Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Adapun tujuan yang diharapkan dalam makalah ini adalah : 1. Mengetahui Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Usus Besar. 2. Menguraikan mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gambaran Klinis, diagnose, diagnose banding, komplikasi, terapi, prognosis. 1
34
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ca. Colon

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dalam makalah ini adalah :

1. Mengetahui Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Usus Besar.

2. Menguraikan mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gambaran

Klinis, diagnose, diagnose banding, komplikasi, terapi, prognosis.

1

Page 2: Ca. Colon

BAB II

PEMBAHASAN

KARSINOMA COLON

1. Embriologi

Secara embriologi, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri sampai

dengan rektum berasal dari usus belakang. (1)

Lapisan otot longitudinal kolon membentuk tiga buah pita, yang disebut tenia. Yang

lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat-lipat dan berbentuk seperti

sakulus, yang disebut haustra. Kolon tranversum dan kolon sigmoideum terletak

intraperitoneal dan dilengkapi dengan mesenterium. (1)

Dalam perkembangan embriologik kadang terjadi gangguan rotasi usus embrional

sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesenterium yang bebas. Keadaan ini

memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus yang sama halnya

dapat terjadi dengan mesentrium yang panjang pada kolon sigmid dengan radiksnya yang

sempit. Batas antara kolon dan rektum tampak jelas karena pada rektum ketiga tenia tidak

tampak lagi. Batas ini terletak di bawah ketinggian promontorium, kira-kira 15 cm dari

anus. Pertemuan ketiga tenia di daerah sekum menunjukan pangkal appendiks bila

appendiks tidak jelas karena perlengketan. (1)

2

Page 3: Ca. Colon

2. Anatomi Colon

Intestinum Crassum (Usus Besar) (2)

Mulai dari junctura ileocaecal sampai rectim atau anus, berbentuk huruf”U” terbalik.

Pada kolon terdapat penyatuan serabut-serabut otot longitudinal yang bersatu membentuk

TAENIA COLI ada 3 macam: (2)

1. Teania libera

2. Taenia Omentalis

3. Teania Mesocolica

Intestinum Crassum terdiri dari organ-organ sebagai berikut :

1. Caecum appendiks

2. Colon Ascendens

3. Colon Tranversum

4. Colon Descendens

5. Colon Sigmoid dan

3

Page 4: Ca. Colon

6. Rectum/anus

Caecum

Terletak intraperitoneal pada regio inguinalis dekstra iliaca dekstra (2)

Pada pangkalmya terdapat junctura ileocaecal

Panjangnya = 6 cm

Perdarahan berasal dari A. Caecalis cabang A ileocolica

Persyarafannya dari N. Vagus

Mempunyai saluran /kantong yang buntu dikenal dengan appendiks vermiformis

Appendiks vermiformis

Berbentuk umbai cacing yang panjangnya (8-12) cm

Berdasarkan letak pada appendiks pada cadaver adalah : Retro /Post caecal (65%) ,

Type pelvic (31%) , Type subcaecal (2,6%), Ante ilei (,0%) , Post ilei (0,4%).

Pada orang hidup letaknya dapat berubah karena kontraksi dari caecum.

Diproyeksikan pada didnding perut yaitu pada titik Mc Burney. Terdapat pada titik

1/3 lateral garis yang menghubungkan antara pusat dan SIAS kanan

Perdarahan berasal dari A.appendikularis cabang A.ieocolica

Persyarafan dari N.Vagus

Alat penggantung appendiks dinamakan :”Meso appendiks”

Colon ascendens (2)

Letak retroperitoneal dan panjang 13 cm , pada regio lumbalis dekstra

Membentuk “ Fleksura coli dekstra” dengan kolon transversum

Perdarahan oleh A.colica dekstra dan

Persyarafan dari N.Vagus (para sympatis)

Colon tranversum (2)

4

Page 5: Ca. Colon

Letak intraperitoneal, panjang =35 cm , pada regio umbilikalis

Membentuk fleksura coli sinistra dengan colon descendens dekata lien

Perdarahan dari A.colica media

Persyarafan : 2/3 proksimal dari N.Vagus dan 1/3 distal dari pleksus hypogastrikjus

