Top Banner
TIM BANTUAN MEDIS110 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA REFERAT MAKASSAR, 15 DESEMBER 2012 BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT FRAKTUR FEMUR OLEH 1. MUH. HUSRANG 2. SRI PRATIWI BAHARUDDIN 3. DEWI KUMALASARI PRATIWI ADVISOR 1. WAHYUNI SAMANDASARI, S. KED 2. KHAIRUNNISA, S. KED DIBAWAKAN DALAM RANGKA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ANGGOTA II
77

Btls Fraktur Femur 1

Apr 08, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Btls Fraktur Femur 1

TIM BANTUAN MEDIS110

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

REFERAT

MAKASSAR, 15 DESEMBER 2012

BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT

FRAKTUR FEMUR

OLEH

1. MUH. HUSRANG

2. SRI PRATIWI BAHARUDDIN

3. DEWI KUMALASARI PRATIWI

ADVISOR

1. WAHYUNI SAMANDASARI, S. KED

2. KHAIRUNNISA, S. KED

DIBAWAKAN DALAM RANGKA

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ANGGOTA II

TIM BANTUAN MEDIS 110 FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2012

Page 2: Btls Fraktur Femur 1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

I.2 ETIOLOGI

I.3 EPIDEMIOLOGI

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI

III. INITIAL ASESSMENT

III.1. PRIMARY SURVEY

III.1.1. AIRWAY

a. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

b. PEMERIKSAAN

c. PERMASALAHAN

d. PENANGANAN

III.1.2. BREATHING

a. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

b. PEMERIKSAAN

c. PERMASALAHAN

d. PENANGANAN

III.1.3. CIRCULATION

a. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

b. PEMERIKSAAN

c. PERMASALAHAN

d. PENANGANAN

III.2. SECONDARY SURVEY

III.3. INDIKASI PENGAKHIRAN RESUSITASI

a. RESUSITASI YANG BERHASIL

Page 3: Btls Fraktur Femur 1

b. RESUSITASI YANG TIDAK BERHASIL

III.4. ALGORITMA INITIAL ASESSMENT

IV. DIAGNOSIS/TERAPI/PENANGANAN

V. KOMPLIKASI

VI. KESIMPULAN

Page 4: Btls Fraktur Femur 1

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh

kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah,

otot dan persarafan.1

Fraktur terjadi jika tulang dikenai tekanan yang lebih besar dari yang dapat

diabsorpsinya. Fraktur femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran

(twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada

kecelakaan jalan raya. Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang

femur pada orang dewasa sangat kuat. Dengan demikian, trauma langsung yang

keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan lalu lintas.2

Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi yang penting.

Dengan bertambahnya usia, angka kejadian fraktur femur meningkat secara

eksponensial. Meskipun dapat dipulihkan dengan operasi, biaya penanganan fraktur

femur masih menjadi masalah karena relative mahal. Sampai saat ini insiden fraktur

femur masih tinggi dan masih tetap menjadi tantangan bagi ahli orthopaedi. Pada

orang-orang tua, fraktur intrakapsular sering disebabkan oleh trauma yang tidak berat

(energi ringan), seperti akibat terpeleset. Akan tetapi, pada orang-orang muda, fraktur

intrakapsular biasanya disebabkan oleh trauma yang hebat (energi besar), dan

seringkali disertai oleh cedera pada daerah yang lainnya serta meningkatkan

kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis dan non union.

Walaupun penatalaksanaan di bidang orthopaedi dan geriatri

telah berkembang, akan tetapi mortalitas dalam satu tahun pasca trauma masih tetap

tinggi, berkisar antara 10-20%. Sehingga keinginan untuk mengembangkan

penanganan fraktur ini masih tetap tinggi. Reduksi anatomi, kompresi fraktur dan

fiksasi internal yang kaku digunakan untuk membantu meningkatkan proses

penyembuhan fraktur, akan tetapi jika suplai darah ke kaput femur tidak dikontrol

Page 5: Btls Fraktur Femur 1

dengan baik, dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya avaskular

nekrosis.

Penyebab fraktur femur yaitu trauma langsung dan trauma tak langsung.

Trauma langsung dikarenakan biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring

dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras.Trauma Tak

langsug disebabkan gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena

kepala femur terikat kuat dengan ligament di dalam acetabulum oleh ligament

iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di daerah collum femur. Pada

dewasa muda apabila terjadi fraktur intrakapsuler (collum femur) berarti traumanya

cukup hebat. Sedang kebanyakan pada fraktur collum ini (intrakapsuler), kebanyakan

terjadi pada wanita tua (60 tahun keatas) dimana tulangnya sudah mengalami

osteoporotic. Trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh kepleset

di kamar mandi).

Page 6: Btls Fraktur Femur 1

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI FEMUR

II. 1. ANATOMI FEMUR

Tulang femur adalah tulang terpanjang yang ada d tubuh kita. Tulang ini

memiliki karakteristik yaitu:

o Artikularis kapsul femoralis dengan acetabulum pada tulang panggul. Dia

terpisah dengan collum femoris dan bentuknya bulat, halus dan di tutupi

dengan tulang rawan sendi. Konfigurasi ini memungkinkan area pergerakan

yang bebas. Bagian caput mengarah ke medial, ke atas dan kedepan

acetabulum. Fovea adalah lekukan ditengah caput, dimana ligamentum teres

menempel. Collum femur membentuk sudut 1250 dengan corpus femur.

Pengurangan dan pelebaran sudut yang patologis masing-masing disebut

deformitas coxae vara dan coxae valga.

o Corpus femur menentukan panjang tulang. Pada bagian ujung diatasnya

terdapat trochanter major dan pada bagian postero medialnya terdapat

trochanter minor. Bagian anteriornya yang kasar yaitu line trochanteric

membatasi pertemuan antara corpus dan collum. Linea aspera adalah tonjolan

yang berjalan secara longitudinal sepanjang permukaan posterior femur, yang

terbagi, pada bagian bawah menjadi garis-garis suprakondilar.

o Ujung bawah femur terdiri dari condilus femoral, medial dan lateral femur

epicondilus medial. Bagian tersebut menunjang permukaan persendian dengan

tibia pada sendi lutut. Lateral epycondilus lebih menonjol dari media

epycondilus, hal ini untuk mencegah pergeseran lateral dari patella. Kondilus-

kondilus itu dipisahkan bagian posteriornya dengan sebuah intercondylar

notch untuk berartikulasi dengan bagian posterior patella. (Omar Faiz, David

Moffat. Anatomi At Glance. Cardiff University, 2002. Page 93)

Page 7: Btls Fraktur Femur 1

Gambar 1. Anatomi femur(Dikutip dari kepustakaan :

(Putz, R.,Pabst. R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 22. Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran. Hal 276-278)

Page 8: Btls Fraktur Femur 1

BAB III

INITIAL ASSESMENT

Triage adalah upaya yang digunakan untuk memilah-milah penderita menurut

kagawatan dan kedaruratannya untuk keperluan kecepatan dan efisiensi penanganan,

terutama apabila jumlah penderita lebih banyak dari tenaga dan sarana pelayanan

yang tersedia.

a. Penderita gawat (emergent), yaitu penderita yang memerlukan pertolongan

langsung tanpa menunda suatu apapun.

b. Penderita cukup gawat (urgent), yaitu penderita yang memerlukan pertolongan

segera tetapi bila masih ada penderita gawat dan tidak cukup tenaga dan sarana,

masih bisa ditunda untuk ditangani tetapi dalam waktu yang tidak lama.

c. Penderita kurang gawat, yaitu penderita yang bila situasi dan kondisi

memungkinkan, masih dapat ditunda pertolongannya.

d. Penderita dalam keadaan darurat, bisa gawat maupun cukup gawat atau kurang

gawat, dan bisa pula penderita yang tidak ada gangguan kardiovaskuler.

