Top Banner
CATATAN KOASS RADIOLOGI FEBRINA SYLVA FRIDAYANTI FAKULTAS KEDOKTERAN UNEJ 2015
56

Buku Catatan Koass Radiologi

Jan 11, 2016

Download

Documents

Ardy Santoso

koas
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Buku Catatan Koass Radiologi

CATATAN KOASS RADIOLOGI

FEBRINA SYLVA FRIDAYANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNEJ

2015

Page 2: Buku Catatan Koass Radiologi

Dasar Radiografi

A. Proses Pembuatan Radiograf

1. Proses Pembentukan Gambaran Radiografi dan prosesing

Tabung Sinar X

a. Komponen tabung sinar X :

Filamen : makin panas makin tebal kabut electron. Filamen sebagai katoda (-)

dan target anoda (+) didepanya.

Sumber listrik. Kuat arus listrik mencapai ribuan Volt = KV missal 75 KV.

Filter yang menghasilkan sinar X yang dapat digunakan (usefull X-Ray). Filter ini

terbuat dari Aluminium setebal + 15 mm.

Kolimator / dhiafragma, untuk membesar / kecilkan berkas sinar x.

Panjang gelombang X-Ray : 2 Angstrom atau 2x10-8 cm.

b. Proses yang terjadi di dalam tabung sinar X :

1) Pelepasan elektron oleh aliran listrik menyebabkan filament berpijar. Makin

panas filament, elektron makin banyak keluar.

2) Beda potensial anoda dan katoda menyebabkan elektron yang keluar akan

bergerak dengan kecepatan tinggi. Kecepatan elektron sesuai dengan beda

potensial KV.

3) Elektron- elektron kemudian dipusatkan menggunakan mangkuk Molypdenum.

4) Jika arus electron dalam tabung menumbuk target anoda akan berhenti dan

energi kinetis dari electron akan berubah 99 ,8 % panas dan 0,2% sinar X.

5) 0,2 sinar X akan menyebar dan melewati filter dan sinar X yang dapat

digunakan (usefull X-Ray).

Page 3: Buku Catatan Koass Radiologi

Sifat – sifat Sinar X

a. Sifat fisik

Dapat menembus dengan daya tembus besar. Makin tinggi tegangan (KV)

makin kuat daya tembusnya.

Scater (konvergen).

Memiliki daya serap tinggi. Makin padat , daya serap makin tinggi.

Efek fotografik. Dapat menghitamkan film.

Dapat memendarkan fluor, kalsium tungstate, dan zink sulfit Fluoresensi

dan fosforesensi

b. Sifat kimia

Ionisasi.

c. Sifat biologi

Sinar x dapat menimbulakan perubahan genetic bila melebihi dosis yang

diizinkan untuk manusia (REM = radiasion ekuifalen of men ).

Dapat mengganggu pembelahan sel yang aktif membelah, seperti sumsung

tulang (memproduksi sel-sel darah), dan gonad (testis dan ovarium).

Jenis pemeriksaan dengan sinar X

a) Pemeriksaaan sinar tembus

Pemeriksaaan sinar tembus adalah pemeriksaan radiologik dimana ahli

radiologi secara langsung dapat melihat dan mempelajari alat-alat tubuh yang

bergerak. Sinar X melalui tubuh penderita dan mengenai kristal-kristal pendar,

flour (fluorescent), pada layar (screen) sehingga bagian-bagian tersebut dapat

terlihat. Karena sinar X yang diterima oleh pemeriksa dan penderita cukup tinggi,

maka pemeriksaan sinar tembus untuk paru-paru tidak diperbolehkan lagi,

sebagai gantinya digunakan image intensifier dengan kamera tv tanpa

menggelapkan ruangan pemeriksa.

b) Pemeriksaan foto roentgen (radiografi)

Radiografi adalah pembuatan film rekaman (radiograf) jaringan-jaringan

tubuh bagian dalam dengan melewatkan sinar-X atau sinar gamma ke tubuh agar

mencetak gambar pada film khusus yang sensitif.

Untuk pembuatan foto rontgen (radiografi) diperlukan :

Film Roentgen (film X-Ray)

Film rontgen terbagi menjadi tiga, screen film yang pengunaannya selalu

dalam intensifying screen, nonscreen film yang penggunaannya tanpa

intensifying screen dan dari sensivitas, ada yang blue sensitive dan green

sensitive.

Intensifying screen

Intensifying screen adalah alat yang terbuat dari kardus khusus yang

mengandung lapisan tipis emulsi fosfor dengan bahan pengikat yang sesuai.

Yang banyak digunakan adalah kalsium tungstat.

Page 4: Buku Catatan Koass Radiologi

Kaset

Kaset adalah suatu tabung (container) tahan cahaya yang berisi 2 buah

intensifying screen yang memungkinkan untuk dimasukkan film rontgen di

antara keduanya dengan mudah. Kaset dapat diperinci sebagai berikut :

Bakelit : bakelit ini tahan cahaya tetapi secara relative radiolusen dan

terbuat dari aluminium

Intensifying screen atas dengan lapisan fosfor yang lebih tipis.

Tempat meletakkan film rontgen

Intensifying screen bawah

Lapisan timah yang akan menyerap sinar X yang menembus lapisan

screen paling luar

Per dari baja yang membuat film dan screen berhubungan dengan

rapat

Kaset harus dijaga agar tidak lekas rusak, caranya

Hindari kaset jatuh atau mengalami pukulan

Hindari kaset dari bahan kimia, terutama jangan sampai mengenai

screen

Harus tetap kering

Jangan ditumpuk-tumpuk

Tidak boleh dibiarkan terbuka

Periksa secara rutin kalau ada bagian yang rusak

Jaga agar screen dan film berhubungan rapat2

Grid (kisi-kisi)

Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar

tidak sampai ke film rontgen. Gris terdiri atas lajur-lajur tipis timbale yang

disusun tegak di antara bahan-bahan yang tembus radiasi.

Cara kerja

Sebagai sinar X akan tersebar ke segala arah pada waktu mengenai suatu

benda. Sinar tersebar ini dinamakan sinar hambu. Walaupun sinar hambur

mempunyai panjang gelombang yang lebih tetapi efek fotografiknya tetap

ada sehingga dapat menimbulkan gangguan pada film rontgen. Sinar hambur

ini ditiadakan dengan grid / kisi-kisi. 2

Alat-alat fiksasi

Guna alat-alat fiksasi ini adalah agar objek yang difoto tidak bergerak

Alat-alat pelindung (proteksi)

Diafragma cahaya

Konus

Pelindung gonad

Pelindung ovarium

Apron timbal

Page 5: Buku Catatan Koass Radiologi

Sarung tangan timbal

Pencegah-pelindung

Kaca timbal

Karet timbal

Marker (tanda atau kode)

Tanda atau kode ini digunaka untuk mengidentifikasi pasien dan tanda letak

anatomi.

2. Pengetahuan pesawat roentgen

Pengetahuan pesawat roentgen sangat diperlukan untuk menghasilkan

gambaran roentgen yang baik. Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a) Faktor eksposisi

Faktor eksposisi sangat bervariasi tergantung pada berbagai hal, antara lain:

Ukuran/tebal objek atau pasien yang difoto.

Kelainan patologis yang akan diperiksa, pemotretan dengan atau tanpa grid.

