Top Banner
i Tugas Dinamika Kelompok Presented By 7 th Group FACULTY OF PUBLIC HEALTH SRIWIJAYA UNIVERSITY 2012
68
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Dinamic of Group

i

Tugas Dinamika Kelompok

Presented By

7th Group

FACULTY OF PUBLIC HEALTH

SRIWIJAYA UNIVERSITY

2012

Page 2: Dinamic of Group

TUGAS DINAMIKA KELOMPOK

TEORI JOHARI WINDOWSTEORI PENGARUH MEDANTEORI PERSEPSITEORI MOTIVASITEORI ADAPTASI INOVASIGAYA KEPRIBADIAN

Presented By 7th Group

1. Shelia Fajriyah (10101001007)2. Dika Ika Putri (10101001017)3. Veni Selvianty (101010010 )4. Monika Febrianti U. (10101001040)5. Ditha Meirani (101010010050)6. Oktiza Lantari (10101001062)7. Melisa (10101001072)

Lectured By H. Rustam Aji.,SKp.,M.Kes.

FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SRIWIJAYA

2012

ii

Page 3: Dinamic of Group

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur senantiasa kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan penyusunan laporan ini.

Makalah Dinamika Kelompok yang membahasa tentang “Teori

Komunikasi” ini, merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah Dinamika Kelompok Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sriwijaya.

Penulisan makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin. Namun,

karena keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis tentu makalah ini masih

belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan para pembaca maupun pihak-

pihak lain berkenan memberikan kritik dan saran.

Semoga makalah ini turut memberi andil dalam memperluas pengetahuan

kita dan semoga semua usaha kita mendapat ridho-Nya. Kami ucapkan terima

kasih kepada segenap pendukung yang telah membantu kami dalam penulisan

makalah ini.

Indralaya,25 Oktober 2012

Kelompok 7

iii

Page 4: Dinamic of Group

Daftar Isi

Halaman judul …………………………………………………. i

Kata Pengantar ………………………………………………….. ii

Daftar isi ………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang …………………………………………..

I.2 Tujuan …………………………………………………..

I.3 Rumusan Masalah ………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Johari Window …………………………………..

B. Teori Pengaruh Medan …………………………………..

C. Teori Persepsi …………………………………………..

D. Teori Motivasi …………………………………………..

E. Teori Adopsi Inovasi …………………………………..

F. Gaya Kepribadian …………………………………..

G. Gaya Belajar dan Problem Solving …………………..

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan ………………………………………….

Daftar Pustaka ………………………………………………….

iv

Page 5: Dinamic of Group

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kata “dinamika” menunjuk pada keadaan yang berubah-ubah yang

menggambarkan fluktuasi atau pasang surut, sekaligus melukiskan aktivitas dan

system sosial yang tidak statis yang bergerak menuju perubahan. (Hollander,

1978:151). Sedangkan kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan

kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan

bersama. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa dinamika kelompok adalah suatu

kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan

psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat

berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama dan juga merupakan suatu

konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang

dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan menyesuaikan diri dengan keadaan

yang selalu berubah-ubah. Karena hal itulah, dinamika kelompok terdapat dalam

kajian perilaku organisasi karena berpengaruh terhadap perubahan kondisi

perilaku organisasi karena dinamika kelompok selalu berubah-ubah.

Sztompka (2004:2) mengatakan bahwa, konsep perubahan sosial tercipta

dari teori sistem, di mana perubahan sosial adalah sebuah perubahan yang terjadi

dalam sebuah sistem, baik pada tingkat makro; keseluruhan masyarakat dunia

(kemanusiaan), tingkat menegah (mezzo), tingkat bangsa (nation state), maupun

regional. Pada tingkat mikro; seperti komunitas lokal, asosiasi, perusahaan,

keluarga, ikatan pertemanan, merupakan sebuah sistem kecil.

1

Page 6: Dinamic of Group

Perubahan-perubahan sosial selalu dipengaruhi oleh hal-hal baru di

masyarakat yang menciptakan suatu keadaan yang berbeda dengan keadaan

sebelumnya dalam sistem sosial. Jadi, pada kondisi sosial lama terdapat

perbedaan, kemudian pada waktu yang berbeda dan di antara sistem sosial yang

sama. Maka kondisi ini akan melahirkan perubahan sosial. Seperti yang dijelaskan

Oleh Sztompka (2004:3), bahwa konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga

gagasan : (1) perbedaan; (2) pada waktu yang berbeda; (3) di antara keadaan

sistem sosial yang sama. Dengan demikian, menurut (Hawley, 1978:787 dalam

Sztompka, 2004:3), bahwa perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak

terulang dari sistem sosial sebagai suatu kesatuan.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Apakah pengertian dari Teori Jauhary Window ?

2. Apakah pengertian dari Teori Pengaruh Medan ?

3. Apakah pengertian dari Teori Persepsi ?

4. Apakah pengertian dari Teori Motivasi ?

5. Apakah pengertian dari Teori Adopsi Inovasi ?

6. Apakah yang dimaksud dengan Gaya Kepribadian ?

7. Apakah pengertian dari Gaya belajar dan Problem Solving ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan mengerti macam-macam teori komunikasi

2. Untuk mengetahui tentang Gaya Kepribadian dan jenis-jenisnya

3. Untuk mengetahui dan mengerti tentang Gaya Belajar dan Problem

Solving

4. Dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Dinamika Kelompok,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNSRI.

2

Page 7: Dinamic of Group

BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI JAUHARI WINDOWS

Memelihara hubungan antar individu adalah penting dalam kehidupan

kelompok atau hubungan pertemanan. Observasi terhadap perilaku seseorang

hanyalah terhadap perilaku yang nampak saja. Dibalik perilaku yang nampak

tersebut ternyata ada banyak sekali variabel penentu lainnya,antara lain, norma

dan nilai-nilai yang berharga dalam dirinya, keyakinan, sikap,minat, dan harapan

atau bahkan perasaannya yang mungkin sama sekali tidak diketahui oleh orang

lain yang bekerja bersamanya. Ada unsur-unsur pengendali perilaku seseorang

yang dapat diketahui orang lain, ada pula yang tidak diketahui bahkan terkadang

si pelaku sendiri tidak mengetahui apa yang dilakukannya dan mengapa ia

melakukan hal tersebut. Memang banyak hal-hal yang mengenai diri kita yang

kita ketahui , tapi tidak diketahui orang lain dan sebaliknya.. Sehubungan dengan

perilaku manusia yg sangat pelik ini dua orang ahli psikologi dari Amerika Serikat

pada tahun 1955 Joseph Luft dan Harry Ingham mengeluarkan suatu model

diagram untuk melihat dinamika dari self-awareness yang berkaitan dengan

perilaku, perasaan, dan motif. Model ini dapat berguna untuk pengembangan diri

maupun kelompok dan cara agar dapat memahami suatu hubungan dalam proses

komunikasi. Nama ‘Johari’ itu sendiri berasal dari kombinasi nama depan para

penemunya, Joe dan Harry.

Dasar pemikiran :

Aspek-aspek perilaku dan gaya seseorang yang diketahui oleh diri sendiri.

Aspek-aspek perilaku & gaya seseorang yang diketahui orang lain, yang

berinteraksi dengannya.

3

Page 8: Dinamic of Group

DIRI SENDIRI

TAHU TIDAK TAHU

OR

AN

G L

AIN

TAHU Quadrant 1 : Quadrant 2 :

”BUTA”

TIDAK

TAHU

Quadrant 3 :

”TERTUTUP”

Quadrant 4 :

”GELAP /

MISTERI”

Penjelasan :

Quadrant 1 : Kotak kiri atas, disebut ”ARENA” merupakan bagian dari perilaku

dan motivasi diri yang diketahui oleh umum, yang sama-sama diketahui oleh diri

sendiri dan juga oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Arena ini meliputi

hal-hal seperti nama, usia, penampilan fisik, kedudukan dalam keluarga atau

kedudukan dalam organisasi.

Quadrant 2 : Kotak kanan atas, disebut ”DAERAH BUTA”. Merupakan bagian

perilaku dan motivasi pribadi yang hanya diketahui oleh orang lain tetapi tidak

diketahui oleh diri sendiri. Mungkin seseorang memiliki kebiasaan-kebiasaan

yang dianggap lucu, menyebalkan, atau menyenangkan, namun hal itu tidak

disadari oleh yang bersangkutan.

