan coaching clinic tentang prosedur, standar dan regulasi ekspor produk
peternakan ke Jepang yang diikuti oleh Danselfood, H&R Farm, MT Farm, PT Aneka Pangan Olahan, UD
Surya Abadi, dan Rendang Dadih.
“Saat ini pasar pangan halal yang
kami tekuni mengalami kemajuan
pesat. Hal ini ditunjukkan dengan
penambahan gerai kami dan juga
peningkatan permintaan produk
pangan halal. Oleh karena itu, kami
berharap agar nantinya produk yang
ditawarkan ini dapat memenuhi
p e r s y ar at a n ke s e hat an d an
keamanan pangan di Jepang.
Sebagian besar produk olahan
produk peternakan halal kami
peroleh dari Malaysia, sedangkan
yang segar bervariasi mulai dari
Indonesia, Thailand, Vietnam,
Malaysia dan bahkan Brazil” papar
Teguh Wahyudi, President Director
Sariraya Co., Ltd. di awal diskusi.
“Standar aman dan sehat antara lain adalah produk telah mempunyai sertifikat Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP). Karena produk peternakan tergolong high risk products, maka keberadaan sertifikat
HACCP menjamin bahwa olahan produk peternakan tersebut telah aman dari bahaya biologis, kimiawi, dan
fisik yang didukung dengan informasi tentang proses produksi dan penanganan bahan pada setiap mata
rantai produksi pangan mulai dari penyiapan bahan baku, produksi, hingga pengemasan, distribusi, dan
lain-lain. Seluruh persyaratan tersebut diatur di dalam Food Sanitation Act” tutur Sri Nuryanti.
“Sebelum export country approval untuk produk olahan daging hewan berkuku terbelah kita peroleh, perlu
diidentifikasi unit produksi yang akan direkomendasikan untuk memperoleh unit approval sebagai
designated facility untuk ekspor ke Jepang. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang bermaksud untuk
memperoleh unit approval perlu untuk mengkonsultasikan beberapa dokumen pendukung antara lain
company profile, product specification/knowledge, flow chart of production, serta ingredient kepada Food
Inspection and Safety Division, Pharmaceutical Safety and Environmental Health Bureau, semacam Badan
Pengawas Obat dan Makanan di bawah Ministry of Health, Labour and Welfare (MHLW) yang akan memberi
rekomendasi ijin impor melalui Animal Health Division, Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries (MAFF)
bagi produk yang dinilai telah memenuhi kesetaraan dengan standar keamanan dan kesehatan pangan di
Jepang” imbuh Nuryanti.
“Kami akan melakukan pendampingan kepada tujuh perusahaan ini untuk menyiapkan dokumen yang
diperlukan dalam proses konsultasi. Selain itu, kami akan memfasilitasi perusahaan-perusahaan ini untuk
memperoleh akses bantuan pembiayaan produksi maupun pemasaran, termasuk kegiatan promosi.
Harapannya, tindak lanjut ini akan mendukung proses lifting import ban masih berlangsung” tutur Fini
Murfiani, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan di akhir coaching clinic dan business
meeting tersebut.
Tokyo, 1 Februari 2021.
Volume 4, Nomor 2
Coaching Clinic 1
ExportHub 2
Mushroom Talks 3
WAGRI 4
Daftar Isi:
Bulletin Attani Tokyo Februari 2021
ATASE PERTANIAN
KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA
4-4-1 Yotsuya, Shinjuku City, Tokyo, 160-0004
Phone: (81) 3-4560-3408
Fax: (81) 3-3447-6365
E-mail: agriculture@kbritokyo.jp
Coaching Clinic
Dalam upaya menjembatani dan memfasilitasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk menembus pasar ekspor, Atase Pertanian bersama
Pengurus Cabang Luar Negeri Kagama Jepang dan Pengurus Pusat Kagama melakukan diskusi dengan perusahaan afiliasi pemasaran global,
ExportHub, sebuah perusahaan aggregator yang berpengalaman dalam memasarkan produk UKM binaannya ke pasar internasional yang
dirintis oleh tokoh Kagama.
“Sebagai perusahaan afiliasi pemasaran global, kami melakukan pembinaan kepada UKM mulai dari program promosi menggunakan
platform, pelatihan ekspor, penyediaan pembiayaan dan logistik ekspor. Kendala-kendala yang umum dihadapi UKM menjadi sasaran
program kami, sehingga suatu perusahaan dapat memperoleh potensi bisnis global melalui jejaring global yang kami bangun menggunakan
pendekatan afiliasi. Yang tidak kalah penting, dalam kerjasama kami mengutaman fair trade system, sehingga baik producer maupun buyer
akan semakin kuat hubungannya” terang Ghafran Cakradiwirya, Director of Operation dari PT. Andalan Ekspor Indonesia (ExportHub).
