Top Banner
DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN (SEAGRASS) DI TELUK BAKAU, KEPULAUAN RIAU PRESLI NAINGGOLAN C24062080 Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
95

DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

May 02, 2018

Download

Documents

dangtu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

i  

DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN (SEAGRASS) DI TELUK BAKAU, KEPULAUAN RIAU

PRESLI NAINGGOLAN C24062080

Skripsi

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

Page 2: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

ii  

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

   

Dengan ini saya menyataan bahwa skripsi yang berjudul: Distribusi Spasial Dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) di Teluk Bakau, Kepulauan Riau Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada pergurun tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang berasal atau kutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2011

Presli Nainggolan C24062080

Page 3: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

ABSTRAK

Presli Nainggolan, C24062080. Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) Di Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Dibawah bimbingan Agustinus M. Samosir dan M. Husni Azkab Padang lamun sebagai suatu ekosistem di daerah pesisir panatai akan terus

mengalami perubahan oleh berbagai sebab, sehingga penelitian menegenai distribusi

spasial lamun juga harus dilakukan. Data dan informasi yang diperoleh tidak hanya

untuk ilmu pengetahuan tetapi juga untuk pengelolaan sumberdayanya. Penelitian

dilakukan kurang lebih 2 minggu pada bulan Agustus 2010 dengan menggunakan

metode gabungan yang biasa dilakukan pada terumbu karang yaitu, “Line Intersecpt

Transect” dan “Stop and Go”. Selama penelitian ditemukan 10 dari 13 jenis lamun

dan penyebarannya mulai dari pantai ke arah tubir umumnya berkesinambungan.

Hal ini menyebabkan tidak ditemukan lamun yang hidup secara monospesifik dan

daerah tersebut belum mengalamin ganguan ekologis secara nyata. Karakteristik

habitat, struktur komunitas, ancaman dan rencana pengelolaan lamun ikut dibahas.

Kata kunci : Lamun, Teluk Bakau

Page 4: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

ABSTRACT

Presli Nainggolan, C24062080. Spatial Distribution And Management Of Seagrass in Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Dibawah bimbingan Agustinus M. Samosir dan M. Husni Azkab Seagrass beds as ecosystem in the coastal areas will continue to experience change

by various reasons, so that research on the spatial distribution of seagrasses also be

done. Data and information obtained not only for science but also for the

management of resources. The study was conducted approximately 2 weeks in

August 2010 using a combination of the usual method on coral reef that is, "Line

Intercept Transect " and"Stop and Go". During the study found 10 of 13 species of

seagrass and its spread from the coast towards the edge of generally continuous.

This causes no seagrass was found living in the area monospesifik and not undergo

significant ecological disturbance. Characteristics of habitats, community structure,

threats and seagrass management plan involved are discussed.

Keyword: Seagrass, Teluk Bakau

Page 5: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

RINGKASAN

Presli Nainggolan, C24062080. Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) Di Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Dibawah bimbingan Agustinus M. Samosir dan M. Husni Azkab

Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal merupakan ekosistem

bahari sangat produktif dan berperan penting dalam kehidupan tetapi sering kali

kurang mendapat perhatian. Menurut Fortes (1994) in Warastri (2009), kondisi

ekosistem padang lamun di perairan Indonesia telah mengalami kerusakan sekitar

30-40%. Adapun kerusakan tersebut antara lain disebabkan pengembangan wilayah,

penangkapan ikan yang tidak ramah ikan dan pencemaran. Kerusakan akan

berdampak kepada keanekaragaman dan juga perubahan luasaan (zonasi). Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan dan struktur komunitas lamun

pada kegiatan-kegiatan yang memberikan dampak tersebut, khususnya melihat

perubahan pola sebaran spasial lamun dan membuat rencana pengelolaan bagi

kegiatan yang memberikan dampak bagi lamun.

Pendugaan sebaran wilayah dan luas tutupan lamun dapat dilakukan dengan

beberapa metode. Salah satunya adalah metode survei lapang yang digunakan dalam

peneltian, yaitu menggunakan gabungan antara “Line Intersecpt Transect” dan

metode “Stop and Go” yang biasa digunakan untuk mengamati Terumbu Karang.

Metode ini menggunakan garis paralel yang saling terhubung sehingga dapat melihat

distribusi lamun secara horisontal dan vertikal. Adapun parameter yang diamati

dalam setiap stasiun adalah jenis, dan luas penutupan lamun, serta kecerahan,

kedalaman, jenis substrat, kedalaman substrat dan kecepatan arus, juga TSS,

Ortophospat, Nitrat dan Amonia. Pengukuran dilakukan di lain stasiun, yang

mewakili karakteristik wilayah perairan Teluk Bakau.

Dari hasil pengukuran lapangan Teluk Bakau ditemukan 10 jenis lamun yang

tersebar di 5 lokasi pengamatan, yaitu: Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata,

Cymodocea serullata, Halodule pinilofolia, Halodule uninervis, Halophila ovalis.

Halophila spinoulosa, Syringodium isoetifolium, Thalassia hempricii dan

Thalassodendron ciliatum.

Page 6: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

Adapun jenis lamun yang ditemukan pada perairan Desa Teluk Bakau di

dominasi oleh jenis Enhalus acoroides dan Thalassia hempricii yang tersebar merata

hampir disetiap Stasiun. Persentase penutupan lamun tertinggi pada Stasiun 5 yang

mencapai 89,96 % dan penutupan lamun terendah terdapat di Stasiun 4 sebesar

24,83%. Berdasarkan jumlah jenis lamun yang ditemukan di Teluk Bakau

menunjukan bahwa Stasiun 4 memiliki jumlah jenis yang paling banyak ditemukan,

yaitu 8 jenis kemudian diikuti oleh Stasiun 5 sekitar 7 jenis dan stasiun lainnya

jumlah jenis yang ditemukan hampir merata. Ini menggambarkan tingkat

keanekaragaman Teluk Bakau sangat tinggi (10 dari 13 jenis lamun yang telah

ditemukan di Indonesia) dan berada dalam kondisi baik dan stabil. Berdasarkan

pengukuran kualitas lingkungan perairan Teluk Bakau keadaan lingkugan perairan

juga dalam kondisi baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi lamun

diperairan Teluk Bakau belum mengalami ganguan ekologis secara nyata.

Walaupun demikian adanya kegiatan pengembangan wilyah pesisir merupakan

suatu ancaman bagi lamun. Ancaman yang terindentifikasi di Teluk Bakau adalah

penambangan pasir, pengembangan wisata, pembangunan pemukiman diatas

perairan dan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, perlu

adanya Peraturan Daerah yang tegas mengatur tata guna lahan dan penggunaan alat

tangkap ikan, serta yang paling utama adalah menentukan daerah konservasi lamun.

Hal ini perlu dilakukan agar lamun pada daerah tersebut tetap lestari.

Kata kunci : Lamun, Teluk Bakau

Page 7: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

SUMMARY

Presli Nainggolan, C24062080. Spatial Distribution And Management Of Seagrass in Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Dibawah bimbingan Agustinus M. Samosir dan M. Husni Azkab

Seagrass beds are widespread in shallow waters are highly productive marine

ecosystem and play an important role in life but often receive less attention.

According to Fortes (1994) in Warastri (2009), the condition of seagrass ecosystems

in the waters of Indonesia has suffered damage of about 30-40%. The damage is

partly due to the development of the region, which is not friendly fishing and fish

contamination. Damage will also affect the diversity and changes in area (zoning).

This research was conducted to determine the environmental conditions and

community structure of seagrass on activities that provide the impact, especially

given the changes in spatial distribution patterns of seagrasses and create a

management plan for activities that give effect to the seagrass.

Estimation of the distribution of seagrass cover wide areas and can be done

by several methods. One of them is a field survey methods used in the course of a

study, using a combination of "Line Intercept Transect " and method "Stop and Go"

which is used to observe the Coral Reef. This method uses parallel lines which are

connected so that they can see seagrass distribution horizontally and vertically. The

parameters were observed in each station is a type, and widespread closure of beds,

as well as brightness, depth, substrate type, substrate depth and current velocity, as

well as TSS, Ortophospat, Nitrate and Ammonia. Measurements were taken at other

stations, which represent the characteristics of the territorial waters of Teluk Bakau.

From the observation data, found 10 Mangrove Bay seagrass species spread

across 5 locations of observation, namely: Enhalus acoroides, Cymodocea

rotundata, Cymodocea serullata, Halodule pinilofolia, uninervis Halodule,

Halophila ovalis. Halophila spinoulosa, Syringodium isoetifolium, hempricii and

Thalassodendron Thalassia ciliatum. The seagrass species found in waters

pontianak is dominated by species Thalassia hempricii and Enhalus acoroides

almost every station. The highest percentage seagrass cover at Station 5, which

Page 8: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

reached 89.96% and the lowest closing beds available at station 4 at 24.83%. Based

on the number of seagrass species found in Teluk Bakau shows that the station 4 has

a number of species most commonly found, 8 species, followed by Station 5 of 7

species and other stations the number of species found almost evenly. This

illustrates a very high level of diversity Teluk Bakau (10 of 13 seagrass species have

been discovered in Indonesia) and are in good condition and stable. Based on the

measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau

state also in good condition, so it can be concluded that the condition of seagrass

Teluk Bakau waters have not experienced significant ecological disturbance.

Nevertheless the coastal wilyah development activities are a threat to the

seagrass. Threats identified in Teluk Bakau is sand mining, tourism development,

residential development above the water and catching fish that are not

environmentally friendly. Therefore, the need for regional regulation that expressly

regulate land use and the use of fishing gear, as well as the most important is to

determine seagrass conservation area. This needs to be done for seagrass in the

region remain stable.

Keyword: Seagrass, Teluk Bakau

Page 9: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

iii  

RINGKASAN

Presli Nainggolan, C24062080. Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) Di Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Dibawah bimbingan Agustinus M. Samosir dan M. Husni Azkab

Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal merupakan ekosistem

bahari sangat produktif dan berperan penting dalam kehidupan tetapi sering kali

kurang mendapat perhatian. Menurut Fortes (1994) in Warastri (2009), kondisi

ekosistem padang lamun di perairan Indonesia telah mengalami kerusakan sekitar 30-

40%. Adapun kerusakan tersebut antara lain disebabkan pengembangan wilayah,

penangkapan ikan yang tidak ramah ikan dan pencemaran. Kerusakan akan

berdampak kepada keanekaragaman dan juga perubahan luasaan (zonasi). Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan dan struktur komunitas lamun

pada kegiatan-kegiatan yang memberikan dampak tersebut, khususnya melihat

perubahan pola sebaran spasial lamun dan membuat rencana pengelolaan bagi

kegiatan yang memberikan dampak bagi lamun.

Pendugaan sebaran wilayah dan luas tutupan lamun dapat dilakukan dengan

beberapa metode. Salah satunya adalah metode survei lapang yang digunakan dalam

peneltian, yaitu menggunakan gabungan antara “Line Intersecpt Transect” dan

metode “Stop and Go” yang biasa digunakan untuk mengamati Terumbu Karang.

Metode ini menggunakan garis paralel yang saling terhubung sehingga dapat melihat

distribusi lamun secara horisontal dan vertikal. Adapun parameter yang diamati

dalam setiap stasiun adalah jenis, dan luas penutupan lamun, serta kecerahan,

kedalaman, jenis substrat, kedalaman substrat dan kecepatan arus, juga TSS,

Ortophospat, Nitrat dan Amonia. Pengukuran dilakukan di lain stasiun, yang

mewakili karakteristik wilayah perairan Teluk Bakau.

Dari hasil pengukuran lapangan Teluk Bakau ditemukan 10 jenis lamun yang

tersebar di 5 lokasi pengamatan, yaitu: Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata,

Page 10: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

iv  

Cymodocea serullata, Halodule pinilofolia, Halodule uninervis, Halophila ovalis.

Halophila spinoulosa, Syringodium isoetifolium, Thalassia hempricii dan

Thalassodendron ciliatum.

Adapun jenis lamun yang ditemukan pada perairan Desa Teluk Bakau di

dominasi oleh jenis Enhalus acoroides dan Thalassia hempricii yang tersebar merata

hampir disetiap Stasiun. Persentase penutupan lamun tertinggi pada Stasiun 5 yang

mencapai 89,96 % dan penutupan lamun terendah terdapat di Stasiun 4 sebesar

24,83%. Berdasarkan jumlah jenis lamun yang ditemukan di Teluk Bakau

menunjukan bahwa Stasiun 4 memiliki jumlah jenis yang paling banyak ditemukan,

yaitu 8 jenis kemudian diikuti oleh Stasiun 5 sekitar 7 jenis dan stasiun lainnya

jumlah jenis yang ditemukan hampir merata. Ini menggambarkan tingkat

keanekaragaman Teluk Bakau sangat tinggi (10 dari 13 jenis lamun yang telah

ditemukan di Indonesia) dan berada dalam kondisi baik dan stabil. Berdasarkan

pengukuran kualitas lingkungan perairan Teluk Bakau keadaan lingkugan perairan

juga dalam kondisi baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi lamun diperairan

Teluk Bakau belum mengalami ganguan ekologis secara nyata.

Walaupun demikian adanya kegiatan pengembangan wilyah pesisir merupakan

suatu ancaman bagi lamun. Ancaman yang terindentifikasi di Teluk Bakau adalah

penambangan pasir, pengembangan wisata, pembangunan pemukiman diatas perairan

dan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya

Peraturan Daerah yang tegas mengatur tata guna lahan dan penggunaan alat tangkap

ikan, serta yang paling utama adalah menentukan daerah konservasi lamun. Hal ini

perlu dilakukan agar lamun pada daerah tersebut tetap lestari.

Page 11: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

v  

DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN (SEAGRASS) DI TELUK BAKAU, KEPULAUAN RIAU

PRESLI NAINGGOLAN C24062080

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

Page 12: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

vi  

LEMBAR PENGESAHAN

Judul penelitian : Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) di Teluk Bakau, Kepulauan Riau

Nama : Presli Nainggolan Nomor pokok : C24062080

Program studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui :

Pembimbing 1

Ir. Agustinus M. Samosir, M. Phil NIP.19611211 198703 1003

Pembimbing 2

Drs. M. Husni Azkab, APU NIP. 19510111 197903 1001

Diketahui : Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP.19660728 199103 1 002

Tanggal Ujian : 08 Februari 2011

Page 13: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

vii  

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunianya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Distribusi Spasial dan

Pengelolaan Lamun (Seagrass) di Teluk Bakau, Kepulauan Riau; disusun

berdasarkan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan pada Agustus 2010, dan

merupakan salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada Ir. Agustinus M. Samosir, M.phil selaku ketua komisi dosen

pembimbing dan Ketua Komisi Pendidikan S1, dan Drs. M. Husni Azkab, APU

selaku pembimbing anggota serta seluruh pihak yang telah memberikan bimbingan,

arahan, masukan dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, di karenakan

keterbatasan penulis. Namun demikian, penulis mengharapkan bahwa hasil penelitian

ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bogor, Februari 2011

Penulis

 

Page 14: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

viii  

RIWAYAT HIDUP

 

Penulis dilahirkan di Padang Tikar pada tanggal 21 November

1988 yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari

pasangan Bapak Adolf Nainggolan dan Ibu Lasma Ida

Pangaribuan. Pendidikan formal penulis dimulai di SD negeri 02

Padang Tikar (1994-2000), SLTP Negeri 2 Pontianak (2000-

2003), dan SMA Negeri 7 Pontianak (2003-2006). Penulis

melanjutkan pendidikan di Institut Pertanaian Bogor melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah melewati tahap Tingkat Persiapan

Bersama selama setahun, penulis diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam mengikut kegiatan Unit

Kegiatan Mahasiswa Kerohanian (UKM-PMK), Himpuanan Mahasiswa Manajemen

Sumberdaya Perairan (Himasper), Ormas Kemahasiswaan Kristen (GMKI) dan

beberapa kegiatan mahasiswa lainya. Penulis diberi kepercayaan dan kesempatan

menjadi asistem Mata Kuliah Ekotoksiologi (2009) dan Konservasi Sumberdaya

Hasil Perairan (2010).

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh untuk memperoleh gelar sarjana,

penulis menyusun skripsi dengan judul “Distribusi Spasial dan Pengelolaan

Lamun (Seagrass) di Teluk Bakau, Kepulauan Riau ”.

 

 

 

 

 

Page 15: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

ix  

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Agustinus M. Samosir, M. Phil dan Drs. M. Husni Azkab, APU selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan nasehat serta, masukan kepada penulis selama penelitian sampai kepada penyususnan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen penguji dan Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M. Sc selaku wakil komisi pendidikan program S1, atas saran, nasehat, dan perbaikan yang diberikan.

3. Drs. Niken TM. Pratiwi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang membimbing penulis selama perkuliahan.

4. Keluarga tercinta; Ayahnda Adolf Nanggolan, Ibunda Lasma Ida Pangaribuan, dan adinda Rosiana Nainggolan yang tak pernah henti-hentinya memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

5. P2O-LIPI Jakarata : Pak Hutomo, Pak Tri Edi, Pak Sam, dan Pak Happy yang membantu penulis dengan memberikan nasehat dan saran masukan untuk penelitian saya.

6. Kepala BAPPEDA Bintan, Camat Gunung Kijang dan Kepala Desa Teluk Bakau yang telah memberikan izin penelitian lamun di Teluk Bakau. Bang Dul dan Bang Zahid selaku Fasilitator lapangan yang telah banyak membantu penelitian penulis. Keluarga besar H. Sitorus dan H. Manurung yang telah memberikan fasilitas tempat tinggal selama penelitian penulis berlangsung. Para Staf Tata usaha MSP atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Salomo Anderson Ricky Santo Sitorus Dwicko Patrick Sukma Saragih, Parulian Sinaga, R. H. Restama Gustar, dan Daniel Januar Prakasa Haraditha Siahaan. Yang telah memberikan dukungan dan masukan, bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. Serta Keluarga Besar MSP 42, 43, dan 44 atas dukungan dan kebersamaannya selama ini serta seluruh pihak yang membantu.