Pada objek yang selalu bergerak, organ yang pergerkannya tidak dapat

dikontrol, anak kecil, dan lain-lain; untuk hal ini perlu diperhatikan waktu

eksposi yang sesingkat mungkin. Faktor eksposi terdiri atas: besaran

kilovoltage (KV) dan miliampere seconde (MAS). 2

b) Jarak pemotretan

Jarak-jarak pemotretan terdiri atas:

Jarak fokus ke film ( focus-film distence = FFD )

Jarak objek ke film ( object film distance = OFD )

Jarak focus ke objek ( focus object distance = FOD ) 2

Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

Apabila salah satu jarak pemotretan ini diubah, maka gambaran akna

berubah, begitu juga kondisinya (KV dan MAS) harus berubah

Bila FFD diperbesar, OFD tetap, maka gambar akan mendekati besar aslinya

Bila OFD diperjauh, FOD tetap, gambar mengalami pembesaran

Apabila FOD=OFD, terdapat pembesaran gambar sebanyak 2X2

3. Pengetahuan kamar gelap

Kamar gelap harus memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain:

a) Ukuran harus memadai dan proporsional dengan kapasitas dan beban kerja.

b) Terlindung dari radiasi, sinar matahari, dan bahan- bahan kimia lain selain

larutan untuk pengolahan foto.

c) Sirkulasi dan suhu udara yang baik sekitar 16-20˚C.

d) Air yang bersih.

e) Dinding dan lantai yang tahan keropos.

f) Kelengkapan alat-alat kamar gelap yang memadai.

g) Lampu kamar gelap (safe light) yang aman dan tidak bocor.

Page 6: Buku Catatan Koass Radiologi

Kamar gelap terdiri atas :

Daerah basah meliputi bak yang terisi air yang mengalir, tanki pembangkit

(developer) dan tanki penetap (fixer)

Daerah kering yang meliputi lemari untuk menyimpan film sinar X, kaset-kaset,

penggantung film (hanger) dan lain-lain.

4. Proses terjadinya gambaran radiografi

a) Gambaran laten (pada film rontgent)

Apabila objek yang kerapatannya tinggi, bila ditembus sinar X

maka intensifying screen memendarkan fluoresensi sedikit sekali bahkan

hampir tidak ada. Akibatnya perak halogen hampir tidak mengalami

perubahan.

Apabila objek yang kerapatannya rendah, fluoresensi tinggi, maka terjadi

perubahan pada perak halogen.

b) Gambaran tampak

Gambaran tampak terjadi setelah film sinar X dibangkitkan pada larutan

pembangkit.

Gambaran laten setelah masuk pembangkit (cairan developer) akan

menghasilkan gambaran radioopak.

Gambaran laten bila diproses pada cairan pembangkit akan menimbulkan

gambaran radiolusen.

Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang akan

difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak)

meneruskan banyak sinar x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit

ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x

akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih.

Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang

menembus sinar x, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun

bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radiolusen yang menyebabkan warna

hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x

disebut Radioopaque sehingga film berwarna putih. Telah diketahui bahwa panjang

gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah akan mengakibatkan sinar-x nya

mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang

lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah untuk menembus bahan.

Page 7: Buku Catatan Koass Radiologi

Kesimpulan :

Radiologi adalah cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif dan

energi pancaran serta dengan diagnosis dan pengobatan penyakit dengan memakai

radiasi pengion (seperti sinar X, sinar γ) maupun bukan pengion (seperti ultrasound,

infrared)

Gambaran radiografi yang dihasilkan dapat berupa gambaran radioopaque dan

gambaran radiolusen.

Gambaran radioopaque terjadi pada gambar jaringan keras (tulang)

Gambaran radiolusen terjadi pada jaringan lunak, seperti soft tissue

Note : warna hitam terjadi pada udara, darah akut, air, lemak

Page 8: Buku Catatan Koass Radiologi

B. Modalitas yang Dipakai untuk Pemeriksaan Radiologis

1. Foto Polos dan Foto dengan Kontras

Memanfaatkan pancaran sinar-X untuk menggambarkan struktur dada,

abdomen, tulang, dsb

Media kontras yang sering digunakan adalah barium sulfat

Prinsip dasar foto polos

Sinar X ditembakkan ke

tubuh ditangkap oleh film

Densitas Foto X-Ray

Page 9: Buku Catatan Koass Radiologi

2. USG (Ultrasonografi)

Menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk memperlihatkan

berbagai struktur seperti abdomen, pelvis, leher, dan jaringan lunak perifer

Prinsip dasar USG

Gelombang suara dipancarkan ke tubuh memantul dan kembali

ditangkap oleh monitor

Kelebihan dan kekurangan dari USG

Kelebihan Kekurangan

1. Biaya peralatan relatif murah 1. Tergantung pada kemampuan

operator

2. Non ionisasi dan aman

2. Ketidakmampuan gelombang suara untuk menembus gas atau tulang yang menyebabkan visualisasi kurang baik pada struktur di bawahnya

3. Pemindaian dapat dilakukan pada setiap bidang

3. Penyebaran gelombang suara saat melewati lemak menghasilkan citra yang buruk pada pasien obesitas

4. Dapat sering diulang, misalnya pada kontrol kehamilan

5. Deteksi pergerakan aliran darah, jantung, dan janin

6. Mendampingi prosedur biopsi dan drainase

Page 10: Buku Catatan Koass Radiologi

3. CT-Scan

Mendapatkan potongan melintang densitas dan citra terkomputerisasi dari

pancaran sinar-X

Prinsip dasar CT-Scan

Sinar X ditembakkan

melingkat ke seluruh tubuh

ditangkap oleh detektor

diolah oleh komputer

Densitas pada CT-Scan

Kelebihan dan kekurangan dari CT-Scan

Kelebihan Kekurangan

1. Memiliki resolusi kontras yang baik 1. Biaya tinggi untuk peralatan dan

perawatan

2. Memberikan detail anatomi yang tepat

2. Artefak tulang pada pemindaian otak menurunkan kualitas citra

3. Citra diagnostik dapat diperoleh dari pasien obesitas walaupun terdapat lemak yang memisahkan organ abdomen

3. Menimbulkan radiasi ionisasi dosis tinggi tiap kali pemeriksaan

4. Kedokteran Nuklir

Memberikan gambaran rinci baik fungsional maupun anatomis dengan menggunakan

deteksi radiasi gamma dari radioisotop yang disuntikkan

Page 11: Buku Catatan Koass Radiologi

5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Memanfaatkan sifat-sifat magnetik atom hidrogen dalam tubuh untuk

mendapatkan citra

Prinsip dasar MRI

Atom hidrogen dalam manusia dibuat searah agar menjadi 1 kutub oleh

magnet yang berkekuatan tinggi diganggu oleh gelombang radio / frekuensi

atom bergerak, lalu gelombang dihilangkan atom kembali ke normal dan

ditangkap menjadi gambar oleh monitor

Kelebihan dan kekurangan dari MRI

Kelebihan Kekurangan

Dapat mencitrakan pada bidang aksial, sagital, atau koronal

Biaya operasional mahal

Non-ionisasi sehingga diyakini aman Citra yang kurang baik pada lapang paru

Tidak terdapat artefak tulang akibat kurangnya sinyal dari tulang

Tidak mampu menunjukkan kalsifikasi dengan akurat

Penggunaan kontras IV jauh lebih jarang digunakan dibandingkan CT

Kontraindikasi pada pasien pacemaker, benda asing logam pada mata, klip aneurisma arterial

