Top Banner
STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD UNDATA PALU I. IDENTITAS PASIEN 1) Nama Pasien : Ny.T 2) Umur : 63 tahun 3) Jenis Kelamin : Perempuan 4) Alamat : Jl. Tolambu 5) Agama : Islam 6) Suku : Kaili 7) Status : Menikah 8) Pekerjaan : IRT 9) Tanggal Pemeriksaan : 31 Agustus 2015 II. ANAMNESIS 1) Keluhan Utama : Gatal-gatal pada seluruh tubuh 2) Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh tubuh dari kepala sampai telapak kaki sejak 3 hari yang lalu. Gatal dimulai dari kepala, wajah dan leher lalu ke seluruh tubuh. Seiring dengan bertambahnya gatal, kulit pasien mulai terkelupas dan terasa perih. Pasien juga mengeluh bengkak pada bibir bawah dan sariawan 1
23

Erupsi Obat Fixhj

Feb 11, 2016

Download

Documents

Achmat Ryzhal

bhbmh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Erupsi Obat Fixhj

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN

1) Nama Pasien : Ny.T

2) Umur : 63 tahun

3) Jenis Kelamin : Perempuan

4) Alamat : Jl. Tolambu

5) Agama : Islam

6) Suku : Kaili

7) Status : Menikah

8) Pekerjaan : IRT

9) Tanggal Pemeriksaan : 31 Agustus 2015

II. ANAMNESIS

1) Keluhan Utama :

Gatal-gatal pada seluruh tubuh

2) Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh tubuh dari

kepala sampai telapak kaki sejak 3 hari yang lalu. Gatal dimulai dari

kepala, wajah dan leher lalu ke seluruh tubuh. Seiring dengan

bertambahnya gatal, kulit pasien mulai terkelupas dan terasa perih.

Pasien juga mengeluh bengkak pada bibir bawah dan sariawan dibagian

dalam mulut sejak 3 hari yang lalu bersamaan dengan timbulnya gatal.

Gatal dan bengkak pada bibir dikatakan muncul pada sore hari setelah

meminum obat dari dokter post operasi katarak pada siang harinya.

Obat yang diminum adalah cefadroxyl, methylprednisolon, asam

mefenamat, cendo, dan tetes mata cendoxytrol. Namun, pasien tidak tau

obat apa yang menyebabkan karena semua obat diminum pada waktu

yang sama, namu kemarin pasien sudah berhenti minum obat karena

1

Page 2: Erupsi Obat Fixhj

merasa gejala semakin berat. Pasien demam beberapa saat setelah

timbulnya gatal dan bengkak, namun demam sudah turun kembali

kemarin. Ini adalah kali pertama pasien berobat di Poli Kulit dan

Kelamin. Pasien belum minum obat apapun untuk mengatasi gatal dan

bengkak hanya memberikan bedak herocyn ke seluruh tubuh namun

gatal tidak berhenti. Alergi makanan tidak ada. Alergi obat tidak

diketahui, karena pasien baru pertama kali mengonsumsi obat diatas

Tidak ada riwayat diabetes melitus dan hipertensi.

3) Riwayat penyakit dahulu:

Pasien tidak pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya.

4) Riwayat penyakit keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

1. Keadaan umum : Sakit ringan

2. Status Gizi : Baik

3. Kesadaran : Komposmentis

Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : Tidak dilakukan

Nadi : Tidak dilakukan

Respirasi : Tidak dilakukan

Suhu : Tidak dilakukan

Status Dermatologis

Ujud Kelainan Kulit :

1. Kepala : Terdapat skuama

2. Wajah : Terdapat urtikaria

3. Mata : Terdapat angioedema pada kelopak mata

4. Bibir : Terdapat angioedema pada bibir bawah

2

Page 3: Erupsi Obat Fixhj

5. Leher : Terdapat urtikaria

6. Dada : Terdapat urtikaria

7. Perut : Terdapat urtikaria

8. Belakang : Terdapat urtikaria

9. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

10. Inguinal : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

11. Ekstremitas Atas : Terdapat ekskoriasi dan urtikaria

12. Ekstremitas bawah: Terdapat ekskoriasi dan urtikaria

IV. GAMBAR

Gambar 1. Terdapat Urtikaria Pada Daerah Wajah Dan Angioedema

Pada Kelopak Mata Dan Bibir Bawah

3

Page 4: Erupsi Obat Fixhj

Gambar 2. Terdapat Skuama Pada Bagian Kepala

Gambar 3. Terdapat Urtikaria Pada Bagian Leher

4

Page 5: Erupsi Obat Fixhj

Gambar 4. Terdapat Urtikaria Pada Bagian Belakang

Gambar 5. Terdapat Urtikaria Pada Daerah Perut

5

Page 6: Erupsi Obat Fixhj

Gambar 6. Terdapat Ekskoriasi Dan Urtikaria Pada Eksremitas Atas

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

.