Pada penderita tidak sadar, tindakan awal yang seharusnya dinilai adalah

memastikan tingkat kesadarannya. Resiko-resiko yang potensial seperti adanya benda

berbahaya,kondisi lingkungan yang tidak stabil seharusnya dipertimbangkan agar

tidak memperburuk keadaan penderita. Penilaian tingkat kesadaran ini harus

dilakukan dengan cepat dan tidak perlu mendalam, yaitu dengan klasifikasi AVPU:

A : Alert yang berartisadar penuh yang ditunjukkan dengan membuka mata

spontan, menjawab pertanyaan dengan benardan menggerakkan bagian

tubuh sebagaimana diperintahkan.

V : Voice yang berarti korbanberespon setelah diberikan rangsangan suara.

P : Pain yang berarti korban berespon setelah diberikan rangsangan nyeri.

U : Unresponsive yang berarti korban tidak berespon sama sekali.

Page 9: Btls Fraktur Femur 1

Selain itu tingkat kesadaran dapat pula diukur berdasarkan skala koma

Glasgow (Glasgow Coma Scale), sebagai berikut :

REAKSI NILAI

E : Mata terbuka

Spontan

Mengikuti perintah

Bereaksi terhadap rangsang nyeri

Tak ada reaksi terhadap rangsang

(nyeri)

4

3

2

1

M : Respon Motorik

Mengikuti perintah/bertujuan

Menepis rangsangan

Gerakan menghindar nyeri

Gerakan fleksi (dekortikasi)

Gerakan ekstensi (deserebrasi)

Tak ada gerakan sama sekali

6

5

4

3

2

1

V : Respon Verbal

Berorientasi baik

Disorientasi/bingung

Tidak sesuai/satu kata saja

Tidak mengerti/suara saja

Tidak ada suara sama sekali

5

4

3

2

1

Nilai tertinggi: E + M + V = 13-15 (responsiveness)

Nilai sedang: E + M + V = 9-12 (coma sedang)

Nilai terendah: E + M + V = 3-8 (coma berat)

Page 10: Btls Fraktur Femur 1

III. 1. Primary survey

III.1.1.Airway

a. Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi

Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang

dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel  dan karbondioksida (CO²)

yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh

melalui paru.

1. Anatomi

Organ-organ yang termasuk dalam saluran pernapasan terdiri dari: 

Saluran Nafas Bagian Atas

a. Rongga hidung

Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami  tiga hal :

- Dihangatkan

- Disaring

- Dan dilembabkan

Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir

respirasi ( terdiri dari : Psedostrafied ciliated columnar

epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel partikel halus

kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh

bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi

melembabkan udara yang masuk,  pembuluh darah yang

berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu

dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke Faring

(pharynx).

b. Faring (pharynx)

Faring terbagi menjadi:

Nasofaring berhubungan dengan cavum nasi.

Orofaring berhubungan dengan cavum oris.

Page 11: Btls Fraktur Femur 1

Laringofaring berhubungan dengan larynx (terjadi

persilangan antara aliran udara dan aliran makanan).

Saluran Nafas Bagian Bawah

a. Laring

Pada sistem pernapasan larynx berfungsi untuk mencegah

benda asing baik padat maupun cair masuk ke dalam trachea

dan menghasilkan suara oleh plika vokalis. Laring dibentuk

oleh enam kartilago, tiga yang berpasangan (Cartilago

arythenoidea, cartilago corniculata dan cartilago cuneiforme)

dan tiga yang tidak berpasangan (Cartilago thyroidea, cartilago

crycoidea, cartilago epiglotica).

b. Trakhea

Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm,

berdiameter ± 2,5 cm. berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti

huruf C membuka ke dorsal dan ditutupi oleh jaringan ikat.

Bagian belakang dihubungkan  oleh membran fibroelastic

menempel pada dinding depan oesophagus.

c. Bronkhi

Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri.

Tempat percabangan ini disebut carina. Brochus kanan lebih

pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea. Bronchus kanan

bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior. Brochus

kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior

2. Fisiologi

Mekanisme Pernafasan terbagi dalam 3 proses, Agar terjadi

pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha

keras pernafasan yang tergantung pada:

Ventilasi

Page 12: Btls Fraktur Femur 1

Ventilasi adalah proses pergerakan udara masuk-keluar

paru secara berkala ke dalam alveolus. Ventilasi secara mekanis

dilakukan dengan mengubah secara berselang-seling arah gradien

tekanan untuk aliran udara antara atmosfer dan alveolus melalui

ekspansi dan penciutan berkala paru. Kontraksi dan relaksasi otot-

otot inspirasi terutama diaphragma yang berganti-ganti, secara

tidak langsung menimbulkan inflasi dan deflesi periodik paru

dengan secara berkala mengembang kempiskan rongga thorax,

dengan paru secara resesif mengikuti gerakannya. Karena

kontraksi otot inspirasi memerlukan energi, maka inspirasi

merupakan proses aktif dan ekspirasi merupakan proses pasif.

Difusi

Difusi merupakan tahap pertukaran O2 di alveolus dan

CO2 dikapiler paru. Gas O2 yang berasal dari udara yang kita

hirup dari atmosfer yang masuk ke saluran nafas karena adanya

perbedaan tekanan dan CO2 yang berasal dari kapiler paru yang

dibawa oleh darah. Gas CO2 ini diperoleh dari sisa-sisa

metabolisme dari sel-sel yang ada ditubuh kita. Jadi, gas O2 dari

paru-paru (alveolus) akan bertukar dengan gas CO2 dari jaringan

dimana O2 akan dibawa ke jantung kembali untuk diedarkan ke

seluruh tubuh dan CO2 akan dibawah keluar tubuh melalui paru-

paru.

Transport

Proses ini adalah proses penyebaran O2 dari paru yang

dibawa oleh darah (Eritrosit/Hb) ke jantung. Transport dilakukan

dengan mengikuti proses sirkulasi sistemik/besar. O2 ini akan

Page 13: Btls Fraktur Femur 1

diberikan ke sel-sel yang memerlukan untuk menghasilkan ATP

(energi) dalam melanjutkan kehidupannya dalam tubuh.

3. Pemeriksaan

Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini

meliputi pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat

disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur rahang bawah

atau rahang atas, fraktur batang tenggorok. Usaha untuk membebaskan

airway harus melindungi tulang leher. Dalam hal ini dapat dilakukan

chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat

dianggap jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang

terhadap airway harus tetap dilakukan.

Penilaian jalan nafas dilakukan dengan cara look, listen and feel.

Look (Lihat):

1. Lihat adanya retraksi dan penggunaan oto-otot bantu nafas

tambahan, pernapasan cuping hidung, retraksi trakea, retraksi

thorax

2. Lihat gerakan dada atau perut, apakah mengembang atau tidak.

3. Lihat apakah penderita mengalami agitasi sehingga lidah jatuh ke

belakang atau penurunan kesadaran

Listen (Dengar):

1. Dengarkan bunyi pernapasan

2. Dengarkan adanya bunyi atau suara tambahan seperti mendengkur

(snoring), berkumur (gurgling), dan bersiul (crowing sound,

stridor)

Feel (Rasa):

1. Rasakan apakah ada hembusan udara ekspirasi atau tidak, dengan

menggunakan pipi.

Page 14: Btls Fraktur Femur 1

2. Ada tidaknya getaran di leher sewaktu bernafas.

4. Permasalahan

Permasalahan yang dapat menyebabkan gangguan pada jalan

napas yaitu:

1. Sumbatan total : sumbatan total dapat terjadi karena makanan atau

benda asing yang mengganjal atau menghalangi jalan napas.

Keadaan ini sering disebut tersedak (chocking), mendengkur

(snoring), berkumur (gargling), stridor (crowing), nafas cuping

hidung (flarings of the nostril).

2. Sumbatan parsial : sumbatan parsial atau sebagian disebabkan

karena lidah jatuh ke belakang pada korban tidak sadar,

perdarahan atau banyaknya sekret dan edema larynx yang masih

proses (belum terjadi edema total). Pada saat korban tidak sadar

dan berbaring terlentang, gaya gravitasi akan membuat dagu jatuh

ke belakang. Mulut akan terbuka tetapi jalan napas cenderung

tertutup. Dalam keadaan tidak sadar otot menjadi rileks dan lidah

jatuh kearah dinding belakang mulut. Ini akan menutupi jalan

napas sehingga udara tidak dapat masuk dan keluar dari atau ke

paru-paru.