Page 12: Buku Catatan Koass Radiologi

FOTO THORAX

A. Anatomi Foto Thorax

Page 13: Buku Catatan Koass Radiologi

B. Fungsi Pemeriksaan Foto Thorax

1. Persyaratan pra operasi sedang dan operasi berat

2. Untuk penunjang diagnosis klinik, seperti penyakit pada cor, pulmo, mediastinum,

cavum pleura, costae, dll

3. Cek kesehatan

4. Evaluasi pengobatan jangka panjang, misalnya TB

5. Screening kesehatan

C. Posisioning

1. PA (Postero-Anterior)

2. AP (Antero-Posterior)

3. Lateral : melihat lesi kecil di mediastinum dan massa di anterior paru

Page 14: Buku Catatan Koass Radiologi

4. Oblique – RAO (Right Anterior Oblique), LAO (Left Anterior Oblique), RPO (Right

Posterior Oblique), LPO (Left Posterior Oblique)

Untuk Melengkapi foto PA

Fungsi :

Melihat daerah yang tertutup jantung

Membedakan lesi di paru atau dinding thoraks

5. Hiper lordotik / top lordotik

Posisi pasien berdiri & condong ke belakang

Fungsi : pemeriksaan puncak paru

6. Tangensial

7. LLD (Left Lateral Decubitus)

Fungsi : membuktikan adanya cairan di rongga pleura atau di dalam bula

Posisi pasien berbaring dengan sisi badan menjadi tumpuan

D. Syarat Foto Thorax Ideal (layak dibaca)

1. Posisi : PA, skapula terbuka, clavicula mendatar, gas di dalam gaster dekat dengan

diafragma

2. Marker : nama, umur, jenis kelamin, alamat, R/L

3. Simetris : jarak clavicula kanan-kiri ke proc. spinosus vertebrae = SAMA

4. Inspirasi cukup : terlihat costae anterior ke-6, posterior ke-10

Page 15: Buku Catatan Koass Radiologi

5. Kondisi cukup : ICS vertebrae thorakalis 1-4 (di belakang jantung) jelas, yang lain

kabur

6. Mencangkup seluruh rongga thoraks

7. Tidak ada artefak, seperti kalung atau benda asing lainnya

8. Tidak goyang, foto tidak kabur

9. Pencucian baik : warna foto hitam abu-abu

E. Komponen Foto Thorax yang Dicari

1. Corakan bronkovaskuler

2. Kesuraman homogen

3. Garis-garis fibrotik

4. Kalsifikasi

5. Cavitas

Page 16: Buku Catatan Koass Radiologi

F. Sistematika Pembacaan Foto Thorax

1. Foto .... Posisi ...

2. Layak dibaca / tidak ?

3. Periksa :

a) Soft tissue

b) Tulang-tulang : klavikula, skapula, costae, sternum, vertebrae

c) Diafragma : bentuk, posisi

d) Sinus costophenicus : normal tajam

e) Mediastinum superior : trakea, bronkus

f) Jantung : CTR, bentuk, posisi

CTR = Cardio-Thorax Ratio

CTR = (A + B / C) X 100 %

Normal CTR : 45 – 50 %

g) Aorta : bentuk, posisi (normal atas jantung)

h) Hilus paru : normal bentuk V, 1/3 medial

i) Fissura interlobaris

j) Paru : ruang ICS kanan-kiri simetris, penarikan organ -, radiolusen -,

infiltrat -, corakan bronkovaskuler, fibrotik -, kalsifikasi

Page 17: Buku Catatan Koass Radiologi

G. Foto Thorax Normal

Foto thorax normal memberikan gambaran :

1. Paru radiolusen

2. Vaskuler paru 2/3 medial

3. Hilus dekstra lebih rendah dibandingkan hilus sinistra

4. Letak diafragma dextra lebih tinggi dibandingkan sinistra

5. Sinus lancip

6. Lapisan pleura tidak tampak

7. Iga depan seperti huruf V

8. Iga belakang seperti huruf A

H. Cardiovaskular Imaging

1. Anatomi Jantung Normal

Page 18: Buku Catatan Koass Radiologi

2. Penilaian Foto Jantung

a. Situs

Kedudukan organ di dada dan di bawah diafragma periksa letak jantung dan

lambung

Dekstrocardia : fundus lambung di kanan, apex jantung di kanan

Dekstroversi : fundus lambung di kiri, apex jantung di kiri

Levoversi : fundus lambung di kanan, apex jantung di kiri

b. Bentuk tulang punggung

Kifosis dan scoliosis bisa mengubah bentuk dan kedudukan jantung

c. Penilaian Cardiomegali

Menilai cardiomegali (CTI)

CTI = 𝑨+𝑩

𝑪

Keterangan :

A : jarak terpanjang antara batas

jantung kanan dengan garis

tengah

B : jarak terpanjang antara batas

jantung kiri dengan garis tengah

C : panjang diafragma

d. Apeks

Apeks tertanam : sudut cardiophrenicus > 90oC LVH

Apeks terangkat : sudut cardiophrenicus < 90oC RVH

e. Aorta dan pembuluh darah besar

Elongasi aorta

Cara : hitung perbandingan panjang atrium dextra dengan aorta

Normal : panjang atrium dextra = aorta

Tanda : Aoorta lebih panjang dari atrium dextra

Dilatasi aorta

Cara : hitung dari garis midline ke knot aorta

Tanda : panjang > 4 cm

Page 19: Buku Catatan Koass Radiologi

I. Penyakit pada Cavum Thorax

Batuk dengan darah

1. Tuberkulosis paru

Gambaran klinis

Gejala respiratorik:

a. Batuk 2 minggu

b. Hemoptisis

c. Sesak nafas

d. Nyeri dada

Gejala sistemik :

a. Demam

b. Malaise

c. Keringat malam

d. Anoreksia

e. BB menurun

Pemeriksaan fisik :

a. Adanya kelainan pada lobus superior

b. Suara nafas melemah

c. Ronkhi basah (+)

d. Tanda penarikan paru (retraksi)

Differensial diagnosis (DD) : Pneumonia

Penilaian gambaran radiologis

a. TB Paru Aktif

Infiltrat di apex paru

Tampak bercak berawan disertai kavitas pada kedua lapang paru

Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal

Kedua sinus dan diafragma baik

Tulang-tulang yang tervisualisasi intak

Page 20: Buku Catatan Koass Radiologi

Menyertai TB aktif : caverna / kavitas, atelektasis, fluido thorax, dan

pneumothorax

b. TB Paru Lama Aktif

Tampak bercak berawan pada kedua lapang paru atas yang disertai

cavitas, bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan retraksi hilus

ke atas

Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal

Kedua sinus dan diafragma baik

Tulang-tulang tervisualisasi infak

c. TB Paru Lama Tenang

Tampak bintik-bintik kalsifikasi serta fibrosis pada kedua lapang paru atas

Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal

Kedua sinus dan diafragma baik

Tulang-tulang tervisualisasi infak

d. TB Miliar

Terdapat bercak-bercak granuler pada seluruh lapang kedua paru

Page 21: Buku Catatan Koass Radiologi

e. TB Anak

Proses spesifik adanya KGB / kompleks primer maka seolah hilus paru

melebar

2. Tumor paru

Gambaran klinis

Gejala lokal :

a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

b. Hemoptisis

c. Mengi

d. Adanya kavitas

e. Atelektasis

Invasi lokal :