7. Civitas Cipayung, Khususnya GMKI yang telah memberikan dukungan Doa dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

 

 

Page 16: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

x  

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ..................................................................................... 1 1.2. Perumusan masalah ............................................................................. 2 1.3. Tujuan ................................................................................................. 5 1.4. Manfaat ............................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lamun ................................................................................................. 6 2.1.1. Karakteristik dan habitat ....................................................... 6 2.1.2. Pola distribusi ........................................................................ 7 2.1.3. Suksesi .................................................................................. 9 2.2. Habitat ................................................................................................. 10 2.2.1. Substrat .................................................................................. 10 2.2.1. Kedalaman dan kecerahan ..................................................... 11 2.2.2. Padatan tersuspensi total ....................................................... 12 2.2.3. Pasang lamun ........................................................................ 12 2.3. Konservasi Lamun .............................................................................. 12

III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 14 3.2. Alat dan Bahan .................................................................................... 15 3.3. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ................................................. 15 3.4. Analisis Data ...................................................................................... 18 3.4.1. Struktur komunitas lamun .................................................... 18 3.4.2. Distribusi spasial lamun ...................................................... 21 3.4.3. Zonasi lamun ........................................................................ 21 3.4.4. Zona konservasi ................................................................... 21 IV. TELUK BAKAU 4.1. Profil Wilayah .................................................................................... 22 4.1.1. Letak geografis ..................................................................... 22 4.1.2. Iklim ..................................................................................... 22 4.1.3. Topografi dan lereng ............................................................ 23 4.1.4. Morfologi dan bentuk lahan ................................................. 25 4.1.5. Jenis dan kondisi tanah ....................................................... 26 4.1.6. Hidrologi .............................................................................. 28 4.1.7. Kondisi hidrologi ................................................................. 28

Page 17: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

xi  

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Habitat ........................................................................... 30 5.2. Struktur Komunitas Lamun ................................................................ 34 5.2.1. Komposisi jenis lamun .......................................................... 34 5.2.2. Kerapatan jenis ...................................................................... 38 5.2.3. Persentase penutupan ............................................................ 39 5.2.4. Indeks nilai penting (INP) ..................................................... 40 5.2.5. Indeks keanekaragaman, keseragaman, dominansi ............... 41 5.3. Sebaran Spasial Lamun ....................................................................... 44 5.4. Ancaman Terhadap Padang Lamun Teluk Bakau ............................... 48 5.5. Rencana pengelolaan lamun Teluk Bakau .......................................... 51 VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan ......................................................................................... 55 6.2. Saran ................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 57

LAMPIRAN...... ................................................................................................. 60

Page 18: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

xii  

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Status padang lamun .................................................................................... 10

2. Ukuran besar butiran untuk tipe substrat menurut skala Wenworth

(Wenworth 1992 in Mckenzie dan Yoshida 2009) ...................................... 13

3. Alat dan Bahan ............................................................................................ 15

4. Komposisi, Jenis dan teknik pengambilan data ........................................... 16

5. Kelas kemiringan lereng .............................................................................. 23

6. Sebaran Kemiringan Lereng Per-desa .......................................................... 24

7. Deskripsi bentuk lahan timur P. Bintan ....................................................... 25

8. Distribusi bentuk lahan per desa .................................................................. 26

9. Deskripsi dan sebaran jenis tanah ................................................................ 27

10. Deskripsi dan Sebaran Jenis Tanah Per Desa .............................................. 27

11. Hasil pengamatan karakteristik perairan ...................................................... 32

12. Kerapatan jenis lamun ................................................................................. 39

13. Persentase penutupan lamun ........................................................................ 40

14. Indeks nilai penting lamun ........................................................................... 41

Page 19: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

xiii  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Diagram alir tahap penelitian ....................................................................... 4

2. Tumbuhan lamun ......................................................................................... 6

3. Lokasi Penelitian .......................................................................................... 14

4. Cara pengambilan titik sampel ..................................................................... 17

5. Peta umum P. Bintan .................................................................................... 24

6. Kondisi stasiun ............................................................................................. 31

7. Komposisi jenis lamun setiap stasiun berdasarkan kerapatan jenis

setiap stasiun ................................................................................................ 36

8. Nilai indeks keanekaragaman(H’), keseragaman(E), dan dominasi (D)

Lamun ....................................................................................................... 42

9. Peta Sebaran Spasial Lamun ........................................................................ 45

10. Peta Sebaran lamun (2008) .......................................................................... 47

11. Peta pemanfaatan Teluk Bakau saat ini ....................................................... 49

12. Peta Perencanaan kawasan yang diusulkan ................................................. 53

Page 20: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

xiv  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data sampling .............................................................................................. 61

2. Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks Dominansi ..... 68

3. Baku mutu air laut untuk biota laut .............................................................. 69

4. Persen penutupan standar menurut McKenzie (2003) ................................. 70

5. Identifikasi lamun ........................................................................................ 71

6. Metode analisis ............................................................................................ 73

7. Contoh Perhitungan ..................................................................................... 74

8. Perhitungan Marxan ..................................................................................... 75 

Page 21: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

 

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lamun atau secara internasional dikenal sebagai seagrass, merupakan

tumbuhan tingkat tinggi dan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya

menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut dangkal. Keberadaan bunga dan

buah ini adalah faktor utama yang membedakan lamun dengan jenis tumbuhan

laut lainnya, seperti rumput laut (seaweed). Hamparan lamun sebagai ekosistem

utama pada suatu kawasan pesisir disebut sebagai padang lamun (seagrass bed).

Padang lamun yang merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir

memiliki keanekaragaman-hayati yang kaya dan merupakan penyumbang nutrisi

yang sangat potensial bagi perairan disekitarnya mengingat produktivitasnya yang

tinggi. Pada ekosistem padang lamun, berasosiasi berbagai jenis biota laut yang

bernilai penting dengan tingkat keragaman yang sangat tinggi (pksplipb.or.id,

2009).

Berdasarkan fungsinya padang lamun memiliki fungsi ekologis dan fungsi

ekonomis yang sangat penting bagi manusia. Menurut Nybakken 1988 in

pksplipb 2009, fungsi ekologis padang lamun adalah: (1) sumber utama

produktivitas primer, (2) sumber makanan bagi organisme dalam bentuk detritus,

(3) penstabil dasar perairan dengan sistem perakarannya yang dapat menangkap

sediment (trapping sediment), (4) tempat berlindung bagi biota laut, (5) tempat

perkembangbiakan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground), serta

sumber makanan (feeding ground) bagi biota-biota perairan laut, (6) pelindung

pantai dengan cara meredam arus, (7) penghasil oksigen dan mereduksi CO2 di

dasar perairan. Sedang fungsi ekonomis dari lamun adalah sebagai daerah

tangkapan ikan, karena keberadaan lamun dapat meningkatkan produktivitas ikan.

Selain itu lamun juga dimanfaatkan sebagai bahan kerajianan dan obat.

Menurut Kuriandewa (2009) Indonesia mempunyai luas padang lamun

sekitar 30.000 Km2. Padang lamun yang begitu luas memungkinkan banyaknya

biota yang hidup berasosiasi dengan lamun seperti alga, moluska, krustasea,

enchinodermata, mamalia dan ikan. Padang lamun banyak di huni oleh ikan-ikan

Page 22: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

 

baik tinggal menetap, sementara maupun mengunjungi untuk mencari makan atau

melindungi diri dari pemangsa. Peranan lamun begitu besar namun sering kali

ekosistem ini kurang mendapat perhatian. Menurut Fortes (1994) in Warastri

(2009), kondisi ekosistem padang lamun di perairan Indonesia mengalami

kerusakan sekitar 30-40%.

Setidaknya ada 13 jenis lamun telah dilaporkan terdapat di perairan

Indonesia. Disamping itu, ada dua jenis lamun yakni Halophila beccarii dan

Ruppia maritima yang dipercaya terdapat di Indonesia, meskipun keberadaan

keduanya hanya di ketahui dari herbarium yang terletak di Bogor. H. beccarii

tanpa informasi yang jelas lokasi ditemukannya, sedangkan R. maritima ditemui

dikawasan mangrove sekitar Ancol (Jakarta) dan pasir putih (Jawa Timur).

Namun setelah itu tidak ditemukan lagi dilapangan oleh para peneliti sampai

beberapa dekade terkhir in. Lain halnya Thalassodendron ciliatum menunjukan

sebaran yang sangat khusus yakni hanya terdapat di Indonesia bagian timur, di

Maluku dan Nusa Tenggara. Thalassodendron ciliatum ditemukan juga di

Indonesia bagian barat yaitu perairan Kangean dan Kepulauan Riau. Dua jenis

lainya Halophila spinulosa dan Halophila dicipiens tercatat hanya terdapat

dibeberapa lokasi saja. Tahun 1989, ditemukan jenis baru, Halophila sulawesii,

diperairan Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Jenis ini mirip dengan

Halophila ovalis namun bersifat monoceious (berumah satu) dan ditemukan di

perairan dalam sekitar 10-30 m (Kuriandewa, 2009).

Meneurut penelitian sebelumnya ditemukan 10 jenis lamun berada di Teluk

Bakau. Hal ini merupakan jenis lamun yang ditemukan sangat tinggi

dibandingkan daerah lainnya. Namun keberadaanya terancam akibat lemahnya

pengelolaan. Ancaman tersebut dapat datang dari kegiatan pembangunan

pemukiman, pengembangan daearah wisata, penangkapan ikan dan pengerukan

pasir.

1.2 Perumusan Masalah

Dipesisir Pulau Jawa kondisi ekosistem padang lamun telah mengalami

ganguaan yang cukup serius, diperkirakan 60% padang lamun telah mengalami

kerusakan akibat pembuangan limbah dan pertumbuhan penduduk. Dipesisir

Page 23: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

 

Pulau Bali dan Pulau Lombok ganguan diduga bersumber dari penggunaan

potassium sianida dan telah berdampak pada penurunan nilai penutupan dan

kerapatan spesies padang lamun.

Kepulauan Riau merupakan daerah provinsi baru yang sedang berkembang

dalam berbagai sektor, baik sektor ekonomi maupun sosial. Salah satu

perkembangan dalam sektor ekonomi adanya reklamasi daerah pesisir.

Berdasarkan Gambar 1, hal ini memungkinkan akan menjadi salah satu faktor

penyebab kerusakan alam di perairan Kepulauan Riau. Menurut informasi yang

didapat kegiatan penambangan pasir laut telah berlangsung sejak tahun 1970,

yakni wilayah yang berbatasan langsung dengan Singapura. Kegiatan tersebut

telah mengeruk jutaan ton pasir setiap hari dan mengakibatkan kerusakan

ekosistem pesisir pantai yang cukup parah. Penambangan pasir laut juga

mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil karena dapat menenggelamkannya,

misalnya kasus Pulau Nipah. Tenggelamnya pulau-pulau kecil tersebut

menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, karena dengan perubahan pada

kondisi geografis pantai akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan

Singapura di kemudian hari (Yono, 2009)

Dampak negatif lain yang ditimbulkan oleh penambangan adalah

peningkatan kekeruhan yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi padatan

tersuspensi. Perubahan fisik dasar laut, seperti erosi, sedimentasi, dan pelumpuran

merupakan ancaman yang dihadapai komunitas lamun. Kekeruhan juga

mengangu proses fotosintesis dan pertumbuhan pada lamun karena menghalangi

cahaya matahari yang masuk kedalam perairan.Perubahan fisik tersebut

mengurangi wilayah dan kepadatan tutupan padang lamun.

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian untuk mengetahui status lamun saat

ini sebagai dampak kegiatan manusia dan aktivitas alam terhadap

keanekaragaman dan sebaran lamun secara rutin. Sehingga kelestarian dari

ekosistem ini dapat terjaga. Salah satu cara untuk melakukan pemantauan adalah

dengan melihat sebaran spasial lamun. Salah satu alternatif dalam mengetahui

sebaran spasial lamun adalah dengan menggunakan teknologi penginderaan jarak

jauh dapat di peroleh informasi secara rutin (time series data) dalam cakupan

Page 24: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

 

yang luas dan waktu yang cepat sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.

Untuk mendukung akurasi data perlu dilakukan pengecekan data dilapangan.

Gambar 1. Diagram alir tahap penelitian

Setelah data-data mengenai status lamun terkumpul baik data yang

diperoleh dari pengamatan dilapangan berupa data tata guna lahan yang diperoleh

dari penelitian dan data stastus lamun sebelumnya. Data tersebut akan

mengambarkan status padang lamun Teluk Bakau yang menggalami perubahan.

Setelah itu dibuat bentuk rencana pengelolaan lamun di Teluk Bakau.Kemudian

disusun bentuk pemanfaatan yang ideal di perairan Teluk Bakau.

SUMBERDAYA LAMUN 

KEGIATAN MANUSIA DAN AKTIVITAS ALAM

Habitat

1. Kondisi Substrat dasar 2. Pasang surut 3. TSS 4. Kecerahan dan kedalaman 5. Kecepatan aus 6. Nutrien (Ortofosfat,

Ammonia, nitrat)

Struktur Komunitas:

1. Komposisi jenis lamun 2. Kerapatan lamun 3. Penutupan lamun. 4. INP 5. Indeks keanekaragaman,

keseragaman dan domainansi

RENCANA PENGELOLAAN

LAMUN

1. TATA GUNA LAHAN 2. ANCAMAN LINGKUNGAN 

DISTRIBUSI SPASIAL LAMUN

Page 25: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

 

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi pola sebaran spasial lamun di Teluk Bakau.

Khususnya untuk mengetahui kondisi lingkungan terhadap struktur komunitas

lamun dan kegiatan yang memberikan dampak bagi lamun.

1.4. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

• Memberikan informasi mengenai karakteristik penyebaran lamun di

perairan Teluk Bakau, Kepulauan Riau.

• Memberikan informasi mengenai perubahan komunitas lamun melalui

penyebaran lamun.

• Memberikan informasi mengenai rencana pengelolaan ekosistem

lamun terhadap perubahannya.

Page 26: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

 

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lamun

2.1.1. Karakteristik lamun

Lamun atau seagrass merupakan tumbuhan berbunga yang sepenuhnya

menyesuaikan diri dengan hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini (Gambar 2)

terdiri dari rhizome (rimpang), daun, dan akar. Rhizome merupakan batang yang

terbenam dan merayam secara mendatar, serta berbuku-buku. Pada buku-buku

tersebut tumbuh batang pendek yang tegak keatas, berdaun dan berbunga, serta

tumbuh akar. Dengan rhizome dan akar inilah tumbuhan tersebut menampakan

diri dengan kokoh di dasar laut sehingga tahan terhadap hempasan ombak dan

arus. Lamun sebagian besar berumah dua, yaitu dalam satu tumbuhan hanya ada

satu bunga jantan saja atau satu bunga betina saja. Sistem pembiakan bersifat khas

karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air (hydrophilous pollination)

dan buahnya juga terbenam di dalam air (Azkab, 2006). Tumbuhan ini memiliki

beberapa sifat yang memungkinkan hidup di lingkungan laut, yaitu mampu hidup

di media air asin, mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam, mempunyai

sistem perakaran jangkar yang berkembang dengan baik, mempunyai kemampuan

untuk berkembang biak secara generatif dalam keadaan terbenam, dan dapat

berkompetisi dengan organisme lain dalam keadaan stabil ataupun tidak stabil

pada lingkungan laut (Azkab, 2006).

Gambar 2. Tumbuhan lamun (Azkab, 2006)

Page 27: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

 

Lamun tumbuh subur terutama di daerah pasang surut terbuka serta perairan

pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan dengan karang

mati dengan kedalaman 4 m. Dalam perairan yang sangat jernih, beberapa jenis

lamun bahkan di temukan tumbuh sampai kedalaman 8-15 m dan 40 m. Bila

dibandingkan dengan padang lamun yang tumbuh di sedimen karbonat yang

berasal dari patahan terumbu karang, maka padang lamun yang tumbuh di

sedimen yang berasal dari daratan lebih dipengaruhi oleh faktor run off daratan

yang berkaitan dengan kekeruhan, suplai nutrient pada musim hujan, serta

fluktuasi salinitas (Erftemeijer, 1993 in Dahuri, 2003).

Diseluruh dunia telah di identifikasi terdapat 60 jenis lamun, 13 diantaranya

di temukan di Indonesia. Dari 13 jenis lamun yang tumbuh di perairan Indonesia,

10 jenis di temukan di kawasan Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Kerapatan jenis

lamun di pengaruhi faktor tempat tumbuh dari lamun tersebut. Beberapa faktor

yang mempengaruhi kerapatan jenis lamun di antaranya adalah kedalaman,

kecerahan, dan tipe substrat. Lamun tumbuh pada daerah yang lebih dalam dan

jernih memilki kerapatan jenis lebih tinggi daripada lamun yang tumbuh di daerah

dangkal dan keruh. Lamun berada pada substrat lumpur dan pasir kerapatannya

akan lebih tinggi daripada lamun yang tumbuh pada substrat karang mati

(Kiswara, 2004).

2.1.2. Pola distribusi

Ekosistem lamun di Indonesia di jumpai pada daerah pasang surut (inner

intertidal ) dan dibawahnya (upper subtidal). Dilihat dari pola zonasi lamun

secara horizontal, ekosistem lamun terletak diantara dua ekosistem penting yaitu

ekosistem terumbu karang dan mangrove. Ekosistem lamun berhubungan erat dan

berinteraksi dengan mangrove dan terumbu karang serta sebagai mata rantai dan

penyangga (buffer) bagi kedua ekosistem tersebut. Interaksi ketiga kelompok ini

yaitu, interaksi fisik, nutrien dan zat organik melayang, ruaya hewan dan dampak

kegiatan manusia (Begen, 2001)

Zonasi sebaran lamun dari pantai kearah tubir secara umum

berkesinambungan, namun bisa terdapat perbedaan pada komposisi jenis maupun

luas penutupannya. Ekosistem lamun dapat berupa vegetasi tunggal berupa

Page 28: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

 

vegetasi tunggal yang tersusun atas satu jenis lamun dengan membentuk padang

lebat. Vegetasi campuran terdiri dua sampai 12 jenis lamun yang tumbuh

bersama-sama pada satu substrat. Spesies lamun yang biasanya tumbuh dengan

vegetasi tunggal adalah Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophilla

ovalis, Holodule uninervis, Cymodocea serrulata, dan Thalassodendron ciliatum

(Dahuri, 2003). Pada substart berlumpur di daerah mangrove kearah laut sering di

jumpai padang lamun dari spesies tunggal yang berasosiasi tinggi. Sementara

padang lamun vegetasi campuran terbentuk didaerah daerah yang berada didekat

pantai yang lebih rendah dan subtidal yang dangkal. Padang lamun tumbuh

dengan baik di daerah perlindungan serta substrat berpasir dan stabil (Hutomo et

al. 1988 in Dahuri 2003).

Untuk perairan tropis seperti Indonesia padang lamun lebih dominan

tumbuh dengan koloni yang terdiri dari beberapa jenis (mix species) pada suatu

kawasan tertentu. Berbeda dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang

kebanyakan di dominasi satu jenis lamun (single species). Penyebaran lamun

memang sangat bervariasi tergantung pada topografi pantai dan pola pasang surut

(Azkab, 2006).

Berdasarkan genangan air dan kedalaman, sebaran lamun secara vertikal

dapat dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu (Kiswara, 1997).

1. Jenis lamun yang tumbuh di daerah dangkal dan selalu terbuka saat air

surut yang mencapai kedalaman kurang dari 1 m saat surut terendah.

