Top Banner

of 32

dhf miniproject

Mar 02, 2016

Download

Documents

minipro dokter internsip
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian anak dan dewasa serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Daerah fokus demam berdarah semakin meluas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan (Sudoyo, 2010).Penyakit demam berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut (Isminah, 2004).

Insidensi demam berdarah Dengue meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar 2,5 milyar orang memiliki risiko terkena demam dengue. Diperkirakan saat ini sekitar 50 juta kasus demam dengue ditemukan setiap tahun, dengan 500.000 kasus memerlukan penanganan di rumah sakit. Dari kasus di atas, sekitar 25.000 jumlah kematian terjadi setiap tahunnya (WHO, 2010).

Penyakit demam berdarah Dengue menjadi momok tiap tahun. Insiden di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989-1995) dan pernah meningkat tajam saat Kejadian Luar Biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998 (Sudoyo, 2010), hingga medio 2005 masih ada daerah berstatus Kejadian Luar Biasa, sampai Mei tahun 2005 di seluruh Indonesia tercatat 28.224 kasus dengan jumlah kematian 348 orang, hingga awal Oktober 2005 kasus demam berdarah Dengue di 33 propinsi tercatat 50.196 kasus dengan 701 diantaranya meninggal. Dari data di atas menunjukkan peningkatan hampir 2 kali lipat dari Mei hingga awal Oktober 2005 (Sisilia, 2005). Berdasarkan data dari Dinkes Jawa Timur hingga 20 Oktober 2005 sebanyak 8.619 kasus, dari jumlah tersebut meninggal 131 orang dan pada tahun 2006 ada 20.420 penderita dan menyebabkan kematian 233 jiwa. Pada tahun 2007 sampai Juli yakni 102.175 penderita dengan kematian 1.098 jiwa (Dinkom, 2007). Tahun 2010 Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD di Asean dengan jumlah kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, melaporkan kasus DBD tahun 2011 di Indonesia menurun dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah kematian 403 orang (Lisdawati, 2012). Pada tahun 2010 angka kematian DBD di Indonesia mencapai 0,87 persen, pada tahun 2011 meningkat menjadi 0,91 persen dan sempat menurun pada tahun 2012 menjadi 0,90 persen dengan total kasus DBD di Indonesia tahun 2012 sebanyak 90245 penderita (Republika, 2013). Penyebaran kasus DBD di Jawa Timur terdapat di 38 kabupaten/kota. Kabupaten banyuwangi merupakan salah satu daerah di Jawa Timur dengan kasus DBD yang cukup tinggi dan banyuwangi merupakan sebelas daerah yang berstatus Kejadian Luar Biasa DBD. Pada tahun 2012 ditemukan 5140 kasus DBD di propinsi Jawa Timur. Jumlah penderita DBD di banyuwangi sepanjang januari desember 2014 berjumlah 465 kasus DBD.Pada tahun 2015 hingga 26 januari telah tercatat 96 kasus DBD dan 1 orang meninggal. Kasus terbanyak ada di Puskesmas Sambirejo,Gitik,Grajagan, dan Benculuk. (Dinkes Banyuwangi). Pada tahun 2013 ditemukan 9 kasus DBD, 2014 ditemukan 25 kasus dan januari 2015 ditemukan 22 kasus DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Benculuk.Dari data tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan dari tahun ke tahun bahkan di tahun 2015 dalam waktu 1 bulan terjadi peningkatan yang sangat tinggi.Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk membasmi virus atau vaksinasi untuk pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dapat dilakukan melalui pemutusan rantai penularan manusia-nyamuk-manusia, yaitu dengan membasmi nyamuknya, dengan kegiatan "3M" yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ini dilakukan secara teratur oleh keluarga di rumah dan lingkungannya masing-masing maka penyakit ini akan dapat diberantas.Selain itu dapat dilakukan dengan bahan kimia, mekais maupun biologis. Pemberantasan nyamuk dengan bahan kimia misalanya dengan mnggunakan malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan abate untuk membunuh jentiknya. Cara mekanis dengan pembersihan sarang nyamuk, menguras sarang tempat penampungan air untuk jentik dan telur. Cara biologisnya adalah dengan binatang/ikan, jamur, bakteri yang dapat memakan jentik nyamuk.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu:

a. Peningkatan jumlah penderita DBD di wilayah kerja puskesmas benculuk kecamatan Cluring.b. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya Pembrantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk mencegah dan mengatasi penyakit Demam Berdarah Dangue.

