Page 1
DARI RUANG PUBLIK POPULIS KE RUANG PUBLIK POLITIS
(Studi Kasus Tentang Peralihan Fungsi Kedai Kopi Biasa Menjadi Kedai Kopi Pendukung
Salah Satu Kandidat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau Tahun 2015-
2020)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
PURNIA NIKA
NIM. 120563201033
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
Page 2
1
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut
dibawah ini:
Nama : Purnia Nika
NIM : 120563201033
Jurusan/Prodi : Ilmu Administarsi Negara
Alamat : Jl. Pemuda Gg Kencana No.09 Rt 2/Rw Ix Tanjung Ayun Sakti Tpi
Nomor TELP : 085763364636
Email : [email protected]
Judul Naskah : PUBLIK POPULIS KE RUANG PUBLIK POLITIS (Studi Kasus Tentang
Peralihan Fungsi Kedai Kopi Biasa Menjadi Kedai Kopi Pendukung Salah
Satu Kandidat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau Tahun
2015-2020)
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan
untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, 16 Desember 2016
Yang menyatakan,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Imam Yudhi Prastya, M.Pa Wayu Eko Yudiatmaja, M.Pa
NIDN. 1002078301 NIDN. 0001078704
Page 3
2
A B S T R A K
PURNIA NIKA
IMAM YUDHI PRASTYA, MPA
WAYU EKO YUDIATMAJA, MPA
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, FISP, UMRAH, [email protected]
Pada Pilkada Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 kedai kopi yang awalnya kedai kopi
biasa beralih fungsi menjadi kedai kopi pendukung salah satu kandidat calon Gubernur dan wakil
Gubernur. Kedai kopi menjadi tempat yang mudah untuk melakukan pendekatan dengan
masyarakat karena tradisi melayu masyarakat Kepulauan Riau berkumpul dikedai kopi sambil
bertukar informasi, sehingga calon Gubernur dengan mudah untuk mempromosikan visi dan misi
serta program yang dijalankan jika mereka menang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peralihan fungsi kedai kopi biasa menjadi
kedai kopi pendukung salah satu kandidat calon Gubernur dan wakil Gubernur Kepulauan Riau
Tahun 2015-2020. Dalam pembahasan skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif. Informan
berjumlah 16 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif.
Dari hasil analisa data penelitian ini disimpulkan bahwa peralihan fungsi kedai kopi biasa
menjadi kedai kopi pendukung salah satu kandidat calon Gubernur dan wakil Gubernur Kepulauan
Riau Tahun 2015-2020 disebabkan adanya faktor ideologi, klientelisme, kekerabatan dan dilema
kedai kopi. Munculnya faktor tersebut karena adanya pilihan rasional yang dilakukan pemilik
kedai kopi dan calon Gubernur. Mereka sama-sama memiliki tujuan dan kepentingan masing-
masing.
Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa calon Gubernur memberikan penawaran kepada
pemilik kedai kopi yang sifatnya memberi mereka keuntungan. Kemudian sebagai imbalannya
pemilik kedai kopi mau menjadikan kedai kopi mereka sebagai kedai kopi pendukung calon
Gubernur dan mereka juga menggunakan hak suara mereka untuk memilih pasangan calon
Gubernur tersebut. Selain itu kedai kopi telah melanggar aturan pilkada, yaitu pelanggaran alat
praga kampanye dan terjadinya money politik (pemberian uang, barang maupun jasa)
Saran dalam penelitian ini untuk masyarakat agar mempertahankan tradisi melayu
masyarakat Kepulauan Riau berkumpul dikedai kopi, untuk peneliti lain agar dapat menjadi
referensi dalam penelitiannya, untuk KPU lebih meningkatkan lagi sosialisasinya, untuk Bawaslu
lebih meningkatkan lagi pengawasannya, untuk partai pendukung lebih meningkatkan lagi dalam
memberikan pendidikan politik.
Kata kunci: Ruang publik, Kedai kopi, Pilihan rasional
Page 4
3
ABSTRACT
PURNIA NIKA
IMAM YUDHI PRASTYA, MPA
WAYU EKO YUDIATMAJA, MPA
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, FISP, UMRAH, [email protected]
On election district head Province Riau islands Year 2015 coffee shop ordinary initially
converted into a coffee shop supporting one of the candidates Governor and deputy governor.
coffee shop to be a place that is easy to approach with public because of the tradition of Malay
community in Riau Islands gathered in the coffee shop while exchanging information so that
prospective governors easy to promote the vision and mission as well as programs that run whey
they win.
