Top Banner
FIDEL ALI PERMANA H ASIL cetakan pita cukai rokok palsu semakin mirip dengan aslinya. Hampir tidak bisa lagi dibeda- kan antara yang asli dan palsu kalau saja Perum Percetakan Uang RI (Peruri) tidak mem- buatkan kode-kode khusus bersifat rahasia. Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Penindakan dan Pe- nyidikan Kanwil Bea dan Cukai Jakarta GH Sutejo, kemarin, terkait terbongkarnya sindikat pemalsu cukai rokok yang te- lah merugikan negara sebesar Rp576 miliar. Sutejo mengatakan secara kasatmata mana pita cukai asli dan mana pita palsu sulit dibedakan. “Pelaku orang pin- tar karena memalsukan cukai rokok mempunyai tingkat ke- sulitan tertentu. Diduga pelaku mantan pegawai percetakan atau karyawan pabrik rokok,” paparnya. Pekan lalu, Bidang Peninda- kan dan Penyidikan Kanwil Bea dan Cukai Jakarta mem- bongkar dua lokasi pemalsuan pita cukai rokok dan minuman beralkohol di kawasan Kema- yoran, Jakarta Pusat, dan Pade- mangan, Jakarta Utara. Barang bukti yang disita sebanyak 1.390.464 keping dengan potensi kerugian ne- gara Rp4,140 miliar. Menurut Dirjen Bea dan Cukai Thomas Sugijata, pelaku beroperasi sejak 2007. Dalam tiga tahun itu, tersangka ARC, otak kom- plotan, telah merugikan negara sekitar Rp576 miliar. Selain ARC yang sangat ahli dalam bidang pembuatan pita cukai, Bea dan Cukai juga menangkap SRM dan HNR. Ketiganya ditahan. Bersama mereka disita satu unit mesin cetak, dua unit mesin polyholo- gram, serta peralatan pendu- kung untuk desain hologram. Berdasarkan hasil pemerik- saan, lanjut Thomas, setiap bu- lannya pelaku mencetak 5,6 juta keping pita cukai bernilai sekitar Rp16 miliar. Setiap keping pita cukai dijual seharga Rp5.320. “ARC sudah kami incar sejak tiga tahun lalu dan baru kali ini dapat ditangkap,” lanjutnya. Pita cukai dijual pelaku ke- pada produsen rokok kelas terendah yang tersebar di be- berapa kota di Pulau Jawa, an- tara lain Malang dan Kudus. Produsen membeli karena se- lisih harga pita cukai palsu de- ngan asli cukup besar. Namun, Sutejo tidak menyebutkan berapa besar selisih harga pita cukai asli dengan yang palsu. Kelompok ARC, menurut Sutejo, sangat licin. Berbagai cara dilakukan untuk meng- hilangkan jejak dari intaian petugas Bea dan Cukai mau- pun kepolisian. “Mereka terus berpindah- pindah. Kami melakukan pengintaian cukup lama untuk menemukan bukti,” tuturnya. Para tersangka akan dikenai Pasal 55 UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang Kepabeanan de- ngan ancaman penjara mini- mal dua tahun dan maksimal lima tahun penjara. Kepada tersangka juga dapat dikenai denda minimal 10 kali lipat dan maksimal 20 kali lipat dari cukai yang dipalsukan. Dari tiga lokasi Desember lalu aparat Direk- torat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya mengung- kap sindikat pemalsu cukai rokok yang menjalankan aksi pemalsuannya di beberapa lokasi di Jabodetabek. Polisi menyita barang bukti bahan baku cukai palsu dari Jl Taruna Jaya, Cibubur, Jakarta Timur, Curug, Tangerang, dan Jl Bun- gur, Depok. Dari tiga lokasi tersebut, pelaku kemudian mengedarkan cukai palsu itu ke Kota Malang dan Kudus di Jawa Tengah. “Mereka di- duga mendistribusikan ke produsen rokok lokal di dua wilayah tersebut,” jelas Direk- tur Reskrimum PMJ, Kombes Herry Rudolf Nahak setelah penangkapan. (Tup/*/J-1) [email protected] Pita Cukai Rokok Palsu Setaraf dengan yang Asli Pelaku diduga mantan karyawan percetakan atau karyawan pabrik rokok karena pita cukai yang dipalsukan sudah tergolong sempurna. PENYIDIK dari Direktorat Reserse Narkotika Polda Metro Jaya telah merampungkan pemeriksaan kasus penghi- langan barang bukti narkoba berupa 1,9 ton prekursor yang dilakukan staf Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Tek- nologi (Puspiptek) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Menurut Kasat III Ditres Nar- koba Polda AKB Asep Safrudin, para tersangka sudah mulai menjalani sidang di Pengadi- lan Negeri Jakarta Pusat sejak Senin (7/2) dengan agenda kesaksian dari saksi penang- kap, yakni dari polisi. Mereka