Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan. Sistem pernafasan tersusun atas saluran pernafasan dan paru-paru sebagai tempat perrtukaraan udara pernafasan. Pernafasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengubah sumber energi menjadi energi dan membuang CO2 sebagai sisa metabolisme. Sistem pernafasan terdiri daripada hidung , trakea , paru-paru , tulang rusuk , ototinterkosta , bronkus , bronkiol , alveolus dan diafragma .kemudian Udara masuk ke dalamparu-paru melalui hidung dan trakea. Dinding trakea dilindungi oleh tulang rawan agarselalu terbuka. Trakea bercabang kepada bronkus kanan dan bronkus kiri yangdisambungkan pada paru- paru. Kedua bronkus bercabang lagi kepada bronkiolus dan alveolus pada ujung bronkiolus.Alat-alat pernapasan merupakan organ-organ tubuh yang sangat penting. Jika initerganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian.
22

Dyspnea Ika

Dec 08, 2015

Download

Documents

ayu satria

-
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Dyspnea Ika

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan

oksigen,pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam

bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke

lingkungan. Sistem pernafasan tersusun atas saluran pernafasan dan paru-paru sebagai

tempat perrtukaraan udara pernafasan. Pernafasan merupakan proses untuk memenuhi

kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengubah sumber energi menjadi energi dan

membuang CO2 sebagai sisa metabolisme. Sistem pernafasan terdiri daripada hidung , trakea , paru-paru , tulang rusuk , ototinterkosta , bronkus , bronkiol , alveolus dan diafragma .kemudian Udara masuk ke dalamparu-paru melalui hidung dan trakea. Dinding trakea dilindungi oleh tulang rawan agarselalu terbuka. Trakea bercabang kepada bronkus kanan dan bronkus kiri yangdisambungkan pada paru-paru. Kedua bronkus bercabang lagi kepada bronkiolus dan alveolus pada ujung bronkiolus.Alat-alat pernapasan merupakan organ-organ tubuh yang sangat penting. Jika initerganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Page 2: Dyspnea Ika

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi sistem pernapasan

a. Saluran Nafas Atas

Hidung

• Terdiri atas bagian eksternal dan internal

• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago

• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum

• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidungPermukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia

• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru

• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru

• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia

Faring

• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring

• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)

• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif

Page 3: Dyspnea Ika

Laring

• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea

• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :

Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selamamenelan

Glotis : ostium antara pita suara dalam laring

Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam’s apple)

Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)

Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid

Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)

• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi

• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu

Trakea

• Disebut juga batang tenggorok

• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

b. Saluran Nafas Bawah

Bronkus

• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri

• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)

• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus

lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental

Page 4: Dyspnea Ika

• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf

Bronkiolus

• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus

• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

Bronkiolus Terminalis

• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)

Bronkiolus respiratori

• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori

• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas Duktus alveolar dan Sakus alveolar

• Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli

Alveoli

• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2

• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan

• Terdiri atas 3 tipe :

Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli

Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)

Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

Page 5: Dyspnea Ika

Paru-paru

• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut

• Terletak dalam rongga dada atau toraks

• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar

• Setiap paru mempunyai apeks dan basis

• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris

• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus

• Lobus-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya

Pleura

• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis

• Terbagi mejadi 2 :

Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada

Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru

• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru

• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolaps paru-paru

Page 6: Dyspnea Ika

Gambar 1. Anatomi saluran pernapasan

B. Fisiologi sistem pernapasan

Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :

a. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru- paru atau sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :

• Tekanan udara atmosfir

• Jalan nafas yang bersih

Page 7: Dyspnea Ika

• Pengembangan paru yang adekuat

b. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi. Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40mmHg.

Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :

• Luas permukaan paru

• Tebal membran respirasi

• Jumlah darah

• Keadaan/jumlah kapiler darah

• Afinitas

• Waktu adanya udara di alveoli

c. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :

• Curah jantung (cardiac Output / CO)

• Jumlah sel darah merah

• Hematokrit darah

• Latihan (exercise)

Page 8: Dyspnea Ika

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :

a. Tahap Perkembangan

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.

b. Lingkungan

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat. Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehinggamengurangi kebutuhan akan oksigen.

c. Gaya Hidup

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

d. Status Kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

Page 9: Dyspnea Ika

e. Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

f. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan

Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat

mempengarhi pernapasan yaitu :

• Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru

• Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru

• Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.

• Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan napas.

• Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses

respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.

• Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 – 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

g. Perubahan pola nafas

Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.

Page 10: Dyspnea Ika

h. Obstruksi jalan napas

• Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.

• Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang- kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

Gambar 2. Fisiologi Pernafasan

Page 11: Dyspnea Ika

D. Gangguan Pola Pernapasan

a. Bradipnea :Frekwensi pernapasan lambat yang abnormal, irama teratur

b. Takipnea :Frekwensi pernapasan cepat yang abnormal

c. Hiperpnea :Pernafasan cepat dan dalam

d. Apnea :Berhenti bernapas

e. Hiperventilasi :Sesak nafas yang diakibatkan dari kegagalan vertikel kiri

f. Hipoventilasi :Pernafasan tampak sulit dan tertahan terutama saat ekspirasi

g. Pernapasan kussmaul :Nafas dalam yang abnormalbisa cepat, normal atau lambat pada umumnya pada asidosis metabolik

h. Pernapasan biok :Tidak terlihat pada kerusakan otak bagian bawah dan depresi pernapasan

i. Pernapasan Cheyne–stokes :Periode pernapasan cepat dalam yang bergantian dengan periode apnea, umumnya pada bayi dan anak selama tidur terasa nyenyak, depresi dan kerusakan otak.

E. Dispnea / sesak nafas

Page 12: Dyspnea Ika

a. Definisi

• Suatu istilah yang menggambarkan suatu persepsi subjektif mengenai ketidaknyamanan bernapas yang terdiri dari berbagai sensasi yang berbeda intensitasnya.

• Merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor fisiologi, psikologi, sosial dan lingkungan dan dapat menginduksi respons fisiologis dan perilaku sekunder.

b. Mekanisme Dispnea

• sensasi dispnea berawal dari aktivasi sistem sensorik yang terlibat dalam sistem respirasi

• informasi sensorik sampai pada pusat pernapasan di otak dan meproses respiratory –related signals dan menghasilkan pengaruh kognitif, kontekstual, dan perilaku sehingga terjadi sensasi dispnea.

Gambar 3. mekanisme Dispnea

Page 13: Dyspnea Ika

c. Pembagian Dispnea

• Dispnea akut : sesak napas yang berlangsung < 1 bulan

• Dispnea kronik : sesak napas yang berlangsung > 1 bulan

d. Etiologi

Sistem Kardiovaskular, yaitu dispneu yang disebabkan oleh adanya kelainan pada jantung, misalnya :

• infark jantung akut (IMA), dimana dispneu serangannya terjadi bersama-sama dengan nyeri dada yang hebat.

• Fibrilasi atrium, dispneu timbul secara tiba-tiba, dimana sudah terdapat penyakit katup jantung sebelumnya.

• Kegagalan jantung kiri (Infark miokard akut dengan komplikasi, example :

edema paru kardiogenik) dimana dispneu terjadi dengan mendadak pada malam hari pada waktu penderita sedang tidur; disebutParoxysmal nocturnal dyspnoe. Pada keadaan ini biasanya disertai otopneu dimana dispneu akan berkurang bila si pasien mengambil posisi duduk.

Sistem respirasi;

• Pneumotoraks, penderita menjadi sesak dengan tiba-tiba, sesak nafas tidak akan berkurang dengan perubahan posisi.

• Asma bronchiale, yang khas disini adalah terdapatnya pemanjangan dari ekspirasi dan wheezing (mengi).

• Edema paru yang akut, sebab dan tipe dari dispneu disini adalah sama dengan dispneu yang terjadi pada penyakit jantung.

Hematogenous dispneu

Page 14: Dyspnea Ika

Disebabkan oleh karena adanya asidosis, anemia atau anoksia, biasanyaberhubungan dengan exertional (latihan).

Neurogenik dispneu;

Psikogenik dispneu yang terjadi misalnya oleh karena emosi dan organik dispneu yang terjadi akibat kerusakan jaringan otak atau karena paralisis dari otot-otot pernafasan.

