Top Banner
Silsilah Sentana Dalem Tarukan April 27, 2008 oleh Dian Permana Putra BABAD PULASARI Kutipan , www.babadbali.com Oleh : Bhagawan Dwija Mudah-mudahan tiada halangan !Permohonan maaf hamba ke hadapan arwah para leluhur yang disemayamkan dalam wujud Ongkara dan selalu dipuja dengan hati suci. Dengan memuja dan memuji kebesaran Sanghyang Siwa semoga penulis terhindar dari segala kutukan, derita, cemar, duka-nestapa, dan halangan lainnya. Mudah-mudahan tujuan hamba yang suci ini berhasil serta bebas dari dosa-dosa karena menguraikan cerita leluhur di masa lampau, semoga direstui sehingga mendapat kejayaan, keselamatan, keabadian, panjang usia, sampai dengan seluruh keluarga turun temurun. Baiklah kisah ini saya mulai : Majapahit yang dipimpin Raja Putri : Sri Ratu Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwardhani bersama Patih Agung : Gajah Mada berhasil menguasai Kerajaan Bali Aga yang di pimpin oleh Raja : Paduka Bathara Sri Asta Asura Ratna Bumi Banten (dikenal dengan nama : Bedahulu) dengan Patih : Ki Pasung Grigis dan Ki Kebo Iwa, pada tahun 1343 M atau isaka 1265. Pimpinan Pemerintahan sementara diserahkan kepada Mpu Jiwaksara yang kemudian bergelar Ki Patih Wulung. Beliau menempatkan pusat Pemerintahan di Gelgel. Walaupun Bali sudah dikalahkan Majapahit, tidak berarti rakyat dan tokoh- tokoh militer Bali Aga sudah menyerah. Mereka terus
69

Copy of Silsilah Sentana Dalem

Feb 02, 2016

Download

Documents

yogadiputra22

Silsilah sentana Dalem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Silsilah Sentana Dalem TarukanApril 27, 2008 oleh Dian Permana Putra

BABAD PULASARI

Kutipan , www.babadbali.com

Oleh : Bhagawan Dwija

Mudah-mudahan tiada halangan !Permohonan maaf hamba ke

hadapan arwah para leluhur yang disemayamkan dalam wujud

Ongkara dan selalu dipuja dengan hati suci. Dengan memuja

dan memuji kebesaran Sanghyang Siwa semoga penulis

terhindar dari segala kutukan, derita, cemar, duka-nestapa,

dan halangan lainnya. Mudah-mudahan tujuan hamba yang

suci ini berhasil serta bebas dari dosa-dosa karena

menguraikan cerita leluhur di masa lampau, semoga direstui

sehingga mendapat kejayaan, keselamatan, keabadian,

panjang usia, sampai dengan seluruh keluarga turun temurun.

Baiklah kisah ini saya mulai :

Majapahit yang dipimpin Raja Putri : Sri Ratu Tribhuwanottunggadewi

Jayawisnuwardhani bersama Patih Agung : Gajah Mada berhasil

menguasai Kerajaan Bali Aga yang di pimpin oleh Raja : Paduka

Bathara Sri Asta Asura Ratna Bumi Banten (dikenal dengan nama :

Bedahulu) dengan Patih : Ki Pasung Grigis dan Ki Kebo Iwa, pada tahun

1343 M atau isaka 1265.

Pimpinan Pemerintahan sementara diserahkan kepada Mpu Jiwaksara

yang kemudian bergelar Ki Patih Wulung. Beliau menempatkan pusat

Pemerintahan di Gelgel. Walaupun Bali sudah dikalahkan Majapahit,

tidak berarti rakyat dan tokoh-tokoh militer Bali Aga sudah menyerah.

Mereka terus mengadakan perlawanan di bawah tanah, dan sekali-

Page 2: Copy of Silsilah Sentana Dalem

sekali muncul ke permukaan, misalnya pemberontakan yang dipimpin

oleh Ki Tokawa di Ularan, dan Ki Buwahan di Batur.

Setelah tujuh tahun barulah pemberontakan-pemberontakan dapat

dipadamkan, namun rakyat Bedahulu masih belum mau menerima

kehadiran “si-penjajah” sepenuh hati. Melihat keamanan sudah

membaik dan Pemerintahan sudah dapat berjalan sebagaimana

mestinya, maka pada tahun 1350 M atau 1272 isaka, Ki Patih Wulung

berangkat ke Majapahit untuk menghadap Sri Ratu. Tujuannya adalah

melaporkan situasi di Bali dan memohon penunjukan seorang Raja di

Bali Dwipa.

Atas saran Patih Agung Gajah Mada, pada tahun itu juga dilantiklah

empat orang Raja, putra-putri Sri Soma Kepakisan, untuk memimpin

kerajaan-kerajaan yang sudah ditaklukkan, yaitu : Sri Juru, menjadi

Raja di Blambangan, Sri Bhima Sakti menjadi Raja di Pasuruan, Sri

Kepakisan (putri) menjadi Raja di Sumbawa, dan Sri Kresna Kepakisan

menjadi Raja di Bali Dwipa.

Dalem Ketut kemudian bergelar Dalem Sri Kresna Kepakisan, mulai

memimpin Pemerintahan Kerajaan Bali Dwipa pada tahun 1350 M atau

1272 isaka. Oleh penduduk Bali beliau disebut sebagai I Dewa Wawu

Rawuh. Ibu kota Kerajaan dipindahkan dari Gelgel ke Samprangan

(Samplangan). Ki Patih Wulung menjabat sebagai Mangku Bumi.

Dalem Sri Kresna Kepakisan beristri dua, yaitu yang pertama : Ni Gusti

Ayu Gajah Para, melahirkan : Dalem Wayan (Dalem Samprangan),

Dalem Di-Madia (Dalem Tarukan), Dewa Ayu Wana (putri, meninggal

ketika masih anak-anak), dan Dalem Ketut (Dalem Ketut Ngulesir). Istri

yang kedua : Ni Gusti Ayu Kuta Waringin, melahirkan : Dewa Tegal

Besung.

Dalem Sri Kresna Kepakisan moksah pada tahun 1373 M atau 1295

isaka. Beliau digantikan oleh putranya yang tertua yaitu Dalem Wayan,

bergelar Dalem Sri Agra Samprangan. Beliau memerintah secara sah

Page 3: Copy of Silsilah Sentana Dalem

sampai tahun 1383 M atau 1305 isaka, kemudian beliau digantikan

oleh adiknya yaitu : Dalem Ketut Ngulesir, bergelar Dalem Sri Semara

Kepakisan, memerintah sejak tahun 1383 M atau 1305 isaka sampai

tahun 1460 M atau 1382 isaka. Ibu kota Kerajaan dipindahkan dari

Samprangan ke Gelgel yang diberi nama baru : Sweca Pura.

Di awal pemerintahan Dalem Sri Agra Samprangan (tahun 1373 M atau

1295 isaka) terasa situasi di Puri Samprangan memburuk, yaitu

adanya upaya mengadu domba Raja dengan adik-adik beliau yang

dilakukan oleh para Menteri dan pembantu dekat Raja.

Untuk menghindari pertengkaran, maka kedua adik Raja yaitu Dalem

Di-Madia dan Dalem Ketut, memilih tinggal di luar istana. Dalem Di-

Madia membangun istana dan bermukim di Desa Tarukan, Pejeng, oleh

karena itu beliau bergelar : Dalem Tarukan. Dalem Ketut, tidak

menetap. Beliau berpindah-pindah dari satu Desa ke Desa lain,

menyamar sebagai penjudi ayam aduan; penduduk lalu menjuluki

beliau : Dalem Ketut Ngulesir.

Selain untuk menghindari pertengkaran, beliau berdua juga bermaksud

menyelidiki dukungan rakyat Bali (Bali-Aga) terhadap pemerintahan

Samprangan serta mengadakan pendekatan dengan rakyat. Ide

Bethara Dalem Tarukan memilih Desa Tarukan di Pejeng sebagai

istana, karena dekat dengan rakyat Bedahulu yang sebahagian besar

masih belum mengakui pemerintahan Samprangan.

Sementara itu pergolakan di Puri Samprangan makin memanas,

ditandai dengan pemberian julukan yang tidak pada tempatnya

kepada Raja, di mana Dalem Sri Agra Samprangan diberi julukan

Dalem Ile (Ile=gila), Dalem Tarukan dinyatakan “rangseng” (=gila

karena marah), dan Dalem Ketut dinyatakan sangat suka berjudi,

khususnya mengadu ayam.

Julukan tidak pada tempatnya yang diberikan kepada para Raja itu

sangat bertentangan dengan ajaran agama Hindu yang senantiasa

Page 4: Copy of Silsilah Sentana Dalem

mengajarkan penghormatan tinggi kepada Pemimpin Pemerintahan.

Penghinaan kepada Raja itu jelas fitnah, karena jika benar adanya,

pasti Maha Raja Majapahit dan Maha Patih Gajah Mada tidak akan

tinggal diam. Tindakan pemecatan atau penggantian Raja pasti

dilakukan. Selain itu, jika julukan itu benar, para musuh yaitu rakyat

Bedahulu akan mempunyai peluang yang baik untuk menggulingkan

Pemerintahan Samprangan.

Setelah selesai membangun Puri, Dalem Tarukan menikahi seorang

Bidadari dari Gunung Lempuyang. Karena belum mempunyai putra,

beliau mengajak kemenakannya, yaitu cucu Dalem Wayan, Raja

Blambangan, bernama : Kuda Penandang Kajar untuk tinggal bersama-

sama di Puri Tarukan.

Kuda Penandang Kajar adalah seorang pemuda yang tampan, gagah

dan mempunyai kekuatan batin yang tinggi, khusus untuk meneliti

apakah tanah ada kandungan emasnya atau tidak. Karena itulah Puri

Tarukan sangat mewah dan terkesan kaya raya karena dipenuhi

ornamen emas murni. Dalem Tarukan sangat menyayangi

kemenakannya.

Pemerintahan Samprangan di ambang kehancuran, karena tidak

adanya dukungan dari para Menteri dan pembantu Raja. Dalem Wayan

merasa perlu memanggil adik beliau yaitu Dalem Ketut untuk diajak

kembali tinggal di Puri Samprangan. Maksudnya agar Dalem Ketut

turut membantu beliau menyelenggarakan pemerintahan.

Perbekel Kaba-Kaba diutus beliau untuk menjemput Dalem Ketut ke

Desa Pandak, tetapi Dalem Ketut menolak karena beliau merasa belum

mampu memimpin kerajaan di Samprangan. Jika Samprangan telah

dipenuhi oleh para menteri dan pembantu Raja yang tidak setia,

apakah beliau akan dapat memimpin dengan baik ?

Sementara Dalem Ketut mencari jalan keluar memecahkan masalah

ini, datanglah Kuda Penandang Kajar sebagai utusan Dalem Tarukan

Page 5: Copy of Silsilah Sentana Dalem

memohon Dalem Ketut pulang untuk memimpin Kerajaan

Samprangan. Dalem Tarukan sendiri tidak berniat menjadi Raja,

karena beliau lebih tertarik kepada profesi kepanditaan. Pesan lain

yang disampaikan Kuda Penandang Kajar adalah, jika Dalem Ketut

berkenan, beliau dibolehkan menggunakan istana Tarukan.

Walaupun penjemputan kali ini penuh penghormatan dan kemewahan,

misalnya dengan kuda tunggangan istimewa bernama I Gagak dan

sebuah keris milik Dalem Tarukan yang bernama I Pangenteg Rat,

Dalem Ketut tetap menolak permintaan kakaknya itu, sekali lagi

dengan alasan belum mampu memimpin atau menjadi Raja.

Kecewa karena tugasnya tidak berhasil, Kuda Penandang Kajar kembali

ke Tarukan dengan lesu. Di perjalanan beliau disambar burung gagak

hingga destarnya jatuh. Sesampainya di gerbang istana Tarukan,

dilihatnya puncak gelung kuri terpenggal. Hanya Kuda Penandang

kajar yang melihat demikian, sementara para pengiringnya tidak

melihat puncak gelung kuri itu terpenggal. Pertanda buruk ini terkesan

mendalam di hati Kuda Penandang Kajar, sampai-sampai beliau jatuh

sakit. Dalem Tarukan prihatin pada sakit yang diderita kemenakannya

ini.

Sementara itu tersiar berita yang mengagetkan, bahwa para panglima

perang Samprangan merencanakan memerangi Kerajaan Blambangan.

Dalem Tarukan tidak setuju dengan rencana itu, mengingat bahwa

Dalem Blambangan yaitu ayah Kuda Penandang Kajar, masih saudara

sepupu beliau. Dalem Tarukan berpendapat bahwa rencana itu

mempunyai latar lain, mungkin saja gerakan merebut kekuasaan, yaitu

bila prajurit dikerahkan ke Blambangan, Dalem Wayan akan mudah

digulingkan.

Dalem Tarukan cepat mengambil inisiatif untuk mengikat tali

persaudaraan antara Samprangan dengan Blambangan yaitu dengan

menikahkan Kuda Penandang Kajar dengan putri Dalem Wayan,

bernama I Dewa Ayu Muter. Dengan ikatan tali persaudaraan itu,

Page 6: Copy of Silsilah Sentana Dalem

perang dapat dicegah. Sakitnya Kuda Penandang Kajar menjadi suatu

jalan untuk memohon restu para Dewata. Jika Dewata mengijinkan

pernikahan ini, kesembuhan Kuda Penandang Kajar menjadi suatu batu

ujian. Pertimbangan lain, Dalem Tarukan melihat bahwa Kuda

Penandang Kajar sudah cukup dewasa, dan dari gelagat sehari-hari

nampaknya tertarik kepada I Dewa Ayu Muter.

Terucaplah tegur sapa Dalem Tarukan kepada Kuda Penandang Kajar :

Duhai anakku, segeralah sembuh; ayah berkeinginan mengawinkan

anak dengan I Dewa Ayu Muter.Ternyata permohonan Dalem Tarukan

kepada para Dewata terkabul. Kuda Penandang Kajar segera sembuh

dan sehat seperti semula. Tentu saja Dalem Tarukan sangat

bergembira. Kini beliau merencanakan mewujudkan perkawinan kedua

muda-mudi itu.

Untuk meminang tentu saja tidak mungkin, karena posisi Dalem

Wayan sangat lemah. Beliau hampir tidak dapat memutuskan sesuatu.

Semua keputusan diambil oleh para Menteri. Akhirnya dilaksanakanlah

perkawinan secara adat kawin-lari. Awalnya perkawinan itu berjalan

lancar, sampai pada malam hari terjadi hal yang merupakan akhir dari

keberadaan Puri Tarukan. Kedua mempelai yang sedang berbulan

madu di peraduan, tewas berbarengan tertusuk senjata keris. Seorang

abdi perempuan pengasuh I Dewa Ayu Muter di Puri Samprangan

melaporkan secara tergesa-gesa kepada Dalem Wayan bahwa putri

beliau satu-satunya yaitu I Dewa Ayu Muter, semalam telah tewas di

Puri Tarukan terbunuh oleh Ki Tanda Langlang. Dalem Wayan tentu

saja sangat terkejut dan segera memanggil para menterinya. Seorang

panglima perang menyampaikan ceritra yang lengkap, serta

memperkuat keyakinan Dalem Wayan bahwa putri beliau bersama-

sama Kuda Penandang Kajar benar telah tewas ditikam Ki Tanda

Langlang.