adalah Silvester, peneliti LIPI yang menjabat Kepala Bagian Pemusnahan Puspiptek LIPI, dan bawahannya, Makmuh, serta Dedi dan Saman yang membeli serta mengedarkan barang bukti tersebut. Silvester doktor lulusan luar negeri dan diduga sebagai otak penggelap- an barang bukti tersebut. Ba- rang yang digelapkan itu me- rupakan barang bukti narkoba pada 2007 dan sudah divonis untuk dimusnahkan. Barang bukti yang disita saat itu yakni 2.000 gram serbuk efe- drina dan 14.000 gram serbuk kafein dari tangan Silvester, sedangkan dari tangan Dedi berupa 6.500 gram serbuk efe- drina, 4 drum MTC butanol, 20 jeriken masing-masing 25 kg glycerin oil, 4 jeriken ma- sing-masing 20 kg rewopol, 30 jeriken masing-masing 20 liter N-Butanol, dan 1 jeriken isi 20 liter spiritus. Semua barang bukti meru- pakan prekursor narkoba yang biasa dibuat menjadi sabu-sabu dan ekstasi. Hingga bergulir ke pengadil- an, pasal yang digunakan pe- nyidik yakni Pasal 197 dan 198 UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Obat-obatan dan Kesehatan dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun dan denda Rp100 juta hingga Rp1,5 miliar. Ketika ditanyakan mengapa menggunakan UU Kesehatan, padahal sebelumnya mengena- kan UU Narkotika, penyidik beralasan mereka mengguna- kan pasal dari UU Kesehatan bukan UU Narkotika karena setelah pemeriksaan oleh sak- si ahli dari Badan POM dan Puslabfor, barang yang dijual dinyatakan bukan termasuk dalam golongan narkoba. “Se- telah gelar perkara bersama saksi ahli, itu ternyata tidak termasuk golongan narkotika,” kilah Asep. Sebelumnya polisi menggu- nakan Pasal 129 huruf a, b, c, dan d UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Pasal 197, 196, dan 198 UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1. Namun, UU Narko- tika urung dipakai. (FD/J-3) H UJAN batu di negeri sendiri lebih baik dari- pada hujan emas di negeri orang. Arti dari peribahasa tersebut baru dirasakan nyata oleh Yuliana, 26, sekarang ini. Tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Desa Lingkung Datu, Kecamatan Jongga, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, itu baru saja menjejakkan kaki di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (18/2). Ia tiba bersama 234 TKI lainnya yang dijemput langsung oleh perwakilan pemerintah Indonesia dari Jeddah, Arab Saudi. Selama lima tahun mengadu nasib di negeri kaya minyak itu, dia merasakan pengalaman cukup pahit. Yuliana diberangkatkan perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) PT Sana Dahajaya pada 2006. Ia mengikat kontrak kerja selama dua tahun di rumah majikan bernama Abdullah Rahmad. Namun, dia hanya sanggup bertahan selama empat bulan. “Saya melarikan diri dari rumah majikan karena gaji sebesar 600 riyal yang seharusnya saya terima setiap bulan ternyata tidak lancar,” tuturnya. Ia sangat membutuhkan uang itu karena harus dikirim kepada orang tua di kampung halaman untuk membayar biaya pemberangkatan sebagai TKI ke Arab Saudi. “Saya berangkat meninggalkan utang,” kata Yuliana. Setelah melarikan diri dari rumah majikan, Yuliana cukup cemas sebab dokumen keimigrasiannya ada pada sang majikan. Bila tepergok petugas imigrasi atau kepolisian, ia bakal masuk penjara. Untunglah Yuliana bertemu dengan seorang warga negara Indonesia yang sudah puluhan tahun bekerja di sana. Kemudian oleh orang tersebut ia dibawa ke penampungan TKI ilegal. Satu bulan di penampungan, orang yang dirahasiakan namanya itu berhasil mendapatkan majikan baru bagi Yuliana. Gaji yang diterima Yuliana sebesar 1.300 riyal per bulan. “Gajinya memang lebih besar ketimbang dari majikan pertama, tapi saya harus bayar biaya penampungan,” cetusnya. Beberapa bulan di penampungan, Yuliana yang berstatus gadis berkenalan dengan Agus Triyanto, 27, TKI yang berprofesi sebagai sopir. Mereka memutuskan menikah dan tahun lalu dikaruniai anak bernama Lidianalah. “Alhamdulillah saya dan anak bisa pulang bersama. Suami akan menyusul berikutnya,” kata Yuliana yang sempat menggelandang di kolong Jembatan Kandara, Jeddah. Yuliana sangat