This study aims to determine transition of function of the coffee shop used to be a coffee
shop supporting one of the candidates for governor and deputy governor of Riau Island year
2015-2020. in the discussion of this thesis using qualitative research .informant of 16 peole.
Techniques of data collection by interview, observation and documentation. Data analysis
technique used is descriptive analysis techniques.
From the data analysis in this study can be concluded that transition function of the
coffee shop used to be a coffee shop supporting one of the candidates for governor and deputy
governor of Riau Island year 2015-2020 because presence factor ideology, clientelism, kinship
and dilemmas coffee shop. The emergence of these factors for their rational choice made coffee
shop owner and candidate for Governor. They have the same goals and interests of each.
Conclusion in this study that Candidates Governor offers to the owner of the coffee shop
that nature gives them an advantage. Then return the coffee shop owners want to make their coffee
shop as a coffee shop supporting candidates for Governor and they also use their vote to choose a
candidate for Governor of the pair. Besides the coffee shop had violated election rules, namely
infringement praga campaign tools and the political money (gifts of money, goods or services).
Suggestions in this research to the public in order to maintain the tradition of the Malay
community in Riau Islands gathered in the coffee shop, for researchers to be a reference in
another study, to the KPU further enhance socialization, for Bawaslu further enhance its
supervision, for the parties supporting the further increase again in providing political education.
Keywords: Public Sphere, Coffee Shop , Rational Choice
Page 5
3
I. PENDAHULUAN
Penelitian ini ingin mengkaji tentang
peralihan Ruang publik kedai kopi, dari
kedai kopi biasa menjadi kedai kopi
pendukung salah satu kandidat calon
Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan
Riau tahun 2015-2020. Kedai kopi di
Kepulauan Riau, khususnya di Kota
Tanjungpinang sangat menjamu karena
merupakan bagian dari tradisi masyarakat.
Tradisi itu adalah tradisi berbincang-bincang
di kedai kopi.
Fenomena yang menarik adalah pada
saat pilkada Gubernur Kepulauan Riau tahun
2015-2020, kedai kopi yang awal mulanya
hanya kedai kopi biasa/netral yang sering di
kunjungi oleh masyarakat dari berbagai
kalangan yang masing-masing berbeda
profesi. Diantaranya ada para politisi baik
yang muda maupun yang tua, mahasiswa
dan masyarakat biasa. Berubah menjadi
kedai kopi pendukung salah satu pasangan
calon Gubernur dan Wakil Gubernur
Kepulauan Riau Tahun 2015-2020, dimana
di dalam maupun di luar kedai kopi tersebut
terdapat atribut-atribut seperti poster,
spanduk, maupun baliho pasangan calon.
Tabel I.1
Kedai Kopi Pendukung
No Alamat Kedai
Kopi
Pendukung
Pasangan
Calon
Gubernur
1 Batu 8 Atas
Bundaran
Stisipol
Sani-Nurdin
2 Jln. Martadinata Sani-Nurdin
3 Teluk Kriting Soerya-
Anshar
4 Perumnas Bumi
Air Raja KM 15
Soerya-
Anshar
5 Perum Griya
Senggarang
Permai
Soerya-
Anshar
Sumber: Tim Sukses calon Gubernur
Pilkada Kepulauan Riau Tahun 2015
Di Kota Tanjungpinang Kedai kopi
menjadi sarana publik untuk berdiskusi dan
berinteraksi. Keberadaan kedai kopi di Kota
Tanjungpinang menjadi tempat dimana
masyarakat bebas mengeluarkan
pendapatnya. Di kedai kopi inilah
masyarakat Kota Tanjungpinang dapat
mengisi kekosongan waktu untuk
beristirahat, menghilangkan segala
kepenatan, berkumpul hingga membentuk
interaksi sosial antar pemilik dan
pengunjung kedai kopi. Kedai kopi juga
dilakukan sebagai media silaturahim, media
bisnis bahkan menjadi media informasi
politik. Karena kedai kopi tersebut menjadi
ruang yang dapat dinikmati, ditempati oleh
siapa saja. Kedai kopi menjadi ruang bagi
setiap orang bebas mengeluarkan pendapat
sama halnya dengan Ruang Publik. Oleh
karena itu Ruang Publik muncul dalam
wujud kedai kopi.