Betapa murkanya Dalem Wayan setelah mendapat penjelasan para

Menterinya itu. Segera disuruhlah memukul kentongan dengan suara

Page 7: Copy of Silsilah Sentana Dalem

“bulus” sehingga para prajurit segera berkumpul di halaman istana. Di

saat itu Dalem Wayan memerintahkan pasukan Dulang Mangap yang

dipimpin Panglimanya Kiyai Parembu, menyerang menghancurkan Puri

Tarukan serta menangkap Dalem Tarukan hidup atau mati. Dengan

bersorak gegap gempita pasukan itu bergegas menuju Puri Tarukan.

Kini diceritakan Ide Bethara Dalem Tarukan di Puri Tarukan. Betapa

sedih dan terkejutnya beliau menyaksikan nasib yang tragis menimpa

putra kesayangannya bersama menantunya yang meninggal di kamar

pengantin justru pada malam pertama yang seharusnya berkesan

sangat bahagia. Beliau sadar bahwa kejadian ini adalah puncak upaya

yang sangat keji dari orang-orang yang ingin menguasai kerajaan

Samprangan. Beliau ingin menyelesaikan masalah ini melalui

pembicaraan dengan kakak beliau, tetapi nampaknya keadaan sudah

tidak memungkinkan lagi karena Dalem Wayan sudah termakan fitnah.

Terdengar pula berita bahwa pasukan Dulang Mangap sedang menuju

Puri Tarukan untuk menangkap beliau dan menghancurkan Puri

Tarukan.

Di saat yang berbahaya itu beliau cepat berpikir dan kemudian

dikumpulkanlah semua prajurit Tarukan. Beliau meminta agar bila

pasukan Dulang Mangap datang, prajurit Tarukan menyerah, tidak

melawan, dengan cara membuang senjata dan duduk bersila di tanah

dengan posisi kedua tangan memeluk tengkuk (leher bagian

belakang). Beliau juga meminta agar permaisuri tetap tinggal di istana

dan menyerah kepada Dalem Wayan. Betapa sedih dan pilu hati

permaisuri tiada terperikan. Ingin beliau menyertai Dalem Tarukan

pergi ke mana saja, tetapi itu tidak mungkin karena beliau sedang

hamil besar.

Prajurit Tarukan juga tidak mau menyerah begitu saja. Mereka sangat

mencintai Dalem Tarukan dan meminta diijinkan menghadapi pasukan

Dulang Mangap sampai habis-habisan (perang puputan). Dalem

Tarukan tidak mengijinkan. Beliau mengingatkan bahwa masalah ini

Page 8: Copy of Silsilah Sentana Dalem

adalah masalah pertikaian antar keluarga, yaitu beliau dengan kakak

beliau, Dalem Wayan. Beliau tidak ingin karena pertikaian keluarga ini

lalu rakyat yang menjadi korban sia-sia. Dengan berat hati beliau juga

berpesan kepada permaisuri agar baik-baik menjaga putranya yang

masih di kandungan.

Permaisuri tetap berlutut meratapi keputusan Dalem Tarukan. Dalem

Tarukan berusaha menenangkan permaisuri dengan mengatakan

bahwa kejadian ini sudah kehendak Dewata. Kita sebagai manusia

tiada daya menolak kehendak Yang Maha Kuasa. Karena itu pasrahlah;

serahkanlah hidup mati kita kepada-Nya. Setelah itu beliau segera

berangkat seorang diri kearah utara.

Pasukan Dulang Mangap di bawah Panglimanya Kiyai Parembu dengan

teriakan-teriakan histeris bagaikan serigala haus darah, tiba di Puri

Tarukan. Mereka terheran-heran karena melihat semua pasukan dan

rakyat Tarukan menyerah total tanpa perlawanan, bahkan duduk

bersila dengan pandangan menunduk memandang tanah. Suatu

aturan perang, seorang kesatria tidak akan membunuh pasukan yang

sudah menyerah apalagi tanpa senjata.

Mereka masuk ke istana, memeriksa setiap sudut tetapi tidak

menjumpai jejak Dalem Tarukan. Mereka hanya menemukan

permaisuri beliau yang bersimpuh berurai air mata. Pasukan Dulang

Mangap lalu menjarah isi Puri Tarukan dan membakar sampai habis

Puri Tarukan. Para tawanan digiring ke Puri Samprangan. Kejadian

yang memilukan ini terjadi pada tahun 1377 M atau 1299 isaka.

Kiyai Parembu menghadap Dalem Wayan di Puri Samprangan, dan

melaporkan bahwa Dalem Tarukan telah melarikan diri ke arah utara.

Segala hasil jarahan Puri Tarukan diserahkan, dan permaisuri Dalem

Tarukan ditawan di Puri Samprangan. Dalem Wayan memerintahkan

Kiyai Parembu untuk meneruskan pengejaran esok harinya. Kiyai

Parembu menyiapkan pasukan bersenjata sebanyak 2000 orang.

Page 9: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Perjalanan Ide Bethara Dalem Tarukan sejak dari Puri Tarukan, secara

berurut adalah sebagai berikut :

TARO

Di desa ini beliau tidak lama, hanya lewat saja, kemudian karena

dikejar terus oleh pasukan Dulang Mangap, beliau memutar kembali

menuju desa :

TAMPUWAGAN

Di suatu tanah persawahan beliau melihat banyak orang sedang

menanam padi. Ada seorang petani yang sedang membuang kotoran

di sungai, dan bajunya ditinggalkan di tepi sungai. Baju itu lalu diambil

oleh Dalem Tarukan, dikenakan, lalu beliau turut serta dengan para

petani menanam padi. Seketika datanglah pasukan Dulang Mangap

yang mengagetkan para petani.

Kiyai Parembu bertanya, apakah para petani melihat Dalem Tarukan di

sekitar situ. Para petani serentak menjawab, tidak melihat siapa-siapa

apalagi Dalem Tarukan. Pasukan Dulang Mangap memeriksa sekali lagi

dan meneruskan pengejaran ke utara. Beberapa saat kemudian si

petani yang selesai membuang kotoran itu bangkit dari sungai,

mencari bajunya namun tidak ditemukan.

Dalem Tarukan berdiri sambil membuka penyamarannya. Seketika

para petani terkesima karena baru kali itu mereka menatap sosok

Dalem Tarukan yang tinggi besar, gagah perkasa, dengan raut wajah

yang sangat tampan namun berwibawa. Kulit kehitaman dan rambut

berombak yang panjangnya sebatas bahu menambah kewibawaan

beliau. Para petani sujud menyembah serta mohon maaf karena tidak

mengetahui kehadiran beliau di antara mereka.

Beliau, Dalem Tarukan menjelaskan secara singkat halangan yang

menimpa, serta berpesan : “wahai kamu sekalian rakyat Tampuwagan,

janganlah lagi kamu me-“cokor I Dewa” terhadapku. Kamu boleh

menyapaku dengan “I Ratu, Gusti atau Jero”, karena aku akan tetap

Page 10: Copy of Silsilah Sentana Dalem

menyamar agar tidak diketahui keberadaanku di sini sehingga bebas

dari pengejaran pasukan kakakku, Dalem Samprangan”.

Walaupun tidak rela, para petani itu serempak menyembah beliau dan

merasa iba dengan nasib malang yang menimpa junjungan mereka itu.

Dari Tampuwagan Dalem Tarukan meneruskan perjalanan ke desa :

PANTUNAN

Para pengejar yang mendapat informasi bahwa Dalem Tarukan ada di

Desa Pantunan, segera ke sana. Beberapa saat sebelum kedatangan

pasukan Dulang Mangap, Ide Bethara Dalem Tarukan telah diberi tahu

oleh para petani di Pantunan. Beliau lalu bersembunyi di bawah pohon

Jawa dan semak-semak pohon Jali yang tumbuh subur.

Ada sepasang burung perkutut hinggap di atas pohon Jawa tepat di

atas persembunyian beliau seraya berkicau amat merdunya. Ada pula

seekor burung puyuh berkeliaran dekat kaki beliau sambil berkicau.

Para pengejar sudah berada dekat sekali ke pohon Jawa dan Jali

tempat persembunyian beliau. Hampir saja mereka menguakkan

semak-semak itu, namun tiba-tiba seorang pengejar mencegah. “Mana

mungkin ada orang di situ, lihatlah burung-burung itu bertengger dan

berkicau dengan tenang; jika ada manusia mereka sudah pasti terbang

menghindar”

Pengejar yang lain membenarkan dan mereka meneruskan perjalanan.

Terhindarlah Ide Bethara Dalem Tarukan dari penangkapan. Beliau lalu

keluar dari semak-semak. Alangkah besar perlindungan Ide Sanghyang

Parama Kawi. Seolah-olah semak-semak dan burung-burung itulah

yang diminta oleh-Nya untuk melindungi beliau.

Di saat itulah dengan terharu beliau berterima kasih kepada semak-

semak dan burung-burung, sehingga terucaplah janji beliau agar

seketurunan beliau tidak membunuh/merusak serta memakan Jawa,

Jali, burung perkutut dan burung puyuh. Di malam hari beliau

meneruskan perjalanan ke desa :

Page 11: Copy of Silsilah Sentana Dalem

POH TEGEH

Di desa Poh Tegeh (kini bernama Desa Suter) bermukimlah seorang

kesatria bernama I Gusti Ngurah Poh Tegeh. Kesatria ini mempunyai

nama/biseka lain yaitu I Gusti Ngurah Poh Landung, atau Kiyai Poh

Tegeh, atau Kiyai Poh Landung, keturunan dari Sri Jayakata, Raja

Tumapel (Jawa Timur) setelah wafatnya Sri Jayakatong. Datang ke Bali

pada tahun 1350 M atau 1272 isaka mengemban tugas mengawal Ide

Bethara Dalem Sri Kresna Kepakisan.

Sudah beberapa hari beliau mendengar berita bahwa Dalem Tarukan

sedang berselisih dengan Dalem Wayan. Tiba-tiba di keremangan sinar

bulan malam itu Kiyai Poh Tegeh terkejut menerima kedatangan

Dalem Tarukan. Sang Kiyai segera menyambut dan bertanya meminta

ketegasan, kenapa Dalem Tarukan datang mendadak, seorang diri

tanpa pengiring.

Dalem Tarukan kemudian menjelaskan duduk persoalan selengkapnya

dari awal hingga akhir. Kiyai mendengarkan dengan seksama,

kemudian timbullah rasa ibanya. Kiyai memohon agar Dalem Tarukan

tidak ke mana-mana lagi. Ia mempunyai suatu tempat yang

dinamakan pedukuhan Bunga. Tempat itu dikitari hutan lebat dan jauh

dari jalan yang biasa dilalui manusia. Dalem Tarukan menyetujui dan

keesokan harinya beliau ke sana diiringi Kiyai Poh Landung.

PEDUKUHAN BUNGA

Di Pedukuhan Bunga beliau disambut oleh Dukuh Bunga yang juga

menyediakan pondoknya untuk ditinggali Dalem Tarukan. Dalem

Tarukan sangat terharu atas kesetiaan dan keramahtamahan Kiyai Poh

Landung dan Dukuh Bunga beserta keluarga dan seluruh rakyatnya.

Keberadaan beliau di pedukuhan dirahasiakan sehingga Dalem

Tarukan menetap dalam waktu lama dengan tenang. Di sini beliau

memperdalam ilmu kependetaan bersama-sama Dukuh Bunga. Di

suatu hari Dalem Tarukan merasa sedih karena mengenang peristiwa

Page 12: Copy of Silsilah Sentana Dalem

hancurnya Puri Tarukan. Beliau belum tahu bagaimana nasib

permaisuri yang ketika ditinggalkan sedang hamil tua. Lama beliau

termenung. Hal ini diperhatikan oleh Kiyai Poh Landung.

Kiyai turut prihatin dan memikirkan bagaimana cara menghibur Dalem Tarukan. Kiyai

menemukan jalan dan merencanakan menghaturkan putrinya yang bernama Ni Gusti Luh

Puaji sebagai istri Dalem Tarukan. Beberapa hari kemudian Kiyai mengusulkan

rencananya itu kepada Dalem Tarukan. Beliau menerima dengan baik usul Kiyai, dengan

pertimbangan perlunya menurunkan “sentana” dan juga menghormati kesetiaan Kiyai

Poh Landung. Pertimbangan yang sama pula disampaikan ketika para pengikut setia

beliau di kemudian hari masing-masing menghaturkan putri mereka sebagai istri-istri

Dalem Tarukan. Secara bertahap berkembanglah keluarga Ide Bethara Dalem Tarukan

sebagai berikut :

NAMA MERTUA NAMA ISTRI NAMA PUTRA/PUTRI

Gusti Ngurah Poh LandungGusti Luh Puaji Gusti Gede Sekar, Gusti Gede Pulasari

Dukuh Bunga Jero Sekar Gusti Gede Bandem

Dukuh Darmaji Jero Dangin Gusti Gede Dangin

Jero Mekel Belayu Jero Belayu Gusti Gede Belayu

Gusti Gede Bekung Gusti Luh Balangan Gusti Gede Balangan, Gusti Luh Wanagiri

Di pedukuhan Bunga beliau sekeluarga hidup aman, tenteram, dan

berbahagia. Di waktu-waktu senggang beliau menanam berbagai

macam kembang, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran. Dengan

kelima istri dan ketujuh putra/putrinya beliau hidup rukun dan damai;

bercengkrama, bersenda gurau, bermain-main di hutan dan mandi-

mandi di sungai diselingi gelak tawa riang putri, si bungsu Gusti Luh

Wanagiri.

Ide Sanghyang Parama Kawi yang maha kuasa, telah mengaruniai

beliau putra-putra yang tampan, gagah dengan ciri-ciri khas wibawa

kebangsawanan. Tak kalah dengan si mungil, putri beliau satu-

Page 13: Copy of Silsilah Sentana Dalem

satunya, tanda-tanda kecantikan yang masih tersembunyi menunggu

saat menyembul di kemudian hari.

Hentikan dulu sejenak cerita di pedukuhan Bunga. Kini diceritakan

keadaan Dalem Wayan di Puri Samprangan. Sudah sekian lama Kiyai

Parembu mengejar Dalem Tarukan ke hutan-hutan dan desa-desa di

pegunungan, tiada kabar berita, membuat Dalem Wayan resah. Dalam

hati kecilnya beliau menyesal telah mengeluarkan perintah yang

demikian kejam namun sebagai seorang Raja tidak mungkin beliau

menarik kembali perintah itu.

Kini beliau mengharap semoga adik kandung beliau itu selamat dan

untuk bisa selamat selamanya, diperkirakan Dalem Tarukan telah

berhasil menyeberang ke Jawa, jika benar maka jalan yang terbaik

adalah melalui Desa Kubutambahan di bekas kerajaan Dalem Kesari

Marwadewa yaitu di Pura Penyusuan.

Rasa kesepian karena tiada saudara sekandung, perasaan bersalah

yang terus menghantui, serta siasat dari para Menteri yang tiada

hentinya, membuat Dalem Wayan tidak bergairah memimpin

pemerintahan Kerajaan Samprangan. Perasaan bersalah Dalem Wayan

makin menjadi-jadi setelah istri Dalem Tarukan yaitu bidadari dari

Lempuyang moksah ketika putra yang dilahirkannya genap berusia 42

hari. Bayi mungil ini dinamai I Dewa Bagus Dharma. Berhari-hari Dalem

Wayan di peraduan saja, tidak beda seperti orang yang sedang sakit.

Para menteri dan petinggi kerajaan yang ingin menghadap tidak

berhasil menemui beliau, sehingga lama kelamaan roda pemerintahan

tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Keadaan ini mengkhawatirkan beberapa menteri karena dapat

membahayakan kelangsungan berdirinya kerajaan Samprangan,

apalagi kaum pemberontak dari kalangan Bali Aga masih terus

berusaha menggulingkan kerajaan. Seorang menteri bernama Kiyai

Kebon Tubuh mengambil inisiatif berangkat ke desa Pandak (Tabanan)

menjemput Dalem Ketut Ngulesir untuk memohon beliau bersedia

menjadi Raja.