VI. RESUME

Pasien Ny. T perempuan umur 63 tahun datang keluhan gatal-gatal pada

seluruh tubuh dari kepala sampai telapak kaki sejak 3 hari yang lalu. Gatal

dimulai dari kepala, wajah dan leher lalu ke seluruh tubuh.Seiring dengan

bertambahnya gatal, kulit pasien mulai terkelupas dan terasa perih. Pasien juga

mengeluh bengkak pada kedua kelopak mata dan bibir bawah sejak 3 hari yang

lalu bersamaan dengan timbulnya gatal. Gatal dan bengkak pada dikatakan

muncul pada sore hari setelah meminum obat dari dokter post operasi katarak

pada siang harinya. Obat yang diminum adalah cefadroxyl, methylprednisolon,

asam mefenamat, cendo, serta tetes mata cendoxytrol Namun, pasien tidak tau

obat apa yang menyebabkan karena semua obat diminum pada waktu yang sama.

Pasien sudah tidak meminum obat lagi sejak kemarin, karena merasa gejala

semakin berat. Pasien demam beberapa saat setelah timbulnya gatal dan bengkak,

namun demam sudah turun kembali kemarin. Ini adalah kali pertama pasien

berobat di Poli Kulit dan Kelamin. Pasien belum minum obat apapun untuk

mengatasi gatal dan bengkak hanya memberikan bedak herocyn ke seluruh tubuh

namun gatal tidak berhenti.

6

Page 7: Erupsi Obat Fixhj

Dari pemeriksaan fisik, pasien sakit ringan, status gizi baik dan kesadaran

komposmentis. Status Dermatologis didapatkan ujud Kelainan Kulit berupa

urtikaria di bagian wajah. Terdapat angioedema pada kedua kelopak mata dan

bibir bawah. Terdapat skuama pada kepala. Terdapat urtikaria pada

leher,dada,perut, dan belakang. Terdapat ekskoriasi dan urtikaria pada kedua

eksremitas atas dan eksremitas bawah.

VII. DIAGNOSIS BANDING

Erupsi Obat Alergik

Fixed drug eruption

Eritroderma (Dermatitis eksoliativa)

VIII.DIAGNOSIS KERJA

Erupsi Obat Alergik

IX. ANJURAN

1. Patch test

X. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa:

Memberitahukam pasien untuk menghindari obat-obat yang dapat

mencetuskan lesi.

Medikamentosa:

Topikal: Talkum As. Salisilat 2 % dan Menthol 2 %

Sistemik: Cetrizine 1x10 mg

Metil prednisolon 1x8mg

XI. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungtionam : bonam

7

Page 8: Erupsi Obat Fixhj

Quo ad sanationam : bonam

Quo ad cosmetikam : bonam

8

Page 9: Erupsi Obat Fixhj

PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan diatas pasien ini didiagnosis dengan

erupsi obat alergik. Erupsi obat alergik adalah reaksi kulit yang disebabkan oleh

obat yang digunakan dalam dosis normal.1 terjadi sebagai akibat pemberian obat

yang biasanya sistemik2

Masuknya obat melalui sistemik dapat menyebabkan banyak varietas

reaksi kutan.3 Pemberian secara sistemik disini berarti obat tersebut masuk

melalui mulut, hidung, rektum,vagina dan suntikan atau infus. Sedangkan alergi

yang disebabkan oleh penggunaan obat dengan cara topikal yaitu obat digunakan

pada permukaan tubuh mempunyai istilah sendiri, yaitu dermatitis kontak alergi.4

Sensitisasi atau hipersensitifitas dapat terjadi kalau obat diberikan secara

oral atau suntikan maka kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas atau alergi

seperti gatal-gatal kulit kemerahan, bentol bahkan yang lebih hebat lagi dapat

terjadi syok.4

Pada pasien ini diketahui 3 hari sebelumnya pasien mengkonsumsi obat

yang belum pernah ia konsumsi sebelumnya dan mengalami gatal-gatal beberapa

jam setelahnya. Pasien menggunakan obat melalui sistemik yaitu oral, sehingga

bisa terjadi reaksi hipersensitivitas atau alergi seperti yang telah dijelaskan teori.