mensyukuri kepulangannya karena bisa tiba di Tanah Air tanpa paspor. “Hidup tanpa paspor membuat tidak tenang. Saya tidak akan kembali ke sana,” cetusnya sambil mencium buah hatinya. (Sumantri Handoyo/J-1) Peneliti LIPI Akhirnya hanya Dikenai UU Kesehatan Saya tidak akan Kembali ke Sana 4 SENIN, 21 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA M EGA POLITAN LINTAS BERITA Trotoar Rusak di Jakarta Selatan PARA pengguna jalan patut berhati-hati melintas di sejumlah ruas jalan Jakarta Selatan. Pasalnya, selain jalan berlubang, trotoar di Jaksel juga rusak. Berdasarkan data dari Suku Dinas Pekerjaan Umum (PU) Jalan Jakarta Selatan, saat ini, jalan berlubang di wilayah itu mencapai 55.746 meter persegi dari total luas jalan 9.034.000 meter persegi, sedangkan trotoar rusak berada pada 17 titik jalan. Kepala Sudin PU Jalan Jakarta Selatan, Yayat Hidayat, membenarkan banyaknya trotoar dan ruas jalan rusak di Jakarta Selatan. “Banyaknya trotoar rusak disebabkan galian dari kabel optik, air, atau listrik. Mereka tidak menutup galian dengan rapi sehingga mudah rusak. Akibat- nya, para pejalan kaki harus berhati-hati,” ujar Hidayat. (*/J-2) Warga Marunda Ingin Masuk Rusun SEBANYAK 90 kepala keluarga (KK) yang tinggal di pesisir Pantai Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, berharap dapat segera tinggal di Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Marunda. Keinginan warga muncul setelah beberapa waktu lalu Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, berjanji untuk mengupayakan agar warga yang tinggal di Pantai Marunda bisa mendapatkan tempat tinggal di rusun. Menurut Ketua RT 3/RW 07, Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Usman, pihaknya sudah mengajukan nama 90 KK yang berniat pindah ke Rusunawa Marunda tersebut, ke Kelu- rahan Marunda. “Agar kami mendapatkan harga sewa rusun yang bersubsidi,” ujar Usman. (*/J-2) Layanan KTP Mobile di Jakarta Utara SUKU Dinas (Sudin) Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Jakarta Utara melakukan pelayanan KTP mobile (keliling) di Ke- lurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara, akhir pekan lalu. Pelayanan KTP keliling ini dilaksanakan dari pukul 10.00-15.00 WIB. Dalam pelayanan KTP mobile ini, Sudin Dukcapil memberikan layanan terhadap 323 pemohon, yang terdiri dari 78 pemohon kartu tanda penduduk (KTP), 228 pemohon kartu keluarga (KK), dan mener- bitkan 17 akta lahir. Kepala Suku Dinas (Kasudin) Dukcapil, Jakarta Utara, Edison Sianturi, mengatakan layanan KTP mobile yang diselenggarakan hari itu merupakan layanan KTP mobile putaran ketujuh. Suku Dinas Dukcapil Jakarta Utara telah memberikan layanan kepada 1.375 pemohon. Rincian adalah 583 orang mendapatkan layanan KTP gratis, 733 pemohon KK, dan 59 akta lahir. (*/J-2) Pembunuh Agnes masih belum Jelas KEPOLISIAN Resor Jakarta Selatan telah memeriksa sejumlah saksi kasus pemerkosaan dan pembunuhan Agnes Kharisma. Namun, hingga hari keenam penyidikan, pembunuh gadis berusia 19 tahun itu belum diketahui. “Kami sudah periksa orang tua dan saksi-saksi lainnya, ter- masuk teman-teman dekat korban. Dua pria asing yang diduga bertemu korban sebelum meninggal juga telah diperiksa. Hanya kami belum memeriksa sopir yang menjemput korban,” kata Kanit Reskrim Polres Jakarta Selatan Budi Iriawan saat dihubungi Media Indonesia, akhir pekan lalu. Dari hasil pemeriksaan yang ada, polisi masih belum bisa me- netapkan tersangka atas kematian Agnes. Ia ditemukan tidak bernyawa di selokan Jl Joe, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (13/2). Saat ditemukan, wanita bertinggi 155 cm dan berkulit putih ini mengenakan celana pendek merah dan kaus pink. (*/J-2) TIBA DI BANDARA: Yuliana, tenaga kerja Indonesia asal Desa Lingkung Datu, Nusa Tenggara Barat, saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, akhir pekan lalu. MI/SUMANTRI HANDOYO Mereka terus berpindah- pindah. Kami melakukan pengintaian cukup lama untuk menemukan bukti.” GH Sutejo Kabid Penindakan dan Penyidikan Kanwil Bea dan Cukai Jakarta DOK. PRIBADI
1