Page 14: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Kiyai berhasil menemui Dalem Ketut di arena sabungan ayam sedang

berwajah lesu karena baru saja kalah bertaruh. Kiyai melaporkan

secara singkat keadaan Dalem Wayan di Puri Samprangan dan

peristiwa menyedihkan yang terjadi di Puri Tarukan.

Sejenak Dalem Ketut termenung membayangkan betapa tragisnya

nasib beliau tiga bersaudara. Kiyai melanjutkan permohonannya agar

Dalem Ketut sudi pulang ke Samprangan untuk memimpin kerajaan

Bali Dwipa. Walaupun Dalem Ketut sudah lama meninggalkan

Samprangan, beliau selalu memantau apa yang terjadi di Puri

Samprangan. Permintaan Kiyai Kebon Tubuh itu memang patut

dipertimbangkan demi menjaga kelangsungan roda pemerintahan,

namun bagaimana nanti dengan kedudukan Dalem Wayan ?

Pemikiran Dalem Ketut itu nampaknya terbaca oleh Kiyai Kebon Tubuh.

Segera ia menawarkan agar Dalem Ketut memerintah dari Gelgel,

bukan dari Samprangan. Dengan kata lain kerajaan seolah-olah sudah

dipindahkan ke Gelgel. Tawaran ini disetujui Dalem Ketut dan

segeralah beliau berangkat ke Gelgel (tahun 1380 M atau 1302 isaka).

Dalem Ketut Ngulesir membangun istana di Gelgel di kebun kelapa

milik Kiyai Kebon Tubuh. Berita ini didengar oleh Dalem Wayan namun

tidak bereaksi karena beliau sudah kehilangan gairah hidup. Para

menteri dan pembantu Raja di Samprangan banyak yang berpindah ke

Gelgel atas kemauan sendiri karena merasa lebih senang mengabdi

kepada Dalem Ketut. Roda pemerintahan diatur dari Gelgel yang telah

berganti nama menjadi Suwecapura. Para Manca yang tinggal di

pedesaan dan pegunungan mendengar berita ini lalu datang

menyatakan dukungan dan kesetiaan kepada Dalem Ketut.

Sementara itu Dalem Wayan makin parah sakitnya dan akhirnya beliau

moksah pada tahun 1383 M atau 1305 isaka. Setelah Dalem Wayan

moksah barulah Dalem Ketut menyelenggarakan upacara penobatan

Raja (biseka Ratu) dengan gelar Ide Bethara Dalem Semara Kepakisan.

Segera setelah Dalem Ketut resmi menjadi Raja, beliau teringat pada

kakak beliau, Dalem Tarukan. Diutuslah Kiyai Kebon Tubuh ke

Page 15: Copy of Silsilah Sentana Dalem

pedukuhan Bunga untuk meminta Dalem Tarukan kembali ke Tarukan

atau ke Suwecapura.

Permintaan ini ditolak beliau karena beberapa pertimbangan antara

lain : jika kembali ke Tarukan, istana ini sudah hancur dan akan

mengingatkan kenangan pahit yang dialami beberapa tahun lampau.

Istri beliau yang dicintai yaitu bidadari Lempuyang-pun (dijuluki :

Dedari Kuning) telah moksah. Jika ke Suwecapura, walaupun adik

beliau Dalem Ketut mau menerima, belum tentu para menteri dan

petinggi kerajaan lain mau juga menerima dengan baik; sementara itu

beliau sudah berbahagia di pedukuhan Bunga.

Kiyai Kebon Tubuh kembali ke Suwecapura dan melaporkan penolakan

Dalem Tarukan tersebut. Dalem Ketut kecewa karena maksud baik

beliau tidak ditanggapi oleh Dalem Tarukan, namun beliau dapat

memahami pemikiran kakak beliau itu. Dalem Tarukan yang menduga

bahwa para menteri di Suwecapura dan para pengejar dari

Samprangan telah mengetahui tempat persembunyian beliau, lalu

memutuskan untuk meninggalkan pedukuhan Bunga. Berangkatlah

rombongan keluarga besar itu diiringi oleh Dukuh Darmaji dan

beberapa rakyatnya menuju desa :

SEKAHAN

Hanya semalam beliau ada di desa Sekahan, kemudian meneruskan

perjalanan ke desa :

SEKARDADI

Di sini beliau beserta rombongan bermalam di pondok kerabat Jero

Dukuh Darmaji selama tiga malam, kemudian meneruskan perjalanan

ke desa :

KINTAMANI

Hanya lewat saja, lalu terus menuju desa :

PANARAJON

Di sini rombongan beliau dihembus angin topan sehingga sebelas

pengiring beliau meninggal dunia. Setelah topan reda, rombongan

meneruskan perjalanan ke desa :

Page 16: Copy of Silsilah Sentana Dalem

BALINGKANG

Merasa aman, di sini beliau tinggal selama tiga bulan; setelah itu

rombongan menuju desa

SUKAWANA

Dalam perjalanan yang melelahkan ini putri beliau yang berusia 4

tahun, Gusti Luh Wanagiri menangis karena lapar. Dalem Tarukan lalu

bertanya kepada Dukuh Darmaji apakah membawa makanan. Dukuh

menjawab, tidak membawa makanan, hanya beberapa genggam

beras. Dalem Tarukan lalu tergesa-gesa memberikan beras itu kepada

putrinya, karena tidak sempat lagi memasaknya. Beberapa saat

kemudian putrinya sakit perut karena memakan beras mentah dan

akhirnya tidak tertolong.

Putri yang dicintainya meninggal dunia. Betapa sedih beliau dan

terucaplah kata-kata beliau : “Ya, Tuhan betapa besar cobaan yang

kami terima, sangat besarlah penyesalan kami karena seolah-olah

memberi jalan kematian putriku. Nah agar hal ini tidak terulang lagi,

wahai semua putra dan semua keturunanku, kelak di kemudian hari

janganlah sekali-kali kalian memakan beras mentah”

Setelah itu Dalem Tarukan lalu meminta Ki Pasek Sikawan mengubur

jenazah putrinya. Karena letak desa Sukawana di sebelah timur bukit

Penulisan, maka agar prabu layon berada di “hulu” dikuburlah jenazah

putrinya dengan kepala di arah barat. Di saat ini terucaplah bisama

beliau agar seketurunan beliau bila meninggal atau di-aben agar

kepala berada di arah barat, sebagai tanda ingat akan peristiwa

menyedihkan ini. Dari Sukawana beliau menuju ke desa :

SIKAWAN

Di desa ini beliau ditemui oleh Ki Pasek Ban dan Ki Pasek Jatituhu.

Beliau sempat beristirahat selama tiga bulan, selanjutnya menuju desa

:

PENEK

Tidak menetap, hanya memintas saja, lalu terus ke desa :

Page 17: Copy of Silsilah Sentana Dalem

BAN (EBAN)

Juga tidak menetap, terus ke desa :

TEMANGKUNG

Tidak menetap, terus ke desa :

CARUCUT

Perjalanan menelusuri pantai; tiba di suatu tempat yang indah beliau

berhenti sejenak. Sudah sekian jauh beliau berjalan baru di situlah

merasa lega dan firasat beliau mengatakan bahwa tempat ini aman

dari kejaran pasukan Dulang Mangap. Beliau lalu membicarakan

rencana untuk menetap di situ. Semua pengikut beliau : Dukuh

Darmaji, Ki Pasek Ban, Ki Pasek Sikawan, Ki Pasek Jatituhu, Ki Pasek

Penek, Ki Pasek Daya, Ki Pasek Temangkung, dan Ki Pasek Sukawana

setuju.

Di situlah beliau membuka perkebunan kelapa dan tanaman palawija,

dibantu oleh ratusan rakyat pegunungan yang setia kepada Dalem

Tarukan. Lama-kelamaan makin banyak rakyat dan pemekel dari pulau

Bali pesisir utara yang berdatangan menghaturkan sembah sujud

kehadapan beliau dan tetap menjunjung beliau sebagai Dalem. Dalem

Tarukan lalu bersabda : “kamu semua rakyat pegunungan dan pesisir,

aku menerima penghormatan dan kesetiaanmu, tetapi janganlah kamu

me-“cokor I Dewa” kepadaku, karena kini aku bukanlah seorang Dalem

lagi”

Walaupun demikian, rakyat tetap saja menghormati beliau dengan

hatur : cokor I Dewa” karena tak seorangpun berani merubah

kebiasaan sebutan. Terkenallah beliau sampai ke perbatasan di arah

barat : Desa Tejakula, di arah selatan : Desa Poh Tegeh, di arah Timur

Desa Ban, (arah utara : Laut Bali).

Berkat asung kerta nugraha Ide Sanghyang Parama Kawi, hasil

perkebunan beliau melimpah, sehingga lama kelamaan keluarga dan

pengiring beliau kaya raya dan selalu bersuka ria. Maka tempat itu

dinamakan Sukadana.

Page 18: Copy of Silsilah Sentana Dalem

SUKADANA

Ide Bethara Dalem Tarukan sekeluarga beserta para pengiringnya

menikmati kebahagiaan hidup di Sukadana. Namun di suatu saat

beliau terkenang akan putri beliau yaitu Gusti Luh Wanagiri yang

meninggal dan dikuburkan di Sukawana. Atas usul para pengikutnya

yaitu Ki Pasek Jatituhu, Ki Pasek Bunga, Ki Pasek Darmaji, Ki Pasek Ban,

Ki Pasek Daya, Ki Pasek Penek, Ki Pasek Temakung, Ki Pasek Sikawan,

Dukuh Bunga, Dukuh Jatituhu, dan Dukuh Pantunan, dilaksanakanlah

pelebon putri beliau secara megah dan besar-besaran.

Lokasi upacara dipilih di Bukit Mangun; pada saat pembakaran, prabu

layon mengarah ke barat. Pemuput upacara adalah : Dukuh Bunga,

Dukuh Pantunan, dan Dukuh Jatituhu. Abu jenazah dipendem di Bukit

Mangun. Selesai upacara pelebon, mereka kembali pulang ke

Sukadana. Beberapa lama kemudian para pengiring beliau

menyarankan agar rombongan kembali ke desa Poh Tegeh, karena

desa itu lebih layak dijadikan tempat menetap.

POH TEGEH

Betapa gembiranya I Gusti Ngurah Poh Tegeh menyambut kedatangan

Ide Bethara Dalem Tarukan setelah sekian lama berpisah. Rombongan

besar itu dijamu secara meriah. Tiba-tiba timbul keinginan Ide Bethara

Dalem Tarukan untuk meneruskan perjalanan ke selatan karena

seperti ada firasat bahwa kemungkinan putra beliau yang beribu

dedari Lempuyang masih hidup dan kini berada entah di mana.

Hal itu disampaikan kepada Kiyai Poh Tegeh. Mula-mula Kiyai

mencegah rencana beliau itu; namun melihat beliau sangat

bersemangat, Kiyai mendukung serta memohon agar Dalem Tarukan

sangat berhati-hati di perjalanan. Beberapa hari kemudian rombongan

beliau berangkat menuju desa :

SIDAPARNA

Di desa ini beliau bertemu dengan beberapa penduduk yang

memberikan informasi bahwa Dalem Ketut yang menggantikan Dalem

Wayan, memerintah di Gelgel secara bijaksana dan semuanya berjalan

Page 19: Copy of Silsilah Sentana Dalem

sangat baik. Dalem Ketut tidak pernah lagi menanyakan keberadaan

Dalem Tarukan. Demikian pula para prajurit Samprangan yang dahulu

mengejar Dalem Tarukan tidak terdengar lagi kabar beritanya. Dalem

Tarukan meneruskan perjalanan ke :

GUNUNG PENIDA

Di suatu dataran tinggi Dalem Tarukan berhenti. Tempat itu sangat

indah karena diapit oleh dua buah sungai yang sangat jernih airnya.

Dikelilingi oleh hutan yang penuh dengan aneka satwa, ada tanah

datar yang luas, cocok untuk persawahan. Lama beliau termenung

menikmati keindahan pemandangan alami itu. Beliau berpikir, inilah

tempat yang sangat sesuai untuk tempat menetap. Jika meneruskan

perjalanan, belum juga tentu ke mana arahnya; di samping itu anggota

rombongan beliau sudah lelah tinggal berpindah-pindah.

Akhirnya beliau memutuskan menetap di daerah itu. Di sini beliau

membangun pondok-pondok, membuka sawah-ladang, serta menanam

padi, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan berbagai macam bunga.

Tempat itu oleh penduduk dinamakan Pulasari atau Pulasantun.

Kemudian Ide Bethara Dalem Tarukan menekuni Dharma Kepanditaan

yang menjadi keinginan beliau sejak berada di Tarukan. Keinginan ini

seperti mendarah daging karena leluhur beliau di Majapahit adalah

Brahmana, abiseka Danghyang Kepakisan. Kegiatan kepanditaan di

Pulasari berkembang pesat karena didukung oleh para Dukuh

sekitarnya, misalnya Dukuh Bunga, Dukuh Pantunan, Dukuh Darmaji,

dan lain-lain. Di sela-sela waktu pemujaan, Ide Bethara Dalem Tarukan

tetap bekerja di kebun atau di sawah sebagai selingan dan

kesenangan.

Hentikan dulu sejenak, kini diceritakan keadaan putra Ide Bethara

Dalem Tarukan bernama Dewa Bagus Dharma yang tinggal di Puri

Samprangan. Sejak berusia 42 hari beliau ditinggal ibunda, moksah ke

kahyangan. Di saat membutuhkan air susu, datanglah seekor

manjangan putih menyusui beliau dan kemudian menghilang setelah

sang bayi tertidur lelap. Keadaan ini mengherankan seisi Puri,

Page 20: Copy of Silsilah Sentana Dalem

sehingga yakinlah mereka bahwa sang bayi benar-benar putra seorang

bidadari kahyangan. Ada seorang emban (pembantu) yang sangat

setia merawat sang bayi.

Setelah meningkat usia remaja, Dewa Bagus Dharma bertanya kepada

si-emban, siapa ayah dan ibu beliau. Si-emban dengan berlinang air

mata menceritrakan riwayat Ide Bethara Dalem Tarukan. Sejenak

beliau tercenung lalu berucap bahwa ingin menemui ayahanda beliau.

Si-emban dengan berbisik memberitahu : “pergilah I Dewa ke arah

pegunungan di utara; jika bertemu seorang laki-laki tegap, tampan,

tinggi, berkulit hitam, rambut panjang berombak, tanpa baju, berkain

hitam dengan saput poleng tanpa ujung (seperti kain sarung), itulah

ayahanda I Dewa”

Tidak menunggu waktu lagi, Dewa Bagus Dharma segera mengambil

keris, lalu berangkat ke arah utara. Tekad beliau sudah mantap;

kerinduan bertahun-tahun, haus kasih sayang, dan “jengah”

mendorong beliau segera ingin bertemu dan tinggal bersama

ayahanda baik dalam keadaan suka maupun duka. Berhari-hari beliau

berjalan sambil memperhatikan orang-orang yang ditemuinya. Tidak

satu pun mirip dengan apa yang diceritakan si-emban. Beliau tidak

bertanya kepada siapa pun, karena perjalanan ini dirahasiakan.

Suatu siang yang panas, tibalah Dewa Bagus Dharma di suatu

persawahan yang luas. Hanya ada satu orang di situ sedang asyik

membajak sawah. Beliau duduk dan kaget melihat orang itu sesuai

benar dengan ciri-ciri yang dikatakan si-emban. Hanya saja orang ini

petani; ayahanda yang dicari adalah seorang Raja. Tidak mungkin

seorang Raja membajak sawah. Sedang berpikir-pikir demikian, tiba-

tiba sapi si-“petani” panik lalu lari tunggang langgang. Peralatan bajak

yang ditariknya patah tidak karuan karena sapi-sapi itu mengamuk

ingin melepaskan diri.