Pada populasi normal dapat terjadi 5% dan lebih dari 2% dirawat inap

dirumah sakit. Organ yang sering terkena reaksi obat, yaitu kulit17 dan menjadi

alasan konsultasi di kulit. 3 Setidaknya ada 20% pasien masuk rumah sakit selama

10 hari atau lebih untuk melihat perkembangan beberapa bentuk reaksi obat.2

Faktor resiko berhubungan dengan pasien adalah usia, jenis kelamin,

genetik, atopi, AIDS. Faktor resiko yang erhubungan dengan obat adalah

makromolekul, bivalensi, hapten, rute pemberian, dosis, lama terapi. Faktor

pendukung beta blocker, asma, kehamilan.6

Pada pasien ini yang dapat menjadi faktor resiko ialah umur dan rute

pemberian obat yaitu melalui oral.

Banyak reaksi obat dimulai dengan ditemukanya reaksi pada kulit, oleh

karena itu kulit adalah peringatan untuk keparahan. Kulit merupakan salah satu

organ tubuh yang sangat mudah memberikan suatu manifestasi klinis apabila

9

Page 10: Erupsi Obat Fixhj

timbul gangguan pada tubuh. Salah satu gangguan tersebut dapat disebabkan oleh

reaksi alergi terhadap suatu obat.4

Alergi obat merupakan suatu hal yang prlu dipahami oleh seorang dokter.

Akibat yang ditimbulkan tidak jarang berakhir dengan kecacatan atau kematian,

serta terkadang menyebabkan dokter berurusan dengan aspek medikolegal.7

Obat yang sering menyebabkan erupsi adalah amoksisilin, ACE inhibitor,

Sulfonamid, Tiazid, dan Non steroid antiinflamasi.8

Obat yang sering menyebabkan erupsi kulit juga, yaitu Amoxicillin,

Trimethoprim-sulfamethoxazole, Ampicillin, Cephalosporins, Allopurinol, dan

Carbamazepine 2 Obat yang dapat menyebabkan urtikaria dan angioedema adalah

golongan salisilat9 Efek samping alergi terutama disebabkan oleh penggunaan

penicilin dan cephalosporin.10 Kejadian yang sering timbul adalah ruam dan

urtikaria. 9

Eksaserbasi urtikaria dan angioderma juga dapat disebabkan oleh inhibitor

COX-1 yang merupakan Non IgE urtikaria oleh obat NSAID. masa latenya 30

menit-24 jam. Urtikaria biasanya pada wajah dan ke arah kauda 11

Pada pasien ini salah satu obat yang dikonsumsi adalah antibiotik

Ciprofloxacin yang merupakan golongan cephalosporin yang mempunyai efek

samping alergi yang dapat menimbulkan urtikaria. Pasien juga mengkonsumsi

Asam mefenamat yang merupakan salah satu golongan NSAIDs yang dapat

menimbulkan eksaserbasi urtikaria dan angioedem. Dimana urtikaria yang

didapatkan juga pada wajah dan ke arah kauda sudah sesuai dengan teori.

Reaksi obat yang sering ditemukan adalah erupsi. Hampir semua obat

dapat memberikan beberapa reaksi, walaupun beberapa bentuk didapatkan pada

obat-obat tertentu 8

Erupsi obat biasanya berkembang selama 1 minggu mulai pengobatan atau

paling tidak 2 minggu. Erupsi obat secara tipikal mulai 3 hari setelah

menkonsumsi obat (atau pernah diminum sebelumnya) dan bersih setelah 2

minggu berhenti mengkonsumsi obat tersebut. Ada 3 onset timbulnya reaksi, yaitu

segera yang timbul 3 detik sampai 6 jam setelah terpapar, accelerated yang timbul

10

Page 11: Erupsi Obat Fixhj

6 hingga 72 jam setelah paparan dan Delayed, muncul gejala lebih dari 72 jam

setelah paparan.6 Pada pasien ini timbul onset yang segera, yaitu kurang lebih 4

jam setelah paparan.

Gambaran klinis erupsi obat dapat berbeda bentuk dan menjadi beberapa

diagnosis banding untuk beberapa ruam. Ketika menjadi suspek, maka sangat

penting menggali riwayat obat-obatan yang telah digunakan selama 2 tau 3

minggu terakhir secara detail. 8

Presentasi yang tipikal sering ditemukan, yaitu Eksantema

(makulopapular, morbilliform), Urtikaria dan angioedema, Fixed drug eruptions,

Eritema multiform, Sindrom Stevens-Johnson, Dermatitis eksfoliata, Reaksi

fotosensitifitas, Anafilaksis, Epidermal toksik nekrolisis (derm notes). Dari ujud

kelainan kulit yang ditemukan pada pasien, gambaran klinis urtikaria dan

angioedem lah yang paling sesuai.