EGAPOLITAN - ftp.unpad.ac.id fileFIDEL ALI PERMANA H ASIL cetakan pita cukai rokok palsu semakin mirip dengan aslinya. Hampir tidak bisa lagi dibeda-kan antara yang asli dan palsu

Mar 10, 2019

Download

Documents

phamcong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EGAPOLITAN - ftp.unpad.ac.id fileFIDEL ALI PERMANA H ASIL cetakan pita cukai rokok palsu semakin mirip dengan aslinya. Hampir tidak bisa lagi dibeda-kan antara yang asli dan palsu

FIDEL ALI PERMANA

HASIL cetakan pita cukai rokok palsu s e m a k i n m i r i p dengan aslinya.

Hampir tidak bisa lagi dibeda-kan antara yang asli dan palsu kalau saja Perum Percetakan Uang RI (Peruri) tidak mem-buatkan kode-kode khusus bersifat rahasia.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Penindakan dan Pe-nyidikan Kanwil Bea dan Cukai Jakarta GH Sutejo, kemarin, terkait terbongkarnya sindikat pemalsu cukai rokok yang te-lah merugikan negara sebesar Rp576 miliar.

Sutejo mengatakan secara kasatmata mana pita cukai asli dan mana pita palsu sulit dibedakan. “Pelaku orang pin-tar karena memalsukan cukai

rokok mempunyai tingkat ke-sulitan tertentu. Diduga pelaku mantan pegawai percetakan atau karyawan pabrik rokok,” paparnya.

Pekan lalu, Bidang Peninda-kan dan Penyidikan Kanwil Bea dan Cukai Jakarta mem-bongkar dua lokasi pemalsuan pita cukai rokok dan minuman beralkohol di kawasan Kema-yoran, Jakarta Pusat, dan Pade-mangan, Jakarta Utara.

Barang bukti yang disita sebanyak 1.390.464 keping dengan potensi kerugian ne-gara Rp4,140 miliar. Menurut Dirjen Bea dan Cukai Thomas Sugijata, pelaku beroperasi sejak 2007. Dalam tiga tahun itu, tersangka ARC, otak kom-plotan, telah merugikan negara sekitar Rp576 miliar.

Selain ARC yang sangat ahli dalam bidang pembuatan pita cukai, Bea dan Cukai juga menangkap SRM dan HNR. Ketiganya ditahan. Bersama mereka disita satu unit mesin cetak, dua unit mesin polyholo-gram, serta peralatan pendu-kung untuk desain hologram.