(Parasympatis dari pelvis),

Colon descendens (2)

Letak retroperitoneal, panjang = 25 cm pada regio lumbalis sinistra

Perdarahan dari A.coloca sinistra cabang A.mesenterica inferior

Persyarafandari plexus hypogastricus

Colon Sigmoid (2)

Letak intra peritoneal, panjangnya kurang dari 10 cm pada regio inguinalis sinistra/ dan

pubis

Masuk kedalam Pintu Atas Panggul pelvis Rektum (1/3 proksimal rektum masih tertutup

peritoneum dan 2/3 distal masuk daerah pelvis)

Perdarahan pada intestinum mulai dari ileum sampai kolon sigmoid terdapat anastomose

pembuluh darah yang dikenal dengan Aa.Marginalis (DRUMMOND)” yang dibentuk oleh cabang-

cabang (2)

Arteri mesentrika superior dan inferior sebagai berikut :

- A.Iliocolica

- A.Colika dekstra

- A.Colika media

- A.Colica sinistra

- A.sigmoidea

Arteri mesentrica inferior mempunyai cabang-cabang sbb :

- A.colica sinistra

- A.sigmoidea

- A.Rectalis superior = A. Hemoridales superior beranastomose dengan A.Hemoroidales

inferior cabang A. pudenda interna.

5

Page 6: Ca. Colon

Vena- vena dalam intestinum dikumpulkan ke hepar melalui vena porta :

Yang membentuk vena porta adalah :

- Vena gastrica/vena oesophagia

- Vena mesentrica superior

- Vena lienalis > vena mesentrica inferior umunya bermuara ke vena lienalis

- Vena-vena Para umbilikalis (Sappeyi)

Keterangan : Batas persyarafan oleh N.vagus dan perdarahan oleh A.mesentrica superior pada

tractus digestivus hanya sampai pada 2/3 proksimal colon transversum saja. Dan selanjutnya

oleh syaraf pleksus hypogastricus dan A.mesentrica inferior.(2)

Vena mesentrica superior bermuara langsung pada vena porta, sedangkan vena mesentrica

inferior bermuara ke vena lienalis dulu > baru ke vena porta (2)

6

Page 7: Ca. Colon

Gambar perdarahan dan aliran limfe (1)

1. Perdarahan (1)

Sekum, kolon asendens, dan bagian kanan kolon tranversum didarahi oleh cabang

a.mesentrika superior, yaitu a.ileokolika, a.kolika dekstra, dan a.kolika media. Kolon transversum

bagian kiri, kolon desenden, kolon sigmoid, dan sebagian besar rektum didarahi oleh

a.mesentrika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid dan a.hemororoidalis superior (lihat

gambar) (1)

a.ileokolika (1), a.kolika dekstra (2), a.kolika media (3), a.mesentrika superor (4), duodenum

bagian horizontal (5), a.mesentrica inferior (6), a.kolika sinistra (7), bifurkasio aorta (8),

a.sigmoidea (9), a.rektalis superior (10), batas antara usus tengah dan usus belakang (11) (1)

Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Aliran darah vena disalurkan

melalui v.mesenterika superior untuk kolon asendens dan kolon transversum, dan melalui vena

mesenterika inferior untuk kolon desenden , sigmoid dan rektum. Keduanya bermuara ke dalam

7

Page 8: Ca. Colon

v.porta, tetapi vena mesenterika inferior melalui v.lienalis. Aliran vena dari kanalis analis menuju

ke v.kava inferior. Oleh karena itu, anak sebar yang berasal dari keganasan rektum dan anus

dapat ditemukan di paru, sedangkan yang berasal dari kolon ditemukan di hati. Pada batas

rektum dan anus terdapat banyak kolateral arteri dan vena melalui perdarahan hemoroidal

antara sistem pembuluh saluran cerna dan sistem arteri dan vena iliaka.(1)