Contoh: Holodule pinifola, Holodule uninervis, Halophila minor,

Halophilla ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodoceae rodunata,

Cymodoceae serrulata, Syringodinium isotifolium dan Enhalus acoroides.

2. Jenis lamun yang tumbuh di daerah dengan kedalaman sedang atau daerah

pasang surut dengan kedalaman perairan berkisar 1-5 m. Contoh:

Holodule uninervis, Halophilla ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodoceae

rodunata, Cymodoceae serrulata, Syringodinium isotifolium, Enhalus

acoroides dan Thalassodendron ciliatum.

3. Jenis lamun yang tumbuh pada perairan dalam dengan kedalaman mulai

dari 5-35 m. Contoh: Halophila ovalis, Halophila decipiens, Halophila

Page 29: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

 

spinulosa, Thalassia hemprichii, Syringodinium isotifolium dan

Thalassodendron ciliatum.

Sedangkan berdasarkan keadaan pasang surut membagi lamun yang tumbuh

menjadi dua zona, yaitu zona intertidal dan daerah yang berada jauh pantai . Zona

intertidal dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi oleh Halophila ovalis,

Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia, Sedangkan Thalassodendron

ciliatum mendominasi zona daerah yang berada jauh pantai (Hutomo, 1997).

2.1.3. Suksesi

Suksesi adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada suatu komunitas

dalam jangka tertentu sehingga membentuk komunitas baru yang berbeda dengan

komunitas semula. Sukesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem yang

tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi akibat modifikasi

lingkungan fisik dalam komunitas dan ekosistem (Sam, 2008).

Komunitas klimaks terjadi pada akhir dari proses suksesi. Komunitas

klimaks adalah suatu komunitas akhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai

keseimbangan dengan lingkunganya. Komunitas klimaks ditandai dengan

terjadinya homeostasis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu

mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai

perubahan dalam sistem secara keseluruhan (Sam, 2009).

Menurut Sam (2009) berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi dapat

dibedakan menjadi dua suksesi, yaitu:

a. Suksesi primer terjadi apabila suatu komunitas mendapat ganguan baik

secara alami maupun adanya ganguan akibat campur tangan manusia yang

mengakibatkatkan hilangnya komunitas awal secara total kemudian

terbentuk komunitas baru.

b. Suksesi sekunder terjadi apabila suatu ganguan terhadap komunitas tidak

bersifat merusak total habitat komunitas tersebut sehingga masih terdapat

kehidupan atau substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder

dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir. Ganguan

yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari

peristiwa alami atau akibat kegiatan manusai.

Page 30: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

10 

 

2.2. Habitat

Ekosistem lamun merupakan ekosistem yang dinamis sehingga apabila

terjadi ganguan tersebut akan menurunkan keseimbangan ekologisnya. Gangguan

tersebut dapat berupa ganguan fisik, seperti badai dan pasang rendah yang

membuka dan mengeringkan ekosistem lamun sehingga dapat berubah struktur

komunitas dan luasan wilayah ekosistem lamun. Ganguan biologi yang

ditimbulkan aktivitas hewan pengali lubang (udang, kepeting, dan beberapa jenis

ikan) serta aktivitas hewan pemakan lamun (bintang laut, bulu babi, dan duyung).

Selain ganguan alam, kerusakan ekosistem lamun juga disebabkan oleh kegiatan

manusia terutama pulau-pulau yang dijadikan resort wisata, pemukiman dan

kegiatan penambangan pasir laut. Kondisi substrat dasar, kecerahan perairan, dan

adanya pencemaran sangat berperan dalam menentukan komposisi jenis,

kerapatan jenis dan biomasa lamun. Kondisi ekosistem lamun dapat diketahui

dengan melihat persentase penutupan lamun (Tabel 1).

Tabel 1. Status padang lamun

Kondisi Penutupan (%)

Kaya/sehat ≥ 60

Kurang Kaya/Kurang Sehat 30 - 59.9

Miskin ≤ 29.9 Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 200 tahun 2004

2.2.1. Substrat

Menurut Dahuri et.al. (2001), tumbuhan lamun mampu hidup pada berbagai

macam tipe substrat mulai dari lumpur hingga karang. Kebutuhan substrat yang

paling utama adalah kedalaman substrat yang cukup. Peranan kedalaman pada

substrat dalam stabilitas sedimen, yaitu sebagai pelindung tanaman dari arus laut

dan sebagai tempat pengolahan serta pemasok nutrien. Hampir semua tipe substrat

lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang

(Begen, 2001). Berdasarkan karakteristik dan tipe substratnya, padang lamun di

Indonesia dapat di kelompokan menjadi 6 kategori yaitu lumpur, lumpur pasiaran,

Page 31: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

11 

 

pasir, pasir lumpuran, puing karang, dan batu karang. Pengelompokan ini

berdasarkan ukuran partikel dari substrat tersebut (Dahuri, 2003).

Berdasarkan ukuran dan besar butiran tipe substat dapat diklasifikasi seperti

yang ditunjukan tabel 2.

Tabel 2. Ukuran besar butiran untuk tipe substrat menurut skala Wenworth (Wenworth 1992 in Mckenzie dan Yoshida 2009)

Nama Substrat Ukuran

(mm)

Batu (stone)

Bongkah (boulder) > 256 Krakal (coble) 64 – 256 Kerikil (peble) 4 - 64 Butiran (granule) 2 – 4 Pasir sangat kasar (v. coarse sand) 1 – 2

Pasir (Sand)

Pasir kasar (coarse sand) 1/2 – 1 Pasir sedang (medium sand) 1/4 - ½

Pasir halus (fine sand) 1/8 - ¼

Pasir sangat halus (v.fine sand) 1/16 - 1/8

Lumpur kasar (coarse silt) 1/32 - 1/16

Lumpur sedang (medium silt) 1/64 - 1/32

Lumpur (Silt)

Lumpur halus (silt) 1/128 - 1/64

Lumpur sangat halus (v. fine silt) 1/256 - 1/128

Lempung kasar (coarse clay) 1/640 - 1/256

Lempung sedang (medium clay) 1/1024 - 1/640

Lempung (Clay)

Lempung halus (fine clay) 1/2360 - 1/1024

Lempung sangat halus(v. fine clay) 1/4096 - 1/2360

2.2.2. Kedalaman dan kecerahaan

Kecerahan perairan menunjukan kemampuan cahaya untuk menembus

lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami, kecerahan sangat

penting karena erat dengan proses fotosintesis. Semakin tinggi nilai kecerahan

maka akan tinggi pula tingkat penetrasi cahaya ke kolom perairan. Penetrasi

cahaya matahari atau kecerahan sangat penting bagi tumbuhan lamun. Hal ini

terlihat dari sebaran lamun yang terbatas pada daerah yang masih menerima

cahaya matahari (Supriharyono, 2009). Daya jangkau atau kemampuan tumbuh

tumbuhan lamun untuk sampai kedalaman tertentu sangat dipengaruhi oleh

Page 32: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

12 

 

saturasi cahaya setiap individu lamun. Distribusi kedalaman tergantung dari

hubungan beberapa faktor yaitu, gelombang, arus substrat, turbiditas dan penetrasi

cahaya (BTNKpS, 2008 in Dwintasari, 2009).

2.2.3. Padatan tersuspensi total

Padatan tersuspensi total atau TSS adalah bahan-bahan tersuspensi

(diameter >1 µm) yang tertahan di kertas miliopore dengan diameter pori 0,45

µm. TSS terdiri dari lumpur dari pasir halus serta jasad-jasad renik yang terutama

disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa badan air (Effendi, 2003).

Pada perairan yang tingkat erosi dan sedimentasi tinggi, sedimen (padatan

tersuspensi) akan mengahalangi cahaya matahari sehingga mempengaruhi

pertumbuhan lamun, dan dalam jangka waktu lama kerapatan tanaman lamun

akan menurun (BTNKsP, 2008 in Dwintasari, 2009.

2.2.4. Pasang surut

Lamun tumbuh subur terutama di daerah pasang surut terbuka serta perairan

pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan dengan karang

mati dengan kedalaman 4 m. Pengaruh pasang surut serta struktur substrat

mempengaruhi zona sebagian jenis lamun dan bentuk pertumbuhannya. Lamun

hidup di perairan yang dangkal dan jernih pada kedalaman berkisar antara 2-12

meter dengan sirkulasi air yang baik.

2.3. Konservasi Lamun

Perencanaan konservasi membutuhkan pengambilan keputusan tentang

konfigurasi, lokasi dan pengelolaan kawasan. Tujuannya adalah untuk mencapai

representasi keanekaragaman hayati untuk biaya sekecil mungkin.  Efektivitas

perencanaan konservasi sistematis ditentukan oleh; efisiensi dalam menggunakan

sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan konservasi, ketahanan dan

fleksibilitas dalam menghadapi penggunaan lahan, dan akuntabilitas dalam

memungkinkan keputusan untuk ditinjau secara kritis. Penentuan rencana

konservasi ditentukan 3 prinsip yaitu kelengkapan, kecukupan, dan keterwakilan

(Anonim, 2010).

Page 33: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

13 

 

Kelengkapan dimaksudkan adalah dalam penentuan zona konsevasi tersebut

dalam kondisi baik dan memilki keanekaragaman yang khas. Selain itu yang

menjadi pertimbangan adalah komposisi keanekaragaman hayati, struktur dan

fungsinya dalam ekosistem. Sedangkan, kecukupan adalah penenentuan zona

konservasi tidak hanya mementingkan keanekaragaman yang tinggi. Maksudnya

adalah apabila zona tersebut memiliki keanekaragaman yang tinggi dan tersebar

luas, maka akan sulit melakukan konservasi karena tidak efisien dan memakan

dana yang besar (Anonim, 2010).

Oleh karena itu, penentuan zona konservasi adalah harus mewakili area

yang luas tersebut. Sehingga konservasi akan semakin mudah dilakukan karena

biaya yang dikleuarkan tidak besar dan sangat efisien.

Page 34: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

14 

 

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Teluk Bakau, Pulau Bintan, Kepulauan Riau.

Kawasan lokasi tersebut merupakan salah satu daerah perlindungan Lamun di

Laut Cina selatan. Lokasi pengamatan (Gambar 3) terletak pada 10 00' LU - 10 05'

LU hingga 1040 35' BT - 1040 40' BT. Pengambilan contoh dilakukan sekali pada

lokasi penelitian.berdasarkan perbedaaan spasial.

Gambar 3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu : Tahap pertama

pengumpulan data dan informasi mengenai objek penelitian, berupa studi pustaka.

Tahapan kedua adalah tahapan penanganan dan identifikasi sampel pada bulan

Agustus 2010, dan tahapan ketiga, pengolahan data berdasarkan metode analisa

yang telah ditetapkan.

Page 35: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

15 

 

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penggumpulan data primer pada penelitian ini

tercantum dalam Tabel 3, antara lain: GPS (Geographic Position System), Kertas

waterproof, rollmeter, transek kuadrat berskala 50 x 50 cm, kamera digital, dan

alat dasar selam. Selanjut alat yang digunakan dalam pengukuran parameter fisika

adalah tongkat beskala, plastik, dan sekop. Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah peta lokasi penelitian kawasan pulau Bintan dan buku

indentifikasi lamun.

Tabel 3. Alat dan Bahan

No. Parameter Alat Metode

1 Posisi stasiun GPS (Global Position System) dan peta lokasi Pengamatan lansung

2 Kerapatan dan penutupan lamun

Kertas waterproof, rollmeter, transek kuadrat (50 x 50 c m), alat dasar selam dan buku identifikasi

Pengamatan langsung

3 Kedalaman Tongkat berskala Pengamatan Langsung

4 pasang surut Tongkat Berskala Pengamatan lansung

5 TSS

Botol sampel, kertas saring, labu erlenmeyer, gelas ukur, pingset, oven, desikator, timbangan digital, vacuum pump, akuades

Pengamatan di Laboratorium

6 Substrat Plastik, sekop Pengamatan langsung

3.3. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang

meliputi data lamun (jenis, persentase penutupan dan kerapatan lamun),

sedangkan data sekunder meliputi keadaan umum lokasi penelitian (Tabel 4)

Page 36: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

16 

 

Tabel 4. Komposisi, Jenis dan teknik pengambilan data

No. Komponen Data Jenis Data Sumber

Data

Teknik Pengambilan

Data Primer Sekunder

1 Keadaan Umum Lokasi Geografi √ Laporan Studi Pustaka

2 Lamun

Jenis Lamun √ √ Laporan, lapangan

Studi Pustaka, Observasi

Persentase penutupan Lamun √ √

Laporan, lapangan

Studi Pustaka, Observasi

Kerapatan Jenis lamun √ √ Laporan, lapangan

Studi Pustaka, Observasi

Frekuensi lamun √ √ Laporan, lapangan

Studi Pustaka, Observasi

3 Parameter Lingkungan

Kedalaman √ √ Laporan, lapangan

Studi Pustaka, Observasi

Pasang Surut √ √ Laporan, lapangan

Studi Pustaka, Observasi

TSS √ √ Laporan, lapangan

Studi Pustaka, Observasi

Substrat √ √ Laporan, lapangan

Studi Pustaka, Observasi

Pengumpulan data primer maupun data sekunder diperoleh dengan

menggunakan metode observasi berbeda. Metode observasi yang digunakan

adalah sebagai berikut:

1. Observasi langsung

Cara pengumpulan data menggunakan metode ini adalah dengan mengamati

dan melakukan pengukuran langsung kondisi ekosistem lamun. Metode ini

digunakan menggunakan metode gabungan antara “Line Intersecpt Transect” dan

metode “Stop and Go” yang biasa digunakan untuk mengamati Terumbu Karang.

Adapun Langkah-langkah pengukuran struktur komunitas lamun adalah sebagai

berikut.

a. Metode yang digunakan yaitu transek atau petak contoh (Transect plot).

Metode transek atau petak contoh (transect plot) adalah metode pencuplikan

contoh populasi suatu komunitas dengan mendekati petak contoh yang berada

pada garis yang di tarik melewati wilayah ekosistem tersebut (Gambar 4)

Page 37: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

17 

 

b. Disetiap stasiun pengamatan diletakan transek-transek garis dari arah darat

kearah laut (tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi padang lamun) di daerah

intertidal sampai mendekati tubir laut sehingga membentuk garis horizontal,

ulang sampai 3 kali. Daerah pinggir dan tengah juga diamati sehingga

membentuk garis vertikal yang berhubungan seperti “zig-zag” Transek hanya

diletakkan pada zona padang lamun yang mengalami perubahan di jalur

pengamatan (misalnya: zona padang lamun yang hanya terdapat satu jenis,

campuran dan daerah yang kosong) sampai batas tubir. Amati daerah tengah

dan ntertidal setiap line yang dilalui

c. Pada transek kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm, dibuat kotak-kotak sebesar 10

cm x 10 cm sehingga transek berjumlah 25 kotak, hal ini agar mempermudah

mengidentifiasi lamun. Pengambilan contoh jenis lamun akan dihitung secara

acak dan dihitung jumlah individu setiap jenis.

Gambar 4. Cara pengambilan titik sampel

Untuk lebih jelas perhatikan Gambar 4, observasi dapat dilakukan langsung

pada transek kuadrat yang telah diletakan pada stasiun yang diplotkan

menggunakan GPS, sehingga dapat dihitung persentase penutupan lamun, jenis

lamun, jenis dan jenis substrat, persentase kecerahan, kedalaman, dan kecepatan

arus.

STASIUN 

300 m 

100 m

Titik pengamatan 

Page 38: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

18 

 

2. Analisis laboratorium

Analisi TSS dan nutrien dilaksanakan di laboratorium Produktivitas

Lingkungan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB.

3.4. Analisis Data

3.4.1. Struktur komunitas lamun

a. Kerapatan jenis (Di) adalah jumlah individu (tegakan) persatuan luas.

Kerapatan masing-masing Jenis pada setiap stasiun dihitung dengan

menggunakan rumus (Brower et.al. 1988)

Keterangan : Di = Jumlah Individu (tegakan) ke-i per satuan luas

Ni = Jumlah Individu (tegakan) ke-I dalam transek kuadrat

A = Luas transek kuadrat

b. Kerapatan Relatif (RDi) adalah perbandingan antara jumlah individu spesies

dan jumlah total individu seluruh spesies:

Keterangan : RDi = Jumlah Individu (tegakan) ke-i per satuan luas

Ni = Jumlah Individu(tegakan) ke-I dalam transek kuadrat

= Luas transek kuadrat

c. Frekuensi jenis adalah peluang ditemukan suatu jenis dalam titik contoh yang

diamati. Frekunsi jenis dihitung dengan rumus:

Keterangan : Fi = Frekuensi Jenis Ke-i

Pi = Jumlah petak contoh dimana ditemukan jenis i

= Jumlah total petak contoh yang diamati

Page 39: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

19 

 

d. Frekuensi relatif (RFi) adalah perbandingan antara frekuensi spesies-I (Fi) dan

jumlah frekuensi seluruh spesies

Keterangan : RFi = Frekuensi relatif

Fi = Frekuensi jenis ke-i

= Jumlah frekuensi seluruh spesies

e. Pengamatan persen peneutupan menggunakan metode visual (lampiran 4),

yang memiliki standar penutupan lamun. metode tersebut diterapkan oleh Mc.

Kenzie, dkk (2003)

f. Penutupan relatif (RCi) adalah perbandingan antara penutupan individu spesies

ke-i dengan jumlah total penutupan seluruh jenis.

Keterangan : RCi = Penutupan relatif

Ci = Luas area yang tertutupi jenis ke-i

= Penutupan seluruh spesies

g. Indeks nilai penting lamun (INP) digunakan untuk menghitung dan menduga

secara keseuruhan dari peranan satu spesies didalam suatu komunitas. Indeks

nilai penting (INP) berkisar antara 0-3 dimana INP memberikan gambaran

mengenai pegaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan suatu daerah. Semakin

tinggi nilai INP suatu spesies relatif terhadap terhadap jenis lainnya, maka

semakin tinggi peranan spesies tersebut pada komunitas lainya. Rumus yang

digunakan dalam menghitung INP adalah (Brower et.al. 1988).