Sistem metabolic/ ginjal;

Pada CKD dan sindrom nefrotik.

Sistem Endokrin

Pada hipertiroid.

Intoksikasi

Pada overdosis aspirin, shock anafilaktik.

Obesitas

Pada obesitas masif.

Psikogenik;

Pada gangguan somatisasi, ansietas dan depresi.

Gambar 4. tabel kondisi dispneu pada berbagai sistem

f. Patofisiologi

Page 15: Dyspnea Ika

1. Kekurangan oksigen (O2

• Gangguan konduksi maupun difusi gas keparu-paru

• Obstruksi dari jalan nafas, misalnya pada bronchospasme & adanya benda asing

• Berkurangnya alveoli ventilasi, misalnya pada edema paru, radang paru,emfisema.

• Fungsi restriksi yang berkurang, misalnya pada. pneumotoraks, efusi pleura dan barrel chest.

• Penekanan pada pusat respirasi

2. Gangguan pertukaran gas dan hipoventilasi

• Gangguan neuro muscular

• Gangguan pusat respirasi, misal karena pengaruh sedatif

• Gangguan medulla spinalis misalnya sindrom guillain-barre

• Gangguan saraf prenikus, misalnya pada poliomielitis

• Gangguan diafragma, misalnya tetanus

• Gangguan rongga dada, misalnya kifiskoliosis

• Gangguan obstruksi jalan nafas: Obstruksi jalan nafas atas, misal laringitis/udem laring; Obstruksi jalan nafas bawah, misal asma brochiale dalam hal ini status asmatikus sebagai kasus emergency

• Gangguan pada parenkim paru, misalnya emfisema dan pneumonia

• Gangguan yang sirkulasi oksigen dalam darah, misalnya pada keadaan ARDS dan keadaan kurang darah.

3. Pertukaran gas di paru-paru normal tapi kadar oksigen di dalam paru-paru berkurang. Hal ini oleh karena 3 hal, yaitu :

• Kadar Hb yang berkurang

• Kadar Hb yang tinggi, tapi mengikat gas yang afinitasnya lebih tinggi misalnya CO ( pada kasus keracunan ketika inhalasi gas)

Page 16: Dyspnea Ika

• Perubahan pada inti Hb, misalnya terbentuknya met-Hb yang mempunyai inti Fe 3+

.

4. Stagnasi dari aliran darah, dapat dibagi atas :

• Sentral, yang disebabkan oleh karena kelemahan jantung.

• Gangguan aliran darah perifer yang disebabkan oleh renjatan (shock),contoh syok hipovolemik akibat hemototaks.

• Lokal, disebabkan oleh karena terdapat vasokontriksi lokal

• Dapat pula disebabkan oleh karena jaringan tidak dapat mengikat O2 ,terdapat contohnya pada intoksikasi sianida.

6. Hiperaktivasi refleks pernafasan

Pada beberapa keadaan refleks Hearing-Breuer dapat menjadi aktif. Hal ini disebabkan olek karena refleks pulmonary stretch.

7. Emosi

8. Asidosis

Banyak hubungannya dengan kadar CO2 dalam darah dan juga karena kompensasi metabolik.

9. Penambahan kecepatan metabolisme Pada umumnya tidak menyebabkan dispneu kecuali bila terdapat penyakit penyerta seperti COPD dan payah jantung (dekomensasi kordis).

g. Diagnosis Banding

Page 17: Dyspnea Ika

tabel 1. diagnosis banding dispnea

g. Penatalaksanaan

a. Manajemen dispnea yang paling penting adalah mengobati penyakit

dasar serta komplikasinya.

b. Penatalaksaan simptomatis antara lain:

Page 18: Dyspnea Ika

• Pemberian oksigen 3 lt/menit untuk nasal, atau 5 lt/menit dengan

sungkup

• Mengurangi aktifitas yang dapat menyebabkan sesak dengan tirah

baring.

• Posisi

• Bronkodilator (theophylline)

• Pada keaadan psikogenik dapat diberikan sedative

• Edukasi

• Psikoterapi

h. Algoritma

1. Dispnea Akut