a. Nyeri dada

b. Dispneu karena efusi pleura

c. Tamponade / aritmia akibat invasi ke pericard

d. Sindrom vena cava superior

e. Suara serak

f. Sindrom hormer

Gejala akibat metastasis

Gambaran radiologis

a. Tumor paru primer

Kesuraman homogen, kadang disertai dengan erosi costae

*Note : kesuraman homogen lain pneumonia, atelektasis, efusi pleura

b. Tumor paru sekunder

Bentuk khas, yaitu coin Coin lession, bisa multipel

Page 22: Buku Catatan Koass Radiologi

Differensial diagnosis (DD) : Pneumonia, Atelektasis

Usul : Foto Thorax lateral dan CT-Scan Thorax

Contoh kasus : Tumor Paru Sinistra

Batuk dengan panas

1. Bronchopneumonia

Gambaran radiologis :

a. Tampak infiltrat / bercak kesuraman pada lapang bawah / tengah paru

dextra/sinistra

b. Silhuente sign

c. Air bronchogram area konsolidasi menjadi putih

d. Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal

e. Kedua sinus dan diafragma baik

f. Tulang-tulang tervisualisasi intak

Differensial diagnosis (DD) : TB paru / Pneumonia

Page 23: Buku Catatan Koass Radiologi

2. Pneumonia

Gambaran klinis :

a. Demam, menggigil

b. Batuk dengan dahak mukoid /purulen

c. Sesak nafas

d. Kadang disertai nyeri dada

Pemeriksaan fisik :

a. Bagian yang sakit tertinggal saat bernafas

b. Vokal fremitus mengeras

c. Perkusi redup

d. Auskultasi terdengar ronkhi basah halus, dan menjadi ronkhi basah kasar

saat resolusi

Gambaran radiologis :

a. Tampak perselubungan homogen pada lapang atas / tengah / bawah paru

D/S

b. Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal

c. Kedua sinus dan diafragma baik

d. Tulang-tulang tervisualisasi intak

Differensial diagnosa (DD) : Atelektasis / Tumor paru

Usul : Foto thorax lateral D/S

Batuk kronis dengan sputum

1. Bronchitis

Bronchitis akut : tak tampak kelainan. Agak lama corakan bronkovaskuler

bertambah pada 1/3 lateral

Bronchitis kronis : corakan bronkovaskuler bertambah dan kasar

Page 24: Buku Catatan Koass Radiologi

2. Bronchiectasis

Gambaran klinis :

a. Batuk kronis disertai produksi sputum (sputum terdiri dari 3 lapis : mukus – saliva

– nanah dan jaringan debris)

b. Hemoptisis

c. Sesak nafas

d. Demam berulang

e. Sianosis, clubbing finger

f. Ronkhi basah pada lobus bawah paru

Gambaran radiologis :

a. Berupa gambaran sarang tawon, yang lebih besar tipe sekuller

b. Tampak cincin-cincin lusen pada lapang paru D/S yang memberikan gambaran

honeycomb appearance

c. Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal

d. Kedua sinus dan diafragma baik

e. Tulang-tulang tervisualisasi intak

Differensial diagnosa (DD) : Fibrosis kistik

Usul : CT-Scan Thorax

Sesak nafas

1. Pneumothorax

Definisi : penimbunan udara / gas di cavum pleura

Klasifikasi

a. Simple pneumothorax : tidak berhubungan dengan udara di luar /

mediastinum, tidak menggeser midline

b. Tension pneumothorax : akumulasi udara dengan tekanan progresif

dalam cavum pleura (one way valve), udara tidak bisa keluar dari paru

pergeseran mediastinum dengan kompresi dari paru kontralateral dan

pembuluh darah

Page 25: Buku Catatan Koass Radiologi

Gambaran klinis

a. Nyeri dan sesak nafas tiba-tiba

b. Pemeriksaan fisik : dada asimetri, fremitus menurun / hilang, perkusi

hipersonor

c. Tension pneumothorax

Takikardi

Distensi vena jugularis

Tidak adanya bunyi nafas pada paru yang terkena

Pergeseran trakea ke paru yang sehat

d. Open pneumothorax

Tampak luka terbuka pada dinding

Disertai gejala klinis pneumothorax (nyeri dada, sesak nafas)

*Terapi : plester 3 sisi

Gambaran radiologis

a. Tampak hiperlusen avaskuler pada lapang paru D/S

b. Adanya gambaran paru D/S kolaps dengan bayangan pleura visceralis yang

jelas terlihat sesuai gambaran pleural white line, dengan shift mediastinum

ke arah sisi yang berlawanan

c. Adanya fraktur pada costae tidak selalu ada

Differensial diagnosa (DD) : Emfisema

Page 26: Buku Catatan Koass Radiologi

2. Atelektasis

Gambaran radiologis :

a. Tampak perselubungan homogen pada lapang paru D/S

b. Tampak shift trakea dan mediastinum ke arah lesi dan hiperaerasi pada

paru di sebelahnya

c. ICS pada hemithorax D/S menyempit

d. Diafragma dan batas jantung D/S sulit dinilai

Differensial diagnosis (DD) : Pneumonia, Tumor paru, Efusi pleura

Usul : Foto thorax lateral, CT-Scan thorax

3. Efusi pleura

Definisi : suatu keadaan dimana cairan terkumpul pada ruang antara lapisan

parietal dan visceral pleura cairan serosa / lainnya

Gambaran klinis :

a. Sesak nafas

b. Pemeriksaan fisik : perkusi pekak, vokal fremitus melemah / hilang

*Abses hepar karena amoeba efusi pleura dextra

Gambaran radiologis :

a. Tampak perselubungan homogen setinggi ICS ... pada hemithorax D/S yang

menutupi sinus, diafragma, dan batas D/S jantung

b. Cor sulit dinilai

c. Tulang-tulang tervisualisasi intak

Page 27: Buku Catatan Koass Radiologi

Differensial diagnosis (DD) : Tumor paru / pneumonia / atelektasis

Usul : Foto thorax lateral D/S, CT-Scan thorax

Kelainan pada jantung

1. Pembesaran atrium kanan

Underlying disease :

a. Insufisiensi trikuspid

b. Anomali Ebstein

c. ASD (Atrial Septal Defect)

Gambaran radiologis : batas jantung kanan melebar (fullness of right heart)

2. Pembesaran atrium kiri

Underlying disease

a. Stenosis mitral

b. Insufisiensi mitral

c. VSD (Ventricel Septal Defect)

Gambaran radiologis : double contour pada sisi kanan jantung

Page 28: Buku Catatan Koass Radiologi

3. Pembesaran ventrikel kanan

Underlying disease :

a. Stenosis mitral

b. Insufisiensi mitral

c. ASD

d. Dan kelainan jantung bawaan lain seperti Tetralogi Falot

Gambaran radiologis : pembesaran ventrikel kanan apeks terangkat

4. Pembesaran ventrikel kiri

Underlying disease :

Hipertensi

Insufisiensi aorta

Stenosis aorta

Gambaran radiologis : pembesaran ventrikel kanan apeks tertanam

Page 29: Buku Catatan Koass Radiologi

5. Efusi perikardium

Gambaran klinis :

a. Dyspneu

b. Ortopneu : sesak nafas saat posisi berbaring

c. Nyeri dada

d. Batuk

e. Cepat lelah

f. Takikardi

Gambaran radiologis : jantung membesar membentuk gambaran water-

bottle sign

Terapi : perikardiosintesis

Page 30: Buku Catatan Koass Radiologi

FOTO GASTROINTESTINAL

A. Foto Polos / BOF / KUD / BNO

Klasifikasi :