Keterangan : INP = Indeks nilai penting

RFi = Frekuensi relatif

RDi = Kerapatan relatif

RCi = Penutupan relatif

i. Analisis indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominasi

Page 40: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

20 

 

1. Indeks kenaekaragaman Shannon-Wiener

Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengukur kelimpahan

komunitas berdasarkan jumlah jenis spesies dan jumlah individu dari

setiap spesies pada suatu lokasi. Semakin banyak jumlah spesies, maka

semakin beragam komunitasnya. Rumus Indeks keanekaragaman Shannon

sebagai berikut Shannon-Wiener (Krebs, C.J., 1972) yaitu:

atau  

Keterangan : H' = lndeks Keanekaragaman Pi =Proporsi jumlah individu spesies ke-i terhadap

jumlahindividu total (ni/N) N = Jumlah total individu semua spesies S = Jumlah taksa spesies  

2. Indeks keseragaman

Untuk mengetahui seberapa besar kesemaan penyebaran jumlah individu setiap jenis digunakan indeks keseragaman, yaitu dengan cara membandingkan indeks keanekaragaman dengan nilai maksimumnya. Semakin seragam penyebaran individu antaraspesies maka keseimbangan ekosistem akan smakin meningkat. Indeks keseragaman ditentukan berdasarkan rumus berikut (Brower, J.E. and J.H. Zar, 1998). 

Keterangan : E = Indeks Keseragaman Shannon H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener H’max = Indeks Keseragaman maksimum S = Jumlah jenis

3. Indeks dominan Simpson

Untuk mengambarkan jenis yang paling banyak ditentuakn dapat diketahui

dengan menghitung nilai dominasinya. Dominansi dinyatakan dalam

indeks dominansi Simpson (Brower, J.E. and J.H. Zar, 1998).

 

Page 41: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

21 

 

Keterangan : D = Indeks dominasi Simpson ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu seluruh jenis

3.4.2. Distribusi spasial lamun

Zonasi sebaran lamun dari pantai kearah tubir secara umum

berkesinambungan, namun bisa terdapat perbedaan pada komposisi jenis maupun

luas penutupannya. Ekosistem lamun dapat berupa vegetasi tunggal berupa

vegetasi tunggal yang tersusun atas satu jenis lamun dengan membentuk padang

lebat. Untuk melihat hal tersebut dengan memplotkan titik pengamatan dan jenis

lamun yang ditemukan kedalam peta. Hal ini dilakukan dengan bantuan perangkat

lunak arcview 3.3.

3.4.3. Zonasi lamun

Pembagian zonasi lamun berdasarkan daerah yang digunakan sebagai

dareah pemanfaatan pesisir serta kesamaannya baik jenis lamun yang dapat

ditemui, jenis pemanfaatan maupun jenis substrat yang dapat ditemui. Penyusunan

zonasi lamun dapat menggunakan perangkat lunak arcview 3.3. perangkat lunak

ini digunakan untuk melihat informasi umum lamun berdasarakan keadaan lamun

dengan pemanafaatan lamun. Hal ini akan menjadi dasar perencanaan mitigasi dan

adaptasi lamun di daerah tertentu.

3.4.4. Zona konservasi

Penyusunan daerah konservasi disusun berdasarkan konsep Marxan.

Dimana dalam konsep tersebebut memilki tujuan meminimalkan biaya dikenakan

mencapai target yang ditetapkan (Marxan, 2010).

Biaya yang dikeluarkan untuk penentuan awal

+

Biaya konservasi total = Panjang batas zona konservasi

+

Denda yang dikeluarkan apabila syarat konservasi tidak terpenuhi

Page 42: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

22 

 

IV. TELUK BAKAU

4.1. Profil Wilayah

4.1.1. Letak geografis

Teluk Bakau merupakan desa yang terletak Pulau Bintan, Kepulauan Riau

dan memiliki potensi sumberdaya alam yang kaya, diantaranya pertambangan

(bauksit), minyak dan gas serta pariwisata. Daerah Teluk Bakau mempunyai luas

area 112.12 km2 yang terletak 10 meter diatas permukaan laut dan berbatasan

langsung :

Sebelah Utara : Desa Malang Rapat

Sebelah Selatan : Kelurahan Kawal

Sebelah Barat : Desa Toa Paya Utara

Sebelah Timur : Laut Cina Selatan

4.1.2. Iklim

Secara umum Pulau Bintan termasuk daerah yang beriklim tropis basah;

curah hujan rata-rata ± 2.214 mm/tahun,berkisar antara 2.000-2.500 mm/th,

dengan hari hujan ±110 hari. Curah hujan tertinggi pada bulan Desember (347

mm), terendah pada bulan Agustus (101 mm). Suhu rata-rata bulanan selama lima

tahun (1996-2000) antara 22,5oC-26,2oC , suhu terendah rata-rata 23,9oC dan

tertinggi rata-rata 31,8o. Cuaca di daratan Pulau Bintan cukup terik dan panas

pada siang hari, namun di wilayah pantai cuaca cukup nyaman karena mendapat

pengaruh dari angin laut yang dapat menyeimbangkan cuaca terik tersebut.

Kelembaban udara berkisar antara 83%-89% (Kuriandewa, 2010).

Angin dalam setahun mengalami perubahan empat kali: Desember-Februari

bertiup angin utara: bulan Maret-Mei bertiup angin timur, bulan Juni-Agustus

bertiup angin selatan dan bulan September-November bertiup angin barat. Angin

dari arah utara dan selatan sangat berpengaruh terhadap terjadinya gelombang

laut. Gelombang laut pada bulan Desember-Februari dan bulan Juni-Agustus

umumnya cukup besar. Gelombang di perairan pesisir Pulau Bintan sebelah utara

pada musim angin utara atau selatan, dapat mencapai ketinggian 2 meter.

Kecepatan angin terbesar adalah 9 knot pada bulan Desember-Januari, sedangkan

kecepatan angin terendah pada bulan Maret-Mei.

Page 43: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

23 

 

4.1.3. Topografi dan lereng

Menurut Kuriwandewa (2009) Daratan P. Bintan memiliki topografi lereng

yang beragam. Ketinggian wilayah berkisar antara 0-50 m di atas permukaan laut.

Data lereng yang diperoleh melalui proses pemodelan digital menghasilkan

informasi bahwa bentuk topografi wilayah ini sebagian besar merupakan lahan

berombak hingga bergelombang (53,37%). Lahan dengan topografi datar banyak

terdapat di Desa Berakit dan Gunung Kijang.

Daratan P. Bintan dapat dibedakan menjadi empat kelas kemiringan lereng:

(1) Wilayah datar-landai (0-5%) sebagian besar dijumpai di bagian utara dan

selatan daerah, terutama di sekitar sempadan sungai, hutan bakau dan

sepanjang tepi pantai.

(2) Wilayah datar berombak (5-8%), menyebar di bagian tengah dan selatan,

terutama di Desa Teluk Bakau, Desa Malang Rapat dan sebagian Desa

Berakit.

(3) Wilayah bergelombang (8-15%), yang merupakan daerah perbukitan dapat

dijumpai di bagian tengah.

(4) Wilayah berbukit (15-30%), penyebarannya terutama di bagian tengah Desa

Teluk Bakau dan Desa Malang Rapat.

Sebaran kelas kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6

yang menyajikan sebaran dan persentase luas dari masing-masing kelas

kemiringan lereng.

Tabel 5. Kelas kemiringan lereng

Lereng Deskripsi Lereng Total Luas (ha) %

0-5 % Datar - landai 6.182,46 44,47

5-8 % Berombak 5.195,53 37,37

8-15 % Bergelombang 2.225,91 16,00

15-30 % Berbukit 299,85 2,16

Total Luas Desa 13.903,75 100

Page 44: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

24 

 

Tabel 6. Sebaran Kemiringan Lereng Per-desa

Kelas Lereng Berakit Malang Rapat Teluk Bakau Gunung Kijang

Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) %

0-5 % 1.970,34 72,43 1.732,94 31,81 1.393,93 31,64 1.085,25 81,57

5-8 % 649,63 23,88 2.555,70 46,91 1.785,78 40,54 204,42 15,37

8-15 % 85,51 3,15 1.044,71 19,18 1.066,08 24,20 29,61 2,22

15-30 % 14,71 0,54 114,87 2,10 159,15 3,62 11,12 0,84

Total Luas 2.720,19 100 5.448,22 100 4.404,94 100 1.330,40 100

Sumber: Hasil Analisis Data

ke Lagoi

ke Tanjung Pinang

Sumber : 1. Citra ASTER, perekaman 25 Maret 20052. Citra Landsat , perekaman 28 April 20003. Citra SRTM, (resolusi 100m) NASA, perekaman 20034. Peta Jantop TNI-AD, skala 1:50.0005. Peta Rupa Bumi Indonesia, lb. 1016 & 1017, skala 1:250.000, BAKOSURTANAL 19866. Peta Geologi, lb. Tanjung Pinang, Skala 1:250.0007. Peta Sistem Lahan, lb. 1016/Tanjung Pinang dan 1017/Tanjung Uban, skala 1:250.000. BAKOSURTANAL - Dep. Pertanian, 19888. Peta Lereng, Revisi RTRW Kabupaten Bintan, 20049. Rencana Induk Ibukota Kec. Gn. Kijang, 2004

Sei Kawal

S. Karubi

Karubi

Bopeng

Mengkuros

Kuros

Sungai Angus

Kp. P. Pucung

S. Tl. D

alam

S. Kampa

Kampa

Sialang

Malangrapat

Telukdalam

Teluk Merbau

Bukit Balau

Teluk Asah

Berakit

P. Wangkang

P. Penyusu

P. Balau

P. Payung

P. Beralas Bakau

P. Beralas Pasir

Petunjuk Lokasi

KECAMATAN GUNUNG KIJANG

KECAMATAN GUNUNG KIJANG

KECAMATAN TELUK SEBONG

DESA BERAKIT

DESA MALANG RAPAT

DESA TELUK BAKAU

DESA GUNUNG KIJANG

N

EW

S

2 0 2 4 6 Km

Skala 1 : 125.000

Proyeksi : Universal Transverse Mercator (UTM)Zone UTM : 48 N

Sistem Grid : Grid UTMDatum : WGS-84

Program Studi Ilmu LingkunganP r o g r a m P a s c a s a r j a n a

U N I V E R S I T A S I N D O N E S I A

PETA KELAS LERENGPESISIR TIMUR PULAU BINTAN

Kecamatan Gunung Kijang dan Teluk SebongKABUPATEN BINTAN

120000118000

116000114000

112000110000

108000 mU

1180

0011

6000

1140

0011

2000

mU

1100

0010

8000

mU

464000 mT462000460000458000456000 mT

454000 mT

450000 mT

138000 mU

136000134000

1380

00 m

U13

6000

1340

0013

2000

1300

0012

8000

1260

00

Sungai

Jalan Utama

Jalan Pkb. Sawit

Jalan Tanah

Batas Kecamatan

Batas Desa

Batas Penelitian

Garis Pantai

LEGENDA#

Kampung

1240

0012

2000

1200

00

448000 mT 450000 452000 454000 456000 mT

S. Kawa l

0-5%

5-8%

8-15%

15-30% Berbukit

Bergelombang

Berombak

Datar - landai

299,85

2.225,91

5.195,53

6.182,46 44,47%

37,37%

16,00%

2,16%

%LuasKelas Kemiringan Lereng

100%13.903,75Luas Total

Distribusi Kelas Lereng

0-5%

5-8%

8-15%

15-30% 14,71

85,51

649,63

1.970,34 72,43%

23,88%

3,15%

0,54%

%LuasKelas Lereng

100%2.720,19Luas Total 5.448,22 100%

Luas %

2,10%

19,18%

46,91%

31,81%1.732,94

2.555,70

1.044,71

114,87 159,15

1.066,08

1.785,78

1.393,93 31,64%

40,54%

24,20%

3,62%

%Luas

100%4.404,94 1.330,40 100%

Luas %

0,84%

2,22%

15,37%

81,57%1.085,25

204,42

29,61

11,12

Gunung KijangTeluk BakauMalang RapatBerakit

Distribusi Kelas Lereng Per Desa

S. Angus

PETA 4

47

Gambar 5. Peta Umum P.Bintan

Page 45: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

25 

 

Jika memperhatikan fisiografi dan bentuk permukaan yang dapat diamati

melalui kenampakan topografi pada Gambar/Peta 5, wilayah ini merupakan

daerah yang mengalami pengikisan intensif dan merupakan daerah yang memiliki

kerawanan gerak massa. Permukaan lahan seperti ini seharusnya selalu tertutup

oleh vegetasi untuk mengurangi risiko pengikisan atau terjadinya gerak massa.

Walaupun gerak massa yang terjadi hanya bersifat lokal dikarenakan wilayah

dengan lereng-lereng terjal hanya berada pada luasan terbatas, namun kondisi ini

dapat saja membahayakan masyarakat pada umumnya.

4.1.4. Morfologi bentuk lahan

Bentuk lahan yang dapat dijumpai di wilayah ini meliputi 7 (tujuh) macam

yang di bedakan menurut genesanya. Macam dari bentuk lahan yang dapat

dijumpai di seluruh wilayah idisajikan pada Tabel 7. Sedangkan distribusi bentuk

lahan per desa disajikan pada Tabel 8. Penyajian data distribusi sebaran bentuk

lahan pada masing-masing desa bertujuan untuk menunjukkan kondisi dan

potensi fisik lahan masing-masing desa secara rinci (Kuriandewa, 2010).

Tabel 7. Deskripsi bentuk lahan pesisir timur P. Bintan

Bentuk lahan Deskripsi Total Luas

(ha) %

Rataan pasang surut (M5) Pantai dengan endapan pasir yang

terpengaruh pasang surut 65,35 0,47

Dataran alluvial (F1) Dasar-dasar lembah kecil diantara bukit-

bukit 1.306,68 9,40

Dataran alluvial pantai (M6) Gunung-gunung dari endapan pasir pantai 1.774,64 12,76

Dataran nyaris (D5) Dataran-dataran sediment campuran yang

berombak – bergelombang 3.515,45 25,28

Perbukitan terkikis (D1) Dataran-dataran batuan berapi asam yang

berombak sampai berbukit 6.737,77 48,46

Rawa (F4) Dataran campur antar pasut di bawah

bakau 465,52 3,35

Bukit sisa (D3) Bukit sisa, berupa batuan api masam yang

membentuk pulau 38,34 0,28

Sumber: Hasil Analisis Data

Page 46: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

26 

 

Tabel 7 menunjukkan bahwa bentuk lahan yang paling dominan ditemui di

daerah penelitian adalah perbukitan terkisis (48,46%) dan dataran nyaris

(25,28%). Kedua bentuk lahan ini merupakan bentuk lahan yang terjadi karena

proses denudasional atau pelapukan. Pelapukan yang terjadi merupakan pelapukan

tingkat lanjut sehingga bentuk permukaan yang ada umumnya berupa bukit-bukit

kecil. Sesuai batuan dasarnya yaitu granit maka lahan dengan proses denudasional

tingkat lanjut ini memiliki beberapa ciri berkaitan dengan kondisi tanahnya, yaitu

memiliki ukuran butir sedang hingga halus dengan tingkat kesuburan sedang

hingga rendah, tergantung pada bentuk tutupan lahan yang ada di atasnya.

Bentuk lahan yang terbentuk melalui proses denudasional umumnya

memerlukan pengelolaan yang tepat dari segi pemanfaatan dan perlakuan.

Pengelolaan yang tidak tepat dapat mengakibatkan terjadinya bencana atau

kerusakan lingkungan seperti longsor atau terbentuknya lahan kritis. Gambaran

distribusi sebaran bentuk lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 8

(Kuriandewa, 2010).

Tabel 8. Distribusi bentuk lahan per desa

Bentuk lahan

Berakit Malang Rapat Teluk Bakau Gunung Kijang

Luas

(ha) %

Luas

(ha) %

Luas

(ha) %

Luas

(ha) %

Rataan pasang surut (M5) 10,82 0,40 33,07 0,61 10,34 0,23 11,12 0,84

Dataran alluvial (F1) 207,13 7,61 582,18 10,69 287,17 6,53 230,20 17,30

Dataran alluvial pantai

(M6) 789,62 29,03 576,96 10,59 227,47 5,16 180,59 13,57

Dataran nyaris (D5) 501,03 18,41 837,64 15,37 1.406,11 31,92 770,67 57,93

Perbukitan terkikis D1) 767,40 28,22 3.418,37 62,74 2.436,91 55,32 115,09 8,65

Rawa (F4) 442,79 16,27 - - - - 22,73 1,71

Bukit sisa (D3) 1,40 0,06 - - 36,94 0,84 - -

Total Luas 2.720,19 100 5.448,22 100 4.404,94 100 1.330,40 100

Sumber: Hasil analisis data

4.1.5. Jenis dan kondisi tanah

Sebaran jenis tanah diuraikan menurut komposisi tanah berdasarkan Peta

Sistem Lahan (Bakosurtanal, 1983) dan Peta Tanah (Puslitan, 1999) in

Kuriwandewa (2010) yang didetilkan melalui interpretasi citra satelit. Jenis tanah

Page 47: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

27 

 

didominasi oleh jenis tanah podsolik, aluvial, litosol, dan sebagian kecil jenis

tanah andosol. Jenis-jenis tanah tersebut menurut sistem USDA dibedakan

menjadi beberapa satuan tanah, yaitu: tropudults, paleudults, tropaquepts,

tropofluvents, eutropepts, troposaments, tropoquents, hydraquents, sulfaquents

dan dystropepts.

Sebaran jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10 yang

menyajikan sebaran dan persentase luas dari masing-masing jenis tanah yang

berhasil diidentifikasi di daerah ini.

Tabel 9. Deskripsi dan sebaran jenis tanah

Jenis Tanah Sistem

Satuan Deskripsi Luas (ha) %

Tropudults, Paleudults SKA Tekstur

agak halus - halus 9.779,91 70,34

Tropaquepts, Tropofluvents,

Eutropepts BKN

Tekstur

agak halus - halus 825,34 5,94

Troposamments, Tropoquents PTG Tekstur

agak kasar - halus 582,98 4,19

Hydraquents, Sulfaquents KJP Tekstur halus 444,20 3,19

Tropudults, Dystropepts,

Tropaquepts LWW

Tekstur

agak halus - halus 2.271,32 16,34

Total Luas (ha) 13.903,75 100

Sumber: Hasil Analisis Data

Tabel 10. Deskripsi dan sebaran jenis tanah per desa

Sistem Satuan

Tanah

Berakit Malang Rapat Teluk Bakau Gunung Kijang

Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) %

SKA 2.178,08 80,07 4.729,71 86,81 2.336,79 53,05 535,33 40,24

BKN - - 151,65 2,78 420,76 9,55 252,93 19,01

PTG 97,91 3,62 311,92 5,73 128,56 2,92 44,59 3,35

KJP 444,20 16,31 - - - - - -

LWW - - 254,94 4,68 1.518,83 34,48 497,55 37,40

Total Luas (ha) 2.720,19 100 5.448,22 100 4.404,94 100 1.330,40 100

Sumber: Hasil Analisis Data

Page 48: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

28 

 

Jenis-jenis tanah yang banyak dijumpai di daerah ini adalah jenis tropudults,

paleudults, dystropepts dan tropaquepts (86,68%), pada satuan sistem lahan

Sukaraja (SKA) dan Lawangguang (LWW). Jenis-jenis tanah ini umumnya

memiliki ciri kesuburan yang sedang-rendah karena susunan material dasarnya

yang memang miskin hara. Sebaran jenis-jenis tanah di daerah ini, ternyata

memiliki hubungan sangat erat dengan informasi satuan bentuk lahan dan geologi

yang telah diidentifikasi sebelumnya. Hubungan antara bentuk lahan, geologi dan

jenis tanah ini merupakan hubungan positif yang saling menguatkan sehingga

makin memperjelas gambaran tentang kondisi lahan di daerah pesisir timur P.