Berdasarkan hasil pemerik-saan, lanjut Thomas, setiap bu-lannya pelaku mencetak 5,6 juta keping pita cukai bernilai sekitar Rp16 miliar. Setiap keping pita cukai dijual seharga Rp5.320. “ARC sudah kami incar sejak tiga tahun lalu dan baru kali ini dapat ditangkap,” lanjutnya.

Pita cukai dijual pelaku ke-pada produsen rokok kelas terendah yang tersebar di be-berapa kota di Pulau Jawa, an-tara lain Malang dan Kudus.

Produsen membeli karena se-

lisih harga pita cukai palsu de-ngan asli cukup besar. Namun, Sutejo tidak menyebutkan berapa besar selisih harga pita cukai asli dengan yang palsu.

Kelompok ARC, menurut Sutejo, sangat licin. Berbagai cara dilakukan untuk meng-hilangkan jejak dari intaian petugas Bea dan Cukai mau-pun kepolisian.

“Mereka terus berpindah-pindah. Kami melakukan pengintaian cukup lama untuk menemukan bukti,” tuturnya.

Para tersangka akan dikenai Pasal 55 UU Nomor 39 Tahun

2007 tentang Kepabeanan de-ngan ancaman penjara mini-mal dua tahun dan maksimal lima tahun penjara. Kepada tersangka juga dapat dikenai denda minimal 10 kali lipat dan maksimal 20 kali lipat dari cukai yang dipalsukan.

Dari tiga lokasiDesember lalu aparat Direk-

torat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya mengung-kap sindikat pemalsu cukai rokok yang menjalankan aksi pemalsuannya di beberapa lokasi di Jabodetabek. Polisi

menyita barang bukti bahan baku cukai palsu dari Jl Taruna Jaya, Cibubur, Jakarta Timur, Curug, Tangerang, dan Jl Bun-gur, Depok. Dari tiga lokasi tersebut, pelaku kemudian mengedarkan cukai palsu itu ke Kota Malang dan Kudus di Jawa Tengah. “Mereka di-duga mendistribusikan ke produsen rokok lokal di dua wilayah tersebut,” jelas Direk-tur Reskrimum PMJ, Kombes Herry Rudolf Nahak setelah penangkapan. (Tup/*/J-1)

[email protected]

Pita Cukai Rokok Palsu Setaraf dengan yang Asli

Pelaku diduga mantan karyawan percetakan atau karyawan pabrik rokok karena pita cukai yang dipalsukan sudah tergolong sempurna.

PENYIDIK dari Direktorat Reserse Narkotika Polda Metro Jaya telah merampungkan pemeriksaan kasus penghi-langan barang bukti narkoba berupa 1,9 ton prekursor yang dilakukan staf Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Tek-nologi (Puspiptek) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Menurut Kasat III Ditres Nar-koba Polda AKB Asep Safrudin, para tersangka sudah mulai

menjalani sidang di Pengadi-lan Negeri Jakarta Pusat sejak Senin (7/2) dengan agenda kesaksian dari saksi penang-kap, yakni dari polisi. Mereka adalah Silvester, peneliti LIPI yang menjabat Kepala Bagian Pemusnahan Puspiptek LIPI, dan bawahannya, Makmuh, serta Dedi dan Saman yang membeli serta mengedarkan

barang bukti tersebut. Silvester doktor lulusan luar negeri dan diduga sebagai otak penggelap-an barang bukti tersebut. Ba-rang yang digelapkan itu me-rupakan barang bukti narkoba pada 2007 dan sudah divonis untuk dimusnahkan.

Barang bukti yang disita saat itu yakni 2.000 gram serbuk efe-drina dan 14.000 gram serbuk

kafein dari tangan Silvester, sedangkan dari tangan Dedi berupa 6.500 gram serbuk efe-drina, 4 drum MTC butanol, 20 jeriken masing-masing 25 kg glycerin oil, 4 jeriken ma-sing-masing 20 kg rewopol, 30 jeriken masing-masing 20 liter N-Butanol, dan 1 jeriken isi 20 liter spiritus.

Semua barang bukti meru-

pakan prekursor narkoba yang biasa dibuat menjadi sabu-sabu dan ekstasi.