Berdasarkan uraian diatas penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Dari Ruang Publik Populis Ke
Ruang Publik Politis (Studi Kasus tentang
Page 6
4
Peralihan Fungsi Kedai Biasa Menjadi
Kedai Kopi Pendukung Salah Satu
Kandidat Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur Kepulauan Riau Tahun 2015)”
II. LANSADAN TEORI
1. Ruang Publik (Public Sphere)
Jurgen Habermas memperkenalkan gagasan
ruang publik pertama kali melalui bukunya
yang berjudul The Structural
Transformation of the Public Sphere: an
Inquire Into a Category of Bourjuis Society
yang diterbitkan sekitar tahun 1962.
“Ruang publik diartikan sebagai
ruang diskusi kritis yang terbuka bagi semua
orang. Pada ruang publik ini, warga privat
(private person) berkumpul untuk
membentuk sebuah publik dimana nalar
publik ini akan diarahkan untuk mengawasi
kekuasaan pemerintah dan kekuasaan
negara. Ruang publik mengasumsikan
adanya kebebasan berbicara dan berkumpul,
pers bebas, dan hak secara bebas
berpartisipasi dalam perdebatan politik dan
pengambilan keputusan. Lebih lanjut, ruang
publik dalam hal ini terdiri dari media
informasi seperti surat kabar dan jurnal.
Disamping itu, juga termasuk dalam ruang
publik adalah tempat minum dan kedai kopi,
balai pertemuan, serta ruang publik lain
dimana diskusi sosio-politik berlangsung”.
2. Pilihan Rasional (Rational Choice)
Coleman juga menyebutkan dua
elemen dalam teori pilihan rasionalnya yaitu
aktor dan sumber daya yang mana hubungan
keduanya adalah tujuan dan kepentingan
(Coleman, 2011:37).
III. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan masalah diatas, maka
jenis penelitian ini berbentuk penelitian
deskriftif kualitatif. Penelitian ini berusaha
untuk mengungkapkan suatu fakta atau
peristiwa sebagaimana adanya dan
memberikan gambaran secara obyektif
tentang keadaan atau permasalahan yang
mungkin dihadapi.
Menurut Sugiono (2010:11)
“penelitian deskriftif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan,
atau menghubungkan antara variabel satu
dengan variabel yang lain.”
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota
Tanjungpinang. Alasannya:
1) Tanjungpinang merupakan Ibu Kota
Provinsi.
2) Kedai kopi menjamur di Kota
Tanjungpinang.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
a) Data Primer
Page 7
5
Menurut Arikunto (2010:22), data
primer adalah data dalam bentuk
verbal/kata-kata yang diucapkan secara
lisan, gerak-gerik/perilaku yang dilakukan
oleh subjek penelitian (informan) yang
berkenaan dengan variabel penelitian.
Dalam penelitian ini, data primer adalah data
yang diambil langsung dari informan
Informan adalah data yang
bersumber dari pihak pertama yang belum
diolah oleh pihak lain atau data yang
diperoleh secara langsung dari informan.
b) Data Sekunder
Menurut Arikunto (2010:22), data
sekunder adalah data-data yang diperoleh
dari dokumen-dokumen, foto-foto, film,
rekaman, video, benda-benda, dan lain-lain
yang dapat memperkaya data primer. Penulis
memperoleh data sekunder ini bersumber
dari literatur buku, jurnal dan internet.
4. Informan
Menurut Arikunto (2013:188),
informan adalah orang yang memberikan
informasi. Dengan pengertian ini maka
informan dapat dikatakan sama dengan
responden, apabila pemberian keterangannya
karena dipancing oleh pihak peneliti. istilah
“informan” ini banyak digunakan dalam
penelitian kualitatif
Sedangkan teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling yaitu
pengambilan data hanya untuk tujuan
tertentu saja. Hal ini sesuai dengan pendapat
Moleong, dkk dalam Irawan (2006:10)
bahwa:
“penelitian kualitatif tidak menggunakan
sampel acak melainkan sampel purposiv
yaitu sampel yang dipilih secara sengaja.