Quadrant 3 : Kotak kiri bawah disebut ”DAERAH TERTUTUP”. Merupakan

bagian perilaku dan motivasi seseorang yang hanya diketahui oleh diri sendiri dan

tidak diketahui oleh orang lain. Bagian ini adalah bagian yang RAHASIA bagi

orang lain.

Quadrant 4 : Kotak kanan bawah disebut ”DAERAH GELAP / MISTERI”,

merupakan bagian perilaku dan motivasi diri yang sama-sama tidak diketahui baik

oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Daerah ini diduga adalah daerah yang

paling besar, tidak terukur.

4

Page 9: Dinamic of Group

Contoh kasus :

Penjelasan :

Kuadran 1 sempit kurang terbuka

Banyak hal dari dirinya yang ditutup-tutupi tidak efektif

kurang mau menerima feed back (pandangan orang lain) tentang dirinya.

Tidak ada kepercayaan

Sehingga takut kehilangan harga dirinya atau tidak enak mendengarkan kritik.

Untuk dirinya perlu dikembangkan kepercayaan dengan jalan membuka

diri terhadap pendapat, perasaan dan pikiran orang lain sehingga membuka jalan

bagi orang lain untuk menerima feed back, yang mempengaruhi bidang kuadran 1

menjadi melebar dan akan timbul perbaikan dalam hubungan dengan orang lain.

5

Pemahaman diri yang baik ditandai dengan Quadrant 1 (ARENA) yang lebih besar, dengan satu atau lebih quadrant

yang lainnya lebih kecil.

S A Y A

TAHU TIDAK TAHU

OR

AN

G L

AIN

TA

HU

Quadrant 1 :

”ARENA”

Quadrant 2 :

”BUTA”

TID

AK

TA

HU

Quadrant 3 :

”TERTUTUP /

RAHASIA”

Quadrant 4 :

”GELAP /

MISTERI”

Page 10: Dinamic of Group

Beberapa butir yang penting untuk menjadi pribadi yang efektif

Besar kecilnya kuadran-kuadran tersebut bisa berubah, misalnya karena

memperoleh umpan balik dari orang lain. Ada beberapa prinsip mengenai

bagaimana kondisi perubahan dalam kuadran-kuadran ini :

1. Perubahan di setiap kuadran akan berpengaruh pada kuadran-kuadran yang

lainnya.

2. Diperlukan energi yang besar untuk menyembunyikan, menyangkal atau

membutakan diri terhadap berbagai perilaku yang tampil dalam interaksi.

3. Ancaman cenderung menurun Q1, saling percaya cenderung meningkatkan

Q1.

4. ”Awareness” yang dipaksakan tidak diharapkan dan biasanya tidak efektif.

5. Pembelajaran pribadi berarti bahwa kuadran Q1 adalah lebih besar dan satu

atau lebih kuadran yang lainnya menjadi lebih kecil.

6. Kerjasama dengan orang lain yang lebih dimungkinkan oleh adanya area

”aktivitas bebas” yang cukup luas. Q1 yang meningkat berarti bahwa sumber

daya dan ketrampilan anggota dapat diaplikasikan untuk tugas-tugas tertentu.

7. Semakin kecil Q1 semakin buruk situasinya.

8. Ada suatu keingintahuan yang bersifat universal terhadap daerah misteri, yang

dibatasi oleh kebiasaan-kebiasaan, pola sosial, dan ketakutan-ketakutan

tertentu.

9. Kepekaan berarti menghargai aspek-aspek yang tidak tertampil di kuadran-

kuadran Q2, Q3 dan Q4 serta menghargai keinginan orang untuk

menyembunyikannya.

10. Mempelajari ”group process” pada saat kita mengalaminya, cenderung akan

meningkatkan ”awareness” (Q1) sebagai kelompok maupun individu.

11. Sistem nilai kelompok dan anggotanya dapat diketahui dari caranya

menghadapi kuadran ”misteri”.

B. TEORI PENGARUH MEDAN

6

Page 11: Dinamic of Group

Teori Medan dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam

psikologi Gestalt. Konstribusi penting dari psikologi ini adalah kritiknya terhadap

pendekatan molekular yang tidak menyeluruh dari behaviorisme S-R. Ahli-ahli

gestalt juga beranggapan bahwa benda-benda hidup berbeda dengan mesin, selalu

hidup dan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Diantara prinsip penting

dalam belajar ala psikologi Gestal adalah adanya insight atau pemahaman dan

pencerahan. Kemudian Lewin menambah unsur baru dari teori belajar gestalt yang

disebut sebagai Teori Medan Kognitif. Menurut Lewin, individu berada dalam

suatu medan kekuatan psikologis. Individu bereaksi dengan life space (Ruang

Hidup) yang mencakup perwujudan lingkungan di mana siswa bereaksi dengan

orang-orang yang ditemui, obyek material yang dihadapi serta fungsi-fungsi

kejiwaan yang dimiliki. Selain faktor-faktor yang sifatnya personal, perilaku

individu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat sosial lingkungan.

Lewin berpendapat bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

faktor yang bersifat pribadi dan faktor yang bersifat social.

Ciri-ciri utama dari teori medan Lewin dapat diringkaskan sebagai berikut:

Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu

tingkah laku itu terjadi, analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari

mana bagian-bagian komponennya dipisahkan,orang yang konkrit dalam situasi

yang konkrit dapat digambarkan secara matematis. Lewin  juga menekankan

kukuatan-kekuatan yang mendasari (kebutuhan-kebutuhan) sebagai penentu

tingkah laku dan lebih menyukai gambaran-gambaran psikologi tentang medan

daripada gambaran fisik atau fisiologiknya.

Teori Medan didefinisikan sebagai “keseluruhan fakta-fakta yang

berkoeksistensi yang dipandang sebagai saling tergantung”.Menurut Lewin,

pribadi adalah heterogen, terbagi menjadi bagian bagian yang terpisah meskipun

saling berhubungan dan saling bergantung. Daerah dalam personal dibagi menjadi

sel-sel. Sel-sel yang berdekatan dengan daerah konseptual motor disebut sel sel

periferal. Sel-sel dalam pusat lingkaran disebut sel-sel sentral.Sistem motor

bertidak sebagai suatu kesatuan karena biasanya lahannya dapat melakukan suatu

7

Page 12: Dinamic of Group

tindakan pada satu saat. Begitu pula dengan sistem perseptual artinya orang hanya

dapat memperhatikan dan mempersepsikan satu hal pada satu saat. Bagian bagian

tersebut mengadakan komunikasi dan interdependen tidak bisa berdiri sendiri.

Konsep-konsep dinamika pokok dari teori medan yakni kebutuhan energi

psikis, tegangan , kekuatan atau vektor dan valensi. Konstruk konstruk dinamik

ini menentukan lokomosi khusus dari individu dan cara ia mengatur struktur

lingkungannya, Lokomosi dan perubahan perunahan struktur berfungsi

mereduksikan tegangan dengan cara memuaskan kebutuhan. Suatu tegangan dapat

direduksikan dan keseimbanagan dipulihkan oleh suatu lokomosi substitusi.

Proses ini menuntut bahwa dua kebutuhan erat bergantungan satu sama lain

sehingga pemiasan salah satu kebutuhan adalah melepaskan tegangan dari sistem

kebutuhan lainnya.Akhirnya, tegangan dapat direduksikan dengan lokomosi

lokomosi murni khayalan. Seseorang yang berkhayal bahwa ia telah melakukan

suatu perbuatan yang sulit atau menempati suatu jabatan yang tinggi mendapat

semacam kepuasan semu dari sekedar berkhayal tentang keberhasilan.Lingkungan

psikologi adalah konsep yang sangat mudah berubah.

Dinamika dari lingkungan dapat berubah dengan 3 cara yakni:

1. Perubahan valensi : Region bisa berubah secara kuantitatif-valensinya

semakin positif atau semakin negatif,atau berubah secara kualitatif dari

positif menjadi negatif atau sebaliknya region baru bisa muncul dan region

lama bisa hilang.