1. Segera / darurat

Dilakukan pada kasus trauma, ileus, pankreatitis, appendicitis, dll

2. Direncanakan

Dilakukan pada kasus batu ginjal, batu buli-buli, dll

Usia :

1. Anak

Klinis : Bila bayi muntah terus waktu disusui dan dugaan ada’ atresia ‘ pada

saluran cerna , dilakukan foto BOF diusahakan jangan berulang

Atresia yang sering di jumpai :

a. Atresia oesofagus : Dimasukkan kateter kecil dan kontras menetes 1 tetes

Klinis : ada 4 Type :

1) Muntah , udara usus (+)

2) Muntah , Udara usus (-)

3) Kalau makan/ minum , tersedak, udara usus (-)

4) Kalau makan /minum , tersedak , udara usus (+)

5) Kalau makan / minum , tersedak minimal , udara usus (+)

b. Atresia pyloricum : BOF , dengan gambaran ‘single buble appearance’

Klinis :

Muntah non bilious dan menyemprot

Dehidrasi berat dengan gangguan elektrolit

Gangguan keseimbangan asam basa

Konstipasi

Page 31: Buku Catatan Koass Radiologi

Anak rewel dan sering menangis

c. Atresia duodeni : BOF , dengan gambaran ‘double buble appearance’

Klinis :

Pembengkakan abdomen bagian atas

Muntah banyak segera setelah lahir, berwarna kehijauan akibat adanya

empedu (billious)

Muntah terus-menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam

Tidak memproduksi urin setelah beberapa kali BAK

Hilangnya bising usus setelah beberapa kali BAB

Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen

Ikterik

d. Atresia ani : BOF , posisi foto wangenstein stein rice position atau

knee cess position

Klinis :

Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah kelahiran

Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula

Page 32: Buku Catatan Koass Radiologi

2. Dewasa

Foto polos abdomen dewasa, di mintakan bila ada keluhan yang

mencurigakan

Kalau dugaan ileus, maka dimintakan foto BOF 2 posisi atau 3 posisi.

Kalau dugaan perforasi, dimintakan BOF 2 posisi atau 3 posisi

Kalau keluhan kolik abdomen, cukup BOF 1 posisi

Foto polos abdomen kadang bisa memberi informasi penting , antara lain :

a. Ascariasis

b. Batu empedu opak

c. Batu ginjal opak

d. Batu pancreas

e. Meteorismus

f. Pneumoperitoneum dan pneumatosis intestinalis

Persiapan BOF :

a. Makan bubur kecap mulai dua malam sebelum di foto,

b. dilanjutkan : pagi , siang , sore , satu malam sebelum di foto ,

c. dilanjutkan pagi hari saat di foto ‘ BOF’ .

d. Minum laxantia siang sehari sebelum di foto ‘BOF’

Pagi jam 04.00 , minum laxantia lagi

Bila perlu dilakukan lavement, sekitar jam 07.00 pagi baru di foto ‘BOF’

Tenggang waktu antara lavement dengan saat foto BOF , jangan terlalu lama

menjaga usus jangan sampai terisi udara , sehingga menganggu interpretasi

Pasien dilarang banyak bicara ataupun merokok , untuk hal yang sama

Tujuan semua ini agar isi perut mendekati homogen dan memudahkan

interpretasi foto

Termasuk kotoran di foto BOF: Fecal material dan udara didalam usus

B. Foto dengan kontras

1. Oesophahography

Indikasi :

a) Disfagia

b) Dispepsia

c) Hematemesis / melena

d) Kelainan kongenital

Kontras : Barium sulfat

Teknik pengambil foto :

a) Foto pertama dilakukan foto torak , untuk menilai oesofagus polos AP/L.

b) Foto kedua : Dilakukan sesudah pasien menelan kontras.

Page 33: Buku Catatan Koass Radiologi

Bila pasien tertelan duri atau massa lain , maka yang ditelan adalah : kapas +

dicelupkan kontras. Diharapkan kapas + kontras tersangkut.

Contoh kasus :

a) Akalasia Esofagus

Gangguan motilitas berupa hilangnya peristaltik esofagus dan gagalnya sfingter esofagokardia berelaksasi sehingga makanan tertahan di esofagus

Akibatnya, terjadi hambatan masuknya makanan ke dalam lambung sehingga esofagus berdilatasi esofagus berdilatasi membentuk megaesofagus.

Gejala utama : Disfagia Regurgitasi Rasa nyeri / tidak enak di

belakang sternum Berat badan menurun

Gambaran radiologis : Tampak kontras ke esofagus sampai ke lambung dengan esofagus yang tampak melebar dengan bagian distal menyempit yang memberikan gambaran bird peak appearance

b) Tumor Jinak Esofagus

Tumor jinak jarang dijumpai dan ditemukan pada lebih kurang 10% dari seluruh neoplasma esofagus.

Sebagian besar tumor jinak esofagus tidak menimbulkan gejala klinis dan ditemukan secara kebetulan sewaktu pemeriksaan diagnostik.

Gambaran radiologis : Tampak filling defect dengan batas regular pada 1/3 tengah esofagus

Page 34: Buku Catatan Koass Radiologi

c) Tumor Ganas Esofagus

Gejala utama : disfagia progresif yang berangsur-angsur menjadi berat. Keluhan ini berlangsung beberapa minggu sampai bulan.

Diagnosis ditegakkan dengan esofagografi yang memperlihatkan gambaran mukosa yang tidak teratur dan permukaan kasar yang ulseratif / polipoid serta penyempitan lumen akibat tumor

Gambaran radiologis : Tampak filling defect dengan batas irreguler pada esofagus bagian distal

2. UGI / OMD : (Oesofagus , Gaster dan duodenum)

Indikasi :

a) Dispepsia

b) Nyeri perut

c) Muntah

d) Hematemesis / melena

Kontras :

o Barium sulfat (dimasukkan melalui mulut)

o Double kontras : Barium sulfat + udara / sprite

Persiapan pasien :

o Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan

o 2 hari sebelum pemeriksaan, pasien diet rendah serat untuk mencegah

pembentukan gas akibat fermentasi

o Lambung harus dalam kondisi kosong dari makanan dan air, pasien puasa

8-9 jam sebelum pemeriksaan

o Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung

substansi radioopak seperti steroid, pil kontrasepsi, dll.

o Sebaiknya kolon bebas dari fecal material dan udara, dan bila perlu

diberikan zat laksatif

o Tidak boleh merokok (nikotin merangsang sekresi saliva)

o Pasien boleh disuntik antispasmodic , agar diperoleh hasil > baik.

Teknik pemeriksaan :

a) Dilakukan foto polos abdomen dulu. Kemudian dibuat foto Oesofagus ,

Gaster dan Duodenum setelah pasien menelan kontras.

b) Posisi foto AP/ L/ Oblique.

Page 35: Buku Catatan Koass Radiologi

Upper UGI Frontal Gambaran Malrotasi dan volvulus

pada duodenum

3. Follow through (yang diperiksa Yeyunum dan Ileum)

Persiapan sepeti BOF, setelah minum kontras beberapa saat difoto .

Gambaran yeyunum dan ileum normal seperti bulu ayam terbalik .