2. Aliran Limfe

Aliran limfe kolon sejalan dengan aliran darahnya. Hal ini penting diketahui

sehubungan dengan penyebaran keganasan dan kepentingannya dalam reseksi keganasan

kolon. Sumber aliran limfe terdapat pada muskularis mukosa. Jadi selama suatu

keganasan kolon belum mencapai lapisan muskularis mukosa, kemungkinan besar belum

ada metastasis.(1)

Metastasis dari kolon sigmoid ditemukan dikelenjar regional mesenterium dan

retroperitoneal pada a.kolika sinistra, sedangkan dari anus ditemukan dikelenjar regional

di regio inguinalis.(1)

3. Persyarafan

Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan pleksus presakralis

serta serabut parasimpatis yang berasal n.vagus.(1)

Karena distribusi persarafan usus tengah dan usus belakang, nyeri alih pada kedua bagian kolon

kiri dan kanan berbeda. Lesi pada kolon bagian kanan yang berasal dari usus tengah terasa mula-

mula pada epigastrium atau di atas pusat . Nyeri pada appendisitis akut mula-mula terasa pada

epigastrium, kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri dari lesi pada kolon desenden

atau sigmoid yang berasal dari usus belakang terasa mula-mula di hipogastrium atau di bawah

pusat.(1)

4. Fisiologi

Fungsi usus besar adalah menyerap air, vitamin dan elektrolit, ekskresi mucus, serta

menyimpan feses dan kemudian mendorongnya ke luar. Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang

diterima oleh kolon, hanya 150-200 ml yang dikeluarkan sebagai fesenya setiap harinya.(1)

8

Page 9: Ca. Colon

Udara ditelan sewaktu makan, minum atau menelan ludah. Oksigen dan CO2 didalamnya

diserap di usus, sedangkan nitrogen bersama dengan gas hasil pencernaan dan peragian

dikeluarkan sebagai flatus Jumlah gas di dalam usus mencapai 500 ml sehari. Pada infeksi usus,

produksi gas meningkat dan bila mendapat obstruksi usus gas tertimbun di saluran cerna yang

menimbulkan flatulensi.(1)

5. Epidemiologi

Jenis Kelamin

insiden kanker kolon tidak jauh berbeda antara laki-laki dan perempuan, tetapi kanker

kanker lebih menonjol pada wanita dibandingkan dengan laki-laki (rasio 1,2:1) tetapi kanker

rektum lebih sering terjadi pada laki-laki (rasio 1,7:1). (3)

Usia

Kanker kolon lebih banyak terjadi pada orang tua dibandingkan dengan orang muda dimana

meningkat kanker pada umur 40 dan naik setiap tahunnya. Usia rata-rata penyajian kanker kolon

bervariasi menurut negara. Di Amerika Serikat, usia rata-rata adalah 72 tahun. (3)

Ras

Kanker kolon lebih sering terjadi di negara Amerika, Afrika dibandingkan dengan penduduk

Kaukasus di Amerika Serikat. Insiden kanker kolon di Afrika dan Amerika terjadi peningkatan

sejak 1973 dan insiden ini sudah naik sekitar 30% selama 3 dekade terakhir. (3)

Geografis

Kejadian kanker kolon sangat beragam dari satu negara ke negara. Negara-negara yang lebih

maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Eropa Barat, Australia memiliki insiden yang lebih

tinggi terjadinya kanker kolon dibandingkan dengan sedang berkembang seperti Asia, Afrika, dan

Amerika Selatan. (3)

9

Page 10: Ca. Colon

Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar adalah suatu

bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). Di negara

maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi, dan menjadi

penyebab kematian yang utama di dunia barat. Untuk menemukannya diperlukan suatu

tindakan yang disebut sebagai kolonoskopi, sedangkan untuk terapinya adalah melalui

pembedahan diikuti kemoterapi.

3. Tanda dan Gejala

Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum

keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu

barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran

yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya

makin banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi

tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis).