Sumbatan jalan nafas oleh lidah yang menutupi dinding

posterior faring adalah merupakan persoalan yang sering timbul

pada pasien yang tidak sadar dengan posisi terlentang. Resusitasi

tidak akan berhasil bila sumbatan tidak diatasi.

2. Retraksi trakea

3. Fraktur servikal

Page 15: Btls Fraktur Femur 1

4. Penanganan

Jika tidak terdapat trauma leher dan kepala maka dilakukan

manuver head tilt and chin lift serta manuver jaw thrust yang akan

diuraikan dibawah.

Manuver Head tilt-Chin lift

Untuk melakukan manuver ini, satu tangan diletakkan pada

dahi penderita lalu tekan lalu tekan kebelakang dengan telapak tangan

sehingga kepala menengadah ke belakang. Untuk melengkapi manuver

ini jari-jari tangan lain diletakkan dibawah tulang rahang bawah dekat

dagu. Angkat rahang keatas hingga dagu kedepan dan gigi hampir

tertutup. Manuver ini menopang rahang dan membantu menarik kepala

ke belakang. Jangan menekan terlalu dalam pada jaringan lunak

dibawah dagu karena dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas. Jangan

menggunakan ibu jari untuk mengangkat dagu. Buka mulut pernderita

untuk mempermudah pernapasan spontan.

Jika gigi penderita goyang, Head tilt-Chin lift dapat

mempermudah benda tersebut masuk kedalam mulut. Gigi tersebut

sebaiknya dicabut jika tidak dapat dipertahankan lagi.

Tehnik ini hanya dapat digunakan pada korban tanpa cedera

kepala, leher, dan tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan

tehnik ini adalah :

1. Letakkan tangan pada dahi korban (gunakan tangan yang paling

dekat dengan dahi korban).

2. Pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi

kearah belakang.

Page 16: Btls Fraktur Femur 1

3. Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang

dari dagu korban. Jika korban anak-anak, gunakan hanya jari

telunjuk dan diletakkan dibawah dagu.

4. Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan

samapi mulut korban tertutup. Jika korban anak-anak, jangan

terlalu menengadahkan kepala.

5. Pertahankan posisi ini.

Gambar 3:

Manuver Jaw Thrust

Tehnik ini dapat digunakan selain tehnik diatas. Walaupun

tehnik ini menguras tenaga, namun merupakan yang paling sesuai

untuk korban dengan cedera tulang belakang. Tahap-tahap untuk

melakukan tehnik ini adalah :

1. Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua

sisi kepala korban. Letakkan tangan di kedua sisi kepala korban.

Page 17: Btls Fraktur Femur 1

2. Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya.jika korban

anak-anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkan pada sudut

rahang.

3. Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah

korban keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan.

4. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik

bibir bagian bawah dengan kedua ibu jari.

Gambar 4:

Hal lain yang perlu diperlu diperhatikan adalah adanya

benda asing pada jalan napas. Ada 3 manuver yang dianjurkan untuk

dilakukan jika didapatkan benda asing pada jalan napas tersebut, yaitu

Page 18: Btls Fraktur Femur 1

tepukan pada punggug (back blow), tekanan pada dada (Chest thrust),

dan tekanan pada abdomen (abdominal thrust).

Pembebasan jalan nafas akibat obstuksi antara lain:

Cross finger

Untuk memeriksa jalan napas terutama dalam mulut, dapat

dilakukan teknik dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang

disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah.

Gambar 5:

Finger sweep

Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda

asing pada rongga mulut belakang atau hipofarynx seperti gumpalan

darah, muntahan, benda asing lainnya, sehingga hembusan nafas

hilang.

Gambar 6:

Page 19: Btls Fraktur Femur 1

Tepukan pada punggung (Back blow)

1. Rangkul korban dari belakang

2. Satu lengan menahan tubuh, lengan yang lain melakukan back

blow

3. Pertahankan korban jangan sampai tersungkur

4. Berikan pukulan atau hentakan keras lima kali dengan

menggunakan telapak tangan pada daerah diantara tulang scapula

di punggung

5. Usahakan benda asing dapat keluar

Gambar 7:

Tekanan pada dada (Chest thrust) dan Tekanan pada perut

(Abdominal thrust)Pada posisi berdiri atau dudukPenolong harus

berdiri dibelakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua

lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi

jempol tangan kepalan pada perut atau dada korban sedikit diatas pusat

dan dibawah ujung tulang sternum, ataupun pada pertengahan

sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan

kepalan tangan keperut maupun ke dada dengan hentakan cepat keatas.

Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.

Page 20: Btls Fraktur Femur 1

Tekanan pada dada (Chest thrust)

Gambar 8:

Tekanan pada perut (Abdominal thrust)

Gambar 9:

Page 21: Btls Fraktur Femur 1

III.1.2 Breathing (Pernafasan)

A. Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi

Paru-Paru

Paru-paru adalah organ yang elastic berbentuk seperti kerucut

dan berisi udara, terletak dalam rongga thorax. Paru kanan memiliki tiga

lobus dan apru kiri memiliki dua lobus. Setiap paru memiliki sebuah apex

yang mencapai bagian atas iga pertama dan beratasan dengan arteri

subclavia, basis pulmo terletak diatas diaphragma, sebuah permukaan

(facies) mediastinalis (medial) yang terpisah dari paru lain dari

mediastinum, dan permukaan kostal berbatasan dengan kosta.

Permukaan mediastinalis memiliki hilus (akar), tempat masuk

dan keluarnya pembuluh darah bronkus pulmonalis, dan bronkhiolus dari

paru. Paru-paru memiliki pembungkus yang disebut pleura. Pleura terbagi

dua yaitu pleura parietalis yang melekat pada dinding thorax dan pleura

visceralis yang melekat di paru-paru.

Alveoli

Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.

Membran alveolar :

-  Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli

-   Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan

surfactant.

-  Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang

saling berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran

darah dalam rongga endotel

-  Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel

kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit

serum.

Page 22: Btls Fraktur Femur 1

Aliran pertukaran gas

Proses pertukaran gas berlangsung sebagai berikut: alveoli epitel alveoli, membran

dasar, endotel kapiler, plasma, eitrosit, membran, sitoplasma eritrosit, molekul

hemoglobin.

Surfactant

Mengatur hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan normal surfactant

ini akan  menurunkan tekanan permukaan  pada  waktu ekspirasi, sehingga kolaps

alveoli dapat dihindari.

b. Pemeriksaan

Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang

terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan

karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru,

dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat.

Untuk menilai adanya pernapasan, maka telinga didekatkan pada hidung dan

mulut penderita sambil menjaga jalan napas tetap terbuka. Kemudian pada saat yang

sama mengamati dada penderita dengan cara:

Look/Melihat : naik turunnya permukaan dada penderita

Listen/Dengar : adanya hembusan udara

Feel/Rasa : adanya aliran udara.

Prosedur evaluasi ini harus tidak lebih dari 10 detik.

Page 23: Btls Fraktur Femur 1

Gambar 10:

b. Permasalahan

1. Jalan napas. Adanya sumbatan pada jalan napas akan mengganggu ventilasi

dan oksigenasi

2. Paru. Kelainan di paru seperti radang aspirasi, atelektasis, edema contusio

dapat menyebabkan gangguan napas.

3. Rongga pleura. Normalnya rongga pleura kosong dan bertekanan negatif.

Adanya udara, cairan dan darah akan meningkatkan tekanan rongga pleura

sehingga paru dapat terdesak dan timbul gangguan napas.

4. Dinding dada. Patah tulang iga yang multiple maupun segmental akan

menyebabkan nyeri pada saat inspirasi dan terjadi fail chest sehingga terjadi

hipoventilasi sampai atelektasis.

5. Otot napas. Bila terdapat kelumpuhan otot-otot pernapasan akan mengganggu

ventilasi dan adanya peningkatan tekanan intraabdominal akan menghambat

gerak diafragma

6. Syaraf

Page 24: Btls Fraktur Femur 1

7. Jantung. Kelainan jantung seperti infark miocard, gagal jantung, dan angina

pectoris.

c. Penanganan

Penderita diletakkan pada posisi pemulihan (recovery position) agar

penapasan dan sirkulasi tetap terjaga.