Kalau kontras sudah sampai kolon Ascendens, maka pemeriksaan selesai.

Gambaran pada yeyunum dan ileum normal

Page 36: Buku Catatan Koass Radiologi

4. Colon in loop

Indikasi :

a) Hematokezia

b) Diare persisten

c) Massa pada rongga abdomen

d) Gejala-gejala obstruktif

e) Kelainan kongenital

Kontraindikasi :

o Ileus paralitik

o Suspek perforasi usus

Kontras :

o Barium enema (dimasukkan melalui anus)

o Double kontras : Barium enema + udara

Persiapan pasien :

Hari 1

Pagi : makan bubur + telur rebus + minum air putih sebanyak mungkin

Siang : makan bubur + telur rebus + minum air putih sebanyak mungkin

Malam : makan bubur + telur rebus + minum air putih sebanyak mungkin,

tidak boleh pakai sayur dan ikan

Hari 2

Pagi : makan bubur, siang sore hanya minum susu

Jam 9 malam, minum garam inggris (Magnesium Sulfat) 1 bungkus + ¼ gelas

air putih, lalu hanya boleh minum air putih sampai 11 malam

Mulai jam 12 malam, puasa, kurang bicara, dan tidak merokok

Hari 3

Jam 8 pagi datang ke bagian radiologi untuk difoto

Penilaian :

o Kaliber usus besar

o Incisura

o Haustra

o Filingdefect

o Indentasi

o Additional shadows.

Page 37: Buku Catatan Koass Radiologi

Contoh kasus :

a) Divertikulosis

Divertikulum : kantong yang terdiri dari jaringan mukosa dan submukosa

Divertikula : kantong multipel yang terdiri dari jaringan mukosa dan submukosa

Divertikulosis paling umum terjadi pada kolon sigmoid

Komplikasi : divertikulitis

Gejala klinis : o Asimptomatis o Nyeri perut bagian bawah o Konstipasi

Gambaran radiologis : Tampak beberapa additional shadow pada regio sigmoid

b) Kolitis

Suatu peradangan akut / kronis pada kolon yang dapat disebabkan oleh infeksi / non infeksi

Keterangan : Kaliber lumen kolon descendens dalam batas normal dengan haustra yang mulai menghilang

c) Carcinoma recti

Tampak filling defect pada 1/3 tengah rectum yang memberikan gambaran “apple care”

Page 38: Buku Catatan Koass Radiologi

IVP (Intra Venous Pyelografi)

A. Pengertian

Pemeriksaan radiologi untuk melihat fungsi dan bentuk calix kedua ginjal, ureter, VU, dan

urethra menggunakan kontras yang disuntikkan secara intravena (iv).

B. Fungsi Pemeriksaan IVP

1) Fungsi sekresi dan ekskresi ginjal

2) PCS (Pielo caliectasis)

3) Drainase Ureter

4) Mukosa UV

5) Residu urin

C. Persiapan Pemeriksaan IVP

Pasien sudah diperiksa serum creatinin darah.

o Hasil normal / <1, pemeriksaan diteruskan sesuai dosis /suntik IOPAMIRO

intravena.

o Hasil > 1 , double dose kontras + 2 mg/kg BB

o Hasil > 2,5 tidak dilakukan pemeriksaan IVP karena tidak akn kelihatan eksresi di

ginjalnya

Pasien makan - makanan halus lainnya 1 hari sebelum diperiksa, agar ekskresi di

ginjalnya kelihatan

Tidak boleh merokok / banyak bicara, agar udara tidak banyak masuk usus.

VU dikosongkan dengan miksi / kateter dilepas

Pasien dibikin dehidrasi ringan, dengan jalan puasa minum agar ekskresi di ginjal

kontrasnya lebih pekat

Pasien di test bahan contras intracutan (skin test untuk eliminasi alergi)

D. Penyuntikan kontras

Kontras disuntikkan secara intravena.

Ekskresi kontras lewat ginjal (utk dewasa: 5-7 menit pd org normal= 7 menit sudah

keluar)

Jenis kontras :

o Kontras ionic

Efek samping : alergi

Contoh : urrografin, telebrix dll.

o Kontras non ionic

Lebih mahal tapi tidak menimbulkan alergi

Contoh : Iopamiro

Page 39: Buku Catatan Koass Radiologi

Pemilihan kontras :

o Kontras yang dipakai mengandung yodium sehingga bersifat nefrotoksik sehingga

jangan diulangi pemeriksaan IVP sebelum 1 minggu

o Dipilih kontras non ionic

Dosis normal kontras : 1 mg per kg/BB

E. Cara Pemeriksaan IVP

1) Pemotretan I : Foto BOF dengan ukuran film 30 cm x 40 cm.

2) Pemotretan II :

Dilakukan setelah 5 - 7 menit (dewasa), 3 menit (anak)

Tujuan : mengetahui fungsi ginjal

Ukuran film24 cm x 30 cm

3) Pemotretan III :

Dilakukan setelah 15 menit (dewasa), 10 menit (anak)

Kontras sudah masuk ke ureter atau sebagian VU

Ukuran film 30cm x40 cm

4) Pemotretan IV :

Dilakukan 30 menit (dewasa), 20 menit (anak)

Diharapkan kontras sudah masuk ke VU untuk melihat mukosa VU

Jika mukosa VU irregular berarti ada peradangan akut/kronik, jika kronik bentuk

VU seperti pohon natal

Ukuran film 30 cm x 40 cm

Setelah itu pasien di suruh kencing terus baru dilanjutkan pemeriksaan lagi

5) Pemotretan V :

Dilakukan PM ( post miksi ) dan berdiri

Ukuran film 30 cm x 40 cm

Tujuan : melihat residu urin jika yg keluar hanya setengah, berarti terjadi

retensi urine

6) Hasil yg ditulis :

a) Nefrogram

o Kontrasnya sudah masuk ke nefron

o Fungsi ekskresi kedua ginjal yang dinilai dalam 7 menit untuk dewasa, 3 menit

untuk anak-anak

b) Pada keadaan dugaan prostate hypertrophy, pada menit 30 dilakukan foto

oblique.

o Tujuanya untuk meyakinkan prostate hypertrophy.

c) Pada keadaan fungsi ginjal menurun, dibuat foto 60 menit .

d) Pada keadaan lebih menurun lagi, dibuat foto 90 menit.

e) Kalau fungsi ginjal lebih turun lagi, dibuat foto 120 menit.

Baru dilakukan pemotretan PM berdiri

Page 40: Buku Catatan Koass Radiologi

f) Kasus yang sering ditemui di RS :

o Batu saluran kemih

o Kista ginjal

o Penurunan fungsi ekskresi ginjal kanan / kiri

o Cystitis, dll.

F. Penilaian IVP

5” pertama : fungsi sekresi dan ekresi ginjal.

o Fungsi sekresi dikatan baik apabila tampak kontur ginjal dengan jelas karena nefro-

nefron ginjal terisi kontras dengan baik.

o Fungsi ekresi ginjal dikatan baik apbila kontras telah mengisi sintem pelvicalices.

o Namun dalam ekpertise belum boleh dikatakan baik karena pada dasarnya fungsi

sekresi dan ekresi ginjal haruslah sampai ke uretra.

o Kemudian nilai apakah ada pelebaran dari calices dan bandingkan antara kanan dan

kiri.

o Pelebaran PCS ginjal ada 2 , yaitu :

Pielo caliectasis non patologis

Hydronefrosis patologis.