Gambar 7. Eritema toksik8

.

11

Page 12: Erupsi Obat Fixhj

Gambar 8. Fixed Drug Eruption Karena Ingesti Penisilin8

i

Gambar 3. Reaksi Fotosensitifitas Photosensitivitas Karena Konsumsi Diuretik

Tiazid8

Gambar 4. Epidermal Toksik Nekrolisis8

12

Page 13: Erupsi Obat Fixhj

Gambar 5. Pigmentasi Pigmentasi Karena Konsumsi Obat Amiodarone8

Tipe reaksi obat yang paling sering ditemukan adalah eksantema makular

dan makulopapular (40%), urtikaria dan angioedema (37%) Fixed drug eruption

(6%) dan erytema multiform/Epidermal toksisk nekrolisis (5%) Bentuk yang lain

terhitung 0-3%.(sterry) Erupsi obat yang paling parah adalah epidermal toksik

nekrolisi yang dapat berakibat fatal.8

Sebagian besar reaksi simpang obat tidak memiliki komponen alergi.

Reaksi alergi obat adalah reaksi simpang obat melalui mekanisme reaksi

imunologi. Diperkirakan sekitar 6-10% dari reaksi simpang obat merupakan

reaksi alergi obat.7

Tipe reaksi imun, walaupun seringnya mekanisme tidak dimengerti.

Urtikaria, angioedema, anaphylaxis termasuk dalam reaksi imun tipe 1

Reaksi tipe 1 85-90% disebabkan oleh farmakologi.12

Mediasi IgE bermanifestasi klinis urtikaria dan angioedem. Contoh obat

yang dapat menjadi penyebab adalah B laktam antibiotik.13

IgE reaksinya dalam waktu menit hingga jam setelah obat masuk. Ige

menginduksi degranulasi sel mast beberapa menit setelah paparan. Biasanya pada

pasien yang mengkonsumsi antibiotik bera laktam, seperti cephalosporin.14

Ikatan silang antara alergen dan IgE pada permukaan sel mast

menginduksi pelepasan mediator vasoaktif. Manifestasi klinis khas berupa

13

Page 14: Erupsi Obat Fixhj

urtikaria, rinitis, asma, alergi makanan, ekzem, edema dengan peningkatan

permeabilitas vaskular.15

Obat dimakan, antibodi terbentuk beberapa hari kemudian dan obat serta

antibodi terkombinasi untuk membentuk sirkulasi imun kompleks yang diikuti

demam.14

Dibutuhkan anamnesis yang teliti mengenai obat-obat yang didapat,

kelainan yang timbul secara akut atau dapat juga beberapa hari sesudah masuknya

obat dan rasa gatal yang dapat disertai demam biasanya subfebril.2

Pada pasien didapatkan riwayat mengonsumsi obat-obatan yang belum

pernah dikonsumsi sebelumnya dan gatal-gatal timbul secara akut, yaitu beberapa

jam setelah mengkonsumsi obat. Pasien juga mengeluh demam tapi sudah turun

sejak kemarin.

Kelainan kulit yang ditemukan dari pemeriksaan fisik berupa distribusi

menyebar dan simetri atau setempat dan bentuk : erittema, urtikaria, papul,

eritroderma, purpura, eksantema, angioedem dan eritema nodosum. Pada pasien

didapatkan urtikaria dan angioedem.

Untuk pemeriksaan penunjang, tes injeksi intradermal dmodikasi dengan

tes Patch, prick, scratch, dan tes intrakutaneus. Skin prick test, Radio Allergo

Sorbent Assay (RAST), tes provokasi, tes untuk reaksi hipersesitivitas tipe II dan

II, tes untuk reaksi hipersensitivitas tipe IV, tes lain-lain seperti basofil histamin

release, ploriferasi limfosit, aktivasi komplemen, dan tes lymphocyte cytotoxicity

dapat dilakukan14, hanya test patch lah yang merupakan metode investigasi yang

simpel dan resiko reaktivasi erupsi obat sangat rendah3

Tes provokasi tidak dianjurkan karena berbahaya. Hanya bisa dilakukan

oleh ahli yang berpengalaman. Resusitasi harus disiapkan untuk reaksi akut, tapi

resiko dari reaksi kronis yang berat sulit untuk diperkirakan. Tes provokasi tidak

direkomendasikan untuk penderita yang memungkinkan terjadinya reaksi yang

berat. 8

.