1.3 Tujuan a. Menurunkan angka kejadian DBD dengan meningkatkan kegiatan pembrantasan sarang nyamuk (PSN).b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyebab, penyebaran, gejalaa, pencegahan, dan pengobatan DBD.

c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan Pembantasan Sarang Nyamuk terutama 3M ( menguras, menguur,menutup).1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan laporan ini adalah:

a. Sebagai bahan masukan dalam upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). b. Membantu puskesmas dalam upaya menurunkan jumlah kasus Demam Berdarah Dangue .

c. Membantu melaksanakan program promosi kesehatan puskesmas mengenai Pembrantasan Sarang Nyamuk (PSN).BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Penyakit Demam Berdarah (BDB)

Dengue Hemorragic Fever di Indonesia dikenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue. DHF (Dengue Hemorragic Fever) merupakan penyakit yang dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan tetap positif dengan/tanpa ruam yang disertai dengan perdarahan seperti peteki spontan yang timbul serentak, purpura, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan masa protombin memanjang, hematokrit meningkat, dan gangguan maturasi megakariosit.2.1.1 DefinisiPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat terjadi pada semua kelompok umur terutama pada anak-anak. (Sudoyo, 2010)2.1.2 Etiologi

DHF disebabkan oleh satu dari empat serotipe virus yang memiliki antigen berbeda. Serotipe keempatnya yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus Dengue adalah virus yang menyebabkan DHF. Infeksi oleh salah satu dari keempat serotipe tersebut dapat menimbulkan kekebalan pada jenis serotipe itu saja. Jadi, seseorang hanya dapat terserang sebanyak empat kali dalam hidupnya.

Virus Dengue termasuk dalam golongan arbovirus famili togaviridae. Virus Dengue disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, Aedes Albopictus, dan Aedes Polynesiensis. Tempat yang menjadi sarang nyamuk tersebut adalah genangan air yang terdapat dalam wadah (container) penampungan air seperti lubang pohon, daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu, drum, bak mandi, gentong, ember dan sebagainya.

2.1.3 Agen Infeksius dan Vektor Penularan Penyakita. Agen Infeksius

Agent Infeksius DBD adalah virus Dengue yang merupakan bagian dari famili flaviviridae. Keempat serotipe virus Dengue (DEN-1, DEN-2,DEN-3, DEN-4) dapat dibedakan dengan metode serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara terhadap serotipe yang lain.3 Seseorang akan kebal seumur hidup terhadap serotip yang menyerang pertama kali, namun hanya akan kebal dalam waktu 6 bulan - 5 tahun terhadap serotipe virus Dengue lain. Virus Dengue tipe 3 merupakan serotipe yang terbanyak berhasil diisolasi, disusul berturut-turut virus dengue tipe 1, virus dengue tipe 2 dan virus dengue tipe 4. Virus dengue tipe 2 dan tipe 3 secara bergantian merupakan serotipe yang dominan, namun virus dengue tipe 3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat (DBD derajat IV, DBD disertai ensefalopati, DBD disertai hematemesis dan melena, dan DBD yang meninggal) (Sudoyo, 2010).b. Vektor penularan

Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di pedesaan (daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Namun Aedes aegypti berkembang biak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus berkembang biak di lubang-lubang pohon, dalam potongan bambu dan genangan air lainnya (Depkes, 2005). Tabel 1. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti Aktif Pagi jam 07.00 12.00 WIBSore jam 15.00 17.00 WIBHinggap pada benda benda yang menggantung.

LarvaBerkembang biak pada air jernih yang dasarnya bukan tanah.

TelurDiletakkan pada dinding kontainer tepat diatas permukaan air.Jumlah telur selama hidupnya berjumlah 600 800 butir.Lama hidupnya 3-4 Minggu.

PupaDibawah permukaan air.

TerbangKemampuan terbang 50 200 m

Siklus hidupTelur larva pupa dewasa1-2 hr 4-5 hr 1-2 hr.