Ada 4 tingkat hydronefrosis yaitu :

a) Hydronefrosis grade 1 : Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks.

Kaliks berbentuk blunting, alias tumpul.

b) Hydronefrosis grade 2 : Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks

berbentuk flattening, alias mendatar.

c) Hyhdronefrosis grade 3 : Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks

minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias

menonjol.

d) Hydronefrosis grade 4 : Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks

minor. Serta adanya penipisan korteks Calices berbentuk ballooning alias

menggembung.

*Note : Penentuan grade berdasar lebar PCS dan cortex ginjal, makin tinggi

gradasinya, cortex ginjal makin tipis. Fungsi ginjal juga makin menurun.

15” : menilai drainase ureter.

o Apakah kedua ureter telah terisi kontras dan sebagian vesika urinaria juga terisi

kontras.

o Dinilai juga bentuk kalices apakah ada pelebaran. Normalnya berbentuk cuping.

Derajat pembesaran calices ada 4 grade :

Grade 1 : mendatar (flatering)

Grade 2 : tumpul (blunting)

Grade 3 : bulging

Grade 4 : balloning

Page 41: Buku Catatan Koass Radiologi

30 “ : menilai vesika urinaria

Seluruh vesika urinaria telah terisi kontras dan dinilai apakah ada :

o Filling defek : untuk menilai apakah ada bagian VU yang tidak terisi oleh kontras,

untuk menilai apakah ada masa di buli-buli.

o Additional shadow : kelaianan organ yang menyebabkan permukaan organ

bertambah dan kontras mengisi permukaan tersebut. Seperti diverticulosis.

o Indentasi : kontras terisi keseluruh buli-buli namun terlihat bayangan suram yang

merupakan penekanan masa diluar organ.

Post voiding (PV) : menilai residu urine. Normalnya residu urine minimal.

Page 42: Buku Catatan Koass Radiologi

Contoh Penilaian IVP (1) :

Hasil penilaian IVP :

a) 5 menit pertama : fungsi sekresi dan ekresi ginjal tampak pada 5 menit pertama.

Sistem pelvikocalices tidak melebar.

b) 15 menit kedua : tampak kontras mengisi kedua ureter dan sebagian vesika

urinaria. Tidak tampak pelebaran dari calices.

c) 30 menit ketiga : tampak kontras mengisi seluruh vesika urinaria. Tidak tampak

filling defek, additional shadow.

d) Post voiding (PV) : Residu Urine Minimal

Page 43: Buku Catatan Koass Radiologi

Contoh Penilaian IVP (1) :

Foto BOF-IVP 5 menit

Penilaian BOF normal :

Tidak tampak bayangan batu radiopaque pada lintasan tractus urinarius

Psoas line kiri dan kanan intak

Pre-peritoneal fat line kiri dan kanan intak

Tulang-tulang tervisualisasi intak

Foto 15 menit

Penilaian IVP Normal :

Fungsi sekresi dan ekskresi kedua ginjal dalam batas normal

Pelviocalyseal sistem kedua ginjal baik dengan ujung kedua calyx cupping

Kontras mengisi ureter dextra/sinistra, tidak tampak tanda-tanda obstruksi

Vesica urinaria terisi kontras dengan permukaan yang reguler, indentasi (-), filling defect (-), Additional Shadow (-)

Foto 30 menit

Page 44: Buku Catatan Koass Radiologi

Foto 60 menit

Foto Post Voiding

Page 45: Buku Catatan Koass Radiologi

USG USG Urologi

Tujuan USG urologi : melihat ginjal , vesica urinaria , memakai USG.

Ginjal dengan bagian – bagianya : Cortex ginjal , medulla ginjal dan sinusoid..

Pielo caliceal system ginjal dilihat apakah melebar / tidak melebar.

Kasus-kasus yang didapat :

20 Januari 2015

1. Sindroma Nefrotik pada Anak : ginjal normal berisi cairan

Pendahuluan SN pada anak merupakan penyakit ginjal yang memiliki insidensi tinggi yaitu 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun di Indonesia.

Laki-laki : perempuan = 2 : 1

Etiologi Kongenital Idiopatik / primer Sekunder mengikuti penyakit sistemik yang

diderita (seperti SLE, purpura Henoch Schonlein, dll)

Patofisiologi

Reaksi antigen-antibodi yang menyebabkan permeabilitas membran basalis glomerulus meningkat diikuti dengan kebocoran protein (albumin)

Page 46: Buku Catatan Koass Radiologi

Gejala klinis Edema palpebra / pretibia

Berat : ascites, efusi pleura, dan edema genital

Kadang disertai oligouria dan gejala infeksi, nafus makan menurun, diare

Sakit perut hati-hati peritonitis/ hipovolemia

Diagnosis SN adalah keadaan klinis yang ditandai dengan gejala : a. Proteinuria masif ( > 40 mg/m2 LPB/jam atau 50

mg/kg/hari atau rasio protein / kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik >2+

b. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dl c. Edema d. Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dl

2. BPH : prostat membesar mendesak VU

Pendahuluan

Benign Prostat Hyperplasia – pembesaran kelenjar prostat pada laki-laki, bukan kanker

Etiologi Penurunan hormon testosteron dan peningkatan hormon estrogen memacu pembesaran kelenjar prostat

Peningkatan hormon dihydrotestosteron (DHT) yang berperan dalam pertumbuhan kelenjar prostat

Faktor risiko Usia di atas 40 tahun Riwayat keluarga dengan BPH RPD : obesitas, kelainan jantung, dan diabetes

tipe 2 Kurang olahraga Disfungsi ereksi

Gejala klinis a. Polimiksi – kencing 8x sehari atau sehari b. Urinary urgency – tidak mampu menahan

kencing c. Kesulitan untuk mengeluarkan kencing d. Pancaran urin lemah / terputus e. Akhir kencing menetes (dribbling at the end of

Page 47: Buku Catatan Koass Radiologi

urination) f. Nokturia g. Retensi urinari h. Inkontinensia urin i. Nyeri saat ejakulasi dan kencing j. Warna dan bau urin abnormal

Komplikasi Acute urinary retention

Chronic or long lasting urinary retention

Blood in urine

Urinary tract infection (UTIs)

Bladder and kidney damage

Bladder stones

Diagnosis a. Riwayat kesehatan personal dan keluarga b. Pemeriksaan fisik Discharge uretra Pembesaran limfonodi Pembengkakan dan nyeri pada skrotum Rectal Touche (RT) : pembesaran prostat

c. Pemeriksaan penunjang

Terapi 1. Lifestyle changes

Mengurangi minum sebelum “hang out” atau tidur

Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol efek diuretik

Monitor penggunaan obat decongestan, antihistamin, antidepresi, dan diuretik

Melatih VU untuk menahan kencing

Melatih otot pelvis

Mencegah dan mengobati konstipasi 2. Medication

alpha blockers • phosphodiesterase-5 inhibitors • 5-alpha reductase inhibitors • combination medications