2. Perubahan vektor : Vektor mungkin dapat berubah dalam kekuatan dan

arahnya.

3. Perubahan Bondaris : Bondaris mungkin menjadi semakin permeabel atau

semakin tidak permeabel,mungkin muncul sebagai bondaris atau tidak

muncul sebagai bondaris.

Inti dari teori ini adalah adanya Life space (LS) yang merupakan

konstelasidari faktor-faktor yang menentukan baik individual maupun lingkungan.

Perilaku seseorang dapat digambarkan sebagai fungsi dari  Life space (LS)

dimana LS terdiri dari faktor personal dan lingkungan.Life space terbentuk dari

8

Page 13: Dinamic of Group

motif-motif, sikap dan hal lain yang merupakan keunikan dari kepribadian

seseorang ditambah dengan tekanan-tekanan sosial seperti norma, hukum dan

sebagainya. Life space ini terbagi atas area atau daerah-daerah yang berbeda

dimana lifespace ini merupakan semua kemungkinan yang dapat mempengaruhi

perilaku seseorang. Perilaku dikatakan sebagai pergerakan dalam life space yang

merupakan resultan dari kekuatan-kekuatan. Kombinasi kekuatan positif dan

negatif akan menentukan perilaku dari seseorang.Belajar merupakan fenomena

kognisi yang penekanannya  lebih tertuju pada proses mental dan bukan sekedar

pengalaman empiris.

Disinilah letak perbedaan mendasar antara kaum kognitivisme dengan

behavioralisme.  Menurut teori ini belajar berusaha mengatasi hambatan-

hambatan untuk mencapai tujuan. Kurikulum sekolah dengan segala macam

tuntutannya, berupa kegiatan belajar di dalam kelas, laboratorium, di workshop, di

luar sekolah, penyelesaian tugas-tugas, ujian, ulangan dan lain-lain, pada dasarnya

merupakan hambatan yang harus diatasi. Tantangan yang dihadapi dalam bahan

belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.

Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu

dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang

memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-

prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan

menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan

belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga tinggal menelan saja

kurang menarik bagi siswa. Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri

juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara  optimal.

Kelebihan Teori Medan:  menurut Gestaltis belajar adalah fenomena

kognitif. Kognisi sendiri dipahami sebagai proses mental karena kognisi

mencerminkan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Kognisi tidak

dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat

diamati. Oleh sebab itu belajar merupakan proses mental dan aspek-aspek belajar

adalah unik bagi spesies manusia. Ahli-ahli gestalt juga beranggapan bahwa

benda-benda hidup berbeda dengan mesin, selalu hidup dan saling mempengaruhi

9

Page 14: Dinamic of Group

dengan lingkungannya. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai

perceptual field (medan persepsi). Setiap medan persepsi memiliki organisasi

yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh

karena itu, Psikologi gestalt menekankan adanya pengorganisasian proses-proses

dalam persepsi, belajar dan problem solving dan juga mempercayai bahwa setiap

individu diarahkan untuk mengorganisasikan serpihan informasi yang bersumber

dari beragam cara atau proses. Pengorganisasian inilah yang kemudian

mempengaruhi makna yang dibentuk.

kritik dan kekurangan teori medan: Walaupun terdapat kelebihan yang

ditawarkan Lewin, tetapi ada juga kritik terhadap teori Lewin. Kritik tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Lewin tidak mengelaborasi pengaruh lingkungan luar atau lingkungan obyektif.

Lewin memang mengemukakan sifat bondaris antara lingkungan psikologis

dengan lingkungan obyektif yang permenable, tetapi hal ini tidak diikuti oleh

penjelasan dinamika bagaimana lingkungan luar itu mempengaruhi region-region

atau menjadi region baru.

2. Lewin kurang memperhatikan sejarah individu pada masa lalu sebagai penentu

tingkah laku. Ini merupakan resiko teori yang mementingkan masa kini dan masa

yang akan datang. Teori ini juga terlalu berpusat terhadap aspek-aspek yang

mendalam dari kepribadian sehingga mengabaikan tingkah laku motoris yang

nampak dari luar.

3. Lewin menyalahgunakan konsep ilmu alam dan konsep matematika. Memang

tidak mudah memahami jiwa dengan memakai rumus-rumus matematika. Bahkan

Lewin berani mengambil resiko dengan memakai istilah-istilah dalam matematika

dan fisika untuk dipakai dalam psikologi dengan makna yang sangat berbeda

dengan makna aslinya.

4.Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya.

Penggambaran topologis dan vaktorial dari Lewin tidak mengungkapkan sesuatu

yang baru tentang tingkah laku.

5.Banyak konsep dan konstruk yang tidak didefinisikan secara jelas sehingga

memberikan arti yang kabur.

10

Page 15: Dinamic of Group

Konsep kepribadian menurut Teori medan merupakan sekumpulan konsep

dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep-konsep

ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku,

dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam

suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu

metode untuk menganalisis hubungan-hubungan kausal dan untuk membangun

konstruk-konstruk yang ilmiah.

Konsep-konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai

gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak, masa

adolesent, keterbelakangan mental, masalah-masalah kelompok minoritas,

perbedaan-perbedaan karakter nasional dan dinamika kelompok.

Unsur-unsur pembentuk kepribadian menurut Kurt Lewin terdiri atas:

a. Ruang Hidup Ruang hidup mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat

menentukan tingkah laku individu. Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang

harus diketahui untuk memahami tingkah laku kongkret manusia individual dalam

suatu lingkungan psikologis tertentu pada saat tertentu. Tingkah laku adalah

fungsi dari ruang hidup. Fakta-fakta non psikologis dapat dan sungguh-sungguh

mengubah fakta-fakta psikologis.

Fakta-fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan

perubahan-perubahan dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang

hidup dan dunia luar yang bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia

fisik (luar) tidak dapat berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta

harus ada dalam lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh

pribadi.

b.Lingkungan Psikologis Merupakan daerah di dalam elips tetapi diluar lingkaran.

Daerah ini dibagi-bagi dalam pecahan-pecahan yang disebut region. Sedangkan

semua garis yang tertera pada diagram diatas yang merupakan batas antar sel,

antar region disebut bondaris. Lingkungan Psikologis berhenti pada batas pinggir

elips, tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat dapat ditembus.

11

Page 16: Dinamic of Group

c. Pribadi Menurut Lewin, pribadi adalah heterogen, terbagi menjadi bagian-

bagian yang terpisah meskipun saling berhubungan dan saling bergantung.

d. Lingkungan Non-Psikologis Lingkungan ini luasnya tidak terhingga sehingga

tidak mempunyai bondaris (pada gambar dibatasi persegi empat). Apa saja yang

ada tetapi tidak menjadi stimulus bagi diri seseorang bisa termasuk kedalam

lingkungan non psikologis seperti benda, obyek, fakta-fakta atau situasi sosial.

Benda atau obyek secara fisik dekat individu tetapi bila tidak menyentuh fungsi

psikologisnya maka benda itu secara psikologis tidak berada di daerah psikologis

sehingga benda berada di daerah non psikologis (daerah kulit asing).

Perkembangan Kepribadian Menurut Lewin, hakekat Perkembangan

Kepribadian itu adalah :

a) Diferensiasi yaitu semakin bertambah usia, maka region-region dalam pribadi

seseorang dalam LP-nya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan

kecakapan/ keterampilan keterampilannya. Contoh: orang dewasa lebih pandai

menyembunyikan isi hatinya daripada anak-anak (region anak lebih mudah

ditembus).

b) Perubahan dalam variasi tingkah lakunya

c) Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks.

d) Bertambah luasnya arena aktivitas individu

Contoh: Anak kecil terikat oleh masa kini sedangkan orang dewasa terikat oleh

masa kini, masa lampau dan masa depan.

e) Perubahan dalam realitas.

Dapat membedakan mana yang khayal dan yang nyata, pola berpikir meningkat

C. TEORI PERSEPSI

D. TEORI MOTIVASI

Teori motivasi merupakan konsep yang bersifat memberikan penjelasan

tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukkan arah tindakannya.