1. Penderita ditempatkan pada posisi yang hampir mendekati lateral penuh

dengan mempertahankan kepala agar cairan dapat mengalir dengan bebas

2. Posisi penderita dalam keadaan stabil

3. Mencegah terjadinya penekanan pada dada yang dapat mengganggu

pernapasan

4. Harus sedapat mungkin mengembalikan posisi penderita dengan mudah dan

aman dengan mempertimbangkan kemungkinan trauma servikal

5. Observasi dan penilaian jalan nafas harus dapat dilakukan sebaik mungkin

6. Posisi itu sendiri tidak menyebabkan trauma pada penderita

7. Jika penderita tetap berada pada recovery position selama lebih dari 30 menit,

penderita dibalik kesisi yang berlawanan.

8. Cara memberikan bantuan pernapasan:

a. Mulut ke mulut

Napas buatan dari mulut ke mulut harus dilakukan dengan cepat, efektif untuk

memberikan oksigen dan ventilasi kepada penderita. Udara pernapasan yang

dihembuskan berisi cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan penderita.

Untuk memberikan napas buatan, jalan napas penderita dibuka kemudian

lubang hidung ditutup. Rapatkan mulut penolong dengan penderita. Telapak

tangan diletakkan diatas kepala penderita dan hidung dipijit dengan ibu jari

dan jari telunjuk. Pijitan ini untuk mencegah udaramelewati hidung penderita.

Tarik napas dalam dan mulut dirapatkan mengelilingi mulit penderit,

sehingga tidak ada kebocoran udara. Nafas buatan diberikan dengan lambat

setiap 2 detik, dengan memastikan adanya pengembangan dada penderita pada

Page 25: Btls Fraktur Femur 1

setiap hembusan napas.pemberian napas kira-kira 10-12 kali per menit (1 kali

pernapasan setiap 4-5 detik).

b. Mulut ke hidung

Metode ventilasi dari mulut ke hidung dianjurkan bila tidak mungkin

melakukan ventilasi melalui mulut penderita, mulut tidak dapat dibuka

(trismus), luka berat pada mulut sehingga sulit merapatkan mulut penolong

dengan mulut penderita.

Setelah melakukan head tilt-chin lift, mulut penderita di tutup. Kemudian

mulut penolong dirapatkan mengelilingi hidung penderita lalu nafas

dihembuskan kedalam hidungnya. Setelah itu bibir dilepaskan dari hidung

penderita untuk membiarkan terjadinya pengeluaran udara secara pasif.

Mungkin perlu untuk membuka mulut penderita secara intermitten dan

memisahkan bibirnya dengan ibu jari tangan untuk memudahkan pengeluaran

udara secara bebas, hal ini penting jika terdapat obstruksi parsial dari hidung.

c. Mulut ke stoma

Stoma trakea adalah pembukaan permanen pada permukaan depan leher yang

dibuat mulai dari permukaan kulit hingga ke dalam trakea. Tube trakeostomi

harus tetap terbuka, baik untuk ventilasi spontan atau nafas buatan darurat.

Jika tube ini tidak terbuka dan tidak dapat dibersihkan dari obstruksi atau

sekret, tube dilepas dan ganti. Jika tidak ada tube cadangan dan tube pertama

terjadi sumbatan maka napas buatan dilakukan langsung pasa stoma tanpa

adanya tube. Jika ada udara yang lolos secara signifikan melalui hidung dan

mulut penderita selama ventilasi melalui trakeostomi, mulut dan hidung

penderita ditutup atau dipasang sungkup secara ketat. Udara yang lolos dapat

dikurangi jika dapat dilakukan ventilasi melalui tube trakeostomi dengan

mengembangkan cuff pada tube.

d. Jalan nafas Orofaringeal

Orofaringeal tube (Guedel) saluran udara melengkung perangkat

plastik yang membantu pemeliharaan dari saluran udara yang memadai pada

Page 26: Btls Fraktur Femur 1

pasien tidak sadar dengan menjaga jalan napas yang jelas dan di lidah

tempat.saluran udara orofaringeal dengan sendirinya tidak menggantikan

manajemen jalan nafas yang benar praktek-praktek dan hanya harus dianggap

sebagai alat untuk membantu dalam pengelolaan suatu saluran nafas pasien.

Orofaringeal disisipkan kedalam mulut dibalik lidah, yaitu dengan

menyisipkan airway oral secara terbalik, sehingga bagian yang cekung

mengarah ke cranial, sampai didaerah palatum molle. Pada titik ini, alat

diputar 180 derajat sehingga bagian yang sekung mengarah ke caudal.

e. Jalan napas Naso-faringeal

Berbentuk pipa bulat berlubang tengahnya dibuat dari bahan karet lateks

lembut. Pemasangan harus hati-hati dan untuk menghindari trauma mukosa

hidung pipa diolesi dengan jelly.

Airway nasofaringeal disisipkan pada salah satu lubang hidung dan

dilewatkan dengan hati-hati ke orofaring posterior. Pada penderita yang masih

memberikan respon, airway nasofaringeal lebih baik daripada airway

orofaringeal karena lebih bisa diterima dan lebih kecil kemungkinannya

merangsang muntah. Bila hambatan dirasakan selama pemasangan airway,

hentikan dan coba melalui hidung satunya. Bila ujung dari pipa nasofaring

bisa tampak diorofaring posterior, alat ini dapat menjadi sarana yang aman

untuk pemasangan pipa nasogastric dengan penderita patah tulang wajah.

III.1.3. Circulation (Sirkulasi)

a. Anatomi Fisiologi Sistem Cardiovascular

Anatomi Jantung

Jantung adalah suatu organ muscular yang berbentuk conus

sebesar kepalan tangan. Bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada

diantara kedua pulmo. Dibungkus oleh suatu selaput yang disebut

pericardium dan menempati mediastinum medium. Letak jantung

sedemikian rupa sehingga puncaknya (apex cordis)menghadap kearah

caudo-ventral kiri.

Page 27: Btls Fraktur Femur 1

Dinding jantug terdiri atas tiga lapisan sebagai berikut:

a. Lapisan superficial disebut epicardium

b. Lapisan intermedia adalah myocardium

c. Lapisan profunda dibentuk oleh endocardium

Lokalisasi jantung

Proyeksi jantung pada dinding ventral thorax adalah sebagai berikut:

Tepi kiri jantung disebelah cranial berada pada tepi caudal pars cartilaginis

costa II sinister, yaitu 1 cm disebelah lateral tepi sternum.

Tepi kiri disebelah caudal berada pada ruang intercostal 5, yaitu kira-kira 9

cm disebelah kiri linea mediana atau 2 cm disebelah medial linea

medioclavicularis sinistra.

Tepi kanan disebelah cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa

III dextra, kira-kira 1cm dari tepi lateral sternum.

Tepi kanan disebelah caudal berada pada pars cartilaginis costa VI dextra,

kira-kira 1cm dilateral sternum.

Gambar 11:

Saat inspirasi Saat ekspirasi

Page 28: Btls Fraktur Femur 1

Bagian-bagian jantung

Atrium dexter

Bentuknya agak lebih besar daripada yang sinistrum, tetapi

dindingnya justru lebih tipis. Terdiri dari dua bagian yaitu: sinus venarum

dan auricula dextra.

Auricula dextra

Merupakan suatu kantong yang terletak diantara vena cava

superior dan ventriculus dexter.

Didalam atrium dextrum bermuara:

Vena cava superior

Vena cava inferior

Sinus coronarius

Septum atriorum merupakan dinding dorsal dari atrium dextrum. Pada septum

ini terdapat suatu cekungan yang disebut fossa ovalis yang merupakan degenerasi dari

foramen ovale.

Ventriculus dexter

Pada facies externadibatasi oleh sulcus coronariusdisebelah kanan, sulcus

logitudinalis anterior disebelah kiri dan disebelah cranial oleh conus arteriosus

(pangkal arteri pulmonalis).

Pada facies interior terdapat bangunan seperti berikut:

a. Ostium atrioventriculare dextrum, berbentuk oval dengan diameter 4 cm.