Si “petani” heran, kenapa sapinya tiba-tiba menjadi liar tak terkendali.

Pasti ada sesuatu sebab yang membuat sapinya ketakutan, misalnya

harimau. Namun tidak ada harimau di sekitar itu. Yang ada hanya

Page 21: Copy of Silsilah Sentana Dalem

seorang lelaki remaja dengan sorot mata polos memandang

kegaduhan sapi itu. Si-“petani” yang tiada lain Ide Bethara Dalem

Tarukan, menjadi marah karena mengetahui penyebab sapinya liar

adalah silaki-laki itu. Beliau mendekati remaja itu lalu menghardik :

“eh, apa kerjamu di sini, mengganggu saya serta mengacaukan sapi-

sapi saya”

Sang remaja yang disapa dengan keras itu juga marah, sehingga

timbul percekcokan. Kemarahan makin menjadi-jadi akhirnya sama-

sama menghunus keris berkelahi dengan sengit, saling pukul, saling

tikam, saling cekik, saling tindih, berjam-jam lamanya tidak ada yang

terluka, sampai kehabisan tenaga, sama-sama duduk bersebelahan.

Dalem Tarukan heran karena remaja ini kebal tubuhnya, ditikam tidak

tergores apalagi luka. Beliau lalu bertanya :”hai anak muda, siapa

sebenarnya anda, dari mana, mau ke mana dan apa kerjamu di tengah

hutan ini seorang diri” Dewa Bagus Dharma lalu menjawab :”saya

bernama Dewa Bagus Dharma, dari Puri Samprangan, tiba di hutan ini

hendak mencari ayah saya bernama Ide Dalem Tarukan, yang menurut

informasi tinggal di sekitar daerah ini”

Mendengar itu, Ide Bethara Dalem Tarukan terkejut bagaikan disambar

petir. Dipandangnya wajah pemuda itu; ya Tuhan, Sanghyang Parama

Kawi, wajahnya bagaikan pinang dibelah dua dengan anakku I Sekar.

Beliau tak kuasa membendung air mata haru; dipeluknya pemuda itu

seraya mengusap kepalanya : “anakku Dewa Bagus Dharma, Ide

Sanghyang Parama Kawi maha agung dan maha pemurah, hari ini aku

dipertemukan dengan anak kandungku yang bertahun-tahun aku

rindukan; nanak, ini ayahmu yang kamu cari itu”

Sampai di situ Ide Bethara Dalem Tarukan tidak lagi berkata-kata;

rongga dada beliau sudah penuh sesak dengan keharuan tiada tara.

Tak berbeda dengan Dewa Bagus Dharma, tak kuasa beliau

mengucapkan kata-kata; hanya perkataan :”aji, aji, aji” seraya

mengeratkan pelukannya sambil bersimbah air mata.

Lama kedua insan itu saling melepas kerinduan dan kehangatan ayah-

Page 22: Copy of Silsilah Sentana Dalem

anak sambil menceritrakan riwayat masing-masing. Beberapa saat

kemudian datanglah putra-putra Ide Bethara Dalem Tarukan yaitu

Gusti Gede Sekar dan Gusti Gede Pulasari bermaksud menjemput

ayahanda beliau pulang ke pedukuhan. Ide Bethara Dalem Tarukan

dengan gembira mempertemukan ketiga saudara kandung buah

hatinya itu. Mereka lalu pulang ke pedukuhan Pulasari dengan suka

cita.

Gemparlah pedukuhan Pulasari atas kedatangan penghuni baru yang

tampan seperti kembarannya Gusti Gede Sekar, namun usianya sedikit

lebih dewasa. Malam hari pertemuan itu dirayakan dengan meriah,

makan, minum, menari dan menyanyi. Ketujuh bersaudara lelaki,

putra-putra Ide Bethara Dalem Tarukan asyik berbincang sampai larut

malam. Akhirnya kantuk membawa mereka ke alam mimpi yang indah.

Dewa Bagus Dharma sudah sejak awal memutuskan tinggal menetap

bersama-sama ayah, para ibu dan saudara-saudaranya di Pulasari.

Kini dilanjutkan dahulu kisah tentang Kiyai Parembu. Kiyai dengan

gigih mentaati perintah Dalem Wayan mengejar Dalem Tarukan ke

hutan-hutan pegunungan sebelah utara. Disertai putranya bernama

Kiyai Wayahan Kutawaringin, pasukan Dulang Mangap menyelusup

menyelidiki dan mencari persembunyian Dalem Tarukan, namun tidak

pernah berhasil. Kadangkala ada yang memberikan informasi lokasi

persembunyian beliau, tetapi ternyata informasinya menyesatkan.

Arah pencarian Kiyai menuju gunung Tulukbiyu, lalu bertemu dengan

Jero Dukuh Sekar. Ketika ditanya, Jero Dukuh berlaku pikun serta

memberi jawaban sekenanya. Dengan perasaan kesal dan putus asa

Kiyai meneruskan pencariannya tanpa arah yang jelas. Tiba di suatu

tempat Kiyai duduk di bawah pohon tua yang rindang. Perasaan Kiyai

tidak menentu : kesal, malu, merasa tak berharga karena tidak dapat

menunaikan tugas, walaupun sudah diupayakan dengan sekuat

tenaga.

Pasukan Dulang Mangap terpecah dua; sebagian besar sudah kembali

ke Gelgel karena mendengar Dalem Ketut sudah bertahta di Gelgel.

Page 23: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Kini pasukannya bersisa empat puluh orang. Hanya itulah yang masih

setia mengikuti, namun sudah ada tanda-tanda mereka jemu dan

kepayahan. Kiyai merenung dan timbul pikirannya yang terang.

Ditanyaillah dirinya sendiri, apa sebenarnya manfaat tugas yang

diembannya bagi kerajaan. Bukankah perintah Dalem Wayan hanya

sebuah perintah emosional yang menuruti kemarahan sesaat ? Di

samping itu berita yang didengar, seolah-olah Dalem Wayan sudah

digeser kedudukannya oleh Dalem Ketut. Lalu untuk siapa kini ia

mengabdi ? Tetapi jika melalaikan tugas bukankah ia sudah banyak

berhutang budi kepada Dalem Wayan ? Kebingungan pikiran Kiyai

rupanya diketahui oleh putra dan para pengikutnya.

Seorang pembantunya memberanikan diri menyampaikan pendapat

sebagai berikut : “ya, paduka Gusti, hamba mengerti bahwa hati tuan

kecewa karena tidak berhasil mencari Dalem Tarukan. Namun jika tuan

berkenan, hamba menghaturkan pendapat bahwa Ida Sanghyang

Widhi Wasa telah melindungi Ide Bethara Dalem Tarukan sehingga

beliau terhindar dari mara bahaya. Hidup dan mati semuanya ada di

tangan-Nya; jika belum diperkenankan, apapun upaya manusia untuk

membunuh sesama manusia tidak akan terlaksana. Oleh karena itu

janganlah paduka menyesali diri terlampau berkepanjangan.

Sebaiknya putuskanlah apa yang akan kita lakukan sekarang”

Mendengar ucapan pembantunya demikian, mantaplah hati Kiyai

Parembu; segera ia bangkit berdiri seraya berkata :”Hai kamu sekalian,

memang benar seperti apa yang dikatakan temanmu ini; tidak ada

yang dapat melawan kehendak Ide Sanghyang Widhi, hanya Beliau

yang kuasa mengatur soal hidup atau mati. Perasaan kita saat ini

sama, yaitu rasa malu yang menusuk hati karena tidak dapat

menyelesaikan tugas. Karenanya aku telah memutuskan tidak kembali

ke Gelgel. Kita menetap di sini saja membuka lembaran sejarah baru;

siapa yang setuju boleh mengikuti saya; yang tidak setuju silahkan

kembali ke Gelgel” Para pengikutnya serempak menjawab setuju.

Tidak seorangpun berniat kembali ke Gelgel. Dengan riang gembira

Page 24: Copy of Silsilah Sentana Dalem

mereka bersama-sama membangun pedesaan kecil, membuka sawah

ladang dan hidup sebagai petani. Desa itu dinamakan Bugbug Tegeh.

Adanya desa baru cepat tersiar ke desa-desa sekitarnya. Kiyai Poh

Tegeh lalu mengirim utusan mengundang Kiyai Parembu. Kiyai

Parembu merasa khawatir, karena tahu bahwa Kiyai Poh Tegeh

memihak Dalem Tarukan. Semalam suntuk Kiyai Parembu berunding

dengan putranya, Kiyai Wayahan Kutawaringin apakah akan

memenuhi undangan itu atau menolak. Hingga larut malam belum ada

keputusan, sampai keduanya tertidur kelelahan. Kiyai Wayahan

Kutawaringin bermimpi ditemui seorang bidadari yang cantik jelita,

bahkan bercengkrama mesra di sebuah taman yang indah.

Keesokan hari mimpi itu diceritrakannya kepada sang ayah. “Wah itu

pertanda baik, mari kita segera berangkat ke Poh Tegeh” Menjelang

sore mereka berdua tiba di Poh Tegeh, disambut dengan ramah oleh

seorang gadis cantik yang kebetulan melintas di depan pemedal.

Bagaikan dipukul palu godam detak jantung Kiyai Wayahan Waringin

memandang kecantikan gadis itu. Bagaimana mungkin, bidadari yang

diimpikan semalam berwujud persis dia.

Sedang terkesima demikian tiba-tiba tegur sapa Kiyai Poh Tegeh

menyadarkan Kiyai Wayahan Kutawaringin. “Adinda Kiyai Parembu,

betapa bahagianya kakanda hari ini karena dinda bersedia memenuhi

undangan” Kiyai Parembu menjawab : ”ya kakanda, maafkanlah dinda

karena baru kali ini dapat berjumpa; dinda merasa seperti manusia

yang tidak berharga dan tak berguna sehingga kelahiran dinda sia-sia

belaka. Dinda tidak dapat mengemban tugas sebagai seorang kesatria

sejati. Seharusnya dinda bunuh diri saja karena tiada tahan

menanggung malu”

Wajah Kiyai Parembu sedih memelas; cepat Kiyai Poh Tegeh menjawab

:” dinda, Kiyai Parembu, tidak seorang pun akan menyalahkan serta

merendahkan dinda, karena Ide Bethara Dalem Tarukan dilindungi

Sanghyang Widhi. Sadarlah dinda, beliau berdua kakak beradik bertikai

karena diadu domba oleh pihak lain. Janganlah dinda turut memihak

Page 25: Copy of Silsilah Sentana Dalem

dalam pertikaian itu karena tidak direstui Yang Maha Kuasa. Sebagai

seorang kesatria, ingatlah selalu riwayat leluhur kita yaitu Sri Jayakata

dan Sri Jayawaringin ketika dilarikan ke Tumapel setelah gugurnya Sri

Jayakatong. Bukankah leluhur Ide Bethara Sri Kresna Kepakisan yang

menyelamatkan leluhur kita ? Dan kedatangan leluhur kita ke Bali-pun

mengiringi Dalem Sri Kresna Kepakisan.

Jadi kita harus tetap berbakti kepada sentanan Dalem Sri Kresna

Kepakisan, dalam hal ini baik Dalem Wayan maupun Dalem Tarukan

sama-sama kita hormati. Kini keadaan berubah; Dalem Ketut sudah

memimpin kerajaan. Oleh karena itu untuk apa dinda masih terus

memburu Dalem Tarukan ? Keputusan dinda untuk menetap di Bugbug

Tegeh kanda hargai sebagai suatu keputusan yang bijaksana”

Mendengar wejangan Kiyai Poh Tegeh seperti itu legalah perasaan

Kiyai Parembu. Mereka lalu bersantap malam dan berbincang-bincang

dengan gembira sampai larut malam. Tiba waktunya tidur, Kiyai

Parembu bersama putranya disilahkan menempati ruangan yang telah

disediakan. Sekali lagi Kiyai Wayahan Kutawaringin bertemu pandang

dengan gadis yang sore tadi. Goyah rasanya lutut beliau karena tak

kuasa menahan dentuman api asmara yang melesat dari kerlingan si

gadis.

Kiyai Poh Tegeh segera mengenalkan gadis itu kepada Kiyai Wayahan

Kutawaringin seraya berkata : “nanak Winihayu Luh Toya, ini masih

saudara sepupumu bernama Kiyai Wayahan Kutawaringin. Ini ayahnya

bernama Kiyai Parembu” Si gadis mengangguk manja terus

menghilang di balik pintu. Malam itu Kiyai Wayahan tidur gelisah

sampai ayam berkokok menjagakannya. Setelah berpamitan

berangkatlah kedua si ayah dan anak itu pulang ke Bugbug Tegeh. Di

perjalanan, Kiyai Wayahan tiada henti-hentinya berbisik di hati : “dinda

Winihayu apakah dinda merasakan apa yang terpendam di hatiku”

Hingga beberapa hari setibanya di Bugbug Tegeh, Kiyai Wayahan terus

saja terkenang pada Winihayu. Hal ini diketahui oleh ayahnya.

Page 26: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Singkat cerita lama kelamaan diketahui bahwa Winihayu sama-sama

jatuh cinta juga kepada Kiyai Wayahan. Kedua orang tua-tua lalu

berunding, akhirnya terjadilah pernikahan Kiyai Wayahan Kutawaringin

dengan Winihayu Luh Toya. Dari perkawinan ini lahir dua orang putra

yaitu : Kiyai Panida Waringin, meninggal dunia pada usia muda, dan

Kiyai Tabehan Waringin yang kelak di kemudian hari melanjutkan

keturunan warga Arya Kutawaringin. Pernikahan antara Kiyai Wayahan

Kutawaringin dengan Winihayu Luh Toya menyebabkan Kiyai Wayahan

ber-ipar dengan Dalem Tarukan, karena sama-sama menikahi putri-

putri Kiyai Poh Tegeh.

Karena hubungan kekeluargaan inilah menambah “kemalasan” Kiyai

Parembu untuk mengejar Dalem Tarukan. Patutlah dipuji strategi Kiyai

Poh Tegeh yang selalu berupaya menyelamatkan Dalem Tarukan.

Kembali diceritakan keadaan beliau, Ide Bethara Dalem Tarukan di

desa Pulasari. Tidak ada lagi pasukan yang mengejar-ngejar beliau,

sehingga kehidupan beliau aman tentram. Beliau meningkatkan ilmu

kepanditaan, sampai akhirnya mampu menjadi nabe bagi para dukuh

yang setia mengikuti beliau yaitu : Dukuh Bunga, Dukuh Pantunan,

Dukuh Jatituhu, Dukuh Darmaji, Ki Pasek Bunga, Ki Pasek Daya, Ki

Pasek Jatituhu, Ki Pasek Pemuteran, Ki Pasek Ban, Ki Pasek Penek, dan

Ki Pasek Sikawan.

Kepada para putranya beliau memberikan bisama sebagai berikut :

“Putra-putraku, dengarkanlah bisama yang aku berikan kepadamu dan

segenap keturunanmu kelak di kemudian hari : Jika kamu meninggal

dunia dan diupacarai ngaben (pelebon), dibenarkan kalian

menggunakan busana sesuai dengan tata-cara sebagai seorang Raja

beserta dengan segala upacaranya, paling kecil menggunakan

pemereman berupa padma terawang, atau bade bertumpang tujuh,

menggunakan banusa dengan galar dari bambu kuning, tumpang salu

dari bambu kuning, ma-ulon, ma-jempana, kajang Pulasari, daun

pisang kaikik, bale gumi berundak tujuh, bale silunglung, damar

kurung, serta upacara ngaskara selengkapnya.