Motivasi seseorang berasal dari interen dan eksteren. Herpen et al. (2002); hasil

penelitiannya mengatakan bahwa motivasi seseorang berupa intrinsik dan

12

Page 17: Dinamic of Group

ekstrinsik Sedangkan Gacther and falk (2000), Kinman and Russel (2001);

Motivasi intrinsik dan ekstrinsik sesuatu yang sama-sama mempengaruhi tugas

seseorang. Kombinasi insentive intrinsik dan ekstrinsik merupakan kesepakatan

yang ditetapkan dan berhubungan dengan psikologi seseorang.

Pada dasarnya teori motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

teori kepuasan dan teori proses. Teori kepuasan mendasarkan pendekatannya atas

faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak serta

berperilaku dengan cara tertentu. Teori kepuasan memusatkan perhatian pada

faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan

menghentikan perilakunya.

Beberapa teori kepuasan yang dikenal adalah :

a. Teori Motivasi Klasik dari Taylor

Motivasi pekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan

biologis, berbentuk uang/barang dari hasil pekerjaannya dan hanya untuk

mempertahankan kelangsungan hidup.

b. Teori Motivasi Maslow

Abraham Maslow dalam Hasibuan (2001) menyatakan bahwa seseorang

bekerja atau berperilaku disebabkan adanya dorongan untuk memenuhi berbagai

macam kebutuhan. Inti dari teori Maslow adalah bahwa kebutuhan itu tersusun

dalam suatu hierarki atau jenjang, artinya jika kebutuhan yang pertama terpenuhi

maka kebutuhan tingkat dua

akan menjadi yang pertama dan berlaku seperti itu selanjutnya. Hierarki

kebutuhan itu terdiri dari :

1) Kebutuhan fisik (psicological needs), yaitu kebutuhan untukmempertahankan

hidup seperti : makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari penyakit.

2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety and security needs), yaitu

kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan

hidup.

3) Kebutuhan sosial (affiliation or acceptence needs), yaitu kebutuhan akan

perasaan diterima orang lain di lingkungan dia hidup dan bekerja, kebutuhan akan

perasaan dihormati, kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal dan kebutuhan

akan perasaan ikut serta.

13

Page 18: Dinamic of Group

4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem or status needs), yaitu kebutuhan akan

penghargaan dari orang lain.

5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), yaitu realisasi lengkap

potensi seseorang secara penuh.

Gambar : Konsep Hierarkhi Kebutuhan Menurut A.H. Maslow

5. Self Actualization

4. Esteem or Status

3. Affiliation or Acceptance

2. Safety and Security

1. Physicological

Pemuas Kebutuhan-kebutuhan

Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan tersebut sifatnya

berjenjang dan semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat dan

organisasi maka akan semakin tinggi faktor yang dirasakan menjadi kebutuhan

orang tersebut. Suatu kesimpulan yang jelas dari teori Maslow adalah bahwa

karyawan membutuhkan gaji yang cukup untuk memberi makan, tempat berteduh

serta membela diri dan keluarganya secara memuaskan, juga lingkungan kerja

yang aman harus diciptakan sebelum pimpinan menawarkan perangsang yang

dirancang untuk memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memperoleh

harga diri, rasa memiliki, atau peluang untuk berkembang. Kebutuhan akan rasa

aman membutuhkan keamanan kerja, bebas dari paksaan atau perlakuan

sewenang-wenang dan peraturan yang ditetapkan secara tidak jelas.

c. Teori Herzberg

Herzberg mengemukakan Teori Dua Faktor atau sering juga disebut

sebagai Herzberg’s Motivation-Hygiene Theory. Menurut Hasibuan (2001) setiap

orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan yaitu :

14

Page 19: Dinamic of Group

1. Faktor Higienis (Hygiene Factor) atau faktor eksternal. Faktor ini berhubungan

dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh kententraman dan kesehatan

badaniah. Kebutuhan kesehatan merupakan kebutuhan yang akan berlangsung

terusmenerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.

Faktor higienis ini meliputi peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja,

gaji atau upah, hubungan dengan sesama rekan kerja, hubungan dengan atasan,

status dan keamanan.

2. Faktor Motivator (Motivation Factor) atau faktor internal. Faktor ini

menyangkut kebutuhan psikologis seseorang. Kebutuhan ini meliputi serangkaian

kondisi instrinsik dan kepuasan pekerjaan yang apabila terdapat dalam pekerjaan

akan mendorong motivasi yang kuat, serta akan menghasilkan prestasi kerja yang

baik. Faktor-faktor tersebut meliputi : prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri,

tanggung jawab, kemajuan dan pengembangan potensi individu. Faktor motivator

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tingkat tinggi karyawan dan

implementasi faktor tersebut dapat berupa pemerkayaan pekerjaan atau job

enrichment.

Menurut Herzberg, mencegah atau mengurangi ketidakpuasan dalam keadaan

pekerjaan tidak sama dengan memberikan kepuasan positif. Keduanya itu segi-

segi motivasi kerja yang berbeda secara kualitatif. Motivasi bisa diberikan jika

digunakan motivator yang berfungsi.

Tabel : Model Motivasi Kerja Dua Faktor Herzberg

Faktor Higine Motivator

Gaji

Kondisi Kerja

Kebijakan Perusahaan

Penyeliaan

Kelompok kerja

Kemajuan

Perkembangan

Tanggung jawab

Penghargaan

Prestasi

Pekerjaan itu sendiri

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan menurut

Herzberg :

15

Page 20: Dinamic of Group

1. Hal-hal yang mendorong pegawai adalah pekerjaan yang menantang yang

mencakup;

perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan

itu sendiri

dan adanya pengakuan atas semuanya.

2. Hal-hal yang mengecewakan pegawai adalah terutama faktor yang bersifat

embel-embel

saja pada pekerjaan, peraturan kerja, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak,

gaji,

tunjangan dan lain-lain.

3. Pegawai akan kecewa bila peluang bagi mereka untuk berprestasi terbatas atau

dibatasi,

kemungkinan mereka cenderung akan mencari kesalahan-kesalahan.

(Siagian 1983 : 63), ada sembilan jenis kebutuhan yang sifatnya non material

yang oleh

para anggota organisasi dipandang sebagai hal yang turut mempengaruhi

perilakunya dan

yang menjadi faktor motivasi yang perlu dipuaskan dan oleh karenanya perlu

selalu mendapat

perhatian setiap pimpinan dalam organisasi yaitu :

a. Kondisi kerja yang baik, terutama yang menyangkut segi fisik dari lingkungan

kerja.

b. Perasaan diikutsertakan

c. Cara pendisiplinan yang manusiawi

d. Pemberian penghargaan atas pelaksanaan tugas dengan baik

e. Kesetiaan pimpinan kepada para pegawai

f. Promosi dan perkembangan bersama organisasi

g. Pengertian yang simpatik terhadap masalah-masalah pribadi bawahan

h. Keamanan pekerjaan

i. Tugas pekerjaan yang sifatnya menarik.

16

Page 21: Dinamic of Group

d. Teori Kebutuhan Mc Clelland

Teori ini dikenal dengan nama Teori Motivasi Prestasi (Mangkunegara,

2002). Teori ini menyatakan bahwa seorang pekerja memiliki energi potensial

yang dapat dimanfaatkan tergantung pada dorongan motivasi, situasi dan peluang

yang ada. Kebutuhan pekerja yang dapat memotivasi gairah pekerja adalah :

1. Kebutuhan Akan Prestasi (Need For Achievement)

Merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan

masalah. Seorang pegawai yang mempunyai kebutuhan akan berprestasi tinggi

cenderung untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan untuk berprestasi adalah

kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, selalu

berkeinginan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Mc Clelland diperoleh tiga karakteristik dari orang yang memiliki

kebutuhan akan prestasi yang tinggi, yaitu :

Orang yang memiliki kebutuhan prestasi tinggi memiliki rasa tanggung

jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau mencari

solusiatau suatu permasalahan. Akibatnya mereka lebih suka bekerja

sendiri daripada dengan orang lain. Apabila suatu pekerjaan membutuhkan

bantuan orang lain, mereka lebih suka memilih orang yang berkompeten

daripada sahabatnya.

Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung

menetapkan tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung

resikonya.

Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan

kuat untuk memperoleh umpan balik atas tanggapan atas pelaksanaan

tugasnya. Mereka ingin tahu seberapa baik mereka telah mengerjakannya,

dan mereka sangat antusias untuk mendapatkan umpan balik tidak peduli

hasilnya baik atau buruk.

2. Kebutuhan Akan Afiliasi (Need For Affiliation)

Kebutuhan untuk berafiliasi merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang

lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan

orang lain. Menurut Mc Clelland, seseorang dengan kebutuhan untuk berafiliasi

yang tinggi menyukai menghabiskan lebih banyak waktunya untuk menjaga

17

Page 22: Dinamic of Group

hubungan sosial, bergabung dalam kelompok-kelompok dan ingin dicintai.

Perbandingan antara pegawai yang bermotivasi karena prestasi dengan pegawai

yang bermotivasi karena afiliasi menggambarkan bagaimana pola tersebut

mempengaruhi perilaku. Orang-orang yang bermotivasi prestasi bekerja lebih

keras apabila penyelia mereka menyediakan penilaian rinci tentang perilaku kerja

mereka. Akan tetapi, orang-orang yang bermotivasi afiliasi bekerja lebih baik

apabila mereka dipuji karena sikap dan kerja sama mereka yang menyenangkan.

3. Kebutuhan Akan Kekuasaan (Need For Power)

Kebutuhan untuk kekuasaan merupakan refleksi dari dorongan untuk

mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. Orang-orang

yang bermotivasi kekuasaan ingin menimbulkan dampak pada organisasi dan mau

memikul resiko untuk melakukan hal itu. Apabila kekuasaan telah diperoleh, hal

itu mungkin digunakan secara konstruktif atau mungkin juga destruktif. Individu

dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi menikmati untuk dibebani, bergulat

untuk dapat mempengaruhi orang lain, lebih menyukai ditempatkan di dalam

situasi kompetitif dan berorientasi status dan cenderung lebih peduli pada prestise

dan memperoleh pengaruh terhadap orang lain daripada kinerjanya yang efektif.

e. Teori ERG (Existence, Relatedness and Growth)

Teori ini menurut Alderfer dalam Siagian (1992) menyebutkan bahwa terdapat

tiga kelompok kebutuhan utama yaitu yang meliputi :

Kebutuhan akan keberadaan (Existence). Kebutuhan ini berhubungan

dengan fisik dari eksistensi pegawai, seperti makan, minum, pakaian,

bernapas, gaji, keamanan kondisi kerja dan tunjangan tambahan (fringe

benefit)

Kebutuhan akan afiliasi (Relatedness). Kebutuhan interpersonal, yaitu

kepuasan berinteraksi dalam lingkungan kerja.

Kebutuhan akan kemajuan (Growth). Kebutuhan untuk mengembangkan

dan mmeningkatkan pribadi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan dan

kecakapan pegawai.

Teori Proses menurut Hasibuan (2001) dalam teori ini menjelaskan

bagaimana cara seseorang termotivasi dan dapat menjawab pertanyaan bagaimana

18

Page 23: Dinamic of Group

menguatkan, mengarahkan, memelihara dan menghentikan perilaku individu agar

setiap individu bekerja sesuai dengan keinginan manajer. Apabila dikaji lebih

dalam, maka teori ini merupakan proses sebab dan akibat bagaimana seseorang

bekerja dan apa hasil yang akan diperolehnya.

Ada tiga macam teori proses, yaitu :

a. Teori Harapan (Expectancy Theory)

Teori yang dikemukakan oleh Vroom dalam Robbins (2001), menyatakan

bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara

tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu

akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut

pada individu tersebut. Dalam istilah yang lebih praktis, teori ini mengatakan,

seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia

meyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik; suatu

penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional seperti

bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan

pribadi karyawan itu. Oleh karena itu, teori ini memfokuskan pada tiga hubungan,

yaitu :

Hubungan upaya-kinerja. Probabilitas yang dipersepsikan oleh individu

yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja.

Hubungan kinerja-ganjaran. Derajat sejauh mana individu itu meyakini

bahwa berkinerja pada suatu tingkat tertentu akan mendorong tercapainya

suatu keluaran yang diinginkan.

Hubungan ganjaran-tujuan pribadi. Derajat sejauh mana ganjaran-

ganjaran rganisasional memenuhi tujuan atau kebutuhan pribadi seorang

individu dan potensi daya tarik ganjaran tersebut untuk individu tersebut.

b. Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja

seseorang. Jadi, atasan harus bertindak adil terhadap semua bawahannya.

Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara

obyektif (baik atau salah), bukan atas suka atau tidak suka. Jika prinsip ini

diterapkan dengan baik maka semangt kerja bawahan cenderung akan meningkat.

Dalam teori keadilan dijelaskan bahwa individuindividu membandingkan

19

Page 24: Dinamic of Group

masukan dan keluaran pekerjaan mereka dengan masukan atau keluaran-keluaran

orang lain dan kemudian berespon untuk menghapuskan ketidakadilan.

c. Teori Penguatan (Reinforcement Theory)

Robbins (2001) menyatakan bahwa dalam teori penguatan, kita

mempunyai suatu pendekatan perilaku (behaviouristic), yang beragumen bahwa

penguatanlah yang mengkondisikan peerilaku. Teori penguatan mengabaikan

keadaan internal dari individu dan memusatkan semata-mata hanya pada apa yang

terjadi pada seorang bila ia mengambil suatu tindakan. Karena teori ini tidak

mempedulikan apa yang mengawali perilaku, dalam arti yang seksama, teori ini

bukanlah teori motivasi. Tetapi teori ini memang memberikan suatu cara analisis

yang ampuh terhadap apa yang mengendalikan perilaku, dan untuk alasan inilah

teori ini lazim dipertimbangkan dalam pembahasan motivasi.

E. TEORI ADOPSI INOVASI

Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi

baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett

Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations.

Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan

melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.

Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh

manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi

terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa

kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka

mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya

membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika

sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded

atau meledak.

Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori pada abad ke 19 dari

seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The

Laws of Imitation” (1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi

inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan

20

Page 25: Dinamic of Group

gagasan mengenai opinion leadership , yakni ide yang menjadi penting di antara

para peneliti efek media beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa

beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki

ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka

lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa

memengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.

Sesuatu yang baru menyebabkan perubahan dalam masyarakat itu selalu

berhubungan dengan difusi inovasi, di mana perubahan dipacu oleh penyebaran

suatu pengetahuan yang baru. Dengan demikian, dalam proses difusi inovasi

terjadi kegiatan mengomunikasikan pengetahuan baru di masyarakat. Rogers

(1983:10) mengatakan bahwa, ada empat unsur hal yang selalu ada dalam difusi

inovasi, yaitu, (1) inovasi; (2) saluran komunikasi; (3) waktu; dan (4) sistem

sosial. Keempat unsur ini berlangsung dalam sistem yang stimultan, di mana

masing-masing sistem berhubungan satu dengan lainnya selama proses difusi

inovasi itu berlangsung.

Inovasi berkaitan dengan gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap

baru oleh seseorang dan masyarakatnya. Konsep baru itu terbentang antara konsep

pengenalan, persuasi, dan keputusan mengunakannnya (adopsi).

Sebagaimana Talcott Pasrsons, dalam Ritzer (1996:238) menjelaskan teori

sistem sosial, bahwa setiap masyarakat memiliki sistem sosial yang dapat

digambarkan dengan AGIL. A adalah Adaptation, di mana sistem, beradaptasi

dengan lingkungannya. G adalah Goal attainment, di mana sistem memilki

tujuan-tujunan yang akan dicapai. I adalah Integration, di mana setiap bagian

sistem berhubungan satu dengan yang lainnya secara serta dan saling mendukung

fungsi masing-masing. L adalah Latency (pattern maintenance). Sistem juga

secara laten memiliki kemampuan untu mempertahankan pola-pola, aturan-aturan

yang ada, bahkan memiliki kemampuan untuk memperbaiki sistem yang rusak

apabila ada serangan dari luar sistem.