3. Minimally invasive procedures 4. Surgery

3. Sistisis : dinding VU menebal

4. Batu buli-buli : gambaran batu berwarna putih di VU

21 Januari 2015

1. DHF : efusi pleura bilateral, ascites klinis : demam 1 minggu

2. Ca servix : komplikasi hidronefrosis bilateral, calyx renalis extasis grade I

3. Batu ginjal multipel pada anak

4. Pielonefritis

Page 48: Buku Catatan Koass Radiologi

5. Hemangioma colli : massa cyst di colli, di atas arteri carotis

6. Sistisis : dinding VU menebal, kronis – kalsifikasi pada dinding VU

7. Invaginasi mesenterium : gambaran “donat”, klinis – mual, susah kentut

22 Januari 2015

1. Appendicitis : USG digunakan untuk menyingkirkan DD, mencari komplikasi –

perforasi (cairan bebas di abdomen)

DD nyeri kolik regio inguinal dextra : Batu ureter distal – komplikasi hidronefrosis,

salpingitis, adneksitis

23 Januari 2015

1. Divertikel VU

2. Batu ginjal, batu buli-buli

3. Ca sigmoid : gambaran pseudo-kidney

4. Sistisis

26 Januari 2015

1. Sirosis hepatis

Etiologi : billiar chirosis, cardiac chirosis, metastase Ca mammae, hepatitis, alkohol

27 Januari 2015

1. Ca rectum : nodul di hepar, rectum menebal, pelebaran intrahepatal & bile duct

2. Kolesistisis : dinding gall bladder menebal

3. Sirosis hepatis : ada tumor trombus (bagian hepar yang masuk pembuluh darah) –

tanda hepatoma

4. Hidronefrosis : calyx menebal, ureter membesar

Batu 1/3 distal VU – IVP : Batu di UVJ (Ureter-Vesiko Junction)

5. DD : Typhoid : gall bladder membesar

Abses : leukosit tinggi

Ruptur gall bladder : akibat trauma

6. Epididimitis, orchitis : hiperemi

7. Nefritis kronis + tumor buli-buli :

Ginjal terlihat sama – berupa jaringan ikat, batas korteks dan medulla menghilang

Klinis : mual, muntah

Massa di buli-buli : 58 mm

8. Gaster : susah dievaluasi dengan USG menggunakan foto UGI

9. USG : isi cairan – hitam, isi udara – gambar kabur

Abses hepar : massa cyst di hepar

Akibat amoeba efusi pleura dextra

Page 49: Buku Catatan Koass Radiologi

28 Januari 2015

1. Tumor buli-buli : gambaran nefritis kronis di kedua ginjal, massa du VU

2. Kolelitiasis : Batu gall bladder multiple (6 mm), dinding gall bladder tidak

menebal, HBD dan CBD tidak melebar, ginjal dan VU normal

3. Single nodul pada hepar : nodul di LLL hipoekhoik (26 mm),metastase proses (?)

4. Tumor buli-buli yang kemungkinan berasal dari prostat : tumor buli-buli, blood

clot +, batu ren sinistra + (0,5 cm)

5. USG Mammae : diminta kembali setelah H-10 menstruasi agar hasil lebih akurat

Page 50: Buku Catatan Koass Radiologi

CT-SCAN

CT Scan Kepala Normal

Lapisan Kepala :

Anatomi CT-Scan

Page 51: Buku Catatan Koass Radiologi

CT Scan pada Head Injury

Tanda Hematoma

1. Size

2. Sign and Symptoms korelasikan dengan gejala klinis.

Contoh : didapatkan hemiparesis dextra CT Scan fokus ke hemisfer cerebri

sinistra

3. Shift

Garis tengah otak dibentuk oleh falx cerebri dari duramater

Jika ada hematoma, maka midline shift bergeser TIK tinggi

Kompensasi :

a. Darah dari jantung dicegah masuk ke otak

b. N III : dilatasi pupil pada sis yang sama dengan lesi

c. Menyebabkan herniasi tentorial

4. Stand for side diberi tanda kanan / kiri

5. Site the hematom lokasi hematom. Misal : large right frontal & temporal,

acute subdural hematom

EDH (Epidural Hematom)

Definisi Perdarahan yang terjadi antara

tabula interna & duramater. Hematom masif akibat pecahnya arteri meningea media / sinus venosus Gejala klinis Lucid internal (+) Kesadaran makin menurun Hemiparese kontralateral lesi Pupil anisokor Refleks babinski (+) kontralateral

lesi Fraktur darah temporal

Gambaran radiologis

Gambaran hiperdens (perdarahan) di tulang tengkorak dan duramater, umumnya di daerah temporal, dan tampak bikonveks

Page 52: Buku Catatan Koass Radiologi

SDH (Subdural Hematom)

Definisi Perdarahan yang terjadi antara

duramater dan arakhnoid akibat robeknya bridging vein

Gejala klinis Sakit kepala Kesadaran menurun +/-

Gambaran radiologis

Gambaran hiperdens (perdarahan) diantara duramater dan arakhnoid, umumnya karena robekan dari bridging vein dan tampak seperti bulan sabit

SAH (Subarachnoid Hematom)

Gejala klinis Kaku kuduk Nyeri kepala Bisa didapatkan gangguan kesadaran Gambaran radiologis

Perdarahan (hiperdens) di tulang subarakhnoid

Page 53: Buku Catatan Koass Radiologi

ICH (Intracerebral Hematom)

Cara Menghitung Jumlah Perdarahan

L (Length) : panjang perdarahan yang paling panjang pada foto CT Scan (cm)

W (Width) : lebar perdarahan yang paling lebar pada foto CT Scan (cm)

D (Depth) : jumlah slice dimana perdarahan dapat dilihat

Rumus Estimasi Perdarahan

𝐿 𝑥 𝑊 𝑥 𝐷

2= ⋯𝑐𝑚

Kasus-kasus yang didapat :

22 Januari 2015

1. Klinis : Meningitis TB

Page 54: Buku Catatan Koass Radiologi

CT Scan kepala dengan kontras :

Tak tampak area hipodens / hiperdens abnormal intra cerebral

Post kontras tak tampak penyangatan abnormal

Tak tampak gambaran AVM / Hemangioma

Mid line shift (-)

Ventrikel lateralis tampak normal

Sulcus dan gyrus normal

Tak tampak garis fraktur

Sinus pars nasalis dan fissura Russenmulleri simetris

Kesan : CT Scan kepala normal

2. Klinis : COB

CT Scan kepala non kontras :

Tampak gambaran perdarahan basis cranii frontal kanan ukuran 2x4 cm

Mid line shift 12 mm

Ventrikel lateralis dan sulcus tampak sempit

Kesan : ICH dengan edema cerebri berat

Page 55: Buku Catatan Koass Radiologi

3. Klinis : CVA Hemmoragik

CT Scan kepala non kontras :

Tampak perdarahan di batang otak

28 Januari 2015

1. Klinis : Hidrocephalus post VP Shunt

CT Scan kepala non kontras :

Ventrikel melebar

Tampak gambaran SDH (bikonveks) akibat pecahnya bridging veins pada

kasus ini diakibatkan post infeksi

Page 56: Buku Catatan Koass Radiologi

Tampak gambaran EDH (bulan sabit) akibat pecahnya arteri meningea media

Kesan : Hidrocephalus dengan SDH dan EDH

2. Klinis : COB

CT Scan kepala non kontras :

Tampak gambaran SDH (bikonveks)

Tampak gambaran SAH akibat perdarahan di bawah subarachnoid

Ventrikel menghilang dengan sulcus edema

Sisterna basalis tertutup tanda hernia infra-tentorial

Tampak gambaran fraktur maxilla

Kesan : Fraktur basis cranii dengan SDH dan SAH