Gejala lokalnya adalah :

Perubahan kebiasaan buang air

o Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare)

o Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin  tapi sudah tidak bisa

keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah

ciri khas dari kanker kolorektal

o Perubahan wujud fisik kotoran/feses

Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat

buang air besar

Feses bercampur lendir

Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya

perdarahan di saluran pencernaan bagian atas

Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat

sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor

Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita

10

Page 11: Ca. Colon

Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh

mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul

darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau,

muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan

semakin besar tumor dan semakin luas penyebarannya

Gejala umumnya adalah :

Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di

semua jenis keganasan)

Hilangnya nafsu makan

Anemia, pasien tampak pucat

Sering merasa lelah

Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang

Gejala penyebarannya adalah :

Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala :

o Penderita tampak kuning

o Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati

o Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter

11

Page 12: Ca. Colon

Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan

peningkatan kekentalan darah akibat penyebaran kanker.

4. Tingkatan / Staging / Stadium Kanker Kolon

Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi TNM,

klasifikasi Dukes, namun yang akan saya jabarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut

(mirip dengan klasifikasi Dukes) :

12

Page 13: Ca. Colon

Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon

Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon

Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa

Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain

13

Page 14: Ca. Colon

5. Faktor Resiko

Siapa saja yang bisa terkena kanker kolon ini ? Berikut adalah faktor-faktor yang

meningkatkan resiko seseorang terkena kanker kolon :

1. Usia. Resiko meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi pada

usia 60 – 70 an, dan jarang di bawah usia 50 kecuali dalam sejarah keluarga ada yang

terkena kanker kolon ini.

2. Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Dengan

dihilangkannya polip pada saat ditemukan turut mengurangi resiko terjadinya kanker

kolon di kemudian hari.

3. Riwayat kanker. Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap atau pernah dirawat

untuk kanker kolon beresiko untuk mengidap kanker kolon di kemudian hari. Wanita

yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan kanker

payudara memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolorektal.

4. Faktor keturunan :

1. Sejarah adanya kanker kolon khususnya pada keluarga dekat.

14

Page 15: Ca. Colon

2. Penyakit FAP (Familial Adenomatous Polyposis) – Polip adenomatosa

familial (terjadi dalam keluarga); memiliki resiko 100% untuk terjadi kanker

kolorektal sebelum usia 40 tahun, bila tidak diobati.

3. Penyakit lain dalam keluarga, seperti HNPCC (Hereditary Non Polyposis

Colorectal Cancer) – penyakit kanker kolorektal non polip yang menurun

dalam keluarga, atau sindroma Lynch

5. Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak diobati.

6. Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker

kolorektal dibandingkan bukan perokok.

7. Kebiasaan makan. Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging dan sedikit

buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal.

8. Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki resiko lebih

rendah untuk terbentuk kanker kolorektal.

9. Inveksi Virus. Virus tertentu seperti HPV (Human Papilloma Virus) turut andil dalam

terjadinya kanker kolorektal.

6. Cara mendeteksinya

Kanker kolorektal dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk berkembang, sehingga

deteksi dini sangat berpengaruh terhadap kemungkinan sembuhnya. Bila Anda termasuk

seseorang yang beresiko untuk terkena, ada baiknya Anda melakukan pemeriksaan screening.

Pemeriksaan itu adalah :

Pemeriksaan rektal dengan jari (Digital Rectal Exam), di mana dokter memeriksa

keadaan dinding rektum sejauh mungkin dengan jari; pemeriksaan ini tidak selalu

menemukan adanya kelainan, khususnya kanker yang terjadi di kolon saja dan belum

menyebar hingga rektum.

Pemeriksaan darah dalam tinja.

Endoskopi. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat karena selain melihat keadaan dalam

kolon juga bisa bertindak, misalnya ketika menemukan polip endoskopi ini dapat

sekaligus mengambilnya untuk kemudian dilakukan biopsi.

Pemeriksaan barium enema dengan double contrast.

Virtual Colonoscopy.

CAT Scan.

Pemeriksaan kadar CEA (Carcino Embryonic Antigent) darah.