Hingga bergulir ke pengadil-an, pasal yang digunakan pe-nyidik yakni Pasal 197 dan 198 UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Obat-obat an dan Kesehatan dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun dan denda Rp100 juta hingga

Rp1,5 miliar.Ketika ditanyakan mengapa

menggunakan UU Kesehatan, padahal sebelumnya mengena-kan UU Narkotika, penyidik beralasan mereka mengguna-kan pasal dari UU Kesehatan bukan UU Narkotika karena setelah pemeriksaan oleh sak-si ahli dari Badan POM dan Puslabfor, barang yang dijual

dinyatakan bukan termasuk dalam golongan narkoba. “Se-telah gelar perkara bersama saksi ahli, itu ternyata tidak termasuk golongan narkotika,” kilah Asep.

Sebelumnya polisi menggu-nakan Pasal 129 huruf a, b, c, dan d UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Pasal 197, 196, dan 198 UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1. Namun, UU Narko-tika urung dipakai. (FD/J-3)

HUJAN batu di negeri sendiri lebih baik dari-pada hujan emas di negeri orang. Arti dari peribahasa tersebut baru dirasakan nyata oleh

Yuliana, 26, sekarang ini.Tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Desa Lingkung

Datu, Kecamatan Jongga, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, itu baru saja menjejakkan kaki di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (18/2).

Ia tiba bersama 234 TKI lainnya yang dijemput langsung oleh perwakilan pemerintah Indonesia dari Jeddah, Arab Saudi. Selama lima tahun mengadu nasib di negeri kaya minyak itu, dia merasakan pengalaman cukup pahit.

Yuliana diberangkatkan perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) PT Safi na Dahajaya pada 2006. Ia mengikat kontrak kerja selama dua tahun di rumah majikan bernama Abdullah Rahmad. Namun, dia hanya sanggup bertahan selama empat bulan.

“Saya melarikan diri dari rumah majikan karena gaji sebesar 600 riyal yang seharusnya saya terima setiap bulan ternyata tidak lancar,” tuturnya.

Ia sangat membutuhkan uang itu karena harus dikirim kepada orang tua di kampung halaman untuk membayar biaya pemberangkatan sebagai TKI ke Arab Saudi. “Saya berangkat meninggalkan utang,” kata Yuliana.

Setelah melarikan diri dari rumah majikan, Yuliana cukup cemas sebab dokumen keimigrasiannya ada pada sang majikan. Bila

tepergok petugas imigrasi atau kepolisian, ia bakal masuk penjara.

Untunglah Yuliana bertemu dengan seorang warga negara Indonesia yang sudah puluhan tahun bekerja di sana. Kemudian oleh orang tersebut ia dibawa ke penampungan TKI ilegal. Satu bulan di penampungan, orang yang dirahasiakan namanya itu berhasil mendapatkan majikan baru bagi Yuliana.

Gaji yang diterima Yuliana sebesar 1.300 riyal per bulan. “Gajinya memang lebih besar ketimbang dari majikan pertama, tapi saya harus bayar biaya penampungan,” cetusnya.

Beberapa bulan di penampungan, Yuliana yang berstatus gadis berkenalan dengan Agus Triyanto, 27, TKI yang berprofesi sebagai sopir. Mereka memutuskan menikah dan tahun lalu dikaruniai anak bernama Lidianalah.

“Alhamdulillah saya dan anak bisa pulang bersama. Suami akan menyusul berikutnya,” kata Yuliana yang sempat menggelandang di kolong Jembatan Kandara, Jeddah.

Yuliana sangat mensyukuri kepulangannya karena bisa tiba di Tanah Air tanpa paspor. “Hidup tanpa paspor membuat tidak tenang. Saya tidak akan kembali ke sana,” cetusnya sambil mencium buah hatinya. (Sumantri Handoyo/J-1)

Peneliti LIPI Akhirnya hanya Dikenai UU Kesehatan

Saya tidak akan Kembali ke Sana

4 SENIN, 21 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIAMEGAPOLITAN

LINTAS BERITA

Trotoar Rusak di Jakarta SelatanPARA pengguna jalan patut berhati-hati melintas di sejumlah ruas jalan Jakarta Selatan. Pasalnya, selain jalan berlubang, trotoar di Jaksel juga rusak.