Sumber : Depkes RI, 2005Pertumbuhan dan perkembangan telur sampai nyamuk dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari.

Gambar 1. Nyamuk Aedes Aegypti (LIPI, 2006)

2.1.4. Penularan

Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes albopictus. Yang paling berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes Aegypti karena hidupnya di dalam dan disekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga lebih jarang kontak dengan manusia. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak (Faziah, 2004).

Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini mendapat virus Dengue sewaktu mengigit mengisap darah orang yang sakit Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue. Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes Aegypti yang telah mengisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiapkali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.

Orang yang kemasukan virus dengue, maka dalam tubuhnya akan terbentuk zat anti yang spesifik sesuai dengan type virus dengue yang masuk. Tanda atau gejala yang timbul ditentukan oleh reaksi antara zat anti yang ada dalam tubuh dengan antigen yang ada dalarn virus dengue yang baru masuk.

Orang yang kemasukkan virus dengue untuk pertamakali, umumnya hanya menderita sakit demam dengue atau demam yang ringan dengan tanda/gejala yang tidak spesifik atau bahkan tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit sarna sekali (asymptomatis). Penderita demam dengue biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 5 hari tanpa pengobatan. Tanda tanda demam berdarah dengue ialah demarn mendadak selama 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke 3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 panas mendadak turun. Tetapi apabila orang yang sebelumnya sudah pemah kemasukkan virus dengue, kemudian memasukkan virus dengue dengan tipe lain maka orang tersebut dapat terserang penyakit demam berdarah dengue (teori infeksi skunder).Penularan Demarn Berdarah Dengue dapat terjadi disemua tempat yang terdapat nyamuk penularannya. Adapun tempat yang potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah :

1. Wilayah yang banyak kasus DBD (Endemis).

2. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar tempat - tempat umum antara lain:

a. Sekolah.

b. RS / Puskesmas dan Sarana pelayanan kesehatan lainnya.

c. Tempat lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah dan lain-lain.

3. Pemukiman baru dipinggir kota.

Karena dilokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah dimana kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier.

2.1.5 Patogenesis

Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan membedakan demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah tingginya permabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan hemoragik. Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai hematokrit (Faziah, 2004).

Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan hipotese infeksi sekunder dicoba dirumuskan oleh Suvatte dan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3. Patofisiologi DBD

Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis demam berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar menganut "the secondary heterologous infection hypothesis" yang mengatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun.

Akibat infeksi ke dua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, respons antibodi ananmestik yang akan terjardi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan antibodi IgG anti dengue titer tinggi. Disamping itu replikasi virus dengue terjadi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. Hal-hal ini semuanya akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat antivasi C3 dan C5 menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Pada penderita renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24 -48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekwat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

Sebab lain dari kematian pada DBD ialah perdarahan saluran pencernaran hebat yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar penderita DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah tromosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan penyakit.

Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai sebab perdarahan pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun termasuk faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga dilaporkan menurun. Perubahan faktor koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang terbukti terganggu, juga oleh aktifasi sistem koagulasi (Faziah, 2004).

Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial dapat terjadi juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan. Renjatan pada PIM akan saling mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki renjatan irrevesible disertai perdarahan hebat, kegagalan organ-organ vital dan berakhir dengan kematian (Faziah, 2004).

Patogenesis tidak sepenuhnya dipahami namun terdapat 2 perubahan patofisiologi yang menyolok, yaitu meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma, hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran plasma kedalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-28 jam).

Hemostatis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan. Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan C3a dan C5a meningkat. Mekanisme aktivasi komplemen tersebut belum diketahui. Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD. Namun demikian peran kompleks antigen-antibodi sebagai penyebab aktivasi komplemen pada DBD belum terbukti.

Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dibandingkan dengan DD dijelaskan adanya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam makrofag oleh antibodi heterotipik sebagai akibat infesi dengue sebelumnya. Namun demikian terdapat bukti bahwa faktor virus serta responsimun cell-mediated terlibat juga dalam patogenesis DBD.