Pengobatan sistemik dengan kortikosteroid sangat penting. Obat yang

sering digunakan yaitu tablet prednison (1 tablet= 5 mg) pada kelainan urtikaria

14

Page 15: Erupsi Obat Fixhj

dosis standar untuk orang dewasa 3x10 mg prednison sehari. pengobatan yang

berat dengan prednison selama 7 sampai 10 hari.2

Antihistamin yang bersifat sedatif dapat juga diberikan jika terdapat rasa

gatal, tapi pada urtikaria efeknya kurang dibanding kortikosteroid. Histamin

bukan satu-satunya mediator yang daat mengurangi gatal selama reaksi inflamasi.

Kinin, leukotrien, prostaglandin dan serotonin yang merupakan mediator gatal

tidak berespon dengan antihistamin.14

Pengobatan topikal bergantung pada keadaan kelainan kulit apakah kering

atau basah. Kalau keadaan kering, dapat diberikan bedak seperti pada eritema atau

urtikaria dapat diberikan bedak salisilat 2% ditambah dengan obat antipruritus

misalnya menthol 1% untuk mengurangi rasa gatal.2

Pada pasien ini diberi pengobatan topikal Talkum As. Salisilat 2%

dan Menthol 2 % karena keadaan kulit kering. Pengobatan sistemik diberikan

Cetrizine 1x10 mg dan Metil prednisolon 1x8mg. Dosis prednisolon yang

diberikan hanya 1x8 mg untuk menghindari efek samping yang akan ditimbulkan.

Avoidance (menghindari paparan) merupakan panduan umum dimana

pasien harus menghindari penggunaan obat yang telah diketahui menyebabkan

reaksi alergi pada pasien, kecuali bila obat tersebut sangat dibutuhkan dan tidak

ada obat yang dapat menggantikanya.6 Biasanya dapat disembuhkan setelah obat

kausatif dihentikan pemakaianya.16 Pada pasien ini telah diedukasikan hal

tersebut.

Prognosis pada dasarnya erupsi kulit karena obat akan menyembuh bila

penyebabnya dapat segera diketahui dan disingkirkan.2 Pada pasien ini

prognosisnya baik, karena telah diberhentikan penggunaan obat-obat yang

dicurigai menyebabkan alergi.

15

Page 16: Erupsi Obat Fixhj

DAFTAR PUSTAKA

1. Barlianto, Wisnu. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajat

Keparahan Erupsi Obat Pada Anak. Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

2. Djuanda, adhi. dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi keenam.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

3. Bruynzeel, Derk, Goncalo M 2013. Patch Testing In Adverse Drug

Reactions.

4. Lestari, Wulan dkk. 2014. Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan

Sistem ATC/DDD dan Kriteria Gyysens di Bangsal Penyakit Dalam

RSUP DR.M. Djamil Padang.

5. Fayez, Rahmeh dkk. 2011. Drugs Causing Fixed Drug Eruption: A

Clinical Studi. Volume 18 Nomor 3. Dermatology Pharmacy Department.

6. Mariyono, Harbanu, Suryana Ketut. 2014. Adverse Drug Reaction.

Volume 9 nomor 7. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unud, Denpasar

7. Cahyanur, Rahmat dkk. 2011. Sindrom Hipersensitivitas Obat. Voulum:

62 Nomor 4. Depertemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Rumah Sakit Mangunkusumo, Jakarta

8. Gawkrodger, David. 2003. Dermatology. Third Edition. Uk; Churchill

Livingstone

9. Barankin B, Freiman A. 2006. Derm Notes. Philadelphia: Davis Company.

10. Lukman, dkk. 2014. Pemilihan Antibiotik Yang Rasional. Volume 27

Nomor 3. Faculty Of Medicine University Of Indonesia

11. Sanchez, Mario dkk. 2010. Hypersensitivity Reactions To Nonsteroidal

AntiInflamatory Drug: An Update. Volume 3. Allergy and Immunology

Department Venezuela

12. Hausmann, O, dkk. 2012. Etiology and Pathogenesis Of Adverse Drug

Reactions. Vol 97 pp 32-46. Department Of Rheumatology And Clinical

Immunology Inselpistal, University Of Bern bern, Switzerland

16

Page 17: Erupsi Obat Fixhj

13. Solensky, Ronald dkk. 2013. Drug Allergy: An Updated Practice

Parameter.

14. Habif Thomas. 2004. Clinical Dermatology. Fourth Edition. Toronto;

Dartmouth Medical School.

15. Garna K, dkk. 2010. Imunologi Dasar. Edisi ke-9. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

16. Burns, Toni dkk. 2010. Rook’s Textbook Of Dermatology. Eight Edition.

17. Lusiani. 2014. A 47 Years Old Woman With Eritroderma ec Drug Alergy.

Volume 3 Nomor 2. Faculty Of Medicine, Lampung University

17