Sampel tidak perlu mewakili populasi.
Bahkan istilah “populasi” itu sendiri tidak
relevan disebut. Pertimbangan penelitian
sampel bukan berdasarkan aspek
keterwakilan populasi di dalam sampel.
Pertimbangan lebih kepada kemampuan
sampel (responden) untuk memasuk
informasi selengkap mungkin kepada
peneliti”.
Informan adalah orang-orang yang
mengetahui masalah penelitian serta
memberikan data dan informasi dalam
penelitian. Adapun yang menjadi informan
dalam penelitian ini: pemilik kedai kopi, tim
sukses, partai pendukung, KPU Provinsi,
Bawaslu Provinsi, KNPI Provinsi, LAM,
Provinsi, Media Tanjungpinang Pos, dan
Akademisi. Informan dalam penelitian ini
berjumlah 17 orang.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis
mengumpulkan data dengan menggunakan
teknik dan alat pengumpulan data sebagai
berikut
a) Observasi
Teknik observasi adalah
pengamatan langsung di lingkungan objek
penelitian sesuai dengan masalah yang akan
penulis bahas. Menurut Hadi dalam Sugiono
(2013:166) mengemukakan bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai
Page 8
6
proses biologis dan psikologis. Dua diantara
yang penting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Alat yang
digunakan adalah daftar ceklis.
b) Wawancara
Menurut Sugiono (2013:157),
wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus
diteliti dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self-report, atau setidak-
tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan
pribadi. Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur dan
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to
face) maupun dengan menggunakan telepon.
Dalam hal ini penulis menggunakan
alat wawancara tidak terstruktur.
Wawancara ini akan dilakukan dengan
responden sebagai pihak-pihak yang terlibat
dalam penelitian ini. Alat yang digunakan
adalah pedoman wawancara.
c) Dokumentasi
Dokumentasi menurut Arikunto
(2013:274), yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya. Alat yang digunakan adalah
buku, foto, dan kamera Hp.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menurut Miles
dan Huberman dalam buku Sugiono
(2014:247) dalam analisis data kualitatif
terdapat 3 (tiga) komponen yaitu sebagai
berikut:
a) Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Karena
semakin lama peneliti ke lapangan, maka
jumlah data akan semakin banyak, kompleks
dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, mempokuskan
pada hal-hal yang penting. Dengan demikian
data yang telah di reduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya bila diperlukan.
b) Penyajian Data (Data Display)
Setelah data di reduksi, maka
langkah selanjutnya adalah mendisplay data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya.
Dalam hal ini Miles dan Huberman
menyatakan yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif. Dengan mendisplaykan data, maka
akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
Page 9
7
c) Penarikan Kesimpulan (Conclution
Drawing)
Langkah terakhir dalam analisia
data kualitatif menurut Miles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal dikemukakan masih
bersifat sementara dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat penelitinkembali kelapangan
mengumpulkan data maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pilkada Gubernur dan Wakil
Gubernur Kepulauan Riau Tahun
2015-2020
Pilkada Provinsi Kepri tahun 2015
yang dilaksanakan tanggal 09 Desember
lalu, terdapat dua pasangan kandidat yang
bertarung. Pasangan Nomor urut satu
Muhammad Sani dan Nurdi Basirun yang
diusung oleh Partai Demokrat, PPP,
NasDem, PKB, Gerindra.
Pasangan Nomor urut dua Soerya
Respationo dan Anshar Ahmad yang
diusung oleh partai PDIP, Hanura, PKS,
PAN.
B. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terhadap pemilik
kedai kopi, tim sukses, partai pendukung,
KNPI Provinsi Kepulauan Riau, LAM
Provinsi Kepulauan Riau, Bawaslu Provinsi
Kepulauan Riau, KPU Provinsi Kepulauan
Riau, Media Tanjungpinang pos, dan
akademisi sebagai informan penelitian.
Bahwa alasan dari peralihan fungsi kedai
kopi biasa menjadi kedai kopi pendukung
dapat dilihat dari beberapa faktor:
1. Ideologi
Menurut Poespowardojo, ideologi
adalah sebagai kompleks pengetahuan dan
nilai. Dalam bidang politik, ideologi
diartikan secara khas, yakni sebagai nilai
yang terpadu, berkenaan dengan kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Artinya, gagasan-gagasan politik yang
timbul dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara ditata secara
sistematis menjadi satu kesatuan yang utuh.