Page 27: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Selain itu janganlah menerima panggilan “cai”, tetapi terimalah

panggilan : Jero, Gusti dan Ratu. Bisama ini aku berikan kepadamu

karena kamu adalah keturunanku, keturunan Dalem” Pemberian

bisama itu disaksikan oleh para Dukuh dan para Pasek yang

disebutkan di atas. Mereka menyatakan akan selalu mentaati dan

menjaga terlaksananya bisama itu. Tiada berapa lama setelah

memberikan bisama, Ide Bethara Dalem Tarukan sakit selama tiga

bulan lalu meninggal dunia pada hari Kamis Kliwon, wara Ukir,

panglong ping pitu, sasih kedasa, isaka 1321 atau bila dengan

kalender Masehi, pada hari Kamis, bulan April tahun 1399 M. Jika

diperkirakan beliau lahir pada tahun 1352 M (dua tahun setelah

ayahanda : Dalem Sri Kresna Kepakisan menjadi Raja Samprangan)

maka Ide Bethara Dalem Tarukan meninggal dunia pada usia 47 tahun.

Upacara pelebon Ide Bethara Dalem Tarukan dilaksanakan di setra

Tampuwagan pada hari Sabtu, Pahing, wuku Warigadean, panglong

ping pitu, sasih Jiyesta, rah tunggal, tenggek kalih, isaka 1321, atau

bila dengan kalender Masehi, pada hari Sabtu, bulan Juni tahun 1399

M. Manggala dan pemuput karya upacara pelebon adalah : Dukuh

Bunga, Dukuh Pantunan, Dukuh Jatituhu, Kiyai Poh Tegeh, Ki Pasek

Pemuteran, Ki Pasek Penek, Ki Pasek Temangkung, Ki Pasek Ban, Ki

Pasek Sikawan, Ki Pasek Bunga, Ki Pasek Jatituhu, dan I Gusti Ngurah

Kubakal.

Tata laksana pelebon sebagai Raja, yaitu : pemereman bade tumpang

pitu, petulangan lembu nandaka ireng ditempatkan dengan kepala di

arah Barat, tirta pemuput dari Besakih, sulut pembakaran memakai

keloping nyuh gading, kayu bakar memakai kayu cendana. Setelah itu

abu tulang dihanyutkan di sungai Congkang. Sebulan kemudian

diadakan upacara meligia di mana abu “sekah” dipendem di cungkup

sebuah Pura yang dibangun sebagai Pedarman Ide Bethara Dalem

Tarukan. Berhubung sudah disucikan sebagai Bethara Raja Dewata,

maka sejak saat meligia itu beliau amari aran (berganti gelar)

menjadi : Ide Bethara Dalem Tampuwagan Mutering Jagat.

Page 28: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Selama berlangsungnya upacara pelebon dan meligia, tiada henti-

hentinya seluruh rakyat pegunungan mulai dari perbatasan barat :

Bondalem (Buleleng), perbatasan timur : Tianyar (Karangasem),

perbatasan selatan : Pantunan (Bangli) menghaturkan uang kepeng

bolong dan bahan-bahan “lebeng-matah” sebagai tanda bakti, setia,

hormat, dan duka cita karena ditinggalkan junjungan mereka. Aturan

berupa makanan langsung disantap oleh para putra, para Ibu,

keluarga, serta semua yang hadir. Karena terlalu banyak sampai tidak

habis dimakan, dibiarkan membusuk sehingga menimbulkan bau tidak

sedap.

Setelah semua rangkaian upacara selesai, bau busuk dari sisa-sia

makanan, beras, uang kepeng bolong dan lain-lain makin menjadi-jadi,

tidak tahan menciumnya. Para putra lalu memerintahkan rakyatnya

membuang ke sungai, sampai air sungai itu berubah seperti bubur.

Uang kepeng bolong yang dihanyutkan menyangkut menutupi sumber

mata air sungai. Rakyat yang tinggal di hilir terheran-heran melihat air

sungai berubah seperti bubur; banyak yang mengambil nasi, tumpeng,

beras itu untuk diberi makan anjing atau babi.

Di sungai lainnya rakyat menemukan uang kepeng bolong yang sudah

bergumpal-gumpal berkarat tidak bisa digunakan lagi. Ide Bethara di

sorga loka melihat dengan sedih kejadian itu. Turunlah kutukan beliau

sebagai berikut : “Wahai para putraku, kalian telah menyia-nyiakan

anugerah dewata; maka kini terimalah kutukanku, mudah-mudahan

kalian seketurunan tidak akan menjadi kaya atau berkecukupan. Bila

ada yang bisa kaya, umurnya pendek lalu kematian menjemput

sehingga keturunannya menjadi miskin kembali” Para putra yang

mendengar kutukan itu kebingungan dan menyesali perbuatannya,

namun apa hendak dikata karena itulah kehendak Ide Sanghyang

Widhi Wasa. Dengan perasaan tak menentu para putra kembali ke

pedukuhan Pulasari memulai hidup baru.

Aliran sungai yang berlimpah bubur dan uang kepeng bolong itu

menuju ke Kerajaan Suwecapura. Rakyat gempar berhari-hari, lalu

Page 29: Copy of Silsilah Sentana Dalem

menamakan kedua sungai itu masing-masing : Tukad Bubuh dan

Tukad Jinah. Berita ini sampai ke istana Dalem Ketut (Dalem Sri

Semara Kepakisan). Tahulah beliau bahwa kakak beliau telah

meninggal dunia dan di pelebon di pegunungan. Sedih hati beliau

mengenang nasib Ide Bethara Raja Dewata yang sebahagian besar

hidupnya dihabiskan di pengungsian. Beliau Dalem Ketut ingin

memelihara putra-putra Ide Bethara Raja Dewata yang jelas masih

kemenakannya sendiri.

Keesokan harinya dipanggillah Kiyai Kebon Tubuh lalu ditugaskan

menjemput para kemenakan beliau itu ke hutan-hutan di pegunungan

untuk diajak ke Gelgel. Disertai pengikut 50 orang, berangkatlah Kiyai

Kebon Tubuh menuju utara. Setelah menempuh perjalanan berhari-

hari, sampailah Kiyai di pedukuhan Pulasari. Kiyai berdatang sembah

kepada para putra : “Mohon ampun, paduka para putra Dalem, hamba

diutus oleh Paman paduka, Sri Aji Semara Kepakisan untuk menjemput

paduka sekalian diajak pulang ke istana Suwecapura”

Para putra yang dipimpin oleh putra tertua : Dewa Bagus Dharma

ragu-ragu pada kebenaran maksud baik dari ucapan sang Kiyai.

Bertahun-tahun para putra menghadapi kenyataan bahwa ayahanda

beliau dimusuhi oleh saudara sekandung beserta menteri dan rakyat

kerajaan, kini tiba-tiba ada utusan yang bernada membujuk

menjanjikan kebaikan budi. Bukankah ini suatu perangkap untuk

mencelakakan para putra sehingga jika dapat, agar musnahlah

keturunan Ide Bethara Raja Dewata.

Berpikir demikian, Dewa Bagus Dharma kemudian menolak

permintaan sang Kiyai seraya menyatakan bahwa beliau beserta adik-

adik tidak akan meninggalkan pedukuhan Pulasari. Kiyai Kebon Tubuh

tidak berhasil membujuk para putra, lalu kembali ke istana

Suwecapura. Betapa duka hati Dalem Ketut mendengar laporan Kiyai

Kebon Tubuh; dimintanya Kiayi mengulangi kunjungan ke Pulasari

membujuk para putra agar mau pulang ke Suwecapura.

Page 30: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Walaupun sampai tiga kali utusan ini pulang balik, para putra tetap

tidak mau datang ke Suwecapura. Ini menimbulkan kemarahan Dalem

Ketut, sehingga keluarlah perintah beliau untuk menangkap para

kemenakan beliau dibawa paksa pulang ke Suwecapura. Kiyai Kebon

Tubuh lalu mengerahkan prajurit dalam jumlah besar dengan

persenjataan lengkap. Tidak kurang dari 2000 prajurit dibawa serta,

namun bukan dari pasukan Dulang Mangap.

Sementara itu pihak para putra yang dipimpin oleh Dewa Bagus

Dharma telah mengetahui gerakan musuh yang menjalar bagaikan

ular besar dari arah selatan. Kakek beliau, I Gusti Poh Tegeh bersama

kerabatnya yaitu I Gusti Ngurah Kubakal mempersiapkan pertahanan

rakyat di desa Pesaban, Tembuku, dan Timuhun. Perang besar yang

tidak seimbang berkecamuk dengan dahsyat, membawa korban

banyak di pihak pasukan I Gusti Poh Tegeh. Dapat dimaklumi karena

pasukan ini bukan prajurit terlatih, hanya bermodalkan semangat dan

kesetiaan yang tinggi kepada ratunya. Mayat-mayat yang jatuh ke

sungai hanyut ke hilir akhirnya sampai ke perbatasan kota Gelgel.

Dalem Ketut mendengar berita banyaknya korban rakyat biasa dalam

peperangan di pegunungan. Beliau lalu memerintahkan menghentikan

peperangan dan menarik pasukan Kiyai Kebon Tubuh kembali ke

Gelgel. Dalem Ketut menulis surat kepada I Gusti Poh Tegeh dibawa

oleh utusan beliau, sekali lagi Kiyai Kebon Tubuh bersama seorang

Bendesa. Surat itu diterima oleh I Gusti Poh Tegeh lalu dibaca di

hadapan I Gusti Ngurah Kubakal, dan I Gusti Ngurah Puajang : “Wahai

kamu sekalian para Pasek di pegunungan, serahkanlah para

kemenakanku itu untuk aku asuh di Gelgel, semata-mata karena belas

kasihanku dan kerinduan serta keinginanku untuk memelihara mereka

sebagaimana layaknya para ratu keturunan Dalem; peperangan hanya

akan merugikan kita sendiri karena banyak rakyat yang menjadi

korban”

I Gusti Poh Tegeh berkata bahwa beliau masih akan membicarakan hal

ini kepada para putra, dan sementara agar Kiyai Kebon Tubuh pulang

Page 31: Copy of Silsilah Sentana Dalem

lebih dahulu ke Gelgel; mungkin beberapa hari lagi beliau akan

menyusul mengantarkan para putra ke Gelgel. Gusti Poh Tegeh ingin

memenuhi perintah Dalem Ketut karena berpendapat bahwa maksud

Dalem Ketut sungguh-sungguh baik, namun perlu beberapa hari untuk

meyakinkan pendapatnya kepada para putra, terutama Dewa Bagus

Dharma sebagai putra tertua.

Sepulangnya Kiyai Kebon Tubuh, Gusti Poh Tegeh memanggil para

putra Ide Bethara Dalem Tampuwagan (d.h. Ide Bethara Dalem

Tarukan) seraya menyampaikan isi surat Dalem Ketut. Para putra

belum sanggup memberi persetujuan hari itu karena masih merasa

khawatir akan masa depan mereka di Gelgel sementara mereka sudah

betah dan berbahagia tinggal di pegunungan. Gusti Poh Tegeh

mempersilahkan para putra untuk berpikir beberapa hari agar

mendapat pertimbangan yang matang sebelum mengambil keputusan.

Namun tiba-tiba tanpa diduga sama sekali datanglah gelombang

serangan yang dahsyat dari para Manca Badung dipimpin oleh I Gusti

Gede Kaler disertai Arya Kenceng, Ngurah Mambal, Ngurah Menguwi,

dan I Gusti Ngurah Telabah. Gerakan ini sangat mengejutkan dan

mengherankan para tokoh pegunungan seperti Gusti Poh Tegeh serta

para kerabatnya. Beliau cepat berpikir bahwa gerakan ini bukan

perintah Dalem Ketut, melainkan gerakan para arya yang merasa

khawatir bila para putra Dalem Tampuwagan kembali ke Gelgel pasti

akan diberi kedudukan sebagai Manca yang akan berakibat kedudukan

mereka tergeser.

Jadi tujuan serangan kali ini adalah membunuh para putra. Naluri jiwa

kesatria Gusti Poh Tegeh bangkit lalu bersama para kerabatnya

memimpin perang mempertahankan dan melindungi para putra.

Perang berkecamuk seru berhari-hari, namun segera terlihat kekuatan

yang tidak seimbang. Pasukan bertahan yang dipimpin I Gusti Agung

Bekung bersama Dewa Bagus Dharma dipukul mundur meninggalkan

mayat prajurit sekitar 5000 orang.

Page 32: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Pada suatu pagi hari di saat hujan rintik-rintik dan matahari baru

bersinar terang-terang tanah gugurlah Dewa Bagus Dharma, putra

tercinta Ide Bethara Dalem Tampuwagan. Para Kakek, adik-adik beliau

serta seluruh rakyat pegunungan berduka cita sedalam-dalamnya.

Beliau sebenarnya mempunyai ilmu kekebalan tubuh pembawaan

sejak lahir, namun di saat fajar kekebalan itu sirna sementara; rupanya

kelemahan ini diketahui musuh. Beliau direbut berpuluh-puluh prajurit I

Gusti Gede Kaler di saat fajar. Tempat gugurnya diberi nama Siang

Kangin. Di situ pula layon beliau diupacarakan dan distanakan pada

pelinggih yang dibangun, selanjutnya dinamakan Pura Siang Kangin.

Sejak gugurnya Ide Bethara Siang Kangin, rakyat pegunungan

menderita kekalahan terus-menerus dalam peperangan. Untuk

mencegah korban yang lebih banyak maka para pemimpin rakyat

pegunungan berunding lalu mengambil keputusan untuk

menyelamatkan para putra Ide Bethara Dalem Tampuwagan.

Cara menyelamatkan para putra disepakati sebagai berikut : Gusti

Gede Sekar dan Gusti Gede Pulasari diiringi ibunda beliau Gusti Luh

Puwaji beserta empat orang saudaranya ke Puri Gelgel meminta

perlindungan Dalem Ketut. Gusti Gede Bandem pergi ke Desa Keling

(Karangasem). Gusti Gede Belayu berangkat kearah Tabanan,

menetap di suatu tempat yang kini bernama Desa Belayu. Gusti Gede

Balangan menetap di Desa Pantunan atas jaminan keselamatan dari

Gusti Agung Pasek Gelgel. Gusti Gede Dangin atas permintaan beliau,

tidak mau turut ke Gelgel, lalu berangkat menuju daerah Den Bukit

(Buleleng) diiringi rakyat 12 orang, menuju Desa Sudaji. Demikianlah

keenam bersaudara itu berpisah menuju tempatnya masing-masing.

Sedih dan pilu hati mereka karena harus berpisah dan meninggalkan

kampung halaman, namun pasrah menyerahkan nasibnya kepada Ide

Sanghyang Widhi Wasa.