Diperlengkapi 3 buah valvula, disebut valvula tricuspidalis yang membuka

kearah ventriculus. Disini melekat chordae tendineae difiksir pada

m.papillaris sehingga mencegah terdorongnya valvula kearah atrium

(menghalangi aliran kembali pada waktu systole.)

Page 29: Btls Fraktur Femur 1

b. Chordae tendineae adalah jaringan ikat penguat, berjumlah sekitar 20 buah

dengan ukuran panjang dan tebal yang berbeda-beda. Melekat pada ujung dan

tepi cuspis dan faciesvalvula yang menghadap kearah ventriculus.

c. Trabeculae carneae merupakan tonjolan serabut-serabut otot pada dinding

ventriculus yang tampak tidak beraturan.

d. M. Papillaris adalah otot yang menonjol, berbentuk bulat atau konus, pada

ujungnya melekat corda tendineae.

e. Ostium truncy pulmonalis, letaknya detak pada septum interventriculorum,

disebelah kranial kiri dari ostium atrio ventriculare dextrum diperlengkapi

oleh valvula truncy pulmonalis, terdiri dari valvula semilunaris anterior,

valvula semilunaris sinister dan valvula semilunaris dexter. Funsi valvula

untuk mencegah darah mengalir kembali masuk kedalam ventrikulus.

Gambar 12:

Page 30: Btls Fraktur Femur 1

Atrium sinistrum

Bentuk lebih kecil dari pada atrium dextrum, tetapi mempunyai dinding yang

lebih tebal. Disini bermuara vena pulmonalis sinister dan vena pulmonalis dexter.

Auricula sinistra

Merupakan bagian dari atrium sinistrum, bentuknya lebih panjang, lebih sempit dan

lebih melengkung dari pada auricula dextra.

Ventriculus sinister

Mempunyai bentuk yang lebih panjang dan lebih kerucut dari pada

ventriculus dexter. Unjungnya membentuk apex cordis, dan mempunyai dinding yang

tiga kali lebih tebal dari pada dinding ventriculus dexter. Pada ventriculus sinister

terdapat pangkal dari aorta. Ventriculus sinister dipisahkan dari ventriculus dexter

oleh septum interventriculorum.

Gambar 13:

Page 31: Btls Fraktur Femur 1

Gambar 14:

Gambar 15:

Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan perikardium, di

mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan yaitu :

Page 32: Btls Fraktur Femur 1

1. Lapisan fibrosa, bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian

dinding dalam sternum rongga yang melindungi jantung ketika jantung

mengalami overdistention

2. Lapisan parietal yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa

3. Lapisan visceral, lapisan pericardium yang bersentuhan dengan lapisan luar dari

otot jantung atau epicardium

Lapisan otot jantung

lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :

Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral

Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas

kemampuan kontraksi jantung.

Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis

endotel sel.

Gambar 16:

Pembuluh Darah Besar Jantung

Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:

Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian

atas diafragma menuju atrium kanan.

Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian

bawah diafragma ke atrium kanan.

Page 33: Btls Fraktur Femur 1

Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari

jantung sendiri.

Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kotor

dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis

Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa

darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.

Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa

darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.

Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih

dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab

dengan organ tubuh bagian atas.

Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan

bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.

Sirkulasi Paru dan Sistemik

Atrium kanan menerima darah yang kurang akan oksigen dari:

Vena kava superior

Vena kava inferior

Sinus Coronarius

Page 34: Btls Fraktur Femur 1

Dari atrium kanan, darah akan dipompakan ke ventrikel kanan melewati katup

trikuspid. Dari ventrikel kanan, darah dipompakan ke paru-paru untuk mendapatkan

oksigen melewati:

Katup pulmonal

Pulmonal trunk

Empat arteri pulmonalis, 2 ke paru-paru kanan dan 2 ke paru-paru kiri

Darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru akan di alirkan kembali ke jantung

melalui 4 vena pulmonalis (2 dari paru-paru kanan dan 2 dari paru-paru kiri) menuju

atrium kiri. Dari atrium kiri darah akan dipompakan ke ventrikel kiri melewati katup

biskupid atau katup mitral. Dari ventrikel kiri darah akan di pompakan ke seluruh

tubuh termasuk jantung (melalui sinus valsava) sendiri melewati katup aorta. Dari

seluruh tubuh,darah balik lagi ke jantung melewati vena kava superior,vena kava

inferior dan sinus koronarius menuju atrium kanan. Secara umum, siklus jantung

dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:

Sistole atau kontraksi jantung

Diastole atau relaksasi atau ekspansi jantung

Secara spesific, siklus jantung dibagi menjadi 5 fase yaitu :

1. Fase Ventrikel Filling

2. Fase Atrial Contraction

3. Fase Isovolumetric Contraction

4. Fase Ejection

5. Fase Isovolumetric Relaxation

A. Fase Ventrikel Filling

Sesaat setelah kedua atrium menerima darah dari masing-masing cabangnya,

dengan demikian akan menyebabkan tekanan di kedua atrium naik melebihi tekanan

di kedua ventrikel. Keadaan ini akan menyebabkan terbukanya katup atrioventrikular,

sehingga darah secara pasif mengalir ke kedua ventrikel secara cepat karena pada saat

Page 35: Btls Fraktur Femur 1

ini kedua ventrikel dalam keadaan relaksasi/diastolic sampai dengan aliran darah

pelan seiring dengan bertambahnya tekanan di kedua ventrikel. Proses ini dinamakan

dengan pengisian ventrikel atau ventrikel filling. Perlu anda ketahui bahwa 60%

sampai 90 % total volume darah di kedua ventrikel berasal dari pengisian ventrikel

secara pasif. Dan 10% sampai 40% berasal dari kontraksi kedua atrium.

B. Fase Atrial Contraction

Seiring dengan aktifitas listrik jantung yang menyebabkan kontraksi kedua

atrium, dimana setelah terjadi pengisian ventrikel secara pasif, disusul pengisian

ventrikel secara aktif yaitu dengan adanya kontraksi atrium yang memompakan darah

ke ventrikel atau yang kita kenal dengan "atrial kick". Dalam grafik EKG akan

terekam gelombang P. Proses pengisian ventrikel secara keseluruhan tidak

mengeluarkan suara, kecuali terjadi patologi pada jantung yaitu bunyi jantung 3 atau

cardiac murmur.

C. Fase Isovolumetric Contraction

Pada fase ini, tekanan di kedua ventrikel berada pada puncak tertinggi tekanan

yang melebihi tekanan di kedua atrium dan sirkulasi sistemik maupun sirkulasi

pulmonal. Bersamaan dengan kejadian ini, terjadi aktivitas listrik jantung di ventrikel

yang terekam pada EKG yaitu komplek QRS atau depolarisasi ventrikel.

Keadaan kedua ventrikel ini akan menyebabkan darah mengalir balik ke

atrium yang menyebabkan penutupan katup atrioventrikuler untuk mencegah aliran

balik darah tersebut. Penutupan katup atrioventrikuler akan mengeluarkan bunyi

jantung satu (S1) atau sistolic. Periode waktu antara penutupan katup AV sampai

sebelum pembukaan katup semilunar dimana volume darah di kedua ventrikel tidak

berubah dan semua katup dalam keadaan tertutup, proses ini dinamakan dengan fase

isovolumetrik contraction.

D. Fase Ejection

Page 36: Btls Fraktur Femur 1

Seiring dengan besarnya tekanan di ventrikel dan proses depolarisasi ventrikel

akan menyebabkan kontraksi kedua ventrikel membuka katup semilunar dan

memompa darah dengan cepat melalui cabangnya masing-masing. Pembukaan katup

semilunar tidak mengeluarkan bunyi. Bersamaan dengan kontraksi ventrikel, kedua

atrium akan di isi oleh masing-masing cabangnya

E.Fase Isovolumetric Relaxation

Setelah kedua ventrikel memompakan darah, maka tekanan di kedua ventrikel

menurun atau relaksasi sementara tekanan di sirkulasi sistemik dan sirkulasi

pulmonal meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan aliran darah balik ke kedua

ventrikel, untuk itu katup semilunar akan menutup untuk mencegah aliran darah balik

ke ventrikel. Penutupan katup semilunar akan mengeluarkan bunyi jantung dua (S2)

atau diastolic. Proses relaksasi ventrikel akan terekam dalam EKG dengan gelombang

T, pada saat ini juga aliran darah ke arteri koroner terjadi. Aliran balik dari sirkulasi

sistemik dan pulmonal ke ventrikel juga di tandai dengan adanya "dicrotic notch".