Ideologi merupakan hal yang
berkaitan dengan penyebab terjadinya
paralihan fungsi kedai kopi biasa menjadi
kedai kopi pendukung. Dimana seseorang
menjadikan kedai kopi mereka sebagai kedai
kopi pendukung karena mereka melihat dari
ideologi sebagai acuan untuk menentukan
kandidat yang mana mereka akan berpihak
atau memilih.
2. Kekerabatan
Menurut Mansur (1982:13)
mengutip dari Eggan Kekerabatan adalah
lembaga yang bersifat umum dalam
masyarakat dan memainkan peranan penting
pada aturan tingkah laku dan susunan
Page 10
8
kelompok. Ia adalah bentuk dan alat
hubungan sosial. Unsur-unsurnya adalah
keturunan, perkawinan, hak dan kewajiban.
Secara keseluruhan unsur-unsur ini
merupakan satu sistem dan dapat dilihat
sebagai pola tingkah laku dan sikap para
anggota masyarakat. Setiap masyarakat
mengenal hubungan sosial, baik karena
keturunan darah, akibat perkawinan, maupun
karena wasiat. Jaringan- jaringan hubungan
sosial ini merupakan sebagian dari struktur
sosial masyarakat baik sederhana maupun
kompleks.
Kekerabatan tidak hanya hubungan
antara darah (keturunan) tetapi juga karena
agama, suku, ras, lembaga-lembaga sosial
dan sebagainya.
Hubungan kekerabatan juga
merupakan penyebab terjadinya peralihan
fungsi kedai kopi biasa menjadi kedai kopi
pendukung salah satu kandidat calon
Gubernur dan wakil Gubernur Kepulauan
Riau tahun 2015-2020. Hubungan
kekerabatan sudah menjadi tradisi politik
dalam pemilu maupun pilkada. Hubungan
kekerabatan bukan berarti hubungan darah,
tetapi hubungan kekerabatan itu merupakan
suatu ikatan organisasi atau lembaga sosial
yang dimiliki antara calon kandidat dan
pemilik kedai kopi. Sehingga pemilik kedai
kopi mau menjadikan kedai kopi mereka
sebagai kedai kopi pendukung.
Seperti yang di katakan Fortes
(Lery 2016) bahwa sistem kekerabatan suatu
masyarakat dapat dipergunakan untuk
menggambarkan struktur sosial dari
masyarakat yang bersangkutan. Sistem
kekerabatan merupakan bagian yang sangat
penting dalam struktur sosial. Setiap suku di
Indonesia memiliki sistem kekerabatan yang
berbeda-beda.Sistem kekerabatan yang
terjadi antara pemilik kedai kopi dengan
calon kandidat karena adanya hubungan
persahabatan, persaudaraan, dan ikatan
organisasi yang menyebabkan terjadinya
peralihan fungsi kedai kopi biasa menjadi
kedai kopi pendukung.
3. Klientelisme
Klientelisme biasanya dikaitkan
dengan fenomena pemilu. Stokes (2012)
menyebutkan bahwa klientelisme adalah
aktivitas dimana politisi menukarkan barang
yang ia distribusikan dengan suara pemilih
pada saat pemilu. Maka klientelisme sangat
erat kaitannya dengan pemilu. Karena
klientelisme adalah cara yang dipercaya
efektif untuk menghubungkan kandidat
dengan pemilih. Klientelisme juga terjadi
pada peralihanfungsi kedai kopi biasa
menjadi kedai kopi pendukung salah
kandidat calongubernur dan wakil gubernur
Kepulauan Riau tahun 2015-2020. Kitschelt
dan Wilkinson (2007:7) menjelaskan
klientelismemerupakan hubungan antara
agen politik dengan konstituennya dengan
carapertukaran kepentingan secara
transaksional. Pola hubungan seperti itu juga
disebut patronase, dimana calon Gubernur
sebagai patron dan masyarakat (konstituen)
sebagai klien.
Klientelisme politik, dalam
pengertian yang paling sederhana
Page 11
9
digambarkan sebagai distribusi keuntungan-
keuntungan kepada individu atau kelompok
yang teridentifikasi secara jelas yang akan
ditukar dengan dukungan dari penerimanya.