2.1.6. Gambaran KlinisGambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase pemulihan.

a. Pada fase febris

Biasanya demam mendadak tinggi 2 7 hari, disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan perdarahan gastrointestinal (WHO, 2009).TULISAN TERKAIT TOPIKb. Fase kritisTerjadi pada hari 3 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya berlangsung selama 24 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok (WHO, 2009).c. Fase pemulihanBila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48 72 jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali , hemodinamik stabil dan diuresis membaik (WHO, 2009)

Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokan menjadi 4 tingkat :

1. Derajat I : Demam diikuti gejala spesifik, satu-satunya manifestasi pendarahan adalah test Terniquet yang positif atau mudah memar.

2. Derajat II: Gejala yang ada pada tingkat 1 ditambah dengan pendarahan spontan, pendarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.

3. Derajat III: Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh rendah, kulit lembab, dan penderita gelisah.

4. Derajat IV: Shock berat dengan nadi yang tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat di periksa, fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam (Nurhayati, 2005).

.

2.1.7. Diagnosis

Diagnosa penyakit DBD ditegakkan jika ditemukan:

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7

b. Manitestasi Perdarahan

c. Tombositoperiia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3, biasanya Ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.

d. Hemokonsentrasi yaitu meningkatnya hematokrit, merupakan indikator yang peka Terhadap jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan penekanan berulang secara periodik. Kenaikan Ht 20% menunjang diagnosa klinis Demam Berdarah Dengue.

Hasil laboraturium seperti ini biasanya ditemukan pada hari ketiga sampai ke-7. Kadang-kadang dari x-ray dada ditemukan efusi pleura atau hiperalbuminemia yang menunjukan adanya kebocoran plasma. Kalau penderita jatuh dalam keadaan syok, maka kasusnya disebut sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS).

2.1.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terdiri dari :

a. Pencegahan

Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk flavivirus demam berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah.

Cara pencegahan DBD :

1. Bersihkan tempat penyimpanan air ( bak mandi, WC ).

2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air.

3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas (kaleng bekas, botol bekas ).

4. Tutuplah lubang-lubang, pagar pada pagar bambu dengan tanah.

5. Lipatlah pakaian atau kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap di situ.

6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin untuk membunuh jintik-jintik nyamuk ( ulangi hal ini setiap 2 sampai 3 bulan sekali.

b. Pengobatan

Pengobatan penderita demam berdarah adalah dengan cara :

1. Pengantian cairan tubuh

2. Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter dalam 24 jam.

3. Gastroenteritis oral solution atau kristal diare yaitu garam elektrolid ( oralit kalau perlu 1 sendok makan setiap 3 sampai 5 menit )

4. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit diperlukan untuk mencegah terjadinya syok yang dapat terjadi secara cepat.

5. Pemasangan infus NaCl atau Ringer melihat keperluanya dapat ditambahkan, Plasma atau Plasma expander atau preparat hemasel.

6. Antibiotik diberikan bila ada dugaan infeksi sekunder.

2.1.9. PrognosisInfeksi dengue p ada umumnya mempunyai prognosis yang baik, DF dan DHF tidak ada yang mati. Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian terjadi pada kasus berat yaitu pada waktu muncul komplikasi pada sistem syaraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain.

Kematian disebabkan oleh banyak faktor, antara lain :

1. Keterlambatan diagnosis

2. Keterlambatan diagnosis shock

3. Keterlambatan penanganan shock

4. Shock yang tidak teratasi

5. Kelebihan cairan

6. Kebocoran yang hebat

7. Pendarahan masif

8. Kegagalan banyak organ

9. Ensefalopati

10. Sepsis

11. Kegawatan karena tindakan2.2. Pemberantasan Sarang Nyamuk2.2.1. Pengertian

Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah Dengue adalah kegiatan mamberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular demam berdarah Dengue (Aedes aegypti) di tempat tempat perkembengbiakannya (Depkes RI, 2005).2.2.2. Tujuan

Mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 2005).2.2.3. SasaranSasaran pemberantasan sarang nyamuk DBD yaitu semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, antara lain:a. Tempat penampunga air (TPA) untuk keperluan sehari hari.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari hari.

c. Tempat penampung air alamiah. (Depkes RI, 2005)2.2.4. Ukuran keberhasilan

Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95 % diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 2005).