15

Page 16: Ca. Colon

Whole-body PET Scan Imaging. Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik yang

paling akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal rekuren (yang timbul kembali).

Pemeriksaan DNA Tinja.

6. Diagnosis

Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum keganasan)

dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu barulah muncul

gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di

usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya makin banyak. Bila kita

berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi tiga, yaitu gejala lokal, gejala

umum, dan gejala penyebaran (metastasis).(4)

Gejala lokalnya adalah :

Perubahan kebiasaan buang air

o Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare)

o Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar)

dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah ciri khas

dari kanker kolorektal

o Perubahan wujud fisik kotoran/feses

Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat

buang air besar

Feses bercampur lendir

Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya

perdarahan di saluran pencernaan bagian atas

Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat sumbatan

saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor

Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita

Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh mengenai

organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul darah pada air

seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau, muncul lendir

berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan

semakin luas penyebarannya. (4)

16

Page 17: Ca. Colon

Gejala umumnya adalah :

Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di semua jenis

keganasan)

Hilangnya nafsu makan

Anemia, pasien tampak pucat

Sering merasa lelah

Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang (4)

Gejala penyebarannya adalah :

Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala :

o Penderita tampak kuning

o Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati

o Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter

Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan peningkatan

kekentalan darah akibat penyebaran kanker. (1,4)

17

Page 18: Ca. Colon

Tingkatan / Staging / Stadium Kanker Kolon

Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi TNM, klasifikasi

Dukes, namun yang akan saya jabarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut (mirip dengan

klasifikasi Dukes) :

Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon

Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon

Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa

18

Page 19: Ca. Colon

Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain (4)

Pemeriksaan Laboratorium

Anemia dapat dibuktikan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit.

Pemeriksaan benzidin untuk darah samar bukan pemeriksaan yang khas, tetapi memberi

petunjuk adanya perdarahan di dalam saluran cerna. Pemeriksaan fungsi hati sering

memberikan keterangan yang berguna . Perlu disadari bahwa hasil laboratorium tidak

memberikan gambaran khas tentang kelainan tertentu di kolon atau rectum (1)

Pemeriksaan penunjang

1. Foto kolon dilakukan dengan kontras barium yang dimasukan melalui rektum. Dengan

memasukan udara setelah defekasi bubur barium ini. akan tampak lapisan tipis bubur

barium pada mukosa kolon sehingga kelainan kolon lebih mudah dilihat. Pemeriksaan ini

disebut foto kontras ganda, yaitu kontras negatif udara dan kontras positif bubur barium.

19

Page 20: Ca. Colon

Sayangnya, pada foto kolon ini kelainan rektum di bagian dua pertiga distal tidak dapat

dinilai.(1)

2. Pemeriksaan colok dubur dapat disusul dengan proktoskopi. Dengan cara dan alat yang

sederhana ini dapat dilihat kelainan pada anus, kanalis analis, dan bagian distal rectum. (1)

Caranya : Minta pasien menurunkan celananya sampai lutut , berbaring miring ke kiri, dan

menarik lutut sampai dada. Sementara itu pasang sarung tangan di tangan kanan.Angkat

bokong kanan dengan tangan kiri untuk menginspeksi anus : adakah lecet , lesi

(misalnya,kutil atau hemoroid , fisura atau fistula. Letakan telunjuk kanan yang sudah

bersarung tangan dilubrikasi dianus dan dorong dengan lembut. Telunjuk akan masuk pelan

pelan ke kanalis anus, kemudian masukan telunjuk ke rektum. Mukosa rektum sebelah

posterior akan teraba. Kemudian putar jari telunjuk 360 derajad dan mukosa naterior lateral

dapat diraba. Pada wanita di sebelah anterior akan teraba terletak serviks – suatu tonjolan

bulat kecil. Dapat pula ditemukan polip (lunak dan melekat ke mukosa rektum ) atau tumor

(keras dan iregular), tetapi kita harus belajar bisa membedakan kedua patologi , amati

sarung tangan untuk mencari melena, darah atau mukus.(5)