Dalam peralihan fungsi kedai kopi biasa
menjadi kedai kopi pendukung, calon
Kandidat telah memberi sesuatu berupa
barang maupun jasa kepada si pemilik kedai
kopi sehingga pemilik kedai kopi mau
menjadikan kedai kopinya sebagai kedai
kopi pendukung salah satu kandidat calon
Gubernur dan wakil gubernur kepulauan
riau.
Seperti yang disebutkan oleh
Vicente dan Watchekon (2009),
klientelisme memang menjadi cara yang
efektif dalam mengamankan suara pemilih.
Karena ia tidak hanya membagi-bagikan
sumber material, namun juga mengandalkan
ikatan sosial yang telah terbentuk.
4. Dilema Kedai Kopi
Peralihan fungsi kedai kopi biasa
menjadi kedai kopi pendukung pada Pilkada
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015-2020
merupakan hal yang menarik perhatian
masyarakat. Kedai kopi bukan hanya tempat
orang-orang duduk-duduk ngopi santai,
tetapi kedai kopi juga tempat untuk
memperoleh informasi-informasi,
menghasilkan keputusan-keputusan terkait
dengan kebijakan-kebijakan pemerintah
maupun mengenai politik.
Peralihan fungsi kedai kopi biasa
menjadi kedai kopi pendukung
menimbulkan perasaan dilemma yang
dirasakan oleh masyarakat. Karena di satu
sisi kedai kopi cukup efektif dijadikan kedai
kopi pendukung, namun disisi lain kedai
kopi telah melanggar aturan pilkada.
C. Pembahasan
Peralihan fungsi kedai kopi biasa
menjadi kedai kopi pendukung salah satu
kandidat calon Gubernur dan wakil
Gubernur Kepulauan Riau Tahun 2015-2020
disebabkan adanya faktor ideologi,
kekerabatan, klientelisme. Munculya faktor
tersebut dikarenakan adanya tujuan dan
kepentingan dari masing-masing calon
Gubernur dan pemilik kedai kopi. Untuk
menganalisa tujuan dan kepentingan yang
mereka dapatkan maka pada penelitian ini
menggunakan teori pilihan rasional
(Rational Choice). Teori pilihan rasional
merupakan instrument yang digunakan calon
Gubernur dan pemilik kedai kopi untuk
mencapai tujuan dan kepentingan mereka.
Ada dua unsur utama dalam teori
pilihan rasional Coleman, yakni aktor dan
sumberdaya. Dalam pilkada Gubernur
Kepulauan Riau tahun 2015-2020 yang
menjadi aktor adalah pemilik kedai kopi dan
calon Gubernur. Sedangkan yang menjadi
sumberdaya adalah uang, barang dan jabatan
politik. Pemilik kedai kopi dan calon
Gubernur sama-sama memiliki kepentingan
terhadap sumberdaya yakni uang, barang
dan jabatan, mereka saling memengaruhi
agar tujuan dan kepentingan mereka sama-
sama tercapai.
Yang terjadi pada peralihan fungsi
kedai kopi biasa menjadi kedai kopi
pendukung si calon Gubernur melalui tim
suksesnya memberikan penawaran kepada si
pemilik kedai kopi yang sifatnya memberi
Page 12
10
mereka keuntungan. Kemudian sebagai
imbalannya pemilik kedai kopi mau
menjadikan kedai kopi mereka sebagai kedai
kopi pendukung calon Gubernur dan mereka
juga menggunakan hak suara mereka untuk
memilih pasangan calon Gubernur tersebut.
Pada akhirnya pemilik kedai kopi dan calon
Gubernur mendapatkan tujuan dan
kepentingan yang mereka inginkan masing-
masing.
Downs (Subekti: 2014)
memberikan penjelasan mengenai adanya
keterkaitan antara pemilihan umum dengan
teori pilihan rasional. Kehidupan politik saat
ini tidak hanya murni dipengaruhi oleh
kepentingan politik. Namun sudah lebih
banyak dipengaruhi oleh kepentingan
ekonomi di dalamnya. Begitu juga dengan
Pilkada, banyak muncul pertimbangan-
pertimbangan ekonomi yang difikirkan oleh
masyarakat sebagai pemilih.