ABJ = Jumlah rumah yang tidak diperoleh jentik

Jumlah rumah yang diperiksa

2.2.5. Pelaksanaan

a. PSN DBD dilakukan dengan cara 3M , yaitu :

1) Menguras dan menyikat tempat tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dll seminggu sekali (M1).

2) Menutup rapat rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dll (M2).

3) Mengubur dan menyingkirkan barang barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3).b. Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:

1) Mengganti air vas bunga, tempat minim burung atau tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.

2) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer/rusak.

3) Menutup lubang lubang pada potongan bambu /pohon, dll.

4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat tempat yang sulit di kuras atau di daerah yang sulit air.

5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak bak penampung air.

6) Memasang kawat kasa.

7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.

8) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.

9) Menggunakan kelambu.

10) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

Keseluruhan cara tersebut di atas di kenal dengan istilah 3M Plus (Depkes RI, 2005).Pelaksanaan PSN DBD menurut Depkes RI (2005), yaitu:

a) Di rumah

Dilaksanakan oleh anggota keluargab) Tempat tempat umum

Dilaksanakan oleh petugas yang di tunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat tempat umum, seperti:

1) kantor oleh petugas kebersihan kantor

2) sekolah oleh petugas sekolah

3) pasar oleh petugas kebersihan pasar, dll (Depkes RI, 2005).BAB 3. METODE 3.1 Jenis MetodeKegiatan ini menggunakan metode penyuluhan langsung dengan menggunakan media berupa leaflet yang dibagikan kepada peserta dan dilakukan sesi tanya jawab di sesi terakhir dengan para peserta.3.2 Tempat dan Waktu PelaksanaanHari/tanggal : Rabu 28 januari 2014

Pukul

: 10.00 WIB

Tempat

: Posyandu Desa Pancor Sari Cluring3.3 Peserta PenyuluhanPeserta pada kegiatan penyuluhan ini adalah seluruh kader di Desa Pancor Sari dan semua ibu ibu yang memiliki bayi dan anak anak.3.4 Pelaksana PenyuluhanKegiataan penyuluhan dilakukan oleh dokter internsip yang sedang bertugas di Puskesmas Benculuk.dan turut serta dalam penyuluhan adalah bidan pedamping yang memegang posyandu Desa Pancor Sari.3.5 Isi PenyuluhanMateri Peyuluhan yang disampaikan pada kegiatan ini yaitu :

a. Pengertian Demam Berdarah Dangue

b. Penyebab Demam Berdarah Dangue

c. Bagaimana penularan DBD

d. Tanda dan gejala DBD

e. Pencegahan dan penanganan Demam Berdarah Dangue

3.6 Rencana EvaluasiIndikator Keberhasilan dapat dilihat dari :

a. Kehadiran peserta

Indikator : peserta yang hadir mengikuti penyuluhan sebanyak minimal 75 % orang.

b. Peserta dengan antusias mendengarkan ceramahIndikatornya : peserta tidak mengantuk,tidak lain lain,mendengarkan dengan seksama dan aktif bertanya.

c. Peserta aktif bertanya

Indikatornya : minimal terdapat >3 pertanyaan selama penyuluhan berlangsung

d. Peningkatan pengetahuan tentang materi yang disampaikan.Indikatornya : Tingkat pengetahuan peserta penyuluhan mengalami peningkatan apabila dapat menjawab pertanyaan yang sama yang diajukan dibandingkan sebelum dilakukan penyuluhan,maka penyuluhan dikatakan berhasil

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Profil Komunitas Umum Puskesmas Benculuk 2012

4.1.1 Keaadaan GeografisKeadaan geografi wilayah kerja Puskesmas Benculuk sebagian besar (79,9%) merupakan tanah pertanian yang subur, sisanya berupa tanah pekarangan (20,1%). Kondisi letak tanah berupa dataran yang rata tanpa adanya dataran tinggi maupun dataran rendah. Seluruhnya merupakan wilayah darat, tanpa adanya wilayah laut maupun kepulauan, hanya ada beberapa sungai besar yang melalui wilayah tersebut. Wilayah kerja Puskesmas Benculuk berada dalam posisi yang strategis karena dilalui jalan raya propinsi yang merupakan jalur utama kendaraan umum dari Kabupaten Jember ke Banyuwangi. Sedangkan jalan yang merupakan jalur dari Puskesmas Benculuk ke seluruh wilayah kerjanya semua dapat dilalui dengan menggunakan kendaraan baik roda dua maupun roda empat.