“Menarik sekali program ExportHub ini. Tentu banyak UKM pangan dan pertanian yang tertarik untuk bergabung di dalam program afiliasi ini.
Bisa dijelaskan apa syarat dan prosedur bagi suatu UKM untuk dapat bergabung dalam program afiliasi?” tanya Sri Nuryanti.
“Tahap pertama yang harus dilakukan suatu UKM atau persahaan mana pun yang berminat untuk bergabung dalam program afiliasi adalah
mendaftar dengan mengajukan data perusahaan untuk kami validasi. Setelah tervalidasi, maka kami akan mulai mempromosikan produk
yang melalui platform IndonesiaHub untuk memperoleh calon pembeli. Platform ini terintegrasi dengan katalog produk, sehingga sekaligus
berfungsi sebagai dashboard and information source affiliator, termasuk dalam pengelolaan toko daring” imbuh Ghafran.
“Prosedurnya sederhana. Kami tertarik untuk menjembatani UKM pangan dan pertanian yang umumnya masih awam dengan kurasi, promosi
dan business networking pada taraf global” sambut Nuryanti di akhir diskusi.
Tokyo, 4 Februari 2021.
Hal. 2 Volume 4, Nomor 2
ExportHub
Di bawah program Field of Knowledge Integration and Innovation (FKII), Business Academia Office, Ministry of Agriculture, Forestry and
Fisheries (MAFF) dan Atase Pertanian memfasilitasi Yukiguni Maitake Co., Ltd. salah satu perusahaan produsen jamur (mushroom) terbesar di
Jepang yang tertarik untuk menggali potensi Ergothioneine dari jamur merang binaan Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Badan
Litbang Pertanian di wilayah Provinsi Jawa Barat.
“Indonesia mempunyai tiga wilayah sentra produksi jamur merang, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur di mana 70% produksi
terdapat di Kabupaten Karawang, Jawa Barat dengan tren produksi cenderung menurun sejak tahun 2009 karena produksi dilakukan oleh
petani secara tradisional, baik dari fasilitas maupun teknologi budidaya, pemeliharaan, panen dan penanganan pascapanen serta tanpa ada
kegiatan inspeksi di setiap jenis kegiatan. Saat ini budidaya jamur merang menggunakan media tanam jerami padi, batang pisang, atau
campuran antara jerami padi dan batang pisang dan tidak ada proses sterilisasi, sehingga umur simpan jamur merang demikian pendek,
hanya tahan hingga 3 hari dalam suhu ruangan. Jamur merang masih dipasarkan sebagai produk mentah dan belum memanfaatkan bahan
fungsional di dalamnya, seperti Ergothioneine. Oleh karena itu, kami berharap bisa bekerja sama tidak saja dalam peningkatan produktivitas,
umur simpan produk, manajemen mutu, dan alternatif pasar; melainkan juga dalam pengembangan teknologi pemanfaatan Ergothioneine
dan bahan aktif lain dalam pengembangan produk berbahan baku jamur merang di Indonesia” tutur Prayudi Samsuri, Kepala Balai Besar
Litbang Pascapanen Pertanian mengawali diskusi.
“Sebagai perusahaan jamur terbesar di
Jepang, Yukiguni Maitake Co., Ltd.
mempunyai fasilitas produksi pada enam
pabrik dan fasilitas produksi hingga
pengemasan pada pabrik di kantor pusat,
di mana seluruh fasilitas terdapat di
Prefektur Niigata. Proses produksi jamur
yang kami lakukan dimulai dan diakhiri
dengan kegiatan inspeksi terhadap air
untuk mengairi media tanam yang
berbahan alami, seperti serbuk gergaji
kayu, dedak gandum, dan bahan alami
lain seperti tongkol jagung. Sementara
itu, kecuali pemanenan, seluruh kegiatan
dari inspeksi, persiapan, sterilisasi,
inokulasi, incuvasi, budidaya, dan
pertumbuhan dilakukan secara otomatis.
Kegiatan pengendalian mutu dilakukan
dari hulu hingga hilir untuk menjamin
kebersihan, keamanan, dan kesehatan jamur yang harus bebas dari bakteri, cemaran logam berat, residu pestisida, dan radioaktif” terang
Akihiro Tanaka, Senior Researcher pada Yukiguni Maitake Co., Ltd.