Artinya masyarakat/ pemilik kedai
kopi akan mempertimbangkan untung atau
rugi dalam memilih. Jika calon Gubernur
tersebut memberikan mereka uang maupun
barang atau jasa yang banyak
menguntungkan maka mereka akan
memilihnya. Pada intinya mereka akan
memilih calon Gubernur yang banyak
memberikan mereka keuntungan ekonomi,
karena mereka tidak mau rugi sama sekali.
Maka dari itulah terjadinya rasionalitas
ekonomi politik dalam pilkada.
Rasionalitas ekonomi masyarakat/
pemilik kedai kopi telah mampu
memberikan pengaruh kepada mereka untuk
menjadikan kedai kopi mereka sebagai kedai
kopi pendukung salah satu calon Gubernur
dan wakil Gubernur pada Pilkada Provinsi
Kepulauan Riau tahun 2015-2020. Uang,
barang maupun jasa dianggap akan
memberikan keuntungan bagi mereka
setelah apa yang mereka lakukan untuk
calon Gubernur tersebut. Calon Gubernur
menganggap jabatan politik merupakan
sebuah keuntungan besar bagi mereka,
setelah apa yang mereka keluarkan demi
mendapatkan sebuah jabatan.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
ditemukan dilapangan, penulis membuat
beberapa kesimpulan yang merupakan
jawaban dari perumusan masalah. Adapun
kesimpulan dalam penelitian ini yaitu,
peralihan fungsi kedai kopi biasa menjadi
kedai kopi pendukung salah satu kandidat
calon Gubernur dan wakil Gubernur
Kepulauan Riau Tahun 2015-2020
disebabkan karena adanya faktor ideologi,
kekerabatan, klientelisme dan dilema kedai
kopi.
Munculnya faktor tersebut karena
adanya tujuan dan kepentingan dari pemilik
kedai kopi dan calon Gubernur. Calon
Gubernur memberikan penawaran kepada
pemilik kedai kopi yang sifatnya memberi
mereka keuntungan. Kemudian sebagai
imbalannya pemilik kedai kopi mau
menjadikan kedai kopi mereka sebagai kedai
kopi pendukung calon Gubernur dan mereka
juga menggunakan hak suara mereka untuk
memilih pasangan calon Gubernur tersebut.
Page 13
11
Selain itu, peralihan fungsi kedai
kopi biasa menjadi kedai kopi pendukung
salah satu kandidat calon Gubernur dan
wakil Gubernur Kepulauan Riau Tahun
2015-2020 menimbulkan perasaan dilema.
Disatu sisi kedai kopi sangat efektif bila
dijadikan kedai kopi pendukung, karena
kedai kopi merupakan tradisi budaya melayu
Kepulauan Riau dan kedai kopi merupakan
tempat yang paling santai untuk di kunjungi
masyarakat, sambil menghabiskan secangkir
kopi bermacam informasi dapat tersalurkan.
Namun peralihan fungsi kedai kopi biasa
menjadi kedai kopi telah melanggar
Peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Nomor 7 Tahun 2015 dan UU RI Nomor 1
Tahun 2015 tentang pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan dilapangan maka peneliti akan
memberikan masukan atau saran kepada:
1. Diharapkan untuk masyarakat di
Kepulauan Riau khususnya di Kota
Tanjungpinang perlu mempertahan
tradisi budaya melayu Kepulauan
Riau dengan berkumpul-kumpul di
kedai kopi karena dengan
berkumpul di kedai kopi akan
menghasilkan informasi-informasi,
saling bertukar pikiran terkait
dengan kemajuan suatu daerah.
2. Diharapkan untuk pihak Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Kepulauan Riau sebagai lembaga
penyelenggara Pilkada lebih
ditingkatkan lagi sosialisasinya
kepada masyarakat agar tidak
terjadi pelanggaran.
3. Diharapkan untuk pihak Bawaslu
Provinsi Kepulauan Riau sebagai
badan yang mengawasi
penyelenggaraan pilkada
lebihmeningkatkan lagi
pengawasan sehingga tingkat
kecurangan yang dilakukan para
calon Gubernur dan wakil
Gubernur Kepulauan Riau tidak
ada, dan memberikan sanksi yang
tegas bagi yang melanggar
peraturan. Dengan demikian tidak
akan ada lagi yang melakukan
kecurangan
4. Diharapkan untuk partai pendukung
meningkatkan lagi perannya dalam
memberikan pendidikan politik
agar tidak terjadi kecurangan atau
pelanggaran.