21

Page 26: Dinamic of Group

SKEMA AKSI PARSON (HITZER, 1996:241)

Informasi yang diperoleh oleh individu dari lingkungannya yang lebih luas

menghasilkan energi yang luar biasa untuk seseorang berubah. Karena lingkungan

yang lebih kecil dalam kehidupan seseorang, seperti lingkungan fisik akan

memberi energi informasi bagi lingkungan yang ada di atasnya, sebaliknya

lingkungan yang ada di atas mengontrol perilaku yang ada di bawahnya.

Karena itu, apabila ada inovasi dalam masyarakat, antara rentang waktu

yang ada dan dibutuhkan oleh sebuah inovasi bermanfaat untuk dicernakan dalam

sistem aksi parson ini. Sampai kemudian sesorang dapat memiliki sebuah

tindakan yang akan dipilihnya, menerima, atau menolak inovasi tersebut.

Keputusan menolak inovasi merupakan sebuah inovasi yang tertunda, karena

dalam kurun waktu tertentu seseorang dapat menerima inovasi itu kembali.

Sehubungan dengan proses perubahan sosial menuju adopsi dan difusi

inovasi, maka Rogers (1983:165) membuat skema dalam proses keputusan inovasi

seperti gambar dibawah ini.

22

6. Lingkungan; Fisik, Organik

5. Perilaku Organisme

4. Sistem Kepribadian

3. Sistem Sosial

2. Sistem Budaya

1. Lingkungan

Informasi Tinggi (Controls)

Hierarki faktor-faktor Kontrol

Energi Tinggi (Conditioning)

Informasi Tinggi (Controls)

Hierarki faktor-faktor Kondisioner

Energi Tinggi (Conditioning)

Page 27: Dinamic of Group

KONDISI SEBELUMNYA

1. Praktik Sebelumnya

2. Kebutuhan/masalah yang dirasakan3. Keinovatifan Adopsi Pengguna4. Norma-norma sistem sosial

Lestari

Pengguna Akhir

Penghentian

MenolakTetap Menolak

4. Kompleksitas5. Keteramatan

CIRI-CIRI PENGAMBILAN 1. Ciri Sosial ekonomi2. Ciri Kepribadian3. Perilaku Komunikasi

SIFAT INOVASI :

1. Keuntungan Relatif

2. Kesesuaian

3. Ketercobaan

SALURAN KOMUNIKASI

IPENGENALAN

IIPERSUASI

IIIKEPUTUSAN

IVPELAKSANAAN

VKONFIRMASI

MODEL TAHAPAN PROSES KEPUTUSAN INOVASI

Adopsi inovasi dimulai dari pengenalan terhadap sebuah inovasi, pada tahap

ini, ciri pengenalan tergantung pada karakteristik ciri sosial-ekonomi, ciri

kepribadian, dan perilaku komunikasinya. Individu yang ciri sosial-ekonominya

lebih baik akan lebih mudah mengenal objek-objek inovasi. Individu memiliki

kepribadian perilaku komunikasi yang cenderung lebih banyak mengetahui objek-

objek inovasi secara transparam dan lebih banyak. Mengenal objek inovasi

menjadi syarat ia memasuki tahap persuasi, di mana pada tahap ini ia membentuk

sikap suka atau tidak terhadap inovasi.

Sikap persuasif terbentuk tergantung dari sifat inovasi itu terhadap pribadi

seseorang. Apakah inovasi memberi keuntungan bagi pribadi tertentu dan sesuai

harapan-harapannya di masa depan, apakah inovasi sudah pernah dicoba sehingga

memberi kepercayaan pada dirinya, atau objek inovasi tidak terlalu kompleks

sehingga tidak menimbulkan resiko-resiko rumit di waktu yang akan datang, dan

objek inovasi bisa diamati sehingga memberi garansi terhadap pengawasan dan

sebagainya.

23

Page 28: Dinamic of Group

Tahap persuasif menentukan keputusan seseorang untuk mengadopsi atau

menolak inovasi itu tahap keputusan memberi kepastian terhadap tahap

pelaknsanaan inovasi. Bagi keputusan menerima inovasi, maka terbentuk dua

pelaksanaan yaitu sebagai pengguna lestari inovasi sampai dengan penghentian

pelaksanaan inovasi. Namun bagi keputusan menolak inovasi juga terbentuk dua

pelaksanaan, yaitu menjadi pengguna akhir inovasi atau tetap menolak.

Tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi :

1. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat

mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya

media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin

membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap

inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit

diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka,

lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka

akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus

disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.

2. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang

mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat

ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin

besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi

perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap

kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal

baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah

mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa

melakukannya, maka mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut.

Selain itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam

mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian

dalam mengadopsi inovasi baru untuk menunjukkan status sosialnya di

hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki

individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya

24

Page 29: Dinamic of Group

menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan

mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk

mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.

3. Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah

inovasi akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di

sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh

masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian dari

satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki.

Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama

lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses adopsi inovasi,

komunikasi melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran masyarakat

mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi

interpersonal. Komunikasi interpersonal memengaruhi manusia untuk

mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.

Setiap pilihan dalam keputusan dan pelaksanaan inovasi akan memasuki

tahap terakhir dalam proses inovasi, yaitu tahap konfirmasi. Bagi yang

mengadopsi inovasi akan memberi alasan dan mencari alasan, termasuk

melakukan konfirmasi terhadap pilihan-pilihannya untuk mengadopsi inovasi,

begitu juga sebaliknya bagi yang menolak inovasi akan memberi alasan dan

melakukan konfirmasi terhadap alasan-alasan untuk menolak inovasi.

Seluruh tahap dalam proses keputusan inovasi itu bergantung pada

kecepatan waktu dan konten inovasi itu sendiri. Waktu yang semakin pendek dan

konten inovasi yang semakin beragam, akan memengaruhi proses keputusan

inovasi seseorang. Persoalan-persoalan perubahan sosial yang berkaitan dengan

media baru. Sementara itu, ciri-ciri masukan informasi yang menyuplai tahap

persuasi amat menentukan keberhasilan inovasi.

Karakteristik-Karakteristik yang Mempengaruhi Tingkat Adopsinya

1. Manfaat relatif – sejauh mana inovasi dipandang kebih baik daripada gagasan

yang digantikannya

2. Kesesuaian – sejauh mana inovasi dipandang konsisten dengan nilai-nilai

yang ada, pengalaman-pengalaman masa lalu, dan kebutuhan-kebutuhan

25

Page 30: Dinamic of Group

pengadopsian yang potensial

3. Kerumitan – sejauh mana inovasi dipandang sulit untuk dimengerti dan

digunakan

4. Kemampuan untuk dicoba – sejauh mana inovasi mungkin dicoba secara

terbatas

5. Kemampuan dapat dilihat – sejauh mana hasil-hasil inovasi dapat dilihat oleh

orang lain

Sumber: Rogers (1995). Hlm. 15-16, 212-244.

Proses Keputusan Inovasi (Innovation Decision Process)

Proses keputusan inovasi (innovation decision process) adalah proses

individu atau unit lain yang membuat keputusan. Proses ini terdiri dari lima tahap.

Tahap-tahap Proses Keputusan Inovasi

1. Tahap Pengetahuan – Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi

mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus

disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui

media elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal di antara

masyarakat

2. Tahap Persuasi – Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran

calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika

mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi

dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi

tersebut.

3. Tahap Pengambilan Keputusan – Dalam tahap ini, seseorang membuat

keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi.

Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas

menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.

4. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil

mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut.

5. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan

mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi

ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang

26

Page 31: Dinamic of Group

mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah

keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan

evaluasi.

Sumber: Rogers (1995). Bab 5.

Kategori Pengadopsi (Adopter Categories)

Rogers (1995) juga menentukan lima kategori pengadopsi (adopter

categories), yang mengklasifikasikan individu atau unit lain yang membuat

keputusan dalam tingkat adopsi inovasinya.

Jenis-Jenis Pengadopsi

1. Inovator – kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru.

Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial

lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik

meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka

yang memeiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman

atau relasi.

2. Pengadopsi dini – Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator.

Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding

kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam

kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena

kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.

3. Mayoritas awal – Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang

tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi.

Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum

membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun

waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam

melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas

bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.

4. Mayoritas akhir – Kelompok zang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi

sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba

dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang,

tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain,

27

Page 32: Dinamic of Group

kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.