Setibanya Gusti Gede Sekar dan Gusti Gede Pulasari di Puri Gelgel,

langsung menghadap Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan. Betapa

gembiranya Dalem Ketut menerima kemenakan-kemenakan beliau,

Page 33: Copy of Silsilah Sentana Dalem

namun terasa agak kecewa karena tidak semua kemenakannya mau

hadir. Tetapi akhirnya beliau maklum setelah mendapat penjelasan

dari Gusti Agung Pasek Gelgel bahwa keputusan untuk menuju tempat

masing-masing sudah dipertimbangkan dengan baik. Dalem Ketut

kemudian memberikan penugrahan kepada para kemenakannya

sebagai berikut :

“Kemenakanku semua, janganlah kalian menyamai (memadai)

kedudukanku, karena kalian keturunan Kesatria yang telah diturunkan

wangsanya dan kini menjadi Wesia Dalem. Sebab-sebab diturunkan

wangsamu karena peristiwa di Puri Tarukan yang melibatkan kakakku

Ide Bethara Dalem Tampuwagan. Di kemudian hari bila kalian dan

keturunanmu melaksanakan upacara pelebon dibolehkan

menggunakan tata-cara seorang Raja karena kalian masih menjadi

satu keturunan denganku. Cuntaka hanya tiga malam sebagaimana

halnya wangsa Brahmana, Kesatria (para Ratu). Setelah cuntaka habis

segeralah mebersih di mata air selanjutnya ngayab banten pebersihan;

setelah itu barulah kembali kesucianmu. Jika kalian berani menyamai

kedudukanku, akan kukutuk kalian tiga kali. Hal lain yang harus kalian

ingat, janganlah melupakan Pura-pura kahyangan jagat di seluruh Bali,

serta janganlah mensia-siakan para Pendeta/Sulinggih dan orang-

orang suci agar jagat Bali selalu trepti. Janganlah kalian melakukan

hubungan suami istri di luar pernikahan karena perbuatan itu akan

membawa kehancuran sehingga orang-orang Bali tidak lagi bersatu.

Peringatan-peringatanku ini berlaku seterusnya sampai ke anak cucu

keturunanmu selanjutnya. Bila ada yang melanggar mudah-mudahan

menemui bencana dalam hidupnya”

Setelah berlalu beberapa masa, datanglah seorang keturunan Ide

Bethara Hyang Genijaya dari Majapahit bernama Sangkul Putih

bersama istri dan para putranya. Beliau mendarat di Padang lalu

langsung ke Puri Gelgel menghadap Dalem Ketut. Bertepatan saat itu

Ide Dalem Ketut sedang memberikan penugrahan kepada para putra

Ide Bethara Dalem Tampuwagan yang kali ini hadir secara lengkap

Page 34: Copy of Silsilah Sentana Dalem

yaitu : Gusti Gede Sekar, Gusti Gede Pulasari, Gusti Gede Bandem,

Gusti Gede Belayu, Gusti Gede Balangan, dan Gusti Gede Dangin,

sehingga Sangkul Putih turut mendengarkan wejangan beliau sebagai

berikut: “Wahai para kemenakanku semua, kini lanjutkan penugrahan

yang telah kuberikan beberapa waktu yang lalu sebagai berikut : Jika

kalian memahami tentang kemoksan seharusnya kalian menjadi

seorang Sulinggih karena kalian adalah seketurunan denganku yaitu

keturunan Brahmana.

Oleh karena itu pula kalian harus selalu berbakti di Kahyangan

Brahmana di Tolangkir (Besakih) jangan melewatkan upacara-upacara

di sana sekalipun. Jika kalian melupakan, kukutuk kalian menjadi orang

Sudra dan kalian tidak lagi menjadi seketurunan denganku. Demikian

juga kalian harus berbakti di Kahyangan Ide Bethara Hyang Genijaya

yang ada di Lempuyang dan di Tolangkir sesuai sabda Ide Bethara

Brahma. Jika kalian melalaikan peringatanku ini mudah-mudahan

hidupmu susah senantiasa kekurangan, kesasar tidak menemukan

arah hidup. Kalian adalah keturunan Brahmana, maka bila meninggal

dunia, layon harus dibungkus oleh daun muda pisang gedang Kaikik

sebab ketika leluhur kita lahir beliau dialasi oleh daun muda pisang

gedang Kaikik. Jika tidak demikian kalian dan keturunan kalian bukan

warih Dalem.

Selanjutnya beliau Dalem Ketut bersabda : “Apa yang aku anugrahkan

kepadamu tadi dan selanjutnya ini adalah wahyu dari Ide Bethara

Hyang Genijaya yang berstana di Lempuyang. Kalian para

kemenakanku, janganlah lupa memuja dan memohon anugrah kepada

Ide Bethara di Penataran Agung, Tolangkir, juga kepada I Ratu Pande, I

Ratu Gede Penyarikan, serta nuntun para arwah leluhurmu untuk

distanakan di tempat keturunanmu. Taatlah melaksanakan

kedharmaan, jangan menentang peraturan-peraturan. Diantara

keturunan-keturunanmu janganlah satu sama lain tiada mengakui

bersaudara, paling tidak mengaku memisan atau memindon. Di mana

pun kamu berada tetaplah mengaku bersaudara; jika lupa atau tidak

Page 35: Copy of Silsilah Sentana Dalem

mengakui saudara, mudah-mudahan kamu kehilangan “soda” yaitu

selalu kekurangan makanan dan minuman.

Beberapa waktu kemudian, Ide Dalem Ketut kembali mengumpulkan

para kemenakan beliau (putra-putra Ide Bethara Dalem Tampuwagan)

lalu meneruskan penugrahan yang diterima dari para putra-putri

Sanghyang Pasupati yaitu Ide Bethara Mahadewa yang berstana di

Tolangkir dan adik beliau Ide Bethari Dewi Danu yang berstana di

Danau Batur sebagai berikut : Apabila diantara kalian atau

keturunanmu di kemudian hari ada yang mampu Madwijati,

diperkenankan pada upacara pelebon menggunakan padma trawang,

pisang gedang kaikik, gamet (kapas), kesumba, serta bertingkat 5

(nista), 7 dan 9 (madia), dan 11 (utama).

Itu adalah demi kesejahteraanmu. Jika mayat kalian dibakar, cuntake

hanya 3 (tiga) malam; jika ditanam 7 (tujuh) malam; Jika mayat kalian

dibakar, harus dilakukan upacara ngeleb awu ke segara/sungai disertai

upacara ngirim; jika dilalaikan, mudah-mudahan kamu menjadi

manusia yang derajatnya paling rendah karena tidak membela

kewangsaan serta tidak mengenal kawitan.

Selanjutnya Dalem Ketut bersabda : “Kalian kemenakanku, walaupun

kalian telah disurud wangsakan, namun kalian masih aku anugerahi

hak-hak sebagai berikut : seketurunan kalian tidak kena kewajiban-

kewajiban/pungutan (pajak), tidak kena pejah pajungan (hukuman

mati), tidak kena cecangkriman (pembuangan), tidak kena ambungan

(hukuman cambuk), tidak kena sasarandana (pungutan adat), tidak

kena pepanjingan (larangan masuk ke suatu wilayah), tidak kena

pecatuan (yuran di Pura), tidak kena perintah. Para penguasa di

daerah yaitu Manca dan Punggawa diberitahu semua penugrahan Ide

Bethara Dalem Ketut tersebut untuk ditaati dan diindahkan, ditambah

lagi penekanan agar mereka senantiasa menghormati para

kemenakan beliau seketurunan. Apabila ada yang berani menentang

atau tidak melaksanakan, mudah-mudahan hilang kesaktiannya dan

luntur kewibawaannya.

Page 36: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Beberapa waktu kemudian Ide Dalem Ketut memberikan tambahan

wejangan setelah mendapat wahyu dari Ide Bethara Brahma : “Jika

kalian dan keturunanmu meninggal, kalian harus memohon melalui

Sangkulputih tirta Yeh-Tunggang dari Gunung Agung sebagai tirta

pengentas. Oleh karena itu kawitan serta semua arwah leluhurmu

berstana di Gunung Agung (Tolangkir) sehingga kamu wajib berbakti

kepada kawitan dan arwah leluhurmu di Pedarmaan Besakih.

Bila ada keturunanmu yang sudah mebersih wenang naik-turun di

pelinggih-pelinggih di Tolangkir dalam upacara yadnya. Bila ada

keturunanmu yang mampu Madwijati/Madiksa, wenang mengajarkan

ilmu, sastra dan kedharmaan kepada saudara-saudaranya sehingga

menjadi orang-orang yang terhormat serta diikuti petunjuk-

petunjuknya oleh orang lain. Jika semuanya kalian taati dan

laksanakan dengan kokoh dan tekun, mudah-mudahan kalian dapat

mencapai moksah.

Selain memberikan penugrahan di bidang agama dan kedharmaan, Ide

Dalem Ketut juga memberikan “Mantri sesana” yaitu tata susila

sebagai pejabat yang bertugas dan berkedudukan sebagai berikut : I

Gusti Gede Sekar sebagai Manca di Nongan diberikan tanah kebun 15

sikut disertai Ibunda beliau Ni Gusti Luh Puaji. I Gusti Gede Pulasari

kembali ke Pulasari sebagai Dukuh menguasai pedukuhan Pulasari

(Bunga), Tampuwagan, Peninjoan, Karang-suwung, dan Manikaji. I

Gusti Gede Bandem di beri kedudukan sebagai Manca di Nagasari,

meliputi : Tihingan, Kayuputih, Uma-anyar, dan Bangkang. I Gusti Gede

Belayu diangkat sebagai Manca di Ogang, meliputi : Semseman, Mijil,

Sanggem, Sangkan Gunung, Pakel dan Sangkungan. I Gusti Gede

Balangan tetap tinggal di istana Gelgel. I Gusti Gede Dangin kembali

ke Sudaji.

Kecuali I Gusti Gede Dangin, semua putra Ide Bethara Dalem

Tampuwagan diberikan pamancanggah yang memuat penugrahan

tersebut di atas ditambah dengan gambar rerajahan rurub kajang dan

rerajahan daun pisang Kaikik selengkapnya. Pamancanggah itu

Page 37: Copy of Silsilah Sentana Dalem

disahkan dan diumumkan oleh Ide Dalem Ketut pada Hari Kamis,

Umanis, wuku Ukir, panglong ping 13 (telulas) sasih Kapat, Isaka 1339

(1417 M). Pamancanggah itu diupacarai/dipasupati sebagaimana

mestinya. Sesampainya di tempat kedudukan masing-masing, para

putra Ide Bethara Dalem Tampuwagan menempatkannya di pelinggih

pemerajan dan dipuja oleh seketurunan beliau-beliau. Bila ada yang

mengabaikan kewajiban memuja dan mentaati pamancanggah itu

mudah-mudahan dikutuk oleh Ide Bethara Kawitan.

Silsilah Ide Bethara Dalem Tarukan.

Sanghyang Pasupati berputra :

1. Bhatara Hyang Gnijaya

2. Bhatara Hyang Putranjaya

3. Bhatari Dewi Danuh

4. Bhatara Hyang Tugu

5. Bhatara Hyang Manikgalang

6. Bhatara Hyang Manikgumawang

7. Bhatara Hyang Tumuwuh

Bhatara Hyang Gnijaya berputra Mpu Withadharma (Sri Mahadewa)

Mpu Withadharma berputra :

1. Mpu Bhajrasattwa (Mpu Wiradharma)

2. Mpu Dwijendra (Mpu Rajakretha)

Mpu Bhajrasattwa berputra : Mpu Tanuhun (Mpu Lampita)

Mpu Tanuhun berputra :

1. Mpu Gnijaya

2. Mpu Sumeru (Mpu Mahameru)

3. Mpu Ghana

4. Mpu Kuturan (Mpu Rajakretha)

5. Mpu Bharadah (Mpu Pradah)

Mpu Bharadah berputra :

1. Mpu Siwagandu

2. Ni Dyah Widawati

3. Mpu Bahula

Page 38: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Mpu Bahula berputra :

1. Mpu Tantular (Mpu Wiranatha)

2. Ni Dewi Dwararika

3. Ni Dewi Adnyani

4. Ni Dewi Amerthajiwa

5. Ni Dewi Amerthamanggali

Mpu Tantular berputra :

1. Danghyang Kepakisan

2. Danghyang Smaranatha

3. Danghyang Sidhimantra

4. Danghyang Panawasikan

Danghyang Kepakisan berputra : Sri Soma Kepakisan

Sri Soma Kepakisan berputra :

1. Sri Juru (Dalem Blambangan)

2. Sri Bhima Sakti (Dalem Pasuruan)

3. Sri Kepakisan (Dalem Sumbawa)

4. Sri Kresna Kepakisan (Dalem Bali)

Sri Kresna Kepakisan berputra :

1. Dalem Samprangan

2. Dalem Tarukan

3. Dewa Ayu Wana

4. Dalem Sri Smara Kepakisan

5. Dewa Tegal Besung

Mpu Tanuhun (Mpu Lampita) berputra lima, yaitu Mpu Gnijaya, Mpu

Sumeru, Mpu Ghana, Mpu Kuturan, dan Mpu Bharadah. Kelimanya

disebut Panca Tirta. Mpu Gnijaya menurunkan Sapta Rsi yaitu : Mpu

Ketek, Mpu Kananda, Mpu Wiradnyana, Mpu Withadharma, Mpu

Ragarunting, Mpu Preteka, dan Mpu Dangka.

Beliau bertujuh selanjutnya, lama-kelamaan menurunkan Maha Gotra

Pasek Sanak Sapta Rsi. Saudara bungsu Mpu Gnijaya yaitu Mpu

Bharadah lama-kelamaan menurunkan Para Gotra Sentana Dalem

Tarukan atau dikenal sebagai warga Pulasari.

Page 39: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Adanya tali kekeluargaan seperti itulah yang disadari oleh warga Pasek

di pegunungan di saat beliau-beliau membantu dan menyelamatkan

Ide Bethara Dalem Tarukan di pengungsian sebagaimana telah

diuraikan di muka. Patutlah warga Pulasari berhutang budi kepada

warga Pasek. Kesadaran ini pula yang mungkin mendasari ide

pembangunan Pura Pusat Pulasari berdampingan dengan Pura Pasek.

Di Gelgel, semasa pemerintahan Ide Bethara Dalem Semara Kepakisan

dibangun pula Pura Dasar Bhuwana yang disungsung oleh warga

keturunan Ide Bethara Dalem Sri Kresna Kepakisan, Ide Bethara Mpu

Gnijaya (Pasek Sanak Sapta Rsi), dan keturunan Ide Bethara Mpu

Saguna (Maha Smaya Warga Pande). Lama-kelamaan, disungsung pula

oleh seluruh rakyat Bali, mengingat di Pura Dasar Bhuwana distanakan

Raja (Dalem) pertama di Bali.

“Kepakisan” asal katanya “Pakis” berarti Paku. Gelar Kepakisan

diberikan kepada Brahmana yang ditugasi sebagai Raja (Dalem) atau

Kesatria. Gelar Kepakisan yang diberikan kepada Kesatria adalah :

Sira-Arya Kepakisan. Beliau adalah keturunan Sri Jayasabha, berasal

dari keturunan Maha Raja Airlangga, Raja Kahuripan (Jawa). Gelar

“Paku” di Jawa pertama kali digunakan oleh Susuhunan Kartasura :

Paku Buwono I pada tahun 1706 M.

Di Bali gelar “Pasek” yang berasal dari perkataan “Pacek”(= paku)

pertama kali digunakan oleh Arya Kepasekan, yaitu putra Mpu Ketek

yang termasuk kelompok Sapta Rsi. Ada juga warga Pasek yang di luar

kelompok Sapta Rsi, yaitu keturunan dari Mpu Sumeru yang berputra

Mpu Kamareka, selanjutnya menurunkan warga Pasek Kayu Selem,

Pasek Celagi, Pasek Tarunyan, dan Pasek Kayuan. Beliau-beliau juga

sangat besar jasanya menyelamatkan Ide Bethara Dalem Tarukan.

Kesimpulannya bahwa gelar : Kepakisan, Paku, Pasek bermakna dan

berderajat sama yaitu sebagai fungsi kekuasaan atau pemimpin di

suatu wilayah tertentu atau pemimpin suatu penugasan/jabatan

tertentu yang didelegasikan oleh Dalem ( Kaisar = Maha Raja, atau

Raja)

Page 40: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Suka

Be the first to like this.