4.1.2 Batas Wilayah Puskesmas Benculuk merupakan salah satu Puskesmas Perawatan yang ada di wilayah Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi dengan batas-batas :

Sebelah Utara : Kecamatan Srono

Sebelah Selatan : Wilayah Puskesmas Tampo

Sebelah Barat : Kecamatan Gambiran

Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Muncar

4.1.3 Luas Wilayah Luas Wilayah kerja Puskesmas Benculuk 70,11 km2 yang merupakan 62,5 %

dari seluruh wilayah kecamatan Cluring.

4.1.4 Pembagian Administrasi PemerintahanWilayah Puskesmas Benculuk terdisi dari 5 (lima) desa antara lain :

1. Desa Cluring, terdiri dari 5 Dusun :

1) Dusun Krajan

2) Dusun Kepatihan

3) Dusun Cemetuk

4) Dusun Trembelang

5) Dusun Karangrejo

Yang terbagi dalam 2RW dan 82 RT

2. Desa Benculuk, terdiri dari 5 Dusun :

1) Dusun Krajan

2) Dusun Purwosari

3) Dusun Kebonsari

4) Dusun Pancursari

5) Dusun Rejosari

Yang terbagi dalam 20 RW dan 97 RT

3. Desa Tamanagung, terdiri dari 4 dusun :

1) Dusun Krajan

2) usun Sumberjeruk

3) Dusun Sumberwaru

4) Dusun Sagad

Yang terbagi dalam 24 RW dan 60 RT

4. Desa Sraten, terdiri dari 3 Dusun :

1) Dusun Karjan

2) Dusun Sukodadi

3) Dusun Tapansari

Yang terbagi dalam 15 RW dan 58 RT

5. Desa Sarimulyo, terdiri dari 4 Dusun :

1) Dusun Sempu

2) Dusun Cempokosari

3) Dusun Rejomulyo

4) Dusun Pandansari

Yang terbagi dalam 11 RW dan 43 RT

Tabel 4.1 Jarak Puskesmas dan Waktu TempuhNoTUJUANJARAK

(km)WAKTU

(menit)Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10Dinas Kesehatan Banyuwangi

RSD Blambangan Banyuwangi

Kantor Pemkab Banyuwangi

RSUD Genteng

Kantor Camat Cluring

Kantor Desa Cluring

Kantor Desa Benculuk

Kantor Desa Tamanagung

Kantor Desa Sraten

Kantor Desa Sarimulyo

33

33

33

17

2

2

1

5

2

445

45

45

30

10

10

5

10

10

14Roda empat

Roda empat

Roda empat

Roda empat

Roda dua

Roda dua

Roda dua

Roda dua

Roda dua

Roda dua

4.1.5 Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk wilayah kerja tahun 2011 :

Laki-laki : 21.674 jiwa (48,84%)

Perempuan : 21.990 jiwa (51,16%)

Total

: 43.664 jiwa

Jumlah KK: 12.668 KK

Tabel 4.2 JUMLAH PENDUDUK PER DESANo.D E S APRIAWANITAJUMLAH

1Benculuk5995613812133

2Tamanagung406339728035

3Sraten359035927182

4Cluring5021509910120

5Sarimulyo300531896194

JUMLAH216742199043664

4.1.6 Hasil Penyuluhan

Kegiatan Penyuluhan Demam Berdarah Dangue berhasil dan lancar dilaksanakan tanpa kendala berarti dan mencapai tujuan yang diinginkan yakni memberikan informasi kepada para kader desa Pancor Sari,dan ibu ibu posyandu yang memiliki bayi dan balita di Desa Pancor Sari. Semua materi penyuluhan yang terdiri dari pengertian,penyebab,penularan,tanda dan gejala,pencegahan serta penanganan Demam Berdarah Dangue,dapat disampaikan dengan baik dan lancar.