Berdasarkan data dari Suku Dinas Pekerjaan Umum (PU) Jalan Jakarta Selatan, saat ini, jalan berlubang di wilayah itu mencapai 55.746 meter persegi dari total luas jalan 9.034.000 meter persegi, sedangkan trotoar rusak berada pada 17 titik jalan. Kepala Sudin PU Jalan Jakarta Selatan, Yayat Hidayat, membenarkan banyaknya trotoar dan ruas jalan rusak di Jakarta Selatan. “Banyaknya trotoar rusak disebabkan galian dari kabel optik, air, atau listrik. Mereka tidak menutup galian dengan rapi sehingga mudah rusak. Akibat-nya, para pejalan kaki harus berhati-hati,” ujar Hidayat. (*/J-2)

Warga Marunda Ingin Masuk RusunSEBANYAK 90 kepala keluarga (KK) yang tinggal di pesisir Pantai Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, berharap dapat segera tinggal di Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Marunda. Keinginan warga muncul setelah beberapa waktu lalu Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, berjanji untuk mengupayakan agar warga yang tinggal di Pantai Marunda bisa mendapatkan tempat tinggal di rusun.

Menurut Ketua RT 3/RW 07, Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Usman, pihaknya sudah mengajukan nama 90 KK yang berniat pindah ke Rusunawa Marunda tersebut, ke Kelu-rahan Marunda. “Agar kami mendapatkan harga sewa rusun yang bersubsidi,” ujar Usman. (*/J-2)

Layanan KTP Mobile di Jakarta Utara SUKU Dinas (Sudin) Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Jakarta Utara melakukan pelayanan KTP mobile (keliling) di Ke-lurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara, akhir pekan lalu. Pelayanan KTP keliling ini dilaksanakan dari pukul 10.00-15.00 WIB. Dalam pelayanan KTP mobile ini, Sudin Dukcapil memberikan layanan terhadap 323 pemohon, yang terdiri dari 78 pemohon kartu tanda penduduk (KTP), 228 pemohon kartu keluarga (KK), dan mener-bitkan 17 akta lahir.

Kepala Suku Dinas (Kasudin) Dukcapil, Jakarta Utara, Edison Sianturi, mengatakan layanan KTP mobile yang diselenggarakan hari itu merupakan layanan KTP mobile putaran ketujuh.

Suku Dinas Dukcapil Jakarta Utara telah memberikan layanan kepada 1.375 pemohon. Rincian adalah 583 orang mendapatkan layanan KTP gratis, 733 pemohon KK, dan 59 akta lahir. (*/J-2)

Pembunuh Agnes masih belum JelasKEPOLISIAN Resor Jakarta Selatan telah memeriksa sejumlah saksi kasus pemerkosaan dan pembunuhan Agnes Kharisma. Namun, hingga hari keenam penyidikan, pembunuh gadis berusia 19 tahun itu belum diketahui.

“Kami sudah periksa orang tua dan saksi-saksi lainnya, ter-masuk teman-teman dekat korban. Dua pria asing yang diduga bertemu korban sebelum meninggal juga telah diperiksa. Hanya kami belum memeriksa sopir yang menjemput korban,” kata Kanit Reskrim Polres Jakarta Selatan Budi Iriawan saat dihubungi Media Indonesia, akhir pekan lalu.

Dari hasil pemeriksaan yang ada, polisi masih belum bisa me-netapkan tersangka atas kematian Agnes. Ia ditemukan tidak bernyawa di selokan Jl Joe, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (13/2). Saat ditemukan, wanita bertinggi 155 cm dan berkulit putih ini mengenakan celana pendek merah dan kaus pink. (*/J-2)

TIBA DI BANDARA: Yuliana, tenaga kerja Indonesia asal Desa Lingkung Datu, Nusa Tenggara Barat, saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, akhir pekan lalu.

MI/SUMANTRI HANDOYO

Mereka terus berpindah-

pindah. Kami melakukan pengintaian cukup lama untuk menemukan bukti.”

GH SutejoKabid Penindakan dan Penyidikan Kanwil Bea dan Cukai Jakarta

DOK. PRIBADI