3. Rektosigmoidoskopi(1)

Rektosigmoidoskopi adalah pipa kaku sepanjang 25-30 cm. Dengan alat ini, rektum dan

sigmoid dapat dilihat setelah usus dibersihkan secara mekanis. Pemeriksaan dengan alat

yang kaku ini kadang menemui kesulitan yang terlihat harus dilakukan biopsi multipel untuk

pemeriksaan patologi.(1)

4. Proktoskopi(1)

Bila pemeriksaan rektum normal , tetapi kita mencurigai adanya lesi yang letaknya lebih

tinggi, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan proktskopi dan sigmoidoskopi.

20

Page 21: Ca. Colon

Gambar Rektosigmoidoskopi (5)

Gambar proktoskop (5)

5. Kolonoskopi(1)

Pada kolonoskopi dipakai fiberskop lentur untuk melihat dinding kolon dari dalam lumen

sampai ileum terminalis. Dengan alat ini dapat di lihat seluruh kolon, termasuk yang tidak

terlihat pada foto kolon. Fiberskop juga dapat dipakai untuk biopsi setiap jaringan yang

mencurigakan, evaluasi dan tindakan terapi misalnya polipektomi. (1)

7. Cara Perawatannya

Perawatan penderita tergantung pada tingkat staging kanker itu sendiri. Terapi akan jauh

lebih mudah bila kanker ditemukan pada stadium dini. Tingkat kesembuhan kanker stadium 1

dan 2 masih sangat baik. Namun bila kanker ditemukan pada stadium yang lanjut, atau

ditemukan pada stadium dini dan tidak diobati, maka kemungkinan sembuhnya pun akan jauh

lebih sulit.

Di antara pilihan terapi untuk penderitanya, opsi Operasi masih menduduki peringkat

pertama, dengan ditunjang oleh kemoterapi dan/atau radioterapi (mungkin diperlukan).

8. Terapi Pembedahan

Tindakan ini dibagi menjadi Curative, Palliative, Bypass, Fecal diversion, dan Open-and-

close. Bedah Curative dikerjakan apabila tumor ditemukan pada daerah yang terlokalisir.

21

Page 22: Ca. Colon

Intinya adalah membuang bagian yang terkena tumor dan sekelilingnya. Pada keadaan ini

mungkin diperlukan suatu tindakan yang disebut TME (Total Mesorectal Excision), yaitu

suatu tindakan yang membuang usus dalam jumlah yang signifikan. Akibatnya kedua ujung

usus yang tersisa harus dijahit kembali. Biasanya pada keadaan ini diperlukan suatu kantong

kolostomi, sehingga kotoran yang melalui usus besar dapat dibuang melalui jalur lain. Pilihan

ini bukanlah suatu pilihan yang enak akan tetapi merupakan langkah yang diperlukan untuk

tetap hidup, mengingat pasien tidak mungkin tidak makan sehingga usus juga tidak mungkin

tidak terisi makanan / kotoran; sementara ada bagian yang sedang memerlukan

penyembuhan. Apa dan bagaimana kelanjutan dari kolostomi ini adalah kondisional dan

individual, tiap pasien memiliki keadaan yang berbeda-beda sehingga penanganannya tidak

sama.

Bedah paliatif dikerjakan pada kasus terjadi penyebaran tumor yang banyak, dengan tujuan

membuang tumor primernya untuk menghindari kematian penderita akibat ulah tumor primer

tersebut. Terkadang tindakan ini ditunjang kemoterapi dapat menyelamatkan jiwa. Bila

penyebaran tumor mengenai organ-organ vital maka pembedahan pun secara teknis menjadi

sulit, sehingga dokter mungkin memilih teknik bedah bypass atau fecal diversion

(pengalihan tinja) melalui lubang. Pilihan terakhir pada kondisi terburuk adalah  open-and-

close, di mana dokter membuka daerah operasinya, kemudian secara de facto melihat

keadaan sudah sedemikian rupa sehingga tidak mungkin dilakukan apa-apa lagi atau tindakan

yang akan dilakukan tidak memberikan manfaat bagi keadaan pasien, kemudian di tutup

kembali. Tindakan ini sepertinya sudah tidak pernah dilakukan lagi mengingat sekarang

sudah banyak tersedia laparoskopi dan radiografi canggih untuk mendeteksi keberadaan dan

kondisi kanker jauh sebelum diperlukan operasi.