1. Total volume darah yang terisi setelah fase pengisian ventrikel secara pasip

maupun aktif ( fase ventrikel filling dan fase atrial contraction) disebut dengan

End Diastolic Volume (EDV)

2. Total EDV di ventrikel kiri (LVEDV) sekitar 120ml.

3. Total sisa volume darah di ventrikel kiri setelah kontraksi/sistolic disebut End

SystolicVolume (ESV) sekitar 50 ml.

4. Perbedaan volume darah di ventrikel kiri antara EDV dengan ESV adalah 70

ml atau yang dikenal dengan stroke volume. (EDV-ESV= Stroke volume)

(120-50= 70)

b. Pemeriksaan

Sirkulasi dan kontrol perdarahan meliputi:

Volume darah dan Cardiac Output

Page 37: Btls Fraktur Femur 1

Ada tiga penemuan klinis yang dalam hitungan detik dapat memberikan

informasi mengenai keadaan hemodinamik yaitu:

1. Tingkat Kesadaran

zBila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang, yang akan

mengakibatkan penurunan kesadaran.

2. Warna kulit

Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Penderita trauma

yang kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan ekstremitas, jarang

yang dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya, wajah pucat keabu-abuan

dan kulit ekstremitas yang pucat, merupakan tanda hipovolemia.

3. Nadi

Periksalah pada nadi yang besar yaitu a.carotis atau a.femoralis, untuk

kekuatan nadi, kecepatan dan irama.nadi yang tidak cepat,kuat dan teratur

merupakan tanda yang normo-volemia. Nadi yang cepat dan kecil

merupakan tanda hipovolemia, walaupun dapat disebabkan keadaan yang

lain. Kecepatan nadi yang normal bukan jaminan bahwa normo-volemia.

Nadi yang tidak teratur biasanya merupakan tanda gangguan jantung.

Tidak ditemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan petanda

diperlukannya resusitasi segera.

Perdarahan

Perdarahan eksternal (perdarahan yang nampak) dihentikan dengan penekanan

pada luka. Sumber perdarahan internal (tidak terlihat) adalah perdarahan

dalam rongga thorax, abdomen, sekitar fraktur dari tulang panjang, retro-

peritoneal akibat fraktur pelvis atau sebagai akibat dari luka tembus

dada/perut.

c. Permasalahan

Perdarahan merupakan sebab utama kematian dan harus segera dilakukan

tindakan secara tepat dan cepat.

Page 38: Btls Fraktur Femur 1

Tanda- tanda henti jantung adalah:

Kesadaran hilang dalam waktu 15 detik setelah henti jantung.

Tak teraba denyut nadi arteri besar (femoralis dan karotis pada orang

dewasa atau brakhialis pada bayi).

Henti nafas atau megap- megap.

Terlihat seperti mati.

Warna kulit pucat sampai kelabu.

Pupil dilatasi (45 detik setelah henti jantung)

Tidak ada nadi yang teraba pada arteri besar, pemeriksaan arteri karotis

sesering mungkin merupakan tanda utama henti jantung.

Diagnosis henti jantung dapat ditegakkan bila pasien tidak sadar dan tidak

teraba denyut arteri besar. Pemberian ventilasi buatan dan kompresi dada luar

diperlukan pada keadaan sangat gawat.

d. Penanganan

1. Pasien sadar

a. Posisi syok

Angkat kedua tungkai setinggi kurang lebih 45 derajat, hal ini bertujuan

untuk mengalirkan darah ke organ sentral (Jantung dan Otak).

b. Menghentikan perdarahan

1. Tekan sumber perdarahan

2. Tekankan jari pada arteri proksimal dari luka

3. Bebat tekan pada daerah yang luka

4. Pasang tampon sub fasia (gauza pack)

2. Pasien tidak sadar

Penanganan yang dilakukan adalah RKP (Resusitasi Kardio-Pulmonal)

AHA merekomendasikan kompresi dilakukan dengan perbandingan 30 : 2

untuk satu penyelamatan dan segala bentuk penyelamatan termasuk bayi baru lahir

Page 39: Btls Fraktur Femur 1

hingga dewasa. Rekomendasi ini diberikan atas dasar penyelamatan yang maksimal

sesuai kebutuhan tubuh akan oksigen.

1. Posisikan diri di samping pasien

2. Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest / tepat ditengah-tengah

dada (lihat : Gambar 1)

3. Posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar (lihat : Gambar 2)

4. Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul

(hip joint)

5. Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm (lihat : Gambar 3)

6. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal

7. Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan

menghitung dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut :

Satu Dua Tiga Empat SATU

Satu Dua Tiga Empat DUA

Satu Dua Tiga Empat TIGA

Satu Dua Tiga Empat EMPAT

Satu Dua Tiga Empat LIMA

Satu Dua Tiga Empat ENAM

Page 40: Btls Fraktur Femur 1

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Korban hendaknya terlentang pada permukaan yang keras agar kompresi dada

luar yang dilakukan efektif. Penolong berlutut di samping korban dan meletakkan

sebelah tangannya diatas tengah pertengahan bawah sternum korban sepanjang

sumbu panjangnya dengan jarak 2 jari dari persambungan episternum. Tangan

penolong yang lain diletakkan diatas tangan pertama, jari- jari terkunci dengan lurus

dan kedua bahu tepat diatas sternum korban, penolong memberikan tekanan ventrikel

ke bawah yang cukup untuk menekan sternum 4 sampai 5 cm.

Setelah kompresi harus ada relaksasi, tetapi kedua tangan tidak boleh diangkat

dari dada korban, dianjurkan lama kompresi sama dengan lama relaksasi. Bila ada

Page 41: Btls Fraktur Femur 1

satu penolong, 15 kompresi dada luar (laju 80 sampai 100 kali/ menit) harus diikuti

dengan pemberian 2 kali ventilasi dalam (2 sampai 3 detik). Dalam satu menit harus

ada 4 siklus kompresi dan ventilasi (yaitu minimal 60 kompresi dada dan 8 ventilasi).

Jadi 15 kali kompresi dan 2 ventilasi harus selesai maksimal dalam 15 detik. Bila ada

2 penolong, kompresi dada diberikan oleh satu penolong dengan laju 80 sampai 100

kali/ menit dan pemberian satu kali ventilasi dalam 1 sampai 1,5 detik oleh penolong

kedua sesudah tiap kompresi kelima. Dalam satu menit minimal harus ada 60

kompresi dada dan 12 ventilasi. Jadi lima kompresi dan satu ventilasi maksimal

dalam 5 detik.

Kompresi dada harus dilakukan secara halus dan berirama. Bila dilakkan

dengan benar, kompresi dada luar dapat menghasilkan tekanan sistolik lebih dari 100

mmHg, dan tekanan rata- rata 40 mmHg pada arteri karotis. Kompresi dada tidak

boleh terputus lebih dari 7 detik setiap kalinya, kecuali pada intubasi trakheal,

transportasi naik turun tangga dapat sampai 15 detik. Sesudah 4 daur kompresi dan

ventilasi dengan rasio 15 : 2, lakukan reevaluasi pada pasien. Periksa apakah denyut

karotis sudah timbul (5 detik). Bila tidak ada denyut lanjutkan dengan langkah berikut

: Periksa pernafasan 3 sampai 5 detik bila ada, pantau pernafasan dan nadi dengan

ketat. Bila tidak ada lakukan ventilasi buatan 12 kali per menit dan pantau nadi

dengan ketat. Bila RJP dilanjutkan beberapa menit dihentikan, periksa apakah sudah

timbul nadi dan ventilasi spontan begitu seterusnya.