Bintan.

4.1.6. Hidrologi

Sungai-sungai yang ada umumnya berukuran kecil dan dangkal sehingga

tidak layak digunakan untuk aktivitas lalu lintas pelayaran. Sungai-sungai tersebut

umumnya digunakan untuk saluran pembuangan air, terutama air dari daerah

rawa. Pada musim kemarau debit air pada sungai-sungai tersebut biasanya

menurun drastis sehingga beberapa sungai mengalami kekeringan.

Sungai terbesar yang ada adalah Sungai Kawal yang memiliki luas DAS

hingga 93 km2. Sebagian wilayah DAS Kawal termasuk dalam daerah penelitian.

DAS lain yang jauh lebih kecil adalah DAS Angus dan DAS Karubi. Sungai-

sungai tersebut merupakan sungai yang dimanfaatkan sebagai pemasok air tawar

utama..

Di daerah ini tidak dijumpai sungai yang berpotensi sebagai sumber air

baku. Berdasarkan pengamatan lapangan, umumnya hulu sungai dimanfaatkan

sebagai sumber air bersih masyarakat, sedangkan pada bagian hilir sungai

dimanfaatkan sebagai drainase makro.

4.1.7. Kondisi hidrogeologi

Keberadaan air tanah di daerah ini dapat dikelompokkan menjadi dua

wilayah air tanah yaitu wilayah dataran dan wilayah perbukitan. Wilayah air tanah

dataran, daerahnya meliputi dataran aluvial dan dataran bergelombang.

Kedudukan muka air tanah berkisar antara 1-7 meter dari permukaan tanah

Page 49: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

29 

 

setempat. Akuifer umumnya dijumpai pada lapisan pasir dan pasir lempungan dari

endapan aluvial. Ketebalan akuifer ini berkisar antara 3-7 meter dengan dasar

lempung atau batuan beku seperti granit dan diorite yang langka kandungan air

tanahnya. Di beberapa tempat air tanah berada pada kedalaman 1-5 meter dari

permukaan dengan air yang jernih, berkualitas baik, dan berpotensi cukup untuk

memenuhi kebutuhan air bersih penduduk setempat. Akuifer dangkal dengan

penyebaran terbatas dijumpai di sekitar pantai dan sepanjang alur-alur sungai.

Secara umum kondisi hidrogeologi daerah ini memiliki potensi air tanah

rendah sampai sangat rendah dengan kedalaman muka air tanah dangkal berkisar

antara 3-5 meter dari permukaan tanah (Kuriandewa, 2010).

Page 50: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

30 

 

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Habitat

Kondisi lingkungan perairan mempengaruhi segala bentuk kehidupan yang

ada di perairan baik secara langsung maupun tidak langsung. Karakteristik fisika-

kimia perairan juga akan mempengaruhi struktur komunitas biota yang hidup di

dalamnya, yaitu komunitas padang lamun. Secara umum kondisi fisika kimia

perairan Teluk Bakau masih dalam keadaan yang sangat baik bagi kehidupan

sumberdaya lamun.

Gambar 6. Kondisi stasiun

Pengamatan dilakukan di sepanjang pantai Teluk Bakau, dimulai dari arah

selatan sampai ke utara. Pengamatan berdasarkan kondisi habitat yang berbeda

1  1 

2  3

4  5

Page 51: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

31 

 

(Gambar 6) disetiap stasiunnya sehingga menggambarkan habitat secara

keseluruhan di Teluk Bakau. Kondisi lingkungan Stasiun 1 terdapat mangrove

yang merupakan daerah jebakan unsur hara. Selain itu terdapat daerah aliran

sungai (DAS), daerah ini digunakan nelayan-nelayan lokal yang ada di Teluk

Bakau untuk melabuhkan kapal mereka. Oleh karena itu, kondisi perairan tersebut

agak keruh daripada stasiun pengamatan lainya yang berada di dekat pantai, hal

ini disebabkan adanya masukan air yang berasal dari aliran sungai yang membawa

limpasan dari darat. Informasi yang diperoleh dari penduduk sekitar daerah ini

akan dikeruk apabila megalami pendangkalan, agar kapal-kapal mereka dapat

berlabuh.

Sedangkan stasiun-stasiun pengamatan lainya (Gambar 6) merupakan

daerah yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan pemukiman, kecuali Stasiun

5 yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada Stasiun 2 merupakan daerah

milik pemerintah yang dimanfaarkan oleh penduduk lokal sebagai tempat wisata.

Kondisi perairan pada Stasiun 2 untuk daerah yang berada didekat pantai hampir

serupa dengan kondisi perairan yang terdapat pada Stasiun 1. Hal ini disebakan

Stasiun 2 berdekatan dengan Stasiun 1, sehingga Stasiun 2 mendapat pengaruh

dari Stasiun 1. Oleh karena itu, pada daerah yang berada didekat pantai pada

Stasiun 2 kondisi perairanya agak sedikit keruh. Sedangkan pada Stasiun 3 juga

dimanfaatkan sebagai kawasan wisata pantai yang dikelola oleh perusahan swasta.

Sepanjang daerah tersebut didirikan resort-resort diperuntukan bagi wisatawan

yang datang baik lokal maupun mancanegara.

Pada Stasiun 4, daerah yang dimanfaatkan oleh penduduk lokal sebagai

daerah pemukiman. Dimana pada daerah tersebut pemukiman penduduk dibangun

diatas perairan dan merupakan tempat yang digunakan untuk berlabuhnya kapal-

kapal nelayan. Sedangkan pada Stasiun 5 merupakan daerah yang belum

dimanfaatkan sebagai kawasan wisata oleh penduduk sekitar maupun swasta.

Daerah tersebut masih dalam kondisi baik dan belum tercemar oleh aktivitas

masyarakat maupun aktivitas wisata.

Pengamatan karakteristik fisika-kimia yang telah dilakukan mengambarkan

hubungan antara karaktristik lamun dan aktivitas masyrakat pada daerah Teluk

Bakau. Nilai-nilai ini dapat mencerminkan kualitas perairan yang dapat

Page 52: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

32 

 

mendukung keberadaan lamun. Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika

dan kimia perairan pada setiap stasiun pengamatan di lokasi penelitian disajikan

dalam Tabel 11.

Tabel 11. Hasil pengamatan karakteristik perairan

No Parameter Baku Mutu Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

Fisika

1 Kecerahan (%) 100 100 100 100 100 100

2 Kedalaman (m) - 1.36 1.25 1.16 1.34 1.72

3 TSS (mg/L) 20 75 25 5 0 10

4 Kecepatan Arus (cm/s) - 6.085 6.205 8.115 7.845 10.61

Kimia 0

1 Ortophospat (mg/l) 0.015 0.005 0 0.01 0 0

2 Amonia (mg/l) 0.3 0.49 0.075 0.055 0.13 0.025

3 Nitrat (mg/l) 0.08 0.025 0.045 0.04 0.035 0.015Sumber : KepmenLH (2004) Baku Mutu Air Laut untuk Bioata Laut

Kecerahan perairan yang teramati pada perairan Teluk Bakau (Tabel 11)

adalah 100% yang berarti bahwa pada lokasi pengamatan penyinaran masih

terjadi sampai kedalaman tertentu. Berdasarkan data tersebut dapat di ketahui

bahwa perairan Teluk Bakau termasuk perairan dangkal dan jernih karena

samapai kedalaman tertentu cahaya dapat masuk. Kondisi perairan yang dangkal

mempengaruhi kehidupan lamun, karena perubahan kedalaman air dapat

mempengaruhi beberapa faktor lingkungan perairan yang lain, yaitu suhu,

intensitas cahaya dan hidrodinamika air. Intensitas cahaya matahari yang sampai

kedalaman tertentu diperairan merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan

produksi lamun. Kecerahan perairan sangat penting bagi lamun karena erat

kaitannya dengan proses fotosintesis. Penyinaran yang baik akan mempengaruhi

kehidupan lamun karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik. Selain itu

nilai kecerahan yang tinggi ini juga di dukung oleh kecepatan arus yang relatif

tenang pada perairan tersebut.

Tingkat kecerahan (Tabel 11) perairan Teluk Bakau dipengaruhi oleh nilai

Total Suspended Solid (TSS). Nilai TSS yang terukur pada setiap stasiun

pengamatan berbeda berkisar antara 0-75 mg/l. Nilai ini melebihi nilai standar

baku mutu yang ditetapkan leh KepmenLH (2004) yaitu 20 mg/l, untuk beberapa

Page 53: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

33 

 

stasiun. Tingginya perbedaan nilai TSS antara stasiun mengindikasikan bahwa

perairan Teluk Bakau terjadi sedimentasi atau proses pengendapan tinggi di

beberapa stasiun pengamatan. Stasiun yang mengalami proses sedimentasi adalah

Stasiun 1 dan Stasiun 2. Hal ini disebabkan pada Stasiun 1 terdapat aliran sungai

yang menyebabkan limpasan air dari darat masuk ke perairan laut. Limpasan air

ini membawa nutrien dan sedimen yang menyebabkan perairan laut berwarna

kekuningan dan sedikit lebih keruh dari Stasiun 2. Di sekitar Stasiun 1 terdapat

mangrove yang tumbuh lebat, sehingga pada Stasiun 1 merupakan area jebakan

unsur hara dan sedimen. Sedangkan Stasiun 2 merupakan area yang sangat dekat

dengan Stasiun 2, sehingga mempengaruhi area ini dan memiliki nilai TSS yang

tinggi. Fenomena ini dapat mempengaruhi kehidupan lamun karena apabila TSS

tinggi, maka tinggi pula kekeruhanya dan dapat menghambat penetrasi cahaya

yang masuk kedalam perairan, sehingga dapat menggangu proses fotosintesis dan

dalam jangka waktu lama kerapatan lamun akan menurun.

Selain itu nilai kecerahan yang tinggi dan TSS juga di dukung oleh

kecepatan arus. Kecepatan arus (Tabel 11) di perairan Teluk Bakau relatif tenang

untuk perairan terbuka yang berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan.

Kecepatan arus yang terukur pada perairan Teluk Bakau berkisar antara 6,09 cm/s

sampai 14 cm/s untuk daerah daerah yang berada didekat pantai dan daerah yang

berada jauh pantai . Faktor yang cukup dominan mempengaruhi kecepatan arus di

perairan Teluk Bakau adalah angin. Selain Itu, dangkalnya perairan dan

keberadaan lamun memberikan pengaruh yang cukup besar dalam memperlambat

gerakan arus. Pergerakan arus ini berpengaruh terhadap pertumbuhan lamun yang

terkait dengan suplai unsur hara dan persedian gas-gas terlarut yang dibutuhkan

oleh lamun. Pada stasiun pengamatan dari selatan ke utara

Fosfat dalam bentuk ortofosfat merupakan salah satu senyawa anorganik

terlarut dari unsur hara P yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

hidup organisme. Unsur P akan diubah oleh fragmen daun dan dilepas ke kolom

air dan air antara sedimen (porewater) sebagai nutrien pertumbuhan lamun.

Berdasarkan hasil pengamatan keberadaan fosfoat diperairan Teluk Bakau sangat

rendah. Nilai ortofosfat tinggi terdapat pada Stasiun 3, tingginya nilai

ortophosphat sehingga melebihi nilai baku mutu kehidupan lamun. Diduga pada

Page 54: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

34 

 

daerah tersebut berada dekat dengan lokasi wisata yang dikelola oleh pihak swasta

dan pemukiman penduduk.

Kandungan nilai amonia pada daerah daerah yang berada didekat pantai

Stasiun 1 sangat tinggi. Nilainya melebihi baku mutu ammonia yang dibutuhkan

untuk kehidupan lamun. Hal ini mengindikasikan telah terjadi masukan bahan

organik terutama berasal dari limpasan pertanian. Dapat diperhatikan Stasiun 1

merupakan area yang terdapat aliran sungai dan terdapat mangrove yang

memungkinkan masuknya bahan organik dari darat.

Nitrat merupakan bentuk utama dari nitrogen diperairan alami dan

merupakan nutien utama bagi pertumbuhan lamun. Hasil pengukuran kandungan

nitrat di daerah daerah yang berada didekat pantai maupun di daerah yang berada

jauh pantai tidak melebihi baku mutu nitat yang dibutuhkan berkisar antara 0.01-

0.04 mg/l (Tabel 11). Kandungan nilai nitrat di perairan tersebut masih dalam

kondisi yang alami. Apabila terjadi kenaikan nilai nitrat hal ini disebabkan

masuknya limbah domestik dan pertanian meningkat.

Substrat merupakan media tumbuhnya lamun yang memegang peranan

distribusi lamun mulai dari garis pantai pada saat surut terendah. Perairan Teluk

Bakau memiliki sebaran lamun dari pantai sampai ke tubir kurang lebih 1500

meter. Memiliki substrat dasar perairan terdiri dari remahan koral (coral rubble)

bercampur dengan pasir, dan pecahan cangkang siput, pasir kasar, maupun pasir

berlumpur yang dapat ditumbuhi lamun. Rata-rata perairan Teluk Bakau memiliki

tipe substrat yang didominansi oleh tipe pasir lumpur dengan. Pada beberapa

substasiun terutama substasiun yang mendekati tubir, lamun juga tumbuh pada

pecahan karang dan cangkang karang. Namun kerapatan dan luas penutupannya

cenderung lebih kecil dibandingkan lamun yang tumbuh di daerah substrat pasir

berlumpur.

5.2. Struktur Komunitas Lamun

5.2.1. Komposisi jenis lamun

Berdasarkan hasil pengamatan (Gambar 7) diketahui bahwa pada perairan

Teluk Bakau di tumbuhi 10 jenis lamun yang tersebar di 5 (lima) lokasi

pengamatan. Jenis lamun yang ditemukan pada 5 (lima) stasiun pengamatan,

Page 55: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

35 

 

yaitu: Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule

pinifolia, Halodule uninervis, Halophila ovalis. Halophila spinulosa, Syringodium

isoetifolium, Thalassia hempricii dan Thalassodendron ciliatum. Jenis lamun yang

tumbuh di perairan Teluk Bakau termasuk 10 jenis lamun yang ditemukan Pulau

Bintan dan termasuk dari 13 jenis lamun (7 Genus) yang ditemukan di seluruh

Indonesia. Jenis lamun yang tidak ditemukan pada perairan Teluk Bakau adalah

jenis Halophila decipiens, Halophila minor dan Halophila sulawesii. Pulau

Bintan memiliki jenis lamun yang beragam yang juga dapat ditemukan di perairan

Teluk Bakau.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada lima stasiun (Gambar

7) menunjukan perbedaan komposisi jenis pada setiap stasiun. Keberadaan

sepuluh jenis lamun tersebut tidak merata dan tidak semuanya terdapat pada setiap

stasiun. Adanya perbedaan komposisi ini, disebabkan oleh jenis lamun yang

terdapat di perairan Teluk Bakau tumbuh dalam kelompok yang terpisah-pisah

dengan batas yang tidak jelas dan jumlah tertentu serta penyebaran yang tidak

merata. Intensitas perendaman lamun dalam perairan dan lingkungan

mempengaruhi komposisi jenis lamun pada setiap stasiun. Selain itu kondisi

substrat dan pencemaran lingkungan, kejernihan perairan juga sangat berperan

dalam penentuan komposisi jenis dan kerapatan lamun.

Page 56: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

36 

 

Gambar 7. Komposisi jenis lamun beradasarkan kerapatan jenis setiap stasiun.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada lima stasiun (Gambar

7) menunjukan perbedaan komposisi jenis pada setiap stasiun. Perbedaan

komposisi jenis lamun, disebabkan oleh jenis lamun yang terdapat di perairan

Teluk Bakau tumbuh dalam kelompok yang terpisah-pisah dengan batas yang

tidak jelas dan jumlah tertentu serta penyebaran yang tidak merata. Intensitas

perendaman lamun dalam perairan dan lingkungan mempengaruhi komposisi jenis

lamun pada setiap stasiun. Selain itu kondisi substrat dan pencemaran lingkungan,

kejernihan perairan juga sangat berperan dalam penentuan komposisi jenis dan

kerapatan lamun.

Pengamatan lamun di setiap stasiun di mulai dari sisi sebelah selatan

sampai dengan bagian utara pantai ditemukan beragam jenis lamun. Pada

pengamatan Stasiun 1 (Gambar 7) ditemukan jenis lamun paling sedikit

dibandingkan dengan empat stasiun lainya. Hal ini di karenakan kondisi

lingkungan Stasiun 1 terdapat interupsi air yang berasal dari darat berupa

masuknya aliran sungai, dan terdapat daerah jebakan unsur hara (Mangrove) serta

areal keluar masuknya kapal-kapal nelayan. Air yang berasal dari sungai di

perkirakan terdapat limbah yang berasal dari aktivitas masyarakat yaitu

pembuangan limbah rumah tangga dan kegiatan Industri, sehingga gangguan yang

ditimbulkan oleh aktivitas tersebut cukup besar. Sehingga spesies yang tumbuh

pada stasiun 1 adalah Cymodocea serrulata dan Enhalus acoroides.

Pada Stasiun 2, Cymodocea serrulata ditemukan lebih besar jumlah yang

ditemukan di daerah daerah yang berada didekat pantai , hal ini dikarenakan pada

Stasiun 2 masih mendapat pengaruh palaing besar karena berdekatan dengan

stasiun 1. Sehingga spesies yang ditemukan spesies lamun yang ditemukan

Page 57: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

37 

 

hampir serupa karena daerah tersebut memeliki kekeruhan yang tinggi. Sedangkan

pada daerah daerah yang berada jauh pantai jenis spesies yang sering ditemui di

Stasiun 2 adalah Halodule pinifolia. Jumlah spesies yang ditemukan pada daerah

daerah yang berada jauh pantai lebih banyak karena lingkungan dalam kondisi

baik dan mendukung adanya pertumbuhan berbagai jenis lamun.