5. Orang yang ketinggalan (Laggard) –Kelompok ini merupakan orang yang

terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan

untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan

orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya

sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah

jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.

Sumber: Rogers (1995). Hlm. 236-266.

Konsekuensi (Consequences)

Konsekuensi (consequences) adalah perubahan yang terjadi pada individu

atau sistem sosial sebagai akibat adopsi atau penolakan pada inovasi.

Konsekuensi

1. Konsekuensi dikehendaki versus tidak dikehendaki, tergantung pada apakah

dampak-dampak inovasi dalam sistem sosial berfungsi atau tidak berfungsi

2. Konsekuensi langsung atau tidak langsung, tergantung pada apakah

perubahan-perubahan pada individu atau sistem sosial terjadi dalam respons

langsung terhadap inovasi atau sebagai hasil urutan kedua dari konsekuensi

langsung inovasi

3. Konsekuensi yang diantisipasi versus yang tidak diantisipasi, tergantung pada

apakah perubahan

4. Konsekuensi yang diantisipasi versus yang tidak diantisipasi, tergantung pada

apakah perubahan-perubahan diketahui dan diinginkan atau tidak oleh para

anggota sistem sosial

Sumber: Rogers (1995). Hlm. 30-31, Bab 11.

Seperti yang ditunjukkan Rogers, tidak semua inovasi meskipun telah

dirancang dengan baik, mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang dikehendaki.

Dampak inovasi pada sistem mungkin tidak sempurna.

F. GAYA KEPRIBADIAN

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori

28

Page 33: Dinamic of Group

kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya: teori Psikoanalisa dari

Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari

Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan

dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons

dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.

Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek

kepribadian, yang di dalamnya mencakup:

Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,

konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya

mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau

ambivalen.

Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap

rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah,

sedih, atau putus asa

Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko

dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko

secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.

Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan

interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan

kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang

menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini,

Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat

dan tidak sehat, sebagai berikut:

Kepribadian yang sehat

a) Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa

adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan,

keterampilan dan sebagainya.

b) Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau

29

Page 34: Dinamic of Group

kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima

secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu

yang sempurna.

c) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai

keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak

menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila

memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami

kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap

optimistik.

d) Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap

kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang

dihadapinya.

e) Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak,

mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri

serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.

f) Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat

menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau

konstruktif , tidak destruktif (merusak)

g) Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap

aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang

(rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai

tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan

dan keterampilan.

h) Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang

lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah

lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan

menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap

orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban

orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.

i) Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan

memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

j) Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup

30

Page 35: Dinamic of Group

yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.

k) Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung

oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan

affection (kasih sayang).

Kepribadian yang tidak sehat

a) Mudah marah (tersinggung)

b) Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan

c) Sering merasa tertekan (stress atau depresi)

d) Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih

muda atau terhadap binatang

e) Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun

sudah diperingati atau dihukum

f) Kebiasaan berbohong

g) Hiperaktif

h) Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas

i) Senang mengkritik/mencemooh orang lain

j) Sulit tidur

k) Kurang memiliki rasa tanggung jawab

l) Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor

yang bersifat organis)

m)Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama

n) Pesimis dalam menghadapi kehidupan

o) Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

31

Page 36: Dinamic of Group

gambar 1.

Pemilihan pakaian dan gaya rambut adalah bagian dari ekspresi kepribadian.

G. GAYA BELAJAR DAN PROBLEM SOLVING

Gaya belajar dan merupakan dua hal yang baru di dalam melangsungkan

proses pemblajaran. Gaya belajar merupakan kepribadian atau personality dan

kesanggupan siswa untuk terlibat dalam proses belajar. Sedangkan gaya mengajar

merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa dalam proses belajar

mengajar agar materi yang disajikannya dapat diserap oleh siswa. Adpun gaya-

gaya belajar itu dapat di uraikan di bawah ini :

  Gaya Kognitif

Gaya Lognitif adalah gaya yang konsisten dan sering yang dilakukan

siswa terutama dalam menaangkap rangsangan, caara mengingat, berpikir, dan

memecahkan masalah. Gaya belajar kognitif dapat di bagi menjadi tiga tipe siswa

dalam belajar. Ketiga tipe tersebut terdiri dari field dependence dan fild

32

Page 37: Dinamic of Group

independence, implusif-reflektif, dan preseptif/reseptif-sistematis/intuitif. Untuk

lebih jelasnya dapat anda simak uraian berikut ini.

1. Tipe Field Dependence Dan Fild Independence

Dua tipe ini memiliki perbedaan. Adpun perbedaan tersebut adalah sebagai

berikut :

N

O

Tipe Dependence Tipe Independence

1

2

3

4

5

Dipengaruhi lingkungan dan pendidkan waktu

kecil.

Didiidk untuk selalu memperhatikan orang

lain.

Bicara lambat agar dapat di pahami orang lain.

Mempunyai hubungan social yang luas.

Guru cendrumg menggunakan metode diskusi

dan demokratis.

Kurang dipengaruhi oleh lingkungan dan

pendidkan masa lalu.

Dididik untuk mandiri .

Berbicara cepat tanpa mengiraukan orang lain.

Kurang mementingkan hubungan social.

Guru cendrung menggunakan metode ceramah.

2. Impulsif-replektif

Siswa yang impulsif cendrung mengambil keputusan dengan cepat tanpa

memikirkannya secara mendalam. Sedangkan siswa yang replektif sangat

mempertimbangkan segala sesuatunya sebelum mengambil kepususan. Untuk

mengetahui tipe belajr impulssif dan replektif pada siswa dapat diteliti dengan

menggunakan instrumen berupa test, misalnya siswa diberi beberapa bentuk

gambaran seperti bola, lapangan, mobil, rumah, dan sebagainya.

Jadi, guru harus mencermati masing-masing tipe gaya belajar yang di

miliki siswa. Kedua tipe gaya belajar ini memiliki keunikan. Jadi, guru perlu

menelaah keadaan siswa sebelum memberikan keputusan yang menyangkut harga

33

Page 38: Dinamic of Group

diri siswa. Selain itu juga dengan masing-masing gaya belajar yang di punyai

siswa, guru lebih mudah mencari alternatif solusi manakala siswa diadapkan pada

kesulitan belajarnya.

3. Presetif/reseptif-sistematis/intuitif

Siswa yang persetif cendrung menyaring informasi yang masuk ke dalam

dirinya dan selalu mencari hubungannya. Sementara siswa yang reseptif lebih

memperhatikan pada informasi yang detail dan tidak peduli dengan pertautan

informasi itu. Siswa yang sistematis mencari pemecahan setiap persoalan dengan

metode yang sistematis. Sedangkan siswa intuitif cendrung mengemukakan

jawaban tanpa menggunakan informasi yang sistematis.

Dari ketiga tipe gaya belajar tersebut maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa tipe gaya belajar relative berbeda. Tidak semua siswa mampu belajar

sendiri. Dan setiap tipe mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Untuk itu, guru harus menyadari akan adanya tipe-tipe yang berbeda pada belajar

siswa tersebut.

     Gaya Respons

Gaya respons merupakan gaya siswa dalam memberikan responsnya

kepada informasi yang disampaikan oleh guru. Gaya ini dapat dibagi menjadi

beberapa kelompok sebagai berikut.

1.Siswa Penurut

Siswa yang selalu taat pada aturan sekolah dan selalu menyesusaikan diri

dengan ketentuan serta memandang guru sebagai orang yang memberi pujian dan

penghargaan.Siswa tipe seperti ini cendrung memusatkan diri pada tugas yang

diberikan.Mereka tidak pernah melawan dan selalu menerima apa saja yang guru

katakan.

2.Siswa Pemberontak

34

Page 39: Dinamic of Group

Siswa bertipe ini cendrung memusuhi gurunya. Biasanya hasil belajarnya

rendah,dan cendrung bersikap pesimis tentang masa depan dan jarang melibatkan

dirinya dalam kegiatan kelas.

3.Siswa yang Mandiri

Tipe siswa seperti ini biasanya rajin penuh percaya diri.Ia tidak mau

mengadakan hubungan lebih dekat dengan gurunya dan biasanya memiliki pola

piker yang kritis.