Ditulis dalam Kutipan Informasi | 72 Komentar

72 Tanggapan

1. pada Mei 2, 2009 pada 7:45 am GEDE SLAMET ST

APA YANG MENYEBABKAN MEREKA TIDAK MENGGUNAKAN NAMA GUSTI

LAGI?

2. pada Mei 2, 2009 pada 7:52 am GEDE SLAMET ST

SAYA KEBETULAN KETURUNAN LANGSUNG DARI GURU MUDITA DI

DESA CEPUNGGUNG SELATAN PULESARI DAN MENETAP DI DESA

NYANGLAN.SAMPAI SAAT INI SUDAH MENJADI 100 KK.SAYA MASIH

TURUNAN LANGSUNG IDA DAN LINGSIR KAMI MENJADI JERO

MEKEL.TAPI MENGAPA SEMUA WARGA SENTANA DALEM TARUKAN

TIDAK MEMAKAI GELAR LAGI? DAN AKHIR-AKHIR INI BANYAK YANG

MENGIRA PULESARI ADALAH KETURUNAN PASEK,TOLONG UNTUK

PELURUSAN SEJARAH !!suksma(gd slamet-PUTRA DALEM)

Page 41: Copy of Silsilah Sentana Dalem

3. pada Juni 4, 2009 pada 10:22 am yannix

Ada yang tahu gak kisah I Gusti gede bandem setalah menetap di

dukuh nagasari beserta dengan keturunan beliau,kalo ada tolong dong

kirimin ke [email protected] soalnya aku keturunan I Gusti Gede

Bandem tapi gak tahu silsilah beliau secara lungkap setelah di dukuh

nagesari,tolong ya klo ada yang punya silsilahnya,terima kasih……

4. pada Agustus 10, 2009 pada 5:03 am astiana

suksma atas infonya!!!!!

ini sngat berarti untuk saya!

Dumogi Rahayu…

Pada Liang Astiti Dharma.

5. pada Agustus 10, 2009 pada 8:24 am teguh

http://www.lombok-paradise-property.com

Saya keturunan Pulosari saking lombok-mataram…

Bagus juga ceritanya…

6. pada Agustus 27, 2009 pada 7:28 pm Sony sanjaya

Terimakasih / Suksma for tulisan mengenai Leluhur kita Ini. jika ada

update mohon diberi tahu.

Page 42: Copy of Silsilah Sentana Dalem

7. pada Agustus 30, 2009 pada 3:48 pm Arik

komplit bgt. jadi makin jelas tentang cerita lengkapnya. sudah lama

saya cari…. 

Terimakasih sudah berbagi….

8. pada September 11, 2009 pada 8:54 am Gede Suwardika

Osa…

suksme sanget….dengan adanya cerita ini saya jadi paham dan

mengerti akan BABAD DALAM TARUKAN

Om canti canti canti Om

9. pada September 20, 2009 pada 4:10 am ariana

OM swastyastu inggih sukseme niki sareng semeton tiang asli selat

semeton dalem…dumugi sami kenak…

10. pada September 23, 2009 pada 4:12 am ariana

Page 43: Copy of Silsilah Sentana Dalem

nah kami mau bertanya…seandainya kami mejalani sebagai gusti

lagi…gmana caranya…apakah arus ada kesepakatan semua semeton

dalem siap untuk merubah status kita masing…masing…

11. pada Oktober 6, 2009 pada 6:15 am ketut sugiarta

pada liang astiti dharma.

suksme pisan antuk babad dalem tarukan,, dumogi babad puniki

praside ngeraketan pesemetonan irage sami…….

12. pada Oktober 20, 2009 pada 5:49 pm tut nur

OM Swasti Astu

bagaimana kalo cerita ini difilmkan..saya menangkap ada aura bagus

untuk itu…pasti sukses..dengan kemasan alami tdk dengan tampilan

aktor atau artis terkenal…

Om Canty3x Om

13. pada November 11, 2009 pada 9:03 am Juli Setiawati

Om Swastyastu…

Sebelummya terimakasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu yang telah

menceritakan semua yang berkaitan dengan Warih Ida Dalem Tarukan,

Mohon maaf sebelumnya…bukan maksud bagaimana,karena ini hanya

ungkapan rasa ingin tahu saya…

Saya sendiri merupakan Warih dari Ida Dalem Tarukan,yang lebih

Page 44: Copy of Silsilah Sentana Dalem

khusus Warih dari I Gusti Gede Sekar (Desa Nongan)yang mana saya

juga memiliki Babad/silsilah seketurunan dari I Gusti Gede Sekar,,,yang

saya tidak mengerti kenapa:

1). Warih Ida Dalem sering di sebut sebagai Warga Pulasari,sedangkan

kalau menurut logika,menamai dengan menyebutkan Putra

Beliau,kenapa tidak dengan Putra tertua Beliau,yaitu Warga I Dewa

Bagus Dharma(seperti yang telah kita baca)atau mungkin karena I

dewa Bagus Dharma tidak berputra?(meninggal ketika

berperang)ataukah Warga I GUsti Gede Sekar,karena lebih Tua dari I

Gusti Gede Pulasari.

2). Kenapa jika ada Upacara Agama di Desa Pulasari,semua Warih Ida

Dalem sembahyang,dan jika ada Upacara di tempat yang berbeda(I

Dewa Bagus Dharma,I Gusti Gede Sekar,I Gusti Gede Bandem,I Gusti

Gede Dangin,I Gusti Gede Belayu,I gusti Gede Balangan,dan I Gusti Luh

Wanagiri) seperti yang saya ketahui tidak seramai di Puri Pulasari

(Stana I Gusti Gede Pulasari)? Bukankah Pelebon Ida Dalem Tarukan di

Desa Tampuagan(Dalem Tampuagan)?

Demikian pertanyaan yang mengganjal di hati saya,mohon

pencerahan dari penulis agar saya(selaku Warih dari Ida Dalem

Tarukan tidak terus dibayangi rasa penasaran,karena selama ini

banyak Warih dari Ida Dalem tidak tahu Silsilah mereka,bahkan ada

yang sampai-sampai mengaku Warih dari Ida Dalem Tarukan(dengan

adanya silsilah yang saya baca ini,sangat membantu mengetahui jati

diri.

Sekian tanggapan dari saya yang sangat ingin tahu tentang

Babad/Silsilah Para Gotra Sentana Dalem Tarukan,dan saya sangat

menginginkan Para Sentana/Warih Ida Dalem,merangkul menjadi

satu,,,,Mohon maaf yang sedalam-dalamnya apabila ada kesalahan

yang tidak saya sengaja,yang membuat para pembaca Comment tidak

berkenan,semua adalah rasa ketidaktahuan saya…

Akhir kata saya ucapkan beribu maaf dan banyak terimakasih ….

Om Shanti,Shanti,Shanti,Om…

Page 45: Copy of Silsilah Sentana Dalem

14. pada Desember 8, 2009 pada 3:06 am made sariada

saya juga keturunan sentana dalem tarukan

kenapa gelar itu nggak dipakai saat ini

tolong innfokan kesaya

saya dari singaraja tapi sekarang tinggal dibekasi jawa barat

suksma atas silsilah ini

dumogi pade liang astiti dharma pare gotra sinamian

15. pada Januari 26, 2010 pada 9:32 am Goldy

OM Swastyastu

seru juga komentar2 sanak sentanan Dalem Tarukan

baru tau ada situs ini….

Mbak Juli, saya sangat berharap ada blog Khusus “SEKAR” yang

selama ini paling tidak keliatan diantara sentana2 Dalem Tarukan.

Barangkali Mbak Juli bisa mempeloporinya…. mungkin saya dan yg

sentana2 Sekar lainnya akan dapat nimbrung nyumbang tulisan2 yang

berkaitan dengan itu.

OM Santhi3x OM

Goldy

http://lontaremas.blogspot.com

http://goldyoceanta.wordpress.com

16. pada Februari 16, 2010 pada 5:41 am Ketut Adnyana

Page 46: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Om Swastyastu,

PADA LYANG ASTITI DHARMA

Titiang semeton dalem Tarukan dari Mengwi mengucapkan terima

kasih atas tulisan Babad Ida Betara Dalem, semoga dapat menjadi

pedoman bagi Pasemetonan PGSDT di seluruh Indonesia. Semoga Ida

Betara Dalem senantiasa menganugrahi kita semua

Om Santi Santi Santi Om

17. pada April 2, 2010 pada 2:19 am wayan gellis ardika celagi

om swastiastu, titiang niki wargi pasek celagi, sampun ye uning kidik2

unduk silsilah pasek sanak sapte resi, duwanimg niki tiang antuk

tambet pisan durung pedas pisan indik silsilah turun temurun awinan

wenten pasek celagi, yening wenbten semeton ledang ngicenin titiang

pencerahan manden titiang tatas uning, wantah ledang arse ngirim

titang2 @mail ring ;[email protected],sadurungne titiang

ngaturang suksma banget pisan, om, santi, santi, santi om

astungkare

wyn gellis ardika celagi

18. pada April 15, 2010 pada 6:17 am partha

om swastiastu

saya gotra santana dalem tarukan , saya merasa senang dengan

adanya artikel ini di web , saya tau silsilah dalem tarukan dengan

jelas ,dan baru kali ini saya membaca silsilah ini, dengan membaca ini

Page 47: Copy of Silsilah Sentana Dalem

menjawab rasa penasaran tentang silsilah dalem tarukan , suksma

om shanti, shanti, shanti om

19. pada Juni 20, 2010 pada 12:38 pm wjanuarsa

Om swastiastu

Dumogi semeton sareng sami molihin kerahayuan.

Om shanti,shanti,shanti om

20. pada Juni 21, 2010 pada 3:47 am wjanuarsa

Om swastiastu

Dumogi semeton sareng sami molihin kerahayuan

Om shanti,shanti,shanti om.

21. pada Juni 24, 2010 pada 4:07 pm Ir. Wayan Sudargama

bagus

22. pada Juli 19, 2010 pada 4:19 pm gede slamet ST

Om Swastyastu

Saya ingin menyambung tulisan saya yg lalu,untuk info2 babad dalem

ini bisa kita pinjam buku2nya di perpustakaan Fakultas Sastra

UNUD,disana ada babad pulesari judulnya….kalo saya bandingkan crita

Page 48: Copy of Silsilah Sentana Dalem

babad ini pernah mendapat penghargaan karena mirip dgn crita

“Romeo and Juliet” ato crita Jayaprana…waktu ini saat pemilihan

bupati di KLUNGKUNG smua semeton Dalem Tarukan dikumpulkan

oleh Calon wakilbupati yg dari Puri Saraswati&akhirnya menang…

Saran Saya coba lewat Beliau kita sama2 minta agar smua semeton di

abiseka lagi menjadi Gusti seperti yg sudah2…artinya waktu ini Beliau

kt bantu,skarang giliran kt minta bantuan beliau kan adil+minta saksi

dari Ida Dalem yg diKLUNGKUNG,kalo tdk salah mulai thn 2000 puri

KLUNGKUNG mengangkat ato melantik DALEM…mudah2an tulisan

saya ini ada manfaatnya…Suksma,Om Santi,Santi,Santi,Om

23. pada Juli 19, 2010 pada 4:29 pm gede slamet ST

Om Swastyastu

Para semeton semuanya..kalo ingin kontak saya,bisa hubungi saya di

smpn 1 dps..saya disana mengajar IPA,Suksma…Om

Santi,Santi,Santi,Om

24. pada Agustus 15, 2010 pada 2:51 pm Anonymous

saya jg sentanu dalem tarukan ,,, sya mau nanya ap ga mungkin kalo

kita pke gelar atau lingih ide betare dalem trukan lagi ???

terimaksih

25. pada Agustus 23, 2010 pada 1:01 pm gede swena atmaja

putra

Page 49: Copy of Silsilah Sentana Dalem

saya sangat berterima kasih kepada para semeton yang telah menulis

sejarah kawitan santana dalam tarukan, saya dari mataram nusa

tenggara barat,

sekarang saya tau dan mengerti asal usul kawitan saya,..

-_

26. pada September 18, 2010 pada 5:27 am Ketut ardika

Om swastyastu,

tiang saking kelurga pasek celagi saking seririt.

tiang jagi metaken indik babad pasek celagi,indik kawitan(pusat ibu)

ring dija magenah,titiang mangde uning.

Inggih pare semeton pasek sane wangeang titiang ring dija magenah

sane uning indik pasek celagi mangde ngicenin informasi,

inggih suksma.

Om shanti,shanti,shanti om

27. pada Oktober 2, 2010 pada 4:24 pm Putu Rudi Artana

Ida I Dewa Bagus Dharma sebenarnya tidak meninggal di siang

kangin…Sebenarnya beliau menyelamatkan diri dari kepungan

pasukan musuh yang jumlahnya sangat tidak sebanding. Beliau

berhasil menyelamatkan diri ke daerah den bukit ( buleleng ) yang

kemudian nyineb wangsa sampai sekarang…dan sangat dirahasiakan

hingga kami warih ida tidak menggunakan gelar apapun….Hanya

masyarakat sekitar kami tinggal menyebut keluarga kami sebagai

soroh Dalem Kuri. Beliau meninggalkan sebuah sanggah yang luas

kurang lebih sekitar 1160 meter persegi dengan konsep tiga halaman

Page 50: Copy of Silsilah Sentana Dalem

yaitu jabaan, jaba jero dan jeroan. Beliau mengungsi di banjar dawan,

kalianget, seririt dan menyamar sebagai rakyat biasa. Yang tujuannya

agar beliau tidak diburu lagi serta menyelamatkan adik adik beliau

agar bisa hidup damai karena incaran dari puri gelgel saat itu adalah

Ida I Dewa Bagus Dharma. Dengan di gembar gemborkan bahwa

beliau telah meninggal…Pada saat beliau diplebon di siang kangin

Layon beliau tidak ditemukan. Karena beliau sebenarnya tidak

meninggal. Disanggah kami ada sebuah pelinggih yang terletak

ditengah tengah halaman jeroan yang penglingsir dari dulu sampai

sekarang mereka sebut pelinggih Dewa Gede Muter atau Pelinggih

Mutering jagat.

28. pada November 23, 2010 pada 4:08 am Yogi Suarsana

Om Swastyastu semeton Dalem Tarukan sinareng sami,,,,

mangkin titiang wawu jelas tken asal usul irage sareng sami,,,,

napi je sepatutne pesengan irage sareng sami,,,,

yening sepatut ne mapesengan I Gusti,,,,

sampunang nike anggene masalah ring soang- soang jeroan,,,,

yening ten mapesengan Gusti nenten kenapi,,,,

duaning Leluhur irage sareng sami nyineb wangse,,,

ngiring ajegang lan ajiang napi sane kabuat olih Leluhur irage,,,

sane sampun maparab Gusti,,,

sampunang lali tekening semeton sane se pedarman sane ten

meparab Gusti,,,!!!titiang nunas mangdene irage sareng samu,,,,

saling asah ,,,,asih ,,,,lah asuh,,,,!!

suksma atur titiang,,,,!!!