Berdasarkan hasil pengamatan Stasiun 3 merupakan stasiun yang hampir

serupa dengan Stasiun 1. Jumlah speseis lamun yang ditemukan pada daerah

daerah yang berada didekat pantai maupun daerah yang berada jauh pantai

sedikit, karena daerah tersebut merupakan daerah yang dimanfaatkan sebagai

kawasan wisata maupun resort oleh wisatawan. Akibat dari aktivitas tersebut

meneyebabkan lamun yang hidup didaerah tersebut tergangu. Lamun yang

ditemukan pada daerah tersebut merupakan jenis lamun yang dapat hidup dengan

kondisi yang kurang baik dibandingkan jenis lamun yang lain. Sedangkan pada

Stasiun 4 jenis lamun yang banyak ditemui adalah Halodule uninervis sering di

jumpai. Halodule uninervis merupakan jenis lamun yang ditemukan tumbuh pada

daerah pionir. Pada daerah tersebut merupakan daerah yang digunakan penduduk

sekitar sebagai perkampungan nelayan. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun

pada Stasiun 4 belum tergangu, karena lamun yang ditemukan cukup beragam.

Sedangkan pada Stasiun 5 ditemukan dari 10 jenis lain yang ditemukan di

perairan Teluk Bakau jenis Syringodium isotifolium dan Thalassodendron

ciliatum yang jarang ditemukan di hampir di setiap stasiun pengamatan. Hal ini

disebabkan Syringodium isoetifolium dan Thalassodendron ciliatum hidup di

daerah pasang surut terendah dan daerah terendam air. Kondisi lingkungan

memiliki daerah yang cukup dalama dan jarak daerah yang berada didekat pantai

nya sangat pendek. Sehingga jenis lamun ini dapat dijumpai daerah dekat pantai

pada Stasiun 5.

Secara keseluruhan jenis lamun yang hidup di perairan Teluk Bakau

merupakan jenis lamun yang biasa hidup di perairan dangkal dan selalu terbuka

pada saat air surut yang mencapai kedalaman kurang dari 1 meter, dan beberapa

jenis lamun yang ditemukan dapat hidup diperairan dalam. Distribusi lamun dari

arah pantai hingga kearah tubir di perairan Teluk Bakau tergolong vegetasi

campuran karena lamun yang ditemukan lebih dari satu jenis. Vegetasi campuran

Page 58: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

38 

 

tersusun lebih dari dua atau lebih jenis lamun yang tumbuh bersama pada satu

habitat dan biasanya terbentuk di daerah subtidal yang dangkal. Setiap stasiun

pengamatan menunjukkan lamun di lokasi perairan Teluk Bakau didominasi oleh

Enhalus acoroides dan Thalassia hempricii. Thalassia hemprichii merupakan unit

vegetasi yang paling luas sebarannya, dan seringkali tumbuh pada substrat yang

berkedalaman tipis dengan kandungan lumpur sedikit. Lamun jenis ini juga

mempunyai kisaran sebaran vertikal yang luas mulai dari zona daerah yang berada

didekat pantai sampai zona subtidal bawah dan bisa bertahan hidup pada hampir

di segala jenis substrat. Enhalus acoroides juga tersebar secara luas, terutama

pada substrat yang halus, berlumpur tetapi mampu juga tumbuh pada substrat

berbatu. Spesies ini sering didapati tumbuh secara heterogen dengan spesies lain

atau sebagai vegetasi monospesifik pada habitat yang beragam mulai dari dasar

perairan berlumpur lunak, berpasir lumpuran sampai pada sedimen karbonat yang

berbutir-butir kasar.

5.2.2. Kerapatan jenis

Jenis lamun yang terdapat di perairan Teluk Bakau merupakan jenis lamun

yang biasa hidup di perairan dangkal yang selalu terbuka saat air surut. Kerapatan

jenis lamun dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh dari lamun tersebut yaitu:

kedalaman, kecerahan, dan tipe substrat. Kerapatan jenis lamun akan semakin

tinggi bila kondisi lingkungan perairan tempat lamun tumbuh dalam keadaan baik.

Perairan Teluk Bakau yang relatif dangkal dan jernih ini sangat mendukung

kerapatan jenis lamun yang tinggi pula. Selain itu, tipe substrat juga

mempengaruhi kerapatan jenis, berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa

kerapatan jenis lamun yang terdapat di perairan mendekati tubir semakin padat,

sedangkan kerapatan jenis lamun akan semakin rendah pada daerah yang

mendekati pada daerah lamun.

Page 59: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

39 

 

Tabel 12. Kerapatan jenis lamun

No Jenis Kerapatan jenis(tegakan/m2) Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

1 Cymodocea rotundata 22 30 9 20 2 Cymodocea serrulata 18 18 60 33 3 Enhalus acoroides 47 23 21 8 25 4 Halodule pinifolia 74 47 71 93 5 Halodule uninervis 317 6 Halophila ovalis 80 7 Halophila spinulosa 10 8 Syringodium isoetifolium 67 9 Thalassia hempricii 28 31 23 73 10 Thalassodendron ciliatum 47

Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 12) dapat diketahui bahwa kerapatan

jenis lamun berbeda pada setiap stasiun pengamatan. Kerapatan jenis lamun

tertinggi pada Stasiun 5 mulai dari wilayah dekat antai maupun jauh dari pantai

yang mencapai 9 tegakan/m2 - 317 tegakan/m2 dan kerapatan jenis lamun

terendah terdapat di Stasiun 3. Jumlah dan jenis lamun yang ditemukan pada

lokasi tersebut sangat jarang. Perbedaan kerapatan jenis lamun setiap stasiun ini,

disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan pada setiap stasiun pengamatan.

5.2.3. Persentase penutupan

Penutupan lamun menggambarkan seberapa luas lamun yang menutupi

suatu perairan dan biasanya dinyatakan dalam persen. Nilai persen penutupan

tidak hanya bergantung pada nilai kerapatan jenis lamun, melainkan dipengaruhi

juga oleh keadaan morfologi dari jenis lamun tersebut.

Berdasarkan Tabel 13 penutupan lamun pada lima stasiun berbeda-beda

pada jenis lamun yang sama dan tersebar di lima kondisi lingkungan yang

berbeda. Namun secara umum, Enhalus acoroides dan Thalassia hempricii

memiliki penutupan jenis yang paling tinggi, hal ini disebabkan merupakan lamun

yang sangat umum ditemui dan memiliki morfologi yang lebih besar daripada

jenis lamun lainnya serta tersebar luas diseluruh perairan. Enhalus acoroides

memiliki penyebaran yang seragam pada daerah tesebut, artinya jenis ini mampu

hidup pada habitat manapun yang memiliki kondisi lingkungan yang sesuai.. Di

lihat dari penutupan lamun yang ditemui, daerah tersebut memiliki gangguan yang

Page 60: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

40 

 

berasal dari aktivitas manusia sehingga memiliki persen penutupan paling kecil.

Penutupan lamun terendah terdapat pada stasiun 4 di ikuti dengan stasiun 3.

Tabel 13. Persentase penutupan lamun

No Jenis Penutupan (%) Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

1 Cymodocea rotundata 1.81 11.00 3.75 0.86 2 Cymodocea serrulata 9.86 4.30 4.29 20.75 3 Enhalus acoroides 28.00 11.59 14.17 3.17 12.50 4 Halodule pinifolia 1.72 2.00 3.14 4.50 5 Halodule uninervis 0.92 6 Halophila ovalis 2.14 7 Halophila spinulosa 5.00 8 Syringodium isoetifolium 3.25 9 Thalassia hempricii 11.44 7.33 2.43 26.86 10 Thalassodendron ciliatum 21.14

TOTAL 37.86 30.87 34.50 24.83 89.86

Penutupan lamun akan semakin tinggi pada daerah yang jauh dari pantai.

Hal ini disebabkan ganguan ekositem yang diterima lamun akibat pembuangan

limbah rumah tangga serta aktivitas masyarakat belum memberikan pengaruh

yang nyaara. Jenis lamun memiliki persentase penutupan terendah dikarenakan

bentuk morfologi yang kecil dan sulit untuk ditemui.

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 tahun 2004

tutupan lamun dibagi menjadi 3 kategori, penutupan lamun di perairan Teluk

Bakau tergolong kurang sehat. Penutupan lamun di perairan Teluk Bakau lebih

dari 30%. Hal ini disebabkan oleh tekanan lingkungan yang sangat tinggi seperti

tingkat sedimentasi dan polusi air, serta pembangunan di pesisir pulau. Sebaran

lamun di perairan Teluk Bakau cenderung rendah.

5.2.4. Indeks nilai penting (INP)

Indeks nilai penting memberikan gambaran besarnya pengaruh peranan

suatu jenis lamun dalam suatu komunitas padang lamun. Nilai INP sangat

bergantung pada nilai kerapatan relatif, penutupan relatif, dan frekuensi relatif

setiap jenis lamun. Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa rata-rata indeks nilai

penting tertinggi pada lima stasiun pengamatan dalam adalah Enhalus acoroides

dengan kisaran nilai indeks nilai penting 0,32 – 2,08. Dapat dikatakan bahwa

Enhalus acoroides mempunyai pengaruh yang paling besar dibandingkan dengan

Page 61: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

41 

 

jenis lamun lainnya. Lamun jenis ini paling banyak dijumpai hampir dijumpai

hampir di seluruh tipe perairan dan sangat baik tumbuh di kondisi perairan Teluk

Bakau yang dangkal dan terbuka saat surut.

Tabel 14. Indeks nilai penting lamun

No Jenis INP Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

1 Cymodocea rotundata 0.26 1.40 0.35 0.12 2 Cymodocea serrulata 0.92 0.39 0.32 0.37 3 Enhalus acoroides 2.08 0.96 0.94 0.32 0.46 4 Halodule pinifolia 0.57 0.57 0.39 0.41 5 Halodule uninervis 0.72 6 Halophila ovalis 0.32 7 Halophila spinulosa 0.31 8 Syringodium isoetifolium 0.32 9 Thalassia hempricii 0.82 0.88 0.27 0.75 10 Thalassodendron ciliatum 0.57

Indeks Nilai Penting tertinggi yang ditunjukan oleh Tabel 14 sangat

beragam. Namun besarnya Indeks Nilai Penting tidak seragam, sehingga

memungkinkan terjadinya dominasi satu jenis pada perairan Teluk Bakau. Hal ini

menunjukan bahwa lamun yang tumbuh Teluk Bakau sangat dipengaruhi oleh

karakteristik lingkungan perairan dan adapatasi jenis lamun terhadap keadaan

lingkungan di masing-masing di setiap stasiun.

5.2.5. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi

Hasil dari pengamatan lamun di lima stasiun di perairan Teluk Bakau

ditemukan 10 jenis lamun 76,9%, dari 13 jenis lamun yang ada di Indonesia. Hal

ini menunjukkan bahwa lokasi pengamatan memiliki keanekaragaman jenis lamun

yang tinggi. Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengukur kelimpahan

komunitas berdasarkan jumlah jenis spesies dan jumlah tegakan dari setiap spesies

pada suatu lokasi. Semakin banyak jumlah jenis spesies, maka semakin beragam

komunitasnya. Sedangkan indeks keseragaman dapat digunakan untuk

mengetahui penyebaran tegakan antar spesies yang berbeda. Indeks dominasi

dapat diguanakan untuk mengetahui seberapa besar suatu spesies mendominasi

suatu habitat.

Page 62: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

42 

 

Gambar 8. Nilai indeks keanekaragaman(H’), keseragaman(E), dan dominasi (D) lamun Berdasarkan Nilai indeks keanekaragaman(H’), keseragaman(E), dan

dominasi (D) lamun di wilayah daerah yang berada di beberapa stasiun. Adapun

stasiun tersebut adalah Stasiun 1, stasiun 4 dan Stasiun 5 di bandingkan dengan

Stasiun 2 dan Stasiun 3. Pada Stasiun 1 pada daerah tersebut hanya ditemukan 2

spesies lamun yang dapat tumbuh di daerah tersebut sehingga Nilai indeks

keanekaragaman(H’), keseragaman(E), dan dominasi (D) lamun rendah, namun

terjadi dominasi jenis Enhalus acoroides. Hal ini dikarenakan kondisi fisik

perairan yang masih mendapat penggaruh langsung dari darat berupa run off yang

berasal dari masukan air sungai dan merupakan areal keluar masuk kapal. Enhalus

acoroides ketahanan hidup yang sangat luas di perairan Teluk Bakau

diabandingkan jenis lamun lainya.

Sedangkan pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 adalah stasiun pengamatan yang

dimanafaatkan sebagai kawasan wisata. Karakteristik jenis lamun yang ditemukan

pada kedua temapat tersebut hampir serupa,jenis lamunnya. Namun keadaan

lingkungan membuat perbedaan kondisi lamun pada kedua area tersebut. Pada

Stasiun 2 memiliki kemiripan lingkungan dengan Stasiun 1 karena warna

perairanya keruh. Sehingga jenis lamun yang dapat tumbuh pada Stasiun 1 juga

ditemukan pada Stasiun 2 dan pada stasiun tersebut terjadi dominasi spesies.

Page 63: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

43 

 

Adapun spesies yang mendominansi adalah Enhalus acoroides dan Cymodocea

rotundata. Lamun jenis ini sangat sering ditemui pada daerah yang memeliki

ganguan ekologis, karena dapat beradaptasi dengan baik. Sedangkan pada Stasiun

3 jenis lamun juga beragam, namun pada daerah tersebut memiliki

keanekaragaman terendah kedua Stasiun 1. Hal ini dikarenakan lamun yang

ditemukan pada daerah penelitian sangat jarang serta aktivitas wisata menggangu

lamun yang tumbuh pada daerah tersebut.

Berdasarkan Gambar 8 menunjukan daerah yang memiliki indeks

keanekaragaman tertinggi pada Stasiun 4 dan Stasiun 5. Hal ini menunjukan

bahwa daerah tersebut ditemukan lebih dari lima jenis spesies lamun yang

berebeda. Namun pada Stasiun 4 terjadi jugadominasi tertinggi dibandingkan

dengan stasiun lainya di wilayah daerah yang berada didekat pantai . Hal ini

dikarenakan spesies yang ditemukan sangat banyak jumlahnya dan menyebar luas

di Stasiun 4, yaitu Halodule uninervis. Jenis lamun ini dapat hidup membentuk

padang lamun monospesifik di perairan dan ukuran sangat kecil. Hal ini

disebabkan adanya tekanan lingkungan berupa pembuangan limbah rumah tangga

yang membuat jenis lamun yang dapat tumbuh ditemukan dalam jumlah sedikit

pada araeal tersebut. Semakin jauh dari daerah daerah yang berada didekat pantai

jenis lamun yang ditemukan mulai beragam.

Sedangkan pada Stasiun 5, yang jenis lamun sering di jumpai adalah

dominasi oleh spesies Thalassodendron ciliatum. Karena kondisi substrat di

stasiun tersebut didominasi jenis substrat yang terdiri dari remahan koral (coral

rubble) bercampur dengan pasir, dan pecahan cangkang siput, dan pasir kasar.

Karakteristik dari daerah tersebut ditemukan jenis 2 spesies lamun yang dapat

hidup di perairan dalam dan salah satunya dapat membentuk hamparan padang

lamun yang luas, yaitu Syringodium isoetifolium. Di wilayah tersebut selalu

terendam perairan dan kondisi pantainya lebih curam dibandingan empat stasiun

pengamatan lainya dan memiliki arus yang cepat.

Berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener diketahui bahwa

lima stasiun pengamatan secara keseluruhan memiliki tingkat keanekaragaman

rendah di setiap lokasi penelitian dan menunjukan dengan tekanan ekologi yang

tinggi.karena spasies yang ditemukan sedikit. Secara keseluruhan ditemukan 10

Page 64: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

44 

 

jenis lamun atau sekitar 76.9% berada di Teluk Bakau. Hal ini menunjukan

bahwa keanekaragaman lamun di Teluk Bakau termasuk tinggi, karena jenis yang

ditemukan banyak berada di lokasi yang berbeda dan ekosistem berada pada

daerah tersebut dalam kondisi stabil dengan keseragaman tinggi.

Nilai keseragaman menunjukan komposisi tegakan setiap spesies yang

terdapat dalam suatu komunitas berada dalam keseimbangan. Nilai keseragaman

yang tinggi pada lokasi pengamatan menunjukan bahwa jumlah spesies berada

dalam jumlah yang merata atau tidak ada spesies yang mendominasi. Dengan kata

lain tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya dan

kondisi lingkungan stabil, dan tidak terjadi tekanan ekologis terhadap biota di

lokasi tersebut.

5.3. Sebaran Spasial Lamun

Letak geografis maupun bentuk topografi pantai yang berbeda biasanya

akan mempunyai kondisi hidrologis/geologis yang berbeda pula. Oleh karena itu

distribusi lamun sangat dipengaruhi oleh kondisi tersebut. Pola distribusi lamun

yang ditunjukan oleh Gambar 10 bervariasi tergantung pada letak geografis

dimana padang lamun berada. Pada penelitian ini dilakukan di 5 (lima) stasiun

berbeda yang mewakili 5 (lima) kondisi yang berbeda ditiap stasiun dan

diharapkan akan mewakili representatif dari keadaan lamun di perairan Teluk

Bakau.

Page 65: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

45 

 

Gambar 9. Peta sebaran spasial lamun

Halodule pinifolia dan Thalassia hempricii

E. acoroides,Th. Hempricii, dan Td. Ciliatum

Halodule pinifolia dan Thalassia hempricii 

Enhalus acoroides dan Thalassia hempriciiCymodocea serrulata dan Syringodium isoetifoliumCymodocea serrulata dan Enhalus acoroidesCymodocea rotundata dan Cymodocea serullata Cymodocea rotundata dan Thalassia hempriciiC. rotundata, Hd. pinifolia dan Thalassia hempriciiC. rotundata, Hd. pinifolia dan Hd. ovalis Thalassodendron ciliatumThalassia hempriciiHalodule uninervisEnhalus acoroidesCymodocea serrulataCymodocea rotundata

Page 66: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

46 

 

Hasil penelitian dibeberapa lokasi di kawasan perairan Teluk Bakau

(Gambar 10), dijumpai sebanyak 10 jenis lamun yaitu, Enhalus acoroides,

Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule pinifolia, Halodule

uninervis, Halophila ovalis. Halophila spinulosa, Syringodium isoetifolium,

Thalassia hempricii dan Thalassodendron ciliatum. Sedangkan penyebaran lamun

mulai dari pantai ke arah tubir umumnya berkesinambungan, perbedaan yang

terdapat biasanya hanya pada komposisi jenisnya dan luas tutupannya (Dahuri et

al, 1996). Hal ini diduga karena kondisi lingkungan seperti kandungan nutrient

pada substrat yang tidak merata sehingga lamun hanya tumbuh pada titik tertentu.

Selain ketersediaan nutrient yang cukup juga dapat dilihat arah dan kecepatan

arus mempengaruhi keberadaan beberapa jenis lamun, karena ada jenis lamun

yang dapat beradaptasi dengan kondisi arus besar dan ada yang tidak.

Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada tahun 2008 (Gambar

11) jenis yang ditemukan juga jumlahnya tetap. Dengan kata lain daerah Teluk

Bakau belum menggalami gangguan ekosistem. Namun perbedaan hanya terletak

pada persen penutupan lamun, hal ini disebabkan karena lamun yang diamati

berbeda lokasi penelitian. Namun keberadaan lamun tersebut dapat terancam

sewaktu-waktu apabila terjadi bencana alam , misalnya Tsunami maupun

reklamasi pantai.

Page 67: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

47 

 

Syringodium isoetifolium

Gambar 10. Peta sebaran lamun (2008)

Cymodocea rotundata Enhalus acoroides

Enhalus acoroides dan Thalassia hempriciiEnhalus acoroides dan Syringodium isoetifoliumEnhalus acoroides dan Thalassodendron ciliatum

Thalassia hempricii dan Thalassodendron ciliatum

Thalassia hempricii dan Syringodium isoetifolium

Thalassia hempricii

Page 68: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

48 

 

5.4. Ancaman Terhadap Padang Lamun Teluk Bakau

Keberadaan lamun yang berasosiasi dengan ekosistem pesisir yang ada di

Teluk Bakau kurang mendapat perhatian pengelola wisata dan masyarakat serta

pemerintah daerah sehingga kegiatanya hanya untuk berorientasi pada

kepentingan ekonomi semata. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

di daerah ini memiliki keanekaragaman lamun yang tinggi. Namun kondisi ini

bertolak belakang dengan pemanfaatan dearah pesisir yang tidak efektif. Beberapa

contoh ketidakefektifan penggunaan lahan yang ada di Teluk Bakau, yaitu

mendirikan bangunan dan aktivitas wisata diatas areal lamun, penangkapan ikan

yang tidak ramah, dan kegiatan penambangan pasir lepas pantai maupun yang ada

didarat. Semua aktivitas manusia ini dapat merusak lamun maupun ekosistem

lainya.

Secarah harfiah Teluk Bakau merupakan daerah yang terletak di Pulau

Bintan, Kepulauan Riau dan Pulau Bintan merupakan daerah ibu kota Provinsi

Kepulauan Riau. Daerah ini merupakan daerah yang baru berkembang setelah

lepas dari Riau kurun lebih 2 periode. Infrastruktur yang berkembang pada Pulau

Bintan relatif masih baru. Menurut Yono (2009) dahulu Pulau Bintan merupakan

Pulau yang di eksploitasi hasil alamnya, salah satunya adalah pasir dan bauksit.

Kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun 1970. Kegiatan tersebut telah

mengeruk jutaan ton pasir setiap hari dan telah mengakibatkan kerusakan

ekosistem pesisir pantai yang cukup parah.

Dampak lain dari kegiatan penambangan pasir menyebabkan perubahan

fisik dasar laut, seperti erosi, sedimentasi, dan pelumpuran merupakan ancaman

yang dihadapai komunitas lamun. Perubahan fisik tersebut mengurangi wilayah

dan kepadatan tutupan padang lamun. Peningkatan kekeruhan yang disebabkan

oleh meningkatnya konsentrasi padatan tersuspensi akibat penambangan pasir.

Kekeruhan akan mengangu proses fotosintesis dan pertumbuhan pada lamun

karena menghalangi cahaya matahari yang masuk kedalam perairan. Selain itu,

kegiatan ini juga mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil karena dapat

menenggelamkannya. Tenggelamnya pulau-pulau kecil tersebut menimbulkan

kerugian besar bagi Indonesia, karena dengan perubahan pada kondisi geografis

Page 69: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

49 

 

pantai akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura di

kemudian hari.

Gambar 11. Peta pemanfaatan Teluk Bakau saat ini

Page 70: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

50 

 

Berdasarkan Gambar 12 hal lain terlihat faktor yang menjadi ancaman

penurunan komunitas lamun di Teluk Bakau adalah pengembangan wilayah

pesisir. Pengembangan wilayah pesisir yang terjadi di Teluk Bakau adalah wisata

bahari dan pembangunan pemukiman diatas perairan. Hal ini mengakibatkan

terjadinya tercemarnya lingkungan perairan sebagai akibat aktivitas wisata dan

limbah rumah tangga. Kekeruhan perairiran yang ditimbulkan oleh aktivitas ini

dapat menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan berlebihan pada perairan

sehingga dapat menggagu pertumbuhan lamun. Selain itu, aktivitas yang

menggunakan fasilitas wisata seperti “speedboat” mengakibatkan terpotongnya

daun lamun.

Aktivitas yang ada selain pengembangan wilayah pesisr terdapat kegiatan

perikanan. Kegiatan perikanan yang ada di Teluk Bakau adalah kegiatan

penangkapan ikan. Kegiatan penangkapan ikan ini apabila tidak diatur akan terjadi

tangkap lebih. Tangkap lebih merupakan pengambilan sumberdaya yang lebih

besar dari kemampuan alam sumberdaya untuk pulih. Selain itu, penggunan alat

tangkap ikan yang tak ramah lingkungan juga terjadi daerah Teluk Bakau

misalnya dengan pukat dasar yang mengeruk dasar laut dan kelong (bagan)

tancap. Aktivitas ini apabila tidak dikontrol penggunaanya akan menyebabkan

gangguan kehidupan lamun.

Selain itu, Teluk Bakau akan dikembangkan menjadi daearah pelabuhan

pada bagian utara. Pengembagan daerah Teluk Bakau menjadi pelabuhan akan

merusak ekosistem perairan, karena daerah tersebut akan mengalami proses

penimbunan dan pengerukan. Sebagaimana diketahui Pulau Bintan khususnya

daerah sepanjang pantai timur merupakan daerah perairan yang dangkal dan

berpantai landai, apabila tersebut mengalami surut maka daerah tersebut akan

tersingkap. Untuk memenuhi kriteria pelabuhan yang sesuai akan mengorbankan

lingkungan perairan, Apabila hal ini tidak diatur akan menimbulkan kerusakan

ekosistem lamun

Selain aktivitas manusia, alam juga memiliki peran untuk menentukan

kehidupan lamun. Beberapa faktor alam yang menjadi penentu keberadaan lamun

yaitu perubahan iklim dan bencana alam. Perubahan iklim menjadi salah satu

faktor yang diakibatkan perubahan suhu bumi yang berlangsung dari tahun ke

Page 71: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

51 

 

tahun. Hal ini berdampak kepada semua ekosistem yang ada di muka Bumi.

Khususnya lamun memiliki toleransi suhu optimal berkisar 250 - 300 C di

perairan. Apabila suhu perairan terus meningkat akan mengakibatkan (Burn)

“gosong” pada daun lamun. Bencana alam yang terjadi diperairan juga ikut

menentukan keberadaan lamun. Salah satu contoh bencana alam yang

menenentukan adalah Tsunami (gelomabang dasyat). Proses terjadinya Tsunami

adalah perubahan energi yang berasal dari luar atau dalam bumi yang menjadi

gelombang yang sangat besar. Gelombang yang ditimbulkan mengakibatkan

tercabutnya lamun beserta akar, sehingga jenis lamun yang tidak dapat bertahan

dalam kondisi ini keberadaanya akan hilang atau berkurang. Selain itu kedalaman

substrat dan jenis substrat memepengerahui kekuatan lamun untuk bertahan pada

kondisi perairan.

5.5. Rencana Pengelolaan Lamun Teluk Bakau

Seluruh daerah Teluk Bakau dapat dimanfaatkan untuk semua kegiatan,

tetapi kegiatan tersebut harus mempunyai keselarasan dengan lingkungan agar

sumberdaya didalamnya tidak mengalami degradasi. Pentingnya pengaturan

pemanfaatan kawasan pesisir Teluk Bakau sebagai daerah wisata maupun daerah

pemukiman penduduk. Oleh karena itu, pentingnya keterlibatan semua pihak

dalam pengelolaan daerah pesisir baik pengelola wisata, masyarakat mapun

pemerintah. Ini dimaksudkan agar lamun pada Teluk Bakau tersebut tetap terjaga

kelestariannya dan tidak mengalami degradasi. Berdasarkan hasil pengukuran

lingkungan dan struktur komunitas lamun yang telah dilakukan di Teluk Bakau

masih dalam kondisi baik, hanya saja di beberapa kondisi lamunnya kurang baik.

Adapun yang menjadi ancaman mengkhawatirkan bagi kehidupan lamun di

daerah tersebut dan perlu adanya pengelolaan, yaitu pengembangan daerah wisata

bahari dan pembangunan pemukiman serta penangkapan ikan yang tidak ramah.

Pengembangan daerah wisata bahari dan pembangun pemukiman di Teluk

Bakau merupakan ancaman bagi kehidupan lamun. Limbah yang dihasilkan akan

mengancam kehidupan lamun. Pengguanan fasilitas wisata yang ada juga turut

merusak lamun secara fisik, contohnya, bermain speedboat di daerah lamun.

Adapun pengelolan yang dapat diterapkan yang ada di Teluk bakau adalah

Page 72: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

52 

 

membangun tempat penampungan limbah kemudian melakukan pengelohan

limbah sebelum dibuang keperairan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kemudian menerapkan konsep wisata bahari berkelanjutan sehingga tidak

merusak fungsi ekologis yang ada didaerah pesisir.

Penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan juga merupakan ancaman

serius bagi keberlangsungan hidup padang lamun. Kegiatan tersebut akan

menyebabkan rusaknya ekosistem karang sebagai habitat biota perairan. Langkah

yang dapat dilakukan dengan penyadaran masyarakat akan pentingnya lamun dan

ekosistem laut lainya. Hal ini dilakukan agar masyarakat mengerti landasan utama

untuk mencegah penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Penyadaran

masyarakat dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan mengenai

pentingnya ekosistem lamun dan membentuk forum komunikasi antara pemangku

kepentingan yang diinisiasi dinas desa Teluk Bakau dan pemerintah.

Selain itu, Pemerintah memegang peranan penting dalam perencanaan dan

pengelolaan wilayah pesisir. Pemerintah harus memiliki inisiatif dalam

menanggapi berbagai permasalahan yang menyebabkan degradasi sumberdaya

lamun khususnya lamun dan konflik yang melibatkan kepentingan. Peran yang

dapat dilakukan adalah penetapan dan penegakan Perda. Penetapan Perda

sebaiknya diketahui oleh semua pihak agar pemanfaatan daerah tersebut lebih

teratur. Salah satu pengaturan pemanfaatan kawasan pesisir adalah menentukan

daerah konservasi agar sumberdaya lamun tidak mengalami degradasi dan daerah

pemanfaatanya.

Page 73: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

53 

 

Gambar 12. Peta perencanaan kawasan yang diusulkan

Zona Konservasi 

Zona Pemanfaatan 

Page 74: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

54 

 

Berdasarkan hasil penelitian, Stasiun 4 dan 5 pada daerah yang jauh dari

pantai. Daerah tersebut adalah daerah yang dianggap tepat untuk dijadikan daerah

perlindungan lamun. Pemilihan Stasiun 4 dan 5 sebagai daerah konservasi,

dikarenakan pada stasiun tersebut memiliki keanekaragaman yang tinggi

(lampiran 7) dan pada Stasiun 5 belum terdapat kegiatan yang dapat yang

merusak keanekaragaman lamun di Teluk Bakau. Serta spesies yang ditemukan

pada lima stasiun penelitian ditemukan juga pada daerah daerah yang berada jauh

pantai pada Stasiun 4 dan 5. Daerah konservasi lamun juga digunakan untuk

menenopang kehidupan biota berasosiasi lamun. Sebaiknya daerah tersebut

dilindungi dan pemerintah melarang pemanfatannya, agar daerah tersebut tidak

digunakan untuk kepentingan ekonomi karena potensi yang dimiliki cukup besar

serta membuat peraturan yang tegas.

Page 75: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

55 

 

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Habitat lamun di Teluk Bakau masih dalam kondisi baik, sehingga

mememungkinkan lamun tetap tumbuh pada perairan. Jenis substrat yang utama

adalah pasir berlumpur. Media ini merupakan media yang paling sesuai bagi

beragam jenis lamun. Hal ini terlihat dari ditemukannya 10 jenis lamun yang

tersebar di 5 (lima) lokasi pengamatan. Adapun jenis lamun yang ditemukan di

Teluk Bakau adalah Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus

acoroides Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Halophila ovalis. Halophila

spinulosa, Syringodium isoetifolium, Thalassia hempricii dan Thalassodendron

ciliatum. Jenis lamun yang tumbuh di Teluk Bakau termasuk 10 jenis lamun yang

ditemukan Pulau Bintan dan termasuk dari 13 jenis lamun (7 Genus) yang

ditemukan di seluruh Indonesia. Nilai Indeks keseragaman rata-rata lamun tinggi,

dengan kata lain tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies

lainnya dan kondisi lingkungan stabil, dan tidak terjadi tekanan ekologis terhadap

biota di lokasi tersebut. Hal ini terlihat dari pengamatan yang dilakukan

sebelumnya.

Pada Teluk Bakau tidak ditemukan lamun yang hidup secara monospesifik.

Jenis dan jumlah lamun yang ditemukan terdapat 2-7 jenis lamun yang hidup

secara bersama-sama mulai dari daerah daerah yang berada didekat pantai sampai

daerah yang berada jauh pantai pada setiap stasiun pengamatan. Sehingga untuk

membentuk zonasi lamun sangat sulit dilakukan. Hal ini disebabkan Indonesia

yang beriklim tropis dan sinar matahari yang selalu ada sehingga lamun yang

tumbuh diperairan Indonesia menyebar merata disetiap perairan. Sumberdaya

lamun yang ada di Teluk Bakau masih mendapat ancaman dari dalam maupun

dari luar lingkungannnya. Ancaman yang paling serius dihadapinya adalah

pembangunan resort dan tempat tinggal diatas perairan pembuangan limbah

industri wisata mapun limbah rumah tangga, dan penangkapan ikan yang tidak

ramah lingkungan seperti penggunaan pukat dasar. Adapun hal yang dapat

dilakukan adalah melarang pembangunan wisata dan pemukiman diatas perairan.

Page 76: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

56 

 

Kemudian membuat tempat pengolahaan limbah dan melarang penggunaan alat

tangkap yang tidak ramah lingkungan. Hal tersebut dilakukan agar lamun dan

ekosistem perairan lainnya tetap lestari. Adapun hal lain yang bisa dilakukan

adalah menentukan zona konservasi lamun.

6.2. Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai dampak kegiatan wisata di

daerah Teluk Bakau.

Page 77: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

57 

 

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2009. Lokarya Nasional I Pengelolaan Ekosistem Lamun. http://pksplipb.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=133&Itemid=1 diakses pada tanggal 28/07/2010 [8:49 PM]

[Anonim]. 2010. Marxan Conservastion Planning.

http://marineplanning.org/pdf/marxan_tutorial_expert.pdf. diakses pada tanggal 28/1/2011 [8:49 PM]

Azkab MH. 2000. Struktur dan fungsi pada komunitas lamun. Majalah Ilmiah Semi Populer Oseana 25(3):9-17

Azkab MH. 2006. Ada apa dengan lamun. Majalah Semi Polpuler Oseana 31(3): 45-55

Bengen DG. 2001. Ekosistem dan sumberdaya alam pesisir dan laut. Synopsis. Pusat Kajian SUmberdaya Pesisir dan Lautan, Intitut Pertanian Bogor. Bogor. iii+ 62 hml.

Brower JE, Zar JH & Ende CNV. 1998. Field and laboratory method for general ecology fourth edition. McGraw-Hill Publication. Boston, USA. xi + 273p.

Dahuri R, Rais J, Ginting SP & Sitepu MJ. 2001. Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta. xxiv + 305 hml.

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman hayati laut, aset pembangunan berkelajutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. xxxiii + 412 hml.

Dwintasari F. 2009. Hubungan ekologis lamun (seagrass) terhadap kelimpahan dan keanekaragaman ikan di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu.[skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Intitut Pertanian Bogor. Bogor. xiii+72 hml.

Effendi H. 2003. Telaah kualitas air. Bagi pengeloaan dan sumberdaya lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm.

Page 78: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

58 

 

Go Blue Indonesia. 2009. Ekosistem Padang Lamun Hilang,Masa Depan Ekosistem Pesisir Global Terancam. www.GoBlueIndonesia.com diakses pada tanggal 28/1/2010 [8:49 PM]

Hutomo, H. 1997. Padang Lamun Indonesia : Salah Satu Ekosistem Laut Dangkal yang belum banyak dikenal. Jurnal Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.

Hutomo, H dkk. 2004. Pedoman Umum Pengelolaan Ekosistem Lamun Berbasis

Masyarakat. Proyek Rehabilitasi Dan Pengelolaan Terumbu Karang Departemen Kelautan Dan Perikanan. Coremap. Jakarta. 29 hlm

[MENLH] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kriteria Baku. 2004. kerusakan dan pedoman penentuan status padang lamun. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 tahun 2004

Krebs, C. J., 1972. Ecology, the Experimental Analisys of Distribution and Abudance Haper anda Row Publ. New York. 496 p.

Kiswara W. 1997. Struktur komunitas padang lamun perairan Indonesia.p. 54-61. In: Inventarisasi dan evaluasi potensi laut-pesisir, geologi, kimia, biologi, dan ekologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Kiswara W. 2004. Kondisi padang lamun (seagrass) di perairan teluk Banten 1998-2001. Lembaga Penelitaian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. xii+ 33 hml.

Kuriandewa Tri Edi. 2009. Tinjaun tentang Lamun di Indonesia. Lokakarya Nasional I Pengelolaan Ekosistem Lamun. Sheraton Media; JakartaPK-SPL.2009. Lokarya Nasional I Pengelolaan Ekosistem Lamun. http://pksplipb.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=133&Itemd=1 diakses pada tanggal 27/1/2010 9:07 PM

Kuriandewa Tri Edi. 2010. Rencana Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan dan Penataan ruangnya di Pesisir Timur Pulau Bintan Trikora. Lembaga Penelitaian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

[MENLH] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kriteria Baku. 2004. kerusakan dan pedoman penentuan status padang lamun. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 tahun 2004

Page 79: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

59 

 

McKenzie LJ & Yoshida RL. 2009. Seagrass-Watch: Proceeding of a workshop for monitoring seagrass habitat in Indonesia. The Nature Conservacy, Coral Triangel Center, Sanur Bali, 9th May 2009. Seagrass-WatchHQ Crains. 56p

Sam A. 2008. Pengertian suksesi. [terhubung berkala]. http://sobat baru.blogspot.cam/2008/06/pengertian suksesi [05 Juli 2010].