5. Diharapkan bagi peneliti lain untuk
penelitian yang selanjutnya
penelitian dilakukan dengan fokus
penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Buchanan, James. M & Tullock
Gordon. 1962. The Calculus Of
Consent: Logical Foundatzons Of
Constituzional Democracy. Ann
Page 14
12
Arbor: University Of
Michigan Press.
Budiardjo, Miriam. 2007. Dasar-
Dasar Illmu Politik. Jakarta:
ALFABETA Coleman, James.
2011 Dasar-Dasar Teori Sosial
Bandung : Nusa Media
Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik.
Pekanbaru: PT. Gelora
AksaraPratama.
Efriza. 2012. Political Explore.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Fischer, Frank, dkk. 2007. Public
Administration And Public Policy:
125, Handbook Of Public
Policy Analysis Theory, Polities,
And Methods. CRC Press An
Imprint Of Taylor & Francis, An
Informa Business. Taylor
& Francis Group, LL.
Habermas, Jurgen. 1989. The
Structural Transformation of The
Public Sphere an Iqury into a
Category of Bourgeois Society.
Cambridge, Massachusetts :
MITPress.
Kitschelt, Herbert dan Wilkinson,
Steven I, 2007 Patron, Client,
Patron, Clients, and Policies:
Pattern of Democrtic
Accountability and Political
Competition, Cambridge
University Press: New York.
Masyhuri, Zainudin. 2008.
Metodelogi Penelitian. Malang :
Refika Aditama
Ritzer, George & Douglas J.
Goodman, 2012. Teori Sosiologi
Modern. Edisi Kedelapan. Jakarta :
Kencana Prenada Media Grup
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung : Alfabeta.
2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
B. Dokumen
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji,
2011, Pedoman Teknik
Penulisan dan Skripsi Serta Ujian
Sarjana. Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Maritim Raja
Ali Haji.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 7 Tahun 2015 Tentang
Kampanye Pemilihan Gubernur
Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan
Wakil Bupati Dan/Atau Wali
Kota Dan Wakil Wali Kota
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan
Walikota Menjadi Undang-
Undang
Page 15
13
C. Jurnal
erman, erwiza “Dinamika Komunitas
Warung Kopi dan Politik Resistensi
Di Pulau Belitung”. Peneliti
pada Pusat Sumber Daya Regional -
Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (PSDR-LIPI)
firmansyah, eka octa “Pemanfaatan
Warung Kopi Sebagai Ruang
Publik di Kota Banda Aceh”.
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. 2014.
khotimah, siti khusnul
“Berdemokrasi Di Ruang Publik:
Langsung, Umum, Bebas dan
Tanpa Rahasia dalam Media Sosial
Twitter @Triomacan2000”
Universitas Brawijaya. Malang.
2013
Mulyaningsih, Sri. 2015. Kedai Kopi
Sebagai Media Partisipasi.
Universitas Maritim Raja Ali
Haji. Tanjungpinang. 2015.
utomo, dian kristiyawati “Warung
Hidangan Istimewa Kampung
Sebagai Ruang Publik” .
Universitas Sebelas Maret.
Surakarta. 2010
Subekti, Tia. 2014. Partisipasi
Politik Masyarakat dalam
Pemilihan Umum: Studi
Turn of Voter dalam Pemilihan
Umum Kepala Daerah Kabupaten
Magetan Tahun 2013. Skripsi
Program Studi Ilmu Pemerintahan,
Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Brawijaya.
Walt, Stephen M. 1999. Rigor Or
Rigor Mortis? Rational Choice And
Securit And Studies. Harvard
University 1999.
D. Internet
elisa1.ugm.ac.id/files/.../RATIONAL
%20CHOICE%20THEORY.pdf
https://bluean9el.wordpress.com/20
11/11/22/rational-choice-theory-
teori-pilihan- rasional/
http://dhedhi
irawan.blogspot.co.id/2012/03/pilih
an-rasional-sebuah-kajian-
teoritis.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Ideolo
gi_politik
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemili
han_kepala_daerah_di_Indonesia
http://jembia.com/2016/03/20/kopi-
tiam-kedai-kopi-dan-sejarah-di-
tanjungpinang/