III.2. SECONDARY SURVEY

Secondary surver dimaksudkan untuk mendeteksi penyakit atau trauma yang

diderita pasien sehingga dapat ditangani lebih lanjut, ada empat (4R), yaitu :

1. Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dari

anamnesis, pemeriksaaan fisik, dan radiologi. Pada awalnya perlu

diperhatikan :

- Lokalisasi fraktur

Page 42: Btls Fraktur Femur 1

- Bentuk fraktur

- Menentukan teknik yang sesuai untuk pengibatan

- Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.

2. Reduction : reduksi fraktur apabila perlu

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat

diterima. Posisi yang baik adalah aligment yang sempurna.

3. Retention : imobilisasi fraktur

4. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas funsional semaksimal mungkin.

III.3. INDIKASI PENGAKHIRAN RESUSITASI

a. Resusitasi Berhasil

Keberhasilan RJP mengacu pada RJP yang benar bukan daya tahan

korban. Keefektifan RJP tergantung:

1. Naik turunnya dada dengan setiap napas penyelamatan

2. Denyut nadi kembali teratur

3. Penderita sadar kembali (dapat bernapas dan denyut nadi teraba kembali)

b. Resusitasi yang tidak berhasil

1. Henti jantung terjadi lebih lama dari 30 menit (dengan atau tanpa RJP)

2. Dokter menyuruh untuk berhenti

3. Terlalu kehabisan tenaga untuk melanjutkan

4. Keadaan menjadi tidak aman

5. Sesudah dimulai resusitasi pasien tetap tidak sadar, tidak timbul ventilasi

spontan dan refleks muntah serta pupil tetap dilatasi selama 15 sampai 30

menit atau lebih, kecuali kalau pasien hipotermik atau dibawah pengaruh

barbiturat atau anestesia umum.

6. Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang lebih bertanggung

jawab meneruskan resusitasi (bila tidak ada dokter).

Page 43: Btls Fraktur Femur 1

7. Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tidak ada dokter

sebelumnya).

8. Setelah dimulai resusitasi ternyata diketahui bahwa pasien berada dalam

stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau hampir

dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tak akan pulih (yaitu sesudah setengah

atau satu jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP).

IV. DIAGNOSIS/TERAPI/PENANGANAN

FRAKTUR COLLUM FEMUR

Klasifikasi fraktur collum femur

Fraktur intrakapsuler

Fraktur ekstrakapsuler

Fraktur intrakapsuler (collum femur)

Mekanisme fraktur

Fraktur intrakapsuler ini (collum femur) dapat disebabkan oleh trauma langsung dan

trauma tak langsung.

Pada umumnya dikepustakaan pembagian klasifikasi fraktur collum femur

berdasarkan :

a) Berdsarkan lokasi anatomi di bagi menjadi 3:

Fraktur subcapital

Fraktur transcervical

Fraktur basis collum femur

b) Berdasarkan arah garis patah dibagi menurut Pauwel:

Tipe I sudut 30’

Tipe II sudut 50’

Page 44: Btls Fraktur Femur 1

Tipe III sudut 70’

c) Dislokasi

Garden I : incomplete ( impacted)

Garden II : fraktur collum femur tanpa dislokasi

Garden III : fraktur collum femur dengan sebagian dislokasi

Garden IV : fraktur collum femur dan dislokasi total

Pemeriksaan Fisik

Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat. Pada

penderita tua biasanya trauma ringan seperti terpleset hingga terjungkal.penderita

sulit berdiri akibat rasa nyeri yang hebat, posisi panggul dalam keadaan flexi dan

eksorotasi, tungkai yang cedera memendek. Pada palpasi sering di temukan adanya

hematoma di panggul. Pada tipe impacted, pasien biasanya masih dapat berjalan

disertai rasa sakit yang hebat.

Pemeriksaan Radiologi

Proyeksi anteroposterior dan lateral kadang dibutuhkan axial. Pada

anteroposterior kadang tak jelas ditemukan adanya fraktur ( pada kasus impacted).

Maka perlu pemeriksaan proyeksi axial

Penanggulangan

- Impacted fraktur

Pada fraktur, collum femur yang benar-benar impacted dan stabil. Maka

penderita masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejala ringan, sakit sedikit

pada daerah panggul. Kalau impactednya cukup kuat penderita dirawat 3-4

minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat selama

8 minggu. Bila pada foto impectednya kurang kuat ditakutkan terjadi

disimpacted, penderita dianjurkan untuk operasi dipasang internal fixation.

Operasi yang dikerjakan biasanya dengan multi pin teknik percutaneus.

- Dislokasi fraktur collum femur

Page 45: Btls Fraktur Femur 1

Penderita dirawat di Rumah Sakit, tungkai yang sakit dilakukan pemasangan

penarikan kulit (skin traction) dengan Buck-extention. Dalam waktu 24 – 48 jam

dilakukan tindakan reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan internal

fixasion. Reposisi yang dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan

salah satu cara yaitu: menurut leadbetter. Penderita terlentang dimeja operasi.

Memfiksir pelvis kemudian lutut dan coxae dibuat flexi 90

Page 46: Btls Fraktur Femur 1

FRAKTUR BATANG FEMUR (DEWASA)

1. MEKANISME TRAUMA

Daerah tulang-tulang ini sering mengalami fraktur. Biasanya terjadi akibat

kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Fraktur pada daerah ini dapat

menimbulkan pendarahan yang cukup banyak, yang mengakibatkan penderita shock.

2. KLASIFIKASI FRAKTUR BATANG FEMUR

Salah satu klasifikasi fraktur batang dibagi berdasarkan adanya luka yang

berhubungan dengan daerah yang patah, hal ini dibagi atas:

A. Fraktur femur terbuka

Ketentuan terbuka bila terdapat hubungan antara patah tulang dengan dunia

luar. Fraktur terbuka ini dibagi atas tiga derajat:

I. Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka

kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragment tulang dari dalam

menembus keluar.

II. Derajat II : Lukanya lebih besar ( >1cm) luka ini disebabkan

karena benturan benda dari luar.

III. Derajat III: Luka > derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak

yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah).

Pada umumnya bentuk penanggulangan fraktur terbuka, dilakukan tindakan

debridement sebaik-baiknya kemudian penggulangan untuk tulang sendiri dilakukan

seperti penanggulangan fraktur tertutup.

a. Pemeriksaan klinik

Daerah paha yang tulangnya patah sangat membengkak, ditemukan tanda

functiolaesa (tungkai bawah tidak dapat diangkat). Nyeri tekan, nyeri gerak.

Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi anterior rotasi.

Tungkai bawah, ditemukan adanya pemendekan tungkai pada fraktur 1/3

Page 47: Btls Fraktur Femur 1

tengah femur, pada pemeriksaan harus di perhatikan pula kemungkinan

adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligament dari daerah lutut.

Kecuali itu juga diperiksa keadaan saraf sciatica dan arteri dorsalis pedis.

b. Penanganan

Pada fraktur tertutup nutuk sementara dilakukan skin teraksi dengan metode

buck extension. Atau dilakukan dulu pemakaain Thomas splint,tungkai

ditraksi dengan keadaan extensi.tujuannya untuk mengurangi rasa sakit dan

mencegah kerusakan yang lebih lanjut.

o Pada penanganan non operatif dilakukan skeletal traksi. Yang sering

digunakan ialah method perkin dan method balance skeletal traction

FRAKTUR BATANG FEMUR (ANAK-ANAK)

Pada anak-anak sering juga mengalami fraktur femur. Penyebab terbanyaknya

adalah ialah jatuh waktu bermain di rumah atau disekolah, diagnose mudah

ditegakkan.

Penanggulanagan:

Umumnya dengan terapi non operatif akan menyambung dengan baik.

Perpendekan kurang dari 2 cm masih bisa di terima karena perpendekan ini akan

sama panjangnya dengan tungkai yang normal. Hal ini di mungkinkan karena anak-

anak daya remodeling masih tinggi. Penanggulan non operasi dengan traksi kuli anak

berumur dibawah 3 tahun.

Traksi kulit-Bryant traksi:

Anak tidur terlentang di tempat itdur, kedua tungkai dipasang traksi kulit,

kemudian kedua tungkainya di tegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang di beri

beban 1-2 kg, sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.