Supriyadiharyono. 2009. Konservasi ekosistem sumberdaya hayati di wilayah pesisir dan laut tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. xii+ 470 hml.

Warastri, Sundari Weaning. 2009. Penggunaan Data Citra Pengindreaan Jarak Jauh untuk Mengetahui Sebaran Biomassa Lamun di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Jakarta. [Skripsi]. Intitut Pertanian Bogor;Bogor

Yono. 2009. Bumi Bintan Hancur Karena Tambang Pasir dan Bauksit. Detikriau.net diakses pada tanggal 05/07/2010 [02.45]

Page 80: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

60 

 

Lampiran

Page 81: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

61 

 

Lampiran 1. Data sampling

No  Jenis  Jumlah Peresentase penutupan 

Morfometri Kecerahan

kedalaman (cm) 

Substrat posisi Panjang 

(cm) Lebar (cm) 

jeniskedalaman 

(cm) 1  (kosong)                    PL     1⁰00'50,6" 

                              104⁰39'05,1"2  EA  20  50%  92  1,5  100%  113  PL  20  1⁰00'44" 

                              104⁰39'17,1"3  EA  18  50%  60  1,1  100%  113  PL  50  1⁰00'449,4" 

                              104⁰39'17,8"4  CS  6  15%  14  0,5  100%  153  PL  40  1⁰00'49,1" 

   EA  10  35%  65  1,5              104⁰39'18" 5  CS  9  20%  12  0,4  100%  119  PL  40  1⁰00'52" 

   EA  16  50%  70  1,4              104⁰39'18,5"6  CS  7  18%  14  0,5  100%  105  PL  50  1⁰00'555" 

   EA  10  30%  65  1,5              104⁰39'19,4"7  (kosong)              100%  167  PL     01⁰01'20,7" 

                              104⁰39'13,3"8  TH  15  20%  13  0,5  100%  161  PL  16  01⁰01'19,9" 

   EA  2  5%  65  0,8        PL     104⁰39'16,2"   TH  4  10%  12  0,4     86  PL  18  01⁰01'19,9"                               104⁰39'16,5"

9  TH  15  20%  11  0,4  100%  90  PL  20  01⁰01'19,8"                               104⁰39'16,9"

Page 82: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

62 

 

Lampiran 1. Data sampling (lanjut 2)

No  Jenis  Jumlah Peresentase penutupan 

Morfometri Kecerahan 

kedalaman (cm) 

Substrat posisi 

Panjang (cm)  Lebar (cm)  jenis kedalaman (cm) 

10  EA  16  50%  11  0,5  100%  169  PL  29  01⁰01'19,8"                               104⁰39'17,1"

11  TH  13  18%  13  0,5  100%  100  PL  15  01⁰01'19,8"    EA  6  20%  70  1,3              104⁰39'17,2"

12  EA  7  22%  75  1,4  100%  110  PL  26  01⁰01'19,4"    TH  13  18%  14  0.4              104⁰39'18,2"

13  EA  6  20%  69  1,5  100%  150  pL  30  01⁰01'19,4"    TH  15  20%  12  0,5              104⁰39'18,4"

14  TH  15  20%  13     100%  164  PL  70  01⁰01'20,6"    EA  10  25%                    104⁰39'19,4"

15  EA  12  27%  68  1,4  100%  160  PL  20  01⁰01'27,5"                               104⁰39'19,8"

16  (kosong)              100%           01⁰01'22,5"                               104⁰39'20,2"

17  CS  10  20%  10  0,5  100%  80  PL  18  01⁰01'25,9"                               104⁰39'17,0"

18  CR  40  50%  10  0,4  100%  83  PL  10  01⁰01'26,1"                               104⁰39'17,2"

19  EA  10  25%  70  1,5  100%  168  PL  8  01⁰01'27,4"                               104⁰39'17,4"

Page 83: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

63 

 

Lampiran 1. Data sampling (lanjut 3)

No  Jenis  Jumlah Peresentase penutupan 

Morfometri Kecerahan 

kedalaman (cm) 

Substrat posisi 

Panjang (cm)  Lebar (cm)  jenis kedalaman (cm) 

20  TH  10  12%  15  0,5  100%  75  PL  15  01⁰01'27,4"                               104⁰39'17,7"

21  (kosong)              100%           01⁰01'28,8" 22  CS  6  10%  10  0,5     70  PL  15  01⁰01'28,8" 

                              104⁰39'18,3"23  EA  5  10%  70  1,4  100%  150  PL  20  01⁰01'28,7" 

                              104⁰39'18,9"24  EA  12  28%  79  1  100%  73  PL  14  01⁰01'28,6" 

                              104⁰39'19,3"25  (kosong)              100%           01⁰01'28,6" 

                              104⁰39'20,1"26  EA  15  35%  120  1,5  100%  75  PL  18  01⁰01'28,3" 

                              104⁰39'20,7"27  (kosong)              100%           01⁰01'27,8" 

                              104⁰39'22" 28  TH  1  2%  17  0,5  100%             

   HP  12  10%  13  0,1     75  PL  61  01⁰01'27,1"    EA  1  3%  68  1,3              104⁰39'24"    CS  13  25%  14  0,4                

Page 84: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

64 

 

Lampiran 1. Data sampling (lanjut 4)

No  Jenis  Jumlah Peresentase penutupan 

Morfometri Kecerahan 

kedalaman (cm) 

Substrat posisi 

Panjang (cm)  Lebar (cm)  jenis kedalaman (cm) 

29  TH  18  25%  13  0,4  100%  167  PL  45  01⁰01'26,5"    HP  14  10%  13  0,1              104⁰39'27,1"   EA  3  8%  81  1,4                   CS  10  18%  17  0,5                

30  EA  4  10%  79  1,4  100%  168  PL  28  01⁰01'29"    TH  12  16%  15  0,4              104⁰39'28,2"

31  HO  15  5%  10  0,7  100%  85  PL  23  01⁰01'30,2"    TH  15  20%  13  0,4              104⁰39'26,8"   HP  13  10%  13  0,1                   EA  5  10%  68  1,3                   CS  5  8%  14  0,4                

32  CR  20  30%  10  0,1  100%  79  PL  49  01⁰01'30,4"    EA  8  15%  80  1,5              104⁰39'26,3"

33  HO  5  1%  5  0,1  100%  81  PL  26  01⁰01'30,4"    EA  13  25%  64  1,2              104⁰39'26,0"   Cr  10  15%  12  0,1                

38  (kosong)              100%  163        01⁰01'30,9"                               104⁰39'24,6"

39  EA  10  20%  50  1  100%  81  PL  16  01⁰01'30,4"                               104⁰39'26,0"

40  (kosong)                          01⁰01'31,5"                               104⁰39'24,3"

Page 85: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

65 

 

Lampiran 1. Data sampling (lanjut 5)

No  Jenis  Jumlah Peresentase penutupan 

Morfometri Kecerahan 

kedalaman (cm) 

Substrat posisi 

Panjang (cm)  Lebar (cm)  jenis kedalaman (cm) 

41  EA  5  10%  34  1  100%  68  PL  9  01⁰01'31,7"                               104⁰39'22,3"

42  CS  20  40%  22  0,3  100%  63  PL  16  01⁰01'33,3"                               104⁰39'19,2"

43  (kosong)              100%  169  PL     01⁰01'35,9"                               104⁰39'19,9"

44  (kosong)              100%  165  PL     01⁰02'7,8"                               104⁰39'25,5"

45  Cr  5  5%  16  0,2  100%  55  PL  38  01⁰02'7,8"                               104⁰39'26" 

46  EA  6  13%  44  1,4  100%  76  PL  28  01⁰02'8,1"                               104⁰39'27" 

47  EA  8  28%  120  1,3  100%  154  PL  42  01⁰02'8,5"                               104⁰39'28,5"

48  TH  6  15%  15,5  1  100%  84  PL  33  01⁰02'8,8"    CR  7  10%  15  0,4              104⁰39'29,9"

49  EA  5  15%  73  1,3  100%           01⁰02'8,8"    TH  10  23%  13  1     184  PL  38  104⁰39'32,2"   CR  8  13%  14  0,4                

50  EA  8  22%  78  1,4  100%  160  PL  20  01⁰02'9,2"    TH  6  18%  16  1              104⁰39'32,6"

Page 86: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

66 

 

Lampiran 1. Data sampling (lanjut 6)

No  Jenis  Jumlah Peresentase penutupan 

Morfometri Kecerahan  kedalaman (cm) 

Substrat posisi 

Panjang (cm)  Lebar (cm)  jenis kedalaman (cm) 

51  EA  6  10%  61  1  100%  156  PL     01⁰02'12,7"    TH  9  20%  15  1              104⁰39'32,2"   CR  10  15%  12  0,3                

52  (kosong)              100%           01⁰02'12,7"                               104⁰39'31,7"

53  EA  10  30%  84  1,4  100%  90  PL  40  01⁰02'12,7"    TH  7  19%  15  1              104⁰39'31,4"   CR  4  13%  13  0,3                

54  EA  5  15%  89  1,4  100%  158  PL  49  01⁰02'16,6"    TH  6  18%  17  1              104⁰39'31,8"   CR  8  13%  14  0,4                   HP  13  10%  13  0,1                

56  kosong              100%  169  PL  39  01⁰02'16,8"                               104⁰39'31,8"

57  kosong              100%  154  PL  43  01⁰02'20,1"                               104⁰39'31,4"

58  EA  10  20%  79  1,3  100%  60  PL  38  01⁰03'00"    TH  7  19%  16  1              104⁰39'37,3"   CR  4  13%  13  0,3                

59  (kosong)              100%     PL  20  01⁰03'16,7"                               104⁰38'58" 

60  EA  2  5%  69  1,3  100%  89  PL  31  01⁰03'16,7"    CR  5  10%  10  0,2              104⁰38'59,7"

Page 87: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

67 

 

Lampiran 1. Data sampling (lanjut 7)

No  Jenis  Jumlah Peresentase penutupan 

Morfometri Kecerahan 

kedalaman (cm) 

Substrat posisi 

Panjang (cm)  Lebar (cm)  jenis  kedalaman (cm) 

61  TH  4  10%  16  1  100%     Pasir  37  01⁰03'17,7"    CR  4  8%  12  0,3     109        104⁰38'58,7"   HP  13  12%  10  0,1                

62  HP  9  10%  8  0,1     167  Pasir  39  01⁰03'18,1"    TH  6  13%  14  1              104⁰38'00" 

63  CS  15  30%  15  0,5  100%  120  Pasir  33  01⁰03'18,7"                               104⁰38'01,1"

64  HS  50  15%  10  0,1  100%  108  Pasir  45  01⁰03'18,9"                               104⁰38'00,1"

65  HS  15  5%  11  0,1  100%  107  pasir  28       CR  4  8%  13  0,3                   HP  5  2%                         TH  7  13%  17  0,9                

66  EA  5  15  70  1,4  100%  110  Pasir  18  01⁰03'19,9"    HU  10  4%  11  0,1              104⁰38'00,2"

67  (kosong)              100%  115  Pasir     01⁰03'21,2"                               104⁰38'59,5"

68  (kosong)              100%  78  Pasir     01⁰03'18"                               104⁰38'56,5"

69  TH  15  20%  18  0,9  100%  115  Ruble 14  1⁰3'57,2"    EA  18  21%  23  1,3              104⁰38'59,6"

Page 88: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

68 

 

Lampiran 1. Data sampling (lanjut 8)

No  Jenis  Jumlah Peresentase penutupan 

Morfometri Kecerahan 

kedalaman (cm) 

Substrat posisi 

Panjang (cm)  Lebar (cm)  jenis  kedalaman (cm) 

70  EA  2  3%  31  1  100%  101  Ruble 19  1⁰03'56,2"    TH  23  25%  8  0,9              104⁰38'58,6"

71  EA  3  5%  40  1  100%  155  Ruble 34  1⁰03'52,2"    TH  26  30%  10  0,7              104⁰39'04"    HP  122  8%  9  0,3                

72  EA  10  20%  70  1,5  100%  155  Ruble 15  1⁰03'50,2"    TH  40  10%  15  1              104⁰39'07"    HP  29  20%  10  0,4                   TC                               SI                            

73  EA  13  15%  90  1,5  100%  175  Ruble 6  1⁰03'47,2"    TH  20  30%  15  1              104⁰39'05,8"

74  CS  >50  100%  14  0,6  100%  253  Ruble 8  1⁰03'47,2"    SI  30  100%  20  0,1              104⁰39'05,8"

Lampiran 2. Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks Dominansi Nilai Indeks  Stasiun 1  Stasiun 2  Stasiun 3  Stasiun 4  Stasiun 5 

Keanekaragaman(H')  0.18625 0.27889 0.27497 0.34388 0.41271

Keseragaman (E)  0.40185 0.67244 0.71933 0.44095 0.81182

Dominansi  0.59815 0.32756 0.28067 0.55905 0.18818

Page 89: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

69 

 

Lampiran 3. Baku mutu air laut untuk biota laut No.  Parameter  Satuan  Baku mutu    FISIKA       

1  Kecerahana  m  coral: >5 

2  TSSb  mg/l  coral: 20 

        mangrove: 

80          lamun: 20 3  Kecepatan arus  cm/s  ‐ 4  Kedalaman  m  ‐               KIMIA       5  Ammonia total (NH3‐N)  mg/l  0,3 6  Nitrat (NO3‐N)  mg/l  0,008 7  Ortophospat  mg/l  0,015 

Catatan: 1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan

(sesuai dengan metode yang digunakan) 2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada,

baik internasional maupun nasional. 3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang,

malam dan musim). a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2

musiman

Page 90: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

70 

 

Lampiran 4. Persen penutupan standar menurut McKenzie (2003)

0 %  10 %

20 % 

50 % 

30 % 

60 % 

75 %  100 % 

*Bukan Dokumentasi pribadi

Page 91: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

71 

 

Lampiran 5. Identifikasi lamun (Hutomo dkk, 2004)

Page 92: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

72 

 

Lampiran 5. Identifikasi lamun (Hutomo dkk, 2004) , (lanjut 2)

Page 93: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

73 

 

Lampiran 6. Metode analisis Metode Analisis Kimia

TSS

1. Saring aquades mldengan kertas saring mikropore 0,45 mm sebanyak 60 ml 2. Masukan kertas kedalam oven selama 1 jam bersuhu 1350C 3. Angkat kemudian dinginkan kedalam dessikator selama 30 menit. 4. Setelah itu, timbang kertas saring sebesar (a mg), hal ini dimaksudkan agar

kertas berat kertas saring diketahui sebelum digunakan untuk menyaring air sampel.

5. Setelah itu, saring air sampel sebanyak 100 ml, dengan kertas saring miliopore yang telah disiapkan.

6. Kemudian tambahkan 50 ml aquades. 7. Setelah air sampel selesai disaring setiap stasiun, masukan kedalam oven

dengan suhuh ± 1200C selama 1 jam. 8. Dinginkan selama 30 menit kemudian timbang (b mg)

Amonia

1. Saring air sampel sebanyak 100 ml, dengan kertas saring miliopore yang telah disiapkan.

2. Kemudian tambahkan 50 ml aquades. 3. Ambil air sampel sebanak 25 ml sampel 4. Kemudiankan tambahkan Fenol solution 1 ml dan 2,5 ml oxidaxing solution,

aduk setiap air sampel yang ditambahkan larutan tersebut. 5. Setelah itu diamkan didalam raung gelap selama 1 jam 6. Ukur dengan menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 640

nm.

Ortofosfat

1. Saring air sampel sebanyak 100 ml, dengan kertas saring miliopore yang telah disiapkan.

2. Kemudian tambahkan 50 ml aquades. 3. Ambil air sampel sebanak 25 ml sampel 4. Tambahkan mix reagen* (4 ml), diamkan 5 menit. 5. Ukur dengan menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 880

nm.

Nitrat

1. Saring air sampel sebanyak 100 ml, dengan kertas saring miliopore yang telah disiapkan.

2. Kemudian tambahkan 50 ml aquades. 3. Ambil air sampel sebanak 5 ml sampel

Page 94: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

74 

 

4. Kemudian tambahkan reagen 0,5 ml dan H2SO4 36 N sebanyak 5 ml 5. Kemudian panaskan selama 30 menit 7. Angkat kemudian dinginkan, setelah itu ukur dengan menggunakan

spektrofotometri dengan panjang gelombang 410 nm. Lampiran 7. Contoh Perhitungan

1. Kerapatan jenis Diketahui dalam transek kuadrat terdapat 7 tegakan Enhalus acoroides maka Transek ukuran 50 cm x 50 cm = 0.25 m2, maka :

2. Kerapatan jenis relatif Enhalus acoroides Rata-rata ditemukan spesies Enhalus acoroides adalah 46 ind/m2 Ditemukan pula jenis Cymodocea serrulata dengan rata-rata tegakan 26 ind/m2 maka:

3. Frekuensi jenis Enhalus acoroides Dalam satu stasiun ditemukan 5 petak contoh dari 6 petak contoh maka frekunsi kehadiran Enhalus acoroides 5 kali maka :

4. Frekuensi relatif Enhalus acoroides Jika ditemukan 2 jenis individu berbeda maka Memiliki Frekuensi jenis 0,67, maka:

5. Penutupan relatif, penutupan berdasarkan estimasi intuisi peneliti. Diketahui dalam sattu stasiun Enhalus acoroides, memiliki tutupan sebesar 20 % dan ditemukan jenis spesies yang berbeda pada stasiun 13,3 % tersebut maka:

6. Indeks nilai penting Enhalus acoroides adalah hasil jumlah rata-rata nilai RDI, RFI, dan RDI pada satu stasiun.

Page 95: DISTRIBUSI SPASIAL DAN PENGELOLAAN LAMUN - EAFM · measurement of water environment quality of environmental waters Teluk Bakau ... Padang lamun yang tersebar luas di perairan dangkal

75 

 

7. Indeks keanekragaman, misalkan dalam satu stasiun Enhalus acoroides

ditemukan 130 individu dari 5 jenis lamun dengan total tegakan784 yang masuk dalam petak contoh satu stasiun, maka:

dan

Lakukan hal yang sama pada masing-masing individu kemudian jumlahkan.

8. Indeks Keseragaman Misalkan, indeks keanekaragaman 0,37, maka

9. Indeks dominasi, maka

Lampiran 8. Perhitungan Marxan

No Jenis Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

A B A B A B A B A B

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Enhalus acoroides 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 Thalassia hempricii 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1

3 Cymodocea serrulata 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1

4 Cymodocea rotudanta 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0

8 Halodule uninervis 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

5 Halodule pinifolia 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1

6 Halophila spinulosa 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

7 Halophila ovalis 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

9 Syringodium isoetifolium 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

10 Thalassodendron ciliatum 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

2.00 2.00 4.00 5.00 3.00 4.00 3.00 8.00 3.00 6.00