9. Terapi Non Bedah

Kemoterapi dilakukan sebagai suatu tindakan untuk mengurangi terjadinya metastasis

(penyebaran), perkembangan sel tumor, mengecilkan ukurannya, atau memperlambat

pertumbuhannya. Radioterapi jarang digunakan untuk kanker kolon karena memiliki efek

samping dan sulit untuk ditembakkan ke bagian yang spesifik pada kolon. Radioterapi lebih

sering pada kanker rektal saja. Imunoterapi sedang dikembangkan sebagai terapi tambahan

untuk kanker kolorektal. Terapi lain yang telah diujicoba dan memberikan hasil yang sangat

menjanjikan adalah terapi Vaksin. Ditemukan pada November 2006 lalu sebuah vaksin

bermerek TroVax yang terbukti secara efektif mengatasi berbagai macam kanker. Vaksin ini

22

Page 23: Ca. Colon

bekerja dengan cara meningkatkan sistem imun penderita untuk melawan penyakitnya. Fase

ujicobanya saat ini sedang ditujukan bagi kanker ginjal dan direncanakan untuk kanker kolon.

Terapi lainnya adalah pengobatan yang ditujukan untuk mengatasi metastasisnya

(penyebaran tumornya).

Nah selain dari terapi non bedah di atas, yang juga tak kalah pentingnya adalah Terapi

Suportif. Diagnosis kanker sangat sering menimbulkan pengaruh yang sangat besar pada

kejiwaan penderitanya. Karenanya dorongan dari rumah sakit, dokter, suami/istri, kerabat,

keluarga, social support group sangat penting bagi penderitanya.

DAFTAR PUSTAKA

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

23

Page 24: Ca. Colon

DAFTAR PUSTAKA

1. R Sjamsuhidayat, Wim de Jong (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.EGC.Jakarta. hal 646-47,654-

64.

2. Raden Inmar (2005). Anatomi Sistem Digestivus. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran YARSI.

Jakarta hal 35-41

3. http://medicineworld.org/cancer/colon/epidemiology-of-colon-cancer.html

4. Mengenal kanker kolon. Available at :http://www.drarief.com/mengenal-kanker-kolon/.

(diunduh bulan Maret 2010)

5. Dacre J, Kopelmen P (2005). Buku saku Ketrampilan Klinis. EGC. Jakarta 109-19

24

Page 25: Ca. Colon

DAFTAR PUSTAKA

Bickley, Lynn S, Peter G. Szilagyi. Bate’s Guide to Physical Examination And

History Taking Tenth Edition.China;Wolters Kluwer Lippincott Williams and

Wilkins. 2009. p. 454-455.

Brunicardi, F Charles, Dana K. Andersen, et.al. Schwartz’s Principles of Surgery

Eighth Edition.USA: Mc Graw Hill Companies. 2005. p. 1119-1135.

Hadi, Sujono. Gastroenterologi. Bandung : P.T Alumni. p. 27.

Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi

Edisi 2. Jakarta : EGC. 2007. p. 330-332.

Price, Sylvia A, Lorraine M Willson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC. 2005. p. 448-449.

Ryan, Peter. A Very Short Textbook of Surgery Second Edition. Australia : Pirie

Printers Sale Pty Ltd. 1990. p 30-31.

Sjamsuhidayat.R & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi III. Jakarta : EGC.

2010. p. 755-762.

Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bina

Rupa Akasara. p.

Townsend, Courtney M, R. Daniel Beauchamp, et.al. .Sabiston Textbook of Surgery

The Biological Basis of Modern Surgical Practice Eighth editior. Canada:

Sounders Elsevier. 2008. p. 1333-1346.

25