Sebelum penyuluhan dan pembagian leaflet dilakukan kami awali dengan memberikan pertanyaan seputar materi penyuluhan untuk mengetahui tigkat pengetahuan peserta.Pembagian leaflet materi dimulai pukul 10.00 WIB yang dilakukan bersamaan dengan pengisian daftar hadir di posyandu desa Pancor Sari, kemudian peserta diberikan materi sesuai susunan materi yang telah disiapkan oleh dokter intersip Puskesmas Benculuk.Pada saat pemberian materi peserta terlihat sangat antusias dan mendengarkan dengan seksama dari awal sampai akhir penyuluhan.Setelah selesai pemberian materi penyuluhan diadakan sesi tanya jawab,disinilah terlihat antusias peserta yang dinilai berdasarkan banyaknya pertanyaan yang diajukan.Mereka cukup tertarik dengan materi yang disampaikan.Setelah acara penyuluhan dan sesi tanya jawab selesai kegiatan selanjutnya adalah menanyakan kembali pertanyaan yang sama.Hampir semua peserta sudah mengerti dan dapat menjawab dengan benar karena sudah mendapat penjelasan sewaktu penyuluhan.

Pelaksanaan penyuluhan mengenai Demam Berdarah Dangue ,dapat dikatakan berhasil,dilihat dari indikator indikator evaluasi yang memenuhi syarat dalam penilian.Walaupun masih ada beberapa kekurangan.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN5.1Kesimpulan

Pelaksanaan penyuluhan yang direncanakan telah dapat direalisasikan dengan baik.Selama persiapan dokter internsip banyak mendapat bantuan baik dari pihak Puskesma Benculuk maupun kader posyandu desa Pancor Sari.Proses penyuluhan dengan menggunakan leaflet terbukti berhasil meningkatkan pengetahuan para kader dan ibu ibu poyandu mengenai DHF. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan peserta dalam menjawab pertanyaan yang diberikan sebelum dan sesudah penyuluhan.5.2 Sarana. Para peserta penyuluhan hendaknya menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan,dalam kehidupan sehari hari.b. Penyuluhan mengenai Demam Berdarah Dangue sebaiknya minimal dilakukan tiap tiga bulan,agar para kader dan masyarakat paham dan mengerti mengenai penanggulangan dan pencegahan Demam Berdarah Dangue sehingga bisa terhindar dari penyakit tersebut.c. Para peserta penyuluhan hendaknya menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan,dalam kehidupan sehari hari.DAFTAR PUSTAKA

Bermawie, N. 2005. Mengatasi Demam Berdarah dengan tamnaman Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 28 (6): 1-3. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr286063.pdf.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Penyakit-Penyakit yang Ditularkan oleh Nyamuk. www.depkes.go.id.

Balitbangkes. 2004. Kajian Masalah Kesehatan : Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, 2004.

Dinas Kesehatan Jember. 2007. Kasus Demam Berdarah DengueTahun 2006-2007 Se Kabupaten Jember. Jember: Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.

Deubel, V. 2001. The Encyclopedia of Arthropod-transmitted Infection. Wallingford (UK): CAB International.

Faziah A.S. 2004. Epidemiologi Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Indonesia. USU digital library.

Koban, A.W. 2005. Kebijakan Pemberantasan Wabah Penyakit Menular: Kasus Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue (KLB DBD). www.theindonesianinstitute.com

Kristina. 2004. Demam Berdarah Dengue: Kajian Masalah Kesehatan. Jakarta: Badan Litbangkes RI.

LIPI. 2006. Demam Berdarah Dengue. Info Ristek, Vol 4 No.1, 2006. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Lisdawati, 2012. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Program Pengendalian DBD yang Dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan Terhadap Keberadaan Jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Bagan Deli Belawan Tahun 2012. USU digital library.

Nurhayati, Siti. 2005. Prospek Pemanfaatan Radiasi Dalam Pengendalian Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue. Iptek Ilmiah Populer, Buletin Alara Vol.7, No. 1&2, Agustus-Desember 2005.

Republika Online. 2013. Alasan Demam Berdarah di Indonesia Meningkat. Serial Online, 26 Juli 2013.

X 100

1