ACARA II PENGAMATAN POLEN DAN KANTUNG EMBRIO A. Hasil Pengamatan 1. Viabilitas Polen a. Polen Bunga Jagung (Zea mays) tv Keterangan: Viabel (v) / tidak (tv) Persentase viabel = 0/3 x 100% = 0 % b. Polen Bunga Cabai (Capsicum annum) tv v Keterangan: Viabel (v) / tidak (tv) Persentase viabel = 6/7 + 6/8 + 6/6 +8/11 + 10/12 x 100% 5
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Polen dapat kehilangan viabilitasnya pada suatu periode waktu tertentu. Hilangnya
viabilitas tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama suhu dan
kelembaban relative. Serbuk sari segar menunjukkan kemampuan berkecambah 85-90%
(Issirep et al, 1995). Kedua faktor lingkungan tersebut apabila terdapat pada kondisi yang
optimum menurut Perveen (2007), akan mengakibatakan kenaikan viabilitas polen.
Polen merupakan tahap kritis dalam siklus hidup tanaman dan viabilitas polen juga
merupakan parameter penting, karena polen harus hidup dan mampu berkecambah setelah
penyerbukan agar terjadi pembuahan. Ketersediaan polen dengan viabilitas yang tinggi
merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan persilangan tanaman (Anita-
Sari & Susilo, 2011).
Berdasarkan pengamatan perkecambahan polen, dapat diketahui bahwa semua polen
setiap bunga yang diamati mampu berkecambah. Akan tetapi perkecambahannya tidak 100%,
karena ada polen yang tidak viabel, sehingga polen yang tidak viabel tersebut tidak dapat
berkecambah. Perkecambahan polen ditandai dengan terbentuknya pollen tube (tabung polen)
yang memanjang.
Perkecambahan polen dimulai dari jatuhnya serbuk sari di atas kepala putik, kemudian
terjadi penyerapan air dan zat-zat lain yang terdapat pada permukaan kepala putik, sehingga
dapat mengembang. Dengan jalan menuju salah satu pori dari dinding luar (exine) yang telah
pecah, maka lapisan dalam (intine) bersama protoplasma dapat tumbuh memajang keluar
menjadi tabung serbuk sari (pollen tube) yang mengandung 1 inti vegetatif (tube nucleus) dan
2 inti generatif (sperm nucleus). Terhambatnya pembentukan tabung polen akan berakibat
pembuahan tidak terjadi karena sperma tidak bisa sampai ke bakal buah. (Anita-Sari &
Susilo, 2011).
Setelah polen berkecambah, kemudian akan terjadi proses pembuahan. Pembuahan
(fertilization) adalah bertemunya gamet jantan dengan gamet betina yang kemudian melebur
menjadi zigot. Tabung sari yang terbentuk akan tumbuh melalui jaringan tangkai putik
menuju ke bakal biji. Kemudian buluh sari memasuki kantung embrio melalui mikrofil dan
menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu inti bersatu dengan inti sel telur,
sedang inti lainnya bersatu dengan dua polar (inti sekunder). Pembuahan ini disebut
pembuahan ganda. Penyatuan gamet jantan dengan sel telur menghasilkan zigot yang tumbuh
menjadi embrio. Penyatuan inti yang lain dari gamet jantan dengan kedua inti polar
menghasilkan sel endosperm pertama yang akan mengalami pembelahan menghasilkan
jaringan endosperma. Dengan demikian zigot adalah diploid sedang endosperma adalah
triploid (Anita-Sari & Susilo, 2011).
Pada tanaman Torenia spp. Kantung embrionya memiliki struktur dengan bagian-
bagian Egg cell, Synergids, Polar nuclei, dan Antipodals seperti kantung embrio pada
umumnya.
Kesimpulan
1. Setiap jenis tanaman memiliki bentuk polen yang berbeda-beda. Misalkan pada bunga
sepatu, polennya berbentuk bulat dan permukaannya bergerigi. Sedangkan pada cabai
polennya bulat tidak bergerigi.
2. Viabilitas polen dapat diamati dengan cara pewarnaan dan menghitung secara
langsung jumlah polen yang viabel di bawah mikroskop. Viabilitas polen dapat
dihitung dengan cara, jumlah polen berkecambah dibagi dengan total polen yang
diamati dikalikan 100 %. Polen dikatakan viabel apabila buluh serbuk sari yang
terbentuk sama atau lebih panjang dari diameter serbuk sari dan mampu menyerap
warna acetocarmin dengan baik.
3. Setiap jenis tanaman memiliki viabilitas dan daya berkecambah yang berbeda-beda.
Viabilitas polen dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu terutama suhu dan
kelembaban.
DAFTAR PUSTAKA
Anita-Sari, I. dan Susilo, A. W.. 2011. Indikasi pengaruh xenia pada tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Pelita perkebunan 3: 183-190.
Issirep, S., Sumardi dan Siti, S. 1995. Pengawetan serbuk sari salak secara In-Vivo. Jurusan Botani Fakultas Biologi Vol 1.
Perveen, A. 2007. Pollen germination capacity, viability and maintanence of Pisium sativum L papilionaceae). Middle-East Journal of Scientific Research 2: 79-81.
Sari, Y., Ni Kadek, Eniek, Kriswiyanti, dan Astarini, I. A.. 2010. Uji viabilitas dan perkembangan serbuk sari buah naga putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose), merah (Hyocereus polyrhicus (Web.) Britton & Rose), dan super merah (hylocereus costaricensis (Web.) Britton & Rose) setelah penyimpanan. Jurnal Biologi 1: 39-44.