Page 51: Copy of Silsilah Sentana Dalem

29. pada Desember 5, 2010 pada 4:27 pm Anonymous

Tolong kasi tau tentang babad arya kepakisan dan sentananya

30. pada Desember 22, 2010 pada 1:49 pm dewa susila

swastiastu,,,ampura tiang alit,,,tiang semeton saking treh dalem ring

gelgel,,,antuk pitaken indik semeton pulasari sane nenten

ngunggahang gelar malih,,,wenten ring sejarah runtuhnya kerajan bali

ring gegel ingih punike daweg pembrontakan gusti maruti genah puri

gelgel ke kekeonang lan kedadosang pemukiman mangkn dados banjr

jero agung lan treh arya lan gusti kekaonang /kehapus

wangsannyane,,,,rereh ring sejarah linggarse sueca pursuksma

31. pada Desember 24, 2010 pada 6:43 pm D.oka

ide Batara Dewa Gede Pulesari kalao enggak salah memiliki 4 putra.

kenapa endak di ceritakan…………

32. pada Desember 27, 2010 pada 8:17 am putu surya atmaja

Om Swastiastu,,

tiang gotra sentana dalem tarukan dari mengwi buduk, saya juga

kurang tau kenapa leluhur kami hijrah ke buduk karena hanya ada 2

Page 52: Copy of Silsilah Sentana Dalem

KK yang merupakan sentana dalem tarukan, merajan ibu kami di pura

kawitan geniten di areal puri pemecutan dan palinggihan ibu

bebandem di pura penambangan badung. menurut panglisir kami

bahwa kami keturunan I Gusti Gede Bebandem, saya baru mengetahui

dan berusaha mencari jejak leluhur kami agar keturunan kami

mengetahui silsilah keturunan dan dijauhkan dari kebingungan serta

senantiasa diberkati oleh para leluhur. mohon kiranya bantuan dari

para semeton sami jika ada artikel ataupun sumber (babad) tentang

perjalanan putra ida bhatara dalem tarukan khususnya I Gusti Gede

Bebandem melalui email : [email protected]. suksma…

dumogi rahayu

pada liang astiti dharma

33. pada Desember 30, 2010 pada 7:02 am ni luh ratna chandra

yani

saya memang keturunan pulasari , dan oleh karena itu saya ingin

mengetahuio lebih banyak lagi mengenai kisah sejarah mengenai

keluarga saya.

34. pada April 2, 2011 pada 4:35 pm [email protected]

Niki sampun becik pisan. Mangde informasi indik babad Dalem Tarukan

diketahui generasi mendatang.Tityang sane nenten warih Ida Dalem

Tarukan sangat mendukung tertitnya informasi niki di web

Tityang berharap mangde sami warga Dalem bersatu terus

Dewa Adiputra

Page 53: Copy of Silsilah Sentana Dalem

35. pada April 6, 2011 pada 3:34 pm kadek eka

om swastiastu

titiang saking tegallalng

kawitan titiang ring pejeng pura dalem tarukan….

36. pada April 6, 2011 pada 3:50 pm kadek eka

suksme

setelah membaca silsilah arya kepakisan saya menjadi mengerti

sekarang tpi ada yang mengganjal di otak saya..kenapa keturunan

luluhur saya sudra padahal seharusnya berkasta apa ada kelalaian

terhadab sabda Beliau dan tolong jelaskan keturunan siapa leluhur

saya ini tolong sejelas-jelas mungkin…..langsung saja kirim

ke [email protected] informasi yang saya akan terima sangat berarti

bagi kelangsungan hidup saya kedepan…om santi3 om

37. pada April 15, 2011 pada 12:31 pm

ketut@[email protected]

sangat bagus,.. trimakasih atas infonya,.. veryy nice,.. story,..

suksma…

Page 54: Copy of Silsilah Sentana Dalem

38. pada April 20, 2011 pada 5:02 am PUTRA SANDIKA

tiang semeton pulasari suksma antuk informasi sane kapaparang ring

iriki <sane mangkin tyang wau uning akidik silsilah sentanan dalem

tarukan yadiastun kantun akeh sane durung karesep antuk

ttiang<domogi ring galah sane luang jagi tiang kapaca<mangde tyang

tatas uning ring dije asal usul titiange matur suksma

39. pada Juli 9, 2011 pada 12:40 pm Zub-zero Timberlake

Mang

”””’OM SWASTIASTU ”””””sebenernya saya sedih banget/./.

membaca sejarah dalem taruk, hampir keluar air mata,,apalagi

dramasentratarinya waktu di ”’PKB”’ sebenernya desa saya deket ma

kawitannya dalem taruk……../././.. panggilja komang kedul dari

peninjoan yg di bengkel yg bernama kadek motor yg deket pure dalem

AGUNG tampuagan (delod pura dalem agung tampuagan) dauh jalan

ok,,.,

””’ kawitannya saya di menguwi ”’ kalau ada yg sama kita berarti

sodara/.,/.,/ dan pusatnya di baturning/../ dan nama lekap saya

I komang suarjana //Banjar/Desa; peninjoan kc

tembuku kb; bangli BALI

salam kenal ya

40. pada Juli 10, 2011 pada 10:01 am made karyana

Page 55: Copy of Silsilah Sentana Dalem

salam kenal semeton semuanya. saya warih Nararya sri kresna

kepakisan dan istri sy sentana dalem tarukan(ngurah dangin) yg skrg

tdk menyandang gelar apapun. sekarang ini banyak sekali semeton yg

mempermasalahkan gelar, menurut saya itu tidaklah penting, yg

terpenting kita mengetahui sejarah leluhur kita dan dimana kawitan

kita, untuk keajegan Bali kedepannya. suksma.

41. pada Agustus 19, 2011 pada 11:01 am selamet putra dalem

tiang mohon kepada semeton yang tahu tentang sisilah keturunan I

GEDE BANDEM putra IDA BETARA DALEM TARUKAN di bagi bagi dong

imformasinya

42. pada Oktober 4, 2011 pada 3:35 am Anonymous

yang saya blum mengerti sekaran banyak ada sentana dalem tarukan

yang menjadi sudra?

43. pada Oktober 5, 2011 pada 10:13 am Wayan Sudiarta

mohon proses unt nyineb wangse….suksma

Page 56: Copy of Silsilah Sentana Dalem

44. pada Oktober 30, 2011 pada 4:06 pm Anonymous

niki tyang sakeng sumatra wayan pance asli semeton dalek tarukan

salam kenal

45. pada Desember 3, 2011 pada 3:05 pm wayan renteb

Suksma saya ucapkan kepada penulis. Tau kulit-supaya tahu juga

isinya,semoga. Semua umat sedarma mendapatkan pencrahan dari

babad ini disitus ini.

46. pada Desember 4, 2011 pada 11:26 am I made sutapa

Sy adlh sentana dr dalem tarukan, saat ini sy tnggl didesa sukadana

kec kubu kab karangasem. Disini sy bersm 100 sentana lainnya terdiri

dr 3 dadia. Tlh membentuk sebuah wadah organisasi yg km beri nama

” satria saput poleng ” mengenai fropil organisai ini blm bs sy

sampaikan krn msh dlm proses perancangan untk disahkan menjd

ad/art. Km berharap organisasi ini berkembang meliputi seluruh

wilayah bali.. Bg semeton sentana dalem tarukan yg ingin bergabung

dpt menghubungi sy di nmr ini: 081999007009 & 081236108559.

Sukme Om Santhi,Santhi,Santi

47. pada Januari 6, 2012 pada 1:24 pm ni putu natal parwani

Page 57: Copy of Silsilah Sentana Dalem

tiyang sentane daslem tarukan sakeng sukedane tapi ampun menetap

di singaraja,tiyang metaken dije nike ngerereh copian babad dalem

tarukan sane lengkap. sukseme

48. pada Januari 12, 2012 pada 11:01 am Anonymous

suksma banget atas info nya,,,,,,,,

49. pada Januari 26, 2012 pada 2:13 pm i made arnawa

terima kasih telah menyajikan babad dengan baik semakin banyak

informasi semakin sempurna sisilahnya saya warih ide dalem saking

desa bongkasa abiansemal badung .

50. pada Februari 18, 2012 pada 12:34 pm Anonymous

sukesema informasi babad dalem tarukannya

51. pada Februari 18, 2012 pada 1:22 pm San Lolak

brrti alasan leluhur kita punya banyak istri..bkan brarti BELIAU

playboy…tp krna ingin mempunyai banyak

Page 58: Copy of Silsilah Sentana Dalem

keturunan,,ya..masalahnya..pernah sy dgr leluhur kita tu di bilang

playboy..tp kn gk…

52. pada Maret 16, 2012 pada 12:52 am sinta

suksema semoton atas informasinya,,,,

saya sinta semetin saking tegallalang gianyar,,,,,,

semoga dengan ini semakin banyak semeton yang mengetahui silsilah

ide dalem tarukan,, karena masih banyak semeton kita yang tidak tahu

silsilah ide dalem,

tidak saya pungkiri di keluarga saya saja tidak tahu pasti terkait silsilah

ide dalem tarukan, saya juga belum tahu saya dan keluarga saya

merupakan keturunan dari putra beliu yang mana? kami hanya tau

keturunan dari ide dalem tarukan. jika ada semeton yang tahu mohon

informasinya bisa dikirim ke Email tiang [email protected],

rahayu,,,,,

suksema

53. pada Maret 23, 2012 pada 12:48 pm Anonymous

putra tiang warih dalem tarukan gimana yg sebenarnya kisah yg

terjadi ida bagus darma disatu sisi bilang dia tlh mati namun di satu

sisi bilang di sembunyikan /dilarikan ke singaraja klau ada yg lebih tau

tollong di perjelas karena ini sgt penting utk di ketahui oleh seluruh

warih dalem tarukan suksma ‘ om santi santi santi om’

Page 59: Copy of Silsilah Sentana Dalem

54. pada Maret 28, 2012 pada 1:43 am Anonymous

selamat Pagi Nama saya I Wayan Kerta

Alamat : Dudun Pulesari Kawan, Desa Peninjoan, Kec.Tembuk,

Kab.Bangli

Saya Keturunan Dalem Agra Samprangan di Pulesari, Mohon

Penjelasan bagaimana kisah perjalanan leluhur sehingga sampai

didusun pulesari,trim

55. pada Maret 28, 2012 pada 1:50 am Anonymous

Om Swastiastu

Wayan Kerta .Pulesari ,Bangli

Mohon bagi Para Warga Sentana Dalem Samprangan dimana Pun

berada yang tahu tentang babad dalem samprangan untuk berbagi

sejarah sehingga kita sesama warga saling mengetahui perjalan

leluhur kita.

Om santhi, santhi, santhi, om

56. pada Maret 28, 2012 pada 1:59 am Anonymous

wayan kerta

mohon penjelasan dari pengelingsir bali yang tahu tentang babad

dalem samprangn ,sehingga kami sebagi generasi muda keturunan

dalem samprangan bisa mengetahui secara detail mengenai perjalan

leluhur kami

om santih3 om

Page 60: Copy of Silsilah Sentana Dalem

57. pada Mei 12, 2012 pada 10:57 am Anonymous

Sentane batu ding-ding ada yg tau gk?

58. pada Mei 17, 2012 pada 6:05 pm Anonymous

suksme, tiang ucapkan kepada penulis…

59. pada Mei 20, 2012 pada 2:23 am Dr. Agung

Saya Dr. Agung juga keturunan dari Pura Pulosari. Mayoritas kenapa

bertanya tidak menggunakan gelar kembali, jelas dalam cerita

dikatakan tidak menerima sebutan “Cokor I Dewa”, itu berarti jangan

kembali menyembah, tapi juga jangan menerima kekasaran “Cai” tapi

kalau dipanggil “Jero” atau “gusti” yah silahkan tetapi tidak di

cantumkan dalam nama. Yah jaman modern carilah gelar yang lebih

berpengaruh, buat apa nama Dewa, Gusti tapi jadi kacung.

60. pada Mei 21, 2012 pada 11:54 am Warih Dalem

Niki TianG Sentana Ida Bhatara Dalem Tarukan.

TiyanG Ngaturang Suksma Banget majeng, Penulis Babad Pulasari niki.

Mangkin tiyang sampun Ngerti, Arti Hidup, Asal usul Leluhur TiyanG.!!!

Page 61: Copy of Silsilah Sentana Dalem

61. pada Mei 23, 2012 pada 11:52 am Sukma

Ada hubungannya kah, dalem tarukan dengan Sri Nararya Kresna

Kepakisan?

62. pada Mei 23, 2012 pada 3:05 pm Sukma

apakah sri aji kresna kepakisan adalah sri nararya kresna kepakisan?

tolong djelaskan…!

63. pada Juni 18, 2012 pada 5:45 am imade suparka

om swatiastu,

Apalah artinya sebuah gelar,yg hanya dipakai embel embel harga

diri,biar itu menjadi sejarah masa lampau tpi apa kesan atau hikmah

yang dapat kita petik untuk bersatu dalam melanjutkan misi beliau.

semoga diberikan penerangan yg suci kepada para preti sentana.

64. pada Juni 21, 2012 pada 4:02 pm agus oka

Page 62: Copy of Silsilah Sentana Dalem

Terimakasih atas infonya.saran saya,kita sebagai keturunan dalem

tidak memerlukan embel2 gusti dsb.yang penting laku kita di

masyarakat harus benar2 mencerminkan sosok keturunan

dalem.sangat bangga lahir dng keturanan dalem khususnya,dan

sebagai orang bali pada umumnya.suksma.

65. pada Agustus 11, 2012 pada 6:47 am Edi Srigala Pemburu

Om swastyastu, titiang sentana dalem tarukan saking singaraja,

suksema kaping banget ring carita sane kebanggihin ring duwur,

titiang dados uning BABAD Dalem Tarukan lan awig-awig sentana

dalem tarukan… Suksema. Om Santih, Santih, Santih Om..

66. pada Agustus 15, 2012 pada 6:43 am yande lumintang

Saya…tidak jelas tentang, sejarah sentana dalem tarukan yang ke

Lumintang, apa kaitannya dengan Kyayi Lumintang mohon

pejelasannya

67. pada Agustus 18, 2012 pada 5:44 am lisa

untuk anak2 bliau ada yg tau gak silsilahnya,alnya saya cuman tau

bahwa saya sentana ida dalem tarukan tp tidak tau pasti dari

keturunan siapa.klu ada yg tau bagi2 cerita dung…

Page 63: Copy of Silsilah Sentana Dalem

68. pada September 2, 2012 pada 12:34 pm adi sanjaya

saya juga gotra sentana dalem tarukan dari marga tabanan… diatas

saya banyak membaca komentar untuk mendapatkan kembali gelar

“raja”.. kalo menurut saya daripada mendapatkan gelar tersebut

kembali.. lebih baik kita laksanakan dan terapkan sifat2 dari beliau yg

rendah hati dan sosial serta tidak mementingkan gelar… thx

69. pada September 5, 2012 pada 1:42 pm Anonymous

saya ingin tau banyak tentang babad2 dalem laen nya selaen babad

ida dalem tarukan>>tiank sentana dalem tarukan saking klungkung…

suksema

70. pada September 7, 2012 pada 4:18 am Gede

Om Swastyastu, Tty Gede saking Selat Klungkung, Pura Dadya Tty Ring

Desa Tegak Klungkung. Tty merantau iriki ring Denpasar meled

manahe ketemu sareng semeton sane pateh Trah Ida Dalem Tarukan

iriki ring Perantauan. Sane ledang ugi dados menghubungi tty ring

email :[email protected]

Suksma. Om Santi 3x Om.

Page 64: Copy of Silsilah Sentana Dalem

71. pada September 28, 2012 pada 4:10 pm Anonymous

Saya binggung yang namanya dalem penyarikan tu dimana ya???

Soalnya saya ini di bilangin sama nenek saya ( soroh dalem

penyarikan) tolong kasi saran!!! Suksema

72. pada September 29, 2012 pada 11:54 am the no2

suastiastu para gotro pertisentana ido dalem tarukn. Indik wejangn

diats titiyg ngvturng suksemning mnah. Ddosne titiyg uning indik

babad pulo sari. Rehning titiyg wanth paro gotro ido dalem tarukan.

Om canty canty canty Om

Komentar RSS