Komplikasi pemakaian Bryant traksi:

Terjadinya ischemic paralysis. Hal ini disebabkan karena terganggunya aliran darah

pada tungkai yang di tinggikan.

Anak umur 3-13 tahun:

Page 48: Btls Fraktur Femur 1

Dilakukan pemasangan Rusell traksi, untuk traksi ini diperlukan :

- Frame

- Katrol

- Tali

- Plester

-

Anak tidur terlentang dipasang plaster dari batas lulut. Di pasang sling di daerah

poplitea, sling dihubungkan dengan tali, dimana tali tersebut dihubungkan dengan

beban penarik.

Rawat setelah 4 minggu di traksi, callus sudah terbentuk tetapi belum kuat benar.

Traksi dilepas kemudian dipasang gips hemispica.

FRAKTUR SUPRACONDYLER FEMUR

Didaerah lutut terdapat banyak otot-otot yang yang perlu diketahui yang

menyebabkan pada fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi

dislokasi ke posterior. Hal ini disebabkan karena danya tarika dari otot-otot

gastrocnemeus, Hmastring dan Quadricep. Karena kerja otot-otot tersebut terkadang

menyulitkan penanggulangan fraktur supracondyler ini baik operatif maupun non

peratif. Biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan karena trauma langsung,

kerena kecepatan tinggi (tabrakan sepeda motor). Terjadi gaya axial dan sress vagus

dan disertai gaya rotasi.

Klasifikasi :

- Undiplaced impacted

- Displaced

- Comminutive

Pemeriksaan fisik:

Riwayat rauma berat ditemukan pembengkakan lutut dan deformitas lutut.

Radiologi:

Page 49: Btls Fraktur Femur 1

Proyeksi anteroposterior dan lateral.

Penanggulangan:

Non operatif: Ttraksi: dilakukan sekeletal traksi dengan sistema balance

traksi. Untuk mengatasi dislokasi posterior fragmen distal femur dibawah lutut

diganjal dengan bahan lunak supaya lutunya mengadakan flrksi. Traksi dipertahankan

sampai terjadi callus 8-12 minggu. Komplikasi: kekakuan sendi

Operatif: dilakukan open reduksi, dipasang internal fiksasi. Keuntungan

operasi sendi dapat di tegakkan lebih bebas dan masa perawatan penderita lebih

pendek. Alat untuk fiksasi yang di gunakan condylar plate Ao.

FRAKTUR INTERCONDYLAIR

Biasanya fraktur intracondular diikut oleh fraktur supracondular,sehingga

sering bentuknya terjadi T fraktur atau Y fraktur.

Tanda klinis:

Hampir sama dengan tanda-tanda fraktur supracondyler femur, yaitu adanya

pembengkakan daerah lutut dan deformitas. Gerakan patella terhambat, di temukan

dengan jelas adanya krepitasi.

Pemeriksaan radiologi:

Proyeksi anteroposterior dan proyeksi lateral.

Penanggulangan:

Tujuan utama dalam penanggulangan fraktur intraarticular/intracondylar

adalah membentuk permukaan sendi seanatomis mungkin. Bila terjadi undisplaced

dapat dilakukan penanggulangan dengan skeletal traksi, kalau tidak berhasil

kedudukan fragmen tetap masih displaced dilakuakan tindakan open reduksi dan

pemasangan internal fiksasi. Internal fiksasi yang biasa dipakai: condylar blade Ao

atau sliding compression screw.

Page 50: Btls Fraktur Femur 1

Komplikasi:

- Kelakuan sendi (ankylosis)

- Infeksi

- Malunion

- Non union

FRAKTUR CONDYLER FEMUR

Fraktur condyler femur lebih jarang dibandingkan femur lebih jarang

dibandingkan fraktur supracondyler femur dan intracondyler femur. Mekanisme

traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan

tekanan pada sumbu femur ke atas.

Klasifikasi:

- Undiplaced

- Displaced

- Bicondylar

- Coronal

Pemeriksaan fisik:

- Trauma berat

- Lutut haemarthoris

- Tampak deformitas varus pada kulit

- Krepitasi jelas dirasa.

Pemeriksaan radiologi:

Proyeksi anteroposterior dan proyeksi lateral.

Page 51: Btls Fraktur Femur 1

TRAKSI EKSTREMITAS BAWAH

1. Traksi Kulit Buck’s Extension

a. Tunjuan utama penggunaan adalah untuk mengurangi spasme otot-otot

sekitar.

b. Jangan gunakan traksi ini untuk kelainan-kelainan pada tulang punggung.

c. Kuasai sebagian rotasi dengan meletakkan tungkai di atas bantal dan

dengan penggunaan kantong-kantong pasir pada sisi lateral dan medial

(seperlunya)

2. Traksi Hamilton-Russell

a. Dapat digunakan untuk patah tulang panggula atau femur, terutama pada

anak-anak dengan berat badan dari +20 kg sampai 30 kg patokan lain adalah

usia.

b. Dapat digunkan dengan pemasangan traksi kulit atau dalam keadaan tertentu

(terpaksa) dengan pin lewat tibia distal.

c. Gunakan juga sling di bawah paha pada distal bagian posterior untuk

mencegah penakan terhadap fossa popliteal.

d. Tali diikatkan pada sling dan pertama melewati suatu kerekan (katrol) di atas

kepala kemudian baru ke suatu kerekan (katrol) pada kaki tempat tidur baru

ke suatu katrol pada papan telapak kaki yang melekat pada batang pemisah

dan melalui kerekan keempat beban.

e. Traksu berubah beban tarikannya dengan memindahkan katrol, katrol kea rah

kaki tempat tidur(beban bertambah)

f. Traksi berlawanan didapat dengan meninggikan kaki penderita.

3. Traksi Split Russel’s

a. Indikasi sama

b. Menggunakan 2 katrol/kerekan

4. Kesatuan Traksi Charmley

Page 52: Btls Fraktur Femur 1

a. Berguna untuk penggunaan traksi pada tungkai bawah, dan sangat sianjurkan

penggunaannya.

b. Dengan menggunakan pin atau wire pada proksimal tibia kemudian pin atau

wire diliputi oleh gips tungkai pendek (incorporated in short leg cast)

c. Kegunaan:

- Kaki dan pergelangan kaki dapat dipertahankan dalam posisi fungsional.

- Karena tungkai dalam gips tidak ada tekanan pada otot betis atau nervus

peroneus

- Gerakan pada pin atau wire sedikit sekali

5. Traksi Skeletal Balance-Suspension

a. Melalukan traksi langsung pada tibia atau femur melalui pin atau wire

b. Tungkai diletakkan pada suatu Thomas Splint dengan atau tanpa suatu

Pearson Attachment.

c. Pearson Attachment memungkinkan gerakan pada sendi lutut, sehingga

berguna untuk mencegah kekakuan sendi lutut.

d. Dengan menggunakan kerekan-kerekan pada Thomas Splint, keseluruhan

tungkai dapat mengambang bebas, dengan traksi pada tempat patah tetap

berjalan.

e. Dapat digunakan kesatuan traksi Charnley baik untuk Balanced-suspension

maupun traksi skeletal terpaku (fixed skeletal traction)

6. Traksi Skeletal Terpaku (Fixed Skeletal Traction)

a. Digunakan untuk patah tulang femur sambil menunggu tindakan terapi tetap,

berupa fiksasi interna atau untuk pengangkutan ke rumah sakit rujukan yang

letaknya agak jauh.

b. Gunakan :

- Bilamana karena kedudukan buruk, diperlukan anestesi umum atau

regional.

- Kesatuan traksi Charmley’

Page 53: Btls Fraktur Femur 1

- Thomas Splint dengan lingkaran penuh (full ring) yang lebih luas lebih

kurang 5 cm dari lingkaran paha proksimal (edema)

- Gunakan kain tebal (semacam terpal) untuk menahan tungkai pada Thomas

Splint .

- Gunakan padding/ala tebal tetapi lunak (handuk dilipat) di bawah tempat

patah tulang.

- Sling di bawah gips kesatuan Charnley

- Terutama usahakan keseringan.

Daftar pustaka:

Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnosis. Edisi Kedua. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal

31-34, 46-49.