4.Siswa yang Tidak Mandiri

Siswa tipe ini selalu menggantungkan dirinya kepada orang lain termasuk

pada gurunya.Tingkat ketakutannya tinggi apalagi kalau menghadapi ujian.Ia

mudah tersinggung dan kurang percaya diri

5.Siwa yang Mudah Putus Asa

Siswa tipe ini merasaa tidak puas dengan dirinya,banyak menyendiri dan

menghindar dari temen-temenya.Ia kurang sensitive dengan orang lain.Anak yang

memiliki gaya yang cendrung mudah putus asa.harus mendapat perhatian khusus

dari guru.Apabila tidak dikendalikan emosinya biasanya anak itu terjerumus

kepada hal-hal yang negative.Oleh karena itu,peran guru dan orng tua sangat

dibutuhkan untuk lebih memperhatikan dan memberikan dukungan kepada tipe

anak seperti itu.

6.Siswa yang Ingin Mencari Perhatian

Siswa tipe ini selalu ingin berhubungan social dengan siapapun.Ia sering

membuat banyolan-banyolan yang membuat orang lain tertawa,dan sangat

memperhatikan pendapat orang lain.

7.Siswa Pendiam

Siswa tipe ini perasaan rendah diri,dan terhadap orang lain selalu merasa

curiga,defensive,dan cepat marah.Gurun dipandangnya sebagai ancaman,dan

35

Page 40: Dinamic of Group

dengan orang tuanya juga tidak dekat.Anak tipe ini sangat sensitive dan takut akan

kegagalan.

Ketujuh gaya belajar respon ini akan memberi input pada guru agar ia

lebih peka dalam memberikan respon kepada siswa.karena tipe siswa yang

berbeda-beda itulah,maka guru perlu lebih tanggap akan karakterristik siswa

orang perorang,termasuk mendengar keluhan yang siswa sampaikan

kepadanya.Apabila hal ini guru lakukan,maka proses belajar dan pembelajaran

disekolah akan dapat berjalan sebagai mana yang diharapkan.

Implementasi dan manfaat gaya belajaran

Dalam memanfaatkan gaya belajar siswa,sering muncul pertanya,

Bagaimanakah guru memanfaatkan gaya belajar siswa dalam proses belajar dan

mengajar untuk bisa memanfaatkannya guru perlu melakukan iagnosis tantang

keadaan yang ada dengan mengadakan wawacara,observasi atau tes.

Dengan mengetahui gaya belajar siswa,guru dapat menyesuaikan gaya

mengajarnya dengan kebutuhan siswa. Untuk dapat memperhatikan dan

menyelami perlakuan yang sesuai dengan gaya belajar siswa,guru harus

menguasai skill dalam berbagai gaya mengajar seperti gaya komando,gaya

praktek,gaya inklusi,gaya reciprocal,gaya problem solving,gaya guide,gaya

discovery,dan gaya-gaya mengajar lainnya.

36

Page 41: Dinamic of Group

Model Problem Solving (pemecahan masalah) adalah salah satu model

mengajar yang mengandung aktivitas belajar siswa cukup tinggi dan termasuk

model yang disarankan dalam GBPP 1994. Pendekatan model ini termasuk

kepada pendekatan interaksi sosial yang menitik beratkan kepada aktivitas

memecahkan masalah baik individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran

37

Page 42: Dinamic of Group

berdasarkan GBPP1994, diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran

yang dapat merangsang siswa untuk berpikir. Sejalan dengan itu Hamid Hasan

(1996:17) mengemukakan bahwa tuntutan untuk mengembangkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi merupakan suatu tuntutan yang harus dijawab dan diemban

oleh pendidikan ilmu-ilmu sosial di masa mendatang. Mungkin dengan cara

demikian keluhan para siswa bahwa belajar pendidikan sosial hanya akan ditandai

dengan kebosanan dalam belajar akan dapat dihapuskan. Kebiasaan-kebiasaan

guru sebagai pengajar yang lebih aktif dari para siswa dengan menggunakan

metode ceramah, sebagai pemberi informasi yang mengembangkan kemampuan

berpikir tingkat rendah seperti hapalan, dan satu-satunya buku paket sebagai

sumber belajar harus ditingkatkan. Guru hendaknya selalu sadar bahwa siswa

memiliki potensi yang harus dikembangkan baik fisik, mental, emosional dan

sosialnya secara mandiri. Dalam proses pembelajaran hendaknya tidak hanya guru

yang aktif akan tetapi siswa dilibatkan secara optimal sesuai dengan potensinya

untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasarnya yang mereka

miliki sesuai dengan yang diamanatkan oleh tujuan dari pendidikan Sekolah

Dasar. Berdasarkan analisis konseptual dan kondisi realita yang terjadi tentang

pendidikan ternyata masih banyak guru yang belum melaksanakan pendekatan

atau model problem solving sebagai salah satu pendekatan yang dianggap tepat

digunakan dalam pembelajaran.

Penerapan model problem solving sebagai suatu strategi yang sangat

efektif dalam mengembangkan siswa untuk berpikir secara ilmiah dan

mengembangkan daya nalar mereka dalam menghadapi berbagai masalah

kehidupan. Tahapan-tahapan model ini diimplementasikan secara sistematis

diharapkan siswa terbiasa berpikir kritis, logis, ilmiah serta peka terhadap

permasalahan yang mungkin muncul dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas

pembelajaran berhasil dengan baik bilamana guru berupaya mengkondisikan

pembelajaran dengan menyajikan secara menarik dan menyenangkan serta

menciptakan iklim yang terbuka dan demokratis, sedangkan variasi metode, media

dan sumber belajar yang beragam menjadikan suatu tuntutan yang tidak bias

38

Page 43: Dinamic of Group

diabaikan. Dan berdasarkan keseluruhan temuan penelitian tindakan, dapat

disimpulkan bahwa :

Penerapan strategi pembelajaran model problem solving melalui

pembelajaran mampu melatih “JURNAL, “ Nomor: 10 - Oktober 2008

siswa mengembangkan kemampuan berpikir reflektif, kritis dan kreatif.

Model Problem Solving berhasil dengan baik bila menggunakan strategi

yang bervariatif.

Model problem solving dapat memberikan kemudahan kepada guru dalam

melaksanakan pembelajaran

Model pembelajaran dengan menerapkan problem solving dapat

meningkatkan kualitas proses maupun hasil belajar siswa.

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

39

Page 44: Dinamic of Group

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Hall, C.S & Lindzey G. (1985). Introduction Theories of Personality.

Singapore: John Wiley & Sons, Inc.

Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung:

Rosdakarya.

Taufik.. (2002). Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP.

Yustinus. (2003). Psikologi kepribadian 1/teori-teori psikodinamik

(klinis).Yogyakarta. Kanisius

Munir, B. 2001. Dinamika Kelompok, Penerapannya dalam Laboratorium

Ilmu Perilaku. Jakarta: Universitas Sriwijaya.

Santosa, S. 1983. Dinamika Kelompok, Jakarta: Bumi Aksara.

40

Page 45: Dinamic of Group

W. Tankard, Jr., James, and Werner J. Severin. 2007. Teori Komunikasi:

Sejarah, Metode, & Terapan di Dalam Media Massa, Edisi Ke – 5.

Jakarta: Kencana.

Bungin, S. Sos., M. Si., Prof. Dr. H. M. Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi :

Teori, Paradigma, dan Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta:

Kencana.

Dewi Astrid. Analisis Pengaruh Faktor-faktor eksternal dan Interna;

terhadap motivasi berprestasi pegawai pada dinas pertambangan

PEMDA kabupaten Bogor. Diakses di http://repository.ipb.ac.id/ pada

tanggal 23 Oktober 2012

Hasibuan, Melayu SP, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi

Revisi Bumi Aksara : Jakarta

Kesmono Teman. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan

Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri

Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur. Diakses Di

http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/ Pada tanggl; 23 Oktober 2012

Prabu, Anwar. Pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja pegawai badan

koordinasi keluarga Nasional Kabupaten Muara Enim. Diakses di

http://digilib.unsri.ac.id pada tanggal 23 Oktober 2012

Siagian, Sondang. 1983. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Adminsitrasi PT. Gunung Agung, Jakatra

41

Page 46: Dinamic of Group

42