“Kesenjangan kondisi produksi dan teknologi jamur antara Indonesia dan Jepang kiranya dapat menjadi peluang dan penghubung da lam
suatu kerjasama antara Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian dengan Yukiguni Maitake Co., Ltd., terutama kegiatan investigasi kan-
dungan Ergothioneine dan bahan fungsional lain di dalam jamur merang, pengembangan jenis produk baru berbahan jamur merang, atau
penemuan peluang pasar baru untuk produk jamur merang” sahut Sri Nuryanti.
“Kerjasama ini sangat tergantung pada keberhasilan Yukiguni Maitake dalam mengajukan proposal konsorsium penelitian dengan mitra luar
negeri di bawah program FKII, MAFF. Oleh karena itu, kami sarankan untuk memberi data dukung potensi pengembangan produk pangan
fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan menggunakan bahan aktif Ergothioneine, termasuk untuk menangkal virus Corona bagi Yukiguni
Maitake Co., Ltd.” terang Takuya Sato, Business Academia Officer di akhir diskusi.
Pihak lain yang tertarik dengan produksi jamur di Indonesia adalah Hokuto Corporation,
perusahaan jamur organik yang juga terlibat dalam penelitian dan pengembangan,
produksi, serta penjualan jamur dengan empat lokasi produksi, yaitu Jepang, Amerika
Serikat, Taiwan, dan Malaysia. Hokuto Corporation berencana untuk memfokuskan upaya
pada riset pasar yang ditujukan untuk penjualan di Eropa dan China.
Setelah mempelajari Undang-undang nomor 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, perusahaan produsen jamur enoki, shimofuri hiratake, dan
kikurage ini menyampaikan proposal kerjasama investasi produksi jamur di Indonesia.
Berdasarkan karakteristik tumbuh dan media ketiga jenis jamur, Hokuto Corporation
merekomendasikan kerjasama dengan pihak di Indonesia untuk memproduksi jamur
Shimofuri Hiratake dan Kikurage serta masih terbuka untuk produksi jamur Enoki sepanjang
tersedia media tanam organik dan ketersediaan pasokan energi yang lebih baik.
Tokyo, 13 & 19 Februari 2021.
Volume 4, Nomor 2
Hal. 3
Mushroom Talks
WAGRI adalah istilah platform data pertanian platform yang merupakan gabungan antara kata WA dan AGRI, di mana WA di dalam Bahasa
Jepang berarti lingkaran. Maknanya, WAGRI akan mengharmonisasikan data dan layanan ke berbagai komunitas, sehingga inovasi yang
diharapkan dapat dinikmati. WAGRI dikembangkan oleh National Agriculture and Food Research Organization (NARO) pada tahun 2019 dan
telah diperbanyak penggunaannya bagi petani oleh sektor swasta untuk menanggulangi turunnya produktivitas pertanian yang akibat aging
society yang juga dialami sektor pertanian. WAGRI dipandang sebagai solusi untuk merumuskan kegiatan pertanian dalam sebuah rencana
kerja yang komprehensif menggunakan data produksi pada waktu lampau, data pasar riil, data lahan dan tanah areal budidaya, data cuaca,
serta system prediksi pertumbuhan.
Melalui WAGRI, Nippon Electric Company (NEC) Co., Ltd., berkontribusi dalam membangun sistem data dukung pertanian, sehingga tersedia
informasi pestisida, pupuk, cuaca dan bahkan kecepatan angin. Dengan demikian, petani dapat merencanakan aktivitasnya termasuk kapan
harus melakukan penyemprotan pestisida dengan memperhatikan situasi pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan oleh warna setiap petak
dalam platform WAGRI. Perusahaan swasta lain yang berkontribusi dalam membangun platform WAGRI adalah Vision Tech Inc, yang berperan
dalam menghubungkan data cuaca dengan gambar satelit menjadi model prediksi pertumbuhan, sehingga memberikan informasi detil
kepada petani tentang manajemen budidaya, termasuk pemupukan dan pengendalian hama pada setiap tahap pertumbuhan tanaman.
Saat ini Information and Communication Technology (ICT) menjadi penting dalam membangun data pertanian. Platform WAGRI
memungkinkan penggunaan data pertanian secara terpadu, sehingga memberi kenyamanan bagi petani maupun penggiat pertanian dalam
upaya meningkatkan produktivitas menggunakan paduan data varietas dan budidaya, data cuaca, data pasar dan data lain yang telah
dihimpun. Dalam prakteknya, selain perangkat lunak berupa dukungan system data tersebut, diperlukan perangkat keras berupa alat dan
mesin pertanian yang dilengkapi dengan sensor untuk merekam data kerja dan data lapangan, termasuk luas, produksi, dan produktivitas